analisis kerjasama (musyarakah) produksi …eprints.walisongo.ac.id/11061/1/full skripsi.pdf ·...
Post on 29-Oct-2020
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS KERJASAMA (MUSYARAKAH) PRODUKSI
PENGELOLAAN BATU-BATA MERAH DI DESA
TAMPINGAN KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL
SKRIPSI
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata S.1
dalam Ilmu Ekonomi Islam
ANISA RIZKI RAHMAWATI
1405026097
JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019
ii
iii
Pengesahan
iv
Motto
ة خيرا يره فمه يحمل مثقال ذر
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apapun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya.
- Q.S Al-Zalzalah : 7 -1
1 Kementrian Agama RI, Al-Fattah: Al-Qur’an 20 Baris & Terjemahan 2
Muka, Jakarta,Wali, 2013 (Al-Zalzalah:7), hal.303
v
Persembahan
Syukur Allhamdulillah telah terselesaikannya sebuah
karya tulis kecil ini, penulis mempersembahkan karya ilmiah
kepada:
1. Sebagai tanda terimakasih dan bakti penulis kepada
Ayahanda dan Ibunda tercinta. Terimakasih banyak atas
perjuangan, kasih sayang serta doa yang tiada pernah
berhenti untuk penulis dalam meraih cita-cita.
2. Adik-adik terhebatku, terima kasih atas dorongan dan
doanya hanya sebuah karya tulis yang dapat
dipersembahkan.
3. Sahabat dan teman yang telah memberikan dukungan
motivasi dan semangat hingga terselesainya skripsi ini.
vi
vii
TRANSLITERASI
Transliterasi merupakan hal yang penting dalam skripsi
karena pada umumnya banyak istilah Arab, nama orang, judul buku,
nama lembaga dan lain sebagainya yang aslinya ditulis dengan huruf
Arab harus disalin ke dalam huruf latin. Untuk menjamin konsistensi,
perlu ditetapkan satu transliterasi sebagai berikut :
A. Konsonan
q = ق z = ز ' = ء
k = ك s = س b = ب
l = ل sy = ش t = ث
m = م sh = ص ts = ث
n = ن dl = ض j = ج
w = و th = ط h = ح
h = ه zh = ظ kh خ
y = ي „ = ع d = د
gh = غ dz = ذ
f = ف r = ر
B. Vokal
a = ـــ
i = ـــ
u = ـــ
viii
C. Diftong
ay = أي
aw = أو
D. Syaddah
Syaddah dilambangkan dengan konsonan ganda, misalnya
.al-thibb الطة
E. Kata Sandang (...ال)
Kata sandang (...ال) ditulis dengan al-... misalnya الصناعت = al-
shina ’ah. Al- ditulis dengan huruf kecil kecuali jika terletak
pada permulaan kalimat.
F. Ta’ Marbuthah
Setiap ta’ marbuthah ditulis dengan “h” misalnya الطبيعيت
.al-ma’isyah al-thabi’iyyah = المعيشت
ix
ABSTRAK Industri pengelolaan batu-bata merah di Desa Tampingan
merupakan aktifitas ekonomi yang menggunakan keterampilan kerjanya
dalam mengolah sumber daya alam. Industri rumah tangga batu-bata merah
ini cukup banyak jumlahnya, disebabkan dari faktor ekonomi yang mendesak
dan pendidikan yang dimiliki. Semakin padatnya pertumbuhan penduduk
menimbulkan pengalihan fungsi lahan semakin meningkat penggunaannya
sebagai pemukiman baru. Hal ini terjadi di Desa Tampingan Kecamatan Boja
Kabupaten Kendal. Tempat persawahan menjadi tempat hunian baru. Dari
permasalahan itu pengelolaan batu-bata merah di Desa Tampingan dimulai.
Kejasama yang terjadi di Desa Tampingan yaitu antara pengelolaan batu-bata
merah dengan pemilik lahan, melakukan perjanjian dengan pembagian hasil
persenan.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang terjun langsung
dilapangan (field research). Sumber data menggunakan dua jenis sumber
yaitu data primer dan data sekunder perolehan sumber data dari
menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah
melakukan pengumpulan data, tahap selanjutnya yakni menganalisis data
dengan pendekatan deskriptif kualitatif.
Penelitian di temukan kerjasama pengelolaan di Desa Tampingan
tidak menerapkan konsep musyarakah secara syariah. Perjanjian-perjanjian
dalam ber-musyarakah secara lisan menyebabkan kendala karena kurang
jelasnya akad. di Desa Tampingan dengan model pendapatan hasil penjualan
dibagikan 10% dari penghasilan dan Pengelola mendapatkan sisanya serta
menanggung semua biaya selama produksi. Adanya kerugian-kerugian yang
di taksir oleh masing-masing pihak. Kegiatan ekonomi pengelolaan batu-bata
merah dapat optimal jika di kerjakan oleh lebih dari dua orang, pasalnya
tidak semua pengelola demikian. Hasil pendapatan berasal dari pengurangan
beban-beban, tetapi pembagian nisbah yang terdapat Ketika sedang
menghadapi masalah dalam produksi pengelola merasa kesulitan dalam
menanggung biaya-biaya yang telah habis terbuang. Begitupun sebaliknya,
kelebihan pengambilan manfaat di lahan miliknya merasa rugi dari masalah
tersebut musyarakah belum dapat terselesaikan.
Kata kunci : Faktor Produksi, Biaya Produksi, Pendapatan, Kerjasama
(Musyarakah)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq
dan hidayah-Nya, shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS
KERJASAMA (MUSYARAKAH) PRODUKSI PENGELOLAAN
BATU-BATA MERAH DI DESA TAMPINGAN KECAMATAN
BOJA KABUPATEN KENDAL”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi tugas dan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.
Dalam penulisan skripsi ini, dengan kerendahan hati penulis
mendapatkan banyak sekali bimbingan, arahan, dan saran-saran
maupun dukungan dari berbagai pihak, sehingga penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan. Untuk itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang
Prof. Dr. H. Muhibbin, MA.
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang saya banggakan,
Bapak Dr. H. Muhammad Saifullah, M.Ag.
3. Ketua Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN
Walisongo Semarang Bapak H. Ade Yusuf Mujaddid, M.Ag ,
terima kasih atas saran, nasehat dan motivasinya.
xi
4. Terkhusus untuk dosen pembimbing skripsi penulis, Bapak Dr.
H. Nur Fatoni,M.Ag dan Bapak H. Ade Yusuf Mujaddid, M.Ag
terima kasih atas ilmu, bimbingan, dan waktunya. Tanpa
pengarahan bapak pembimbing, mungkin penulis tidak dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Wali studi penulis, Bapak Rahman El Junusi, SE., MM yang
telah membimbing dan memotivasi penulis.
6. Para Dosen pengajar di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN Walisongo, khususnya dosen Jurusan Ekonomi Islam
yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, ucapan terima
kasih atas motivasi dan ilmunya. Dan tidak lupa kepada seluruh
staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri
(UIN) Walisongo Semarang, terima kasih sudah membantu apa
yang telah dibutuhkan oleh penulis.
7. Segenap Pegawai Perpustakaan Universitas UIN Walisongo dan
Pegawai Perpustakaan Syariah yang telah memberikan izin dan
pelayanan sehingga memudahkan penulis dalam menyusun
skripsi.
8. Kepada segenap Warga Desa Tampingan yang telah membantu
memberikan informasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
9. Teman-teman UIN Walisongo yang menemani dan membantu
dalam perkuliahan.
Banyak harapan, tulisan, ide, gagasan dan apa yang
telah penulis dokumentasikan dalam bentuk karya sederhana ini
xii
dapat bermanfaat menjadi salah satu coretan tinta dalam
khazanah ilmu dan pengetahuan. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan dari
pembaca untuk menuju proses kesempurnaan.
Semarang, 15 Juli 2019
Anisa Rizki Rahmawati
1405026097
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................. v
HALAMAN DEKLARASI ......................................................... vi
HALAMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................ vii
HALAMAN ABSTRAK ............................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR .................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................... 6
D. Tinjauan Pustaka ................................................ 7
E. Metode Penelitian .............................................. 13
F. Sistematika Penulisan ........................................ 17
BAB II KAJIAN TEORI
A. Teori Produksi ..................................................... 19
1. Capital (modal) ............................................. 20
xiv
2. Labour (tenaga kerja) ......................................... 22
3. Raw Material (kekeyaan alam) .......................... 23
4. Technology ........................................................ 23
B. Teori Biaya Produksi ................................................ 24
1. Biaya................................................................... 24
2. Biaya Produksi ................................................... 24
3. Penggolongan Biaya ........................................... 26
C. Teori Pendapatan ...................................................... 30
1. Pengertian Pendapatan ....................................... 30
2. Jenis-jenis Pendapatan ........................................ 31
3. Unsur-unsur pendapatan ..................................... 32
4. Sumber Pendapatan ............................................ 32
D. Kerjasama (Musyarakah) .......................................... 33
1. Pengertian Musyarakah ...................................... 33
2. Rukun dan Syarat Syirkah .................................. 36
3. Pembagian Keuntungan ...................................... 39
4. Dasar Hukum ...................................................... 40
BAB III PEMBAHASAN GAMBARAN SECARA UMUM
INDUSTRI BATU-BATA MERAH
A. Deskripsi Daerah Penelitian ...................................... 43
1. Letak Daerah ...................................................... 43
2. Sejarah Terbentuknya Industri Batu-bata Merah 45
B. Proses Produksi ......................................................... 47
C. Biaya Produksi Batu-bata Merah .............................. 48
1. Kalkulasi biaya produksi .................................. 48
xv
2. Pendapatan kotor ......................................... 50
D. Praktik Kerjasama (Musyarakah) Lahan Usaha
Industri Batu-bata Merah ..................................... 51
E. Daftar Pengerajin Batu-bata Merah beserta
Kepemilikan Tanah .............................................. 53
F. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat setempat .. 55
1. Sarana keagamaan ......................................... 55
2. Sarana Pendidikan ......................................... 56
3. Sarana Sosial ................................................. 57
4. Sarana Pengairan ........................................... 58
5. Ekonomi ........................................................ 59
BAB IV ANALISIS DATA KERJASAMA (MUSYARAKAH)
PENGELOLAAN BATU-BATA MERAH DI DESA
TAMPINGAN
A. Pelaksanaan Musyarakah Pengelolaan Batu-bata
Merah di Desa Tampingan Kecamatan Boja
Kabupaten Kendal ............................................... 62
B. Pemahaman Konsep Musyarakah pada Pengelolaan
Batu-bata Merah secara Syariah di Desa
Tampingan ........................................................... 66
C. Pendapatan Industri Rumah Tangga Produksi
Batu-bata Merah di Desa Tampingan .................. 69
1. Analisis Teori Produksi ................................. 69
2. Analisis Biaya Produksi Batu-bata Merah di
Desa Tampingan ............................................ 72
xvi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................... 79
B. Saran ......................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pendapatan Kotor sebelum Pembagian Hasil dan Biaya
Tabel 2. Daftar Pelaku Industri Batu-bata Merah dan Kepemilikan
lahan
Tabel 3. Daftar Kepemilikan Lahan
Tabel 4. Bangunan Tempat Ibadah Desa Tampingan
Tabel 5. Bangunan Sekolah di Desa Tampingan
Tabel 6. Bangunan Sosial di Desa Tampingan
Tabel 7. Pengairan Berbayar di Desa Tampingan
Tabel 8. Jenis Usaha Lain Milik Warga Desa Tampingan
Tabel 9. Industri-indsutri di Rw 05 Desa Tampingan
Tabel 10. Jenis Pekerjaan warga Rw 05 Desa Tampingan
Tabel 11. Capaian Produksi Pengelolaan selama satu Bulan
18
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Boja
Gambar 2. Proses produksi
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Apa yang ada di langit dan bumi beserta isinya adalah
rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Allah yang menciptakan
sekaligus pemilik seluruh semesta alam ini. Manusia diberi
kewenangan memberdayagunakan sumber daya alam ini untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Di dalam kehidupan dunia ,
manusia mengklaim sumber pekerjaan, harta benda, keahlian
atau profesi, dan ilmu pengetahuan sebagai bagian hak
miliknya. Harta dan segala sesuatu merupakan amanah (titipan)
yang harus di kelola dengan penuh tanggung jawab sesuai
dengan ketentuan-Nya.1 Manusia memperoleh hak, mengatur
dan mengelola sumberdaya alam untuk bisa memanfaatkannya.
Tanah sebagai tempat semua mahluk hidup berpijak dan
tumbuh berkembang. Tanah mengandung unsur hara, mineral
dan komponen tanah lainnya yang mempunyai banyak
fungsinya bagi kehidupan. Secara umum tanah digunakan
sebagai tempat untuk orang bertempat tinggal. Namun
kegunaan lainnya selain dijadikan tempat untuk mendirikan
sebuah rumah dan bangunan. Tanah dapat dijadikan sebagai
sumber mencari rejeki, seperti halnya bercocok tanam, bahan
1 Ghufron Ajib, Fiqh Muamalah II Kontemporer-Indonesia, Semarang : CV.
Karya Abadi Jaya, 2015, hal.19
2
baku kerajinan seni, sebagai bahan dasar suatu produksi
sehingga tanah memiliki nilai tambah.
Industri dapat terbentuk karena adanya suatu kegiatan
mengolah bahan dasar mentah menjadi barang setengah jadi
atau menjadi barang jadi. Bentuk dari industri ada dua macam
yaitu industri yang menghasilkan jasa dan industri penghasil
barang. Bentuk industri berdasarkan jumlah tenaga kerjanya,
jika jumlah tenaga kerja antara skala kecil maka industri
tersebut dapat dikatakan industri rumah tangga. Industri yang
mempunyai skala kecil, didirikan dengan memiliki tujuan
mencari keuntungan. Pengoprasian industri rumah tangga
pelaku bisnisnya adalah seorang kepala keluarga maupun
anggota keluarga. Industri rumah tangga dapat maju dan
berkembang baik membutuhkan dukungan investasi, teknologi
yang digunakan dan (SDM) sumber daya manusia atau tenaga
kerja yang optimal.
Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri karena
manusia merupakan mahkluk sosial. Seseorang tidak bisa
memenuhi kebutuhan sendiri tanpa membutuhkan bantuan
orang lain. Menjalani kehidupan memerlukan adanya suatu
hubungan antar manusia. Bentuk hubungan bisa berupa saling
tolong menolong, bekerjasama dengan bermuamalah.
Muamalah sendiri secara etimologi berasal dari bahasa Arab
kata mafa’alah yang berarti saling berbuat. Kata tersebut
menggambarkan sesuatu aktivitas seseorang dengan orang lain
3
masing-masing bermaksud untuk memenuhi kebutuhan.2
Menjalin suatu relasi demi terciptanya sebuah usaha sangat
dibutuhkan bagi satu sama lain. Di dalam bermuamalah terdapat
adanya hak dan kewajiban dari suatu perjanjian yang telah
disepakati bersama yang disebut akad. Akad merupakan wujud
bermualainya sebuah transaksi.
Masyarakat pertama dimulai dari unit terkecil yaitu
sebuah keluarga. Tidak dapat dielakan lagi, setiap keluarga pasti
membutuhkan pemasukan dalam hal materil. Kebutuhan dasar
atau pokok hukumnya wajib untuk dipenuhi. Setelah itu
kebutuhan sekunder muncul, setelah terpenuhinya kebutuhan
primer. Ketika sebuah keluarga mampu mencapai kebutuhan
pokoknya. Hasrat ingin memiliki sesuatu yang baru dan lebih
itu pasti ada. Sifat dasar manusia tidak pernah puas,maka
timbulah keinginan-keinginan kebutuhan kedua. Tidak terlepas
dari memenuhi kebutuhan dasar atau kebutuhan setelahnya,
demi menunjang kelangsungan hidup. Sebuah roda ekonomi
rumah tangga untuk bisa terus berputar. Kemudian yang harus
dilakukakan oleh unit masyarakat terkecil tersebut adalah
mencari pekerjaan atau membangun sebuah usaha. Tujuannya
untuk mendapatkan pemasukan bagi keluarga secara financial.
Oleh sebab itulah dengan bekerjasama (syirkah) dalam hal
usaha memudahkan kegiatan berbisnis. Kemitraan suatu usaha
2 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, Jakarta : Prenadamedia
Group, 2012, hal. 2
4
dapat memberikan keuntungan apabila dilakukan pengelolaan
yang baik, efektif dan efisien dengan sumber daya manusia dan
sumber daya alam yang terbatas. Memanfaatkan sumber daya
alam yang terbatas, yang ada disekitar secara produktif.
Di Desa Tampingan terdapat lahan pertanian yang cukup
luas. Semula penduduknya sebagian bermata pencaharian
sebagai petani padi. Seiring dengan berjalannya waktu, para
pekerja buruh tani berbondong-bondong beralih melakukan
sebuah usaha baru. Pendapatan sehari-hari masih mengandalkan
hasil bertani padi, dirasa masih kurang untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang sekarang semakin kompleks. Petani bisa
mendapatkan penghasilan tetapi harus terlebih dulu menunggu
masa panen tiba. Kini hajat hidup semakin banyak dan
keinginan baru membuat mereka terjun kedunia bisnis baru.
Sawah atau lahan kosong diubahnya menjadi tempat produksi
batu-bata. Kebanyakan petani beralih pekerjaan membuat usaha
produksi bata merah, dengan alih-alih menginginkan hasil lebih
dari sebelumnya menjadi seorang buruh tani. Untuk memproses
sebuah bata merah memerlukan adanya bahan dasar berupa
tanah untuk pembuatannya. Perolehan upah hanya di dapat
tetapi menunggu masa panen datang. Panggilan memanen
untuk bekerja di orang lain. Pembuatan material rumah tangga
satu ini lebih banyak menghasilkan pemasukan bagi para
pengelola batu bata.
5
Permasalahannya terletak pada faktor-faktor produksi.
Memproses produksi dapat menghasilkan batu-bata dalam
jumlah banyak maka memerlukan material dasar yang cukup.
Selain bahan baku faktor produksi seperti tenaga kerja, alat
produksi, tempat produksi, dan unsur penunjang produksi
lainnya. Keadaan industri rumah tangga ini hampir semua
pengelola industri bata memproduksi tidak pada lahan mereka
sendiri, melainkan milik orang lain. Pengelola diminta oleh
pemilik lahan untuk mengelola tanah mereka. Para pekerja
industri bata, lahan yang dipakai milik seseorang dengan
menggunakan sistem kesepakatan adat dilingkungan setempat.
Oleh karena itu dengan cara ini, melakukan perjanjian atau
kesepakatan bersama lebih fleksibel dilakukan.
Sistem yang dipakai dalam pembagian penghasilan yaitu
sistem persen. Nilai besaraan bagi hasil yang diterapkan sesuai
kesepakatan pada awal transaksi. Penghasilan perolehan
industri rumah tangga batu-bata merah apakah mampu
memberikan kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan bagi
pengelola. Dilihat dari faktor produksi, biaya yang harus
dikeluarkan untuk mengelola industri bata. Berangkat dari latar
belakang tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian
dengan judul “ANALISIS KERJASAMA (MUSYARAKAH)
PRODUKSI PENGELOLAAN BATU-BATA DI DESA
TAMPINGAN KECAMATAN BOJA KABUPATEN
KENDAL”.
6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana praktik kerjasama pengelolaan batu bata pada
Desa Tampingan Kecamatan Boja
2. Bagaimana pemahaman konsep musyarakah pengelola
batu-bata merah secara syariah di Desa Tampingan
3. Bagaimanaa pendapatan batu-bata Industri rumah tangga
pengelola di Desa Tampingan Kecamatan Boja
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui mekanisme akad kerjasama
pengelolaan tanah di Desa Tampingan.
2. Untuk mengetahui sistem bagi hasil dari sewa tanah yang
ada di Desa Tampingan.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami
pelaku syirkah di Desa Tampingan dalam
mengembangkan usahanya.
4. Untuk mengetahui bagaimana solusi dalam
menyelesaikan masalah didalam menjalin hubungan
bermuammalah ijarah tanah.
Manfaat Penelitian
1. Penelitian yang telah dilakukan dapat memberikan
wawasan untuk memecahkan suatu masalah bagi peneliti
dan juga bagi pihak pelaku kemitraan dari hasil
penelitian.
7
2. Penelitian ini dapat mengkontribusikan khasanah ilmu
tentang syirkah atau musyarakah serta dalam bagi
hasilnya.
3. Hasil dari penelitian dapat memberikan solusi bagi pihak
pelaku syirkah pengelolaan tanah.
4. Bagi penulis ini bermanfaat sebagai bahan pelajaran dan
menambah wawasan ilmiah penulis.
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka digunakan untuk memberikan informasi
tentang penelitian atau karya ilmiah lainnya yang berkaitan
dengan penelitian yang akan di teliti. Berdasarkan hal tersebut
penulis berusaha meninjau penelitian atau karya ilmiah yang
berhubungan dengan judul “ANALISIS KERJASAMA
(MUSYARAKAH) PRODUKSI PENGELOLAAN BATU-
BATA DI DESA TAMPINGAN KECAMATAN BOJA
KABUPATEN KENDAL”, diantaranya adalah :
Jurnal yang ditulis oleh Bagus Sumargo yang berjudul
“Perkembangan Teori Sewa Tanah dalam Perspektif Pemikiran
Ekonomi” menjelaskan Teori sewa tanah menurut madzhab
physiokratik Pemikiran tentang sewa tanah (land rent)
sebenarnya telah mulai pada zaman praklasik, yaitu pada
mazhab physiokratik yang merupakan tahap pendahulu bagi
mazhab klasik. Kaum physiokrat kembali pada ajaran
tradisional bahwa semua kekayaan berasal dari tanah, hanya
tanah yang dapat memberikan hasil melalui apa yang ditanam
8
ke dalamnya. Jadi, surplus satu-satunya itu berasal dari tanah.
Teori tanah menurut madzhab klasik Para pemikir ekonomi
pada mazhab klasik. Di dalamnya juga terdapat teori tentang
sewa tanah yang satu sama lainnya mengandalkan beberapa
pengertian dasar yang telah dipaparkan oleh para tokoh mazhab
phsyokrat. Menurut Adam Smith yang terkenal dengan
karyanya Wealth oh Nations pembayaran uang terbesar untuk
membiayai produksi dan distribusi adalah upah, sewa, dan laba.
Mengenai sewa, Smith berpendapat bahwa sewa pada
hakekatnya merupakan suatu harga monopoli. Sewa tanah
sebagai surplus ekonomi dapat terjadi karena kesuburannya dan
lokasinya. Pada dasarnya, sewa tanah tersebut merupakan balas
jasa untuk pemanfaatan tanah yang dipakai dalam suatu
aktifitas.3 Beda dengan penelitian yang akan saya ambil, teori
yang akan di pakai berdasarkan konsep syariah. Dari penelitan
diatas terdapat pendapat bahwa sewa merupakan suatu harga
monopoli dimana dalam konsep syariah tidak diperbolehkan,
saya tidak sependapat dengan sistem monopoli karena
menggunakan monopoli hanya menguntungkan pihak tertentu
saja.
Jurnal yang ditulis Rizka Nurmadany yang berjudul
“Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian Antara
3 Bagus Sumargo, Perkembangan Teori Sewa Tanah dalam Perspektif
Pemikiran Ekonomi, Journal The WINNERS, Vol. 3 No. 2, September 2002:
188-195
9
Pemilik Tanah dan Penggarap Di Kabupaten Sleman”
menjelaskan subjek perjanjian semua responden tidak
mengetahui adanya Undang-undang Nomor 2 Tahun 1960. Para
narasumber mengatakan kurangnya sosialisasi terkait dengan
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1960 maka pelaksanaan
perjanjian bagi hasil masih menggunakan hukum kebiasaan
masyarakat. Subyek perjanjian bagi hasil adalah pemilik dan
penggarap. Dalam Pasal 1 ditentukan bahwa pengertian pemilik
tanah adalah orang atau badan hukum yang berdasarkan suatu
hak mengusai tanah. Sedangkan dalam Pasal 2 ditentukan
bahwa yang diperbolehkan menjadi penggarap adalah orang-
orang tani yang tanah garapannya tidak lebih dari 3 hektar.
Apabila lebih dari 3 hektar maka harus meminta izin dari
Mentri muda Agraria. Bentuk perjanjian yang dilaksanakan
oleh pemilik dan penggarap tidak dilakukan secara tertulis
melainkan secara lisan. Dalam Pasal 3 ditentukan bahwa
perjanjian bagi hasil harus dilaksankan secara tertulis. Hal ini
tidak sesuai dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1960.4
Dari pembahasan penelitian diatas saya setuju dengan bentuk
perjanjian yang dilaksanakan oleh pemilik dan penggarap tidak
dilakukan secara tertulis melainkan secara lisan dan
pelaksanaan perjanjian bagi hasil masih menggunakan hukum
4 Rizka Nurmadany, Pelaksanaan perjanjian bagi hasil tanah pertanian
antara pemilik tanah dan penggarap di kabuoaten Sleman, Universitas Atma
Jaya Yogyakarta
10
kebiasaan masyarakat. Namun penelitian diatas mengacu hanya
pada peraturan perundang-undangan saja, berbeda dengan
penelitian saya yang juga akan berdasarkan hukum secara
syariah.
Jurnal di tulis Mochamad Erwin Radityo berjudul
“Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Lahan Untuk
Pemasangan Base Transceiver Station” Pelaksanaan perjanjian
sewa menyewa lahan untuk pemasangan Base Transceiver
Station (BTS) oleh Perusahaan Penyedia Menara
Telekomunikasi PT. Dayamitra Telekomunikasi di Kantor
Regional Sumbagut tersebut dibuat dalam bentuk tertulis yaitu
berupa Akta Otentik yang dibuat di hadapan Notaris, sehingga
dengan bentuk tertulis akan lebih menjamin kepastian hukum.
Dalam pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa sesekali timbul
masalah yang disebabkan oleh cedera janji (wanprestasi) atas
poin-poin perjanjian yang telah disepakati, dan solusi
penyelesaian masalah tersebut dilakukan secara musyawarah.
Pada umumnya perselisihan hukum dapat muncul dari
penolakan warga yang berada dalam radius ketinggian BTS
yang didirikan dan sengketa terhadap lahan yang disewa, akan
tetapi dalam objek yang penulis teliti yaitu BTS yang berlokasi
di Jalan Jermal VII, Kelurahan Denai, Kecamatan Medan
Denai, Kota Medan belum ditemukan adanya perselisihan
11
hukum.5 Dari pembahasan penelitian diatas saya setuju dengan
pelaksanaan perjanjian sewa lahan untuk pemasangan Base
Transceiver Station (BTS) dilakukan secara tertulis di hadapan
notaris berupa Akta Otentik sebagai bukti atas perjanjian sewa
lahan. Apabila timbul masalah wanprestasi dapat
diperselesaikan dengan baik. Perbedaannya dengan penelitian
saya terletak pada sistem akad tidak menggunakan bukti tertulis
dalam melakukan perjanjian lahan yang digunakan untuk
mengelola batu bata.
Jurnal Klivensi Ilona Mafor “ Analisis faktor produksi
padi sawah di Desa Tompasobaru Dua Kecamatan
Tompasobaru”. Sejak jaman kolonialisme Pertanian
menjadikan penggandaan modal. Optimasi produktivitas padi
dilahan sawah salah satu peluang meningkatnya produksi padi
nasional. Sebab belum optimalnya produktivitas padi karena 1.)
rendahnya efisiensi pemupukan. 2.) belum efektif dalam
mengendalikan hama padi 3.) penggunaan pupuk, benih, dan
pestisida kurang bermutu dan varietas yang dipilih kurang
adaptif. 4) sifat fisik dari tanah tidak optimal. Lahan menjadi
masalah yang komplek di Indonesia. Status penguasaan lahan
yang berkaitan dengan petani yang akan mempengaruhi akses
5 Mochamad Erwin Radityo,“Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Lahan
Untuk Pemasangan Base Transceiver Station”, Dunia Ilmu, Vol.No.04 1
Pebruari 2018
12
modal. Selanjutnya aku berdampak pada faktor produksi padi.6
Pada pembahasan diatas saya setuju dengan produktivitas padi
dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor produksi untuk
menentukan keberhasilan. perbedaannya dengan penelitian
saya, terletak pada sistem transaksi kerjasama bagi hasil
perolehan pengelolaan tanah untuk pembuatan batu-bata.
Industri usaha batu-bata juga memerlukan faktor produksi dan
mendapatkan unsur pembuatan bata memerlukan biaya untuk
memperolehnya.
Jurnal Rusnani, Fahrizal dan Sudirman Muin dengan
judul “Analisa Biaya dan Pendapatan Industri Pengolahan
Kayu di Kabupaten Kubu Raya”. Isi dari jurnal menjelaskan
pengembangan hasil kayu untuk bisa mempunyai nilai tambah
secara ekonomis. Kayu kemudian diolah menjadi barang rumah
tangga seperti meja, kursi, almari, kusen dan barang mebel
lainnya. PD.Mitra Meubel mengkalkulasi omset secara
keseluruhan. Hasil dari perhitungan PD.Mitra Meubel Total
biaya untuk memproduksi pintu Rp.292.111, jendela
Rp.141.045, kursen Rp.134.053. Total penerimaan penjualan
pintu Rp.334.824, jendela Rp.190.581 dan kursen Rp.240.000.
Total keuntungan jenis pintu Rp.42.713, jendela Rp.49.536, dan
kursen Rp.105.947. Perhitungan secara ekonomis bisnis
meubel PD.Mitra Muebel masih layak untuk dijalanakan karena
6 Kliveni Ilona Mafor, Analisis Faktor Produksi Padi Sawah Di Desa
Tompasobaru Dua Kecamatan Tompasobaru, hal. 1-2
13
masih memperoleh keuntungan. Berdasarkan hasil jumlah yang
diproduksi setiap bulan dengan harga jual perunit mebel
nilainya berada diatas titik impas.7 Saya setuju dengan
penjelasan jurnal diatas, bahwa usaha PD.Mitra Meubel masih
bisa dijalankan karena terdapat keuntungan dalam bisnis mebel.
Persamaan dengan penelitian saya , sama-sama membahas
tentang biaya produksi. Perbedaannya terletak diobjek material
serta ada pembagian hasil antara pemilik lahan dengan
pengelola.
E. Metodologi Penelitian
1. Tempat Pengorganisasian Penelitian
Tempat penelitian berlokasi di Desa Tampingan
Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Pos: 51381. Adapun
penelitian dilakukan secara individu tidak berkelompok,
penanggungjawab sepenuhnya penulis sendiri serta
dibantu oleh dosen pembimbing penelitian.
2. Jenis data dan instrumen penelitian
a. Jenis data
Jenis penelitian termasuk dalam field
research. Data yang digunakan dalam penelitian
ini berupa primer dan sekunder. Pengumpulan data
7 Rusnani, Fahrizal, Sudirman Muin, Analisa Biaya dan Pendapatan Industri
Pengelolaan Kayu Di Kabupaten Kubu Raya, Hutan Lestari, Vol .4, No. 4,
2006, hal.643-648
14
primer melalui wawancara dan observasi. Data
sekunder diperoleh secara tidak langsung yaitu
dengan kajian pustaka.8
b. Instrument Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan
pengukuran terhadap fenomena sosial maupun
alam. Meneliti data yang sudah ada lebih tepat
kalau di namakan membuat laporan dari pada
melakukan penelitian. Namun demikian dalam
skala yang paling rendah laporan juga dapat di
nyatakan sebagai bentuk penelitian. Jumlah
instrumen penelitian tergantung pada jumlah
variabel penelitian yang telah di tetapkan untuk di
teliti. Dalam penelitian ini yang
berjudul “ANALISIS KERJASAMA
(MUSYARAKAH) PRODUKSI
PENGELOLAAN BATU-BATA DI DESA
TAMPINGAN KECAMATAN BOJA
KABUPATEN KENDAL”. Maka instrument
penelitiannya adalah:
8Saifuddin Azwar,Metode Penelitian, Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR
(Anggota IKAPI), 2001, Hal. 91
15
1. Instrumen untuk mengukur mekanisme bagi
hasil Ijarah (sewa menyewa).
2. Instrumen untuk mengukur produksi
pengelolaan batu bata.
3. Pemilihan responden
Pengambilan responden yaitu pelaku
kerjasama (musyarakah) pengambilan tanah yang
di ambil secara acak tidak memandang strata.
a. Tehnik pengumpulan data
1. Observasi partisipasi
Observasi adalah kegiatan
pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan. Peneliti
mengikut sertakan diri sebagai partisipan
terhadap objek pengamatan dan
merasakan berada dalam kehidupan
objek yang diamati.9
2. Dokumentasi
Teknik pengumpulan dari data-data
yang sudah ada pada peneliti
sebelumnya, laporan atau buku-buku .
9 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif:Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP,
2007,Hal.118-182
16
3. Wawancara
Wawancara merupakan cara untuk
memperoleh informasi melalui Tanya
jawab dengan responden secara langsung.
Persiapan yang perlu di perhatiakan
sebelum melakukan wawancara meliputi:
Alat bantu pengamatan seperti : type
recorder, pulpen, ,surat tugas, surat
ijin, daftar responden.
Responden pengganti jika
dimungkinkan terjadi kendala tidak
dapat menggali informasi pada
informan yang dituju.
Daftar pertanyaan
b. Prosedur penelitian
Prosedur dalam penelitian ini meliputi
metode penelitian, populasi dan sampel,
variabel penelitian, rancangan penelitian,
Jenis data dan instrument penelitian,
pemilihan responden, tehnik pengumpulan
data, tehnik analisis data.
1. Analisis data
Setelah pekerjaan lapangan
terselesaikan tahap selanjutnya
mengonversikan data. Penulis mereduksi
17
data dengan memilah hasil penemuan,
membuang data yang tidak penting dan
mengambil hal yang pokok. Kemudian
menjawab pertanyaan-pertanyaan lalu
membuat keputusan. Pada penelitian ini,
penulis menganalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif kualitatif.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian yang berjudul
“ANALISIS KERJASAMA (MUSYARAKAH) PRODUKSI
PENGELOLAAN BATU-BATA MERAH DI DESA
TAMPINGAN KECAMATAN BOJA KABUPATEN
KENDAL” sebagai berikut :
BAB I :PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Manfaat Penelitian
1.4. Tinjauan Pustaka
1.5. Sistematika Penulisan
BAB II :PEMBAHASAN (tinjauan kepustakaan yang
membahas teori-teori pendukung penelitian )
18
BAB III :PEMBAHASAN (Gambaran secara khusus tentang
daerah lokasi penelitian, Sejarah, konsep kerjasama
pengelolaan bata di Desa Tampingan)
BAB IV :PEMBAHASAN( menganalisis data dan hasil dari
objek peneltian, serta hambatan-hambatan yang
dialami untuk kesejahteraan para pelaku musyarakah
pengelola batu bata kemudian memberikan solusinya
dari permasalahan)
BAB V : PENUTUP
1.1. Kesimpulan
1.2. Saran-saran
1.3. Penutup
19
BAB II
KAJIAN TEORI
A. TEORI PRODUKSI
Teori produksi adalah suatu kegiatan memproses input
produksi berupa faktor-faktor produksi kemudian menjadi
sebuah output dalam bentuk barang maupun jasa. Seorang
produsen dalam melakukan kegiatan memproses produksi
mempunyai landasan teknis tersendiri, yang di dalam teori
ekonomi disebut sebagai fungsi produksi.1 Setiap produsen
menciptakan sebuah produk memerlukan faktor-faktor
produksi. Semua sumber daya yang digunakan dalam
berproduksi berguna menciptakan nilai guna suatu barang dan
jasa.
Q = ƒ (X1,X2,X3,..., Xn)
Di mana :
Q = Tingkat produksi
X1,X2,X3,..., Xn = Input produksi2
Fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menunjukan
tingkat hubungan penggunaan input dari beberapa faktor
produksi untuk menghasilkan output barang tertentu.
Fungsi produksi sebagai berikut :
1Yulius Eka Agung Saputra, Joko Sutrisno, Pengantar Ekonomi Mikro,
Yogyakarta,Ekuilibria, 2016, hal. 114 2Syamri Syamsuddin, Detri Karya, Mikro Ekonomi untuk Manajemen,
Depok, PT.RajaGrafindo Persada, 2018, hal.136
20
Q : Jumlah Output
K : Capital (modal)
L : Labour ( tenaga kerja)
R : Raw material (kekayan alam)
T : Technology3
Maksud dari fungsi produksi tersebut secara pernyataan
matematis berarti bahwa tingkat produksi tergantung pada
jumlah modal, tenaga kerja, kekayaan alam dan tingkat
teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda maka
memerlukan input faktor produksi yang berbeda. Setiap
memproduksi satu jenis produksi tertentu dapat menggunakan
faktor produksi yang berbeda dengan jenis produksi lain.
Perpaduan berbagai kombinasi faktor produksi untuk
menghasilkan output barang tertentu, dapat ditentukan dengan
cara memilih faktor produksi yang memiliki unsur nilai paling
ekonomis untuk memproduksi. Berikut faktor-faktor penunjang
proses produksi:
1. Capital (modal) adalah segala sesuatu yang berwujud
benda atau non materil yang dapat digunakan untuk
mempermudah proses produksi. Modal dapat berupa
3 Yulius, Pengantar… hal.114
Q = ƒ (K, L, R, T)
21
uang yang berasal dari milik sendiri, pinjaman dari bank,
atau diperoleh dari saham dan sebagainya. Namun modal
tidak selalu berbentuk dana. Kemampuan keterampilan
manusia juga bisa dikatakan sebagai modal, karena tanpa
skill tidak akan tercipta sebuah produk.
a. Modal menurut sifat terdiri dari modal lancar dan
modal tetap.
1. Modal lancar adalah modal yang dipakai
untuk berproduksi dan sifatnya sekali pakai
langsung habis. Contohnya dalam produksi
kain, benang contoh dalam garmen.
2. Modal tetap yaitu modal yang digunakan
dalam jangka waktu yang panjang dan dapat
pakai secara terus-menerus, misalnya mesin
pemotong kain, mesin jahit, mesin obras.
b. Modal menurut bentuk, terdiri dari modal nyata
dan modal abstrak.
1. Modal nyata adalah modal yang dapat
terlihat (peralatan, gedung, dll)
2. Modal abstrak adalah modal yang tidak
nampak terlihat namun dapat dirasakan
hasilnya seperti keterampilan, keahlian
c. Modal berdasarkan kepemilikan, terdiri dari modal
perorangan dan modal sosial.
22
1. Modal perorangan adalah modal yang
diperoleh individu, dimanfaatkan oleh satu
individu untuk menghasilkan keuntungannya
sendiri.
2. Modal masyarakat, yaitu modal yang
diperuntukkan kepada orang banyak seperti
jalan bisa digunakan masyarakat banyak,
pasar sebagai tempat berkumpulnya penjual
dan pembeli bertransaksi komoditi maupun
jasa, jembatan sebagai akses jalan
masyarakat bersama.
2. Labour (tenaga kerja),yaitu peranan manusia dalam
proses produksi. Suatu usaha dengan mencurahkan energi
kedalam kegaiatan produksi meliputi
kemampuan,keterampilan atau keahlian, tenaga yang
dimiliki untuk menciptakan barang maupun jasa. Tenaga
kerja dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga kerja terdidik
dan tenaga kerja terlatih.
a. Tenaga kerja terdidik, yaitu tenaga kerja yang
mempunyai keahlian di bidang-bidang tertentu dan
memiliki latar belakang pendidikan tertinggi,
seperti guru, dosen, arsitektur, dokter, insinyur,
ahli ekonomi, ahli psikologi dan sebagainya.
b. Tenaga kerja terlatih , yaitu tenaga kerja yang
memiliki kemampuan dalam suatu bidang
23
pekerjaan tanpa di dasari background pendidikan
yang tinggi. Contoh sopir, tukang sepatu dan
lainnya dengan cara latihan terlebih dahulu.
c. Tenaga kerja tak terdidik dan tak terlatih, yaitu
tenaga kerja tanpa membutuhkan pendidikan dan
pelatihan. misalnya buruh sapu, buruh cuci dan
lainnya.
3. Raw material ( kekayan alam) kekayaan sumber daya
alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk digunakan
memenuhi kebutuhan mausia. Suber daya alam teridiri
dari: tanah, air, udara, barang tambang, aneka mineral
yang terkandung di dalam tanah. Sumberdaya alam apa
saja yang bisa dijadikan faktor produksi yang telah
disediakan oleh alam. Sumber daya alam ini diperoleh
alami dari alam bukan karena hasil kegiatan manusia.
4. Technology adalah sebuah peralatan, perlengkapan, yang
sengaja dibuat oleh manusia untuk memudahkan aktivitas
kerja. Sarana diciptakan sebagai meningkatkan nilai
tambah suatu barang dan jasa. Teknologi merupakan
aspek penting untuk membuat barang-barang yang
dibutuhkan manusia. digunakan sebagai alat bantu
menyelesaikan masalah atau kegiatan menghasilkan
produksi.
24
B. TEORI BIAYA PRODUKSI
1. Biaya
Pengertian biaya (cost) menurut ilmu ekonomi
yaitu semua beban yang harus ditanggung oleh produsen
untuk menghasilkan komoditi berupa produk ataupun
jasa sampai barang maupun jasa tersebut siap untuk
dikonsumsi atau dipasarkan. Besar kecilnya pengeluaran
biaya yang harus dikeluarkan tergantung pada seberapa
jumlah barang yang dihasilkan. Biaya berpengaruh
terhadap jumlah produksi, produsen harus memilih
strategi untuk meminimalisir biaya.4 Pengorbanan ini
dapat diukur dengan menggunakan uang untuk
mendapatkan barang atau jasa.
2. Biaya produksi
Sejumlah beban yang harus ditanggung produsen
berupa pengeluaran dana untuk menghasilkan suatu
barang yang diproduksi. Orang atau perusahaan untuk
memproduksi suatu barang jika ingin mengetahui besar
kecilnya pendapatan, maka perlu dianalisis biayanya.
Setiap berproduksi pasti mengeluarkan biaya. Macam-
macam biaya mulai dari cara memperoleh bahan baku,
memproses pengolahan, mendistribusikan produk sampai
4 Syamri syamsudin, Mikro ekonomi …, hal.161
25
ketangan konsumen semua membutuhkan biaya yang
harus di korbankan.
a. Beberapa unsur-unsur biaya produksi:
1.) Bahan baku atau bahan dasar.
2.) Bahan pembantu atau alternatif.
3.) Upah tenaga kerja (kuli).
4.) Penyusutan peralatan produksi.
5.) Dana sewa.
6.) Biaya penunjang: biaya angkut, biaya
pemeliharaan.
7.) Biaya pemasaran.
8.) Pajak.
b. Secara umum biaya produksi tersebut dapat
digolongkan kedalam tiga komponen biaya sebagai
berikut:
a. Komponen biaya bahan produksi terkait
semua bahan yang diperlukan langsung
dengan kegiatan produksi.
b. Komponen upah tenaga kerja
c. Komponen biaya overhead meliputi semua
beban yang ditanggung untuk menunjang
terselesaikannya proses produksi.5
c. Biaya produsi dapat dibagi menjadi dua:
5 Yulius, Pengantar …, hal. 129
26
a. Biaya implisit
Biaya implisit atau impurted cost disebut
juga ongkos tersembunyi adalah taksiran
biaya atas yang di gunakan dalam proses
produksi.
b. Biaya Eksplisit
Biaya yang sudah terlihat jelas pasti di
keluarkan untuk memperoleh faktor
produksi. Contoh: biaya tenaga kerja dan
sewa.6
3. Penggolongan biaya
a. Biaya jangka pendek
Biaya jangka pendek (short run) adalah
pembeban biaya dengan suatu durasi waktu yang
sangat pendek sehingga membuat produsen tidak
dapat mengganti faktor produksi. Biaya ini sifatnya
wajib dikeluarkan. Macam biaya menurut
tujuannya dan biaya karena berubah volume
kegiatan7
1.) Dalam hubungan dan tujuan dari biaya
Biaya langsung atau Direct cost diamana
biaya yang harus dikeluarkan langsung
6 Imroatus Sholiha, Teori Produksi dalam Islam, Iqtishadiyah, vol. 4, No. 2,
Juni 2018, Hal.64-65 7 Syamri, Mikro …, hal.163
27
dan dapat didentifikasi, misalnya upah
tenaga kerja, pembayaran sewa gedung,
biaya listrik, pembelian bahan baku.
Biaya tidak langsung atau Indirect cost,
dimana biaya yang tidak bisa
diidentifikasi secara langsung harus
mengikuti proses waktu produksi
berjalan. Misalnya biaya asuransi tenaga
kerja, biaya penanganan kecelakaan
kerja.
2.) Dalam hubungan dengan berubahnya
volume kegiatan
a. Biaya tetap total (Fixed cost/Fc) biaya
yang harus di keluarkan meski
perusahaan tidak memproduksi.biaya ini
tidak mempengaruhi output. Contoh: gaji
pegawai, biaya pembuatan gedung , sewa
tanah , pembelian mesin.
b. Biaya variabel total (Total variable cost/
Vc) biaya yang dikeluarkan jika
berproduksi tergantung pada jumlah
barang yang diproduksi. Apabila banyak
yang di produksi maka semakin banyak
biaya variabel semakin besar. Biaya ini
28
dapat mempeengaruhi output. Misalnya :
biaya tenaga kerja, biaya mesin
c. Biaya total (Total Cost/ TC) Keseluruhan
biaya yang di keluarkan produsen terdiri
dari biaya tetap dengan biaya variabel.
Jumlah biaya tetap di tambah biaya
variabel. TC = FC+VC
d. Biaya rata-rata total (Avarage fixed
cost/AFC) hasil bagi biaya tetap total dan
jumalah barang yangdi hasilkan.
e. Biaya variabel rata-rata (Average
variable cost /AVC) variabel setahun
unit produksi.
f. Biaya total rata-rata (Avarage cost/Ac)
biaya total barang tertentu (Q). AC = TC
/ Q
g. Biaya marginal (Marginal cost/ Mc)
Biaya marjinal adalah biaya tambahan
setiap memproduksi adanya unit yang
bertambah. Penambahan biaya yang
disebabkan rata-rata yg dpt dihitung dari
total cost dibagi banyaknya jumlah ,
karena tambahan satu unit produksi.
Biaya marginal di peroleh dari selisih
29
total cost dan selisih dari kuantitas dari
barang yang diproduksi.8
b. Biaya jangka panjang
Dalam jangka panjang perusahan dapat
menambah semua faktor produksi atau input yang
akan digunakan. Oleh sebab itu, biaya produksi
tidak perlu dibedakan dengan biaya tetap dan biaya
yang dapat berubah. Dalam jangka panjang semua
biaya adalah variabel.
1.) Biaya rata-rata jangka panjang ( Long-run
Average Cost/ LAC) biaya total dibagi
dengan jumlah output yang dihasilkan.
2.) Biaya marginal jangka panjang ( Long-run
Marginal Cost/ LMC) Tambahan biaya
karena telah menambah produksi sebesar 1
unit.
3.) Biaya total jangka panjang ( Long-run Total
Cost / Ltc) Biaya yang dikeluarkan untuk
produksi seluruh output dan semua yang
bersifat variabel.9
8 Suhartati Joesron dan Fathorazzi, Teori Ekonomi Mikro, Yogyakarta, Graha
Ilmu, 2012, hal. 144-146 9 Imroatus, Teori… hal.65-66
30
C. TEORI PENDAPATAN
1. Pengertian Pendapatan (Revenue)
Pendapatan yaitu sejumlah penerimaan berupa
uang ataupun barang yang diperoleh oleh sebuah
perusahaan. Perusahaan menerima pendapatan
disebabkan telah melakukan suatu aktivitas penjualan
barang atau jasanya kepada konsumen. Pendapatan
merupakan indikator penting bagi perusahaan. Besar
kecilnya pendapatan mempengaruhi aktivitas berjalannya
perusahaan. Fungsi dari pendapatan adalah sebagai tolak
ukur tingkat perkembangan kondisi ekonomi dari
perusahaan pada periode waktu tertentu.
Penerimaan produsen dari hasil penjualan
- Penerimaan Total (Total Revenue)
Total penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan
produksi. Penerimaannya total menjadi jumlah
produksi yang terjual dikalikan dengan harga jual
produk.
TR = Pq x Q
- Penerimaan Rata-rata (Avarage Revenue)
Besar penerimaan produse dari satu unit produksi
yang terjual.
AR = TR / Q = Pq.Q / Q = Pq
31
AR adalah harga jual produk per unit.
- Penerimaan Marginal (Marginal Revenue)
Kenaikan penerimaan total yang disebabkan
bertambahnya penjulaan dari satu unit produksi.
MR = ΔTR / ΔQ10
2. Jenis-jenis Pendapatan
a. Gaji dan upah
Imbalan yang diperoleh oleh seseorang setelah
orang tersebut melakukan suatu pekerjaan kepada
orang lain. Pemberian imbalan diberikan pada hari
itu, perminggu atau perbulan.
b. Pendapatan dari usaha sendiri
Pendapatan total yang di dapat setelah
pengurangan atas biaya-biaya yang harus
ditanggung. Bentuk usaha milik sendiri ,
dioperasikan sendiri, dan sumber modal berasal
dari milik pribadi.
c. Pendapatan dari usaha lain
Pendapatan yang diperoleh bersumber pada selain
dari usaha tanpa menggunakan tenaga kerja.
10
Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu
Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, Jakarta , Prenada
media group2010, hal. 196-197
32
Pendapatan hasil sewa yang bukan termasuk
bagian dari kegiatan usah. Contoh seperti
perolehan uang pensiun, hasil ternak atau kebun
pribadi, mendapat sumbangan dari pihak lain, hasil
sewa asset milik sendiri.11
3. Unsur-unsur Pendapatan
a. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang
dan jasa hasil produksi
b. Imbalan yang diterima atas penggunaan aktiva atau
sumber ekonomi perusahaan oleh orang lain
c. Penjualan aktiva selain barang dan jasa hasil
produksi sebagai unsur pendapatan lain.12
4. Sumber Pendapatan
a. Pendapatan oprasional, yaitu penerimaan yang
berasal dari aktivitas utama sebuah perusahaan.
b. Pendapatan non oprasional,merupakan pendapatan
yang terima diluar aktivitas inti perusahaan.
c. Pendapatan luar biasa (Extra ordinary)
Pendapatan yang diperoleh secara tidak terduga
dan diharapkan untuk terjadi kembali. Biasanya
11
Hestanto, Pengertian Pendapatan, http://www.hestanto.web.id/pengertian-
pendapatan/, diakses 20./8/2019 12
Ibid.,Hestanto, Pendapatan… Diakses. 20/8/2019
33
peolehan semacam ini jarang terjadi, namun dapat
terulang kembali pada sewaktu-waktu.13
D. KERJASAMA (MUSYARAKAH)
1. Pengertian Musyarakah (Syirkah)
Dalam bahasa arab berasal dari kata syarika-
yasyraku-syarikan/syirkatan/syarikatan yang berarti
menjadi sekutu atau serikat. Kata dasarnya boleh dibaca
syirkah atau syarikah. Menurut Al-Jaziri, lebih fasih.
Syirkah juga bermakna mencampurkan dua bagian (atau
lebih) sedemikan rupa sehingga tidak dapat lagi
dibedakan. Satu bagian dengan bagian yang lainnya.
Sedangkan menurut istilah para Ulama fikih, syirkah
merupakan satu akad kerjasama antara dua orang atau
lebih untuk suatu usaha tertentu. Dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana atau amal dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan kerugian akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
(Bidayatul Mujtahid, Ibnu Rusydi II/253).14
Kompilasi Hukum Islam Ekonomi Syariah ,
syirkah atau musyarakah yaitu kerjasama dua orang atau
lebih dalam hal permodalan, keterampilan, atau
kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian
13
Ibid.,Hestanto, Pengertian…. Diakses . 20/8/2019 14
Maryani, Kerjasama/Syirkah dalam Bisnis Islam, Iqtishodiya, Vol.4 , No.1,
Januari 2018. Hal. 79
34
keuntungan berdasarkan nisbah.15
Secara umum ada dua
jenis syirkah yaitu syirkah amlak dan syirkah uqud.
a. syirkah amlak penguasaan hak kepemilikan suatu
barang bangunan , bergerak maupun tidak dimiliki
secara bersama-sama atas suatu barang tanpa di
dahului akad atau transaksi lain. Diperoleh secara
otomatis tanpa memerlukan suatu usaha. Misalnya
kepemilikan bersama para ahli waris terhadap harta
warisan yang diperoleh karena orang tua
meninggal dunia, hadiah yang didapat secara
langsung.
b. syirkah uqud perserikatan yang tercipta karena
memang dilakukan perjanjian dengan sengaja oleh
pihak yang berserikat untuk melakukan kerjasama
bertujuan mencari keuntungan bersama. Setiap
orang yang berserikat berpartisipsi dalam
memberikan modal. Persekutuan yang dijalankan
bertitik pada mencari keuntungan berupa materil.
Syirkah uqud dibagi menjadi beberapa macam
yaitu:
1.) Syirkah „inan adalah perserikatan dua orang
atau lebih setiap orang menyertakan modal
kerja. Penyertaan modal ditentukan oleh
15
Mardani, Fiqh…, hal. 218
35
pihak yang berserikat dengan jumlah sesuai
kesepakatan para pihak. Persekutuan
bermaksud untuk memperoleh laba. Contoh
ril terjadi di PT, CV, Firma, Koperasi dan
lainnya.
2.) Syirkah mufawwadhah masih-masih syarik
memberikan modal yang sama, lebih
condong pada keterampilan. Setiap sekutu
memiliki wewenang yang sama dalam
berserikat, masing-masing memiliki posisi
yang sama sebagai penjamin dan tidak ada
berat wewenang yang berbeda. Praktik di
Indonesia terjadi pada kantor Konsultan
hukum atau biro konsultasi hukum.
3.) Syirkah wujuh bentuk kerjasama dua orang
atau lebih untuk melakukan suatu
usaha/bisnis bersama namun tidak
menyertakan harta (dana) maupun skill
sebagai modal usahanya. Yang dibutuhkan
dalam syirkah ini adalah tanggungjawab,
kepercayaan dalam bekerjasama. Contoh
konkritnya seperti agen, makelar atau
pialang.
36
4.) Syirkah abdan bentuk kerjasama melakukan
suatu usaha tanpa menyertakan modal (dana)
dari dua orang atau lebih orang yang
berserikat. Kerjasama ini berupa
keterampilan menciptakan sebuah karya.
Pembagian usaha atau upahnya sesuai
kesepakatan yang telah dilakukan. Syirkah
ini biasanya dipraktikan oleh seorang
pembuat baju, sepatu, kerajinan anyaman
bambu, atau pekerja borongan (tukang batu,
pembuat gedung, tukang bangunan) dan
lainnya.
2. Rukun dan Syarat Syirkah
Yang menjadi rukun berserikat menurut ketentuan syariat
Islam adalah (Sulaiman Rasyid, 1990 : 278)
a. Sighat (lafaz akad)
b. Orang (pihak-pihak yang mengadakan perserikatan)
c. Pekerjaan (bidang usaha yang dijalankan)
Perjanjian pembentukan serikat atau persekutuan ini
sighat atau lafazhnya, dalam praktiknya di Indonesia
sering diadakan dalam bentuk tertulis yaitu tercantum
dalam akte pendirian serikat itu. Yang pada dasarnya
sighat tersebut berisikan perjanjian untuk mengadakan
serikat.
37
Syarat-syarat bagi pihak-pihak yang mengadakan kongsi
perserikatan haruslah:
a. Orang yang berakal
b. Baligh;dan
c. Dengan kehendaknya sendiri tanpa ada unsur
keterpaksaan.16
Sifat barang atau modal yang disertakan dalam
esensinya hendaknya berupa:
a. Barang modal yang dapat bernilai (umumnya
disebutkan dalam bentuk sejumlah uang)
b. Penyertaan modal masing-masing pesero
digabungkan menjadi satu yaitu harta penggabungan
perseroan dan tidak dipersoalkan lagi darimana asal-
usul modal tersebut.
Mengenai hal-hal penyertaan modal tidak ditentukan
didalam syari’at , modal tiap-tiap pesero tidak selamanya
mengkontribusikan modal yang sama besar, para sekutu
boleh menyertakan modal dalam bentuk atau jumlah
yang berbeda.
16
Chauruman Pasaribu dan Suhrawardi, Hukum Perjanjian dalam Islam,
Jakarta, Sinar Grafika Offset, 1996, hal.76
38
Pembagian keuntungan (profit sharing) dan pembagian
kerugian dari persekutuan, menurut para ahli Hukum
Islam berpendapat bahwa pembagian profit hendaknya
didasari pada perbandingan kontribusi modal oleh
masing-masing pihak sekutu. Tetapi ada juga ahli Hukum
Islam yang lain beropini bahwa pemaruhan keuntungan
dari perolehan perserikatan atau pemaruhan kerugian yang
dialami oleh serikat tidak harus sesuai dengan
perbandingan kontribusi modal tiap sekutu. Dapat
diartikan dapat berlebih atau kurang dari perbandingan
modal yang disertakan oleh para sekutu asalkan
pemaruhan tersebut sudah diperjanjikan terlebih dahulu
ketika persekutuan dimulai. Pada umumnya pembagian
keuntungan atau kerugian diatur dan disepakati dalam
perjanjian terlebih dahulu.17
Mengenai objek akad, harta perserikatan tidak boleh
dipindah tangankan tanpa sepengetahuan para serikat
yang lain, namun harus mendapat izin dari peserikat yang
lain dan berdasarkan ketentuan sesuai dengan persetujuan
para peserikat.18
17
Chairuman Pasaribu dan Auhrawardi, Hukum…, Hal. 76 18
Chairuman Pasaribu dan Auhrawardi, Hukum…, Hal. 77
39
3. Pembagian Kentungan dan Kerugian
Pembagian keuntungan syirkah bersifat profit and loss
sharing yakni membagi keuntungan membagi kerugian.
Adapun pembagian keuntungan dapat dilakukan dengan
satu atau dua cara membagi penentuan nisbah.
Pembagian hasil dengan proporsional dan nisbah sesuai
kesepakatan.
a. Pembagain keuntungan (profit sharing) yaitu
pembagian keuntungan yang dihitung dari total
pendapaataan setelah dikurangi seluruh biaya
oprasional
b. Pembagian pendapatan (Revenue Sharing) yaitu laba
pembagiannya dihitung dengan cara total pendapatan
musyarakah yang diterima oleh Lembaga keuangan
syariah. Kerugian hanya dapat dibagi secara
proporsional. Kerugisn tidak dapat dibagi
berdasarkan kesepakatan nisbah bagi hasil atas dasar
kesepakatan. DSN MUI No.8 tahun 2000
Pembiayaan Musyarakah ditetapkan bahwa (
kerugian usaha syariah) dibagikan secara
proporsional kepada mitra menurut saham masing-
masing dalam modal.19
19
Jaih Mubarok dan Hasanudin, Fikih Mu‟amalah Maliyyah Akad Syirkah
dan Mudharabah, Bandung , Simbiosa Rekatama Media, 2017, hal. 13-14
40
4. Dasar Hukum
a. Dasar hukum yang berasal dari Al-Quran
Surah Shad :42
ه الخلطاء ليبغي بعضم عل إن كثيشا م ا ا ى بعض إل الزيه ... مى
عملاالص ... ت لح
“… Memang banyak diantara orang-
orang yang bersekutu itu berbuat zalim
kepada yang lain, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan kebajikan…”. Menurut Wahbah az-Zuhaili ,orang-
orang yang berserikat, bermitra dan
berpartner menggabungkan modal secara
bersama. 20
Surah Al-Mai’idah :1
د ا يا الزيه ا ي ا بالعق ف ا ا ...مى
“Wahai orang-orang yang beriman!
Penuhilah janji-janji…”
Menurut Wahbah az-Zuhaili memenuhi
sesuatu secara utuh dan lengkap tanpa ada
kekurangan. Perjanjian dan kesepakatan
yang dikukuhkan antara kalian dengan Allah
SWT dan dengan manusia, yakni setiap
mereka melakukan kesepakatan terhadapnya
seperti kesepakatan menjalin persekutuan,
20
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir:Fil „Aqidah wasy-Syarii‟ah wal
Manhaj Jilid 12, Jakarta, Gema Insani, 2016, hal.168-170
41
aliansi dan yang lainnya. Hal ini mencakup
syari’at menyangkut apa yang dihalalkan,
diharamkan dan diwajibkan oleh syari’at,
juga akad-akad antara sebagian manusia
dengan sebagian yang lain dalam transaksi
jual-beli, akad pernikahan dan sebaginya. 21
b. Sumber hukum Al-Hadist
Hadist
عه آبي ش يشة س ضي الل تعالى عى قال : قال
سلم:" قال الل تعالى: ل الل صلى الل علي سس
ثالث الششيكيه ما لم يخه آحذما صاحب فإرا آوا
ح صح د دا اي آب خان جت مه بيىما." )س
الحاكم(
Dari Abu Harairah r.a, ia berkata,
Rasulullah saw. Bersabda, “Allah Ta‟ala
berfirman, „Aku adalah yang ketiga dari dua
orang yang berserikat, selama salah
seorang diantara mereka tidak berkhianat
pada temannya. Apabila ada yang
berkhianat, maka aku keluar dari mereka.”
(HR Abu Daud. Dan hadist ini dinilai shahih
olehal-Hakim).22
21
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir:Fil „Aqidah wasy-Syarii‟ah wal
Manhaj Jilid 3, Jakarta, Gema Insani, 2016, hal.392-393 22
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani, Terjemahan Lengkap Bulughul Maram,
Jakarta, Akbarmedia,2012,hal.234
42
Menurut Al- Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani,
haram hukumnya berkhianat dalam
perserikatan.
43
BAB III
PEMBAHASAN GAMBARAN SECARA UMUM
INDUSTRI BATU-BATA MERAH
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Letak Daerah
Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Boja
Sumber. http://desnantara-tamasya.blogspot.com1
Boja merupakan lokasi kecamatan yang berada di
kaki gunung Ungaran. Tepatnya berada diantara
Kecamatan Limbangan, Kecamatan dan Singorojo. Salah
satu kecamatan yang termasuk di dalam daftar wilayah
kabupaten Kendal. Terletak pada 27km dari pusat kota
Kabupaten Kendal ke arah Tenggara. Keadaan geografis
berada pada 70258- 70853 Lintang Selatan ,
1091508-1102185 Bujur Timur serta memiliki
1 http://desnantara-tamasya.blogspot.com, diakses 9/9/2019
44
ketinggian tanah ± 350m – 500m di atas permukaan laut.
Memiliki luas wilayah mencapai 64,10km2. Batas
administrasi kecamatan Boja sebelah utara Kota
Semarang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Semarang, sisi selatan Kecamatan Limbangan,
Kecamatan Singorojo berada disebelah barat Boja.
Dimana terdapat kesuburan tanah yang cukup
bagus karena mengandung unsur-unsur komponen tanah
yang baik pada bidang tanah. Sebagian besar wilayah
dipergunakan sebagai daerah persawahan, berkebun,
tanah tegalan, hutan maupun untuk melakukan usaha
dibidang kerajinan yang berasal dari tanah. Mencapai
64,65% pertanian dan perkebunan jumlah sisa wilayah
35,35% dipergunakan sebagai hutan negara dan
bangunan. Memiliki 18 Kelurahan antara lain : (1)
Banjarejo, (2) Bebengan, (3) Blimbing, (4) Boja, (5)
Campurjo, (6) Kaligading, (7) Karangmanggis, (8) Kliris,
(9) Leban, (10) Medono, (11) Meteseh, (12) Ngabean,
(13) Pasigitan, (14) Puguh, (15) Purwogondo, (16)
Salamsari, (17) Tampingan dan (18) Trisobo.2
Desa tampingan sendiri memiliki beberapa dusun.
Diantaranya:
1. Dusun Grajegan
2 Wikipedia, Boja,Kendal, https://id.m.wikipedia.org/Boja,_Kendal, diakses
5/09/2019
45
2. Dusun Ndilem
3. Dusun Rejosari
4. Dusun Krajan
5. Dusun Nologaten
6. Dusun Pandansari
7. Dusun Tambora
Setiap dusun memiliki potensi kegiatan ekonomi masing-
masing. Penelitian mengambil sampel pada industri
rumah tangga penghasil batu-bata merah. Penelitian ini
berada di Desa Tampingani. Menurut Bapak Muslim,
masyarakat setempat kegiatan ekonomi yang lebih
menonjol sebagai pengelola batu-bata merah. Area
persawahan mengalami perubahan fungsi yang
mendorong para buruh tani berpindah ke pekerjaan
barunya.3 Menurut Ibu Sukini , produksi batu-bata yang
dikelola dikenal memiliki kualitas bagus sebagai
material bangunan yang kokoh. 4
2. Sejarah Terbentuknya Industri Batu Bata Merah
Sejarah terjadinya tempat sentra industri
pembuatan batu-bata di Desa Tampingan. Keberadaanya
belum diketahui pasti asal-usul kapan dan siapa yang
3 Hasil wawancara dengan Bapak Muslim sebagai tokoh masyarakat Desa
Tampingan pada tanggal 12 September 2019 4 Hasil wawancara dengan Ibu Sukini pengelola batu-bata merah pada
tanggal 15 september 2019
46
memulainya pertama kali. Menurut para pelaku pembuat
batu-bata merah, kegiatan produksi ini sudah ada sejak
duhulu. Aktivitas ini dilakukan secara turun-temurun.
Sekarang jumlah pelaku industrial semakin bertambah.
Kebanyakan dari mereka sudah melakoni usahanya
kurang lebih sudah 5 tahunan ke atas. Ada juga yang
mencapai 20 tahun lebih. Mereka mengaku sebelumnya
mata pencaharian sebagai buruh tani. Lambat-laun
pekerjaan panggilan sebagai buruh tani jarang di dapat.
Pemilik sawah menjual sawah kepada para pengembang
dengan harga yang tinggi. Lahan sawah menjadi
komplek pemukiman perumahan baru. Buruh tani
kemudian berbondong-bondong orang petani membuka
industri kecil.
Pengelola batu-bata membentuk sebuah kelompok
kecil. Setiap kelompok terdiri dari 2 orang yaitu kepala
rumah tangga dan seorang ibu rumah tangga. Tidak
semua pelaku industri ini berkelompak ada beberapa
orang yang melakukan secara individu. Tidak ada
struktur keanggotaan secara formal untuk membentuk
industri bata merah. semua bekerjasama dengan berat
pekerjaan sama dan dengan jenis pekerjaan yang sama.
Setiap kelompok atau individu yang mengerjakan
produksi, harus mengelola dan
mempertanggungjawabkan pekerjaannya oleh mereka
47
masing-masing. Disisi lain nilai kegotong-royongan
masih ada, saling membantu ketika pembuatan Brak.
Brak yaitu rumah-rumahan yang menjadi tempat
penampungan batu-bata yang mentah atau yang sudah
matang dan sebagai menjadi tempat proses pembakaran.
Kegiatan ini sebagai tanda tahapan awal bermulainya
industri rumah tangga batu-bata merah5 Menurut Ibu
Kusni untuk mendirikan penampungan dan memulai
pekerjaan batu-bata membutuhkan persiapan dana cukup
banyak yang telah dihabiskan. Pengeluaran terbesar
terjadi pada saat permulaan usaha ini.6
B. Proses Produksi
Menurut Ibu Sukini, Desa Tampingan menjadi sentral
industri batu-bata yang bisa dikatakan cukup terkenal di sekitar
wilayah Boja sebagai penghasil batu-bata merah dengan
kualitas bagus. Para pengelola di Desa Tampingan
mempertahankan kualitas dengan memperbanyak campuran di
dalam komposisi batu-bata merah. Menjaga konsistensi
pengelolaan bata merah agar tetap diburu konsumen. Luluhan
tanah batu-bata merah terbuat dari tanah liat yang paling bagus.
Tanah yang dimaksud adalah tanah dengan tekstur mudah
5 Hasil wawancara dengan Ibu Sukini , Bapak Wahyudi dan Ibu Sulasih
pengelola batu-bata pada tanggal 15 September 2019 6 Hasil wawancara dengan Ibu Kusni pada 25 September 2019
48
dibentuk selama pencetakan bata merah. Ketika telah
mengering tanah tersebut menjadi keras dan kuat.
Gambar 2. Proses Produksi
Sumber .Ibu Kusni Pelaku pengelola Batu-bata merah
C. Biaya Produksi Batu-Bata Merah
1. Kalkulasi biaya produksi
Menurut Ibu Sukini, Ibu Kusni dan Bapak Daryono,
tahapan awal usaha batu-bata yaitu membangun rumah-
rumahan brak menelan biaya kurang lebih Rp.1.500.000.
Peralatan dan perlengkapan selang, alat cetak, pisau, cangkul,
ember, tong, plastik penutup sebesar Rp. 750.000. Prosesi
pembuatan batu-bata dari pertama sampai batu-bata dapat
terjual pengeluaran yang wajib di keluarkan pengelola
tergantung pada bahan campuran yang dipakai. 1 sak berambut
seharga Rp.10.000/sak bermutu bagus, berambut kualitas
campuran Rp.8.400/ sak. Grajen 1 kol berkisar Rp. 250.000
untuk bata berjumlah 10.000 unit. Berdasarkan pada setiap
lokasi lahan produksi batu-bata merah. Hasil kalkulasi rata-rata
Pesiapan bahan
baku
Pencampuran
bahan-bahan
Penggilasan
adonan
Pengerapian sisi bata mentah
Penyusunan bata
Pencetakan Pengeringan
Pembakaran
batu-bata
Pembongkaran
dan pemasaran
49
biaya pengelola batu-bata merah di Desa Tampingan per 10.000
batu-bata merah.7
Biaya Jangka Panjang (masa 3 tahun):
Pembuatan brak penampung Rp. 1.500.000
Peralatan dan perlengkapan Rp. 750.000 +
Jumlah Rp. 2.250.000
Biaya sebagai biaya awal tidak diperhitungkan pada produksi.
Biaya produksi :
Biaya Bahan Baku
Berambut 120 sak Rp. 1.200.000
Grajen 2 rit Rp. 500.000
Air (air berbayar) Rp. 30.000 +
Jumlah Rp. 1.730.000
Biaya Penunjang penjualan
Biaya Angkut Rp. 600.000
Jumlah Rp. 600.000 +
*Total Biaya Produksi Rp. 2.330.000
*Harga Penjualan Rp. 500/unit bata
*Pendapatan Kotor Rp. 500 X 10.000 unit bata =
Rp. 5.000.000
Daftar perolehan per-2bulan
7 Hasil wawancara dengan Ibu Sukini pada 15 September 2019, Ibu Kusni
pada 25 September 2019,Bapak Daryono pada 26 September 2019
50
2. Pendapatan kotor
Perhitungan pendapatan sebelum di potong dengan
biaya-biaya produksi yang ditimbulkan dan pembagian
hasil dengan pemilik lahan 10% yang wajib di berikan
setelah proses penjualan atau pembakaran sesuai
permintaan pemilik lahan. Minimal melakukan pembakaran
setelah mereka mampu mencetak 5000 batu-bata merah.
Estimasi waktu dapat yang dibutuhkan agar mencapai batu-
bata sekitar dua bulan lamanya. Faktor tenaga, gander dan
usia dapat memicu berhasil atau tidaknya target produksi.
Tabel 1. Pendapatan kotor sebelum pembagian hasil dan
biaya-biaya
Nama
pengelola
Jumlah
hasil batu-
bata per 2
bulan
Harga
penjalan per-
1000 bata
Omset
Bapak
Kasiono dan
Ibu Kusni
12.000 Rp. 500 Rp.
6.000.000
Bapak
Wahyudi dan
Ibu Sukini
8000 Rp. 500 Rp.
4.000.000
Bapak Sarjono 6000 Rp. 550 Rp.
3.300.000
51
Bapak
Daryono dan
Ibu Supinah
8000 Rp. 480 Rp.
3.840.000
Ibu Sulasih 5000 Rp. 500 Rp.
2.500.000
Sumber. Para pelaku pengelola batu-bata merah di Desa
Tampingan
D. Praktik Kerjasama (Musyarakah) Lahan Usaha Industri
Batu-Bata Merah
Pemilik lahan menawarkan tanah pekarangan yang tidak
atau belum terpakai kepada pengelola batu-bata merah. Dengan
tujuan menyamakan bagian permukaan tanah dengan bahu
jalan. Menurut informasi dari Ibu Sukini dan Bapak Iman,
sistem yang dipakai yaitu memberikan sebagian hasil batu-bata
merah sebesar 10% bagi pemilik lahan dan 90% bagi pekerja
pengelola batu-bata. Pembagian hasil sesuai permintaan
pemilik, pengelola memberikan dalam batu-bata merah atau
berupa uang penjualan batu-bata merah yang berhasil di jual.
Pendapatan penjualan kotor dibagi kedua belah pihak.
Permisalan batu-bata berjumlah 10.000, pemaruhan kepada
52
pemilik sejumalah 1.000 batu-bata dan pengelola mendapat hak
9000.8
Menurut Ibu Kusni, perjanjian kesepakatan kerjasama
ijab-kabul musyarakah sebatas lisan. Tidak memiliki bukti
otentik apapun yang dibuat secara tertulis hitam diatas putih.
Perjanjian perserikatan membahas persoalan bidang tanah yang
dapat dimanfaatkan luas dan kedalamannya serta pembagian
atas hasil. Masing-masing pemilik lahan memperbolehkan lahan
diambil tanahnya berbeda-beda, pengelola mengikuti
permintaan dari pemilik tanah. 9
Menurut Ibu Sulasih biaya atas produksi sepenuhnya
ditanggung oleh pengelola. Apabila terjadi kendala hanya
pengelola yang menanggung semua resiko, pemilik tidak
menerima kerugian yang dialami. Kendala yang dialami selama
menjadi pengelola batu-bata payon brak ambruk
mengakibatkan batu-bata patah, ketika musim angin datang
tahap pembakaran tidak matang sempurna mesti di bakar ulang
menimbulkan pengeluaran bertambah untuk menyediakan
pasokan pengapian kembali. 10
Pekerja mampu mengerjakan
batu-bata dengan total yang berbeda-beda.
8 Hasil wawancara dengan Ibu Sukini pada 15 September 2019 dan Bapak
Iman pada 26 September 2019 9 Hasil wawancara dengan Ibu Kusni pada tanggal 25 September 2019
10 Hasil wawancara dengan Ibu Sulasih pada tanggal 25 September 2019
53
E. Daftar Pengerajin Batu Bata Merah Beserta Kepemilikan
Tanah
Terdapat 2 jenis kepemilikan tanah , milik pribadi dan
milik orang lain. Bagi yang milik tanah pribadi dan ia berhak
menggunakan lahan miliknya untuk dijadikan usaha industri
bata. Bagi yang tidak memiliki lahan sendiri pengelola
mendapatkan tawaran dari tuan tanah untuk mengerjakan
industri dilahan miliknya. Ketika tidak mendapatkan tawaran
manapun, pengelola mencari lahan milik orang lain.
Tabel 2. Daftar Pelaku Industri Batu-bata Merah dan
Kepemilikan Lahan
No Nama Kepemilikan tanah
1. Bapak Min Milik orang
2. Bapak Sarjono Milik orang
3. Bapak Ruwadi dan Ibu Kusni Milik orang
4. Ibu Sukini Milik orang
5. Ibu Sulasih Milik orang
6. Bapak Jamin dan Ibu Warni Milik orang
7. Bapak Sumardi dan Ibu Surati Milik orang
54
8. Bapak Supri dan Ibu Seni Milik orang
9. Ibu Warti Milik pribadi
10. Bapak Karim dan Ibu Sri Milik pribadi
11. Bapak Paidi Milik pribadi
12. Bapak Kasiono dan Ibu Ni Milik orang
13. Bapak Daryono dan Ibu Pinah Milik orang
14. Bapak Turwadi dan Ibu Satini Milik orang
15. Bapak Sukemi dan Ibu Tuminah Milik orang
16. Ibu Paini Milik pribadi
Sumber. Ibu Sukini dan Bapak Wahyudi pelaku industri batu-
bata merah11
Menurut Bapak Iman Tardi, lokasi yang dipergunakan
untuk pengolahan batu-bata . satu bidang lahan dapat dikelola
oleh 2-3 orang. Letak menyebar di Dusun Pandansari Desa
Tampingan.12
Tabel 3. Daftar Kepemilikan Lahan
11
Hasil wawancara dengan Ibu Sukini dan Bapak Wahyudi pengelola batu-
bata merah pada tanggal 14 September 2019 12
Hasil wawancara dengan Bapak Iman Tardi Ketua RW.05 Desa
Tampingan pada 26 September 2019
55
No Nama pemilik tanah Lokasi Lahan
1. Bapak Abu Juremi RT.1/RW.5
2. Bapak Saryono RT.2/RW.5
3. PAUD RT.5/RW.5
4. Ibu Mardiyah RT.1/RW.5
5. Bapak Tukiman RT.3/RW.5
6. Bengkok Desa RT.3/RW.5
Sumber. Bapak Iman Tardi sebagai Ketua RW.05 dusun Pandansari
F. Kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat
1. Sarana Keagamaan
Masyarakat setempat mendirikan bangunan tempat
peribadatan Masjid berjumlah 2 bangunan. Masjid Baitul
Muttaqin berada di lingkungan RT.01 dan RT.02/05.
Masjid Miftakhul Jannah berada di lingkungan Rt.03/05,
sisi keagamaan sebagian besar warga memeluk agama
Islam. 13
Tabel 4. Bangunan Tempat Ibadah Desa Tampingan
Tempat Ibadah Jumlah
Gereja 1
Masjid 7
13
Hasil penelitian dengan Bapak Muslim sebagai tokoh masyarakat Desa
Tampingan ,pada tanggal 12 September 2019
56
Musholla 17
Sumber. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal Kecamatan
Boja Dalam Angka 201914
2. Sarana Pendidikan
Terdapat beberapa sarana pendidikan di Desa
Tampingan yaitu Taman Kanak-kanak (TK) Dharma
Wanita di Dusun Rejosari dan TK ABA 03 Boja
didirikan pada tahun 2002 di Dusun Pandansari.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Miftakhul Jannah
berdiri tahun 2012, semula berlokasi di depan jalan raya
Dusun Pandansari, kemudian berpindah tempat di dekat
perum Bancar Rt.05/05 pada Juli 2019 sedang dalam
perataan bidang tanah oleh pengerjaan industri batu-bata
merah. Sekolah Dasar Luar Biasa (SLB) baru saja
didirikan di tahun 2019. Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Sudah berdiri sejak tahun 1986, SMP N 2 Boja
berlokasi di Dusun Pandansari dekat jalan raya
Tampingan.
Memilik 2 Sekolah Dasar , SD N 1 Tampingan dan SD N
2 Tampingan. Sekolah Menengah Kejuruan SMK
Muhammadiyah 2 Boja.15
14
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, Kecamatan Boja dalam Angka
2019, http://bps.go.id/, Diakses 28/09/2019 15
Hasil penelitian dengan Bapak Muslim sebagai tokoh masyarakat Desa
Tampingan pada tanggal 12 September 2019
57
Tabel 5. Bangunan Sekolah di Desa Tampingan
Sekolah Jumlah
Taman Kanak-Kanak (TK) 2
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 2
Sekolah Dasar (SD) 2
Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMP N) 1
Sekolah Menengah Pertama Swasta (SMPS) 1
Sekolah Menengah Kejuruan Swasta (SMKS) 1
Sumber.Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal Boja Dalam
Angka 201916
3. Sarana Sosial
Terdapat satu tempat Panti sosial asuhan anak dan
termasuk fasilitas baru sekitar 3 tahun berdirinya sebuah
panti asuhan anak bernama Panti Pelangi Asa berada di
Dusun Pandansari. Panti Salahuddin Al-Ayyubi berlokasi
di Kerajan Tampingan dan Panti Al-Munawir di Dusun
Rejosari17
Tabel 6. Bangunan Sosial di Desa Tampingan
16
Ibid., Badan … 17
Hasil penelitian dengan Bapak Muslim sebagai tokoh masyarakat Desa
Tampingan pada tanggal 12 September 2019
58
Tempat sosial Jumlah
Panti Asuhan 3
Sumber. Bapak Muslim tokoh masyarakat
4. Sarana Pengairan
Menurut informasi dari Bapak Muslim, ada dua
pengairan berbayar dan pengairan warga sungai-sungai
biasa ke sawah-sawah. Pembayaran air dilakukan setiap
awal bulan di minggu pertama atau kedua untuk air yang
mengalir melalui saluran pipa air. Memiliki pengairan
irigasi sumber air berasal dari aliran Desa Ngabean.18
Tabel 7. Pengairan berbayar di Desa
Tampingan
Nama
pengairan
berbayar
Biaya per-
meter
Biaya
Adminstrasi /
Abonemen
Banyu Bening 1000/m 3000/bulan
Tirto Manunggal 500/m 5000/bulan
Sumber. Bapak Muslim tokoh masyrakat
18
Hasil penelitian dengan Bapak Muslim sebagai tokoh masyarakat Desa
Tampingan pada tanggal 12 September 2019
59
5. Ekonomi
a. Industri dan Usaha di Desa Tampingan
Jenis usaha yang ada di Desa Tampingan,
usaha perorang masing-masing mengelola sendiri.
Tidak memiliki kemampuan daya serap tenaga
kerja,skala usaha masih sebagai petani atau
peternak kecil belum berkembang. Jika
membutuhkan karyawan jumlahnya tidak banyak
antara 1-3 orang saja.19
Tabel 8. Jenis usaha lain milik warga Desa Tampingan
No Jenis usaha
1. Pemancingan
2. Pedagang
3. Petani ikan lele
4. Peternakan
5. Laundry
6. Salon
Sumber. Bapak Muslim tokoh masyarakat
Menurut Bapak Muslim, industri kecil yang
ada di Desa Tampingan paling menonjol aktivitas
19
Hasil penelitian dengan Bapak Muslim sebagai tokoh masyarakat Desa
Tampingan pada tanggal 12 September 2019
60
pekerjaannya yaitu menjadi seorang pengerajin
batu-bata merah dengan jumlahnya cukup banyak.
Lokasi produksi menyebar di seluruh Dusun
Pandansari Desa Tampingan. Ada industri
rumahan lain yaitu Industri pembuatan krupuk
rambak bawang, mereka memiliki paling banyak
sekitar 6 karyawan dalam satu tempat produksi.
Industri mabel pembuatan kerangka sound system
memiliki 2 pekerja.20
Tabel 9. Industri-industri di Dusun Pandansari
Desa Tampingan
Jenis Industri Jumlah
Batu Bata Merah 14 KK
Industri Krupuk 4 KK
Industri Mebel 1KK
Sumber. Bapak Wahyudi pengelola bata merah dan
Bapak Muslim tokoh masyarakat
b. Profesi
Menurut informasi dari Bapak Muslim, di
Desa Tampingan yang paling menonjol warganya
bermata pencaharian sebagai buruh, terutama
20
Hasil penelitian dengan Bapak Muslim sebagai tokoh masyarakat Desa
Tampingan pada tanggal 12 September 2019
61
buruh tani dan buruh bangunan. Selebihnya belum
tahu , penduduk di Desa Tampingan sedang
mengalami pemekaran wilayah dan peledakan
penduduk. Warga pendatang luar cukup banyak
yang menempati perumahan baru yang sudah
ataupun sedang di bangun. 21
Tabel 10. Jenis Pekerjaan Warga Dusun Pandansari Desa
Tampingan
Jenis pekerjaan Kelompok Minoritas /
Mayoritas
Polisi Minoritas
TNI Minoritas
PNS Minoritas
Buruh Bangunan Mayoritas
Buruh Pabrik Mayoritas
Buruh Tani Minoritas
Peternak Minoritas
Pedagang Mayoritas
Sumber. Bapak Muslim tokoh masyarakat
21
Hasil penelitian dengan Bapak Muslim sebagai tokoh masyarakat Desa
Tampingan pada tanggal 12 September 2019
62
BAB IV
ANALISIS DATA KERJASAMA (MUSYARAKAH)
PENGELOLAAN BATU-BATA MERAH DI DESA
TAMPINGAN
A. Pelaksanaan Musyarakah Pengelolaan Batu-bata Merah di
Desa Tampingan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal
Kerjasama sudah menjadi hal yang lazim di lakukan
dalam kehidupan bermasyarakat di Desa Tampingan. Hasil dari
penelitian melalui pengamatan, observasi dan wawancara yang
ditemukan oleh peneliti. Di Desa Tampingan Kecamatan Boja
Kabupaten Kendal, musyarakah masyarakat di Desa Tampingan
melangsungkan muammalah dengan maksud untuk
memberikan peluang usaha bagi masyarakat ekonomi kelas
menengah dan bawah yang membutuhkan pekerjaan. Kegiatan
ini dikerjakan dengan berpedoman saling tolong menolong dan
keduanya sama-sama saling membutuhkan. Keseimbangan
penduduk dengan memberikan kemashlahatan bagi yang lain
merupakan bentuk kerjasama yang positif.
Praktik musyarakah di Desa Tampingan pada industrial
batu-bata merah, shahibul mal memberikan kontribusi lahan
miliknya. Dari tanah kosong yang dapat diambil manfaatnya,
pemilik menyerahkan kekuasan pengelolaan sepenuhnya
kepada mudharib. Akad kerjasama dapat tercipta dengan cara
pemilik tanah menjelaskan dimana lokasi tanah berada, berapa
luas lahannya dan batasan-batasan apa saja yang tidak
63
diperkenankan untuk diambil manfaatnya serta kedalaman lahan
yang diperbolehkan. Masing-masing tuan tanah
memperbolehkan material tanahnya diambil seberapa besar
kedalamannya sangat bervariatif. Sekitar 1m-5m tergantung
kondisi tanah dan kebijakan si pemilik. Kemudian menyatakan
bagian-bagian yang akan diperoleh dari hasil pengelolaan batu-
bata merah. Sistem yang selalu dipakai untuk pembagian
perolehan dengan cara persenan. Kesepakatan yang terjadi 10%
bagi pemilik lahan dan 90% untuk pembuat batu-bata merah.
Pembuatan batu-bata merah sebanyak 1000 bata , maka 900
bata hak pengelola dan 100 bata hak bagi pemilik lahan.
Pembagian hasil berupa uang jumlah bata merah yang menjadi
bagian dikalikan dengan harga batu-bata yang dijual.
Perjanjian akad dilaksanakan melalui lisan kedua pihak
yang berakad. Adat kebiasaan yang mereka anut dengan sebatas
ucapan untuk mempermudah melakukan perserikatan. Hanya
mengandalkan sebuah trust antara pemilik lahan dengan
penggarap. Tidak ada bukti teks tertulis yang tertuang kedalam
bentuk apapun. Jelas ini akan berakibat memicu timbulnya
konflik atau mudharat dikemudian hari. Terjadi timbul
kesalahan diluar prosedur dari kesepakataan. Muncul pihak
yang merasa terdzalimi atas haknya yang hilang. Menjadi PR
bagi mereka kedepannya.
Tenaga kerja dan biaya-biaya oprasional ditanggung
seluruhnya oleh pengelolaan atau mudharib. Pengelola
64
menyutujui pembebanan biaya produksi ditanggung sendiri
olehnya. Pengerajin batu-bata menyediakan modal kerja pribadi
sebagai penggerak dalam pengerjaan batu-bata merah. Dari
penyediaan peralatan dan perlengkapan sampai urutan proses
produksi selesai pengelola menghandle pengeluarannya sendiri.
Waktu pelaksanaan perserikatan dimulai sejak ikrar akad
perserikatan. Masa waktu tidak dijelaskan secara pasti kapan
berhentinya dan berapa lama pengoprasian industri batu-bata
merah akan berjalan. Dari kegiatan yang sudah terjadi masa usai
produksi dan berhenti pada saat rangkaian pengelolaan selesai.
Bagian tanah yang dapat di ambil telah habis pada saat waktu
itu juga kontrak kerjasama berakhir.
Resiko kerugian ditanggung pengelola sendiri. Tidak ada
pembicaraan yang mendalam ketika perjanjian mengenai resiko
terjadinya kerusakan dan kerugian. Tidak selalu mengalami
keberhasilan dalam mengolah proses produksi. Kadang kala ada
masanya dimana kendala kerugian gagal produksi. Menurut Ibu
Sulasih, Ketika musim angin menyebabkan pembakaran tidak
merata, maka pembakaran di ulang kembali pengeluaran dana
untuk proses pembakaran bertambah. Pernah mengalami
kejadian brak rubuh dan menimpa batu-bata merah remuk
sehingga tidak laku untuk dijual.1 Pengerjaannya menjadi sia-
1 Hasil wawancara dengan Ibu Sulasih pada 15 September 2019
65
sia, tenaga kerja biaya pengeluaran dan bahan baku cukup
banyak yang terbuang.
Ketentuan musyarakah yang diperhatikan hak atas
kesepakatan akad di Desa Tampingan:
1. Bagian tanah yang diberikan kepada pengelola menjadi
hak pengelola untuk dikelola dan diambil manfaat
tanahnya mudharib.
2. Pengelola berhak atas pengambilan manfaat tanah
3. Bagian tanah yang telah disepakati untuk di
musyarakahkan tidak boleh diminta kembali oleh pemilik
lahan.
4. Mudharib berhak mendirikan rumah kecil penampung
batu-bata, membuka area lahan untuk tempat pengeringan
dan sebagai tempat pembakaran diarea tanah yang
disepakati.
5. Biaya-biaya produksi yang timbul menjadi tanggungan
pengelola batu-bata merah.
6. Nisbah yang diperoleh dari hasil produksi 10% diterima
pemilik lahan bentuk uang atau barang produksi sesuai
kesepakatan.
7. Pemberian pembagian hasil setelah proses pembakaran
batu-bata merah matang pemilik tanah.
66
B. Pemahaman Konsep Musyarakah pada Pengelola Batu-bata
Merah secara Syariah di Desa Tampingan
Menurut teori musyarakah yang telah dijelaskan pada
bab sebelumnya, syirkah yang berarti akad kerjasama
penggabungan modal menjadi satu-kesatuan sehingga bagian
harta tidak dapat dibedakan lagi. Akad kerjasama didasari
dengan berlandasan hukum Islam. Tertera dalam kandungan
dari surah Shad ayat 24 bahwa tidak diperbolehkan berbuat
dzalim kepada para sekutu, kemudian terkandung di dalam
surah Al-Maidah ayat 1; bahwa musyarakah hendaknya
memenuhi segala syarat ketentuan secara utuh tanpa ada yang
terlewati. Termasuk dalam hal halal-haram dan hal yang
diwajibkan dalam syari’at, dan menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar
al-Asqalani, menyatakan haram hukumnya pengkhianatan
dalam berserikat. Ada yang perlu di garis bawahi untuk
masalah ini, bahwa masyarakat tidak menggunsksn konsep
musyarakah di dalam berserikat. Jika di kaji kedalam konsep
musyarakah yang terjadi di Desa Tampingan pada
pengelolaan batu-bata merah, ada penyelewengan dalam
menggunakan hak pengelolaan tanah. Bagian tanah yang tidak
termasuk kedalam akad atau perjanjian ikut terambil
manfaatnya, sehingga ada pihak yang merasa terdzalimi
dalam hal tersebut haram hukumnya mengambil hak diluar
batas kesepakatan.
67
Adapun pemenuhan syarat dan rukun perserikatan
pengelolaan batu-bata merah di Desa Tampingan secara
syari’at Islam:
Rukun Akad
a. Adanya sighat atau lafadz yaitu ijab dan qabul
pihak-pihak yang melakukan akad. Pihak yang
berakad telah menyatakan kesepakatan untuk
bermitra.
b. Adanya jenis pekerjaan, bisnis yang dimitrakan
yaitu produksi pengelolaan batu-bata merah.
c. Adanya pelaku akad yaitu para mitra yang akan
berakad. Terdapat mitra akad yaitu pengelola
batu-bata merah dan pemilik lahan.
Secara syariah rukun-rukun akad sudah dapat
terpenuhi, tidak ada rukun akad yang tertinggal.
Telah menjalankan kerjasama sesuai dengan
ketentuan syari’at Islam dari segi rukun akad.
Syarat Akad
a. Orang yang berakad
1. Pihak yang berakad memiliki akal
2. Pihak yang berakad telah mencapai baligh
3. Pihak yang berakad cakap hukum
4. Akad terjadi karena kehendak sendiri tidak
ada unsur keterpaksaan dari manapun.
b. Sifat modal
68
Pemilik lahan mengkontribusikan modal
berupa tanah lahan dan tenaga kerja pengelola,
modal materi seperti biaya oprasional produksi
termasuk biaya jangka panjang pembangunan
brak tempat batu-bata dibebankan pada pihak
pengelola.
c. Pembagian Nisbah
Berdasarkatan kesepakatan sesuai pada saat
perjanjian. Pengelola batu-bata merah telah
menyutujui pembagian hasil yang diminta oleh
pemilik lahan dengan sistem persen dan
pembagiannya ketika batu-bata merah telah ,
diperbolehkan seberapa besar asalkan kedua
belah pihak menyepakatinya. Resiko kerugian
tidak ada kesepakatan di dalam akad , akan
menimbulkan mudharat kesalah pahaman
dikemudian hari.
d. Obyek akad, al-mal atau pekerjaan yang di
akadkan. Ada obyek yang diakadkan yaitu harta
kekayaan berupa tanah lahan dan dengan jenis
pekerjaan tenaga kerja pengelolaan batu-bata
merah.
e. Pemberhentian musyarakah, tidak ada tenggang
waktu kapan pengelolaan harus diakhiri.
Pengelola merasa pengambilan manfaat yang
69
merasa cukup untuk menyelesaikan ia akan
berhenti dengan sendirinya.Ada hal yang harus
diperbaiki pada sistem pembagian kerugian
Karena hanya satu pihak saja yang merasakan
menanggung kerugian seperti . Menurut Ibnu
Rasyid, masing-masing pihak yang berserikat
memberikan kontribusi dana dan dengan
bersepakat keuntungan dan kerugian
ditanggung bersama.
C. Pendapatan Industri Rumah Tangga Produksi Batu-bata
Merah di Desa Tampingan.
1. Analisis teori produksi
Faktor yang menunjang keberhasilan produksi
menambah nilai guna suatu barang.
Faktor produksi:
a. Capital ( Modal) Modal berfungsi sebagai pelancar
selama proses produksi. Pada teori di bab sebelumnya
modal dibedakan menjadi 3 sifat , bentuk dan
kepemilikan.
Modal dari sifatnya modal ada dua: 1.) modal
lancar yang dipakai produksi batu-bata merah,
modal yang digunakaan untuk produksi
dilakukan terus-menerus dan dapat habis. tanah
liat, air, gerajen , sekam, abu, jerami. 2.) modal
70
tetap, peralatan-perlatan yang digunakan dalam
berproduksi kerajinan batu-bata.
Modal dari bentuk modalnya di bedakan menjadi
nyata dan abstrak. Modal nyata dapat dilihat
adanya rumah-rumahan penampung batu-bata
merah. Modal yang tidak nyata dari kemampuan
keterampilan para pekerja pengelola batu-bata
merah.
Modal dari sumber kepemilikannya: Modal
perorangan dan modal masyarakat. 1.) Modal
pribadi tanah liat berasal dari pemilik tuan tanah
dan modal pengoprasian berasal dari pengelola
batu-bata merah sendiri. 2.) Modal yang
bersumber dari masyarakat , adanya saluran
pengairan yang mengalir menjadi modal
pengelola batu-bata merah tanpa mengeluarkan
pengorbanan.
b. Labour (Tenaga Kerja) elemen kegiatan produksi
yang berupa sumber energi yang berasal dari manusia.
Tenaga kerja berbentuk keterampilan dan keahlian
untuk menciptakan produk baru. Dari segi
ketenagakerjaan pengolahan batu-bata merah di Desa
Tampingan yang ada dalam proses produksi murni
berasal dari tenaga kerja manusia. Termasuk kedalam
kategori tenaga karja terlatih tanpa modal dasar
71
dengan berpendidikan kemampuan basic skill yang
terlatih seorang pengolola batu-bata merah mampu
menciptakan produksi. Usia tenaga kerja dan gander
juga dapat mempengaruh dalam pekerjaan. Usia rata-
rata atau hampir sebagian besar pengelola baru-bata
merah mencapai umur 50 tahun keatas dan memiliki
kualitas kerja yang berbeda dengan usia tenaga kerja
yang berada dibawah angka kepala lima. Kondisi fisik
jasmani yang rentang dengan masalah kesehatan yang
dapat mempengaruhi hasil produksi.
c. Raw material (Kekayaan Alam) faktor yang
disediakan oleh alam meliputi, tanah , air, udara,
cahaya, hasil laut, hasil mineral bumi menjadi sumber
penting yang dibutuhkan oleh produsen. Pengelola
bata-bata merah di Desa Tampingan memanfaatkan
sumber daya alam dari bumi untuk beroperasi.
Hampir semua kegiatan produksi batu-bata
memerlukan sumber daya alam, tanpa adanya SDA
proses produksi tidak dapat berjalan.
d. Technology (Teknologi) dimana faktor produksi yang
dapat mendorong kerja produksi. Teknologi
bermanfaat dalam memudahkan proses produksi ,
mempersingkat waktu penggarapan. Teknolog
industrial batu-bata merah menggunakan peralatan
yang cukup simple, alat pencetakan terbuat dari
72
sebuah kayu persegi panjang yang terbagi menjadi
lima bagian sama lebar, dan menggunakan peralatan
sederhana yang dipakai dalam proses produksi seperti
cangkul, ember, tong, pisau. Tidak menggunakan alat-
alat pengolah modern layaknya perusahan masa kini.
2. Analisis biaya produksi batu-bata merah di Desa Tampingan
Biaya-biaya yang ditimbulkan selama proses produksi
batu-bata merah di Desa Tampingan. Biaya eksplisit
pengorbanan yang harus dikeluarkan nampak terlihat untuk
mendapatkan faktor-faktor produksi, biaya memperoleh
bahan-bahan produksi seperti pembelian sekam padi, grajen
serbuk kayu. Biaya Implisit yang terselubung seperti
kenaikan harga ongkos kirim batu-bata merah tergatung pada
letak lokasi pengiriman, tarif air jumlahnya tidak menentu
yang harus dibayar pengelola.
a. Biaya Jangka Pendek
- Biaya tetap total (Fixed cost/FC) yang harus
dikeluarkan biaya pembuatan rumah-rumahan kecil
Brak. Biaya yang dihitung penyusustan sesuai dengan
kegiatan produksi karena tidak memilik biaya sewa
tanah. Secara global para pengelola merinci
pembuatan penampungan pondok kecil senilai
Rp.1.500.000. Pembelian peralatan dan perlengkapan
dengan perkiraan Rp. 750.000. Pengelola menyiapkan
dana secara menyeluruh untuk proses pendirian usaha
73
sebesar Rp. 2.250.000. Mengalami penyusutan dengan
jangka waktu 3 tahun. Di dalam 1 tahun ada 12 bulan,
menghitung batu-bata merah sebanyak 10.000 unit
dan dengan pengerjaan waktu 2 bulan maka
perhitungan biaya tetap totalnya,
FC = Rp.2.250.000/18 bulan
= Rp. 125.000
- Biaya variabel total (Total Variable Cost/VC) biaya
yang dikeluarkan sesuai dengan output yang di
produksi, biaya tenaga kerja, pembayaran jasa sewa
angkut, bahan baku. Tenaga kerja yang terlibat
dikeluarkan oleh pengelola tidak menghitung berapa
nilai tenaga atau upahnya. Maka tenaga kerja
memiliki baiya Rp.0. Dua bulan pekerja rata-rata
dapat menghasilkan 10.000 unit produksi. Perhitungan
total variabel dengan volume 10.000unit bata, biaya
bahan bakunya terdiri: berambut atau sekam padi
Rp.1.200.000 , serbuk kayu atau grajen Rp. 500.000,
air Rp. 30.000
VC = biaya tenaga kerja + biaya bahan baku
= Rp.0 + Rp. 1.730.000
=Rp. 1.730.000
Setiap memproduksi 10.000 unit produksi batu-bata
maka pengelola wajib mengeluarkan biaya Rp.
1.730.000 untuk biaya total variabel.
74
- Biaya Total (Total Cost/TC)
Penjabaran rumus biaya total pengelolaan dapat di
identifikasi menjadi:
TC= Rp. 125.000 + Rp. 1.730.000 hasilnya adalah Rp.
1.855.000
- Biaya Total Rata-rata (Avarage Cost /AC)
Dari rumus biaya total rata-rata diperoleh dari Total
biaya yang dibagi dengan jumalah (Q) kuantiti
produksi yang dihasilkan.
AC = Rp. 1.855.000/ 10.000
=Rp. 185,5
Setiap pengelola wajib mengeluarkan biaya Rp. 185,5
per-unit produksi. Pada kenyataan di lapangan
pembebanan biaya penyusutan tidak diperhitungkan
hanya biaya-biaya yang dapat terlihat dalam proses
produksi.
3. Pendapatan yang diperoleh industri batu-bata merah di
Desa Tampingan.
TC= FC+VC
AC= TC/Q
75
a. Rumus Harga Pokok Produksi = Bahan baku yang
digunakan + Total produksi ( BTKL + Overhead) + (
saldo awal persediaan – saldo akhir persediaan)
Rincian biaya yang dikeluarkan setiap memproduksi
10.000 unit:
Pembuatan rumah brak penampung Rp. 1.500.000
Peralatan dan perlengkapan Rp. 750.000
Memiliki masa 3 tahun
Biaya bahan baku
Berambut atau sekam padi 120 sak Rp. 1.200.000
Grajen atau serbuk kayu 2 rit Rp. 500.000
Air Rp. 30.000
Biaya penunjang
Biaya angkut penjualan Rp. 600.000
- Perhitungan berdasarkan para pengelola batu-bata
merah di Desa Tampingan dengan tidak
membebankan biaya overhead dan tidak
memperhitungkan upah dari tenaga mereka.
Harga Pokok Produksi = Rp. 1.730.000 + 0 + 0
= Rp. 1.730.000
- Perhitungan berdasarkan rumus harga pokok produksi
dan membebankan biaya overhead.
Harga Pokok Produksi =Rp. 1. 730.000 + (Rp. 0 +
Rp. 125.000) + Rp.0
= Rp. 1.855.000
76
Pembebanan biaya atas adanya penyusutan berbeda
hasilnya dengan tidak membebankan biaya
penyusutan relatif lebih sedikit baiaya yang harus di
korbankan oleh pengelola.
b. Harga Penjualan
Besarnya harga penjualan rata-rata batu-bata
merah di Desa Tampingan seharga Rp.500. Biaya
pengiriman penjualan, sewa angkut mobil Rp.100.000
dan jasa Rp.50.000 setiap 10.000unit bata yang
diangkut maka tarifnya menjadi Rp.600.000.
Pendapatan kotor= Harga Penjualan x Quantity (Q)
= Rp. 500 x 10.000
= Rp. 5.000.000
Laba kotor = penjualan bersih – HPP
Laba bersih = laba kotor – beban usaha
Harga jual mempengaruhi keuntungan dan mencapai
balik modal, dapat dianalisis semakin tinggi harga
batu-bata merah
Perhitungan semua yang biaya pembentuk Harga
pokok penjualan
Perhitungan biaya
Kesepakatan akad musyarakah yang dilakukan oleh
pemilik lahan dan pengelola batu-bata merah
pembagian proporsi nisbah 10%:90%. Berikut analisis
pendapatan bagi masing-masing pihak musyarakah:
77
a. Perolehan pemilik lahan
Rumusnya : pendapatan = 10% x penjualan bersih
= 10% x Rp. 5.000.000
= Rp. 500.000
b. Perolehan pengelola batu bata merah
Rumusnya:
pendapatan= ( 90% x penjualan bersih ) – ( HPP +
biaya angkut
penjualan )
pendapatan = ( 90% x Rp. 5.000.000 ) – (
Rp.1.855.000 + Rp.600.000 )
= Rp. 4.500.000 – Rp. 2.455.000
= Rp. 2.045.000
Hasil akumulasi berdasarkan perhitungan biaya
overhead produksi dan dengan pembagian nisbahnya
pemilik lahan memeperoleh Rp. 500.000 dan
pengelola mendapatkan Rp. 2.045.000 dengan catatan
dalam dua bulan harus dapat memproduksi sejumlah
10.000 unit batu-bata merah.
Pada realita data yang ada di lapangan , masing-
masing industri rumah tangga dapat menghasilakan
produksi yang berbeda.
Tabel 11. Capaian produksi pengelola selama satu
bulan
78
Pengelola
Jumlah batu-
bata merah per
2 bulan
Harga penjualan
Bapak Kasiono
dan Ibu Kusni 12.000 Rp. 500
Bapak Wahyudi
dan Ibu Sukini 8.000 Rp. 500
Bapak Sarjono 6.000 Rp. 550
Bapak Daryono
dan Ibu Supinah 8.000 Rp. 480
Ibu Sulasih 5.000 Rp. 500
Setiap dua bulan mampu mencapai rata-rata dibawah angka
10.000 unit produkai.itu artinya biaya yang di bebankan pada
bertambah besar setiap satu unit produksi dan perolehan laba menjadi
berkurang, produksi dapat meningkatkan jumlah perolehan pemilik
lahan dana pengelolanya.
79
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kerjasama (musyarakah) tercipta karena bentuk
kepedulian terhadap kondisi ekonomi lingkungan sekitar.
Pemilik lahan sadar akan kemaslahatan sesama manusia dengan
apa yang dapat dilakukan untuk membantu orang lain. Jalan
bermusyarakah tuan tanah menyerahkan kewenangan
pengelolaan aset berupa tanah dan kemudian pengelola bersedia
untuk mengelola batu-bata merah.
Perjanjian persekutuan dengan sistem kebiasaan dari
tradisi adat setempat sudah mampu terjalin perserikatan. Pihak
yang berserikat tidak menerapkan konsep syariah di dalam
kerjasama. Sebatas perjanjian secara lisan tanpa ada bentuk
khusus dalam teks tertulis. Ketika muncul masalah yang
disebabkan dari salah satu pihak menjadi resiko yang harus
diterima keduanya.
Pendapatan dapat diketahui dengan menghitung hasil
penjualan yang dikurangi dengan biaya pejualan dan harga
80
pokok produksi. Harga penjualan yang tinggi akan
menimbulkan return yang tinggi pula kepada produsen begitu
juga sebaliknya penjualan dengan harga rendah akan berakibat
rendah pendapatan yang diterima, bila tidak berhati-hati dalam
penghitungan biaya bisa saja terjadi industri mengalami
kerugian. Hasil akumulasi bagi hasil proporsi nisbah akad
musyarakah pemilik lahan menerima Rp. 500.000 berasal dari
penerimaan penjualan yang belum mengalami pengurangan dari
biaya angkut penjualan. Pengelola mendapatkan pemasukan
sebesar Rp. 2.045.000 dengan membebankan biaya-biaya yang
ditumbulkan pada proses produksi serta biaya penyusutan dari
peralatan , perlengkapan dan rumah penampung bata atau brak
yang memilik masa waktu terjadi kerusakan.
B. SARAN
Melihat dari bab yang sudah diuraikankan penulis
mempunyai saran, sebaiknya akad musyarakah batu-bata merah
dilakukan sesuai ketentuan Syariat Islam dengan detail dan jelas
demi kemaslahatan bersama dan tidak menimbulkan mudharat
bagi semua pihak yang berakad. Ketika melakukan produksi
81
penerimaan hasil tidak selamanya akan sama dan mengalami
keuntungan pasti akan menemukan saat dimana terjadi resiko
kerugian produksi muncul. Pengelola harus lebih cermat dalam
memperhitungkan biaya. Harga penjualan dinaikan bila perlu
atau pembagian hasil di rundingkan kembali karena ada biaya-
biaya lain yang harus dikeluarkan pada proses produksi seperti
resiko kerugian yang harus mengulang kembali proses produksi
sehingga pendapatan pengelola menjadi menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Ajib,Ghufron. 2015. Fiqh Muamalah II Kontemporer-Indonesia.
Semarang: CV.Karya Abadi Jaya
Akad. https://yufidia.com/akad/ diakses 24/1/2019
Asra, Abuzar, Ahmad Prasetyo. 2015. Pengambilan sempel dalam
penelitian survei. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Az-Zuhaili, Wahbah. 2016. Tafsir Al-Munir: Fil ‘Aqidah wasy-
Syarii’ah wal Manhaj Jilid 3. Jakarta: Gema Insani
Az-Zuhaili, Wahbah. 2016. Tafsir Al-Munir: Fil ‘Aqidah wasy-
Syarii’ah wal Manhaj Jilid 12. Jakarta: Gema Insani
Azwar,Saifuddin.2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR (Anggota IKAPI)
Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Boja dalam Angka 2019.
http://www.bps.go.id/ diakses 28/ 09/2019
Bagus Sumargo. 2002. Perkembangan Teori Sewa Tanah dalam
Perspektif Pemikiran Ekonomi. Journal The WINNERS. Vol. 3
(No. 2): 188-195
Bungin,Burhan. 2007. Penelitian
Kualitatif:Komunikasi,Ekonomi,Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial lainnya. Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP
Definisi, Konsep, Ketentuan, Prinsip dari Akad Ijarah.
https://nugashare.blogspot.com/2013/09/definisikonsepketentua
nprinsipdari.html#.XEln0Wf6D1U. diakses 24/1/2019
Echdar, Saban. 2014. Metode Penelitian Manajemen dan Bisnis.
Bogor: Ghalia Indonesia
Eka Agung Saputra,Yulius, Joko Sutrisno. 2016. Pengantar Ekonomi
Mikro. Yogyakarta: Ekuilibria
Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia
No:112/DSNMUI/IX/2017
http://desnantara-tamasya.blogspot.com. di akses 9/9/2019
Ibnu Hajar al-Asqalani, Al-Hafizh. 2012. Terjemahan Lengkap
Bulughul Maram. Jakarta: Akbarmedia
Ilona Mafor, Kliveni. Analisis Faktor Produksi Padi Sawah Di Desa
Tompasobaru Dua Kecamatan Tompasobaru
Joesron , Suhartati dan Fathorazzi. 2012. Teori Ekonomi Mikro.
Yogyakarta. Graha Ilmu
Kementrian Agama RI. 2013(Al-Zalzalah:7). Al-Fattah: Al-Qur’an 20
Baris & Terjemahan 2 Muka. Jakarta:Wali
Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Jakarta:
Prenadamedia Group
Mardani. 2015. Hukum Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Maryani. 2018. Kerjasama/Syirkah dalam Bisnis Islam. Iqtishodiya.
Vol.4. No.1. hal.79
Mochamad Erwin Radityo. 2018. Pelaksanaan Perjanjian Sewa
Menyewa Lahan Untuk Pemasangan Base Transceiver Station.
Dunia Ilmu. Vol.04 (No.1)
Mubarok, Jaih, Hasanudin. 2017. Fikih Mu’amalah Maliyyah Akad
Syirkah dan Mudharabah. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Nadzir, Mohammad. 2015. Fiqh Muamalah Klasik. Semarang: CV.
Karya Abadi Makalah tentang Ujrah.
http://emaskuwinggo.blogspot.com/2016/07/makalah tentang
ujrah.html?m=1. diakses 3/2/2019
Sholiha,Imroatus. 2018. Teori Produksi dalam Islam. Iqtishadiyah.
vol.4.No.2. hal.64-65
Pasaribu, Chairuman, Suhrawardi K.Lubis. 1996. Hukum Perjanjian
Dalam Islam. Jakarta: Sinar Grafika
Apriyanti, Ria , Tuti Mutia. Dampak Industri Bata Merah
TerhadapKondisi Lahan Di Desa Kesik Kecamatan Masbagik
Kabupaten Lombok Timur. Geodika Vol.2 (No. 01): 37-45
Rianto, Nur, Al Arifv Euis Amalia. 2010. Teori Mikroekonomi: Suatu
Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional.
Jakarta: Prenada media group
Nurmadany, Rizka. Pelaksanaan perjanjian bagi hasil tanah
pertanian antara pemilik tanah dan penggarap di kabupaten
Sleman. Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Rusnani, Fahrizal, Sudirman Muin. 2006. Analisa Biaya dan
Pendapatan Industri Pengelolaan Kayu Di Kabupaten Kubu
Raya. Hutan Lestari. Vol .4. No. 4
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta.
Syamsuddin, Syamri, Detri Karya. 2018. Mikro Ekonomi untuk
Manajemen. Depok:PT.RajaGrafindo Persada
LAMPIRAN
1. Dokumentasi Penelitian
A. Lahan area batu-bata merah milik Paud Miftakhul
Jannah
B. Area Pemukiman Baru
C. Sepanduk Pemasaran Hunian Baru
D. Lokasi Industri Batu-bata
E. Proses Produksi Ngeluluh adukan
F. Penampungan air
G. Pencetakan
H. Pengeringan Batu-bata merah
I. Pengeringan batu-bata telas selesai
J. Pengeringan selesai
K. Pengerapian sisi batu-bata
L. Penampungan batu-bata pada Brak untuk menunggu proses
pembakaran
M. Batu-bata merah siap dipasarkan
N. Pekerjaan sampingan pengelola batu-bata merah
2. Hasil Wawancara
A. Daftar pertanyaan wawancara pemilik lahan
1. Bagaimana awal –mula terciptanya kerjasama
pengelolaan di lahan anda dapat terjadi ?
2. Mengapa anda memilih lahan anda dikelola menjadi
tempat produksi batu-bata merah ?
3. Apakah anda menawarkan lahan anda untuk dijadikan
produksi atau orang pengelola mencari lahan ?
4. Bagaimana pembagian hasilnya ? berupa apa yang
dibagikan dan berapa jumlahnya ?
5. Sejak kapan lahan dimulainya kerjasama dan akan
berakhir kapan ? bagaimana cara mengakhiri
kerjasama?
6. Bagaimana perjanjian kerjasamanya dilakukan ?
7. Apakah lahan yang dikelola oleh pekerja batu-bata
merah tersebut milik pribadi anda?
B. Daftar pertanyaan wawancara tokoh masyarakat
1. Menurut pandangan anda sebagai tokoh masyarakat,
bisakah anda menjelaskan mengenai keberadaan buruh
tani disini seperti apa kondisinya sekarang?
2. Bagaimana lokasi desa Tampingan dan apa saja
potensi di dalamnya ?
3. Menurut anda sebagai tokoh masyarakat di dusun
Pandansari Desa Tampingan area persawaha kondisinya
seperti apa sekarang ? dan bagaimana hubungnya
dengan melihat aktivitas buruh tani beralih ke pengelola
batu-bata merah?
4. Ada sarana apa sajakah yang ada di desa setempat ?
sosial, ekonomi, pendidikan dan keagamaan sebutkan !
5. Ada berapakah tempat ibadah disini ? sebutkan dan
jelaskan tentang tempat ibadah tersebut !
6. Dari sisi keagamaan mayoritas warga memeluk agama
apa ?
7. Sebutkan dan jelaskan sarana pendidikan yang ada di
dusun pandansari desa tampingan ! dan ceritakan kapan
dibangunnya fasilitas pendidikan disini !
8. Adakah industri kecil atau industri rumah tangga seperti
batu-bata merah desa setempat ?
9. Dapatkah industri lain tersebut dapat menyerap tenaga
kerja ? jelaskan mengapa !
10. Jenis pekerjaan apa saja yang menjadi pekerjaan warga
setempat?
11. Adakahkah pengairan disini ? seperti irigasi dan PAM
air ? jika ada sebutkan dan jelaskan !
C. Daftar Pertanyaan Wawancara Pengelola Industri Batu-Bata
1. Siapa nama anda dan berapa umur anda ?
2. Bagaimana awal mula atau sejarah dari industri rumah tangga
Batu-bata merah disini ?
3. Bagaimana Bapak atau Ibu memilih sebagai pengerajin Batu-
bata merah? Apa yang melatar belakanginya?
4. Mengapa memilih sebagai pengerajin batu-bata tidak
mengambil pekerjaan yang lain ?
5. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelumnya , sebelum menjadi
pekerja pengerajin batu-bata ?
6. Apa yang menjadi latar belakang anda memulai kegiatan
mengelola batu-bata ?
7. Bagaimana akad yang terjadi oleh pemilik lahan sehingga
terjadi kegiatan produksi batu-bata ?
8. Latar Belakang pendidikan anda tamat sekolah terakhir di
bangku sekolah apa?
9. Apa saja alat yang dibutuhkan untuk membuat batu-bata
merah ?
10. Bagaimana cara memproduksi batu-bata merah ?
11. Adakah bahan tambahan yang dibutuhkan selain tanah ? jika
ada apa fungsinya dari bahan tambahan tersebut?
12. Bagaimana cara mendapatkan bahan-bahan untuk pembuatan
batu-bata merah ?
13. Adakah alternatif lain jika terjadi salah satu bahan yang
dibutuhkan jika sedang mengalami pasokan habis ?
14. Asal pasokan bahan-bahan berasal dari mana? Bagaimana
cara barang tersebut sampai ketempat pembuatan batu-bata
jika jaraknya jauh?
15. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memproses batu-
bata? Jelaskan dari awal pembuatan hingga batu-bata siap
untuk dijual !
16. Adakah kendala yang pernah dialami ketika membuat batu-
bata yang dapat menimbulkan kerugian ?
17. Berapa biaya yang harus di keluarkan untuk memproduksi
batu-bata merah ? menurut perhitungan anda !
18. Berapa harga per-unit batu-bata merah yang anda jual ?
19. Adakah biaya tambahan yang harus dikeluarkan diluar biaya
inti produksi ?
20. Bagaimana sistem pembagian hasil yang di bagikan ? berapa
perolehan masing-masing?
21. Berapa omset yang diperoleh anda selama sebulan ?
22. Bagaimana cara memasarkan batu-bata merah ?
23. Siapa yang akan menanggung biaya transportasi dari batu-
bata yang dijual ?
24. Seperti yang telah saya amati, terdapat rumah-rumahan/ Brak
penampung batu-bata , apakah pembuatannya memerlukan
biaya ? Jika iya tolong jelaskan dan berapa biaya yang
dikeluarkan!
25. Mengapa ada Brak yang menggunakan atap dari daun kering
“welit” da nada yang menggunakan esbes ? dan bagaimana
ketahanan dari keduanya jelaskan!
26. Pernahkan anda mendapatkan masalah mengalami kerugian ,
rusak batu-bata sebelum terjual ? dan bagaimana pembagian
kerugiannya , siapa yang akan menanggung ?
27. Dari pendapatan yang anda terima sebagai pengelola apakah
sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok anda ?
28. Apakah anda memiliki usaha sampingan selain pekerjaan
mengelola batu-bata ini ?
29. Bagaimana pendidikan anak anda, sudahkah terpenuhi ?
B. Jawaban Pewawancara
1. Narasumber : Bapak Sanijan (Pemegang Lahan)
Kedudukan : Pemimpin Cabang Ranting Muhammadiyah dan
Pengelola PAUD Miftakhul Jannah
1. Kita sama-sama saling membutuhkan adanya kerjasama dengan
pengelola batu-bata merah. Bagi kami sama-sama
menguntungkan, lahan tidak rata menjadi rata dan nanti
hasilnya dapat dipakai untuk pembangunan PAUD untuk
kedepannya lebih maju. Pihak kami menawari pengerjaan batu-
bata merah kepada pengelola.
2. Sebelum pembangunan PAUD itu posisi PAUD masih ngontrak
di rumah warga , tanah baru PAUD yang sekarang kan awalnya
masih kosong dan masih tinggi bidangnnya harus dipangkas
agar sesuai dengan akses jalan. Manfaat lain kan bisa
membantu ekonomi orang lain dan bagi PAUD itu dapat
mengurangi biaya pembangunan hasilnya.
3. Iya, dari kami yang menawari mereka untuk bekerjasama.
4. Hasilnya itu 10% kepada kami dan 90% untuk mereka.
Persenan dalam membegi hasil. Kami meminta dalam bentuk
batu-bata misalkan mereka produksi 10.000 kami mendapatkan
1.000.
5. Hampir 2 tahun, dan sekarang masih pengerjaannya belum
selesai sebelah barat belum rampung pengerjaannya.
Berakhirnya belum tahu, sesuai mereka kapan selesainya.
6. Kami secara lisan saja perjanjiannya, tidak ada perjanjian
bentuk tertulis.
7. Tidak, saya hanya pimpinan cabang ranting Muhammadiyah
disini, dan ketua pembangunan PAUD.
2. Narasumber : Bapak Iman Tardi (Informasi kegiatan batu-
bata merah)
Kedudukan : Ketua RW 05 Desa Tampingan
1. Awal mula terjadinya kerjasama pengelolaan disini dari
tanah bengkok desa yang tidak terpakai , kemudian ada
pekerja yang meminta atau nembung untuk digarap
menjadi batu-bata
2. Tanah bengkok yang tidak digunakan untuk apa-apa
supaya bisa dimanfaatkan pekerja untuk mencari rejeki.
3. Mereka mencari tempat untuk tempat mengolah ,
kemudian kami menyetujui dengan bagi hasilnya 10.000
bata matang kami mendapat 1000 dan 9000 untuk mereka
pekerjanya.
4. Disini sistemnya persenan sudah menjadi hal umum
hanya saja dalam bentuk barang atau uang sesuai
permintaan dan persetujuan.
5. Sampai selesainya penggarapan mereka di lokasi
bengkok desa, sekitar 5 tahun ada.
6. Perjanjian ya sesuai kesepakatan saja dengan lisan tidak
ada perjanjian tertulis
7. Pemilik lahan kalau bengkok desa ya milik desa, disini
tempat tanah yang di pakai untuk pengelolaan itu ada
miliknya Pak Tukiman di rt.3 dan 5 , De Warti Rt. 1,
tanah Paud Rt.5, De Mardiyah Rt.1, Lek Abu Juremi
Rt.1, Saryono Rt.3 , Bengkok desa Rt.3
3. Narasumber : Bapak Muslim (Informasi Pengairan tokoh
masyarakat)
Kedudukan: Pengelola air Desa dan warga setempat
1. Mayoritas disini masih sebagai pekerja buruh , buruh
pabrik, buruh bangunan untuk laki-laki, dan buruh batu-
bata.
2. Desa Tampingan memiliki beberapa Dusun yaitu
Grajegan, Ndilem, Rejosari, Krajan, Nologaten,
Pandansari, Tambora. Setiap dusun memiliki potensi
masing-masing. Di Dusun Pandansari masyarakatnya
pengerajin batu-bata dan Rejosari petani padi misalnya.
3. Buruh tani sudah sangat jarang karena tempat disini
sawah sudah habis jadi tempat hunian baru. Buruh tani
sekarang mencari pekerjaan lain kebanyakan membuat
batu bata .
4. Area sawah hampir habis di beli oleh para pemodal besar
untuk perumahan baru. Pemilik sawah menjual tanahnya
dengan harga tinggi maka dari itu sudah sangat sedikit
sekali area sawahnya.
5. Ada masjid, sekolah, tempat mengaji sore atau TPQ, dan
yayasan panti asuhan baru. Panti asuhan ada 3 sekarang.
6. Di sini ada 2 masjid dan beberapa mushola atau langgar
kecil untuk sembayang. Masjid bisa dipakai untuk solat
jumat sedangkan mushola atau langgar dipakai hanya
solat lima waktu. Masjid Baitul Muttaqin Rt. 02/05 dan
Masjid Miftakhul Jannah Rt.03/05.
7. Mayoritas penduduknya memeluk agama Islam hanya
beberapa orang saja yang memeluk agama non islam
8. Ada paud,Tk, SD, SMP . sekolah SD baru saja dibangun
tahun ini untuk . Paud berpindah lokasi awalnya di Rt.3
sekarang di Rt.5 , Tk sudah berdiri lama dan SMP juga
sudah berdiri lama dulu masih SLTP namanya sekarang
SMP. SMP N 2 Boja sejak tahun 1986, Tk ada TK Aba 3
Boja didirikan tahun 2002 di Dusun Pandansari, Paud
Miftahul Jannah berdiri 2012 pindah dari Rt.03/05 ke
Rt.05/05 dekkat perum bancar, TK Darma Wanita tempat
di Dusun Rejoari, SD N 1 Tampingan dan SD N 2
Tampingan dan SD untuk SLB sedang berdiri tahum ini
2019. SMK Muhammadiyah 2 Boja .
9. Ada pekerjaan atau industri lain disini. Industri krupuk
bawang rumahan ada 4 rumah dan pembuatan kerajinan
kayu almari 1 rumah , jumlahnya memang tidak sebanyak
pengerajin batu-bata yang menyebar disini cukup banyak.
10. Industri krupuk menyerap tenaga kerja mungkin sekitar 6
orang, dan industri pengerajin kayu sekitar 4 orang saja.
11. Polisi, Tni , Pns , buruh, pengusaha eumahan, petani ,
peternak ikan, pedagang. Yaitu lebih dominan buruh
batu-bata, pabrik dan bangunan.
12. Air umum irigasi air yang tadinya untuk pengairan sawah
ada, yang berbayar juga ada Pamsimas Banyu bening dan
Tirto Manunggal. Pamsimas Rp.1.000 per meter biaya
abonemen Rp. 3.000 dan tirto manunggal Rp.500per
meter air abonemen Rp.5.000.
4. Narasumber: Ibu Sukini dan Bapak Wahyudi ( pelaku
pembuat batu-bata)
Kedudukan : Warga Desa Tampingan
1. Tidak bisa menanam padi lagi akhirnya membuat batu-
bata merah.
2. Kurang lebih sudah 10 tahun lamanya menekuni usaha
ini.
3. Sebelumnya pekerjaan menjadi petani menanam padi,
pindah menjadi pembuat batu-bata merah. Sudah jarang
sawah, sedikit jika ada pekerjaan menanam kadang tidak
mendapat giliran menanam karrena itu di undang pemilik
sawah.
4. Kendala menjadi pembuat batu-bata ya ketika musim
angina, pembakaran batu-bata tidak merata harus
mengulang-ulang pekerjaan dari awal menguliti batu-bata
sampai jadi merah rata. Biaya ya bertambah waktu juga
tambah lama juga.
5. Pembuatan batu-bata bahannya ya tanah liat, air, grajen,
abu, berambut isian batu-bata tergantung orangnya mau
pakai apa biar kuat.
6. Harga batu-bata mengikuti cuaca jadi tidak tentu.
Kemarau bisa 450, musim hujan naik karena lama
buatnya panas tidak ada.
7. Satu bulan bisa 4000 bata di dapat
8. Berambut 120 karung harganya Rp.10.000 per kantong
ssk. Grajen 1 rit Rp.250.000. batu-bata 10000 memakai 2
rit. Air bayar perbulan biasanya habis Rp. 15.000. biaya
onglos kirim rata-rata 300.000 per bata 5000.
9. Pembuatan rumahan brak batu-bata merah, memakai
pring atau bambu habis 200.000, 12 esbes 77.000X12.
paku Rp. 20.000 sekitar Rp.1.5000.000 habis untuk
membangun.
10. Ketahanan dari brak ini sekitar 3-5 tahun
11. Keunggulan dari batu-bata disini banyak di cari orang
karena ketahanannya batu-bata merah itu sendiri karena
disini masih tradisional tidak memakai mesin jadi bagus
kulitasnya untuk bangunan. Cukup terkenal disini.
12. Pernah mengalami kerugian plastic peneduh batu-bata
mengalami bocor jadi harus mengulang lagi dari awal.
13. Alat-alat yang dibutuhkan untuk memulai menyiapkan,
cetakan, ember, cangkul, bendo, tong air, selang. Bisa
habis Rp.750.000
14. Sistem pembagian bagi hasil persenan kalau tanah milik
orang. 90% untuk pengelola, 10% untuk pemilik lahan.
5. Narasumber :Ibu Sulasih ( pembuat batu-bata merah)
Kedudukan : Warga Desa Tampingan
1. Menjadi buruh batu-bata merah ini karena ini yang bisa
di tekuni, tadinya petani sekarang sudah tidak ada sawah
lagi.
2. Kerugian yang pernah dialami musim hujan campur
angin membuat brak penampung payonan rubuh batu-
bata rusak mengalami kerugian. Tidak bisa dijual karena
sudah remuk.
3. Untuk memulai kegiatan harus mempersiapkan terlebih
dahulu apa saja yang dibutuhkan dan mendirikan
bangunan penampung btu-bata merah atau Brak.
4. Saya menjankan ini sendiri kemungkinan dapat
menghasilkan batu-bata merah 5000 setiap dua bulan.
5. Harga jual dari saya Rp.500 per batu-bata merah.
6. Narasumber : Ibu Kusni dan Bapak Kasiono ( Pelaku pembuat
batu-bata merah )
Kedudukan : Warga Desa Tampingan
1. Persiapan pembuatan batu-bata merah sudah habis
banyak untuk modalnya. Ada kalau biaya yang
dikeluarkan Rp.1.500.000. belum peralatan perlengkapan.
2. Ketahanan dari brak-brakan sekitar 5 tahun bisa juga
kurang.
3. Kita bekerjasama dengan pemilik tanah dengan sistem
persen, hasilnya sesuai pemilik tanah meminta bagi hasil
bata matang apa hasil jual.
4. Harga jual batu-bata merah Rp.500 . orang dua bisa
menghasilkan 6000 batu-bata perbulan.
7. Narasumber : Bapak Daryono dan Ibu Supinah ( pembuat
batu-bata merah)
Kedudukan: Warga Desa Tampingan
1. Membuat batu-bata merah komposisinya da berambuat
harga Rp. 600.000 krystal Rp. 450.000. bahan untuk
campuran batu-bata itu, sesuai masing-masing orang yang
membuat.
2. Saya dua orang dengan istri bisa menghasilkan 4000 bata
per bulan.
3. Batu-bata saya menjual harga Rp.480 dari saya.
4. Tanah yang digarap milik orang lain. Jadi hasilnya dibagi
dengan pemilik tanah ini.
5. Bapak Sarjono juga kadang membuat batu-bata juga
kadang sebagai pengangkut. Mungkin sekitar 3000 bata
bisa dibuat karena sambilan.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Anisa Rizki Rahmawati
NIM : 1405026097
Jenis Kelamin : Perempuam
Agama : Islam
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Islam
Jurusan : Ekonomi Islam
Tempat Tgl Lahir : Kendal, 11 Mei 1996
Alamat : Pandansari, Tampingan,
Kec. Boja
No Telp : 081575516525
Alamat Email : anisarizkirr@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK ABA 3 Boja (2000-2002)
2. SD N 1 Tampingan (2002-2008)
3. SMP N 2 Boja (2008-2011)
4. SMA N 1 Boja (2011-2014)
5. UIN Walisongo Semarang (2014)
top related