audit public relations (pr) humas pemerintah kota ...repository.fisip-untirta.ac.id/1407/1/skripsi...
Post on 30-Dec-2019
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
AUDIT PUBLIC RELATIONS (PR) HUMAS PEMERINTAH
KOTA TANGERANG DALAM PROGRAM
TANGERANG CERDAS
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh :
JILIUS
NIM. 6662141665
KONSENTRASI ILMU HUMAS
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN 2018
ii
iii
iv
PRAKATA
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Jesus Kristus Sang
Juru Selamat atas penyertaan dan penyelamatan rohani yang selalu diselimuti
dengan kasih dan sayangNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
yang berjudul “Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah Kota
Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas“. Dan juga kepada keluarga,
sahabat dan kepada seluruh umatnya, hingga akhir zaman, Aamiin.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan
strata satu (S1) pada program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Hubungan
Masyarakat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Peneliti menyadari bahwasanya skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu saran dan kritik yang dapat membantu perbaikan skripsi ini
sangat diharapkan oleh peneliti.
Keberhasilan penyusunan penelitian ini tentu tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, baik bantuan berupa doa, motivasi, maupun bimbingan. Untuk itu
peneliti juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan kepada peneliti, yaitu :
1. Jesus Kristus karena kasih dan karunia-Nya, maka skripsi ini dapat
terselesaikan.
2. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
3. Dr. H. Agus Sjafari, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
v
4. Bapak Imam Mukhroman, M.Si., selaku Wakil Dekan II Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I skripsi yang telah
membantu memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Andin Nesia, M.I.Kom., selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang selalu
membantu memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi
ini.
6. Bapak/Ibu Dosen beserta staf Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, peneliti
mengucapkan teirma kasih atas ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan.
7. Bapak Felix Mulyawan beserta seluruh jajaran staf/pegawai Pemerintah Kota
Tangerang yang telah menuntun dan mengarahkan dalam pengumpulan data
penelitian.
8. Teman-teman narasumber selaku penerima manfaat Program Tangerang
Cerdas, peneliti mengucapkan terima kasih atas waktunya yang telah
memberikan masukan dan bantuannya dalam pengumpulan data di lapangan.
9. Terima kasih kepada Opung Boru/Nenek saya yang telah mengantarkan
peneliti pertama kali ke Kampus Untirta dan yang selalu mendaoakan
keberhasilan peneliti dan juga kepada kedua orangtua tercinta Bapak Martomu
Siregar dan Ibu Juli Megawati Pasaribu yang selalu memberikan doa, kasih
sayang, motivasi yang begitu berharga kepada peneliti, juga bantuan secara
moril maupun materiil yang tak terhitung.
vi
10. Terima kasih kepada kalian teman seangkatan selalu memberikan ilmu
maupun dukungan, semangat dan hiburan selama ini, yang terkandung sangat
menjengkelkan.
11. Untuk kosan Nathan belakang koasan Teh Muah yang telah memberikan
waktu beserta tenaganya untuk menemani keseharian saya dalam kehidupan
sehari-hari maupun pengerjaan skripsi dan melakukan aktivitas Gamer yang
tak tergantikan, terima kasih untuk Kristian Winata, Ditya Wisnu, Andre
Togatorop, Ilham Nurfaizi Kurniawan, Ozil, Danang Prabowo, Aryo, Wilbert,
Fadilah Nuramadhan, Tyo, Muil, Untung Boy, Eston, Fahru Roiz, semoga kita
semua sukses dalam mengejar impian dan masa depan yang tak terduga,
aamiin.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang secara langsung
maupun tidak langsung telah memberikan dukungan dan bantuan kepada
peneliti.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan kasih karuniaNya
kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan penelitian ini. Semoga karya kecil ini dapat menjadi langkah yang
positif di kemudian hari, dan bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Serang, November 2018
Penulis
(Jilius)
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
PRAKATA ....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
ABSTRACT ....................................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 6
1.3 Identifikasi Masalah ................................................................ 7
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................. 8
1.5.1 Manfaat Teoritis .......................................................... 8
1.5.2 Manfaat Praktis ........................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9
2.1 Tinjauan Teoritis ..................................................................... 9
2.1.1 Komunikasi ................................................................. 9
2.1.2 Hubungan Masyarakat ................................................. 19
2.1.3 Audit Humas ................................................................ 26
2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................ 37
2.3 Penelitian Terdahulu ............................................................... 42
viii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 46
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................ 46
3.2 Paradigma Penelitian ............................................................... 48
3.3 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ................................. 49
3.4 Teknik Penelitian .................................................................... 50
3.5 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 52
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................... 55
3.7 Unit Analisis ............................................................................ 58
BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................... 60
4.1 Deskripsi Subyek Penelitian ................................................... 60
4.1.1 Profil Kota Tangerang .................................................... 60
4.1.2 Visi dan Misi Kota Tangerang ....................................... 73
4.1.3 Struktur Pemerintahan Kota Tangerang ......................... 74
4.1.4 Gambaran Umum Program Tangerang Cerdas .............. 75
4.2 Hasil Penelitian ....................................................................... 82
4.2.1 Ketercapaian Audit Public Relations (PR) Humas
Pemerintah Kota Tangerang dalam Program
Tangerang Cerdas Pada Proses Input Kegiatan ............. 83
4.2.2 Ketercapaian Audit Public Relations (PR)
Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam Program
Tangerang Cerdas pada Proses Output Kegiatan ............... 97
4.2.3 Ketercapaian Audit Public Relations (PR)
Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam Program
Tangerang Cerdas pada Proses Outcome Kegiatan ........ 99
ix
4.3 Pembahasan ............................................................................. 104
4.3.1 Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah
Kota Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas ......... 106
4.3.1.1 Evaluasi Ketercapaian Audit Public
Relations (PR) Humas Pemerintah Kota
Tangerang dalam Program Tangerang
Cerdas Pada Proses Input Kegiatan .................... 106
4.3.1.2 Evaluasi Ketercapaian Audit Public
Relations (PR) Humas Pemerintah Kota
Tangerang dalam Program Tangerang
Cerdas Proses Output Kegiatan ........................... 110
4.3.1.3 Evaluasi Ketercapaian Audit Public
Relations (PR) Humas Pemerintah Kota
Tangerang dalam Program Tangerang
Cerdas Pada Proses Outcome Kegiatan .............. 111
BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 122
5.1 Penutup .................................................................................... 122
5.2 Saran ........................................................................................ 124
5.2.1 Saran Teoritis ................................................................. 124
5.2.2 Saran Praktis ................................................................... 124
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... 126
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 127
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pyramid Model of PR Research ............................................... 30
Gambar 2.2 Proses Audit Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam
Menyosialisasikan Program Tangerang Cerdas Melalui
Iklan Layanan Masyarakat di Televisi ...................................... 40
Gambar 2.3 Scoot M. Cutlip (Metode Humas) Empat langkah Proses
Hubungan Masyarakat .............................................................. 41
Gambar 4.1 Struktur Pemerintahan Kota Tangerang .................................... 74
xi
ABSTRAK
Jilius, NIM. 6662141665, Skripsi. “Audit Public Relations (PR) Humas
Pemerintah Kota Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas“
Program Tangerang Cerdas adalah merupakan program unggulan Pemerintah
Kota Tangerang guna menggenjot kualitas pendidikan formal dan nonformal.
Program Tangerang Cerdas membantu siswa-siswi yang kurang mampu untuk
menunjang biaya pendidikannya. Program Tangerang Cerdas yang digulirkan
merupakan jaminan kepada seluruh warga untuk bisa bersekolah tanpa masalah
biaya. Realisasi dari program Tangerang Cerdas adalah, Pemerintah Kota
Tangerang memberikan bantuan kepada pelajar dari tingkat SD hingga
SMA/SMK berupa pembayaran SPP dan keperluan lainnya meliputi sepatu,
seragam sekolah, tas sekolah dan penunjang proses belajar mengajar. Program
Tangerang Cerdas pun sejalan dengan kebijakan Pemerintah Pusat mengenai
wajib belajar hingga 12 tahun. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui audit
program relations (PR) Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam Program
Tangerang Cerdas. Ditinjau dari pelaksanaan program dan hasil akhir. Penelitian
ini bertolak dari model audit komunikasi Pyramid Model of Public Relation
Research yang merupakan versi revisi dari Model Makro Evaluasi PR oleh MA
Jim Macnamara. Model ini menggabungkan riset formatif dan evaluatif dengan
asumsi bahwa kedua jenis riset harus diintegrasikan dan berjalan sebagai suatu
kontinum dari pengumpulan sebagai fungsi-fungsi diskret yang terpisah. Perlu
diketahi bahwa dalam melaksanakan evaluasi suatu program public relations,
proses evaluasi harus dimulai dari awal program tersebut dibentuk, yaitu ketika
manajemen baru mulai menyusun tujuan awal program atau disebut sebagai tahap
persiapan/perencanaan (input), berlanjut pada tahap pelaksanaan (output), hingga
tahap hasil akhir (outcome). Hasil penelitian menunjukkan bahwa audit program
relations (PR) Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam Program Tangerang
Cerdas pada tahap input, di mana konsep kegiatannya telah terencana dengan
baik, karena pemahaman antara pelaksana kegiatan dengan data dokumentasi
yang sudah direncanakan sebelumnya telah sesuai, pada tahap output, pelaksana
cukup lancar, itu terlihat dari banyak tujuan program yang telah tercapai meskipun
banyak ditemukan kendala terkait aspek peruntukan atau pemanfaatan dari siswa
penerima Kartu Tangerang Cerdas yang mempergunakannya bukan untuk
keperluan sekolah dan pada tahap outcome ditemukan bahwa tujuan besar dari
program yang diharapkan pada dasarnya telah tercapai, meskipun ada siswa dari
golongan tidak mampu atau siswa putus sekolah yang belum terdaftar atau belum
mendapatkan Kartu Tangerang Cerdas.
Kata Kunci: Audit Public Relations, Humas Pemerintah Kota Tangerang,
Program Tangerang Cerdas.
xii
ABSTRACT
Jilius, NIM. 6662141665, Thesis. “Audit Public Relations (PR) of Tangerang City
Government in Tangerang Smart Program .”
Tangerang Smart Program is a flagship program of Tangerang City Government
to boost the quality of formal and non-formal education. Tangerang Smart
Program helps disadvantaged students to support their education costs. The
Tangerang Smart program that is rolled out is a guarantee for all citizens to be
able to go to school without cost problems. The realization of the Tangerang
Cerdas program is that Tangerang City Government provides assistance to
students from elementary school to high school / vocational school in the form of
tuition payments and other needs including shoes, school uniforms, school bags
and supporting the teaching and learning process. The Tangerang Smart program
is in line with the Central Government's policy on compulsory education for up to
12 years. The research objective was to find out the audit Public Relations in
Tangerang Smart Program. Judging from the implementation of the program and
the final results. This study departs from the communication audit model of the
Pyramid Model of Public Relations Research which is a revised version of the PR
Macro Evaluation Model by MA Jim Macnamara. This model combines formative
and evaluative research with the assumption that both types of research must be
integrated and run as a continuum of collection as separate discrete functions. It
should be acknowledged that in carrying out an evaluation of a public relations
program, the evaluation process must be started from the beginning of the
program is formed, namely when new management begins to formulate the initial
objectives of the program or is called the preparation / planning (input) stage,
continues to the implementation stage (output), until the final outcome stage
(outcome). The results showed that the Tangerang City Public Relations program
relations (PR) audit in the Tangerang Smart Program was at the input stage,
where the concept of activities was well planned, because of the understanding
between the implementers of the activity and the previously planned
documentation data, at the output stage. The executor was quite smooth, it was
seen from many program objectives that had been achieved even though there
were many obstacles related to the designation or utilization aspects of the
recipient of Tangerang Smart Card which used it not for school needs and at the
outcome stage it was found that the main objectives of the program were basically
achieved, even though there are students from disadvantaged groups or dropouts
who have not been registered or have not received a Tangerang Smart Card.
Keywords: Audit Public Relations, Public Relations of Tangerang City
Government, Tangerang Smart Program.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hubungan masyarakat (public relations) merupakan cabang utama dalam
kajian ilmu komunikasi. Hubungan masyarakat (humas) adalah segala bentuk
komunikasi berencana antara sebuah organisasi dengan masyarakat untuk
memperoleh tujuan dan sasaran tertentu yang berhubungan dan saling pengertian
sesuai dengan definisinya. Humas memiliki peranan penting dalam sebuah
perusahaan atau organisasi (Jefkins, 1992:2).
Komunikasi merupakan suatu proses, suatu kegiatan. Walaupun kita
mungkin membicarakan komunikasi seakan-akan ini merupakan suatu statis, yang
diam, komunikasi tidak pernah seperti itu. Segala hal dalam komunikasi selalu
berubah-ubah, orang yang kita ajak berkomunikasi dan lingkungan kita (Devito,
1997:47).
Keterampilan berkomunikasi menjadi hal pokok yang harus dikembangkan,
baik secara akademik maupun dalam kegiatan operasionalnya. Dalam dunia
hubungan masyarakat (humas), komunikasi merupakan keahlian utama yang harus
dimiliki oleh seorang petugas humas, dengan adanya komunikasi diharapkan
terjadi kesamaan makna antara organisasi dengan publik serta terbentuknya opini
publik yang memberi rasa nyaman terhadap masyarakat.
Fungsi humas dalam menyelenggarakan komunikasi timbal balik dua arah
(reciprocal two way traffic communication) antara organisasi atau badan instansi
2
dengan publik sebagai sasaran (target audience) yang pada akhirnya dapat
menentukan sukses atau tidaknya tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi yang
bersangkutan. Hal tersebut sesuai dengan intisari definisi kerja humas oleh Rex
Harlow yang telah dikutip Rosadi Ruslan yaitu: “humas merupakan komunikasi
dua arah antara organisasi dengan publiknya secara timbal balik dalam rangka
mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan
kerjasama serta pemenuhan kepentingan bersama. (Cutlip, Center & Broom,
2006:5)
Memahami humas bukanlah hal yang mudah dan sederhana. Dinamika
perkembangan humas membawa banyak faktor dalam mempengaruhi perubahan
peran fungsi dan kedudukan humas. Fungsi dan kedudukan humas bukan
menempatkan humas sebagai fungsi teknis, namun berkembang menjadi fungsi
strategis yang bertanggung jawab terhadap hubungan organisasi dan pemangku
kepentingan (stakeholder). (Ruslan, 2002: 23)
Dalam sebuah organisasi pemerintahan (daerah), humas sering diposisikan
sebagai corong atau suara dari pimpinan Pemerintah Daerah dalam hubungannya
dengan publik, sehingga menjadi posisi yang terhormat, tinggi, strategis dan
melekat kemampuan dan tanggung jawab. Humas sebagai corong atau sumber
informasi, dituntut kemampuannya dalam menghadapi tantangan dan perubahan
zaman yang sangat cepat terutama menghadapi perkembangan teknologi,
informasi dan komunikasi serta tak terkalah penting adalah bidang pendidikan.
Pelayanan sektor pendidikan untuk menjangkau masyarakat kurang
mampu menjadi tantangan besar mengingat kondisi ekonomi makro yang belum
3
kondusif. Dalam konteks inilah, maka pemerintah berkewajiban untuk
menyediakan pendidikan yang gratis dan bermutu kepada setiap warga Negara
sebagaimana disebutkan dalam UUD 1945 hasil amandemen pasal 31 Ayat (1)
”Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan Ayat (2) “Setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayai”.
Amanat konstitusi ini diperkuat lagi dalam penjelasan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
khususnya Pasal 34 ayat (2) menyebutkan “Pemerintah dan Pemerintah daerah
menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar
tanpa memungut biaya”, dan dalam ayat (3) menyebutkan bahwa “wajib belajar
merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan Pemerintah, Pemerintah daerah, dan masyarakat”. Konsekuensi dari
amanat undang-undang tersebut adalah pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan pendidikan bagi seluruh warga negara pada tingkat
pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs) serta satuan pendidikan lain yang
sederajat.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia memberlakukan konsep Wajib
Belajar Pendidikan Dasar. Wajib Belajar Pendidikan Dasar ini diawali dengan
pencanangan program Wajib Belajar Sekolah Dasar Enam Tahun, yang dimulai
pada tanggal 2 Mei 1984, Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI Tahun 2015
adalah sebesar 109.94 % (Badan Pusat Statistik 2016). Salah satu indikator
penuntasan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar diukur dengan APK. APK
adalah jumlah seluruh anak yang sekolah dibagi jumlah anak usia sekolah
4
tersebut. Usia anak Sekolah Dasar (SD) adalah 7-12 tahun, sedangkan SMP
adalah 13-15 tahun. Sukses dengan program Wajib Belajar Sekolah Dasar Enam
Tahun, kemudian pemerintah melanjutkan dengan program Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun atau setara dengan pendidikan minimal
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan yang sederajat. Pelaksanaan program
Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan sebagai payung hukumnya,
pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2008 tentang
Pelaksanaan Wajib Belajar Sembilan Tahun.
Kemudian dalam upaya meningkatkan akses pendidikan guna menunjang
terselenggaranya Wajib Belajar Dua Belas Tahun, Pemerintah Kota Tangerang
meluncurkan Program Tangerang Cerdas pada pertengahan Agustus 2014.
Program ini bertujuan untuk membuka akses yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat Kota Tangerang, terutama warga kurang mampu terhadap pendidikan.
Program Tangerang Cerdas yang digulirkan merupakan jaminan kepada seluruh
warga untuk bisa bersekolah tanpa masalah biaya. Realisasi dari program
Tangerang Cerdas yaitu Pemerintah Kota Tangerang memberikan bantuan kepada
pelajar dari tingkat SD hingga SMA/SMK berupa pembayaran SPP dan keperluan
lainnya meliputi sepatu, seragam sekolah, tas sekolah dan penunjang proses
belajar mengajar. Dengan begitu, maka seluruh anak-anak di Kota Tangerang
telah terjamin dan bisa bersekolah tanpa adanya masalah biaya sebab telah
ditanggung oleh Pemerintah Kota Tangerang.
Guna menjalankan program Tangerang Cerdas, Pemkot Tangerang telah
mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 80.000.000.000,- (delapan puluh milyar
5
rupiah) yang bersumber dari APBD Kota Tangerang. Di mana biaya personel
pribadi besaran bantuannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan, yakni untuk
tingkat SD/MI sebesar Rp80 ribu per bulan, untuk tingkat SMP/MTs Rp100 ribu
per bulan, dan SMA/MA/SMK sebesar Rp200 ribu per bulan dan untuk biaya SPP
tingkat SD/MI sebesar Rp40 ribu per bulan, SMP/MTS sebesar Rp75 ribu per
bulan, serta SMA/MA/SMK Rp150 ribu per bulan. Nama-nama penerima bantuan
program Tangerang Cerdas ini akan dipublikasikan di setiap sekolah sebagai
bentuk transparansi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dalam suatu pemerintahan, humas
juga dilakukan penilaian atas kinerjanya. Penilaian ini merupakan penilaian publik
yang berupa pandangan mereka terhadap suatu pemerintahan. Penilaian itu dapat
berupa citra, sikap dan persepsi publik terhadap lembaga pemerintahan. Penilaian
yang dimaksud dikenal dengan istilah audit humas yang bertujuan mengkaji atau
mengevaluasi praktik humas di sebuah lembaga pemerintahan, baik humas
internal atau eksternal. Hasil audit humas akan diketahui pula kegiatan-kegiatan
apa saja yang mencapai tujuan dan kegiatan mana yang belum. Dengan
diketahuinya kegiatan yang berhasil dan yang gagal, akan memudahkan pejabat
humas untuk memperbaikinya. Semua kegiatan humas pada waktu yang sama
dapat segera diperbaiki atau disempurnakan.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merasa bahwa perlu dilakukan
audit umas untuk program Tangerang Cerdas yang dilakukan oleh Pemerintah
Kota Tangerang. Audit humas digunakan untuk mengevaluasi apakah program
atau kebijakan tersebut efektif. Agar Program Tangerang Cerdas yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tangerang menjadi benar-benar efektif, bukan
6
hanya sekedar ajang untuk mematuhi peratutan pemerintah atau sekedar
mengikuti tren yang berkembang di masa ini, dan juga dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan tentunya Pemerintah Kota Tangerang, sehingga tercapainya
hubungan yang harmonis dengan masyarakat, terbentuknya citra yang baik bagi
Pemerintah Kota Tangerang tanpa ada dana yang terbuang dengan sia-sia, maka
diperlukan evaluasi salah satunya dengan melakukan audit humas. Dengan
melakukan audit humas, praktisi humas juga bisa mencari tahu kesalahan-
kesalahan yang terjadi di kegiatan sebelumnya sehingga dalam pelaksanaan
program atau kegiatan selanjutnya kesalahan-kesalahan yang terjadi di kegiatan
atau program sebelumnya dapat diminimalisir.
Sejumlah model telah dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana dan
kapan riset dan evaluasi dalam public relations atau humas Pemerintah Kota
Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas ini dapat diterapkan, salah satunya
adalah model audit komunikasi Pyramid Model of Public Relation Research yang
merupakan versi revisi dari Model Makro Evaluasi PR oleh MA Jim Macnamara.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: “AUDIT PUBLIC RELATIONS (PR) HUMAS PEMERINTAH
KOTA TANGERANG DALAM PROGRAM TANGERANG CERDAS.”
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis
memfokuskan perumusan masalah penelitian, yaitu bagaimana hasil Audit Public
Relations (PR) Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam program Tangerang
Cerdas?
7
1.3 Identifikasi masalah
Agar tidak terjadi kesalahan pemahaman dan maksud dari penulisan skripsi
ini, maka penulis melakukan identifikasi masalah. Adapun identifikasi
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana ketercapaian hasil Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah
Kota Tangerang dalam program Tangerang Cerdas pada proses input
kegiatan?
2. Bagaimana ketercapaian hasil Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah
Kota Tangerang dalam program Tangerang Cerdas pada proses output
kegiatan?
3. Bagaimana ketercapaian hasil Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah
Kota Tangerang dalam program Tangerang Cerdas pada proses outcome
kegiatan?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan dari penelitian ini di
antaranya adalah untuk mengetahui hasil Audit Public Relations (PR) Humas
Pemerintah Kota Tangerang dalam program Tangerang Cerdas, terkait dengan
evaluasi ketercapaian hasil Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah Kota
Tangerang dalam program Tangerang Cerdas pada proses input, output dan
outcome kegiatan.
8
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu manfaat teoritis
dan manfaat praktis. Manfaat teoritis biasanya hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan konsep-konsep atau teori-teori
komunikasi pada umumnya dan konsep-konsep pada khususnya. Manfaat praktis
hendaknya disebutkan secara tersurat berguna bagi masyarakat.
1.5.1 Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan sumbangan
pemikrian bagi perkembangan ilmu komunikasi, khususnya ilmu hubungan
masyarakat yang berkaita dengan Audit Public Relations Humas Pemerintah Kota
Tangerang dalam program Tangerang Cerdas. Kegiatan ini juga merupakan
stimulus dan kesempatan bagi penulis untuk mengeksplorasi lebih jauh materi-
materi yang didapatkan di bangku perkuliahan yang kemudian diaktualisasikan
dalam sebuah karya ilmiah. Dan diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat
menambah wawasan pengetahuan bagi penulis dan pembaca penelitian ini.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, sumbangan
pemikiran dan pertimbangan yang dapat dimanfaatkan dan berguna kepada pihak
terkait, khususnya Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam Program Tangerang
Cerdas serta dalam menjalankan program selanjutnya di masa mendatang.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Komunikasi
2.1.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, di
mana untuk keberlangsungan hidupnya manusia memerlukan interaksi antar
sesama. Kehidupan manusia tanpa komunikasi akan terasa hampa dan tidak akan
pernah efektif karna tanpa komunikasi interaksi antar manusia baik secara
perorangan, kelompok atau organisasi tidak mungkin terjadi. Sebagai makhluk
sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan makhluk lainnya, ia ingin
mengetahui lingkungan sekitar sekaligus memenuhi kebutuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Keadaan itulah yang membuat manusia
itu harus berkomunikasi satu sama lain, karena jamanpun telah berubah menjadi
jaman informasi dan dimana informasilah yang bisa menggerakkan perubahan.
Pengertian komunikasi menurut (Ruslan, 2007;81) “yaitu komunikasi
berasal dari perkataan bahasa latin communication yang berarti pemberitahuan
atau pertukaran pikiran jadi secara garis besarnya dalam suatu proses komunikasi
haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran
pikiran atau pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan
(penerima pesan).
10
Sebagai suatu proses, komunikasi tidak “statis”, akan tetapi “dinamis”
dalam arti akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung secara terus
menerus. Proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor-faktor
atau unsur-unsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup pelaku atau peserta,
pesan (meliputi bentuk, isi dan cara penyajiannya), saluran atau alat yang
dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil, atau akibat yang
terjadi, serta situasi atau kondisi pada saat berlangsungnya proses komunikasi.
Menurut (Effendy, 2005;9) mendefinisikan “komunikasi adalah proses
penyampaian pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai panduan berfikir
dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan dan himbauan yang
dilakukan dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku.
Menurut (Cangara, 2005:19), Komunikasi adalah suatu proses dimana dua
orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu
sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian yang mendalam.
Menurut (Cangara, 2006:43) unsur-unsur komunikasi antara lain sebagai
berikut:
1. Sumber
Dalam proses komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Biasanya terdiri dari satu orang atau lebih, bahkan
bisa juga berupa satu lembaga atau organisasi.
a. Pesan
Sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima dalam suatu proses
komunikasi. Pesan bias disampaikan secara tatap muka langsung maupun
11
melalui media komunikasi, isinya bisa berupa informasi, hiburan, nasehat
atau propaganda.
b. Media
Adalah alat perantara yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber ke kepada penerima.
c. Penerima
Merupakan pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa terdiri dari satu atau lebih, kelompok maupun negara.
d. Efek atau pengaruh
Merupakan perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh
bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada
pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerima
pesan.
Secara umum kegiatan proses komunikasi dalam masyarakat dapat
berlangsung dalam 6 (enam) tingkatan sebagai berikut:
1. Komunikasui intra-pribadi.
2. Komunikasi antar pribadi.
3. Komunikasi dalam kelompok.
4. Komunikasi antar kelompok.
5. Komunikasi dengan masyarakat luas.
Menurut Sasa Djuarsa Sendjaya dalam buku “Ilmu Komunikasi”,
kegiatan atau upaya komunikasi yang dilakukan pihak sumber tentunya juga
12
diharapkan menimbulkan akibat atau hasil yang terjadi pada diri penerima
yang sesuai dengan keinginan pihak sumber. Menurut (Sendjaya, 2003:21)
secara umum akibat atau hasil komunikasi ini dapat mencakup tiga aspek,
antara lain:
1. Aspek Kogintif
Aspek yang berhubungan dengan pengetahuan dari penerima pesan,
menyangkut kesadaran dan pengetahuan.
Misalnya: menjadi sadar atau ingat, menjadi tahu atau kenal.
2. Aspek Afektif
Aspek yang berhubungan dengan penerima pesan, berhubungan dengan
apa yang dirasakan oleh penerima pesan menyangkut sikap atau
perasaan/emosi.
Misalnya: sikap setuju/tidak setuju, perasaan sedih, gembira, perasaan
benci, dan menyukai.
3. Aspek Konatif/Psikomotor
Aspek terakhir dalam proses komunikasi yang diharapkan oleh
komunikator adalah tergeraknya komunikan atau penerima pesan untuk
melakukan sesuatu yang disarankan oleh komunikator dalam
penyampaian pesanya menyangkut tindakan.
Misalnya: berbuat seperti apa yang disarankan, atau berbuat sesuatu tidak
seperti apa yang disarankan (menentang)”
13
Menurut Widjaja, fungsi dari komunikasi itu sendiri adalah:
1. Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita,
data, gambar, fakta, pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar
dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap lingkungan dan orang
lain agar dapat mengambil kepuasan yang tepat.
2. Sosialiasasi (pemasyarakatan), penyedian sumber ilmu pengetahuan yang
memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat
yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di
dalam masyarakat.
3. Motivasi, menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun
jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginannya,
mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama
yang dikejar.
4. Perdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling tukar menukar fakta yang
diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan
perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti
relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih
melibatkan diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan bersama.
5. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong
perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk
keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang
kehidupan.
14
6. Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan
maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan
dengan memperluas horizon seseorang, serta membangun imajinasi dan
mendorong kreativitas dan kebutuhan estetikanya.
7. Hiburan, penyebarluasan, sinyal, simbol, tari, kesenian, kesusatraan,
musik, olahraga, kesenangan, kelompok, dan individu.
8. Integrasi, menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan
untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka
dapat saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan
keinginan orang lain (Widjaja, 1999:65)
Deddy Mulyana dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”
mengutip pernyataan Laswell yang menyimpulkan “Cara yang baik untuk
menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says
What In Which Channel To Whom With What Effect? atau siapa berkata apa
dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana? (Mulyana,
2001:10)
Berdasarkan model komunikasi Harold D. Lasswell yang telah diuraikan
diatas, maka jika diaplikasikan ke dalam penelitian ini, adalah:
1. Who (siapa)
Yaitu komunikator yang merupakan sumber yang akan memberikan informasi
atau menyampaikan pesan kepada para komunikannya, komunikator dalam hal
ini adalah Petugas Humas.
15
2. Says what (pesan yang akan disampaikan)
Yaitu pesan yang akan disampaikan komunikator, dalam hal ini adalah bentuk
segala informasi.
3. In which channel (media yang dipergunakan)
Media yang digunakan adalah berbagai pendukung dan melalui komunikasi
verbal secara interpersonal yang sifatnya dialogis dalam proses penyampaian
informasi.
4. To whom (siapa komunikannya)
Pesan ditunjukkan kepada publik umum khususnya para masyarakat yang
memiliki kecenderungan untuk memperhatikan informasi.
5. With what effect (efek apa yang diharapkan)
Efek apa yang diharapkan pada komunikan adalah terpenuhinya seluruh
kebutuhan informasi sehingga strategi humas dapat diterima oleh publik.
Menurut Effendy, paradigma Lasswell di atas menunjukan bahwa
komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan
itu, yakni:
1. Komunikator (communicator)
2. Pesan (message)
3. Media (channel, media)
4. Komunikan (communicant)
5. Efek (effect) (Effendy, 1999:10)
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, Komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
16
menimbulkan efek tertentu dengan tujuan mengubah tingkah laku individu-
individu lain.
Berdasarkan model komunikasi Harold Lasswell diatas, jika dikaitkan
dengan penelitian ini adalah Humas Pemerintah Kota Tangerang sebagai
komunikator, pesan-pesan secara verbal yang disampaikan berupa penyampaian
tentang Program Tangerang Cerdas. Sedangkan, publik umum khususnya
masyarakat yang terkena dampak Program Tangerang Cerdas ini sebagai khalayak
sasaran atau disebut komunikan. Terakhir adalah efek yang diharapkan pada
komunikan adalah terpenuhinya seluruh kebutuhan informasi masyarakat
mengenai Program Tangerang Cerdas, sehingga strategi Humas Pemerintah Kota
Tangerang yang dijalankan dapat diterima oleh publik. Dengan demikian
kelengkapan unsur komunikasi menurut Harold Lasswell yang mutlak harus ada
di dalam setiap prosesnya.
2.1.1.2 Proses Komunikasi
Proses komunikasi pada hakekatnya adalah penyampaian suatu pesan yang
dilakukan oleh seorang komunikator sedemikian rupa sehingga menimbulkan
dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah
pernyataan sebagai panduan dari perasaan yang berupa ide, gagasan, informasi,
keluhan, dan sebagainya.
Effendi dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” (2003:11-
16), membagi proses komunikasi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
17
1. Proses komunikasi secara primer.
Yaitu proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai medianya. Lambang sebagai
media primer dalam proses komunikasi, umumnya adalah bahasa. Dikatakan
demikian karena ada juga lambang yang dipergunakan dalam komunikasi,
antara lain gesture, yaitu gerakan tubuh, gambar, warna, dan sebagainya.
2. Proses komunikasi secara sekunder.
Yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan
penggunaan alat/sarana sebagai media kedua. Setelah penggunaan
lambang/simbol sebagai media pertama. Seseorang menggunakan media
kedua dalam berkomunikasi dikarenakan komunikan dalam sasarannya berada
ditempat yang relatif cukup jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, fax,
radio, dan majalah adalah sebagai contoh media yang sering dipakai dalam
berkomunikasi.
“Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan
serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan
atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainya dalam kurun waktu tertentu
sebagai proses, komunikasi tidak “statis”, tetapi “dinamis” dalam arti akan
selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus menerus” (Sendjaja,
2008:1.13).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi
terbagi menjadi dua yaitu pertama proses penyampaian pikiran komunikator ke
komunikan secara langsung dengan menggunakan simbol sebagai media. Kedua
18
proses secara sekunder merupakan proses penyampaian pesan komunikator
dengan komunikan secara tidak langsung dengan menggunakan alat pendukung
sebagai media untuk menyampaikan pesan.
2.1.1.3 Sifat Komunikasi
Effendy dalam bukunya yang berjudul “Dinamika Komunikasi”
menjelaskan sifat-sifat komunikasi sebagai berikut:
1. “Komunikasi tatap muka.
Komunikasi tatap muka adalah komunikasi yang dilakukan seorang
komunikator secara langsung berhadapan dengan seseorang atau sekelompok
orang komunikan. Komunikasi tatap muka ini dipergunakan apabila kita
mengharapkan efek perubahan tingkah laku dari komunikan. Dengan saling
melihat, apakah komunikator bisa mengetahui pada saat itu juga apakah
komunikan memperhatikan dan mengerti apa yang sedang dikomunikasikan.
2. Komunikasi bermedia.
Komunikasi bermedia, baik itu media publik maupun media massa, pada
umumnya banyak dipergunakan untuk komunikasi yang sifatnya informatif
karena tidak begitu ampuh untuk mengubah tingkah laku, terlebih lagi media
massa” (Effendy, 1993:31).
Berdasarkan komunikasi definisi di atas bahwa komunikasi tatap muka
adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator secara langsung. Sedangkan
komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan media, baik itu
media publik maupun media massa untuk melakukan proses komunikasinya.
Selain itu terdapat kelebihan atau kekurangan dari masing-masing sifat
19
komunikasi tersebut. Komunikasi tatap muka dalam jumlah kecil sejauh
komunikator bisa berdialog dengannya, namun ia memiliki kemampuan untuk
mengubah tingkah laku komunikan. Sedangkan komunikasi bermedia sifatnya
tidak persuasif, namun ia mampu mencapai komunikan dalam jumlah yang besar.
Begitupun dengan Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam melakukan
komunikasi dengan tatap muka agar efeknya lebih mengena, sehingga tujuan-
tujuan dari Humas tersebut dapat terlaksana dengan baik.
2.1.2 Hubungan Masyarakat (Humas)
2.1.2.1 Pengertian Humas
Humas menurut (Frank Jefkins, 1992:8) adalah “sesuatu yang merangkum
keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara
suatu organisasi dengan semua khalayak dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
spesifik yang berlandaskan saling pengertian”. Berdasarkan definisi tersebut
bahwa Humas merupakan pelaksanaan kegiatan komunikasi secara terencana pada
sebuah perusahaan yang ditujukan kepada pihak internal maupun eksternal untuk
mencapai tujuan tertentu.
Selain itu, definisi Humas menurut IPRA (InternationalPublic Relations
Association) yang dikutip oleh Frank Jenfkins, adalah sebagai berikut: “Praktek
Humas atau Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan
secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan
memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan
segenap khalayaknya” (Jefkins 1992:9).
20
“Humas merupakan fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap
masyarakat, mengenali kebijakan dan prosedur individu atau organisasi dalam
kepentingan masyarakat, dan merencanakan serta melaksanakan program tindakan
untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan masyarakat” (Effendi, 1998:24).
“Humas adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi
terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan
khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan
saling pengertian” (Effendy, 1989:134).
Ketika menggunakan suatu konsep Public Relation harus selalu diingat
bahwa Humas tersebut adalah suatu kegiatan yang terencana baik itu kedalam
(internal) ataupun keluar (eksternal) lembaga. Kegiatan humas tersebut memiliki
tujuan tertentu untuk melayani kepentingan publik.
Hal ini menjelaskan bahwa tujuan Humas adalah menciptakan saling
pengertian antara perusahaan dengan khalayaknya. Peranan Humas ruang lingkup
tugasnya antara lain meliputi membina hubungan kedalam (public internal) dan
membina hubungan keluar (public eksternal).
Berdasarkan definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa Humas adalah
bentuk keseluruhan usaha terencana dan berkelanjutan untuk menciptakan dan
memelihara citra perusahaan dengan para publik eksternalnya.
2.1.2.2 Fungsi dan Tugas Hubungan Masyarakat
Fungsi Humas menurut Cutlip dan Center, Canfield yang dikutip oleh
Rosady Ruslan sebagai berikut:
21
1. “Menunjang aktifitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama
(fungsi melekat pada manajemen lembaga/organisasi)
2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan berbagai publik, baik
hubungan kedalam (internal relations) maupun keluar (External Relation).
3. Mengidentifikasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan
tanggapan masyarakat terhadap badan atau organisasi yang diwakilinya.
4. Melayani publik sebaik mungkin dan memberikan advice (nasehat) kepada
pimpinan organisasi dengan tidak mengabaikan kepentingan umum.
5. Menciptakan Komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi,
publiknya atau sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah
pihak” (Ruslan, 2002:19).
Sedangkan Cutlip dan Center dalam (Effendy, 1998:34) memberikan
penjelasan mengenai konsep fungsional Humas sebagai berikut:
1. “Untuk memudahkan dan menjamin arus opini yang bersifat mewakili dari
publik-publik suatu organisasi, sehingga kebijakan beserta operasionalisasi
organisasi dapat dipelihara keserasiannya dengan ragam kebutuhan dan
pandangan publik-publik tersebut.
2. Menasehati manajemen mengenai jalan dan cara menyusun kebijaksanaan dan
operasionalisasi organisasi untuk dapat diterima secara maksimal oleh publik.
3. Penjelasan tersebut menurut peneliti merupakan sebuah konsep yang secara
umum dilakukan oleh sebuah departemen ataupun petugas humas. Melihat
dari konsep funsional tersebut dapat diketahui bahwa Humas mampu
menserasikan kebijakan perusahaan dengan kebutuhan publiknya, mampu
22
membantu manajemen dalam merumuskan kebijakan yang dapat diterima
publik, serta mampu membantu perusahaan dalam mencapai tujuan-tujuan
yang diinginkanya.
Keberadaan Humas disebuah lembaga, baik di dalam pemerintah maupun
swasta, tampaknya dari hari kehari terus membutuhkan kerja kreatif terkait
ketatnya dunia persaingan.
Dunia bisnis adalah tempat Humas berperan dalam menjaga hubungan
harmonis antara perusahaan atau lembaga yang dikelolanya dengan orang-orang
sekitar. Hal ini membutuhkan langkah-langkah yang efisien guna kemajuan
perusahaan atau lembaga. Inilah yang disebut langkah-langkah dalam bentangan
kajian Audit Humas yang erat hubungannya dengan dunia komunikasi.
Di dalam sebuah manajemen, Humas merupakan subfungsi yang bekerja
dalam hal mengidentifikasi segala kebijakan atau aturan dan prosedur antara
organisasi atau juga pribadi dengan kepentingan publik.
Selain itu, Humas berfungsi dalam melakukan evaluasi segala bentuk
opini, sikap, dan perilaku masyarakat. Jika hal ini sudah dilalui, fase selanjutnya
adalah melakukan rencana kerja nyata guna menarik simpati dan dukungan
publik.
Humas berhubungan langsung dengan publik, sehingga peranannya pun
sangatlah penting di sini. Untuk menghadapi publik itu tidaklah mudah, dan
perusahaan tidak bisa lepas dari pengaruh publik karena menyangkut pencitraan.
Bertahannya sebuah perusahaan tidak hanya dilihat dari kinerjanya dan
23
persembahan terbaiknya untuk masyarakat saja, tetapi bagaimana cara perusahaan
untuk tetap eksis mempertahankan hidupnya di tengah-tengah masyarakat.
Jika pihak Humas tidak pandai mengambil hati masyarakat jangan harap
masyarakat akan memberikan umpan balik kepada perusahaan. Disinilah arti
penting Humas berjalan, sebab tidak hanya sekedar menjalankan internal
perusahaan saja tetapi eksternal juga. Pihak Humas harus peka terhadap isu-isu
sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Selain itu juga pihak humas harus tahu
apa saja yang tidak disukai oleh masyarakat atau bisa membuat masyarakat tidak
nyaman.
2.1.2.3 Hubungan Masyarakat sebagai Fungsi Manajemen
Menurut Cutlip dan Center, Public Relations adalah fungsi “manajemen
yang menilai sikap publik, mengidentifikasi kebijaksanaan dan tata cara seseorang
atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan
suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik” (Effendy,
1993:116).
Dalam menjalankan fungsi sebagai Humas, ia perlu memperhatikan kedua
publiknya, yaitu internal dan eksternal, dimana kedua unsur inilah yang sangat
menentukan keberadaan suatu instansi baik swasta maupun pemerintah. Dalam
hal ini yang disebut sebagai publik internal Humas yaitu para karyawan
(employee) dan para pemegang saham (stakeholder), sedangkan yang dimaksud
sebagai publik eksternal Humas, yakni para masyarakat umum (community),
aparat pemerintah (government), pers (press) dan kelompok-kelompok lain diluar
organisasi.
24
Oleh karena itu seorang Humas harus mampu menjembatani antar
kepentingan dari kedua belah pihak agar tercipta suatu hubungan yang harmonis.
Inilah yang disebut sebagai tugas utama seorang Humas yakni berkaitan dengan
pembentukan good will dan good Image.
Sasaran Humas adalah sasaran komunikasi manajemen. Dalam usaha
mencapai tujuan manajemen secara efektif, manusia-manusia yang menjadi
sasaran hubungan masyarakat dibagi menjadi dua kelompok besar, disebut
khalayak dalam dan khalayak luar.
1. “Hubungan ke dalam
adalah hubungan dengan para karyawan. “Employee Relations” merupakan
suatu kekuatan yang hidup dan dinamis. Jadi pemimpin organisasi atau Kepala
Humas kerjanya bukan hanya duduk di kantornya, melainkan harus
berkomunikasi dengan langsung dengan para karyawan. Ia harus senantiasa
mengadakan kontak pribadi (personal contact).
2. Hubungan ke luar
Atau sering disebut juga eksternal Public Relation, seperti pernah disinggung,
dilakukan dengan khalayak di luar organisasi. Khalayak mana yang harus
menjadi sasaran pembinaan hubungan bergantung pada sifat dan ruang
lingkup organisasi itu sendiri. Ada beberapa khalayak yang sama-sama
menjadi sasaran kegiatan semua organisasi sehingga harus senantiasa menjalin
hubungan, yaitu:
a. Hubungan dengan masyarakat sekitar (community relations). Hubungan
dengan masyarakat sekitar senantiasa perlu dipelihara dan dibina karena
25
pada suatu ketika mereka mungkin diperlukan. Hubungan dilakukan
dengan RT, RW, Kelurahan, Kecamatan dan lain-lain. Pembinaan
hubungan dapat dilakukan dengan mengundang mereka jika organisasi
kita berulang tahun, memberikan kalender, memberikan sumbangan dan
lain-lain. Pimpinan organisasi atau Kepala Humas sebagai wakilnya perlu
selalu berkomunikasi dengan mereka untuk menunjukkan bahwa
organisasi beserta diri dari lingkungan sekitarnya. Kebijaksanaan
bertetangga perlu selalu dipelihara dan dibina.
b. Hubungan dengan pemerintah. Pembinaan dengan jalan memelihara
komunikasi akan banyak membantu lancarnya eksternal public relations.
Bila dijumpai kesulitan-kesulitan, dapat segera dipecahkan karena
hubungan baik telah terpelihara sejak semula.
c. Hubungan dengan pers atau media (pers relations). Hubungan baik yang
senantiasa terpelihara dengan media massa akan membantu lancarnya
publikasi. Press release yang dikirimkan kepada media massa dengan
permintaan untuk disiarkan mungkin diprioritaskan bila sejak sebelumnya
sudah dibina dengan baik. (Effendy,1989;135)
Peranan Humas menjadi ganda, yaitu keluar berupa memberi informasi
atau pesan-pesan sesuai dengan tujuan dan kebijaksanaan lembaga atau instansi
kepada masyarakat sebagai khalayak tersebut diserasikan demi kepentingan
instansi atau kepentingan bersama. Peranan humas baik ke dalam maupun ke luar
sama pentingnya. Seperti yang disebutkan di atas, peranan kedalam juga meliputi
pembinaan sikap mental karyawan di dalam mereka tumbuh ketaatan, kepatuhan,
26
serta dedikasi terhadap organisasi lembaga di mana mereka bekerja, mendorong
tumbuhnya kesadaran organisasi atau lembaga. Sedangkan peranan keluar juga
meliputi, usaha menumbuhkan sikap dan citra (image). Publik yang positif
terhadap segala kebijakan dan langkah serta tindakan organisasi atau lembaga.
2.1.3 Audit Humas
2.1.3.1 Pengertian Audit Humas
Menurut Pavlik (1987), audit humas adalah kategori penelitian yang paling
luas digunakan. Audit humas, dirancang untuk mengevaluasi kedudukan suatu
organisasi dengan publiknya yang relevan. Publik yang dimaksud di sini meliputi
internal dan eksternal publik.
Walaupun audit humas sudah digunakan secara luas, bila kita merujuk ke
berbagai literatur, masih terlihat ragam pendapat sehubungan dengan pengertian
audit humas. Untuk keperluan bahasan buku ini, diambil beberapa pendapat
dengan maksud untuk dianalisis dan diperbandingkan. Dari perbandingan tersebut
akan diperoleh gambaran mengenai pengertian metode audit humas itu sendiri.
Menurut Robbins (1995), audit humas adalah suatu studi yang tersusun
secara longgar, berskala luas, yang menyelidiki hubungan masyarakat perusahaan,
baik secara internal maupun eksternal. Berkaitan dengan penelitian evaluatif,
Elvinaro (2002) membaginya menjadi tiga jenis, yaitu evaluatif formatif, proses,
dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada awal suatu
kegiatan atau aktivitas dilaksanakan. Evaluasi proses adalah evaluasi yang
dilakukan pada saat suatu kegiatan atau aktivitas yang sedang dilaksanakan atau
27
berlangsung. Sementara itu, evaluasi sumatif ialah evaluasi yang dilakukan pada
saat pelaksanaan kegiatan telah berakhir.
Audit humas merupakan studi berskala luas, karena Moore ini memang ada
benarnya dan masuk akal. Audit Humas memang berutujuan untuk mengevaluasi
semua kegiatan yang dilakukan oleh humas, baik yang ditujukan pada internal
publik maupun eksternal publik. Internal publik mencakup semua karyawan suatu
lembaga atau perusahaan mulai dari level tertinggi hingga level terendah,
termasuk pula keluarga dari para karyawan itu sendiri. Sementara itu, eksternal
publik adalah semua kelompok manusia atau ogranisasi yang berada di luar
internal publik, seperti pers, pemerintah, pelanggan, dan masyarakat sekitar.
(Ritonga, 2004: 120)
Kegiatan atau aktivitas yang ditujukan kepada internal publik banyak
ragamnya. Diantaranya adalah pertandingan olahraga, wisata, pengumuman,
menerbitkan majalah, buletin, dan bentuk publikasi atau kegiatan lainnya.
Sementara itu, kegiatan atau aktivitas yang ditujukan kepada eksternal publik juga
beragam. Diantaranya adalah konferensi pers, siaran pers, press tour, anjangsana,
open house, pameran, bakti sosial, dan berbagai bentuk publikasi lainnya.
Dengan mengevaluasi semua kegiatan humas, diharapkan akan diketahui
kegiatan mana saja yang mencapai hasil dan kegiatan mana pula yang mengalami
kegagalan. Dalam konteks ini, persyaratan komprehensif memang terpenuhi. Jadi,
makna berskala luas yang dimaksudkan Moore sangatlah ideal.
Dalam menentukan kegiatan humas internal dan eksternal mana saja yang
akan diaudit, seyogianya diadasarkan paa pertimbangan tertentu. Misalnya,
28
peneliti bisa membatasi pada kegiatan-kegiatan yang dianggap urgent (penting)
saja. Pengertian urgent di sini bukan berdasarkan kriteria si peneliti, melainkan
bertolak pada pendapat pejabat humas atau orang yang diberi wewenang untuk itu
oleh perusahaan atau lembaga yang hendak diaudit. Berdasarkan keterangan
pejabat humas atau orang yang ditunjuk untuk itu, akan diketahui kegiatan
internal dan eksternal mana saja yang dianggap penting. Untuk mendapatkan
kegiatan apa saja yang penting, mau tidak mau peneliti harus melakukan
wawancara mendalam (depth interview) kepada pejabat humas atau orang yang
ditunjuk untuk itu.
Jadi, yang hendak diukur dalam audit humas adalah semua kegiatan humas,
baik yang ditujukan kepada internal publik maupun eksternal publik. Hal ini tentu
dalam arti kalau kedua kegiatan tersebut dilaksanakan atau dilakukan oleh
perusahaan atau lembaga yang akan diaudit. Bila dalam suatu perusahaan atau
lembaga yang akan diaudit hanya melakukan kegiatan yang ditujukan kepada
eksternal publik saja misalnya, yang akan diaudit sebatas kegiatan eksternal saja,
karena tidak mungkin mengaudit yang tidak ada. Begitu pula sebaliknya. Akan
tetapi, memang tidak menutup kemungkinan humas di Indonesia banyak
melakukana kedua kegiatan (internal dan eksternal) yang dilaksanakan secara
berimbang oleh suatu perusahaan atau lembaga. Hal demikian, yang diaudit harus
kedua kegiatan tersebut.
29
2.1.3.2 Cara Kerja Audit Humas dengan Menggunakan Pyramid Model of
Public Relation Research
Berikut ini penulis mengajikan prosedur audit humas dengan menggunakan
“Pyramid Model of Public Relation Research.”
Model Piramida penelitian humas merupakan intisari dari tesis MA Jim
Macnamara (Evaluation : The Archilles Heel of the Public Relations Profession)
yang diterbitkan dalam IPRA Review pada tahun 1992 dan dipublikasikan
sebagai Gold Paper (No. 11) oleh International Public Relations Association
(IPRA) tahun 1994. Model ini dibangun dengan rujukan Model PII yang
membagi tahapan-tahapan pengukuran komunikasi dari sisi input, outputs dan
outcomes serta merekomendasikan evaluasi atas masing-masing tahapan tersebut.
(Gozali, 2005: 27)
The Pyramid Model of PR Research yang merupakan versi revisi dari Model
Makro Evaluasi PR, sebaiknya dibaca dari bawah ke atas. Dimulai dari proses
perencanaan strategis, sampai pada pencapaian outcomes (sikap dan perilaku).
Metaforma piramida berguna untuk menjelaskan bahwa pada tahap awal ketika
perencanaan komunikasi dimulai, praktisi memiliki banyak sekali informasi untuk
dirakit serta serangkaian pilihan dari segi media dan aktivitas. Pemilihan dibuat
untuk mengarahkan pesan-pesan tertentu dan pada akhirnya, mencapai sasaran
yang telah didefinisikan secara spesifik (puncak dari program atau proyek).
Dalam model ini (lihat gambar 2.1), input adalah komponen-komponen fisik
dan strategis dari program-program atau proyek-proyek komunikasi seperti
pilihan media (misalnya event, publikasi web, dan sebagainya), content (misalnya
teks dan image) dan format. Output adalah materi-materi fisik dan kegiatan-
30
kegiatan yang diproduksi (misalnya publisitas media, event, publikasi, intranet
dan sebagainya) serta proses untuk menghasilkannya (tulisan rancangan dan
sebagainya). Outcomes adalah dampak-dampak komunikasi, baik terhadap sikap
maupun perilaku.
Gambar 2.1
Sumber: Macnamara (2002)
The pyramid model of PR Research berusaha keras untuk menjadi instruktif
dan praktis dengan menyajikan daftar metodologi riset yang disarankan untuk
tiap-tiap tahapan. Di dalam piramida, langkah-langkah kunci dalam proses
komunikasi ditunjukkan oleh metodologi riset yang diselaraskan dengan tujuan-
tujuannya, sehingga memberikan arah bagi para praktisi tentang metodologi apa
yang cocok dan kapan digunakan. Pemilihan metodologi yang tepat merupakan
31
unsur penting dalam implementasi, misalnya sebuah metode untuk mengukur
jumlah pesan yang dikirim tidak bisa digunakan untuk menarik kesimpulan
tentang jumlah pesan yang diterima, dipertimbangkan dan dipertahankan atau
dipahami oleh khalayak sasaran. Tidak setiap langkah dan metode diperlihatkan.
Tetapi, model ini menyajikan detail yang sangat baik serta gambaran praktis dari
riset terapan bagi public relations.
Model ini menggabungkan riset formatif dan evaluative dengan asumsi
bahwa kedua jenis riset harus diintegrasikan dan berjalan sebagai suatu kontinum
dari pengumpulan sebagai fungsi-fungsi diskret yang terpisah. Model ini
menyarankan agar riset dilakukan sebelum, selama dan setelah kegiatan
komunikasi sehingga dapat mengidentifikasi, memahami dan mengakomodasi
kebutuhan, minat dan sikap khalayak dan supaya kita dapat melakukan
benchmark terhadap ukuran-ukuran kunci sebelum dan setelah implementasi. Ini
sesuai dengan pendekatan manajemen ilmiah public relations terhadap riset yang
direkomendasikan oleh Glen Broom dan David Dozler. (Macnamara, 2002)
Dalam model ini serangkaian metodologi riset dan evaluasi tersebut bagi
para praktisi. Biaya yang diperlukan untuk riset sangat rendah, bahkan beberapa
diantaranya tidak memerlukan biaya sama sekali, yaitu:
1. Secondary data (riset terhadap data sekunder yang dapat diakses dalam
organisasi mislanya riset pemasaran) atau dari web, media, jasa-jasa riset,
jurnal-jurnal akademik atau organisasi-organisasi profesi.
2. Database (misalnya keluhan pelanggan)
3. Advisory or consultative groups
32
4. Online “chart-rooms” dan mekanisme-mekanisme umpan balik lainnya.
5. Wawancara tidak terstruktur dan semi terstruktur.
6. Readability test on copy (misalnya Fog Index Dale-Chall, Flesch Formula)
7. Pre-testing (misalnya publikasi dalam bentuk PDF files)
8. Data tabulasi distribusi dan sirkulasi dan
9. Mekanisme respon (kupon, fax-backs, 0800 toll free numbers, survey melalui
web dan feedback forms)
Metodologi evaluasi yang objektif dan teliti sangat direkomendasikan untuk
evaluasi. Perlu diketahui bahwa beberapa metode yang bersifat mendasar, ttidak
mampu menyajikan evaluasi yang handal (reliable). Tetapi, suatu kombinasi dari
sejumlah metode evaluasi (dasar pada level input dan output dapat meningkatkan
kemungkinan output mencapai outcomes yang diinginkan.
Misalnya, jika (a) daftar cerita yang diajukan untuk sebuah teribatan
newsletter telah diprauji lebih dulu terhadap pembaca potensial guna memastikan
apa yagn sesungguhnya mereka ingin baca, (b) nama telah dipilih melalui suatu
kompetisi yang menyertakan para pembaca, (c) readability test telah dilakukan
atas salinan draft guna memastikan hal itu mudah dipahami menurut level
pembaca yang menerimanya, maka besar kemungkinan publikasi akan diterima
baik, dibaca dan dipahami oleh khalayak sasaran.
Tahap berikutnya adalah mengevaluasi output seperti (d) mengukur
sirkulasi untuk melihat apakah jumlahnya bertambah, (e) mengikuti respon
melalu suatu mekanisme respon seperti kupon atau kompetisi dan (f) mengadakan
survei pembaca sewaktu-waktu. Langkah-langkah ini lebih jauh akan membuka
33
peluang newsletter tersebut untuk memperoleh dampak yang diinginkan atas
khalayaknya.
Tye pyramid model of PR Research menerapkan baik evaluasi sistem
tertutup (closed system evaluation) maupun evaluasi system terbuka (open system
evaluation). Sistem evaluasi tertutup terfokus pada pesan-pesan dan event yang
terencana dalam suatu kampanye serta pengaruhnya terhadap publik yang
diinginkan. Sistem evaluasi tertutup menyandarkan diri pada pesan-pesan prauji
(pre-test) dan media serta kemudian membandingkannya dengan hasil-hasil
prauji (post test) untuk melihat apakah aktivitas-aktivitas tersebut mempunyai
pengaruh sebagaimana yang direncanakan atau tidak.
Sistem evaluasi terbuka memperhitungkan adanya faktor lain di luar
kontrol program komunikasi. Metode ini mempertimbangkan komunikasi
terhadap efektivitas organisasi secara keseluruhan. Kombinasi evaluasi sistem
tertutup dan terbuka sangatlah dikehendaki dalam kebanyakan situasi.
Perlu diketahi bahwa dalam melaksanakan evaluasi suatu program public
relations, proses evaluasi harus dimulai dari awal program tersebut dibentuk,
yaitu ketika manajemen baru mulai menyusun tujuan awal program atau disebut
sebagai tahap persiapan/perencanaan (input), berlanjut pada tahap pelaksanaan
(output), hingga tahap hasil akhir (outcome).
Fase pertema yaitu menentukan tujuan dari suatu kegiatan atau program.
Fase kedua yaitu mulai menentukan target audiens, mulai membuat rangkaian
acara, serta mulai membuat perencanaan keuangan. Selanjutnya di fase ketiga
adalah pengaplikasian atau mulai melaksanaan program yang telah direncanakan
34
tadi. Dan yang terakhir adalah fase keempat yaitu menganalisa hasil yang
diperoleh dari implementasi program.
Pada fase kedua yaitu mulai menentukan target audiensi, mulai dari
rundown (susunan acara), serta mulai membuat perencanaan keuangan,
menghasilkan suatu bahan yang disebut input. Di fase ketiga, di man aprogram
yang telah direncanakan sebelumnya sudah mulai dilaksanakan atau
diimplementasikan, hasil yang didapatkan adalah output, atau sesuatu yang nyata
misalnya audiens yang hadir. Dan yang terakhir fase keempat yaitu menganalisa
hasil, akan menghasilkan apa yang disebut outcome yang merupakan suatu
perubahan yang terjadi atau suatu feedback seperti perubahan pengetahuan.
Dalam mengevaluasi ketiga tahap yaitu input, output dan outcome dapat
menggunakan teknik-teknik sebagai berikut. (Macnamara, 2002: 15) Pada tahap
input instrumen yang digunakan meliputi pre-testing, studi kasus, consultative or
advisory groups dan data sekunder. Pengukuran pada tahap ini dapat dilakukan
tanpa harus mengeluarkan biaya, mengingat sumber daya informasi yang
dibutuhkan sudah tersedia.
Demikian halnya dengan penguuran pada tahap output, metode-metode
seperti Media Content Analysis (MCA) atau web analysis dapat dilakukan dengan
sepenuhnya memanfaatkan sumber daya internal yang sudah tersedia. Barangkali
hanya pada tahap outcome kebutuhan biaya lebih terasa terutama karena survey
sesederhana apapun pasti membutuhkan dana. Sasaran pengukuran pada tahap
outcomes adalah untuk mengetahui : (a) tingkat kesadaran, (b) perubahan sikap
dan (c) perubahan perilaku. Namun demikian, pada tahap outcome pun efisiensi
35
pengeluaran dana tetap dapat disiasati. Pengukuran terhadap outcome sangatlah
penting, sebab outcome terkait langsung dengan dampak riil program-program PR
terhadap publik.
Pada penelitian ini, yaitu audit audit public relations (PR) Humas
Pemerintah Kota Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas, Peneliti
menggunakan model audit public relations – pyramids model of PR research, hal
ini didasarkan karena :
1. Dalam model ini, dijelaskan suatu proses evaluasi mulai dari tahap awal
sampai akhir serta menjelaskan teknik-teknik apa saja yang dapat digunakan
dalam evaluasi, baik evaluasi pada tahap input, output ataupun outcome,
sehingga model ini dirasa sesuai dengan tujuan peneliti.
2. Model ini juga memaparkan kegiatan manajemen mulai dari awal hingga akhir
dalam beberapa fase, bukan hanya tahap evaluasinya saja, sehingga bisa
dijadikan acuan secara lengkap dan detail.
3. Berdasarkan data yang peneliti peroleh, baik data berupa dokumen maupun
wawancara di lapangan, sesuai dengan data-data yang dibutuhkan pada model
evaluasi ini.
Dengan menggunakan model ini, maka data akan dikelompokkan ke dalam
input, output dan outcome, yaitu :
1. Tahap evaluasi input
Peneliti akan menganalisa data dokumen, baik itu primer maupun sekunder
dari database perusahaan yang berupa rancangan-rancangan, tujuan juga latar
belakang program sebagai tahap perencanaan program audit Humas
36
Pemerintah Kota Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas. Data dokumen
ini juga didukung oleh data wawancara mengenai tahap perencanaan dari
program audit Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam Program Tangerang
Cerdas dari pihak Pemerintah Kota Tangerang. Teknik ini bertujuan untuk
melihat fakta-fakta yang telah diketahui secara tepat dan benar. Mereview
semua materi yang memungkinkan untuk diperiksa fakta-faktanya yang telah
diketahui pada program tersebut. Materi yang dievaluasi mencakup :
a. Latar belakang program
b. Tujuan program
c. Rancangan kegiatan program.
2. Tahap evaluasi output
Pada tahap output, peneliti mengevaluasi efektifitasan semua data-data
yang menyangkut pada tahap pelaksanaan program. Yang termasuk tahap
pelaksanaan program tersebut dimulai ketika program sudah mulai
dipublikasikan, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada target
audiens sampai program tersebut dilaksanakan.
Pada tahap ini, peneliti menggunakan teknik focus group, interview,
complaint decline, experiments interview, focus groups, mini-surveys,
experiment response mechanism, inquiries media content analysis,
communication audit media monitoring, circulation, event attendances and
others yang tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah yang ada
maupun masalah potensial yang kemungkinan dapat terjadi di kemudian
waktu dalam program. Materi yang dievaluasi mencakup pelaksanaan program
di lapangan.
37
3. Tahap evaluasi outcome
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, outcome merupakan dampak yang
diharapkan timbul pada target yang merupakan tujuan utama dari keseluruhan
program yang telah dilaksanakan. Dampak tersebut dapat berupa perubahan
sikap, perubahan pengetahuan, ataupun perubahan perilaku ke arah yang
diharapkan oleh Pemerintah Kota Tangerang dalam Program Tangerang
Cerdas. Dan pada tahap evaluasi outcome ini, peneliti menggunakan teknik
survei dan wawancara (interview).
Survei merupakan salah satu metode riset yang paling seirng digunakan
dalam public relations. Survei penting dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesadaran (awareness), perubahan sikap serta perubahan perilaku. Mengingat
penggunaannya yang sangat luas.
2.2 Kerangka Pemikiran
Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar dalam bukunya
“Metodologi Penelitian Sosial” menjelaskan bahwa kerangka pemikiran adalah
“Penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan kita”
(Usman dan Akbar, 2005:34).
Dengan demikian, teori sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor yang
telah dikenali sebagai suatu persoalan yang penting dan selanjutnya menjadi
model konseptual atau kerangka berfikir. Fenomena persepsi yang terdapat di
dalam masyarakat tentang Hubungan Masyarakat pada hakekatnya terdapat
pengertian bahwa Humas adalah sebuah Manajemen. Pandangan ini termotivasi
karena adanya pemikiran bahwa usaha untuk berkomunikasi antara lembaga atau
organisasi dengan masyarakat bukanlah semata-mata hanya operasional saja,
38
melainkan dibutuhkan suatu konsep yang professional serta analisis yang lebih
jelas, filosofi, dan organisasi yang dapat mendukung. Selain itu, perlu juga
ditunjang dengan adanya kemampuan di bidang Hubungan Masyarakat.
Berkenaan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini masalah yang
diangkat adalah mengenai audit public relations (PR) Humas Pemerintah Kota
Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas, di mana Program Tangerang
Cerdas merupakan program unggulan yang hingga saat ini telah berjalan sejak
tahun 2014 dengan tujuan untuk menggenjot kualitas pendidikan formal dan
nonformal. Tangerang Cerdas membantu siswa-siswi yang kurang mampu untuk
menunjang biaya pendidikannya. Peneliti melihat bahwa kegiatan/program
tersebut perlu untuk dievaluasi guna mengetahui keefektivitasnya, mengetahui
hambatan-hambatan apa saja serta untuk mencegah terbuangnya dana terbilang
sia-sia.
Dalam melakukan evaluasi ini, peneliti menggunakan The Pyramid
Model of PR Research yang merupakan versi revisi dari Model Makro Evaluasi
PR, sebaiknya dibaca dari bawah ke atas. Dimulai dari proses perencanaan
strategis, sampai pada pencapaian outcomes (sikap dan perilaku). Metaforma
piramida berguna untuk menjelaskan bahwa pada tahap awal ketika perencanaan
komunikasi dimulai, praktisi memiliki banyak sekali informasi untuk dirakit serta
serangkaian pilihan dari segi media dan aktivitas.
Pemilihan dibuat untuk mengarahkan pesan-pesan tertentu dan pada
akhirnya, mencapai sasaran yang telah didefinisikan secara spesifik (puncak dari
program atau proyek). Dalam model ini, input adalah komponen-komponen fisik
dan strategis dari program-program atau proyek-proyek komunikasi seperti
pilihan media (misalnya event, publikasi web, dan sebagainya), content (misalnya
39
teks dan image) dan format. Output adalah materi-materi fisik dan kegiatan-
kegiatan yang diproduksi (misalnya publisitas media, event, publikasi, intranet
dan sebagainya) serta proses untuk menghasilkannya (tulisan rancangan dan
sebagainya). Outcomes adalah dampak-dampak komunikasi, baik terhadap sikap
maupun perilaku.
Dengan demikian, peneliti berharap penelitian ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi program jangka panjang terkait dengan program Tangerang Cerdas
yang merupakan program unggulan dari Pemerintah Kota Tangerang yang sedang
berjalan demi mencapai efektivitas dan mencegah kegagalan yang lebih besar di
masa mendatang. Dan untuk mengkonseptualisasikan kerangka berpikir penulis
terhadap masalah dalam penelitian ini tergambar pada bagan berikut :
40
Gambar 2.2
Proses Audit Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam
Program Tangerang Cerdas
Sumber: diolah Penulis, 2018.
AUDIT PUBLIC RELATIONS (PR) HUMAS
PEMERINTAH KOTA TANGERANG
PROGRAM TANGERANG CERDAS
THE PYRAMID MODEL OF PR RESEARCH
Ketercapaian
INPUT
- Latar belakang
program
- Tujuan program
- Rancangan program
Ketercapaian
OUTPUT
Pelaksanaan Program
Tangerang Cerdas
Ketercapaian
OUTCOME
- Memberikan
bantuan kepada
siswa tidak mampu
untuk bersekolah
- Meningkatkan
pendidikan
41
Gambar 2.3
Gambar Scoot M. Cutlip (Metode Humas)
Empat langkah Proses Hubungan Masyarakat
Sumber : (Cutlip, Center dan Broom, 2007:320).
4 Mengeva
luasi
Program
1 Mendefinisikan Masalah Hubungan Masyarakat
“Bagaimana dulu
kita melakukan
nya”
“Apa yang terjadi
sekarang”
Penerapan
“Bagaimana dan
bilamana kita
melakukanya dan
mengatakanya?”
Audit PR Humas
“apa yang sebaiknya
kita lakukan dan
katakan, dan
mengapa?”
2 Membuat
rencana
program
3 Bertindak dan berkomunikasi
42
2.3 Penelitian Terdahulu
Sebagai rujukan dari penelitian yang terkait dengan tema yang diteliti,
peneliti berusaha mencari referensi hasil penelitian yang dikaji oleh peneliti
terdahulu sehingga dapat membantu peneliti dalam mengkaji tema yang diteliti.
Dari penelitian terdahulu yang diperoleh dari:
NO. ITEM M. FIKRI AR. FITRI NURAINI
(1) (2) (3) (4)
1. Judul AUDIT KEHUMASAN
PROGRAM QUALITY
ASSURANCE (Studi
Evaluasi Pada Fakultas
Ilmu Sosial dan
Humaniora UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta)
AUDIT KOMUNIKASI
KEGIATAN COMMUNITY
DEVELOPMENT
PT. INDONESIA POWER UP
SURALAYA (Studi Kasus Pada
Program Fattening & Breeding
Domba)
2. Tahun 2009
2016
3. Tujuan
Peneliltian
Untuk mengetahui
proses implementasi
program QA dari tahap
mendefinisikan
problem (tahap 1),
perencanaan dan
pemrograman (tahap 2),
tindakan/aksi dan
komunikasi (tahap 3)
hingga tahap evaluasi
program (tahap 4) yang
telah berjalan dengan
menggunakan metode
audit kehumasan.
4. Untuk mengevaluasi
ketercapaian Program
“Fattening & Breeding
Domba” pada proses input
kegiatan
2. Untuk mengevaluasi
ketercapaian Program
“Fattening & Breeding
Domba” pada proses output
kegiatan.
3. Untuk mengevaluasi
ketercapaian Program
“Fattening & Breeding
Domba” pada proses
outcome kegiatan.
4. Teori Teori komunikasi, humas,
POAC (Planning,
Organizing, Actuating and
Controlling), teori audit
komunikasi, dan
Corporate Social
Responsibility (CSR) &
Community Development.
Teori komunikasi, hubungan
masyarakat, audit humas, teori
sosialisasi dan iklan layanan
masyarakat.
43
5. Metode Metode yang digunakan
adalah penelitian
kualitatif.
Metode yang digunakan
adalah penelitian kualitatif.
6. Hasil
Penelitian
Ditinjau dari perspektif
kehumasan, persoalan
utama implementasi
program Quality
Assurance (QA) terletak
pada komunikasi dan
koordinasi internal yang
kurang optimal, dan
otomatis berdampak
pada budaya
komunikasi,
pengorganisasian
komunikasi,
komunikasinya dan
feedback yang muncul
menjadi kurang
maksimal, dan untuk
hasil yang lebih baik,
maka komitmen dan
kinerja tinggi menjadi
kunci utama, Pada titik
ini, benar motto
pengelola program QA.
Tulis yang kamu
lakukan. Lakukan yang
kamu tulis.
Audit komunikasi program
community development
PT Indonesia Power UP
Suralaya “Fatening & Breeding
Domba
” pada tahap input, konsep
kegiatannya telah terencana
dengan baik karena pemahaman
antara pelaksana kegiatan
dengan data dokumentasi yang
sudah direncanakan sebelumnya
telah
Sesuai ; pada tahap output,
pelaksanaan cukup lancar, itu
terlihat dari banyak tujuan
program yang tercapai meskipun
ditemukan beberapa kendala
dalam
pelaksanaannya seperti kurang
mendalamnya pelatihan tentang
bagaimana cara
mengembangbiakan domba
yang sesuai dengan iklim di
lokasi ternak; dan pada tahap
outcome ditemukan bahwa
tujuan besar program yang
diharapkan telah tercapai,
meskipun hingga saat ini jumlah
ternak masih belum
berkembang.
7. Persamaan Sama-sama mengevaluasi suatu program yang ada dalam
oraganisasi atau pemerintahan guna mencapai efektifitas
organisasi atau pemerintahan dengan metode audit
komunikasi/audit humas.
44
8. Perbedaan Penelitian ini
menggunakan
metode Audit
Kehumasan
dengan Konsep yang
dikemukakan oleh
Cultip &
Center yaitu
Mendefinisikan
problem, Perencanaan
dan
pemrograman, Tindakan
(aksi) komunikasi, dan
Evaluasi Program.
Penelitian
karya M. Fikri AR ini
menggunakan
pendekatan
kualitatif evaluatif.
Penelitian ini bertolak dari
model
audit komunikasi linking a
public relations planning model
with an evaluation model yang
dikembangkan oleh Jim Prichitt
dan
Bill Sherman. Model ini terdiri
dari tiga tahapan dalam
melaksanakan evaluasi, yang
pertama adalah perencanaan
yang menghasilkan input,
pelaksanaan yang menghasilkan
output, dan yang ketiga adalah
hasil akhir menghasilkan
outcome.
9. Sumber Skripsi Fakultas Ilmu
social dan Humaniora
UIN
Sunan Kalijaga
Yogyakarta
(http://digilib.uin-
suka.ac.id/3714/)
diakses tanggal 17
September 2018.
Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP) Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, (http:
http://repository.fisip-
untirta.ac.id/
diakses tanggal 18 September
2018.
Meskipun penelitian ini dengan dua penelitian sebelumnya sama-sama
membahas tentang Audit Komunikasi/Audit Kehumasan dan sama-sama
mengevaluasi suatu program yang ada dalam organisasi atau perusahaan guna
mencapai efektifitas organisasi atau perusahaan, tetapi yang menjadi pembeda
penelitian ini dengan dua penelitian lainnya yaitu pemilihan konsep dalam
menganalisis data yang diperoleh. Jika dua penelitian sebelumnya menggunakan
konsep audit komunikasi/ audit kehumasan yang dikemukakan oleh Cultip &
Center serta konsep audit kehumasan menurut Jim Prichitt dan Bill Sherman,
45
maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep audit humas menurut
Pavlik, di mana audit humas dirancang untuk mengevaluasi kedudukan suatu
organisasi dengan publiknya yang relevan. Publik yang dimaksud di sini meliputi
internal dan eksternal publik. Berdasarkan hal tersebut peneliti akan mencoba
menganalisa ketercapaian dalam setiap kegiatan dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Penulis adalah menggunakan metode
penelitian kualitatif.
“Untuk meneliti bidang ilmu sosial dan khususnya komunikasi adalah
lebih tepat jika dilakukan dengan metode kualitatif, mendalam untuk lebih
mengetahui fenomena-fenomena tentang aspek kejiwaan, perilaku, sikap,
tanggapan opini, perasaan, keinginan dan kemauan seseorang atau
kelompok. Maka risetnya dilaksanakan dengan teknik-teknik wawancara
yang menggali melalui studi kasus tertentu atau wawancara mendalam
(depth interview), dan observasi (model partisipasi aktif) terhadap suatu
gejala, peristiwa (proses kejadian), perilaku atau sikap tertentu dengan
upaya mendekati informan (responden). Bersangkutan sebagai objek
penelitian kualitatif (qualititative research)” (Ruslan, 2008:214)
Penelitian kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian
mendalam tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu
individu, kelompok masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu konteks setting
tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik.
(Bagdan dan Taylor, 1992:22).
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan, “pemahaman
tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan
analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, dan kemudian
ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan
tersebut”. (Ruslan, 2008:125)
47
Berdasarkan pernyataan yang penulis kutip dari beberapa sumber diatas,
penulis memilih jenis penelitian kualitatif, karena itu dapat menggali suatu
kedalaman masalah, artinya suatu masalah dapat diketahui sampai ke akarnya atau
dapat menemukan titik utama dari permasalahan tersebut. Selain itu penulis,
memilih metode ini, karena menurut Penulis di penelitian ini sangatlah menarik,
penulis juga dapat mengetahui juga karakter dari narasumber atau responden yang
penulis temui. Sementara itu, untuk jenis penelitian ini adalah deskriptif, di mana
penulis menjelaskan bagaimana Humas melakukan strateginya dalam
mempertahankan citra positif dari suatu kinerja di pemerintahan pada masa kini.
Banyak pihak yang terkadang berfikir bahwa penelitian kualitatif itu
sangat menyulitkan, karena harus bertemu dan melakukan sejumlah wawancara
mendalam dengan narasumbernya. Penulis justru menilai hal ini adalah seni
dalam penelitian ini, yang mana untuk mendapatkan hasil yang diinginkan,
penulis harus melewati berbagai macam tahapan agar hasilnya sesuai dengan
dengan penulis harapkan. Selain itu, dengan melibatkan aspek psikologis akan
menambah keragaman dari penelitian kualitatif ini.
Selain itu perlu diingat bahwasanya dalam penelitian kualitatif, tidak
relevan bila penelitian membatasi informan dengan menentukan besaran ukuran
informan dengan menentukan perhitungan statistik, karena belum tentu yang
terjaring dalam penelitian perhitungan tersebut dapat menjawab permasalahan
penelitian atau bahkan terlalu banyak orang yang tidak diperlukan turut terlibat
dalam penelitian ini. Dengan demikian, penentuan sampel dihitung berdasarkan
statistik proporsional yaitu sampel sebangun dengan karakteristik populasi.Tidak
48
relevan dengan penelitian kualitatif. Pengertian dari Earl Babbie (Prijiana; 2005)
dapat digunakan “untuk memahami sample yang cukup relevan digunakan untuk
penelitian kualitatif yaitu: “sampling is the process of selecting obeservations.”
(sampling adalah proses seleksi dalam kegiatan obsevasi). (Djam’an, 2000:47).
3.2 Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian sebagai dasar panduan berfikir dalam melakukan
penelitian. Paradigma menggariskan apa yang seharusnya dikemukakan dan
kaidah-kaidah apa yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban yang
diperoleh. Menurut Bogdan dan Biklen, paradigma adalah “kumpulan longgar dari
sejumlah asumsi yang dipegang bersama konsep atau proposional yang
mengarahkan cara berfikir dan penelitian” (Moleong, 2001:30). Dikatakan
longgar karena tidak mengikat erat, dan tidak ada sanksi bagi yang tidak
mengikutinya secara keseluruhan.
Paradigma dalam penelitian kualitatif ini adalah Post Positivisme. Guba
(1990:20) menjelaskan Postpositivisme sebagai berikut: “Postpositivism is best
characterized as modified version of positivism. Having assessed the damage that
positivism has occured, postpositivists strunggle to limited that damage as well as
to adjust to it. Prediction and control continue to be the aim.”
Kutipan tersebut mempunyai arti bahwa Postpositivisme mempunyai ciri utama
sebagai suatu modifikasi dari Positivisme. Melihat banyaknya kekurangan pada
Positivisme menyebabkan para pendukung Postpositivisme berupaya
49
memperkecil kelemahan tersebut dan menyesuaikannya. Prediksi dan kontrol
tetap menjadi tujuan dari Postpositivisme tersebut.”
Salim (2001:40) menjelaskan Postpositivisme sebagai berikut: Paradigma
ini merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan Positivisme
yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek
yang diteliti. Secara ontologi aliran ini bersifat critical realism yang memandang
bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi
suatu hal, yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia
(peneliti).
Ini artinya bahwa dari pandangan Guba maupun Salim yang juga mengacu
pandangan Guba bahwa Postpositivisme adalah aliran yang ingin memperbaiki
kelemahan pada Positivisme. Satu sisi Postpositivisme sependapat dengan
Positivisme bahwa realitas itu memang nyata ada sesuai hukum alam. Tetapi pada
sisi lain Postpositivisme berpendapat manusia tidak mungkin mendapatkan
kebenaran dari realitas apabila peneliti membuat jarak dengan realitas atau tidak
terlibat secara langsung dengan realitas.
3.3 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kantor Pemerintah Kota Tangerang, yang
beralamat Jl. Satria - Sudirman No.1, Telepon (021) 55764955, Kota
Tangerang, Provinsi Banten. Penulis melakukan penelitian di Kantor
Pemerintah Kota Tangerang terkait dengan Audit Public Relations Humas
Pemerintah Kota Tangerang dalam program Tangerang Cerdas, sehingga
50
penulis mengetahui bahwa belum pernah dilakukan audit public relations
Humas Kota Tangerang dalam program Tangerang Cerdas yang sedang
dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa bahwa perlu dilakukan
Audit Public Relations untuk mengevaluasi program penting agar dapat
mencapai efektivitas.
2. Waktu Penelitian = mulai 2 Juni – 30 Juni 2018.
3.4 Teknik Penelitian
Teknik penelitian sebagai salah satu bagian penelitian merupakan salah
satu unsur yang sangat penting. Pada penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan metode kualitatif, dengan upaya mendapatkan sumber dan jenis data.
Salah satu dasar teknik penelitian kualitatif pada komunikasi pada khususnya
adalah penerapan beberapa bagian teori yang kemudian disesuaikan dengan
perspektif atau orientasi dari anggota masyarakat komunikasi yang merupakan
fenomena alami dari objek penelitian.
Secara umum teknik penelitian kualitatif ini merupakan perilaku nyata
sosial yang termasuk interaksi sosial yang merupakan dasar dari kebiasaan
komunikasi. Bukan saja merupakan pengalaman terhadap fenomena struktur
bahasa, tetapi komunikasi interpersonal merupakan media dasar dari teknik
penelitian ini.
Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data
untuk memberi gambaran penyajian laporan berasal dari naskah wawancara,
51
catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan
dokumen resmi lainnya.
Sementara itu, menurut Sanapiah Faisal (2010, 59), menyebutkan bahwa
penelitian deskriptif sebagai:
“Penelitian deskriptif (descriptive research), yang biasa disebut juga
penelitian taksonomik (taxonomic research), yang dimaksudkan untuk
explorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan
sosial, dengan jalan mendeskripsikan seluruh variable yang berkenaan
dengan masalah dan unit yang diteliti.
Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antar
variabel yang ada, tetapi dimaksudkan untuk menarik generasi yang menjelaskan
variable-variabel anteseden yang menyebabkan sesuatu gejala atau kenyataan
sosial.
Dalam pengolahan data dan analisis data, lazimnya menggunakan
pengolahan data statistik yang bersifat deskriptif (Faisal, 2010:20).
Penelitian deskriptif bertujuan untuk:
1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada.
2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek yang
berlaku.
3. Membuat perbandingan atau evaluasi.
4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang
sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan
keputusan pada waktu yang akan datang.
52
Sementara itu Burhan Bungin dalam bukunya penelitian kualitatif:
komunikasi, ekonomi, kebijakan publik dan ilmu sosial lainnya, mengatakan
bahwa tujuan dari penelitian kualitatif adalah:
“Untuk menggambarkan, meringankan berbagai kondisi, berbagai situasi,
atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang
menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan
sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang
kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu”. (Bungin, 2007:68).
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Didalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan oleh manusia, yakni
penelitinya sendiri. Di sini peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan
data, analisis penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitian,
maka bisa ditarik kesimpulan bahwa dipenelitian ini manusia adalah instrumen
penelitianya atau alat penelitian.
Menurut Lexy J. Moleong (2000:14), ciri-ciri umum manusia sebagai
intrumen terkait beberapa hal. Lexy J. Moleong menulis beberapa cirinya yaitu :
1. “Responstif: manusia sebagai instrument responstif terhadap
lingkungan dan terhadap pribadi-pribadi yang menciptakan
lingkungan. Sebagai manusia ia bersifat interaktif terhadap orang dan
lingkungannya. Ia tidak hanya respontif terhadap tanda-tanda, tetapi ia
juga menyediakan tanda-tanda kepada orang.
2. Dapat menyesuaikan diri: manusia sebagai instrumen hampir tidak
terbatas dapat menyesuaikan diri pada keadaan dan situasi
pengumpulan data.
3. Menekan keutuhan: manusia sebagai instrumen memanfaatkan
imajinasi dan kreativitasnya serta memandang dunia ini menjadi suatu
keutuhan.
4. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan: dalam hal-hal tertentu
pada manusia sebagai instrumen penelitian ini terdapat kemampuan untuk memperluas dan meningkatkanya pengetahuan itu berdasarkan
pengalaman-pengalaman praktisnya.
53
5. Memproses data secepatnya: kemampuan lain yang ada pada manusia
sebagai instrumen adalah memperoleh data secepatnya setelah
diperolehnya.
6. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan
mengikhtisarkan.
7. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim
dan idiosinkratik.”
Kegiatan riset atau penelitian yang pada dasarnya adalah sebagai upaya
mencari data yang dipergunakan untuk “Mengetahui sesuatu gambaran sedang
diamati (diteliti), dibahas atau dianalisis. Kemudian ditarik suatu kesimpulan,
dengan melakukan pengujian suatu hipotesis, dan hal lainya adalah untuk mencari
pemecahan permasalahan tertentu.” (Ruslan, 2008:27-28).
Dalam melakukan penelitian ilmiah, ada dua jenis data yang dipergunakan
yaitu data primer dan data sekunder sebagai data utama lebih banyak bersumber
dari hasil tanya jawab antara pengamat dengan narasumber. Sementara data
sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku, literatur dan sumber lainya
memperkuat kerangka konsep.
Dalam pengamatan ini, teknik yang digunakan sebagai berikut:
1. Data Primer
a. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan cara pengumpulan data
dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik
berlandaskan pada tujuan penelitian. Menurut Esterberg yang dikutip oleh
Sugiyono (1999:67) menyebutkan bahwa wawancara sebagai berikut
“a meeting of two persons to exchange information and idea
through question and responses, resulting in communication and
joint construction of meaning about a particular topic”.
54
(Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna suatu topik).
Dengan perkataan lain bahwa wawancara merupakan metode
pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung
dari sumbernya, dalam penelitian ini, dilakukan wawancara secara intensif
dan mendalam, dengan tujuan untuk mendapatkan data kualitatif. Dalam
penelitian ini yang penulis wawancarai adalah Humas Pemerintah Kota
Tangerang.
Wawancara ini dilakukan dengan cara tidak berstruktur, dan dalam
suasana yang bebas. Penulis mencoba menghilangkan kesan formal,
dengan menyesuaikan keadaan dengan para staf yang terdapat di ruangan
beliau.
Wawancara merupakan alat utama dalam sebuah penelitian karena
peneliti dapat mengajukan pertanyaan secara personal tentang suatu topik.
Sifat personal inilah yang memberikan keuntungan bagi peneliti dalam
melakukan penelitian.
“Wawancara juga digunakan sebagai teknik pengumpulan data,
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang diteliti dan juga apabila ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil” (Sugiyono, 2002:130).
b. Obsevasi Lapangan
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologisnya. Dua
55
diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan
(Sugiyono, 2007:145).
Observasi ini dilakukan secara langsung di lokasi penelitian
terhadap obyek, untuk mengumpulkan informasi atau data sebanyak
mungkin dengan masalah yang akan diteliti.
2. Data Sekunder :
Studi pustaka digunakan untuk mengumpulkan data dan teori dalam
penelitian ini. Dikumpulkan melalui buku-buku referensi, jurnal, media massa,
bahan-bahan publikasi yang ada di perpustakaan serta informasi non manusia
sebagai penunjang penelitian dan dipergunakan berbagai macam data dua teori
yang berupa rekaman atau catatan yang terdapat pada lokasi penelitian serta
bahan-bahan tertulis lainya.
Studi pustaka merupakan data sekunder, yaitu data yang digunakan di
dalam suatu penelitian hanya bersifat tambahan yang berguna untuk
mendukung teori yang digunakan.
3.6 Teknik Analisis Data
“Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di lapangan. Dalam
hal ini Nasution (1998) menyatakan analisis telah dimulai sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan
berlangsung terus menerus sampai penulisan hasil penelitian, analisis data
menjadi pegangan penelitian selanjutnya” (Sugiyono, 2006:257).
Menurut Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
56
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisa data yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing atau
verification.
1. “Data Reduction
Mereduksi data berati merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya.
2. Data Display
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar katagori.Menurut Miles dan Huberman yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang berisi naratif.
3. Conclusion Drawing atau Verivication
Langkah ketiga dalam menganalisis data kualitatif Milles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, ditemukan bukti-
bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya”.
(Bungin, 2003:69-71)
Analisis dalam penelitian jenis apapun, adalah merupakan cara berfikir.
Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk
menentukan bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah
mencari pola.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dikemukakan di sini bahwa analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
57
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam
catatan lapangan, dokumentasi resmi, gambar. Setelah data tersebut dibaca,
dipelajari, dan ditelaah, maka data tersebut dikonfirmasikan dan disesuaikan
dengan data tertulis dari studi kepustakaan dan data-data yang diperoleh.
Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan datanya dapat
menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan data
sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Untuk mendapatkan data yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan,
penelitian menggunakan sebagai berikut:
1. Wawancara: yaitu teknik memperoleh data dengan menyampaikan pertanyaan
secara lisan kepada orang-orang yang berkompeten dengan obyek penelitian
yang digunakan sebagai penunjang pelengkap data.
2. Pengamatan: merupakan bagian terpenting dari suatu penelitian, dengan
menggunakan pengamatan langsung ke lokasi yaitu: Program Tangerang
Cerdas yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang.
3. Data dari perusahaan (Pemerintah Kota Tangerang) : yakni data-data-data
mengenai latar belakang struktur organisasi.
58
4. Studi kepustakaan: memperoleh dan menambah data yang menunjang untuk
menganalisis masalah.
3.7 Unit Analisis
Dalam sebuah penelitian ilmiah, seseorang peneliti dituntut untuk mampu
memberikan analisis yang tajam dan tepat dalam penelitiannya, di mana salah satu
kunci keberhasilannya adalah ketepatan dalam menentukan unit analisis yang
akan digunakan dalam memahami fenomena sosial yang terjadi.
Menurut Mohtar Mas’od, unit analisis adalah “Obyek yang perilakunya
akan dianalisa atau diteliti dalam sebuah penelitian” (Mas’od, 1994: 5).
Unit analisis sangat erat kaitannya dengan masalah yang diteliti dalam
sebuah penelitian ilmiah. Unit analisis digunakan untuk menunjukan siapa atau
apa yang mempunyai karakteristik yang akan diteliti. Unit analisis digunakan
untuk memburu informasi seluas mungkin kearah variasi yang ada hingga
diperoleh informasi maksimal, di samping itu juga dilihat situasi sosial tertentu
yang dapat memberikan informasi maksimal, di samping itu juga dilihat situasi
sosial tertentu yang dapat memberikan informasi benar dan terpercaya sesuai
dengan fokus penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis mencoba menganalisis dan mencoba strategi
terkait Audit Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam Program Tangerang
Cerdas dengan cara mewawancarai orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan
tersebut.
59
Informan yang dipilih untuk diwawancarai adalah orang-orang yang
dianggap berkompeten untuk menjawab pertanyaan yang diajukan Penulis sesuai
dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Subyek Penelitian
4.1.1 Profil Kota Tangerang
Riwayat Berdirinya Kota Tangerang
Berdirinya Kota Tangerang tidak lepas dari sejarah perjuangan Kesultanan
Banten melawan Kolonialisme Belanda. Nama “Tangerang” yang menunjuk
kepada suatu daerah yang berada di bantaran sungai Cisadane, yang dahulu
dikenal dengan nama Untung Jawa, lahir dari beberapa kejadian pada masa
lampau hingga akhirnya resmi disebut “TANGERANG”.
Sejarah mencatat lahirnya Tangerang bermula dari sebutan kepada sebuah
bangunan tugu berbahan dasar bambu yang didirikan oleh Pangerang Soegiri,
putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten. Tugu tersebut terletak di
bagian Barat Sungai Cisadane yang diyakini saat ini berada di wilayah Kampung
Gerendeng. Oleh masyarakat sekitar, bangunan tugu tersebut disebut "tengger"
atau "tetengger" yang dalam bahasa sunda berarti tanda atau penanda.
Sesuai dengan julukannya, fungsi dari tugu tersebut memang sebagai
penanda pembagian wilayah antara Kesultanan Banten dengan pihak VOC
Belanda. Di mana, wilayah kesultanan Banten berada di sebelah barat dan wilayah
yang di kuasai VOC di sebelah timur sungai Cisadane. Hingga pada sekitar tahun
1652. Kala itu penguasa Banten mengangkat tiga orang maulana, yang diberi
pangkat Aria. Ketiga maulana tersebut merupakan kerabat jauh Sang Sultan yang
61
berasal dari Kerajaan Sumedang Larang, bernama Yudhanegara, Wangsakara dan
Santika. Ketiganya diminta dan diutus untuk membantu perekonomian Kesultanan
Banten dengan melakukan perlawanan terhadap VOC yang semakin merugikan
Kesultanan Banten dengan sistem monopoli dagang yang diterapkannya.
Pada perjuangannya ketiga maulana tersebut membangun benteng
pertahanan hingga mendirikan pusat pemerintahan kemaulanaan yang menjadi
pusat perlawanan terhadap VOC di daerah Tigaraksa. Namun, dalam pertempuran
melawan VOC, ketiga maulana gugur satu demi satu. Aria Santika wafat pada
tahun 1717 di Kebon Besar Kec. Batuceper, Aria Yudhanegara wafat pada tahun
1718 di Cikolol dan pada tahun yang sama Aria Wangsakara menutup usia di
Ciledug dan di makamkan di Lengkong Kiai.
Daerah di sekitar benteng pertahanan yang dibangun oleh ketiga maulana
disebut masyarakat sekitar dengan istilah daerah Benteng. Hal ini turut mendasari
sebutan Kota Tangerang yang dikenal dengan sebutan Kota Benteng. Beralih ke
latar belakang berubahnya istilah "Tangeran" menjadi "Tangerang". Hal ini
bermula pada tanggal 17 April 1684, pada saat ditandatanganinya perjanjian
antara Sultan Haji atau Sultan Abunnashri Abdulkahar putra Sultan Ageng
Tirtayasa pewaris Kesultanan Banten dengan VOC. Pada salah satu pasal
perjanjian tersebut menyebutkan bahwa wilayah yang kala itu dikenal dengan
“Tangeran” sepenuhnya menjadi milik dan ditempati oleh VOC.
Dengan adanya perjanjian tersebut, daerah Tangerang seluruhnya masuk
kekuasaan Belanda. Kala itu, tentara Belanda tidak hanya terdiri dari bangsa asli
Belanda tetapi juga merekrut warga pribumi di antaranya dari Madura dan
62
Makasar yang di antaranya ditempatkan di sekitar wilayah benteng. Tentara VOC
yang berasal dari Makasar tidak mengenal huruf mati, dan terbiasa menyebut
“Tangeran” dengan “Tangerang”. Kesalahan ejaan dan dialek inilah yang
diwariskan dari generasi ke generasi bahkan hingga saat ini.
Berlanjut ke masa pemerintahan awal di Tangerang pasca ditandatanganinya
perjanjian Banten dengan VOC. Kala itu, Pemerintah Belanda membentuk
pemerintahan kabupaten yang lepas dari Kesultanan Banten di bawah pimpinan
seorang bupati. Para bupati yang pernah memimpinan Tangerang di era
pemerintahan Belanda pada periode tahun 1682-1809 adalah Kyai Aria
Soetadilaga I-VII. Setelah pemerintahan keturunan Aria Soetadilaga, Belanda
menghapus pemerintahan ini dan memindahkannya ke Batavia. Kemudian
Belanda membuat kebijakan, sebagian tanah di Tangerang dijual kepada orang-
orang kaya di Batavia.
Nama wilayah Tangerang menjadi nama resmi pertama kali pada masa
pendudukan Jepang tahun 1942-1945. Pemerintah Jepang saat itu sempat
melakukan pemindahan pusat pemerintahan Jakarta Ken (wilayah administratif
setingkat Kabupaten) ke Tangerang yang dipimpin oleh Kentyo M. Atik Soeardi.
Peristiwa ini berdasarkan kepada keputusan Gunseikanbu, yang merupakan
pimpinan Departemen Militer Jepang, tanggal 9 boelan 11 hoen syoowa 18 (2603)
Osamu Sienaishi 1834. Keputusan tersebut juga akhirnya menunjuk Atik Soeardi
untuk menjabat pembantu Wakil Kepala Gunseibu Jawa Barat dan Raden Pandu
Suradiningrat menjadi Bupati Tangerang (1943-1944).
63
Seiring berjalannya waktu, daerah Tangerang yang kala itu berbentuk
Kabupaten Daerah Tingkat II mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Letaknya yang berbatasan langsung dengan Ibu Kota menjadikan beberapa
kecamatan yang berbatasan langsung menjadi pusat segala kegiatan baik
Pemerintah, Ekonomi, industri dan Perdagangan, Politik, Sosial Budaya.
Hal tersebut mendasari pemerintah memandang perlu untuk mengatur
penyelenggaraan pemerintahan secara khusus. Maka pada tanggal 28 Februari
1981 keluar Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1981 tentang Pembentukan
Kota Administratif Tangerang, dengan demikian Kecamatan Tangerang,
Kecamatan Batuceper, Kecamatan Ciledug, Kecamatan Benda dan Kecamatan
Jatiuwung masuk ke dalam Wilayah Kota Administratif Tangerang.
Dalam perjalanan kurun waktu 12 Tahun Kota Administratif Tangerang
kembali menunjukan perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat disegala
bidang, baik dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan
dan pembinaan kemasyarakatan. Dinamika kehidupan perekonomian kota ditandai
dengan berkembangnya unit-unit usaha dan perdagangan termasuk pertumbuhan
jumlah penduduk yang mencapai 921.848 jiwa, dengan laju pertumbuhan
mencapai 8,27 % yang diakibatkan derasnya arus urbanisasi yang pada akhirnya
berpengaruh bagi kehidupan sosial - politik, budaya dan perekonomian
masyarakat.
Perkembangan tersebut sejalan dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten
Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 4 Tahun 1985 tentang Rencana Umum Tata
64
Ruang Kota yang peruntukannya sebagai daerah industri, perumahan,
perdagangan, dan jasa dalam skala lokal, regional, nasional dan internasional.
Dengan struktur Pemerintahan yang masih berbentuk Kota Administratif
sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Jawa Barat Nomor : 650/SK-39-Pemda/1983 tanggal 14 Maret 1983 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Wilayah Kota Administratif Tangerang,
mengalami berbagai kesulitan karena terbatasnya kewenangan pemerintah kota
pada waktu itu. Selanjutnya Surat Keputusan Gubernur tersebut dijabarkan
melalui Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tangerang Nomor :
188.45/SK.40-HUK/1984 tanggal 17 Maret 1984 tentang Pelimpahan Pelaksanaan
Tugas dan Kewenangan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tangerang kepada
Walikota Administratif Tangerang.
Dengan perubahan struktur Pemerintah Kota Administratif tetap tidak dapat
mendukung dinamika pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat Kota
Tangerang, terlebih lagi aparat Pemerintah Kota hanya berjumlah 737 orang yang
terdiri dari 331 PNS dan 406 status magang/honor daerah. Untuk itulah dalam
rangka menunjang pelaksanaan pembinaan dan pengelolaan Kota Administratif
diperlukan struktur Pemerintahan yang lebih tinggi dari status Kota Administratif
yaitu dengan membentuk daerah otonom Kotamadya Daerah Tingkat II yang
mengatur rumah tangganya sendiri.
Adapun Walikota Administratif Tangerang yang telah menjabat mulai
terbentuk Kota Administratif adalah :
1. Periode 1982-1986 : Bapak KARSO PERMANA, BA
65
2. Periode 1986-1990 : Bapak Drs. H. YITNO
3. Periode 1990-1993 : Bapak Drs. H. DJAKARIA MACHMUD
Proses pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang diawali
dengan adanya aspirasi sejumlah tokoh masyarakat yang disampaikan kepada
Bpk. Drs. H. YITNO sebagai Walikota Administratif Tangerang kemudian
direstui oleh Bapak H. TADJUS SOBIRIN sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat
II Tangerang pada waktu itu, selanjutnya diproses melalui DPRD Kabupaten
Daerah Tingkat II Tangerang.
Proses pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang secara
keseluruhan berlangsung selama 5 tahun 8 bulan 27 hari yaitu sejak tanggal 1 Juni
1987 sampai dengan 28 Februari 1993 dan secara resmi Kotamadya Daerah
Tingkat II Tangerang menjadi Daerah Otonom Ke-25 di Jawa Barat dan Ke-312
se Indonesia. Selanjutnya Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang diresmikan
oleh Bapak Jenderal TNI (Pur) RUDINI (Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia) pada hari Minggu tanggal 28 Februari 1993 bertepatan dengan bulan
Suci Ramadhan 1413 H sekaligus melantik Bapak Drs. H. DJAKARIA
MACHMUD sebagai Pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II
Tangerang.
Satu tahun kemudian, berdasarkan hasil pemilihan DPRD Kotamadya
Daerah Tingkat II Tangerang Bapak Drs. H. DJAKARIA MACHMUD terpilih
sebagai Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Tangerang yang pertama.
Adapun urutan Walikotamadya Kepala Derah Tingkat II Tangerang adalah
sebagai berikut :
66
1. Tahun 1993 – 1998 : Bpk Drs. H. DJAKARIA MACHMUD
2. Tahun 1998 – 2003 : Bpk Drs. H. MOCH. THAMRIN
3. Tahun 2003 – 2013 : Bpk Drs. H. WAHIDIN HALIM
4. Tahun 2013 – Sekarang : Bpk H. ARIEF R. WISMANSYAH, B.Sc.,
M.Kes.
Demikian sejarah singkat berdirinya Kotamadya Daerah Tingkat II
Tangerang dan sejalan dengan telah ditetapkannya Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka
sebutan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang menjadi Kota Tangerang.
(www.tangerangkota.go.id)
Letak Geografis
Letak Kota Tangerang Secara gafis Kota Tangerang terletak pada posisi 106
36 - 106 42 Bujur Timur (BT) dan 6 6 - 6 Lintang Selatan (LS).
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Naga dan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Curug,
Kecamatan Serpong dengan DKI Jakarta, sedangkan sebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.
Letak Kota Tangerang tersebut sangat strategis karena berada di antara
Ibukota Negara DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Sesuai dengan Instruksi
Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Jabotabek (Jakarta,
67
Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan salah satu daerah
penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta.
Kota Tangerang terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah
104 kelurahan. Dahulu Tangerang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten
Tangerang, kemudian ditingkatkan statusnya menjadi kota administratif, dan
akhirnya ditetapkan sebagai kotamadya pada tanggal 28 Februari 1993. Sebutan
'kotamadya' diganti dengan 'kota' pada tahun 2001.
Pada saat pembentukan Kotamadya Tangerang, hanya terdiri dari 6
kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Batuceper (terdiri dari Kelurahan Neglasari, Selapajang Jaya,
Karangsari, Batujaya, Poris Gaga, Batuceper, Benda, Belendung, Jurumudi,
Pajang, Kedaung Wetan)
2. Kecamatan Tangerang (terdiri dari kelurahan Sukarasa, Sukasari, Tanah
Tinggi, Cikokol)
3. Kecamatan Cimone (terdiri dari kelurahan Pabuaran, Gerendeng, Pabuaran
Tumpeng, Bugel, Pasar Baru, Karawaci, Cimone, Karawaci Baru)
4. Kecamatan Ciledug (terdiri dari kelurahan Pedurenan, Sudimara Barat,
Sudimara Timur, Tajur, Paninggilan, Parung Serab, Larangan Utara, Larangan
Selatan, Cipadu, Kreo, Pondok Bahar, Karang Tengah, Karang Mulya)
5. Kecamatan Jatiuwung (terdiri dari kelurahan Periuk, Gembor, Gebang Raya,
Jatiuwung, Keroncong, Jatake, Pasir Jaya, Gandasari, Cibodas, Panunggangan
Barat)
68
6. Kecamatan Cipondoh (terdiri dari kelurahan Poris Plawad, Cipete,
Panunggangan, Kunciran, Pinang, Gondrong, Petir, Cipondoh)
Pada tahun 2001, saat penyebutannya diganti dari "Kotamadya" menjadi
"Kota", dibentuk 7 kecamatan baru dan beberapa kelurahan baru yang merupakan
pemekaran dari kecamatan induknya. Kecamatan-kecamatan baru tersebut, yaitu:
1. Kecamatan Benda, merupakan pemekaran dari Kecamatan Batuceper yang
meliputi kelurahan:
a. Jurumudi
b. Jurumudi Baru (pemekaran dari kelurahan Jurumudi)
c. Belendung
d. Pajang
e. Benda
2. Kecamatan Cibodas, merupakan pemekaran dari Kecamatan Jatiuwung yang
meliputi kelurahan:
a. Jatiuwung
b. Uwung Jaya (pemekaran dari kelurahan Cibodas)
c. Cibodas
d. Cibodasari (pemekaran dari kelurahan Cibodas)
e. Cibodas Baru (pemekaran dari kelurahan Cibodas)
f. Panunggangan Barat.
3. Kecamatan Karangtengah, merupakan pemekaran dari Kecamatan Ciledug
yang meliputi kelurahan:
a. Karang Tengah
69
b. Karang Mulya
c. Karang Timur (pemekaran dari kelurahan Karang Tengah)
d. Pedurenan
e. Pondok Pucung (pemekaran dari kelurahan Pedurenan)
f. Pondok Bahar
g. Parung Jaya (pemekaran dari kelurahan Pondok Bahar)
4. Kecamatan Larangan, merupakan pemekaran dari Kecamatan Ciledug yang
meliputi kelurahan:
a. Larangan Utara
b. Larangan Selatan
c. Larangan Indah (pemekaran dari kelurahan Larangan Utara)
d. Gaga (pemekaran dari kelurahan Larangan Selatan)
e. Cipadu
f. Cipadu Jaya (pemekaran dari kelurahan Cipadu)
g. Kreo Utara (dahulu kelurahan Kreo)
h. Kreo Selatan (pemekaran dari kelurahan Kreo)
5. Kecamatan Neglasari, merupakan pemekaran dari Kecamatan Batuceper yang
meliputi kelurahan:
a. Karangsari
b. Karanganyar (pemekaran dari kelurahan Karangsari)
c. Selapajang Jaya
d. Kedaung Wetan
e. Kedaung Baru (pemekaran dari kelurahan Kedaung Wetan)
70
f. Neglasari
g. Mekarsari (pemekaran dari kelurahan Neglasari)
6. Kecamatan Periuk, merupakan pemekaran dari Kecamatan Jatiuwung yang
meliputi kelurahan:
a. Periuk
b. Periuk Jaya (pemekaran dari kelurahan Periuk)
c. Gebang Raya
d. Sangiang Jaya (pemekaran dari kelurahan Gebang Raya)
e. Gembor
7. Kecamatan Pinang, merupakan pemekaran dari Kecamatan Cipondoh yang
meliputi kelurahan:
a. Cipete
b. Pakojan (pemekaran dari kelurahan Cipete)
c. Panunggangan
d. Panunggangan Utara (pemekaran dari kelurahan Panunggangan)
e. Panunggangan Timur (pemekaran dari kelurahan Panunggangan)
f. Kunciran
g. Kunciran Indah (pemekaran dari kelurahan Kunciran)
h. Kunciran Jaya (pemekaran dari kelurahan Kunciran)
i. Pinang
j. Neroktog (pemekaran dari kelurahan Pinang)
k. Sudimara Pinang (pemekaran dari kelurahan Pinang)
71
Adapun kelurahan baru yang dibentuk tetapi masih menjadi bagian dari
kecamatan induknya, yaitu:
1. Kecamatan Batuceper:
a. Batusari (dari kelurahan Batujaya)
b. Kebon Besar (dari kelurahan Batuceper)
c. Poris Gaga Baru (dari kelurahan Poris Gaga)
d. Poris Jaya (dari kelurahan Poris Gaga)
2. Kecamatan Ciledug:
a. Sudimara Jaya (dari kelurahan Sudimara Timur)
b. Sudimara Selatan (dari kelurahan Sudimara Barat)
c. Paninggilan Utara (dari kelurahan Paninggilan)
3. Kecamatan Cipondoh:
a. Poris Plawad Utara (dari kelurahan Poris Plawad)
b. Poris Plawad Indah (dari kelurahan Poris Plawad)
c. Kenanga (dari kelurahan Gondrong)
d. Ketapang (dari kelurahan Petir)
e. Cipondoh Indah (dari kelurahan Cipondoh)
f. Cipondoh Makmur (dari kelurahan Cipondoh)
4. Kecamatan Jatiuwung:
a. Alam Jaya (dari kelurahan Gembor)
b. Manis Jaya (dari kelurahan Jatake)
5. Kecamatan Karawaci:
a. Bojong Jaya (dari kelurahan Karawaci)
72
b. Cimone Jaya (dari kelurahan Cimone)
c. Koang Jaya (dari kelurahan Pasar Baru)
d. Margasari (dari kelurahan Bugel)
e. Nambo Jaya (dari kelurahan Pabuaran Tumpeng)
f. Nusa Jaya (dari kelurahan Karawaci Baru)
g. Sukajadi (dari kelurahan Gerendeng)
h. Sumur Pacing (dari kelurahan Pabuaran)
6. Kecamatan Tangerang:
a. Sukaasih (dari kelurahan Sukarasa)
b. Kelapa Indah (dari kelurahan Cikokol)
c. Babakan (dari kelurahan Sukasari)
d. Buaran Indah (dari kelurahan Tanah Tinggi)
Demografi
Luas Kota Tangerang adalah 153.93 km2 (59.43 sq mi), dengan jumlah
penduduk sekitar 2.139.891 jiwa. Terdiri dari beberapa suku bangsa diantaranya
adalah Sunda, Jawa, Batak, Betawi, Tionghoa dan lain-lain serta beragam agama,
diantaranya adalah Islam (87,31%), Kristen Protestan (5,72%), Buddha (4,19%),
Katholik (2,74%), Hindu (0,18%), Konghucu (0,02%) dan aliran kepercayaan
(0,02%).
Tangerang juga memiliki jumlah komunitas Tionghoa yang cukup
signifikan, banyak dari mereka adalah campuran Tionghoa Benteng. Mereka
didatangkan sebagai buruh oleh kolonial Belanda pada abad ke 18 dan 19, dan
kebanyakan dari mereka tetap berprofesi sebagai buruh dan petani. Budaya
73
mereka berbeda dengan komunitas Tionghoa lainnya di Tangerang: ketika hampir
tidak satupun dari mereka yang berbicara dengan aksen Mandarin, mereka adalah
pemeluk Confucianisme yang kuat dan tetap menjaga tempat-tempat ibadah dan
pusat-pusat komunitas mereka. Secara etnis, mereka tercampur, namun menyebut
diri mereka sebagai Tionghoa. Banyak makam Tionghoa yang berlokasi di
Tangerang, kebanyakan sekarang telah dikembangkan menjadi kawasan sub-
urban seperti Lippo Village.
Kawasan pecinan Tangerang berlokasi di Pasar Lama, Benteng Makassar,
Kapling dan Karawaci (bukan Lippo Village), dan Poris. Orang-orang dapat
menemukan makanan dan barang-barang berkhas China. Lippo Village adalah
lokasi permukiman baru. Kebanyakan penduduknya adalah pendatang, bukan asli
China Benteng.
4.1.2 Visi dan Misi Kota Tangerang
Visi
Terwujudnya Kota Tangerang yang Maju, Mandiri, Dinamis dan Sejahtera dengan
Masyarakat yang Berakhlakul Karimah.
Misi
1. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, akuntabel dan transparan didukung
dengan struktur birokrasi yang berintegritas, kompeten dan professional
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berdaya saing tinggi.
3. Mengembangkan kualitas pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial
demi terwujudnya masyarakat yang berdaya saing di era globalisasi.
74
4. Meningkatkan pembangunan sarana perkotaan yang memadai dan berkualitas.
5. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
bersih, sehat dan nyaman.
4.1.3 Struktur Pemerintahan Kota Tangerang
Gambar 4.1
Struktur Pemerintahan Kota Tangerang
Sumber: Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 13 Tahun 2014 tentang Organisasi
Perangkat Daerah
WALIKOTA
WAKIL WALIKOTA DPRD
Lembaga Lain Dinas Daerah Lembaga
Teknik Daerah
Asisten Tata
Pemerintahan
Asisten perekonomian, pembangunan
dan kesejahteraan
rakyat
Asisten Administrasi
Umum
Sekretariat DPRD
Kecamatan
Kelurahan
Sekretariat Daerah Staf Ahli
Keterangan :
: garis pertanggungjawaban
: garis lini
: garis koordinasi
75
4.1.4 Gambaran Umum Program Tangerang Cerdas
4.1.4.1 Latar Belakang Program Tangerang Cerdas
Seiring dengan perkembangan teknologi yang hampir diseluruh bidang
bahkan tidak terkecuali dalam laporan dana bantuan personal pendidikan melalui
Tangerang Cerdas. Pada perkembangan ini memungkinkan seluruh kegiatan
dalam laporan dana bantuan personal melalui Program Tangerang Cerdas dapat
memanfaatkan teknologi informasi.
Di mana kebutuhan akan teknologi informasi berhubungan dengan peran
dari pengelolaan laporan dana bantuan personal pendidikan melalui program
Tangerang Cerdas sebagai program pendidikan yang diperlukan untuk membantu
membiayai kegiatan personal selama 12 (dua belas) bulan atau dua semester
sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan yang ditujukan pada peserta
didik yang kurang mampu untuk menunjang biaya pendidikannya agar satuan
pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan.
Walikota Tangerang melaunching dana bantuan melalui Program Tangerang
Cerdas pada 17 Agustus 2014 yang bertepatan dengan hari Kemerdekaan Negara
Indonesia, bagi peserta didik yang mendapat dana bantuan melalui Program
Tangerang Cerdas diberikan sebuah Kartu Tangerang Cerdas (KTC), di mana
biasanya nama-nama peserta didik yang menerima bantuan program Tangerang
Cerdas akan dipublikasikan di sekolah-sekolah sebagai bentuk transparansi agar
tepat sasaran dan mengena pada sasaran. Dari bantuan tersebut berupa
pembayaran SPP dan keperluan lainnya yang meliputi keperluan personal.
76
Sumber dana yang digunakan untuk program Tangerang Cerdas berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tangerang.
Program Tangerang Cerdas merupakan bagian dari upaya peningkatan
Angka Partisipasi Kasar (APK) yang merupakan salah satu komponen dalam
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Program ini sejalan dengan kebijakan
Pemerintah Pusat mengenai wajib belajar hingga 12 (dua belas) tahun.
4.1.4.2 Maksud dan Tujuan
Bantuan biaya personal pendidikan peserta didik melalui program Program
Tangerang Cerdas ini disusun untuk memberikan penjelasan latar belakang,
mekanisme dan ketentuan-ketentuan teknis pelaksanaanya dengan tujuan:
1) Memiliki persepsi yang sama tentang program pemberian Bantuan Biaya
Personal Pendidikan (BBPP) bagi peserta didik melalui Program Tangerang
Cerdas.
2) Menjabarkan secara operasional pemanfaatan pemberian Bantuan Biaya
Personal Pendidikan (BBPP) untuk kepentingan masyarakat tidak mampu pada
usia sekolah dasar sampai dengan menengah di Kota Tangerang.
3) Pemberian Bantuan Biaya Personal Pendidikan (BBPP) untuk peserta didik
melalui Program Tangerang Cerdas dengan data yang cemat, akuntabel dan
tepat sasaran.
77
4.1.4.3 Sasaran
Sasaran peserta didik yang dapat diusulkan sebagai calon penerima Program
Tangerang Cerdas adalah peserta didik warga Kota Tangerang dari keluarga tidak
mampu yang bersekolah di Kota Tangerang.
4.1.4.4 Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2009 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
4. Peraturan Wali (Perwal) Kota Tangerang Nomor 132 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Perarturan Wali Kota Nomor 89 Tahun 2016 tentang Bantuan
Biaya Pendidikan Melalui Program Tangerang Cerdas.
4.1.4.5 Kriteria Siswa Miskin dan Persyaratan Penerima Bantuan
Biaya Personal Pendidikan (BBPP)
Untuk kepentingan pemenuhan kriteria program pemberian Bantuan Biaya
Personal Pendidikan (BBPP) bagi peserta didik SD/SDLB/MI,
SMP/SMPLB/MTs, SMA/SMALB/SMK/SMKLB/MA melalui Program
Tangerang Cerdas Tahun Anggaran 2014 harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Tidak merokok dan atau mengkonsumsi narkoba.
2. Orang tua tidak memiliki penghasilan yang memadai
3. Menggunakan angkutan umum
78
4. Daya beli untuk sepatu dan pakaian seragam sekolah/pribadi rendah
5. Daya beli untuk buku, tas, dan alat tulis rendah
6. Daya beli untuk konsumsi makan/jajan rendah
7. Daya pemanfaatan internet rendah
8. Tidak dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang berpotensi mengeluarkan
biaya
4.1.4.6 Unit Cost Bantuan Biaya Personal Pendidikan (BBPP)
Pemberian Bantuan Biaya Personal Pendidikan (BBPP) bagi peserta didik
dari keluarga tidak mampu pada jenjang pendidikan SD/SDLB/MI,
SMP/SMPLB/MTS, SMA/SMALB/ SMK/SMKLB/MA melalui Program
Tangerang Cerdas didasarkan pada perhitungan besaran unit cost per peserta didik
per bulan untuk satu tahun anggaran sebagai berikut :
Adapun besaran dana bantuan yang diberikan, menurut catatan Dinas
Pendidikan Kota Tangerang, untuk SMP sebesar Rp 105 ribu, SMA Rp 200 ribu,
dan SMK sebesar Rp 300 ribu. Sementara, untuk siswa SD tidak diberikan karena
sudah terlebih dahulu mendapatkan bantuan dari Pemkot Tangerang.
4.1.4.7 Persyaratan dan Tahapan Proses Pengajuan Usulan
Kartu Tangerang Cerdas
1. Persyaratan calon penerima Bantuan Sosial Biaya Personal Pendidikan
melalui Program Tangerang Cerdas adalah sebagai berikut :
a. Warga Kota Tangerang dibuktikan dengan dokumen Kartu Keluarga
Penduduk Kota Tangerang.
79
b. Diusulkan oleh Satuan Pendidikan, bagi peserta didik
SD/SDLB/MI,SMP/SMPLB/MTs, SMA/SMALB/ MA dan SMK warga
DKI yang bersekolah di Kota Tangerang;
c. Diusulkan oleh Kasi Dikcam/Kantor Kemenag Kota, bagi peserta didik
SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs, SMA/SMALB/MA, dan SMK warga
Kota Tangerang.
d. Melampirkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Kelurahan.
2. Tahapan proses pengajuan Program Tangerang Cerdas sebagai berikut :
a. Pengajuan usulan Program Tangerang Cerdas melalui :
1) Satuan Pendidikan, untuk peserta didik warga Kota Tangerang yang
bersekolah di Kota Tangerang.
Peserta didik yang diusulkan Program Tangerang Cerdas wajib sudah
dilakukan verifikasi dan atau peninjauan lapangan.
2) Kasi Dikcam/Kantor Kemenag Kota, untuk peserta didik warga Kota
Tangerang yang bersekolah di luar Kota Tangerang.
Peserta didik yang diusulkan Program Tangerang Cerdas wajib sudah
dilakukan verifikasi dan atau peninjauan lapangan.
b. Daftar usulan kemudian diumumkan selama 7 hari kalender dengan cara
ditempel pada papan informasi sekolah/kelurahan/kecamatan untuk
mendapatkan tanggapan dari masyarakat (uji publik).
c. Bilamana ada pengaduan keberatan dari masyarakat terhadap peserta didik
yang diusulkan Program Tangerang Cerdas yang tertera dalam daftar
pengumuman, Kepala Sekolah dan Seksi Dikcam/Kantor Kemenag Kota
80
melakukan verifikasi dan/atau peninjauan lapangan khusus terhadap
peserta didik yang diadukan karena dilaporkan berasal dari keluarga
mampu dan tidak layak mendapatkan Program Tangerang Cerdas.
d. Pengumuman calon penerima Program Tangerang Cerdas setelah
dilakukan verifikasi dan/atau peninjauan lapangan pasca terjadinya
pengaduan masyarakat, dilakukan selama 3 hari kalender .
e. Dilakukan rekapitulasi daftar usulan oleh :
1) Satuan Pendidikan, untuk peserta didik warga Kota Tangerang yang
bersekolah di Kota Tangerang.
Satuan Pendidikan selanjutnya menyerahkan rekapitulasi daftar usulan
kepada Suku Dinas Pendidikan.
2) Kasi Dikcam, untuk peserta didik SD, SMP, SMA, SMK warga Kota
Tangerang yang bersekolah di luar Kota Tangerang.
Kasi Dikcam selanjutnya menyerahkan rekapitulasi daftar usulan
kepada Suku Dinas Pendidikan.
3) Kantor Kemenag Kota/Kabupaten, untuk peserta didik MI dan MTs
warga Kota Tangerang yang bersekolah di luar Kota Tangerang.
Kantor Kemenag Kota/Kabupaten selanjutnya menyerahkan
rekapitulasi daftar usulan kepada Kanwil Kemenag.
4) Kanwil Kemenag, untuk peserta didik MA warga Kota Tangerang
yang bersekolah di luar Kota Tangerang.
f. Suku Dinas Pendidikan dan Kanwil Kemenag membuat surat usulan
tertulis calon penerima bantuan sosial biaya personal pendidikan untuk
81
peserta didik dari keluarga tidak mampu melalui Program Tangerang
Cerdas kepada Dinas Pendidikan Provinsi Banten.
4.1.4.8 Proses Tahapan Penetapan Penerima Program Tangerang
Cerdas dan Penyaluran Bantuan Personal Pendidikan
1. Dinas Pendidikan menyampaikan hasil rekapitulasi dan usulan calon
Peserta Didik penerima Biaya Personal Pendidikan bagi Peserta Didik
dari keluarga tidak mampu berupa rekomendasi Kepada Wali Kota
Tangerang melalui Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dengan
tembusan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK).
2. Rekomendasi Dinas Pendidikan sebagai bahan pertimbangan untuk
menetapkan daftar penerima dan besaran bantuan Biaya Personal
Pendidikan bagi Peserta Didik dari keluarga tidak mampu.
3. Walikota Tangerang menetapkan daftar penerima dan besaran bantuan
Biaya Personal Pendidikan bagi Peserta Didik dari keluarga tidak
mampu dengan Keputusan Walikota.
4. Penyaluran bantuan Biaya Personal Pendidikan bagi Peserta Didik dari
keluarga tidak mampu didasarkan pada daftar penerima bantuan sosial
yang tercantum dalam Keputusan Walikota.
5. Pencairan bantuan sosial berupa uang dilakukan dengan cara
pembayaran langsung (LS).
6. Penyaluran bantuan Biaya Personal Pendidikan bagi Peserta Didik dari
keluarga tidak mampu penerima biaya personal pendidikan dilakukan
melalui rekening Peserta Didik pada Bank Jawa Barat.
82
7. Penyaluran bantuan Biaya Personal Pendidikan bagi Peserta Didik dari
keluarga tidak mampu dilengkapi dengan bukti transfer yang
dikeluarkan oleh Bank Jawa Barat.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Humas Pemerintah Kota Tangerang
melakukan berbagai strategi dalam menyosialisasikan Program Tangerang Cerdas
diantaranya memberikan penyuluhan mengenai penggunaan Kartu Tangerang
Cerdas, memberikan latihan teknik pengoperasi Sistem Informasi Manajemen
Program Tangerang Cerdas, menyampaikan data siswa calon penerima Program
Tangerang Cerdas di 6 wilayah serta menjabarkan secara operasional
pemanfaatan Porgram Tangerang Cerdas untuk kepentingan masyarakat tidak
mampu pada usia SD hingga SMU di Kota Tangerang, dan tak terkalah penting
Humas Pemerintah Kota Tangerang juga menggunakan bentuk kegiatan yang
dipandang tepat guna menyosialisasikan Program Tangerang Cerdas kepada
masyarakat dengan melakukan talk show, iklan layanan masyarakat, road show,
dan konferensi pers. Dan hal tersebut terlihat jitu dan tepat sasaran. Ini artinya,
sosialisasi berhasil dan Program Tangerang Ceras bisa berjalan sampai sekarang
ini dan merupakan program unggulan dari Walikota Tangerang.
4.2 Hasil Penelitian
Dalam bagian ini, penelitiakan menguraikan hasil penelitian yaitu mengenai
Audit Public Relations Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam program
Tangerang Cerdas. Hasil penelitian didapatkan menggunakan teknik pengumpulan
data melalui wawancara mendalam, wawancara kelompok dan observasi.
83
Penelitimenguraikan hasil penelitian dengan mengacu pada identifikasi masalah
yang penelitibuat yaitu perencanaan program Tangerang Cerdas sebagai proses
input kegiatan, pelaksanaan program sebagai proses output kegiatan dan hasil
akhir program sebagai outcome kegiatan.
4.2.1 Ketercapaian Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah Kota
Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas Pada Proses Input
Kegiatan
Menurut Dody M. Gozali dalam bukunya “Communication Measurement:
Konsep dan Aplikasi Pengukuran Kinerja Public Relations”, pengertian tahapan
input dalam pengukuran komunikasi dalam komponen-komponen fisik seperti
pilihan media (misalnya event, publikasi,web dan sebagainya), konten (misalnya
teks dan foto) dan format. (Gozali, 2005: 27)
Dapat diartikan bahwa tahapan input ini merupakan pencernaan atau
rancangan dari suatu kegiatan atau program komunikasi yang nantinya ini akan
menjadi acuan atau pedoman dalam proses pelaksanaan kegiatan atau program
komunikasi tersebut.
Berdasarkan teknik yang digunakan penelitidalam Audit Public Relations
(PR) Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam program Tangerang Cerdas yaitu
analysis of Existing data, maka evaluasi pada tahap input ini akan dikelompokkan
berdasarkan bentuk data yang diperoleh yaitu data dokumentasi dan data in-depth
interview mencakup
84
1. Latar belakang
Program Tangerang Cerdas yang digulirkan merupakan jaminan kepada
seluruh warga untuk bisa bersekolah tanpa masalah biaya. Realisasi dari
program Tangerang Cerdas adalah, Pemkot Tangerang memberikan bantuan
kepada pelajar dari tingkat SD hingga SMA/SMK berupa pembayaran SPP
dan keperluan lainnya meliputi sepatu, seragam sekolah, tas sekolah dan
penunjang proses belajar mengajar.
Informan 1 memberikan jawaban yang relevan dengan data
dokumentasi Humas Pemerintah Kota Tangerang, terkait dengan Humas
Pemerintah Kota Tangerang dalam menyosialisasikan Program Tangerang
Cerdas.
“Tangerang Cerdas sebagai salah satu program andalan untuk
menggenjot kualitas pendidikan formal dan nonformal. Tangerang
Cerdas membantu siswa-siswi yang kurang mampu untuk
menunjang biaya pendidikannya.”
Dalam hal ini, Pemerintah Kota Tangerang selektif menyortir
siswa/siswi penerima Kartu Tangerang Cerdas berdasarkan data yang diterima
atau adanya laporan dari Ketua RT/RW setempat, yang mengetahui kondisi
dan keadaan orangtua anak penerima Kartu Tangerang Cerdas. Selain itu,
untuk pendidikan nonformal Pemkot Tangerang akan fokus melakukan
pelatihan-pelatihan ke masyarakat, termasuk mengalokasikan anggaran untuk
itu.
Hal senada juga diungkapkan oleh Informan 2, di mana mereka
mengatakan bahwa program unggulan ini dilaksanakan karena berdasarkan
85
pertimbangan akan pentingnya warga miskin di Kota Tangerang untuk
bersekolah tanpa dibebani biaya alias gratis dan masyarakat merasa senang.
“Sikap masyarakat terhadap Program Tangerang Cerdas pada
dasarnya masyarakat senang, dan masyarakat mendukung dan
mengapresiasi langkah Walikota Tangerang sebagai sikap yang
brilian, yang selalu mementingkan dan menjunjung tinggi dunia
pendidikan di Kota Tangerang.”
Sikap masyarakat terhadap Kartu Tangerang Cerdas beragam dan ini
memberikan pemaparan spesifik terhadap langkah Jokowi berkenaan
dengan program Kartu Tangerang Cerdas. Kartu Tangerang Cerdas sudah
berpikir untuk menjadikan Kartu Tangerang Cerdas sebagai program
nasional. Hal tersebut disampaikan oleh Walikota Tangerang ketika
mengunjungi beberapa sekolah yang tersebar di Kota Tangerang.
Walikota Tangerang memperkirakan dengan anggaran pendidikan
yang 20 persen. Bisa dilakukan karena apa, kita lihat baik di SMP dan SD
sangat dibutuhkan sekali. Walikota Tangerang mengatakan, Kartu
Tangerang Cerdas sangat dibutuhkan oleh anak-anak terutama dari keluarga
yang tidak mampu. Pasalnya, selama ini banyak orang tua yang tidak
memahami biaya pendidikan. Padahal, biaya pendidikan sangat banyak.
Masalah tas, buku seragam. Kita punya anak tidak punya seragam, mau
disuruh sekolah. Itu hal sepele, kita tidak lihat di lapangan.
Menurut Walikota Tangerang, sistem di sebuah kota atau provinsi
sama saja, tetapi permasalahannya adalah apakah ada niat untuk mengubah
atau tidak. Dengan demikian, sistem yang diterapkan untuk Kartu
86
Tangerang Cerdas ini diharapkan bisa menjadi tolak ukur sistem nasional
dalam mendengar keinginan masyarakat dalam persoalan pendidikan.
Manajemen sistem sama saja hanya kita mau atau tidak mau.
Artinya ada manajemen sistem nasional yang mendengar keinginan dari
anak-anak tidak mampu.
Informan 1 menjelaskan bahwa sebelum pemberian Kartu
Tangerang Cerdas, terlebih dahulu siswa diberikan pengarahan atau
sosialisasi terkait dengan Program Tangerang Cerdas.
“ada, sosialisasi disampaikan oleh Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Tangerang yang diadakan di sekolah”
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghindari adanya
manipulasi data dari pihak sekolah kepada kami di Dinas Pendidikan.
Verifikasi dilakukan guna mengecek kembali data siswa penerima yang
meninggal atau pindah sekolah. Berdasarkan anggaran yang diberikan oleh
Pemerintah Kota Tangerang, masyarakat diminta agar sungguh-sungguh
untuk belajar dan berharap siswa penerima Kartu Tangerang Cerdas lebih
semangat lagi dalam belajar dan juga bisa meraih prestasi setinggi-
tingginya.
Pemerintah Kota Tangerang melalui Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan melakukan Sosialisasi dan Verifikasi Data Penerima Bantuan
Program Tangerang Cerdas, Tingkat SMP/MTs Negeri dan Swasta Se-Kota
Tangerang. Sosialisasi ini dianggap perlu dilakukan karena dalam
pelaksanaan terdapat beberapa penyesuaian tehadap Program Tangerang
Cerdas sebagaimana diatur dalam Peraturan Wali (Perwal) Kota
87
Tangerang Nomor 132 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Perarturan
Wali Kota Nomor 89 Tahun 2016 tentang Bantuan Biaya Pendidikan
Melalui Program Tangerang Cerdas.
Dengan adanya program Tangerang Cerdas, maka siswa merasa tidak
terbebani dan bisa memanfaatkan Kartu Tangerang Cerdas untuk keperluan
sekolah. Hal ini senada dengan pendapat informan 1.
“Pada dasarnya perilaku siswa setelah mendapatkan Kartu
Tangerang Cerdas terlihat senang, sumringah dan antusias sekali,
mengingat mereka bisa menggunakan Kartu Tangerang Cerdas ini
untuk beli seragam, buku dan sepatu.”
Siswa antusias dan semangat setelah mendapatkan Kartu Tangerang
Cerdas. Perilaku ini muncul ketika peluncuran Kartu Tangerang Cerdas.
Mekanisme penyaluran dan penggunaannya terus dimatangkan. Pemerintah
Kota Tangerang yakin bahwa kartu ini akan menjadi terobosan untuk
mendidik peserta didik secara lebih luas.
Kartu Kartu Tangerang Cerdas akan disalurkan dengan tepat sasaran.
Hal itu dimungkinkan karena data siswa miskin yang diperoleh merujuk pada
usulan sekolah sebagai pihak yang paling mengetahui kategori siswa dari sisi
finansial.
Pemerintah Kota Tangerang bisa pastikan kartu ini disalurkan tepat
sasaran karena yang diberikan adalah yang diusulkan oleh sekolah. Seleksi
dan verifikasi data dalam pembuatan Kartu Jakarta Pintar juga sangat ketat.
Sedikitnya ada 24 kolom data yang harus diisi oleh siswa para calon penerima
kartu tersebut, mulai dari nama yang tak boleh disingkat, asal sekolah, dan hal
lain yang dipertimbangkan mampu menjaring target secara tepat dan akurat.
88
Setelah memastikan tepat sasaran, tugas penting lainnya adalah
menjamin kartu tersebut dapat digunakan secara tepat sesuai peruntukannya,
yakni menutup biaya personal masing-masing peserta didik. Kebutuhan itu
meliputi pembelian seragam, buku tulis/cetak, dan biaya transportasi.
Sadar akan hal itu, Pemerintah Kota Tangearng telah menyiapkan
solusinya. Pemerintah Kota Tangerang dalam hal ini melibatkan sekolah dan
orangtua untuk memberi pemahaman kepada siswa terkait cara memanfaatkan
Kartu Tangerang Cerdas. Sekolah dan orangtua juga diminta melakukan
pengawasan.
Dengan adanya Kartu Tangerang Cerdas, siswa bisa memenuhi
kebutuhan sekolah secara berdaya guna. Hal ini senada dengan pendapat
Informan 2.
“Manfaatnya banyak, untuk membeli kebutuhan sekolah baik
baju sekolah (seragam), alat tulis, sepatu, dan lain-lain.
Bantuan yang diberikan guna mendanai biaya personal dan biaya SPP
untuk peserta didik yang nama tercantum dalam data BPS, khususnya kepada
siswa didik terverifikasi kurang lebih ada 2076 orang peserta didik miskin
yang berhak mendapatkan bantuan biaya pendidikan periode Juli – Desember
2017, mereka semua berasal dari 69 SMP/MTs Negeri maupun Swasta di Kota
Tangerang, yang terbagi dalam 4 Rayon. Penerima KTC ini mengalami
perubahan yang signifikan, karena dari data siswa miskin penerima KTC pada
periode Januari – Juni 2017, dalam tahun anggaran yang sama, sebelumnya
hanya ada 1000 orang peserta didik dari 67 sekolah SMP/MTs Negeri maupun
Swasta dengan Rayan yang sama.
89
Berdasarkan uraian dan paparan tersebut di atas, jelas bahwa seluruh
anak-anak di Kota Tangerang telah terjamin dan bisa bersekolah tanpa adanya
masalah biaya sebab telah ditanggung oleh Pemerintah Kota Tangerang.
Untuk menjalankan program Tangerang Cerdas, Pemerintah Kota Tangerang
telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 80 Miliar yang bersumber dari
APBD Kota Tangerang.
2. Tujuan program
Dalam setiap pembuatan program, pastilah memiliki tujuan positif yang
ingin dicapai oleh pelaksana melalu program tersebut. Tujuan merupakan
target yang menjadi alat ukur keberhasilan atau kegagalan program sesuai
sasaran yang diharapkan dan direncanakan ketiga program ini dibentuk. Perlu
diketahui bahwa program ini merupakan program unggulan dalam dunia
pendidikan di Kota Tangerang.
Dari hasil wawancara dengan informan 1, peneliti mendapatkan
penjelasan bahwa tujuan dari program Tangerang Cerdas secara umum sama
dengan tujuan awal, di mana dengan kehadiran Program Tangerang Cerdas
diharapkan anak dari masyarakat yang tidak mampu bisa bersekolah dan lebih
bisa berdaya dan mandiri dan telah disosialisasikan ke publik atau masyarakat.
“Program Kartu Tangerang Cerdas merupakan program publik
yang diperuntukkan bagi siswa yang tidak mampu, dan program
Kartu Tangerang Cerdas merupakan terobosan Walikota
Tangerang dalam dunia pendidikan. Dan Walikota Tangerang
mewanti-wanti agar Kartu Tangerang Cerdas ini bisa digunakan
untuk kebutuhan dasar pendidikan. Kebutuhan dasar pendidikan
yang dimaksud mencakup : seragam, sepatu, dan tas sekolah,
biaya transportasi, makanan serta biaya ekstrakurikuler.”
90
Program publik terkait Kartu Tangerang Cerdas dianggap merupakan
terobosan baru dan tepat guna. Tepat guna adalah tantangan terbesarnya. Di
sinilah tugas sekolah dan orangtua untuk menjelaskan cara penggunaannya.
Ini terkait dengan pengelolaan diri dan pengelolaan keuangan.
Penggunaan kartu ini juga akan membuat siswa dari keluarga miskin
memiliki kesempatan untuk dekat dengan teknologi perbankan. Hal itu karena
kartu tersebut dikeluarkan dalam format ATM Bank Jawa Barat (BJB) dan
setiap siswa akan memiliki personal identity number (PIN) yang berbeda-
beda.
Di sinilah letak pendidikan dalam arti luas, anak-anak dari keluarga
miskin akan semakin ramah dengan teknologi banking. Tugas Bank DKI
untuk mendekatkan mesin ATM dengan permukiman padat. Dalam
perkembangan berikutnya, Pemerintah Kota Tangerang berencana
memberikan kartu ini untuk peserta didik ke jenjang dasar sampai menengah.
Hal senada juga disampaikan oleh informan 1 terkait dengan strategis
Humas Kota Tangerang dalam menyosialisasikan Program Tangerang Cerdas.
“Strategi Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam
menyosialisasikan program Kartu Tangerang Cerdas adalah talk
show / dialog interactive melalui media televisi dan radio, iklan
layanan masyarakat, road show dan konferensi Pers.”
Strategi Humas Pemerintah Kota Tangearng dalam menyosialisasikan
Kartu Tangerang Cerdas dirasa sangat signifikan dan memiliki tendensi yang
luas terhadap keberhasilan program pendidikan di Kota Tangerang. Dinas
Pendidikan Kota Tangearng mengaku telah melakukan uji publik terhadap
peserta penerima Kartu Kartu Tangerang Cerdas. Uji publik ini untuk
91
mengetahui layak atau tidaknya calon penerima Kartu Tangerang Cerdas
menerima kartu tersebut.
Setelah memberikan surat keterangan tidak mampu (SKTM), uji publik
dengan dipampang nama-namanya di sekolah dan wilayah Kota Tangarang.
Sehingga, masyarakat termasuk pihak sekolah bisa menilai apa mereka
memang benar-benar tidak mampu atau tidak.
Dalam prosesnya masyarakat dapat ikut mengawasi pelaksanaan dan
penggunaan Kartu Tangerang Cerdas. Masyarakat berhak menilai, agar benar-
benar kepada orang yang tepat dan digunakannya juga tepat. Pemerintah Kota
Tangerang telah membagikan Kartu Tangerang Cerdas untuk siswa SD, SMP,
SMA dan siswa sederajat, dalam dua tahap.
Di sisi lain, informan 2 juga melakukan tindakan dan komunikasi yang
dilakukan Humas Pemerintah Kota Tangerang terkait dengan sosialisasi Kartu
Tangerang Cerdas, di mana berbagai pihak juga turun ke lapangan dengan
melakukan penyuluhan dan sosialisasi.
“Tindakan Pemerintah Kota Tangerang dalam
menyosialisasikan Kartu Tangerang Cerdas adalah dengan terjun
langsung ke masyarakat guna memberikan pemahaman
mengenai penggunaan kartu Kartu Tangerang Cerdas,
memberikan latihan atau penyuluhan berkenaan dengan Sistem
Informasi Manajemen Kartu Tangerang Cerdas menyampaikan
data siswa calon penerima Kartu Tangerang Cerdas di beberapa
wilayah Kota Tangerang.
Ini artinya bahwa tindakan komunikasi yang dilakukan Pemerintah
Kota Tangerang dalam melakukan sosialisasi Kartu Tangerang Cerdas dirasa
sudah tepat. Dan ini merupakan kebijakan Walikota Tangerang dalam dunia
pendidikan.
92
Rangkaian program pembangunan Kota Tangerng yang dirancang
pasangan tersebut sejak masa kampanye mereka yang dikenal dengan "Kota
Tangerang" perlahan mulai diwujudkan melalui langkah-langkah nyata.
Menyikapi langkah Pemerintah Kota Tangerang dalam melakukan
penilaian dan persiapan atas program Tangerang Cerdas, tentunya banyak hal
yang perlu diperhatikan, seperti apa yang diungkapkan oleh informan 2.
“Pemerintah Kota Tangerang melakukan penilaian atas
persiapan program Kartu Tangerang Cerdas dengan tujuan agar
pada saat launching Kartu Tangerang Cerdas apa yang diberikan
dan disampaikan tepat sasaran, ini artinya bahwa persiapan
program Kartu Tangerang Cerdas ini dilakukan secara matang
agar kedepannya Kartu Tangerang Cerdas ini bisa berjalan sesuai
dengan harapan kita semua.”
Dalam hal ini, Pemerintah Kota Tangerang melakukan penilaian atas
progam Kartu Tangerang Cerdas ini diamksudkan agar berbagai pelanggaran
atas Kartu Tangerang Cerdas ini bisa dideteksi dan bisa diminimalisir.
Mengingat Dana bantuan untuk pelajar keluarga miskin kini mulai
tersosialisasi dengan baik dan diluncurkan dengan sukses.
Meski jumlah siswa penerima Kartu Tangerang Cerdas mengalami
peningkatan, Pemerintah Kota Tangerang tidak begitu saja puas. Dia mengaku
akan terus melakukan sosialisasi terhadap program ini, agar dana bantuan
sampai kepada yang berhak menerimanya, data yang digunakan dalam
pemberian Kartu Tangerang Cerdas ini berbeda dengan data saat pemberian
beasiswa Rawan Putus Sekolah (RPS).
93
Pemerintah Kota Tangerang sudah tidak menggunakan data itu karena
sebagian siswa kan sudah lulus sekolah. Jadi, kita ada perbaruan data siapa
saja siswa yang layak dapat Kartu Tangerang Cerdas ini.
Seperti yang dijelaskan di awal, bahwa komunikasi disampaikan secara
dua arah, baik bagian Humas dan siswa penerima kartu Tangerang Cerdas,
seperti yang dijelaskan oleh informan 2.
“Komunikasi yang disampaikan Pemerintah Kota Tangerang
terkait dengan program Kartu Tangerang Cerdas adalah pertama-
tama Pemerintah Kota Tangerang menyampaikan akan ada
launching program Kartu Tangerang Cerdas, kedua, melakukan
penyaringan terhadap siswa yang berhak mendapat Kartu
Tangerang Cerdas, dan ketiga menyosialisasi terhadap orang tua
siswa akan manfaat Kartu Tangerang Cerdas bagi siswa dan
keempat membagikan Kartu Tangerang Cerdas kepada siswa
yang berhak menerimanya.”
Berdasarkan hal tersebut, tentunya komunikasi terkait dengan Kartu
Tangerang Cerdas terus dilakukan oleh banyak pihak tak terkecuali Humas
Pemerintah Kota Tangerang, ini dengan tujuan agar program Kartu
Tangerang Cerdas bisa berhasil dan tepat sasaran, mengingat jumlah
penerima Kartu Tangerang Cerdas di Kota Tangerang membengkak dari
yang diperkirakan. Jumlah tersebut mengacu pada data siswa rawan putus
sekolah (RPS) yang dikeluarkan Sudin Pendidikan Menengah Kota
Tangerang.
Jumlah penerima Kartu Tangerang Cerdas di Kota Tangerang masih
bisa terus bertambah mengingat sudah banyak pengajuan Kartu Tangerang
Cerdas yang masuk. Pihaknya, juga akan membuat sistem pengawasan
terpadu bagi pengguna mulai dari tingkat seksi pendidikan di tingkat
94
kecamatan hingga RT/RW. "Jadi jika terjadi pelanggaran bisa langsung
ditindak.
Pemberian sanksi, dilakukan jika pemakaian Kartu Tangerang
Cerdas tidak tepat guna. "Jadi, kalau Kartu Tangerang Cerdas dipakai
keluarga buat modal dagang maka akan kami cabut. Tapi, dia bisa
mengajukan kembali, asal tidak mengulang kesalahan. Tak hanya itu, jika
siswa ketahuan merokok, tawuran, mabuk-mabukan, maka Kartu Tangerang
Cerdas-nya juga akan kami cabut dan tidak bisa mengajukan kembali.
Hal yang perlu dimengerti bahwa Program Tangerang Cerdaspun menjadi
bagian dari upaya peningkatan angka partisipasi kasar (APK) yang
merupakan salah satu komponen dalam Indeks Pembangunan Manusia
(IPM).
Tak hanya itu saja, Program Tangerang Cerdas pun sejalan dengan
kebijakan pemerintah pusat mengenai wajib belajar hingga 12 tahun.
"Artinya, program ini sejalan dengan yang diinginkan pemerintah pusat. Di
Kota Tangerang, seluruh siswa telah di jamin biaya sekolahnya.
3. Rancangan Kegiatan
Berjalannya suatu program atau kegiatan dengan lancar dan sesuai
rencana, tentulah menjadi sesuatu yang diinginkan dalam pelaksanaan suatu
program yang telah dibuat. Oleh karena itu dibuat atau diperlukan suatu
rencangan kegiatan atau kerangka kerja sebagai acuan untuk mengetahui apa
saja yang harus dilakukan saat pelaksanaan program. Dengan melaksanakan
95
kegiatan sesuai dengan perencanaan awal di kerangka kerja, besar
kemungkinan semua tujuan dari program tersebut akan lebih mudah tercapai.
Point pertama yang menjadi rancangan kegiatan program Audit Public
Relations (PR) Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam Program Tangerang
Cerdas adalah survei lokasi dan penerima manfaat kartu Tangerang Cerdas.
Dari hasil wawancara ke informan 1, didapat bahwa implementasi
pelaksanaan Kartu Tangerang Cerdas dalam rangka rancangan kegiatan awal
saat melakukan survey lokasi dan penerima manfaat.
“Penerima manfaat bagi siswa yang mendapatkan Kartu
Tangerang Cerdas adalah berdasarkan data BPS, khususnya
kepada siswa didik terverifikasi kurang lebih ada 2076 orang
peserta didik miskin yang berhak mendapatkan bantuan biaya
pendidikan periode Juli – Desember 2017, mereka semua berasal
dari 69 SMP/MTs Negeri maupun Swasta di Kota Tangerang,
yang terbagi dalam 4 Rayon. Penerima KTC ini mengalami
perubahan yang signifikan, karena dari data siswa miskin
penerima KTC pada periode Januari – Juni 2017, dalam tahun
anggaran yang sama, sebelumnya hanya ada 1000 orang peserta
didik dari 67 sekolah SMP/MTs Negeri maupun Swasta dengan
Rayan yang sama.”
Perlu diketahui bahwa Jumlah siswa yang masuk dalam program
Tangerang cerdas yakni sebanyak 45 ribu orang terdiri dari tingkat SD hingga
SMA/SMK. Pemberian dana bantuan dari Pemkot Tangerang kepada
penerima program tangerang cerdas, dilakukan melalui sekolah masing -
masing. Nantinya, setiap siswa yang masuk dalam program tangerang cerdas
akan diberikan sebuah kartu Tangerang Cerdas (KTC). Sementara itu, dana
yang diberikan dalam program tangerang cerdas di setiap tingkatakn yakni
96
untuk SD Rp100 ribu per bulan, SMP Rp 150 per bulan, SMA Rp 200 ribu per
bulan dan SMK Rp 300 ribu per bulan.
Senada dengan informan ke-1 bahwa yang pertama kali dilakukan
adalah melakukan survei baru kemudian baru masuk ke kegiatan selanjutnya
yaitu memberikan pelatihan atau training kepada para penerima manfaat:
“Sebelumnya pasti kita menyiapkan kerangka kerja dulu ya, kemudian
kita melakukan survey, lalu kita evaluasi, trus kita adakan semacam
pelatihan atau training dulu agar si penerima manfaat ini bisa
menggunakan Kartu Tangerang Cerdas ini yang sesuai dengan SOP nya
lah ya tentang penggunaan dan pemanfaatannya.”
Adapun untuk mencari calon penerima manfaat dari Kartu Tangerang
Cerdas untuk dikemudian diberikan pelatihan, informan ke-2 mengatakan
bahwa Kartu Tangerang Cerdas ini tidak serta merta diberikan kepada
sembarang orang tapi melalui evaluasi yang ketat.
“Kartu Tangerang Cerdas diberikan melalui data konkrit yang
dikeluarkan oleh Humas Pemerintah Kota Tangerang berdasarkan data
BPS, khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu”.
Hal serupa dijelaskan pula oleh informan ke-1 yang menjelaskan bahwa
pemilihan calon peneriman manfaat Kartu Tangerang Cerdas ini dilakukan
dengan melalui seleksi ketat ole pemerintah bekerja sama dengan instansi
terkait (kelurahan).
“…Jadi begini, peminatnya banyak, nah dari data masuk itu kita
seleksi kembali berdasarkan data yang ada dan konkrit adanya, tidak
asal. Jadi disaring mana yang benar-benar sebagai penerima manfaat
yang sebenarnya.”
Informan ke-1 mengungkapkan bahwa setelah penerima manfaat
tersebut sudah terpilih, langkah selanjutnya adalah penyerahan Kartu
97
Tangerang Cerdas, sambil memberikan pengarahan. Tidak selesai sampai di
situ, ia juga menjelaskan bahwa setelah penyerahan Kartu Tangerang Cerdas,
para penerima manfaat juga tetap diberikan pelatihan dan pendampingan.
“selanjutnya itu kita memberikan Kartu Tangerang Cerdas itu ke
yang berhak menerima berdasarkan data yang valid, sambil terus
kita dampingi dan kasih pelatihan-pelatihan tentang cara
penggunaan, pemanfaatan, sehingga Kartu Tangerang Cerdas ini
menjadi berdaya guna”
Jika melihat semua jawaban yang dipaparkan oleh para informan, peneliti
menilai bahwa semua pelaksanaan program Tangerang Cerdas memiliki
persepsi yang sama mengenai rancangan kegiatan program.
4.2.2 Ketercapaian Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah Kota
Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas Pada Proses
Output Kegiatan
Menurut Dodi M. Gozali dalam bukunya yang berjudul “Communication
Measurement: Konsep dan Aplikasi Pengukuran Kinerja Public Relations”,
pengertian tahapan output dalam pengukuran komunikasi adalah “materi-materi
fisik dan kegiatan-kegiatan yang diproduksi (misalnya publisitas media, event,
publikasi, intranet dan sebagainya), serta untuk menghasilkan (tulisan, rancangan
dan sebagainya). (Gozali, 2005: 27)
Setelah setelah melihat ketercapaian pada tahap input, maka masuklah
pada tahap selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi pada
tahap ini bisa disebut denga tahap evaluasi output yang dilakukan untuk
mengevaluasi kesuksesan jalannya program tersebut.
98
Seperti yang dijelaskan dalam Pyramid Model of PR Research, bahwa
dalam melaksanakan evaluasi program public relations, proses evaluasi tidak
boleh dilakukan setengah-setengah, melainkan harus dimulai dari awal program
tersebut dibentuk, yaitu ketika manajemen baru mulai menyusun tujuan awal
program atau disebut sebagai tahap perencanaan/input, berlanjut pada tahap
pelaksanaan/output, hingga tahap hasil akhir (outcome).
Penelitimelihat bahwa dalam pelaksanaannya, terkait Audit Public
Relations (PR) Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam program Tangerang
Cerdas, Pemerintah Kota Tangerang telah melaksanakan program ini dengan
perencanaan dengan baik dan matang, akan tetapi dalam keberlangsungannya
tetap saja ada hal-hal yang nyatanya luput dari perhatian pihak pelaksana,
berdasarkan hasil wawancara dengan para penerima manfaat, penelitimenemukan
bahwa dalam pelaksanaannya, pelatihan yang diberikan oleh pihak pelaksana
sudah cukup baik dan bermanfaat untuk keberlangsungan kegiatan atau program
Tangerang Cerdas sampai kepada pihak yang benar-benar membutuhkan.
Peneliti juga menemukan bahwa meskipun hasil dari kegiatan ini
memenuhi harapan, namun pada dasarnya para penerima kartu Tangerang Cerdas
merasa puas dan merasa terbantu dengan adanya Tangerang Cerdas ini.
Berdasarkan paparan dari wawancara informan 1, didapat bahwa
pelaksanaan Program Tangerang Cerdas menjadi program unggulan dan sebagai
wujud nyata kepedulian pemerintah Kota Tangerang dalam bidang pendidikan.
“Program Tangerang Cerdas menjadi wujud nyata kepedulian
Pemerintah Kota Tangerang dalam bidang pendidikan, dan
diharapkan warga miskin bisa mengenyam pendidikan tanpa
memikirkan biaya karena semua sudah ditanggung pemerintah,
tentunya penerima manfaat ini berdasarkan data BPS pemerintah.”
99
4.2.3 Ketercapaian Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah Kota
Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas Pada Proses Outcome
Kegiatan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa outcome merupakan
dampak yang diharapkan timbul pada target dan merupakan tujuan utama dari
keseluruhan program yang telah dilaksanakan yang juga mewakili tujuan dari
program ini. Dampak tersebut dapat berupa perubahan sikap, perubahan
pengetahuan ataupun perubahan perilaku ke arah yang diharapkan oleh
Pemerintah Kota Tangerang. Tahapan outcome dalam pengukuran komunikasi
menurut Dodi M. Gozali adalah dampak-dampak komunikasi, baik terhadap sikap
maupun perilaku. (Gozali, 2005: 27)
Mengukur ketercapaian tahap outcome dari sebuah program berarti
mengevaluasi tercapai atau tidaknya tujuan besar dari program tersebut, di mana
dalam hal ini, program Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah Kota
Tangerang dalam program Tangerang Cerdas memiliki tujuan yang besar dan
jangka panjang.
Untuk mengevaluasi tahap outcome ini, model audit komunikasi Pyramid
Model of PR Research menawarkan beberapa teknik yang dapat digunakan, salah
satunya adalah in-depth interview. Teknik tersebutlah yang dipilih oleh
penelitidengan tujuan dapat mengerti alasan di balik sikap, tingkah laku dan
kepercayaan dari narasumber setelah dilaksanakannya program Audit Public
Relations (PR) Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam program Tangerang
Cerdas sekaligus untuk melihat pencapaian dari tujuan besar program tersebut.
100
Yang diukur dalam tahap ini adalah perubahan pengetahuan, sikap,
tingkah laku dan kepercayaan dari penerima manfaat program Tangerang Cerdas
ke arah yang diharapkan oleh banyak pihak, terealisasi sesuai rencana.
Dalam kaitannya dengan wawancara dengan informan 1, peneliti melihat
bahwa tujuan besar dari program ini dikatakan cukup berhasil. Karena dengan
adanya program ini para penerima manfaat merasa sangat dibantu untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan
informan 2 yang menyatakan bahwa program ini sangat membantu dan mereka
merasa senang mendapatkan manfaat dari Program Tangerang Cerdas.
“Program ini sangat membantu banget untuk masyarakat kecil
seperti kami, ini sangat membantu saya dan keluarga saya,
...program ini sangat bagus, sangat bagus. Kalau keluarga saya
mendapatkan program ini sampai ke jenjang SLTA, mengingat anak
saya masih didukung di bangku MTS/SMP.”
Di sisi lain, menurut informan ke-1 hasil implementasi program Tangerang
Cerdas di Kota Tangerang menjadi barometer atau tolok ukur program-program
lainnya yang akan dan sudah dijalankan di Kota Tangerang.
“Keberhasilan suatu penerapan program Kartu Tangerang Cerdas
selalu berafiliasi terhadap kondisi pendidikan di Kota Tangerang.
Dan diharapkan pendidikan Kota Tangerang menjadi pelopor
pendidikan di Indonesia. Dan yang terpenting penerapan program
Kartu Tangerang Cerdas ini selalu diawasi atau adanya pengawasan
dari dinas terkait atau dari Pemerintah Kota Tangerang secara
langsung, sehingga berbagai masukan terhadap Kartu Tangerang
Cerdas bisa ditampung dan diterima, dan bisa diketahui kelebihan
dan kelemahan Kartu Tangerang Cerdas sehingga bisa dipelajari dan
dicari solusi yang terbaik.”
Hasil dari implementasi program Kartu Tangerang Cerdas dilakukan sebagai
bentuk kepedulian pemerintah terhadap dunia pendidikan, khususnya yang terjadi
di Kota Tangerang. Dan yang terpenting, Pemerintah Kota Tangerang akan
101
mengawal dan selalu mengontrol penggunaan KJP dalam waktu tiga bulan
kedepan. Dikatakannya, hal tersebut perlu dilakukan untuk melihat apa saja yang
masih menjadi kekurangan dalam program tersebut.
Program Tangerang Cerdas ini perlu dievaluasi agar maksud dari program
ini tidak melenceng dari yang kami inginkan. Tiga bulan akan kelihatan dimana
kekurangannya. Pemerintah Kota Tangerang juga menyediakan tim khusus untuk
mengontrol penerapan Kartu Tangerang Cerdas. Hal itu sangat perlu sebagai
bagian dari manajemen kontrol.
Selain itu, pada saat pihaknya melakukan sosialisasi tentang masalah
pendidikan ini ada temuan dari masyarakat terutama menyangkut program Kartu
Tangerang Cerdas yang merupakan kebijakan dari Walikota Tangerang.
Sesuai pendapat informan 1, bahwa hal yang tak terkalah penting terkait
hasil dari Program Tangerang Cerdas adalah langkah konkrit sehingga program
ini berjalan dan berhasil tentunya.
“…. hasil yang didadapat setelah meluncurkan program Kartu
Tangerang Cerdas, siswa dari latar belakang ekonomi yang tidak
mampu bisa memenuhi kebutuhan sekolah seperti beli sepatu, beli
seragam, beli tas dan lain-lain. Ini artinya ada manfaat positif yang
didapatkan siswa setelah bergulirnya program Kartu Tangerang
Cerdas ini. Dan ini pula membuktikan bahwa langkah Pemerintah
Kota Tangerang telah tepat, mengingat Kota Tangerang merupakan
barometer atau tolok ukur pendidikan di wilayah Banten.
Berbagai langkah konkrit yang telah dilakukan Pemerintah Kota Tangerang
membuktikan bahwa Pemerntah Kota Tangerang memiliki berbagai kebijakan
pendidikan yang dirasa positif dan kebijakan-kebijakan itu menjadi penilaian
sendiri terhada perkembangan dunia pendidikan di Kota Tangerang.
102
Dan ini tentunya harus banyak didukung oleh stakeholder baik dari pihak
pemerintah, swasta dan orang tua murid. Ketiga instrumen ini harus bahu
membahu untuk bagaimana dunia pendidikan di Kota Tangerang berkembang,
maju dan mampu bersaing dengan dunia pendidikan di luar negeri.
Terkait dengan masalah taktik jitu agar Program Tangerang Cerdas
berhasil adalah adanya publisitas, hal ini senada dengan wawancara dengan
informan 1.
“Tentunya ada taktik jitu terkait keberhasilan suatu program, di
mana pada dasarnya taktiknya sama dengan strategi yang dilakukan
sebelumnya, hanya saja pada taktik ini Pemerintah Kota Tangerang
melakukan berbagai implementasi logis, Pemerintah Kota Tangerang
mengganti media, mengingat dalam hal peran Media untuk
menjangkau publik guna mendapatkan publisitas mengenai kegiatan
Humas mampu meningkatan kepercayaan dan tercapainya tujuan
individu maupun lembaga/instansi/organisasi.”
Taktik Pemerintah Kota Tangerang memiliki skenario yang sama dalam
menyosialisasikan Kartu Tangerang Cerdas. Namun intinya Kartu Tangerang
Cerdas yang diterbitkan oleh Waliktoa Tangerang untuk siswa SD, SMP, dan
SMA atau SMK yang sudah diluncurkan akhir tahun lalu mulai memberikan
dampak positif bagi seluruh siswa yang mendapatkannya. Kartu Tangerang
Cerdas yang diluncurkan oleh Walikota Tangerang memiliki banyak fungsi. Kartu
berbentuk seperti ATM ini bisa digunakan para siswa untuk membeli buku,
seragam, dan keperluan sekolah lainnya.
Akses untuk menuntut ilmu sampai tingkat Sekolah Menengah Atas sudah
sangat mudah karena sekolah sudah tidak memungut biaya lagi. Bahkan bagi
siswa yang berprestasi untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri secara gratis juga
sudah ada jalannya.
103
Saat ini ada SNMPTN Undangan yang bisa diikuti oleh seluruh murid dan
pendaftarannya pun juga gratis. “Semua murid bisa ikut tesnya secara gratis dan
bagi yang tidak mampu, sekolah mengusahakan program didik misi agar bisa
kuliah secara gratis sampai lulus. Intinya dalam sosialisasi ini, Pemerintah Kota
Tangerang melakukan paparan konkrit dengan melalui iklan layanan masyarakat,
road show dan lain-lain.
Dalam hubungannya dengan keberhasilan Program Tangerang Cerdas,
tentunya ada sasaran dari program tersebut. Dalam hal ini, berdasarkan
wawancara dari informan 1 adalah siswa dengan latar belakang ekonomi orang
tua yang tidak mampu.
“Sasaran yang diharapkan tentunya adalah siswa dengan latar
belakang ekonomi orang tua yang tidak mampu, ini diperuntukkan
agar mereka bisa mengenyam pendidikan setara dengan usianya yang
berasal dari keluarga mampu, dan diharapkan mereka bisa memenuhi
kebutuhan sekolahnya, baik mereka yang berada di tingkat SLTP atau
SMU.”
Sasaran dari program Kartu Tangerang Cerdas adalah siswa dengan latar
belakang ekonomi yang tidak mampu. Dan ini tentunya Pemerintah Kota
Tangerang melakukan pengawasan secara ketat. Namun sangat disayangkan
program yang sudah sangat baik dari pemerintah ini belum dimaksimalkan oleh
masyarakat. Masih banyak masyarakat yang belum mampu membentengi diri
terhadap kemajuan teknologi.
Sangat disayangkan pemerintah sudah sangat memperhatikan tetapi masih
belum berjalan lancar karena masyarakat belum bisa membentengi dirinya dari
kemajuan teknologi dari hal-hal negatif. Tak ada lagi alasan khususnya bagi
masyarakat Jakarta untuk tidak bersekolah. Berbagai macam sosialisasi juga
104
sudah dilakukan oleh pihak sekolah. “Untuk anak Jakarta sangat beruntung karena
tanpa biaya sudah bisa bersekolah sampai SMA bahkan gratis untuk masuk
perguruan tinggi asalkan rajin dan berprestasi. Sekolah juga sudah melakukan
sosialisasi dengan memanggil orangtua murid.
Program Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah Kota Tangerang
dalam program Tangerang Cerdas memiliki tujuan besar yang diharapkan dapat
tercapai yaitu dapat menjadi sarana dalam proses transformasi bagi masyarakat
yang kurang mampu menjadi masyarakat yang mandiri dan mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya melalui pendidikan. Dalam hal ini, penelitimelihat bahwa
tujuan besar program ini pertama telah dikatakan cukup berhasil, karena adanya
program ini para penerima manfaat merasa sangat dibantu untuk memenuhi
kebutuhan untuk keperluan sekolahnya.
4.3 Pembahasan
Dalam pembahasan ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian
mengenai Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam
program Tangerang Cerdas dengan mengacu pada rumusan masalah.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diartikan bahwa komunikasi dapat
dikatakan berhasil, jika seseorang (komunikan) mampu mengubah sikap, pendapat
atau perilaku orang lain (komunikator) melalui pesan yang disampaikan. Dalam
proses komunikasi tersebut pastilah ada kemacetan-kemacetan atau hambatan-
hambatan yang dapat membuat komunikasi tersebut tidak efektif. Untuk
mengetahui kemacetan-kemacetan atau hambatan-hambatan tersebut, perlu
dilakukan audit komunikasi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Andre Hardjana
105
dalam ukunya Audit Komunikasi bahwa salah satu tujuan dari audit komunikasi
adalah “menemukan lokasi di mana kelebihan muatan ataupun kekurangan
muatan yang terjadi berkaitan dengan topik-topik, sumber-sumber dan saluran-
saluran komunikasi tertentu. (Hardjana, 2000: 16).
Untuk mengetahui hal tersebut, penelititerjun langsung dan mengamati
bagaimaan audit komunikasi program Audit Public Relations (PR) Humas
Pemerintah Kota Tangerang dalam program Tangerang Cerdas guna mengetahui
bagaimana proses perencanaan program, pelaksanaan program, da hasil akhir dari
program tersebut.
Sesuai dengan model audit komunikasi Pyramid Model of PR Research
dikatakan bahwa dalam melakukan audit komunikasi atau atau evaluasi
kehumasan terdapat empat fase. (Macnama: 2005, 15). Fase pertama yaitu
menentukan tujuan dari suatu kegiatan atau program. Fase kedua yaitu
Mulai menentukan target audiens, mulai membuat rangkaian acara, serta
mulai membuat perencanaan keuangan. Selanjutnya di fase ketiga adalah
pengaplikasian atau mulai melaksanakan program yang telah direncanakan tadi.
Dan yang terakhir adalah fase keempat yaitu menganalisa hasil yang diperoleh
dari implementasi program. Pada fase kedua yaitu mulai menentukan target
audiens, mulai membuat program rundown (susunan) acara, serta mulai membuat
perencanaan keuangan, menghasilkan suatu bahan yang disebut input. Di fase
ketiga, dimana program yang telah direcanakan sebelumnya sudah mulai
dilaksanakan atau diimplementasikan hasil yang didapatkan adalah output, atau
sesuatu yang nyata misalnya audiens yang hadir. Dan yang terakhir fase keempat
106
yaitu menganalisa hasil, akan menghasilkan apa yang disebut outcome yang
merupakan suatu perubahan yang terjadi atau suatu feedback seperti perubahan
pengetahuan.
4.3.1 Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam
Program Tangerang Cerdas
Dalam model audit komunikasi Pyramid Model of PR Research terdapat
beberapa tahapan yang perlu dilakukan dan sesuai dengan model audit
komunikasi tersebut, maka peneliti akan menjabarkan sesuai dengan tahapan-
tahapan yang telah dijabarkan sebelumnya yaitu perencanaan sebagai tahapan
input, pelaksanaan sebagai tahapan Output dan hasil akhir sebagai tahapan
outcome.
4.3.1.1 Evaluasi Ketercapaian Audit Public Relations (PR) Humas
Pemerintah Kota Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas
pada Proses Input Kegiatan
Evaluasi sangat penting dilakukan pada sautu program atau kegiatan untuk
mengetahui tingkat keefektifan dari program tersebut, serta untuk mengetahui
apakah program tersebut dapat dilanjutkan, dihentikan atau dilanjutkan dengan
strategi dan taktik yang baru sehingga bisa mendapatkan hasil akhir terbaik dari
program tersebut.
Menurut Yosal Iriantara dalam bukunya Public Relations Writing,
pengertian evaluasi adalah “proses penilaian berdasarkan standar dan tujuan,
stadnar disini adalah hasil yang diinginkan atau peristiwa yang diharapkan terjadi
yang digunakan untuk melihat tujuan dengan cara membandingkan dengan hasil.
107
(Iriantara, 2006: 53) Untuk keberhasilan suatu program diperlukan rencana yang
terarah untuk dapat menentukan arah dan tujuan yang jelas, karena apabila tanpa
rencana yang terarah, maka tujuan bisa melenceng dan tidak sesuai harapan.
Hal tak terkalah penting, bahwa Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam
pelaksanaannya terkait dengan program Tangerang Cerdas melakukan beberapa
strategi dan taktik yang tepat guna mewujudkan target dan tujuan organisasi,
diantaranya adalah :
1. Menetapkan saran
2. Merumuskan strategi untuk mencapai target sasaran.
3. Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan.
4. Menetapkan standar dan indikator keberhasilan dalam pencapaian dan target
sasaran.
Dengan menggunakan keempat hal tersebut di atas, maka peneliti dapat
mengetahui perencanaan program Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah
Kota Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas antara lain adalah :
1. Menetapkan sasaran.
Tahap ini Humas Pemerintah Kota Tangerang menentukan apa yang menjadi
goal dari Program Tangerang Cerdas. Berdasarkan hasil wawancara dari
peneliti, didapatkan bahwa pelaksana program menetapkan sasaran dengan
melakukan fact finding agar tidak salah sasaran. Adapun yang ingin dicapai
melalui program ini adalah :
a. Program Tangerang Cerdas ini diharapkan dapat menjadi sarana dalam
proses transformasi masyarakat yang dahulu merasa keberatan dengan
108
biaya pendidikan, saat ini merasa terbantu dan bisa menyekolahkan
anaknya.
b. Menjadi sarana dalam proses transformasi ke pendidikan yang lebih tinggi.
c. Dengan bantuan pelatihan dan pembinaan berkala, diharapkan dalam
memberikan masukan dan pembelajaran bagi penerima Kartu Tangerang
Cerdas, sehingga akan merubah pola pikir para penerima manfaat
Tangerang Cerdas guna mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
2. Merumuskan strategi untuk menetapkan target sasaran.
Pada tahap ini, pelaksana program (Pemerintah Kota Tangerang) merumuskan
pendekatan yang digunakan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan,
dalam hal ini pelaksana program membuat perencana strategis tentang
bagaimana menjalankannya.
Dalam penelitian ini, strategi yang dirumuskan oleh Humas Pemerintah Kota
Tangerang selaku pelaksana program adalah melakukan survei secara akurat
guna memilih penerima manfaat Kartu Tangerang Cerdas serta lokasi sekolah,
lalu melakukan wawancara informal dengan perangkat desa (Kelurahan,
sekolah, RT/RW), selain itu pelaksana program menyusun rencana kerja,
menentukan pelatihan-pelatihan yang akan diberikan kepada penerima
manfaat Kartu Tangerang Cerdas seperti bagaimaan cara penggunaan atau
pemanfaatannya.
3. Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan.
Pada tahap ini, Humas Pemerintah Kota Tangerang melakukan pendataan
terkait siapa dan apa yang yang diperlukan untuk Program Tangerang Cerdas
109
tersebut, mulai dari pihak yang bertanggungjawab terbesar dalam pelaksana
program selama pelaksanaan Program Tangerang Cerdas. Pada tahap ini para
pelaksana program juga membuat rancangan biaya yang diperlukan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak terkait, di mana
sebelumnya dilakukan perencanaan matang terkait dengan uraian latar
belakang program, tujuan program hingga biaya yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan Program Tangerang Cerdas.
4. Menetapkan standar atau indikator keberhasilan dalam pencapaian dan target
sasaran.
Ini adalah tahap di mana pelaksana Program Tangerang Cerdas menetapkan
apa yang menjadi tolok ukur keberhasilan dari program ini, dan berdasarkan
hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti, pelaksana program
mengatakan bahwa program ini akan dikatakan berhasil apabila penerima
manfaat (dalam hal ini warga miskin tidak ada yang putus sekolah) dan bisa
mengenyam pendidikan (bersekolah) tanpa memikirkan biaya.
Berdasarkan keempat yang telah dilakukan oleh pihak Humas Pemerintah
Kota Tangerang selaku pelaksana program, peneliti melihat bahwasanya usaha
atau tindakan yang dilakukan oleh pihak Humas Pemerintah Kota Tangerang
dalam Program Tangerang Cerdas dapat dikatakan sesuai harapan, meskipun
terdapat berbagai kekurangan, namun pada dasarnya hal itu diatasi.
110
4.3.1.2 Evaluasi Ketercapaian Audit Public Relations (PR) Humas
Pemerintah Kota Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas
pada Proses Output Kegiatan
Sebaik-baiknya perencanaan, tidak akan menuai hasil yang maksimal bila
tanpa diimbangi dengan pelaksanaan kerja yang baik, sehingga sangat diperlukan
sumber daya manusia yang mampu bekerja secara optimal untuk mencapai tujuan-
tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Semua kegiatan dalam pelaksanaan
harus sesuai dengan rencana kerja yang telah dirancang sebelumnya, dan semua
pelaksana harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan kompetensinya guna
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Adapun pelaksanaan dalam penelitian ini
meliputi :
1. Melakukan survei lapangan untuk pemilihan lokasi dan penerima manfaat
Kartu Tangerang Cerdas.
2. Melakukan pelatihan untuk menentukan penerima manfaat.
3. Memberikan pelatihan dan pendampingan per periodik tentang bagaimana
menggunakan kartu Tangerang Cerdas sesuai harapan.
Dalam pelaksanaannya, pelaksana program telah melakukan semua hal
yang ada dalam rancangan kegiatan yang telah disusun sebelumnya pada tahap
perencanaan program, melihat hal tersebut peneliti memahami bahwa dalam
pelaksanaan program Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah Kota
Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas telah melaksanakan tugas dan
penjelasan rutin mengenai pekerjaan dan menjelaskan kebijakan yang telah
ditetapkan. Hanya saja dalam realisasinya, peneliti menemukan bahwa ada sedikit
111
kekurangan pada kegiatan pelatihan dan pendampingan. Di mana dalam
rancangan kegiatan yang dibuat sebelumnya ada pelatihan terkait dengan
program Tangerang Cerdas.
Di mana dalam rancangan kegiatan sebelumnya, ditemukan bahwa
pelaksana program belum memberikan pelatihan tersebut secara lebih mendalam,
akibatnya penerima manfaat mengaku sangat kesulitan dalam pemanfaatan atau
penggunaannya. Hal tersebut yang menjadi faktor terbesar penyebab stagnannya
program ini, sehingga apabila kekurangan dalam pemberian pelatihan tersebut
tidak segera dilakukan, maka proses pelaksanaannya terhambat dan tujuan
program tersebut tidak tercapai secara maksimal.
4.3.1.3 Evaluasi Ketercapaian Audit Public Relations (PR) Humas
Pemerintah Kota Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas
pada Proses Outcome Kegiatan
Outcome merupakan dampak yang diharapkan timbul pada target yang
merupakan tujuan utama dari keseluruhan program yang telah dilaksanakan yang
juga mewakili tujuan dari perusahaan. Dampak tersebut dapat berupa perubahan
perilaku ke arah yang diharapkan oleh pemerintah, khususnya Pemerintah Kota
Tangerang.
Perlu diketahui bahwa tujuan besar dari program Audit Public Relations
(PR) Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas
adalah :
112
1. Memberikan bantuan kepada pelajar dari tingkat SD hingga SMA/SMK
berupa pembayaran SPP dan keperluan lainnya meliputi sepatu, seragam
sekolah, tas sekolah dan penunjang proses belajar mengajar.
2. Anak di Kota Tangerang telah terjamin dan bisa bersekolah tanpa adanya
masalah biaya sebab telah ditanggung oleh Pemkot Kota Tangerang.
3. Program Tangerang Cerdas pun sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat
mengenai wajib belajar hingga 12 tahun.
Kurang maksimalnya pencapaian tujuan program ini juga dikarenakan tidak
efektifnya pelaksana dalam memilih penerima kartu Tangerang Cerdas, sehingga
penerima manfaat kesulitan untuk menggunakannya. Akan tetapi tujuan lainnya
sudah tercapai, karena penerima manfaat berinisiatif menggunakan dana dari kartu
Tangerang Cerdas ini untuk keperluan sekolah. Dari pernyataan informan
pendukung yang diungkapkan saat wawancara mendalam, peneliti bisa menilai
bahwa Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam
Program Tangerang Cerdas telah berhasil dan memberi manfaat bagi siswa.
Testimoni yang diberikan oleh penerima manfaat tersebut secara otomatis mampu
membangun reputasi Pemerintah Tangerang dalam menyosialisasikan program
Tangerang Cerdas dan program-program lainnya ke arah yang lebih baik dan
mampu memberi manfaat secara keseluruhan bagi siswa. Hal yang perlu
dimengerti bahwa program Tangerang Cerdas ini sejalan dengan kebijakan
Pemerintah Pusat mengenai wajib belajar hingga 12 tahun.
Terkait dengan pelaksanaan program Tangerang Cerdas, tentu ada
beberapa faktor-faktor penunjang apa saja yang membuat program Kartu
113
Tangerang Cerdas ini dapat berjalan dan faktor-faktor apa saja yang membuat
terhambatnya program Kartu Tangerang Cerdas di Kota Tangerang. Berikut
adalah pembahasan dari masing-masing indikator yang digunakan yaitu
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Dalam dimensi ukuran dan tujuan kebijakan diketahui bahwa ukuran
dan tujuan program Kartu Tangerang Ceras sudah cukup jelas dan mudah
dipahami oleh Dinas Pendidikan Kota Tangerang selaku pelaksana teknis
program. Berdasarkan pemaparan di atas mengenai Program Kartu Tangerang
Cerdas di Kota Tangerang dapat diketahui bahwa ukuran dan tujuan kebijakan
merupakan standar dan sasaran tertentu yang harus dicapai oleh para
pelaksana program. Di mana Dinas Pendidikan Kota Tangerang adalah
implementor utama dari program Kartu Tangerang Cerdas ini.
Adapun ukuran dan tujuan pada program Kartu Tangerang Cerdas ini,
tujuan utamanya adalah dalam rangka memberikan Bantuan Biaya Personal
Pendididkan (BBPP) kepada peserta didik dari keluarga tidak mampu. Perlu
diketahui bahwa program Tangerang Cerdas yang digulirkan merupakan
jaminan kepada seluruh warga untuk bisa bersekolah tanpa masalah biaya.
Realisasi dari program Tangerang Cerdas adalah, Pemkot Tangerang
memberikan bantuan kepada pelajar dari tingkat SD hingga SMA/SMK
berupa pembayaran SPP dan keperluan lainnya meliputi sepatu, seragam
sekolah, tas sekolah dan penunjang proses belajar mengajar.
Untuk mendukung terselenggaranya wajib belajar 12 (dua belas) tahun,
mencegah peserta didik dari SD hingga SMA/SMK yang kemungkinan putus
114
sekolah akibat kesulitan biaya pendidikan dan menarik peserta didik untuk
bersekolah, memberi peluang bagi lulusan sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah atau yang sederajat dari MBR agar dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, dan memberi penghargaan atau
motivasi peserta didik SD hingga SMA/SMK yang berprestasi.
Tujuan secara khususnya dari program ini adalah untuk meningkatkan
angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni pada jenjang pendidikan
menengah di Kota Tangerang. Sebuah program dikatakan sudah berhasil
apabila sudah mencapai target yang ditetapkan. Untuk menjalankan program
Tangerang Cerdas, Pemkot Tangerang telah mengalokasikan anggaran sebesar
RP80 Miliar yang bersumber dari APBD Kota Tangerang mengingat jumlah
siswa yang masuk dalam program Tangerang cerdas yakni sebanyak 45 ribu
orang terdiri dari tingkat SD hingga SMA/SMK.
Sasaran program Tangerang Cerdas ini adalah :
a. Siswa dan siswi SD hingga SMA/SMK dari Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) dan/ atau memiliki prestasi akademik/ non akademik yang
ada di wilayah Kota Tangerang dan diselenggarakan oleh Dinas
Pendidikan Kota Tangerang.
b. Siswa dan siswi MAN dari Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
dan/ atau memiliki prestasi akademik/ non akademik yang ada di wilayah
Kota Tangerang dan diselenggarakan oleh Kantor Kementrian Agama
Kota Tangerang.
115
2. Sumber daya
Sumber daya terbagi dalam empat jenis diantaranya sumber daya
manusia, sumber daya finansial, sumber daya sarana dan prasarana dan
sumber daya waktu. Keempat sumber daya ini adalah sebagai penunjang
keberhasilan program Kartu Tangerang Cerdas. Dalam pelaksanaan program
Kartu Tangerang Cerdas di Kota Tangerang yang menjadi leading sector
program ini adalah Dinas Pendidikan Kota Tangerang, selain itu agen
pelaksana yang membantu dalam mensukseskan program ini adalah SD
sampai SMA/SMK dan MAN di bawah naungan Kantor Kemenag Kota
Tangerang.
Berdasarkan hal tersebut dalam implementasi program Kartu Tangerang
Cerdas ketersediaan sumberdaya manusia (staf) dalam melaksanakan sebuah
program merupakan salah satu faktor yang utama. Hambatan akan lebih
banyak dijumpai ketika agen pelaksana (staf) tidak memadai, tidak berimbang,
ataupun tidak kompeten di bidang serta tugas yang diberikan. Dalam hal ini
peneliti menemukan terdapat kelemahan dari segi sumberdaya ini karena
kurangnya agen pelaksana di tingkat sekolah, dimana hanya ada 1 orang yang
bertugas menjadi operator program Kartu Tangerang Cerdas sehingga
menyulitkan pihak sekolah untuk melaksanakan tahapan-tahapan verifikasi
usulan peserta dan saat proses pencairan dana Kartu Tangerang Cerdas karena
operator yang bertugas di sekolah juga menjalankan program bantuan lain dari
pemerintah pusat seperti Kartu Indonesia Cerdas. Dana yang diberikan dalam
Program Tangerang Cerdas di setiap tingkatan yakni untuk SD Rp100 ribu per
116
bulan, SMP Rp 150 per bulan, SMA Rp 200 ribu per bulan dan SMK Rp 300
ribu per bulan.
Dari segi sember daya waktu. Kecukupan waktu yang diberikan adalah
3 bulan dari mulai pendataan sampai pencairan tiap semester. Sekolah bisa
mempersiapkan persaratan sebelum ada info digulirkan oleh pihak dinas
karena program Kartu Tangerang Cerdas rutin dilaksanakan setiap tahun,
namun sekolah memiliki kendala atau hambatan yang berbeda dikarenakan
kurang siap nya operator yang bertugas menjalankan pelaksanaan program
Kartu Tangerang Cerdas.
3. Karakteristik agen pelaksana
Karakteristik agen pelaksana. Program Kartu Tangerang Cerdas adalah
salah satu program unggulan Pemerintah Kota Tangerang. Yang menjadi
leading sector program Kartu Tangerang Cerdas adalah Dinas Pendidikan
Kota Tangerang, Bidang Pendidikan Menengah dengan seksi kesiswaan
adalah ujung tombak dalam Program Kartu Tangerang Cerdas memiliki peran
dalam pendataan dan verifikasi serta sosialisasi pelatihan kepada operator-
operator sekolah.
Selain Dinas Pendidikan Kota Tangerang sebagai pelaksana utama atas
program Kartu Tangerang Cerdas, peran aparatur lainnya juga berpengaruh
penting dalam program ini seperti peran dari pihak sekolah sebagai objek
sasaran program yang memberikan data peserta didik dan memverifikasi
SOP. Bantuan Biaya Personal Pendidikan bagi peserta didik dari
keluarga tidak mampu disalurkan oleh Bank BJB setiap satu semester sekali
117
dan bagi siswa penerima Kartu Tangerang Cerdas dapat melakukan penarikan
Bantuan Biaya Personal Pendidikan (BBPP) untuk dibelanjakan guna
memenuhi kebutuhan sekolah.
Verifikasi data usulan peserta dilakukan oleh pihak sekolah SD sampai
SMA/SMK dan diusulkan kepada Dinas Pendidikan Kota Tangerang.
Sedangkan sekolah madrasah aliyah dilakukan oleh Kemenag Kota Tangerang
untuk diusulkan ke Dinas Pendidikan Kota Tangerang. Peserta didik yang
mengajukan permohonan bantuan Kartu Tangerang Cerdas harus memiliki
SKTM yang diterbitkan pihak kelurahan, namun dalam temuan dilapangan
peneliti menemukan adanya pembuatan SKTM tanpa melihat kondisi ekonomi
peserta didik. Selain itu persyaratan lainnya adalah fotokopi Kartu Keluarga
(KK), fotokopi KTP orangtua, dan untuk siswa berprestasi calon penerima
Kartu Tangerang Cerdas harus memiliki surat keterangan prestasi akademik
juara 1 (satu) tiap kelas per tingkatan dari kepala satuan pendidikan.
Peneliti dalam hal ini menemukan bahwa adanya siswa atau orangtua
yang tidak mematuhi peraturan terkait dengan pemberian Kartu Tangerang
Cerdas, khususnya dalam hal peruntukannya, di mana ada pemanfaatan yang
tidak digunakan untuk kebutuhan sekolah, namun digunakan untuk kebutuhan
pribadi (pembelian HP dan perabot rumah tangga, dan lain-lain).
Sanksi. Pengimplementasian suatu program akan berjalan dengan baik
dan sesuai pada perencanaan yang ada jika karakteristik dari para implementor
keras dan tegas terhadap aturan serta taat pada sanksi hukum yang telah
ditentukan.
118
Pihak sekolah berperan secara langsung dalam mengawasi peserta didik
penerima bantuan Kartu Tangerang Cerdas di sekolahnya masing-masing.
Karena pihak sekolah merupakan agen pelaksana terdepan program Kartu
Tangerang Cerdas.
4. Sikap dan disposisi dari para pelaksana
Dalam pelaksanaan program Kartu Tangerang Cerdas, sikap para
pelaksana dituntut dapat memeberi pemahaman lebih kepada masyarakat.
Pemahaman tersebut dibentuk saat sosialisasi, saat sosialisasi masyarakat
diberikan pemahaman-pemahaman tentang Program Kartu Tangerang Cerdas,
bahwa program ini adalah bantuan biaya personal pendidikan untuk peserta
didik yang kurang mampu dan siswa berprestasi pada jenjang sekolah SD
sampai dengan SMA/SMK Program Kartu Tangerang Cerdas merupakan
program yang menggunakan pendekatan top down. Artinya program tersebut
dibuat oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota
Tangerang. Keberhasilan program tersebut diraih apabila kognisi agen
pelaksana yang baik dan mendapatkan dukungan penuh serta persetujuan para
stakeholder yang terlibat dalam hal ini para agen pelaksana.
Kognisi (pemahaman) para agen pelaksana sepenuhnya memahami
bahwa Program Kartu Tangerang Cerdas merupakan kebijakan program Kota
Tangerang dalam bidang pendidikan untuk sekolah jenjang SD sampai dengan
SMA/SMK dan yang memegang kendali dalam kebijakan ini adalah Dinas
Pendidikan Kota Tangerang.
119
Sementara mengenai respons (dukungan/persetujuan) pelaksana,
peneliti dapat menganalisis bahwa semua agen pelaksana sepenuhnya
mendukung program Kartu Tangerang Cerdas meskipun program ini akan
diberhentikan karena sesuai dengan UU No 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah yaitu bidang SMA, SMK dan MA akan diambil oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Banten. Respon implementor dalam hal ini mendukung
agar program Kartu Tangerang Cerdas tetap dilanjutkan oleh Pemerintah
Provinsi Banten.
5. Komunikasi antar organisasi
Kordinasi adalah bentuk atau cara komunikasi yang baik dalam
pelaksanaan sebuah program kebijakan. Karena tanpa kordinasi program
tersebut tidak berjalan secara optimal. Peneliti melihat komunikasi atau
kordinasi yang baik dan teratur hanya terjadi di lingkungan agen pelaksana di
Dinas Pendidikan terkait, kordinasi dilakukan dengan saling kroscek data.
Dinas Pendidikan Kota Tangerang mengundang rapat seluruh operator yang
ada di tiap sekolah menengah untuk memberitahukan berapa kuota peserta
yang diberikan untuk masing-masing sekolah kemudian memverifikasi data
yang diusulkan oleh sekolah. Namun kordinasi antara Dinas Pendidikan
dengan Kantor Kemenag maupun Dewan Pendidikan masih belum dilakukan
dengan baik karena kordinasi hanya dilakukan pada saat awal peluncuran
program Kartu Tangerang Cerdas saja.
Sosialisasi program Kartu Tangerang Cerdas dilakukan oleh Dinas
Pendidikan melalui SD sampai dengan SMA dan SMK dengan cara
120
memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada pihak sekolah kemudian
pihak sekolah menjadi ujung tombak dalam proses sosialisasi kepada peserta
didik atau bahkan ke masyarakat luas.
Tidak adanya sosialisasi langsung yang diberikan oleh Dinas
Pendidikan Kota Tangerang kepada masyarakat luas baik secara langsung
maupun melalui spanduk dan situs atau website, pihak sekolah sebagai agen
pelaksana yang membantu Dinas Pendidikan Kota Tangerang, sekolah SD
sampai SMAN, SMKN dan MAN penerima bantuan program Kartu
Tangerang Cerdas adalah pihak yang sangat diharapkan dalam
menginformasikan secara langsung kepada sekolah-sekolah mengenai
program Kartu Tangerang Cerdas.
6. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik.
Lingkungan Eksternal juga turut mempengaruhi implementasi kebijakan
publik disamping dari lingkungan internal organisasi.
Peneliti melihat kondisi ekonomi Kota Tangerang khususnya bagian
Barat memang memiliki banyak peserta didik dari keluarga tidak mampu.
Permasalahan yang ditemukan diantaranya banyak peserta didik yang berasal
dari keluarga tidak mampu justru tidak mendapat bantuan program Kartu
Tangerang Cerdas dikarenakan adanya kuota yang diberikan dari pemerintah
kota karena keterbatasannya anggaran yang diberikan. Terkait dengan situasi
politik. Sejauh dilaksanakannya program Kartu Tangerang Cerdas hingga
sekarang belum ada penolakan-penolakan terhadap program tersebut.
Implementasi kebijakan program masih tetap berjalan baik dan kondusif.
121
Lingkungan eksternal mendukung adanya program Kartu Tangerang
Cerdas, bahwa adanya program Kartu Tangerang Cerdas mendapat tanggapan
yang baik di masyarakat Kota Tangerang sehingga situasi politik dalam
implementasi Kartu Tangerang Cerdas ini relatif terkendali sehingga tidak
menimbulkan penolakan-penolakan atau konflik dari masyarakat.
122
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya yang sesuai dengan tujuan dari
penelitian ini yaitu ingin mengetahui bagaimana Audit Public Relations (PR)
Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam menyosialisasikan Program Tangerang
Cerdas melalui iklan layanan masyarakat di televisi atau dalam kaitannya dengan
analisis kualitatif yang dilakukan penulis di Pemerintah Kota Tangerang terkait
dengan Program Tangerang Cerdas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Tahapan input program “Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah Kota
Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas” secara garis besar sudah
tercapai, karena hampir semua persepsi para pelaksana mengenai latar
belakang program, tujuan program dan rancangan kegiatan program memiliki
acuan yang sama, serta sesuai dengan rancangan yang ditetapkan pada data
dokumentasi program tersebut. Namun hasil penelitian menemukan beberapa
kekurangan yang perlu perhatian untuk diperbaiki. Tahapan pelaksanaan
program Kartu Tangerang Cerdas dimulai dari sosialisasi, verifikasi data
usulan penerima, Penyaluran dana dan pelaporan pembelanjaan dana. Dalam
tahapan pelaksanaan ini masih ditemukan sejumlah ketidakberhasilan
diantaranya belum optimalnya sosialisasi program Kartu Tangerang Cerdas
yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Tangerang karena sosialisasi
123
hanya dilakukan sampai pada tingkat perangkat sekolah saja, sedangkan untuk
masyarakat pada umumnya masih belum optimal.
2. Tahapan output program “Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah
Kota Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas” menunjukan bahwa
pelaksanaan program ini belum sesuai harapan, namun pada dasarnya telah
berjalan lancar. Faktor pendukung keberhasilan kebijakan program Kartu
Tangerang Cerdas, ditemukan sejumlah pendukung diantaranya ukuran dan
tujuan kebijakan jelas dan mudah dipahami, ketegasan implementor dalam
memberikan sanksi, prosedur verifikasi dan pelaporan pembelanjaan dana
cukup jelas, serta semua agen pelaksana mendukung adanya program Kartu
Tangerang Cerdas.
3. Tahapan outcome program “Audit Public Relations (PR) Humas Pemerintah
Kota Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas” menunjukan bahwa, pada
dasarnya tujuan besar dari program ini sudah tercapai meskipun belum
maksimal. Diantaranya masih adanya siswa penerima manfaat Kartu
Tangerang Cerdas yang tidak menggunakannya untuk keperluan sekolah (baik
untuk membeli seragam, sepatu, buku-buku, topi dan alat-alat tulis) dan
disinyalir masih adanya anak penerima Kartu Tangerang Cerdas yang
menggunakannya selain untuk kebutuhan sekolah yaitu untuk membeli
handphone, televisi dan lain-lain. Akan tetapi, tujuan lainnya sudah tercapai
sepenuhnya, yaitu pengetahuan masyarakat bertambah, dan pola pikir
penerima manfaatpun berubah, sekarang mereka lebih tenang dalam meraih
cita-citanya, karena biaya pendidikan telah tercover oleh Pemerintah Kota
Tangerang.
124
5.2 Saran
Setelah penulis menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan identifikasi
masalah, selanjutnya peneliti memiliki beberapa saran yang diharapkan dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Tangerang dalam Program
Tangerang Cerdas dalam meningkatkan mutu dan pemerintahan di bidang
pendidikan antara lain adalah :
5.2.1 Saran Teoritis
Penelitian mengenai audit public relations (PR) humas Pemerintah Kota
Tangerang dalam Program Tangerang Cerdas menjadi hal yang sangat penting
guna memberikan bahan penilaian tentang berhasil atau tidaknya suatu kegiatan
atau program, serta dijadikan acuan untuk memperbaiki dan memaksimalkan
kinerja suatu organisasi atau pemerintahan. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan rujukan dan referensi bagi peneliti lain dalam melakukan
penelitian mengenai audit humas terkait dengan program yang dijalankan.
5.2.2 Saran Praktis
1. Untuk menghindari terjadinya pelanggaran atau penyimpangan terhadap
penggunaan Kartu Tangerang Cerdas, seharusnya Pemerintah Kota Tangerang
melakukan pengawasan atau monitoring secara langsung kepada masyarakat
sehingga Kartu Tangerang Cerdas bisa tepat sasaran dan Pemerintah Kota
Tangerang juga harus lebih bijaksana didalam melakukan penyaringan kepada
siswa yang benar-benar tidak mampu untuk diprioritaskan mendapatkan Kartu
Tangerang Cerdas.
125
2. Hal yang paling penting terhadap Kartu Tangearng Cerdas ini adalah kontrol
atau pengawasan terhadap penggunaan uangnya, dan semua pihak harus
berpikiran positif bahwa anak anak dapat bertanggung jawab menggunakan
uang sesuai peruntukannya, dengan mengawasi suatu program itu bukan
berarti kita tidak percaya dengan mereka, pengawasan itu diperlukan agar
program berjalan sesuai apa tujuan dari program Kartu Tangerang Cerdas
tersebut.
3. Diharapkan Humas Pemerintah Kota Tangerang lebih maksimal dalam
melaksanakan strategi Humas terkait dengan Kartu Tangerang Cerdas guna
mencapai tujuan yang diinginkan.
127
DAFTAR PUSTAKA
A.W. Widjaja, 1999. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi
Aksara.
Ardianto, Elvinaro. 2002. Dasar-dasar Publik Relations. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Cutlip, M.Scott, Allen H. Center dan Glen M. Broom, 2007. Effective Public
Relations. Jakarta: Kencana (Prenada Media Group).
Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Pamulang-Tangerang
Selatan: Kharisma Publishing Group.
Effendy, Uchjana Onong, 1993. Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. remaja
Rosdikarya.
Effendy, Uchjana Onong. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
PT. Remaja Rosdikarya.
Faisal, Sanapiah. 2010. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Gozali, Dodi M. 2005, Communication Measurement; Konsep dan Aplikasi
Pengukuran Kinerja Public Relations, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hafied Cangara. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada.
Hafied Cangara. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Jefkins, Frank, 1992. Hubungan Masyarakat, Jakarta: Erlangga.
Joseph A. Devito, 1997. Human Communication, New York: Harper Collinc.
College Publisher.
Lincoln, Yvonna S & Egon G. Guba, 1985. Naturalistic Inquiry, California: Sage
Macnamara, Jim. 2002. PR Metric – Research for Planning & Evaluation of PR &
Corporate Communication, Mass Communication Group Pty Limited.
128
Mas’od, Mohtar, 1994. Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES.
Moleong, J. Lexy, 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy, 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdikarya.
Rhenald, Kasali. 1992. Manajemen Public Relations, Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Ritonga, 2004. Jamiluddin, Riset Kehumasan, Jakarta: PT. Grasindo.
Robbin, James G. dan Barbara S. Jones, 1995. Komunikasi yang Efektif, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya.
Ruslan, Rosady, 2002. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Salim, Agus, 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: PT.
Tiara Wacana Yogya.
Sendjaja, Djuarsa Sasa, 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sugiono, 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiyadi Akbar, 2005. Metode Penelitian Sosial.
Bandung: Bumi Aksara.
Sumber Lain :
Zuliansyah, Rangga A. http://tangerangnews.com/kota-tangerang/read/20092/
Selamat-40-Tahun-Wali-Kota-Tangerang-Pejuang-Pendidikan, diakses
12 September 2018.
129
Wawancara dengan Bapak Felix Mulyawan, Kepala Bagian Humas dan
Protokol Pemerintah Kota Tangerang, selaku Informan ke-1 pada tanggal
………….. pukul ………..WIB
Lokasi: Di ruang kerja Humas Pemerintah Kota Tangerang.
T : Bagaimana tanggapan Bapak mengenai Program Tangerang Cerdas yang
digulirkan Walikota Tangerang?
J : Tangerang Cerdas sebagai salah satu program andalan untuk menggenjot
kualitas pendidikan formal dan nonformal. Tangerang Cerdas membantu
siswa-siswi yang kurang mampu untuk menunjang biaya pendidikannya
T : Apakah ada sosialisasi terhadap penerima kartu Tangerang Cerdas
sebelumnya?
J : Ada, sosialisasi disampaikan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Tangerang yang diadakan di sekolah”
T : Bagaimana perilaku siswa yang mendapatkan Kartu Tangerang
Cerdas
J : Pada dasarnya perilaku siswa setelah mendapatkan Kartu Tangerang
Cerdas terlihat senang, sumringah dan antusias sekali, mengingat mereka
bisa menggunakan Kartu Tangerang Cerdas ini untuk beli seragam, buku
dan sepatu.”
T : Bagaimana peruntukan Kartu Tangerang Cerdas bagi masyarakat?
J : Program Kartu Tangerang Cerdas merupakan program publik yang
diperuntukkan bagi siswa yang tidak mampu, dan program Kartu
Tangerang Cerdas merupakan terobosan Walikota Tangerang dalam dunia
pendidikan. Dan Walikota Tangerang mewanti-wanti agar Kartu
Tangerang Cerdas ini bisa digunakan untuk kebutuhan dasar pendidikan.
130
Kebutuhan dasar pendidikan yang dimaksud mencakup: seragam, sepatu,
dan tas sekolah, biaya transportasi, makanan serta biaya ekstrakurikuler.”
T : Bagaimana strategi pemerintah Kota Tangerang dalam menyosialisasikan
Program Tangerang Cerdas?
J : Strategi Humas Pemerintah Kota Tangerang dalam menyosialisasikan
program Kartu Tangerang Cerdas adalah talk show / dialog interactive
melalui media televisi dan radio, iklan layanan masyarakat, road show dan
konferensi Pers.
T : Apakah ada kriteria bagi penerima Kartu Tangerang Cerdas?
J : Penerima manfaat bagi siswa yang mendapatkan Kartu Tangerang Cerdas
adalah berdasarkan data BPS, khususnya kepada siswa didik terverifikasi
kurang lebih ada 2076 orang peserta didik miskin yang berhak
mendapatkan bantuan biaya pendidikan periode Juli – Desember 2017,
mereka semua berasal dari 69 SMP/MTs Negeri maupun Swasta di Kota
Tangerang, yang terbagi dalam 4 Rayon. Penerima KTC ini mengalami
perubahan yang signifikan, karena dari data siswa miskin penerima KTC
pada periode Januari – Juni 2017, dalam tahun anggaran yang sama,
sebelumnya hanya ada 1000 orang peserta didik dari 67 sekolah SMP/MTs
Negeri maupun Swasta dengan Rayan yang sama.”
T : Apakah selama ini adalah kerangka kerja dan evaluasi terkait dengan
Program Tangerang Cerdas?
J : Sebelumnya pasti kita menyiapkan kerangka kerja dulu ya, kemudian kita
melakukan survey, lalu kita evaluasi, trus kita adakan semacam pelatihan
atau training dulu agar si penerima manfaat ini bisa menggunakan Kartu
Tangerang Cerdas ini yang sesuai dengan SOP nya lah ya tentang
penggunaan dan pemanfaatannya.”
T : Apakah Kartu Tangerang diberikan ke penerima manfaat berdasarkan data
BPJS?
131
J : Kartu Tangerang Cerdas diberikan melalui data konkrit yang dikeluarkan
oleh Humas Pemerintah Kota Tangerang berdasarkan data BPS, khususnya
bagi masyarakat yang kurang mampu”.
T : Apakah ada penyaringan bagi penerima kartu Tangerang Cerdas?
J : Jadi begini, peminatnya banyak, nah dari data masuk itu kita seleksi
kembali berdasarkan data yang ada dan konkrit adanya, tidak asal. Jadi
disaring
T : Bagaimana langkah selanjutnya setelah data valid?
J : Selanjutnya itu kita memberikan Kartu Tangerang Cerdas itu ke yang
berhak menerima berdasarkan data yang valid, sambil terus kita dampingi
dan kasih pelatihan-pelatihan tentang cara penggunaan, pemanfaatan,
sehingga Kartu Tangerang Cerdas ini menjadi berdaya guna.
T : Apakah Program Tangerang Cerdas merupakan wujud nyata kepedulian
Pemkot Kota Tangerang dalam bidang pendidikan?
J : Program Tangerang Cerdas menjadi wujud nyata kepedulian Pemerintah
Kota Tangerang dalam bidang pendidikan, dan diharapkan warga miskin
bisa mengenyam pendidikan tanpa memikirkan biaya karena semua sudah
ditanggung pemerintah, tentunya penerima manfaat ini berdasarkan data
BPS pemerintah.”
T : Apakah program Tangerang Cerdas menjadi barometer atau tolok ukur
program-program lainnya yang akan dan sudah dijalankan di Kota
Tangerang?
J : Keberhasilan suatu penerapan program Kartu Tangerang Cerdas selalu
berafiliasi terhadap kondisi pendidikan di Kota Tangerang. Dan
diharapkan pendidikan Kota Tangerang menjadi pelopor pendidikan di
Indonesia. Dan yang terpenting penerapan program Kartu Tangerang
Cerdas ini selalu diawasi atau adanya pengawasan dari dinas terkait atau
132
dari Pemerintah Kota Tangerang secara langsung, sehingga berbagai
masukan terhadap Kartu Tangerang Cerdas bisa ditampung dan diterima,
dan bisa diketahui kelebihan dan kelemahan Kartu Tangerang Cerdas
sehingga bisa dipelajari dan dicari solusi yang terbaik.”
T : Bagaimana langkah konkrit sehingga program ini berjalan dan berhasil
tentunya?
J : Hasil yang didadapat setelah meluncurkan program Kartu Tangerang
Cerdas, siswa dari latar belakang ekonomi yang tidak mampu bisa
memenuhi kebutuhan sekolah seperti beli sepatu, beli seragam, beli tas dan
lain-lain. Ini artinya ada manfaat positif yang didapatkan siswa setelah
bergulirnya program Kartu Tangerang Cerdas ini. Dan ini pula
membuktikan bahwa langkah Pemerintah Kota Tangerang telah tepat,
mengingat Kota Tangerang merupakan barometer atau tolok ukur
pendidikan di wilayah Banten.
T : Apakah ada taktik jitu agar Program Tangerang Cerdas berhasil ?
J : Tentunya ada taktik jitu terkait keberhasilan suatu program, di mana pada
dasarnya taktiknya sama dengan strategi yang dilakukan sebelumnya,
hanya saja pada taktik ini Pemerintah Kota Tangerang melakukan berbagai
implementasi logis, Pemerintah Kota Tangerang mengganti media,
mengingat dalam hal peran Media untuk menjangkau publik guna
mendapatkan publisitas mengenai kegiatan Humas mampu meningkatan
kepercayaan dan tercapainya tujuan individu maupun
lembaga/instansi/organisasi.”
T : Bagaimana sasaran dari program ini?
J : Sasaran yang diharapkan tentunya adalah siswa dengan latar belakang
ekonomi orang tua yang tidak mampu, ini diperuntukkan agar mereka bisa
mengenyam pendidikan setara dengan usianya yang berasal dari keluarga
mampu, dan diharapkan mereka bisa memenuhi kebutuhan sekolahnya,
baik mereka yang berada di tingkat SLTP atau SMU.”
133
Wawancara dengan ….., selaku Informan ke-2 pada tanggal …………..
pukul ………..WIB
Lokasi: …..
T : Bagaimana sikap masyarakat terkait dengan Program Tangerang Cerdas?
J : Sikap masyarakat terhadap Program Tangerang Cerdas pada dasarnya
masyarakat senang, dan masyarakat mendukung dan mengapresiasi
langkah Walikota Tangerang sebagai sikap yang brilian, yang selalu
mementingkan dan menjunjung tinggi dunia pendidikan di Kota
Tangerang.”
T : Apa manfaat dari Kartu Tangerang Cerdas ini?
J : Manfaatnya banyak, untuk membeli kebutuhan sekolah baik baju sekolah
(seragam), alat tulis, sepatu, dan lain-lain.
T : Bagaimana menurut anda cara Pemerintah Kota Tangerang
menyosialisasikan Kartu Tangerang Cerdas ke masyarakat ?
J : Tindakan Pemerintah Kota Tangerang dalam menyosialisasikan Kartu
Tangerang Cerdas adalah dengan terjun langsung ke masyarakat guna
memberikan pemahaman mengenai penggunaan kartu Kartu Tangerang
Cerdas, memberikan latihan atau penyuluhan berkenaan dengan Sistem
Informasi Manajemen Kartu Tangerang Cerdas menyampaikan data siswa
calon penerima Kartu Tangerang Cerdas di beberapa wilayah Kota
Tangerang.
T : Apakah selama ini ada penilaian atau evaluasi bagi penerima kartu
Tangerang Cerdas?
J : Pemerintah Kota Tangerang melakukan penilaian atas persiapan program
Kartu Tangerang Cerdas dengan tujuan agar pada saat launching Kartu
Tangerang Cerdas apa yang diberikan dan disampaikan tepat sasaran, ini
134
artinya bahwa persiapan program Kartu Tangerang Cerdas ini dilakukan
secara matang agar kedepannya Kartu Tangerang Cerdas ini bisa berjalan
sesuai dengan harapan kita semua.”
T : Apakah selama ini ada komunikasi antara anda dan pihak Pemerintah Kota
Tangerang?
J : Komunikasi yang disampaikan Pemerintah Kota Tangerang terkait dengan
program Kartu Tangerang Cerdas adalah pertama-tama Pemerintah Kota
Tangerang menyampaikan akan ada launching program Kartu Tangerang
Cerdas, kedua, melakukan penyaringan terhadap siswa yang berhak
mendapat Kartu Tangerang Cerdas, dan ketiga menyosialisasi terhadap
orang tua siswa akan manfaat Kartu Tangerang Cerdas bagi siswa dan
keempat membagikan Kartu Tangerang Cerdas kepada siswa yang berhak
menerimanya.”
T : Apakah program Tangerang Cerdas ini sangat membantu bagi anda?
J : Program ini sangat membantu banget untuk masyarakat kecil seperti
kami, ini sangat membantu saya dan keluarga saya, ...program ini sangat
bagus, sangat bagus. Kalau keluarga saya mendapatkan program ini
sampai ke jenjang SLTA, mengingat anak saya masih duduk di bangku
MTS/SMP.”
top related