aplikasi otoinfus pada motor diesel...
Post on 03-Feb-2018
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
APLIKASI OTOINFUS PADA MOTOR DIESEL TERHADAP
PENINGKATAN DAYA
DWISULISTYARSO SURYATMOJO
TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Otoinfus
pada Motor Diesel terhadap Peningkatan Daya adalah benar karya saya dengan
arahan dari pembimbing Ir. Agus Sutejo, M.Si dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Dwisulistyraso Suryatmojo
NIM F14090044
ABSTRAK
DWISULISTYARSO SURYATMOJO. Aplikasi Otoinfus pada Motor Diesel
terhadap Peningkatan Daya. Dibimbing oleh Agus Sutejo.
Sumberdaya bahan bakar minyak di Indonesia semakin langka dan mahal.
Hal ini disebabkan ketersediaan bahan bakar minyak yang semakin terbatas dan
penggunaan yang semakin meningkat. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan
berbagai upaya untuk mengefisienkan penggunaan bahan bakar minyak. Otoinfus
adalah salah satu implemen yang dirancang khusus untuk mengefisienkan
penggunaan bahan bakar minyak dalam proses pembakaran pada motor bakar,
dengan cara meningkatkan daya dari motor bakar pada tingkat penggunaan bahan
bakar tertentu. Penelitian aplikasi otoinfus untuk meningkatkan daya motor bakar
dilakukan pada motor diesel Nissan SD16. Penelitian dilakukan dengan cara
mengukur daya motor tanpa pemasangan otoinfus dan dibandingkan dengan daya
motor setelah dipasang otoinfus. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa
pemasangan otoinfus meningkatkan torsi maksimum dari 94.74 Nm menjadi 97.28
Nm (2.85%). Dengan pemasangan otoinfus, konsumsi bahan bakar spesifik motor
bakar diesel cenderung lebih rendah daripada sebelum dipasang otoinfus.
Penurunan SFC pada motor diesel ini sebesar 2.70%.
Kata kunci: otoinfus, bahan bakar, daya
ABSTRACT
DWISULISTYARSO SURYATMOJO. The Effect of Otoinfus Application
on Power Increase of Diesel Engine. Supervised by Agus Sutejo.
Shortage of supplies and consumption increase of fuel made the resources
of world fuel is getting more scarce and expensive. To overcome these problems,
various efforts that aim to make the use of fuel more efficiently has to be done.
Otoinfus is one of implement that was specifically designed to improve the
efficiency of fuel used in combustion processes in the combustion engine by
increasing the power of the diesel engine at a certain level of fuel use. Research
of otoinfus application that was aims to improve the internal combustion engine
has been carried out on the Nissan SD16 diesel engine. The research were
conducted by measuring of the power of diesel engine without Otoinfus,
compared with the same engine installed by Otoinfus. The results of the study
showed that the installation of Otoinfus on the diesel engine was significantly
influenced the increasing of torque. Maximum torque of diesel engine was
increased from 94.74 to 97.28 Nm (2.85 %). With the installation of otoinfus,
specific fuel consumption of diesel engine’s tend to be lower than un-installing
otoinfus. The decreasing of the diesel engine's SFC was 2.70%.
Keyword: otoinfus, fuel, power
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
APLIKASI OTOINFUS PADA MOTOR DIESEL TERHADAP
PENINGKATAN DAYA
DWISULISTYARSO SURYATMOJO
TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Aplikasi Otoinfus pada Motor Diesel Terhadap Peningkatan
Daya
Nama : Dwisulistyarso Suryatmojo
NIM : F14090044
Disetujui oleh
Ir. Agus Sutejo, M.Si
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Desrial, M. Eng
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Allah SWT atas karunia-Nya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Mei - September 2013, dengan judul Aplikasi Otoinfus pada Motor Diesel
terhadap Peningkatan Daya.
Tulisan ini disusun sebagai laporan hasil penelitian untuk memenuhi
sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada
Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Agus Sutejo, M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah menjadi guru sekaligus orang tua di Institut Pertanian
Bogor. Ucapan terima kasih penulis juga sampaikan kepada Dr. Ir. Desrial, M.Eng
dan juga kepada Dr. Liyantono, S.T.P, M.Agr yang telah memberikan saran dan
masukan pada penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada Bapak, Ibu, Mbak Riri dan Ir serta seluruh keluarga atas segala
dukungannya dalam hal moril, materil, doa dan kasih sayang. Ucapan terima kasih
kepada keluarga besar IMJB IPB (Ikatan Mahasiswa Jember di Bogor), seluruh
Orion (TEP 46), rekan-rekan sebimbingan (Nopri, Anan, Happy, Armi, dan Yudhi),
Asrama Jember (Gusti, Burhan, Mas Tahul, Mas Adib, Eca, Ndaru, Lukman, dan
Jati) atas dukungan, doa dan semangat kalian. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada teknisi dan pegawai lab yang telah membantu selama
pengumpulan data (Kang Udin dan Pak Wana). Akhirnya kepada semua pihak
yang telah membantu penyelesaian skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih belum
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
sebagai upaya perbaikan selanjutnya, serta penulis berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Februari 2014
Dwisulistyarso Suryatmojo
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Ruang Lingkup Permasalahan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Motor Diesel 2
Pengukuran Daya Motor Bakar 3
Otoinfus 6
METODOLOGI 7
Waktu dan Tempat Penelitian 7
Bahan dan Alat 7
Obyek 7
Metode Penelitian 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Hasil Pengukuran Daya Motor Bakar Diesel Sebelum Pemasangan
Otoinfus 12
Hasil Pengukuran Daya Motor Bakar Diesel Setelah Pemasangan
Otoinfus 14
Pengaruh Pemasangan Otoinfus Terhadap Peningkatan Daya Motor
Bakar Diesel 15
SIMPULAN DAN SARAN 18
Simpulan 18
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
RIWAYAT HIDUP 39
DAFTAR TABEL
1. Data pengukuran daya motor bakar diesel non otoinfus 12 2. Rataan daya motor bakar diesel non otoinfus 13 3. Data pengukuran daya motor bakar diesel setelah dipasang otoinfus 14 4. Rataan hasil uji daya motor bakar diesel setelah dipasang otoinfus 14 5. Peningkatan daya motor bakar diesel Nissan SD16 18
DAFTAR GAMBAR
1. Water brake dynamometer 4 2. Hasil pengukuran besar torsi dan daya motor bakar 5 3. Model pengukur konsumsi bahan bakar 5 4. Aplikasi otoinfus pada motor bakar, (a) Tabung air, (b) Pengatur
debit air, (c) Pipa penghubung 1, (d) Kit pemecah air, dan (e) Pipa
penghubung 2 6 5. Diagram alur kerja otoinfus 6 6. Engine test bed, (a) Model konsumsi bahan bakar, (b) Motor diesel,
dan (c) Water brake dynamometer 7 7. Tahapan penelitian 8
8. Tahapan uji daya motor bakar diesel 10 9. Grafik uji daya motor bakar diesel non otoinfus 13 10. Grafik uji daya motor bakar diesel setelah dipasang otoinfus 15 11. Peningkatan torsi motor bakar diesel Nissan SD16 16 12. Grafik peningkatan Brake Horse Power pada motor bakar diesel
Nissan SD16 17 13. Grafik perbandingan laju konsumsi bahan bakar motor bakar diesel
Nissan SD16 17
DAFTAR LAMPIRAN
1. Perawatan engine test bed 21 2. Dokumentasi perawatan engine test bed 21 3. Data hasil pengamatan kinerja motor diesel Nissan SD16 sebelum
dipasang otoinfus 23
4. Contoh perhitungan mencari torsi dan Brake Horse Power pada
motor bakar diesel sebelum dipasang otoinfus 27 5. Data hasil pengamatan kinerja motor diesel Nissan SD16 setelah
dipasang otoinfus 28 6. Contoh perhitungan mencari torsi dan Brake Horse Power pada
motor bakar diesel setelah dipasang otoinfus 32 7. Tabel data torsi sebelum dan sesudah pemasangan otoinfus setelah
pengereman (kNm) 33
8. Tabel data Brake Horse Power sebelum dan sesudah pemasangan
otoinfus setelah pengereman (HP) 34 9. Tabel data SFC sebelum dan sesudah pemasangan otoinfus setelah
pengereman (kg/kWh) 35 10. Tabel analysis of variance torsi sebelum dan sesudah aplikasi
otoinfus setelah tindakan pengereman 36 11. Tabel analysis of variance Brake Horse Power sebelum dan
sesudah aplikasi otoinfus setelah tindakan pengereman 36 12. Tabel analysis of variance Spesific Fuel Consumption sebelum dan
sesudah aplikasi otoinfus setelah tindakan pengereman 36 13. Gambar piktorial otoinfus 37
14. Gambar teknik orthogonal otoinfus 38
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahan bakar minyak adalah salah satu bagian vital dalam kehidupan
manusia di bumi ini. Hampir seluruh kegiatan manusia di bumi ini menggunakan
bahan bakar minyak sebagai sumber aktivitas mereka. Ketersediaan bahan bakar
minyak yang terbatas dan penggunaannya yang semakin meningkat, membuat
ketersediaan bahan bakar minyak di dunia semakin cepat berkurang. Dilihat dari
sektor transportasi, dan pengembangan teknologi dalam penggunaan bahan bakar
minyak sangat diperlukan.
Kebutuhan BBM (tidak termasuk biofuel) diproyeksikan meningkat rata-rata
3.18% per tahun selama tahun 2006 s.d. 2030. Konsumsi bensin dan ADO tumbuh
rata-rata 5.68% per tahun dan 2.18% per tahun sedangkan konsumsi minyak tanah
(kerosene) turun rata-rata 2.97% per tahun. Dari sisi pengguna, sektor transportasi
tumbuh rata-rata 5% per tahun dan sektor PKP (pertanian, konstruksi dan
pertambangan atau ACM) tumbuh rata-rata 5.31% per tahun. Dalam proyeksi
BBM berdasarkan wilayah, Jawa Barat dan Sumatera mengalami peningkatan
yang cukup besar atau rata-rata 2.8% per tahun dan 3.3% per tahun sejalan dengan
pertambahan penduduk dan perkembangan industri di wilayah tersebut (ESDM
2008). Dari pernyataan tersebut sangat dibutuhkan suatu inovasi teknologi untuk
mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi BBM.
Otoinfus adalah sebuah implemen pengefisiensi penggunaan bahan bakar
minyak yang dirancang untuk menambah torsi dan daya yang dihasilkan piston
tanpa membutuhkan penambahan konsumsi bahan bakar minyak. Otoinfus yang
dirancang oleh Haryo dan Sutejo (2013) ini digunakan untuk membantu
menyempurnakan proses pembakaran dalam ruang pembakaran motor bakar. Di
dalam uji cobanya, otoinfus telah dipasang di beberapa kendaraan bermotor
seperti mobil, bus, dan truck.
Di sektor pertanian, jenis motor bakar yang lebih banyak digunakan adalah
motor diesel. Motor diesel digunakan pada kegiatan pra panen maupun pasca
panen. Pada kegiatan pra panen, motor diesel digunakan sebagai penggerak traktor
untuk keperluan mekanisasi, mulai dari pengolahan lahan, penanaman bibit, dan
pemeliharaan tanaman, seperti penyiangan, pemupukan, pengendalian organisme
pengganggu tanaman hingga pemanenan. Pada kegiatan pasca panen motor diesel
digunakan sebagai penggerak berbagai alat dan mesin pengolahan hulu hingga
hilir.
Penarikan implemen dibutuhkan daya (Brake Horse Power) yang besar.
Penggunaan daya yang besar, akan mempengaruhi konsumsi bahan bakar yang
besar pula. Maka dari itu dilakukan riset pada motor bakar diesel dengan
pengaplikasian otoinfus sebagai implemen yang dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan bahan bakar dengan meningkatkan daya pada motor diesel.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui fungsi dari pengaplikasian
otoinfus pada motor diesel. Sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. menentukan perubahan Brake Horse Power (B HP) pada motor diesel dengan
menggunakan water brake dynamometer pada simulator engine test bed;
2. menentukan perubahan torsi pada motor diesel dengan menggunakan water
brake dynamometer pada simulator engine test bed;
3. menentukan perubahan Specific Fuel Consumption (SFC) dengan
menggunakan model konsumsi bahan bakar pada engine test bed;
Ruang Lingkup Permasalahan
Pada penelitian ini dilakukan pembatasan masalah. Batasan terhadap
masalah yang akan dibahas yaitu peningkatan daya dan perubahan konsumsi
bahan bakar spesifik yang terjadi pada motor diesel antara motor diesel dengan
pemasangan otoinfus dan motor diesel tanpa pemasangan otoinfus yang mencapai
putaran 2300 RPM. Hal ini dikarenakan kondisi motor diesel yang sudah tidak
optimal.
TINJAUAN PUSTAKA
Motor Diesel
Motor bakar adalah mesin kalor dimana gas panas diperoleh dari proses
pembakaran di dalam mesin itu sendiri dan langsung dipakai untuk melakukan
pekerjaan mekanis, yaitu menjalankan mesin tersebut. Motor bakar dibagi menjadi
dua jenis, yakni motor bakar eksternal dan motor bakar internal. Salah satu jenis
dari motor bakar internal adalah motor bakar diesel. Motor diesel biasanya juga
disebut “motor penyalaan kompresi” oleh karena cara penyalaan bahan bakarnya
dilakukan dengan menyemprotkan bahan bakar ke dalam udara yang telah
bertekanan dan bertemperatur tinggi, sebagai akibat dari proses kompresi
(Arismunandar dan Koichi 1976). Kebanyakan traktor roda empat menggunakan
motor bakar sebagai sumber tenaga peggerak dengan motor bakar diesel. Motor
diesel ini sebagian besar digunakan di sektor pertanian. Selain traktor, motor
diesel juga digunakan sebagai pompa air, combine harvester, dan mesin-mesin
pengolah pertanian baik pra panen hingga pasca panen.
Piston di dalam silinder motor diesel bekerja dengan gerak translasi (bolak-
balik). Piston ini dihubungkan dengan pena engkol dan poros engkol. Pena engkol
dan poros engkol berputar pada bantalan dengan perantara batang penghubung.
Saat proses intake, campuran bahan bakar dan udara yang membentuk kabut akan
masuk ke dalam silinder piston. Ketika piston menekan ruangan di dalam silinder
piston, maka akan terjadi peningkatan tekanan, dan peningkatan suhu. Sehingga
3
kabut bahan bakar tersebut akan meledak (combustion), dan menghasilkan tenaga
dorongan pada piston. Proses kerja tersebut akan terus berulang-ulang.
Penyemprotan harus dilakukan pada waktu, jumlah dan dengan pola yang tepat
(Davis 1983 dalam Imantara 2011). Pembakaran bahan bakar diesel pada motor
bakar diesel dapat terjadi apabila dipergunakan perbandingan kompresi yang
cukup tinggi, berkisar antara 12 sampai 25. Perbandingan kompresi yang rendah
pada umumnya dipergunakan pada motor diesel berukuran besar dengan putaran
rendah. Sedangkan perbandingan kompresi yang tinggi banyak dipakai pada
motor diesel berukuran kecil dengan putaran tinggi (± 4000 RPM). Namun
demikian, perancang cenderung mempergunakan perbandingan kompresi yang
serendah-rendahnya berdasarkan pertimbangan kekuatan material serta berat
mesinnya. Oleh karena itu, pada umumnya motor diesel bekerja dengan
perbandingan kompresi antara 14 dan 17 (Arismunandar 1977).
Cara kerja motor diesel 4-tak hampir sama dengan cara kerja motor bensin
4-tak. Perbedaan pokok terletak pada langkah hisap dan akhir langkah kompresi.
Pada saat langkah hisap, yang dihisap hanya udara saja.
Pengukuran Daya Motor Bakar
Gaya adalah aksi dari suatu benda ke benda yang lain, atau suatu aksi yang
cenderung mengubah keadaan diam dari suatu benda yang dikenainya. Satuan dari
gaya adalah Newton (N) (Suprihanto 2008). Torsi adalah gaya putar yang
dihasilkan oleh poros engkol atau kemampuan motor untuk melakukan kerja
(Djuhana 2013). (Ranaldi 2009) mengatakan bahwa torsi adalah gaya yang
bekerja pada jarak tertentu, dalam satuan kgf.m. Daya rem (Brake Horse Power/ B
HP) adalah daya yang dihasilkan oleh mesin diesel yang terukur, daya yang masih
murni di dalam mesin disebut daya terindikasi (indicated horse power/ I HP).
Satuan dari B HP dan I HP adalah HP (horse power).
Penelitian ini menggunakan water brake dynamometer. Dinamometer ini
menggunakan air sebagai media ukur dan penyerap panas akibat gesekan. Bagian
luar dinamometer ini terhubung pada timbangan. Akurasi dari dinamometer ini
cocok untuk pembuatan grafik prestasi dari mesin karena adanya pengaturan
kecepatan dengan menggunakan air (Lilijedahl 1989 dalam Fatiha 2009). Salah
satu contoh dari water brake dynamometer dapat dilihat dari Gambar 1.
Dinamometer dihubungkan dengan poros motor diesel untuk mengetahui
torsi dari motor tersebut. Kemudian kecepatan putar poros diukur dengan
menggunakan tachometer. Daya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(Goering dan Hansen 2004 dalam Fatiha 2009);
B HP = ( 2π x T x N ) / 60000 ………………………(1)
B HP = Brake Horse Power, kW
T = Torsi yang dihasilkan oleh poros engkol, Nm.
N = Kecepatan Putar, RPM
Dari persamaan di atas terlihat bahwa daya yang tersedia pada poros
engkol motor bakar dapat ditentukan dengan mengukur besar torsi dan kecepatan
4
putar. Pengukuran torsi dilakukan dengan memberi beban pada putaran poros
motor bakar.
(sumber : Velobanjogent 2011)
Gambar 1 Water brake dynamometer
Pengukuran torsi maksimum yang dapat dihasilkan oleh motor bakar yang
diukur dilakukan pada suatu selang kecepatan putaran motor bakar (RPM). Dari
hasil pengukuran gaya beban maksimum diterima poros engkol melalui water
brake dynamometer dapat dihitung torsi dan daya yang dihasilkan motor bakar
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2.
5
(sumber : Arismunandar 1976)
Gambar 2 Hasil pengukuran besar torsi dan daya motor bakar
Dari Gambar 2 diperlihatkan bahwa torsi maksimum dan daya maksimum
dicapai pada tingkat kecepatan putaran motor bakar berbeda. Torsi maksimum
dicapai pada kecepatan putaran poros engkol lebih rendah dari kecepatan putaran
daya maksimum.
Pada saat bersamaan dilakukan pengukuran torsi motor bakar dan
konsumsi bahan bakar. Dari pengukuran ini diperoleh nilai konsumsi bahan bakar.
Gambar 3 berikut adalah salah satu model alat ukur konsumsi bahan bakar yang
digunakan pada engine test bed.
(Sumber : Aidil 2001)
Gambar 3 Model pengukur konsumsi bahan bakar
Metode volumetrik digunakan untuk bahan bakar yang mudah menguap,
karena akan mengurangi bahaya terbakar. Sedangkan metode gravimetrik
digunakan untuk jenis bahan bakar yang tidak mudah menguap. Pada metode
gravimetrik ini ditentukan jumlah bobot bahan bakar selama periode tertentu.
Pada penelitian ini digunakan metode gravimetrik, dengan rumus (Goering dan
Hansen 2004 dalam Fatiha 2009):
6
SFC =𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟
Pout…………………………………..(3)
Dimana :
SFC : Konsumsi bahan bakar spesifik (kg/kWh)
Pout : Daya yang keluar dari mesin (kW)
Otoinfus
Otoinfus adalah alat khusus yang dirancang untuk penyempurnaan
pembakaran BBM, yang ditemukan oleh Haryo dan Agus Sutejo pada tahun 2013.
Otoinfus dapat digunakan pada kendaraan berbahan bakar bensin atau mesin
diesel yang berbahan bakar solar. Otoinfus memiliki lima komponen, yaitu (a)
Tabung air, (b) Pengatur debit air, (c) Pipa penghubung 1, (d) Kit pemecah air,
dan (e) Pipa penghubung 2, seperti yang digambarkan pada Gambar 4. Haryo dan
Agus Sutejo (2013) sebagai pencipta implemen ini mengatakan bahwa alat ini
mampu meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar. Selain itu alat ini
mampu meningkatkan daya yang dimiliki oleh motor bakar.
Gambar 4 Aplikasi otoinfus pada motor bakar, (a) Tabung air, (b) Pengatur debit
air, (c) Pipa penghubung 1, (d) Kit pemecah air, dan (e) Pipa penghubung 2
Gambar 5 Diagram alur kerja otoinfus
Menurut Haryo dan Agus Sutejo (2013), kerja otoinfus dimulai ketika
langkah hisap. Air yang dihisap mengalir menuju kit pemecah air. Kit pemecah air
a
)
c
) d
) e b
)
Air Kit Pemecah air
Panas dari muffler
Udara masuk
Motor Diesel
7
memproses air tersebut agar dapat membantu kerja motor diesel dengan bantuan
panas dari muffler. Air yang telah diproses mengalir menuju motor diesel melalui
saluran udara pemasukan seperti yang digambarkan pada Gambar 5.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan di laboraturium Motor Tenaga Penggerak,
TMB, FATETA, IPB mulai dari bulan Juli hingga September 2013. Kegiatan yang
dilakukan meliputi perawatan engine test bed, pra penelitian, studi pustaka,
pengambilan data di laboratorium, dan analisis data perhitungan.
Bahan dan Alat
Alat dan perlengkapan yang digunakan meliputi:
a. Engine test bed
b. Stopwatch
c. otoinfus
d. alat pengukur dimensi panjang (meteran)
e. perlengkapan alat perawatan mesin (kunci pas, tang, obeng, dll)
f. alat tulis, perangkat komputer, dan beberapa perlengkapan yang
mendukung.
Gambar 6 Engine test bed, (a) Model konsumsi bahan bakar, (b) Motor diesel, dan
(c) Water brake dynamometer
Obyek
Obyek yang diukur melalui torsi dan Brake Horse Power (B HP) adalah
motor bakar diesel Nissan SD16. Motor bakar diesel ini terdapat pada model
engine test bed. Pada perlakuan pertama, sebelum pemasangan otoinfus, motor
bakar diesel diuji dayanya. Pengujian motor bakar diesel dimulai dari kecepatan
putar 2500 RPM, kemudian dilakukan pengereman sebanyak lima tahap dengan
interlude 200 RPM, yaitu RPM 2300, 2100, 1900, 1700 dan 1500. Variabel yang
b a
c
8
digunakan untuk menduga daya motor bakar diesel adalah torsi, Brake Horse
Power dan konsumsi bahan bakar spesifik. Selain itu juga dicatat konsumsi bahan
bakar yang digunakan. Pengukuran tersebut dilakukan sebanyak sepuluh kali
pengulangan. Setelah satu set perlakuan tersebut dilaksanakan, kemudian otoinfus
diaplikasikan pada motor bakar diesel, dan pengujian daya motor bakar diesel
dilakukan kembali seperti pada saat sebelum pasangan otoinfus.
Metode Penelitian
Gambar 7 Tahapan penelitian
Pada Gambar 7 dijelaskan bahwa penelitian dilakukan dalam lima tahap
kegiatan, yaitu:
1. Standarisasi kinerja rangkaian mesin engine test bed yang terdiri atas motor
bakar diesel, water brake dynamometer, dan model konsumsi bahan bakar.
Komponen-komponen tersebut adalah alat utama untuk menentukan daya dari
motor bakar diesel yang akan menjadi bahan penelitian.
2. Pengujian daya motor bakar diesel sebelum dipasang otoinfus.
Mulai
Standarisasi kinerja engine test bed
Uji fungsional tidak
Uji daya motor bakar diesel
Pemasangan otoinfus pada motor bakar diesel
Uji Fungsional otoinfus
Pengambilan data uji daya motor bakar diesel
tidak
Uji daya motor bakar diesel
Analisis
Selesai
Pengambilan data uji daya motor bakar diesel
Berhasil
Berhasil
ya
ya
9
3. Pemasangan otoinfus pada motor bakar diesel
4. Pengujian daya motor bakar diesel setelah pemasangan otoinfus.
5. Mengamati hasil pengolahan data dan analisis untuk menarik kesimpulan
apakah otoinfus dapat meningkatkan daya motor bakar diesel.
Standarisasi Kinerja Engine Test Bed
Standarisasi kinerja engine test bed ini bertujuan untuk mempersiapkan
kondisi mesin agar dapat bekerja secara optimal. Komponen engine test bed yang
distandardkan kinerjanya adalah water brake dynamometer, motor bakar diesel
dan model konsumsi bahan bakar (Gambar 7).
Water brake dynamometer, alat ini menggunakan pengereman sistem tekanan
air, sehingga perlu diperiksa kondisi penyaluran air dan seal penahan airnya.
Perawatan dilakukan hingga water brake dynamometer mampu melakukan
pengereman motor bakar diesel hingga putaran minimum.
Motor bakar diesel, perawatan pada motor bakar diesel ini meliputi
pembersihan tangki bahan bakar, saluran penyaluran bahan bakar, penggantian
oli mesin diesel, dan sistem penyalaan motor bakar diesel.
Model konsumsi bahan bakar, perawatan dilakukan agar pada saat penelitian
dapat diketahui jumlah konsumsi bahan bakar secara tepat.
Uji Daya Motor Bakar Diesel Non-otoinfus
Pengujian penggunaan otoinfus ini dilakukan pada motor bakar diesel
Nissan SD 16 dengan spesifikasi:
Klasifikasi motor = Motor 4-tak
Volume langkah piston = 1600 cc
Daya maksimum = 34 HP
RPM = 3300 RPM
Jumlah silinder = 3 silinder
Mempertimbangkan kondisi motor, maka putaran maksimum yang digunakan
adalah 2500 RPM, sebagai RPM awal. Pengukuran daya dimulai pada kecepatan
putar 2300 RPM dengan menggunakan water brake dynamometer yang terdapat
pada engine test bed. Pengereman dilakukan secara bertahap dengan 5 tahapan.
Sebelum dilakukan pengukuran daya, mesin engine test bed dipastikan
berfungsi dengan baik. Sebelum digunakan, dilakukan perawatan terhadap mesin
engine test bed terlebih dahulu, hingga performa mesin berjalan dengan optimal,
sehingga sistem water brake dynamometer telah berfungsi dengan baik dan
pengukur konsumsi bahan bakar juga dapat dipergunakan dengan baik.
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran adalah:
Stopwatch sebagai pengukur waktu laju konsumsi bahan bakar,
Meteran sebagai pengukur panjang lengan beban, dan
Buku serta alat tulis untuk mencatat RPM dan massa yang terangkat.
Pengukuran daya dilakukan sepuluh kali pengulangan. Masing-masing
pengulangan dilakukan lima tahap pengereman. Dimana pada awal mesin
dihidupkan, kecepatan putar diatur hingga 2500 RPM. Kemudian pengereman
lima tahap secara berurutan dengan batasan 2300, 2100, 1900, 1700, dan 1500.
Pada tiap tahap pengereman massa terangkat dapat diketahui melalui timbangan
yang terdapat pada sistem water brake dynamometer. Seperti yang dijelaskan pada
Gambar 8.
10
Gambar 8 Tahapan uji daya motor bakar diesel
Pemasangan Otoinfus
Kit pemecah air dipasang pada muffler, sebagai penghantar panas sehingga
cairan kimia yang terdapat di dalamnya dapat bekerja sebagai pemecah H2O. Pada
bagian inlet dari kit dipasang pipa penghubung 1, yang menghubungkan kit
dengan Tabung air, sedangkan pada bagian outlet dari kit dipasang pipa
penghubung 2, yang menghubungkan kit dengan saluran pemasukan udara pada
ruang pembakaran motor bakar diesel. Setelah otoinfus yang terpasang, dilakukan
pengaturan debit air yang dialirkan, sedemikian rupa sehingga air yang masuk ke
dalam kit pemecah, ketika keluar melalui pipa penghubung 2 seluruhnya
berbentuk gas, seperti pada Gambar 4.
Setting kecepatan putar 2500 RPM
Baca massa yang terangkat, ukur konsumsi bahan bakar
Rem water brake dynamometer hingga kecepatan putar 2300 RPM
Baca massa yang terangkat, ukur konsumsi bahan bakar
Rem water brake dynamometer hingga kecepatan putar 2100 RPM
Rem water brake dynamometer hingga kecepatan putar 1900 RPM
Rem water brake dynamometer hingga kecepatan putar 1700 RPM
Baca massa yang terangkat, ukur konsumsi bahan bakar
Baca massa yang terangkat, ukur konsumsi bahan bakar
Mulai
Selesai
Rem water brake dynamometer hingga kecepatan putar 1500 RPM
Baca massa yang terangkat, ukur konsumsi bahan bakar
Baca massa yang terangkat, ukur konsumsi bahan bakar
11
Uji Daya Motor Bakar Diesel dengan Otoinfus
Pada tahap ini motor bakar diesel yang telah dipasang otoinfus dilakukan
uji daya motor kembali. Hal ini ditujukan untuk mengetahui perubahan yang
terjadi setelah otoinfus dipasang pada motor bakar diesel. Tahapan yang dilakukan
sama seperti pengujian daya motor sebelum dipasang otoinfus. Yakni,
mengkodisikan kecepatan putar motor sebesar 2500 RPM. Kemudian dilakukan
pengereman bertahap dengan water brake dynamometer sebanyak 5 tahapan,
dengan prosedur kerja seperti pada Gambar 8.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengukuran adalah melihat
kondisi air pada tabung air, baik dari kualitas ataupun kuantitas. Kemudian
kondisi saluran kit pemecah air baik pemasukan ataupun pengeluaran. Selain itu
juga daya hisap udara pada pipa saluran pemasukan udara, dimana hasil
pemecahan air diinjeksikan ke dalam saluran udara tersebut. Pemberian ventury
dilakukan jika daya hisap pada saluran udara pemasukan tidak mampu menarik air
dari tabung penampung air pada otoinfus.
Pengamatan
Selama pengujian berlangsung, dilakukan pengamatan massa terangkat
(m) yang dihasilkan oleh water brake dynamometer dan konsumsi bahan bakar
pada motor bakar diesel non otoinfus dan motor bakar diesel dengan otoinfus.
Variabel pengereman dilakukan 5 tahap, dengan kecepatan putar 2300, 2100,
1900, 1700 dan 1500 RPM. Pengujian tersebut diulang sebanyak 10 kali.
Pengolahan Data
a. Menghitung massa yang terangkat (m) pada water brake dynamometer
m = mo – mt.………………………………………….(4)
m = Massa terangkat , kg
mo = Massa awal = 30 kg
mt = Massa terbaca, kg
b. Menghitung beban pengereman (W) berdasarkan massa yang terangkat (m)
pada water brake dynamometer
W = m x g ……………………………………………...(5)
W = Beban yang terangkat (N)
g = Percepatan gravitasi ( 9.81 m/s2)
c. Menghitung torsi yang dihasilkan dari poros engkol (T).
T = W x l ………………………………………………(6)
T = torsi dari dihasilkan dari poros engkol, Nm
l = Panjang lengan water brake dynamometer yang dihitung dari titik
pusat poros engkol menuju timbangan. Pada pengujian ini, panjang
lengan torsi adalah 0.63 m
12
d. Menghitung Brake Horse Power (B HP), daya yang dihasilkan oleh putaran
poros engkol untuk menggerakan suatu sistem.
B HP = ( 2π x T x N ) / 60000…………………………(1)
B HP = Brake Horse Power, kW
B HP = 1 HP = 0.746 kW
N = Kecepatan Putar, RPM
Analisis Statistik
Analisis ini dilakukan untuk keperluan pengujian statistik dan dasar
pengambilan kesimpulan, untuk mengetahui apakah penggunaan otoinfus
berpengaruh terhadap Brake Horse Power, Torsi dan Penggunaan BBM. Maka
dari itu dilakukan uji F dengan metode Analysis of Variance. Proses analisis
dilakukan dengan mengikuti rancangan Faktorial. Perlakuan yang digunakan
adalah faktor pengereman dan faktor pemasangan otoinfus. Faktor pengereman
yang digunakan, yaitu pada kecepatan putar 2300, 2100, 1900, 1700 dan 1500
RPM. Putaran 2500 RPM diabaikan sebagai perlakuan, karena merupakan putaran
awal sebelum dilakukan pengereman. Faktor otoinfus, yaitu I0, sebelum
pemasangan otoinfus dan I1, setelah pemasangan otoinfus.
Pemasangan otoinfus dinyatakan berpengaruh nyata terhadap Brake Horse
Power, Torsi dan Penggunaan BBM, jika Nilai Statistik F (F hitung) lebih besar
dari F tabel (α, db perlakuan, db error), dimana α peluang salah menyatakan
kesimpulan, db perlakuan untuk pengereman adalah 4 dan untuk pemasangan
otoinfus adalah 1. Sedangkan db error adalah 81.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengukuran Daya Motor Bakar Diesel Sebelum Pemasangan Otoinfus
Tabel 1 Data pengukuran daya motor bakar diesel non otoinfus
Kecepatan
Putar (RPM)
Massa Waktu KBB (s)
Terbaca (kg) 30 ml 50 ml
2329 16.16 14.7 24.3
2152 15.54 15.6 25.5
1932 15.25 17.2 28.7
1731 14.89 19.2 32.4
1550 14.67 21.4 36.2
13
10
12
14
16
18
20
22
24
40
60
80
100
1500 1700 1900 2100 2300B
rake
Ho
rse
Po
wer
(kW
)
Tors
i (N
m)
Tabel 2 Rataan daya motor bakar diesel non otoinfus
Kecepatan
Putar
(RPM)
Torsi
(Nm) B HP
(kW)
Konsumsi
Bahan Bakar
Spesifik (kg/kWh)
2,329 85.54 20.86 0.297
2,152 89.37 20.15 0.291
1,932 91.16 18.45 0.286
1,731 93.38 16.93 0.278
1,550 94.74 15.38 0.273
Gambar 9 Grafik uji daya motor bakar diesel non otoinfus
Hasil rataan dari sepuluh kali pengulangan, Brake Horse Power maksimum
sebesar 20.86 kW. Berdasarkan kurva daya (B HP), kurva pada Gambar 9
bergerak naik. Daya maksimum yang dihasilkan terjadi pada saat putaran 2300
RPM. Sedangkan kurva pergerakan torsi pada Gambar 9 terus meningkat hingga
torsi maksimum 94.74 Nm dengan daya 15.38 kW yang terjadi pada putaran 1550
0.25
0.26
0.27
0.28
0.29
0.3
0.0
0.4
0.8
1.2
1.6
2.0
1500 1700 1900 2100 2300
Kecepatan Putar (RPM)
Torsi B HP SFC
Spec
ific
Fu
el
Co
nsu
mp
tio
n (k
g/kW
h)
14
RPM. Kondisi Brake Horse Power maksimum yang didapat jauh di bawah
spesifikasi motor bakar diesel Nissan SD16 yang sebesar 34 HP atau 25.36 kW.
Hal ini dikarenakan kondisi motor bakar diesel yang sudah lama tidak digunakan
dan kurangnya perawatan.
Pada putaran 2500 RPM, motor bakar diesel tidak dilakukan pengereman,
dengan kata lain sudah terjadi pengangkatan beban pada ujung lengan beban oleh
putaran poros. Hal ini diduga pada water brake dynamometer dengan pengereman
berupa tekanan air, terjadi gesekan pada air yang mengalir di dalam water brake
dynamometer. Sehingga terjadi pengangkatan beban atau disebut gaya pada saat
putaran 2500 RPM.
Hasil Pengukuran Daya Motor Bakar Diesel Setelah Pemasangan Otoinfus
Tabel 3 Data pengukuran daya motor bakar diesel setelah dipasang otoinfus
Kecepatan
Putar
(RPM)
Massa Waktu KBB (s)
Terbaca (kg) 30 ml 50 ml
2343 15.52 14.7 24.6
2126 15.26 15.7 26
1928 14.91 17.3 28.3
1739 14.48 19.1 31.8
1570 14 21 35
Tabel 4 Rataan hasil uji daya motor bakar diesel setelah dipasang otoinfus
Kecepatan
Putar
(RPM)
Torsi (Nm) B HP
(kW)
Konsumsi
Bahan Bakar
Spesifik (kg/kWh)
2343 89.49 21.96 0.280
2126 91.10 20.29 0.286
1928 93.26 18.83 0.281
1739 95.92 17.48 0.272
1570 97.28 16.01 0.268
Daya maksimum yang diperoleh dari pengukuran daya motor bakar diesel
setelah dipasang otoinfus sebesar 21.96 kW. Daya maksimum ini diperoleh dari
sepuluh kali pengulangan pengukuran daya motor bakar diesel tersebut. Grafik
daya pada Gambar 10 menunjukan grafik yang terus meningkat, dimana titik
puncak pada grafik tersebut adalah daya maksimum pada motor bakar diesel
setelah dipasang otoinfus. Torsi maksimum yang didapatkan sebesar 97.28 Nm.
Torsi maksimum ini terjadi pada daya sebesar 16.01 kW dengan putaran 1570
RPM.
15
10
12
14
16
18
20
22
24
40
60
80
100
1500 1700 1900 2100 2300
Bra
ke H
ors
e P
ow
er (
kW)
Tors
i (N
m)
Gambar 10 Grafik uji daya motor bakar diesel setelah dipasang otoinfus
Pengaruh Pemasangan Otoinfus Terhadap Peningkatan Daya Motor Bakar
Diesel
Otoinfus adalah alat yang dirancang khusus untuk penyempurnaan
pembakaran BBM. Otoinfus dapat digunakan pada kendaraan berbahan bakar
bensin atau mesin diesel yang berbahan bakar solar. Alat ini mampu
meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar. Selain itu alat ini mampu
meningkatkan daya yang dimiliki oleh motor bakar.
Otoinfus dipasang pada sistem pembakaran motor bakar diesel. Kit
pemecah air otoinfus dipasang pada muffler, sebagai penghantar panas. Saluran
pemasukan kit tersebut dihubungkan dengan tabung air. Pada saluran pengeluaran,
dihubungkan dengan pipa yang diteruskan kesaluran pemasukan udara pada ruang
pembakaran seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.
0.25
0.26
0.27
0.28
0.29
0.3
0.0
0.4
0.8
1.2
1.6
2.0
1500 1700 1900 2100 2300
Kecepatan Putar (RPM)
Torsi B HP SFC
Spec
ific
Fu
el C
on
sum
pti
on
(k
g/kW
h)
16
Gambar 11 Peningkatan torsi motor bakar diesel Nissan SD16
Peningkatan torsi setelah pemasangan otoinfus dapat dilihat pada Gambar 11.
Torsi motor bakar diesel setelah pemasangan otoinfus lebih besar dibandingkan
dengan torsi sebelum pemasangan. Titik pada putaran 2500 RPM dapat diabaikan,
karena pada saat putaran 2500 RPM, motor bakar diesel ini belum dilakukan
pengereman.
Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan uji F, nilai F hitung pengaruh
pemasangan otoinfus terhadap torsi motor bakar diesel adalah 58.410. Sebagai
pembanding, nilai F tabel (α = 0.01, db Otoinfus = 1, db Error = 81) adalah 6.96.
Nilai F hitung lebih besar dari pada F tabel, sehingga dapat dinyatakan terdapat
perbedaan nyata antara torsi motor diesel dengan otoinfus dan tanpa otoinfus. Atas
dasar pengujian tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa pengaruh pemasangan
otoinfus terhadap peningkatan torsi motor bakar diesel terbukti signifikan pada α
= 0.01. Torsi motor bakar diesel setelah pemasangan otoinfus rata-rata meningkat
2.85% dibanding sebelum pemasangan.
Peningkatan Brake Horse Power juga terlihat pada Gambar 12. Brake Horse
Power maksimum saat sebelum dipasang otoinfus sebesar 20.86 kW. Sedangkan
motor bakar diesel setelah dipasang otoinfus memiliki Brake Horse Power
maksimum sebesar 21.96 kW. Torsi sangat berpengaruh pada Brake Horse Power
dikarenakan ada perubahan daya maksimum pada kisaran kecepatan putar yang
sama.
Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan uji F, nilai F hitung pengaruh
pemasangan otoinfus terhadap Brake Horse Power motor bakar diesel adalah
794.54. Sebagai pembanding, nilai F tabel (α = 0.01, db Otoinfus = 1, db Error =
81) adalah 6.96. Nilai F hitung lebih besar dari pada F tabel, sehingga dapat
dinyatakan terdapat perbedaan nyata antara Brake Horse Power motor diesel
dengan otoinfus dan tanpa otoinfus. Atas dasar pengujian tersebut, maka dapat
dinyatakan bahwa pengaruh pemasangan otoinfus terhadap peningkatan Brake
Horse Power motor bakar diesel terbukti signifikan pada α = 0.01. Brake Horse
84.00
86.00
88.00
90.00
92.00
94.00
96.00
98.00
1,500 1,700 1,900 2,100 2,300 2,500
Tors
i (N
m)
Kecepatan Putar (RPM)
Sebelum
Sesudah
17
Power motor bakar diesel setelah pemasangan otoinfus, rata-rata meningkat
3.07% dibanding sebelum pemasangan.
Gambar 12 Grafik peningkatan Brake Horse Power pada motor bakar diesel
Nissan SD16
Spesific Fuel Consumption (SFC) antara sebelum dipasang otoinfus dengan
sesudah dipasang otoinfus terlihat perbedaannya. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 13. Pada saat pengereman dilakukan, SFC motor bakar diesel setelah
dipasang otoinfus cenderung lebih rendah daripada sebelum dipasang otoinfus.
Penurunan SFC pada motor diesel ini sebesar 2.70%.
Gambar 13 Grafik perbandingan laju konsumsi bahan bakar motor bakar diesel
Nissan SD16
0
5
10
15
20
25
1,500 1,700 1,900 2,100 2,300 2,500
Bra
ke H
ors
e P
ow
er (
kW)
Kecepatan Putar (RPM)
Sebelum
Sesudah
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
1,500 1,700 1,900 2,100 2,300 2,500
Spes
ific
Fu
el C
on
sum
pti
on
(kg
/kW
h)
Kecepatan Putar (RPM)
Sebelum
Sesudah
18
Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan uji F, nilai F hitung pengaruh
pemasangan otoinfus terhadap SFC motor bakar diesel adalah 19.694. Sebagai
pembanding, nilai F tabel (α=0.01, db Otoinfus = 1, db Error = 81) adalah 6.96.
Nilai F hitung lebih besar dari pada F tabel, sehingga dapat dinyatakan terdapat
perbedaan nyata antara SFC motor diesel dengan otoinfus dan tanpa otoinfus. Atas
dasar pengujian tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa pengaruh pemasangan
otoinfus terhadap peningkatan SFC motor bakar diesel terbukti signifikan pada α
= 0.01.
Tabel 5 Peningkatan daya motor bakar diesel Nissan SD16
RPM Torsi Brake Horse
Power SFC
2300 4.62% 5.27% -5.69%
2100 1.94% 0.68% -1.88%
1900 2.31% 2.10% -1.77%
1700 2.71% 3.22% -2.18%
1500 2.67% 4.08% -1.95%
Rataan 2.85% 3.07% -2.70%
Tabel persentase peningkatan daya motor bakar diesel Nissan SD16
menunjukan bahwa Brake Horse Power secara keseluruhan meningkat sebanyak
3.07%. Perubahan torsi juga meningkat 2.85%. Selain itu pada SFC terjadi
penurunan sebesar 2.70%. Persentase pada saat putaran 2500 RPM diabaikan
karena, pada saat putaran tersebut tidak dilakukan pengereman untuk mengetahui
daya maksimum pada motor bakar diesel.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Pemasangan otoinfus menyebabkan meningkatnya torsi pada motor diesel
Nissan SD16. Sebelum pemasangan otoinfus, torsi maksimum adalah 94.74
Nm dengan daya 15.38 kW yang terjadi pada putaran 1550 RPM. Setelah
pemasangan, torsi maksimum yang dicapai adalah 97.28 Nm, yang terjadi
pada daya sebesar 16.01 kW dengan putaran 1570 RPM. Berdasarkan uji
statistik F, peningkatan torsi tersebut terbukti signifikan, dengan α = 0.01, db
Otoinfus = 1, dan db Error = 81. Torsi motor bakar diesel setelah pemasangan
otoinfus, rata-rata meningkat 2.85%.
2. Otoinfus juga menyebabkan peningkatan Brake Horse Power pada motor
diesel. Brake Horse Power maksimum pada motor diesel Nissan SD16
sebelum dipasang otoinfus sebesar 20.86 kW, yang terjadi pada putaran 2329
RPM. Setelah pemasangan otoinfus, Brake Horse Power maksimum yang
dicapai 21.96 kW pada putaran 2343 RPM. Berdasarkan uji statistik F,
19
peningkatan Brake Horse Power tersebut terbukti signifikan, dengan (α =
0.01, db Otoinfus = 1, db Error = 81). Pemasangan otoinfus pada motor diesel
Nissan SD16, meningkatkan Brake Horse Power rata-rata 3.07%.
3. Pemasangan otoinfus pun menyebabkan perubahan SFC. Berdasarkan uji
statistik F, peningkatan SFC tersebut terbukti signifikan, dengan (α = 0.01, db
Otoinfus = 1, db Error = 81). Rata-rata perubahan SFC sebagai akibat dari
pemasangan otoinfus pada motor diesel Nissan SD16 mampu mengefisiensi
penggunaan bahan bakar dengan menurunnya SFC sebesar 2.70%.
Saran
Untuk meningkatkan kegunaannya, disarankan bahwa otoinfus sebaiknya
diberi alat / indikator yang dapat menunjukkan debit air optimum yang masuk ke
dalam motor bakar diesel. Selain itu perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang
pengaplikasian otoinfus pada motor diesel terhadap peningkatan daya di atas
kecepatan putar 2300 RPM.
20
DAFTAR PUSTAKA
Aidil D. 2001. Mempelajari karakteristik tenaga dan penggunaan bahan bakar
traktor dan motor diesel sebagai sumber tenaga gerak [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Arismunandar W, Koichi T. 1976. Motor Diesel Putaran Tinggi. Jakarta (ID):
Pradnya Paramita.
Arismunandar W. 1977. Penggerak Mula Motor Bakar Torak. Bandung (ID): ITB.
Djuhana. 2013. Metode pengukuran momen dan daya [internet]. [diacu 2014
Februari 06]. Tersedia dari: http://dosen.narotama.ac.id/wp-
content/uploads/2013/01/METODE-PENGUKURAN-MOMEN-DAN-
DAYA1.doc.
[ESDM] Ekonomi Sumber Daya Mineral. 2008. Kajian pengembangan kilang
Indonesia kedepan [internet]. [diacu 2014 Februari 06]. Tersedia dari:
http://www.esdm.go.id/batubara/doc_download/992-ringkasan-eksekutif-
kajian-pengembangan-kilang-indonesia-kedepan.html.
Fatiha PA. 2009. Evaluasi kinerja daya poros motor diesel berbahan bakar minyak
kelapa menggunakan water brake dynamometer yang sudah dimodifikasi
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Haryo, Sutejo A. 2013. Otoinfus sebagai solusi terhadap kenaikan bbm [leafflat].
Bogor (ID): Daud Teknik Maju Bogor.
Imantara BAS. 2011. Uji kinerja tarik traktor tangan dengan bahan bakar minyak
nyamplung murni [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ranaldi AA. 2009. Kajian stabilitas oksidasi campuran biodiesel minyak jelantah-
solar dan kinerja mesin diesel [internet]. [diacu 2014 Februari 06]. Tersedia
dari: http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/128652-T%2026757-
Kajian%20stabilitas-Literatur.pdf.
Suprihanto A. 2008. Mekanika teknik statika [internet]. [diacu 2014 Februari 06].
Tersedia dari: http://eprints.undip.ac.id/27612/1/0189-ba-ft-2009.pdf
Velobanjogent. 2011. Dynamometers and engine testing [internet]. [diacu 2014
Februari 04]. Tersedia dari:
http://velobanjogent.blogspot.com/2011/07/dynomometers-and-engine-
testinga-brief.html.
21
Lampiran 1 Perawatan engine test bed
Sebelum dilakukan pengujian daya motor diesel, dilakukan perawatan
pada engine test bed terlebih dahulu, dimana mesin ini yang digunakan sebagai
penguji daya pada motor bakar diesel yang akan digunakan. Perawatan ini
dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja water brake dynamometer, model
konsumsi bahan bakar, kondisi motor bakar diesel, sistem pengairan, dll. Engine
test bed, dipisahkan bagian perbagian, untuk mengetahui permasalahan yang
terjadi di komponen-komponennya.
Perawatan pertama yang dilakukan adalah sistem pengairan, dimana air
sangat berperan penting pada engine test bed. Aliran air digunakan untuk
melakukan pengereman pada water brake dynamometer. Selain itu juga sebagai
sistem pendinginan pada motor bakar diesel. Permasalahan yang terjadi adalah
bocornya pipa air yang menuju water brake dynamometer. Sehingga air tidak
tersalurkan ke water brake dynamometer dengan baik. Penanganan yang
dilakukan adalah menutup lubang bocor pada pipa dengan pipa besi. Setelah
dilakukan penutupan lubang, air telah mengalir dengan baik menuju water brake
dynamometer.
Perawatan berikutnya adalah pada bagian bahan bakar, dan transmisi motor
bakar diesel serta sistem penyalaan. Penggantian bahan bakar pada tangki
dilakukan untuk menyetarakan kondisi pembakaran motor bakar diesel saat
sebelum dipasang otoinfus dan juga setelah dipasang. Kemudian dilakukan
penggantian oli dengan SAE 45 sebanyak 8 liter. Setelah itu pada accu dilakukan
pengisian ulang, agar dapat menyalakan motor stater dan menghidupkan motor
bakar diesel pada engine test bed.
Perawatan berikutnya adalah bagian water brake dynamometer. Pada bagian
ini terdapat kerusakan pada timbangan untuk mengukur beban terangkat. Sehingga
dilakukan penggantian pada timbangaan tersebut dengan timbangan yang baru.
Selain itu terjadi kebocoran sistem pengereman tekanan air pada water brake
dynamometer pada saat pengereman berlangsung. Hal ini disebabkan seal yang
berada pada water brake dynamometer telah habis, sehingga membuat air keluar
tidak beraturan melalui sekitar putaran poros. Penggantian dilakukan pada seal
tersebut.
Lampiran 2 Dokumentasi perawatan engine test bed
Penggantian accu motor diesel
22
Lampiran 2 Dokumentasi perawatan engine test bed (lanjutan)
Penggantian seal penahan tekanan air pada water brake dynamometer
Penggantian seal penghubung antar pipa pada engine test bed
Penggantian neraca timbangangan pada engine test bed
23
Lampiran 3 Data hasil pengamatan kinerja motor diesel Nissan SD16 sebelum dipasang otoinfus
Ulangan RPM RPS
Suhu (oC) Massa Massa W T B HP waktu KBB (s) KBB (ml/s) SFC
Mufler Oil Radiator
Water Terbaca (kg)
Terangkat
(kg) (kN) (kNm) (kW)
30 ml 50 ml 30 ml 50 ml (kg/kWh)
I
2502 41.7 287 62 49.2 - - - - - 27 42 1.11 1.19 -
2327 38.8 516 73 56.5 16.1 13.9 0.136 0.086 20.94 14 25 2.14 2.00 0.298
2101 35.0 569 79 64.1 15.0 15.0 0.147 0.093 20.40 16 24 1.88 2.08 0.293
1955 32.6 578 83 68.5 14.8 15.2 0.149 0.094 19.24 16 28 1.88 1.79 0.287
1701 28.4 570 86 73.6 14.5 15.5 0.152 0.096 17.07 21 31 1.43 1.61 0.269
1571 26.2 547 86 76.1 14.4 15.6 0.153 0.096 15.87 22 35 1.36 1.43 0.265
II
2504 41.7 256 91 69.0 - - - - - 31 53 0.97 0.94 -
2333 38.9 511 93 69.0 16.2 13.8 0.135 0.085 20.85 15 25 2.00 2.00 0.289
2172 36.2 590 95 74.6 15.4 14.6 0.143 0.090 20.53 15 24 2.00 2.08 0.300
1933 32.2 573 97 78.5 15.0 15.0 0.147 0.093 18.77 17 30 1.76 1.67 0.276
1702 28.4 570 97 83.9 14.7 15.3 0.150 0.095 16.86 19 32 1.58 1.56 0.281
1566 26.1 555 97 86.0 14.6 15.4 0.151 0.095 15.61 21 36 1.43 1.39 0.272
III
2500 41.7 246 99 75.7 - - - - - 34 57 0.88 0.88 -
2307 38.5 567 99 74.6 16.2 13.8 0.135 0.085 20.61 15 25 2.00 2.00 0.293
2156 35.9 595 100 78.6 15.3 14.7 0.144 0.091 20.52 15 26 2.00 1.92 0.288
1960 32.7 579 101 80.9 15.1 14.9 0.146 0.092 18.91 17 29 1.76 1.72 0.278
1750 29.2 564 101 83.9 14.8 15.2 0.149 0.094 17.22 19 39 1.58 1.28 0.251
1509 25.2 538 100 86.9 14.7 15.3 0.150 0.095 14.95 22 37 1.36 1.35 0.274
23
24
Lampiran 3 Data hasil pengamatan kinerja motor diesel Nissan SD16 sebelum dipasang otoinfus (lanjutan)
Ulangan RPM RPS
Suhu (oC) Massa Massa W T B HP waktu KBB (s) KBB (ml/s) SFC
Mufler Oil Radiator
Water Terbaca (kg)
Terangkat
(kg) (kN) (kNm) (kW)
30 ml 50 ml 30 ml 50 ml (kg/kWh)
IV
2504 41.7 322 100 80.6 - - - - - 27 44 1.11 1.14 -
2301 38.4 587 101 81.7 16.1 13.9 0.136 0.086 20.71 15 25 2.00 2.00 0.291
2129 35.5 597 102 83.0 15.8 14.2 0.139 0.088 19.57 15 26 2.00 1.92 0.302
1939 32.3 569 103 85.0 15.6 14.4 0.141 0.089 18.08 17 29 1.76 1.72 0.291
1720 28.7 575 103 87.5 14.6 15.4 0.151 0.095 17.15 19 29 1.58 1.72 0.291
1578 26.3 554 102 89.7 14.4 15.6 0.153 0.096 15.94 21 35 1.43 1.43 0.270
V
2507 41.8 252 98 71.3 - - - - - 26 52 1.15 0.96 -
2345 39.1 514 98 73.3 16.4 13.6 0.133 0.084 20.65 16 26 1.88 1.92 0.277
2165 36.1 564 99 75.7 15.4 14.6 0.143 0.090 20.47 16 27 1.88 1.85 0.275
1934 32.2 571 99 79.6 15.0 15.0 0.147 0.093 18.78 18 30 1.67 1.67 0.268
1745 29.1 578 99 81.5 14.6 15.4 0.151 0.095 17.40 19 32 1.58 1.56 0.272
1512 25.2 540 99 83.5 14.0 16.0 0.157 0.099 15.66 21 38 1.43 1.32 0.264
VI
2502 41.7 267 47 38.6 - - - - - 27 45 1.11 1.11 -
2332 38.9 567 64 50.2 16.2 13.8 0.135 0.085 20.84 14 24 2.14 2.08 0.306
2172 36.2 582 84 68.5 15.6 14.4 0.141 0.089 20.25 16 26 1.88 1.92 0.283
1910 31.8 582 87 73.7 15.2 14.8 0.145 0.091 18.30 17 29 1.76 1.72 0.288
1743 29.1 575 90 75.5 15.2 14.8 0.145 0.091 16.70 19 33 1.58 1.52 0.279
1556 25.9 541 90 57.9 14.8 15.2 0.149 0.094 15.31 21 37 1.43 1.35 0.274
24
25
Lampiran 3 Data hasil pengamatan kinerja motor diesel Nissan SD16 sebelum dipasang otoinfus (lanjutan)
Ulangan RPM RPS
Suhu (oC) Massa Massa W T B HP waktu KBB (s) KBB (ml/s) SFC
Mufler Oil Radiator
Water Terbaca (kg)
Terangkat
(kg) (kN) (kNm) (kW)
30 ml 50 ml 30 ml 50 ml (kg/kWh)
VII
2506 41.8 310 89 61.6 - - - - - 29 49 1.03 1.02 -
2345 39.1 575 91 66.6 16.1 13.9 0.136 0.086 21.10 15 24 2.00 2.08 0.292
2175 36.3 596 93 69.6 15.6 14.4 0.141 0.089 20.28 16 26 1.88 1.92 0.283
1911 31.9 576 93 10.2 15.2 14.8 0.145 0.091 18.31 18 29 1.67 1.72 0.279
1730 28.8 574 93 68.0 15.0 15.0 0.147 0.093 16.80 19 32 1.58 1.56 0.282
1563 26.1 544 92 57.9 14.9 15.1 0.148 0.093 15.28 21 36 1.43 1.39 0.278
VIII
2509 41.8 316 91 61.8 - - - - - 28 48 1.07 1.04 -
2320 38.7 587 92 66.0 16.0 14.0 0.137 0.087 21.03 14 23 2.14 2.17 0.310
2166 36.1 602 93 68.9 15.6 14.4 0.141 0.089 20.19 16 26 1.88 1.92 0.284
1907 31.8 582 94 69.2 15.4 14.6 0.143 0.090 18.03 18 28 1.67 1.79 0.289
1750 29.2 577 94 70.0 15.0 15.0 0.147 0.093 17.00 19 32 1.58 1.56 0.279
1551 25.9 544 93 57.3 14.9 15.1 0.148 0.093 15.16 22 37 1.36 1.35 0.270
IX
2503 41.7 352 91 61.4 - - - - - 30 46 1.00 1.09 -
2338 39.0 586 93 66.8 16.0 14.0 0.137 0.087 21.19 14 24 2.14 2.08 0.301
2171 36.2 609 95 71.9 15.7 14.3 0.140 0.088 20.10 15 26 2.00 1.92 0.294
1928 32.1 585 95 77.9 15.4 14.6 0.143 0.090 18.23 17 27 1.76 1.85 0.299
1746 29.1 582 96 81.3 15.1 14.9 0.146 0.092 16.84 19 32 1.58 1.56 0.281
1557 26.0 549 96 70.2 15.0 15.0 0.147 0.093 15.12 22 36 1.36 1.39 0.275
25
26
Lampiran 3 Data hasil pengamatan kinerja motor diesel Nissan SD16 sebelum dipasang otoinfus (lanjutan)
Ulangan RPM RPS
Suhu (oC) Massa Massa W T B HP waktu KBB (s) KBB (ml/s) SFC
Mufler Oil Radiator
Water Terbaca (kg)
Terangkat
(kg) (kN) (kNm) (kW)
30 ml 50 ml 30 ml 50 ml (kg/kWh)
X
2506 41.8 319 95 62.0 - - - - - 29 49 1.03 1.02 -
2337 39.0 603 97 67.0 16.3 13.7 0.134 0.085 20.73 15 22 2.00 2.27 0.311
2115 35.3 587 98 71.8 16.0 14.0 0.137 0.087 19.17 16 24 1.88 2.08 0.311
1938 32.3 574 99 80.0 15.8 14.2 0.139 0.088 17.82 17 28 1.76 1.79 0.301
1722 28.7 550 99 83.0 15.4 14.6 0.143 0.090 16.28 19 32 1.58 1.56 0.291
1532 25.5 320 99 70.4 15.0 15.0 0.147 0.093 14.88 21 35 1.43 1.43 0.290
26
27
Lampiran 4 Contoh perhitungan mencari torsi dan Brake Horse Power pada
motor bakar diesel sebelum dipasang otoinfus
W = Massa terangkat (kg) x g (m/s2)
= 13.9 kg x9.81 m/s2
= 136.35 N
= 0.136 kN
T = W (kN) x l (m)
= 0.136 kNx 0.63 m
= 0.087 kNm
B HP = 2π xT x N/60
= 2π x0.087 kNm x 2301 RPM / 60
= 20.71 kW
KBB =
30
t1 +
50
t2
2
=
30
15 +
50
25
2
= 2 ml/s
SFC =KBB × ρ solar
B HP
= 0.291 kg/kWh
27
28
Lampiran 5 Data hasil pengamatan kinerja motor diesel Nissan SD16 setelah dipasang otoinfus
Ulangan RPM RPS
Suhu (oC) Massa Massa T W B HP waktu KBB (s) KBB (ml/s) SFC
Mufler Oil Radiator
Water
Terbaca
(kg)
Terangkat
(kg) (kNm) (kN) (kW)
30 ml 50 ml 30 ml 50 ml (kg/kWh)
I
2500 41.67 242 56 41.5 - - - - - 32 62 0.94 0.81 -
2336 38.93 592 67 49.7 15.6 14.4 0.089 0.141 21.78 14 25 2.14 2.00 0.287
2152 35.87 604 77 56.6 15.4 14.6 0.090 0.143 20.34 16 26 1.88 1.92 0.282
1934 32.23 596 79 57.9 15.2 14.8 0.091 0.145 18.53 17 28 1.76 1.79 0.289
1767 29.45 583 81 56.2 14.6 15.4 0.095 0.151 17.62 18 31 1.67 1.61 0.281
1557 25.95 540 82 48.7 14.4 15.6 0.096 0.153 15.73 21 35 1.43 1.43 0.274
II
2501 41.68 314 82 51.8 - - - - - 31 53 0.97 0.94 -
2348 39.13 623 87 62.4 15.6 14.4 0.089 0.141 21.89 14 25 2.14 2.00 0.285
2111 35.18 626 90 68.5 15.6 14.4 0.089 0.141 19.68 16 28 1.88 1.79 0.281
1924 32.07 600 91 67.5 15.4 14.6 0.090 0.143 18.19 17 29 1.76 1.72 0.289
1730 28.83 590 92 63.1 15.0 15.0 0.093 0.147 16.80 19 32 1.58 1.56 0.282
1572 26.20 548 90 49.8 14.5 15.5 0.096 0.152 15.78 20 35 1.50 1.43 0.280
28
29
Lampiran 5 Data hasil pengamatan kinerja motor diesel Nissan SD16 setelah dipasang otoinfus (lanjutan)
Ulangan RPM RPS
Suhu (oC) Massa Massa T W B HP waktu KBB (s) KBB (ml/s) SFC
Mufler Oil Radiator
Water
Terbaca
(kg)
Terangkat
(kg) (kNm) (kN) (kW)
30 ml 50 ml 30 ml 50 ml (kg/kWh)
III
2506 41.77 227 59 41.5 - - - - - 35 62 0.86 0.81 -
2355 39.25 549 71 49.1 15.6 14.4 0.089 0.141 21.96 15 25 2.00 2.00 0.275
2111 35.18 610 77 55.4 15.6 14.4 0.089 0.141 19.68 16 25 1.88 2.00 0.297
1953 32.55 600 82 59.7 15.5 14.5 0.090 0.142 18.34 16 29 1.88 1.72 0.296
1700 28.33 578 84 60.4 14.8 15.2 0.094 0.149 16.73 20 33 1.50 1.52 0.272
1559 25.98 540 84 52.6 14.6 15.4 0.095 0.151 15.54 22 36 1.36 1.39 0.267
IV
2504 41.73 273 84 55.6 - - - - - 34 58 0.88 0.86 -
2350 39.17 610 87 60.4 15.6 14.4 0.089 0.141 21.91 15 24 2.00 2.08 0.281
2100 35.00 623 91 66.8 15.4 14.6 0.090 0.143 19.85 16 26 1.88 1.92 0.289
1951 32.52 608 92 67.3 15.0 15.0 0.093 0.147 18.95 17 28 1.76 1.79 0.283
1737 28.95 586 92 66.3 14.9 15.1 0.093 0.148 16.98 20 32 1.50 1.56 0.272
1550 25.83 518 90 58.2 14.8 15.2 0.094 0.149 15.25 22 37 1.36 1.35 0.268
V
2516 41.93 218 73 43.9 - - - - - - 60 0.83 0.83 -
2365 39.42 591 83 54.9 15.6 14.4 0.089 0.141 22.05 14 25 2.14 2.00 0.283
2155 35.92 607 91 59.7 15.3 14.7 0.091 0.144 20.51 15 24 2.00 2.08 0.300
1901 31.68 591 91 58.3 14.8 15.2 0.094 0.149 18.71 18 28 1.67 1.79 0.278
1758 29.30 578 90 54.1 14.3 15.7 0.097 0.154 17.87 19 31 1.58 1.61 0.269
1582 26.37 538 86 40.1 14.0 16.0 0.099 0.157 16.39 21 34 1.43 1.47 0.267
29
30
Lampiran 5 Data hasil pengamatan kinerja motor diesel Nissan SD16 setelah dipasang otoinfus (lanjutan)
Ulangan RPM RPS
Suhu (oC) Massa Massa T W B HP waktu KBB (s) KBB (ml/s) SFC
Mufler Oil Radiator
Water
Terbaca
(kg)
Terangkat
(kg) (kNm) (kN) (kW)
30 ml 50 ml 30 ml 50 ml (kg/kWh)
VI
2509 41.82 218 85 40.8 - - - - - 35 59 0.86 0.85 -
2343 39.05 594 85 51.6 15.4 14.6 0.090 0.143 22.15 16 24 1.88 2.08 0.270
2120 35.33 615 88 62.9 15.1 14.9 0.092 0.146 20.45 16 28 1.88 1.79 0.270
1909 31.82 603 88 62.7 14.8 15.2 0.094 0.149 18.79 18 29 1.67 1.72 0.272
1733 28.88 584 88 54.7 14.4 15.6 0.096 0.153 17.50 19 31 1.58 1.61 0.275
1580 26.33 554 88 46.2 14.0 16.0 0.099 0.157 16.37 21 34 1.43 1.47 0.267
VII
2509 41.82 236 87 45.4 - - - - - 36 61 0.83 0.82 -
2341 39.02 602 86 51.0 15.4 14.6 0.090 0.143 22.13 15 23 2.00 2.17 0.285
2121 35.35 625 88 56.3 15.3 14.7 0.091 0.144 20.19 15 26 2.00 1.92 0.293
1904 31.73 594 88 54.8 14.6 15.4 0.095 0.151 18.98 18 29 1.67 1.72 0.269
1750 29.17 576 88 50.8 14.3 15.7 0.097 0.154 17.79 19 32 1.58 1.56 0.266
1575 26.25 553 87 46.2 14.2 15.8 0.098 0.155 16.11 20 35 1.50 1.43 0.274
VIII
2500 41.67 223 46 36.5 - - - - - 35 58 0.86 0.86 -
2328 38.80 584 65 47.8 15.4 14.6 0.090 0.143 22.01 14 25 2.14 2.00 0.284
2165 36.08 617 73 53.9 15.1 14.9 0.092 0.146 20.89 15 26 2.00 1.92 0.283
1935 32.25 598 76 57.7 14.6 15.4 0.095 0.151 19.29 17 28 1.76 1.79 0.278
1726 28.77 577 79 59.3 14.3 15.7 0.097 0.154 17.55 19 33 1.58 1.52 0.266
1570 26.17 547 80 57.6 14.2 15.8 0.098 0.155 16.06 23 34 1.30 1.47 0.261
30
31
Lampiran 5 Data hasil pengamatan kinerja motor diesel Nissan SD16 setelah dipasang otoinfus (lanjutan)
Ulangan RPM RPS
Suhu (oC) Massa Massa T W B HP waktu KBB (s) KBB (ml/s) SFC
Mufler Oil Radiator
Water
Terbaca
(kg)
Terangkat
(kg) (kNm) (kN) (kW)
30 ml 50 ml 30 ml 50 ml (kg/kWh)
IX
2507 41.78 250 80 44.7 - - - - - 37 60 0.81 0.83 -
2340 39.00 566 82 45.6 15.4 14.6 0.090 0.143 22.12 15 25 2.00 2.00 0.273
2103 35.05 586 83 48.0 14.8 15.2 0.094 0.149 20.70 16 26 1.88 1.92 0.277
1939 32.32 584 83 48.1 14.6 15.4 0.095 0.151 19.33 17 27 1.76 1.85 0.282
1740 29.00 573 83 46.3 14.0 16.0 0.099 0.157 18.03 19 32 1.58 1.56 0.263
1579 26.32 544 83 42.0 13.9 16.1 0.100 0.158 16.46 21 35 1.43 1.43 0.262
X
2513 41.88 224 82 40.4 - - - - - 37 63 0.81 0.79 -
2323 38.72 543 83 45.3 15.6 14.4 0.089 0.141 21.66 15 25 2.00 2.00 0.279
2118 35.30 549 83 49.2 15.0 15.0 0.093 0.147 20.57 16 25 1.88 2.00 0.284
1928 32.13 596 84 50.0 14.6 15.4 0.095 0.151 19.22 18 28 1.67 1.79 0.271
1750 29.17 577 84 47.3 14.2 15.8 0.098 0.155 17.90 19 31 1.58 1.61 0.269
1580 26.33 546 84 43.7 14.0 16.0 0.099 0.157 16.37 21 35 1.43 1.43 0.263
31
32
Lampiran 6 Contoh perhitungan mencari torsi dan Brake Horse Power pada
motor bakar diesel setelah dipasang otoinfus
W = Massa terangkat (kg) x g (m/s2)
= 14.4 kg x9.81 m/s2
= 141.26 N
= 0.141 kN
T = W (kN) x l(m)
= 0.141 kNx 0.63 m
= 0.089 kNm
B HP = 2π xT x N/60
= 2π x0.089 kNm x 2348 RPM / 60
= 21.89kW
KBB =
30
t1 +
50
t2
2
=
30
14 +
50
25
2
= 2.07 ml/s
SFC =KBB × ρ solar
B HP
= 0.285 kg/kW
33
Lampiran 7 Tabel data torsi sebelum dan sesudah pemasangan otoinfus setelah
pengereman (kNm)
RPM Pengereman (RPM)
Sub total Target 2,300 2,100 1,900 1,700 1,500
Tercatat 2,336 2,139 1,930 1,735 1,560
Sebelum Pemasangan Otoinfus
Ulangan 1 0.086 0.093 0.094 0.096 0.096 0.465
Ulangan 2 0.085 0.090 0.093 0.095 0.095 0.458
Ulangan 3 0.085 0.091 0.092 0.094 0.095 0.457
Ulangan 4 0.086 0.088 0.089 0.095 0.096 0.454
Ulangan 5 0.084 0.090 0.093 0.095 0.099 0.461
Ulangan 6 0.085 0.089 0.091 0.091 0.094 0.451
Ulangan 7 0.086 0.089 0.091 0.093 0.093 0.452
Ulangan 8 0.087 0.089 0.090 0.093 0.093 0.452
Ulangan 9 0.087 0.088 0.090 0.092 0.093 0.450
Ulangan 10 0.085 0.087 0.088 0.090 0.093 0.442
Subtotal 0.855 0.894 0.912 0.934 0.947 4.542
Sesudah Pemasangan Otoinfus
Ulangan 1 0.089 0.090 0.091 0.095 0.096 0.462
Ulangan 2 0.089 0.089 0.090 0.093 0.096 0.457
Ulangan 3 0.089 0.089 0.090 0.094 0.095 0.457
Ulangan 4 0.089 0.090 0.093 0.093 0.094 0.459
Ulangan 5 0.089 0.091 0.094 0.097 0.099 0.470
Ulangan 6 0.090 0.092 0.094 0.096 0.099 0.472
Ulangan 7 0.090 0.091 0.095 0.097 0.098 0.471
Ulangan 8 0.090 0.092 0.095 0.097 0.098 0.472
Ulangan 9 0.090 0.094 0.095 0.099 0.100 0.478
Ulangan 10 0.089 0.093 0.095 0.098 0.099 0.473
Subtotal 0.895 0.911 0.933 0.959 0.973 4.670
RPM 1.750 1.805 1.844 1.893 1.920
Grandtotal 9.212
33
34
Lampiran 8 Tabel data Brake Horse Power sebelum dan sesudah pemasangan
otoinfus setelah pengereman (kW)
RPM Pengereman (RPM)
Sub total Target 2,300 2,100 1,900 1,700 1,500
Tercatat 2,336 2,139 1,930 1,735 1,560
Sebelum Infus Ulangan 1 20.94 20.40 19.24 17.07 15.87 93.525
Ulangan 2 20.85 20.53 18.77 16.86 15.61 92.625
Ulangan 3 20.61 20.52 18.91 17.22 14.95 92.212
Ulangan 4 20.71 19.57 18.08 17.15 15.94 91.449
Ulangan 5 20.65 20.47 18.78 17.40 15.66 92.960
Ulangan 6 20.84 20.25 18.30 16.70 15.31 91.405
Ulangan 7 21.10 20.28 18.31 16.80 15.28 91.777
Ulangan 8 21.03 20.19 18.03 17.00 15.16 91.410
Ulangan 9 21.19 20.10 18.23 16.84 15.12 91.484
Ulangan 10 20.73 19.17 17.82 16.28 14.88 88.875
Subtotal 208.650 201.491 184.467 169.324 153.790 917.722
Sesudah Infus Ulangan 1 21.78 20.34 18.53 17.62 15.73 93.999
Ulangan 2 21.89 19.68 18.19 16.80 15.78 92.338
Ulangan 3 21.96 19.68 18.34 16.73 15.54 92.248
Ulangan 4 21.91 19.85 18.95 16.98 15.25 92.945
Ulangan 5 22.05 20.51 18.71 17.87 16.39 95.528
Ulangan 6 22.15 20.45 18.79 17.50 16.37 95.259
Ulangan 7 22.13 20.19 18.98 17.79 16.11 95.202
Ulangan 8 22.01 20.89 19.29 17.55 16.06 95.792
Ulangan 9 22.12 20.70 19.33 18.03 16.46 96.635
Ulangan 10 21.66 20.57 19.22 17.90 16.37 95.722
Subtotal 219.650 202.859 188.334 174.768 160.058 945.669
RPM 428.299 404.350 372.801 344.092 313.848
Grandtotal 1,863.390
35
Lampiran 9 Tabel data SFC sebelum dan sesudah pemasangan otoinfus setelah
pengereman (kg/kWh)
RPM Pengereman (RPM)
Sub total Target 2,300 2,100 1,900 1,700 1,500
Tercatat 2,336 2,139 1,930 1,735 1,560
Sebelum Infus Ulangan 1 0.300 0.290 0.290 0.269 0.270 1.246
Ulangan 2 0.289 0.300 0.276 0.281 0.272 1.418
Ulangan 3 0.293 0.288 0.278 0.251 0.274 1.384
Ulangan 4 0.291 0.302 0.291 0.291 0.270 1.446
Ulangan 5 0.277 0.275 0.268 0.272 0.264 1.356
Ulangan 6 0.306 0.283 0.288 0.279 0.274 1.430
Ulangan 7 0.292 0.283 0.279 0.282 0.278 1.414
Ulangan 8 0.310 0.284 0.289 0.279 0.270 1.431
Ulangan 9 0.301 0.294 0.299 0.281 0.275 1.450
Ulangan 10 0.311 0.311 0.301 0.291 0.290 1.504
Subtotal 2.970 2.910 2.858 2.603 2.737 14.079
Sesudah Infus Ulangan 1 0.287 0.282 0.289 0.281 0.274 1.412
Ulangan 2 0.285 0.281 0.289 0.282 0.280 1.417
Ulangan 3 0.275 0.297 0.296 0.272 0.267 1.407
Ulangan 4 0.281 0.289 0.283 0.272 0.268 1.393
Ulangan 5 0.283 0.300 0.278 0.269 0.267 1.398
Ulangan 6 0.270 0.270 0.272 0.275 0.267 1.354
Ulangan 7 0.285 0.293 0.269 0.266 0.274 1.388
Ulangan 8 0.284 0.283 0.278 0.266 0.261 1.371
Ulangan 9 0.273 0.277 0.282 0.263 0.262 1.356
Ulangan 10 0.279 0.284 0.271 0.269 0.263 1.366
Subtotal 2.801 2.855 2.808 2.715 2.684 13.863
RPM 5.771 5.766 5.666 5.318 5.421
Grandtotal 27.942
36
Lampiran 10 Tabel analysis of variance torsi sebelum dan sesudah aplikasi
otoinfus setelah tindakan pengereman
Sumber
Keragaman Db JK KT F hitung F Tabel Kesimpulan
Ulangan 9 0.000 0.000 1.489 2.634 tidak nyata
Pengereman 4 0.001 0.000 81.901 3.560 sangat nyata
Infus 1 0.000 0.000 58.410 6.959 sangat nyata
Pengereman x Infus 4 0.000 0.000 1.258 3.560 tidak nyata
Error 81 0.000 0.000
Total 99 0.001
Lampiran 11 Tabel analysis of variance Brake Horse Power sebelum dan sesudah
aplikasi otoinfus setelah tindakan pengereman
Sumber
Keragaman Db JK KT F hitung F Tabel Kesimpulan
Ulangan 9 4.077 0.453 1.913 2.634 tidak nyata
Pengereman 4 752.455 188.114 794.538 3.560 sangat nyata
Infus 1 14.035 14.035 59.278 6.959 sangat nyata
Pengereman x Infus 4 4.541 1.135 4.794 3.560 sangat nyata
Error 81 19.177 0.237
Total 99 794.284
Lampiran 12 Tabel analysis of variance Spesific Fuel Consumption sebelum dan
sesudah aplikasi otoinfus setelah tindakan pengereman
Sumber Keragaman db JK KT F hitung F Tabel Kesimpulan
Ulangan 9 0.001 0.000 1.405 2.634 tidak nyata
Pengereman 4 0.005 0.001 16.708 3.560 sangat nyata
Infus 1 0.002 0.002 19.694 6.959 sangat nyata
Pengereman x Infus 4 0.001 0.000 1.705 3.560 tidak nyata
Error 81 0.006 0.000
Total 99 0.014
39
RIWAYAT HIDUP
Penulis skripsi ini dilahirkan di Jember, Jawa Timur pada tanggal 9 januari
1991 dengan nama Dwisulistyarso Suryatmojo. Penulis merupakan anak kedua
dari dua bersaudara. Ayah penulis bernama Ir. Suryo Wardani, M.P. dan Ibu
penulis bernama Ir. Endang Sulistyowati, M.P. Penulis menamatkan pendidikan
Taman Kanak-kanak di TK Al-Furqon Jember, Jawa Timur pada tahun 1997.
Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Al-Furqon
Jember, Jawa Timur pada tahun 2003. Selanjutnya penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Jember, Jawa Timur
pada tahun 2006. Pendidikan Sekolah Menengah Atas penulis di SMA Negeri 1
Jember, Jawa Timur dengan tahun lulus pada 2009. Kemudian penulis lolos dalam
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Departemen Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, yang kemudian berganti nama menjadi
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam beberapa kegiatan
mahasiswa. Tingkat pertama penulis mengikuti UKM Bola Basket IPB (UBBI)
dan juga karate IPB. Kemudian tingkat dua penulis aktif di organisasi Himpunan
Mahasiswa Keteknikan Pertanian (Himateta) sebagai anggota HRD, kepengurusan
Karate IPB, dan juga sebagai anggota OMDA Jember (IMJB). Pada tingkat tiga
penulis menjadi kadiv. HRD di Himateta, dan juga penasehat umum di IMJB.
Penulis juga aktif menjadi asisten praktikum, yakni Praktikum Terpadu Mekanika
Bahan Teknik, Mekanika Teknik, dan juga Motor Tenaga Penggerak. Pada tingkat
tiga bulan Juni-Agustus 2012, penulis menyelesaikan praktik lapang dengan
judul : Pengamatan Kinerja Alat dan Mesin Pengolahan Kakao Pasca Panen di
Pusat Penelitian Kopi Kakao Indonesia. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Sarjana pada mayor Teknik Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan
Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Penulis menyelesaikan skripsi
dengan judul : Aplikasi Otoinfus pada Motor Diesel terhadap Peningkatan Daya di
bawah bimbingan Ir. Agus Sutejo, M.Si.
39
top related