bab 2 perkembangan sejarah dan perjuangan kurdi 2.1
Post on 02-Apr-2022
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
22
BAB 2
PERKEMBANGAN SEJARAH DAN PERJUANGAN KURDI
2.1 Sejarah Kurdi
Sebelum kita membahas tentang asal mula sejarah etnis Kurdi, ada
baiknya kita mengetahui asal usul istilah dari Kurdistan dan Kurdi itu sendiri.
Secara etimologi, Kurdistan merujuk pada bahasa Sumeria yaitu kurd yang berarti
orang-orang pegunungan. Ada juga istilah Qurti dalam bahasa Akkadia yang juga
berarti suku atau masyarakat yang mendiami pegunungan Zagros dan Taurus
Timur. Orang Arab menyebut orang-orang yang tinggal di wilayah tersebut
dengan nama beled ekrad. Orang Persia pertama kali menggunakan penyebutan
Kurdistan (Tanah orang-orang Kurdi). Ada juga yang mengatakan bahwa kata
Kurdi sendiri mengandung derivasi yang tidak teratur. Artinya ada penyebutan
yang hampir mirip sebagaimana yang dikemukakan oleh Xenophon yaitu
Kardyhkoi.Namun, pada dasarnya semua penyebutan tersebut memiliki makna
yang sama yaitu wilayah dari orang-orang pegunungan1. Adapun secara geografis,
wilayah Kurdistan membentang sebesar 200.000 mil persegi yang meliputi
pegunungan dan dataran Anatolia selatan, pegunungan Zagros utara dan Taurus
timur, Mesopotamia utara, dan wilayah Jazira di barat daya Suriah2.
1Abdullah Ocalan, 2009, War and Peace in Kurdistan: Perspectives for a political solution of the
Kurdish question, Cologne : International Initiative. hal 9 2Carl Dahlman, 2015, The Political Geography of Kurdistan, Columbia: University of South
Carolina., hal 271
23
Gambar 1.1 Peta wilayah Kurdistan (pada bagian terang)
Etnis Kurdi merupakan suku bangsa yang mendiami wilayah Irak utara,
Iran barat laut, Suriah utara, dan Turki Tenggara. Wilayah mereka sering disebut
dengan nama Kurdistan. Namun, secara politik istilah tersebut tidak ada. Hal ini
disebabkan karena sejak Perjanjian Lausanne pada tahun 19233, Wilayah ini telah
diberikan kepada Inggris berdasarkan pada Mandat LBB (Liga Bangsa-bangsa)
1920 yang meliputi Irak, Palestina, Transjordan, dan Kurdistan4. Melalui mandat
ini, Inggris membagi wilayah Kurdistan dan memasukkannya ke dalam wilayah
empat negara yaitu Irak, Iran, Suriah, dan Turki. Kebijakan ini telah memisahkan
masyarakat Kurdi serta membatalkan isi pasal 61 dan 63 Perjanjian Sevres (1920)
yang memberikan jalan bagi pembentukan negara Kurdistan5.
3Perjanjian Lausanne merupakan perjanjian damai yang dilaksanakan di kota Laussane, Swiss
pada tanggal 24 Juli 1923. Perjanjian ini terjadi antara Inggris, Perancis, Italia, Romania, Jepang,
Yunani, dan negara-negara Balkan dengan Republik Turki. Lihat padaThe Treaties of Peace 1919-
1923, Vol. II, Carnegie Endowmentfor International Peace, New York, 1924. 4KamalY. Kolo,2017, Oil, Iraq, and the Creation of Nation-State:The Kurdistan Region at a
Crossroads, Soran University., Chapter 13 hal 164. 5Aram Rafaat, 2017, The 1926 Annexation of SouthernKurdistan to Iraq: the Kurdish Narrative,
American Research Journal of History and CultureVolume 3, Issue 1., hal 2-3.
24
Suku Kurdi digolongkan ke dalam rumpun Indo-Arya yaitu suku bangsa
yang masih satu keturunan dengan Bangsa Aryan namun kemudian mereka
berpisah dan bermigrasi ke wilayah Asia Tengah dan Iran6. Dari mereka,
kemudian melahirkan sebuah suku yang bernama Hurrian, dimana suku ini hidup
dalam konfederasi kerajaan dan sistem kesukuan7. Suku bangsa Hurrian ini hidup
berdampingan dengan suku Nairi, Unartea, dan Medes. Ada juga yang
mengatakan, kalau suku bangsa Medes merupakan nenek moyang bangsa Kurdi
yang pergi ke wilayah Parsi (Iran) antara tahun 614 dan 558 SM8. Mereka
kemudian mendiami wilayah tersebut dan hidup sebagai bangsa nomaden dimana
mereka mengembala ternak dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain itu,
mereka juga mengikuti pola musim sehingga jika musim dingin datang maka
mereka akan pindah dengan membawa hewan ternak dan segala perabotan
rumahnya menuju ke wilayah yang lebih hangat, utamanya pada kawasan
Mesopotamia yaitu daerah sungai Eufrat dan Tigris yang lebih subur dan kaya
akan sumber-sumber air. Suku Kurdi juga dikenal sebagai suku yang sulit untuk
ditaklukkan oleh kerajaan lain. Banyak bangsa yang mencoba untuk menguasai
mereka namun tidak berhasil sepenuhnya. Bahkan, kekaisaran Persia saja harus
menemui hambatan yang sulit untuk dapat mengalahkan mereka. Hal ini juga
didukung oleh kondisi wilayah mereka yang berbukit-bukit serta kemampuan
6Rhoma Dwi Aria Yuliantri, M. Pd, Bangsa Arya di Indiapart 2 hal 3 7Ibid, 11 8Ahmad Sahide, 2014, Suku Kurdi dan Potensi Konflik di Timur Tengah,Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada. hal 2
25
pasukan berkuda Kurdi yang luar biasa. Namun, tetap ada kerajaan-kerajaan yang
berhasil mendominasi mereka seperti Sumeria, Akkadia, Parthia, dan Armenia9.
Sejarah etnis Kurdi dapat dibagi menjadi empat periode. Periode pertama
disebut sebagai periode Halaf (5900-5300 SM).Wilayah ini terletak di Provinsi
Al-Hasakah, Suriah utara. Periode ini ditandai dengan banyak ditemukannya
keramik, gerabah, dan situs pemukiman kuno sejumlah 7 buah di daerah
tersebut10. Periode kedua dikenal sebagai Periode Al-Ubaid (5300 SM- 4300 SM).
Wilayah ini terletak di daerah Al-Ubaid, Irak utara. Pada wilayah ini ditemukan
berbagai macam tembikar, gerabah, berbagai alat-alat ukir, alat pahat yang ada di
dua gundukan tanah besar Helawa dan Aliawa11. Periode ketiga disebut Periode
Hurri (4000 SM-2000 SM). Hal ini ditandai dengan adanya peradaban Hurri di
pegunungan Zagros dan Taurus Timur. Selain itu, juga terdapat berbagai
peradaban kerajaan kecil seperti Arrap’ha, Melidi, Washukan, dan Aratta di
wilayah itu. Orang-orang Hurri memiliki struktur sosial, budaya, agama, ekonomi,
simbol teknologi yang masih dapat dijumpai pada masyarakat Kurdi sekarang12.
Bersamaan dengan itu, bangsa Hittite mulai menetap di wilayah Kurdistan pada
sekitar tahun 2000 SM. Kemudian, bangsa Indo-Arya melakukan migrasi besar-
besaran ke Kurdistan pada 727 SM. Lalu, terjadilah asimilasi antara bangsa Indo-
Arya dengan Hurri sehingga melahirkan bangsa Medes yang beribukota di
Ecbatana (Hamadan) yang masuk wilayah Iran. Periode keempat disebut sebagai
9Robson, Barbara, 1996, Iraqi Kurds : Their History and Culture, buku. Washington DC : The
Refugee Service Center .hal 7. 10Konstantinos Kopanias and John MacGinnis, 2016, The Archaeology of The Kurdistan Region
of Iraq And Adjacent Regions, Oxford :Holywell Press.,hal 257-258 11Ibid, 309-311 12J.H. Khidir, 2017,TheKurds & Kurdistan and Recent Political Developments of the Iraqi Kurdistan Region,Thesis.
Vienna :Doctor of Philosophy in Political Science of the University of Vienna.,hal 58
26
masa Semitik dan Turkific. Pada masa ini, kerajaan Medes mulai melakukan
interaksi dengan bangsa Arab setelah mereka berhasil mengalahkan Sasanid
Persia pada abad ke 7 M13. Lalu, pada tahun 1057 M, Turki Saljuk dibawah
pimpinan Sultan Tughrul Bek berhasil merebut wilayah Mosul dan Diyarbakir
yang dihuni oleh orang-orang Kurdi14. Hal ini menyebabkan terjadinya asimilasi
antara masyarakat Kurdi dengan orang-orang Turki Saljuk yang melahirkan suku-
suku Kurdi dengan darah keturunan Turki seperti Qalkhan, Alan, Azdinian,
Gavdan, Karachul, Oghaz, Graviran, dan sebagainya15.
Ketika masa kekuasaan Raja Sargod dari Akkadia, mereka pernah
menyeberangi Kurdistan dalam rangka untuk melawan Utratu pada sekitar abad
ke 9-8 SM. Kemudian, pasukan Makedonia dari Yunani yang dipimpin oleh
Alexander Agung juga pernah sampai ke wilayah Kurdistan dimana mereka
menyebut orang-orang yang tinggal disana sebagai Cyrtii, namun penyebutan ini
masih menimbulkan ketidakpastian. Sampai sekarang ada suku-suku Kurdi yang
memiliki darah Yunani seperti Mamakan, Mamikonian, Bagravand, Bagran, dan
Mamasani. Meski begitu, tetap saja masih menimbulkan keraguan tentang
dampak yang terjadi pada etnis Kurdi. Karena, selain daerahnya yang terisolir,
juga kondisi masyarakatnya yang masih tertutup16.Catatan lain juga menyebutkan
bahwa Raja Sargod membuat plakat untuk mengenang kemenangannya atas
13Andina Sari Handayani, 2012, Upaya Pemerintah Turki Dalam Mengatasi Gerakan Separatisme
Suku Kurdi Tahun 1984-2007, Surakarta : Universitas Sebelas Maret., hal 7
14Mundzirin Yusuf, 2013, Bani Saljuk dan Kebangkitan Peradaban Daulah Abbasiyah, Yogyakarta
: Universitas Islam Negeri Sunan KalijagaVol. 14, No. 1., hal 19 15Mehrdad R. Izady, 2009, The Kurds : A Concise Handbook, Harvard University : Taylor and
Francis, hal 82 16McDowaLL, David, 2007, A Modern History Of The Kurds, Thirth Edition: I.B.Tauris & Co Ltd,
hal 9
27
Satuni, Raja Lullu di Derbend-i Gewr, yang terletak di pegunungan Zagros pada
2000 SM. Orang-orang Lullu ini diyakini sebagai salah satu leluhur etnis Kurdi
sebagaimana Guti,Medes, dan suku-suku bangsa lainnya yang tinggal di wilayah
tersebut17.
Ketika bangsa Arab berhasil menaklukkan wilayah ini, mereka melakukan
islamisasi terhadap masyarakat Kurdi. Hal ini dilakukan setelah Pasukan Arab
berhasil mengalahkan tentara Persia dalam pertempuran Qadisiyah pada 636 M.
Kemenangan ini memberikan kontrol wilayah atas irak dan daerah-daerah
sekitarnya, termasuk Kurdistan18. Ekspansi Arab ini membuat banyak orang-orang
Kurdi menjadi Muslim Sunni dengan menggunakan Mazhab Syafi’i dimana
orang-orang Arab banyak yang menganut Mazhab Hanafi19. Etnis Kurdi juga
memiliki beberapa dinasti Islam yang memiliki pengaruh besar dan berkuasa di
wilayah Kurdistan dan sekitarnya seperti Shaddadids (951-1075), Marwanids
(984-1083), Hasanwayhids (959-1059), dan Kesultanan Ayubiyyah (1164-
1193)20. Shaddadids menguasai timur Trans-Kaukasia tepatnya di antara wilayah
sungai Kur dan Araxes, Marwanids di selatan Diyarbakir hingga Jazira utara,
Hasanwayhids dari wilayah Khuzistan hingga Shatt Al Arab21,dan Kesultanan
Ayyubiyah yang menguasai Mesir, Hijaz, Suriah, dan Yerusalem. Namun,
diantaranya yang paling terkenal adalah Kesultanan Ayubiah yang didirikan oleh
17Khayats, 1966,The Kurds, buku, Beirut : Khayat Book & Publishing Company S.A.L.90-94 Rue
Bliss.,hal 10 18Abdul Malik Mujahid, 2013, The Battle of Qadisiyyah : The Fall of The Mighty Persian Empire,
Riyadh : Darussalam., hal 9. 19Philiph G. Kreyenbroek and Stefan Sperl, 1992, The Kurds :A Contemporary Overview. Buku.,
London : Routledge ISBN 0-415-07265-4 (Print Edition).,hal 9 20Ahmet Serdar Akturk, 2013, Imagining Kurdish Identity in Mandatory Syria : Finding a Nation
in Exile, Tesis. Fayetteville : University of Arkansas., hal 26. 21Mc Dowall, A Modern History Of The Kurds, hal 23.
28
Salahuddin Al-Ayubi setelah berhasil menumbangkan kekuasaan Daulah Syiah
Fatimiyah di Mesir.
Salahudin Al Ayubi merupakan seorang pemimpin dinasti Ayyubiyah dari
suku Kurdi yang lahir di Tikrit, Irak pada tahun 1137 M. Ayahnya bernama
Najmuddin Ayyub yang menduduki posisi sebagai penguasa wilayah
tersebut22.Pada masanya, Salahudin berhasil membebaskan kota Yerusalem dari
Kerajaan Yerusalem setelah menghancurkan kekuatan pasukan Salib di Lembah
Hattin pada tahun 1187 M23. Namun sebelumnya, ada tokoh-tokoh Kurdi lain
yang juga memiliki peran yang besar dalam dunia Islam khususnya pembebasan
Yerusalem seperti Imaddudin Zanky, seorang perwira militer dan pemimpin
Mosul dimana berhasil menguasai Edessa dari tangan tentara Salib pada tahun
1144 M. Dia kemudian mendirikan sebuah kerajaan baru yang bernama kerajaan
Zengid yang berpusat di Aleppo24. Ditambah lagi, Immadudin Zanky juga berhasil
menguasai Humah dari kekuasaan tentara Salib pada tahun 1129 M25. Imaddudin
Zengky juga memberikan batu loncatan bagi pembebasan kota Yerusalem dengan
berhasil menaklukan Hama dan Homs dari tangan Taj Al-Muluk Buri, penguasa
Damaskus pada tahun 1130 M. Penguasaan kedua kota diatas memberikan
22Syed Alwi Alatas, 1974, Biografi Agung Salahuddin AL – Ayyubi, buku. Selangor : Karya
Bestari., hal 9-10 23S.J.Allen dan Emilie Amt, 2014, The Crusaders : A Reader. Buku, Ontario : The University of
Toronto Press., hal 155-156 24Mohd Roslan Mohd Nor PhD &Nor Shakira Mohd Noor, 2012, Perang Salib dan Kejayaan
Salahuddin Al-Ayubi Mengembalikan Islamic Jerusalem kepada Umat Islam : Crusades and
Saladin’s Achievement in Liberating Islamic Jerusalem to Muslims Ummah, Universiti Malaya:
Kuala Lumpur., hal 67. 25Foni Ismiatuddiniyah, 2014, Peranan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1137-1193 M)dalam
menghadapi Perang Salib III. Skripsi. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel., hal 47.
29
keuntungan militer dan politik dimana memudahkan pelaksanaan invasi militer
kedepannya khususnya pembebasan kota Yerusalem26.
Begitu pula anaknya yaitu Nuruddin Mahmud yang mengantikan ayahnya,
Imaddudin Zengky menjadi Sultan Dinasti Zengi kedua pada tahun 1146 M. Dia
juga memiliki jasa besar dalam upaya pembebasan Jerusalem dengan melakukan
serangan ke Antakiyah, Turki untuk menghalau serangan atas kota Al-Ruha.
Beliau juga berhasil mengalahkan tentara Salib pada pertempuran Damaskus
melawan Pasukan Salib yang dipimpin oleh Louis VII dan Conrad III pada tahun
1147 M27. Kemenangan ini menjadikan pengaruh Nurrudin meningkat di kalangan
kaum muslimin dan mulai melakukan penataan kekuatan barisan kaum Muslimin
dengan menaklukkan Mesir.
Mesir telah dikuasai oleh dinasti Fatimiyah sejak abad ke 9 M. Dinasti
Fatimiyah menganut paham Syi’ah Ismailiyah dimana mereka mengakui Isma’il
bin Ja’far sebagai Imam ke tujuh dan berhak untuk memegang gelar
keimamahan28. Hal ini menyebabkan terjadinya pertentangan yang sengit dengan
Dinasti Abbasiyah yang memakai pemahaman Sunni sehingga mereka
memutuskan untuk memisahkan diri darinya. Konon, Penaklukan Yerusalem oleh
tentara Salib dari Eropa juga dibantu oleh sikap apatis dan konflik internal yang
terjadi di dalam tubuh Fatimiyah29. Tindakan ini merupakan salah satu bentuk
26Nicholas D. Belotto, 2014, Power and Legitimacy in The Medieval Muslim World : The Career
of Imad Al-Din Zengi (1085-1146). Tesis, Florida : Florida Atlantic University.,hal 77 27Foni Ismiatuddiyah, hal 68 28Asmidar, 2014, Peranan Dinasti Fatimiyah Terhadap Perkembangan Peradaban Islam di Mesir,
Skripsi. Makassar: UIN Alauddin Makasar., Hal 26. 29Shobari Imam, Arief, 2008, Perang Salib Pertama 488-539 H/ 1095-1144 M : Deskripsi Ekspansi
Tentara Salib dan Respon Umat Islam, Skripsi. Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
hal 4
30
upaya Fatimiyah untuk kepada melemahkan kekuasaan Abbasiyah atas dunia
Islam dan kaum muslimin. Mesir juga diberkahi dengan kesuburan tanahnya
terutama yang berada di sekitar Sungai Nil dengan menghasilkan berbagai jenis
komoditas seperti beras, gandum, jeruk, sayuran, kurma, tebu, dan berbagai
komoditas lainnya sehingga membuat Mesir menjadi daerah yang kaya dan
strategis secara ekonomi30.
Hal inilah yang mendorong Sultan Nuruddin Mahmud mengirim pasukan
militernya ke Mesir dengan dipimpin oleh seorang Jenderal dari suku Kurdi yang
bernama Assadudin Syirkuh. Ekspedisi ini juga didasari atas permintaan Syawar
kepada Nuruddin untuk membantunya merebut kembali posisinya sebagai vizier
Dinasti Fatimiyyah pada tahun 1164 M31. Tak hanya itu, Raja Almaric I juga
mengirim ekspedisi serupa ke Mesir pada tahun yang sama untuk membantu
Dirgham mempertahankan jabatannya dari ancaman pasukan Syirkuh. Dia juga
memiliki pandangan bahwa penguasaan atas Mesir akan memberikan kontrol
yang luas terhadap perdagangan di kawasan Mediterania32. Kedua pasukan
bertemu dalam sebuah pertempuran yang terjadi di Kota Bilbais pada tahun 1164
M. Dalam pertempuran ini, pasukan Nurrudin berhasil mengalahkan tentara
Almaric dan menguasai wilayah tersebut sebagai basis operasi militer33.
30Kementrian Luar Negeri RI, 2014, Potensi Pasar Bisnis Di Mesir (ed 2015), Qairo:KBRI,
hal 29. 31Ebru Altan, 2014, Nur Al-Din Mahmud B. Zangi (1146-1174): One of The Prominent Leaders of
The Struggle Against The Crusaders, İstanbul: İstanbul University., hal 66 32Alan V. Muray, 2015, The Grand Design of Gilbert of Assailly : The Order of the Hospital in
The Projected Conquest of Egypt by King Almaric of Jerusalem (1168-1169), United Kingdom :
University of Leeds.,hal 9 33Stanley Lane-Pool, 2007, Saladin and The Fall of The Kingdom of Jerusalem, buku. Selangor :
The Other Press and Islamic Book Trust., hal 74
31
Kemenangan ini nantinya akan mengantarkan pada penguasaan Mesir oleh
Salahuddin Al-Ayyubi. Selama masa pemerintahannya, Salahuddin banyak
melakukan reformasi di kalangan masyarakat Mesir. Dia menghapus pajak cukai
terhadap semua komoditas perdagangan baik ekspor maupun impor dan
menggantinya dengan Zakat, mengamankan jalur kafilah dagang antara Suriah
dan Mesir, membangun jembatan dan waduk serta membersihkan endapan
sampah dari sungai Nil untuk memperlancar jaringan irigasi. Selain itu, Sultan
juga membangun banyak madrasah dan masjid khususnya sekolah-sekolah Sunni
bermahzab Syafi’i di Kairo dan Al-Qarafah tahun 1171 M dan sekolah Sunni
bermahzab Maliki di kota Alexandria seperti madrasah Nasriyah, Qamhiyah,
Suyufiyah, dan Salahiyah34. Bahkan, Salahuddin telah membangun 430 Masjid di
Damaskus dan daerah sekitarnya sebagai tempat ibadah dan pengajaran agama35.
Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Salahudin ini terbukti berhasil dalam
menyatukan kaum muslimin di Suriah, Arab, dan Mesir dalam satu komando
kepemimpinan untuk membebaskan Yerusalem.
Rakyat Kurdi sangat menghormati jasa-jasa Salahudin Al Ayubi. Bukan
hanya sebagai pembebas Yerusalem, namun juga sebagai kebanggaan nasional.
Kemampuan Salahuddin dalam memimpin pembebasan Yerusalem telah
mengakhiri konflik berkepanjangan antara Sunni dan Syiah. Selain itu,
kemenangan ini juga menimbulkan kekaguman yang mendalam terutama atas
sikap mulianya ketika dia membiarkan orang-orang Kristen pergi dari Yerusalem
34Isa Mahmoud Alazzam, 2014, The Economic and Social Life in Egypt during the Reign of
Ayyubid Sultan Saladin (567 AH-1171 AD)-589 AH/1193 AD) :a Vision through the Journey
(Rihlat) of Ibn Jubair, Jordan : Jordan University of Science and Technology., hal 66-69. 35Stephanie Mulder, 2014, Mosques Under The Ayyubids., Cambridge : Cambridge University
Press.,hal 1
32
tanpa disakiti sedikitpun. Hal inilah yang kemudian menambah semangat jihad
kaum muslim dalam menegakkan agama Islam36. Bahkan, hal lain yang membuat
orang-orang Kurdi bangga dengan Salahuddin adalah sikap toleransi dan
kemurahan hatinya yang ditunjukkan kepada para musuh-musuhnya dimana dia
menjamin keselamatan jiwa dan harta mereka dari pengrusakan atau penjarahan37.
Pada masa daulah Abbasiyah, Kurdi memainkan peranan penting dalam
menjaga keberadaan entitas kekhalifahan Abbasiyah dari invasi kerajaan lain.
Salah satunya adalah keterlibatan Kurdi dalam perang Mandzikert pada tanggal 26
Agustus 1071 M. Perang ini terjadi antara Turki Saljuk melawan pasukan
Byzantium yang melakukan penyerangan ke wilayah Maladzkirt, Turki. Awalnya,
perang ini disebabkan oleh adanya penaklukan terhadap kota Ani di Turki timur
pada 1064 M. Kaisar Romanus Diogenes IV mengerahkan pasukan besar untuk
menghadang pergerakan Seljuk di wilayah Jazira dan Armenia sebagai jalan
masuk menuju ke Konstantinopel atau Istanbul38. Pasukan ini bergerak keluar dari
Konstantinopel 31 Maret 1071 menuju ke Isfahan, Iran untuk menaklukkan
Seljuk. Tindakan ini tentu saja sangat mengancam daulah Abbasiyah karena Turki
Seljuk yang menguasai kekhalifahan. Jika Seljuk jatuh, maka daulah Abbasiyah
juga akan ikut jatuh dan wilayah Islam akan dikuasai oleh Byzantium. Maka,
Sultan Alp Arsalan memimpin pasukan Turki Seljuk menuju ke Anatolia, Turki
untuk menghadang laju pasukan Romanus. Di tengah perjalanan, pasukan Alp
36Asti Latika Sofi, 2009, Peran Salahuddin Al-Ayubi dalam Perang Salib ke III ( 1187-1192M),
Skripsi. Depok : Universitas Indonesia., hal 42. 37Aiman Sanad Al-Garrallah. 2010, Saladin’s Chivary in Arabic 12th Century Poetry, Jordan : Al-
Hussein Bin Talal University., hal 15 38 Kamaruzaman Yusoff dkk, 2014, Preparation The Battle of Manzikert in 1071 A.D. and Its
Consequences to the Byzantine Empire, Universiti Teknologi Malaysia : UTM Press., hal 2.
33
Arsalan mendapatkan bala bantuan sebesar 10000 pasukan berkuda dari negara
Kurdi Mervani, yang terletak di Diyarbakir,Turki39. Kedua pasukan bertemu di
dataran Manzikert dan terjadi pertempuran sengit diantara kedua belah pihak.
Dalam pertempuran tersebut, Pasukan Byzantium berhasil dikalahkan dan Kaisar
Romanus ditawan oleh Sultan Alp Arsalan. Kemenangan ini telah membuka
wilayah Byzantium di Anatolia jatuh ke tangan Turki Seljuk40.
Berlanjut di masa Turki Usmani, bangsa Kurdi dikenal sebagai salah satu
pasukan penyerang yang cukup disegani dalam militer Usmani. Kemampuan
pasukan ini juga dapat disamakan dengan pasukan kavaleri Sipahi41 yang sangat
disegani oleh negara Eropa di abad ke 15 dan 16 sebagai salah satu unit penyerang
yang mematikan. Jauh sebelum itu, Pasukan Kurdi telah ikut ambil bagian sebagai
pasukan pemanah berkuda pada perang Kosovo pada tanggal 15 juni 1389 dimana
Sultan Murad I menempatkannya di garis terdepan dalam menghadapi serbuan
tentara Serbia di bawah pimpinan Lazar. Pasukan Usmani berhasil keluar sebagai
pemenangnya.
Pasukan Kurdi juga terbukti mampu menangkal invasi Safawi Persia ke
wilayah Mesopotamia. dari tahun 1596-1598, Abbas 1 menyerang wilayah
Usmani di Irak namun berhasil dipukul mundur oleh pasukan gabungan Kurdi,
39Lihat pada Harp Tarihi, Malazgirt Muharebesi (1071) : Haritada tarih dan dipublish pada 24
agustus 2017 40M. IQBAL HASBY A, 2017, Perang Salib III : Faktor Penyebab, Peran dan Perjuangan
Shalahuddin Al Ayyubi, Skripsi. Cirebon: IAIN Syech Nurjati Cirebon., hal 7. 41Pasukan ini memainkan peran penting dalam segala ekspedisi Usmani. Mereka direkrut dari
tentara Azab atau Janisari yang tidak masuk dalam pasukan infanteri. Pasukan ini menggunakan
armor yang lebih berat dan difungsikan untuk mendobrak garis pertahanan musuh. Selain itu,
Sipahi juga difungsikan sebagai pengawal sayap dalam berbagai peperangan. Biasanya mereka
juga terdiri para bangsawan atau golongan aristokrat dari negara-negara vasalnya. Lihat pada karya
Mesut Uyar dan Edward J, Erickson,2009,A Military History of The Ottoman , California: Praeger
Security International.
34
Arab, dan Turki. Bahkan, pasukan ini mampu melakukan serangan balik jauh ke
dalam wilayah Safawi 42. Hal ini juga terjadi bersamaan dengan terjadinya perang
Keresztes pada 24-26 Oktober 1596 M. Peperangan ini terjadi antara pasukan
Sultan Muhammad III melawan pasukan koalisi Eropa di bawah komando
Archiduke Maximiliam III dari Austria di daerah Keresztes yang masuk ke dalam
wilayah Hungaria sekarang. Dalam peperangan ini, pasukan Eropa berkekuatan
300.000 tentara lengkap dengan 300 meriam buatan Jerman. Sedangkan, di pihak
Usmani hanya memiliki 100.000 pasukan. Peperangan ini berlangsung amat
sengit dan diwarnai dengan serangan gencar dari kedua belah pihak. Akhirnya,
pasukan Turki Usmani berhasil memenangkan peperangan ini.
Lebih dari itu, peranan Kurdi juga terlihat pada pertempuran Caldiran
antara Turki Usmani melawan Kerajaan Safawi pada tahun 1514 M. Wilayah
Caldiran sekarang terletak di barat laut Iran. Dalam perang ini, Turki Usmani
berhasil mengalahkan tentara Safawi yang dipimpin oleh Shah Ismail 1 sehingga
memaksanya untuk menandatangani perjanjian Qasr-e Shirin yang berisi tentang
pemecahan wilayah Kurdistan dan gencatan senjata antara Turki Usmani dan
Safawi43. Turki Usmani memberikan hibah wilayah kepada Kurdi di daerah
Diyarbakir yang berlokasi di sebelah tenggara Turki, sebagai imbalan atas
bantuan mereka dalam peperangan tersebut 44. Selain itu, orang-orang Kurdi juga
diberikan kekuasaan otonom oleh Sultan Selim 1 dengan 16 daerah kepangeranan
42Alauddin, 2012, Pendidikan Islam Masa Tiga Kerajaan Islam : Syafawi, Turki Usmani Dan
Mughal, Skripsi. Ulul Albab., hal 97 43Ibid, 14 44Ela Hikmah Hayati, 2017, Kebijakan Politik Mustafa Kemal Ataturk terhadap Suku Kurdi di
Turki 1923-1938 M, Jakarta:UIN Syahid Jakarta., hal 235
35
sebagai struktur politik Usmani dalam menghadapi ancaman militer Safawi
kedepannya45. Maka, adanya pemberian wilayah dan kekuasaan otonom ini
memberikan hubungan yang baik antara Kekhalifahan Turki Usmani dengan etnis
Kurdi yang bertahan hingga tahun 1800-an.
Setelah tahun 1800, hubungan Turki Usmani dengan etnis Kurdi
memburuk. Hal ini dipicu oleh adanya gerakan reformasi yang dilakukan oleh
Sultan Selim III (1789-1808 M) dengan melakukan pemusatan kekuasaan ke
pemerintah pusat dan pembentukan unit tentara baru yang bernama Nizam-i Cedid
Ordusu atau pasukan order baru. Kekuasaan otonom yang dimiliki oleh Etnis
Kurdi sejak masa Sultan Selim I mulai terancam dengan intervensi Usmani
terhadap penunjukan Khalid Pasha sebagai Gubernur Suleymaniyah di Irak utara
pada tahun 1805. Hal ini memicu terjadinya pemberontakan yang dilakukan oleh
Abdurahman Pasha pada tahun 1806 karena merasa penunjukkan Khalid Pasha
melanggar kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Kesepakatan tersebut
menyatakan bahwa jika seorang kepala suku Kurdi meninggal, maka kekuasaan
diteruskan kepada anaknya yang berasal dari keluarga yang sama46.
Kemudian, di masa Sultan Mahmud II (1808-1839 M), Kekhalifahan
Turki Usmani menolak untuk berhubungan dengan para penguasa lokal Kurdi
sebagai upaya pembatasan pengaruhnya. Selain itu, penerapan prinsip
desentralisasi dan kemerosotan ekonomi yang parah sebagai akibat dari
ketidakmampuan Usmani dalam mengelola wilayahnya yang luas juga menjadi
45Vicken Cheterian, 2017, Kurdish Military Formations in Middle Eastern Battlefields, Report.
Geneva Academy : Academy of International Humanitarian Law and Human Rights., hal 2 46Rahman DAG, 2014, Ottoman Reforms and Kurdish Reactions in the 19th Century, Turkey :
Science-Literature Faculty Nubihar Academy., hal 52-53.
36
salah satu bentuk kekecewaaan rakyat Kurdi terhadap Khilafah. Apalagi,
kekalahan Turki di banyak medan peperangan juga semakin membebani keuangan
negara sehingga menimbulkan krisis47. Ditambah lagi, kondisi ini diperparah
dengan pengiriman pasukan Usmani ke wilayah Kurdistan untuk menghapus
kekuasaan semi-otonom yang dimiliki Etnis Kurdi dan mengembalikannya kepada
pemeritah pusat48. Hal inilah yang kemudian menimbulkan pemberontakan Kurdi
yang dipimpin oleh Mir Muhammad pada tahun 1833 M.
Pemberontakan ini dilakukan oleh suku Kurdi di Rawanduz dimana
ditandai dengan penyerangan pada suku-suku di sekitarnya seperti Shirwan,
Baradust, Surchi, Khushnaw and Mamash. Dia juga menyerang emirat Bahdinan
yang dipimpin oleh Mir Said di Mosul, Irak dan menyebabkan jatuhnya kota Aqra
pada tahun 1833 M. Pasukan Usmani kemudian dikerahkan dibawa pimpinan
Rashid Muhammad Pasha untuk menumpas gerakan Mir Muhammad pada tahun
1834 M49. Sayangnya, pasukan Rashid Pasha berhasil dikalahkan dan memaksa
mereka untuk mundur. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Mir Muhammad
dengan melakukan penaklukan Barat daya Iran hingga Azerbaijan Selatan pada
tahun 1835 M. Turki Usmani mengirimkan ekspedisi militer kedua untuk
menguasai Rawanduz pada tahun 1836 M. Kedatangan pasukan baru ini membuat
Mir Muhammad dan pasukannya terpaksa mundur ke Rawanduz dengan
menempatkan 40.000 pasukan. Mir Muhammad juga mengirim utusan kepada
Shah Iran untuk meminta bantuan militer namun ditolak. Pasukan Usmani
47M. Bisri Djalil, 2017, Kemunduran Dan Perkembangan Politik Turki Uthmani, Jurnal Lentera :
STAIN Kediri dan DPK STAIM Kertosono Nganjuk., hal 189 48 Maya Arakon, 2014, Kurds At The Transition from The Ottoman Empire to The Turkish
Republic, Istanbul : Süleyman Şah University., Hal 140 49David Mc Dowald, A Modern History of The Kurds, hal 42-43
37
mengepung Rawanduz dan berhasil membuat Mir Muhammad menyerah. Dia
kemudian diasingkan ke Istanbul selama 6 bulan. Setelah itu, Sultan mengijinkan
dia untuk kembali ke Kurdistan. Namun, Mir Muhammad terbunuh oleh orang
suruhan Sultan di Trebizond pada tahun 1837 M ketika sedang dalam perjalanan
kembali ke negeri asalnya50.
Namun, kondisi di Kurdistan belum sepenuhnya stabil. Ada seorang tokoh
Kurdi lainnya yang melakukan pemberontakan kepada Turki Usmani yaitu
penguasa wilayah Buhtan yang bernama Badr Khan. Pemberontakan ini awalnya
didasari oleh adanya penentangan terhadap kebijakan sentralisasi Usmani dan
pembentukan kembali wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaannya
seperti daerah Cizre, Turki Tenggara dimasukkan ke dalam kegurbenuran
Mosul51. Ditambah lagi, persaingan antara orang-orang Asyiria dan Kurdi yaitu
Nurullah dan Sulaiman Beg untuk memperebutkan jabatan sebagai pemimpin
keemiran Hakkari, Turki Tenggara telah membuat konflik ini semakin memanas.
Lebih dari itu, pengkhianatan yang dilakukan oleh pasukan Assyiria ketika
mereka tiba-tiba mundur dari wilayah Dawoodiyah sehingga membuat pasukan
Usmani yang dipimpin oleh Beikrakdar dapat merebut kota Amadiya dari tangan
Kurdi pada tahun 1842 telah mendorong orang-orang Kurdi untuk melakukan
pembalasan kepada etnis Asyiria52. Pada tahun 1843, Badr Khan beserta 70.000
pasukan melakukan invasi ke wilayah Nestorian dan membunuh puluhan ribu
orang-orang kristen Asyiria disana. Kemudian, pada tahun 1845, Badr Khan dan
50 Gerard Chaliand, 1993, A People Without the Country: The Kurds and Kurdistan, buku.
London: Zed Books Ltd., hal 18-20. 51 Rahman DAG, Ottoman Reforms and Kurdish Reactions in the19th Century, hal 62 52 Hirmis Aboona, 2008, Assyrians, Kurds, and The Ottomans : Intercommunal relations on the
periphery of the Ottoman empire, buku. New York : Cambria Press., hal 185
38
pasukannya kembali melakukan serangan ke wilayah yang sama. Hal ini
kemudian menimbulkan protes dari Inggris dan Perancis terhadap invasi
tersebut53.Turki Usmani mengirimkan ekspedisi pasukan untuk Badr Khan pada
tahun 1847. Ekspedisi ini berhasil mengalahkan pasukan Badr Khan sehingga
memaksanya untuk mundur dan melakukan taktik gerilya. Namun, hal ini tidak
bertahan lama setelah Badr Khan dan Nurullah terkepung di wilayah Urukh, Irak
selama 8 bulan. Mereka beserta keluarganya tertangkap dan dibuang dibuang ke
Pulau Crete, Yunani pada tahun 185054.
Pada tahun 1880, muncullah pemberontakan Kurdi yang dipimpin oleh
Syaikh Ubaidullah di kota Shamdinan, Provinsi Hakari, Turki Tenggara terhadap
Kekhilafahan Turki Usmani55. Pemberontakan ini didukung oleh 220 pemimpin
suku dan ulama Kurdi serta perwakilan dari beberapa wilayah seperti
Sulaymaniyah, Amedy, Horaman, Botan, Sason, Sirt, Diyarbakir, Moush, Van
dan daerah-daerah disekitarnya melalui Kurdistan National Congress di
Shamdinan pada tahun yang sama. Syaikh Ubaidullah mengirimkan surat utusan
ke pemimpin Persia untuk kota Urmia, barat daya Iran untuk menegaskan
pemberontakaanya sebagai perlawanan terhadap penindasan kepada etnis Kurdi
oleh otoritas Persia. Selain itu, Syaikh Ubaidullah juga meminta dukungan
internasional melalui British General Consule di Tabriz dengan menjamin
keselamatan dan hak orang-orang Kristen di Kurdistan. Pasukan Ubaidillah
berhasil menguasai daerah Urmia dengan kekuatan 50.000 tentara. Namun,
53David Mc Dowall, 45-47 54 John Joseph, 2000, The Modern Assyirians of the Middle East : Encounters with Western
Christian Missions, archeologists, and colonial powers. Buku, Leiden : Koninklijke Brill NV., hal
85 55Ahmad Sahide, Suku Kurdi dan Potensi Konflik di Timur Tengah, 141
39
pemberontakan ini segera dipadamkan oleh pasukan gabungan Iran, Turki
Usmani, dan Rusia sehingga memaksanya menyerah pada tahun 1883. Setelah
tertangkap, dia diasingkan ke Hijaz dan meninggal di kota Madinah56.
Pada masa Sultan Abdul Hamid II (1876-1909), hubungan antara Etnis
Kurdi dan Turki Usmani mulai membaik. Hal ini ditunjukkan dengan kebijakan
yang dikeluarkan Sultan untuk membuat pemukiman permanen bagi masyarakat
nomaden Kurdi di wilayah Anatolia Timur, serta pembentukan pasukan baru
Kurdi yang bernama Kavaleri Hamidiyah pada tahun 189257. Kavaleri Hamidiyah
merupakan pasukan kavaleri khusus dalam struktur kemiliteran Turki Usmani
yang bertugas mencegah pemberontakan Kurdi serta mempertahankan wilayah
Mesopotamia (Irak dan sekitarnya) dari ancaman Rusia dan Armenia58. Prestasi
lainnya adalah Sultan mampu melunasi sebagian besar hutang Turki Usmani yang
mencapai 252 juta lira emas59 dengan melakukan audit dan pembatasan keuangan
negara.
Pada tahun 1916, dibuatlah perjanjian rahasia Sykest-Pycot yang
dilakukan oleh Inggris dan Perancis dimana mereka membagi wilayah-wilayah
Arab di sekitarnya serta menjadikan Jerusalem di Palestina sebagai wilayah
56 Jawad Mella, 2005, Kurdistan and The Kurds : A Divided Homeland and a Nation without State,
Buku. London : Western Kurdistan Associations., hal 77-78 57 Sekine Özten, 2009, Early Awakening of The Kurdish National Sentiments in The Ottoman
Empire (1880- 1914), Thesis. Ankara: Middle East Technical University., hal 63 dan 65 58 M. Arfan Mu’ammar, 2016, Kritik Terhadap Sekularisasi Turki : Telaah Historis Transformasi
Turki Usmani, Surabaya: Universitas Muhammadiyah Surabaya, Epistemé, Vol. 11, No. 1, hal
127 59Rizka Kusuma Rahmawati, 2017, Studi Historis Kebijakan Luar Negeri Sultan Abdul Hamid II
di Daulah ‘Utsmaniyah (1876-1909 M), Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Vol. I No. 1
hal 198
40
Internasional60. Dalam perjanjian ini, wilayah Kurdistan dibagi dan dikuasai oleh
Inggris dan Prancis tanpa memberikan janji kemerdekaan bagi terbentuknya
negara Kurdi61. Setelah kekalahan Turki Usmani dalam Perang dunia 1, dibuatlah
perjanjian Sevres pada tanggal 10 Agustus 1920. Isinya adalah wilayah Kurdistan
diberikan hak kemerdekaan. Hal ini yang kemudian mendorong terjadinya
pemberontakan Kurdi yang dipimpin oleh Mahmud Barzanji di Irak utara dimana
mereka menuntut kepada Inggris agar pelaksanannya diberikan sepenuhnya
kepada masyarakat Kurdi.
Akan tetapi, hasil dari perjanjian Sevres dibatalkan setelah adanya
penandatanganan perjanjian Laussane pada tahun 1923. Perjanjian ini berisi
bahwa wilayah Kurdistan dibagi dan dimasukkan ke dalam wilayah beberapa
negara Timur Tengah seperti Irak, Iran, Turki, dan Suriah. Hal ini menghancurkan
persatuan Kurdi dan membuat mereka sering dijadikan sebagai sasaran
penindasan. Salah satunya adalah perlakuan rezim Mustafa Kemal Pasha terhadap
etnis Kurdi yang tinggal di Turki dimana pemerintah menerapkan kebijakan
sekuler seperti melarang pemakaian bahasa Kurdi dan diganti dengan bahasa
Turki, penggantian model pakaian adat Kurdi ke pakaian ala Eropa, memaksa
rakyat Kurdi untuk belajar di sekolah-sekolah umum, serta memaksa para
perempuan Kurdi untuk menjadi istri dari para pejabat Turki62.
Dari sini, rakyat Kurdi menyadari bahwa perjuangan kemerdekaannya
tidak bisa dilakukan jika mengandalkan pada perjanjian diplomatik dengan
60Sikap Politik Pers Dalam Konflik Israel-Palestina Pasca Serangan di Jalur Gaza, 2008, hal 2
dan diakses dari http://e-journal.uajy.ac.id/3244/2/1KOM02815.pdf 61 David Pollock, 2016, The Line That Bind : 100 years of Sykot-Pycot, Wshington DC : The
Washington Institute for Near East Policy., hal 32 62Rizka Kusuma Rahmawati, hal, 233
41
negara-negara timur tengah. Mereka melihat cara yang lebih utama adalah dengan
melalui gerakan bersenjata. Maka, pada abad ke-20, perjuangan Kurdi banyak
diwarnai dengan perlawanan fisik terutama yang terjadi di Irak utara. Berbagai
peristiwa penting telah terjadi seperti pemberontakan Kurdi Irak di tahun
1961,1974,1983, Tragedi Halabja tentang genosida Kurdi di Irak Utara tahun
1988, hingga pembentukan daerah otonom Kurdi pada 1991. Semua itu
merupakan bentuk upaya rakyat Kurdi untuk dapat memerintah di tanah mereka
sendiri. Perjuangan tersebut masih tetap berlanjut hingga sekarang.
2.2 Bentuk-bentuk gerakan perjuangan Kurdi
Niat tanpa usaha tentunya tidak akan menghasilkan apa-apa melainkan
hanya imajinasi semata. Perjuangan dan pengorbanan amatlah penting demi
tercapainya sebuah tujuan. Begitu pula, dengan apa yang dialami oleh rakyat
Kurdi, khususnya yang tinggal di Irak. Keinginan untuk mendirikan negara
Kurdistan tidak akan pernah terwujud tanpa adanya pengorbanan dan upaya dari
rakyat Kurdi itu sendiri. Maka dari itu, etnis Kurdi amat menyadari pentingnya
sebuah organisasi atau badan yang dapat menjembatani kepentingan mereka.
Di dalam sub bab II ini, penulis akan memaparkan tentang bentuk-bentuk
perjuangan rakyat Kurdi dalam upayanya untuk mendirikan negara Kurdistan
yaitu melalui PKK (Partai Pekerja Kurdistan) dan KRG (Kurdistan Regional
Government). Kedua bentuk perjuangan ini amat memiliki keterkaitan dengan
perjuangan masyarakat Kurdi Irak dimana kedua-duanya mencerminkan tentang
aspirasi mereka untuk memiliki negara sendiri. Pembahasan dari keduanya
42
dititikberatkan pada sejarah serta pengaruhnya terhadap perjuangan yang sudah
dilakukan
2.2.1 PKK
PKK (Partiya Karkêren Kurdistan atau the Kurdistan Workers’ Party)
merupakan kelompok bersenjata Kurdi yang dibentuk pada tahun 1974 oleh
Abdullah Ocalan di Turki. Kelompok ini beroperasi di hampir seluruh wilayah
Kurdistan. Mereka memiliki tujuan untuk melakukan penyatuan terhadap semua
etnis Kurdi yang tinggal di negara-negara Timur Tengah serta pendirian negara
Kurdistan yang berdaulat63. Alasannya adalah karena negara-negara tersebut telah
melakukan serangkaian penindasan terhadap rakyat Kurdi. Maka dari itu, PKK
menggunakan taktik gerilya untuk menjalankan aktivitasnya64.
Latar belakang gerakan PKK juga dilihat pada kondisi etnis Kurdi sendiri.
Pada masa Saddam Hussein, etnis Kurdi mengalami genosida melalui operasi
Halabja 1988 dengan menggunakan gas kimia sehingga membunuh ribuan orang
Kurdi disana. Bahkan, serangan itu juga menyebabkan 20 kota Kurdi Irak
mengalami kerusakan parah.65 Tak hanya itu, Etnis Kurdi di Turki juga
mengalami penindasan akibat kebijakan Mustafa Kemal Pasha yang melakukan
“Turkifikasi” pada tahun 1925. Kebijakan ini berisi pelarangan terhadap
pemakaian bahasa Kurdi di tempat-tempat umum. Sekolah-sekolah tradisional
63Joost Jongerden & Ahmet Hamdi Akkaya, 2016, Kurds and the PKK, Netherlands : John Wiley
& Sons, Ltd., hal 3. 64 Marlies Casier, 2016, Designated terrorists : The Kurdistan Workers’ Party and its Struggle to
(Re)Gain Political Legitimacy, Flanders : Ghent University., hal 3 65 European Union, 2013, The Kurdish Genocide : Achieving Justice through EU Recognition,
Report., hal 3
43
Kurdi ditutup dan semua publikasi harus menggunakan bahasa Turki66. Maka dari
itu, PKK menilai bahwa upaya-upaya diplomatis tidak lagi efektif dan kekuatan
bersenjata digunakan untuk melawan penindasan diatas.
Pergerakan masif PKK dimulai pada tahun 1978 dengan melancarkan
serangkaian pemboman di wilayah Turki Tenggara. Pada tahun 1980, PKK keluar
dari Turki dan mengungsi ke Syria setelah terjadinya kudeta militer yang
mengambil alih pemerintahan negara sebagai akibat dari ketidakstabilan politik
pasca kudeta militer 197067. Selain itu, pihak militer juga menganggap bahwa
meningkatnya gerakan Islamis akan mengancam keberadaan Sekulerisme Kemal
dan menghancurkan persatuan bangsa68. Selama tahun 1979-1984, PKK
melakukan serangkaian konsolidasi dan pembangunan basis ideologis bagi para
anggotanya agar dapat mendukung perjuangan mereka selanjutnya.
Dalam perkembangannya, PKK mengalami penambahan personil yang
sangat signifikan yaitu sebesar 10.000 unit pasukan gerilya ditambah dengan
50.000 anggota milisi rakyat. Pada tahun 1984, PKK melakukan serangan ke
perbatasan Irak-Turki namun segera didesak mundur oleh pasukan Irak. Hal itu
segera diikuti dengan penyerangan pasukan Turki ke wilayah pertahanan PKK di
Provinsi Hakkari dan berhasil mengusir PKK keluar dari Turki pada tahun 199369.
Kemudian, PKK memindahkan basis operasinya di wilayah pegunungan Qandil,
66Ceng Sagnic, 2010, Mountain Turks : State ideology and the Kurds in Turkey, Israel : Ben-
Gurion University., hal 130 67 Francis O’Connor, 2017, The Kurdish Movement in Turkey : Between Political Differentiation
and Violent Confrontation, Frankfurt : Peace Research Institute., hal 6 68Akhmad Rizqon Khamami, 2016, ERDOĞAN VERSUS GÜLEN: Perebutan Pengaruh antara
Islam Politik Post-Islamis dengan Islam Kultural Apolitis, Al-Tahrir: IAIN Tulungagung Vol. 16,
No. 2., hal 252 69 Aliza Marcus, 2007, Blood and Belief: The PKK and the Kurdish Fight for Independence, buku.
New York and London : New York University Press., hal 1
44
Irak utara. Hal ini dipandang strategis karena rakyat Kurdi di Irak merupakan
yang paling aktif dalam menyuarakan kemerdekaan Kurdistan sehingga memiliki
kesamaan tujuan. Selain itu, kondisi pemerintahan Irak yang tidak stabil pasca
embargo ekonomi yang diberlakukan oleh AS telah memberikan peluang besar
bagi PKK untuk mengembangkan organisasinya menjadi lebih besar70.
PKK melakukan aksi-aksi pemboman di berbagai wilayah di Turki
tenggara yang menyebabkan lebih dari 40.000 orang tewas. Aksi-aksi yang
mereka lakukan ini membuat Turki dan negara-negara barat seperti Australia,
Inggris, Kanada, Jerman, Belanda, dan AS mengklasifikasikan PKK sebagai
organisasi teroris71. Turki telah melakukan berbagai upaya untuk melemahkan
pergerakan PKK seperti menggelar operasi militer besar-besaran di wilayah
Diyarbakir, Mardin, Şırnak, dan Hakkari untuk menghancurkan basis-basis
pertahanan PKK selama tahun 2015-201672, pengiriman 10.000 tentara Turki
beserta dengan serangan udara untuk melakukan pengeboman ke wilayah-wilayah
yang dikuasai PKK di kawasan pegunungan Irak utara pada tahun 200773, serta
menjalin rekonsiliasi dengan etnis Kurdi dimana larangan memakai bahasa Kurdi
di tempat publik dicabut dan pembangunan ekonomi secara masif untuk
mendapatkan simpati masyarakat di tahun 200974. Namun, upaya ini tidak
70Henri J. Barkey, 2010, Turkey’s New Engagement in Iraq : Embracing Iraqi Kurdistan, Report.
Washington DC : United States Institute of Peace., hal 2 71Stefano M. Torelli and Paolo Magri, 2016, Kurdistan : An Invisible Nation, ISPI: Milano., hal 32 72 ISDP, 2016, Turkey's Kurdish Confict: 2015-Present, Stockholm : Institute for Security and
Development policy., hal 2 73 Inga Rogg dan Hans Rimscha, 2007, The Kurds as parties to and victims of conflicts in Iraq,
buku., Red Cross., hal 825 74Halil M. Karaveli, 2010, Reconciling Statism with Freedom :Turkey’s Kurdish Opening,
Washington : Central Asia-Caucasus Institute & Silk Road Studies Program., Hal 9
45
membatasi pergerakan PKK bahkan mampu menyebar hingga ke Suriah, Irak, dan
Iran.
Di Suriah, PKK menjalin kontak dengan para pejuang Palestina yang
mengungsi akibat dari pendudukan Israel. Disini, para pejuang PKK melakukan
pelatihan bersama dengan mereka untuk meningkatkan kemampuan militernya.
Selain itu, mereka juga mendapatkan bantuan dana dari orang-orang Kurdi yang
mengungsi di Eropa. Selain itu, Suriah juga memanfaatkan PKK sebagai alat
untuk meraih simpati masyarakat Kurdi Suriah namun tidak berhasil karena
kurangnya dukungan dari masyarakat itu sendiri75. PKK telah membentuk sebuah
partai politik Kurdi Suriah yang bernama Democratic Union Party (PYD) pada
tahun 2003. Bukan hanya itu, PKK juga membangun paramiliter baru yaitu The
People Proctection Unit (YPG) setelah terjadi kerusuhan anti-pemerintah di
Qamisli, Suriah utara pada tahun 2004. Kelompok ini bergerak secara rahasia dan
mulai menunjukkan eksisitensinya ketika konflik Suriah mulai berjalan pada
tahun 201276. Pada tahun 2012, demonstrasi masyarakat di Suriah berubah
menjadi perang sipil sehingga PYD berhasil menguasai sebagian besar wilayah
Kurdi di Suriah utara.
75Ross Dayton, 2013, Identity and Conflict: PKK vs. Turkey (1984-Present), Jack D. Gordon
Institute for Public Policy : Florida International University., hal 4-5 76 Kyle Orton, 2017, The Forgotten Foreign Fighters : The PKK in Syria, London : The Henry
Jackson Society., hal 25
46
Di Irak, PKK mendirikan sebuah partai politik yang bernama Kurdistan
Democratic Solution Party (PCDK) pada tahun 2002. PCDK sendiri adalah partai
politik yang memiliki kandidat tertinggi dari kalangan wanita yaitu sebanyak 366
orang menurut Iraqi High Electoral Commissions (IHEC)77. Selama terjadinya
perang sipil antara KDP dan PUK (1994-1998), PKK bersikap netral dan
melakukan serangkaian kegiatan pemboman di wilayah Irak utara. Hal ini
menyebabkan konflik yang ada menjadi semakin kompleks. Selain itu, aktivitas
PKK juga membuat AS tidak bisa mendapatkan pengaruh yang kuat di kawasan
tersebut. Setelah KDP dan PUK sepakat berdamai melalui Washington Agreement
1998, PKK menjadi sasaran target operasi militer gabungan antara tentara Turki
dan pejuang KDP78. Hal sebagai salah satu janji Kurdi Irak untuk menentang
segala aktivitas PKK di wilayah Kurdistan Irak serta mencegah konflik bersenjata
yang lebih parah di kalangan orang-orang Kurdi79.
Ketika terjadi Perang Teluk pada tahun 1980-1988, PKK memanfaatkan
kondisi tersebut dengan menjadikan wilayah Irak utara sebagai daerah pelarian.
Hal ini dibuktikan dengan adanya kerjasama yang baik antara PKK dengan KDP
(Kurdistan Democratic Party) yang saat itu juga sedang berperang melawan
pemerintahan Saddam Hussein80. Kerjasama ini dilakukan dengan harapan dapat
membantu KDP dalam menghadapi tentara Irak yang melakukan serangan ke
77 Nawzad Mahmoud dalam Despite Uneven Playing Field, Women Hope for Greater Wins in
Kurdistan Polls dan diakses dari https://www.rudaw.net/english/kurdistan/04092013 tanggal 04-
09-2013 78 Piotr Sosnowski, 2016, Characteristics of selected security threats in the Kurdistan Region in
Iraq, Warsaw : National Defence University., hal 62 79 Anush Arakelyan, 2013, Emerging Paradigms of Kurdish Nationhood in the Middle East, Tesis.
Yerevan : American University of Armenia., hal 44 80 Funda Keskin , 2008, Turkey’s Trans-Border Operations in Northern Iraq: Before and after the
Invasion of Iraq, Ankara: University of Ankara., hal 61
47
wilayahnya. Selain itu, juga karena didorong oleh kesamaan etnis dan tujuan yaitu
sama-sama orang Kurdi sehingga dapat menjalin persatuan diantara mereka.
Namun, kehadiran PKK di Irak utara justru menimbulkan masalah bagi kekuasaan
politik KDP dan PUK ( Patriotic Union of Kurdistan). Pasalnya, PKK berhasil
mendapatkan dukungan yang besar dari masyarakat Kurdi di Irak. Ditambah lagi,
konflik internal antara KDP dan PUK sebagai akibat dari ketidakmampuan
mereka dalam membangun pemerintahan yang solid telah menimbulkan
kekecewaan di kalangan masyarakat Kurdi Irak81. Masyarakat melihat bahwa
perjuangan PKK benar-benar murni untuk kepentingan Kurdi sehingga mereka
memilih untuk mendukungnya.
Maka, untuk mengurangi kekuasaan politik PKK di Irak utara, kedua
partai tersebut melakukan kerjasama dengan Turki dimana mereka mengizinkan
Turki untuk memasuki wilayah Irak seluas lima kilometer persegi untuk
memberangus keberadaan PKK yang bersembunyi disana. Tindakan ini sangat
membantu Turki dalam melakukan penyerangan ke basis militan PKK setelah
sebelumnya sebanyak 500 anggota PKK menyerang wilayah Turki di daerah
Şemdinli-Derecik, Provinsi Hakkari pada tahun 199282. PKK melakukan serangan
balasan ke Turki pada 1998, namun berhasil dipatahkan oleh militer Turki.
Di Iran, PKK membentuk suatu organisasi politik yang bernama Kurdistan
Free Life Party (PJAK) pada tahun 2004. Organisasi ini merupakan kelompok
sayap kiri yang menggunakan kekuatan bersenjata melawan pemerintah Iran.
mereka beroperasi di barat daya Iran yaitu Provinsi Azerbaijan barat, Provinsi
81 Gallia M Lindenstrauss, 2007, Turkey vs. the Kurds in Northern Iraq: Approaching Military
Intervention?, Institute for National Security Studies Volume 10, No. 2., hal 93 82 Ibid, 61
48
Kurdistan, dan Provinsi Kermanshah83. Pemerintah Iran menganggap PJAK
sebagai agen AS dan Israel untuk menciptakan instabilitas keamanan di wilayah
tersebut. Meski begitu, kemampuan PJAK dalam menjalankan aktivitas sosial dan
budaya sambil melakukan serangan-serangan gerilya ke pos-pos militer dekat
perbatasan Irak-Iran begitu mengesankan. Hal inilah yang membuat banyak
partai-partai politik Kurdi yang memisahkan PJAK dari agenda politik Kurdi84.
Berdasarkan pembahasan diatas, semua partai-partai politik Kurdi yang berafiliasi
dengan PKK yaitu PYD/YPG, PCDK, dan PJAK berada di bawah satu organisasi
utama yaitu Kurdistan Communities Union (KCK) dengan Abdulah Ocalan
sebagai pemimpin tertinggi. Adanya KCK ini merupakan bentuk dari pemusatan
terstruktur terhadap semua organisasi atau badan-badan yang terafiliasi dengan
PKK dimana bergerak di bidang sosial dan kemasyarakatan.
Pada tahun 1999, Abdullah Ocalan tertangkap oleh agen khusus Turki di
bandara Nairobi setelah kabur dari Yunani. Ocalan kemudian dibawa ke Turki dan
dijatuhi hukuman penjara seumur hidup85. Hal ini menimbulkan perubahan besar
terhadap arah dan tujuan dari pergerakan kelompok ini. Pada tahun 2002,
diadakanlah kongres ke-8 PKK dimana mereka mengubah nama organisasinya
menjadi The Kurdistan Freedom and Democracy Congress (KADEK). Perubahan
nama ini sebagai bentuk implementasi dari ideologi demokrasi federalisme yang
83 LANDINFO, 2017, Iran: Increased Kurdish military activity in Iran. Artikel., hal 3 84Hashem Ahmadzadeh and Gareth Stansfield, 2010, The Political, Cultural, and Military Re-
Awakening of the Kurdish Nationalist Movement in Iran, Ankara : Middle East Institute., hal 25 85Miron Varouhakis, 2009, Greek Intelligence and the Capture of PKK Leader Abdullah Ocalan in
1999, Studies in Intelligence Vol. 53, No. 1., hal 4
49
digagas oleh Abdullah Ocalan86. Organisasi baru ini memiliki tujuan untuk
mengedepankan cara-cara non kekerasan dalam rangka memperjuangkan hak-hak
rakyat Kurdi. Dalam hal ini, PKK tidak lagi melihat cara kekerasan sebagai jalan
efektif dalam merealisasikan tujuannya meskipun mereka tidak meninggalkan
sepenuhnya.
Perubahan lain yang terjadi di dalam struktur organisasi PKK adalah
penggunaan ideologi demokrasi federal. Demokrasi federalism adalah suatu
bentuk demokrasi yang lebih flexibel, multikultural, dan dipengaruhi oleh sejarah
dan warisan kolektif dari suatu bangsa87. Menurut Ocalan, etnis Kurdi sudah
berupaya keras untuk mendirikan negara Kurdistan bersatu. Namun, hal ini hanya
akan menguntungkan para elit politik dan merugikan rakyat Kurdi. Sistem yang
dijalankan adalah kapitalisme yang bisa membawa kediktatoran. Orang-orang
Kurdi yang terdiri dari berbagai suku dan tinggal di wilayah-wilayah tertentu,
tidak perlu untuk menyatukan diri ke dalam sebuah negara Kurdistan bersatu.
Masing-masing suku atau komunitas Kurdi berhak untuk membentuk
pemerintahan sendiri berdasarkan pada demokrasi.
Ocalan juga menyatakan bahwa selama PKK masih berupaya untuk
mendirikan negara Kurdistan Raya, maka hal itu dianggap sebagai penghalang
dalam proses pembentukan Demokrasi pada masyarakat Kurdi karena terjebak
pada pertentangan politik dan ideologi dari masing-masing kelompok
86Bayram Ali Soner dkk, 2017, PKK’S REGIONAL FRANCHISE OF TERROR, Ankara :
International Center for Terrorism and Security Studies.,hal 12 87 Abdullah Ocalan, 2011, Democratic Confederalism, London : International Initiative.,hal 23
50
masyarakat88. Artinya perjuangan PKK untuk mendirikan negara Kurdistan dapat
merusak identitas dan budaya dari masyarakat Kurdi karena akan memaksa semua
elemen masyarakat Kurdi untuk melakukan merger atau penyatuan ke dalam satu
badan institusi tanpa melalui demokrasi.
PKK sendiri juga memperbolehkan wanita untuk berperan aktif di
beberapa organisasi untuk mendukung gerakan perjuangannya. Pada tahun 1995,
dibentuklah sebuah milisi wanita yang bernama YJA-STAR (The Free Women
Units) dimana bertugas untuk membantu operasi PKK89. Pembentukan ini
dikarenakan wanita-wanita Kurdi terkenal akan keberanian dan sikap pantang
menyerah dalam pertempuran. Mereka juga memiliki kesetiaan yang tinggi
terhadap partai dan cenderung mudah untuk diindoktrinasi. Ditambah lagi, adanya
sebuah anggapan umum bahwa laki-laki dianggap sebagai seorang pengecut
apabila dia terbunuh di tangan seorang wanita. Ketika mereka berpapasan dengan
para pejuang wanita Kurdi, pihak musuh bisa saja melarikan diri untuk
menyelamatkan hidup dan kehormatannya. Hal ini akan memudahkan mereka
menguasai wilayah tanpa harus mengalami resiko tinggi. Pada tahun 1999,
dibentuklah sebuah partai wanita yang bernama PAJK ( Partiya Azadiya Jin A
Kurdistan atau Party of Free Women in Kurdistan)90.
Pada tahun 2004, terjadilah gencatan senjata yang terjadi antara Turki
dengan PKK. Gencatan senjata ini diprakarsai oleh kelompok militan garis keras
88 Akkaya dan Jongerden, 2012, Reassembling the Political: The PKK and the project of Radical
Democracy, European Journal of Turkish Studies page 5-6 89Can Acun dan Bünyamin Keskin, 2017, THE PKK’S BRANCH IN NORTHERN SYRIA PYD-
YPG, Istanbul : SETA Hal 28 90Mohammed M.A. dkk, 2013, The Kurdish Springs: Geopolitical Changes and The Kurds, Mazda
Publisher : California., hal 165
51
lainnya yang dipimpin oleh tiga tokoh penting PKK yaitu Cemil Bayık, Duran
Kalkan, dan Mustafa Karasu atau lebih dikenal sebagai People’s Defense Force
(HPG). Tindakan ini kemudian melahirkan sebuah istilah “Hawkish Wing”.
Penyebutan ini memiliki arti bahwasannya pasca kematian Abdullah Ocalan, PKK
telah dipengaruhi oleh para petinggi militer Turki yang menginginkan konflik ini
tetap berlanjut. Artinya keterlibatan Turki dalam tubuh PKK sudah dilakukan
sejak lama dan diduga ditujukan untuk melemahkan organisasi tersebut melalui
tokoh-tokoh boneka mereka. Gerakan “Hawkish Wing” berpusat di daerah
pegunungan di Irak utara yang berbatasan dengan Turki dan Iran, yang mana
wilayah tersebut menjadi basis pertahanan utama PKK91. Bisa dikatakan, bahwa
PKK sudah mulai menunjukkan kemunduran dalam melakukan gerakannya.
2.2.2 KRG
KRG atau Kurdistan Regional Government merupakan sebuah
pemerintahan federal yang berstatus otonom dan dibentuk pada tahun 1991
melalui Resolusi PBB 688. Di dalamnya terdapat beberapa partai politik yang
membentuk pemerintahan yaitu The Kurdistan Democratic Party (KDP),
Patriotic Union of Kurdistan (PUK), Kurdistan Islamic Movement (KIM), The
Chaldean Assyrian Syrian Council, Perwakilan orang-orang Turkmen, para
komunisdan sosialis. Dari kesemuanya, KDP dan PUK yang memiliki pengaruh
91Cengiz Çandar, 2012, Leaving The Mountain : How May the PKK Lay Down Arms?Freeing the
Kurdish Question from violence, TESEV PUBLICATIONS: Istanbul., hal 38
52
besar di dalam parlemen92. Pusat kekuasaan dari KRG berada di kota Irbil, Irak
utara. Daerah kekuasaannya meliputi wilayah Irbil, Suleymaniyah, dan Dohuk.
Dalam hal struktur kelembagaan, KRG memiliki dua tingkatan lainnya
yaitu Kurdistan Region Presidency dan Kurdistan National Assembly93. Kurdistan
Region Presidency merupakan bentuk dari lembaga eksekutif dimana dijabat oleh
seorang Presiden yang berkuasa selama empat tahun dan dapat menjabat sampai 2
kali. Sedangkan, Kurdistan Parliament merupakan bentuk dari lembaga legislatif
KRG dimana anggotanya terdiri dari 111 orang dari berbagai partai politik yang
dipilih setiap empat tahun sekali. Lembaga ini bertugas untuk menangani
permasalahan-permasalahan umum yang dihadapi oleh masyarakat Kurdi di Irak.
mereka memiliki tiga fungsi utama yaitu mengajukan proposal undang-undang,
memeriksa kebijakan dan administrasi pemerintahan, serta membahas isu-isu
yang berkaitan dengan permasalahan masyarakat. Dalam hal ini, KRG
menerapkan sistem liberalisme, pluralitas, dan keterbukaan dalam sistem
pemerintahannya. Hal ini ditujukan supaya seluruh masyarakat dapat memperoleh
keadilan secara merata94.
Keberadaan KRG tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan rakyat
Kurdi itu sendiri. pada awalnya, Rakyat Kurdi menginginkan kemerdekaan
dengan dibuktikan melalui berbagai macam pemberontakan yang dilakukan sejak
tahun 1880-an sampai 1991. Namun, semua gerakan pemberontakan tersebut
mengalami kegagalan bahkan wilayah Kurdistan menjadi terpecah belah sebagai
92About the Kurdistan Regional Government, 2012, hal 1 dan diakses dari
http://cabinet.gov.krd/uploads/documents/About_Kurdistan_Regional_Government__2012_04_10
_h13m19s26.pdf 93 UK Border Agency, 2009, Kurdistan Regional Government Area of Iraq, artikel. hal 25 94 Ibid, 26-27
53
akibat dari adanya perjanjian Laussanne tahun 1923. Kemudian, Mustafa Barzani
mendirikan KDP di Uni Soviet pada tahun 1946 yang secara praktis memberikan
warna baru bagi perjuangan Kurdi. Mustafa cenderung menggunakan kekuatan
politik karena dinilai lebih efektif dalam menyampaikan aspirasi Kurdi ke seluruh
dunia. Dia ingin agar masyarakat internasional memandang Kurdi bukan sebagai
pemberontak, melainkan sebagai bangsa yang memperjuangkan HAM95.
Ternyata, hal ini berjalan dengan baik ketika PBB mengeluarkan resolusi 688
yang menetapkan penghentian kontak senjata dan penerapan no fly-zone atas
wilayah Kurdistan selama Perang Teluk kedua sebagaimana disebutkan dalam
poin 2 dan 4 :
2. “Demands that Iraq, as a contribution to removing the threat to
international peace and security in the region, immediately end the
repressions, and in the same context expresses the hope that an open
dialogue will take place to ensure that human and political rights of
all Iraqi citizen.”
4. “Request the Secretary-General to pursue his humanitarian efforts
in Iraq and to report forthwith, if appropriate on the basis of a
further mission to the region, on the plight Iraqi civilian
population, and in particular the Kurdish population, suffering
from repressions in all its forms inflicted by the Iraqi
authorities.”96
95Ahmed Omar Bali, 2016, The Political Development of Iraqi Kurdistan, Irak : University of
Human Development., hal 210 96 Diakses dari http://www.casi.org.uk/info/undocs/scres/1991/688e.pdf.
54
Dengan resolusi ini, Pemerintah Irak melakukan negosiasi dengan tokoh-
tokoh elit Kurdi dan setuju untuk memberikan pemerintahan otonom atas wilayah
Irak utara. Hal inilah yang menandai terbentuknya KRG ( Kurdistan Regional
Government). Pemerintah Irak kemudian membuat Transnational Administrative
Law (TAL) pada tahun 2005 dimana mengakui KRG sebagai pemerintahan
federal Kurdi Irak. Legalitas otonomi Kurdi TAL diatur dalam pasal 54 yang
berbunyi sebagai berikut
The Kurdistan Regional Government shall continue to perform its current
functions throughout the transitional period, except with regard to those
issues which fall within the exclusive competence of the federal
government as specified within this Law. Financing for these functions
shall come from the federal government, consistent with its current
practice and in accordance with Article 25 (E) of this Law. The Kurdistan
Regional Government shall retain regional control over police forces and
internal security, and it will have the right to impose taxes and fees within
the Kurdistan region. With regard to the application of federal laws in the
Kurdistan region, the Kurdistan National Assembly shall be permitted to
amend the application of any such law within the Kurdistan region, but
only to the extent that this relates to matters that are not within the
exclusive competence of the federal government.97
Namun, perjalanan KRG tidak selalu berjalan mulus. Setelah pemilu tahun
1992 digelar, maka muncullah dua partai yang memperoleh suara terbanyak yaitu
97Yaniv Voller, 2012, From Rebellion to De Facto Statehood: International and Transnational
Sources of the Transformation of the Kurdish National Liberation Movement in Iraq into the
Kurdish Regional Government, Thesis. London : London School of Economics., hal 192
55
KDP dan PUK. Kedua-duanya memiliki perbedaan ideologi dan kepentingan
sehingga sering saling bertentangan. Pertentangan ini kemudian menjurus kepada
terjadinya perang saudara antara KDP dan PUK pada tahun 1994-1998. Perang ini
dipicu karena masalah ekonomi dimana wilayah selatan Kurdistan yang
berbatasan langsung dengan Iran sama sekali tidak memiliki kemampuan ekonomi
yang pesat layaknya wilayah utara Kurdistan yang berbatasan langsung dengan
Turki. Masing-masing pihak mendapat dukungan oleh pihak luar yaitu KDP
didukung militer Turki dan PUK didukung oleh PKK. Akhirnya, konflik meletus
diantara kedua partai tersebut dalam rangka memperebutkan wilayah dan
kekuasaan. Konflik ini baru berakhir setelah ditandatanganinya Washington
Agreement pada tahun 199898. Penandatangan perjanjian tersebut kemudian
membagi Kurdistan menjadi dua yaitu wilayah utara yang berpusat di kota Irbil
dikuasai oleh KDP sedangkan wilayah selatan yang berpusat di daerah
Sulaymaniyah dikuasai oleh PUK99. Selain itu, masing-masing partai membentuk
administrasi dan pemerintahannya sendiri. Peshmerga sebagai pasukan militer
federal KRG dikuasai oleh KDP dan PUK ketimbang berada dibawah kendali
Kementerian Peshmerga100.
Pada tahun 2003, AS melakukan invasi ke Irak dalam rangka menjatuhkan
pemerintahan Saddam Hussein yang dituduh mempunyai senjata pemusnah
massal. KRG yang masih mengalami perpecahan internal juga ikut terdampak
98 Andrew Kane, 2017, The Reality of Intra-Kurdish Rivalry Undermines the Notion of Pan-
Kurdish Nationalism, The Kuwait Program at Sciences Po., hal 4 99Wladimir Van Wilgenburg and Mario Furmerton, Kurdistan’s Political Armies: The Challenge
of Unifying The Peshmerga Forces., hal 2 100 Johannes Jude, 2017, Contesting borders :The formation of Iraqi Kurdistan’s de facto state, The
Royal Institute of International Affairs : Oxford University Press., hal 854
56
dengan meningkatnya instabilitas keamanan dan kekerasan di sebagian wilayah
Irak. Namun, KRG masih dapat mengatasinya dan menjadikan kawasan Irak utara
sebagai daerah yang stabil. Bahkan, KRG berhasil membuat kesepakatan dengan
Baghdad. Kesepakatan tersebut berisi bahwa Irak memberikan 17% dari
persediaan minyaknya kepada otoritas Kurdi untuk dikelola101.
Tak hanya itu, KRG juga membuat hubungan perdagangan dengan Turki
dalam bidang ekspor-impor minyak. Wilayah Irak utara terutama Kirkuk sangat
kaya akan persediaan gas dan minyak bumi dimana mampu menghasilkan 400
miliar barrel per tahun. Selain itu, KRG sendiri menguasai 45 miliar barrel
minyak sebagai bagian dari kesepakatan dengan Baghdad. Potensi ini menarik
para perusahaan minyak asing seperti Exxon Mobile,Total of France, the English
Gulf Keystone, Gazzprom Rusia, dan Turkish Genel Energy untuk berinvestasi di
Kurdistan Irak sehingga membuat hubungan Ankara-Erbil semakin dekat102.
Selain itu, KRG juga telah membangun jaringan pipa minyak dari wilayah Taq, di
sebelah timur Irak menuju ke Fayshhabur, yang berlokasi di dekat perbatasan
barat daya Irak-Suriah. Jaringan pipa ini mampu membawa minyak sebanyak
300,000 barrel per hari. Kemudian, pemerintah Turki memberikan bantuan
investasi untuk pembangunan jaringan pipa minyak sehingga memanjang hingga
menuju ke kota Ceyhan yang berlokasi di Turki Tenggara. Hasilnya adalah
sebanyak 120.000-400.000 barrel minyak per hari berhasil disalurkan ke Turki.
Hal ini kemudian memberikan pemasukan yang besar bagi KRG yaitu
101Henri J. Barkey, 2015, On the KRG : The Turkish-Kurdish Peace Process, and the Future of
The Kurds, Woodrow Wilson Center : Washington., hal 3 102 Marianna Charountaki, 2012, Turkish Foreign Policy and the Kurdistan Regional Government,
United Kingdom : University of Lincoln., Hal 193
57
sebesar$93-$97 juta dolar AS103. Tentu saja, pemasukan tersebut memberikan
keuntungan yang besar bagi KRG untuk membangun wilayahnya.
Pada tahun 2006, KDP dan PUK menandatangani kesepakatan penyatuan
KRG dengan Massoud Barzani terpilih sebagai presiden KRG. Kesepakatan ini
mengakhiri konflik internal antara keduanya yang berlangsung sejak tahun 1994.
Dalam kesepakatan ini, kedua partai sepakat untuk melakukan de-politisasi
terhadap Angkatan Bersenjata Peshmerga. Peshmerga tidak lagi diperbolehkan
untuk menduduki jabatan politik dan lebih difungsikan untuk urusan keamanan
negara. Selain itu, kekuatan pasukan Peshmerga yang sebelumnya menjadi milik
dari kedua partai sejak pemisahan tahun 1998, mulai digabung untuk dijadikan
sebagai tentara tunggal Kurdi. Hanya saja, upaya ini tidak berhasil karena para
personil dari Pehmerga yang berasal dari KDP dan PUK menolak untuk dijadikan
satu dan cenderung mempertahankan identitas lama mereka. Maka, penyatuan ini
menandakan era baru bagi pemerintahan otonom Kurdi dimana terjadi penyatuan
politik dan ekonomi yang memberikan kestabilan kekuasaan dimanamasing-
masing pihak memperoleh pembagian kekuasaan sebesar 50-50 persen dalam
pemerintahan KRG.
Tahun 2007, hubungan KRG dengan negara Timur Tengah khususnya
Turki kian membaik. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya ekspor barang
Turki ke Irak utara sebesar $1.4 Miliar Dolar AS. Kemudian, nilai ekspor ini
meningkat menjadi $ 5.1 Miliar Dollar AS pada tahun 2011104. Tahun 2013, nilai
103Süleyman Elik, 2014, Turkey-KRG Energy Relations: The Dispute Over Kurdistan’s Oil Sale
To Turkey, BILGESAM: Istanbul., hal 2-3 104Soner Cagaptai dkk, 2015, Turkey and the KRG: An Undeclared Economic Commonwealth,
PolicyWatch., hal 1
58
ekspor ini telah mencapai lebih dari $10 Miliar Dolar AS105. Kemudian, jumlah
perusahaan Turki yang beroperasi di Irak utara mencapai 485 buah yang
kebanyakan beroperasi di bidang transportasi, konstruksi, produksi makanan, dan
lain-lain di tahun 2009 saja. Pada tahun 2016, angka ini meningkat menjadi lebih
dari 1000 perusahaan Turki yang beroperasi dari keseluruhan investasi asing yang
ada disana106. Pada tahun 2014, Islamic State Iraq and Syria (ISIS) melakukan
serangan ke arah Mosul dan berhasil merebutnya dari tangan pasukan Pemerintah
Irak. pasukan Irak lari ke arah wilayah Irak utara untuk mencari perlindungan.
Sementara itu, ISIS terus bergerak ke wilayah Kurdistan Irak dengan menguasai
Sinjar, Kocho, dan Mosul Dam bahkan mendekati wilayah Erbil serta Kirkuk. Hal
ini menimbulkan ancaman bagi KRG sehingga mereka mengirim Peshmerga
untuk menduduki Kirkuk guna menghadang laju gerak pasukan ISIS107. Setelah
ISIS mulai kalah dengan direbutnya Mosul oleh pasukan Irak pada tahun 2017,
etnis Kurdi menyadari bahwa Irak tidak bisa memberikan jaminan keamanan di
wilayah Irak utara. Apalagi, kondisi masih sangat genting karena milisi-milisi
ISIS masih berkeliaran di sekitar penduduk. Hal inilah yang mendorong etnis
Kurdi Irak melakukan Referendum Kemerdekaan tahun 2017.
Disini, kita bisa melihat bagaimana peran KRG sebagai representatif dari
bentuk dari pemerintahan rakyat Kurdi. Meskipun, statusnya masih menjadi
daerah otonomi Irak, tetapi keberadaan KRG dapat dijadikan sebagai pivot/batu
105Ibid, 14 106Kadir Ustun and Lesley Dudden, 2017, Turkey-KRG Relationship Mutual Interests, Geopolitical
Challenges, SETA: Ankara., hal 10 107Fernando Burgés, 2017, Crossroads: The future of Iraq’s minorities after ISIS, Report. Brussels:
the Institute for International Law and Human Rights (IILHR), Minority Rights Group
International (MRG), No Peace Without Justice (NPWJ) and the Unrepresented Nations and
Peoples Organization (UNPO)., hal 11
top related