anatomi dan fisiologi gaswat

Post on 04-Jul-2015

186 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

KELOMPOK 8

• Terdiri dari sel-sel tulang :– Osteosit– Substansi Dasar– Serabut Kolagen (membentuk substansi– interselluler/Osteoid)– Substansi Semen– Garam-garam (Kalsium fosfat, Magnesium

fosfat &– Kalsium karbonat)– Senyawa Kalsium, Kalium & Natrium dg Klorin &– Florin

• Pada usia 10 bulan dalam kandungan pusat ossifikasi terdapat di epihysis distalis (sign of maturity)

• Pusat ossifikasi pada umur 1 tahun terdapat pada Caput femoris

• Pusat ossifikasi pada umur 3 tahun terdapat pada Trochanter mayor

• Pusat ossifikasi pada umur 11-12 tahun terdapat pada Trochanter minor

• Epiphysis proximalis bersatu lebih dini (17-19 tahun) daripada epiphysis distalis (19-20 tahun)

Inflamasi Patah tulangperdarahan&hematoma pd

tmpat yg cederainvasi makrofagreaksi inflamasi

Proliferasi hematoma mengalami organisasibenang-

benang fibrinmembentuk jaringan untuk revaskularisasi,invasi fibroblast dan osteoblastmenghasilkan kolagen dan proteoglikan sbg matriks kolagenjar.ikat&tlg.rawanpertumbuhan melingkar pd periostium

Pembentukan kalus pertumbuhan melingkar pd

periostiumberlanjut ke sisi lainnyacelah terhubungfragmen patahan tlg digabung dg jar fibrus, tlg.rawan,dan tlg serat imatur

Osifikasi Penulangan kalus 2-3 mggu

Remodelling pengambilan jaringan mati dan reorganisasi

tulang baru ke susunan struktural sebelumnya

Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan denganlingkungan

luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehinggatimbul komplikasi berupa

infeksi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis

dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001)

atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001).

DEFINISI

Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang.

Fraktur terbuka : kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus, yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi.

PREVALENSI

pada Usia prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita

berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan

perubahan hormon

<45 tahun dan sering berhubungan dengan

olahraga, pekerjaan atau kecelakaan

LAKI-LAKI >> PEREMPUAN

Insidensi infeksi luka berhubungan langsung dengan tingkat kerusakan jaringan lunak : Tipe 1 : < 2 % Tipe 2 : > 10 %

tusukan tulang yang tajam keluar

menembus kulit (from within)

FRAKTUR TERBUKA

Sjamsuhidajat R, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, ed revisi, EGC. Jakarta: 1998. pp. 1138-96

tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung

(from without)

TIPE II TIPE IIITIPE I

KLASIFIKASI

III A

III B

III CGustilo,Merkow dan Templeman(1990)

Menurut Gustilo : Tipe I :

Luka biasanya kecil Luka tusuk yang bersih pada tempat tulang

menonjol keluar Sedikit kerusakan pada jaringan lunak tanpa

penghancuran dan fraktur kominutif

Tipe II : Luka > 1 cm tapi tidak adanya kulit yang

menutupi Kerusakan jaringan lunak yang tidak banyak Kehancuran atau fraktur kominutif

Tipe 3 : Kerusakan luas pada kulit, jaringan lunak dan

struktur neurovaskuler disertai banyak kontaminasi

Ada 3 tingkat keparahan : A : tulang yang mengalami fraktur dapat ditutupi

oleh jaringan lunak

B : - tulang yang mengalami fraktur tidak dapat ditutupi jaringan lunak

- fraktur kominutif berat

C : terdapat cedera arteri

TIPE I TIPE II TIPE IIILuka kecil kurang dari 1 cm panjangnya, biasanya karena luka tusukan dari fragmen tulang yang menembus keluar kulit.

Laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak ada kerusakan jaringan yang hebatatau avulsi kulit

Tipe ini biasanyadisebabkan oleh karena trauma dengan kecepatan tinggi

Terdapat sedikit kerusakanjaringan dan tidak terdapat tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan lunak

Terdapat kerusakan yang sedang dari jaringan dengan sedikitkontaminasi dari fraktur

Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot,kulit,dan struktur neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat

TIPE III

III A

III B

III C

Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapatlaserasi yang hebat ataupun adanya flap. Fraktur

bersifat segmental ataukomunitif yang hebat

Fraktur disertai dengan trauma hebat dengan kerusakan dan kehilanganjaringan,terdapat pendorongan (stripping)

periost,tulangterbuka,kontaminasi yang hebat serta fraktur komunitif yang hebat.

Fraktur terbuka yang disetai dengan kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan tanpa memperhatikan tingkat

kerusakan jaringan lunak

PENATALAKSANAAN

pengantar ilmu bedah ortopedi, prof. Chairuddin Rasjad, MD.,Ph.D, PT. Yarsif Watampone Jakarta, 2007

Luka harus tetap ditutup hingga pasien tiba dikamar bedah

Antibiotik diberikan secepat mungkin Kombinasi Benzilpenisilin dan Flukloksasin

tiap 6 jam selama 48 jam Jika luka sangat terkontaminasi

Cegah gram – dengan Gentamisin atau Metronidazol dilanjutkan selama 4 atau 5 hari

Pencegahan tetanus

Pemberian antibiotik 

Penutupan kulit

Pengobatan fraktur itu sendiri

Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridemen)

Pembersihan luka.

TAHAP PENGOBATAN FRAKTUR TERBUKA

Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. Yarsif Watampone. Makassar: 2007. pp. 352-489

KOMPLIKASI

Perdarahan, syok septik sampai

kematian

Komplikasi lain oleh karena perawatan

yang lama

Kekakuan sendi

-Nonunion keadaan dimana

suatu proses penyembuhan patah tulang

berhenti sama sekali dan

penyembuhan patah tulang tidak akan terjadi tanpa

koreksi pembedahan

- Delayed union proses

penyembuhan patah tulang

yang melebihi waktu yang

diharapkan, hal ini berarti bahwa

proses terjadi lebih lama dari

batas waktu yaitu umumnya 3-5

bulan

Osteomielitis kronik

Perdarahan sekunder

Tetanus

- malunion keadaan dimana

tulang menyambung dalam posisi

tidak anatomis, bisa sembuh

dengan pemendekan,

sembuh dengan angulasi, atau

sembuh dengan rotasi

FRAKTUR SUPRACONDYLER FEMUR

FRAKTUR INTERCONDYLAIR

FRAKTUR BATANG FEMUR (anak – anak)

FRAKTUR BATANG FEMUR

(dewasa)

FRAKTUR SUBTROCHANTER

FEMUR

FRAKTUR COLLUM FEMUR

FRAKTUR CONDYLER FEMUR

KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR

Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. Yarsif Watampone. Makassar: 2007. pp. 352-489

FRAKTUR COLLUM FEMUR

FRAKTUR SUBTROCHANTER

FEMUR

FRAKTUR BATANG FEMUR

(dewasa)

• trauma langsung yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan)• trauma tidak langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah

fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi dalam klasifikasi Fielding & Magliato, yaitu :• tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor• tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor• tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanter minor

Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam shock, klasifikasi fraktur batang femur dibagi:•Tertutup•Terbuka Derajat IDerajat IIDerajat III

FRAKTUR SUPRACONDYLER

FEMUR

FRAKTUR INTERCONDYLAIR

FRAKTUR CONDYLER FEMUR

Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot – otot gastrocnemius

Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular, sehingga umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.

Mekanisme traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai dengan tekanan pada sumbu femur keatas.

36

37

FRAKTUR : Putusnya kontinuitas tulang Fraktur selalu disertai dengan kerusakan

jaringan lunak disekitarnya : Otot, ligamen Saraf Pembuluh darah

FRAKTUR TERTUTUP :

Bila tidak ada luka yg menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit. (Ilmu bedah, 2009)

38

39

40

41

Tanda-tanda fraktur : Deformitas False movement Krepitasi

Pemeriksaan radiologis 2 proyeksi Melewati 2 sendi

42

Angulasi Pemendekan Rotasi

43

Deformitas : angulasi

44

Deformitas : pemendekan

45

Deformitas : rotasi

46

Pergerakan abnormal

47

Rontgen Scan tulang, CT-scan Pemeriksaan darah lengkap Kreatinin

48

1. Komplit & tidak komplit

2. Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma

3. Jumlah garis patah

4. Bergeser-tidak bergeser

5. Tertutup

6. Komplikasi-tanpa komplikasi

Hairline fracture, buckle fracture, greenstick fracture

Garis patah ; melintang, oblique, spiral., Fraktur kompresi, fraktur avulsi.

Fraktur ; kominutif, segmental, multiple.

49

Lokasi Diafisis, metafisis,

epifisis, intraartikuler Disertai dislokasi, fraktur

dislokasi Sebutkan nama tulang,

letak frakture : 1/3 proksimal, 1/3 tengah, 1/3 distal, kiri / kanan

Jika disertai dengan dislokasi maka disebut frakture dislokasi

Luas (Ekstensi) fraktur Komplit atau tidak

komplit (hair line fracture, green stick fracture)

Konfigurasi : transversal, oblique, spiral, comminutif

Hubungan antar fragmen fraktur : Undisplaced Displaced : angulasi,

overriding, rotasi, impacted, distraksi

Hubungan dengan dunia luar : tidak ada (Fracture tertutup)

Komplikasi : Lokal atau sistemik

50

DESKRIPSI TULANG

3. KONFIGURASI

1. L

OK

AS

I (+

DIS

LO

KA

SI)

2. LUAS

4. HUB. ANTAR FRAGMEN FRAKTUR

5 Hubungan dgn dunia luar

6. KOMPLIKASI

51

52

53

54

Immmobilisasi fragmen tulang Kontak fragmen tulang maksimal Asupan darah yg memadai Nutrisi yang baik

55

Trauma berulang Usia Kehilangan masa tulang Immobilisasi yg tidak memadai Infeksi

56

Tindakan awal : pasang bidai (splint) Tujuan pembidaian :

Imobilisasi Mengurangi nyeri Mencegah komplikasi lebih lanjut

Macam bidai : Bidai rigid (rigid splint) Bidai lunak (soft splint) Traction splint

57

Rigid splint (bidai keras)

Traction splint

Soft splint (bidai lunak)

58

Bagian yang cedera harus tampak jelas Periksa fungsi neurovaskuler sebelum

dan setelah pemasangan bidai Jika tungkai sangat bengkok dan pulsasi

tidak teraba, dapat dilakukan sedikit traksi untuk meluruskan. Jika ada tahanan jangan dipaksa.

Imobilisasi melewati 2 sendi Jika ragu-ragu, pasang bidai

59

Konservatif (tanpa operasi) Gips Traksi Sling

Operatif Fiksasi interna Fiksasi eksterna

60

4 R Recognition, Dx Reduction Retention

(immobilization/fixation) Rehabilitation

61

KlinisDeformitasKrepitasiFalse movement

Radiologis

62

Klinis Radiologis

2 sendi2 proyeksi

63

Mengembalikan posisi tulang/sendi pada posisi seperti sebelum cedera

Tertutup / terbuka

64

Konservatif :TraksiSlingGips

OperatifFiksasi internaFiksasi eksterna

65

Fiksasi internaGips Fiksasi eksterna

66

Ada kontak Angulasi

minimal Tidak ada

rotasi

67

- Klinis : tanda fraktur (-) angkat ekstremitas pseudo-artrosis (-)- X foto : kalus (+)

Clinical Union

68

Clinical Union

Pseudo-artrosis (-)

69

Clinical Union

X foto : garis fraktur (+)

70

Non Weight Bearing (NWB)Bila rasa nyeri hilang

71

Tongkat / Crutch :

• Sebaiknya kiri-kanan• Ukur !

72

Partial Weight Bearing (PWB)

Menapak

73

Full Weight Bearing(berjalan tanpa tongkat)

74

Tungkai , clinical union :Klinis seperti sudah sembuh.Dipakai berjalan biasa patahlagi !

75

• Garis # hilang• Trabekula me- nyebrang

Radiological Union

76

Mengembalikan fungsi seperti sebelum cedera

77

KOMPLIKASI DINI KOMPLIKASI LANJUTKOMPLIKASI FRAKTUR

PADA TULANG

PADA JAR. LUNAK

PADA OTOT

PADA PEMBULUH DARAH

PADA SARAF

KEKAKUAN SENDI

OSTEOMYELITIS

NONUNION

DELAYED UNION

MALUNION

Fajar ristranda

Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. (Ilmu penyakit dalam, FKUI)

Syok hipovolemik terjadi karena berkurangnya volume sirkulasi darah bisa

cairan / plasma / darah. Syok kardiogenik

Terjadi karena kegagalan jantung itu sendiri, ditandai dengan kardiak output menurun sehingga volume intravaskuler menurun

Syok obstruktif Terjadi karena gangguan kontraksi jantung oleh karena akibat

dari luar jantung. (emboli paru, pneumothorax) Syok neurogenik

Terjadi karena kegagalan pusat vasomotor, ditandai hilangnya tonus pembuluh darah scr mendadak sehingga terjadi penurunan tekanan darah massiv

Syok septik Terjadi karena ketidakadekuatan perfusi akibat adanya sepsis

Syok anafilaktik Terjadi karena pajanan zat allergen sehingga memicu reaksi

alergi dan diiikuti vasodilatasi PD massiv

Etiologi• Syok hipovolemik dapat terjadi

karena berkurangnya volume sirkulasi darah bisa cairan / plasma / darah.

Cairan / dehidrasi : Puasa lama, Diare, Muntah, Obstruksi usus dll

Plasma : Luka bakar Darah

Terdiri atas 3 fase :1. Fase kompensasi2. Fase progresif3. Fase ireversibel

Menaikkan aliran darah ke jantung, otak (organ vital) dg cara : VASOKONTRIKSI danPenurunan aliran darah di

tempat non-vital

Ventilasi ↑Kontraktilitas otot jantung

Nadi ↑

FASE KOMPENSASI

CRT melambat

FASE PROGRESIF

Aliran darah menurun , Hipoksia

jaringan + otak

Met. anaerob

Pelepasan toksin dan bahan lainnya dari

jaringan karena hipoksia

SYOK bertambah parah

Asidosis metabolik

Bradikinin , histamin

Vasodliatasi , fungsi jantung turun

Akral dingin, basah, pucat

hipotensi

FASE IREVERSIBEL

Takikardi >100x/ menit Hipoperfusi perifer :

akral dingin, basah, pucat CRT melambat (>3detik)

Hipotensi Oliguria / anuria (<0,5 ml/kgBB/jam) Perubahan kesadaran / mental

A - Airway (bebaskan jalan nafas) B - Breathing (+ oksigen jika ada) C - Circulation + kendalikan perdarahan

1. Posisi syok 2. Cari dan hentikan perdarahan 3. Ganti volume kehilangan darah

POSISI KAKI > ATAS

MENEKAN PENDARAHAN

•Tekan sumber perdarahan•Tekankan jari pada arteri proksimal dari luka•Bebat tekan pada seluruh ekstremitas yang luka•Pasang tampon sub fasia (gauza pack)•Hindari tourniquet (torniquet = usaha terakhir)

1. pemberian larutan kristaloid / secara IV. Pemberian 2-4 L dalam 20-30 menit

2. Hemodinamik masih belum stabil Pemberian transfusi darah (sebelumnya telah menjalani tes cross matching)

3. Bila sangat darurat bisa diberikan PRC darah 1 golongan atau O (-).

Anamnesis :- Laki laki, 30 thn- Jatuh dari motor -Paha kanannya

menghantam pembatas jalan

- riwayat pingsan mual muntah (-)

Pemeriksaan fisik :-GCS 15

-RR 28 x/Menit-Nadi 120x menit

-Deformitas femur dekstra (+)

-Shortening femur dekstra (+)

-1/3 tengah femur dekstra vulnus laceratum 3x1

dengan darah yg merembes-CRT 4dt

-nyeri tekan (++)

Diagnosis sementara fraktur terbuka tipe 2/3 dengan komplikasi syok

derajat ringan - sedang

Penunjang :

X-rayPmx. DarahAGD

TERAPI

Benturan tulang

Diskontinuitas tulangRusaknya jaringan sekitar

Kominutif

Shortening ekstremitas dekstra

Nyeri

Reaksi inflamasi dri kompensasi

penyembuhan luka

Vulnus laceratum 3x1 dengan perdarahan yg merembes

Tanda 2 syok

Kehilangan darah >>

Air way Breathing Circulation cristaloid, colloid solution,

transfusi bila diperlukan Antibiotik profilaksis

Bebaskan jalan nafas

Beri O2

Cairan cristaloid

Pemeriksaan hb dan gol.darah

AGD

TRANSFUSIJka

dibutuhkan

Primer debridement+antibiot

ik profilaksis

X-ray pelvic,femu

r

Fraktur stabilisasi

Secondary debrideme

nt

top related