analisis sensitivitas lingkungan oscp delta mahakam
Post on 28-Jan-2016
243 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ANALISIS SENSITIVITAS LINGKUNGAN OSCP (OIL SPILL
CONTINGENCY PLAN) DI PESISIR SELATAN DELTA
MAHAKAM, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
MURSALIN
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Analisis Sensitivitas
Lingkungan OSCP (Oil Spill Contingency Plan) di Pesisir Selatan Delta
Mahakam, Provinsi Kalimantan Timur” adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Mursalin
NIM. P052100101
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
RINGKASAN
Mursalin. Analisis Sensitivitas Lingkungan OSCP (Oil Spill Contingency Plan)
di Pesisir Selatan Delta Mahakam, Provinsi Kalimantan Timur. Dibimbing oleh I
Wayan Nurjaya dan Hefni Effendi.
Pesisir selatan Delta Mahakam merupakan bagian dari wilayah Delta
Mahakam yang dicirikan oleh adanya endapan material sedimen lewat aliran air
dari muara Sungai Mahakam. Selain memiliki keanekaragaman hayati yang cukup
tinggi, pesisir selatan Delta Mahakam juga kaya akan sumber daya alam berupa
minyak dan gas bumi. Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi serta proses produksi
minyak dapat menjadikan peluang terhadap bahaya pada kemungkinan terjadinya
pencemaran minyak. OSCP (Oil Spill Contingency Plan) merupakan sebuah
tindakan yang disiapkan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
pencemaran perairan oleh tumpahan minyak di suatu area.
Di dalam OSCP, dua elemen utama harus diidentifikasi sebelum
memasuki tahapan penilaian risiko dan tindakan respon. Analisis sensitivitas
lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam hanya dua tahapan awal dari
elemen OSCP, yaitu mengintegrasikan kondisi bahaya dengan kerentanan
sumberdaya pesisir. Analisis sensitivitas lingkungan OSCP akan memetakan
komponen lingkungan dalam bentuk peringkat sensitivitas dari kemungkinan
pencemaran minyak sebagai upaya untuk mendukung pengembangan strategi
respon dan prioritas perlindungan terhadap sumberdaya pesisir. Berdasarkan hal
tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah (1) menetapkan peringkat sensitivitas
lingkungan dan (2) mengidentifikasi faktor utama yang mendukung sensitivitas
lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengelaborasi data hasil penelitian
sebelumnya dari berbagai sumber, observasi lapang dan identifikasi foto udara.
Hasil identifikasi dan elaborasi komponen lingkungan selanjutnya diaplikasikan
kedalam metode zonal yang dimodifikasi melalui segmen garis. Analisis data
untuk kondisi lingkungan pesisir seperti kemiringan pantai dan kontur dasar
perairan dianalisis dengan ERDAS Imagine 9.1 dan ArcGis 9.3. Tipe pasang surut
dianalisis dengan formula formzhal. Arah dan kecepatan angin dianalisis dengan
WRPLOT 4.8.5. Arah dan kecepatan arus dari data model simulasi pola arus
dianalisis secara deskriptif. Eksposur tidal flat dianalisis dengan indeks eksposur.
Karakteristik sumberdaya pesisir dianalisis dari grid foto udara dengan ArcView
GIS 3.3 dan ArcGis 9.3/10.1. Kemudian analisis sensitivitas lingkungan OSCP
dianalisis melalui indeks prioritas lingkungan, dan identifikasi faktor utama
penyusun sensitivitas lingkungan OSCP dianalisis dengan analisis komponen
utama.
Kondisi lingkungan pesisir selatan Delta Mahakam berupa substrat dasar
umumnya terdiri dari pasir halus dan lumpur yang tersebar sampai ke mulut delta.
Derajat kemiringan pantai sangat rendah (landai). Sekitar 25% proporsi derajat
kemiringan berkisar dari tinggi sampai sangat tinggi. Kontur dasar perairan memiliki kisaran kedalaman 1-10 m. Pasang surut memiliki tipe campuran
cenderung semidiurnal dengan bilangan Formzhal sebesar 0.37-0.40. Kecepatan
rata-rata angin bertiup sebesar 9.07 m/s dengan resultan arah angin tenggara. Arus
yang cukup kuat terjadi saat menjelang surut sebesar 0.08-0.32 m/s (musim barat)
dan 0.18-0.31 m/s (musim timur). Kecepatan arus lemah terjadi saat kondisi surut
sebesar 0.007-0.09 m/s (musim barat) dan 0.01-0.19 m/s (musim timur). Eksposur
tidal flat sangat terlindung dengan panjang segmen garis pantai sebesar 431.96
atau sekitar 52.05% dari 829.82 km total garis pantai di area penelitian.
Vegetasi mangrove terdiri dari jenis Nipa (Nypa fruticans), Pedada
(Sonneratia sp), Api-api (Avicennia sp), Bakau (Rhizophora sp), Tancang
(Bruguiera sp) dan Nyirih (Xylocarpus sp). Biota perairan umumnya adalah jenis
crustacea, dan beberapa jenis ikan dari famili Scieanidae, Leiognathidae,
Apogonidae, Engraulidae, Mullidae, dan Polynemidae. Famili burung dijumpai ±
33 famili (± 186 individu). Terdapat 6 famili burung dengan jumlah individu
terbanyak, yaitu Ardeidae sebesar 10.75% (20 individu), Accipitridae sebesar
9.68% (18 individu), Alcedinidae, Columbidae, Scolopacidae masing-masing
sebesar 8.60 % (16 individu) dan Laridae sebesar 8.06% (15 individu). Total
luasan area bervegetasi adalah ± 65,585,045 m². Mangrove non Nipa sebesar ±
16,950,770 m², Nipa sebesar ± 48,225,223 m², semak belukar sebesar ± 188,438
m² dan rumput sebesar ± 220,614 m². Kemudian tambak udang dan ikan sebesar ±
38,805,364 m². Area pemukiman sebesar ± 551,643 m²), platfom migas sebesar ±
287,010 m², lahan terbuka sebesar ± 427,641 m² dan penempatan alat tangkap
pasif sebesar ± 482 m². Berdasarkan area buffer 200 m sekitar 62.05 % area
penelitian masih bervegetasi.
Pesisir selatan Delta Mahakam memiliki kriteria sensitivitas sangat rendah
sebesar 12.64% (105 km), kriteria sensitivitas rendah sebesar 1.78% (15 km),
kriteria sensitivitas sedang sebesar 11.92% (99 km), kriteria sensitivitas tinggi
sebesar 11.31% (94 km) dan kriteria sensitivitas sangat tinggi sebesar 62.37%
(517.52 km). Analisis komponen utama menunjukkan 36.01% keragaman
dijelaskan oleh sumbu faktor 1. Lainnya 18,53% dan 13.93% dijelaskan oleh
sumbu faktor 2 dan sumbu faktor 3. Secara bersamaan, ketiga sumbu faktor
tersebut menjelaskan 68.48% keragaman dari elemen sumberdaya pesisir
penyusun sensitivitas lingkungan OSCP. Sumbu faktor 1 untuk ekposur tidal flat
(EK), oil residence index (ORI/OR), tipe pantai (TP) dan sumberdaya hayati (SH)
memiliki koefisien kombinasi linier yang cukup besar, masing-masing sebesar
0.94 (EK & OR), 0.83 (TP) dan 0.75 (SH). Hal ini menunjukkan adanya
kontribusi yang sangat tinggi terhadap penyusunan tingkat sensitivitas lingkungan
OSCP. Pada sumbu faktor 2, koefisien kombinasi linier sebesar 0.83 dan 0.85
terdapat pada pemanfaatan sumberdaya untuk pelabuhan (PL) dan pemukiman
(PM). Sumbu faktor 3, memiliki kontribusi sebesar 0.75 dan 0.66 terdapat pada
platform migas (PO) dan area tangkapan (AT). Akan tetapi pemanfaatan
sumberdaya pesisir untuk PL, PM, PO dan AT baik pada sumbu faktor 2 dan
sumbu faktor 3 memiliki jarak yang cukup jauh dengan variabel SInya. Hal ini
dimungkinkan oleh persentase penyebaran dari tiap variabel tersebut cukup kecil
(0.001-0.52%) sehingga belum menunjukkan adanya representase keeratan dari
elemen sumberdaya pesisir dengan variabel SI di area penelitian.
Kata kunci : sensitivitas lingkungan, oil spill contingency plan, Delta Mahakam
SUMMARY
Mursalin. Environmental Sensitivity Analysis for OSCP (Oil Spill Contingency
Plan) at Southern Coast of Mahakam Delta, East Kalimantan Province.
Supervised by I Wayan Nurjaya and Hefni Effendi.
The southern part of coastal Mahakam is belonged to Mahakam Delta
characterized by the sedimentary material deposition through the water flow from
the mouth of the Mahakam River. Not only possessing a fairly high biodiversity,
the south coast of Mahakam Delta also has rich natural resources, such as oil and
gas. The exploration and exploitation of oil production cause oil pollution
possibility. Oil Spill Contingency Plan (OSCP) is an action prepared for
anticipating coastal pollution caused by oil spills in specified area.
In OSCP, there are two main elements have to be identified before
entering the stage of risk assessment and response actions. Environmental
sensitivity analysis for OSCP at south coastal Mahakam Delta is only carried out
at two early stages of the OSCP scope, which integrates the dangers with the
coastal vulnerability. This analysis mapped environmental component in the form
of sensitivity rangking of the oil pollution as an effort to support response
development strategies and priorities for the coastal resources protection. The
aims of this research were (1) to assess environment sensitivity rank and (2) to
identify primary factor supporting the environmental sensitivity for OSCP in
south Delta Mahakam area.
Data was collected by elaborating previous research from various sources,
field survey and aerial photographs identification. The results of environment
components identification and elaboration were applied for zonal method
modified by line segments. Data analysis for coastal environmental condition,
such as coastal slope and contours of the bottom waters were analyzed by ERDAS
Imagine 9.1 and ArcGIS 9.3. Tidal type was analyzed by Formzhal formula. Wind
speed and direction were analyzed by WRPLOT 4.8.5. Current speed and
direction from the data of simulation model flow patterns were analyzed
descriptively. Tidal flat exposure was analyzed by exposure index. The
characteristics of coastal resources from the aerial photograph was analyzed with
ArcView GIS 3.3 and ArcGIS 9.3/10.1. Then, environment sensitivity OSCP was
analyzed through environmental priorities index. Primary factor supporting
environmental sensitivity OSCP identification was analyzed by Principal
Component Analysis.
The environmental conditions of south coastal Mahakam Delta was
formed by substrate consisting of fine sediment and mud that spread to the mouth
of delta. Coastal slope degree tends to be very low (ramps). Approximately 25%
the proportion of coastal slope degree of range was high to very high. The range
of bottom contour waters was 1-10 m. Tidal type was mixed tides prevailing
semidiurnal with the formzhal ranging 0.37-0.40. The average wind speed was
9.07 m/s with dominant wind direction from southeast. Strong current occured when low tide with velocity 0.08-0.32 m/s (west monsoon) and 0.18-0.31 m/s
(east monsoon). Weak current occured when the low tide with velocity 0.007-0.09
m/s (west monsoon) and 0.01-0.19 m/s (east monsoon). Tidal flat exposure tended
to be very protected with the shoreline length segments of 431.96 km or around
52.05% from the total shoreline in the study area (829.82 km).
The mangrove vegetation was composed of Nipa (Nypa fruticans), Pedada
(Sonneratia sp), Api-api (Avicennia sp), Bakau (Rhizophora sp), Tancang
(Bruguiera sp) dan Nyirih (Xylocarpus sp). Aquatic biota includes crustaceans,
and some species of fish of the family Scieanidae, Leiognathidae, Apogonidae,
Engraulidae, Mullidae, and Polynemidae. Bird families found were ± 33 families
(± 186 individuals). There were six families of birds with the highest number of
individuals, i.e. Ardeidae 10.75% (20 individuals), Accipitridae 9.68% (18
individuals), Alcedinidae, Columbidae, Scolopacidae respectively 8.60% (16
individuals) and Laridae 8.06% (15 individuals). Total vegetation area was ±
65,585,045 m². It consisted of Nipa non mangrove (± 16,950,770 m²), Nipa (±
48,225,223 m²), shrubs (± 188.438 m²) and grasses (± 220.614 m²). Then the
shrimp and fish ponds was ± 38,805,364 m². The width of settlement area was ±
551.643 m², migas platforms (± 287.010 m²), open land (± 427.641 m²) and
placement of passive fishing gear (± 482 m²). Base on buffer area along 200 m to
land, approximately 62.05% of the area study was still vegetated.
South coastal Mahakam Delta had five sensitivity criteria, (1) very low
sensitivity 12.64% (± 105 km), (2) low sensitivity 1.78% (± 15 km), (3) medium
sensitivity 11.92% (± 99 km), (4) high sensitivity 11.31% (± 94 km) and (5) very
high sensitivity 62.37% (± 517.52 km). Principal component analysis showed that
36.01% variability was explained by axis of factor 1. The other variabilities were
18.53% and 13.93% explained by axis of factor 2 and factor 3. The third axis of
factor explained 68.48 % variability of elements coastal resources supporting
environmental sensitivity OSCP. Axis of factor 1 for tidal flat exposure 0.94
(EK), oil residence index 0.94 (OR/ORI), coastal type 0.83 (TP), and biological
resources 0.75 (SH) had a coefficient of linear combinations which is quite large.
This suggests a very high contribution to the drafting level of environmental
sensitivity for OSCP. On axis of factor 2, coefficients of the linear combinations
for the resource utilization of port (PL) and settlement (PM) were 0.83 and 0.85
respectively. Axis of factor 3 had contribution value 0.75 for migas platform (PO)
and 0.66 for placement of passive fishing gear/ catchment area (AT). However,
the utilization of coastal resources for PL, PM, PO and AT was on axis of factor 2
and factor 3 which had a considerable distance with its SI variable. This was
likely caused by each variable of percentage distribution of minor value (0.001-
0.52%); hence it has not pointed out coastal resources elements closeness with SI
variable in the study area.
Key words : environmental sensitivity, oil spill contingency plan, Mahakam Delta
©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS SENSITIVITAS LINGKUNGAN OSCP (OIL SPILL
CONTINGENCY PLAN) DI PESISIR SELATAN DELTA
MAHAKAM, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
MURSALIN
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Etty Riani, MS
Judul Tesis : Analisis Sensitivitas Lingkungan OSCP (Oil Spill
Contingency Plan) di Pesisir Selatan Delta Mahakam,
Provinsi Kalimantan Timur
Nama : Mursalin
NIM : P052100101
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr Ir I Wayan Nurjaya, MSc
Ketua
Dr Ir Hefni Effendi, MPhil
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan
Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian : 17 Juli 2014 Tanggal Lulus :
PRAKATA
Alhamdulillah puji syukur tidak lupa dipanjatkan kehadirat Allah SWT
atas hidayah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis
dengan judul Analisis Sensitivitas Lingkungan OSCP (Oil Spill Contingency
Plan) di Pesisir Selatan Delta Mahakam, Provinsi Kalimantan Timur.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir I Wayan Nurjaya, MSc dan
Dr Ir Hefni Effendi, MPhil atas segala arahan dan bimbingannya kepada penulis,
serta Dr Ir Etty Riani, MS selaku Dosen Penguji Luar Komisi yang telah bersedia
menjadi penguji dan atas saran dan masukan yang sangat berharga dalam
pendekatan perbaikan tesis. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Prof Dr
Ir Cecep Kusmana, MS beserta Staf Program Studi Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan atas segala kesempatan dan arahannya selama masa studi.
Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada instansi terkait dan rekan-
rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
pengumpulan dan penggunaan data selama proses penyusunan tesis ini. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, serta seluruh keluarga atas
segala do’a dan kasih sayangnya.
Penulis berharap, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juli 2014
Mursalin
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Kerangka Pemikiran 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
2 TINJAUAN PUSTAKA 4
Sumber Pelepasan Minyak ke Laut 4
Sifat dan Proses Pelapukan Minyak di Laut 5
Pengaruh Tumpahan Minyak di Laut 8
Metode Penanganan Tumpahan Minyak 11
Kasus Tumpahan Minyak di Indonesia 14
Oil Spill Contingency Plan 15
Indeks Sensitivitas Lingkungan 16
3 METODE 20
Waktu dan Lokasi Penelitian 20
Alat dan Bahan 20
Jenis dan Sumber Data 21
Metode Pengumpulan Data 21
Analisis Data 22
Kondisi Lingkungan Pesisir Selatan Delta Mahakam 22
Arus dan Pasang Surut 22
Arah dan Kecepatan Angin 23
Kemiringan Pantai dan Kontur Dasar Perairan 23
Eksposur Tidal Flat 23
Pemetaan Karakteristik Sumber Daya Pesisir Delta
Mahakam
24
Indeks Sensitivitas Lingkungan OSCP 24
Analisis Komponen Utama 27
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27
Kondisi Lingkungan Pesisir Selatan Delta Mahakam 27
Kemiringan Pantai dan Kontur Dasar Perairan 28
Pasang Surut 29
Arah dan Kecepatan Angin 29 Arus 30
Eksposur Tidal Flat 34
Sumberdaya Pesisir dan Pemanfaatannya 35
Mangrove dan Biota Perairan 35
Burung (Avifauna) 40
Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir 41
Analisis Sensitivitas Lingkungan OSCP 44
5 SIMPULAN DAN SARAN 49
Simpulan 49
Saran 49
DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN 53
RIWAYAT HIDUP 139
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Beberapa kasus tumpahan minyak di dunia 5
2. Makna kategori peringkat sensitivitas lingkungan 25
3. Konstanta harmonik (amplitudo) pasut di pesisir selatan Delta
Mahakam
29
4. Arah dan kecepatan rata-rata arus musim di perairan Selat
Makasar sekitar garis khatulistiwa
32
5. Kecepatan arus di pesisir selatan Delta Mahakam 32
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian 3
2. Illustrasi proses tingkah laku minyak mentah setelah terjadi
tumpahan di laut
7
3. Tipe oil booms; (a) fence boom; (b) curtain boom; dan (c) fire
resistant boom
12
4. Tipe skimmers; (a) wier skimmers; (b) oleophilic skimmers;
dan (c) suction simmers
12
5. Respon berjenjang (tiered response) tumpahan minyak 16
6. Illustrasi klasifikasi pantai dengan peringkat ESI 1(a-b) – 2 (c)
(IPIECA/IMO 1994; IPIECA/IMO/OGP 2011)
18
7. Illustrasi klasifikasi pantai dengan peringkat ESI 3 (d-e); ESI 4
(f-g); ESI 5 (h-i); ESI 6 (j-l); ESI 7 (m-n) (IPIECA/IMO 1994;
IPIECA/IMO/OGP 2011)
19
8. Illustrasi klasifikasi pantai dengan peringkat ESI 8 (o-p); ESI 9
(q-r); ESI 10 (s-t) (IPIECA/IMO 1994; IPIECA/IMO/OGP
2011)
19
9. Peta lokasi penelitian di pesisir selatan Delta Mahakam 21
10. Grid area penelitian di pesisir selatan Delta Mahakam 22
11. Bagan alir rangkaian analisis pemetaan sumber daya pesisir di
pesisir selatan Delta Mahakam
24
12. Kondisi umum lingkungan pengendapan di pesisir selatan
Delta Mahakam (a. delta front; b. prodelta)
27
13. Persentase kemiringan garis pantai/pesisir di pesisir selatan
Delta Mahakam
28
14. Wind rose angin di area penelitian (a. arah dan kecepatan
angin; b. distribusi frekuensi kecepatan angin)
30
15. Arus lintas Indonesia (ARLINDO) 31
16. Simulasi pola arus saat menjelang pasang (i. musim barat; ii.
musim tmur)
32
17. Simulasi pola arus saat menjelang surut (i. musim barat; ii.
musim tmur)
33
18. Simulasi pola arus saat pasang (i. musim barat; ii. musim tmur) 33
19. Simulasi pola arus saat surut (i. musim barat; ii. musim tmur) 34
20a. Kategori eksposur pantai di pesisir selatan Delta Mahakam
(i.panjang eksposur pantai; ii. proporsi eksposur pantai)
35
20b. Peta kategori ekposur pantai di pesisir selatan Delta Mahakam 36
21a. Tipikal dan kondisi umum vegetasi di pesisir selatan Delta
Mahakam
37
21b. Peta tipikal dan kondisi umum vegetasi di pesisir selatan Delta
Mahakam
38
22. Biota perairan tangkapan nelayan di pesisir selatan Delta
Mahakam (a-b. Scieanidae; c-d. Leiognathidae; e-f
Apogonidae; g. Engraulidae; h. Mullidae; i-j. Polynemidae;
k-l. Crustacea)
39
23a. Persentase dan jumlah individu burung di pesisir selatan Delta
Mahakam
40
23b. Famili burung yang sering dijumpai di pesisir selatan Delta
Mahakam (i. Accipitridae; ii-iii. Ardeidae; iv. Columbidae; v.
Scolopacidae; vi. Laridae; vii. Alcedinidae)
40
24a. Persentase pemanfaatan lahan di pesisir selatan Delta
Mahakam
41
24b. Tipikal pemanfaatan sumberdaya pesisir di pesisir selatan
Delta Mahakam
42
24c. Peta kondisi umum pemanfaatan sumberdaya pesisir di pesisir
selatan Delta Mahakam
43
25. Kriteria sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta
Mahakam (i. panjang sensitivitas garis pantai; ii. proporsi
sensitivitas)
44
26. Grafik analisis komponen utama penyusun sensitivitas
lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam (i. faktor 1
vs faktor 2; ii. faktor 1 vs faktor 3)
45
27. Gambaran umum kriteria sensitivitas lingkungan OSCP di
pesisir selatan Delta Mahakam (i-ii. sangat rendah; iii-iv. rendah; v-vi. sedang; vii-viii. tinggi; ix-x. sangat tinggi)
47
28. Peta sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta
Mahakam
48
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Elemen sumber daya pesisir penyusun sensitivitas lingkungan
OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam
53
2. Klasifikasi kerentanan pantai terhadap tumpahan minyak
(Gundlach dan Hayes 1978; dan Bishop 1983, diacu dalam
Mukhtasor 2007)
53
3. Kriteria ORI dan estimasi lamanya waktu minyak tinggal 54
4. Indeks residensi minyak (ORI) di pesisir selatan Delta Mahakam 54
5. Distribusi kelas kemiringan pantai di pesisir selatan Delta
Mahakam
55
6 Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan
Delta Mahakam
56
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pesatnya perkembangan industri perminyakan di daerah pantai (coastal
zone) maupun lepas pantai (offshore) dapat memberikan konsekuensi yang positif
bagi manusia dan lingkungannya. Selain itu, kegiatan tersebut juga dapat
memberikan konsekuensi yang negatif jika dalam hal perencanaan, pengoperasian
dan pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik. Konsekuensi negatif yang
sering terjadi adalah kasus pencemaran perairan, seperti terjadinya tumpahan
minyak yang dapat memberikan dampak negatif yang cukup signifikan terhadap
sumberdaya pesisir baik dari laut ke darat ataupun sebaliknya.
Pesisir selatan Delta Mahakam merupakan bagian dari wilayah Delta
Mahakam yang dicirikan oleh adanya endapan material sedimen yang terbawa
lewat aliran air dari muara Sungai Mahakam sepanjang 770 km dan dari Selat
Makassar (Sidik 2008). Selain memiliki keanekaragaman hayati yang cukup
tinggi, pesisir selatan Delta Mahakam juga kaya akan sumber daya alam berupa
minyak dan gas bumi. Adanya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi serta proses
produksi minyak (aktifitas pengeboran, penempatan kilang penampungan
minyak/oil storage dan pendistribusian minyak) dapat menjadikan peluang
terhadap bahaya pada kemungkinan terjadinya pencemaran minyak.
Menurut Migas Indonesia (2004) bahwa kecelakaan dalam kegiatan
pertambangan minyak dan gas hampir dipastikan selalu menyertai kegiatan
pengembangan pertambangan di area pesisir maupun di lepas pantai dan menjadi
salah satu sumber pencemar lingkungan dalam setiap tahapan proses produksinya.
Minyak yang tumpah ke perairan biasanya menyebar membentuk lapisan dan
gumpalan. Secara kolektif, penyebaran tersebut akan membentuk lapisan dan
gumpalan kemudian mengalami pelapukan, dan proses tersebut dikenal sebagai
weathering of oil (pelapukan minyak) (Bishop 1983, diacu dalam Mukhtasor
2007). Minyak yang mencemari perairan cenderung mengapung di atas
permukaan air dan dengan mudah mencapai pantai oleh gerakan arus, gelombang
dan pasang surut perairan.
OSCP (Oil Spill Contingency Plan) merupakan sebuah tindakan yang
disiapkan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya pencemaran perairan
oleh tumpahan minyak di suatu area (IPIECA 2000). Sejak tahun 1979, OSCP
telah terintegrasi dengan indeks sensitivitas lingkungan ketika sehari sebelum
terjadinya tumpahan minyak akibat ledakan sumur IXTOC 1 di Teluk Meksiko
(NOAA 2002). Menurut US EPA (1999), ada dua elemen utama dalam OSCP
harus diidentifikasi sebelum memasuki tahapan penilaian risiko dan tindakan
respon, yaitu identifikasi bahaya dan identifikasi kerentanan komponen
lingkungan. Kajian analisis sensitivitas lingkungan OSCP dalam hal ini hanya dua
tahapan awal dari elemen OSCP, yaitu mengintegrasikan kondisi bahaya dengan
kerentanan sumberdaya pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam. Identifikasi
bahaya hanya informasi umum prihal kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak
dan gas di area pesisir. Pemetaan sensitivitas lingkungan terhadap kemungkinan terjadinya
pencemaran minyak adalah suatu upaya penting yang harus dilakukan dalam
mendukung pengembangan strategi respon dan kesiapan dalam suatu insiden.
2
Selain itu, berbagai jenis komponen lingkungan dan sumberdaya pesisir yang
berpotensi terkena tumpahan minyak sebagai dasar dalam prioritas perlindungan
dan pembersihan sangat penting untuk diidentifikasi.
Analisis sensitivitas lingkungan OSCP akan memetakan komponen
lingkungan dalam bentuk peringkat sensitivitas dari kemungkinan pencemaran
minyak sebagai upaya dalam mendukung pengembangan strategi respon dan
prioritas perlindungan terhadap sumberdaya pesisir. Berdasarkan hal tersebut
maka tujuan dari penelitian ini adalah menetapkan peringkat sensitivitas
lingkungan dan mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mendukung
sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian bahwa analisis sensitivitas
lingkungan OSCP merupakan sebuah persiapan untuk mengantisipasi dan
merespon dengan cepat dalam rangka melindungi sumberdaya pesisir terhadap
kemungkinan tumpahan minyak di pesisir selatan Delta Mahakam. Oleh sebab itu
beberapa rumusan yang akan menjadi dasar permasalahan yang dimunculkan
dalam penelitian ini adalah:
Bagaimanakah tingkat sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta
Mahakam.
Faktor utama apa yang mendukung tingkat sensitivitas lingkungan OSCP di
pesisir selatan Delta Mahakam.
Kerangka Pemikiran
Pesisir selatan Delta Mahakam merupakan bagian dari area Delta
Mahakam yang memiliki kekayaan dan pemanfaatan sumber daya pesisir yang
cukup tinggi. Di kawasan ini sejak lama dilakukan kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi minyak maupun gas bumi oleh beberapa perusahaan multinasional.
DKP (2007) diacu dalam Sidik (2008) menyatakan bahwa Delta Mahakam telah
diakui sebagai salah satu zona terbesar produksi minyak dan gas bumi di
Indonesia. Salah satu perusahaan mulitinasional di kawasan ini telah
memproduksinya sebesar ± 70.000 barel minyak/hari. Selain dilakukan kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi minyak maupun gas bumi, area ini juga sering dijadikan
sebagai jalur pelayaran. Kegiatan eksplorasi, eksploitasi, produksi minyak dan gas
bumi serta kegiatan pendistribusian minyak baik melalui kapal maupun melalui
jalur pemipaan bawah laut merupakan kegiatan yang memiliki tingkat kecelakaan
yang cukup tinggi sehingga dapat memberikan peluang bahaya terhadap
kemungkinan terjadinya tumpahan minyak.
Tumpahan minyak di daerah pantai dan lepas pantai merupakan sebuah
masalah yang tidak pernah kita ketahui kapan dan di mana kejadian tersebut
terjadi, sehingga perlu dilakukannya sebuah upaya perlindungan terhadap
sumberdaya pesisir. Dalam hal ini, upaya tersebut di awali dengan melakukan
identifikasi komponen sumberdaya pesisir terhadap kemungkinan terjadinya
tumpahan minyak di pesisir selatan Delta Mahakam dan memberikannya
peringkat sensitivitas sebagai upaya prioritas dalam perlindungan lingkungan.
Adapun bagan alir dari kerangka penelitian ini selengkapnya disajikan dalam
Gambar 1.
3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian dan rumusan masalah yang dimunculkan, serta untuk
mengantipasi permasalahan yang akan mucul maka penelitian yang dilakukan
bertujuan untuk :
Menetapkan peringkat sensitivitas lingkungan OSCP sebagai gambaran
sensitivitas relatif.
Mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mendukung sensitivitas lingkungan
OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
tersedianya peta sensitivitas lingkungan OSCP yang menggambarkan sensitivitas
relatif di pesisir selatan Delta Mahakam. Selain itu, dapat dijadikan sebagai alat
informasi untuk menentukan strategi penanggulangan sumberdaya pesisir
terhadap pencemaran minyak.
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Oil Spill
Pesisir Selatan Delta Mahakam
Foto Udara Fitur Pantai
Sumberdaya Hayati
Pemanfatan Sumberdaya Pesisir
Kemiringan, Eksposur
& Tipe Pantai,
Sumberdaya Pesisir
dan Pemanfaatannya
Identifikasi & Klasifikasi Sumberdaya Pesisir
Analisis Sensitivitas Lingkungan OSCP
Peringkat Sensitivitas Lingkungan OSCP
Peta Sensitivitas Lingkungan OSCP
Illustrasi tumpahan
minyak akibat
kecelakaan kapal dalam
pendistribusian
Illustrasi tumpahan
minyak akibat
kecelakaan dalam
aktivitas pemboranyak
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
Sumber Pelepasan Minyak ke Laut
Tumpahan minyak dapat terjadi karena berbagai alasan seperti kegagalan
peralatan, bencana, tindakan yang disengaja, atau kesalahan manusia (Anderson
dan LaBelle 2000, diacu dalam Adelana et al. 2011). Menurut Prince dan Lessard
(2004) bahwa minyak mentah masuk ke lingkungan dapat melalui rembesan alam
(natural seeps), limpasan (runoff), tumpahan dari kapal tanker (tanker spills) dan
bocornya pipa (pipeline spills). Kemudian Mukthasor (2007) menyatakan bahwa
selain melalui rembesan dari alam, kecelakaan kapal tanker dan limpasan,
petroleum hydrocarbons masuk ke lingkungan laut melalui kecelakaan akibat
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak di lepas pantai.
Eksplorasi dan eksploitasi minyak lepas pantai
Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak di lepas pantai memiliki
kontribusi yang relatif kecil dibandingkan dengan jumlah total minyak bumi yang
masuk ke perairan laut, terkecuali pada kasus tertentu, yaitu kecelakaan yang
sangat besar seperti semburan sumur minyak (well blowout), kerusakan struktur
platform, dan kerusakan peralatan (Mukthasor 2007).
Rembesan alam
Rembesan alam yang ditemukan di seluruh dunia, dan skala pelepasannya
cukup besar. Dewan Riset Nasional memperkirakan bahwa input total tahunan
minyak ke laut dari semua sumber adalah sekitar 1,3 juta ton, dengan hampir 50%
berasal dari rembesan alami. Misalnya, rembesan alam di Teluk Meksiko merilis
sekitar 140.000 ton minyak per tahun ke laut, lepas pantai Southern California
merilis 20.000 ton per tahun, dan lepas pantai Alaska melepaskan 40.000 ton
(Prince dan Lessard, 2004). Rembesan muncul melalui patahan tulang pada
puncak-puncak lipatan di formasi batuan di bawah dasar laut yang mengandung
deposit. Minyak dan gas cenderung naik dan terjebak dalam lipatan anticlinal
pada strata sub batuan laut (Clark et al. 2000 diacu dalam Adelana et al. 2011).
Limpasan
Menurut Dewan Riset Nasional yang diacu dalam Prince dan Lessard
(2004) bahwa konsumsi minyak mentah yang dirilis ke laut bersumber dari
daratan, dan penggunaan kapal-kapal non tanker. Menurut Nasa (2002) diacu
dalam Mukthasor (2007) bahwa sumber kontaminasi minyak ke laut akibat
limpasan dari darat sekitar 51.4% dan operasional kapal sekitar 13%. Di pesisir
pantai Amerika Serikat sekitar 5300 ton/tahun skala penggunaan minyak
diperkirakan dari penggunaan pelumas mesin.
Tumpahan minyak oleh kapal tanker
Perkembangan industri perminyakan di lepas pantai berkembang begitu
pesat dan separuh dari seluruh produksi minyak diangkut melalui laut dengan
kapal tanker. Hal tersebut dapat memberikan kontribusi kerawanan terhadap
kemungkinan terjadinya pencemaran perairan yang dilintasi oleh kapal tanker.
Dalam perjalanannya, kecelakaan oleh kapal tanker dapat disebabkan oleh
kesalahan dalam navigasi sehingga terjadinya tabrakan, kapal kandas dan terjadinya kebocoran pada kapal. Beberapa kasus tumpahan minyak di dunia
disajikan pada Tabel 1.
5
Tabel 1. Beberapa kasus tumpahan minyak di dunia No. Nama Tumpahan Lokasi Tanggal Jumlah (Barrel)
1 Torrey Canyon Lands End, Inggris 18-03-67 860,000 2 Sea Star Gulf of Oman 19-12-72 937,000 3 Show Maru Selat Malaka, Indonesia 06-01-75 1,000,000
4 Urquiola La Coruna, Spanyol 12-05-76 733,000 5 Amoco Cadiz Brittany, Prancis 16-03-78 1,619,048 6 Independenia Istambul, Turki 15-11-79 687,785
7 Nowruz Oil field Persian Gulf, Iran 04-02-83 1,904,762 8 Arabian Gulf/Kuwait Persian Gulf, Iran 19-01-91 9,000,000
Sumber : Oil Spill case histories (1967-1991); NOAA (1992) diacu dalam Mukthasor (2007)
Tumpahan minyak oleh kebocoran pipa
Di Amerika Serikat, dua pertiga dari semua minyak di alirkan melalui
pipa. Sekitar 114,000 mil pipa mengangkut produk minyak mentah dan 86,500
mil pipa mengangkut produk olahan. Kebocoran pipa sering disebabkan oleh
kesalahan dalam proses penggalian dan penempatannya sehingga minyak sering
terjadi tumpahan dan dapat menghilangkan sekitar 19,500 ton minyak
pertahunnya. Tumpahan terbesar terjadi pada tahun 1979 diteluk Meksiko, ketika
terjadi ledakan pada sumur IXTOC 1 yang menumpahkan minyak mentah sebesar
476,000 ton. Pada tahun 1997, telah terjadi kasus tumpahan minyak pada pipa
bawah laut yang menyalurkan minyak mentah sebesar 940 ton dari selatan
Louisiana ke Danau Barre. Minyak menyebar seluar 1,750 ha, akan tetapi hanya
0.1 ha terjadi kematian pada rawa. Minyak yang menggenang di beberapa tepi rawa cukup sedikit, sebagain besar minyak menguap dan pada daerah yang ringan
tersebut minyak dibersihkan dalam kurun waktu sekitar 2 bulan (Prince dan
Lessard 2004).
Sifat dan Proses Pelapukan Minyak di Laut
Minyak yang tumpah ke laut akan mengalami perubahan baik secara fisik
maupun kimianya. Perubahan tersebut dapat menyebabkan hilangnya sebagian
minyak yang tumpah dari permukaan laut dan sebagian dapat juga bertahan.
Secara alami minyak yang tumpah ke laut dapat mengalami asimilasi, akan tetapi
proses tersebut sangat bergantung pada volume minyak yang tumpah,
karakteristik fisik dan kimia minyak, serta kondisi oseanografi lokasi tumpahan.
Pemahaman tentang interaksi minyak dengan lingkungan yang dapat mengubah
sifat, komposisi dan perilaku minyak di laut merupakan hal yang mendasar untuk
diketahui agar dalam respon terhadap tumpahan minyak dapat dapat dilakukan
penanganan secara efektif dan efisien. Berikut beberapa aspek yang dapat
diketahui dalam hal sifat dan proses pelapukan minyak di laut (ITOPF 2002),
yaitu:
Sifat minyak
Minyak memiliki karakteristik tertentu baik secara fisik maupun kimia.
Minyak mentah sangat bervariasi dalam karakteristiknya. Berikut beberapa sifat
fisik utama yang mempengaruhi perilaku dan ketahanan minyak di laut:
Densitas.
Xueqing et al. (2001) diacu dalam Mangkoedihardjo (2005) menyatakan
bahwa densitas diekspresikan sebagai specific gravity dan American Petroleum
Institute (API) gravity. Specific gravity merupakan rasio dari berat massa minyak
6
dan berat massa air pada temperatur tertentu. API gravity (o) dinyatakan dalam
angka 10o pada air murni 10
oC. API gravity dapat dihitung dengan formula
berikut (Xueqing et al. 2001, diacu dalam Mangkoedihardjo 2005; dan ITOPF
2002):
I 141 5
131 5
Minyak mentah memiliki specific gravity dalam rentang 0.79 – 1.00 (atau
setara dengan API 10-48). Densitas minyak minyak sangat penting untuk
memprediksi kelakuan minyak di air. ITOPF (2002) menyaakan bahwa selain
dapat menentukan apakah minyak akan mengapung atau tidak, densitas juga dapat
digunakan untuk mengindikasikan sifat-sifat umum lainnya seperti dengan
densitas rendah minyak cenderung mengandung proporsi komponen penguapan
yang tinggi sehingga viskositasnya menjadi rendah.
Karakteristik distilasi.
Karakteristik distilasi minyak dapat menggambarkan sifat volatilitasnya.
Jika suhu pada minyak dinaikkan maka komponen tertentu satu demi satu akan
mencapai titik didih dan menguap, seperti penyulingan. Karakteristik distilasi
merupakan proporsi minyak yang tersaring dalam rentang suhu tertentu. Ada
beberapa minyak yang tidak mudah tersaring bahkan pada suhu tinggi sekalipun.
Ini memungkinkan minyak-minyak tersebut akan bertahan dalam waktu yang
cukup lama di lingkungan.
Viskositas
Viskositas merupakan sifat yang menunjukkan ketahanan dalam
perubahan bentuk dan pergerakan (Mangkoedihardjo 2005). Viskositas minyak
sangat resisten terhadap adanya aliran. Minyak dengan viskositas tinggi tidak
mudah mengalir seperti halnya minyak dengan viskositas rendah. Umumnya
minyak menjadi lebih kental pada suhu rendah, akan tetapi beberapa minyak
tertentu sangat tergantung pada komposisi penyusunnya. Suhu air laut seringkali
lebih rendah dari suhu di atas kapal. Hal ini dapat menyebabkan minyak yang
tumpah ke laut akan memiliki perubahan viskositas (akibat perubahan suhu).
Dalam operasi pembersihan, seperti penggunaan metode oil skimmer dan
pemompaan, sangat sulit untuk diterapkan pada minyak dengan viskositas tinggi
(ITOPF 2002).
Titik ubah (pour point)
Titik ubah merupakan tingkat dimana temperatur dapat mengubah minyak
menjadi memadat atau berhenti mengalir. Titik ubah minyak sangat penting untuk
memprediksi tingkah laku minyak di air dan dapat dijadikan sebagai salah satu
penetapan strategi pembersihan minyak dari lingkungan. Titik ubah minyak
mentah dapat bervariasi antara -57oC sampai 32
oC (Mangkoedihardjo 2005).
Proses pelapukan
Minyak yang tumpah ke perairan akan mengalami serangkaian perubahan
yang secara kolektif dikenal sebagai pelapukan minyak (weathering of oil) (US
EPA 1999). Proses ini terjadi pada semua minyak yang tumpah ke laut, namun
tingkat dan tahapan proses perubahannya sangat bergantung pada jenis minyak,
waktu dan kondisi perairan (ITOPF 2002). Aksi gelombang di laut dapat
menyebabkan dispersi alami yang memecah lapisan minyak di perairan menjadi
tetesan atau butiran-butiran yang kemudian terdistribusikan diseluruh kolom
7
perairan. Selengkapnya illustrasi dari proses tingkah laku minyak yang tumpah di
laut disajikan dalam Gambar 2.
Sumber: ITOPF (2002)
Gambar 2. Illustrasi proses tingkah laku minyak mentah setelah
Terjadi tumpahan di laut
Berdasarkan illustrasi Gambar 2 di atas, US EPA (1999) dan ITOPF
(2002) menjelaskan uraian tentang proses perilaku minyak mentah setelah terjadi
tumpahan di laut:
Penyebaran (spreading); minyak yang tumpah di laut akan segera menyebar di
atas permukaan laut. Kemampuan minyak menyebar di laut tergantung pada
tegangan permukaan, berat jenis dan viskositas (Dave dan Ghaly 2011).
Minyak dengan tegangan permukaan yang lebih rendah memiliki kemampuan
untuk menyebar dengan sangat cepat bahkan tanpa adanya angin atau arus.
Tegangan permukaan minyak sangat terkait dengan temperatur, dan
peningkatan penyebaran minyak lebih cepat di perairan hangat daripada di
perairan dingin. Selain itu, minyak dengan viskositas rendah juga akan
menyebar lebih cepat dibandingkan dengan minyak yang memiliki viskositas
tinggi.
Penguapan (evaporation); tingkat penguapan akan tergantung pada suhu dan
kecepatan angin. Secara umum minyak dengan titik didih di bawah 200°C akan
menguap dalam waktu 24 jam. Selain itu, kecepatan angin yang tinggi dan
suhu yang hangat juga akan meningkatkan laju penguapan.
Dispersi (dispersion); gelombang dan pengaruh turbulensi di permukaan laut
dapat menyebabkan semua atau sebagian dari lapisan minyak terpecah menjadi
droplet (butiran) dari berbagai ukuran yang tercampur ke dalam kolom air.
Dispersi sebagian besar tergantung pada sifat minyak dan kondisi perairan.
Minyak dengan viskositas rendah dan berada pada pecahan ombak sangat cepat
terjadinya proses dispersi.
Pelarutan (dissolution); merupakan hilangnya senyawa penyusun minyak ke
dalam perairan. Proses pelarutan minyak sangat tergantung pada komposisi,
penyebaran, suhu air, turbulensi dan tingkat dispersi. Senyawa dari minyak
mentah hampir tidak larut dalam air laut, akan tetapi senyawa minyak yang
lebih ringan terutama hidrokarbon aromatik (benzena dan toluene) sedikit larut
dalam air. Senyawa ini juga yang paling mudah menguap dan hilang dengan
8
sangat cepat oleh proses penguapan, biasanya 10-1.000 kali lebih cepat
dibandingkan dengan proses pelarutan. Konsentrasi hidrokarbon terlarut dalam
air laut jarang melebihi 1 ppm sehingga proses pelarutan tidak memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pembersihan minyak dari permukaan laut.
Emulsifikasi (emulsification); merupakan proses perubahan status dari butiran
minyak dalam air menjadi butiran air dalam minyak (disebut juga chocolate
mousse) (Mangkoedihardjo 2005). Dalam kondisi laut yang tidak tenang,
minyak akan mengambil sebagian air membentuk emulsi dalam minyak.
ITOPF (2002) menyatakan bahwa emulsi sangat mudah terbentuk pada minyak
yang memiliki konsentrasi gabungan Nikel/Vanadium lebih besar dari 15 ppm
atau konten asphaltene lebih dari 0,5% ketika minyak baru tumpah. Emulsi
stabil berisi 70% - 80% air dan memiliki warna merah, coklat, oranye atau
warna kuning. Emulsi kurang stabil dapat memisahkan minyak dan air jika
dipanaskan oleh sinar matahari dalam kondisi tenang atau ketika terdampar di
garis pantai.
Oksidasi (oxidation); oksidasi terjadi ketika minyak terjadi kontak dengan air.
Air dan oksigen akan bereaksi dengan hidrokarbon dalam minyak untuk
menghasilkan senyawa yang larut dalam air (EPA 2002). Nicodem et al.
(1997) diacu dalam Mangkoedihardjo (2005) menyatakan bahwa dalam kondisi
aerobic dan terpapar sinar matahari, minyak aromatic dapat ditransformasi
menjadi senyawa lebih sederhana. Senyawa lebih sederhana ini
(hydroperoxides, aldehydes, ketones, phenols, dan carboxylic acids) bersifat
lebih larut air sehingga meningkatkan laju biodegradasi akan tetapi lebih
bersifat toksik.
Interaksi minyak-sedimen; beberapa minyak memiliki densitas lebih besar dari
air laut (lebih dari 1.025) dan menyebabkan minyak tenggelam saat tumpah.
Akan tetapi sebagian besar minyak mentah dan bahan bakar memiliki berat
jenis yang cukup rendah. Minyak yang tumpah akan terdispersi dan
berinteraksi dengan partikel sedimen tersuspensi dalam kolom air, sehingga
minyak menjadi lebih berat dan tenggelam. Wilayah pesisir umumnya
memiliki kedalaman perairan yang dangkal dan sering dicirikan oleh adanya
padatan tersuspensi yang dapat mengikat tetesan minyak yang tersebar. Hal
tersebut dapat mempercepat proses terbentuknya partikel sedimen berminyak
dan tenggelam ke dasar laut.
Biodegradasi (biodegradation); air laut mengandung berbagai mikro-
organisme laut yang mampu mendegradasi senyawa minyak, seperti bakteri,
kapang, jamur, alga uniseluler dan protozoa yang dapat memanfaatkan minyak
sebagai sumber karbon dan energi. ITOPF (2002) menyatakan bahwa faktor
utama yang mempengaruhi laju dan tingkat biodegradasi adalah karakteristik
dari minyak, ketersediaan oksigen dan nutrisi (terutama senyawa nitrogen dan
fosfor) serta suhu.
Pengaruh Tumpahan Minyak di Laut
Dalam peristiwa tumpahan minyak di laut, beberapa zat berbahaya yang
terkandung dalam minyak mentah sebagian dapat menguap seiring dengan
perubahan waktu akibat proses penguapan (EPA 2002). Lingkungan pantai/pesisir
memiliki keterkaitan yang cukup kompleks antara spesies tumbuhan, hewan dan
9
lingkungan fisiknya. Terjadinya pencemaran terhadap lingkungan pantai/pesisir
sering menyebabkan bahaya terhadap satu atau lebih spesies dalam rantai
makanannya sehingga menyebabkan kerusakan pada spesies lainnya. Biota
perairan secara umum menghabiskan sebagian besar waktunya di perairan
terbuka, dekat daerah pesisir, atau di pantai. Hal tersebut memberikan pengaruh
yang cukup signifikan pada biota perairan dan lingkungannya jika terjadi
tumpahan minyak.
Komponen minyak yang tidak larut dalam air akan mengapung dan
menyebabkan air laut berwarna hitam. Kemudian beberapa komponen dari
minyak akan tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam
pada pasir dan batu-batuan di pantai. Hal tersebut memberikan pengaruh yang
cukup luas terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di perairan
(Mukhtasor 2007).
Padang lamun
Lamun merupakan salah satu vegetasi bawah air yang tumbuh pada
sebagian besar hamparan terumbu baik di intertidal maupun subtidal di sepanjang
pantai perairan dangkal dan lagun. Vegetasi lamun mimiliki produktivitas yang
tinggi, berperan dalam siklus nutrien, berfungsi sebagai daerah asuhan, tempat
mencari makan, dan tempat berlindungnya berbagai spesies ikan yang memiliki
nilai komersial tinggi.Vegetasi sangat sensitif terhadap kontaminasi minyak.
Tertutupnya akar dan daun lamun dapat langsung menimbulkan kematian,
menghambat sirkulasi udara dalam proses fotosintesis, warna daun menjadi coklat
dan akhirnya membusuk serta mati (Jackson et al.1989).
Mangrove
Hutan mangrove merupakan sumber nutrien dan tempat memijahnya ikan
dan organisme lainnya. Akar mangrove yang tertutupi oleh minyak dapat
mencegah terjadinya difusi garam dan menghambat proses respirasi pada
mangrove. Mukthasor (2007) menyatakan bahwa perakaran hutan mangrove
berfungsi sebagai pertukaran CO2 dan O2, kadarnya akan berkurang jika tertutupi
oleh minyak dan selanjutnya dapat berpengaruh terhadap kehidupan mangrove
dan organisme lainnya yang berasosiasi.
Terumbu karang
Dampak pencemaran minyak terhadap terumbu karang dapat bersifat
mematikan (lethal) atau sub-lethal, seperti: pengurangan kemampuan reproduksi,
perkembangan larva dan kolonisasi, laju pertumbuhan, kemampuan fotosintesa,
struktur sel dan kemampuan makan. NOAA (2010) menyatakan bahwa dampak
tumpahan minyak terhadap terumbu karang sangat bervariasi tingkat
keparahannya tergantung pada kondisi tertentu seperti jenis dan volume minyak
yang tumpah, komposisi jenis, dan sifat eksposur minyak. Luasan dan tingkat
kerusakan terumbu karang akibat pencemaran minyak berkaitan erat dengan
kepekaan dan kerentanan dari masing-masing spesies, lama keterpaparan, dan
suhu lingkungan. Kemudian terumbu karang dengan bentuk pertumbuhan
bercabang (coral branching) lebih sensitif terhadap minyak dibandingkan dengan
karang dengan bentuk pertumbuhan massive (coral massive) atau berbentuk
piringan (NOAA 2010).
Mamalia laut
Sensitivitas mamalia laut terhadap tumpahan minyak sangat bervariasi (US
EPA 2002). Efek kerusakan umumnya berhubungan terhadap bulu dan lemak
10
pada mamalia laut yang tetap harus terjaga untuk menjaga kestabilan suhu
tubuhnya agar tetap hangat. Minyak dapat dengan mudah lengket pada bagian
tubuh mamalia laut, sulit untuk menghindari predator jika minyak melengketkan
sirip tubuhnya sehingga mudah untuk dimangsa, dapat terjadi infeksi dan
kesulitan makan jika bulu sensor pada mamalia laut terlengketkan oleh minyak.
Secara tidak langsung minyak yang mencemari perairan akan tertelan oleh
mamalia laut saat mencari makan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan pada
saluran pencernaan dan kerusakan hati serta ginjal. Selain itu, US EPA (2002)
menyatakan bahwa untuk semua jenis mamalia laut yang menghirup uap
hidrokarbon dapat menyebabkan kerusakan syaraf dan kelainan perilaku.
Ikan
Kontak minyak dengan ikan dapat terjadi dengan cara yang berbeda.
Minyak yang tumpah dapat menyebar dan terkontak langsung dengan ikan dan
mencemari insangnya. Perairan yang tercemari oleh minyak dapat mengandung
komponen kimia yang beracun dan dapat dengan mudah menguap. Komponen
kimia yang beracun dari minyak dapat dengan mdah diserap oleh telur, larva, ikan
remaja dan mungkin langsung makan makanan yang sudah terkontaminasi oleh
minyak. Ikan yang tercemar atau terkontaminasi oleh minyak dapat menderita
perubahan jantung, laju pernapasan, pembesaran hati, gangguan pertumbuhan,
erosi sirip, gangguan reproduksi, terjadi perubahan biokimia dan seluler serta
terjadinya pola perilaku/tingkah laku pada ikan (US EPA 2002).
Burung
Burung sangat rentan terhadap tumpahan minyak. Burung laut dapat
menghabiskan waktunya di permukaan laut, menyelam ketika terganggu, dan
memiliki tingkat reproduksi yang rendah terhadap tumpahan minyak. Selain itu,
populasi spesies dengan jumlah individu yang kecil dan beberapa spesies yang
terancam punah akan terpengaruh sangat buruk oleh kontaminasi tumpahan
minyak (US EPA 2002). Bulu burung memiliki fungsi untuk menangkap udara
dan memelihara burung dengan kehangatan dan daya apung. Burung yang
terjebak atau tenggelam oleh tumpahan minyak akan menghilangkan
kemampuannya untuk tetap bertahan di air dan, mereka mungkin menelan minyak
ketika mencoba untuk membersihkan bulu mereka atau ketika mereka mencoba
untuk makan makanan yang terkontaminasi, dan mereka mungkin akan menderita
efek reproduksi jangka panjang.
Plankton
Komponen hidrokarbon dalam minyak dapat bersifat toksik dan sangat
berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, perilaku dan pertumbuhan plankton
(Mukhtasor 2007). Tumpahan minyak dapat juga menguntungkan pada sebagian
jenis bakteri tertentu terhadap proses biodegradasi minyak. Selain itu, minyak
dapat menyebabkan masalah bagi fitoplankton (Abbriano et al. 2011). González et
al. (2009) diacu dalam Abbriano et al. (2011) bahwa untuk plankton,terjadinya
pencemaran perairan oleh tumpahan minyak akan menghambat pertukaran gas,
mengganggu proses fotosintesis dan mengganggu pertumbuhan. Hal serupa juga
dikatakan Harrison et al. (1986) diacu dalam Abbriano et al. (2011) bahwa PAH
dalam minyak mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton mulai dari konsentrasi
rendah (1 mg/l) sampai dengan konsentrasi tinggi (100 mg/l). Seperti halnya
fitoplankton, Suchanek (1993) diacu dalam Abbriano et al. (2011) menyatakan
bahwa banyak spesies dari zooplankton juga sensitif terhadap bahan kimia yang
11
ditemukan dalam minyak. Copepoda yang bersentuhan langsung dengan minyak
telah banyak mengalami peningkatan mortalitas, penurunan makan dan
reproduksi.
Perikanan dan kegiatan budidaya
Perikanan dan industri budidaya merupakan hal penting yang mungkin
akan terpengaruh oleh tumpahan minyak. Hasil tangkapan dan hewan budidaya
akan terkontaminasi secara fisik akibat dari tercemarnya perairan oleh minyak.
Kegiatan memancing dan perlatan budidaya akan terminyaki dan kegiatan
memancing dapat terhenti sampai perlatan bersih dari minyak. Selain itu, kegiatan
rekreasi perikanan (memancing), penangkapan ikan oleh nelayan, dan siklus
budidaya akan terganggu oleh adanya tumpahan minyak dan akan berkonsekuensi
tehadap gangguan ekonomi masyarakat sekitar. Kemudian hasil tangkapan
nelayan pada area yang tercemari oleh minyak akan sulit untuk dipasarkan atau
tidak adanya konsumen yang membeli produk makanan laut dari wilayah yang
tercemari oleh minyak (ITOPF 2004).
Metode Penanganan Tumpahan Minyak
Penanganan kasus tumpahan minyak secara teknis di laut merupakan
masalah yang cukup penting untuk diperdebatkan karena secara teknis tidak
mungkin semua mampu dibersihkan pada perairan yang telah tercemari oleh
adanya kejadian tumpahan minyak. Akan tetapi, Larson (2010) diacu dalam Dave
dan Ghaly (2011) memberikan informasi terkait dengan teknis remediasi dalam
pembersihan/penanganan tumpahan minyak baik secara fisik, kimia, thermal
maupun biologi.
Metode remediasi fisik
Metode ini biasanya dilakukan untuk mengendalikan tumpahan minyak di
lingkungan perairan, diantaranya terdiri dari oil booms, skimmers, dan absorbent.
Metode-metode tersebut digunakan sebagai bahan penghlang untuk mengontrol
tumpahan minyak agar tidak menyebar luas tanpa mengubah karakteristik fisik
dan kimia dari minyak tersebut. Walaupun demikian metode remediasi fisik masih
banyak memiliki hambatan dalam proses penggunaannya (Vergetis 2002 dan
Fingas 2011, diacu dalam Dave dan Ghaly 2011).
1) Oil booms; merupakan jenis umum dari perlengkapan respon tumpahan minyak
yang digunakan untuk mencegah penyebaran tumpahan minyak dengan
memberikan penghalang terhadap pergerakan minyak. Terdapat tiga jenis oil
booms, yaitu: fence boom, curtain boom dan fire-resistant boom (Potter dan
Morrison 2008, diacu dalam Dave dan Ghaly 2011). fence boom seperti pagar
yang mengambang di atas permukaan air dengan struktur terbuat dari bahan
kaku atau semi kaku yang mengambang 60% dari booms berada di bawah air
dan 40% berada di atas permukaan air. Curtain boom memiliki struktur yang
kuat, sebagai penyerap dan tidak mengambang serta berisi busa. fire-resistant
boom memiliki struktur yang terbuat dari logam yang tahan api dan dapat
berkonsentasi untuk mengefisiensikan pembakaran minyak pada suhu 1093oC
(2000oF).
12
sumber: OSS (2010) diacu dalam Dave dan Ghaly (2011); OSS : Oil Spill Solution
Gambar 3. Tipe oil booms; (a) fence boom; (b) curtain boom; dan (c) fire
resistant boom.
2) Skimmers; perlengkapan respon tumpahan minyak ini dapat digunakan secara
bersamaan dengan oil booms untuk memulihkan minyak dari permukaan air
tanpa mengubah sifat-sifatnya sehingga dapat diproses ulang dan digunakan
kembali. Skimmers terdiri dari tiga kategori, yaitu wier skimmers, oleophilic
skimmers dan suction skimmers (Nomack dan Cleveland 2010, diacu dalam
Dave dan Ghaly 2011). Wier skimmer bertindak seperti bendungan dan
mengumpulkan minyak yang mengambang dari permukaan air melalui aksi
gravitasi. Skimmer oleophilic termasuk drum, tali, sikat dan jenis sabuk
skimmer. Minyak yang terperangkap di atas permukaan bahan dapat diperas
dari permukaan dan dikumpulkan dalam tangki penyimpanan. Skimmer
oleophilic dapat memulihkan 90% dari minyak dalam air karena sifat mereka
oleophilic. Sedangkan suction skimmers berupa pompa vakum dengan sistem
udara yang dapat menyedot minyak dan mentransfernya ke tangki
penyimpanan. Suction skimmers sangat efisien dalam menangani berbagai
viskositas minyak tetapi memiliki hambatan jika lubang penghisapan tersumbat
oleh puing-puing. Keberhasilan skimmers tergantung pada jenis dan ketebalan
dari tumpahan minyak, jumlah puing-puing di air, lokasi, kondisi cuaca dan
umumnya skimmers cukup efektif digunakan pada perairan tenang (OSS 2010,
diacu dalam Dave dan Ghaly 2011).
sumber: US EPA (1999b) diacu dalam Dave dan Ghaly (2011)
Gambar 4. Tipe skimmers; (a) wier skimmers; (b) oleophilic skimmers; dan
(c) suction simmers.
3) Absorbent; seperti sorben hidrofobik sangat menarik dalam mengendalikan
tumpahan minyak, yaitu dapat memfasilitasi konversi zat cair ke fase semi
padat dalam pembersihan minyak (Adebajo et al. 2003 dan OSS 2010, diacu
dalam Dave dan Ghaly 2011). Bahan-bahan Absorbent dalam pembersihan
tumpahan minyak terdiri dari bahan organik alami, anorganik alami dan bahan
sintesis. Adsorbent organik alami seperti kapuk, serbuk gergaji, serat nabati,
(a) (b) (c)
(a) (b) (c)
13
dan jerami. Choi dan Cloud (1992) diacu dalam Dave dan Ghaly (2011)
melaporkan bahwa gulma dan serat kapas dapat menyerap 74-85% minyak
mentah dari permukaan air laut. Kemudian adsorbent anorganik alami
termasuk tanah liat, kaca, wol, pasir, dan abu vulkanik. Adsorbent anorganik
alami memiliki kapasitas penyerapan 4-20 kali. Kelemahannya adalah tidak
dianjurkan untuk permukaan air (US EPA 2011a, diacu dalam Dave dan Ghaly
2011). Sedangkan adsorbent sintetis yang berupa polypropylene, busa polyester
dan polystyrene tersedia dalam lembaran, gulungan dan juga dapat diterapkan
pada permukaan air sebagai bubuk. Adsorbent sintetis ini telah menyerap
kapasitas 70-100 kali dari bobotnya dalam minyak karena memiliki sifat
hidrofobik dan oleophilic (Choi dan Cloud 1992; Deschamps et al. 2003;
USEPA 2011a, diacu dalam Dave dan Ghaly 2011).
Metode remediasi kimia
Dalam hal membatasi penyebaran minyak di laut dan melindungi garis
pantai serta habitat laut yang sensitif, metode remediasi kimia biasanya
dikombinasikan dengan metode fisik. Bahan kimia yang digunakan dapat
menanggulangi tumpahan minyak karena memiliki kemampuan untuk mengubah
sifat fisik dan kimia minyak (Vergetis 2002 diacu dalam Dave dan Ghaly 2011).
Bahan kimia yang digunakan untuk membatasi penyebaran tumpahan minyak
biasanya dispersan dan solidifiers. Dispersan terdiri dari surfaktan yang memiliki
kemampuan untuk memecah minyak menjadi tetesan kecil dan dapat dengan
mudah terdegradasi (Lessard dan Demarco 2000, diacu dalam Dave dan Ghaly
2011). Sedangkan solidifiers merupakan bahan polimer hidrofobik (granular
kering) yang dapat bereaksi dengan minyak untuk mengubah keadaan cair
menjadi karet sehingga dapat dengan mudah dibersihkan secara fisik.
Metode remediasi thermal
Metode remediasi ini dilakukan dengan melakukan pembakaran in situ
dengan peralatan dan perlengkapan yang khusus, yaitu minyak berada dalam
lingkaran fire-resistant boom. Metode ini secara efektif dilakukan dalam kondisi
angin tenang dan minyak baru tumpah atau produk minyak yang tumpah mudah
untuk dibakar tanpa menimbulkan bahaya bagi kehidupan di laut. Namun, residu
dari hasil pembakaran dapat tenggelam dan menutupi sedimen dasar laut
(Davidson et al. 2008, diacu dalam Dave dan Ghaly 2011).
Metode remediasi biologi atau bioremediasi
Remediasi biologi atau bioremediasi merupakan salah satu metode respon
tumpahan minyak melalui proses dimana mikroorganisme mendegradasi dan
memetabolisme bahan kimia untuk memulihkan kualitas lingkungan dari
pencamaran minyak. Kecepatan proses degradasi minyak oleh mikroorganisme
bergantung pada jenis minyak dan komponen kimia minyak. Senyawa kimia yang
memiliki berat molekul rendah sangat mudah terdegradasi, begitu halnya
sebaliknya (Atlas 1995 dan Swannell et al. 1996, diacu dalam Dave dan Ghaly
2011). Mikroorganisme yang cukup dominan dalam proses pendegradasian
minyak adalah bakteri. Atlas dan Cerniglia (1995) diacu dalam Dave dan Ghaly
(2011) melaporkan bahwa genera bakteri yang dapat mendegradasi senyawa
hidrokarbon dalam minyak adalah Pseudomonas, Achromobacter, Acinobactor,
Alcaligenes, Arthrobacter, Bacillus brevibacterium, Cornybacterium,
Flavobacterium, Nocardia, Pseudomonas dan Vibrio.
14
Kasus Tumpahan Minyak di Indonesia
Tumpahan minyak di perairan merupakan kejadian yang sangat berperan
penting terhadap kerusakan dan kelestaraian ekosistem perairan dan dampak
turunan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar lokasi kejadian.
Pada tahun 2004 tepatnya tanggal 25 Juni 2004 telah terjadi kasus pencemaran
perairan akibat tumpahan minyak di perairan Balikpapan oleh Kapal MT. Panos G
yang berupa tumpahan limbah kerak mentah (sludge oil). Berdasarkan hasil
penilaian melalui penelitian penilaian terpadu dampak tumpahan minyak di
perairan Balikpapan (kasus tumpahan sludge oil dari kapal MT.Panos) bahwa
kejadian tumpahan minyak tersebut telah menimbulkan kerusakan ekosistem
mangrove seluas 18 ha, rusaknya 4 ha wilayah rehabilitasi mangrove, rusaknya
ekosistem lamun seluas 1 ha dan tercemarinya pasir pantai Balikpapan sepanjang
5 km. Selain itu terdapat kematian pada anakan mangrove, matinya padang lamun,
menimbulkan dampak berupa terganggunya tempat hidup berbagai jenis hewan
laut berupa ikan, udang yang memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat
(http://www.digilib.ui.ac.id).
Sama halnya di daerah Kepulauan Seribu, di utara Jakarta yang dalam empat tahun terakhir, ada 78 pulau di Taman Nasional Kepulauan Seribu telah
tercemari oleh tumpahan minyak. Kawasan ini merupakan kawasan perairan
tempat mobilisasi kapal tanker pengangkut minyak oleh perusahaan-perusahan
migas (http://www.jatam.org; senin, 2 Maret 2011). Selain itu, menurut media
masa (Tempo Interaktif , 2007) bahwa tumpahan minyak telah mencemari Pulau
Kotok Besar (berjarak 20 mil di Utara Ancol, Jakarta) dan Pulau Harapan
(berjarak 10 mil di Timur Laut Pulau Kotok). Selain itu gumpalan minyak telah
mengotori 20 pulau pada pantai-pantai wisata dan pemukiman di kawasan 2 (dua)
pulau tersebut (http://www.tempo.com; Minggu, 19 Oktober 2008). Kemudian
kasus tumpahan minyak juga telah terjadi di kawasan perairan Indramayu.
September 2008 kapal tanker Arendal yang membawa minyak mentah tumpah di
anjungan Laut Jawa karena kebocoran pipa dari kapal tanker ke tangki Pertamina
Unit Pengolahan VI Balongan. Tumpahan minyak mentah 150 ribu DWT
mencemari laut sejauh 48 kilometer. Sekitar 12.800 ha tambak udang dan tambak
bandeng di 14 kecamatan tercemar minyak. Pencemaran minyak yang terjadi pada
Unit Pengolahan VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat telah mencemari sebagian
besar kawasan pesisir Pabean Ilir yang berupa gumpalan minyak pekat bercampur
pasir laut. Gumpalan minyak dan bekas tumpahan minyak masih terlihat di pantai
Karang Song akibat tumpahan oleh Kapal tanker Arendal
(http://www.indramayupost.com; Rabu, 25 Februari 2009).
Pada tanggal 21 Agustus 2009 silam, tumpahan minyak juga terjadi di
perairan Indonesia. Pencemaran tersebut telah terjadi akibat kasus ledakan oleh
ledakan di ladang minyak Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut
Timor di Perairan ZEE Australia selama 74 hari sampai 3 November 2009.
Pemerhati masalah Laut Timor telah mengemukakan bahwa tumpahan minyak
mentah yang mencemari Laut Timor akibat meledaknya sumur minyak Montara
pada tanggal 21 Agustus 2009 tersebut mencapai sekitar 107 juta liter atau sekitar
1.850.000 barel (http://mobile.seruu.com; Senin, 21 Mei 2012). Selain itu, Komisi
Penyelidikan Montara bentukan Pemerintah Federal Australia dalam laporannya
menyatakan tumpahan minyak Montara di Laut Timor mencapai sedikitnya 2.000
15
barel atau sekitar 118.000 liter per hari selama 74 hari. Jenis minyak bumi yang
tumpah tersebut adalah minyak mentah fraksi ringan (light crude oil). Ketua
Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) menjelaskan asumsi besarnya volume
tumpahan minyak Montara ini berdasarkan pada jumlah cadangan minyak sebesar
24 juta barel atau 1.416.000.000 liter. Kapasitas produksi ini diperkirakan
menghasilkan 35.000 barel atau 2.065.000 liter per hari, sehingga dapat
diasumsikan bahwa jika hanya 25.000 barel atau 1.475.000 liter minyak yang
dimuntahkan maka jumlah tumpahan tersebut mencapai sekitar 107 juta liter
(Sumber: http://mobile.seruu.com; Senin, 21 Mei 2012).
Oil Spill Contingency Plan
Tumpahan minyak dan zat berbahaya lainnya tidak dapat dicegah
sepenuhnya, namun dampaknya dampak diminimalisasi dengan membentuk
sebuah rencana respon dan aksi pencegahan. Lokasi yang terlindungi dan
memiliki tingkat kerentanan lingkungan yang tinggi perlu dilakukan upaya
perencanaan dari kemungkinan tumpahan minyak (oil spill contingency plan)
(INAC 2007). Menurut International Petroleum Industry Environmental
Conservation Association (IPIECA 2000) bahwa perencanaan dari kemungkinan kasus tumpahan minyak (OSCP) harus mencakup beberapa bagian, yaitu strategi,
tindakan dan operasi, serta ketersedian data yang kompleks. Kemudian menurut
US EPA (1999) bahwa OSCP cukup rumit karena memberikan banyak rincian
tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk mempersiapkan dan menanggapi
tumpahan minyak. Hal ini juga mencakup banyak skenario tumpahan dan banyak
situasi yang berbeda yang mungkin timbul selama atau setelah tumpahan.
Meskipun adanya kompleksitas, contingency plan yang dirancang dengan baik
dapat mudah untuk diikuti. OSCP biasanya memiliki empat elemen utama, yaitu
identifikasi bahaya, analisis kerentanan, penilaian risiko, dan tindakan respon.
Perencana menggunakan identifikasi bahaya dan analisa kerentanan untuk
mengembangkan penilaian risiko. Penilaian risiko kemudian digunakan sebagai
dasar untuk perencanaan tindakan respon tertentu.
OSCP secara luas telah diakui bahwa negara atau perusahaan yang telah
memiliki perencanan terhadap kemungkinan terjadinya tumpahan minyak
dipandang lebih siap dalam menghadapi keadaan darurat dari kejadian bahaya
tumpahan minyak dari pada yang tidak memiliki. Manfaat yang sangan potensial
dari OSCP adalah:
Respon lebih efektif dan efisien dalam menghadapi insiden tumpahan minyak
dan lebih memudahkan dalam strategi mengurangi kerusakan ekologi, ekonomi
dan klaim kompensasi.
Penegasan dalam prioritas perlindungan lingkungan oleh pihak pengusaha atau
pemerintah.
Meningkatkan pemahaman publik yang positif dalam perlindungan
lingkungan.
Kejadian tumpahan minyak tidak dapat diketahui dengan pasti kapan dan
dimana serta berapa ukuran tumpahan minyak. Tumpahan minyak dapat terjadi
dari kegiatan pemuatan, pembongkaran, pengoperasian pipa, dan dapat juga
terjadi dari tabrakan atau kapal kandas saat membawa minyak mentah dari
pelabuhan lokal atau pesisir. Selain itu kasus tumpahan minyak juga dapat terjadi
16
dari kapal tanker atau tongkang yang beroperasi diperairan yang dalam, atau dari
kegiatan eksplorasi dan operasi produksi di perairan internasional. Risiko
tumpahan minyak dan respon terhadap tumpahan minyak harus diklasifikasikan
menurut ukuran dan kedekatannya dengan fasilitas operasi perusahaan. Hal ini
menyebabkan harus adanya konsep respon berjenjang (tiered response). Setiap
perusahaan harus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam responnya
pada setiap kejadian tumpahan minyak.
Perencanaan dalam hal kemungkinan terjadinya tumpahan minyak harus
mencakup setiap jenjang (tier) dan berhubungan langsung dengan skenariao dari
potensi tumpahan minyak perusahaan. Jumlah peralatan dan personil yang terlatih
harus diidentifikasi pada setiap jenjang (tier) karena untuk setiap operasi akan
bervariasi tergantung dari beberapa faktor seperti risiko, lokasi, jenis minyak dan
lingkungan atau ancaman dari sensitivitas kondisi sosial ekonomi. Gambar 5
menunjukkan illustrasi dari respon berjenjang (tiered response) dari ukuran
kejadian tumpahan minyak.
Sumber : IPIECA (2000)
Gambar 5. Respon berjenjang (tiered response) tumpahan minyak Tier 1 : Operasional-tipe tumpahan minyak yang mungkin terjadi pada atau dekat fasilitas
perusahaan itu sendiri sebagai konsekuensi kegiatan sendiri. Setiap perusahaan biasanya
akan memberikan sumber daya untuk menanggapi jenis tumpahan ini.
Tier 2 : Tumpahan lebih besar disekitar fasilitas perusahaan, dimana sumber daya dari perusahaan lain, industri dan mungkin respon dari lembaga pemerintah di daerah dapat dipanggil
untuk bergotong royong secara bersamaan. Sumber daya perusahaan di tier 1 dapat
berpartisifasi dan memiliki akses peralatan yang memadai.
Tier 3 : Tumpahan leboh besar dimana sumber daya perusahaan secara substansi akan diperlukan dan adanya dukungan secara nasional (tier 3) atau kerjasama secara internasioanl juga
diperlukan. Sangat mungkin untuk operasi ini harus ada arahan dan kontrol langsung dari
pemerintah. Hal ini penting untuk mengenali bahwa tumpahan yang terjadi di tier 3 dapat
lebih dekat dengan taua jauh dari fasilitas perusahaan.
Indeks Sensitivitas Lingkungan
Sejak tahun 1979, pemetaan indeks sensitivitas lingkungan telah disiapkan
sehari sebelum kejadian tumpahan minyak di Teluk Meksiko (NOAA 2002).
Pembuatan peta indeks sensitivitas lingkungan merupakan sebuah upaya
perencanaan dan respon dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya tumpahan
minyak di suatu area. Selain itu, peta indeks sensitivitas lingkungan dapat
membantu dalam upaya pembersihan dan mengurangi dampak yang terjadi dari
17
kasus tumpahan minyak. Kemudian dapat juga digunakan oleh perencana dalam
mengidentifikasi lokasi-lokasi yang rawan dan menetapkan prioritas perlindungan
dan mengidentifikasi strategi yang efektif dan efisien dalam upaya pembersihan.
Berdasarkan undang-undang yang disahkan oleh banyak negara di dunia
serta persyaratan dalam kemungkinan tumpahan dari polusi minyak bahwa oil
spill contingency plan membutuhkan sebuah informasi lokasi terhadap sumber
daya yang sensitif sebagai dasar untuk menetapkan prioritas perlindungan (NOAA
2002). Peta indeks sensitivitas lingkungan merupakan ringkasan singkat dari
sumber daya pesisir yang memiliki resiko jika terjadi tumpahan minyak di
dekatnya. Salah satu contoh dari sumber daya pesisir yang beresiko adalah sumber
daya hayati (seperti burung dan habitat kerang), garis pantai yang sensitif (seperti
rawa-rawa dan daerah pasang surut yang rendah), dan sumber daya yang
digunakan oleh masyarakat (human-use resource) seperti pantai publik dan taman
wisata laut.
Menurut NOAA (2002) bahwa klasifikasi pantai tidak hanya didasarkan
pada jenis substrat dan ukuran butiran dari substrat pantai, akan tetapi didasarkan
juga pada pemahaman akan sifat fisik dan biologi dari lingkungan pantai.
Hubungan antara proses fisik, jenis substrat, dan keterkaitan dengan biotanya akan
menghasilkan bentuk pantai/jenis ekologi pantai tertentu, pola transportasi
sedimen, dan pola perilaku minyak dalam memprediksi dampaknya ke biota.
Konsep yang berkaitan dengan faktor alam dan sensitivitas relatif dari garis
pantai, sebagian besar telah dikembangkan pada daerah estuari dan sebagian telah
dimodifikasi untuk daerah danau dan sungai. Peringkat sensitivitas pada tipe
pantai dikendalikan oleh faktor paparan gelombang, energi pasang surut,
kemiringan pantai, tipe substrat (ukuran butiran, pergerakan, penetrasi dan
kediamannya dalam sedimen) dan sensitivitas serta produktivitas biologi pantai.
a. Gelombang dan energi pasang surut
Faktor fisik seperti energi gelombang dan pasang surut atau energi arus
sangat menentukan tingkat paparan pada garis pantai. Energi gelombang
merupakan fungsi dari rata-rata tinggi gelombang yang diukur minimal satu tahun.
Gelombang besar (ketinggian > 1 meter) biasanya dapat mengurangi dampak dari
tumpahan minyak pada habitat pantai, hal tersebut dikarenakan arus yang
diarahkan oleh gelombang yang memantul ke permukaan pantai yang keras dapat
mendorong minyak jauh dari pantai. Gelombang yang membangkitkan arus akan
mengaduk sedimen pantai dan butiran kasar pada sedimen dapat menghilangkan
minyak yang terdampar sehingga organisme yang hidup pada sedimen tersebut
akan mengalami gangguan yang cukup pendek.
Energi pasang surut juga sangat menentukan potensi pencemaran minyak
pada habitat pesisir pantai walaupun pengaruhnya tidak seluas pengaruh dari
energi gelombang. Hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan adalah potensi
arus pasang surut yang kuat dapat menghilangkan minyak yang terdampar pada
habitat pesisir pantai dan juga dapat memindahkan butiran sedimen untuk
memendam minyak yang terdampar.
Gambar 6 merupakan illustrasi garis pantai yang secara teratur terkena
energi gelombang dan arus pasang surut yang kuat pada setiap musim.
Gelombang dan pasang surut akan menghasilkan sebuah energi di sepanjang garis
pantai. Energi tersebut paling sering terjadi di sepanjang garis pantai terluar atau
18
a b c
di mana angin dominan bertiup dan menyebabkan gelombang membentur garis
pantai secara langsung atau akibat dari pembiasan gelombang.
Gambar 6. Illustrasi klasifikasi pantai dengan peringkat ESI 1(a-b) – 2 (c)
(IPIECA/IMO, 1994; IPIECA/IMO/OGP, 2011)
Gambar 7 merupakan illustrasi garis pantai dengan frekuensi energi
gelombang menengah. Kemudian Gambar 8 merupakan illustrasi garis pantai
dengan energi gelombang yang rendah atau garis pantai yang terlindungi dari
energi gelombang dan pasang surut. Pantai yang tidak memiliki prediksi kondisi
badai musiman yang dapat menghasilkan ukuran gelombang besar dari arah
tertentu akan sulit untuk menggambarkan pembersihan tumpahan minyak secara
alami. Di sepanjang garis pantai, peristiwa gelombang dengan energi yang cukup
tinggi biasanya dapat terjadi lebih dari sekali setiap tahunnya, akan tetapi waktu
kejadiannya tidak dapat diketahui. Pantai dengan kondisi gelombang rendah
sangat sulit untuk memprediksi lamanya waktu yang dibutuhkan dalam
pembersihan, dan dalam kondisi tersebut peluang minyak yang tinggal di tepi
pantai dapat berlangsung lama.
b. Kemiringan pantai
Kemiringan garis pantai merupakan ukuran dari kecuraman zona intertidal
antara pasang tertinggi dan surut terendah. Hal tersebut dapat dicirkan apabila
kondisi pantai memiliki kecuraman > 30o maka dapat dikatakan curam; 5-30
o
kecuraman sedang dan < 5o maka kecuraman pantai rendah atau landai.
Pentingnya informasi mengenai kemiringan garis pantai berkaitan dengan efeknya
terhadap refleksi gelombang. Daerah intertidal yang curam biasanya terkena
gelombang yang tinggi dan dapat membantu dalam meningkatkan pembersihan
minyak secara alami. Beda halnya dengan daerah intertidal yang landai, yang
memungkinkan minyak yang tinggal di tepi pantai akan berlangsung lama dan
daerah ini biasanya memiliki komunitas biologi yang cukup tinggi. Pada habitat
yang terlindung, kemiringan pantai merupakan faktor pembeda yang kurang
penting dalam hal dampak tumpahan minyak, terkecuali dari kekayaan komunitas
biologi yang sensitif. Di daerah ini memiliki komunitas biologi yang cukup tinggi
pada daerah lereng-lereng datarnya.
19
o p q
r s t
Gambar 7. Illustrasi klasifikasi pantai dengan peringkat ESI 3 (d-e); ESI 4 (f-g);
ESI 5 (h-i); ESI 6 (j-l); ESI 7 (m-n) (IPIECA/IMO, 1994;
IPIECA/IMO/OGP, 2011).
Gambar 8. Illustrasi klasifikasi pantai dengan peringkat ESI 8 (o-p); ESI 9 (q-r);
ESI 10 (s-t) (IPIECA/IMO, 1994; IPIECA/IMO/OGP, 2011).
d e f
g h i
j k l
m n
20
c. Tipe substrat
NOAA (2002) telah mengklasifikasikan jenis substrat pantai menjadi
batuan dasar, sedimen dan bahan buatan manusia. Batuan dasar terdiri dari batuan
yang kedap air dan tidak kedap air. Sedimen terdiri dari lumpur (<0,06 mm), pasir
halus (0,06-1 mm), pasir kasar (1-2 mm), butiran pasir (2-4 mm), batu kolar (4-64
mm), batu bulat (64-256 mm), dan batu besar (> 256 mm). Sedangkan bahan
buatan manusia dibedkan menjadi riprap atau pecahan batuan dengan berbagai
ukuran yang dapat menyerap minyak dan dam atau tembok laut yang terbuat dari
bahan padat, seperti beton atau baja yang kedap terhadap minyak.
Perbedaan substrat yang paling penting adalah antara batuan dasar dan
yang tidak tergabung dalam sedimen. Substrat yang tidak tergabung dalam
sedimen memiliki potensi minyak terserap dalam substrat. Minyak yang terserap
dan terkubur kedalam substrat secara mekanis berbeda, akan tetapi ketika salah
satu atau keduanya terjadi dalam substrat sedimen, minyak akan bertahan lama
dalam substrat dan memiliki potensi yang panjang terhadap gangguan biologinya.
Selain itu, minyak yang terkubur atau terserap dalam sedimen tersebut sulit untuk
dibersihkan dari tepi pantai.
d. Sensitivitas dan produktivitas biologi
Produktivitas biologis pada habitat pantai merupakan komponen yang
terintegrasi dalam menentukan peringkat ESI (Environmental Sensitivity Index).
Habitat tumbuhan seperti rawa dan hutan mangrove memiliki peringkat yang
tinggi karena dampak yang diakibatkan oleh minyak cukup panjang dan potensi
kerusakan serta kegiatan pembersihan sangat sulit untuk dilakukan. Selain itu,
secara ekologi memiliki tingkat produktivitas yang tinggi dan membutuhkan
waktu lama dalam proses pemulihannya. Peringkat ESI mencerminkan tingkat
sensitivitas umum pada habitat pantai. Pantai yang memiliki substrat pasir halus
memiliki peringkat ESI = 3. Sedangkan area dengan pasang surut yang rendah
memiliki peringkat ESI yang tinggi. Hal tersebut berkaitan dengan tingginya
produktivitas organisme bentik dan sebagai tempat ikan dan burung dalam
mencari makan.
3 METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pesisir selatan Delta Mahakam, Provinsi
Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung pada bulan Desember 2013 - Januari
2014. Secara administrasi lokasi penelitian masuk dalam Kecamatan Anggana,
Muara Jawa dan Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara (Gambar 9).
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah GPS Garmin 78s, kamera
Cannon 700D, software ArcView GIS 3.3/ArGis 9.3/10.1/ ERDAS Imagine 9.1,
ODV (Ocean Data View) 3.4.3, WRPLOT 4.8.5, foto udara dan peta batimetri.
21
Gambar 9. Peta lokasi penelitian di pesisir selatan Delta Mahakam
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan bersumber dari data sekunder maupun data primer
dalam bentuk spasial ataupun non spasial. Data spasial seperti tutupan lahan, tipe
dan garis pantai diidentifikasi dengan foto udara. Kemiringan pantai dan kontur
dasar perairan diidentifikasi dengan analisis DEM (Digital Elevation Model) dan
peta batimetri (Bakosurtanal 1:50.000). Sedangkan data-data non spasial yang
digunakan adalah (1) geofisik pantai/pesisir: substrat, arus dan pasang surut
(Gastaldo 2010; TEPI 2012a; TEPI 2012b; TEPI 2013a; dan TEPI 2013b), dan
data angin (ECMWF: European Centre for Medium-Range Weather Forecasts/
www.ecmwf.int), (2) sumberdaya hayati; mangrove, biota perairan dan kelompok
burung (Sidik 2008; Creocean 2012 dan TEPI 2013b), (3) tipe pemanfaatan
sumberdaya pesisir: pelabuhan, platform migas, pemukiman, tambak dan area
tangkap.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan mengelaborasi
data hasil penelitian sebelumnya, observasi lapang dan identifikasi foto udara
melalui analisis spasial dengan sistem informasi geografis (SIG). Analisis
sensitivitas lingkungan OSCP merupakan kajian yang komprehensif sehingga
membutuhkan integrasi data dari beberapa komponen lingkungan untuk
diidentifikasi serta dielaborasi menjadi satu kesatuan sensitivitas lingkungan.
Secara keseluruhan hasil identifikasi dan elaborasi komponen lingkungan
tersebut diaplikasikan dengan menggunakan metode zonal, yaitu metode yang
menerapkan indeks kerentanan pada daerah pesisir dengan memetakan distribusi
variasi lingkungan pesisir. Bentuk modifikasi dari metode zonal dalam penelitian
ini adalah memetakan distribusi variasi lingkungan dengan segmen garis
(Gundlach dan Hayes 1978; Stjernholm et al. 2011). Area buffer dalam penerapan
22
modifikasi metode zonal dengan segmen garis adalah 200 m baik kearah darat
maupun kearah perairan dari garis pantai. Selanjutnya keberadaan dan tipe
pemanfaatan elemen sumberdaya pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam
ditabulasikan kedalam matrik pada setiap grid area foto udara. Grid area foto
udara yang digunakan adalah 2 km x 2 km (Gambar 10).
Gambar 10. Grid area penelitian di pesisir selatan Delta Mahakam.
Analisis Data
Kondisi Lingkungan Pesisir Selatan Delta Mahakam
Arus dan Pasang Surut
Kondisi umum arah dan kecepatan arus dianalisis secara deskriptif dari
hasil data model (TEPI 2013a). Kemudian untuk kondisi pasang surut dianalisis
konstanta harmoniknya dengan metode Admiralty. Konstanta harmonik yang
didapatkan digunakan sebagai masukan data dalam formula Formzahl
1 1
2 2
Keterangan :
F = Bilangan Formzahl
K1 dan O1 = Konstanta harmonik (amplitudo) pasut diurnal
M2 dan S2 = Konstanta harmonik (amplitudo) pasut semidiurnal
F ≤ 0,25 = Tipe pasut semidiurnal
0.26 < F<1.50 = Tipe pasut campuran cenderung semidiurnal
1.51 < F ≤3.0 = Tipe pasut campuran cenderung diurnal
F >3.0 = Tipe pasut diurnal
23
Arah dan Kecepatan Angin
Data angin yang diperoleh berupa komponen u (angin zonal) dan
komponen v (angin meridional) dalam format .nc (www.ecmwf.int) diekspor
kedalam bentuk .txt dengan ODV 3.4.3. Hasil ekspor data kedalam bentuk .txt
dimasukkan kedalam spread sheet dengan Microsoft Office Excel untuk
dikonversi kedalam komponen arah dan kecepatan. Selanjutnya divisualisasikan
kedalam bentuk wind rose dengan WRPLOT 4.8.5.
Kemiringan Pantai dan Kontur Dasar Perairan
Kemiringan pantai merupakan ukuran kecuraman dari zona intertidal tepi
pantai. Sedangkan kontur dasar perairan merupakan ukuran kedalaman perairan
yang divisualisaikan kedalam relief dasar perairan dengan garis-garis kontur
(contour lines)/kontur kedalaman (depth contours atau isobath). Kemiringan
pantai diukur berdasarkan DEM (Digital Elevation Model) yang dianalisis dengan
ERDAS Imagine 9.1. Kontur dasar perairan dipetakan menggunakan data peta
Batimetri skala 1: 50.000 yang dianalisis dengan ArcGis 9.3.
Eksposur Tidal Flat
Eksposur tidal flat merupakan gambaran keterbukaan pantai oleh pengaruh
hidrodinamika perairan, seperti riakan gelombang dan energi pasang surut
perairan. Gelombang dan energi pasang surut perairan merupakan komponen
hidrodinamika perairan yang dapat menentukan keterbukaan pantai dan
keefektifannya dalam respon pembersihan oleh tumpahan minyak. Akan tetapi
menurut Lotfy (2004) eksposur dapat diprediksi dengan menggunakan informasi
angin, yaitu menghubungkan durasi dan kecepatan angin ke jarak tegak lurus garis
pantai dimana angin bertiup untuk menciptakan gelombang (fetch).
Eksposur tidal flat dianalisis dengan menggunakan formula indeks
eksposur (exsposure index/EI) (Hayes 1996). EI digunakan mengikuti prosedur
berikut: (1) menggunakan orientasi pada 45o
mendekati garis pantai terdekat; (2)
mengukur fetch efektif dari tiga arah sudut dan; (3) menentukan jumlah hari dari
angin bertiup untuk setiap arah dan kecepatan angin yang terekam.
EI = [(EFP x WD 10-20 mph) + (EFP x [WD > 20 mph]2)] +
[(EF 45L x WD10 -20 mph) + (EF 45L x [WD > 20 mph]2)] +
[(EF 45R x WD 10-20 mph)+(EF 45R x [WD > 20 mph]2)]
Keterangan;
EFP = Efektif fetch tegak lurus garis pantai
EF 45o L(left) = Efektif fetch 45
o (kiri) tegak lurus garis pantai
EF 45o R (right) = Efektif fetch 45
o (kanan) tegak lurus garis pantai
WD 10-20 mph = Jumlah hari (24 jam) angin bertiup 10-20 mph
WD> 20 mph = Jumlah hari (24 jam) angin bertiup >20 mph
1 mph (mil per hour) = 0.44704 m/s
EI≤10 = Sangat terlindung
11< EI < 50 = Terlindung
51< EI < 100 = Cukup terlindung
101<EI ≤ 200 = Cukup terpapar
EI>200 = Terpapar
24
Pemetaan Karakteristik Sumber Daya Pesisir Delta Mahakam
Karakteristik sumberdaya pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam
dipetakan menggunakan perangkat lunak ArcView GIS 3.3 dan ArcGis 9.3/10.1
sebagai tools analisis. Elemen sumberdaya pesisir di pesisir selatan Delta
Mahakam diidentifikasi berdasarkan pada grid foto udara. Secara umum bagan
alir rangkaian analisis pemetaan sumberdaya pesisir selengkapnya disajikan pada
Gambar 11.
Indeks Sensitivitas Lingkungan OSCP
Indeks sensitivitas lingkungan yang digunakan adalah indeks sensitivitas
melalui sistem peringkat dengan menggabungkan elemen biofisik dan
pemanfaatan sumberdaya pesisir oleh masyarakat dari perspektif kemungkinan
terjadinya tumpahan minyak. Sistem peringkat ini mengelaborasi elemen-elemen
lingkungan sesuai dengan keberadaannya di pesisir selatan Delta Mahakam.
Sensitivitas sangat tergantung pada intoleransi (kerentanan) dari suatu
habitat, kerusakan dari faktor eksternalnya dan membutuhkan waktu tertentu
dalam hal pemulihannya. Oleh sebab itu, sensitivitas dinilai relatif terhadap
perubahan dalam faktor tertentu (Marine Life Information Network:
www.marlin.ac.uk). Penggunaan sistem peringkat sensitivitas lingkungan
menerima nilai numerik tunggal, yang mewakili sensitivitas relatif untuk
tumpahan minyak. Nilai numerik dalam peringkat sensitivitas ini dikategorikan
kedalam 5 (lima) peringkat, yaitu peringkat dengan sensitivitas sangat rendah,
Gambar 11. Bagan alir rangkaian analisis pemetaan sumber daya pesisir di pesisir
selatan Delta Mahakam
SIG
Data Observasi Lapang Data Atribut Foto Udara
Input Data Editing
Tagging
Proyeksi/Transformasi
Basis Data Spasial
Map Join
Clipping
Analisis Spasial
Overlay Buffering
Query Analisis Peta Sumberdaya Pesisir Selatan Delta Mahakam
25
sensitivitas rendah, sensitivitas sedang, sensitivitas tinggi, dan sensitivitas sangat
tinggi. Hasil pengkategorian peringkat sensitivitas lingkungan selanjutnya
divisualisasikan kedalam peta dengan beberapa kode warna (Tabel 2).
Tabel 2. Makna kategori peringkat sensitivitas lingkungan
No Kategori Sensitivitas Keterangan
1 Sangat rendah Habitat terpengaruh oleh faktor eksternal yang timbul dari
kegiatan manusia atau peristiwa alam (intoleransi tinggi")
namun diperkirakan akan pulih dengan cepat yaitu dalam
waktu seminggu.
2 Rendah Habitat terpengaruh oleh faktor eksternal yang timbul dari
kegiatan manusia atau peristiwa alam (intoleransi tingg)
namun diperkirakan akan pulih dengan cepat, yaitu dalam
waktu 1 tahun.
3 Sedang Habitat sangat terpengaruh oleh faktor eksternal yang timbul
dari kegiatan manusia atau peristiwa alam (intoleransi
tinggi) namun diperkirakan akan memakan waktu >1-10
tahun untuk pulih.
4 Tinggi
Habitat terpengaruh oleh faktor eksternal yang timbul dari
kegiatan manusia atau peristiwa alam (intoleransi tinggi) dan
diperkirakan akan pulih dalam jangka waktu yang sangat
lama, yaitu> 10-25 tahun.
5 Sangat tinggi Habitat sangat terpengaruh oleh faktor eksternal yang timbul
dari kegiatan manusia atau peristiwa alam (intoleransi
tinggi” dan diperkirakan akan pulih hanya dalam jangka
waktu yang lama, yaitu >25 tahun pemulihan “sangat
rendah” atau “tidak dapat dipulihkan”
Sumber: MarLin:http ://www.marlin.ac.Uk/ sensitivityrationale.php
Intoleransi: kerentanan suatu habitat, kerusakan/kematian komunitas atau spesies dari faktor eksternal
Nilai sensitivitas lingkungan OSCP diperoleh dari nilai kumulatif indeks
prioritas lingkungan (S). Nilai indeks prioritas lingkungan (PI) merupakan nilai
kerentanan dari tiap elemen sumberdaya pesisir (AV) dikalikan dengan faktor
bobotnya (Wi) (Musbech et al. 2000, diacu dalam Stjernholm et al. 2011).
Penentuan nilai kerentanan pada tiap elemen sumberdaya pesisir didasarkan pada
tingkat kerusakan atau efeknya terhadap tumpahan minyak.
I x dengan ∑ I
n
i 1
Keterangan;
PI = Indeks prioritas
AV = Nilai kerentanan
WF = Kategori faktor bobot
S = Sensitivitas relatif
Kategori faktor pembobotan ditentukan dengan metode rank order
centroid (ROC). ROC merupakan cara sederhana untuk memberikan pembobotan
kepada sejumlah elemen sesuai tingkat kepentingannya. Konversi ini
menggunakan rumus sebagai berikut (Chang 2004, diacu dalam Ghavamifar
2009) :
26
i 1
∑1
n
n i
Keterangan;
Wi = Bobot ke i
M = Jumlah elemen/komponen
n = Elemen/komponen ke i
Elemen sumberdaya pesisir yang digunakan terdiri dari 3 elemen dasar
yaitu: fitur pesisir/pantai (coastal fitur), sumberdaya hayati (biological resource)
dan pemanfatan sumberdaya (human-use resource). Jumlah semua Wi adalah 1,
yang menunjukkan 100% ketiga elemen sumber daya ini dinilai dalam area
penelitian. Untuk nilai kerentanan pada tiap elemen sumberdaya pesisir (AV)
diberikan nilai 1-5. Nilai 1 mengindikasikan tingkat kerentanan yang sangat
rendah dan skor 5 mengindikasikan kerentanan sangat tinggi terhadap
kemungkinan pencemaran minyak (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Sedangkan
sumberdaya hayati, nilai kerentanannya didasarkan pada formula berikut:
( x x x I)
Keterangan;
RS = Kerentanan relatif
RA = Kelimpahan relatif
TM = Temporal modifier
ORI = Indeks residensi minyak
C = Konstanta (sumber daya pesisir pantai: 62,5)
Nilai kerentanan relatif (RS) ditentukan melalui informasi mengenai
tingkat kerentanan, potensi pemulihan dan efek letal serta sublethal dari spesies.
Penentuan tersebut mengacu pada kriteria kerentanan yang dikeluarkan oleh
Marine Life Information Network (Tyler-Walters et al. 2001). Sedangkan nilai
ORI (oil residence index) ditentukan berdasarkan jenis pantai, subtrat dan
eksposur pantai. ORI menggambarkan lamanya minyak yang tinggal di pantai
dengan nilai berkisar 1 sampai 5 (Dempsey et al. 1995) (Lampiran 3 dan
Lampiran 4).
Nilai sensitivitas dalam peringkat kategori sensitivitas lingkungan OSCP
di pesisir selatan Delta Mahakam didasarkan pada nilai interval kelas hasil analisis
sensitivitas relatif. Selang kelas diperoleh dari jumlah nilai maksimum tiap
kerentanan dan faktor bobot dikurangi dengan jumlah perkalian nilai minimumnya
yang kemudian di bagi dengan jumlah kriteria sensitivitas (Modifikasi Musbech et
al. 2000, diacu dalam Stjernholm et al. 2011).
∑ x
mak ∑ x
min
n
Keterangan;
K = Selang kelas
AV = Nilai kerentanan pada tiap elemen lingkungan
WF = Faktor pembobotan
n = Jumlah kelas
27
Dari rumus yang digunakan di atas, diperoleh nilai selang kelas sebesar 3.2
dengan nilai maksimum dan minimum sebesar 4.49 dan 20.45 sehingga nilai tiap
kategori peringkat sensitivitasnya adalah sebagai berikut:
Nilai Sensitivitas Kategori Sensitivitas Kode Warna
4.49-7.68 Sangat rendah
7.69-10.88 Rendah
10.89-14.08 Sedang
14.09-17.28 Tinggi
17.29-20.48 Sangat Tinggi
Analisis Komponen Utama
Analisis komponen utama merupakan suatu teknik mereduksi data
multivarian yang mentranformasikan matriks data menjadi suatu set kombinasi
linier yang lebih sedikit akan tetapi menyerap sebagian besar jumlah varian dari
data awal. Tujuannya adalah menjelaskan sebanyak mungkin jumlah varian data
asli dengan sedikit mungkin komponen utama (faktor) yang dibentuk. Dalam hal
ini, analisis komponen utama digunakan untuk mengetahui elemen sumberdaya
pesisir yang memiliki keterkaitan yang cukup kuat terhadap penyusunan
sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam. Analisis
komponen utama dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak software
statistica 7.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lingkungan Pesisir Selatan Delta Mahakam
Secara geomorfologi, area penelitian masuk kedalam 2 bagian penting dari
3 bentuk geomorfologi umum Delta Mahakam modern, yaitu delta front
(perenggan delta) dan prodelta (luar delta). Delta front merupakan sub lingkungan
delta dengan energi cukup tinggi dan sering terjadi proses sedimentasi yang
konstan, yang dipengaruhi oleh pasang surut, arus laut serta aksi gelombang
kedalaman ≤ 10 m Gambar 12a). Sedangkan Prodelta adalah bagian terluar dari
delta yang berhadapan langsung dengan paparan laut dalam. (Gambar 12b).
Sumber : a. TEPI (2013a); b. Allen dan Chamber (1998)
Gambar 12. Kondisi umum lingkungan pengendapan di pesisir selatan Delta
Mahakam (a. delta front; b. prodelta).
(a) (b)
28
Substrat dasar di pesisir selatan Delta Mahakam terdiri dari pasir halus dan
lumpur yang tersebar sampai ke mulut delta. Pasir halus atau lebih dominan
lumpur disebabkan oleh adanya aliran sedimen dari muara sungai mahakam yang
terbawa dari bagian hulu dan terendapkan sampai ke mulut-mulut delta. Allen dan
Chamber (1998), diacu dalam Gastaldo (2010) menyatakan bahwa penyebaran
sedimen dengan substrat pasir halus dan lumpur atau lebih didominasi oleh
lumpur terdapat di sekitar delta front. Sedangkan pada prodelta sedimennya lebih
bersubstrat lanau/lempung/tanah liat dan terkadang lapisan pasir tipis (Allen dan
Chamber 1998, diacu dalam Gastaldo 2010).
Pantai dengan substrat berpasir halus dan berlumpur cukup mampu
menahan air setelah terjadinya air pasang. Pasir halus dan lumpur tidak cepat
meniriskan air yang terperangkap sehingga memungkinkan organisme yang
tinggal lebih lama tercemari minyak. Beda halnya dengan pantai bersubstrat kasar
dan berkerikil. Menurut IPIECA (2006), air laut yang terperangkap pada substrat
kasar dan berkerikil biasanya tidak stabil dan mampu meniriskan air yang
terperangkap dengan cepat. Kemudian minyak yang menempal pada substrat
kasar cukup mudah untuk dibersihkan sehingga minyak yang tinggal berada
dalam waktu yang singkat.
Kemiringan Pantai dan Kontur Dasar Perairan
Hasil analisis DEM SRTM 30 m bahwa area penelitian di pesisir selatan
Delta Mahakam memiliki derajat kemiringan pantai yang sangat rendah atau
pantai yang landai. Dari akumulasinya, sebesar 25% area penelitian memiliki
proporsi derajat kemiringan berkisar dari tinggi sampai sangat tinggi (Gambar 13).
Kemiringan pantai dimaknai sebagai ukuran kecuraman dari zona intertidal antara
pasang surut maksimal (NOAA 2002). Derajat kemiringan pantai yang tinggi akan
mengurangi luasan area yang tercemari oleh minyak ke daratan. Selain itu,
refleksi dari dinamika air permukaan cukup kuat sehingga dapat mempersingkat
lamanya minyak tinggal dan peluang pembersihan pantai secara alami cukup
besar. Beda halnya pada pantai/pesisir yang memiliki derajat kemiringan pantai
yang rendah/landai memungkinkan minyak lebih luas tercemari minyak dan
pembersihan alami cukup sulit sehingga minyak lebih lama tinggal di pantai.
Kontur dasar perairan di area penelitian memiliki kisaran kedalaman 1-10 m.
Kedalaman perairan yang relatif dangkal memungkinkan terjadinya deformasi
gelombang saat mendekati pesisir pantai. Selengkapnya distribusi spasial kelas
kemiringan pantai/pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam disajikan dalam
Lampiran 5.
Gambar 13. Persentase kemiringan garis pantai/pesisir di pesisir
selatan Delta Mahakam
29
Pasang Surut
Kondisi pasang surut di pesisir selatan Delta Mahakam sangat dipengaruhi
oleh rambatan pasut dari Laut Sulawesi di sebelah utara yang berasal dari
Samudra Pasifik. Pasut dari Samudra Pasifik merambat masuk ke perairan
Indonesia melalui perairan yang berada di sekitar Indonesia (Pariwono 1985,
diacu dalam TEPI 2013a).
Berdasarkan hasil analisis bilangan Formzhal yang di input dari konstanta
harmonik (amplitudo) bahwa pasut di 3 (tiga) stasiun pengamatan telah
menunjukkan kisaran bilangan Formzhal sebesar 0.37-0.40 (Tabel 3). Analisis
bilangan Formzhal yang dihasilkan tersebut mengindikasikan pesisir selatan Delta
Mahakam memiliki tipe pasut campuran cenderung semidiurnal/harian ganda
(0.26<F<1.5), yaitu dalam rentang waktu 24 jam terjadi dua kali air pasang dan
dua kali air surut, akan tetapi tinggi dan periodenya berbeda.
Tabel 3. Konstanta harmonik (amplitudo) pasut di pesisir selatan Delta Mahakam
Stasiun Koordinat K1 O1 M2 S2 F
1 0°49 'LS 117°15 ' BT 0.23 0.14 0.56 0.41 0.38
2 0°28 'LS 117°35 ' BT 0.20 0.15 0.57 0.38 0.37
3 0°35 'LS 117°23 ' BT 0.24 0.17 0.61 0.41 0.40
Sumber : Data olah TEPI tahun 2012; (1) Handil; (2) Tunu; dan (3) Tambora
Menurut Laporan Internal TOTAL (1986), diacu dalam Gastaldo (2010)
bahwa pasang surut di sisi timur Pulau Kalimantan adalah pasang semidiurnal
dengan rata-rata pasang berkisar 0.5 m – 1.7 m selama siklus perbani dan 1.2 m -
2.9 m selama siklus purnama. Energi gelombang yang dihasilkan oleh pola
musiman dengan tinggi gelombang tidak melebihi 80 cm atau rata-rata tinggi
gelombang ~ 60 cm (Allen dan Chambers 1998, diacu dalam Gastaldo 2010). Di
dalam kasus pencemaran, tipe pasut digunakan untuk mengetahui gambaran
umum tingkah laku zat pencemar sehingga aliran residual dari zat berbahaya yang
masuk kedalam area pesisir selatan Delta Mahakam dapat prediksi dan
diantisipasi.
Tipe pasut campuran cenderung semidiurnal (cenderung campuran ganda),
memungkinkan zat pencemar sulit terbawa keluar area dalam pembersihan. Dalam
waktu 24 jam, zat pencemar yang telah terbawa menjauhi pantai pada saat surut
akan terbawa kembali mendekati pantai atau masuk kedalam muara-muara sungai
pada saat air bergerak pasang. Hal serupa juga dijelaskan dalam Surinati (2007)
bahwa dalam studi lingkungan, pencemaran yang terjadi pada area dengan
karakteristik pasut harian tunggal (diurnal) atau condong harian tunggal zat
pencemar dapat tersapu bersih dari lokasi. Akan tetapi zat pencemar dapat
bergerak ke area yang lain jika tidak segera dilakukan kegiatan pembersihan.
Beda halnya dengan area yang memiliki tipe pasut harian ganda (semidiurnal)
atau campuran cenderung harian ganda maka zat pencemar dimungkinkan akan
sulit tergelontorkan keluar dari area untuk dibersihkan.
Arah dan Kecepatan Angin
Pada Gambar 14a dalam wind rose arah dan kecepatan angin menunjukkan
bahwa angin yang bertiup di pesisir selatan Delta Mahakam lebih dominan dari
arah tenggara, timur dan selatan. Kemudian resultan arah angin lebih berdekatan
dengan arah tenggara. Berdasarkan hasil analisis data angin yang terkumpulkan
30
selama 10 tahun (sumber data: ECMWF 2004-2013) bahwa kecepatan rata-rata
angin bertiup adalah sebesar 9.07 m/s. Jika dilihat dari distribusi frekuensinya
(Gambar 14b), bahwa angin bertiup dengan kecepatan 0.5-2.1 m/s sebesar 79.4%.
Kemudian frekuensi angin dengan kecepatan 2.1-3.6 m/s sebesar 0.1% dan
frekuensi angin dengan kecepatan ≥ 11 1 m/s sebesar 3 3 % ementara keadaan
dimana angin dalam keaadaan tenang (calms) sebesar 17.1%.
Angin merupakan udara yang bergerak akibat adanya perputaran bumi dan
perbedaan tekanan udara. Angin bergerak dari tempat bertekanan tinggi ke tempat
bertekanan rendah. Resultan arah angin tenggara di area penelitian dimungkinkan
oleh kedekatannya dengan ekuator. Pada daerah equator angin pasat tenggara
berhembus secara normal sepanjang tahun. Angin pasat tenggara yang muncul
terus menerus sepanjang tahun mengakibatkan permukaan laut sepanjang pantai di
Samudera Pasifik bagian Barat lebih tinggi daripada permukaan laut sepanjang
pantai di Samudera Hindia bagian Timur. Akibat adanya gradien tekanan yang
disebakan oleh perbedaan tinggi permukaan laut, sejumlah massa air Samudera
Pasifik akan mengalir ke Samudera Hindia (http://ilmukelautan.com/publikasi/
oseanografi/fisika-oseanografi). Angin yang berhembus di atas permukaan air
akan memindahkan energinya ke air dan kecepatan angin yang bertiup dapat
menimbulkan tegangan pada permukaan laut sehingga permukaan air yang tenang
dapat menimbulkan riak gelombang di atas permukaan air. Semakin besar
kecepatan angin yang bertiup menyebabkan riak gelombang di atas permukaan air
akan semakin besar, begitu halnya sebaliknya.
Sumber : Data olah ECMWF (European Centre for Medium-Range Weather Forecasts)
tahun 2004-2013.
Gambar 14. Wind rose angin di area penelitian (a. arah dan kecepatan angin;
b. distribusi frekuensi kecepatan angin)
Arus
Pesisir selatan Delta Mahakam merupakan bagian dari perairan
Kalimantan Timur yang secara umum kondisi pergerakan arusnya dipengaruhi
oleh aliran dari perairan Selat Makassar. Selain itu, dipengaruhi juga oleh adanya
arus lintas Indonesia (ARLINDO), dimana pergerakan arus dari Samudera Pasifik
mengalir ke Samudera Hindia yang salah satunya melewati Selat Makassar akibat
perbedaan tinggi permukaan laut dikedua samudera (Gambar 15).
(a) (b)
31
Sumber: Gordon, 1998
Berdasarkan data kecepatan arus musim yang diperoleh di perairan Selat
Makassar (Wyrtki, 1961 diacu dalam TEPI 2013a) bahwa arah arus permukaan di
bagian tengah Selat Makassar lebih ke arah selatan sepanjang tahun. Kecepatan
arus yang cukup kuat terjadi pada Bulan Maret, yaitu sekitar 0.33 m/s dan arus
lemah terjadi pada Bulan Mei, September dan November dengan kecepatan
berkisar antara 0.08-0.12 m/s (Tabel 4).
Pada Bulan Maret atau rentang antara Bulan Januari sampai April, arus
diperairan Laut Jawa dan Laut Flores mengalir ke arah timur, akan tetapi di
perairan Selat Makassar arus dari Laut Sulawesi mengalir ke selatan. Begitu
halnya pada Bulan Mei sampai Bulan September, arus permukaan di perairan
Selat Makassar mengalir ke selatan ketika arus di perairan Laut Flores mengalir
dari timur ke barat. Kemudian pada Bulan Oktober sampai Desember, arus
permukaan di perairan Laut Flores mengalir ke arah timur. Akan tetapi pada
bulan-bulan tersebut arus permukaan di perairan Selat Makassar secara umum
tetap mengalir ke arah selatan (TEPI 2013a).
Menurut Wyrtki (1961), diacu dalam Hasnudin (1998) bahwa umumnya
pola arus di perairan Indonesia lebih cenderung dipengaruhi oleh perubahan angin
musim (monsun), terutama pada lapisan permukaan. Pada musim timur, massa air
dari Laut Banda didorong ke arah Laut Flores, kemudian ke Laut Jawa dan Selat
Makassar pada saat angin datang dari barat menyeberangi perairan Laut Flores
menuju Laut Banda. Akan tetapi arus yang mengalir melewati Selat Makassar dari
Samudera Pasifik tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan angin musim
(monsun), hal ini yang menyebabkan arus permukaan di perairan Selat Makassar
cenderung mengalir ke arah selatan. Wyrtki (1987), diacu dalam Hasanudin
(1998) menyatakan bahwa dalam keadaan normal, di atas Samudera Pasifik
bertiup angin pasat tenggara sepanjang tahun dan menimbulkan tenaga gesekan
angin yang mendorong massa air akibat dari perbedaan ketinggian permukaan
laut. Perbedaan ketinggian muka laut menyebabkan terjadinya perbedaan gradien
tekanan sehingga menimbulkan perpindahan masa air dari Samudera Pasifik ke
Samudera Hindia mengalir melalui perairan Selat Makassar.
Gambar 15. Arus lintas Indonesia (ARLINDO)
32
Tabel 4. Arah dan kecepatan rata-rata arus musim di perairan Selat Makassar
sekitar garis khatulistiwa
No. Arus Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Arah S S S S S S S S S S S S
2 Kecepatan (m/s) 0.15 0.25 0.33 0.25 0.08 0.25 0.21 0.25 0.12 0.25 0.08 0.12 Sumber : Wyrtki, 1961, diacu dalam TEPI, 2013a
Keterangan: 1. Januari; 2. Februari; 3. Maret; 4. April; 5. Mei; 6. Juni; 7. Juli; 8. Agustus; 9. September;
10. Oktober; 11. November; 12. Desember.
Berdasarkan hasil model simulasi, bahwa kecepatan arus yang cukup kuat
di sekitar pesisir selatan Delta Mahakam terjadi saat menjelang surut, baik pada
musim barat (0.08-0.32 m/s) maupun pada saat musim timur (0.18-0.31 m/s).
Sedangkan kecepatan arus cukup lemah terjadi saat kondisi surut (Tabel 5).
Menjelang surut merupakan kondisi dimana kedudukan muka air tinggi akan
bergerak kekedukukan muka air rendah pada saat air surut. Sedangkan kondisi
surut, keadaan dimana muka air berada dalam kedudukan terendah dalam siklus
pasang surut.
Tabel 5. Kecepatan arus di pesisir selatan Delta Mahakam
No. Musim Kecepatan Arus (m/s)
MP Arah MS Arah P Arah S Arah
1 Barat 0.08-0.18 - 0.08-0.32 TL 0.07-0.15 TL 0.007-0.09 BD
2 Timur 0.08-0.21 - 0.18-0.31 TL 0.11-0.29 TL 0.01-0.19 U&BD Sumber : Data Model (TEPI, 2013a)
Keterangan: MP = kondisi menjelang pasang; P = kondisi pasang; MS = kondisi menjelang surut;
S = kondisi surut; TL= Timur Laut; BD=Barat Daya; U=Utara; - = mendekati pantai
Gambar 16i telah memvisualisasikan bahwa saat menjelang pasang
(musim barat), pergerakan masa air dari laut lepas bergerak mendekati pantai dan
masuk ke pesisir Delta Mahakam. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan
ketinggian muka air antara di laut lepas dengan di tepi pantai sehingga arus
cenderung bergerak mendekati pantai dan masuk ke celah-celah muara melalui
mulut-mulut Delta. Begitu halnya pada musim timur (Gambar 16ii), pergerakan
arusnya menyerupai pola arus pada musim barat, yaitu bergerak masuk ke dalam
celah-celah muara sungai melalui mulut delta.
Sumber: TEPI, 2013; Keterangan : A-C. Kecepatan arus yang mewakili area dumping
Gambar 16. Simulasi pola arus saat menjelang pasang (i. musim barat; ii. musim
timur)
i ii
33
Pada saat menjelang surut di musim barat, arus permukaan bergerak
menjauhi pantai dan berbelok ke arah timur laut. Arus yang dibelokkan ke arah
timur laut diperkirakan oleh adanya pengaruh angin yang bertiup dari selatan dan
barat daya (Gambar 17i). Sama halnya pada musim timur, pola arus permukaan
menjelang surut hampir serupa dengan pola arus menjelang surut di musim barat,
yaitu arus permukaan bergerak menjauhi pantai dan berbelok ke arah timur laut
(Gambar 17ii).
Sumber: TEPI, 2013; Keterangan : A-C. Kecepatan arus yang mewakili area dumping
Gambar 17. Simulasi pola arus saat menjelang surut (i. musim barat; ii. musim
timur)
Dalam kondisi pasang di musim barat, pergerakan arus permukaan
sebagian kecil menuju pantai atau masuk kedalam muara-muara sungai di Delta
Mahakam dan sebagain besar lainnya bergerak kearah timur laut (Gambar 18i).
Arus yang bergerak ke arah timur laut disebabkan oleh pengaruh faktor angin
yang bergerak kearah timu/timur laut. Angin yang bertiup akan mempengaruhi
tegangan permukaan air sehingga menimbulkan riak gelombang dan
menggerakkan masa air bergerak ke arah timur/timur. Sedangkan arus yang
bergerak ke dalam muara-muara sungai diperkirakan lebih dipengaruhi oleh faktor
pasang surut saat terjadinya pasang (TEPI 2013a). Hal ini juga terjadi di musim
timur, bahwa pola pergerakan arus permukaan saat kondisi pasang bergerak ke
arah timur/timur laut (Gambar 18ii).
Sumber: TEPI, 2013; Keterangan : A-C. Kecepatan arus yang mewakili area dumping
(i) (ii)
(i) (ii)
Gambar 18. Simulasi pola arus saat pasang (i. musim barat; ii. musim timur)
34
Pada saat kondisi surut di musim barat, pola pergerakan arus permukaan
bergerak keluar dari muara-muara sungai dengan kecepatan yang cukup lemah
dan cenderung berbelok ke arah barat daya (Gambar 19i). Berbeda halnya pada
musim timur saat kondisi surut, pola pergerakan arus permukaan saat lebih
cenderung bergerak ke arah utara dan sebagian ke barat daya (Gambar 19ii).
Sumber: TEPI, 2013; Keterangan : A-C. Kecepatan arus yang mewakili area dumping
Gambar 19. Simulasi pola arus saat surut (i. musim barat; ii. musim timur)
Secara umum dari hasil model simulasi bahwa pola pergerakan arus di
pesisir selatan Delta Mahakam diperkirakan lebih dipengaruhi oleh pasang surut.
Dinamika pergerakan air permukaan secara vertikal (pasut) akan diikuti oleh
pergerakan air permukaan secara horizontal (arus pasut). Bila air laut menjelang
surut maka akan terlihat adanya gerakan arus dari mulut-mulut delta mengalir
keluar menjauhi pantai dan bergerak ke laut lepas. Begitu halnya sebaliknya, akan
terlihat gerakan arus dari laut lepas masuk ke mulut-mulut delta pada saat
menjelang pasang.
Eksposur Tidal Flat
Berdasarkan hasil analisis indeks eksposur (EI) dengan menggunakan
pendekatan data angin bahwa area penelitian di pesisir selatan Delta Mahakam
memiliki kategori eksposur yang sangat terlindung dengan nilai EI (exsposure
index) berkisar antara 0-3 14 EI≤10 anjang segmen garis pantai dalam kategori
ini sebesar 431.96 km atau sekitar 52.05% dari total panjang segmen garis pantai
di area penelitian (829.82 km). Sedangkan ekposur dengan kategori terpapar
memiliki panjang segmen garis pantai sebesar 99.26 km dengan EI sebesar
201.41-975.88 (EI>200) (Gambar 20a).
Kecenderungan ekposur yang sangat terlindung di pesisir selatan Delta
Mahakam disebabkan oleh bentuk umum Delta Mahakam yang didalamnya
memiliki aliran-aliran sungai yang berlikuk-likuk dan panjang fetch tegak lurus
pantai dimana angin bertiup dengan arah dan kecepatan yang konstan sangat
rendah. Semakin terlindung suatu area maka sangat rendah area tersebut dalam hal
aksi gelombang sehingga estimasi waktu tinggal minyak sangat lama dan
memungkinkan terjadi pencemaran lingkungan dengan jangka waktu yang
panjang. Oleh sebab itu semakin terlindung suatu area, maka semakin tinggi nilai
kerentanan yang diberikan pada area tersebut, begitu halnya sebaliknya (NOAA
i ii
35
2002). Selengkapnya visualisasi eksposur pantai pada tiap kategori di pesisir
selatan Delta Mahakam disajikan dalam Gambar 20b.
Sumberdaya Pesisir dan Pemanfaatannya
Mangrove dan Biota Perairan
Mangrove merupakan komunitas vegetasi yang mampu hidup pada daerah
pasang surut, terutama pada daerah pantai yang tergenang saat pasang dan bebas
genangan saat surut. Vegetasi ini mampu mentolerir dan hidup pada daerah yang
memiliki perubahan kandungan kadar garam akibat percampuran air tawar dan air
laut. Secara umum vegetasi mangrove di pesisir selatan Delta Mahakam banyak
dijumpai jenis Nypa (Nypa fruticans), Pedada (Sonneratia sp), Api-api (Avicennia
sp), Bakau (Rhizophora sp), Tancang (Bruguiera sp) dan Nyirih (Xylocarpus sp).
Sehubungan dengan masih terpengaruhnya lokasi studi oleh adanya percampuran
air tawar dan air laut maka terdapat beberapa zona vegetasi yang tersebar
berdasarkan bentuk geomorfologinya. Tipikal dan kondisi umum vegetasi
mangrove di pesisir selatan Delta Mahakam disajikan dalam Gambar 21a.
Pada area yang memiliki sub lingkungan dengan energi yang cukup tinggi,
area lebih terbuka dan terpengaruhi oleh proses sedimentasi secara konstan
vegetasi mangrove di pesisir selatan cenderung ditemui jenis Avicennia sp dan
Sonneratia sp. Sedangkan area disepanjang tepi delta yang lebih rendah dan
cukup terlindung dijumpai jenis Rhizophora sp. Pada daerah pusat delta atau area
yang lebih mendapat pengaruh aliran air tawar secara konstan dan berada pada
area yang sangat terlindung dijumpai jenis mangrove Nypa fruticans. Selain itu,
terdapat juga vegetasi campuran dari beberapa jenis mangrove seperti api-api
(Avicennia sp.), pedada (Sonneratia caseolaris), bakau (Rhizophora sp), Tancang
(Bruguiera sp.), Nyirih (Xylocarpus granatum), dan nipa (Nypa fruticans) yang
tumbuh bersamaan. Menurut studi literatur bahwa secara umum hutan mangrove
di area studi didominasi oleh zona pedada, zona bakau, zona transisi, zona Nipa
dan zona Nibung dan terdapat ± 20 jenis mangrove dari 7 famili teridentifikasi
(Sidik 2008). Sebaran vegetasi mangrove di pesisir selatan Delta Mahakam secara
umum disajikan dalam Gambar 21b.
(i) (ii)
Gambar 20a. Kategori eksposur pantai di pesisir selatan Delta Mahakam (i. panjang
eksposur pantai; ii. proporsi eksposur pantai)
.
36
Gambar 20b. Peta kategori ekposur pantai di pesisir selatan Delta Mahakam
37
Habitat mangorove merupakan tempat untuk mencari makan (feeding
ground), tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur
dan memijah (spawning ground) serta tempat berlindung yang aman bagi berbagai
jenis biota perairan. Biota perairan yang menjadi tangkapan nelayan di pesisir
selatan Delta Mahakam umumnya adalah jenis crustacea, yaitu Penaeus monodon
(Udang Windu), Penaeus merguensis (Udang Putih), Metapenaeus brevicornis,
Scylla serrata (kepiting lumpur), dan beberapa jenis ikan dari famili Scieanidae,
Leiognathidae, Apogonidae, Engraulidae, Mullidae, dan Polynemidae (Gambar
22). Suyatna (2006), diacu dalam sidik (2008) telah melaporkan bahwa terdapat ±
125 spesies ikan dan kerang dari 44 famili di perairan muara di sekitar perairan
Delta Mahakam.
Gambar 21a. Tipikal dan kondisi umum vegetasi di pesisir selatan Delta Mahakam.
38
Gambar 21b. Peta tipikal dan kondisi umum vegetasi di pesisir selatan Delta Mahakam
39
a b
c d
e
f
g h
i
j
k
l
Gambar 22. Biota perairan tangkapan nelayan di pesisir selatan Delta
Mahakam (a-b. Scieanidae; c-d. Leiognathidae;
e-f Apogonidae; g. Engraulidae; h. Mullidae;
i-j. Polynemidae; k-l. Crustacea)
Sumber: TEPI, 2012a & 2012b
40
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Accipitridae
Anhingidae
Bucerotidae
Charadriidae
Columbidae
Cuculidae
Hirundinidae
Picidae
Pycnonotidae
Scolopacidae
Timaliidae
Fam
ili
Persentase (%) Jumlah Individu
Burung (Avifauna)
Berdasarkan hasil pengamatan visual bahwa famili burung yang dijumpai
di pesisir selatan Delta Mahakam sebanyak ± 33 famili dengan total individu
sebanyak ± 186 individu (Gambar 23a). Dari 33 famili yang teridentifikasi,
terdapat 6 famili burung yang memiliki jumlah individu terbanyak yang sering
dijumpai, yaitu Ardeidae sebesar 10.75% (20 individu), Accipitridae sebesar
9.68% (18 individu), Alcedinidae, Columbidae, Scolopacidae masing-masing
sebesar 8.60 % (16 individu) dan Laridae sebesar 8.06% (15 individu) (Gambar
23b).
Gambar 23a. Persentase dan jumlah individu burung di pesisir selatan Delta
Mahakam.
(i) (ii) (iii)
(iv) (v) (vi) (vii)
Gambar 23b. Famili burung yang sering dijumpai di pesisir selatan Delta Mahakam
(i. Accipitridae; ii-iii. Ardeidae; iv. Columbidae; v. Scolopacidae;
vi. Laridae; vii. Alcedinidae).
Sumber: TEPI, 2012b & 2013b
41
Pada Gambar 23b, ke-6 (enam) famili burung yang sering dijumpai
tersebut umumnya berada di area pantai di pesisir selatan Delta Mahakam dengan
vegetasi mangrove, area tambak dan pantai yang terpapar pada saat kondisi surut.
Hutan mangrove, area tambak dan pantai yang terpapar pada saat kondisi surut
merupakan tempat strategis bagi burung dalam mencari makan karena sering
dijumpai udang, kepiting dan ikan sebagai bahan makanan. Tumpahan minyak
dapat membahayakan burung. Ketika burung terkontak dengan minyak maka akan
menghilangkan sifat isolasinya karena struktur yang komplek pada bulu burung
telah rusak sehingga akan terjadi hilangnya keseimbangan untuk terbang dan
hewan tersebut dapat berisiko mati kedinginan.
Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir
Berdasarkan hasil identifikasi tutupan lahan di pesisir selatan Delta
Mahakam, dapat diketahui total luasan area bervegetasi dengan buffer sebesar 200
m adalah ± 65,585,045 m2. Vegetasi tersebut terdiri dari mangrove non Nipa
sebesar ± 16,950,770 m2, Nipa sebesar ± 48,225,223 m
2, semak belukar sebesar ±
188,438 m2 dan rumput sebesar ± 220,614 m
2. Kemudian lahan bervegetasi yang
telah terkonversi menjadi tambak udang dan ikan sebesar ± 38,805,364 m2. Untuk
lahan lainnya terdapat area pemukiman sebesar ± 551,643 m2), platfom migas
sebesar ± 287,010 m2, lahan terbuka sebesar ± 427,641 m
2 dan penggunaan untuk
penempatan alat tangkap pasif oleh masyarakat lokal sebesar ± 482 m2. Jika
dilihat dari area buffer 200 m ke darat sepanjang pantai maka sekitar 62.05 % area
penelitian masih bervegetasi (Gambar 24a). Tipikal pemanfaatan sumberdaya
pesisir dan sebarannya secara umum divisualisasikan dalam Gambar 24b dan
Gambar 24c.
Selama lebih dari 20 tahun Delta Mahakam mengalami perubahan besar
secara struktural. Namun demikian perubahan tersebut tidak selalu linier
(Creocean, 2012). Antara tahun 1990 sampai 2000, sebagian besar vegetasi atau
sebesar 70% vegetasi di permukaan Delta Mahakam rusak dan hanya sebagian
kecil dibiarkan disepanjang sungai atau pantai. Kemudian antara tahun 2000-
2011, air permukaan telah menggenangi permukaan lahan delta (Creocean 2012).
Hal ini disebabkan oleh banyaknya lahan yang telah terkonversi menjadi tambak
di tepi sungai atau pantai.
Gambar 24a. Persentase pemanfaatan lahan di pesisir
selatan Delta Mahakam.
42
Gambar 24b. Tipikal pemanfaatan sumberdaya pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam
43
Gambar 24c. Peta kondisi umum pemanfaatan sumberdaya pesisir di pesisir selatan Delta Mahakam
44
Analisis Sensitivitas Lingkungan OSCP
Analisis sensitivitas lingkungan OSCP merupakan gambaran kerentanan
dari elemen lingkungan pada wilayah pesisir terhadap kemungkinan pencemaran
minyak. Gambaran umum ini dapat mendukung dalam strategi pengembangan
untuk merespon kemungkinan kejadian tumpahan minyak di perairan pantai
ataupun lepas pantai. Berdasarkan hasil identifikasi elemen sumberdaya pesisir
dan analisis indeks sensitivitas lingkungan bahwa nilai indeks sensitivitas
lingkungan OSCP (SI) di pesisir selatan Delta Mahakam berkisar 17.29-20.48
dengan kriteria sangat tinggi. Tingkat sensitivitas OSCP dengan kriteria tinggi
berkisar 14.09-17.28, kriteria sedang berkisar 10.89-14.08, kriteria rendah
berkisar 7.69-10.88 dan kriteria sangat rendah berkisar 4.49-7.68. Panjang segmen
garis pantai dan proporsi sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta
Mahakam pada tiap kriteria selengkapnya disajikan dalam Gambar 25.
Gambar 25 telah menunjukkan bahwa sensitivitas lingkungan OSCP di
pesisir selatan Delta Mahakam sangat tinggi dengan panjang segmen garis sebesar
517.52 km dan proporsi persentase sebesar 62.37% dari 829.82 km total segmen
garis pantai di area penelitian. Kemudian kriteria sensitivitas yang sangat rendah dan rendah memiliki panjang segmen garis dan proporsi yang cukup kecil, yaitu
hanya sebesar 15-105 km dengan proporsi 1.78-12.64% dari total segmen garis
pantai di area penelitian. Tingginya tingkat sensitivitas lingkungan OSCP di area
penelitian dimungkinkan oleh kondisi lingkungan yang secara umum memiliki
substrat yang bertekstur pasir halus dan cenderung berlumpur, ekposur pantai
yang cenderung sangat terlindung, pasang surut yang cenderung campuran
condong semidiurnal serta keberadaan sumberdaya hayati yang rentan jika terjadi
pencemaran minyak. Dalam kondisi lingkungan tersebut, pencemaran minyak
yang terjadi dimungkinkan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam hal
pembersihan dan pemulihannya.
Gambar 25. Kriteria sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta
Mahakam (i. panjang sensitivitas garis pantai; ii. proporsi sensitivitas)
Berdasarkan hasil analisis komponen utama, sebesar 36.01% keragaman
dijelaskan oleh sumbu faktor 1 (Gambar 26i). Sedangkan lainnya sebesar 18,53%
dan 13.93% dijelaskan oleh sumbu faktor 2 (Gambar 26i) dan sumbu faktor 3
(Gambar 26ii). Secara bersamaan baik, pada sumbu faktor 1, sumbu faktor 2 dan
(ii) (i)
45
sumbu faktor 3 telah menjelaskan sebesar 68.48% keragaman elemen sumberdaya
pesisir penyusun sensitivitas lingkungan OSCP pesisir selatan Delta Mahakam
dari keragaman totalnya. Persentase keragaman ini menjelaskan besaran muatan
informasi yang terdapat pada masing-masing sumbu faktor. Pada sumbu faktor 1
telah memaksimumkan keragaman pada tiap elemen sumberdaya pesisir yang
diproyeksikan secara horizontal. Sedangkan sumbu faktor 2 merupakan sumbu
tegak lurus dengan sumbu faktor 1 dimana keragaman maksimum pada pada tiap
elemen sumberdaya pesisirnya juga diproyeksikan pada sumbu ini. Begitu halnya
dengan sumbu faktor 3 yang tegak lurus dengan sumbu faktor 1 dan faktor 2.
Gambar 26. Grafik analisis komponen utama penyusun sensitivitas lingkungan
OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam (i. faktor 1 vs faktor 2;
ii. faktor 1 vs faktor 3).
Pada tiap sumbu faktor, koefisien-koefisien dari tiap elemen sumberdaya
pesisir akan membentuk kombinasi linier. Sumbu faktor 1 untuk ekposur pantai
(EK), oil residence index (ORI/OR), tipe pantai (TP) dan sumberdaya hayati (SH)
memiliki koefisien kombinasi linier yang cukup besar, yaitu masing-masing
sebesar 0.94 (EK & OR), 0.83 (TP) dan 0.75 (SH). Hal ini menunjukkan adanya
kontribusi yang sangat tinggi dari tingkat eksposur pantai, oil residence index, tipe
pantai dan keberadaan sumberdaya hayati di pesisir selatan Delta Mahakam dalam
tingkat sensitivitas lingkungan OSCP. Kemudian pada sumbu faktor 2, koefisien
kombinasi linier yang memiliki kontribusi cukup besar terdapat pada pemanfaatan
sumberdaya untuk pelabuhan (PL) dan pemukiman (PM) dengan masing-masing
sebesar 0.83 dan 0.85. Sedangkan pada sumbu faktor 3, memiliki kontribusi yang
cukup besar terdapat pada platform migas (PO) dan area tangkapan (AT) dengan
koefisien kombinasi linier sebesar 0.75 dan 0.66.
Walaupun pada sumbu faktor 2 dan sumbu faktor 3 pemanfaatan
sumberdaya pesisir untuk PL, PM, PO dan AT memiliki koefisien kombinasi
linier yang dimungkinkan cukup berkontribusi akan tetapi jika dilihat dari sudut
pandang antar variabel kedekatannya dengan variabel SI memiliki jarak yang
cukup jauh. Hal ini menunjukan belum adanya representase dari keeratan elemen
sumberdaya tersebut pada tingkat sensitivitas lingkungan OSCP di area penelitian.
Belum adanya representase keeratan tersebut dimungkinkan oleh presentase
i ii
46
distribusi penyebaran yang cukup kecil. Dari presentase pemanfatan sumberdaya
pesisir, hanya sekitar 0.001-0.52% terdapat pelabuhan, pemukiman, platform
migas dan area tangkapan (alat tangkap pasif).
Dalam Gambar 26, ekposur pantai (EK), oil residence index (ORI/OR),
tipe pantai (TP) dan sumberdaya hayati (SH) memiliki koefisien kombinasi linier
yang cukup besar. Kemudian elemen sumberdaya tersebut berada pada sumbu
faktor utama dengan keragaman yang cukup besar dari sumbu lainnya yaitu
sebesar 36.01%. Selain itu, proyeksi antar variabel dengan SI membentuk sudut
yang sangat kecil (mendekati sudut Cos 0o) dengan nilai korelasi mendekati 1
korelasi≈1
Eksposur pantai menggambarkan paparan pantai di pesisir selatan Delta
Mahakam terhadap zat pencemar. Tingkat eksposur pantai terhadap pencemaran
oleh tumpahan minyak berpengaruh terhadap lamanya zat pencemar yang
terperangkap. Minyak yang terperangkap di pesisir pantai sangat terkait juga
dengan indeks kediamannya (ORI). Rata-rata nilai ORI berada pada kisaran
estimasi waktu tinggal minyak dari periode bulan sampai tahun. Hal ini
disebabkan oleh sedimen dengan substrat pasir halus dan cenderung dominan
lumpur, serta berada pada eksposur pantai yang sangat terlindung atau sekitar
52.05% (431.96 km) dari 829.82 km total panjang segmen garis pantai di area
penelitian. Kemudian tipe pantai (TP) dan sumberdaya hayati pesisir (SH) yang
dominan masuk dalam klasifikasi tipe pantai mangrove (Gundlach dan Hayes,
1978; Bishop, 1983 diacu dalam Mukthasor, 2007; NOAA, 2002; dan NOAA,
2013).
Hayes et al. (1980), diacu dalam Hayes (1996) menyatakan bahwa pantai
yang terpapar/sangat terpapar diproyeksikan mengalami tingkat ketekunan atau
lamanya minyak di pantai sangat rendah dan pantai yang sangat terlindung atau
terlindung diproyeksikan memiliki tingkat dan potensi jangka panjang terhadap
lamanya minyak terperangkap. Lokasi yang terlindung sangat kecil adanya aksi
gelombang sehingga pembersihan secara alami sulit terjadi, walaupun demikian
pembersihan tetap harus dilakukan dengan teknik manual, jika tidak minyak dapat
tetap terperangkap di pantai dalam waktu yang cukup lama. Beda halnya dengan
pantai yang sangat terpapar akan sangat terpengaruhi oleh kecenderungan aksi
gelombang yang dapat mendorong dispersi alami sehingga pembersihan minyak
dapat dilakukan secara alami. Tipe pantai dan sumberdaya hayati di pesisir selatan
Delta Mahakam cenderung didominasi oleh mangrove. Minyak yang mencemari
mangrove akan masuk kedalam perakaran melalui pergerakan pasang surut dan
lapisan minyak dapat tersimpan dalam akar serta sedimen. Mangrove dapat
mengalami kematian akibat tertutupnya pori-pori pernapasan oleh minyak.
Vegetasi mangrove yang mati akan mengalami pembusukan dengan cepat dan
menyebabkan hilangnya habitat mangrove. Berdasarkan analisis komponen
utama dan uraian di atas bahwa ekposur pantai (EK), oil residence index
(ORI/OR), tipe pantai (TP) dan sumberdaya hayati (SH) merupakan elemen
sumberdaya pesisir yang dapat merepresentasikan area penelitian memiliki tingkat
sensitivitas OSCP yang sangat tinggi. Selengkapnya visualisasi dari tiap kriteria
sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam secara umum
disajikan dalam Gambar 27 dan Gambar 28.
47
(i) (ii)
(iii) (iv)
(v) (vi)
(vii) (viii)
(ix) (x)
Gambar 27. Gambaran umum kriteria sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan
Delta Mahakam (i-ii. sangat rendah; iii-iv. rendah; v-vi. sedang;
vii-viii. tinggi; ix-x. sangat tinggi)
48
Gambar 28. Peta sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam
49
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Secara umum tingkat sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta
Mahakam sangat tinggi. Proporsi tingkat sensitivitas tersebut sebesar 62.37%
dengan panjang segmen garis pantai sebesar 517.52 km dari 829.82 km total
segmen garis pantai. Eksposur pantai (EK), waktu tinggal minyak (ORI), tipe
pantai (TP) dan sumberdaya hayati (SH) merupakan elemen dari faktor utama
yang dapat merepresentasikan tingginya tingkat sensitivitas lingkungan OSCP di
pesisir selatan Delta Mahakam dan sekitar ± 85.6% proporsi sensitivitas
lingkungan dari kriteria sedang sampai sangat tinggi memerlukan perhatian dan
upaya perlindungan yang cepat apabila terjadi tumpahan minyak.
Saran
Perlu dilakukannya kajian yang menghubungkan analisis sensitivitas
lingkungan OSCP dengan analisis risiko OSCP menggunkanan model oil
trajectory sebagai kelengkapan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
DAFTAR PUSTAKA
Abbriano RM, Carranza MM, Hogle SL, Levin RA, Netburn AN, Seto KL,
Snyder SM dan Franks PJS. 2011. DeepWater Horizon Oil Spill: A Review
of the Planktonic Response. Oceanography. 24 (3):294–301.
http://dx.doi.org/10.5670/oceanog.2011.80 [8 Agustus 2014].
Abuodha PAO dan Woodrofee CD. 2010. Assessing Vulnerability to Sea Level
Rise Using a Coastal Sensitivity Index : a Case Study from Southeast
Australia. J Coast Conserv. 14: 189-205. DOI 10.1007/s11852-010-0097-0.
Adelana SO, Adeosum TA, Adesina AO dan Ojuroye MO. 2011. Environmental
Pollution and Remediation on: Challenges and Management of Oil Spillage
in the Nigerian Coastal Areas. American Journal of Scientific and Industial
Research. 2(6): 834-845. doi: 10.5251/ajsir.2011.2.6.834.845.
Creocean. 2012. Mahakam Delta Mangrove Biodiversity and restoration.
Preliminary Cartographic Report. Final Report to Total E&P Indonesie.
Creocean, Montpellier.
Dave D dan Ghaly AE. 2011. Remediation Technologies for Marine Oil Spill: A
Critical Review and Comparative Analysis. Departemen of Process
Enginering and Applied Science. Faculty of Engineering, Dalhousie
University, Halifax, Nova Scotia, Canada. American Journal of
Environmental Sciences 7 (5): 423-440. ISSN 1553-345X.
Dempsey J, Simms A, Harper J, Lambert E dan Hooper R. 1995. West Coast
Newfounland Oil Spill Sensitivity Atlas. Environmental Studies Research
Funds Report No. 127. Calgary. 62 pp.
50
ECMWF] European Centre for Medium-Range Weather Forecasts. 2014.
http://www.ecmwf.int. [16 Februari 2014].
Gastaldo RA. 2010. Peat or no peat: Why do the Rajang dan Mahakam Deltas
differ?. International Journal of Coal Geology. 83:162–172.
doi:10.1016/j.coal.2010.01.005.
Ghavamifar K. 2009. A Decision Support System for Project Delivery Method
Selection in The Transit Industry. Civil Engineering Dissertations.
Departement of Civil and Environmental Engineering. Northeastern
University.
Gundlach ER dan Hayes MO. 1978. Vulnerability of Coastal Environments to Oil
Spill impacts. Marine Technology Society Journal. 12 (4).
Gundlach ER dan Hayes MO. 1978. Chapter 4:Investigations of beach processes.
In: W.N. Hess (Ed.), The AMOCO CADIZ Oil Spill, A Preliminary
Scientific Report. NOAA/EPA Special Report. Boulder: National Oceanic
and Atmospheric Administration. pp. 85-196.
Hasanudin M. 1998. Arus Lintas Indonesia. Oseana. XXIII (2): 1-9.
www.oseanografi.lipi.go.id [22 Juli 2014].
Hayes MO. 1996. An Exposure Index for Oiled Shorelines. Spill Science and
Technology Bulletin. 3(3): 139-147.
[INAC] Indian and Northern Affairs Canada. 2007. Guidelines for Spill
Contingency Planning. Prepared by Water Resources Division Indian and
Northen Affairs Canada Yellowknife, NT. Canada.
IPIECA/IMO. 1994. Sensitivity Mapping for Oil Spill Response. Joint
IPIECA/IMO Oil Spill Report Series.Vol. 1.
IPIECA. 2000. A Guide to Contingency Planning for Oil Spill on Water. IPIECA
Report Series. Vol 2.
IPIECA. 2006. Oil Spill Preparedness and Response. Biological Impacts of Oil
Pollution: Sedimentary Shores. IPIECA Report Series 1990-2005. Vol 9.
IPIECA/IMO/OGP. 2011. Sensitivity Mapping for Oil Spill Response. Joint
IPIECA/IMO/OGP Report.
IPIECA/IMO/OGP. 2011. Sensitivity Mapping for Oil Spill Response. Joint
IPIECA/IMO/OGP Report.
[ITOPF] International Tanker Owners Pollution Federation Limited. 2002. Fate of
arine il pills 1 liver’s Yard, 55 ity oad London E 1Y1HQ
United Kingdom.
[ITOPF] International Tanker Owners Pollution Federation Limited. 2004. Oil
pill Effect on isheres 1 liver’s Yard, 55 ity oad London E 1Y1HQ
United Kingdom.
51
Jackson JBC, Cubit JD, Keller BD, Batista V, Burns K, Caffey HM, Caldwell RL,
Garrity DS, Getter CD, Gonzalez C, Guzman HM, Kaufmann KW, Knap
AH, Levings SC, Marshall MJ, Steger R, Thompson RC, Weil E. 1989.
Ecological Effect of a Major Oil Spill on Panamanian Coastal Marine
Communities. Science. 243 (4887): 37-44.
Lotfy IN. 2004. GIS-based Environmental Sensitivity Index (ESI) Mapping for
Oil Spill. Case Study in Sharm EI-Sheikh, Egypt. Master Dissertation in
Partial Fulfillment of The Requirements for The Degree of Master of
Science in Physical Land Resource. Universiteit Gent Vrije Universiteit
Brussel. Belgium.
Mangkoedihardjo S. 2005. Seleksi Teknologi Pemulihan untuk Ekosistem Laut
Tercemar Minyak. Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi
Kelautan. 2005 November 24. Surabaya, Indonesia.
[MI] Migas Indonesia. 2004. Potensi Kecelakaan di Pertambangan Migas Lepas
Pantai. Jogja Pustaka Mandiri. Yogyakarta.
Michel J, Hayes MO dan Brown PJ. 1978. Application of an oil spill vulnerability
index to the shoreline of lower Cook Inlet, Alaska. Environmental Geology.
2(2):107-117.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
NG TF, Vijayan VR, Chow WS dan Sulaiman A. 2008. Assessment of Oil Spill
Vulnerability of Southwest Pulau Pinang Shoreline. Bulletin of the
Geological Society of Malaysia. 54:123-131. doi: 10.7186/bgsm2008019.
[NOAA] National Oceanic and Atmospheric Administration. 2002.
Environmental Sensitivity Index Guidelines. Version 3.0. NOAA Technical
Memorandum NOS OR&R 11.
[NOAA] National Oceanic and Atmospheric Administration. 2010. Oil Spills in
Coral Reefs: Planning and Response Considerations. U.S. Departement of
Commerce.
Prince RC dan Lessard RR. 2004. Crude Oil Release to the Environmental:
Natural Fate and Remediation Options. Encyclopedia of Energy. Volume 1.
Sidik AS. 2008. The Changes of Mangrove Ecosystem in Mahakam Delta,
Indonesia: A Complex Social-Environmental Pattern of Linkages in
Resources Utilization. The South China Sea Conference. 2008 November
25-29. Faculty of Fisheries and Marine Science. Mulawarman University.
Samarinda.
Stjernholm M, Boertman D, Mosbech A, Nymand J, Merkel F, Myrup M,
Siegstad H, Clausen D, dan Potter S. 2011. Environmental Oil Spil
Sensitivity Atlas for The Northern West Greenland (72o-75
o N) Coastal
Zone. NERI Technical Report No. 828.
Surinati D. 2007. Pasang Surut dan Energinya. Oseana. XXXII (1): 15-22.
www.oseanografi.lipi.go.id [17 Maret 2014].
[TEPI] Total E&P Indonesie. 2012a. Mahakam Delta Fish and Invertebrates
Biodiversity. Field Survey Report.
52
[TEPI] Total E&P Indonesie. 2012b. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Pengembangan Kegiatan Eksploitasi Minyak dan
Gas Bumi di Wilayah Kontrak Mahakam (Tambahan RKL-RPL Tahun
2001, 2005, 2007, 2010 & 2011).
[TEPI] Total E&P Indonesie. 2013a. Adendum ANDAL, RKL dan RPL
Pengembangan Kegiatan Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi di Wilayah
Kontrak Mahakam, South Mahakam dan Balikpapan Base, Provinsi
Kalimantan Timur.
[TEPI] Total E&P Indonesie. 2013b. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Pengembangan Kegiatan Eksploitasi Minyak dan
Gas Bumi di Wilayah Kontrak Mahakam (Tambahan RKL-RPL Tahun
2001, 2005, 2007, 2010, 2011 & 2013).
Tyler-Walters H, Hiscock K, Lear D & Jackson A. 2001. Identifying Species and
Ecosystem Sensitivities. Report to The Departmen for Environment, Food
and Rural Affairs from Marine Life Information Network (MarLIN), Marine
Biological Association of the United Kingdom, Plymout.Contract CW0826.
[Final Report].
[US EPA] United States Environmental Protection Agency. 1999. Understanding
Oil Spills and Oil Spill Response. Oil Program Center. EPA 540-K-99-007.
www.epa.gov [01 Juni 2014].
53
Lampiran 1. Elemen sumberdaya pesisir penyusun sensitivitas lingkungan OSCP
di pesisir selatan Delta Mahakam.
No Sumberdaya
Pesisir Komponen Keterangan Sumber AVi WFi
1 Fitur pesisir/pantai
Kemiringan pantai
>45o
Abuodha dan Woodrofee
(2010)
1 20.1
o- 45
o 2
0,61
10.1o – 20
o 3
6.1o – 10
o 4
0o – 6
o 5
Eksposur pantai
Terpapar Modifikasi kriteria indeks eksposur (Hayes 1996)
1
Cukup Terpapar
2
Cukup Terlindung
3
Terlindung 4
Sangat Terlindung
5
Tipe pantai
Indeks 1 dan 2
Modifikasi Gundlach dan Hayes (1978) dan NOAA (2002) diacu dalam
IPIECA/IMO/OGP (2011)
1
Indeks 3;4;5;6
2
Indeks 7 3
Indeks 8 4
Indeks 9;10 5
2 Sumberdaya hayati 0,28
3 Pemanfatan sumberdaya pesisir
Pelabuhan (Modifikasi Sloan 1993; NG T.F et al. 2008)
1 Platform migas 2 Pemukiman 3 0,11
Tambak 4 Area tangkapan 5
Lampiran 2. Klasifikasi kerentanan pantai terhadap tumpahan minyak (Gundlach
dan Hayes 1978; dan Bishop 1983, diacu dalam Mukthasor 2007).
Kategori Rangking
Kerentanan Tipe pantai Keterangan
Ver
y lo
w (
1)
1 Terekspos pada puncak batuan pantai
Energi gelombang yang besar memungkinkan minyak akan tercuci/bersih dengan sendirinya.
2 Terekspose pada platform
batu-batuan
Aksi gelombang akan mempercepat pembersihan/pencucian minyak, umumnya
dalam skala mingguan. Dalam beberapa kasus, pencucian/pembersihan secara khusus tidak diperlukan.
Lo
w (
2)
3 Dataran pantai
berpasir lembut
Minyak biasanya membentuk lapisan tipis pada
permukaan pasir. Pencucian/pembersihan dilakukan pada saat air pasang. Pada bagian pantai yang lebih bawah minyak dapat mudah
dibersihkan oleh aksi gelombang.
54
Kategori Rangking
Kerentanan Tipe pantai Keterangan
4 Pantai berpasir dengan ukuran
sedang sampai kasar
Minyak dapat membentuk lapisan tebal pada lapisan sedimen yang dapat mencapai kedalaman
sampai sekitar 1 m. Pencucian/pembersihan yang dilakukan dapat membahayakan pantai dan harus dilakukan pada saat air pasang tertinggi.
5 Terekspose pada daerah
pasang surut
Minyak tidak terpenetrasi pada permukaan sedimen yang kompak, tetapi secara biologis
akan berbahaya. Pencucian/pembersihan hanya dilakukan jika kontaminan cukup berat.
6 Pantai dengan
campuran pasir dan kerikil
Minyak dapat terpenetrasi dan terkubur secara
cepat, minyak dapat bertahan lama, sehingga mempunyai dampak yang cukup lama.
Med
ium
(3)
7 Pantai
berkerikil
Minyak dapat terpenetrasi dan terkubur cukup
dalam. Pemindahan/pengambilan kerikil-kerikil yang berminyak dikhawatirkan akan dapat menimbulkan erosi pantai pada masa mendatang.
Hig
h (
4)
8 Pantai berbatu
yang terlindung
Minyak menempel pada permukaan batu-batuan
dan genangan akibat pasang surut bertahan lama karena tidak adanya aktivitas gelombang. Kondisi ini berbahaya terhadap biota yang hidup di daerah
tersebut. Pencucian/pembersihan sangat mahal dan sulit untuk dilakukan.
Ver
y h
igh
(5
)
9 Paparan pantai yang
terlindung
Dapat membahayakan kehidupan biologis dalam kurun waktu yang lama. Pencucian/pembersihan
hanya dapat dilakukan pada daerah paparan pasang surut yang minyaknya sangat banyak.
10 Rawa-Rawa
dan Mangrove Dapat menimbulkan kerusakan ekosistem yang
cukup lama. Minyak mungkin tetap ada sampai sekitar 10 tahun atau lebih.
Lampiran 3. Kriteria ORI dan estimasi lamanya waktu minyak tinggal
Kriteria Waktu Tinggal ORI Estimasi Waktu Tinggal
Pendek 1 Hari sampai Minggu
2 Minggu Sedang 3 Minggu sampai Bulan
4 Bulan Lama 5 Bulan sampai Tahun
Sumber : Dempsey et al (1995); Weighing factor (WF) ORI : 1.5 (Stjernholm et al., 2011)
Lampiran 4. Indeks residensi minyak (ORI) di pesisir selatan Delta Mahakam
No Substrat/Kelas Paparan ST TL CTL CTP TP
1 Dam (bendungan pantai) 4 3 2 1 1 2 Endapan pasir 5 4 2 1 1 3 Endapan liat/lempung 5 4 2 1 1
4 Endapan lumpur 5 4 3 2 1 Sumber : Modifikasi Dempsey et al (1995) Keterangan : ST = Sangat Terlindung, TL = Terlindung, CTL = Cukup Terlindung, CTP = Cukup Terpapar,
TP = Terpapar. Klasifikasi paparan dilakukan dengan analisis indeks eksposur (Hayes, 1996).
55
Lampiran 5. Distribusi kelas kemiringan pantai di pesisir selatan Delta Mahakam
56
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
1 526-9908 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 4.00 2.44
Sumber daya hayati Mangrove 25 0 1 0.00 0.00
Pemanfaatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 11.04 Sedang
2 526-9906 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.05 Sedang
3 526-9898 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
57
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.88 Sangat Rendah
4 526-9904 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 6.00 1.68
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 5.00 0.55 12.83 Sedang
5 526-9900 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 7.71 Rendah
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
58
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
6 526-9902 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 13.65 Sedang
7 528-9910 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur
3.00 1.83
ORI
3.00 4.50
Tipe Pantai
5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan
1.00 0.11
Platform Migas
0.00 0.00
Pemukiman
3.00 0.33
Tambak
0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 13.88 Sedang
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 1 1 1.20 0.34
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
59
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.77 Sedang
3 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur
4.00 2.44
ORI
4.00 6.00
Tipe Pantai
5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 1 1 1.60 0.45
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan
0.00 0.00
Platform Migas
0.00 0.00
Pemukiman
0.00 0.00
Tambak
0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 14.99 Tinggi
8 528-9908 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 4.00 2.44
Sumber daya hayati Mangrove 25 0 1 0.00 0.00
Accipitridae 1 1 1 0.05 0.013
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
60
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Area Tangkapan 0.00 0.00 11.05 Sedang
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas
GT
S 2.00 0.22
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.44 Sedang
3 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 2.40 0.67
Accipitridae 1 3 1 0.14 0.04
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.14 Sedang
9 528-9906 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur
3.00 1.83
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
61
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
ORI
3.00 4.50
Tipe Pantai
5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 1 1 1.20 0.34
Accipitridae 1 9 1 0.43 0.12
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan
1.00 0.11
Platform Migas
2.00 0.22
Pemukiman
3.00 0.33
Tambak
0.00 0.00
Area Tangkapan 5.00 0.55 13.49 Sedang
10 528-9904 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Tengah kanan Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 6.00 1.68
Ardeidae 1 1 1 0.05 0.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 14.11 Tinggi
Tengah kiiri 2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 6.00 1.68
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
62
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 14.10 Tinggi
Kanan 3 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur
3.00 1.83
ORI
3.00 4.5
Tipe Pantai
5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 6.00 1.68
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan
0.00 0.00
Platform Migas
2.00 0.22
Pemukiman
0.00 0.00
Tambak
4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 14.10 Tinggi
11 528-9900 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 0.80 0.22
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.38 Sangat Rendah
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
63
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
12 528-9902 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Tengah kanan Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 12.60 Sedang
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.5
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 12.60 Sedang
3 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur
3.00 1.83
ORI
3.00 4.5
Tipe Pantai
5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 6.00 1.68
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
64
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan
0.00 0.00
Platform Migas
2.00 0.22
Pemukiman
0.00 0.00
Tambak
4.00 0.44
Area Tangkapan
5.00 0.55 13.49 Sedang
13 530-9918 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 15.27 Tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 6.00 1.68
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 18.38 Sangat Tinggi
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
65
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
14 530-9916 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 15.88 Tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 6.00 1.68
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 18.77 Sangat Tinggi
15 530-9914 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 3.20 0.90
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
66
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 14.66 Tinggi
16 530-9912 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 3.20 0.90
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 14.33 Tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 1 1 1.60 1.60
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 14.31 Tinggi
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
67
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
17 530-9910 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 14.66 Tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 3.20 0.90
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 14.22 Tinggi
3 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 8.00 2.24
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
68
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 5.00 0.55 16.33 Tinggi
18 530-9908 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 1 1 2.00 0.56
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas
GT
S 2.00 0.22
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 17.81 Sangat Tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.5
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 1 1 2.00 0.56
Accipitridae 1 3 1 0.24 0.07
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
69
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 17.88 Sangat Tinggi
19 530-9906 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 4.80 1.34
Accipitridae 1 4 1 0.26 0.07
Anhingidae 3 1 1 0.19 0.05
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas
GT
S 2.00 0.22
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 5.00 0.55 16.78 Tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 4.80 1.34
Ardeidae 1 2 1 0.13 0.04
Accipitridae 1 2 1 0.13 0.04
Scolopacidae 1 1 1 0.06 0.02
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 2.00 0.22
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
70
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 5.00 0.55 16.74 Tinggi
20 630-9900 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 1 1 0.40 0.11
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 4.66 Sangat Rendah
21 530-9902 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.5
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 2.00 0.56
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.55 Sangat Rendah
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 1.00 0.61
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
71
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 2.00 0.56
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.55 Sangat Rendah
22 530-9904 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Accipitridae 1 4 1 0.19 0.05
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 14.09 Tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
72
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 14.04 Tinggi
23 532-9918 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 5.00 0.55 15.21 Tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 5.00 0.55 15.21 Tinggi
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
73
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
24 532-9916 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 5.00 0.55 16.43 Tinggi
25 532-9914 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur
5.00 3.05
ORI
5.00 7.50
Tipe Pantai
5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 4.00 1.12
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan
0.00 0.00
Platform Migas
0.00 0.00
Pemukiman
0.00 0.00
Tambak
4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 18.15 Sangat Tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 4.00 1.12
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
74
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 17.60 Sangat Tinggi
Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 16.26 Tinggi
26 532-9912 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 8.00 2.24
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 18.05 Sangat Tinggi
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
75
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
27 532-9910 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur
5.00 3.05
ORI
5.00 7.50
Tipe Pantai
5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 6.00 1.68
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan
0.00 0.00
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman
0.00 0.00
Tambak
0.00 0.00
Area Tangkapan 5.00 0.55 17.88 Sangat Tinggi
Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur
4.00 2.44
ORI
4.00 6.00
Tipe Pantai
5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 0.80 0.22
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan
0.00 0.00
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman
0.00 0.00
Tambak
0.00 0.00
Area Tangkapan 5.00 0.55 14.31 Tinggi
28 532-9908 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur
3.00 1.83
ORI
3.00 4.50
Tipe Pantai
5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 4.80 1.34
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
76
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Accipitridae 1 1 1 0.05 0.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan
0.00 0.00
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 15.00 Tinggi
Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 14.43 Tinggi
29 532-9906 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 2.00 1.22
ORI 2.00 3.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 1.60 0.45
Anatidae 1 2 1 0.06 0.02
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
77
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 11.17 Sedang
30 532-9904 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.5
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 6.00 1.68
Ardeidae 1 1 1 0.08 0.02
Scolopacidae 1 1 1 0.08 0.02
Accipitridae 1 2 1 0.16 0.04
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 19.46 Sangat Tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 8.00 2.24
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 19.27 Sangat Tinggi
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
78
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 9.04 Rendah
31 532-9902 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.38 Sangat Rendah
32 534-9918 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 8.00 2.24
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
79
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 19.33 Sangat Tinggi
33 534-9916 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 8.00 2.24
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 19.88 Sangat Tinggi
34 534-9914 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 8.00 2.24
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 5.00 0.55 19.44 Sangat Tinggi
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
80
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
35 534-9912 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 4.00 1.12
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 18.15 Sangat Tinggi
36 534-9910 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur
5.00 3.05
ORI
5.00 7.50
Tipe Pantai
5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 8.00 2.24
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan
0.00 0.00
Platform Migas
0.00 0.00
Pemukiman
0.00 0.00
Tambak
4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 19.88 Sangat Tinggi
37 534-9906 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 2.00 1.22
ORI 2.00 3.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 4.80 1.34
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
81
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 10.82 Rendah
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 1 1 1.20 0.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 11.38 Sedang
38 534-9904 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.27 Sangat Rendah
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
82
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 7.20 2.02
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 11.84 sedang
39 534-9902 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.27 Sangat Rendah
40 534-9900 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 1.00 0.61
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
83
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Crustacea 12 4 1 0.77 0.22
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 4.83 Sangat Rendah
41 536-9908 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 4.00 1.12
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 18.21 Sangat Tinggi
42 536-9906 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
84
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Area Tangkapan 0.00 0.00 11.71 Sedang
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 11.71 Sedang
43 536-9898 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Sternidae 1 2 1 0.03 0.01
Crustacea 12 3 1 0.58 0.16
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 7.66 Sangat Rendah
46 536-9900 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur
1.00 0.61
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
85
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
ORI
1.00 1.50
Tipe Pantai
2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Sternidae 1 2 1 0.03 0.01
Crustacea 12 1 1 0.19 0.05
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan
0.00 0.00
Platform Migas
0.00 0.00
Pemukiman
0.00 0.00
Tambak
4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 7.55 Sangat Rendah
47 538-9908 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 4.00 1.12
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 17.60 Sangat Tinggi
48 538-9906 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 4.00 1.12
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
86
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 16.99 Tinggi
49 538-9898 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Sternidae 1 2 1 0.03 0.01
Crustacea 12 4 1 0.77 0.22
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.50 Sangat Rendah
50 538-9902 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 6.00 1.68
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
87
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 13.33 Sedang
51 538-9900 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 9.32 Rendah
52 540-9906 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.05 Sedang
53 540-9904 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
88
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 6.00 1.68
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 14.55 Tinggi
54 540-9900 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.66 Sangat Rendah
55 540-9902 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
89
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.99 Sedang
56 542-9906 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 11.71 Sedang
57 542-9904 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 2.00 1.22
ORI 2.00 3.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 1.60 0.45
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 11.65 Sedang
58 542-9900 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
90
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 1.20 0.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.94 Sangat Rendah
59 542-9902 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 1.20 0.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 7.60 Sangat Rendah
60 544-9906 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 9.60 2.69
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
91
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 18.66 Sangat Tinggi
61 544-9904 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 1.20 0.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 7.60 sangat Rendah
62 544-9900 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 0.61
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.38 Sangat Rendah
63 544-9902 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
92
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 1.20 0.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 7.60 Sangat Rendah
64 546-9906 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur
3.00 1.83
ORI
3.00 4.50
Tipe Pantai
2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 7.20 2.02
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan
1.00 0.11
Platform Migas
0.00 0.00
Pemukiman
3.00 0.33
Tambak
4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 13.50 Sedang
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur
1.00 0.61
ORI
1.00 1.50
Tipe Pantai
2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan
1.00 0.11
Platform Migas
0.00 0.00
Pemukiman
3.00 0.33
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
93
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak
4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 7.93 Rendah
66 546-9900 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 1.00 0.61
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.27 Sangat Rendah
67 546-9902 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 7.71 Rendah
68 548-9900 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
94
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 7.27 Sangat Rendah
69 548-9902 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 0.80 0.22
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.93 Sangat Rendah
70 548-9904 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
95
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.27 Sangat Rendah
71 548-9906 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.66 Sangat Rendah
72 552-9908 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 7.20 2.02
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 14.05 Sedang
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur
3.00 1.83
ORI
3.00 4.50
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
96
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai
2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 7.20 2.02
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan
0.00 0.00
Platform Migas
0.00 0.00
Pemukiman
0.00 0.00
Tambak
4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 13.61 Sedang
73 552-9906 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 1.00 0.61
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 2.00 0.56
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 4.94 Sangat Rendah
74 554-9906 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 0.61
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 1.20 0.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
97
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.05 Sangat Rendah
75 554-9908 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 1.20 0.34
Accipitridae 1 2 1 0.03 0.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.11 Sangat Rendah
76 568-9916 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 2.00 0.56
Crustacea 12 5 1 0.96 0.27
Moluska 18 4 1 1.15 0.32
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.14 Sangat Rendah
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
98
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
77 568-9914 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Crustacea 12 9 1 1.73 0.48
Moluska 18 1 1 0.29 0.08
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.79 Sangat Rendah
78 566-9912 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Crustacea 12 5 1 0.96 0.27
Moluska 18 1 1 0.29 0.08
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.57 Sangat Rendah
79 566-9918 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 1.00 0.61
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
99
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 2.00 0.56
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.38 Sangat Rendah
80 566-9914 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.05 Sangat Rendah
81 564-9912 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 1.20 0.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
100
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.38 Sangat Rendah
82 562-9912 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 2.00 0.56
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.99 Sangat Rendah
83 564-9918 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 1.20 0.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 7.16 Sangat Rendah
84 560-9910 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 1.00 0.61
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
101
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 4.83 Sangat Rendah
85 560-9912 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Accipitridae 1 4 1 0.19 0.05
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 10.27 Rendah
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
102
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas
2.00 0.22
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 11.43 Sedang
86 562-9918 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 2.00 0.56
Crustacea 12 6 1 1.15 0.32
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.92 Sangat Rendah
87 560-9918 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
103
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Area Tangkapan 5.00 0.55 8.48 Rendah
88 558-9914 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur
5.00 3.05
ORI
5.00 7.50
Tipe Pantai
5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 10.00 2.80
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan
0.00 0.00
Platform Migas
0.00 0.00
Pemukiman
0.00 0.00
Tambak
4.00 1.12
Area Tangkapan 0.00 0.00 18.74 Sangat tinggi
89 558-9910 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 1.00 0.61
Eksposur
1.00 0.61
ORI
1.00 1.50
Tipe Pantai
2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan
0.00 0.00
Platform Migas
0.00 0.00
Pemukiman
0.00 0.00
Tambak
4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 4.83 Sangat Rendah
90 558-9912 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
104
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 11.71 Sedang
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 11.60 Sedang
91 556-9910 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 1.20 0.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
105
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.33 Sangat Rendah
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 10.22 Rendah
92 558-9918 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 1.00 0.61
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Ciconiidae 3 2 1 0.10 0.03
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.74 Sangat Rendah
93 554-9910 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
106
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 7.27 Sangat Rendah
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 1.20 0.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 7.16 Sangat Rendah
3 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
107
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 12.93 Sedang
4 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 7.82 Sangat Rendah
94 556-9912 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 3.20 0.90
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 14.66 Tinggi
95 554-9912 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
108
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 6.40 1.79
Accipitridae 1 2 1 0.13 0.04
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 16.14 Tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 9.60 2.69
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 17.22 Tinggi
96 556-9918 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 0.40 0.11
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
109
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.93 Sangat Rendah
97 556-9914 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 8.00 2.24
Ciconiidae 3 2 1 0.48 0.13
Ardeidae 2 3 1 0.48 0.13
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 18.93 Sangat Tinggi
98 552-9910 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 1.00 0.61
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 11.44 Sedang
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
110
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 1.00 0.61
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 1.20 0.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 4.72 Sangat Rendah
3 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 1.00 0.61
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 0.61
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 4.49 Sangat Rendah
99 552-9912 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
111
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.05 Sangat Rendah
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 15.54 Tinggi
100 554-9918 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Ardeidae 1 2 1 0.03 0.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
112
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.06 Sangat Rendah
101 550-9908 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 2.00 1.22
ORI 2.00 3.00
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 8.88 Rendah
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 2.00 0.56
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.55 Sangat Rendah
102 550-9910 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
113
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.66 Sangat Rendah
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 10.66 Rendah
103 550-9912 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
114
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Area Tangkapan 0.00 0.00 10.83 Rendah
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.05 Sangat Rendah
3 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 0.80 0.22
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.82 Sangat Rendah
104 552-9914 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
115
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 8.00 2.24
Accipitridae 1 3 1 0.24 0.07
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 18.18 Sangat Tinggi
105 540-9908 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.05 Sedang
106 542-9908 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
116
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 13.54 Sedang
107 548-9908 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 1.60 0.45
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 5.44 Sangat Rendah
108 546-9908 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 1.00 0.61
ORI 1.00 1.50
Tipe Pantai 2.00 1.22
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 6.88 Sangat Rendah
109 544-9908 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
117
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 7.20 2.02
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 13.67 Sedang
110 550-9914 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.66 Sedang
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 2.00 0.22
Pemukiman 3.00 0.33
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
118
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 14.09 Tinggi
111 550-9916 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 8.00 2.24
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 19.33 Sangat Tinggi
112 548-9918 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 8.00 2.24
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 18.11 Sangat Tinggi
113 548-9916 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
119
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 12.00 3.36
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 20.45 Sangat Tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 12.00 3.36
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 20.45 Sangat Tinggi
114 536-9910 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 6.00 1.68
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
120
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 16.94 Tinggi
115 536-9912 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 8.00 2.24
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 19.33 Sangat Tinggi
116 536-9918 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 12.00 3.36
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 0.00 0.00
Area Tangkapan 0.00 0.00 20.01 Sangat Tinggi
117 536-9916 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
121
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 12.00 3.36
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 20.45 Sangat Tinggi
118 536-9914 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 8.00 2.24
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 18.11 Sangat Tinggi
119 546-9918 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 10.00 2.80
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
122
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 18.06 Sangat Tinggi
120 546-9916 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 6.00 1.68
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 17.55 Sangat Tinggi
121 538-9910 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 3.20 0.90
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 14.66 Tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
123
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 3.20 0.90
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 15.21 Tinggi
122 540-9910 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 16.32 Tinggi
123 544-9918 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
124
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.66 Sedang
124 542-9918 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 6.00 1.68
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 17.55 sangat tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 1 1 1.20 0.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 11.99 Sedang
3 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
125
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.32 Sedang
125 538-9912 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 6.40 1.79
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 16.77 Tinggi
126 538-9914 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 8.00 2.24
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
126
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 19.33 Sangat Tinggi
127 544-9916 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 1 1 1.20 0.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 13.21 Sedang
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 14.21 Tinggi
3 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
127
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 3.20 0.90
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 15.88 Tinggi
128 540-9912 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 4.00 1.12
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 18.21 Sangat Tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 6.00 1.68
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
128
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 18.77 Sangat Tinggi
129 540-9916 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 12.00 3.36
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 20.45 Sangat Tinggi
130 542-9916 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 4.00 1.12
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 17.54 Sangat Tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
129
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 12.87 Sedang
131 540-9914 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 5 1 10.00 2.80
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 19.89 Sangat Tnggi
132 542-9912 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 3.20 0.90
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
130
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 15.88 Tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 3.05
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 4.00 1.12
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 13.76 Tinggi
133 544-9914 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 8.00 2.24
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 19.33 Sangat tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.55
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
131
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 8.00 2.24
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 19.38 Sangat tinggi
134 542-9914 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 1 1 2.00 0.56
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 17.65 Sangat Tinggi
135 548-9910 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 2.00 1.22
ORI 2.00 3.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 3.20 0.90
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
132
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 10.38 Rendah
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 2.00 1.22
Eksposur 2.00 1.22
ORI 2.00 3.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 3.20 0.90
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 1.00 0.11
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 3.00 0.33
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 5.00 0.55 10.82 Rendah
136 548-9912 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.66 Sedang
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
133
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.66 Sedang
3 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.66 Sedang
4 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
134
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.32 Sedang
137 548-9914 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 6 1 7.20 2.02
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 13.67 Sedang
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.32 Sedang
3 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
135
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 4.80 1.34
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.99 Sedang
4 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.32 Sedang
138 544-9910 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 4.00 2.44
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
136
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 13.27 Sedang
139 546-9914 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 2.40 0.67
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.32 Sedang
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 3.00 1.83
Eksposur 3.00 1.83
ORI 3.00 4.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 3.60 1.01
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 12.66 Sedang
140 544-9912 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
137
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 4.00 1.12
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 18.21 Sangat tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 2 1 4.00 1.12
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 18.21 Sangat tinggi
3 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 3 1 6.00 1.68
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
138
No NO_INDEK
Sumber daya pesisir/pantai Komponen RS RA TM AV PI SI Kriteria
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 18.77 Sangat tinggi
141 546-9912 1 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 5.00 3.05
ORI 5.00 7.50
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 8.00 2.24
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 19.33 Sangat tinggi
2 Fitur Pesisir Kemiringan Pantai 5.00 3.05
Eksposur 4.00 2.44
ORI 4.00 6.00
Tipe Pantai 5.00 3.05
Sumber daya hayati Mangrove 25 4 1 6.40 1.79
Pemanfatan Sumber daya Pelabuhan 0.00 0.00
Platform Migas 0.00 0.00
Pemukiman 0.00 0.00
Tambak 4.00 0.44
Area Tangkapan 0.00 0.00 16.77 Tinggi
Lampiran 6. Matrik analisis sensitivitas lingkungan OSCP di pesisir selatan Delta Mahakam.
139
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 Juni 1983. Penulis merupakan putra
kedua dari lima bersaudara dari pasangan Muhammad Idris (Alm) dan Supena.
Tahun 2002 penulis menamatkan sekolah menengah di SMUN 69 Jakarta.
Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan strata satu di Institut
Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan dan
menyelesaikannya pada tahun 2007. Di tahun 2010 penulis berkesempatan
melanjutkan Studi Magister di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, dan
menyelesaikan studi pada tahun 2014.
top related