bab i pendahuluan 1.1. latar belakangrepository.helvetia.ac.id/1196/2/bab i-iii 1515194015.pdf ·...
Post on 27-Dec-2019
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia, dan
mempunyai daya protektif terhadap pengaruh luar. kulit sangat mendukung
penampilan seseorang sehingga perlu dirawat, dipelihara, dan dijaga
kesehatannya. dengan perawatan dan pemeliharaan, maka penampilan kulit akan
terlihat sehat, terawat, serta senantiasa memancarkan kesegaran.Proses perusakan
kulit yang ditandai oleh munculnya keriput, sisik, kering, dan pecah-pecah lebih
banyak disebabkan oleh radikal bebas. selain tampak kusam dan bekerut, kulit
menjadi tampak lebih cepat tua dan muncul flek-flek hitam(1).
Salah satu penangkap efek buruk dari radikal bebas adalah senyawa
antioksidan. Radikal bebas adalah atom atau molekul dengan elektron yang
tidak lengkap atau tidak berpasangan sehingga bersifat tidak stabil dan
kecendrungan kuat untuk berpasangan. Secara normal radikal bebas dalam sistem
biologi penting untuk mempertahankan karena pengaruh atmosfer yang berisi
oksigen sehingga terbentuk radikal bebas molekul oksigen dan molekul
aktif.Antioksidan adalah zat yang dapat menetralisirkan radikal bebas sehingga
atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapatkan pasangan elektron
sehingga tidak liar lagi.Daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.) diketahui
memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. kadar antioksidan yang tinggi pada
daun katuk dapat menghambat radikal bebas. pada daun katuk terkandung
2
beberapa senyawa kimia seperti alkaloid papaverin, protein, lemak, mineral,
flavonoid, tanin, saponin, dan vitamin C (2).
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar) atau gigi, dan membran mukosa mulut, terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (3). kosmetika
wajah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk
masker. bentuk sediaan masker yang banyak di pasaran adalah bentuk pasta atau
serbuk, sedangkan sediaan masker bentuk gel masih jarang dijumpai, padahal
masker gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya penggunaannya yang
mudah, serta mudah dibilas dan dibersihkan (1).
Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang terbuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan(4).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Desy Natalia)
bahwa daun katuk dengan pelarut etanol memiliki aktivitas antibakteri yang
mampu menghambat bakteri E.coli dengan diameter zona bening sebesar 15 mm,
sedangkan pada bakteri S.aureus dengan diameter zona bening sebesar 19 mm (5).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Cut Fatimah Zuhra dkk)
menyatakan bahwa aktivitas antioksidan flavonoid dari daun katuk memiliki nilai
IC 50 yang diperoleh sebesar 80,81(2).
3
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti ingin
memformulasikan dalam bentuk sediaan Gel dan melakukan beberapa uji
parameter yaitu uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji organoleptis,uji waktu
sediaan mengering dan uji iritasi dengan konsentrasi blanko %, 1%, 3%, 5% dan
kontrol positif (masker gel aloevera sebagai pembanding).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian yaitu
Apakah daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.) dapat diformulasikan dalam
bentuk masker gel.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun katuk (Sauropus androgynus
L.Merr.) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel ?
1.4. Manfaat Penelitian
Memberikan informasi apakah ekstrakdaun katuk (Sauropus androgynus
L.Merr.) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel
1.5. Hipotesa
Formulasi sediaan masker gel dari daun katuk (Sauropus androgynus
L.Merr.) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel.
4
1.6. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Gambar 1.1. Kerangka Konsep
- Uji Homogenitas
(Ada tidaknya
partikel kasar)
- Uji pH (Keasaman
dan kebasaan)
- Uji Daya sebar
- Uji Organoleptis
(Warna, bau, tekstur)
- Uji daya kering
- Uji Iritasi (Iritasi
pada kulit, gatal dan
perkasaran)
Ekstrak etanol daun
katuk dengan
konsentrasi
0%,1%,3%,5% dan
kontrol positif
(masker gel
aloevera)
Formulasi Sediaan
Masker Gel Ektrak
Etanol DaunKatuk
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Tanaman (Sauropus androgynus L.Merr.)
Sosok tanaman katuk berupa perdu yang tumbuh menahun. karena
berkesan ramping, katuk sering ditanam beberapa batang sekaligus sebagai tanam
pagar. tinggi tanaman sekitar 1-2 m. batangnya tumbuh tegak. saat masih muda,
batang berwarna hijau. setelah tua, warna batang menjadi kelabu keputihan.
batang berkayu dengan percabangan jarang. daunnya merupakan daun majemuk
yang berjumlah genap. bunganya berbentuk unik dan berwarna putih semu
kemerahan. kelopaknya keras. buahnya berbentuk bulat, berukuran kecil, seperti
kancing, dan berwarna putih. bijinya beruang empat(6).
2.1.1. Sistematika Tumbuhan
Klasifikasi daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.) (5).
Kingdom :Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Phyllanthaceae
Genus : Sauropus
Spesies :Sauropus androgynus
6
2.1.2. Morfologi tumbuhan
a. Batang
tanaman katuk merupakan tanaman sejenis tanaman perdu yang menahun.
sosoknya berkesan ramping sehingga sering ditanam sebagai tanaman
pagar. tingginya sekitar 3-5 m dengan batang tumbuh tegak, berkayu, dan
bercabang jarang. batangnya berwarna hijau saat masih muda dan menjadi
kelabu keputihan saat sudah tua.
b. Daun
Daun katuk merupakan daun majemuk genap, berukuran kecil, berwarna
hijau gelap dengan panjang lima sampai 6 cm. kandungan zat gizi pada
daun katuk lebih tinggi dari pada daun pepaya dan daun singkong. daun
katuk juga kaya vitamin (A, B1, dan C). selain itu daun dan akar katuk
mengandung saponin, flavonoida, dan tanin.
c. Bunga
Katuk merupakan tanaman yang rajin berbunga. bunganya kecil-kecil
berwarna merah gelap sampai kekuning-kuningan, dengan bintik-bintik
merah. bunga tersebut akan menghasilkan buah berwarna putih yang di
dalamnya terdapat biji berwarna hitam.
d. Buah
Buah katuk berbentuk bulat, berukuran kecil-kecil seperti kancing,
berwarna putih dan berbiji 3 buah.
e. Akar
Tanaman katuk berakar tunggang dan berwarna putih kotor (7).
7
Gambar 2.1.Daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.)
2.1.3. KandunganKimia
Daun daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.)mengandung senyawa
saponin dan tanin(8).
Tabel 2.1.Kandungankimiapada daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.) (9).
Kandungan kimia pada daun katukper
100 Gram
Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Karbohidrat (gr)
Serat pangan (gr)
Abu (gr)
Aalsium (mg)
Fosfor( mg)
Besi (mg)
Vitamin A (SI)
Vitamin C (mg)
Vitamin B1 (mg)
Air (gr)
59
4,8
1,0
11,0
1,5
1,7
204
83
2,7
10.370
239
0,1
81
2.1.4. Khasiat Tanaman Daun Katuk (Sauropus androgynus L.Merr.)
Katuk keperluan konsumsi , sebagai sayuran dan obat-obatan. di Indonesia
daun katuk digunakan untuk melancarkan air susu ibu (ASI), obat borok, bisul,
8
demam, dan darah kotor. dan juga untuk penyakit frambusia dan susah kencing
(6).
2.2. Kulit
2.2.1. Pengertian Kulit
Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia yang
terletak paling luar dan mempunyai permukaan yang paling luas. Karena bagian
yang paling luar, kulit selalu dipandang yang pertama kali, oleh karena itu kulit
perlu dirawat, dipelihara, dan dijaga (10).Warna kulit bermacam-macam,
misalnya warna terang (fairskin), pirang, kuning, sawo matang dan hitam, merah
muda, pada telapak kaki dan tangan, serta kecokelatan pada genitalia eksterna
organ dewasa.
Demikian pula dalam kelembutannya kulit bervariasi, tebal, tipis, dan
elastisnya. Kulityang elastik dan longgar terdapat pada kelopak mata, bibir, dan
prepusium. Kulit yang tebal terdapat pada telapak kaki. Kulit yang kasar terdapat
pada skrotum (kantong buah zakar) dan labia mayor (bibir kemaluan besar),
sedangkan kulit yang halus terdapat disekitar mata dan leher (11).
2.2.2. Anatomi Kulit
Kulit terdiri atas tiga bagian besar dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu
lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis) dan lapisan hypodermis
(subkutan).
1. Epidermis (kulit ari)
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki
tebal yang berbeda-beda: 400-600 m untuk kulit tebal (kulit pada telapak
9
tangan dan kaki) dan 75-150 m untuk kulit tipis (kulit selain telapak
tangan dan kaki, memiliki rambut). Epidermis yang paling tipis yaitu
dikelopak mata dan yang paling tebal adalah pada bagian yang paling
banyak digunakan (telapak kaki dan tangan).
2. Dermis (kulit jangat)
Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang
bervariasi tergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di
daerah punggung. Lapisan ini menjadi ujung saraf perasa. Keberadaan
ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat memungkinkan membedakan
berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf perasa memiliki
fungsi tertentu seperti saraf mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan,
panas dan dingin.
3. Hipodermis
Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang
disebut jaringan hipodermis atau subkutan yang mengandung sel lemak
yang bervariasi. Lapisan subkutan adalah lapisan paling bawah pada
struktur kulit. Fungsi lapisan ini adalah membantu melindungi tubuh dari
benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Di lapisan ini juga
terdapat banyak sel liposit yang memproduksi jaringan lemak. Lemak yang
terdapat pada lapisan ini berfungsi sebagai stok energi tubuh yang siap
dibakar pada saat diperlukan. Lapisan lemak ini juga membentuk postur
tubuh dan memberikan kehangatan pada tubuh.
10
Gambar 2.2.StrukturKulit
2.2.3. Fungsi kulit
Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan dengan
lingkungan. Adapun fungsi utama kulit adalah :
1. Sebagai Pelindung (proteksi)
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-
jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari gangguan
pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari
kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit
tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil,
mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau
rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.
2. Sebagai Perabu atau Alat Komunikasi
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsangan sensorik yang
berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan
getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf
sensasi. Kulit merasakan sentuhan, rasa nyeri, perubahan suhu, dan
tekanan kulit dari jaringan subkutan, dan ditransmisikan melalui saraf
11
sensoris ke medula spinalis dan Otak, juga rasa sentuhan yang disebabkan
oleh rangsangan pada ujung saraf didalam kulit berbeda-beda menurut
ujung saraf yang dirangsang.
3. Sebagai Alat Pengatur Panas (termoregulasi)
Suhu tubuh seseorang adalah tetap, meskipun terjadi perubahan suhu
lingkungan. Suhu normal (sebelah dalam) tubuh, yaitu suhu visera dan
otak ialah 36°C, suhu kulit sedikit lebih rendah. Ketika terjadi perubahan
pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan penyesuaian
seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah
satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan
hilang dengan penguapan keringat.
4. Sebagai Tempat Penyimpanan
Kulit bereaksi sebagai alat penampung air dan lemak, yang dapat
melepaskannya bilamana diperlukan. Kulit dan jaringan dibawahnya
bekerja sebagai tempat penyimpanan air, jaringan adiposa dibawah kulit
merupakan tempat penyimpanan lemak yang utama pada tubuh.
5. Sebagai Alat Absorbsi
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam
lemak dapat diserap ke dalam kulit. Penyerapan terjadi melalui muara
kandung rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit (sebecea),
merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah
kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya. Kulit juga dapat mengabsorbsi
12
sinar Ultraviolet yang bereaksi atas prekusor vitamin D yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan tulang.
6. Sebagai Ekskresi
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar
keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa
garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air juga dikeluarkan melalui kulit
tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air
transepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari. Zat
berlemak, air dan ion-ion, seperti Na+, diekskresi melalui kulit. Produksi
kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH
5-6,5.
7. Penunjang Penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak
halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan. Fungsi lain dari
kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit
memerah, pucat maupun konstraksi otot penegak rambut (11).
2.3. Kosmetik
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,rambut,kuku,bibir,dan oran genital
bagian luar), atau gigi, dan membran mukosa mulut, terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan,dan/atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (3).
13
2.4. Masker gel
Masker merupakan sediaan topikal yang digunakan pada wajah untuk
mendapatkan efek mengencangkan dan membersihkan dari kotoran yang
menempel. Biasanya masker gel digunakan pada wajah dan leher dengan cara
mengoleskan dengan kuas, dibiarkan sampai mengering sehingga masker
mengeras dan terasa ketat dikulit. Setelah dibiarkan masker diangkat atau dilepas
(peel-off) (12).Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang terbuat
dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi
oleh suatu cairan (4).
2.5. Radikal Bebas dan Antioksidan
2.5.1. Radikal bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul dengan elektron yang tidak
lengkap atau tidak berpasangan sehingga bersifat tidak stabil dan kecendrungan
kuat untuk berpasangan. Radikal bebas memperoleh elektron dari atom lain.
Secara normal radikal bebas dalam sistem biologi penting untuk mempertahankan
karena pengaruh atmosfer yang berisi oksigen sehingga terbentuk radikal bebas
molekul oksigen dan molekul aktif (13).
2.5.2. Antioksidan
Antioksidan adalah zat yang dapat menetralisirkan radikal bebas sehingga
atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapatkan pasangan elektron
sehingga tidak liar lagi.
Diketahui bahwa masuknya antioksidan berasal dari makanan, seperti
sayur mayur antara lain bayam,brokoli dan wortel dan berbagai buah buahan
14
antara lain, apel, pisang, jambu. selain itu rempah-rempah antara lain adalah
bawang. Membantu mempetahankan keutuhan tubuh dari gangguan kesehatan,
baik yang berasal dari dalam maupun luar tubuh serta dapat menanggulangi
berbagai penyakit termasuk kanker, disamping membantu kebugaran badan dan
membuat awet serta menghambat proses penuaan(13).
2.6. Ekstraksi
2.6.1. Pengertian Ekstraksi
Ektraksi adalah suatu cara untuk memperoleh sediaan yang mengandung
senyawa aktif dari suatu bahan alam menggunakan pelarut yang sesuai.
Tujuan ekstraksi adalah menarik atau memisahkan senyawa dari
campurannya atau simplisia(14).
Ekstrak adalah sediaan cair, kental atau kering yang merupakan hasil
proses ekstraksi atau penyarian suatu matriks atau simplisia menurut cara yang
sesuai. Ekstrak cair diperoleh dari ekstrak yang masih mengandung sebagian besar
cairan penyari. Ekstrak kental akan didapat apabila sebagian besar cairan penyari
sudah diuapkan, sedangkan ekstrak kering akan diperoleh jika sudah tidak
mengandung cairan penyari (15).
2.6.2. Metode-metode Ekstraksi
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi
2 cara, yaiu cara panas dan dingin :
15
1. Ekstraksi Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi
dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.
Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-
menerus).
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive ekstraction) yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahap pengembangan bahan,
tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh
ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
2. Ekstraksi Cara Panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya selama waktu tertentu dan jumlahnya pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga
dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
16
b. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu
secara umum dilakukan pada temperatur 40 – 50oC.
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur
terukur 96– 98oC) selama waktu tertent (15-2 menit).
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30oC) dan
temperatur sampai titik didih air.(14).
2.7. Komponen Basis Masker Gel
1. Polivinilalkohol (PVA)
Pemerian : Serbuk, putih.
Kelarutan : Larut dalam air, tidak untuk dalam pelarut organik.
Fungsi : Gelling agent dan filming agent
17
2. Hidroxyl Propyl Methyl Cellulose (HPMC)
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, kekuningan atau kemerahan,
berbau khas dan rasa seperti gandapura.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzen, mudah larut
dalam etanol dan eter, larut dalam air mendidih, agak
sukar larut dalam kloroform.
Fungsi : Peningkat viskositas
3. Gliserin
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis,
hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak)
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan
dalam minyak menguap.
Fungsi : Humektan.
4. Trietanolamina (TEA)
Pemerian : Cairan agak higroskopik kental, tidak berwarna sampai
kuning muda, bau amoniak.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, larut
dalam kloroform.
Fungsi : Sebagai surfaktan
18
5. Metil paraben
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur,putih,
tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit
rasa terbakar.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon
tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
Fungsi : Agen anti mikroba dalam pembuatan gel
6. Propilparaben
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
dan dalam eter,sukar larut dalam air mendidih
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih.
Fungsi : sebagai pengawet (4).
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental. eksperimental
adalah penelitian uji coba yang memanipulasi atau melakukan intervensi terhadap
salah satu variabel penelitian (16).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Institut Kesehatan
Helvetia Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan Juni sampai Agustus 2018.
3.3. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah dari daun katuk (Sauropus androgynus
L.Merr.)yang diambil dari pasar pagi tanjung rejo (Sumatera Utara)
3.4. Alat dan Bahan
3.4.1. Alat-alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : cawan porselin,
erlenmeyer, gelas ukur 25 dan 50ml (pyrex), pipet tetes, spatula, beakerglass
100ml (pyrex), pH meter, alu dan lumpang, blender(miyako), objek glass,
vacumrotary evaporator, kain flanel, dan wadah.
20
3.4.2. Bahan-Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ekstrak bayam
merah, aquadest, etanol 96 %, polivinil alkohol, HPMC, gliserin, TEA, metil
paraben.
3.5. Prosedur Kerja
3.5.1. Pengambilan Bahan Tanaman
Bahan tumbuhan yang digunakan adalah daun katuk (Sauropus
androgynus L.Merr.)
3.5.2. Pengumpulan Sampel
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain, bagian tumbuhan
yang digunakan adalah daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.) yang diambil
di pajak pagi tanjung rejo (Sumatera Utara)
3.5.3. Pengelolaan Sampel
Sebanyak 5 kg daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.) segar yang
akan diteliti ditimbang dan dicuci bersih dengan air, dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan (tanpa terkena sinar matahari langsung). Daun katuk yang telah
kering kemudian dihaluskan menggunkan blender hingga menjadi serbuk,
ditimbang kemudian diayak dengan menggunakan mesh 30 hingga diperoleh
serbuk halus sebanyak 200 g.
21
3.5.4. Pembuatan Ekstrak
Pada penelituan ini simplisia daun katuk di ektraksi dngan menggunakan
pelarut etanol 96%. Pembuatan ektrak dilakukan dengan metode maserasi yaitu
sebanyak 600 gram serbuk simplisia dimasukkan kedalam sebuah bejana, tuangi
1500 ml etanol 96%, ditutup dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya
sambil sering diaduk lalu diperas. Setelah 5 hari ampas dicuci dengan 96% bagian
etanol. Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk terlindung dari
cahaya selama 2 hari, kemudian disaring filtratnya dipekatkan dengan penangas
air hingga diperoleh ektrak kental (17).
3.6. Formula Sediaan Masker Gel
Sediaan masker gel akan dibuat sebanyak 50 g. Dengan menggunakan
formula standart sebagai berikut (1).
R/ PVA 10
HPMC 1
Gliserin 12
TEA 2
Metil paraben 0,2
Propilparaben 0,05
Parfum 2 tts
Aquadestad 50 ml
22
Masker dibuat dalam 4 formula yang dibedakan oleh konsentrasi ekstrak
daun katuk. Masing-masing masker gel mengandung ekstrak daun katuk dengan
konsentrasi yang bervariasi yaitu 0%, 1%, 3%,5% masing-masing sebanyak 50 g
dalam komposisi basis yang sama (1).
Perhitungan :
F0% = Blanko
F1% = = 0.5 g
F3% = 50 = 1.5 g
F5% = = 2.5 g
Tabel 3.1. Formulasi Sediaan Masker Gel Ekstrak Daun Katuk
Komposisi
Konsentrasi
F 0
(0%) F I
(1%) F 2
(3%) F 3
(5%)
Ekstrak Daun Katuk 0 g 0.5g 1.5g 2.5g
Basis Masker Gel Ad 50 Ad 50 Ad 50 Ad 50
Cara pembuatan :
1. Dalam cawan masukkan Polivinil Alkohol, lalu tambahkan Aquadest
secukupnya, kemudian dipanaskan diataspenangas air pada suhu 80o
C
hingga mengembang sempurna, kemudian diaduk (massa 1).
2. Di cawan lainnya dikembangkan pula HPMC dalam Aquadest dingin
hingga mengembang sempurna.
3. Di cawan lainnya gliserin, Metil paraben dan Propilparaben dilarutkan
dalam Aquadest panas (massa 2).
4. Di dalam lumpang yang bersih masukkan massa 1 dan massa 2, HPMC,
serta TEA secara berturut-turut dan diaduk hingga homogen.
23
5. Setelah itu ditambahkan ekstrak yang telah ditimbang lalu diaduk hingga
homogen lalu di ad kan dengan aquadest 50 ml.
Tabel 3.2. Formulasi Sediaan Masker Gel Ekstrak Daun Katuk
Komposisi
Konsentrasi
F 0
(0%) F I
(1%) F 2
(3%) F 3
(5%)
Ekstrak Daun Katuk 0 g 0.5g 1.5g 2.5g
Basis Masker Gel Ad 50 Ad 50 Ad 50 Ad 50
3.6.1. Evaluasi Sediaan Masker Gel
1. PengujianHomogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan kaca objek.
Pengujian ini dilakukan dengan cara menggunakan 2 kaca objek. Sediaan
diperiksa homogenitasnya dengan cara dioleskan pada kaca objek dan kemudian
diratakan dengan kaca objek lainnya lalu diamati. Pengamatan dilakukan dengan
melihat ada tidaknya partikel yang belum tercampur secara homogen(18).
Tabel 3.3.Perencanaan Uji Pemeriksaan Homogenitas
Formula Homogenitas
F0
F1
F2
F3
Masker gel aloe vera
Keterangan : F0 = Formulasi tanpa ektrak daun katuk
F1 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 1%
F2 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 3%
F3 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 5%
Maker gel aloevera : pembanding
24
2. Pengujian pH
Pengujian pH dilakukan dengan cara mencelupkan pH meter kedalam
sediaan masker gel ekstrak etanol daun katuk, sebanyak 1 gram sediaan dilarutkan
dalam air dengan volume 10 ml, kemudian diukur pH menggunakan pH meter
(18).
Tabel 3.4.Perencanaan Uji pH
Formula pH
F0
F1
F2
F3
Masker gel aloevera
Keterangan : F0 = Formulasi tanpa ektrak daun katuk
F1 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 1%
F2 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 3%
F3 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 5%
Maker gel aloevera : pembanding
3. Uji Daya Sebar
Pengujian daya sebar dilakukan dengan cara gel ditimbang sebanyak 0,5
gram diletakkan ditengah kaca dan ditimpa dengan pemberat transparan lain
(digunakan cawan petri) kemudian didiamkan selama 1 menit dan diukur
diameternya (19).
Tabel 3.5. Perencanaan Uji Daya Sebar
Formula Daya Sebar (cm)
F0
F1
F2
F3
Masker gel aloevera
Keterangan : F0 = Formulasi tanpa ektrak daun katuk
F1 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 1%
F2 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 3%
F3 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 5%
Maker gel aloevera : pembanding
25
4. PengujianOrganoleptis
Dilakukan dengan mengamati perubahan perubahan bentuk, warna, dan
bau dari sediaan masker gel (18).
Tabel 3.6. Perencanaan Uji Organoleptis
Formula Parameter
Bentuk Warna Aroma
F0
F1
F2
F3
Masker gel
aloevera
Keterangan : F0 = Formulasi tanpa ektrak daun katuk
F1 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 1%
F2 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 3%
F3 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 5%
Maker gel aloevera : pembanding
5. Pengujian waktu sediaan mengering
Sebanyak 1gr gel masker dioleskan pada kulit lengan dengan panjang 7cm
dan lebar 7 cm. Kemudian dihitung kecepatan mengering gel hingga membentuk
lapisan film dari masker gel dengan menggunakan stop watch (18).
6. Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan dengan pengujian dengan uji tempel tertutup pada
kulit manusia. Sediaan masker gel diambil 1 gram, kemudian dioleskan pada
lengan atas bagian dalam dengan diameter 2 cm, ditutup dengan perban dan
diplester dibiarkan selama 24 jam, diamati gejala yang timbul seperti kemerahan
dan gatal-gatal dan kasar pada kulit. Uji iritasi ini dilakukan terhadap 12 penelis
(18).
26
Tabel 3.7. Perencanaan Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Pernyataan Sukarelawan
I II III IV V VI VII VIII IX X
Kulit
kemerahan
Kulit gatal
Kulit kasar
Keterangan : + : gatal
++ : kemerahan
+++ : bengkak
- : tidak terjadi iritasi
3.6.2. Perhitungan Bahan Ekstrak Daun Katuk yang diambil
1. PVA : 10= = 5 gr
2. HPMC : 1 = =0.5 gr
3. Gliserin : 12 = 50 = 6 gr
4. Tea : 2 = = 1 gr
5. MetilParaben : 0,2 =
6. Parfum : 2 tts
7. PropilParaben : 0,05 =
top related