bab i pendahuluan a. latar belakang masalah.repository.uinsu.ac.id/1811/1/tesis zuliani.pdf ·...
Post on 16-Mar-2019
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah.
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan
secara sadar dan memiliki tujuan tertentu. Dalam proses pembelajaran
melibatkan beberapa komponen yang saling berhubungan dan saling
mendukung antara satu dan lainnya. Di antara komponen tersebut adalah guru
yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Sebagai ujung
tombak yang sangat menentukan, guru tidak hanya berfungsi sebagai
pengajar tetapi berfungsi sebagai pendidik yang bertugas menjadi fasilitator,
motivator. administrator, evaluator, dan innovator.
Sebagai fasilitator guru bertugas memberikan berbagai kemudahan
kepada peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran agar peserta didik
dapat lebih mudah menerima dan memahami materi ajar. Sebagai motivator,
guru harus dapat membangkitkan minat dan motivasi peserta didik dalam
belajar sehingga peserta didik senang mengikuti pembelajaran. Guru sebagai
administrator bertugas mengatur proses pembelajaran sehingga berjalan
dengan efektif dan efisien dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Di akhir proses pembelajaran guru sebagai evaluator harus
mengadakan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Seorang guru juga
berfungsi sebagai innovator yang senantiasa berusaha melakukan
pembaharuan dalam proses pembelajarannya untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
Sebagai pendidik, seorang guru harus benar-benar memahami fungsi
dan tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dengan membentuk kepribadian manusia yang beriman, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
2
bertanggung jawab. Fungsi dan tujuan pendidikan tersebut terdapat
pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pembentukan kepribadian dan peningkatan kualitas
sumber daya manusia adalah hasil dari pendidikan yang sangat dipengaruhi
oleh proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa Pendidikan adalah:
Usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara1
Terdapat empat hal penting yang harus diperhatikan dari konsep
pendidikan menurut undang-undang tersebut. Pertama pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana yang berarti memiliki tujuan tertentu oleh
karenanya seluruh proses pembelajaran di sekolah harus diarahkan untuk
mencapai tujuan itu. Salah satu konsep perencanaan yang mengandung tujuan
pendidikan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang harus
dipersiapkan oleh guru setiap kali akan melakukan proses pembelajaran. RPP
merupakan persiapan seorang guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran,
dan di dalamnya telah terencana tujuan pembelajaran yang harus dicapai
setelah proses pembelajaran.
Kedua proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Suana belajar yang
direncanakan harus melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Selain itu suasana belajar juga harus menyenangkan dan bebas
dari segala tekanan, baik tekanan fisik atau tekanan mental. Proses
pembelajaran yang berlangsung harus dapat meningkatkan minat peserta
didik, melibatkan mereka secara aktif mulai dari awal sampai akhir proses
1
Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS & Peraturan Pemerintah
R.I. Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra
Umbara, cet. IV, 2012), h. 2.
3
pembelajaran serta menerapkan strategi pembelajaran yang lebih banyak
mengaktifkan peserta didik daripada guru.
Ketiga suasana belajar dan pembelajaran diarahkan agar peserta
didik dapat mengembangkan potensinya yang berarti proses pembelajaran
harus berorientasi kepada siswa. Melalui proses pembelajaran yang
berorientasi kepada peserta didik, diharapkan hasil belajar akan lebih baik
sebab peserta didik bebas mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
mereka melalui berbagai aktivitas yang terjadi pada proses pembelajaran.
Keempat proses pendidikan itu bertujuan untuk pembentukan sikap,
pengembangan kecerdasan serta pengembangan keterampilan siswa sesuai
dengan kebutuhan. Proses pendidikan yang dilakukan di sekolah diharapkan
dapat membentuk kepribadian peserta didik yang mandiri, bertaqwa, cerdas
dan terampil serta bertanggung jawab terhadap diri dan masyarakatnya.
Agar proses pembelajaran dapat berorientasi kepada siswa, maka guru
harus mengetahui berbagai strategi dan metode pembelajaran aktif dan
mampu menerapkannya dalam pembelajaran. Guru tidak hanya menggunakan
satu metode saja seperti metode ceramah, tetapi guru mampu menciptakan
suasana pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa dalam mencari dan
menemukan materi melalui berbagai strategi dan metode pembelajaran aktif.
Dengan menerapkan strategi dan metode pembelajaran aktif, maka belajar
akan lebih menyenangkan, kepribadian, kecerdasan dan potensi siswa akan
dapat berkembang secara optimal serta keterampilan dan sikap dapat dimiliki
siswa secara baik.
Keahlian guru dalam memilih dan menerapkan suatu strategi dan
metode yang digunakan dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan
dalam keberhasilan mencapai tujuan. Pemilihan strategi dan metode
pembelajaran yang akan digunakan harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran, karakteristik siswa, materi/bahan ajar, waktu, situasi dan
kondisi, media, fasilitas yang tersedia juga kemampuan dan kepiawaian guru
dalam menggunakanan strategi, metode dan media yang ada.
4
Beberapa komponen pendidikan di atas saling berkaitan antara satu dan
lainnya sebagi suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan dan saling
mempengaruhi dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Apabila salah satunya tidak berjalan dengan baik, maka tujuan pendidikan
yang diharapkan tidak akan tercapai seperti yang diinginkan.
Pengertian strategi dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.2 Kemudian Hamzah B.Uno mengatakan
dalam bukunya “Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif ” bahwa:
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan
digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi
pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan
memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan
pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar3
Dari defenisi di atas diketahui bahwa strategi pembelajaran
merupakan suatu perencanaan yang didesain oleh guru dengan melakukan
berbagai kegiatan tertentu yang bertujuan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Strategi pembelajaran diterapkan dengan tujuan memberi
kemudahan kepada peserta didik untuk menerima dan memahami materi
pembelajaran.
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD PAB 19 Bandar
Klippa belum dilaksanakan strategi pembelajaran yang beragam. Proses
pembelajaran berjalan seperti biasa dengan metode ceramah, Tanya jawab
dan sesekali dengan metode diskusi. Hal ini disebabkan karena terdapat
beberapa kendala yang dihadapi oleh peneliti sebagai guru, seperti kurangnya
media dan fasilitas pendukung, kurang kerjasama antara guru dan pihak
sekolah serta masyarakat. Kendala ini mengakibatkan kurangnya minat siswa
dalam belajar Pendidikan Agama yang pada akhirnya menyebabkan
2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana, cet. 7, 2010), h. 126. 3 Hamzah. B.Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 3.
5
rendahnya prestasi dan hasil belajar siswa serta tidak memiliki
kemampuan/penguasaan materi baik dari segi kognitif, psikomotorik dan
afektif seperti yang diharapkan.
Pelajaran Pendidikan Agama Islam kurang diminati oleh peserta didik
dan dianggap kurang penting karena tidak termasuk mata pelajaran yang di
ujian nasionalkan (UN). Selain itu cara penyampaian guru Pendidikan Agama
Islam yang monoton kurang menarik perhatian peserta didik. Waktu yang
disediakan untuk pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu 3 x 35 menit dalam
satu kali pertemuan terasa terlalu lama dan membosankan. Dengan metode
ceramah yang dilakukan guru, peserta didik kurang berhasil dalam
memahami materi pelajaran, nilai yang diperoleh masih banyak dibawah nilai
KKM yang telah ditetapkan yaitu nilai 70.
Guru Pendidikan Agama Islam dianggap gagal dalam membelajarkan
peserta didik. Kenyataan yang ada dalam masyarakat dan lingkungan sekolah
saat ini adalah bahwa pada umumnya peserta didik tidak lagi memiliki
karakter yang baik dan pengetahuan agama yang benar yang seharusnya
mereka miliki. Hasil belajar siswa juga menunjukkan nilai di bawah KKM. Di
antara berbagai faktor yang menyebabkan ketidak berhasilan guru Pendidikan
Agama Islam dalam membelajarkan peserta didik adalah kurangnya
pengetahuan dan kemampuan guru dalam menerapkan berbagai strategi
pembelajaran aktif yang dapat mengaktifkan peserta didik pada proses
pembelajaran. Guru hanya terpaku kepada metode ceramah dan Tanya jawab
atau metode diskusi. Berbagai strategi pembelajaran aktif belum pernah
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.
Pada proses pembelajaran di dalam kelas, peneliti kerap kali
menemukan berbagai masalah yang menjadi kendala seperti kurangnya minat
dan perhatian siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam, banyak siswa
yang tidak mengerjakan tugas (PR), siswa sering keluar masuk kelas dalam
waktu belajar, ribut dan bercerita dengan teman-temannya pada waktu
belajar, sering terlambat dan selalu beralasan lupa membawa buku dan lain-
lain. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka kurang menyenangi pelajaran
6
Pendidikan Agama Islam. Kenyataan serupa juga sering dialami para guru
Pendidikan Agama Islam lainnya di sekolah masing-masing.
Peneliti sudah berusaha untuk menerapkan metode diskusi kelompok,
tetapi pada kenyataannya hanya sebahagian siswa saja yang turut aktif dalam
diskusi tersebut, sementara sebahagian siswa yang lainnya masih bermain-
main dan tidak konsentrasi pada pelajaran. Akibatnya proses pembelajaran
tidak berjalan dengan menyenangkan dan hasilnya pun belum mencapai yang
diinginkan, hanya sebahagian kecil siswa yang memperoleh nilai baik.
Hasil tes awal pembelajaranPendidikan Agama Islam khususnya pada
materi zakat fitrah pada siswa kelas VI SD. PAB 19 Bandar Klippa semester
2 pada kegiatan pra tindakan oleh peneliti, ditemukan bahwa penguasaan
siswa pada materi zakat fitrah tergolong rendah. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa jumlah siswa kelas VI semester 2 di SD. PAB 19 Bandar
Klippa adalah 32 orang. 3 orang memperoleh nilai 35 (94%), 9 orang
memperoleh nilai 40 (28%), 2 orang memperoleh nilai 45 (6,%), 2 orang
memperoleh nilai 50 (6%), 6 orang memperoleh nilai 55 (19 % ), 1 orang
memperoleh nilai 60 (3%), 2 orang memperoleh nilai 65 (6,%), 3 orang
memperoleh nilai 70 (9%) dan 4 orang memperoleh nilai 75 (12%).
Dari hasil tersebut diketahui bahwa hanya 7 orang siswa yang berhasil
mencapai nilai KKM atau sedikit melebihinya, sedangkan selebihnya yang
berjumlah 25 orang lagi belum mencapai KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal
yang ditetapkan pada materi zakat adalah 70. Pada tes awal penelitian ini
peneliti menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab pada pembelajaran
zakat. Kenyataan ini membuktikan bahwa proses pembelajaran belum
berhasil. Berdasarkan observasi diketahui bahwa penyebab rendahnya
kemampuan peserta didik dalam materi zakat adalah faktor dari peserta didik
sendiri yaitu kurangnya minat dan perhatian pada pembelajaran dan juga
faktor dari guru.
Faktor penyebab dari diri peserta didik adalah karena mereka
cenderung kurang dapat mengingat dan menjelaskan kelompok orang-orang
yang berhak menerima zakat, apa manfaat dari zakat dan berbagai ketentuan
7
zakat lainnya. Hal ini menyebabkan peserta didik kurang berminat terhadap
pembelajaran karena mereka merasa sulit. Sedangkan faktor dari guru adalah
karena kurangnya kreatifitas dalam mengembangkan dan menggunakan
strategi pembelajaran serta tidak adanya fasilitas, sarana dan prasarana yang
mendukung untuk menerapkan suatu metode atau strategi.
Fenomena ini memberikan motivasi kepada peneliti untuk
mengadakan penelitian, yaitu Penelitian Tindakan Kelas dengan mencoba
menerapkan suatu strategi pembelajaran yang selama ini belum pernah
diterapkan dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Strategi ini tidak
memerlukan media atau sarana yang mahal dan mewah, cukup hanya dengan
menggunakan potongan-potongan kertas karton yang bertuliskan materi
pembelajaran. Dengan menerapkan strategi yang berbeda dari biasanya,
penulis akan meneliti apakah terjadi perubahan yang positif dalam proses dan
hasil pembelajaran pendidikan Agama Islam, khususnya pada materi zakat.
Strategi pembelajaran aktif Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua
Kepala merupakan strategi pembelajaran yang sejak awal proses
pembelajarannya telah mengaktifkan siswa secara keseluruhan untuk terlibat
dalam kegiatan mencari dan menemukan materi pembelajaran. Dengan
strategi ini penulis memprediksikan bahwa proses pembelajaran akan
berlangsung secara menyenangkan, seluruh siswa terlibat secara aktif dan
akan memberikan hasil yang lebih baik dari biasanya.
Suasana belajar dan pembelajaran lebih berorientasi kepada siswa,
suasana belajar lebih menyenangkan karena siswa aktif melakukan tindakan,
mereka saling berlomba untuk secepatnya menemukan pasangan masing-
masing dan untuk selanjutnya mendiskusikan jawabannya. Dengan demikian
mereka dapat mengembangkan potensi, kecerdasan dan sikap serta lebih
memahami dan mengingat materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala adalah strategi
pembelajaran yang lebih berorientasi kepada peserta didik dan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas secara bebas
8
namun terarah untuk memahami materi pembelajaran secara mudah. Dengan
penerapan strategi ini diharapkan hasil belajar akan mengalami peningkatan.
Untuk membuktikan hipotesis peneliti tentang peningkatan proses dan
hasil belajar siswa dalam pendidikan Agama Islam melalui strategi
pembelajaran yang beragam, maka peneliti mengadakan penelitian dengan
judul “PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF MENCARI
PASANGAN DAN KEKUATAN DUA KEPALA PADA MATERI ZAKAT
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SD
PAB 19 BANDAR KLIPPA”.
B. Batasan Masalah.
Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami dan meluasnya materi
yang dikaji dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan terhadap
ruang lingkup pembahasan. Strategi pembelajaran aktif Mencari Pasangan
dan Kekuatan Dua Kepala yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
langkah-langkah sistematis yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran
dengan mengaktifkan seluruh siswa untuk mencari dan menemukan pasangan
masing-masing yang memiliki materi pembelajaran yang sesuai dengan
dirinya (baik pertanyaan ataupun jawaban) sekaligus memberikan jawaban
atas berbagai permasalahan yang timbul secara individu dan berpasangan.
Oleh karena materi pembelajaran mengenai zakat memiliki
pembahasan yang cukup luas, maka penulis hanya membatasi pada
permasalahan zakat fitrah, sedangkan zakat mal (zakat harta) hanya sedikit
saja yang dibahas. Selain itu pembelajaran pada materi zakat ini hanya
sampai pada hasil belajar kognitif, tidak mencakup aspek psikomotorik.
Materi ini terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22
Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah tepatnya di kelas VI SD semester 2 ,SK.10.KD.101. dan 10.244
4 DepartemenPendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Tahun 2008, Peraturan Mentei Pendidikan Nasionl (Jakarta: 2008), h. 57.
9
C. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam pada materi zakat sebelum menggunakan strategi mencari pasangan
dan kekuatan dua kepala pada kelas VI SD PAB 19 Bandar Klippa?
2. Bagaimana proses pembelajaran PAI pada materi zakat dengan
menerapkan strategi pembelajaran mencari pasangan dan kekuatan dua
kepala di kelas VI SD PAB 19 Bamdar Klippa?
3. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI pada materi zakat
sesudah menggunakan strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua
Kepala di kelas VI SD PAB 19 Bandar Klippa,
4. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI
pada materi zakat setelah menggunakan strategi Mencari Pasangan dan
Kekuatan Dua Kepala di kelas VI SD PAB 19 Bandar Klippa?
D. Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan meningkatkan
kemampuan dan profesionalitas guru dalam mengelola proses pembelajaran
PAI untuk memperoleh hasil yang optimal dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI pada materi zakat
sebelum menggunakan strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua
Kepala di Kelas VI SD PAB 19 Bandar Klippa.
2. Mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI materi zakat
setelah menggunakan strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua
Kepala di kelas VI SD PAB 19 Bandar Klippa.
10
3. Mendiskripsikan proses pembelajaran PAI pada materi zakat dengan
menggunakan strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala di
kelas VI SD PAB 19 Bandar Klippa.
4. Mendiskripsikan peningkatan hasil pembelajaran pada materi zakat setelah
penerapan dua model pembelajaran tersebut.
E. Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah untuk:
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui perbaikan dan peningkatan
kinerja dan memberikan kepuasan serta rasa percaya diri yang dapat
dijadikan modal untuk secara terus menerus meningkatkan kemampuan
dan kinerja guru.
2. Mengembangkan kemampuan guru dalam memperbaiki proses
pembelajaran dan meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesional.
3. Mengaktifkan siswa secara keseluruhan dalam proses pembelajaran
sehingga materi ajar lebih dapat dikuasai siswa dengan lebih baik.
4. Menggunakan dan mengembangkan metode pembelajaran yang lebih
efektif dan menyenangkan dalam menyampaikan isi pembelajaran.
5. Menambah wawasan peneliti tentang berbagai hal yang menyangkut
pembelajaran. Mendeteksi berbagai kelemahan dalam mengajar dan
berusaha mencari alternatif pemecahannya.
6. Menjadi masukan dan pembuktian bahwa penelitian tindakan kelas
yang sederhana, praktis dan fungsional dapat lebih bermanfaat bagi guru
baik untuk peningkatan proses belajar maupun hasil belajar siswa.
7. Menghilangkan kejenuhan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
PAI, sekaligus membangkitkan minat dan perhatian siswa pada
pembelajaran PAI yang selama ini kurang diminati.
8. Memberi pengaruh positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa dan
memberikan hasil belajar yang optimal.
11
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU
A. Kajian Teori
1. Strategi Pembelajaran Mencari Pasangan (Index Card Match).
Metode Index Card Match atau biasa juga disebut dengan Make a
Match (Mencari Pasangan) dikembangkan oleh Lurna Curran (1994).
Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenal suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan1
Strategi ini dapat digunakan untuk meninjau ulang
kembali materi yang telah diajarkan guru sebelumnya dan bisa juga
digunakan untuk memberikan materi yang baru, dengan syarat guru harus
menugaskan peserta didik terlebih dahulu untuk membaca/mempelajari
materi tersebut.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam
menggunakan model ini adalah sebagai berikut:5
a. Tahap Persiapan.
1) Menganalisis kurikulum untuk mengetahui Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang harus dikuasai peserta didik.
2) Menyusun RPP dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif
Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala serta merumuskan
Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai.
3) Menentukan pokok-pokok materi yang akan diajarkan.
4) Mempersiapkan alat bantu.
Dari analisis kurikulum diketahui bahwa Standar Kompetensi
pada materi zakat adalah mengetahui kewajiban zakat. Sedangkan
Kompetensi Dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah
menyebutkan macam-macam zakat dan menyebutkan ketentuan zakat
1Rusman, Model-Model Pembelajaran ;Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, cet. 3, 2011), h. 223.
12
fitrah. Hal ini mengindikasikan bahwa pada materi zakat diutamakan
kemampuan pada rana kognitif peserta didik, artinya belum dituntut
sampai kepada rana psikomotorik untuk mempraktikkan cara
pembayaran zakat dan zakat fitrah.
Berdasarkan kemampuan yang harus dicapai peserta didik
tersebut, maka peneliti menyusun RPP yang sesuai dengan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar dengan menerapkan strategi
pembelajaran aktif Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala pada
bagian kegiatan inti. Peneliti juga merumuskan beberapa indikator
yang harus dicapai dalam pertemuan siklus I.
Setelah menyusun RPP, peneliti mengumpulkan materi dari
beberapa sumber yang sesuai untuk dijadikan sebagai bahan
pembelajaran. Selanjutnya peneliti menyiapkan alat bantu
pembelajaran berupa potongan-potongan kertas karton yang
bertuliskan materi zakat. Potongan-potongan kertas karton tersebut
dibuat sebanyak jumlah peserta didik yaitu 32 orang. Sebahagian
kertas berisi pertanyaan tentang materi zakat dan sebahagian lainnya
bertuliskan jawaban dari pertanyaan tersebut.
b. Tahap Pelaksanaan.
1) Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada dalam
kelas.
2) Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3) Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya
pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas
berisi satu pertanyaan.
4) Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang tadi dibuat.
5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan
jawaban.
6) Beri setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas
yang dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal
dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.
7) Minta siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang
sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan.
Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka
13
dapatkan kepada teman yang lain. Siswa yang dapat menemukan
pasangannya sebelum batas waktu diberi poin.
8) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan,
minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal
yang diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lain.
Selanjutnya soal-soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang
lain.
9) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan26
Pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya pada
materi zakat, peneliti menerapkan strategi sesuai dengan langkah-langkah
yang ditetapkan. Pada setiap siklus strategi Mencari Pasangan dilakukan
pada kegiatan inti sebanyak dua atau tiga kali secara berulang-ulang.
Dengan menggunakan potongan-potongan kertas karton yang bertuliskan
materi pelajaran sebagai media pembelajaran.
2. Strategi Pembelajaran Kekuatan Dua Kepala (The Power Of Two).
Strategi belajar kekuatan berdua, adalah belajar dalam kelompok
kecil dengan menumbuhkan kerjasama secara maksimal melalui kegiatan
pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya
untuk mencapai kompetensi dasar. Strategi ini mempunyai prinsip bahwa
berpikir berdua jauh lebih baik daripada berpikir sendirian3
Langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan.
Oleh karena strategi Kekuatan Dua Kepala ini dilaksanakan
sesudah selesai pelaksanaan strategi Mencari Pasangan pada waktu
yang sama, maka penyusunan RPP tidak lagi dilakukan. Peneliti hanya
mempersiapkan alat bantu pembelajaran atau alat peraga berupa
potongan kertas karton yang bertuliskan pertanyaan tentang materi
zakat. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan menuntun peserta didik
untuk berfikir secara analisis atau melakukan perenungan.
2Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif
(Yogyakarta:CTSD Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga, cet. 6, 2007). h. 69-70.
3Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), h. 395.
14
Beberapa contoh pertanyaan yang diberikan sebagai berikut:
1. Apa perbedaan antara orang fakir dengan orang miskin?
2. Apa manfaat atau faedah membayar zakat fitrah?
3. Manakah yang lebih baik membayarkan zakat fitrah dalam bentuk
uang atau makanan pokok?
4. Kapankah waktu yang paling baik untuk membayarkan zakat fitrah?
b. Tahap Pelaksanaan.
1) Ajukan satu atau lebih pertanyaan yang menuntun perenungan dan
pemikiran.
2) Siswa diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan secara individual.
3) Setelah semua siswa menjawab dengan lengkap semua pertanyaan,
mintalah mereka untuk berpasangan dan saling bertukar jawaban satu
sama lain dan membahasnya.
4) Mintalah pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk
setiap pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban individual mereka.
5) Ketika semua pasangan telah menulis jawaban-jawaban baru,
bandingkan setiap jawaban di dalam kelas.
6) Mintalah keseluruhan kelas untuk memilih jawaban terbaik untuk setiap
pertanyaan4.7
Setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran dengan strategi
Mencari Pasangan, kemudian dilanjutkan dengan strategi Kekuatan Dua
Kepala. Guru memberikan satu potong kertas lain yang berisikan
pertanyaan kepada setiap peserta didik. Peserta didik yang sudah
berpasangan diminta untuk memberikan jawaban secara individual
terhadap pertanyaan baru yang diberikan oleh guru. Setelah selesai
menjawab pertanyaan secara individu, peserta didik diminta untuk saling
bertukar jawaban dengan pasangannya kemudian membahas jawaban
tersebut dan memberikan jawaban baru sebagai hasil dari diskusi peserta
didik bersama pasangannya.
Dari langkah-langkah pembelajaran yang terdapat pada strategi
Kekuatan Dua Kepala di atas, diketahui bahwa kegiatan yang dilakukan
peserta didik adalah memberikan jawaban dari pertanyaan secara
berpasangan setelah terlebih dahulu memberikan jawaban secara
4
Zaini, Strategi Pembelajaran, h. 55-56.
15
perorangan atau individual. Kegiatan ini akan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk berdiskusi dengan temannya guna
memberikan jawaban yang lebih lengkap dari jawabannya sendiri.
Kegiatan ini juga akan melatih peserta didik untuk menghargai pendapat
orang lain dan bekerjasama dengan orang lain.
Strategi Kekuatan Dua Kepala ini telah mengaktifkan peserta
didik dari awal pembelajaran untuk berfikir secara kritis dan mencari
jawaban yang tepat untuk setiap pertanyaan. Ketika peserta didik belajar
dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran.
Peserta didik tidak hanya aktif menggunakan otaknya untuk menemukan
ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan atau
mengaplikasikan pengetahuan mereka ke dalam kehidupan sehari-hari,
tetapi mereka juga aktif secara fisik dengan menggunakan seluruh panca
indera yang ada dalam proses pembelajaran.
Dengan melihat, mendengar dan melakukan kegiatan langsung,
maka peserta didik akan lebih memahami materi pembelajaran. Oleh
karena itu belajar aktif sangat diperlukan peserta didik untuk memperoleh
hasil belajar yang maksimum. Kenyataan ini sesuai dengan apa yang
dikatakan seorang filosof kenamaan dari Cina, Konfusius. Dia
mengatakan, “Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat,
saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham”58
Melalui strategi Mencari Pasangan, peserta didik dilatih untuk
berfikir dan bertindak secara cepat dan tepat yaitu dengan cara
menemukan pasangan yang sesuai dari materi yang dimilikinya baik
berupa pertanyaan atau jawaban. Dengan strategi Kekuatan Dua Kepala,
peserta didik dilatih untuk bekerjasama, menghargai pendapat orang lain
dan berfikir secara analitis.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa kedua strategi yang
diterapkan pada penelitian ini menggunakan pendekatan konstruktivisme
yang menjadi landasan dari beberapa teori belajar seperti teori perubahan
5Ibid. h. xvii
16
konsep, teori belajar bermakna dan teori skema. Konstruktivisme
memandang bahwa belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam upaya
menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan merupakan
kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta 6
Sementara itu pendapat lain mengatakan bahwa:
Pendekatan konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu
pendekatan yang lebih terfokus kepada peserta didik sebagai
pusat dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini disajikan
supaya lebih merangsang dan memberi peluang kepada peserta
didik untuk belajar berfikir inovatif dan mengembangkan
potensinya secara optimal.7 9
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan
bahwa pendekatan konstruktivisme sangat tepat diterapkan dalam proses
pembelajaran, sebab pendekatan ini berfokus pada peserta didik. Peserta
didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal karena mereka
mempuyai kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses
pembelajaran Peserta didik bertindak sebagai subjek pembelajaran yang
melakukan langsung kegiatan belajar dan bukan sebagai objek dalam
proses pembelajaran.
Proses pembelajaran PAI pada penelitian ini menggunakan
pendekatan konstruktivisme dengan strategi pembelajaran Mencari
Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala diharapkan dapat memberikan hasil
belajar yang lebih baik daripada sebelumnya.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.8
6
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, cet. 4, 2010), h. 19.
7Nanang Hanafiah., Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: Refika
Aditama, cet. 2, 2010), h. 6.
8Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja
Rosdakarya, cet. 15 2010), h. 22.
17
Sedangkan belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman
dan pelatihan yang diperoleh individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Djamarah mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang
terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan
individu.910
Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari
belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang
terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi
kebiasaan baru serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu
sendiri. Selanjutnya pendapat lain mengatakan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah
mengalami aktifitas belajar.1011
Hasil belajar merupakan pencapaian
tujuan dari proses belajar yang diperoleh dalam bentuk perubahan
perilaku yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah
lakunya.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli, diketahui
bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri
individu setelah ia mengalami proses belajar. Perubahan itu terjadi pada
keseluruhan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Baik atau buruk
hasil suatu pembelajaran akan ditentukan oleh proses belajar yang
dilalui peserta didik. Jika dalam proses belajar memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk terlibat secara aktif, sehingga mereka dapat
mengembangkan potensinya secara optimal, maka hasil belajar juga akan
baik. Sebaliknya apabila dalam proses belajar tidak banyak melibatkan
peserta didik, kurang memberikan kesempatan kepada mereka untuk
menggunakan potensinya secara optimal, tentu hasil belajar akan
berkurang.
Oleh karena itu, perlu diupayakan mendesain suatu proses belajar
yang dapat memfasilitasi peserta didik untuk menggunakan dan
9
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 175.
10 Chatarina Tri Anni, Psikologi Belajar (Semarang: UPT UNNES Press, 2006), h. 4.
18
mengembangkan potensinya secara optimal. Proses belajar yang bukan
hanya sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta semata, tetapi
berusaha menghubungkan berbagai konsep sehingga menghasilkan
pemahaman yang utuh dan tidak mudah dilupakan.
Proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila Tujuan
Instruksional Khusus (TIK) nya dapat tercapai. Dengan kata lain suatu
proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan
berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan instruksional khusus dari
bahan tersebut.111110 12
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah
mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data
kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) maupun kualitatif. Untuk melihat
hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan
untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau
belum12
Pada penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud dengan hasil
belajar siswa adalah hasil ulangan harian (tes formatif) yang diberikan
pada setiap akhir program satuan pelajaran untuk mengetahui sampai
dimana pencapaian hasil belajar atau tingkat pemahaman peserta didik
dalam penguasaan bahan atau materi zakat. Ulangan harian dilakukan
setiap selesai proses pembelajaran dalam satu satuan bahasan atau
Kompetensi Dasar Tes formatif tersebut terdiri dari seperangkat soal
yang sesuai dengan beberapa indikator yang telah dirumuskan dalam
suatu RPP dan harus dijawab peserta didik, serta beberapa pertanyaan
yang dilakukan dengan wawancara yang berkaitan dengan konsep yang
sedang dibahas. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan
proses pembelajaran dan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam
memberikan nilai kepada peserta didik.
11
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.
105. 12
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 277.
19
Oleh karena hasil penilaian formatif ini akan dijadikan sebagai
dasar bagi perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran
selanjutnya, maka standar yang dipergunakan dalam mengolah hasil tes
belajar tersebut adalah standar mutlak (Criterion-referenced test).
Dengan menggunakan standar mutlak dimaksudkan bahwa tes ini
bertujuan untuk mengetahui berapa persen indikator-indikator atau
tujuan-tujuan khusus pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik,
bukan untuk mengetahui status setiap peserta didik dibandingkan dengan
peserta didik lainnya dalam kelas yang sama.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa.
Sebagaimana proses belajar, hasil belajar juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa. Kedua faktor
ini saling berkaitan antara satu dan lainnya. Faktor utama yang berasal
dari dalam diri siswa adalah faktor kemampuan yang dimiliki siswa.
Faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar
yang akan dicapai siswa. A.Kosasih dalam bukunya Optimaliasi Media
Pembelajaran mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah
70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh
lingkungan.13
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
dalam belajar sangat dipengaruhi oleh kemampuan siswa. Siswa yang
memiliki kemampuan tinggi akan memperoleh hasil belajar yang baik.
Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan rendah akan memperoleh
hasil belajar yang rendah pula. Sedangkan siswa yang memiliki
kemampuan sedang akan memperoleh hasil belajar yang biasa-biasa saja.
Namun demikian kemampuan siswa dapat ditingkatkan ke arah yang
lebih baik lagi dengan belajar lebih giat dan sungguh-sungguh.
13
A. Kosasih, Optimalisasi Media Pembelajaran (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 50.
20
Selain faktor kemampuan, beberapa faktor lain juga
mempengaruhi hasil belajar siswa seperti faktor motivasi, minat,
perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi fisik dan psikis
juga kondisi sosial ekonomi.
Motivasi, minat dan perhatian memberikan pengaruh yang besar
terhadap keberhasilan belajar peserta ddik. Peserta didik yang memiliki
motovasi yang kuat, minat yang besar dan perhatian yang sungguh-
sungguh terhadap suatu pelajaran, maka akan memperoleh hasil yang
baik. Oleh karena itu, guru harus dapat membangkitkan motivasi, minat
dan perhatian peserta didik untuk mengikuti pelajaran. Semakin kuat dan
besar motivasi, minat dan perhatian yang dimilki peserta didik, maka
semakin baik pula hasil belajar yang diperolehnya. Demikian pula
sebaliknya, rendahnya motivasi, minat dan perhatian terhadap suatu
pelajaran akan menyebabkan hasil belajar yang rendah pula.
Sikap dan kebiasaan belajar peserta didik juga memberikan
pengaruh terhadap hasil belajar. Peserta didik yang memiliki sikap dan
kebiasaan belajar yang baik dan teratur akan memperoleh hasil belajar
yang baik, demikian pula sebaliknya. Faktor ketekunan akan
mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Hasil belajar yang baik,
keterampilan dan nilai yang tinggi hanya dapat diperoleh peserta didik
apabila mereka tekun dalam belajar.
Kondisi fisik dan psikhis juga kondisi ekonomi memberikan
pengaruh yang besar terhadap hasil belajar peserta ddik. Fisik yang
bersih, sehat dan kuat akan memberikan rasa nyaman bagi peserta didik
untuk belajar. Perasaan nyaman, tenang dan gembira akan menyebabkan
peserta didik senang dan mudah menerima pelajaran. Kondisi ekonomi
yang mapan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor yang
berasal dari dalam diri peserta didik seperti faktor kemampuan, motivasi,
minat, perhatian, ketekunan, kondisi fisik dan psikhis juga kondisi
ekonomi yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik
21
mempunyai keterkaitan antara satu dan lainnya. Apabila salah satunya
tidak berada pada kondisi yang diharapkan, maka hasil belajar peserta
didik akan mengalami kemunduran dan tidak mencapai hasil seperti yang
diinginkan.
Selain faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik, maka ada
beberapa faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang dapat
mempengaruhi hasil belajar. Di antara faktor yang berasal dari luar diri
siswa adalah faktor lingkungan dan guru. Lingkungan keluarga dan
masyarakat memberikan pengaruh bagi hasil belajar peserta didik.
Keluarga yang utuh, harmonis dan penuh perhatian akan memberikan
pengaruh yang baik bagi hasil belajar peserta didik. Demikian juga
lingkungan masyarakat yang baik akan memberikan pengaruh positif
bagi hasil belajar peserta didik, demikian pula sebaliknya. Oleh karena
itu perlu diciptakan lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat
yang baik untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.
Guru mempengaruhi kualitas pembelajaran yang dihasilkan. Guru
yang kreatif dan dapat menghargai setiap usaha dari peserta didiknya
akan berhasil dalam pembelajarannya. Hasil belajar yang diperoleh
peserta didik banyak dipengaruhi oleh cara penyajian materi yang
dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Selain itu faktor strategi,
metode, sarana dan prasarana juga memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Strategi dan metode yang berfariasi dan berpusat kepada
siswa yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran serta didukung
oleh sarana dan prasarana yang lengkap akan memberikan hasil belajar
yang tinggi dan memuaskan. Faktor yang berasal dari dalam diri peserta
didik dan yang berasal dari luar diri peserta didik mempunyai keterkaitan
antara satu dan lainnya, saling mempengaruhi dan saling mendukung
dalam mencapai hasil belajar peserta didik.
Selanjutnya Caroll berpendapat bahwa ada 5 (lima) faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu:
22
a). Faktor bakat belajar
b). Faktor waktu yang tersedia untuk belajar.
c). Faktor kemampuan individu.
d). Faktor kualitas pengajaran.
e). Faktor lingkungan1314
Dari kelima faktor tersebut, tiga yang pertama berasal dari dalam
diri siswa, dan dua yang terakhir berasal dari luar diri peserta didik yang
bisa berasal dari guru dan lingkungan hidup mereka.
c. Bentuk dan Tipe Hasil Belajar.
Agar dapat mendesain pembelajaran secara tepat, maka guru
harus mengetahui tipe hasil belajar yang diharapkan dalam suatu proses
pembelajaran. Pengetahuan ini sangat penting agar setiap proses
pembelajaran dapat diukur tingkat keberhasilannya. Tipe hasil belajar
yang diinginkan harus tergambar dalam perumusan tujuan pembelajaran
dan indikator, sebab tujuan itulah yang akan dicapai dalam proses
pembelajaran.
Kemampuan yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran,
baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik adalah merupakan
hasil belajar atau prestasi belajar. Ketiga aspek tersebut tidak berdiri
sendiri, namun merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
bahkan membentuk hubungan hirarki. Keberhasilan dalam aspek kognitif
akan memberikan pengaruh terhadap aspek afektif dan peningkatan
psikomotorik. Siswa yang telah berubah tingkat kognisinya, maka
sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap (afektif) dan
perilakunya (psikomotorik).
Secara garis besar, Benyamin Bloom membagi hasil belajar ke
dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotoris.14
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap dan ranah psikomotoris
13
Ibid. h. 51. 14
Sudjana, Penilaian Hasil, h. 22.
23
berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak.15
Selanjutnya Bloom dalam Ngalim Purwanto membagi tipe
hasil belajar kognitif menjadi enam bahagian yaitu: pengetahuan hafalan
(knowledge), pemahaman atau komprehensi, penerapan aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi1516
Tipe hasil belajar pengetahuan merupakan tingkatan tipe hasil
belajar yang paling rendah. Namun demikian tipe hasil belajar ini penting
karena merupakan prasyarat untuk mempelajari dan menguasai tipe-tipe
hasil belajar selanjutnya. Hasil belajar dalam bentuk pengetahuan ini
berkaitan dengan istilah, fakta, aturan, urutan dan metode. Tipe hasil
belajar pengetahuan ini biasanya diungkapkan dalam rumusan indikator
dengan kata-kata operasional seperti: mengidentifikasikan, menyebutkan,
menunjukkan, memilih dan menjodohkan.
Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari
tipe hasil belajar pengetahuan. Pemahaman memerlukan kemampuan
menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Hasil belajar dalam bentuk
pemahaman berkaitan dengan konsep, kaidah, prinsip, kaitan antara fakta
dan isi pokok. Rumusan indikator untuk hasil belajar tipe pemahaman ini
biasanya menggunakan kata-kata menjelaskan, menguraikan,
merumuskan, merangkum, menyimpulkan, menerangkan, memberikan
contoh dan membuktikan.
Tipe hasil belajar yang ketiga adalah applikasi atau penerapan
yaitu merupakan kesanggupn atau kemampuan siswa untuk menerapkan
atau menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam suatu situasi yang
baru. Hasil belajar penerapan misalnya berkaitan dengan konsep, prinsip,
metode, kaidah dan prosedur. Dalam rumusan indikator selalu
menggunakan kata-kata mendemonstrasikan, menunjukkan, melengkapi,
15 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009), h. 43.
24
menghubungkan, menghitung, membuktikan, menyesuaikan dan
menemukan.
Tipe hasil belajar berikutnya adalah tingkat kemampuan analisis
yaitu kemampuan untuk menganalisa atau menguraikan suatu situasi
tertentu ke dalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuknya.
Analisis merupakan tipe belajar yang kompleks yang memanfaatkan tipe
hasil belajar sebelumnya yaitu pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.
Dalam rumusan indikator biasanya menggunakan kata-kata
membandingkan, memilih, membuat diagram, membagi, menerima,
memisahkan dan menunjukkan hubungan antara. Hasil belajar tipe
analisis ini misalnya berkaitan dengan struktur dasar, bagian-bagian dan
hubungan antara.
Tipe hasil belajar yang kelima adalah tingkat kemampuan sintesis
yaitu kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian ke
dalam suatu bentuk yang menyeluruh. Hasil belajar sintesis merupakan
kebalikan dari hasil belajar analisis. Dalam rumusa indikator biasanya
menggunakan kata-kata mengarang, mengkategorikan, menciptakan,
mendesain, mengatur, menyimpulkan, menyusun kembali dan membuat
pola. Tipe hasil belajar sintesa umpamanya berkaitan dengan rencana,
skema dan program kerja.
Tipe hasil belajar kognitif yang terakhir adalah evaluasi yaitu
kemampuan untuk memberikan penilaian tentang suatu pernyataan,
konsep, situasi dan sebagainya berdasarkan suatu kriteria tertentu. Tipe
hasil belajar ini adalah tingkat yang tertinggi dari kemampuan kognitif
siswa. Dalam rumusan indikator biasanya menggunakan kata-kata
menaksir, membedakan, melukiskan, membahas, menafsirkan,
membuktikan, mengkritik dan menolak.
Di samping tipe hasil belajar kognitif, perlu juga dicapai tipe hasil
belajar afektif. Bidang afektif mencakup sikap dan nilai yang diperoleh
dan diperlihatkan siswa melalui berbagai tingkah laku sehari-hari seperti
perhatian terhadap pelajaran, motivasi belajar, kebiasaan belajar, disiplin,
25
menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.
Hasil belajar ranah afektif mulai dari tingkat yang dasar atau sederhana
sampai tingkat yang kompleks dapat dikategorikan ke dalam lima jenis
yaitu:
1).Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa
dalam bentuk masalah, situasi, gejala dll.
2).Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh
seseorang terhadap stimulasi yang dating dari luar.
3).Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus tadi.
4).Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem
organisasi dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
5).Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan
semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.1617
Ranah afektif dalam satu bahan pelajaran merupakan bagian yang
integral dari bahan pelajaran tersebut meskipun bahan pelajaran itu berisi
ranah kognitif dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar
yang akan dicapai peserta didik.
Tipe belajar psikomotorik terlihat dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak yang dilakukan oleh siswa. Berbagai
bentuk kemampuan ini dimulai dari yang paling sederhana sampai
kepada yang kompleks. Ada enam tingkatan kemampuan pada ranah
psikomotorik yaitu:
a). Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
b). Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c). Kemampuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan auditif. motoris dan lain-lain.
d). Kemampuan di bidang fisik.
e). Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-
decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.1718
Tipe-tipe hasil belajar yang dikemukakan di atas, tidak berdiri
sendiri tetapi saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Proses
16
Sudjana, Penilaian, h. 30.
17 Ibid. h. 31.
26
pembelajaran dikatakan berhasil apabila seluruh siswa memiliki ketiga
tipe hasil belajar tersebut. Kemampuan kognitif yang tinggi, afektif yang
baik dan psikomotorik yang teruji dan dapat dipertanggung jawabkan.
Keberhasilan dalam satu tipe belajar saja menyebabkan ketimpangan
pada pembentukan kepribadian anak didik dan tidak akan mewujudkan
tujuan pembelajaran dan pendidikan nasional. Oleh karenanya seorang
guru harus memahami tipe hasil belajar yang akan dicapai pada setiap
proses pembelajaran atau materi yang disajikan.
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan pada siswa kelas VI
SD PAB 19 Bandar Klippa dengan menerapkan strategi Mencari
Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala pada materi zakat ini akan
mendeskripsikan peningkatan hasil belajar peserta didik pada ranah
kognitif ditingkat pengetahuan dan pemahaman saja, tidak sampai kepada
tingkat penerapan dan selanjutnya.
Deskripsi peningkatan hasil belajar pada rana kognitif kategori
jenis perilaku pengetahuan dan pemahaman ini berdasarkan Standar
Kompetensi 10. mengetahui kewajiban zakat dan Kompetensi Dasar 10.1
dan 10.2 yaitu menyebutkan macam-macam zakat dan menyebutkan
ketentuan zakat fitrah. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
tersebut terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, khususnya di kelas VI SD semester 2.
Oleh karena Kompetensi Dasar yang dituntut hanya sebatas
mengetahui dan memahami saja, maka peneliti memilih strategi Mencari
Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala sebagai strategi yang sesuai untuk
menyajikan materi tersebut. Karena kedua strategi ini mudah untuk
dilakukan, menyenangkan, menarik dan memudahkan peserta didik untuk
mengingat dan memahami materi pelajaran karena dilakukan berulang-
ulang dalam satu kali pertemuan. Selain itu strategi ini juga dapat
menumbuhkan kerjasama di antara peserta didik sehingga seluruh peserta
didik aktif melakukan kegiatan secara fisik dan psikhis. Aktivitas peserta
27
didik dalam kegiatan pembelajaran memberikan pengaruh yang positif
terhadap hasil belajar yang diperoleh.
4. Karakteristik Anak Didik Sekolah Dasar.
a. Rentang Usia Anak Didik Sekolah Dasar.
Para ahli berbeda pendapat dalam menentukan pada umur berapa
tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar. Hal ini disebabkan
karena kematangan itu tidak disebabkan oleh umur semata-mata.
Menurut Nasution dalam Syaiful Bahri Djamarah, masa usia sekolah
dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam
tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai
dengan mulainya anak masuk sekolah dasar, dan dimulainya sejarah
baru dalam kehidupannya18
Selanjutnya Suryobroro mengatakan
bahwa:19
masa usia sekolah sebagai masa intelektual atau masa keserasian
bersekolah. Ia mengatakan bahwa pada masa usia 6 atau 7 tahun
biasanya anak memang telah matang untuk masuk sekolah dasar.
Pada masa keserasian bersekolah anak-anak lebih mudah dididik
daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini menurut
Suryobroto dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu : (1) Masa
kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6 atau 7 tahun
sampai umur 9 atau 10 tahun dan (2) Masa kelas-kelas tinggi
sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10 tahun sampai kira-kira
umur 12 atau 13 tahun19.20
Dari pendapat di atas, jelaslah bahwa rentang usia anak didik
sekolah dasar adalah antara 6 sampai 13 tahun. Pada usia ini anak telah
matang untuk bersekolah dan siap menjelajahi lingkungannya. Para ahli
memasukkan anak-anak pada usia ini ke dalam tahap perkembangan
intelektual. Anak tidak merasa puas hanya sebagai penonton saja, tetapi
ia ingin mengetahui lingkungannya, tata kerjanya, dan bagaimana ia
dapat menjadi bagian dari lingkungannya.
18
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 123. 19
Ibid. h. 124
28
b. Karakteristik Siswa Kelas Tinggi Sekolah Dasar.
Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa
kelas VI Sekolah Dasar yang berarti termasuk pada fase kelas tinggi
sekolah dasar. Tepatnya anak yang berusia antara 11 sampai 13 tahun.
Ada beberapa sifat khas atau karakteristik anak-anak pada masa ini
sebagai berikut:
1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang
konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk
membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
2) Amat realistik, imgim tahu dan ingin belajar.
3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadapa hal-hal dan
mata pelajaran khusus.
4) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau
orang-orang dewasa lainnya.
5) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok
sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di
dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan
permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri20
Anak –anak Sekolah Dasar mulai memandang semua peristiwa
dengan objektif. Semua kejadian ingin diselidiki dengan tekun dan penuh
minat.
Dalam keadaan normal, fikiran anak-anak usia sekolah dasar
berkembang secara berangsur-angsur dan tenang. Anak betul-
betul ada dalam stadium belajar. Hasrat untuk mengetahui realitas
benda dan peristiwa-peristiwa mendorong anak untuk meneliti
dan bereksperimen. Anak pada usia ini sangat aktif dan dinamis,
minatnya banyak tertuju pada berbagai aktivitas. Semakin banyak
anak berbuat, makin bergunalah aktivitas tersebut bagi proses
pengembangan kepribadiannya21
21
Selain itu F.J. Monks dan kawan-kawan menjelaskan dalam
buku mereka yang berjudul “Psikologi Perkembangan; Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya” bahwa anak usia 11 tahun ke atas sudah memasuki
tahap stadium operasional formal dalam proses berfikir.
20
Kartini Kartono, Psikologi Anak; Psikologi Perkembangan (Bandung: Sumber Sari
Indah, 2007), h. 13. 21
Ibid.
29
Berfikir dalam stadium formal memilki dua sifat yang penting yaitu:
a. Sifat deduktif-hipotesis, anak yang berfikir operasional formal akan
bekerja dengan memikirkan dulu suatu masalah secara teoritis,
menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang
mungkin ada. Atas dasar analisisnya ini, ia lalu membuat suatu strategi
penyelesaian.
b. Berfikir operasional formal juga berfikir kombinatoris hal ini
berhubungan dengan cara bagaimana dilakukan analisisnya. Berfikir
operasional formal memungkinkan orang untuk mempunyai tingkah laku
“problem solving yang betul-betul ilmiah, serta memungkinkan untuk
mengadakan pengujian hipotesis dengan variable-variabel tergantung2222
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa anak
usia Sekolah Dasar adalah anak-anak yang sedang berada pada usia yang
matang untuk bersekolah. Anak-anak ini sangat aktif dan kreatif dan
menyukai aktifitas, bersifat dinamis serta memiliki keinginan untuk
melakukan eksperimen karena hasrat ingin tahu tentang sesuatu sangat
tinggi. Semakin banyak mereka melakukan aktifitas dalam pembelajaran,
maka semakin berguna pula untuk perkembangan kepribadiannya. Oleh
karena itu pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik tersebut.
Selain itu anak-anak usia Sekolah Dasar sudah mampu untuk
berfikir kritis dan analisis terutama anak-anak usia Sekolah Dasar yang
tergolong pada kelas tinggi yaitu kelas IV, V dan VI. Berdasarkan
karakteristik siswa sekolah dasar yang dijelaskan oleh para ahli, maka
dalam penelitian ini dicoba menerapkan strategi pembelajaran aktif yang
berorientasi pada siswa. Peserta didik sudah melakukan kegiatan atau
aktivitas untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran semenjak
awal proses pembelajaran.
Dengan strategi ini kebutuhan dalam perkembangan anak yang
selalu dinamis akan tersahuti. Sifat mereka yang aktif dan dinamis
difasilitasi dengan model pembelajaran aktif ini, sehingga diharapkan
22
F.J. Monks, A.M.P.Knoers dan Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan;
Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006), h. 223.
30
proses pembelajaran akan berjalan lebih menarik dan menyenangkan serta
mereka lebih memahami materi pembelajaran.
Hasil belajar diharapkan akan dapat melampaui batas KKM yang
ditentukan karena seluruh siswa terlibat aktif dalam mencari,
menemukan dan menjawab berbagai permasalahan dalam proses belajar.
Dengan belajar dalam kelompok kecil, siswa lebih dapat
mengembangkan kemampuannya masing-masing secara optimal serta
belajar menghargai pendapat orang lain.
5. Materi Pembelajaran Zakat.
a. Kompetensi Pembelajaran Agama Islam Kelas VI SD.
Pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran wajib
yang harus diikuti oleh peserta didik yang beragama Islam pada setiap
jenjang pendidikan. Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk
mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak
mulia, jujur, adil, berbudi pekerti, saling menghargai, disiplin, harmonis
dan produktif baik personal maupun sosial.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
dijelaskan bahwa pengembangan standar kompetensi sesuai dengan
jenjang persekolahan secara nasional ditandai dengan ciri-ciri:
1).lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secara utuh selain
penguasaan materi.
2).mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya
pendidikan yang tersedia.
3).memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan
untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendidikan.23
Berdasarkan ciri-ciri di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap guru
PAI pada setiap jenjang pendidikan memiliki kebebasan untuk
menerapkan dan mengembangkan strategi pembelajaran tertentu yang
23
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
Dan Menengah Tahun 2008, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
Tentang Standar Isi (Jakarta: 2008), h. 44.
31
sesuai dengan materi dan kebutuhan serta ketersediaan sumber daya
pendidikan dalam proses pembelajarannya. Selain itu proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus dapat mencapai kompetensi
secara utuh dan dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan dan sumber
daya pendidikan yang tersedia di lingkungannya.
Seluruh proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Dasar bertujuan untuk:
a).Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan
dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan
pembiasaan serta pengalaman peserta didik tentang agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
b).Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan
berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin
beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin,
bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal
dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam
komunitas sekolah.24
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan
dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan
antara manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri
sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Oleh karena itu
ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai
berikut:
(1). Alquran dan Hadits.
(2). Aqidah.
(3). Akhlak.
(4). Fiqih
(5). Tarikh dan Kebudayaan Islam.25
Kelima aspek pendidikan Agama Islam yang tercantum pada
materi pembelajaran Agama Islam di tingkat sekolah dasar tersebut
sudah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Dengan mempelajari
kelima aspek di atas, peserta didik akan dapat memahami dan
24
Ibid. h. 45. 25
Ibid.
32
melaksanakan ajaran agama Islam sesuai dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan hidupnya hingga dapat menjadi manusia yang bermanfaat.
Materi pembelajaran agama Islam pada kelas VI SD diberikan
dengan alokasi waktu 3 jam perminggu. Seorang guru Pendidikan Agama
Islam harus dapat menyajikan seluruh materi kepada peserta didik sesuai
kurikulum yang berlaku. Oleh karena itu penerapan strategi pembelajaran
yang beragam akan sangat membantu pendidik dalam menyajikan materi
pembelajaran agama Islam agar tercapai sesuai ketentuan yang
ditetapkan. Salah satu strategi pembelajaran aktif yang penulis anggap
sesuai dengan materi pembelajaran zakat adalah strategi Mencari
Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala.
Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar khususnya di kelas VI,
terdapat 10 Standar Kompetensi pembelajaran Agama Islam yang harus
dicapai dalam waktu satu tahun pelajaran yang terbagi ke dalam 2
semester. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi acuan bagi
guru untuk merumuskan indikator-indikator dan tujuan pembelajaran
yang disesuaikan dengan materi dan media pembelajaran.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi arah dan
landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran
dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Selanjutnya
sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik,
pemerintah telah menetapkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk
setiap jenjang pendidikan. Adapun SKL untuk jenjang pendidikan SD
sebagaimana tercantum dalam Permendiknas No 23 Tahun 2006 Tentang
Standar Kompetensi Lulusan adalah meletakkan dasar
kecerdasan,pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.2626
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat di lihat pada tabel
berikut:
26
Ibid, h. 219.
33
Tabel. 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Kelas/
Semester
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
VI / 1 Alquran
1. Mengartikan Alquran Surah
pendek pilihan
1.1.Membaca Q.S. Al-
Qadr dan Q.S. Al-
‘Alaq 1-5
1.2.Membaca Q.S. Al-
Qadr ayat 3 dan Q.S.
Al-‘Alaq 1-5.
Aqidah
2. Meyakini adanya Hari Akhir
2.1.Menyebutkan nama-
nama Hari Akhir..
2.2.Menjelaskan tanda-
tanda Hari Akhir..
Tarikh
3.Menceritakan Kisah Abu
Lahab, Abu Jahal dan
Musailamah Al-Kazzab
3.1.Menceritakan perilaku
Abu Lahab dan Abu
Jahal.
3.2.Menceritakan perilaku
Musailamah Al-
Kazzab.
Akhlak
4.Menghindari perilaku
tercela.
4.1.Menghindari perilaku
dengki seperti Abu
Lahab dan Abu Jahal.
4.2.Menghindari perilaku
bohong seperti
Musailamah Al-
Kazzab.
Fiqih
5..Mengenal ibadah pada bulan
Ramadhan.
5.1.Melaksanakan
Tarawih di bulan
Ramadhan.
5.2.Melaksanakan tadarus
Alquran.
Pada semester 1 kompetensi yang harus dicapai peserta didik di
kelas VI SD meliputi kemampuan membaca dan mengartikan surah Al-
‘Alaq dan surah Al-Qadr, meyakini tentang adanya hari akhir,
menceritakan kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al-Kazzab
sekaligus menghindari perilaku tercela seperti mereka dan mengetahui
ibadah di bulan Ramadhan serta dapat melaksanakannya dalam
kehidupan sehari-hari.
34
Tabel. 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Kelas/
Semester
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
VI / 2
Alquran
6. Mengartikan Alquran ayat-
ayat pilihan
6.1.Membaca Q.S. Al-
M±idah ayat 3 dan
Q.S. Al-Hujur±t ayat
13.
6.2.Mengartikan Q.S. Al-
M±idah ayat 3 dan
Q.S. Al-Hujur±t ayat
13.
Aqidah
7. Meyakini adanya Qadha dan
Qadar
7.1.Menunjukkan contoh-
contoh Qadha dan
Qadar.
7.2.Menunjukkan
keyakinan terhadap
Qadha dan Qadar.
Tarikh
8.Menceritakan Kisah Kaum
Muhajirin dan Kaum Anshar.
8.1.Menceritakan
perjuangan kaum
Muhajirin.
8.2.Menceritakan
perjuangan kaum
Anshar.
Akhlak
9.Membiasakan Perilaku
terpuji.
9.1.Meneladani perilaku
kegigihan perjuangan
kaum Muhajirin
dalam kehidupan
sehari-hari di
lingkungan peserta
didik..
9.2.Meneladani perilaku
tolong menolong
kaum Anshar dalam
kehidupan sehari-hari
di lingkungan peserta
didik.
Fiqih
10..Mengetahui kewajiban
zakat.
10.1.Menyebutkan
macam-macam zakat.
10.2.Menyebutkan
ketentuan zakat fitrah.
Pada semester 2, kompetensi yang harus dicapai peserta didik
meliputi kemampuan membaca dan mengartikan Alquran surah Al-
35
M±idah ayat 3 dan Q.S. Al-Hujur±t ayat 13, meyakini tentang Qadha dan
Qadar, menceritakan kisah kaum Muhajirin dan Anshar sekaligus
meneladani dan membiasakan perilaku terpuji dari kedua kaum tersebut
serta mengetahui tentang kewajiban zakat. Dari tabel di atas diketahui
bahwa kompetensi pembelajaran zakat terdapat pada semester 2, SK 10,
KD. 10.1 dan 10.2.
b. Pengertian Zakat.
Zakat menurut asal-usul kata berarti berarti suci dan subur.
Sedangkan menurut istilah zakat adalah mengeluarkan sebahagian harta
benda atas perintah Allah, sebagai sedekah wajib kepada mereka yang
telah ditetapkan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum
Islam27
Selanjutnya menurut Sulaiman Rasyid dalam bukunya Fiqih
Islam zakat adalah kadar harta yang tertentu, yang diberikan kepada yang
berhak menerimanya dengan beberapa syarat2827
Dari pendapat kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa zakat
adalah mengeluarkan sebahagian harta yang kita miliki untuk diberikan
kepada golongan orang yang berhak menerimanya dengan beberapa
syarat tertentu sesuai dengan hukum Islam.
Mengeluarkan zakat adalah Rukun Islam yang ketiga, diwajibkan
bagi orang yang mampu untuk memberikannya kepada golongan orang-
orang yang telah ditentukan. Agar ibadah zakat dapat dilaksanakan
sesuai dengan aturan yang telah ditentukan Allah swt, maka perlu
diketahui ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai zakat tersebut.
c. Macam-macam Zakat dan Dalilnya.
Ada dua macam zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap umat
Islam yang mampu, yaitu zakat mal dan zakat fitrah.
1). Zakat Mal.
Zakat mal adalah membersihkan harta dengan mengeluarkan
27
Moh. Rifa’i, Fiqih Islam Lengkap (Semarang: Toha Putra, 2004), h. 347. 28
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam (Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo, 2006), h. 192.
36
sebagian kecil dari harta yang dimiliki oleh seorang Muslim untuk
diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya sesuai
dengan ketentuan syari’at Islam2928
. Hukum mengeluarkan zakat mal
ialah far«u ‘ain, yaitu wajib atas setiap orang Islam yang mampu dan
telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Dalilnya terdapat
dalam Alquran surah at-Taubah ayat 103.
103. Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui3029
Adapun jenis harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah:
a).Emas, perak dan mata uang.
b).Harta perniagaan, contoh perdagangan dan industri.
c).Binatang ternak, contoh Sapi, Kerbau, Unta, Kambing dan Biri-biri.
d).Buah-buahan dan biji-bijian yang dapat dijadikan makanan pokok.
Contoh Anggur, Kurma, Jeruk, Apel, Gandum, Beras.
e).Barang tambang dan barang temuan31
Dari uraian di atas diketahui bahwa membayar zakat hukumnya
wajib atau far«u ‘ain bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat. Di
dalam harta seorang Muslim terdapat hak orang lain yang wajib
dikeluarkan zakatnya. Dengan mengeluarkan sebahagian kecil harta yang
dimiliki berarti seorang Muslim telah membersihkan hartanya dari milik
orang lain.
2). Zakat Fitrah.
Zakat fitrah adalah “zakat pribadi” yang harus dikeluarkan pada
29
M.Masrun S dkk, Senang Belajar Agama Islam; Untuk Sekolah Dasar Kelas VI
(Jakarta: Erlangga 2007), h. 116.
30
Tim Pelaksana Pentashihan Mushaf Alquran, Al-Hidayah (Jakarta: Kalim, 2010), h.
204.
31
Rifa’i, Fiqih Islam, h. 349.
37
hari raya fitrah.3230
Zakat fitrah berupa makanan pokok yang wajib
dikeluarkan setiap Muslim yang mampu baik dewasa atau anak-anak,
laki-laki atau perempuan. Waktu pelaksanaan zakat fitrah adalah
selama bulan Ramadhan sampai menjelang salat Idul Fitri. Hukumnya
far«u ‘ain bagi setiap orang yang telah memenuhi syarat. Perintah
zakat fitrah diterima Nabi Muhammad saw pada tahun kedua hijrah
melalui firman Allah pada surah al-Baqarah ayat 43.
43. Dan dirikanlah shaat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta
orang-orang yang ruku33
Bentuk zakat fitrah bisa berupa makanan pokok yang
mengenyangkan seperti beras, gandum, dan sagu. Beratnya 2,5 kg
atau bisa diganti dengan uang seharga makanan pokok. Zakat fitrah
disebut juga dengan zakat abdan atau zakat nafs yaitu zakat yang
berkaitan dengan badan atau diri seseorang.
c. Ketentuan zakat fitrah.
1). Syarat zakat fitrah.
Syarat-syarat wajib mengeluarkan zakat fitrah adalah sebagai
berikut:
a) Orang Islam.
b) Orang itu masih hidup pada waktu matahari terbenam
diakhir bulan Ramadhan.
c) Mempunyai kelebihan makanan untuk sehari semalam
bagi dirinya dan seluruh keluarganya yang menjadi
tanggungannya pada hari raya Idul Fitri3431
Islam merupakan syarat pertama wajib mengeluarkan zakat
fitrah. Orang yang tidak beragama Islam tidak wajib mengeluarkan
32 Ibid, h. 359.
33 Alquran Al-Hidayah, h. 8.
34
Masrun, Senang Belajar, h. 117.
38
zakat fitrah. Selain Islam, orang tersebut masih hidup pada saat
matahari terbenam di akhir bulan Ramadhan atau masih hidup pada
waktu malam hari raya Idul Fitri. Jika orang tersebut sudah meninggal
sebelum malam hari raya Idul Fitri, maka ia tidak wajib mengeluarkan
zakat fitrah atau zakat fitrahnya tidak wajib dibayarkan oleh
keluarganya. Demikian juga anak yang lahir sebelum malam hari raya
Idul Fitri, wajib dibayarkan zakat fitrahnya, sebaliknya apabila anak
tersebut lahir pada malam hari raya Idul Fitri atau lahir sesudah
terbenam matahari di akhir bulan Ramadhan, maka tidak wajib
dibayarkan zakat fitrahnya. Menurut Sulaiman Rasyid, malam hari
raya itulah waktu wajibnya fitrah.3532
Syarat ketiga adalah orang Islam tersebut mempunyai
kelebihan makanan untuk sehari semalam bagi dirinya dan seluruh
keluarganya pada waktu terbenam matahari di akhir bulan
Ramadhan. Apabila tidak memiliki kelebihan makanan yang cukup
untuk persediaan sehari semalam bagi dirinya dan seluruh
keluarganya di akhir bulan Ramadhan, maka orang Islam tersebut
tidak wajib mengeluarkan zakat fitrah.
Dari ketiga syarat wajib zakat fitrah di atas dapat disimpulkan
bahwa agama Islam itu adalah agama yang tidak memberatkan dan
senantiasa memberikan kemudahan bagi umatnya dalam hal
melakukan ibadah kepada Allah swt. Ibadah zakat fitrah adalah
ibadah yang wajib dilakukan umat Islam yang benar-benar telah
memenuhi ketiga persyaratan di atas. Apabila salah satu syarat tidak
terpenuhi, maka tidak wajib membayar zakat fitrah. Dengan kata lain
zakat fitrah diwajibkan bagi orang-orang yang telah memenuhi
syarat
2). Waktu membayar zakat fitrah.
Pembagian waktu untuk mengeluarkan zakat fitrah adalah
sebagai berikut:
35
Rasyid, Fiqih, h. 208.
39
a) Waktu Mubah, yaitu sejak awal Ramadhan sampai akhir
bulan Ramadhan.
b) Waktu Wajib, adalah waktu yang baik untuk mengeluarkan
zakat, yaitu mulai terbenamnya matahari akhir bulan
Ramadhan sampai waktu subuh.
c) Waktu sunah adalah waktu yang paling baik yaitu sesudah
salat subuh sampai sebelum salat Idul Fitri.
d) Waktu sedekah, yaitu pemberian zakat fitrah yang
dibayarkan setelah Shalat Idul Fitri dianggap sebagai
sedekah biasa bukan zakat fitrah lagi3633
Dari pembagian waktu-waktu membayar zakat fitrah di atas,
diketahui bahwa waktu yang paling baik untuk mengeluarkan zakat
fitrah adalah waktu sesudah salat subuh sampai sebelum salat Idul
Fitri yang disebut dengan waktu sunah. Sedangkan waktu wajib
mengelurkan zakat fitrah adalah pada malam hari raya Idul Fitri
sampai waktu subuh, artinya apabila orang yang wajib membayar
zakat fitrah belum membayarkan zakat fitrahnya dari awal bulan
Ramadhan, maka pada malam hari raya Idul Fitri ia wajib
mengeluarkan zakat fitrahnya.
Apabila orang tersebut ingin membayarkan zakat fitrahnya
pada waktu yang lebih baik lagi, maka ia bisa mengeluarkan zakat
fitrahnya setelah salat subuh sampai sebelum salat Idul Fitri. Apabila
orang Islam membayarkan zakat fitrahnya setelah salat Idul Fitri,
maka zakat fitrahnya itu dihitung sebagai sedekah biasa, artinya bukan
zakat fitrah lagi. Orang yang membayar zakat fitrahnya setelah salat
Idul Fitri dapat dikatakan sebagai orang yang lalai, sebab zakat fitrah
sudah dapat dibayarka mulai dari awal bulan Ramadha sampai akhir
bula Ramadhan.
3). Besar dan mutu zakat fitrah.
Besarnya zakat fitrah adalah 2,5 kg, berupa makanan pokok
penduduk setempat. Zakat fitrah juga dapat ditukar dengan uang
sejumlah makanan pokok tersebut. Adapun mutu makanan pokok
haruslah sesuai dengan makanan yang dimakan sehari-hari, tidak
36
Masrun. Senang Belajar, h. 118.
40
boleh dikurangi. Seorang kepala keluarga di samping membayar
zakat untuk dirinya sendiri, ia juga wajib membayar zakat untuk
keluarganya dan orang yag menjadi tanggungannya, seperti isteri,
anak, orangtua, pembantu, dan orang yang ikut dalam keluarga
tersebut.
4). Orang yang berhak menerima zakat fitrah.
Orang yang berhak menerima zakat (mustahiq zakat) ada
delapan golongan yaitu:
a) Fakir, yaitu orang yang tidak mempunyai barang apapun
dan tidak mempunyai usaha yang dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
b) Miskin, yaitu orang yang mempunyai barang atau
pekerjaan tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-
hari.
c) Amil, yaitu panitia atau pengurus zakat.
d) Muallaf, yaitu orang yang baru masuk agama Islam.
e) Budak atau hamba sahaya, yaitu budak yang dijanjikan
untuk merdeka.
f) Garim, yaitu orang yang tidak sanggup membayar hutang
yang dimilikinya untuk mengatasi kebutuhan dan berjuang di
jalan Allah.
g) Fisabilillah, yaitu orang yang berjuang demi menegakkan
ajaran Allah.
h) Ibnu Sabil (musafir), yaitu orang yang sedang dalam
perjalanan jauh untuk tujuan baik tapi kehabisan bekal3734
Kedelapan golongan orang-orang yang berhak menerima
zakat di atas telah ditetapkan Allah dalam Alquran surah At-Taubah ayat
60. Zakat fitrah dan zakat harta yang diberikan kepada orang-orang yang
tidak termasuk dalam kategori delapan golongan tersebut di atas tidak
dapat dikatakan sebagai zakat.
5). Manfaat zakat fitrah.
Zakat fitrah memiliki banyak manfaat yaitu:
a) Menolong orang yang kesusahan agar dapat melaksanakan
ibadah kepada Allah.
b) Membersihkan diri bagi orang yang berpuasa.
c) Membiasakan diri mengamalkan sifat terpuji.
37Ibid.
41
d) Sebagai pernyataan syukur atas nikmat yang diberikan Allah.
e) Memberikan kepuasan dan kegembiraan kepada orang-orang
miskin pada hari raya Idul Fitri.
f) Mempererat hubungan kasih sayang antara orang kaya dan
orang miskin3835
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa agama Islam
sangat memperhatikan orang-orang yang lemah dan kurang mampu. Islam
juga mendidik orang-orang yang memiliki kelebihan harta (orang kaya)
untuk mengasihi orang miskin. Toleransi dan kasih sayang dijaga dan
dipelihara dalam agama Islam. Apabila seluruh umat Islam menjalankan
ajaran agamanya dengan sempurna, maka akan tercipta kedamaian,
persatuan dan kasih sayang di muka bumi. Melalui pembelajaran zakat, guru
diharapkan mampu menumbuhkembangkan rasa toleransi dalam diri peserta
didik serta sikap rendah hati dan pemurah (tidak kikir).
B. Kerangka Berpikir.
Agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan umat
manusia, karena agama adalah pemandu untuk mewujudkan suatu
kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Oleh karena itu nilai-
nilai agama perlu diinternalisasikan dalam kehidupan setiap pribadi
manusia yang ditempuh melalui pendidikan, baik di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.
Pendidikan Agama Islam yang diberikan kepada anak didik dalam
lingkungan pendidikan sekolah bertujuan untuk membentuk manusia yang
bertaqwa dan berakhlak mulia, jujur, adil, disiplin dan produktif sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional. Tuntutan visi ini dikembangkan melalui
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai dan
disesuaikan pada setiap jenjang pendidikan.
Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), pelajaran Pendidikan
Agama Islam diberikan 3 jam perminggu dengan alokasi waktu 3x35 menit
untuk satu kali pertemuan. Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam di
38
Ibid. h. 119.
42
Sekolah Dasar seperti yang tercantum dalam Permendiknas No 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi adalah untuk:
1. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan
ketaqwaannya kepada Allah,
2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak
mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh),
menjaga keharmonisan secara personal dansosial serta
mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah3936
Berdasarkan tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar
tersebut, maka ditentukan beberapa materi pembelajaran yang harus
disampaikan kepada peserta didik meliputi materi Alquran dan Hadis,
Aqidah, Akhlak, Fiqih serta Tarikh dan Kebudayaan Islam.
Materi zakat adalah salah satu materi yang tercakup dalam aspek
Fiqih yang diberikan di kelas VI SD pada semester 2. Untuk
membelajarkan materi ini kepada peserta didik peneliti menerapkan strategi
pembelajaran aktif Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala. Kedua
strategi pembelajaran ini menekankan kepada aktivitas peserta didik dari
awal sampai akhir pembelajaran. Peserta didik diarahkan untuk
menemukan sendiri materi pembelajaran dan berdiskusi dengan
pasangannya untuk memberikan jawaban terbaik atas setiap pertanyaan
dalam materi pembelajaran.
Proses pembelajaran dengan strategi Mencari Pasangan dan
Kekuatan Dua Kepala dianggap tepat dan sesuai dengan perkembangan
peserta didik serta metode pembelajaran PAIKEM. Strategi ini dipandang
mampu untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dan
mengembangkan kepribadian mereka untuk belajar bekerjasama, saling
menghargai dan disiplin. Dengan strategi pembelajaran aktif Mencari
Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala diharapkan hasil belajar dapat
39
Departemen, Peraturan Menteri, h. 44.
43
melampaui KKM yang telah ditentukan. Penerapan kedua strategi ini juga
merupakan pengimplementasian dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang menekankan pada pengembangan kemampuan (kompetensi)
peserta didik.
Untuk melaksanakan KTSP dalam proses interaksi edukatif di dalam
kelas, pendidik harus melaksanakannya dengan paradigma pembelajaran
yang berpusat kepada siswa (student centered). Peneliti beranggapan bahwa
strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala sangat sesuai dengan
tuntutan KTSP, oleh karena itu peneliti mencoba menerapkannya.
C. Penelitian Terdahulu.
Dari penjajakan dan pencarian yang dilakukan, baik secara langsung
maupun melalui media pencarian elektronik. penulis menemukan beberapa
kajian terdahulu yang memiliki persamaaan dalam jenis penelitian namun
berbeda dari segi strategi yang diterapkan dan subjek penelitian. Beberapa
tesis yang ditemukan antara lain berjudul Implementasi Strategi
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama Islam : Aspek
Tarikh di kelas XI IPA 2 SMAN 4 Kisaran. Penelitian ini dilakukan oleh
Junindra, dan hasilnya membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pelajaran
pendidikan agama Islam khususnya aspek tarikh.
Penelitian lainnya yang pernah dilakukan oleh Nurhayati HN
dengan judul Peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dalam materi
pelajaran Alquran melalui strategi pembelajaran kooperatif di kelas VIII
SMPN 22 Medan. Selain itu tesis yang berjudul Penerapan Strategi
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar peserta didik pada materi mawaris kelas XII IPA 2 SMA
Negeri 1 Lhokseumawe.
44
Beberapa penelitian di atas memiliki persamaan yang
tidak signifikan. Judul yang ditemukan merupakan judul yang mengandung
strategi pembelajaran tertentu yang sudah ditentukan untuk diteliti dan
dikembangkan melalui penelitian tindakan kelas. Walaupun subjek
penelitiannya berbeda, namun memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
membuktikan apakah strategi yang digunakan mampu meningkatkan hasil
belajar peserta didik. Persamaan dan perbedaan itulah yang menjadi tolok
ukur dan perbandingan bagi penulis dalam melakukan penelitian ini dan
beranggapan bahwa penelitian ini perlu dilakukan di Sekolah Dasar.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.
Berdasarkan masalah yang diteliti dan subjek penelitian, maka jenis
penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom
Action Research. Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah suatu bentuk tindakan yang dimaksudkan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, maka harus menyangkut upaya guru
dalam bentuk proses pembelajaran137
Menurut Hopkins dan Wiraatmadja penelitian yang
mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu
usaha tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha
seseorang untuk memahami apa yang terjadi sambil terlibat dalam sebuah
proses perbaikan dan perubahan238
Penelitian tindakan kelas ini didesain untuk memecahkan
berbagai masalah yang terdapat di dalam kelas pada proses pembelajaran
sekaligus mengaplikasikannya dalam proses tersebut. Penelitian Tindakan
Kelas juga merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan
bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang
diharapkan dapat dicapai. Dalam penelitian ini guru bertindak sebagai
peneliti yang bertanggung jawab penuh terhadap penelitian mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi.
Secara etimologis ada tiga istilah yang berhubungan dengan
penelitian tindakan kelas (PTK), yakni penelitian, tindakan dan
kelas. Pertama, penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah
yang dilakukan secara sistematis, empiris dan terkontrol Sistematis
dpat diartikan sebagai proses yang runtut sesuai dengan aturan
tertentu. Artinya proses penelitian harus dilakukan secara bertahap
1Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 2.
2Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 11.
46
dari mulai menyadari adanya masalah sampai proses pemecahannya
melalui teknik analisis tertentu untuk ditarik kesimpulan… Empiris
mengandung arti bahwa kerja penelitian harus didasarkan pada data-
data tertentu. Proses pengambilan kesimpulan tidak didasarkan pada
khayalan imajinatif peneliti, akan tetapi harus didukung dan
didasarkan oleh adanya temuan data dan fakta… Terkontrol artinya
suatu kerja penelitian harus didasarkan pada prosedur kerja yang
jelas sehingga orang lain dapat membuktikan hasil temuan penelitian
yang diperoleh.
Kedua, tindakan dapat diartikan sebagai perlakuan tertentu yang
dilakukan oleh peneliti yakni guru. Tindakan diarahkan untuk
memperbaiki kinerja yang dilakukan guru… bukan hanya didorong
ingin tahu sesuatu, tetapi disemangati oleh adanya keinginan untuk
memperbaiki kinerja untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
Ketiga, kelas menunjukkan pada tempat proses pembelajaran
berlangsung…PTK dilakukan di dalam kelas yang tidak di-setting
untuk kepentingan penelitian secara khusus, akan tetapi PTK
berlangsung dalam keadaan situasi dan kondisi yang real tanpa
direkayasa.339
Selanjutnya menurut Suharsimi Arikunto ada tiga kata yang
membentuk pengertian dalam PTK, maka ada tiga pengertian yang dapat
diterangkan yaitu:
1. Penelitian - menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti.
2. Tindakan - menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk
rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. 3. Kelas - dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama
dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud
dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu
yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama
pula4
Dari kedua pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan mencermati proses
3Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, cet. 3 (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), h. 25-26. 4 Arikunto, Penelitian Tindakan, h. 2-3.
47
pembelajaran yang dilakukan secara sistematis, empiris dan terkontrol untuk
memecahkan suatu permasalahan dalam pembelajaran dengan melakukan
kegiatan atau tindakan tertentu terhadap peserta didik dalam waktu yang
sama, pelajaran dan guru yang sama guna meningkatkan kinerja guru,
proses dan hasil belajar.
Menurut Asrori ada 4 model Penelitian Tindakan Kelas yaitu:
Model Guru sebagai Peneliti, model Kolaboratif. model Simultan
Terintegrasi dan model Administrasi Sosial Eksperimen.
1. Model Guru sebagai peneliti. Model Penelitian Tindakan Kelas yang
memandang guru sebagai peneliti memiliki ciri utama dan penting,
yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam proses penelitian
tindakan kelas. Dalam model ini tujuan utama penelitian tindakan
kelas adalah meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas,
pada model ini guru terlibat secara penuh dalam proses
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi… Guru mencari dan
menentukan permasalahan penelitiannya sendiri untuk dipecahkan
melalui penelitian tindakan kelas… Guru berperan sebagai peneliti,
dan pihak lain dari luar hanya bersifat konsultatif dalam mencari dan
mempertajam persoalan–persoalan pembelajaran…
2. Model Kolaboratif. Penelitian Tindakan Kelas ini melibatkan
beberapa pihak, yaitu guru, kepala sekolah maupun dosen/peneliti
dari perguruan tinggi kependidikan secara simultan atau serempak.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan praktik pembelajaran,
memberikan sumbangan kepada perkembangan teori pembelajaran
atau kependidikan dan peningkatan karier guru.
3. Model Simultan Terintegrasi. Penelitian tindakan kelas model
simultan terintegrasi ini memiliki dua tujuan utama sekaligus.
Pertama untuk memecahkaz persoalan-persoalan praktis dalam
pembelajaran. Kedua untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah
dalam bidang pembelajaran di kelas… Guru dilibatkan dalam proses
penelitian kelasnya, terutama pada aspek Atau langkah mencobakan
tindakan dan melakukan refleksi terhadap praktik - praktik
pembelajaran di kelas… Guru bukan pencetus gagasan terhadap
permasalahan-permasalahan apa yang harus diteliti dalam kelasnya
sendiri.
4. Model Administrasi Sosial Eksperimental. Pada penelitian tindakan
kelas model administrasi sosial eksperimental ini lebih menekankan
pada dampak dari kebijakan dan praktik pembelajaran… Guru tidak
dilibatkan dalam perencanaan, pemberian tindakan, observasi dan
refleksi terhadap praktik pembelajarannya sendiri di dalam kelas…
48
Peneliti bekerja atas dasar hipotesis tertentu, kemudian
melakukan berbagai bentuk tes melalui kegiatan eksperimen.540
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian yang dilakukan di
kelas VI SD PAB 19 Bandar Klippa oleh peneliti adalah menggunakan
model penelitian yang pertama yaitu guru sebagai peneliti dan bertujuan
untuk meningkatkan praktik pembelajaran di kelas. Guru dalam penelitian
tindakan kelas ini berperan sebagai peneliti yang terlibat langsung dan
bertanggung jawab penuh dalam proses pembelajaran mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi.
Sedangkan pihak luar seperti kolaborator hanya mengadakan pengamatan
dan memberikan saran-saran dalam pelaksanaan setiap siklus untuk
perbaikan pada siklus selanjutnya agar tercapai Penelitian Tindakan Kelas
yang berkualitas.
B. Rancangan Penelitian.
Rancangan penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang
disusun sedemkian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk
pertanyaan penelitiannya6 Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
proses dan hasil belajar peserta didik dalam pelajaran Pendidikan Agama
Islam khususnya pada materi zakat di kelas VI semester 2 SD PAB 19
Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Sesuai
dengan tujuan penelitian, rancangan yang akan digunakan pada penelitian
ini adalah rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research).
Sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme
guru, memperbaiki proses serta hasil belajar, maka penelitian tindakan
5 Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Wacana Prima, 2009), h. 45-
46. 6 Trianto,Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classrom Action Research) Teori
dan Praktik (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 38.
49
kelas dibutuhkan oleh para guru. Zainal Aqib mengatakan bahwa ada 5
alasan mengapa PTK dipilih sebagai bahan penelitian yaitu:
1. PTK sangat kondusif membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap
dinamika pembelajaran di kelasnya.
2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional.
3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK guru mampu memperbaiki
proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang
terjadi di kelasnya.
4. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena
dia tidak perlu meninggalkan kelasnya.
5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut
untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi
berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya7
Selanjutnya menurut Departemen Pendidikan Nasional
peningkatan atau perbaikan yang dihasilkan dari Penelitian Tindakan Kelas
antara laian:
1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar peserta didik di
sekolah.
2. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas.
3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat
bantu belajar, an sumber belajar lainnya.
4. Peningkatan atau perbaikan terhadap peningkatan prosedur dan alat
evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar peserta
didik.
5. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan anak
di sekolah.
6. Peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan
pengembangan kompetensi peserta didik di sekolah.841
Dari uraian di atas diketahui bahwa penelitian tindakan kelas perlu
dilakukan oleh guru untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan terhadap
proses, prosedur dan kualitas pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan peneliti d kelas VI SD
PAB 19 Bandar Klippa dimulai dengan adanya permasalahan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Permasaahan tersebut berawal dari anggapan
peserta didik bahwa belajar pendidikan agama Islam itu membosankan.
7 Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Yrama Widya,2008), h. 13.
8 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research), (Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2004), h. 3-4.
50
Anggapan negatif ini mengakibatkan rendahnya perhatian, pemahaman dan
hasil belajar siswa dalam pelajaran pendidikan agama Islam khususnya pada
materi zakat. Masalah lainnya adalah kurangnya kesiapan guru dalam
menerapkan strategi yang bervariasi dalam pembelajaran. Guru hanya
terbiasa melaksanakan metode ceramah dan Tanya jawab dan terkadang
menggunakan metode diskusi.
Setelah menemukan permasalahan di atas, peneliti mencoba mencari
solusi dengan merencanakan melakukan penelitian tindakan kelas guna
memperbaiki proses pembelajaran. Alternatif pemecahannya dengan
menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi dan dapat menarik
perhatian siswa yaitu dengan strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua
Kepala. Penelitian ini dilakukan oleh guru yang bertindak sebagai peneliti
dan guru lain sebagai mitra yang bertugas sebagai observer yang
mengobservasi tindakan dan mencari pengaruh yang ditimbulkan dari
tindakan yang dilakukan sebagai bahan masukan dalam kegiatan refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan di dalam kelas dan di lingkungan sekolah
(Mushalla).
Sebagai tahap awal pra tindakan peneliti mengadakan pretes
kepada semua siswa kelas VI SD PAB 19 Bandar Klippa tentang
kemampuan mereka memahami pelajaran materi zakat pada akhir Pebruari
2012. Kemudian peneliti menyampaikan materi pembelajaran dengan
metode ceramah dan Tanya jawab. Di akhir pembelajaran peneliti
mengadakan tes hasil belajar. Selanjutnya peneliti mencatat hasil belajar
yang diperoleh peserta didik pada saat pra tindakan. Pada pertemuan
berikutnya peneliti melakukan tindakan dengan menerapkan strategi
pembelajaran aktif Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala pada
proses pembelajaran dengan materi zakat.
Guru dan observer mencatat berbagai hal yang terjadi pada saat
dilakukan tindakan dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Hal-hal yang dicatat antara lain peningkatan aktivitas dan perhatian siswa
terhadap pelajaran, kondisi atau suasana serta perilaku siswa yang terjadi
51
dalam proses pembelajaran, hambatan-hambatan yang muncul pada saat
proses pembelajaran dan hasil prestasi siswa pada materi zakat setelah
diadakan tindakan. Tindakan penelitian yang dilakukan direncanakan
berlangsung selama bulan Maret sampai April 2012 dalam tiga siklus.
Rancangan penelitian dimulai dari identifikasi masalah kemudian
dilanjutkan dengan perencanaan siklus I. Perencanaan siklus I dilanjutkan
dengan pelaksanaannya. Pelaksanaan siklus I diikuti dengan pengamatan
dan refleksi. Dari hasil refleksi pada siklus I dilakukan perbaikan
perencanaan untuk siklus II. Beberapa kegiatan yang telah berjalan dengan
baik pada siklus I akan dilanjutkan dan dikuatkan pada siklus II, sedangkan
berbagai kendala atau hambatan yang muncul akan dihilangkan atau
diminimalisir pada siklus II. Setelah siklus II dilaksanakan diikuti dengan
pengamatan dan refleksi, maka dari hasil refleksi diadakan perbaikan
perencanaan dan pelaksanaan pada siklus III. Berbagai kegiatan yang telah
berjalan dengan baik pada siklus II akan dikuatkan dan disempurnakan lagi
pada siklus III, sedangkan berbagai kendala atau hambatan yang terjadi akan
dihilangkan atau diperbaiki pada siklus III. Demikian selanjutnya jika
proses pembelajaran belum mencapai hasil yang diinginkan dan waktu
masih tersedia untuk melakukannya maka akan dilanjutkan pada siklus
berikutnya.
Pada Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan berlangsung dalam
3 siklus. Tujuan yang telah ditetapkan diharapkan dapat tercapai dan
minimal 75% peserta didik dapat mencapai atau melampaui nilai KKM
yaitu nilai 70. Untuk lebih jelasnya model siklus Penelitian Tindakan Kelas
yang dilaksanakan dapat digambarkan sebagai berikut:
52
Gambar 1. Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Iskandar94243
9
Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas (Ciputat: Gaung Persada Press, 2009), h. 67.
Identifikasi
Masalah
Perencanaan
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
Permasalahan Baru
Hasil refleksi
Perbaikan Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan
Refleksi
Apabila belum mencapai hasil sebagaimana
yanag telah ditetapkan dilanjutkan ke siklus
berikut
53
C. Setting Penelitian.
1. Lokasi Penelitian.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di kelas VI SD. PAB
19 Bandar Klippa, Jalan Pasar 2 Desa Bandar Klippa, Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
2. Subjek Penelitian.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD. PAB. 19 Bandar
Klippa semester 2 yang berjumlah 32 orang, terdiri dari 12 laki-laki dan 20
perempuan. Subjek ini sangat heterogen di lihat dari kemampuannya, yakni
ada sebagian kecil yang mempunyai kemampuan tinggi, sebagian lain
kemampuan sedang dan rendah serta sebagian yang lain berkemampuan
sangat rendah.
Sasaran yang diharapkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
terjadinya perubahan atas sikap dan perhatian siswa terhadap pelajaran
pendidikan agama Islam khususnya dalam materi zakat. Pada awalnya siswa
kurang berminat terhadap pelajaran, maka selama tindakan berlangsung
diharapkan siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran. Pada awalnya
siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran, maka selama tindakan
berlangsung seluruh siswa diupayakan untuk terlibat secara aktif dari awal
sampai akhir proses pembelajaran. Sebagai sasaran yang terakhir adalah
hasil belajar siswa setelah tindakan diharapkan akan meningkat mencapai
KKM atau mungkin melampauinya. Dengan tindakan ini diharapkan
dapat memperbaiki proses pembelajaran sekaligus meningkatkan hasil
pembelajaran.
Sebelum dilaksanakan tindakan kepada subjek penelitian, terlebih
dahulu dilakukan uji coba tes hasil belajar kepada 20 orang siswa kelas VI
lainnya yang juga peserta didik di SD PAB 19 Bandar Klippa.
54
D. Prosedur Penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dalam materi zakat dengan menerapkan strategi Mencari Pasangan
dan Kekuatan Dua Kepala. Proses pelaksanaan tindakan dilakukan secara
bertahap sampai penelitian ini berhasil. Prosedur tindakan dimulai dari
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi) dan
refleksi.
1. Rincian Prosedur penelitian.
Siklus I.
a. Perencanaan tindakan.
Pada tahap ini guru yang bertindak sebagai peneliti merancang
tindakan atau proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan
menggunakan strategi pembelajaran aktifl Mencari Pasangan dan
Kekuatan Dua Kepala. Kegiatan perencanaan ini meliputi:
1) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan disampaikan kepada
peserta didik dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi
Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai
dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah
ditentukan dengan menggunakan strategi pembelajaran Mencari
Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala.
3) Merumuskan tujuan pembelajaran dan indicator yang harus dicapai.
4) Menyiapkan alat peraga berupa potongan-potongan kertas karton
yang bertuliskan materi pelajaran dalam bentuk pertanyaan dan
jawaban.
5) Menyiapkan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
( membuat lembar observasi, menyusun tes dalam bentuk esai dan
objektif tes, membuat lembar catatan harian).
55
6) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
7) Mengadakan koordinasi dengan teman sejawat atau guru yang
bertindak sebagai observer.
8) Menjelaskan kepada seluruh siswa tentang proses pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
b. Pelaksanaan tindakan.
Pada tahap ini kegiatan guru dan siswa adalah melaksanakan
rencana pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Guru
mengajarkan materi zakat dengan menerapkan strategi pembelajaran
aktif Mencari Pasangan. Proses pembelajaran dimulai dengan
membaca lafaz Basmalah dan ayat-ayat pendek selama lebih kurang
5 sampai 10 menit seperti biasa. Guru memberikan beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan materi zakat yang akan dipelajari
untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah itu guru membagi-
bagikan potongan-potongan kertas karton yang bertuliskan materi
pelajaran, baik berupa pertanyaan atau jawaban kepada seluruh siswa.
Selanjutnya guru meminta kepada seluruh siswa untuk mencari
pasangan mereka masing-masing yang sesuai dengan pertanyaan atau
jawaban yang mereka miliki. Setelah menemukan pasangannya
peserta didik diminta untuk membacakan pertanyaan yang ada pada
kartunya dan meminta pasangan lain untuk menjawabnya.
Guru membantu kelancaran proses pembelajaran dengan
mengatur giliran peserta didik untuk membacakan pertanyaan dan
mengatur giliran peserta didik yang menjawab pertanyaan. Bagi
peserta didik yang dapat menemukan pasangannya lebih dulu
diberikan nilai oleh guru. Demikian juga pasangan peserta didik yang
dapat menjawab pertanyaan dari pasangan lain akan diberi nilai oleh
guru.
Setelah seluruh peserta didik selesai membacakan dan
menjawab pertanyaan, guru mengumpulkan kembali kartu-kartu
tersebut. Selanjutnya guru memberikan sebuah kartu yang lain kepada
56
setiap peserta didik. Kartu tersebut bertuliskan pertanyaan tentang
materi zakat, tetapi pertanyaannya berbeda dari kartu sebelumnya.
Peserta didik diminta untuk memberikan jawaban secara individu
kepada pertanyaan yang diberikan.
Setelah selesai menjawab pertanyaan tersebut, peserta didik
yang sudah berpasangan diminta untuk saling bertukar jawaban
dengan pasangannya. Kemudian mereka berdua diminta untuk
memberikan jawaban secara berpasangan. Jika seluruh kegiatan
selesai, maka guru kembali membagi-bagikan kartu yang pertama
kepada seluruh peserta didik, dan kegiatan pembelajaran berlangsung
lagi seperti semula sampai waktu yang ditentukan habis.
Di akhir proses pembelajaran guru mengadakan pos tes dengan
memberikan tes tertulis tentang materi yang baru dipelajari.
c. Observasi.
Pada tahap ini guru dan teman sejawat mengadakan observasi
terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi yang ada dan catatan harian.
Observasi tindakan dilakukan terhadap:
1) Kegiatan atau sikap dan perhatian peserta didik pada saat peneliti
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan
dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif Mencari Pasangan
dan Kekuatan Dua Kepala.
2) Situasi proses pembelajaran.
3) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
4) Keaktifan peserta didik dalam mencari dan menemukan
pasangannya.
5) Kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan dari
pasangan yang lain.
6) Kemampuan/keaktifan peserta didik memberikan jawaban terhadap
pertanyaan secara individu.
57
7) Kemampuan peserta didik memberikan jawaban secara
berpasangan.
8) Sikap/kerjasama peserta didik dengan pasangannya.
9) Kejadian-kejadian penting lainnya yang tidak biasa terjadi
umpamanya apakah ada siswa yang biasanya tidak pernah
memberikan jawaban atau komentar dalam proses pembelajaran
biasa, maka pada proses pembelajaran saat itu dia memberikan
jawabannya.
d. Refleksi.
Refleksi merupakan tahap terakhir dari satu siklus dalam PTK.
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan pada proses pembelajaran
serta observasi yang telah dilaksanakan oleh pengamat dan peneliti
pada waktu proses pembelajaran, maka ada beberapa hal yang
dilakukan pada tahap refleksi di siklus I ini yaitu:
1) Menuliskan data observasi dan wawancara berdasarkan hasil
pengamatan pada proses pembelajaran berkenaan dengan aktivitas
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala.
2) Menuliskan data observasi hasil pengamatan observer terhadap
kemampuan peneliti dalam mengelola proses pembelajaran dengan
menerapkan strategi pembelajaran Mencari Pasangan dan Kekuatan
Dua Kepala.
3) Menjelaskan hasil belajar peserta didik setelah menggunakan
strategi pembelajaran Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua
Kepala.
Penelitian Tindakan Kelas ini berhasil apabila memenuhi
beberapa syarat sebagai berikut:
a) Sebahagian besar peserta didik (75%) senang/aktif melakukan
aktifitas mencari pasangan dan bekerjasama dengan pasangannya.
b) Sebahagian besar peserta didik (75%) berani dan mampu
menjawab pertanyaan dari passangannya atau pasangan lainnya.
58
c) Sebahagian besar peserta didik (75%) berani mengemukakan
jawaban secara individu dan dapat bekerjasama dengan
pasangannya dalam memberikan jawaban secara berpasangan.
d) Sebahagian besar peserta didik (75%) aktif menyelesaikan tugas
yang di berikan pada LKS.
e) Sebahagian besar peserta didik (75%) mencapai nilai KKM yang
telah ditentukan yaitu nilai 70.
Apabila hasil Penelitian Tindakan Kelas pada siklus I belum
mencapai hasil sesuai dengan indikator keberhasilan di atas, maka
peneliti menyusun rencana untuk siklus selanjutnya. Sebelum
menyusun rencana tindakan untuk siklus II, peneliti mengadakan
diskusi dengan observer mengenai berbagai hal/kegiatan yang
dianggap penting. Umpamanya membahas tentang berbagai kelebihan
dan kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan tindakan siklus I.
Seluruh kekurangan dan kelebihan tersebut ditulis untuk ditindak
lanjuti pada siklus II.
Dengan memperhatikan beberapa hal yang menjadi kendala
pada siklus I peneliti mengadakan perbaikan dan penyempurnaan
untuk siklus II. Sedangkan kegiatan-kegiatan yang dianggap baik dan
telah dilakukan pada siklus I, tetap dilanjutkan dan akan lebih
ditingkatkan lagi pada siklus II.
Siklus II.
Seperti halnya siklus I, siklus II juga terdiri dari empat tahapan
yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi tetapi bedanya
adalah hasil koreksi pada tahap refleksi disiklus I sudah diterapkan
pada siklus II ini.
a. Perencanaan tindakan.
Perencanaan yang disusun pada siklus II ini adalah
merancang tindakan atau proses pembelajaran yang akan
dilaksanakan dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif
Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala. Beberapa kegiatan
59
yang perlu diperbaiki pada siklus ini dituliskan dalam perencanaan
untuk diterapkan pada pelaksanaan tindakan.
Adapun kegiatan perencanaan itu meliputi:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Menyiapkan alat bantu berupa lembaran kertas tulis yang
berisi pertanyaan mengenai materi zakat fitrah dan potongan
kertas karton yang berisi pertanyaan dan jawaban dari materi
zakat fitrah.
3) Menyiapkan instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian (membuat lembar observasi, menyusun tes dalam
bentuk essai dan objektif tes, membuat lembar catatan harian).
4) Mengadakan koordinasi dengan teman sejawat atau guru
yang bertindak sebagai observer.
5) Menjelaskan kepada seluruh siswa tentang proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Pelaksanaan tindakan.
Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun. Setelah
mengawali pembelajaran dengan lafaz Basmalah dan membaca
ayat-ayat pendek, maka guru dan peserta didik mulai melakukan
kegiatan pembelajaran dengan strategi Mencari Pasangan dan
Kekuatan Dua Kepala. Adapun kegiatan pembelajaran yang
dilakukan sebagai berikut:
1) Guru membagikan potongan kertas karton yang berisi
pertanyaan dan jawaban kepada seluruh peserta didik,
kemudian meminta mereka untuk mencari dan menemukan
pasangannya dan duduk berdekatan. Pada siklus II ini kartu-
kartu tersebut telah diberi nomor, mulai dari nomor 1 sampai
nomor 16. Jadi kartu yang bertuliskan pertanyaan ada 16 kartu
dan yang berisi jawaban ada 16 kartu juga. Setiap peserta didik
60
mencari pasangannya dengan mencari teman yang memegang
kartu dengan nomor yang sama dengan nomor kartunya. Hal
ini dilakukan untuk mempermudah peserta didik dalam
mencari dan menemukan pasangan mereka.
2) Peserta didik secara bergantian menurut giliran yang
ditentukan oleh guru membacakan pertanyaan yang ada pada
kartunya dan pasangan lain menjawab. Apabila tidak ada
pasangan lain yang dapat menjawab, maka guru meminta
pasangannya sendiri untuk membacakan jawaban.
3) Setelah selesai seluruh peserta didik membaca dan menjawab
pertanyaan, guru mengumpulkan kembali kartu-kartu tersebut.
4) Masing-masing peserta didik menerima kertas yang
bertuliskan pertanyaan yang berbeda dari pertanyaan yang ada
pada kartu sebelumnya.
5) Peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut
secara individu. Kemudian mereka diminta untuk saling
bertukar jawaban lalu mendiskusikan jawabannya dengan
teman pasangannya dan membuat jawaban baru sebagai hasil
dari diskusi mereka.
6) Guru memberikan penguatan dan kesimpulan dari materi yang
dipelajari.
7) Guru melakukan evaluasi pada peserta didik secara tertulis
untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik pada
materi zakat dengan menerapkan strategi Mencari Pasangan
dan Kekuatan Dua Kepala.
Pada siklus II ini kegiatan inti / tindakan pembelajaran
dengan menerapkan strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua
Kepala direncanakan dapat berlangsung sebanyak 3 kali putaran.
Lebih efektif dari siklus I, diharapkan peserta didik lebih cepat
menemukan pasangannya karena kartunya bernomor.
61
c. Observasi Tindakan.
Observasi dilakukan oleh guru dan teman sejawat pada saat
proses pembelajaran berlangsung, untuk melihat dan mengamati
situasi serta mencatat berbagai aktivitas yang dilakukan guru dan
siswa dalam proses pembelajaran. Adapun hal-hal yang diamati
pada siklus II ini adalah:
1) Kegiatan atau sikap dan perhatian peserta didik pada saat
peneliti menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilakukan dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif
Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala.
2) Situasi proses pembelajaran.
3) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
4) Keaktifan peserta didik dalam mencari dan menemukan
pasangannya.
5) Kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan dari
pasangan yang lain.
6) Kemampuan/keaktifan peserta didik memberikan jawaban
terhadap pertanyaan secara individu.
7) Kemampuan peserta didik memberikan jawaban secara
berpasangan.
8) Sikap/kerjasama peserta didik dengan pasangannya.
9) Kejadian-kejadian penting lainnya yang tidak biasa terjadi
umpamanya apakah ada siswa yang biasanya tidak pernah
memberikan jawaban atau komentar dalam proses
pembelajaran biasa, maka pada proses pembelajaran saat itu
dia memberikan jawabannya.
d. Refleksi.
Seperti pada siklus I, maka refleksi yang dilakukan disiklus
II ini bertujuan untuk menganalisis berbagai hambatan atau
permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran. Seluruh
informasi yang diperoleh melalui alat pengumpul data
62
dikumpulkan dan dievaluasi guna mencari solusi terbaik yang
akan diterapkan pada siklus selanjutnya. Beberapa kegiatan yang
direfleksi adalah:
1) Menuliskan data observasi dan wawancara berdasarkan hasil
pengamatan pada proses pembelajaran berkenaan dengan
aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua
Kepala.
2) Menuliskan data observasi hasil pengamatan observer terhadap
kemampuan peneliti dalam mengelola proses pembelajaran
dengan menerapkan strategi pembelajaran Mencari Pasangan
dan Kekuatan Dua Kepala.
3) Menjelaskan hasil belajar peserta didik setelah menggunakan
strategi pembelajaran Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua
Kepala.
Apabila hasil belajar dengan menerapkan strategi
pembelajaran aktif Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala
pada materi zakat ini belum mengalami peningkatan seperti yang
diharpkan, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus
berikutnya. Oleh karena itu peneliti menyusun rencana tindakan
untuk siklus ke III dengan mengadakan perbaikan atas kegiatan
atau tindakan yang masih kurang tepat dan memberkan penguatan
terhadap kegiatan atau tindakan yang sudah tepat agar lebih baik
lagi.
Siklus III.
a. Perencanaan Tindakan.
Pada siklus III ini peneliti menyusun RPP berdasarkan hasil
refleksi pada siklus II
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Menyiapkan alat bantu berupa lembaran kertas tulis yang
berisi pertanyaan mengenai materi zakat fitrah dan potongan
63
kertas karton yang berisi pertanyaan dan jawaban dari materi
zakat fitrah.
3) Menyiapkan instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian (membuat lembar observasi, menyusun tes dalam
bentuk jawaban singkat dan objektif tes).
4) Mengadakan koordinasi dengan teman sejawat atau guru yang
bertindak sebagai observer.
5) Menjelaskan tentang proses pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
b. Pelaksanaan Tindakan.
1) Guru membagikan potongan kertas karton yang berisi
pertanyaan dan jawaban kepada seluruh peserta didik,
kemudian meminta mereka untuk mencari dan menemukan
pasangannya dan duduk berdekatan. Pada siklus II ini kartu-
kartu tersebut telah diberi nomor, mulai dari nomor 1 sampai
nomor 32. Jadi kartu yang bertuliskan pertanyaan diberi nomor
ganjil seperti 1, 3, 5, 7, 9 dan seterusnya sampai nomor 31.
Kartu yang berisi jawaban diberi nomor genap mulai dari
nomor 2, 4, 6, 8, 10 dan seterusnta sampai nomor 32. Setiap
peserta didik mencari pasangannya yaitu teman yang
memegang kartu dengan nomor urut sesudah nomor kartunya.
Contohnya peserta didik yang memegang kartu nomor 1
mencari pasangannya peserta didik yang memegang kartu
nomor 2, demikian seterusnya sampai nomor 32. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah peserta didik dalam mencari
dan menemukan pasangan merekamasing-masing.
2) Peserta didik secara bergantian menurut giliran yang
ditentukan oleh guru membacakan pertanyaan yang ada pada
kartunya dan pasangan lain menjawab. Apabila tidak ada
pasangan lain yang dapat menjawab, maka guru meminta
pasangannya sendiri untuk membacakan jawaban.
64
3) Setelah selesai seluruh peserta didik membaca dan menjawab
pertanyaan, guru mengumpulkan kembali kartu-kartu tersebut.
4) Masing-masing peserta didik menerima kertas yang bertuliskan
pertanyaan yang berbeda dari pertanyaan yang ada pada kartu
sebelumnya.
5) Peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut
secara individu. Kemudian mereka diminta untuk saling
bertukar jawaban lalu mendiskusikan jawabannya dengan
teman pasangannya dan membuat jawaban baru sebagai hasil
dari diskusi mereka.
6) Guru memberikan penguatan dan kesimpulan dari materi yang
dipelajari.
7) Guru melakukan evaluasi pada peserta didik secara tertulis
untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik pada
materi zakat dengan menerapkan strategi Mencari Pasangan
dan Kekuatan Dua Kepala.
Pada siklus III ini kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua
Kepala direncanakan dapat berlangsung sampai tiga kali putaran
juga.
c. Refleksi.
Peneliti mengadakan refleksi pada siklus III dengan
menuliskan data hasil observasi terhadap aktivitas peserta didik
pada proses pembelajaran, keaktifan mereka dalam menjawab
pertanyaan dari teman pasangannya dan pasangan lainnya,
kerjasama peserta didik dalam memberikan jawaban serta suasana
proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Selanjutnya
menganalisis dan membuat kesimpulan atas penerapan strategi
pembelajaran aktif Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran
65
Pendidikan Agama Islam materi zakat di kelas VI SD PAB 19
Bandar Klippa.
Apabila hasil belajar peserta didik telah mencapai target
sesuai indikator yang ditetapkan, maka penelitian ini dihentikan
sampai siklus ke III saja. Selain daripada itu karena keterbatasan
waktu, penelitian ini juga tidak dapat diteruskan.
E. Variabel Penelitian.
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas adalah strategi pembelajaran
Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala. Strategi
pembelajaran ini dilakukan tidak dengan berkelompok tetapi
secara individual. Variabel terikat adalah hasil belajar PAI pada
materi zakat. Definisi operasional dari masing-masing variabel
penelitian adalah :
1. Strategi pembelajaran Mencari Pasangan adalah pembelajaran
yang dilakukan dengan cara masing-masing siswa mencari
pasangannya yang memiliki pertanyaan atau jawaban soal
yang sesuai dengan yang dimilikinya.
2. Strategi pembelajaran Kekuatan Dua Kepala adalah
pembelajaran yang dilakukan dengan cara masing-masing
siswa memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan,
kemudian menyempurnakan jawaban mereka dengan cara
menggabungkan jawabannya dengan jawaban pasangannya
masing-masing.
3. Hasil belajar adalah perolehan skor tes ulangan harian yang
dapat diperlihatkan oleh siswa melalui kegiatan pengujian
yang sistematis dengan menjawab pertanyaan secara lisan dan
mengerjakan soal-soal bidang studi PAI pada materi zakat.
66
F. Instrumen Penelitian.
Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian1044
Dalam penelitian tindakan
kelas ini peneliti bertindak sebagai human instrument yang
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
menganalisis data dengan diskriftif analisis kualitatif, menafsirkan
data dan membuat kesimpulan atas temuan11
Selain dari peneliti, instrumen lain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar observasi, pedoman wawancara dan
butir soal tes hasil belajar dalam bentuk jawaban singkat dan
objektif tes.
G. Teknik Pengumpulan Data.
1. Observasi.
Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara
langsung12
Observasi dilakukan untuk memantau kegiatan guru
dan memantau kegiatan siswa dengan cara mengamati setiap
kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat
observasi . Misalnya mengamati dan mencatat setiap kegiatan
guru dalam setiap siklus atau tindakan pembelajaran sesuai
dengan fokus masalah, mencatat berbagai perilaku siswa
sebagai pengaruh tindakan yang dilakukan guru, minat dan
perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung, suasana
10Wina Sanjaya, Penelitian Tindaka Kelas (Jakarta: Kencana, 2011), h. 84.
11Sugiono, Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 251
12
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009), h. 14.
67
pembelajaran yang terjadi, tingkat keaktifan siswa dan kondisi
ruangan kelas dan Mushalla.
Observasi dilakukan oleh peneliti dan kolaborator
dengan menggunakan lembar observasi. Jenis observasi yang
dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi
partisipasi lengkap (complete participation), artinya peneliti
terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan oleh sumber
data sehingga peneliti tidak terlihat sedang melakukan
penelitian.
2. Tes
Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memliki
jawaban yang benar atau salah. Tes diartikan juga sebagai
sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban1345
Tes
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek
kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran. Dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini tes diberikan dalam bentuk tes
lisan dan tes tulisan secara individual dan kelompok. Tes
tulisan dibuat dalam bentuk objektif tes yaitu pilihan ganda
dan bentuk uraian objektif. Pilihan ganda terdiri dari 20 soal,
uraian objektif ada 5 soal.
Tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dan uraian
diberikan setelah selesai proses pembelajaran secara tertulis.
Sedangkan tes secara lisan diberikan diawal pembelajaran untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
akan dipelajari.
Sebelum penerapan tindakan, tes diujicobakan terlebih
dahulu kepada siswa kelas VI yang bukan subjek penelitian.
Hal ini dilakukan untuk menjamin validitas soal yang
digunakan, mengukur tingkat kesukaran/kesulitan (TK) soal dan
13
Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes Dan Nontes (Jogjakarta:Mitra
Cendikia Press, 2007), h. 67.
68
daya pembeda (DP).
a. Tingkat Kesukaran (TK).
Tingkat Kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab
benar suatu soal pada tingkat kesukaran tertentu yang
dinyatakan dalam bentuk indeks antara 0.00 – 1.00. Semakin
tinggi indeks soal berarti semakin banyak siswa yang
menjawab benar soal tersebut, demikian sebaliknya. Rumus
yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal
adalah:
Rentang indeks tingkat kesukaran soal yang digunakan
pada ujicoba instrumen ini adalah:
1). 0.00 – 0.30 soal tergolong sukar
2). 0.31 – 0.70 soal tergolong sedang
3). 0.71 – 1.00 soal tergolong mudah
b. Daya Pembeda (DP).
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal
untuk membedakan siswa yang telah menguasai materi
pembelajaran dengan siswa yang tidak/belum menguasai.
Rumus yang digunkan untuk menguji daya pembeda soal
adalah:
DP: Daya pembeda soal
BA: Jumlah jawaban yang benar pada kelompok atas
BB: Jumlah jawaban yang benar pada kelompok bawah
N : Jumlah siswa yang mengikuti tes
69
Rentang indeks yang digunakan untuk menentukan apakah
suatu soal diterima, diperbaiki atau ditolak/diganti adalah:
1). 0,40 – 1,00 soal diterima
2). 0,30 – 0,39 soal diterima tetapi perlu diperbaiki
3). 0,20 – 0,29 soal diperbaiki
4). 0,19 – 0,00 soal tidak dipakai/diganti
Berdasarkan hasil uji coba tes yang dilakukan, maka penulis
memperbaiki butir soal yang digunakan pada penelitian ini. Dari
ujicoba yang dilakukan juga diketahui bahwa butir tes yang
digunakan tergolong pada kategori mudah dan sedang.
Instrumen soal yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar.
No Kompetensi Dasar Materi Indikator No.
Soal
1. 10.1.1.Menyebutkan pengertian
zakat.
10.1.2.Menyebutkan macam -
macam zakat
10.1.3.Menyebutkan pengertian
zakat mal.
10.1.4.Menyebutkan dalil zakat
mal.
10.1.4.Menjelaskan pengertian
zakat fitrah.
10.1.5.Menyebutkan dalil zakat
fitrah.
10.1.7.Menyebutkan hukum
zakat fitrah.
10.2.1.Menyebutkan besar dan
mutu zakat fitrah.
10.2.2.Menyebutkan syarat
wajib zakat fitrah.
10.2.3.Menjelaskan waktu
membayar zakat fitrah.
10.2.4.Menjelaskan orang yang
berhak menerima zakat
fitrah (mustahik zakat).
10.2.5.Menjelaskan manfaat
zakat fitrah.
Zakat
Zakat
Fitrah
Menyebutkan
pengertian
zakat
1
2
3
4
5
6
7
8
9,11,1,
2
12.14, 3
15,18, 4
19,
20, 5
70
3. Wawancara.
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data
informasi tentang perhatian peserta didik terhadap proses
pembelajaran dengan menerapkan strategi Mencari Pasangan
dan Kekuatn Dua Kepala serta tingkat pemahaman mereka
terhadap materi pembelajaran. Wawancara atau interviu dapat
diartikan sebagai teknik mengumpulkan data dengan
menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun
melalui saluran media tertentu.1446
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada
beberapa orang peserta didik setelah selesai tindakan sebelum
selesai proses pembelajaran.
H. Teknik Analisis Data.
Seluruh data yang diperoleh selama penelitian tindakan
kelas ini dianalisis dengan menggunakan dua teknis analisis data
yaitu analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif.
1. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menentukan
peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang
dilakukan guru dan aktifitas yang dilakukan peserta didik. Data
kualitatif ini berdasarkan hasil observasi dan wawancara.
Analisis data menurut alurnya yang dimulai dari reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan dan verivikasi data.
Selanjutnya data penelitian akan dianalisis sebagai berikut:
a. Hasil observasi aktivitas peserta didik dinilai dari 6 item
penilaian dengan rata-rata tiga kali pertemuan dan dikalikan
100%.
14
Sanjaya, Penelitian Tindakan, h. 96.
71
b. Hasil observasi terhadap kegiatan peneliti dalam melakukan
tindakan akan dinilai dari skor yang diperoleh peneliti dibagi
dengan skor maksimal dan dikalikan 100%.
c. Hasil belajar peserta didik dianalisis dengan menggunakan
standar mutlak yaitu menganalisis data untuk mendapatkan
persentase peserta didik yang gagal dalam setiap soal dan
persentase jawaban yang memuaskan dari setiap peserta
didik dalam tes secara keseluruhan.
2. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menentukan
peningkatan hasil belajar siswa sebagai pengaruh dari setiap
tindakan yang dilakukan guru. Peneliti menggunakan analisis
statistik deskriptif misalnya dengan mencari nilai rata-rata dan
persentase keberhasilan belajar peserta didik.
I. Teknik Penjaminan Keabsahan Data.
Pada penelitian tindakan kelas, teknik penjaminan
keabsahan data didasarkan pada kriteria sebagai berikut :
1. Validitas data.
Yaitu tingkat kesesuaian data dengan kenyataan. Di
dalam buku Encyclopedia of Educational Evalution yang
ditulis oleh Scarvia B.Anderson dalam Suharsimi Arikunto
menyatakan bahwa A test is valid if it purpose to measure
artinya sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut
mengukur apa yang hendak diukur15
. Validitas data pada
penelitian tindakan kelas lebih ditekankan pada keajekan
proses penelitian seperti yang ditekankan pada penelitian
kualitatif. 47
15 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h. 65.
72
Kriteria validitas untuk penelitian kualitatif adalah
makna langsung yang dibatasi oleh sudut pandang
peneliti itu sendiri terhadap proses penelitian1648
.
Ada lima macam validitas yang diterapkan dalam
penelitian tindakan kelas yaitu:
a. Validitas demokratik : dalam hal ini guru sebagai peneliti
memiliki keterbukaan untuk menerima berbagai masukan
dan saran yang diberikan oleh setiap orang yang terlibat
dalam penelitian ini. Selain itu guru mendorong setiap
orang untuk bicara mengemukakan pandangan dan
penilaiannya secara bebas.
b. Validitas hasil adalah validitas yang berkenaan dengan
kepuasan semua pihak tentang hasil penelitian.
c. Validitas proses yaitu guru mampu melaksanakan tindakan,
mengumpulkan dan menganalisis data dan mampu
mendiskripsikan serta memetakan data.
d. Validitas katalitik yaitu berkaitan dengan cara dan peran
baru sesuai dengan tindakan yang dilakukan untuk
memecahkan masalah.
e. Validitas dialogis yaitu guru meminta teman sejawat untuk
menilai dan memberi pandangan tentang tindakan yang
dilakukan guru untuk memperbaiki proses
pembelajaran.1749
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menerima
berbagai saran dan masukan yang diberikan oleh kolaborator
sebagai observer dan peserta didik sebagai subjek penelitian.
Penelitian ini memberikan kepuasan bagi peneliti dan peserta
didik karena memberikan peningkatan hasil belajar peserta
didik seperti yang diharapkan. Selain itu peneliti juga
melakukan pengumpulan data, menganalisis dan
mendiskripsikannya sesuai hasil yang sebenarnya. Kemudian
peneliti mengatur proses pembelajaran sesuai peran yang
dilakukan peserta didik menurut langkah-langkah strategi
16 Sanjaya, Penelitian, h. 41.
17
Ibid, h. 42.
73
pembelajaran yang diterapkan, selanjutnya peneliti meminta
teman sejawat untuk memberikan penilaian terhadap tindakan
yang dilakukan dan member saran atau pandangan untuk
perbaikan tindakan pada proses pembelajaran berikutnya.
2. Reliabilitas data.
Yaitu tingkat atau taraf kepercayaan dari suatu data.
Maksudnya suatu data dikatakan reliabel jika data itu bisa
dipercaya dengan memberikna hasil yang tetap. Dalam
penelitian ini yang dimaksud dengan reliabilitas data adalah
dengan menyajikan data yang sesuai apa adanya berdasarkan
hasil data yang dikumpulkan melalui hasil tes belajar,
observasi dan wawancara.
Pada penelitian tindakan kelas ini, data yang disajikan
berdasarkan hasil wawancara, hasil pengamatan kolaborator
yang bertindak sebagai observer selama proses pembelajaran
dan hasil tes formatif yang dilakukan setiap selesai
pembelajaran pada saat pra tindakan dan pada setiap siklus.
J. Indikator Kinerja.
Adapun yang menjadi indikator keberhasilan dalam
penelitian ini adalah :
a. 80% siswa aktif dalam proses pembelajaran pada saat
menerapkan strategi pembelajaran aktif Mencari Pasangan
dan Kekuatan Dua Kepala pada materi zakat.
b. 80% siswa mampu menjawab pertanyaan dari pasangan lain
dan menjawab tes yang diajukan guru sesuai dengan
indikator yang telah ditetapkan.
c. 80% siswa memperoleh nilai di atas KKM.
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Pra Tindakan.
a. Persiapan Pra Tindakan.
Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret sampai April 2012.
Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengadakan
pertemuan dengan Kepala Sekolah SD Swasta PAB. 19 Bandar Klippa
Kec.Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yaitu pada hari Sabtu
tanggal 25 Pebruari 2012 pukul 10.00 WIB untuk menyampaikan
rencana melakukan penelitian tindakan kelas. Pada pertemuan tersebut
Kepala Sekolah menyambut baik dan setuju diadakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Peneliti juga mohon izin untuk membawa
seorang guru Pendidikan Agama Islam yang bertindak sebagai
kolaborator atau observer dalam penelitian nantinya. Guru Pendidikan
Agama Islam tersebut bertugas di sekolah SD Negeri 107404 Sambirejo
Timur, tidak jauh dari sekolah tempat peneliti bertugas. Hal ini
dilakukan karena di sekolah tempat penelitian hanya ada seorang guru
Pendidikan Agama Islam yaitu peneliti sendiri. Atas permohonan ini
Kepala Sekolah tidak merasa keberatan dan mengizinkan.
Pada tanggal 27 Pebruari 2012 peneliti menemui guru
Pendidikan Agama Islam yang bernama Sadinem, S.PdI dan meminta
kesediaannya untuk menjadi observer dalam penelitian yang akan
dilakukan. Beliau menyambut baik maksud peneliti. Bersama observer
peneliti melakukan diskusi tentang berbagai hal yang akan dilakukan
dalam penelitian nanti. Diskusi meliputi Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, kelas yang akan diteliti serta instrumen penelitian.
Dari hasil diskusi diputuskan bahwa penelitian akan dimulai pada
minggu ketiga bulan Maret 2012 pada saat jam pelajaran Pendidikan
75
Agama Islam. Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan dilakukan
sebanyak tiga siklus, satu siklus dengan waktu 3 x 35 menit (1 kali
pertemuan).
b. Pelaksanaan pra tindakan.
Kegiatan pra tindakan dilakukan sebelum peneliti melaksanakan
tindakan pada kelas penelitian. Tahap ini dilakukan pada hari Kamis
tanggal 15 Maret 2012 pada les pertama sampai les ke tiga, pukul 07.30
sampai 09. 15 WIB, satu kali pertemuan sebanyak 3 x 35 menit. Proses
pembelajaran dimulai seperti biasa, dengan mengucapkan lafaz
Basmalah, membaca surah-surah pendek pilihan. Setelah itu peneliti
mengabsen peserta didik. Selanjutnya peneliti menerangkan tentang
materi yang akan dipelajari yaitu tentang mengetahui kewajiban zakat,
menyebutkan macam-macam zakat, dan menyebutkan ketentuan zakat
fitrah.
Peneliti menjelaskan kepada peserta didik bahwa setelah
pembelajaran selesai mereka diharapkan dapat menyebutkan macam-
macam zakat, menyebutkan contoh zakat harta, menunjukkan dalil
tentang zakat fitrah dan zakat harta. Selanjutnya mereka juga dapat
menyebutkan pengertian zakat fitrah, hukum zakat fitrah, syarat wajib
zakat fitrah, besar dan mutu zakat fitrah, golongan yang berhak
menrima zakat fitrah, waktu membayar zakat fitrah dan manfaat atau
faedah zakat fitrah.
Pembelajaran berlangsung seperti biasa, dengan menggunakan
metode ceramah dan Tanya jawab. 10 menit pertama digunakan untuk
membuka pembelajaran dengan membacakan do’a dan surah-surah
pendek serta mengabsen peserta didik. Kemudian mengadakan
appersepsi yaitu menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan
kehidupan peserta didik sehari-hari. Sebelum menyampaikan materi,
peneliti mengadakan pre tes selama 10 menit, untuk mengetahui tingkat
pengetahuan peserta didik mengenai materi zakat yang akan
disampaikan. Selanjutnya peneliti menyampaikan pelajaran dengan
76
metode ceramah selama 40 menit. Untuk waktu Tanya jawab diberikan
selama 20 menit. Sebelum pelajaran berakhir, peneliti mengadakan pos
tes secara tertulis dengan mengemukakan 20 pertanyaan dalam bentuk
obyektif tes (pilihan ganda). Waktu untuk tes ini diberikan selama 15
menit. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemahaman
peserta didik atas materi pelajaran sebelum tindakan, dengan metode
ceramah dan Tanya jawab yang telah dilaksanakan, dari tes awal
diperoleh data seperti tertera pada tabel 1 berikut:
Tabel 4. Nilai Tes Hasil Belajar Pra Tindakan.
No Nilai F Persentase Keterangan
1 91 - 100 0 0 % Tuntas
2 81 - 90 0 0 % Tuntas
3 71 - 80 7 22 % Tuntas
4 ≤ 70 25 78 % Tidak Tuntas
N 32 100 %
Berdasarkan hasil tes awal pra tindakan, diketahui bahwa
peserta didik yang mendapat nilai tuntas diatas 70 sebanyak 7 orang
(22%) sedangkan 25 orang lainnya (78%) tidak tuntas karena
memperoleh nilai dibawah 70 sebagai nilai KKM dalam materi zakat
yang telah ditetapkan.
Selanjutnya 10 menit terakhir peneliti menjelaskan kepada
seluruh peserta didik bahwa untuk pertemuan berikutnya pembelajaran
akan dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang
berbeda dari biasanya yaitu strategi mencari pasangan dan kekuatan dua
kepala.
Peserta didik diberi penjelasan bahwa kepada mereka akan
diberikan sepotong kartu yang bertuliskan materi pelajaran baik berupa
pertanyaan atau jawaban. Setiap siswa akan memperoleh satu potong
kartu. Selanjutnya setelah memperoleh kartu, masing-masing peserta
didik akan memulai aktifitas mereka untuk mencari pasangan mereka
masing-masing, yaitu kartu yang sesuai antara pertanyaan dan jawaban.
77
Setelah itu mereka yang telah menemukan pasangannya, duduk secara
berdampingan.
Selanjutnya pada strategi kekuatan dua kepala, setiap siswa yang
berpasangan nantinya akan diminta untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan. Untuk pertama kali siswa diminta
memberikan jawaban secara individu, kemudian selanjutnya siswa
diminta memberikan jawaban yang merupakan hasil diskusi mereka
berdua. Diharapkan jawaban berdua akan lebih baik dan lebih sempurna
daripada jawaban individu atau jawaban sendiri. Peneliti menutup
pembelajaran dengan mengucapkan lafaz Hamdalah dan memberi
salam serta mempersilahkan peserta didik untuk beristirahat dengan
terlebih dahulu membaca do’a sebelum makan.
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Dan Temuan Pada Siklus I.
a. Perencanaan Tindakan Siklus I.
Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Maret 2012.
Siklus ini terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, observasi hasil tindakan dan refleksi hasil tindakan.
Perencanaan tindakan siklus pertama dimulai sejak tanggal 19 sampai
20 Maret 2012 dengan melakukan beberapa kegiatan yaitu:
1) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai pada materi
zakat dengan menggunakan strategi pembelajaran mencari
pasangan dan kekuatan dua kepala.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan
Agama Islam dengan menerapkan strategi pembelajaran mencari
pasangan dan kekuatan dua kepala.
3) Mempersiapkan materi ajar, yaitu materi pokok tentang zakat
dengan Standar Kompetensi (SK) 10. Mengetahui kewajiban zakat
dan Kompetensi Dasar (KD) 10.1. Menyebutkan macam-macam
zakat dan 10.2. Menyebutkan ketentuan zakat fitrah.
78
4) Menyiapkan alat evaluasi pembelajaran yaitu daftar wawancara
dan perangkat soal evaluasi hasil belajar peserta didik.
5) Menyiapkan Lembar observasi aktivitas peserta didik yang
bertujuan untuk melihat keadaan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I.
Pelaksanaan tindakan siklus I direncanakan berlangsung dalam
satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Pertemuan
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Maret 2012. Kegiatan
pembelajaran pada siklus I terdiri dari tiga bahagian yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1). Kegiatan Pendahuluan (10 menit).
Kegiatan ini diawali dengan peneliti bersama kolaborator
masuk ke kelas VI SD Swasta PAB 19 Bandar Klippa
dengan mengucapkan salam dan dijawab oleh seluruh peserta didik.
Peneliti yang sekaligus sebagai guru langsung memulai proses
pembelajaran dengan mengucapkan lafaz Basmalah dan meminta
seluruh peserta didik untuk membaca do’a dan beberapa surah
pendek. Selanjutnya guru mengabsen peserta didik. Observer duduk
di bangku paling belakang dari peserta didik.
Setelah mengabsen siswa, guru mulai menerangkan secara
singkat materi yang akan dipelajari serta tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Selanjutnya guru mengadakan appersepsi dengan cara
menghubungkan materi yang akan dipelajari kepada kehidupan
sehari-hari peserta didik. Sebelum memulai pembelajaran dengan
menerapkan strategi Mencari Pasangan Dan Kekuatan Dua Kepala,
guru kembali menjelaskan kepada seluruh peserta didik tentang
langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembelajaran nantinya.
Adapun indikator yang harus dicapai peserta didik pada
tindakan siklus I ini adalah:
a). Menyebutkan pengertian zakat.
79
b). Menyebutkan macam-macam zakat.
c). Menyebutkan hukum mengeluarkan zakat.
d). Menyebutkan pengertian zakat fitrah.
e). Menyebutkan besar dan mutu zakat fitrah.
f). Menyebutkan pengertian zakat mal.
g). Menyebutkan beberapa macam harta yang wajib dizakati.
h). Menyebutkan contoh zakat mal.
i). Menyebutkan dalil zakat mal.
j). Menyebutkan dalil zakat fitrah.
2). Kegiatan Inti ( 75 menit ).
Pada kegiatan inti ini dimulai dengan guru membagi-bagikan
potongan-potongan kertas karton sebagai kartu kepada seluruh
peserta didik. Kartu-kartu tersebut sebahagian bertuliskan tentang
pertanyaan dari materi zakat dan sebahagian lainnya bertuliskan
jawaban tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut. Setelah seluruh
peserta didik memperoleh kartu masing-masing, guru meminta
kepada mereka untuk mulai melakukan aktivitas yaitu mencari
pasangan masing-masing.
Setiap peserta didik yang memperoleh kartu yang bertuliskan
jawaban tentang materi zakat, maka dia harus mencari pasangan
yang mempunyai kartu yang bertuliskan pertanyaan yang sesuai
dengan jawaban tersebut. Demikian pula sebaliknya, apabila peserta
didik memperoleh kartu yang bertuliskan pertanyaan tentang materi
zakat, maka dia harus mencari pasangan yang memegang kartu yang
bertuliskan jawaban yang sesuai untuk pertanyaan yang ada pada
kartunya.
Demikianlah, kegiatan ini berangsung dalam suasana yang
riuh dan menyenangkan, karena setiap peserta didik berusaha secepat
mungkin untuk menemukan pasangannya, sebab guru akan
memberikan nilai bagi peserta didik yang berhasil mendapatkan
pasangannya terlebih dahulu. Setelah seluruh peserta didik
80
menemukan pasangannya masing-masing, maka mereka diminta
untuk duduk berdampingan. Selanjutnya guru meminta kepada
peserta didik secara bergantian untuk membacakan pertanyaan yang
ada pada kartunya masing-masing, lalu meminta kepada peserta
didik yang lain untuk menjawabnya. Apabila tidak ada peserta didik
yang dapat menjawab, maka guru meminta kepada pasangan peserta
didik yang membacakan pertanyaan tersebut untuk menjawabnya.
Kegiatan seperti ini berlangsung sebanyak 2 kali putaran,
maksudnya apabila seluruh peserta didik telah selesai membacakan
pertanyaan dan memberikan jawabannya, maka guru kembali
mengumpulkan kartu-kartu tersebut, kemudian mengocoknya dan
membagikannya kembali kepada seluruh peserta didik. Demikianlah
hal ini berlangsung sampai waktu yang ditentukan habis.
Selama kegiatan mencari pasangan berlangsung, guru dan
observer terus mengamati dan memberi pengarahan serta mencatat
berbagai hal yang terjadi dalam proses pembelajaran. Dari hasil
pengamatan, guru memberikan nilai bagi peserta didik yang
menemukan pasangannya lebih cepat dari yang lain.
3). Kegiatan Penutup (20 menit).
Sebelum menutup pembelajaran guru mengadakan
postes dengan memberikan lembar tes hasil belajar kepada seluruh
peserta didik. Mereka diminta untuk menjawab 25 pertanyaan dalam
bentuk obyektif tes (pilihan ganda) dalam waktu 15 menit.
Selanjutnya guru mengadakan wawancara kepada 3 orang siswa
untuk mengetahui tanggapan mereka tentang proses pembelajaran
yang baru dilaksanakan. Selanjutnya hasil observasi aktivitas peserta
didik dan wawancara ini akan direfleksi bersama dengan observer
untuk mengetahui kekurangan yang terdapat pada tindakan siklus I
dan data hasil tes belajar akan dianalisis oleh peneliti.
Kegiatan terakhir pada tindakan siklus I ini adalah menutup
pembelajaran dengan bersama-sama megucapkan lafaz Hamdalah.
81
Guru mengucapkan salam dan meminta seluruh peserta didik untuk
membaca do’a sebelum makan, kemudian mempersilahkan mereka
untuk beristirahat.
c. Observasi Hasil Tindakan Siklus I.
1). Hasil Observasi Kegiatan Peserta Didik dan Peneliti.
Hasil observasi terhadap kegiatan peserta didik dalam proses
pembelajaran dengan menerapkan startegi mencari pasangan dan
kekuatan dua kepala di kelas VI SD Swasta PAB 19 Bandar Klippa
Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang yang dilakukan oleh
peneliti dan observer dengan cara mengamati proses pembelajaran
sejak awal sampai berakhir pembelajaran. Pengamatan pertama
dilakukan pada saat peserta didik mendengarkan pengarahan dari
peneliti tentang langkah-langkah pembelajaran dalam strategi
mencari pasangan dan kekuatan dua kepala. Selanjutnya aktivitas
peserta didik dalam mencari pasangan mereka masing-masing, cara
mereka membacakan pertanyaan dan memberikan jawaban,
kerjasama di antara pasangan dan keaktifan peserta didik dalam
menjawab pertanyaan dari teman-temannya.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan observer mulai
dari awal proses pembelajaran yaitu pukul 07.30 WIB sampai akhir
proses pembelajaran pada pukul 09. 15 WIB, peserta didik terlihat
sangat tertarik dengan strategi yang diterapkan. Seluruh peserta didik
aktif dan merasa senang dalam mencari pasangan mereka masing-
masing. Sebahagian dari peserta didik berusaha untuk secepat
mungkin menemukan pasangannya, namun sebahagian yang lain
kelihatan masih sedikit kebingungan untuk menemukan pasangan
mereka, dan ada juga yang masih malu-malu untuk duduk
berdampingan karena pasangannya adalah lawan jenisnya.
Keaktifan para peserta didik dalam membacakan dan
menjawab pertanyaan masih belum maksimal. Hanya sebahagian
kecil peserta didik yang antusias dalam menjawab pertanyaan yang
82
dibacakan oleh temannya. Sedangkan sebahagian lainnya hanya aktif
dalam menjawab pertanyaan dari pasangannya saja.
Kerjasama di antara peserta didik masih belum maksimal,
terutama kerjasama mereka dengan pasangannya. Hal ini dapat
dilihat dari cara mereka membacakan pertanyaan masih kurang
serius. Masih ada juga peserta didik yang tidak mau bekerjasama
dengan pasangannya, hal ini dimungkinkan karena mereka masih
malu-malu dan ada juga yang merasa tidak atau kurang cocok
dengan pasangannya.Menghadapi hal ini guru sebagai peneliti
berusaha memberikan pengarahan dan pengertian kepada siswa.
Hasil pengamatan observer dan peneliti terhadap peserta
didik dalam aktivitas mereka saat proses pembelajaran dengan
strategi mencari pasangan dan kekuatan dua kepala dapat dilihat
pada tabel 2 berikut:
Tabel 5. Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus I.
No Indikator Siklus I
Jlh
skor
Rata
rata
% Ket
1 Mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan
guru
75 2,3 13
2 Mencari dan menemukan
pasangan
80 2,5 14 Tertinggi
3 Membaca dan menjawab
pertanyaan dari
pasangannya masing-
masing.
80
2,5
14
4 Menjawab pertanyaan dari
pasangan yang lain
57 1,7 10 Terendah
5 Bekerjasama dengan
pasangannya
60 1,8 10
6 Perilaku yang kurang
relevan
76 2,3 13
Jumlah 428 : 576 x 100 = 74 %
Keterangan: Jumlah = Jumlah skor : jumlah total aktivitas peserta
83
didik pada siklus I.
% = Persentase Aktivitas.
Analisis data hasil observasi menggunakan analisis deskripsi
presentase. Skor yang diperoleh masing-masing peserta didik dari
setiap indikator dijumlahkan, dan hasilnya disebut jumlah skor.
Untuk menghitung presentase aktivitas peserta didik adalah dengan
cara membagi jumlah skor aktivitas dengan skor total aktivitas dan
dikalikan dengan 100.
Dari tabel 2, dapat dijelaskan bahwa aktivitas peserta didik
pada siklus I menunjukkan kesungguhan para peserta didik dalam
melakukan tindakan mencari pasangan dan kekuatan dua kepala. Hal
ini diketahui dari keaktifan peserta didik dalam mencari dan
menemukan pasangan masing-masing serta membaca dan menjawab
pertanyaan dari pasangannya. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti
dan observer diketahui bahwa perhatian peserta didik terhadap
strategi yang akan dilakukan hampir mencapai hasil yang
diharapkan. Hal ini dapat diketahui dari indikator 1 dan 2 dengan
presentase 13,02 % dan 13,88 % mengindikasikan bahwa peserta
didik telah memahami langkah-langkah dalam strategi mencari
pasangan dan kekuatan dua kepala. Dengan demikian peneliti tidak
terlalu sukar untuk mengarahkan peserta didik.
Selanjutnya aktifitas 3 dan 5 yaitu membaca dan menjawab
pertanyaan dari pasangan masing-masing 14% dan bekerjasama
dengan pasangannya 10% mengindikasikan bahwa peserta didik
senang dan tertarik dengan strategi ini bahkan berusaha memberikan
jawaban yang terbaik kepada pasangannya. Meskipun disisi lain
masih didapati beberapa orang peserta didik yang belum
memperlihatkan keseriusannya dalam melakukan tindakan. Untuk
menjawab pertanyaan dari pasangan lain, sebahagian besar dari
peserta didik masih belum mampu menjawab secara benar . Namun
ada beberapa orang dari peserta didik yang mampu memberikan
84
jawaban terhadap beberapa pertanyaan dari pasangan lain dengan
lancar dan benar.
Berdasarkan hasil analisis data observasi dan refleksi terhadap
aktifitas peserta didik pada siklus I dapat disimpulkan bahwa
kegiatan peserta didik dalam melakukan aktifitas pembelajaran dapat
dikatakan sudah berhasil, namun demikian keberhasilan tersebut
belum maksimal seperti yang diharapkan. Beberapa aktifitas peserta
didik seperti menjawab pertanyaan dari pasangan yang lain dan
bekerjasama dengan pasangannya masih tergolong rendah dan perlu
ditingkatkan. Sedangkan perilaku yang kurang relevan sebaiknya
dihilangkan. Perilaku-perilaku positif yang telah berkembang pada
siklus I perlu diulang dan diperkuat pada siklus ke II.
Untuk mengetahui hasil observasi pengamat terhadap
peneliti dalam proses pembelajaran dengan menerapkan strategi
Mencari Pasangan Dan Kekuatan Dua Kepala pada materi zakat
dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 6. Hasil Observasi Pengamat terhadap Peneliti pada Siklus I.
Tahap Indikator Skor
1.Pendahuluan
1. Memulai proses pembelajaran
2. Menyampaikan materi ajar dan tujuan
pembelajaran.
3. Memberi petunjuk tentang tindakan
yang akan dilakukan.
4. Membantu mengarahkan peserta didik.
4
3
3
3
2. Penyajian (inti) 1. Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan strategi yang ditetapkan.
2. Merespon pembelajaran.
3. Pengaturan waktu dalam proses
pembelajaran.
4. Mengatur giliran penanya dan
penjawab
5. Membantu kelancaran proses
Pembelajaran
3
4
3
3
3
3. Penutup 1. Melakukan evaluasi
2. Menutup pembelajaran
4
3
Jumlah 36
85
Berdasarkan hasil observasi pengamat/observer terhadap
peneliti pada tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa kegiatan
pembelajaran yang dilakukan peneliti pada siklus I ini termasuk
dalam kategori baik, tetapi belum memuaskan. Hal ini disebabkan
karena peneliti baru memperoleh skor 36 dari skor maksimal 44.
Rentang skor setiap indikator adalah 1 - 4. Nilai yang diperoleh
peneliti berdasarkan skor yang didapatnya adalah 81,81 atau 81,81%.
Oleh karenanya peneliti perlu memperbaiki proses pembelajaran
pada siklus ke II tentang pengaturan waktu, mengatur giliran peserta
didik dan membantu kelancaran proses pembelajaran.
2). Hasil Evaluasi / Hasil Belajar Tindakan Siklus I.
Sebagai kegiatan penutup pada proses pembelajaran yang
dilaksanakan pada siklus I, peneliti mengadakan postes dan
wawancara. Postes dilakukan dalam bentuk obyektif tes sebanyak 20
soal yang dikerjakan dalam waktu 15 menit. Tes hasil belajar ini
dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah
tindakan dilakukan. Indikator keberhasilan proses pembelajaran pada
siklus I adalah apabila hasil belajar peserta didik melampaui nilai
KKM yang telah ditetapkan yaitu nilai 70. Sedangkan wawancara
dilakukan adalah untuk mengetahui respon peserta didik terhadap
pembelajaran yang baru dilaksanakan, khususnya terhadap strategi
Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala. Hasil belajar peserta
didik setelah dilakukan tindakan pada siklus I dapat dilihat pada
tabel 4 berikut:
Tabel 7. Hasil Belajar Peserta Didik pada Siklus I.
No Nilai Siklus I Keterangan
F Persentase
1 91 - 100 0 0% Tuntas
2 81 - 90 3 9% Tuntas
3 71 - 81 6 19% Tuntas
4 70 6 19% Tuntas
5 70 17 53% Tidak Tuntas
Jumlah 32 100%
86
Dari tabel 4 di atas dapat dijelaskan bahwa peserta didik
yang dinyatakan memperoleh nilai tuntas pada siklus I berjumlah 15
orang (47%) dan yang tidak tuntas sebanyak 17 orang (53%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar siswa dari sebelum tindakan (pra tindakan) dengan sesudah
tindakan dengan menerapkan strategi Mencari Pasangan dan
Kekuatan Dua Kepala.. Pada proses pembelajaran pra tindakan,
siswa yang tuntas hanya berjumlah 7 orang (22%), yang tidak tuntas
sebanyak 25 orang (78%). Peningkatan hasil belajar yang terjadi
pada siklus I ini sebesar 25% atau sebanyak 8 orang.
3). Hasil Wawancara Tindakan Siklus I.
Setelah proses pembelajaran selesai dilakukan pada
siklus I, maka peneliti mengadakan wawancara kepada beberapa
orang peserta didik. Wawancara dilakukan untuk mengetahui respon
peserta didik terhadap pembelajaran yang baru dilaksanakan juga
untuk memperoleh masukan dari peserta didik guna perbaikan proses
pembelajaran pada siklus selanjutnya. Dari hasil wawancara yang
dilakukan dengan peserta didik, diketahui respon peserta didik
terhadap pembelajaran adalah baik. Seluruh peserta didik merasa
senang mengikuti pembelajaran dengan strategi Mencari Pasangan
dan Kekuatan Dua Kepala. Mereka tidak merasa bosan mengikuti
pembelajaran, karena peserta didik merasa mereka sambil bermain,
menyenangkan dan tidak membosankan. Adapun hasil wawancara
tersebut sebagai berikut:
Peneliti : “Bagaimana menurut kamu pembelajaran yang baru
selesai kita laksanakan dengan strategi Mencari
Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala?”.
Aji : “Saya sangat senang Bu!, karena tidak membosankan dan
bisa sambil bermain”.
Ismi : “Saya juga sangat suka Bu!. Dengan belajar berpasangan
saya lebih mudah mengingat pelajarannya”.
87
Bayu :“Kalau saya Bu makin senang belajar secara berpasangan”.
Peneliti :“Apakah kamu merasa lebih mudah belajar Pendidikan
Agama Islam khususnya pada materi zakat ini dengan
strategi Mencari pasangan dan Kekuatan Dua Kepala?”
Putri : “Bagi saya Bu, belajar secara berpasangan lebih mudah
dari pada hanya mendengarkan ceramah Ibu saja, karena
kalau dengan teman kita bias lebih bebas bertanya”.
Tio : “Saya merasa lebih mudah mengingat waktu-waktu
membayar zakat fitrah dan orang-orang yang berhak
menerima zakat dengan cara belajar secara berpasangan
ini Bu”.
Suci : “Saya jadi lebih mudah mengingat isi pelajarannya Bu,
karena dibantu oleh teman pasangan saya, daripada saya
harus belajar sendirian”.
Peneliti : “Menurut kamu apakah ada kelemahan strategi Mencari
Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala yang baru kita
laksanakan tadi?”.
Puji : “Ada Bu!. Kami agak susah dan lama mencari
pasangannya Bu, karena kartunya tidak ada nomornya”.
Yuli : ” Iya.. Bu..! maunya kartunya ditulis nomor, biar kami
mudah menemukan pasangan kami Bu”.
Siti : ”Kalau saya Bu, malu karena pasangannya dengan Sandi
Bu!, maunya kalau perempuan pasangannya
perempuan juga Bu, jadi lebih asyik”.
Peneliti : ”Apa saran kamu untuk belajar dengan strategi Mencari
Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala ini?”
Dewi : ”Minggu depan kita belajarnya seperti ini lagi ya Bu!,
lebih enak dan tidak membosankan”.
Yunus : ”Iya Bu!, kalau bisa waktunya ditambah Bu! jadi kita bisa
lebih lama belajarnya dan lebih mantap!”
88
Peneliti : ”Kalian tidak bosan kalau kegiatan seperti ini kita
lakukan berulang-ulang?”
Peserta didik menjawab serempak : “ Tidak Bu….!”.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 11 orang
peserta didik di atas, dapat disimpulkan bahwa mereka merasa
senang belajar Pendidikan Agama Islam dengan strategi Mencari
Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala. Pesrta didik merasa lebih
mudah memahami materi dengan cara belajar bersama dengan teman
pasangannya. Peserta didik tidak merasa bosan, karena mereka
merasa belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar.
d. Refleksi Hasil Tindakan Siklus I.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
dan observer pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dalam materi zakat dengan menerapkan strategi Mencari Pasangan
dan Kekuatan Dua Kepala pada siklus I diperoleh informasi sebagai
berikut:
1) Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan observer terhadap
aktivitas peserta didik pada siklus I diketahui bahwa aktivitas
yang dilakukan peserta didik belum maksimal. Beberapa orang
peserta didik masih belum melakukan kegiatan seperti yang
dijelaskan.
2) Dari data hasil tes belajar siswa pada tindakan siklus I diketahui
bahwa peserta didik yang memperoleh nilai ≤ 70 sebanyak 15
orang (47%). Dengan demikian proses pembelajaran belum
mencapai keberhasilan yang diharapkan.
3) Berdasarkan pengamatan observer, diketahui bahwa guru /
peneliti belum maksimal dalam menyampaikan materi
pembelajaran, pengaturan waktu, dan pengaturan proses
pembelajaran.
4) Hasil wawancara yang diperoleh dari subjek penelitian, diperoleh
keterangan bahwa peserta didik seluruhnya merasa senang dengan
89
proses pembelajaran, tetapi masih merasa malu-malu dengan
pasangan lawan jenisnya dan waktu yang tersedia masih kurang.
Dari analisis data di atas, dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran dengan menerapkan tindakan pada siklus I belum
berhasil secara menyeluruh, karena belum seluruh peserta didik
mencapai nilai tuntas. Meskipun menurut hasil tes belajar pada
tindakan siklus I menunjukkan peningkatan mencapai 25% atau
sebanyak 8 orang, namun masih diperlukan adanya perbaikan
peningkatan proses pembelajaran untuk memperoleh peningkatan
hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu tindakan perlu
dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Untuk memperbaiki proses dan hasil belajar pada siklus I,
maka perlu dilakukan beberapa perbaikan dalam proses
pembelajaran pada siklus II. Adapun beberapa hal yang harus
diperbaiki pada siklus II adalah sebagai berikut:
a) Mempersiapkan media pembelajaran yang lebih baik.
b) Memberikan arahan tentang materi ajar dan tata cara tindakan
dengan lebih jelas kepada peserta didik.
c) Mengatur waktu secara lebih baik.
3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Dan Temuan Pada Siklus II.
a. Perencanaan Tindakan Siklus II.
Perencanaan tindakan siklus II dimulai pada tanggal 27 dan 28
Maret 2012. Perencanaan pada siklus II meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Pendidikan
Agama Islam sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD), dengan menerapkan strategi pembelajaran
Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala.
2) Menyiapkan materi ajar dengan materi pokok aspek fikih dengan
Standar Kompetensi (SK) 10. Mengetahui Kewajiban Zakat dan
Kompetensi Dasar (KD) 10.1. Menyebutkan macam-macam zakat
dan 10.2. Menyebutkan ketentuan zakat fitrah.
90
3) Menyiapkan media pembelajaran berupa kartu yang bertuliskan
materi pelajaran tentang zakat.
4) Menyiapkan alat evaluasi pembelajaran yaitu perangkat soal evaluasi
hasil belajar peserta didik.
5) Menyiapkan lembar observasi aktivitas peserta didik dan lembar
observasi pengamat terhadap peneliti.
6) Mengadakan diskusi dengan observer/ kolaborator mengenai
tindakan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran pada
siklus II.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II.
Siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 29 Maret 2012,
pukul 07.30 Wib sampai 09.15 Wib, satu kali pertemuan (3 x 35 menit).
Sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
yang telah ditetapkan, maka indikator yang akan dicapai pada
pembelajaran di siklus II ini adalah:
1) Menyebutkan dalil zakat mal.
2) Menyebutkan dalil zakat fitrah.
3) Menyebutkan syarat wajib zakat fitrah.
4) Menyebutkan golongan orang yang berhak menerima zakat fitrah.
5) Menyebutkan waktu-waktu mengeluarkan zakat fitrah.
6) Menyebutkan manfaat/faedah mengeluarkan zakat fitrah
Pada siklus ke II ini peneliti sebagai guru berusaha mengadakan
perbaikan dalam proses pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi yang
telah dilakukan pada siklus I. Seperti pada siklus I, proses pembelajaran
dibagi ke dalam tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
a). Kegiatan Pendahuluan ( 10 menit ).
Kegiatan pendahuluan diawali dengan peneliti bersama observer
memasuki ruang kelas VI SD PAB 19 Bandar Klippa. Peneliti
memberi salam dan mengucapkan lafaz Basmalah untuk memulai
pembelajaran. Peserta didik diminta untuk membaca surah – surah
91
pendek pilihan, kemudian peneliti mengabsen peserta didik. Observer
mengambil tempat duduk dibarisan paling belakang dari peserta didik.
Kegiatan pertama adalah peneliti menjelaskan secara singkat
urutan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai setelah peserta didik mempelajari materi zakat. Selanjutnya
peneliti mengadakan appersepsi dengan menghubungkan pelajaran
yang lalu dengan yang akan dipelajari serta menjelaskan langkah-
langkah strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala yang
akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Selain itu peneliti
mengadakan pre tes secara lisan kepada beberapa orang peserta didik
untuk mengingatkan kembali pada materi minggu lalu serta untuk
mengetahui tingkat pemahaman mereka pada materi zakat.
b). Kegiatan Inti ( 75 menit).
Setelah mengadakan pre tes, peneliti mulai mengocok kartu-
kartu yang digunakan sebagai media pembelajaran kemudian
membagikannya kepada seluruh peserta didik. Setiap peserta didik
memperoleh satu kartu yang berisi materi pelajaran baik berupa
pertanyaan ataupun jawaban. Setelah selesai, peneliti meminta kepada
seluruh peserta didik untuk mulai mencari pasangannya masing-
masing. Suasana kelas menjadi ramai, karena setiap peserta didik
beraktivitas mencari pasangannya.
Kegiatan mencari dan menemukan pasangan ini berlangsung
lebih cepat dari siklus pertama, sebab peneliti telah memberi nomor
pada setiap kartu. Peserta didik lebih mudah untuk menemukan
pasangannya, cukup dengan mencocokkan nomor kartunya dengan
nomor kartu pasangannya ( nomor 1 berpasangan dengan nomor 1 ).
Setiap peserta didik yang lebih dulu menemukan pasangannya,
peneliti memberi nilai berupa pujian dan hadiah. Hadiah berupa
bingkisan kecil diberikan kepada 5 orang peserta didik pertama yang
tercepat menemukan pasangannya. Seluruh peserta didik sangat
bersemangat untuk segera menemukan pasangannya.
92
Selanjutnya, setelah peserta didik berhasil menemukan
pasangan mereka masing-masing, peneliti meminta mereka untuk
duduk berdampingan. Setelah itu peneliti mulai mengatur giliran
peserta didik untuk membacakan pertanyaan pada kartunya dan
meminta peserta didik lainnya untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Bagi peserta didik yang mampu memberikan jawaban yang tepat atas
pertanyaan temannya, maka peneliti memberikan nilai untuknya. Jika
tidak ada peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan tersebut,
maka peneliti mempersilahkan kepada pasangan yang memiliki
jawaban dari pertanyaan itu untuk menjawab atau membacakan
jawabannya.
Kegiatan bertanya dan menjawab pertanyaan yang serupa
berlangsung sampai seluruh pertanyaan mendapatkan jawaban.
Setelah selesai seluruh pertanyaan, maka peneliti kembali
mengumpulkan kartu-kartu dan mengocoknya kembali serta
membagikannya lagi kepada seluruh peserta didik. Selanjutnya setelah
seluruh peserta didik selesai menjawab seluruh pertanyaan secara
berpasangan, peneliti membagikan lagi kepada mereka kartu yang lain
yang berisi materi pelajaran dalam bentuk pertanyaan. Peserta didik
diminta untuk memberikan jawaban mereka secara individu,
kemudian selanjutnya peserta didik diminta pula untuk memberikan
jawaban mereka secara berdua. Jawaban berdua yang diberikan harus
lebih sempurna /lebih baik dari jawaban secara individu.
Pada siklus II ini kegiatan pembelajaran dengan strategi
Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala berlangsung sampai 3
kali putaran. Hal ini disebabkan para peserta didik sudah semakin
mahir dalam teknik mencari dan menemukan pasangan mereka.
Pembelajaran lebih mengasyikkan karena peserta didik berlomba
untuk saling lebih dulu menjawab pertanyaan dari temannya. Sampai
waktu yang ditentukan berakhir, peserta didik nampak semakin paham
akan materi zakat yang baru dipelajari. Peneliti dengan segera
93
mengumpulkan kembali seluruh kartu yang telah tersebar dan
menyimpannya lagi untuk digunakan pada siklus berikutnya.
c). Kegiatan Penutup (20 menit).
Sebelum menutup proses pembelajaran, peneliti mengadakan
tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik
terhadap materi pembelajaran yang baru disajikan. Peserta didik
diminta untuk menjawab 20 soal tes tertuls dalam bentuk objektif tes
dalam waktu 15 menit. Selesai mengerjakan soal tes, peneliti
melakukan lagi wawancara kepada beberapa orang peserta didik untuk
mengetahui respon mereka terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
Setelah melakukan wawancara, peneliti menutup pembelajaran dengan
mengucapkan lafaz Hamdalah dan meminta peserta didik untuk
membacakan do’a ketika hendak makan kemudian mempersilahkan
mereka untuk beristirahat. Peneliti dan observer meninggalkan ruang
kelas dengan mengucapkan salam.
c. Observasi Hasil Tindakan Siklus II.
1). Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik dan Peneliti.
Hasil observasi aktivitas peserta didik dan peneliti dalam
proses pembelajaran pada siklus II yang dilakukan oleh peneliti dan
observer dalam kategori pengamatan sejak awal proses pembelajaran
sampai dengan akhir pembelajaran. Kegiatan pengamatan diawali
dengan memperhatikan cara peneliti menjelaskan materi
pembelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan
langkah-langkah strategi yang diterapkan, mengatur jalannya proses
pembelajaran, mengadakan evaluasi dan menutup pembelajaran.
Proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus II ini lebih
baik dari siklus I. Peneliti lebih bijaksana dalam mengatur jalannya
pembelajaran, lebih baik dalam penggunaan waktu dan peserta didik
juga lebih bersemangat dan tidak malu-malu lagi dalam belajar
bersama pasangannya seperti pada siklus I. Proses pembelajaran
dengan menerapkan strategi mencari pasangan dan kekuatan dua
94
kepala pada siklus II ini dapat dilaksanakan sampai tiga kali putaran.
Hal ini menunjukkan peningkatan dalam pengaturan waktu dan cara
menyusun materi sehingga peserta didik lebih mudah untuk
menemukan pasangan pasangannya masing-masing.
Beberapa kegiatan yang telah menunjukkan hasil yang baik
pada siklus I seperti kegiatan mencari pasangan, kegiatan menjawab
pertanyaan dari pasangan yang lain, kerjasama antara peserta didik
dan kemampuan untuk memberikan jawaban secara berpasangan lebih
ditingkatkan lagi pada siklus kedua ini. Sedangkan beberapa hal yang
kurang relevan dengan pembelajaran seperti sikap malu-malu, tidak
mau bekerja sama dengan pasangannya dan sikap bermain-main
dalam mencari pasangannya mulai dihilangkan sedikit demi sedikit.
Untuk lebih jelasnya, hasil pengamatan observer terhadap
peneliti dapat diketahui dari tabel 5 berikut:
Tabel 8. Hasil Observasi Pengamat terhadap Peneliti pada Siklus II.
Tahap Indikator Skor
1.Pendahuluan
1. Memulai proses pembelajaran
2. Menyampaikan materi ajar dan tujuan
pembelajaran.
3. Memberi petunjuk tentang tindakan
yang akan dilakukan.
4. Membantu mengarahkan peserta didik.
4
4
4
3
2. Penyajian (inti) 1. Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan strategi yang ditetapkan.
2. Merespon pembelajaran.
3. Pengaturan waktu dalam proses
pembelajaran.
4. Mengatur giliran penanya dan
penjawab
5. Membantu kelancaran proses
Pembelajaran
4
4
3
4
3
3. Penutup 1. Melakukan evaluasi
2. Menutup pembelajaran
3
4
Jumlah
40
95
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa proses
pembelajaran dengan menerapkan strategi Mencari Pasangan dan
Kekuatan Dua Kepala yang dilaksanakan pada siklus II berjalan
dengan baik. Jumlah skor yang diberikan oleh observer kepada
peneliti adalah 40 dari skor maksimal 44. Rentang skor setiap
indikator adalah antara 1 – 4. Nilai yang diperoleh peneliti
berdasarkan skor yang didapat adalah 93,18 atau 93,18%. Dengan
demikian keberhasilan pembelajaran dalam siklus II ini dalam
pengamatan observer telah mencapai kategori baik atau dengan kata
lain proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti hampir
mencapai tingkat yang memuaskan dalam pengamatan observer.
Selanjutnya aktivitas peserta didik dalam pembelajaran pada
siklus ke II juga mengalami peningkatan, hal ini sesuai dengan
semakin baiknya pengelolaan peneliti pada proses pembelajaran. Hasil
pengamatan observer dan peneliti terhadap aktivitas peserta didik
dalam pembelajaran pada siklus ke II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9. Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II.
No Indikator Siklus II
Jlh
skor
Rata
rata
% Ket
1 Mendengarkan dan memperhatikan
penjelasan guru
80 2,5 14
2 Mencari dan menemukan pasangan 90 2,8 16 Tertinggi
3 Membaca dan menjawab
pertanyaan dari pasangannya
masing-masing.
88
2,7
15
4 Menjawab pertanyaan dari
pasangan yang lain
82 2,5 14
5 Bekerjasama dengan pasangannya 90 2,8 16
6 Perilaku yang kurang relevan 36 1,1 6 Terendah
Jumlah 466 : 576 x 100 = 81%
Dari tabel 6 di atas diketahui bahwa aktifitas peserta didik
dalam mencari pasangan dan bekerjasama dengan pasangannya
96
menempati presentase tertinggi yaitu 16%. Hal ini mengindikasikan
bahwa peserta didik sudah mengerti akan langkah-langkah dalam
pembelajaran. Selanjutnya aktivitas membaca dan menjawab
pertanyaan dari pasangannya masing-masing juga meningkat sampai
15%, hal ini menyatakan bahwa peserta didik sudah dapat menghargai
pasangannya masing-masing dan berusaha menjadi yan terbaik.
Kegiatan menjawab pertanyaan dari pasangan yang lain juga
mengalami peningkatan hingga 14%, hal ini berarti bahwa peserta
didik sudah memahami materi pelajaran dan berusaha untuk berlomba
dengan pasngan lainnya dalam menjawab pertanyaan. Sementara itu
kegiatan yang kurang relevan semakin menurun, hal ini
menggambarkan bahwa peserta didik hamper seluruhnya aktif dalam
melakukan kegiatan yang ditetapkan dalam strategi pembelajaran.
Untuk aktivitas pada indikator 1 mengalami penurunan juga, hal ini
menyatakan bahwa peserta didik sudah memahami langkah-langkah
dalam proses pembelajaran dengan mencari pasangan dan kekuatan
dua kepala yang sudah dilakukan sebanyak dua siklus.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas peserta
didik pada siklus II mengalami penigkatan yang signifikan namun
belum mencapai keberhasilan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan
belum seluruh peserta didik melakukan aktivitas secara maksimal.
Dengan demikian refleksi terhadap pembelajaran dilakukan dan
tindakan dilanjutkan kepada siklus berikutnya yaitu siklus ke III.
2). Hasil Evaluasi / Hasil Belajar Tindakan Siklus II.
Seperti pada siklus I, di akhir proses pembelajaran peneliti
kembali mengadakan tes hasil belajar dalam bentuk objektif tes
sebanyak 25 soal yang dikerjakan dalam waktu 15 menit. Tes hasil
belajar dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik
terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan dengan strategi
Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala. Berikut ini dapat dilihat
tes hasil belajar peserta didik pada tindakan siklus II sebagai berikut:
97
Tabel 10. Hasil Belajar Peserta Didik pada Siklus II.
No Nilai Siklus II Keterangan
F Persentase
1 91 - 100 2 6% Tuntas
2 81 - 90 8 25% Tuntas
3 71 - 80 6 19% Tuntas
4 70 6 19% Tuntas
5 70 10 31 % Tidak Tuntas
Jumlah 32 100%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah peserta
didik yang telah mencapai nilai KKM dan tuntas dalam setiap
indikator mencapai 69% atau sebanyak 22 orang, sedangkan yang
belum tuntas sebanyak 10 orang atau 31%. Meskipun proses tindakan
pada siklus II sudah lebih baik dari siklus I, namun masih belum
mencapai peningkatan hasil belajar seperti yang diharapkan karena
masih ada 10 orang lagi peserta didik yang belum tuntas. Oleh
karena itu peneliti masih perlu melanjutkan tidakan kepada siklus III.
Untuk lebih jelasnya peningkatan hasil belajar peserta didik
mulai pra tindakan, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 11. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Pra Tindakan,
Siklus I dan Siklus II.
Nilai Pra
Tindakan
Siklus I
Siklus II
Ket
F P F P F P Tuntas
91-100 0 0% 0 0% 2 6% Tuntas
81-90 0 0% 3 9% 8 25% Tuntas
71-80 4 13% 6 19% 6 19% Tuntas
70 3 9% 6 19% 6 19% Tuntas
70 25 78% 17 53% 10 31% Tidak Tuntas
Jumlah
32
100%
32
100%
32
100%
98
3). Hasil Wawancara Tindakan Siklus II.
Sebelum Mengakhiri proses pembelajaran pada siklus II,
peneliti mengadakan wawancara kepada beberapa orang peserta didik
untuk memperoleh informasi tentang respon peserta didik terhadap
pembelajaran yang baru dilaksanakan. Wawancara juga dimaksudkan
untuk memperoleh informasi penting lainnya mengenai kelebihan atau
kekurangan dari strategi yang diterapkan sebagai bahan refleksi dan
perbaikan pada siklus selanjutnya.
Pada umumnya peserta didik merasa senang belajar dengan
strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala. Namun ada
beberapa di antara mereka masih belum dapat memperoleh nilai
tuntas, hal ini dikarenakan mereka memang tergolong peserta didik
yang memiliki kemampuan rendah dibandingkan peserta didik
lainnya. Berikut ini hasil wawancara peneliti kepada beberapa orang
peserta didik pada tindakan siklus II sebagai berikut:
Pada saat peneliti menanyakan kepada peserta didik “Apakah
kamu senang dengan pembelajaran seperti yang baru kita laksanakan
tadi?”, peserta didik yang bernama Rizki menjawab “ya Bu saya
senang”. “Kenapa? apa alasannya?” lanjut peneliti. Lalu peserta didik
menjawab : “karena belajar seperti ini tidak membosankan dan seperti
sambil bermain, saya bisa bebas bergerak, tidak seperti kalau Ibu
ceramah, saya harus duduk diam mendengarkan. Dan lagi karena
pelajarannya diulang-ulang jadi saya lebih gampang mengingatnya”.
Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan yang sama kepada
peserta didik lainnya yang bernama Siti. ‘’Saya senang Bu!, karena
saya bisa bertanya kepada teman pasangan saya kalau saya belum tahu
tentang jawabannya. Kemudian belajar seperti ini lebih mudah untuk
diingat Bu, karena kita mencari dan menemukan sendiri
pelajarannya”.
Hasil wawancara dengan dua orang peserta didik di atas
membuktikan bahwa peserta didik senang dengan pembelajaran yang
99
baru dilaksanakan dengan menerapkan strategi Mencari Pasangan dan
Kekuatan Dua Kepala. Berikutnya peneliti mengajukan pertanyaan
kepada peserta didik yang bernama Suwanda. “Menurut kamu, apakah
belajar Pendidikan Agama Islam dengan cara seperti yang baru kita
lakukan tadi memberi manfaat kepada kamu?”. Peserta didik tersebut
menjawab dengan spontan “oo… tentu saja Bu!. “Apa manfaatnya?
sambung peneliti. “Saya lebih mudah memahami pelajarannya Bu!
karena diulang-ulang, kemudian saya tidak bosan dan capek sebab
saya bisa bebas bergerak mencari teman pasangan saya”.
Pertanyaan yang sama peneliti ajukan lagi kepada peserta didik
yang bernama Satria, dan dia menjawab “sangat bermanfaat Bu! ,
karena dengan belajar seperti tadi saya jadi suka belajar agama,
biasanya saya kurang suka belajarnya Bu!. Saya lebih mudah
mengingat pelajarannya, karena diulang-ulang beberapa kali”.
“Bermanfaat Bu, saya jadi bisa kompak dengan teman-teman lain
bukan hanya teman sebangku saya saja. Saya juga jadi lebih berani
mengeluarkan pendapat Bu, karena bisa saya diskusikan dengan
teman saya dan tidak takut salah karena pendapat berdua”. Demikian
jawaban yang diberikan oleh peserta didik yang bernama Purnama
ketika peneliti mengajukan pertanyaan yang sama kepadanya.
Untuk pertanyaan yang terakhir peneliti ajukan kepada tiga
orang peserta didik. “Apa saran kamu untuk belajar Pendidikan
Agama Islam dengan menggnakan strategi Mencari Pasangan dan
Kekuatan Dua Kepala ini?”. Aji menjawab : ”Saran saya Bu, kalau
bisa belajar Pendidikan Agama Islam yang lain juga dengan cara
seperti ini Bu, menyenangkan dan tidak membosankan”. “Kalau bisa
Bu, selanjutnya kita belajar seperti ini lagi” jawab Delia. “Minggu
depan kita belajarnya seperti ini lagi Bu, biar tidak capek dan bosan”
jawab Rinal.
Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa seluruh peserta
didik merasa senang dan bersemangat belajar dengan menerapkan
100
strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala yang telah
dilaksanakan.
d. Refleksi Hasil Tindakan Siklus II.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan
observer dalam pelaksanaan proses pembelajaran pada tindakan siklus
II diperoleh informasi sebagai berikut:
1) Hasil pengamatan observer bahwa peneliti sudah sangat baik dalam
memberikan arahan tentang langkah-langkah pembelajaran yang
akan dilaksanakan serta menyampaikan materi dan tujuan
pembelajaran. Namun masih belum maksimal dalam hal membantu
jalannya proses pembelajaran.
2) Dari hasil pengamatan peneliti dan observer terhadap
ativitaspeserta didik pada siklus II, diketahui bahwa
aktivitaspeserta didik mengalami peningkatan. Namun demikian
masih ada beberapa orang peserta didik yang masih belum
menunjukkan aktivitasyang maksimal dalam pembelajaran. Masih
ada yang bermain-main pada saat mencari pasangannya.
3) Berdasarkan hasil tes akhir pada tindakan siklus II diperoleh data
bahwa peserta didik yang mendapat nilai tuntas diatas nilai KKM
yaitu nilai 70 adalah sebanyak 22 orang atau sebesar 68,75%. Hal
ini berarti bahwa pembelajaran pada tindakan siklus II telah berhsil,
namun karena masih ada peserta didik yang belum mencapai nilai
tuntas, maka masih perlu dilanjutkan ke siklus III.
4) Dari tes hasil belajar pada siklus II juga diketahui bahwa masih
ditemukan beberapa orang peserta didik yang belum mampu
memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan yang berkaitan
dengan ketentuan-ketentuan zakat, seperti waktu-waktu membayar
zakat, orang-orang yang berhak menerima zakat dan manfaat atau
faedah zakat.
Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tindakan
masih perlu dilaksanakan pada siklus selanjutnya yaitu siklus III. Hal
101
ini dilakukan karena proses pembelajaran pada siklus II belum
mencapai peningkatan yang diharapkan untuk seluruh peserta didik.
Dengan demikian tindakan siklus III perlu dilakukan agar seluruh
peserta didik memperoleh nilai tuntas untuk setiap indikator yang
telah ditetapkan dalam materi zakat. Peneliti merasa yakin, dengan
siklus III yang akan dilakukan pada minggu berikutnya, seluruh
peserta didik akan berhasil dalam proses pembelajaran dan tes hasil
belajar juga akan mengalami peningkatan seperti yang diharapkan.
3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Dan Temuan Pada Siklus III.
a. Perencanaan Tindakan Siklus III.
Setelah mengadakan refleksi pada siklus II, peneliti mulai
merencanakan dan mempersiapkan berbagai hal yang diperlukan
untuk melaksanakan siklus III. Kegiatan perecanaan untuk tindakan
siklus III dimulai dari tanggal 3 dan 4 April 2012. Beberapa hal yang
dipersiapkan adalah:
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Menyiapkan materi ajar tentang zakat.
3) Menyiapkan Lembar Observasi.
4) Menyiapkan soal-soal tes hasil belajar.
5) Menyiapkan media/alat bantu pembelajaran.
6) Melakukan diskusi dengan teman kolaborator atau observer .
Rencana materi yang akan disampaikan adalah bagian materi
zakat yang dianggap sulit oleh peserta didik untuk memahaminya.
Bagian materi tersebut adalah tentang ketentuan-ketentuan zakat fitrah
yaitu waktu-waktu membayar zakat fitrah, orang-orang yang berhak
menerima zakat fitrah dan manfaat atau faedah mengeluarkan zakat
fitrah. Berdasarkan tes hasil belajar yang dijawab oleh peserta didik
dan pemahaman peserta didik dalam proses pembelajaran, diketahui
bahwa beberapa orang peserta didik masih belum mampu mengingat
102
dan memahami secara menyeluruh tentang hal-hal yang disebutkan di
atas.
Oleh karena itu, pada siklus III yang akan dilaksanakan,
peneliti hanya mengutamakan pencapaian indikator dari beberapa hal
di atas. Sedangkan untuk indikator lainnya hanya diulang satu kali
saja, sebab berdasarkan tes hasil belajar yang dijawab oleh peserta
didik dan pemahaman mereka dalam proses pembelajaran, indikator
yang lainnya sudah tercapai atau tuntas 100 %. Dengan demikian
diharapkan dalam kegiatan inti yang dilakukan pada siklus III
nantinya tindakan Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala dapat
dilakukan lebih dari 3 kali putaran dalam satu proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III.
Selesai membuat perencanaan untuk siklus ke III, maka
selanjutnya peneliti melaksanakan tindakan siklus III pada hari Kamis
tanggal 5 April 2012. Bersama dengan observer peneliti memasuki
ruang kelas dengan mengucapkan salam yang dijawab secara serentak
oleh seluruh peserta didik. Proses pembelajaran dimulai seperti biasa
sejak pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 09.15 WIB dengan satu
kali pertemuan sebanyak 3 x 35 menit.
Adapun indikator yang akan dicapai pada tindakan siklus III
ini adalah sebagai berikut:
1) Menyebutkan syarat wajib zakat fitrah.
2) Menyebutkan golongan orang yang berhak menerima zakat fitrah.
3) Menyebutkan waktu-waktu mengeluarkan zakat fitrah.
4) Menyebutkan manfaat/faedah mengeluarkan zakat fitrah.
Proses pembelajaran pada siklus III ini juga dibagi kepada tiga
tahap kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
penutup.
a). Kegiatan Pendahuluan (10 menit).
Peneliti memulai proses pembelajaran dengan mengucapkan
lafaz Basmalah dan membaca do’a serta surah-surah pendek pilihan
103
secara bersama-sama dengan seluruh peserta didik. Selanjutnya
peneliti mengabsen peserta didik. Setelah itu peneliti mulai
menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai secara singkat. Sebelum menjelaskan langkah-
langkah pembelajaran yang akan ditempuh, peneliti mengadakan
appersepsi dan pre tes kepada peserta didik secara lisan untuk
mengingatkan kembali pelajaran yang telah lalu. Selanjutnya peneliti
menjelaskan kembali langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan sesuai dengan strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan
Dua Kepala. Seluruh peserta didik dapat memahaminya dengan baik,
karena penjelasan ini sudah dipaparkan dua kali sebelumnya.
b). Kegiatan Inti ( 75 menit).
Peneliti memulai kegiatan inti dengan membagi-bagikan kartu
yang berisikan materi pelajaran kepada seluruh peserta didik. Masing-
masing peserta didik memperoleh satu kartu. Kartu-kartu tersebut
sudah diberi nomor yaitu dari nomor 1 sampai dengan nomor 32. Pada
tindakan siklus III ini peserta didik diminta untuk mencari
pasangannya sesuai dengan urutan nomornya masing-masing, yaitu
peserta didik yang memegang kartu nomor 1 mencari pasangannya
peserta didik yang memegang kartu nomor 2. Demikian selanjutnya
kepada peserta didik yang lain, sampai pada peserta didik yang
memegang kartu dengan nomor 31 yang mencari pasangannya peserta
didik yang memegang kartu nomor 32.
Kegiatan mencari pasangan ini berjalan dengan meriah namun
tetap tertib, sebab peneliti member pengarahan kepada peserta didik
yang dapat menemukan pasangannya secara cepat dan tertib akan
diberi nilai lebih dari temannya yang lain. Seluruh peserta didik
dengan senang melakukan kegiatan tersebut sampai mereka
menemukan pasangannya masing-masing.
Selanjutnya setelah mereka menemukan pasangannya, peserta
didik diminta untuk duduk berdampingan seperti sebelumnya.
104
Kemudia peneliti mengatur jalannya proses pembelajaran dengan
memberi arahan atau giliran kepada peserta didik untuk membacakan
pertanyaan yang ada pada kartunya masing-masing dan mengatur
peserta giliran didik ntuk menjawab oertanyaan-pertanyaan tersebut.
Untuk memberikan semangat dan menambah gembira suasana
pembelajaran, peneliti dan peserta didik memberikan tepuk tangan
kepada peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
Peneliti juga memberikan pujian dan nilai bagi peserta didik yang
berhasil menjawab pertanyaan dari pasangan lain. Setelah selesai
seluruh pertanyaan dijawab oleh pasangan peserta didik, peneliti
kembali mengumpulkan kartu-kartu yang ada di tangan peserta didik.
Selanjutnya peneliti memberikan lagi kartu-kartu lain yang
berisikan pertanyaan yang sama kepada setiap pasangan namun
berbeda dengan pasangan lainnya. Kemudian setiap peserta didik
diminta untuk memberikan jawaban sendiri secara tertulis dari
pertanyaan yang dimilikinya. Setelah menjawab secara individu, lalu
peserta didik diminta untuk mendiskusikan jawabannya dengan
jawaban teman pasangannya. Setelah itu peserta didik diminta untuk
memberikan jawaban mereka secara berpasangan secara lisan.
Setelah seluruh peserta didik selesai menyampaikan jawaban
mereka secara berpasangan, peneliti mengumpulkan kembali kartu-
kartu yang ada pada peserta didik. Selanjutnya peneliti mengocok lagi
kartu-kartu tersebut dan membagi-bagikannya lagi kepada seluruh
peserta didik. Kegiatan seperti semula diulang kembali. Demikianlah
kegiatan Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala dapat
dilaksanakan sebanayak 3 kali putaran dalam pertemuan pada siklus
III ini. Proses pembelajaran berlangsung sampai selesai waktu 70
menit untuk kegiatan inti yang telah ditetapkan. Setelah selesai,
peneliti mengumpulkan kembali seluruh kartu yang ada.
105
c). Kegiatan Penutup ( 20 menit ).
Untuk menutup kegiatan pembelajaran, peneliti mengadakan
tes hasil belajar kepada peserta didik. Tes diberikan dalam bentuk
objektif tes (pilihan berganda) sebanyak 20 soal dan dikerjakan dalam
waktu 15 menit. Setelah selesai melakukan tes hasil belajar, peneliti
melakukan wawancara kembali kepada tiga orang peserta didik untuk
mengetahui respon mereka dalam pembelajaran. Sebelum menutup
kegiatan pembelajaran, peneliti bersama –sama dengan peserta didik
mengucapkan lafaz Hamdalah, kemudian peserta didik diminta untuk
membacakan do’a ketika akan makan. Setelah itu peneliti
mengucapkan salam dan mempersilahkan peserta didik untuk keluar
beristirahat. Peneliti dan observer meninggalkan ruang kelas, kegiatan
pembelajaran siklus III telah berakhir.
c. Observasi Hasil Tindakan Siklus III.
1). Hasil Observasi Kegiatan Peserta Didik dan Peneliti.
Selama proses pembelajaran pada siklus III, peneliti
melakukan pengamatan terhadap kegiatan peserta didik, sedangkan
observer melakukan pengamatan terhadap kegiatan peneliti dan
peserta didik. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti dan observer terhadap aktivitas peserta didik selama proses
pembelajaran pada siklus III yang dimulai sejak pukul 07.30 WIB
sampai pukul 09.15 WIB maka diketahui bahwa peneliti sudah
semakin baik dalam mengelola pembelajaran. Terjadi peningkatan
dalam hal pengaturan proses pembelajaran dan pengaturan waktu serta
penguasaan kelas. Demikian juga halnya dengan peserta didik yang
semakin aktif dalam melakukan kegiatan sesuai langkah
pembelajaran.
Hasil pengamatan observer terhadap peneliti dalam proses
pembelajaran pada siklus ke III ini dapat digambarkan seperti yang
tertera pada tabel berikut:
106
Tabel 12. Hasil Observasi Pengamat terhadap Peneliti pada Siklus III.
Tahap Indikator Skor
1.Pendahuluan
1. Memulai proses pembelajaran
2. Menyampaikan materi ajar dan tujuan
pembelajaran.
3. Memberi petunjuk tentang tindakan
yang akan dilakukan.
4. Membantu mengarahkan peserta didik.
4
4
4
4
2. Penyajian (inti) 1. Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan strategi yang ditetapkan.
2. Merespon pembelajaran.
3. Pengaturan waktu dalam proses
pembelajaran.
4. Mengatur giliran penanya dan
penjawab
5. Membantu kelancaran proses
Pembelajaran
4
4
3
3
4
3. Penutup 1. Melakukan evaluasi
2. Menutup pembelajaran
4
4
Jumlah 42
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hasil
pengamatan observer terhadap peneliti dalam proses pembelajaran
pada siklus III adalah sudah memuaskan. Hal ini dibuktikan oleh skor
yang diberikan observer kepada peneliti mencapai jumlah 42 dari skor
total yaitu 44. Skor untuk setiap indikator adalah 1 - 4. Dengan
demikian, peneliti pada tindakan siklus III ini memperoleh nilai 95,45
atau 95,45% telah melaksanakan proses pembelajaran dengan strategi
Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala sesuai langkah-langkah
dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti menurut pengamatan
observer telah mencapai kategori sangat baik.
Demikian pula pada aktivitas peserta didik, mengalami
peningkatan yang signifikan dengan peningkatan pengelolaan
pembelajaran. Hasil observasi peneliti dan observer terhadap aktivitas
peserta didik pada siklus III dapat dilihat pada tabel berikut:
107
Tabel 13. Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik Pada Sikls III.
No Indikator Siklus III.
Jlh
skor
Rata
rata
% Ket
1 Mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan guru
86 2,6 15
2 Mencari dan menemukan
pasangan
96 3 17 Tertinggi
3 Membaca dan menjawab
pertanyaan dari pasangannya
masing-masing.
96
3
17
4 Menjawab pertanyaan dari
pasangan yang lain
96 3 17
5 Bekerjasama dengan pasangannya 92 2,9 16
6 Perilaku yang kurang relevan 20 0,6 3 Terendah
Jumlah 486 : 576 x 100 = 85 %
Dari tabel di atas diketahui bahwa aktivitas peserta didik dalam
proses pembelajaran mengalami peningkatan. Aktivitas mencari dan
menemukan pasangan, membaca dan menjawab pertanyaan dari
pasangannya atau dari pasangan lainnya menempati presentase
tertinggi yaitu 17%. Selanjutnya aktifitas bekerjasama dengan
pasangan mengalami peningkatan sampai 17% juga. Peningkatan
aktivitas pada proses pembelajaran disiklus III ini menyebabkan
menurunnya aktivitas berupa perilaku yang kurang relevan. Hal ini
mengindikasikan bahwa peserta didik sudah memahami materi
pelajaran dengan baik.
Berdasarkan data dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kegiatan pembelajaran pada siklus III telah mencapai hasil seperti
yang diharapkan dan mengalami peningkatan aktivitas 84%. Semakin
tinggi aktivitas peserta didik maka semakin tinggi pula hasil belajar
yang dicapai. Dengan kata lain peningkatan aktivitas peserta didik
akan membawa peningkatan hasil belajar.
108
2). Hasil Evaluasi Tindakan Siklus III.
Untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran yang terjadi
pada siklus III. Peneliti mengadakan tes hasil belajar kepada peserta
didik sebelum mengakhiri proses pembelajaran. Adapun hasil tes yang
diperoleh dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 14. Hasil Belajar Peserta Didik pada Siklus III.
No Nilai Siklus III Keterangan
F Persentase
1 91 - 100 11 34% Tuntas
2 81 - 90 13 41% Tuntas
3 71 - 80 5 16% Tuntas
4 70 1 3% Tuntas
5 70 2 6% Tidak Tuntas
Jumlah 32 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa peserta didik yang
memperoleh nilai tuntas untuk seluruh indikator berjumlah 30 orang
atau 94%. Hal ini berarti bahwa proses pembelajaran pada siklus III
telah mencapai hasil melebihi dari yang diharapkan, sebab hanya
tinggal 2 orang peserta didik yang tidak tuntas dalam mengikuti proses
pembelajaran dalam materi zakat. Hasil belajar peserta didik pada
ranah kognitif telah mencapai peningkatan yang sangat tinggi dan
sudah melampaui nilai KKM yang ditetapkan. Dengan demikian
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi zakat dengan
menerapkan strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala
telah berhasil mencapai peningkatan hasil belajar yang diinginkan.
3).Hasil wawancara Tindakan Siklus III.
Sebagai alat pengumpul data yang terakhir adalah wawancara.
Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa orang peserta didik
untuk mengetahui bagaimana respon mereka terhadap pembelajaran
yang baru dilaksanakan.Wawancara dilakukan diakhir pembelajaran
setelah peserta didik selesai mengerjakan tes hasil belajar. Peserta
didik yang di wawancarai adalah mereka yang baru memperoleh nilai
109
tuntas pada kegiatan pembelajaran siklus ke III. Peneliti ingin
mengetahui kendala apa yang mereka alami sehingga baru mencapai
nilai tuntas setelah di adakan tiga kali siklus. Berikut ini hasil
wawancara peneliti dengan peserta didik.
Peneliti : “Apakah kamu merasa senang belajar Pendidikan Agama
dengan strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua
Kepala yang baru kita laksanakan?”.
Yeni : “Senang Bu, karena selama ini kita belajar hanya
dengan mendengarkan ceramah dari Ibu saja, capek” .
Peneliti : “Apakah kamu tidak merasa bosan dengan cara belajar
yang sudah kita lakukan sebanyak tiga kali ini?”.
Adinda : “Tidak Bu, karena belajarnya sambil bermain dan
berpasangan, jadi tidak membosankan. Kita juga bisa
berdiskusi dengan teman jadi tidak terlalu susah”.
Peneliti : “Apa yang kamu anggap paling sulit dalam cara belajar
seperti ini?”.
Andre : “Tidak ada Bu, semuanya mudah dan menyenangkan”.
Peneliti : “Apa kamu mempunyai saran untuk belajar Pendidikan
Agama selanjutnya?”.
Satria : “Saran saya, supaya strategi seperti ini juga diterapkan
pada materi yang lainnya, jangan Cuma pada materi
zakat saja Bu”.
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada peserta
didik diketahui bahwa peserta didik merasa senang belajar Pendidikan
Agama Islam khususnya pada materi zakat dengan menerapkan
strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala. Hal tersebut
dapat diketahui dari jawaban peserta didik yang menyatakan tidak
pernah merasa bosan walaupun strategi ini dilakukan secara berulang-
ulang.
Selain itu, dengan strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan
Dua Kepala yang telah dilaksanakan sebanyak tiga siklus, terjalin
110
kerjasama dan keakraban antara peserta didik. Tidak seperti selama
ini, peserta didik hanya berteman akrab dengan teman sebangkunya
saja, tetapi melalui pembelajaran yang telah dilaksanakan, peserta
didik berhasil menjalin keakraban dengan teman lainnya yang menjadi
teman pasangannya. Kedua strategi yang diterapkan berhasil
meningkatkan kerjasama di antara peserta didik, saling menghargai
pendapat orang lain.
d. Refleksi Hasil Tindakan Siklus III.
Refleksi dilakukan untuk menentukan apakah siklus III yang
telah dilaksanakan telah berhasil atau masih perlu dilanjutkan kepada
siklus berikutnya. Dari hasil pengamatan dalam kegiatan proses
pembelajaran pada siklus III ini diperoleh informasi sebagai berikut:
1) Hasil pengamatan observer terhadap peneliti, bahwa peneliti sudah
melaksanakan proses pembelajaran dengan sangat baik.
Memberikan arahan, menyampaikan materi dan tujuan
pembelajaran, mengatur jalannya proses pembelajaran, mengatur
waktu dan memberi respon terhadap peserta didik.
2) Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan observer selama proses
pembelajaran terhadap aktivitas peserta didik, diketahui bahwa
peserta didik seluruhnya telah melakukan kegiatan pembelajaran
seperti yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek belajar dan
pembelajaran berpusat kepada peserta didik.
3) Dari hasil wawancara peneliti terhadap peserta didik diketahui
bahwa peserta didik senang belajar dan mudah memahami materi
pelajaran dengan strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua
Kepala.
4) Berdasarkan tes hasil belajar peserta didik pada siklus III diketahui
bahwa hampir seluruh peserta didik yaitu 94% atau sebanyak 30
orang sudah mencapai nilai di atas nilai KKM yang telah
ditentukan yaitu nilai 70.
111
Berdasarkan hasil analisis data dan refleksi yang dilakukan
pada siklus III, maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran
telah mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Peningkatan hasil
belajar telah mencapai 72% dari hasil belajar sebelum tindakan
dilakukan. Dengan demikian, maka kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala
pada materi zakat selesai. Pada siklus ke III karena lebih dari
80% peserta didik berhasil mencapai nilai tuntas pada setiap
indikator. Selain itu karena keterbatasan penelitian dan waktu yang
ada.
B. Peningkatan Hasil Belajar sesudah menerapkan strategi Mencari
Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala.
Hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran sejak
awal pra tindakan sampai tindakan pada siklus I sudah mengalami
peningkatan. Demikian juga hasil belajar pada siklus I dan siklus II
dilanjutkan dengan siklus III mengalami peningkatan yang cukup
tinggi. Peningkatan tersebut diketahui dengan mengadakan tes hasil
belajar yang dilakukan setiap selesai proses pembelajaran. Tes hasil
belajar diberikan dalam bentuk objektif tes (pilihan berganda)
sebanyak 20 soal dan uraian 5 soal. Hasil tes belajar peserta didik
dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 15.
Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Pra Tindakan
Siklus I, II dan Siklus III.
Nilai
Pra Tindakan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
F P F P F P F P
91 - 100 0 0% 0 0% 2 6% 11 34%
81 - 90 0 0% 3 9% 8 25% 13 41%
71 - 80 4 13% 6 19% 6 19% 5 16%
70 3 9% 6 19% 6 19% 1 3%
70 25 78% 17 53% 10 31% 2 6%
Jumlah 32 100% 32 100% 32 100% 32 100%
112
Dari tabel di atas diketahui bahwa hasil tes awal pra tindakan
peserta didik yang mencapai nilai tuntas hanya 7 orang atau 22%.
Sedangkan 25 orang lainnya atau 78% belum tuntas. Pada siklus I
setelah tindakan terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik, ada 15
orang peserta didik yang tuntas atau 47%, sedangkan 17 orang
lainnya atau 53% masih belum tuntas. Selanjutnya pada siklus II hasil
belajar mengalami peningkatan, jumlah siswa yang tuntas sebanyak
22 orang atau 69% yang belum tuntas sebanyak 10 orang atau 31%,
pada siklus ke III jumlah peserta didik yang tuntas bertambah menjadi
30 orang atau 94% dan yang belum tuntas hanya 2 orang lagi atau
6%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 1. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik, Pra Tindakan,
Siklus I,II dan III.
Persentase peningkatan hasil belajar peserta didik dari pra
tindakan ke siklus I adalah sebesar 25%, dari siklus I ke siklus II
adalah 22% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 25%.
113
Untuk melihat peningkatan jumlah ketuntasan peserta didik
pada setiap siklus, mulai pra tindakan, siklus I, II dan siklus III dapat
dilihat pada grafik berikut:
Grafik 2. Peningkatan Jumlah Ketuntasan Peserta Didik, Pra
Tindakan, Siklus I, II, dan Siklus III
Pada pra tindakan jumlah peserta didik yang tuntas adalah 7
orang, siklus I bertambah menjadi 15 orang, pada siklus II bertambah
menjadi 22 orang dan pada siklus III menjadi 30 orang peserta didik
yang tuntas, hanya tinggal 2 orang peserta didik yang belum tuntas.
Peningkatam hasil belajar peserta didik mulai dari pra
tindakan, siklus I, II dan siklus III dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya semakin meningkat minat dan perhatian peserta didik
terhadap pembelajaran, meningkatnya aktivitas peserta didik pada
proses pembelajaran, suasana pembelajaran yang menyenangkan dan
materi yang disajikan secara berulang-ulang dengan strategi yang
114
menarik dan tidak membosankan. Peningkatan hasil belajar peserta
didik tersebut menunjukkan signifikansi yang tinggi terhadap
peningkatan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Semakin tinggi aktivitas pesert didik pada proses pembelajaran,
maka semakin tinggi pula hasi belajar yang dicapai. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafi berikut:
Grafik 3. Peningkatan Aktivitas Peserta Didik Pada Proses
Pembelajaran.
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran maka semakin
rendah persentase perilaku yang kurang relevan dan semakin tinggi
115
pula hasil belajar. Pada pra tindakan aktivitas mencari pasangan dan
menjawab pertanyaan mencapai angka 14%, hal ini menggambarkan
bahwa peserta didik tertarik dengan cara belajar secara berpasangan.
Pada siklus I aktivitas mencari pasangan dan bekerjasama dengan
pasangannya mencapai angka 16%, hal ini mengindikasikan bahwa
peserta didik sudah menyukai cara belajar secara berpasangan
(kelompok). Pada siklus III aktivitas mencari pasangan, membaca dan
menjawab pertanyaan dari pasangan sertamenjawab pertanyaan dari
pasangan lain mencapai angka 17%, hal ini menggambarkan bahwa
peserta didik menyukai cara belajar secara berpasangan (kelompok)
dan dapat bekerjasama dengan pasangannya serta lebih menguasai
materi pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan menerapkan strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua
Kepala dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik melebihi yang
diharapkan. Hal ini disebabkan pembelajaran dengan strategi ini lebih
menarik dan peserta didik dapat melakukan aktivitas dalam suasana
yang menyenangkan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian.
Berdasarkan hasil observasi dan analisis data yang telah
dipaparkan di atas dapat dikemukakan bahwa ada beberapa hal yang
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam suatu proses
pembelajaran. Ada tiga hal yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran mengalami
peningkatan dari siklus ke siklus. Pada siklus I aktivitas peserta
didik menunjukkan skor 74%, selanjutnya pada siklus II
mengalami peningkatan menjadi 80% dan akhirnya pada siklus ke
III meningkat menjadi 84%. Peningkatan aktivitas peserta didik
116
memiliki korelasi yang positif dan signifikan dengan hasil belajar
peserta didik.
2. Kemampuan peneliti sebagai guru dalam mengelola pembelajaran
juga mengalami peningkatan dari siklus I sampai kepada siklus III.
Berdasarkan pengamatan observer, pada kegiatan pembelajaran
siklus I peneliti memperoleh skor 36 atau 81,81 % . Pada siklus II
pengamat memberikan skor 40 dari skor maksimal 44. Hal ini
menunjukkan bahwa pengelolaan kegiatan pembelajaran pada
siklus II sudah pada kategori sangat baik. Selanjutnya pada siklus
III pengamat memberikan skor maksimal 42 kepada peneliti,
dengan demikian peneliti telah melakukan pengelolaan
pembelajaran dengan sangat baik. Peningkatan pengelolaan
pembelajaran memberikan pengaruh yang positif terhadap
peningkatan aktivitas peserta didik juga terhadap peningkatan hasil
belajar peserta didik. Berdasarkan penilaian pengamat, maka
peneliti telah melakukan pengelolaan pembelajaran pada siklus II
dan siklus III dengan kategori sangat baik dan memuaskan.
3. Ketuntasan hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan yang
cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi Mencari
Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala yang diterapkan dalam materi
zakat memberikan dampak positif bagi peningkatan hasil belajar
peserta didik. Perkembangan hasil belajar peserta didik pada awal
pra tindakan dengan menggunakan metode ceramah dan Tanya
jawab hanya berhasil memberikan nilai tuntas kepada 7 orang
peserta didik atau 22% dari jumlah seluruh peserta didik,
sedangkan 25 orang lainnya atau 78% tidak tuntas.
Pada siklus I setelah tindakan dengan menerapkan strategi
Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala, hasil belajar mengalami
peningkatan yaitu mencapai 25% atau sebanyak 15 orang peserta
didik yang berhasil memperoleh nilai di atas KKM atau dinyatakan
tuntas. Selanjutnya pada siklus ke II hasil belajar semakin meningkat.
117
Jumlah peserta didik yang berhasil memperoleh nilai di atas KKM dan
dinyatakan tuntas sebanyak 22 orang atau 69%. Kemudian pada siklus
ke III 30 orang peserta didik atau 94% berhasil mencapai ketuntasan
belajar dan memperoleh nilai di atas KKM yang ditetapkan yaitu 70.
Peningkatan hasil belajar melalui penerapan strategi Mencari
Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala dapat dilihat dari awal
pembelajaran, mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
kegiatan penutup. Pada kegiatan pembelajaran dengan strategi
mencari Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala, peserta didik
menemukan sendiri materi pelajaran. Keberhasilan pembelajaran
sangat tergantung dari aktivitas peserta didik sendiri, guru hanya
berperan sebagai fasilitator.
D. Keterbatasan Penelitian.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan sebagai usaha
perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik. Dalam melaksanakan penelitian ini masih didapati
beberapa kendala yang menyebabkan hasil penelitian ini belum
mencapai kesempurnaan. Salah satu kendala yang dialami peneliti
adalah masalah waktu. Waktu penelitian ini disesuaikan dengan waktu
pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah tempat penelitian yaitu
satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Pada dasarnya
peneliti merasa waktu yang disediakan masih kurang untuk
menerapkan strategi yang telah dipilih, terutama pada waktu kegiatan
inti. Aktivitas peserta didik dalam mencari pasangan telah menyita
waktu kegiatan inti paling sedikit 5 menit, maka waktu yang tersisa
untuk penyampaian materi dirasa masih kurang.
Selain itu, kendala yang ditemukan peneliti pada saat proses
pembelajaran juga menyangkut ruang kelas yang dirasakan kurang
begitu luas untuk peserta didik bebas bergerak mencari pasangannya.
118
Hal ini disebabkan susunan bangku dan meja peserta didik yang
kurang teratur, keadaan ini turut menyita waktu kegiatan inti.
Faktor media pembelajaran yang ada dan digunakan juga
sangat sederhana, sehingga peneliti memerlukan banyak waktu untuk
mempersiapkannya. Hal ini disebabkan karena potongan-potongan
kertas karton yang digunakan sebagai kartu tidak tahan lama karena
harus digunakan berkali-kali. Dengan demikian peneliti harus
membuatnya kembali atau mengganti bagian-bagian yang rusak
apabila akan melaksanakan proses pembelajaran pada siklus
selanjutnya.
Kendala lain yang ditemukan adalah pada saat peneliti
mengadakan pengamatan terhadap 32 orang peserta didik dalam
waktu yang bersamaan secara bergantian, kemungkinan tidak semua
aktivitas peserta didik dapat diamati secara cermat dan menyeluruh
dalam setiap menit.
119
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini sepeti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada tahap pra tindakan hasil belajar peserta didik pada materi zakat
dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam, 7 orang peserta didik atau
sekitar 22% yang berhasil mencapai nilai tuntas, sedangkan 25 orang
lainnya masih belum tuntas.
2. Pembelajaran menggunakan strategi Mencari Pasangan dan Kekuatan
Dua Kepala pada materi zakat direspon siswa dengan baik, hal ini
dibuktikan aktivitas peserta didik yang terus mengalami peningkatan
dari siklus ke siklus berikutnya. Pada siklus I aktivitas peserta didik
mencapai angka 74% artinya hanya 26% saja aktivitas yang dilakukan
peserta didik belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Dari 32 orang
peserta didik, 74% nya telah melakukan aktifitas seperti yang diharapkan.
Meskipun aktivitas ini menunjukkan tingkat keaktifan peserta didik
dalam pembelajaran sudah baik namun masih ada perilaku yang kurang
relevan dilkukan oleh peserta didik. Selanjutnya pada siklus II terjadi
peningkatan aktivitas peserta didik hingga mencapai angka 80%.
Peningkatan ini berdampak pula kepada peningkatan hasil belajar peserta
didik. Kemudian pada siklus III peserta didik semakin aktif melakukan
kegiatan pembelajaran hingga persentase keaktifan mereka mencapai
angka 84%. Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak siswa melakukan
aktivitas yang sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran, maka akan
semakin mudah siswa memahami materi pembelajaran.
3. Hasil belajar siswa setelah menerapkan strategi pembelajaran Mencari
Pasangan dan Kekuatan Dua Kepala mengalami peningkatan. Pada
120
siklus I jumlah peserta didik yang berhasil tuntas sudah mencapai 15
orang (47%). Kemudian pada siklus ke II presentase ketuntasan semakin
meningkat, siswa yang berhasil tuntas mencapai jumlah 22 orang (69%)
dan yang belum tuntas tinggal 10 orang lagi (32%). Selanjutnya tindakan
dilanjutkan pada siklus ke III karena belum mencapai target yaitu 80%
siswa harus tuntas. Pada siklus III tes hasil belajar menunjukkan
peningkatan yang diharapkan yaitu mencapai 94% siswa berhasil tuntas
yaitu sebanyak 30 orang, berarti siklus III telah mencapai hasil yang
sangat memuaskan, hanya tinggal 2 orang siswa lagi yang belum tuntas.
Hal ini dikarenakan kedua orang siswa tersebut memang merupakan
siswa yang paling lambat daya tangkapnya.
4. Peningkatan hasil belajar setelah menerapkan strategi Mencari Pasangan
dan Kekuatan Dua Kepala mulai dari pra tindakan ke siklus I adalah
sebanyak 8 orang atau 25%, Pada pra tindakan jumlah peserta didik yang
tuntas hanya 7 orang, maka pada siklus I menjadi 15 orang. Dari siklus I
ke siklus II peningkatan hasil belajar mencapai 7 orang atau 22%,
sehingga jumlah peserta didik yang tuntas menjadi 22 orang. Dari siklus
II ke siklus III peningkatan hasil belajar mencapai 8 orang atau 25% ,
sehingga jumlah siswa yang tuntas mencapai 30 orang atau 94%.
Implikasi.
Hasil yang diperoleh dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dengan
menggunakan strategi pembelajaran aktif Mencari Pasangan dan Kekuatan
Dua Kepala adalah adanya peningkatan hasil belajar peserta didik pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada materi zakat. Oleh
karena itu berdasarkan hasil penelitian ini ada beberrapa hal yang perlu
disampaikan antara lain sebagai berikut:
1. Apabila startegi pembelajaran Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua
Kepala dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkahnya, maka dapat
121
meningkatkan perhatian dan aktivitas siswa serta memberikan suasana
yang menyenangkan dalam proses pembelajaran.
2. Proses pembelajaran yang dilakukan dalam suasana yang menyenangkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu strategi ini dapat
meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok, saling menghargai
pendapat orang lain serta memupuk rasa percaya diri dan keberanian.
3. Penerapan strategi ini efektif untuk mencapai hasil belajar yang lebih
baik.
4. Strategi ini belum tentu cocok diterapkan untuk semua materi pelajaran
Pendidikan Agama Islam, oleh karena itu guru yang akan melaksanakan
Pembelajaran harus merancang dan mempersiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran terlebih dahulu. Dalam merancang pembelajaran, guru
terlebih dahulu memperhatikan:
a. Materi apa yang akan disampaikan.
b. Karakteristik peserta didik yang akan belajar.
c. Menemtukan strategi pembelajaran yang akan diterapkan.
C. saran.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini diajukan beberapa
saran yang diharapkan berguna bagi perbaikan penerapan strategi ini dimasa
selanjutnya sebagai berikut:
1. Mengingat strategi pembelajaran Mencari Pasangan dan Kekuatan Dua
Kepala ini adalah strategi yang sejak awal pembelajaran telah
mengaktifkan peserta didik dalam mencari dan menemukan materi
pembelajaran, maka disarankan penerapan strategi ini dapat
dilaksanakan oleh guru lainnya dalam pelajaran masing-masing.
2. Apabila hasil penelitian ini ditindak lanjuti, maka sebaiknya desain
Pembelajarannya lebih dikembangkan lagi dengan mempertimbangkan
Waktu dan fasilitas pembelajaran yang tersedia serta hal-hal lain yang
mendukung.
122
3. Rancangan pembelajaran yang dikembangkan dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini belum sempurna, maka bagi guru yang ingin
menerapkannya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
sekolahnya, hendaknya melakukan telaah terlebih dahulu agar
menghasilkan strategi yang lebih sempurna.
4. Untuk mendapatkan tingkat ketepatan yang lebih baik pada strategi ini,
maka perlu diterapkan pada materi lain dan pelajaran yang berbeda.
123
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
A. Kosasih, Optimalisasi Media Pembelajaran Jakarta: Grasindo,
2007.
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran Bandung: Alfabeta, 2010.
Ahmadi Lif Khoiru, et, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2011.
Al Rasyidin dan Wahyuddin Nur Nasution, Teori Belajar dan Pembelajaran
Medan: Perdana Publishing, 2011.
Bruce Joyce dan Weil, Models of Teaching, 6 th Ed. Allyn & Bacon (London:
Prentice-Hall Inc, 2000.
Dirjen Pendidikan Agama Islam, Strategi dan Model-Model PAIKEM Jakarta:
Kementerian Agama RI, 2011.
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif
Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Psikologi Belajar Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Strategi Belajar Mengajar Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
E. Slavin, Robert, Cooperatif Learning, Teori, Riset dan Praktik Bandung:
Nusa Media, 2005.
Hanafiah Nanang dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran Bandung:
Refika Aditama, 2010.
124
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Huda, Miftahul, Cooperatif Learning ; Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Kartono, Kartini, Psikologi Anak; Psikologi Perkembangan Bandung: Sumber
Sari Indah, 2007.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, Sebagai Pengembangan
Profesi Guru Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
M.Echols Jhon dan Hasan Sadly, An English-Indonesian Dictionary Jakarta:
Gramedia, 2007.
Machmudah Umi dan Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab Malang: UIN Malang, Press, 2008.
Mel Silberman, Active Learning; 101 Strategi Pembelajaran Aktif Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2005.
Monks, F.J, Psikologi Perkembangan; Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006.
Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru Badung: Remaja
Rosdakarya, 2010.
Purwanto,M.Ngalim Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009.
Rusman, Model-Model Pembelajaran ;Mengembangkan Profesionalisme Guru
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
S.Masrun, M dkk, Senang Belajar Agama Islam; Untuk Sekolah Dasar Kelas VI
Jakarta: Erlangga 2007.
125
Sabri, Ahmad, Quatum Teaching; Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching
Ciputat: Ciputat Press, 2010.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.
Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Kencana, 2011.
Sugiono, Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D Bandung: Alfabeta, 2006.
Suprijono, Agus, Cooperatif Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2010.
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2009.
Tim Pelaksana Pentashihan Mushaf Alquran, Al-Hidayah Jakarta: Kalim, 2010.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Beserta Penjelasannya , Bandung:
Citra Umbara, 2012.
Zaini, Hisyam , Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran
Aktif Yogyakarta: CTSD Institut Agama Islam Negeri Sunan
Kalijaga, 2007.
top related