bab 1 pendahuluan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab1/bab...
Post on 09-Aug-2019
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kehidupan dunia ekonomi dan bisnis saat ini telah mengalami
perubahan paradigma, yaitu dari ekonomi berbasis sumber daya ke paradigma
ekonomi berdasarkan pengetahuan dan kreativitas. Ekonomi kreatif yang mencakup
industri kreatif, di berbagai Negara saat ini diyakini dapat memberikan kontribusi
bagi perekonomian bangsanya secara signifikan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik
(BPS) sektor ekonomi kreatif sendiri mengalami peningkatan 10.9% dari tahun 2010
hingga 2012.
Menurut studi pemetaan kreatif yang dilaksanakan Departemen Perdagangan,
diperoleh informasi bahwa kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian
Indonesia dapat dilihat dalam lima indikator utama yaitu Produk Domestik Bruto
(PDB), ketenagakerjaan, jumlah perusahaan, ekspor dan dampak terhadap sektor lain.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian terbaru The United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan United Nations Development
Programme (UNDP), ekonomi kreatif bukan hanya berdampak yang besar terhadap
pendapatan, penciptaan lapangan kerja, dan nilai ekspor, tetapi ekonomi kreatif juga
berkontribusi penting terhadap kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan.
2
Hal ini dapat dilihat dari kontribusi industri kreatif kepada Produk Domestik
Bruto (PDB) tahun 2013 sebesar Rp 642 triliun atau rata-rata 7% dari angka nasional
(Tabel 1.1). Jika dibandingkan dengan tahun 2012 silam, sektor ekonomi kreatif
sendiri mengalami peningkatan 10,9% (Tabel 1.1). Dimana kontribusi yang diberikan
pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 578.760,6 triliun. Jumlah ini melebihi sumbangan
dari sektor listrik, gas dan air bersih serta industri keuangan, real estate dan jasa
perusahaann. Selain itu, industri kreatif juga telah memberikan konstribusi terhadap
penyediaan lapangan kerja sebanyak 11,8 juta tenaga kerja atau 7.9% dari total tenaga
kerja (Tabel 1.2) (May, 2014).
Pada tabel 1.2 PDB Indonesia, merupakan detail kontribusi pencapaian PDB
negara Indonesia pada rentang tahun 2010 s.d. 2013 beserta uraian 10 sektor
ekonomi.
Tabel 1.1
PDB Indonesia Tahun 2010-2013
Sumber: Indonesia Kreatif Network (2014). Kontribusi Ekonomi Kreatif Indonesia. dari
http://gov.indonesiakreatif.net/kontribusi-ekonomi-kreatif-indonesia/
NO. SEKTOR 2010 2011* 2012** 2013***
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 985,471 1,091,447 1,190,412 1,303,177
2 Pertambangan dan Penggalian 719,710 879,505 970,600 1,001,485
3 Industri Pengolahan 1,393,274 1,575,292 1,720,574 1,864,897
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 49,119 56,789 65,125 72,497
5 Konstruksi 660,891 754,484 860,965 965,136
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 682,287 804,473 905,152 1,024,379
7 Pengangkutan dan Komunikasi 417,528 484,790 541,930 631,279
8 Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 431,981 496,172 554,219 639,092
9 Jasa-jasa 633,593 752,830 854,127 965,371
10 Ekonomi Kreatif 472,999 526,999 578,761 641,816
6,446,852 7,422,781 8,241,865 9,109,130 PDB Indonesia
3
Tabel 1.2
Tabel Jumlah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2010-2013
Sumber: Indonesia Kreatif Network (2014). Kontribusi Ekonomi Kreatif Indonesia. dari
http://gov.indonesiakreatif.net/kontribusi-ekonomi-kreatif-indonesia/
Definisi Industri Kreatif yang saat ini banyak digunakan oleh pihak yang
berkecimpung dalam industri kreatif, adalah definisi berdasarkan Department of
Culture, Media, and Sport (DCMS) United Kingdom Task force 1998:
“Creatives Industries as those industries which have their origin in individual
creativity, skill & talent, and which have a potential for wealth and job
creation through the generation and exploitation of intellectual property and
content”
Definisi DCMS inilah yang menjadi acuan definisi industri kreatif di
Indonesia seperti yang tertulis dalam Buku Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia 2009-2015 yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan RI (2008) sebagai
berikut: “Industri kreatif yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta
NO. SEKTOR 2010 2011* 2012** 2013***
1 Periklanan 17,816 19,146 20,050 20,600
2 Arsitektur 38,268 40,574 42,121 42,670
3 Seni Rupa 14,956 15,163 15,237 15,269
4 Kerajinan 2,909,574 2,988,101 3,077,099 3,109,047
5 Desain 160,216 163,265 166,019 167,576
6 Mode 3,660,197 3,787,450 3,809,339 3,838,756
7 Film,Video, dan Fotografi 56,937 60,006 62,495 63,755
8 Permainan Interaktif 22,443 23,181 23,729 23,928
9 Musik 50,612 53,127 55,030 55,958
10 Seni Pertunjukan 72,010 75,494 78,131 79,258
11 Penerbitan dan Percetakan 490,422 496,067 503,925 505,757
12 Teknologi Informasi 65,627 67,438 69,037 69,451
13 Radio dan Televisi 123,051 125,392 127,189 128,061
14 Riset dan Pengembangan 13,851 14,537 15,148 15,373
15 Kuliner 3,707,894 3,732,961 3,735,019 3,736,968
11,403,874 11,661,902 11,799,568 11,872,427 Jumlah Ekonomi Kreatif
4
bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui
penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.”
Klasifikasi industri kreatif yang ditetapkan oleh tiap negara berbeda-beda. Hal
tersebut tergantung dari tujuan analitik, dan potensi suatu negara. Pemerintah
Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Pengembangan Ekonomi Kreatif sebagai dasar bagi seluruh pemangku kepentingan
dalam mengembangkan 15 sektor ekonomi kreatif. Lima belas subsektor industri
kreatif yaitu periklanan, arsitektur, pasar barang antik / barang seni, kerajinan, desain,
fashion, video-film-fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukkan,
penerbitan & percetakan, layanan komputer & piranti lunak, televisi & radio, riset &
pengembangan dan kuliner.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2013) Setelah subsektor kuliner, terdapat
subsektor mode (fashion) yang memberikan pengaruh NTB sebesar Rp 181.570,3
triliun atau 28%. Kedua subsektor ini jauh meninggalkan 13 subsektor lainnya
dimana kondisi serupa juga terjadi pada rentang 2010 sampai dengan 2013. Pada
tabel 1.3 merupakan detail pencapaian NTB negara Indonesia pada rentang tahun
2010 s.d. 2013 beserta uraian 15 subsektor ekonomi kreatif.
5
Tabel 1.3
NTB Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2010-2013
Sumber: Indonesia Kreatif Network (2014). Kontribusi Ekonomi Kreatif Indonesia. dari
http://gov.indonesiakreatif.net/kontribusi-ekonomi-kreatif-indonesia/
Dapat dibandingkan jika ekonomi kreatif memberi sumbangan 7% kepada
PDB, kontribusi industri fashion untuk PDB adalah 2%. Hal ini menunjukkan
pentingnya industri fashion ini karena pertumbuhannya pada tahun 2013 adalah
6,4% atau lebih tinggi dari pertumbuhan nasional sebesar 5,7%. Di luar itu, industri
fashion menurut Mari Elka juga menyerap sekitar 3,8 juta tenaga kerja dari 11,9 juta
tenaga kerja di ekonomi kreatif, serta menyumbang sekitar Rp 76 triliun terhadap
ekspor.
Dapat disimpulkan dari data-data tersebut bahwa industri kreatif memberikan
kontribusi yang cukup signifikan terhadap ekonomi Indonesia, yaitu sebesar 7%. Dari
NO. SEKTOR 2010 2011* 2012** 2013***
1 Periklanan 2,535 2,897 3,168 3,754
2 Arsitektur 9,244 10,426 11,510 12,891
3 Seni Rupa 1,372 1,560 1,737 2,001
4 Kerajinan 72,955 79,517 84,223 92,651
5 Desain 19,583 21,019 22,234 25,043
6 Mode 127,817 147,503 164,538 181,570
7 Film,Video, dan Fotografi 5,588 6,467 7,400 8,401
8 Permainan Interaktif 3,443 3,889 4,248 4,817
9 Musik 3,973 4,475 4,799 5,237
10 Seni Pertunjukan 1,898 2,091 2,294 2,595
11 Penerbitan dan Percetakan 40,227 43,757 47,897 52,038
12 Teknologi Informasi 6,923 8,069 9,384 10,065
13 Radio dan Televisi 13,288 15,665 17,519 20,340
14 Riset dan Pengembangan 9,109 9,958 11,041 11,778
15 Kuliner 155,045 169,708 186,768 208,633
473,000 527,001 578,760 641,814 Jumlah Ekonomi Kreatif
6
semua sub sektor industri kreatif, fashion memberikan kontribusi yang cukup besar,
yaitu 2%, hal ini menggambarkan bahwa industri fashion ini memang sangat penting
dalam konteks pengembangan industri kreatif. Potensinya sangat besar bukan saja
untuk pasar dalam negeri, tapi juga pasar luar negeri.
Fashion merupakan pasar global yang memiliki struktur yang cukup kompleks
dengan berbagai macam level untuk menjaring keseluruhan pasar baik dari kalangan
dengan daya fashion yang tinggi hingga kalangan yang mengkonsumsi fashion untuk
keperluan sehari-hari saja untuk digunakan dalam berbagai aktifitas (Posner, 2011).
Terlihat dalam bagan berikut ini adalah sektor-sektor yang mencakup dalam bidang
fashion:
Gambar 1.1 Segmen dalam Pasar Fashion
Sumber: Posner, 2011
7
Menurut Posner (2011) segementasi dalam pasar fashion terbagi menjadi 4
kelompok besar, yaitu pakaian dan apparel, aksesoris & alas kaki, pafrum dan
komestik, peralatan rumah tangga & produk gaya hidup. Terlihat pada Gambar 1.1,
bahwa sepatu merupakan salah satu segemen dari pasar fashion. Salah satu sepatu
yang dapat membantu meningkatkan penampilan adalah high heels.
High heels adalah istilah yang digunakan pada sepatu yang berhak tinggi.
Bagi sebagian wanita, menggunakan high-heels bisa meningkatkan rasa percayua
diri, khususnya bagi mereka yang selalu ingin tampil anggun dan yang memiliki
postur tubuh tidak terlalu tinggi. Menggunakan high-heels seolah menjadi faktor
wajib untuk mempercantik penampilan. Sepatu tidak hanya berfungsi untuk
melindungi kaki, akan tetapi juga dirancang untuk kebutuhan trend mode. Wanita
seolah tidak dapat dipisahkan dari high-heels, sepatu high-heels ini sudah menjadi
must-have items wanita yang ingin terlihat stylist. Dengan high-heels bisa membuat
kaki tampak jenjang, membuat penampilan menjadi seksi dan terlihat lebih tinggi.
Mengenakan high-heels bersama busana yang tepat akan membuat penampilan
seseorang menjadi lebih menarik.
Menurut survey yang dilakukan oleh American Podiatric Medical Association
(APMA), 61% wanita menggunakan sepatu berhak tinggi untuk pemakaian regular,
dan 39% mengakui menggunakan high-heels setiap harinya. Badan Survei di
Amerika Serikat mencatat 59% wanita menggunakan sepatu hak tinggi kurang lebih
satu sampai delapan jam perharinya. Pemakaian sepatu hak tinggi dapat
menyebabkan masalah pada pembuluh darah. Pemakaian sepatu hak tinggi di atas
8
lima sentimeter membuat kaki terus-menerus menjinjit. Artinya, tendon Akhiles yang
berada di tumit belakang dan otot betis terus-menerus dalam keadaan tegang.
Pembuluh darah tertekan, terjadi bendungan dan akhirnya mengakibatkan varises.
1.2 Perkembangan Kelas Menengah
Menurut Mari Elka Pangestu, Menteri Kamenparekraf 2009-2014
berkembangnya golongan middle class saat ini juga berdampak dari semakin banyak
orang yang bersedia membayar sedikit lebih mahal untuk produk fesyen yang di
desain lebih baik, bahkan untuk brand dalam negeri. Pertumbuhan golongan middle
class ini ditegaskan dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi G20 (KTT),
Menurut The Boston Consulting Group (BCG) dalam reportnya yang berjudul
Asia's Next Big Opportunity: Indonesia Raising Middle Class yang dipublikasikan
Maret 2013, Dengan populasi terbesar keempat di dunia (termasuk proporsi tinggi
usia produktif), iklim politik yang stabil, dan permintaan domestik yang tinggi,
perekonomian Indonesia saat ini tumbuh 6,4% per tahun. Pertumbuhan tersebut
mengangkat jutaan orang dari tingkat sosial ekonomi berpenghasilan rendah ke dalam
kategori kelas menengah keatas. Jumlah Middle-Class and Affluent Consumers
(MAC) di Indonesia diproyeksikan meningkat dua kali lipat antara tahun 2012 dan
2020, dari 74 juta menjadi 141 juta. Pada titik tersebut, pulau Jawa sendiri akan
memiliki jumlah kelas menengah lebih banyak dibandingkan dengan seluruh
penduduk Thailand. Terlihat dari gambar 1.1 menggambarkan pertumbuhan populasi
Indonesia dan pengingkatan kemakmuran, saat ini MAC mewakili sekitar 30% dari
9
penduduk Indonesia atau 74 juta orang dan kelompok yang akan tumbuh jauh lebih
besar dalam dekade mendatang baik secara absolut atau secara presentase. Sekitar 9
juta orang saat ini masuk dalam segmen MAC setiap tahun dan dalam tahun 2020,
diperkirakan kelompok ini akan mencapai total 141 juta orang atau 53% dari
populasi.
Gambar 1.2 Pertumbuhan Populasi Indonesia dan Peningkatan Kemakmuran
Sumber: The Boston Consulting Group (2013)
Terlihat di tabel 1.4 yang menjelaskan tentang penghasilan rumah tangga
middle class dengan indikator demografis dan ekonomi. Dalam gambar tersebut dapat
digambarkan bahwa masyarakat Indonesia telah mengalami peningkatan dari tahun
2010 sebesar USD 420,036.02 ke angka USD 533,695.8 di tahun 2014 dengan
memiliki rata-rata yang tadinya berpenghasilan kelas menengah kebawah naik
sebesar 21.2 %menjadi masyarakat berpenghasilan kelas menengah yang menunjukan
bahwa masyarakat Indonesia memiliki kapasitas yang lebih untuk berbelanja.
10
Tabel 1.4
Indikator Demografis dan Ekonomi
Sumber: Erumonitor.com
Badan Pusat Statistik Indonesia pada tabel yang memberikan deskripsi
pengeluaran masyarakat berdasarkan kebutuhan kelompok barang. Kebutuhan
fashion masuk dalam kategori Bukan Makanan, dimana salah satunya adalah alas
kaki. Mengamati presentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut
kelompok barang yaitu alas kaki, terdapat pertumbuhan per tahun nya (Badan Pusat
Statistik, 2013).
11
Tabel 1.5
Presentase Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok
Barang
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011-2013
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil, para pelaku usaha
berharap agar permintaan sepatu di dalam negeri bisa mengalami peningkatan antara
2-3% tahun 2012. Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Persepatuan Indonesia
(Aprisindo) Binsar Marpaung di Pameran Sepatu, Kulit dan Fesyen 2012, target
peningkatan permintaan sepatu domestik sudah disesuaikan dengan peningkatan
pertumbuhan penduduk yang saat ini mencapai 240 juta. Binsar mengemukakan
konsumsi rata-rata sepatu domestik per tahun itu ada sekitar 1,8 juta pasang sepatu.
Lebih lanjut, menurutnya sebanyak 80 persen dari jumlah penduduk 240 juta
12
menggunakan sepatu, sehingga potensi permintaan sebesar 300 juta pasang sepatu
bisa merangkak naik. Sebelumnya, Binsar mengemukakan jika industri sepatu dan
alas kaki dalam negeri memang tengah berkembang dan bisa melebihi target asalkan
didukung oleh sejumlah syarat, seperti pembenahan infrastruktur, program hilirisasi
yang optimal, serta kebijakan regulasi yang jelas dan sinkron antara instansi
kementerian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya
permintaan sepatu maka mempengaruhi perkembangan pasar sepatu di Indonesia.
1.3 Identifikasi Masalah
Penjelasan di atas menunjukan bahwa semakin banyak wanita yang terjun ke
dalam dunia kerja pada masa sekarang ini. Dan dengan adanya perubahan gaya hidup
di tengah masyarakat, penampilan tetap menjadi kebutuhan khususnya bagi para
wanita dan secara spesifik melalui sepatu yang mereka gunakan.
Berdasarkan hasil survey dengan metode in depth interview terhadap 9
wanita yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 1 hingga 8 Desember 2014 yang
ditujukan kepada para wanita dengan rentang usia 22-27 tahun, memiliki pekerjaan
dengan aktifitas yang padat dalam kesehariannya memberikan hasil sebagai berikut:
1. Aktifitas
Responden yang kami pilih memiliki profesi pekerjaan yang menuntut mereka
untuk bekerja tidak hanya di dalam kantor tetapi jug adi luar kantor. Adapun
aktifitas yang dilakukan menuntut mereka untuk rapih dan berpenampilan
baik.
13
2. Masalah
Beberapa masalah yang dialami oleh wanita aktif adalah pertama, kendala
dalam menyimpan sepatu caangan atau lebih dar satu sepatu karena
menggunakan beberapa alternative transportasi (contoh: Busway dan Taksi
ataupun mobil pribadi). Kedua, hal tersebut dipertimbangkan sebagai tidak
praktis dalam aktifitas mereka yang padat pada kesehariannya. Ketiga,
penggunaan heels yang terlalu lama pada saat acara tertentu dapat
menyebabkan sakit pada beberapa titik kaki atau pun bagian tubuh, contohnya
punggung,.
1.4 Ide Bisnis
Berdasarkan hasil survey, observasi dan latar belakang yang telah dijelaskan
sebelumnya, terlihat akan adanya peluang usaha untuk memecahkan masalah yang
dihadapi oleh para wanita muda pada umur 22-27 tahun. Wanita muda tersebut yang
memiliki aktifitas kerja yang padat namun tetap menjaga penampilan mereka melalui
sepatu. Mereka memiliki sepatu cadangan yang dikhususkan untuk digunakan pada
acara-acara tertentu sesuai dengan kebutuhan. Hal ini menambah beban karena dinilai
tidak praktis dan juga cenderung merepotkan. Dari latar belakang inilah awal ide
bisnis itu tercipta yaitu menjawab kebutuhan sepatu yang dapat mempermudah para
wanita untuk memaksimalkan penampilannya dan memberikan kenyamanan walupun
di tengah keterbatasan waktu dikarenakan aktifitas mereka yang padat.
14
Ide bisnis yang didasari dengan produk yang ditawarkan yaitu sepatu dengan
konsep convertible heels atau sepatu hak tinggi yang dapat ditukar. Dengan fokus
pada sepatu yang dapat secara mudah ditransformasi kan dari tinggi 7 cm sampai
menadi tinggi 2.5 cm disesuaikan dengan kebutuhan wanita muda yang memiliki
aktifitas padat. Dengan prinsip desain dari hak tinggi tersebut dapat digantikan
menjadi sepatu flat atau flat shoes, cocok digunakan untuk memenuhi kebutuhan
target market yang ditujukan. Bisnis ini dikemas dengan merek bernama Tip Toe
yang menyediakan produk fashion dengan spesialiasi yaitu sepatu. Pemberian nama
Tip Toe terinspirasi dari ide yaitu berdasarkan penelitian tentang arsitektur dari kaki
manusia yang di tentukan dalam tiga group utama yaitu toe group, foot, metatarus
group dan tarsus group (Harold, R 1946, p.161-165). Nama Tip Toe yang mudah
penyampaian secara artikulasi dan sangat berkaitan dengan alas kaki.
Produk sepatu Tip Toe adalah sepatu hak tinggi yang dapat dilepas pasang
(convertible heels) dengan menawarkan berbagai jenis model yang disesuaikan
dengan perkembangan fesyen dengan 2 tipe alas yang dapat digantikan sesuai dengan
kebutuhan kegiatan wanita muda, contohnya pada kegiatan santai, kerja ataupun
acara formal lainnya. Inovasi bisnis yang ditawarkan ini tergolong baru karena dalam
industri sepatu di Indonesia, belum ada brand yang fokus menawarkan langsung jenis
sepatu dengan mengikuti trend mode dengan konsep dilepas pasang atau convertible
heels yang ditawarkan di atas.
Berikut ini adalah penerapan konsep dari Tip Toe yang menawarkan hak yang
bisa dilepas pasang menjadi flat, sebagai berikut:
15
Gambar 1.3 Konsep Sepatu Tip Toe
Pada gambar 1.3 memberikan ilustrasi konsep sepatu dari Tip Toe,
memberikan transformasi melalui convertible heels yaitu dari 5 cm menjadi flat yang
memiliki tumpuan dasar 2.5 cm dari dasar alas sepatu). Dalam segi model, pada
gambar 1.3 adalah contoh model dasar dari koleksi Tip Toe yang mengikuti model
sepatu berdasarkan perkembangan fashion.
16
1.5 Tujuan & Manfaat
Tujuan dan manfaat dalam penulisan thesis ini adalah:
Untuk menjawab kebutuhan fashion dari para wanita yang memiliki aktifitas
padat di Jabodetabek area
Untuk memformulasikan dengan tepat Business Canvas (9 Building Blocks)
dari bisnis model ini agar memiliki dasar yang kuat dan implementasi yang
tepat menyasar kepada sasaran target market
Untuk merancang model bisnis yang inovatif dan dapat mempertahankan,
mengembangkan bisnis dan feasible dalam segi keuangan
1.6 Ruang Lingkup
Perancangan ini akan di khususkan untuk produk fashion yaitu sepatu.
Target perancangan bisns ini adalah para wanita muda dengan usia 22-35
tahun yang memiliki aktifitas yang padat namun tepat ingin memperatikan
penmapilan namun juga mempertimbangkan kenyamanan
1.7 Struktur Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang industri kreatif dan perubahan gaya hidup
konsumen Indonesia khususnya pasar negara berkembang untuk industri sepatu di
17
Indonesia. Hal ini juga berisi latar belakang permasalahan konsumen dalam
pemilihan bentuk dan jenis sepatu yang ingin dipakai dalam berbagai kesempatan
yang cocok dengan berbagai aktifitas yang ada. Tujuan dan manfaat dari model bisnis
pembuatan ini juga dinyatakan dalam bab ini
BAB II: KERANGKA TEORITIS
Bab ini menjelaskan tentang landasan teori dan kerangka yang akan digunakan
selama proses pembuatan bisnis model. Hal ini menjelaskan teori dasar yang meliputi
definisi dan temuan.
BAB III: MODEL BISNIS DESAIN FINAL
Bab ini menguraikan model bisnis kanvas yang meliputi 9 blok bangunan penciptaan
model bisnis. Hal ini juga termasuk strategi tentang bagaimana menerapkan blok
bangunan.
BAB IV: RENCANA BISNIS
Bab ini terdiri dari kegiatan kunci keseluruhan penciptaan model bisnis yang meliputi
pemasaran, keuangan, SDM dan rencana operasional. Bab ini juga mencakup analisa
pesaing, pelanggan sasaran serta struktur organisasi bisnis.
BAB V: KESIMPULAN
top related