bab 10 manajemen risiko
Post on 17-Jan-2017
1.056 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MANAJEMEN RISIKO
PBS STAIN PEKALONGAN 2015
MENGAPA PERLU MANAJEMEN RISIKO Bank syariah merupakan lembaga keuangan
bank yang dikelola dengan dasar-dasar syariah, baik itu berupa nilai prinsip dan konsep. Sebagai sebuah entitas bisnis, dalam kegiatan usahanya bank khususnya bank syariah menghadapi risiko-risiko yang memiliki potensi mendatangkan kerugian. Risiko ini tidaklah bisa selalu dihindari tetapi harus dikelola dengan baik tanpa harus mengurangi hasil yang harus dicapai. Risiko yang dikelola dengan tepat dapat memberikan manfaat kepada bank dalam menghasilkan laba.
ALASAN MANAJEMEN RESIKO PERLU DITERAPKAN Ada beberapa alasan mengapa manajemen risiko harus
diterapkan di Perbankan Syariah, dan mengapa begitu penting. Alasan tersebut diantaranya meliputi
(1) Bank adalah perusahaan jasa yang pendapatannya diperoleh dari interaksi dengan nasabah sehingga risiko tidak muingkin tidak ada
(2) dengan mengetahui risiko maka kita dapat mengantisipasi dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam menghadapi nasabah bermasalah
(3) Dapat lebih menumbuhkan pemahaman pengawasan,yang merupakan fungsi sangat penting dalam aktivitas operasional
(4) faktor sejarah krisis Perbankan Nasional.
Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 Sebagai lembaga intermediasi keuangan berbasis
kepercayan sudah seharusnya bank dan bank syariah khususnya menerapkan system manajemen risiko. Hal tersebut sesuai dengan peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum, yang mengatur agar masing-masing bank menerapkan manajemen risiko sebagai upaya meningkatkan efektivitas Prudential Banking.
Menurut PBI No.13/23/PBI/2011, Tentang Penerapan Manajemen Rsiko di BUS & UUS di Perbankan Syariah
DEFINISI Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu potensi
terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat menimbulkan kerugian.
Risiko yaitu suatu kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola semestinya.
Risiko dalam bidang perbankan merupakan suatu kejadian potensial baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif pada pendapatan maupun permodalan bank.
Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari namun dapat dikelola dan dikendalikan.
PENGERTIAN RESIKO GALLATI (2003) mendefinisikan resiko sebagai:
“A CONDITION IN WHICH THERE EXIST AN EXPOSURE TO ADVERSITY”
(Suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya kerugian)
WORKBOOK LEVEL 1 GLOBAL ASSOCIATION OF RISK PROFESSIONALS (2005)-BADAN SERTIFIKASI MANAJEMEN RESIKO mendefinisikan RESIKO sebagai:“CHANCE OF A BAD OUTCOME” (kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak
diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola semestinya)
JENIS RISISKO Risiko dapat dibedakan atas dua kelompok besar
yaitu risiko yang sistematis (systematicrisk), yaitu risiko yang diakibatkan oleh adanya kondisi atau situasi tertentu yang bersifat makro, seperti perubahan situasi politik, perubahan kebijakan ekonomi pemerintah, perubahn situasi pasar, situasi krisis atau resesi, dan sebagainya yang berdampak pada kondisi ekonomi secara umum; dan Risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk) yaitu risiko yang unik, yang melekat pada suatu perusahaan atau bisnis tertentu saja
Macam-macam Risiko yang dihadapi oleh Bank1. Risiko Likuiditas Risiko likuiditas pasar dimana risiko yang timbul karena bank tidak
mampu melakukan offsetting tertentu dengan harga karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau terjadi gangguan dipasar. Risiko likuiditas pendanaan dimana risiko yang timbul karena bank tidak mampu mencairkan assetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain.
2. Risiko Pasar Risiko yang timbul akibat adanya perubahan variabel pasar,
seperti: suku bunga, nilai tukar, hargha equity dan harga komoditas sehingga nilai portofolio/asset yang dimiliki bank menurun.
3. Risiko Pembiayaan Dimana risiko yang timbul akibat kegagalan (default) dari pihak
lain(nasabah/debitur) dalam memenuhi kewajibannya.
Lanjutan......4. Risiko Operasional Risiko akibat kurangnya sistem informasi atau
sistem pengawasan internal yang akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan.
5. Risiko Kepatuhan Risiko kepatuhan timbul sebagai akibat tidak
dipatuhinya atau tidak dilaksanakannya peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang berlaku atau yang telah ditetapkan baik ketentuan internal maupun eksternal.
Lanjutan ...6. Risiko Hukum Risiko hukum adalah terkait dengan risiko bank yang
menanggung kerugian sebagai akibat adanya tuntutan hukum, kelemahan dalam aspek legal atau yuridis. Kelemahan ini diakibatkan antara lain oleh ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat-syarat syahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.
7. Risiko Reputasi Risiko yang timbul akibat adanya publikasi negatif yang
terkait dengan kegiatan usaha bank atau karena adanya persepsi negatif terhadap bank.
Lanjutan....8. Risiko Strategik Risiko yang timbul karena adanya
penetapan dan pelaksanaan strategi usaha bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan-perubahan eksternal
Risiko Terkait Produk
1) Risiko Terkait Pembiayaan Berbasis Natural Certainty Countracts (NCC)
2) Risiko Terkait Pembiayaan Berbasis Natural Uncertainty Countracts (NUC)
Risiko Terkait Produk
1) Risiko Terkait Pembiayaan Berbasis Natural Certainty Countracts (NCC)
Yang dimaksud dengan analisis risiko pembiayaan berbasis natural certainty countracts (NCC) adalah mengidentifikasi dan menganalisis dampak dari seluruh risiko nasabah sehingga keputusan pembiayaan yang diambil sudah memperhitungkan risiko yang ada dari pembiayaan natural certainty countracts, seperti murabahah, ijarah, ijarah mutahia bit tamlik, salam dan istisna’
Penilaian risiko ini mencakup 2 (dua) aspek1) Default risk (risiko kebangkrutan).
Yaitu Risiko yang terjadi pada First Way Out2) Recovery risk (risiko jaminan).
Yaitu Risiko yang terjadi pada Second Way out
1) Default risk (risiko kebangkrutan).
Yakni risiko yang terjadi pada first way out yang dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:
Industry risk yaitu risiko yang terjadi pada jenis usaha yang ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut:
karakteristik masing-masing jenis usaha yang bersangkutan riwayat eksposur pembiayaan yang bersangkutan dibank konvensional dan
pembiayaan yang bersangkutan dengan bank syariah, terutama perkembangan non performing financing jenis usaha yang bersangkutan.
Kinerja keuangan jenis usaha yang bersangkutan (industry financial standard). Kondisi internal perusahaan nasabah, seperti manajemen, organisasi,
pemasaran, teknis produksi dan keuangan. Aktion negatif lainnya yang mempengaruhi perusahan nasabah, seperti
kondisi group usaha, keadaan force manjeur, permasalahan hukum, pemogokan, kewajiban off balance sheet (L/C impor, bank garansi) market risk ,interest risk, scurity risk), riwayat pembayaran (tunggakan kewajiban) dan restrukturisasi pembiayaan.
2).Recovery risk (risiko jaminan).
Yakni risiko yang terjadi pada second way out yang dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:
Kesempurnaan pengikatan jaminan. Nilai jual kembali jaminan (marketability
jaminan). Faktor negatif lainnya, misalnya tuntutan
hukum pihak lain atas jaminan, lamanya transaksi ulang jaminan.
Kredibilitas penjamin (jika ada).
Default Risk akan menentukan Customer Risk Rating (CRR, Rating Resiko Nasabah)
Rating Score Tingkat Resiko
1=baik sekali 5 Very low risk
2=baik 4 Low risk
3=Cukup/Sedang 3 Moderate risk
4= kurang 2 High risk
5=buruk Sekali 1 Very high risk
Industri Rating diukur pada tingkat Nasional & Ciri-ciri Umum Sebagai berikut
SCORE INDUSTRY RISK RATING
CIRI CIRI UMUM
5 Very Low Risk Prospek permintaan sangat baik,struktur industri sangat kuat, kinerja keuangan dan kinerja pinjaman diatas rata-rata industri
4 Low Risk Diatas rata-rata kinerja industri
3 Moderate Risk Rata-rata industri dengan Prospek pertumbuhan yang memadai dan mempunyai kemampuan keuangan yang cukup untuk membayar kembali pinjamannya
2 High risk Dibawah rata-rata kinerja Industri
1 Very high risk Industri berisiko untuk diberikan pinjaman dengan Prospek dan kemampuan keuangan yang meragukan
RISIKO TERKAIT PEMBIAYAAN MURABAHAH Pembiayaan Murabahah dengan jangka
waktu panjang menimbulkan risiko tidak bersaingnya bagi hasil dana pihak ketiga
Risiko ini timbul Karena:a. Kenaikan DCRM (Direct Competitor’s
Market rate)b. Kenaikan ICRM (Indirect Competitor’s
Market rate)c. Kenaikan ECRI (Expected Compeitive
Return For Investors)
Risiko Pembiayaan Murabahah Oleh Karena itu Bank dapat menetapkan
jangka waktu maksimal untuk Pembiayaan Murabahah dengan mempertimbangkan Hal-hal sebagai berikut :
Tingkat Margin keuntungan saat ini dan Prediksi perubahannya dimasa mendatang yang berlaku dipasar Perbankan Syariah (DCRM). Semakin cepat Perubahan DCRM diperkirakan akan terjadi, semakin pendek jangka waktu maksimal pembiayaan.
Lanjutan...... Suku bunga kredit saat ini dan Prediksi
perubahannya dimasa mendatang yang berlaku dipasar perbankan konvensional (Indirect Competitor’s Market rate- ICRM). Semakin Cepat Perubahan ICRM diperkirakan akan terjadi, semakin pendek jangka waktu maksimal pembiayaan
Lanjutan..... Ekspektasi Bagi hasil kepada Dana
Pihak Keiga yang Kompetitif di Pasar Perbankan Syariah (Expected Competitive Return For Investor-ECRI). Semakin besar perubahan ECRI diperkirakan akan terjadi semakin pendek jangka waktu maksimal Pembiayaan
Risiko Terkait Pembiayaan Ijarah Dalam Hal barang yang disewakan adalah
milik bank, timbul risiko tidak Produktifnya aset Ijarah karena tidak adanya nasabah. Hal ini merupakan business risk yang tidak dapat dihindari.
Dalam hal barang yang disewakan bukan milik bank, timbul risiko rusaknya barang oleh nasabah diluar pemakaian normal. Oleh karena itu, bank dapat menetapkan kovenan ganti rugi kerusakan barang yang tidak disebabkan oleh Pemakaian normal
Lanjutan...... Dalam hal Jasa tenaga kerja yang
disewa bank kemudian disewakan kepada nasabah, timbul risiko tidak Perform-nya pemberi jasa. Oleh karena itu, bank dapat menetapkan kovenan bahwa risiko tersebut merupakan tanggung jawab nasabah karena pemberi jasa dipilih sndiri oleh nasabah
Risiko Terkait IMBT Risiko yang terkait dengan pembiayaan
IMBT terjadi ketika pembayaran dilakukan dengan metode Balloon Payment, yakni pembayaran angsuran dalam jumlah besar diakhir periode. Dalam hal ini, timbul Risiko ketidakmampuan nasabah untuk membayarnya. Risiko tersebut dapat diatasi dengan memperpanjang jangka waktu sewa (Ijarah)
Risiko Terkait Pembiayaan Salam & Istishna’ Belum Wujudnya barang yang menjadi objek
pembiayaan menimbulkan dua risiko, yakni:
a. Risiko gagal-serah barang (non-deliverable risk). Risiko gagal-serah dapat diantisipasi bank dengan menetapkan kovenan rasio kolateral 220%, yaitu 100% lebih tinggi daripada rasio Standart 120%
b. Risiko jatuhnya harga barang (price-drop risk). Risiko jatuhnya harga barang diantisipasi dengan menetapkan bahwa jenis pembiayaan ini hanya dilakukan atas dasar kontrak/pesanan yang telah ditentukan harganya
2) Risiko Terkait Pembiayaan Berbasis Natural Uncertainty Countracts (NUC) Yang dimaksud dengan analisi Risiko
Terkait Pembiayaan Berbasis Natural Uncertainty Countracts (NUC) adalah mengidentifikasi dan menganalisis dampak dari seluruh risiko nasabah sehingga keputusan pembiayaan yang diambil sudah memeperhitungkan risiko yang ada dari pembiayaan berbasis NUC, seperti mudharabah dan musyarakah.
Penilaian risiko ini mencakup 3 (tiga) aspek1. Businessrisk (risiko bisnis yang dibiayai)
yakni resiko yang terjadi pada First way Out
2. Shrinking risk yaitu (risiko berkurangnya nilai pembiayaan Mudhorobah/Musyarakah), yakni risiko yang terjadi pada Second Way Out
3. Character Risk (risiko karakter buruk Mudhorib) yakni risiko yang terjadi pada Third Way Out
a. Businessrisk (risiko bisnis yang dibiayai) Adalah risiko yang terjadi pada first way out yang dipengaruhi oleh
: Industri risk yaitu risiko yang terjadi pada jenis usaha yang
ditentukan oleh: Karakteristik masing-masing jenis usaha yang bersangkutan Kinerja keuangan jenis uasaha yang bersangkutan (industry
financial standard) Faktor negative lainnya yang mempengaruhi perusahaan
nasabah, seperti kondisi group usaha, keadaan force majeure, permasalahan hukum, pemogokan, kewajiban off balance sheet (L/C impor, bank garansi), market risk (forex risk, interest risk, scurity risk), riwayat pembayaran (tunggakan kewajiban) dan restrukturisasi pembiayaan.
Shirinkingrisk (resiko berkurangnya nilai pembiayaan).Adalah risiko yang terjadi pada second way out yang dipengaruhi oleh:
b. Shirinkingrisk Shirinkingrisk (resiko berkurangnya nilai pembiayaan).Adalah risiko yang terjadi pada second way out yang dipengaruhi oleh:
a) Unusual bisiness risk yaitu risiko bisnis yang luar biasa yang ditentukan oleh :
Penurunan drastis tingkat penjualan bisnis yang dibiayai
Penurunan drastis harga jual barang/jasa dari bisnis yang dibiayai
Penurunan drastis harga barang/jasa dari bisnis yang dibiayai
b. Jenis bagi hasil yang dilakukan, apakah profit and loss sharing atau revenue sharing
Untuk jenis profit and loss sharing, shirnking risk muncul bila terjadi loss sharing yang harus ditanggung oleh bank
Untuk jenis revenue sharing, shirnking risk terjadi bila nasabah tidak mampu menanggung biaya (nafaqah) yang seharusnya ditanggung nasabah, sehingga nasabah tidak mampu melanjutkan usahanya.
c. Disaster risk Yaitu keadaan force majeure yang
dampaknya sangat besar terhadap bisnis nasabah yang dibiayai bank
Characterrisk (risiko karakter buruk mudharib) yaitu risiko yang terjadi pada third way out yang dipengaruhi oleh hal berikut:
a. Kelalaian nasabah dalam menjalankan bisnis yang dibiayai bank
b. Pelanggaran ketentuan yang telah disepakati sehingga nasabah dalam menjalankan bisnis yang dibiayai bank tidak lagi sesuai dengan kesepakatan
c. Pengelolaan intenal perusahaan, seperti manajemen, organisasi, pemasaran, teknis produksi, dan keuangan, yang tidak dilakukan secara profesional sesuai dengan standar pengelolaan yang disepakati antara bank dan nasabah.
Resiko CharacterriskUntuk mengatasi characterrisk, bank menetapkan kovenan khusus pembiayaan musyarakah dan mudharabah. Bila terjadi kerugian yang disebabkan oleh character risk, kerugian akan di bebankan kepada nasabah. Untuk menjamin agar nasabah mampu menanggung kerugian akibat risiko tersebut, maka bank menetapkan adanya jaminan (colleteral).
RESIKO TERKAIT PEMBIAYAAN KORPORASI Kompleksitas dan Volume Pembiayaan
korporasi menimbulkan risiko tambahan selain yang terkait dengan Produk. Oleh karena itu Analisisnya harus lebih komprehensif. Analisis tersebut meliputi :
1. Analisis sales cost, Profits, assets and liabilities
2. Analisis cash Flow
Resiko Tambahan Yang Harus Diantisipasi Antara Lain:1. Risiko yang Timbul dari Perubahan
Kondisi Bisnis Nasabah setelah Pencairan Pembiayaan
2. Risiko Yang Timbul dari Komitmen Kapital yang berlebihan
3. Risiko Yang Timbul dari Lemahnya Analisis Bank
Risiko yang Timbul dari Perubahan Kondisi Bisnis Nasabah setelah Pencairan Pembiayaan
1. Over Trading (terjadi ketika nasabah mengembangkan volume bisnis yang besar dengan dukungan modal yang kecil)
2. Adverse Trading (Terjadi ketika nasabah mengembangkan bisnisnya dengan mengambil kebijakan mekakukan pengeluaran tetap (Fixed Cost) yang besar setiap tahunnya serta bermain dipasar yang volume penjualannya tidak stabil)
3. Liquidity Run ( Terjadi ketika nasabah mengalami kesulitan likuiditas karena kehilangan sumber pendapatan dan peningkatan pengeluaran yang disebabkan oleh alasan yang tidak terduga)
Risiko Yang Timbul dari Komitmen Kapital yang berlebihan
Sebuah Perusahaan mungkin saja mengambil komitmen kapital yang berlebihan dan menandatangani kontrak untuk pengeluaran berskala besar. Apabila tidak mampu untuk menghargai komitmennya, bank dapat dipaksa untuk dilikuidasi.
Bank maupun para Suplier pembiayaan perdagangan seringkali tidak mampu untuk mengontrol suatu pengeluaran yang berlebihan dari sebuah Perusahaan. Namun Bank dapat mencoba untuk memonitornya dengan melihat misalnya neraca Perusahaan tersebut yang terakhir dipublikasikan, dimana komitmen pengeluaran kapital harus diungkap
Risiko Yang Timbul dari Lemahnya Analisis Bank
Terdapat tiga macam risiko yang timbul dari lemahnya analisis bank, yakni sebagai berikut:
a) Analisis pembiayan yang kelirub) Creativeaccountingc) Karakter nasabah
Analisis pembiayan yang keliru Analisis Pembiayaan yang keliru, dalam konteks
ini, terjadi bukan karena perubahan kondisi nasabah yang tak terduga, akan tetapi dikarenakan memang sejak awal nasabah yang bersangkutan berisiko tinggi
Keputusan Pembiayaan bisa jadi adalah keputusan yang tidak valid. Kesalahan dalam pengambilan keputusan ini biasanya bersumber dari informasi yang tersedia. Untuk mengatasi Hal ini, bank Memerlukan staff yang terlatih dan berpengalaman dalam menyusun suatu pendekatan Pembiayaan
Creativeaccounting Creativeaccounting merupakan istilah yang
digunakan menggambarkan penggunaan kebiajakan akutansi perusahan yang memberikan keterangan menyesatkan tentang suatu laporan posisi keuangan perusahaan.
Dalam kasus ini, keuntungan dapat dibuat agar terlihat lebih besar, aset terlihat lebih bernilai, dan kewajiban-kewajiban dapat disembunyikan dari neraca keuangan
Karakter nasabah Terkadang nasabah dapat memperdaya
bank dengan sengaja menciptakan pembiayaan macet. Bank Perlu waspada terhadap kemungkinan ini dengan mencoba untuk membuat suatu keputusan berdasarkan informasi objektif tentang karakter nasabah
top related