analisis soal higher order thinking skills (hots) …repository.umrah.ac.id/3864/1/siti...
Post on 29-Jun-2020
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
ANALISIS SOAL HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM
SOAL UJIAN NASIONAL KIMIA TAHUN AJARAN 2017/2018
1Siti Rohayati,
1Nina Adriani,
1Friska Septiani Silitonga
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Telp/Hp. 085271283697, Email: siti.rohayatii15@gmail.com
ABSTRAK
Ujian nasional adalah untuk mengukur standar kompetensi lulusan dengan
pencapaian target nilai yang telah ditetapkan dan berperan sangat penting sebagai
quality control terhadap mutu pendidikan nasional di Indonesia. Berdasarkan dari
segi kontruksi, soal UN tahun 2017/2018 dilaksanakan dengan tes objektif pilihan
ganda dan digunakaan sebagai standar nasional. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui kontribusi soal yang berkarakteristik Higher Order Thinking
Skills (HOTS). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan analisis karakteristik soal
HOTS dalam soal UN Kimia tahun 2017/2018. Analisis dalam penelitian ini
berdasarkan pada karakteristik stimulus, berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif jenis analisis isi atau dokumen dengan
metode kualitatif. Subjek penelitian adalah dua guru mata pelajaran kimia, satu
dosen pendidikaan kimia. Pengumpulan data yang diproses dalam penelitian ini
didapat dengan cara dokumentasi dan observasi pengisisan angket analisis. Hasil
didapatkan sebanyak 12 item soal UN yang memiliki karakteristik HOTS pada
tahun ajaran 2017/2018 dengan persentase 30% dari jumlah keseluruhan soal, 12
item soal yang memiliki karakteristik HOTS dari 40 item pada soal UN kimia
tahun 2017/2018.
Kata Kunci: Higher Order Thinking Skills (HOTS), stimulus, kemampuan
berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif, soal UN kimia.
PENDAHULUAN
Dalam suatu proses pembelajaran, ada beberapa dimensi pengetahuan yang
harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu dimensi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif (Permendikbud, 2016). Dimensi pengetahuan ini
2
menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut dengan Higher
Order Thinking Skills (HOTS) yaitu, kemampuan berpikir tingkat tinggi
melibatkan analisis dan sintesis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta atau
kreativitas (C6) (Anderson & Krathworl, 2015).
Suatu proses pembelajaran akan bermakna jika peserta didik diajak untuk
dapat berpikir tingkat tinggi. Keberhasilan penguasaan suatu konsep akan
didapatkan ketika peserta didik sudah mampu berpikir tingkat tinggi, dimana
peserta didik tidak hanya dapat mengingat dan memahami suatu konsep, namun
peserta didik dapat menganalisis serta mensintesis, mengevaluasi, dan
mengkreasikan suatu konsep dengan baik. Konsep yang telah dipahami tersebut
dapat melekat dalam ingatan peserta didik dalam waktu yang lama, sehingga
penting sekali bagi peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat
tinggi atau HOTS (Laily, 2013).
Pratiwi (2015) sebaiknya peserta didik harus terus dilatih untuk memiliki
kemampuan berpikir tingkat tinggi, agar peserta didik terbiasa dalam memahami
materi yang dipelajari dengan baik. Salah satu faktor yang menyebabkan
kemampuan berpikirnya masih rendah adalah kurang terlatihnya peserta didik
dalam meyelesaikan tes atau soal-soal yang sifatnya menuntut analisis, evaluasi,
dan kreatifitas yang tinggi. Peserta didik yang diberikan evaluasi berupa soal-soal
dengan karakteristik HOTS, akan semakin terlatih tingkat kemampuan berpikirnya
dapat dilihat dari penelitian Upahi, dkk (2015) sebagian besar pembelajaran kimia
di Finlandia pertanyaan atau evaluasi yang digunakan cukup baik pada tingkat
penilaian HOCS (Higher Order Cognitif Skills) tidak lagi menggunakan evaluasi
seperti mengingat. Menurut Hamzah (2014) kemampuan peserta didik dalam
3
menyelesaikan soal berpikir tingkat tinggi dapat digunakan oleh guru untuk
mengetahui apakah peserta didik sudah memiliki keterampilan berpikir tingkat
tinggi dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Syahida (2015) aspek kognitif yang diukur pada soal UN mengacu
pada tujuan pendidikan ranah kognitif Taksonomi Bloom, aspek ini berhubungan
dengan kemampuan intelektual dan kemampuan berpikir, seperti mengingat atau
menyelesaikan suatu masalah. Berdasarkan panduan penyusunan soal standar
internasional oleh Kemendikbud (2015) menyatakan bahwa setiap soal yang
memenuhi karakteristik HOTS harus memiliki stimulus, mengukur kemampuan
berpikir kritis serta mengukur kemampuan berpikir kreatif.
Berdasarkan panduan penyusunan soal standar internasional oleh Peraturan
Kemendikbud (2015) menyatakan bahwa setiap soal yang memenuhi karateristik
HOTS harus memiliki stimulus, mengukur kemampuan berpikir kritis serta
mengukur kemampuan berpikir kreatif. Soal yang dapat dikatakan memilik
kakrakteristik HOTS apabila memenuhi tiga karakteristik tersebut. Badan Satndar
Nasional Pendidikan (BSNP) menyesuaikan pada kebutuhan tingkat internasional,
salah satu kebutuhan tersebut adalah outcome Pendidikan yaitu peserta didik yang
dapat berpikir tingkat tinggi (HOTS) dalam menghadapi kehidupannya (generasi
literet). Oleh karena itu perlu diteliti apakah soal UN Kimia tahun ajaran
2017/2018 dapat memberikan stimulus peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi.
4
BAHAN DAN METODE
A. Bahan
1. Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan suatu proses berpikir
peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari
berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti
metode problem solving, taksonomi bloom, dan taksonomi pembelajaran,
pengajaran, dan penilaian (Saputra, 2016). HOTS ini meliputi di dalamnya
kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis,
kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi/Higher Order Thinking Skills (HOTS)
dijelaskan oleh Gunawan (2013) proses berpikir yang mengharuskan peserta
didik untuk memanipulasi informasi yang ada dan ide-ide dengan cara tertentu
yang memberikan mereka pengertian dan implikasi baru. Misalnya, ketika
peserta didik menggabungkan fakta dan ide dalam proses mensintesis,
melakukan generalisasi, menjelaskan, melakukan hipotesis dan analisis,
sehingga peserta didik sampai pada suatu kesimpulan. Menurut Rosnawati
(2012) kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat terjadi ketika seseorang
mengaitkan informasi yang baru diterima dengan informasi yang sudah
tersimpan didalam ingatannya, kemudian menghubungkannya dan/atau menata
ulang serta mengembangkan informasi tersebut sehingga tercapai suatu tujuan
ataupun suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan.
5
Menurut Ernawati (2017) berpikir tingkat tinggi atau HOTS merupakan
cara berpikir yang tidak lagi hanya menghafal secara verbalistik saja, namun
juga memaknai hakikat dari yang terkandung diantaranya, untuk mampu
memaknai makna dibutuhkan cara berpikir yang integralistik dengan analisis,
sintesis, mengasosiasi hingga menarik kesimpulan menuju penciptaan ide-ide
kreatif dan produktif.
2. Berpikir Kritis
Berpikir kritis dijelaskan oleh Ennis (1993) adalah berpikir yang beralasan
dan reflektif dengan menenkankan pada pembuatan keputusan tentang apa
yang harus dilakukan. Seseorang yang berpikir kritis adalah seseorang yang
mampu menyelesaikan masalah, membuat keputusan, dan belajar konsep-
konsep baru melalui kemampuan bernalar dan berpikir redlektif berdasarkan
suatu bukti dan logika yang diyakini benar (Ibrahim, 2011). Indikator
keterampilan berpikir kritis yaitu memberikan penjeasan sederhana,
membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih
lanjut, dan mengatur strategi dan taktik.
3. Berpikir Kreatif
Menurut Ibrahim (2013) berpikir kreatif disebut juga berpikir divergen,
yaitu berpikir untuk memberikan macam-macam kemungkinan jawaban benar
ataupun cara terhadap suatu masalah berdasarkan informasi yang diberikan
dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian. Indikator dalam
kemampuan berpikir kreatif yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility),
keaslian (originality), dan penguraian (elaboration).
6
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif jenis analisis atau dokumen.
Analisis isi atau dokumen (content or documenter analysis) ditunjukkan untuk
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen resmi, dokumen yang
validitas dan keabsahannya terjamin baik termasuk didalamnya adalah soal
Ujian Nasional (Sukmadinata, 2012).
1. Objek Penelitian
Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan yang dapat
digunakan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui kemampuan
berpikir kritis dan kreatif. Menurut dewi (2013) menyatakan bahwa untuk
memunculkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka setiap butir soal harus
diberikan dasar pertanyaan berpua stimulus. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini karakteristik yang digunakan sebagai obejek pertama penelitian adalah
stimulus, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan berpikir kreatif. Objek
kedua dalam penelitian ini yaitu soal Ujian Nasional Kimia SMA tahun ajaran
2017/2018. Analisis yang dilakukan adalah analisis untuk satu bundle soal UN,
sehingga kesimpulan akhir keberadaan karakteristik soal HOTS dalam soal UN
tersebut didapatkan apabila semua kategori terpenuhi pada satu butir soal.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pada Teknik ini peneliti menggunakan triagulasi sumber, yaitu
pengumpulan data dari tiga sumber yang berbeda. Narasumber yang pertama
merupakan guru mata pelajaran kimia yaitu Ibu Sri Puji Wahyuni, S.Pd.,
narasumber kedua merupakan ketua MGMP Kimia Kota Tanjungpinang yaitu
Ibu Syarifah Asyurah, S.Si., dan narasumber ketiga merupakan dosen
7
Pendidikan kimia, Universitas Maritim Raja Ali Haji yaitu Nina Adriani, B.Sc
(Hons)., M.Sc. Tujuan dari Teknik pengmpulan data non-tes adalah untuk
mendapatkan data primer hasil analisis narasumber, yang selanjutnya direduksi
peneliti dalam mengambil suatu simpulan keputusan dalam penentuan soal
yang berkarakter HOTS.
3. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini pendoman dalam pengisian
angket, instrument dalam penelitian ini juga dilengkapi dengan soal UN Kimia
SMA tahun 2017/2018. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket penilaian karakteristik berbentuk daftar cek ‘Ya’ atau ‘Tidak’, serta
dilengkapi dengan pilihan keterangan yang mendukung pilihan jawaban
Ya/Tidak. Pada karakteristik dasar pertanaan/ stimulus apabila salah satu pada
kolom keterangan terpenuhi pada soal maka kolom Ya dapat dicentang. Pada
karakterisik kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif, kolom Ya dapat
dicentang apabila semua kategori dalam pilihan pada kolom keterangan dapat
terpenuhi pada soal. Apabila idak terpenuhi satu atau lebih kategori pada
kolom keterangan, maka kolom Tidak data dicentang.
Kategori yang digunakan sebagai pedoman disusun berdasarkan kajian
teori yang telah dikumpulkan. Angket dibuat berdasarkan masing-masing
karakteristik yang dianalisis yaitu:
1. Dasar pertanyaan (stimulus)
2. Kemampuan berpikir kritis
3. Kemampuan berpikir kreatif
8
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Keberadaa karakterisik ditunjukkan dengan nomor-nomor yang terpenuhi
pada masing-masing Indikator. Dalam hal ini dapat dilakukan analisis soal
Ujian Nasional mata pelajaran Kimia tahun ajaran 2017/2018. Sedangkan
untuk sumber data didapatkan dengan bantuan dari para ahli dalam
menganalisis soal. Masing-masing para ahli juga menganalisis satu bundel soal
Ujian Nasional mata pelajaran Kimia tahun ajaran 2017/2018. Soal UN
tersebut di analisis oleh para ahli diantaranya Ibu Sri Puji Wahyuni, S.Pd.
sebagai guru mata pelajaran Kimia, Ibu Syarifah Asyura, S.Si. sebagai ketua
MGMP Kimia Kota Tanjungpinang dan Ibu Nina Adriani, B.Sc (Hons)., M.Sc.
sebagai Dosen Pendidikan Kimia UMRAH. Adapun hasil analisis yang telah di
dapatkan dari berbagai sumber diantaranya sebagai berikut:
Tabel I. Persentase hasil analisis Soal UN kimia tahun 2017/2018 ditinjau dari
karakteristik stimulus
No Bentuk stimulus A B C
1 Gambar/grafik/diagram 30% 32.5% 27.5%
2 Simbol/rumus/persamaan kimia 67.5% 70.5% 65.5%
3 Tabel 32.5% 33% 30%
4 Contoh 22.5% 27.5% 22.5%
5 Penggalan kasus 20% 19.5% 17%
Keterangan:
A : Sri Puji Wahyuni, S. Pd.
B : Syarifah Asyura, S. Si.
C : Nina Adriani, B.Sc (Hons)., M.Sc.
Berdasarkan hasil analisis perbedaan yang tanpak tidak begitu signifikan
dari ketiga ahli analisis, karena hanya terdapat perbedan dari setiap
indikatornya tidak lebih dari 5% dalam menentukan bentuk stimulus dalam
bentuk stimulus diantaranya gambar/grafik/diagram, simbol/rumus/persamaan
9
kimia, tabel, contoh, dan penggalan kasus. Dalam menentukan kesepakatan
yang dipilih menggunakan tingkat perbedaan paling tinggi sebesar 5%, karena
dalam setiap penelitian tidak mungkin hasilnya sempurna 100% (Sugiyono,
2013).
Tabel II. Persentase hasil analisis Soal UN kimia tahun 2017/2018 ditinjau
dari karakteristik berpikir kritis
No Indikator A B C
1 Memberi penjelasan sederhana 42% 45% 40.5%
2 Menyimpulkan 47.5% 45% 45%
3 Membangun keterampilan dasar 42.5% 40% 40%
4 Strategi dan taktik 45% 45% 50%
5 Penjelasan lebih lanjut 37.5% 35% 35.5%
Keterangan:
A : Sri Puji Wahyuni, S. Pd.
B : Syarifah Asyura, S. Si.
C : Nina Adriani, B.Sc (Hons)., M.Sc
Berdasarkan hasil analisis perbedaan yang tanpak tidak begitu
signifikan dari ketiga ahli analisis, karena hanya terdapat perbedan dari setiap
indikatornya tidak lebih dari 5% dalam menentukan bentuk karakteristik
berpikir kritis dengan indikator diantaranya memberikan penjelasan sederhan,
menyimpulkan, membangun keterampilan dasar, strategi dan taktik, dan
penjelasan lebih lanjut. Dalam menentukan kesepakatan yang dipilih
menggunakan tingkat perbedaan paling tinggi sebesar 5%, karena dalam setiap
penelitian tidak mungkin hasilnya sempurna 100% (Sugiyono, 2013).
Tabel III. Persentase hasil analisis Soal UN kimia tahun 2017/2018 ditinjau
dari karakteristik berpikir kreatif
No Indikator A B C
1 Fluency (lancar) 32.5% 30% 30%
2 Flexibility (luwes) 2.5% 5% 5%
3 Originality (orisinal) 5% 5% 5%
4 Elaboration (elaborasi) 5% 2.5% 5%
10
Keterangan:
A : Sri Puji Wahyuni, S. Pd.
B : Syarifah Asyura, S. Si.
C : Nina Adriani, B.Sc (Hons)., M.Sc.
Berdasarkan hasil analisis perbedaan yang tanpak tidak begitu
signifikan dari ketiga ahli analisis, karena hanya terdapat perbedan dari setiap
indikatornya tidak lebih dari 5% dalam menentukan bentuk karakteristik
berpikir kreatif dengan indikator diantaranya fluency (lancar), flexibility
(luwes), originality (orisinal), dan elaboration (elaborasi). Dalam menentukan
kesepakatan yang dipilih menggunakan tingkat perbedaan paling tinggi
sebesar 5%, karena dalam setiap penelitian tidak mungkin hasilnya sempurna
100% (Sugiyono, 2013).
Tabel IV. Hasil analisis Soal UN Kimia tahun 2017/2018 kesepakatan sumber
ditinjau dari karakteristik HOTS
Nomor
Soal
Klaim Soal HOTS Keterangan
A B C
1 - - - Tidak HOTS
2 - - - Tidak HOTS
3 - - - Tidak HOTS
4 - - - Tidak HOTS
5 - - - Tidak HOTS
6 - - - Tidak HOTS
7 - - - Tidak HOTS
8 - - Tidak HOTS
9 HOTS
10 HOTS
11 - Tidak HOTS
12 - - - Tidak HOTS
13 - - - Tidak HOTS
14 - - - Tidak HOTS
15 - - - Tidak HOTS
16 HOTS
17 - - - Tidak HOTS
18 HOTS
19 - - - Tidak HOTS
20 - - - Tidak HOTS
11
21 HOTS
22 HOTS
23 HOTS
24 - - - Tidak HOTS
25 HOTS
26 - - - Tidak HOTS
27 - - - Tidak HOTS
28 HOTS
29 - - - Tidak HOTS
30 HOTS
31 - - - Tidak HOTS
32 - - - Tidak HOTS
33 - - - Tidak HOTS
34 - - - Tidak HOTS
35 - - - Tidak HOTS
36 HOTS
37 - - - Tidak HOTS
38 HOTS
39 - - - Tidak HOTS
40 - - - Tidak HOTS
Keterangan:
A : Sri Puji Wahyuni, S. Pd.
B : Syarifah Asyura, S. Si.
C : Nina Adriani, B.Sc (Hons)., M.Sc
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh 3 ahli dengan
menggunakan pendoman dalam pengisian angket pada lampiran 13 yang telah
diperoleh data pada tabel 4.6 hasil analisis soal UN Kimia tahun 2017/2018
kesepakatan sumber ditinjau dari karakteristik HOTS. Menentukan kesepakatan
dalam penentuan soal yang berkarakteristik HOTS pada soal UN Kimia mata
pelajaran kimia tahun ajaran 2017/2018 dengan melihat kesepakatan yang sama
atau dapat dikatakan yang tidak dapat perbedaan dengan menggunkana skala
interval dan skala rasio.
Menurut Sugiono, 2013 skala interval adalah skala yang menunjukkan
perbedaan satu data dengan data yang lain dengan bobot nilai yang sama dengan
ciri-ciri sebagai berikut: kategori data bersifat saling memisah, kategori data
12
memiliki aturan yang logis, kategori data ditentukan berdasarkan jumlah
karakteristik khusus yang dimilikinya, dan perbedaan karakteristik yang sama
dalam jumlah yang dikenakan pada kategori. Menurut Sugiono, 2013 skala ini
adalah skala interval yang benar-benar memiliki nilai mutlak.
Dengan demikian skala rasio menunjukkan jenis pengukuran yang sangat
jelas dan akurat. Dari data yang telah didapat bahwa soal yang berkarakteristik
HOTS dari kesapakatan yang sama dari semua ahli yaitu dengan nomor soal 9, 10,
16, 18, 21, 22, 23, 25, 28, 30, 36, 38. Sebanyak 12 soal yang berkarakteristik
HOTS dari seluruh soal yang berjumlah 40 soal , sehingga persentase yang
diperoleh sebesar 30% soal yang berkarakteristi HOTS pada SOAL UN kimia
tahun 2017/2018, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel V. Persentase analisis Soal UN Kimia tahun 2017/2018 kesepakatan sumber
ditinjau dari karakteristik HOTS
Butir Soal yang Memenuhi
Karakteristik HOTS Jumlah Persentase
9,10,11,16,18,21,22,23,25,28,30,
36,38 12 30%
B. Pembahasan
Berdasarkan panduan penyusunan soal standar Internasional oleh
Kemendikbud (2015) menyatakan bahwa setiap soal yang memenuhi
karakteristik soal HOTS harus memiliki stimulus, mengukur kemampuan
berpikir kritis serta mengukur kemampuan berpikir kreatif. Pada analisis soal
Ujian Nasional (UN) Kimia tingkat SMA/MA tahun 2017/2018 berdasarkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills) pada
penelitian ini adalah menganalisis unsur-unsur soal yang berkarakteristik
13
HOTS diantaranya yaitu karakteristik stimulus, karakteristik kemampuan
berpikir kritis dan karakteristik kemampuan berpikir kreatif, kemudian
mengklasifikasikan setiap soal sebagai soal yang berkarakteristik HOTS
apabila memenuhi tiga karakteristik tersebut.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi/Higher Order Thinking Skills (HOTS)
dijelaskan oleh Gunawan (2013) proses berpikir yang mengharuskan peserta
didik untuk memanipulasi informasi yang ada dan ide-ide dengan cara tertentu
yang memberikan mereka pengertian dan implikasi baru. Misalnya, ketika
peserta didik menggabungkan fakta dan ide dalam proses mensintesis,
melakukan generalisasi, menjelaskan, melakukan hipotesis dan analisis,
sehingga peserta didik sampai pada suatu kesimpulan.
Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengetahui
(knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3),
menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi
(creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada
ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan
mengkreasi (creating-C6).
Hasil penelitian dari sebanyak 40 butir soal UN Kimia tahun ajaran
2017/2018 yang telah dianalisis, persentase terbesar 70% dari keseluruhan butir
soal tersebut mengukur keterampilan berpikir tingkat rendah, sedangkan sisa
nya 32,5% mengukur keterampilan tingkat tinggi atau dari 40 butir soal UN
Kimia tahun ajaran 2017/2018 yang memenuhi karakteristik berpikir tingkat
tinngi sebanyak 12 butir soal. Butir-butir soal yang mengukur keterampilan
berpikir tingkat rendah terdistrubusi kedalam soal-soal yang mengukur dimensi
14
kognitif pada jenjang mengingat, memahami, mengaplikasi,. Sedangkan butir-
butir soal yang mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi hanya
terdistribusi kedalam soal-soal yang mengukur dimensi proses kognitif pada
jenjang menganalisis, karena tidak ada satu pun butir soal yang mengukur
dimensi proses kognitif pada jenjang mengevalusi dan menciptakan.
Berdasarkan tingkat kognitif dari hasil analisis yang terdapat pada soal UN
Kimia tahun ajaran 2017/2018 sebanyak 12 soal dari 40 butir soal atau sebesar
30% yang berkarakter berpikir tingkat tinggi.
Contoh Soal yang berkarakter HOTS pada nomor 9
Gambar I. Soal UN Kimia tahun 2017/2018 pada soal nomor 9
Pada gambar soal nomor 9, disajikan tabel campuran larutan penyangga,
peserta didik diminta untuk menemukan atau dapat mengurutkan harga pH
dimulai dari yang terkecil. Untuk menyelesaikan soal ini, peserta didik harus
memahami konsep larutan penyangga (buffer), dapat membedakan larutan
penyangga asam dan basa, membedakan pasangan asam dan basa konjugasi.
Peserta didik juga dituntut harus memahami perhitungan pH dan pOH dengan
menggunakan prinsip kesetimbangan. Selain itu, peserta didik dituntut untuk
dapat mengetahui hasil pH dari seluruh larutan sesuai yang tertera pada tabel
soal yang diminta. Karena untuk menyelesaikan soal ini, peserta didik mencari
informasi yang relavan dan tidak relavan terkait dengan hasil harga pH yang
15
berurut dimulai dari yang terkecil. Maka soal ini dikategorikan ke dalam
proses kognitif membedakan pada jenjang menganalisis (C4).
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan analisis karakteristik soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) pada
soal Ujian Nasional Kimia tahun 2017/2018 Karakteristik soal HOTS yang
terdapat pada Soal UN kimia tahun 2017/2018 yaitu stimulus, berpikir kritis dan
berpikir kreatif. Pelaksanaan penelitian hanya dilakukan analisis terhadap butir
soal, tidak beserta penyelesaian soal oleh peserta didik. Bentuk stimulus yang
terdapat pada soal UN kimia tahun 2017/2018 yaitu gambar/grafik/diagram,
symbol/rumus/persamaan kimia, tabel, contoh, dan penggalan kasus. Bentuk
indikator berpikir kritis pada soal UN kimia tahun 2017/2018 memberi penjelasan
sederhana, menyimpulkan, membangun keterampilan dasar, strategi dan taktik
serta penjelasan lebih lanjut. Bentuk indikator dari kemampuan berpikir kreatif
yaitu fluency, flexibility, originality, dan elaboration.
Dari hasil penelitian dan pembahasan bahwa unsur-unsur setiap soal Ujian
Nasional (UN) yang memenuhi karakteristik HOTS yaitu memiliki karakteristik
stimulus, karakteristik berpikir kritis, dan karakteristik berpikir kreatif yang
kemudian setiap soal UN tersebut diklasifikasikan sebagai soal HOTS dan jika
memenuhi ketiga karakteristik tersebut. Setelah diteliti didapatkan hasil sebanyak
12 butir soal UN yang memiliki karakteristik HOTS pada tahun ajaran 2017/2018
dengan persentase 30% dari jumlah keseluruhan soal.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. (Eds). 2015. Kerangka Landasan Untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom. (Terjemahan Agung Prihantoro). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ennis, Robert H. 1993. Critical Thinking Assesment. Jurnal Theory Into Practice,
32(3).
Ernawati, L. 2017. Pengembangan High Order Thinking Skill (HOTS) Melalui
Metode Pembelajaran Mind Banking dalam Pendidikan Agama Islam.
Proceeding, 189.
Gunawan, A. W. (2013). Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk
Menerapkan Accelarated Learning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hamzah, Ali. Evaluasi Pembelajaran Kimia. Jakarta: Rajawali Pers. 2014.
Ibrahim. 2017. Pengembangan Bahan Ajar Matematika Sekolah Berbasis Masalah
Terbuka untuk Memfasilitasi Pencampaian Kemampuan Berpikir Kritis dan
Kreatif Matematis Siswa. Makalah Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Yogyakarta.
Kemendikbud. (2015). Panduan Implementasi Kecakapan Abad 21 Kurikulum
2013 di Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA
Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Laily, N. R., & Wisudawati, A. W. 2015. Analisis Soal Tipe Higher Order
Thinking Skill (HOTS) dalam Soal Kimia SMA Rayon B tahun 2012/2013.
Jurnal Kaunia. XI(1).
Permendikbud. 2016. Standar Kompetensi Kelulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Jakarta.
17
Pratiwi, U. 2015. Pengembangan Instrumen Penilaian HOTS Berbasis Kurikulum
2013 Terhadap Sikap Disiplin. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA.
1(1).
Rosnawati, R. 2009. Enam Tahapan Aktivitas dalam Pembelajaran untuk
Mendayagunakan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta didik. Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA.
Saputra, H. 2016. Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global:
Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan HOTS (High Order
Thinking Skills). Bandung: SMILE’s Publishing.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Syahida A., & Irwandi, D. 2015. Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Pada Soal Ujian Nasional Kimia. Website:
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains.
Upahi, J., E., Issa, G., B., & Oyelekan, O., S. (2015). Analysis of senior school
certificate examination chemistry questions for higher-order cognitive skills.
Cypriot Journal of Educational Sciences. 10(3), 218-227.
18
top related