analisis fraud diamond dalam mendeteksi
Post on 18-Nov-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI
FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT
(Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2014)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
RIZKA ANUGRAH PUTRI
NIM : 1111082000024
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
ii
ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI
FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT
(Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2014)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Rizka Anugrah Putri
NIM: 1111082000024
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja., MM Wilda Farah, SE., M.Si., Ak., CPA., CA
NIP. 19490602 197803 1 001 NIP. 19830326 200912 2 005
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
iii
Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi
Fraudulent Financial Statement (Studi Empiris pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2014)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 9 April 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Rizka Anugrah Putri
2. NIM : 1111082000024
3. Jurusan : Akuntansi/Audit
4. Judul Skripsi :
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 April 2015
1. Dr. Dharmajaya, MA
NIDN. 0212037301
2. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA
NIP. 19720516 200901 1 006
3. Erika Amelia, SE., M.Si
NIP.19771109 200912 001
iv
Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi
Fraudulent Financial Statement (Studi Empiris pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2014)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Jumat, 25 September 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
5. Nama : Rizka Anugrah Putri
6. NIM : 1111082000024
7. Jurusan : Akuntansi/Audit
8. Judul Skripsi :
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 September 2015
4. Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA.
NIP. 19720711200501 1 007
5. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA
NIP. 19720516 200901 1 006
6. Yulianti, SE., M.Si
NIP. 19820318 201101 2 001
7. Dr. Yahya Hamja., MM
NIP. 19490602 197803 1 001
8. Wilda Farah., SE., M.Si., Ak., CPA., CA
NIP. 19830326 2009192 2 005
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rizka Anugrah Putri
NIM : 1111082000024
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis (FEB)
Jurusan : Akuntansi (Audit)
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak mengembangkan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkannya.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya
ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan pihak lain atas karya saya, dan telah melalui
pembuktian yang dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas maka siap dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta .
Demikian pernyataan ini saya buat sesungguhnya.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakaatuh.
Jakarta, September 2015
Rizka Anugrah Putri
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Rizka Anugrah Putri
2. Tempat Tanggal Lahir : Padang, 8 Maret 1994
3. Alamat : Jalan Pesantren No. 8 RT 001/RW 03
Kel. Jurang Mangu Timur, Kec. Pondok
Aren, Tangerang Selatan 15222
4. Telepon : 085714800133
5. E-mail : rizkaanugrahputri@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1. TK Pertiwi 1 1998 - 1999
2. SD Negeri 19 Sawahan 1999 - 2005
3. MTsN Model Padang 2005 - 2008
4. SMA Negeri 108 Jakarta 2008 – 2011
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 - 2015
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Bendahara Umum Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 108 Jakarta
periode 2008-2010.
2. Anggota Paduan Suara SMAN 108 Jakarta periode 2008-2009.
3. Anggota Divisi Usaha Mandiri Himpunan Mahasiswa Jurusan
Akuntansi periode 2012-2013.
vii
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Pathway Profesi Akuntansi Indonesia (2015) – UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Talkshow MATA NAJWA “Belajar dari KH Ahmad Dahlan dan KH
Hasyim Asy’ari” (2015) – Mata Najwa Metro TV & UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Current Issues in Contemporary Accounting (2014) – UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Seminar Nasional “Korupsi Mengorupsi Indonesia” (2014) – UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seminar Investasi Pasar Modal “Take Your Chance, Get Knowledge,
Grab Your Gain” (2014) – Lab. Pasar Modal UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Workshop Rossy Goes to Campus (2013) – UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Muda Bicara 2013 “APEC di Mata Anak Muda” (2013) – UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Mengenal Chevron dan Operasi MIGAS Indonesia”(2013) - UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta..
LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Abu Kasar
2. Ibu : Ria Suryani
3. Anak ke : 1 dari 4 bersaudara
viii
ANALYSIS OF FRAUD DIAMOND FOR THE DETECTION OF
FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT
ABSTRACT
The purpose this research is to examine whether fraud diamond can be
used to detect fraudulent financial statement, an empirical study in banking
companies that listed in Indonesia Stock Exchange from 2011-2014. In this
research purposive sampling method used to determine sample of this research
with 92 companies as population and 23 companies as samples. Analysis method
used is multiple linear regression with SPSS 20 program version.
Based on the result of the hypothetical examination in this research, it
proved 6 of hypothesis that (1) Financial stability which have 0.254 as level of
significant and bigger than level of signicant which used in this research, 0.05,
partially does not have a influence toward against fraudulent financial statement.
(2) Personal financial need which have 0.004 as level of significant and smaller
than level of signicant which used in this research, 0.05, partially has a
signifikant influence against fraudulent financial statement. (3) Ineffective
monitoring which have 0.817 as level of significant and bigger than level of
signicant which used in this research, 0.05, partially does not have a effect
against fraudulent financial statement. (4) Rationalization which have 0,826 as
level of significant and bigger than level of signicant which used in this research,
0.05, partially does not have a influence toward fraudulent financial statement.
(5) Capability which have 0,053 as level of significant and bigger than level of
signicant which used in this research, 0.05, partially does not have a influence
toward fraudulent financial statement. (6) Financial stability, personal financial
need, ineffective monitoring, rationalization, and capability which have 0.036 as
level of significant and smaller than level of signicant which used in this research,
0.05, simultaneously influence toward fraudulent financial statement.
Keyword: financial stability, personal financial need, ineffective monitoring,
rationalization, capability, fraudulent financial statement
ix
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah fraud diamond
dapat digunakan untuk mendeteksi fraudulent financial statement, studi empiris
pada pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2011-2014. Pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling
untuk penentuan sampel dengan jumlah populasi sebanyak 92 perusahaan dan
sampel sebanyak 23 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis
regresi berganda dengan program SPSS versi 20.
Berdasarkan pada hasil dari pengujian hipotesis yang dilakukan pada
penelitian ini membuktikan enam hipotesis pada penelitian ini, yaitu (1)
Financial stability yang memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,254 dan lebih
besar dari tingkat signifikansi yang digunakan pada penelitian ini, yaitu sebesar
0,05, secara parsial tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial statement. (2)
Personal financial need yang memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,004 dan
lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan pada penelitian ini, yaitu
sebesar 0,05, secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap fraudulent
financial statement. (3) Ineffective monitoring yang memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,817 dan lebih besar dari tingkat signifikansi yang digunakan pada
penelitian ini, yaitu sebesar 0,05, secara parsial tidak berpengaruh secara terhadap
fraudulent financial statement. (4) Rationalization yang memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,826 dan lebih besar dari tingkat signifikansi yang digunakan
pada penelitian ini, yaitu sebesar 0,05, secara parsial tidak berpengaruh terhadap
fraudulent financial statement (5) Capability yang memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,053 dan lebih besar dari tingkat signifikansi yang digunakan pada
penelitian ini, yaitu sebesar 0,05, secara parsial tidak berpengaruh terhadap
fraudulent financial statement. (6) Financial stability, personal financial need,
ineffective monitoring, rationalization, dan capability, secara simultan yang
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,036 dan lebih kecil dari tingkat
signifikansi yang digunakan pada penelitian ini, yaitu sebesar 0,05, berpengaruh
terhadap fraudulent financial statement .
Kata kunci: financial stability, personal financial need, ineffective monitoring,
rationalization, capability, fraudulent financial statement
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warromatullahi Wabarakaatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Fraudulent Financial
Statement”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur
Alhamdulillah penulis haturkan atas kekuatan dan kebesaran Allah SWT. Selain
itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orangtua, Mama dan Papa yang telah membesarkan dan mengasuh
dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan, memberikan banyak pelajaran
dalam hidup, mendidik, mendoakan tiada henti, dan memberi dukungan serta
motivasi kepada penulis.
2. Adik-adik ku tersayang Gina Cahyani Putri, Melati Kurnia Putri, dan Helena
Aurelia Putri yang selalu memberikan dukungan dan doa untuk penulis.
3. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan
dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Ibu Wilda Farah, SE., M.Si., Ak., CPA., CA selaku Dosen Pembimbing
Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi,
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun
skripsi ini.
5. Ibu Yessi Fitri SE., M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan arahan, dukungan, dan motivasi kepada penulis.
7. Ibu Yulianti SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan, dukungan, dan motivasi kepada penulis.
8. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat tersayang, Yosi Maihusna, Rifka Adelia, Refna Dwiyana,
dan Dinia Amany Rahmana yang telah memberikan bantuan dan semangat,
menghibur penulis dikala penulis sedang jenuh dalam proses penyusunan
skripsi ini, serta berbagi keceriaan dan kebersamaan selama masa
perkuliahan.
10. Teman-teman seperjuangan, Dhea, Nita, Uum, Aya, Mpit, Irfan, Ody, Asyraf,
Hamdan, Aripin, Lutfi, Abrar, Arief, Yoga, dan Ikhsan, yang juga telah
memberikan bantuan dan semangat dalam proses penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman KKN DAUN, Yana, Yosi, Rina, Lala, Lia, Bunga, Segaf, Aldi,
Fahmi, Satria, Irpan, Tanjung, Bintang, Habibi, yang telah mengukir cerita
dan pengalaman selama satu bulan pelaksanaan KKN.
12. Teman-teman seperjuangan Akuntansi A 2011 yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
13. Sahabat-sahabat “Little Family” SMAN 108 Jakarta tersayang, Mentari,
Hanny, Tari, Siska, Aisyah, Intan, dan Airin yang telah memberikan
semangat, dukungan, dan motivasi, serta meluangkan waktu untuk berbagi
canda dan tawa.
14. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya
dalam terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
xii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti.
Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak.
Wassalamu’alaikum Warromatullahi Wabarakaatuh.
Jakarta, 25 September 2015
(Rizka Anugrah Putri)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................ i
Lembar Pengesahan Skripsi.................................................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ........................................................... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ....................................................................... iv
Lembar Pernyataan Bebas Plagiat ........................................................................ v
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................... vi
Abstract ................................................................................................................... viii
Abstrak .................................................................................................................... ix
Kata Pengantar ....................................................................................................... x
Daftar Isi ................................................................................................................ xiii
Daftar Tabel ........................................................................................................... xvi
Daftar Gambar ..................................................................................................... xvii
Daftar Lampiran .................................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 14
A. Tinjauan Literatur............................................................................. 14
1. Teori Keagenan ............................................................................ 14
2. Teori Atribusi ............................................................................... 16
3. Konsep Fraud .............................................................................. 18
4. Kecurangan Laporan Keuangan ................................................... 25
5. Fraud Triangle Model ................................................................... 25
6. Fraud Diamond Model ................................................................ 31
B. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 34
C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 37
D. Perumusan Hipotesis ........................................................................ 38
xiv
1. Financial Stability terhadap Fraudulent Financial Statement ..... 38
2. Personal Financial Need terhadap Fraudulent Financial
Statement .................................................................................... 40
3. Ineffective Monitoring terhadap Fraudulent Financial
Statement .................................................................................... 41
4. Rationalization terhadap Fraudulent Financial Statement ......... 43
5. Capability terhadap Fraudulent Financial Statement ................. 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 46
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 46
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 46
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 47
D. Metode Analisis Data ....................................................................... 48
1. Statistik Deskriptif ....................................................................... 48
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 48
1) Uji Normalitas ......................................................................... 48
2) Uji Multikolinieritas ................................................................ 50
3) Uji Autokorelasi ...................................................................... 51
4) Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 51
3. Uji Koefisien Determnasi (R2
) .................................................... 52
4. Uji Hipotesis ................................................................................ 53
1) Uji Signifikansi Simultan ........................................................ 54
2) Uji Signifikansi Parameter Individual..................................... 55
E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 55
1. Fraudulent Financial Statement .................................................. 55
2. Financial Stability ........................................................................ 58
3. Personal Financial Need.............................................................. 59
4. Ineffective Monitoring .................................................................. 59
5. Rationalization ............................................................................. 60
6. Capability ..................................................................................... 61
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN.................................................. 64
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................. 64
xv
B. Analisis dan Pembahasan ................................................................ 65
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................ 65
2. Hasil Uji Asumsi Klasik .............................................................. 69
a. Hasil Uji Normalitas ............................................................... 69
b. Hasil Uji Multikolineritas ....................................................... 72
c. Hasil Uji Autokorelasi ............................................................ 73
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................. 74
3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................................... 75
4.Uji Hipotesis ................................................................................. 76
a. Uji Signifikansi Simultan ........................................................ 77
b. Uji Signifikansi Parameter Individual..................................... 78
1) Financial Stability terhadap Fraudulent Financial
Statement ............................................................................ 80
2) Personal Financial Need terhadap Fraudulent Financial
Statement ............................................................................ 82
3) Ineffective Monitoring terhadap Fraudulent Financial
Statement ............................................................................ 84
4) Rationalization terhadap Fraudulent Financial
Statement ............................................................................ 87
5) Capability terhadap Fraudulent Financial Statement ...... 88
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 90
A. Kesimpulan ...................................................................................... 90
B. Saran ................................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 93
LAMPIRAN ............................................................................................................ 98
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Hasil Penelitian-Penelitian Terdahulu............................................... 34
3.1 Tabel Uji Durbin-Watson .................................................................. 51
3.2 Definisi Operasional Variabel ........................................................... 62
4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ......................................... 64
4.2 Sampel Perusahaan Perbankan .......................................................... 65
4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................. 66
4.4 Hasil Uji Kolmogorof-Smirnov (K-S) ............................................... 72
4.5 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................ 73
4.6 Hasil Uji Autokorelasi....................................................................... 73
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 75
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................................... 76
4.9 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .............................. 77
4.10 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ............ 78
xvii
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Fraud Tree ........................................................................................ 21
2.2 Fraud Triangle Model ....................................................................... 26
2.3 Fraud Diamond Model ...................................................................... 32
2.2 Skema Kerangka Pemikiran .............................................................. 47
4.1 Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram ............................................ 70
4.2 Hasil Uji Normalitas Grafik Normal Probability Plot ...................... 70
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Data Sampel ................................................................................ 99
2 Hasil Output SPSS ..................................................................... 102
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan merupakan sebuah alat pertanggungjawaban
manajemen terhadap pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan, seperti
pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah, dll. Laporan keuangan ini
menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi. Lewat
laporan keuangan tersebut pihak-pihak yang terkait akan mengambil
keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan atas informasi yang
tersedia dalam laporan keuangan. Maka dari itu, pihak manajemen sebagai
pihak yang bertanggung jawab atas laporan tersebut harus menyediakan
informasi yang relevance dan reliable agar tidak menyesatkan para
stakeholder dalam mengambil keputusan yang terkait dengan perusahaan
(Rosita, 2014).
Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan adalah
memberi informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan
dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban manajer atas sumber daya yang dipercayakannya
(Haryono, 2006:299). Laporan keuangan merupakan salah satu sumber
informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana
pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya
2
pemilik. Publikasi laporan keuangan sebagai produk informasi akuntansi yang
dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya (Jam’an,
2008:19).
Laporan keuangan perusahaan disusun berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Laporan keuangan menggambarkan informasi tentang posisi keuangan, kinerja
dan arus kas perusahaan yang disajikan untuk pihak-pihak yang
berkepentingan. Laporan keuangan terdiri dari: Laporan Laba-Rugi, Laporan
Neraca, Laporan Perubahan Modal, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas
Laporan Keuangan.
PSAK No. 1 Revisi 2013 menyatakan laporan keuangan adalah suatu
penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan bagi sebagian
keputusan ekonomi dan sebagai pertanggungjawaban manajemen atas sumber
daya yang dipercayakan kepadanya oleh para pemegang saham. Hal tersebut
didukung oleh Kieso, Weygant, dan Warfield (2011:5) yang menyatakan
bahwa laporan keuangan berfungsi sebagai sarana pengkomunikasian
informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
Akuntan merupakan orang yang ada di belakang informasi keuangan
yang disajikan oleh sebuah perusahaan. Informasi inilah yang nantinya akan
dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh
3
pihak-pihak yang berkepentingan. Untuk dapat dijadikan sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan maka informasi keuangan harus
disajikan secara relevan dan andal. Akuntan sebagai pihak yang bertanggung
jawab dalam mempersiapkan pelaporan informasi keuangan tersebut sudah
semestinya dapat dipercaya sebagai orang yang berperilaku profesional dan
etis sehingga hasil pekerjaannya dapat dipercaya relevansi dan keandalannya.
Pemakai informasi keuangan akan meragukan informasi yang tersaji apabila
mereka tidak mempercayai kredibilitas akuntan dalam memproses dan
menyajikan informasi keuangan. (Harini et al, 2010:01).
Mengingat pentingnya peranan yang dimiliki oleh laporan keuangan,
maka hanya laporan keuangan yang berkualitas dan terbebas dari salah saji
material baik yang disengaja (fraud) maupun yang tidak disengaja (error)
yang dapat dipercaya sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan.
Pihak yang dapat menyediakan keyakinan mengenai kewajaran laporan
keuangan adalah auditor eksternal. Karena dalam mekanisme pelaporan
keuangan, audit dirancang untuk memberikan keyakinan bahwa laporan
keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji (misstatement) material dan juga
memberikan keyakinan yang memadai atas akuntabilitas manajemen aset
perusahaan (Manurung dan Hadian, 2013:1).
Perkembangan dunia akuntansi yang semakin pesat saat ini tidak hanya
membawa manfaat bagi masyarakat tetapi juga menjadi sumber masalah
kecurangan (fraud) yang sangat kompleks seperti misalnya korupsi,
penyalahgunaan aset dan manipulasi laporan keuangan. Banyak kasus
4
kecurangan dalam akuntansi yang akhirnya terungkap di Indonesia seperti
kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, keterlibatan 10 Kantor Akuntan
Publik (KAP) dalam pelaksanaan audit 37 bank sebelum terjadinya krisis
keuangan pada tahun 1997, diajukannya manajemen Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan swasta ke pengadilan, serta korupsi di komisi
penyelenggara pemilu (Putra, 2012).
Kecurangan akuntansi (fraud) membuat suatu organisasi atau lembaga
yang dikelola akan mengalami kerugian seperti volume produktivitas
organisasi melemah, belanja sosial organisasi semakin sedikit. Di sisi lain
kasus fraud tidak terlepas dari pemberitaan media massa. Jika demikian yang
terjadi, kepercayaan masyarakat yang dilayani beralih ke organisasi lain dan
mitra kerja tidak selera lagi untuk tetap bekerja sama. Reputasi dan citra
organisasi yang terbangun selama ini menjadi sulit untuk dijadikan daya saing
dalam meraih persaingan pasar yang semakin tajam.
Terjadinya kecurangan yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu
pengauditan dapat memberikan efek yang merugikan dan cacat bagi proses
pelaporan keuangan. Adanya kecurangan berakibat serius dan membawa
banyak kerugian. Berdasarkan laporan oleh Association of Certified Fraud
Examiners (ACFE), pada tahun 2002 kerugian yang diakibatkan oleh
kecurangan di Amerika Serikat adalah sekitar 6% dari pendapatan atau $600
milyar dan secara persentase tingkat kerugian ini tidak banyak berubah dari
tahun 1996. Dari kasus-kasus kecurangan tersebut, jenis kecurangan yang
paling banyak terjadi adalah asset misappropriations (85%), kemudian disusul
5
dengan korupsi (13%) dan jumlah paling sedikit (5%) adalah fraudulent
financial statement. Walaupun demikian kecurangan laporan keuangan
membawa kerugian paling besar yaitu median kerugian sekitar $4,25 juta
(ACFE, 2002).
Kecurangan laporan keuangan adalah suatu jenis kecurangan yang
menyebabkan terjadinya kesalahan material pada laporan keuangan. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara menghilangkan transaksi, membuat
transaksi palsu, pernyataan saldo akhir yang salah, pengungkapan atas laporan
keuangan yang tidak lengkap, atau penerapan standar yang salah namun
dilakukan secara sengaja. Sedangkan tindakan kecurangan berupa
penyalahgunaan aset dapat diklasifikasikan dalam dua cabang utama, yakni
kecurangan yang bersifat cash dan non cash. Kemudian contoh tindakan
kecurangan yang masuk dalam kategori korupsi yakni conflict of interest,
bribery atau penyuapan, illegal gratuity, dan economic extortion (Purjono
2012:3),
Kecurangan laporan keuangan sering kali diawali dengan salah saji atau
manajemen laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak
material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan
menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material
(Rezaee, 2002:7).
Di Indonesia, Bapepam menemukan sejumlah perusahaan yang
terdeteksi melakukan kecurangan (fraud). Pada tahun 2001 ditemukan adanya
kecurangan laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. PT KF adalah badan
6
usaha milik negara yang sahamnya telah diperdagangkan di bursa.
Berdasarkan indikasi oleh Kementerian BUMN dan pemeriksa Bapepam
(Bapepam, 2002) ditemukan adanya salah saji dalam laporan keuangan yang
mengakibatkan lebih saji (overstatement) laba bersih untuk tahun yang
berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang merupakan 2,3% dari
penjualan dan 24,7% dari laba bersih. Salah saji ini terjadi dengan cara
melebihsajikan penjualan dan persediaan pada 3 unit usaha, dan dilakukan
dengan menggelembungkan harga persediaan yang telah diotorisasi oleh
Direktur Produksi untuk menentukan nilai persediaan pada unit distribusi PT
KF per 31 Desember 2001. Selain itu manajemen PT KF melakukan
pencatatan ganda atas penjualan pada 2 unit usaha. Pencatatan ganda itu
dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh auditor eksternal. (Koroy,
2008:23).
Kasus kecurangan pelaporan keuangan lain yang juga terjadi di
Indonesia yaitu oleh PT Bank Lippo Tbk. PT Bank Lippo Tbk telah
melakukan kecurangan dengan mengiklankan laporan keuangan yang tidak
diaudit pada tanggal 28 November 2002 walaupun angka-angkanya sama
seperti yang tercantum dalam Laporan Auditor Independen. Kecurangan lain
yang juga dilakukan oleh PT Lippo Bank Tbk adalah dengan menyerahkan
laporan keuangan PT Bank Lippo Tbk per 30 September 2002 ke BEJ
pada tanggal 27 Desember 2002 yang tidak disertai Laporan Auditor
Independen dan di dalamnya telah terdapat penilaian kembali terhadap
Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) dan Penyisihan Penghapusan Aktiva
7
Produktif (PPAP). Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan antara
laporan keuangan yang diiklankan pada tanggal 28 dengan laporan
keuangan yang diserahkan ke BEJ disebabkan karena ada nya
penyesuaian penilaian kembali atas Agunan Yang Diambil Alih (AYDA)
dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) (Bapepam, 2003).
Pada 4 Februari 2013 terjadi kasus fraud, dimana pihak Bank Panin
mengklaim tuduhan terhadap adanya penyelewengan kredit senilai Rp 30
miliar pada Kantor Cabang Umum (KCU) Banjarmasin itu tidak benar,
padahal auditor menemukan terdapat penyelewengan kredit sebesar Rp 30
miliar di KCU Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Yus sebagai ketua tim audit
melaporkan kepada direksi Bank Panin dan kemudian diproses melalui jalur
hukum. Yus mengaku bahwa pihaknya diminta untuk mengubah laporan audit
pada Juli 2010, namun tim menolak dan kemudian tim diberi pekerjaaan yang
kurang jelas hingga berujung pada pemberhentian pekerjaan. Pada Desember
2010 Bank Indonesia (BI) sudah melakukan investigasi dan terbukti terdapat
fraud di Bank Panin. Deputi Direktur Direktorat Pengawas Bank 3 Riyanti A.
Y. Sali mengirim surat No.13/17/DPB3/TPB 3-2/Rahasia kepada direksi Bank
Panin agar melaporkan permasalahan penyimpangan pemberian kredit debitur
Jaya Setia Dau (Wibawa, 2013).
Kasus kredit macet Bank Mandiri. Mantan Direktur Utama Bank
Mandiri ECW Neloe, I Wayan Pugeg, dan M. Sholeh diadili dalam perkara
korupsi pemberian kredit Bank Mandiri kepada PT Cipta Graha Nusantara
8
(CGN) dan didakwa jaksa merugikan negara 18,5 juta dollar AS atau
setidaknya Rp 160 miliar (Tuanakotta, 2012: 876).
Pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan tentunya merupakan
hal yang tidaklah mudah. Para ahli menggambarkan fenomena fraud ibarat
gunung es (iceberg). Hanya sekitar 20% fraud yang dapat diselesaikan dan
diinvestigasi, sisanya sekitar 40% dapat diidentifikasi namun tidak
terselesaikan, dan 40% fraud tidak terdeteksi. Dengan memahami penyebab
terjadinya fraud, memungkinkan auditor untuk menganalisis faktor-faktor
risiko kecurangan guna mendeteksi kecurangan yang mungkin atau telah
terjadi. (Tjahjono dkk., 2013:12).
Dr. Donald Cressey, salah seorang pendiri ACFE, menyimpulkan
bahwa terdapat tiga kondisi yang selalu hadir dalam tindakan fraud
(kecurangan), yaitu pressure, opportunity, dan rationalization yang disebut
juga sebagai “fraud triangle” (Skousen, Smith dan Wright., 2009:2). Pada
tahun 2004, Wolfe et al. (2004:38) memperkenalkan sebuah model baru yaitu
“Fraud Diamond Model” Pada model ini, Wolfe et al. menambahkan satu
faktor tambahan dari fraud triangle model yang dikemukakan oleh Cressey
sebelumnya yaitu capability.
Kecurangan laporan keuangan sulit untuk dideteksi, didorong oleh
banyak faktor dan dilakukan dengan berbagai cara. Namun, faktor-faktor
pada fraud diamond dapat menjadi penyebab terjadinya kecurangan pada
laporan keuangan. Komponen fraud diamond tidak dapat diteliti secara
langsung maka peneliti harus mengembangkan variabel dan proksi untuk
9
mengukurnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lima variabel
independen yang terdiri dari variabel financial stability yang diproksikan
dengan rasio perubahan total aset (ACHANGE), variabel personal financial
need yang diproksikan dengan rasio persentase kepemilikan saham oleh orang
dalam (OSHIP), variabel ineffective monitoring yang diproksikan dengan rasio
komisaris independen (BDOUT), variabel rationalization yang diproksikan
dengan rasio total akrual (TA) dan variabel capability yang diproksikan
dengan perubahan direksi (DCHANGE). Berdasarkan alasan diatas peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Fraud Diamond
Dalam Mendeteksi Fraudulent Financial Statement (Studi Empiris pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-
2014)”.
Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian
yang dilakukan oleh Sihombing et al. (2014) yang meneliti mengenai
“Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud”,
perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sihombing (2014) adalah sebagai
berikut:
1. Pada penelitian ini hanya menggambil empat variabel independen dari
delapan variabel independen. Variabel independen pada Sihombing (2014)
yaitu financial targets, financial stability, external pressure, nature of
industry, ineffective monitoring, change in auditor, rationalization, dan
capability. Sedangkan variabel independen pada penelitian ini yaitu
financial stability, ineffective monitoring, rationalization, dan capability.
10
2. Penelitian ini menambahkan variabel independen personal financial need
yang diproksikan dengan persentase jumlah saham manajemen (Molida,
2011)
3. Objek penelitian ini mengambil sampel perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan pada
tahun 2011-2014 sedangkan pada penelitian Sihombing et al, (2014)
mengambil sampel perusahaan manufaktur dengan periode pengamatan
dari tahun 2010-2012.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah variabel Financial Stability berpengaruh dalam mendeteksi
Fraudulent Financial Statement ?
2. Apakah variabel Personal Financial Need berpengaruh dalam mendeteksi
Fraudulent Financial Statement?
3. Apakah variabel Ineffective Monitoring berpengaruh dalam mendeteksi
Fraudulent Financial Statement?
4. Apakah variabel Rationalization berpengaruh dalam mendeteksi
Fraudulent Financial Statement?
5. Apakah variabel Capability berpengaruh dalam mendeteksi Fraudulent
Financial Statement?
11
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk memperoleh bukti yang empiris mengenai adanya hubungan
antara :
1. Variabel Financial Stability terhadap terjadinya Fraudulent Financial
Statement
2. Variabel Personal Financial Need terhadap terjadinya Fraudulent
Financial Statement
3. Variabel Ineffective Monitoring terhadap terjadinya Fraudulent Financial
Statement
4. Variabel Rationalization terhadap terjadinya Fraudulent Financial
Statement
5. Variabel Capability terhadap terjadinya Fraudulent Financial Statement
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan
dapat memberikan harapan sebagai berikut:
1. Kontribusi teoritis
a. Penelitian ini dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi
kalangan akademis, khususnya mahasiswa/i jurusan akuntansi UIN
Syarif Hidayatullah mengenai fraudulent financial statement dan
dapat digunakan sebagai pembanding untuk menambah ilmu
pengetahuan.
12
b. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
c. Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah
referensi mengenai bukti empiris pengaruh fraud risk factor menurut
fraud diamond, yaitu pressure, opportunity, rationalization dan
capability dalam upaya pendeteksian fraudulent financial statement.
2. Kontribusi Praktis
1. Bagi pemerintah, Bapepam, dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan sebagai bahan
evaluasi untuk mengawasi dan menanggulangi tindakan kecurangan
(fraud) pada laporan keuangan
2. Bagi Investor, dapat dijadikan bahan pertimbangan pada saat
melakukan investasi dan memberikan kredit dengan melihat
bagaimana penerapan manajemen risiko yang dilakukan oleh
perusahaan.
3. Bagi Regulator (Pembuat Kebijakan), dapat menjadi salah satu bahan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan regulasi untuk mendeteksi
secara efektif dan efisien kecurangan dalam pelaporan keuangan
(fraudulent financial reporting) bagi perusahaan perbankan di
Indonesia demi tercapainya informasi laporan keuangan yang tidak
bias.
4. Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang kecurangan akuntansi
serta menambah pengetahuan khususnya kecurangan laporan keuangan
13
dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh financial stability
pressure, ineffective monitoring, rationalization, dan capability dalam
mendeteksi fraudulent financial statement.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan
Agency Theory pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling
pada tahun 1976, yang mengartikan hubungan agent dan principal.
“A contract under which one or more persons (the principal/s)
engage another person (the agent)to perform some service on their behalf
which involve delegating some decisions making authority to the agent.”
(Jensen dan Meckling, 1976)
Menurut Jensen dan Meckling (1976:5) Teori ini menjelaskan
tentang bagaimana hubungan agensi sebagai sebuah kontrak di mana salah
satu pihak (principal) menggunakan pihak lain (agent) untuk mengerjakan
suatu layanan tertentu untuk kepentingan mereka, dengan melibatkan
suatu pendelegasian wewenang pengambilan keputusan oleh agen.
Masing-masing pihak mempunyai kepentingan mereka sendiri-sendiri, dan
perbedaan kepentingan ini bisa saja menyebabkan timbulnya information
asymetri (kesenjangan informasi) antara pemegang saham (stakeholder)
dan organisasi.
Teori keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi (Eisenhardt, 1989).
Asumsi-asumsi tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yakni asumsi
tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi.
Asumsi sifat manusia menekankan pada manusia yang memiliki sifat
mementingkan diri sendiri (selfinterest), memiliki keterbatasan rasionalitas
(bounded rasionality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion). Asumsi
15
keorganisasian adalah konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai
kriteria produktifitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan
agen. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi
yang bisa diperjualbelikan. (Rahmawati, 2012: 5).
Dalam penelitiannya Jesen and Meckling (1976) menjelaskan
bahwa dalam teori agensi terdapat Agency problem akan terjadi bila
proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100%
sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan
dirinya dan sudah tidak berdasar memaksimalisasi nilai dalam
pengambilan keputusan pendanaan. Lebih lanjut mereka menjelaskan
bahwa manajer tidak menanggung resiko atas kesalahan dalam
pengambilan keputusan, dan resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh
pemegang saham (principal). Oleh karena itu, para manajer cenderung
melakukan pengeluaran yang bersifat konsumtif dan tidak produktif untuk
kepentingan pribadinya, seperti peningkatan gaji dan status. Watt dan
Zimmerman (1986) secara empiris membuktikan bahwa hubungan
principal dan agent yang sering ditentukan oleh angka akuntansi tersebut
dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya
(Rahmawati, 2012: 4).
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemilik (pemegang saham). Pemegang saham sebagai
principle tentu menginginkan manajer bekerja dengan tujuan
16
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya, manajer
selaku agent bisa saja bertindak tidak untuk memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham, tetapi memaksimumkan kemakmuran
mereka sendiri. Terjadilah conflict of interest ( Kodrat dan Herdinata,
2009:14).
Oleh karena adanya conflict of interest maka perusahaan sebagai
agen menghadapi berbagai tekanan (pressure) untuk menemukan cara agar
kinerja perusahaan selalu meningkat dengan harapan (rasionalisasi) bahwa
dengan peningkatan kinerja perusahaan maka principle akan memberikan
suatu bentuk apresiasi kepada agen. Gerbang fraud akan semakin terbuka
apabila dilakukan oleh orang yang mempunyai capability Dan akses yang
luas dalam perusahaan. Adanya asimetri informasi memberikan peluang
(opportunity) yang memungkinkan agen melakukan creative accounting
yaitu memanipulasi angka-angka akuntansi yang dipublikasikan dan
disajikan dalam laporan keuangan. Konflik kepentingan dan asimetri
informasi antara manajemen dengan pemilik memberikan kesempatan
kepada manajemen untuk melakukan tindakan manajemen laba yang
didukung oleh teori Rezaee (2002) yang menyatakan bahwa tindakan
manajemen laba berkaitan erat dengan kecurangan laporan keuangan.
2. Teori Atribusi
Teori atribusi dikembangkan oleh Kelley (1967), kemudian Green
serta Mitchell (1979). Mereka berpandangan bahwa perilaku
kepemimpinan disebabkan oleh atribut penyebab. Jadi teori kepemimpinan
17
atribut menjelaskan mengapa perilaku kepemimpinan terjadi. (Waworuntu,
2003:27).
Teori atribusi dikembangkan dengan beberapa pendapat berikut:
a. Teori Kepemimpinan Karismatik
Teori atribusi ikut menjelaskan kepemimpinan karismatik. Para
pengikut membuat atribut pada pemimpin yang heroik atau yang
memiliki kemampuan yang luar biasa yang mereka amati dan dapati.
b. Teori Kepemimpinan Transaksional
Para pemimpin transaksional, adalah pemimpin yang
membimbing atau mendorong bawahan mereka mengarah pada tujuan
yang telah diletakkan, dengan cara menjelaskan peranan dan tugas
yang dipersyaratkan.
c. Teori Kepemimpinan Transformasional
Terdapat juga para pemimpin yang transformasional. Teori ini
melihat pemimpin yang menyediakan pertimbangan individual dan
stimulasi intelektual serta mereka yang memiliki karisma.
Semua pandangan, model, dan teori di atas tidak terlepas dari
perilaku orang dalam organisasi, yaitu perilaku pimpinan dan perilaku
bawahan. Jadi kepemimpinan tidak terlepas dari cara berpikir,
berperasaan, bertindak, bersikap, dan berperilaku dalam kerja di sebuah
organisasi dengan bawahannya atau orang lain. (Waworuntu, 2003:28)
Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku
seseorang. Teori ini mengacu pada bagaimana seseorang menjelaskan
18
penyebab perilaku orang lain atau diri sendiri. Fritz Heider (1958)
mengatakan bahwa perilaku seseorang itu bisa disebabkan karena faktor-
faktor internal (disebut atribusi internal) dan dapat pula disebabkan oleh
faktor ekternal (atribusi ekternal). Faktor-faktor internal misalnya
kemampuan, pengetahuan, dan usaha, sedangakan faktor eksternal
bias berupa kesempatan, dan juga lingkungan (Menezes, 2008).
Perilaku yang disebabkan oleh hal-hal yang bersifat internal adalah
perilaku yang diyakini berada di bawah kendali pribadi dari diri individu
yang bersangkutan. Perilaku yang dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat
eksternal dilihat sebagai hasil dari tekanan situasi atau keadaan tertentu
yang memaksa seseorang melakukan perbuatan tertentu. Pengaruh
perilaku seseorang inilah yang diyakini dapat membuat pihak manajemen
dapat jujur atau curang untuk memenuhi kepentingan pribadi.
3. Konsep Fraud
a. Pengertian Kecurangan (Fraud)
Pada umumnya dikenal dua tipe kesalahan, yaitu kekeliruan
(errors) dan ketidakberesan (irregulatiries). Errors merupakan
kesalahan yang timbul sebagai akibat tindakan yang tidak disengaja
yang dilakukan oleh manajemen atau karyawan perusahaan yang
mengakibatkan kesalahan teknis perhitungan, pemindahbukuan dan
lain-lain. Sedangkan irregularities merupakan kesalahan yang sengaja
dilakukan oleh manajemen atau karyawan perusahaan yang
19
mengakibatkan kesalahan material terhadap penyajian laporan
keuangan, misalnya kecurangan (fraud).
Tindak fraud adalah “manusia” dengan berbagai alasan dari
dalam dirinya untuk melakukan tindakan tercela (Kumaat, 2011:135).
Adapun pengertian fraud menurut BPKP (2008:11) adalah sebagai
berikut:
“Dalam istilah sehari-hari, fraud dimaknai sebagai
ketidakjujuran. Dalam terminologi awam fraud lebih ditekankan pada
aktivitas penyimpangan perilaku yang berkaitan dengan konsekuensi
hukum, seperti penggelapan, pencurian dengan tipu muslihat, fraud
pelaporan keuangan, korupsi, kolusi, nepotisme, penyuapan,
penyalahgunaan wewenang, dan lain-lain”.
Kecurangan (Fraud) menurut standar Institute of Internal
Auditors (IIA) dalam Sawyer (2006:339) adalah suatu tindakan
penipuan yang mencakup berbagai penyimpangan dan tindakan illegal
yang ditandai dengan penipuan disengaja. Hal ini dapat dilakukan
untuk manfaat atau merugikan organisasi dan oleh orang luar maupun
di dalam organisasi. Hal ini termasuk berbohong, menipu,
menggelapkan dan mencuri. Penggelapan disini dimaksudkan adalah
dengan merubah kekayaan atau aset perusahaan yang dipercayakan
kepadanya secara tidak wajar untuk kepentingan pribadi yang dapat
merugikan perusahaan.
Berdasarkan uraian definisi-definisi dari beberapa ahli diatas
maka dapat disimpulkan bahwa kecurangan (fraud) merupakan suatu
tindakan penyimpangan yang disengaja oleh individu atau kelompok
dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi ataupun kelompok.
20
b. Klasifikasi Kecurangan(Fraud)
Association of Certified Fraud Examinations (ACFE) adalah
salah satu asosiasi di USA yang mempunyai kegiatan utama dalam
pencegahan dan pemberantasan kecurangan. Secara skematis,
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan
occupational fraud dalam bentuk fraud tree. Pohon ini
menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam hubungan kerja,
beserta ranting dan anak rantingnya. Occupational fraud tree ini
mempunyai tiga cabang utama yakni, corruption, asset
missappropriation, dan fraudulent statements (Tuanakotta, 2012 :
195).
21
Gambar 2.1
Fraud Tree
1. Korupsi (Corruption)
Korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan
(conflict of interest), suap (bribery), pemberian ilegal (illegal
gratuity), dan pemerasan (economic extortion). Fraud jenis ini
bersifat simbiosis mutualisme sehingga seringkali tidak dapat
22
dideteksi karena pihak yang bekerja sama menikmati
keuntungan.
2. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)
Asset Misappropriation atau “pengambilan” asset secara
ilegal dalam bahasa sehari-hari disebut mencuri. Namun, dalam
istilah hukum, “mengambil” aset secara ilegal (tidak sah, atau
melawan hukum) yang dilakukan oleh seseorang yang diberi
wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut,
disebut menggelapkan (Tuanakotta, 2012:199). Hal yang sering
menjadi sasaran penjarahan adalah uang (baik di kas maupun
bank, baik yang berupa giro, tabungan, maupun deposito). Asset
misappropriation dalam bentuk penjarahan kas atau cash
misappropriation dilakukan dalam 3 bentuk: skimming, larceny,
dan fraudulent disbursements. Ini merupakan bentuk fraud
yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang dapat
diukur/dihitung (defined value).
3. Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial
Statement)
Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai
kecurangan yang dilakukan oleh pejabat, eksekutif atau
manajemen suatu perusahaan atau instansi pemerintah dalam
bentuk salah saji material Laporan Keuangan (LK) yang
merugikan investor dan kreditor.
23
Tindakan fraud dalam menyusun laporan keuangan dapat berupa
salah saji (misstatements baik overstatements maupun
understatements). Tindakan fraud dalam menyusun laporan non-
keuangan dapat berupa penyampaian laporan non-keuangan secara
menyesatkan, lebih bagus dari keadaan yang sebenarnya, dan sering
kali merupakan pemalsuan atau pemutarbalikan keadaan (Tuanakotta,
2012:203). Ini dilakukan untuk menutupi kondisi keuangan yang
sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial
engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk
memperoleh keuntungan mungkin dapat dianalogikan dengan istilah
window dressing. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau
kecurangan non financial.
c. Faktor Penyebab Kecurangan (Fraud)
Kumaat (2011:139) menyatakan pendapatnya tentang faktor
pendorong terjadinya fraud adalah sebagai berikut:
1. Desain pengendalian internalnya kurang tepat, sehingga
meninggalkan “celah” risiko.
2. Praktik yang menyimpang dari desain atau kelaziman (common
business sense) yang berlaku.
3. Pemantauan pengendalian yang tidak konsisten terhadap
implementasi business process.
4. Evaluasi yang berjalan terhadap business process yang berlaku.
24
Faktor-faktor yang mendorong seseorang berperilaku
menyimpang atau melakukan kecurangan (fraud) menurut Bologna
(1993) dalam Soepardi (2010:6) dapat dijelaskan dengan GONE
Theory, yaitu:
1. Greed atau keserakahan, berkaitan dengan adanya perilaku
serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang.
2. Opportunity atau kesempatan, berkaitan dengan keadaan
organisasi atau instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa
sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan
kecurangan terhadapnya.
3. Needs atau kebutuhan, berkaitan dengan faktor-faktor yang
dibutuhkan oleh individu-individu untuk menunjang hidupnya
yang menurutnya wajar.
4. Exposure atau pengungkapan, berkaitan dengan tindakan atau
konsekuensi yang akan dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila
pelaku ditemukan melakukan kecurangan.
d. Langkah-langkah Pengendalian Kecurangan (Fraud)
Dalam Sawyer (2006:1038-1039) menjelaskan bahwa terdapat
beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan atau
mencegah terjadinya fraud dalam perusahaan,antara lain:
1. Menetapkan standar, anggaran dan statistik, dan menyelidiki
semua penyimpangan yang material.
25
2. Menggunakan teknik kuantitatif dan analitis untuk menandai
peristiwa yang menyimpang.
3. Mengidentifikasi indikator proses kritis: kehilangan dalam
peleburan, pengulangan kerja dalam manufaktur dan perakitan,
serta uji laba kotor dalam operasi eceran.
4. Menganalisa secara mendalam performa yang tampak terlalu
baik, dan performanya yang ada dibawah standar.
5. Mendirikan departemen audit internal yang professional dan
independen.
4. Kecurangan Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan Per 1 Januari 2014 :
“Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan dari suatu
laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan
keputusan ekonomi.”
Ferdian dan Na’im (2006:6), menjelaskan kecurangan dalam laporan
keuangan dapat menyangkut tindakan yang disajikan berikut ini:
a. Manipulasi, pemalsuan atau perubahan catatan akuntansi atau
dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian
laporan keuangan.
26
b. Representasi yang dalam atau penghilangan dari laporan keuangan,
peristiwa, transaksi atau informasi lain yang signifikan.
c. Salah penerapan secara sengaja atas prinsip akuntansi yang berkaitan
dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapannya.
5. Fraud Triangle Model
Fraud triangle theory merupakan suatu gagasan yang meneliti
tentang penyebab terjadinya kecurangan. Gagasan ini pertama kali
diciptakan oleh Donald R. Cressey (1953) yang dinamakan fraud triangle
atau segitiga kecurangan. Cressey (1953) dalam Gilmore (2013:6)
menjelaskan tiga faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud yaitu
pressure, opportunity, dan razionalization.
Gambar 2.2
Fraud Triangle Model
Sumber : Gilmore (2013:6)
a. Pressure (Tekanan)
Menurut Karyono (2013:9) menjelaskan bahwa dorongan untuk
melakukan fraud terjadi pada karyawan (employee fraud) dan manajer
(management fraud), dorongan itu bisa terjadi karena:
Pressure
Rationalization Opportunity
27
1. Tekanan keuangan: seperti banyak hutang, gaya hidup melebihi
kemampuan keuangan (besar pasak daripada tiang), keserakahan,
dan kebutuhan yang tidak terduga.
2. Kebiasaan buruk: seperti kecanduan narkoba
3. Tekanan lingkungan kerja: seperti kurang dihargainya
prestasi/kinerja, gaji rendah dan tidak puas dengan pekerjaan.
4. Tekanan lain: seperti tekanan dari istri/ suami untuk memiliki
barang-barang mewah.
Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari
suatu tekanan (pressure) yang menghimpitnya. Orang ini mempunyai
kebutuhan keuangan yang mendesak, yang tidak dapat diceritakan
kepada orang lain, konsep ini disebut perceived non-sharedable
financial need.
Menurut SAS (Statement of Auditing Standard) no. 99, terdapat
empat jenis kondisi yang umum terjadi pada pressure yang dapat
mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut adalah financial
stability, external pressure, personal financial need, dan financial
targets.
1. Financial Stability atau stabilitas keuangan telah dikenal oleh
pelaku ekonomi terutama pelaku pasar keuangan, namun
demikian belum terdapat suatu kesepakatan umum mengenai apa
yang dimaksud dengan stabilitas keuangan tersebut (Haryanto dan
Astuti, 2009:53). Namun, Kusumawardhani (2013:5) menyatakan
28
bahwa financial stability merupakan keadaan yang
menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dari kondisi stabil.
Perusahaan diduga akan memanipulasi laba ketika stabilitas
keuangan atau profitabilitasnya terancam oleh kondisi ekonomi
(Skousen et al., 2009:6).
2. External pressure adalah tekanan yang berlebihan bagi
manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak
ketiga (Kusumawardhani, 2013:5). Tuntutan untuk memenuhi
persyaratan dalam membayar atau memenuhi perjanjian utang
diakui sebagai sumber external pressure. Sehingga manajer
merasakan adanya tekanan sebagai akibat dari kebutuhan untuk
memperoleh tambahan utang atau ekuitas pembiayaan agar
perusahaan tetap kompetitif (Skousen et al., 2009:8).
3. Personal financial Need adalah kondisi ketika keuangan
perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para
eksekutif perusahaan (Kusumawardhani 2013:5). Dunn (2004)
dalam Skousen et al., (2009:9) menyatakan bahwa ketika
eksekutif memiliki kepentingan keuangan yang signifikan dalam
sebuah perusahaan, maka situasi keuangan pribadi mereka diduga
akan mengancam kinerja keuangan perusahaan.
4. Financial targets adalah tekanan berlebihan pada manajemen
untuk mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau
manajemen. Perusahaan diduga akan memanipulasi laba untuk
29
memenuhi prakiraan atau tolak ukur stakeholder seperti laba
tahun sebelumnya (Kusumawardhani, 2013:6).
b. Opportunity (Peluang)
Menurut Karyono (2013:9) menjelaskan bahwa kesempatan
muncul karena lemahnya pengendalian internal untuk mencegah dan
mendeteksi kecurangan. Kesempatan juga dapat terjadi karena
lemahnya sanksi dan ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja.
Disamping itu tercipta beberapa kondisi lain yang kondusif untuk
terjadinya tindak kriminal.
Menurut Steve Albercht dalam Karyono (2013:9) ada beberapa
faktor yang dapat meningkatkan kesempatan untuk melakukan fraud,
yaitu:
1. Kegagalan untuk menertibkan pelaku kecurangan
2. Terbatasnya akses terhadap informasi
3. Kurangnya jejak audit
SAS no. 99 menyebutkan bahwa peluang pada financial
statement fraud dapat terjadi pada tiga kategori. Kondisi tersebut
adalah nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational
structure.
1. Nature of industry adalah berkaitan dengan munculnya risiko bagi
perusahaan yang berkecimpung dalam industri yang melibatkan
estimasi dan pertimbangan yang signifikan jauh lebih besar.
Penilaian persediaan mengandung risiko salah saji yang lebih
30
besar bagi perusahaan yang persediaannya tersebar di banyak
lokasi. Risiko salah saji persediaan ini semakin meningkat jika
persediaan itu menjadi usang (Kusumawardhani, 2013:6).
2. Ineffective monitoring adalah adalah keadaan dimana perusahaan
tidak memiliki unit pengawas yang efektif memantau kinerja
perusahaan. Adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau
kelompok kecil, tanpa kontrol kompensasi, tidak efektifnya
pengawasan dewan direksi dan komite audit atas proses pelaporan
keuangan dan pengendalian internal diduga akan menyebabkan
risiko terjadinya kecurangan (Kusumawardani, 2013:6).
3. Organizational structure adalah struktur organisasi yang
kompleks dan tidak stabil (Kusumawardhani, 2013:7). Struktur
organisasi yang terlalu kompleks, perputaran personil perusahaan
seperti senior manajer atau direksi yang tinggi akan memberikan
peluang terjadinya kecurangan (Skousen et al., 2009:12).
c. Rationalization (Rasionalisasi)
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam tejadinya fraud, di
mana pelaku mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi
merupakan bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur
(Skousen et al., 2009). Bagi mereka yang umumnya tidak jujur,
mungkin lebih mudah untuk merasionalisasi penipuan. Bagi mereka
dengan standar moral yang lebih tinggi, itu mungkin tidak begitu
31
mudah. Pelaku fraud selalu mencari pembenaran secara rasional untuk
membenarkan perbuatannya.
Menurut Karyono (2013:10) menjelaskan bahwa pelaku
kecurangan mencari pembenaran antara lain:
1. Pelaku menganggap bahwa yang dilakukan sudah merupakan hal
bias/wajar
2. Pelaku merasa berjasa besar terhadap organisasi
3. Pelaku menganggap tujuannya baik, yaitu untuk mengatasi
masalah.
Menurut SAS No.99 rasionalisasi pada perusahaan dapat diukur
dengan siklus pergantian auditor, opini audit yang didapat perusahaan
tersebut serta keadaan total akrual dibagi dengan total aktiva.
6. Fraud Diomond Model
Pada tahun 2004, Fraud Diamond Model diperkenalkan oleh Wolfe
et al. (2004:38) sebagai sebuah model baru dengan menambahkan satu
faktor dari fraud triangle model yang dikemukakan oleh Cressey
sebelumnya yaitu capability.
Elemen capability merupakan faktor yang ditambahkan oleh Wolfe.
Menurut Wolfe et al.(2004:39) kecurangan yang banyak terjadi tidak akan
pernah terealisasi tanpa adanya orang yang tepat dan orang yang memiliki
kemampuan untuk melaksanakan kecurangan tersebut. Bentuk dari fraud
diamond model dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut:
32
Gambar 2.2
Fraud Diamond Model
Sumber : Wolfe (2004:38)
Untuk mencari jejak adanya penipuan dari faktor capability, Wolfe
(2004) memberikan gambaran gambaran sifat yang dapat diamati yaitu
sebagai berikut:
1. Positioning
Posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat
memberikan kemampuan untuk membuat atau memanfaatkan
kesempatan untuk penipuan. Seseorang dalam posisi otoritas memiliki
pengaruh lebih besar atas situasi tertentu atau lingkungan.
2. Intelligence and creativity
Pelaku kecurangan ini memiliki pemahaman yang cukup
dan mengeksploitasi kelemahan pengendalian internal dan untuk
menggunakan posisi, fungsi, atau akses berwenang untuk
keuntungan terbesar.
3. Convidence / Ego
Individu harus memiliki ego yang kuat dan keyakinan yang
besar dia tidak akan terdeteksi. Tipe kepribadian umum termasuk
Opportunity
Capability
Incentive
Rationalization
33
seseorang yang didorong untuk berhasil di semua biaya, egois,
percaya diri, dan sering mencintai diri sendiri (narsisme).
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder,
gangguan kepribadian narsisme meliputi kebutuhan untuk
dikagumi dan kurangnya empati untuk orang lain. Individu dengan
gangguan ini percaya bahwa mereka lebih unggul dan cenderung
ingin memperlihatkan prestasi dan kemampuan mereka.
4. Coercion
Pelaku kecurangan dapat memaksa orang lain untuk
melakukan atau menyembunyikan penipuan. Seorang individu
dengan kepribadian yang persuasif dapat lebih berhasil meyakinkan
orang lain untuk pergi bersama dengan penipuan atau melihat ke arah
lain.
5. Deceit
Penipuan yang sukses membutuhkan kebohongan efektif dan
konsisten. Untuk menghindari deteksi, individu harus mampu
berbohong meyakinkan, dan harus melacak cerita secara
keseluruhan.
6. Stress
Individu harus mampu mengendalikan stres karena
melakukan tindakan kecurangan dan menjaganya agar tetap
tersembunyi sangat bisa menimbulkan stres.
34
B. Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Noval Dwi
Aditya Nugraha
dan Deliza
Henny (2015)
Pendeteksian Laporan
Keuangan melalui Faktor
Resiko, Tekanan dan
Peluang (Brdasarkan Press
Release OJK 2008-2012)
1. Financial
Stability
2. Ineffective
monitoring
3. Capability
1. External
pressure
2. Nature of
Industry
3. Sampel dan
Periode
4. Penelitian
Nature of industry dan
Capability berpengaruh
positif sedangkan Financial
Stability, External pressure,
dan Ineffective monitoring
berpengaruh negatif terhadap
pendeteksian laporan
keuangan
2
Kennedy
Samuel
Sihombing
(2014)
Analisis Fraud Diamond
dalam Mendeteksi Financial
Statement Fraud (Studi
Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia BEI
tahun 2010-2012)
1. Financial
Stability
2. Ineffective
monitoring
3. Rationalization
4. Capability
Studi empiris pada
perbankan dan
penambahan variabel
personal financial
need
Variabel Financial Stability,
Financial external pressure,
nature of industry, dan
rationalization berpengaruh
terhadap financial
Manufaktur yang Terdaftar di
statement fraud.
Bersambung ke halaman berikut
35
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3
Agung
Prasastie
(2014)
Analisis faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kecurangan
Laporan Keuangan dengan
Perspektif Fraud Dianmond
(Studi Empiris pada
Perusahaan LQ-45 yang
Terdaftar di BEI pada Tahun
2009-2013)
1. Financial
stability
2. Effectivity of
Monitoring
3. Capability
4. Financial
statement fraud
1. Auditor Change
2. Sampel dan
Periode
Penelitian
Financial stability berpengaruh
sedangkan Effectivity of
Monitoring, Auditor Change,
dan Capability tidak
berpengaruh terhadap Financial
Statement Fraud
4
Ivonna Hanum
Nurfhyasa
(2014)
Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Fraudulent
Financial Statement dengan
Perspektif Fraud Triangle.
1. Financial
Stability
2. Fraudulent
Financial
Statement.
Studi empiris pada
perbankan Variabel Financial Stability
berpengaruh terhadap
Fraudulent Financial
Statement.
5
Prisca
Kusumawardha
ni (2013)
Deteksi Financial Statement
Fraud dengan Analisis Fraud
Triangle Pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di
BEI
1. Financial
stability
2. Personal
financial need
3. Ineffective
monitoring
4. Financial
statement fraud
Tidak ada variabel
rationalization dan
capability
Financial stability dan
ineffective monitoring
berpengaruh terhadap Financial
Statement Fraud sedangkan
personal financial need tidak
berpengaruh signifikan.
Bersambung ke halaman berikut
36
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
6
Daniel T.H
Manurung, dan
Niki Hadian
(2013)
Detection Fraud of Financial
Statement with Fraud
Triangle”. Proceedings of
23rd International Business
Research Conference
1. Financial stability
2. Financial
effectiveness
(Ineffective
3. Monitoring)
4. Financial statement
fraud
1. External
pressure
2. Financial target
3. Sampel dan
Periode
4. Penelitian
Financial stability,
financial target dan
ineffective monitoring
berdampak positif pada
kecurangan laporan
keuangan dan eksternal
pressure berdampak
negatif pada kecurangan
laporan keuangan.
7
Resti Molida
2011)
Pengaruh Financial stability,
Personal financial need dan
Ineffective monitoring pada
Financial Statement Fraud
dalam Pespektif Fraud
Triangle
1. Financial stability
2. Personal financial
need
3. Ineffective
monitoring
4. Financial statement
fraud
Sampel dan periode
penelitian
Financial stability dan
Personal financial need
berpengaruh sedangkan
Ineffective monitoring tidak
berpengaruh terhadap
Financial statement fraud
37
C. Kerangka Berpikir
Kerangka penelitian disajikan pada gambar 2.3 dibawah ini.
Gambar 2.3
Kerangka Berpikir
Bersambung pada halaman selanjutnya
Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi
Fraudulent Financial Statement
Basis Teori : Teori Agensi, Teori Atribusi, Teori
mengenai fraud. Teori Financial Stability,
Personal Financial Need, Innefective
Monitoring, Rationalization, Capability
Personal financial need
Financial stability
Innefective monitoring
Rationalization
Fraudulent Financial
Statement
Analisis Statistik Deskriptif
Capability
38
Gambar 2.3 (Lanjutan)
D. Perumusan Hipotesis
1. Financial Stability terhadap Fraudulent Financial Statement
Dalam Skousen et al., 2009, menurut SAS No. 99, manajer
menghadapi tekanan untuk melakukan fraudulent financial statements
ketika stabilitas keuangan (financial stability) atau profitabilitas terancam
oleh keadaan ekonomi, industri, dan situasi entitas yang beroperasi.
Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi
keuangan perusahaan dari kondisi stabil. Ketika financial stability
perusahaan berada dalam kondisi yang terancam, maka manajemen akan
melakukan berbagai cara agar financial stability perusahaan terlihat baik.
Uji Asumsi Klasik:
Uji Normalitas
Uji Multikolineritas
Uji Autokorelasi
Uji Heteroskedastisitas
Uji Hipotesis:
Uji Signifikansi Simultan
Uji Signifikansi Parameter Individual
Kesimpulan dan Saran
Uji Koefisien
Determinasi
39
Loebbecke, Eining dan Willingham (1989) dan Bell, Szykowny, dan
Willingham (1991) menunjukkan bahwa kasus dimana perusahaan
mengalami pertumbuhan industri di bawah rata-rata, manajemen
mungkin akan melakukan manipulasi laporan keuangan untuk
meningkatkan prospek perusahaan (Skousen et al., 2009).
Bentuk manipulasi pada laporan keuangan yang dilakukan oleh
manajemen berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan (Skousen et
al., 2009). Oleh sebab itu, financial stability diproksi dengan rasio
perubahan total aset (ACHANGE). FASB mendefinisikan aset sebagai
manfaat ekonomik masa mendatang yang cukup pasti atau diperoleh atau
dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian
masa lalu (Sijenius, 2008). Total aset menggambarkan kekayaan yang
dimiliki oleh perusahaan. Total aset meliputi aset lancar dan aset tidak
lancar.
Tingginya aset yang dimiliki perusahaan menjadi daya tarik bagi
investor. Untuk menarik para investor, manajemen perusahaan tentunya
berupaya untuk menyajikan tampilan perusahaan yang meyakinkan bagi
investor. Agar dapat menampilkan pertumbuhan dan performa
perusahaan yang meningkat, manajemen perusahaan kerap kali
melakukan manipulasi pada laporan keuangan. Oleh sebab itu, adanya
perubahan persentase total aset yang tinggi mengindikasikan terjadinya
manipulasi pada laporan keuangan.
40
Penelitian yang dilakukan oleh Prasastie (2014) dan Nurfhyasa
(2014), Kusumawardhani (2013) dan Sihombing (2014) menunjukkan
bahwa persentase perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh
terhadap financial statement fraud. Berdasarkan uraian tersebut,
penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Financial stability berpengaruh terhadap Fraudulent
Financial Statement.
2. Personal financial need terhadap Fraudulent Financial Statement
Personal financial need merupakan suatu kondisi dimana keuangan
perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif
perusahaan (Skousen et al., 2009). Beasly (1996), Committee of
Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) (1999),
dan Dunn (2004) menunjukkan bahwa ketika eksekutif perusahaan
memiliki peranan keuangan yang kuat dalam perusahaan, personal
financial need dari eksekutif perusahaan tersebut akan turut terpengaruh
oleh kinerja keuangan perusahaan (Skousen et al., 2009). Sebagian
saham yang dimiliki oleh eksekutif perusahaan akan mempengaruhi
kebijakan manajemen dalam mengungkapkan kinerja keuangan
perusahaan. Oleh sebab itu, personal financial need diproksi dengan
persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP).
Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu
perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan
dan aktiva perusahaan. Adanya konsentrasi kepemilikan perusahaan di
41
Indonesia yang dikendalikan melalui institusi yang berbadan hukum atau
holding company, menurut Clessen et al. (2000), mengakibatkan tidak
terdapat adanya pemisahan yang jelas antara kepemilikan dan kontrol
pada perusahaan go public. Ketika sebagian saham dimiliki oleh manajer,
direktur, maupun komisaris perusahaan, maka secara otomatis akan
mempengaruhi kondisi finansial perusahaan. Kepemilikan sebagian
saham oleh orang dalam ini dapat dijadikan sebagai kontrol dalam
pelaporan keuangan (Skousen et al., 2009). Manajemen perusahaan akan
lebih bertindak hati-hati dalam menyajikan laporan keuangan. Semakin
tinggi persentase kepemilikan saham oleh orang dalam maka praktek
fraud dalam memanipulasi laporan keuangan semakin berkurang.
Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) dan Molida
(2011) menunjukkan bahwa persentase kepemilikan saham oleh orang
dalam (OSHIP) berpengaruh terhadap financial statement fraud.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
H2 : Personal financial need berpengaruh terhadap Fraudulent
Financial Statement.
3. Innefective Monitoring terhadap Fraudulent Financial Statement
Ineffective monitoring merupakan pemantauan yang tidak efektif
oleh perusahaan dikarenakan lemahnya sistem komite audit yang dimiliki
perusahaan. Beasly et al. (2000), Beasly (1996), Dechow et al. (1996),
dan Dunn (2004) mengamati bahwa perusahaan yang melakukan fraud
42
memiliki anggota di luar Board of Director (BOD) yag lebih sedikit jika
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan fraud.
Keberadaan Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam
Nomor SE-03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan Keputusan Menteri
BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002 (bagi BUMN) (Reindo, n.d.).
Komite Audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh Komisaris
Independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen
serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan.
Komite audit memiliki wewenang untuk mengakses catatan atau
informasi perusahaan. Komite audit selalu melakukan peninjauan
terhadap laporan tahunan dan menghadiri pertemuan akhir dengan
auditor eksternal. Oleh sebab itu, jumlah keanggotaan komite audit dapat
mempengaruhi tingkatan terjadinya fraud pada perusahaan.
Cara untuk meminimalisir praktik fraud atau kecurangan yaitu
dengan menerapkan sistem pengawasan yang baik. Dewan komisaris
yang independen secara umum mempunyai pengawasan yang lebih baik
terhadap manajemen, sehingga mempengaruhi kemungkinan kecurangan
dalam menyajikan laporan keuangan yang dilakukan oleh manajer atau
dengan kata lain, semakin kompeten dewan komisaris maka semakin
mengurangi kemungkinan kecurangan dalam pelaporan keuangan
(Antonia, 2008:33). Oleh sebab itu, ineffective monitoring diproksi
dengan rasio komisaris independen (BDOUT).
43
Hasil penelitian dari Wijoyo (2015) tidak menguatkan bukti bahwa
rasio komisaris independen (BDOUT) hubungan dengan financial
statement fraud. Sedangkan hasil penelitian Manurung dan Hadian
(2013:17) menyatakan bahwa komisaris independen mempunyai
hubungan negatif dengan kecurangan laporan keuangan. Hal tersebut
dapat diartikan bahwa semakin besar jumlah komisaris independen maka
akan mengurangi probabilitas perusahaan melakukan praktik kecurangan
laporan keuangan.
Penelitian ini mencoba membuktikan bahwa proksi BDOUT
berpengaruh terhadap fraudulent financial statement. Berdasarkan uraian
tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Ineffective monitoring berpengaruh terhadap Fraudulent
Financial Statement.
4. Rationalization terhadap Fraudulent Financial Statement
Menurut Albrecht (2012:6), tindakan kecurangan atau fraud
merupakan istilah umum, dan mencakup segala bentuk kecerdikan
manusia dalam hal perancangan, yang dipaksakan oleh satu individu,
untuk mendapatkan keuntungan lebih melalui pernyataan palsu. Tidak
ada aturan yang pasti serta tidak ada yang bisa ditetapkan sebagai usulan
umum dalam mendefinisikan fraud, karena mencakup hal-hal yang
mengejutkan, penipuan, kelicikan atau kecerdikan, serta cara-cara yang
tidak adil. Satu-satunya batas yang mampu mendefinisikan fraud adalah
hal-hal yang dapat membatasi ketidakjujuran manusia.
44
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tindakan
kecurangan atau fraud merupakan tindakan yang salah serta dinilai tidak
bertanggung jawab, karena fraud bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi dengan menghalalkan segala cara namun
konsekuensinya adalah merugikan bagi kepentingan pihak yang lain.
Dalam Sihombing (2012:4) Francis dan Krishnan (1999) dan
Vermeer (2003) berpendapat bahwa prinsip akrual berhubungan dengan
pengambilan keputusan manajemen dan memberikan wawasan terhadap
rasionalisasi dalam pelaporan keuangan. Menurut Skousen (2009)
variabel rasio total akrual dapat digunakan untuk menggambarkan
rasionalisasi terkait dengan penggunaan prinsip akrual oleh manajemen.
Hasil penelitian dari Sihombing (2014) dan Sukirman (2013)
mmbuktikan bahwa rasionalisasi berpengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
H4 : Rationalization berpengaruh terhadap Fraudulent
Financial Statement
5. Capability terhadap Fraudulent Financial Statement
Capability adalah suatu faktor kualitatif yang menurut Wolfe dan
Hermanson (2004) merupakan salah satu pelengkap dari model Fraud
triangle dari Cressey. Capability artinya seberapa besar daya dan
kapasitas dari seseorang itu melakukan fraud di lingkungan perusahaan.
45
Dalam penelitian ini akan digunakan perubahan direksi sebagai proksi
dari capability. Perubahan direksi pada umumnya sarat dengan muatan
politis dan kepentingan pihak-pihak tertentu yang memicu munculnya
conflict of interest.
Wolfe dan Hermanson (2004) dalam Sihombing (2014:4) meneliti
tentang capability sebagai salah satu fraud risk factor yang
melatarbelakangi terjadinya fraud menyimpulkan bahwa perubahan
direksi dapat mengindikasikan terjadinya fraud. Perubahan direksi tidak
selamanya berdampak baik bagi perusahaan. Perubahaan direksi bisa
menjadi suatu upaya perusahaan untuk memperbaiki kinerja direksi
sebelumnya dengan melakukan perubahan susunan direksi ataupun
perekrutan direksi yang baru yang dianggap lebih berkompeten dari
direksi sebelumnya. Sementara disisi lain, pergantian direksi bisa jadi
merupakan upaya perusahaan untuk menyingkirkan direksi yang
dianggap mengetahui fraud yang dilakukan perusahaan serta perubahan
direksi dianggap akan membutuhkan waktu adaptasi sehingga kinerja
awal tidak maksimal. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H5 : Capability berpengaruh terhadap Fraudulent Financial
Statement
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan causalitas study (kausal komparatif)
yaitu penelitian yang menggambarkan hubungan sebab akibat antara dua
variabel atau lebih yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen (Indriantoro dan Supomo, 2009:27).
B. Metodologi Penentuan Sampel
Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah metode purposive sampling. Dalam purposive sampling, dilakukan
pengambilan sampel dengan tujuan yang sudah ada dan sudah terencana
sebelumnya. Adapun kriteria-kriteria sampel yang digunakan dalam penelitan
adalah:
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2011–2014.
2. Perusahaan menyajikan laporan keuangan tahunannya dalam website
perusahaan atau website BEI selama periode 2011–2014.
3. Perusahaan yang memiliki total aset yang selalu meningkat periode 2010-
2014.
4. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah.
5. Perusahaan yang memiliki kelengkapan data untuk seluruh tahun
pengamatan.
47
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang merupakan data
sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)
(Indriantoro dan Supomo, 2009:147). Data kuantitatif tersebut diukur
dalam suatu skala rasio dan skala nominal.
Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder,
maka metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
metode studi pustaka dan studi observasi.
1. Metode studi pustaka, yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi
dan mengkaji berbagai literatur pustaka seperti jurnal, tesis, surat
kabar, dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian. Hal
ini disebabkan kepustakaan adalah bahan utama dalam penelitian data
sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2009:150).
2. Metode observasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, mengkaji
data sekunder secara tidak langsung dengan menggunakan
dokumentasi yang berupa laporan tahunan, laporan auditor independen
dan laporan keuangan yang telah diaudit dari perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011- 2014. Data
dalam penelitian ini diunduh melalui website www.idx.co.id dan
www.sahamok.com website setiap perusahaan.
48
D. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, uji
asumsi klasik, uji koefisien determinasi dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2013: 19). Skewness dan kurtosis merupakan ukuran untuk
melihat apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Skewness
mengukur kemelencengan dari data dan kurtosis mengukur puncak dari
distribusi data. Data yang terdistribusi normal mempunyai nilai skewness
dan kurtosis mendekati nol (Imam Ghozali, 2013:12).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel independen dan variabel dependen keduanya
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Seperti diketahui
bahwa uji t dan F mengansumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara
analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2013:160).
49
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan
antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi
normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini
dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.
Metode yang lebih handal adalah dengan menggunakan Normal
Probability Plot (P-P Plot) yang membandingkan distribusi
kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan
membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual
akan dibandingkan dengan garis diagonal. Suatu variabel dikatakan
normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar
di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah
mengikuti garis diagonal (Ghozali, 2013: 163). Jika distribusi data
residual normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
2) Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak
hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik
bisa sebaliknya (Ghozali, 2013:163). Oleh karena itu dalam
penelitian ini digunakan uji statistik dengan uji statistik non-
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk mengetahui apakah
residual terdistribusi secara normal. Nilai signifikansi (α) yang
50
digunakan dalam penelitian ini adalah 5%. Uji Kolmogorov-
Smirnov dilakukan dengan membuat hipotesis:
Ho : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
Kriteria yang digunakan dalam uji Kolmogorov-Smirnov
adalah sebagai berikut :
Jika nilai probabilitas (sig.) < 0,05, maka data residual
terdistribusi secara tidak normal (Ho ditolak, Ha diterima).
Jika nilai probabilitas (sig.) > 0,05, maka data residual
terdistribusi secara normal (Ho diterima, Ha ditolak) (Ghozali,
2013:163-165).
b. Uji multikolinieritas
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen adalah
sama dengan nol. Salah satu cara untuk mendeteksi multikoliniearitas
dilakukan dengan menggunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor)
dan tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
51
multikolinearitas adalah nilai tolerance = 0,10 atau sama dengan nilai
VIF = 10 (Ghozali, 2013:106). Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10
maka tidak terjadi multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Model korelasi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pada penelitian
ini, uji autokorelasi diuji dengan uji Durbin-Watson (DW test). Pada
tabel 3.1 merupakan pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi.
Tabel 3.1
Tabel Uji Durbin-Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokeralasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokeralasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No Decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl
Tidak ada autokoralasi positif
ataupun negatif
Tidak ditolak du < d < 4 – du
Sumber : Ghozali, 2013:111
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
52
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2013:139). Dalam penelitian ini, asumsi heteroskedastisitas akan diuji
menggunakan analisis uji glejser dengan keputusan sebagai berikut:
Apabila sig > 0,05 maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas
Apabila sig < 0,05 maka terdapat gejala heteroskedastisitas
3. Uji koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya adalah mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen.
Nilai Koefisien Determinasi (R2) adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai
(R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen, secara umum koefisien determinasi untuk data silang
(crosssection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara
masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun (time series)
biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali,
2013:97).
Kesalahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model.
53
Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2
pasti meningkat tidak
peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan nilai Adjusted R2
pada saat mengevaluasi model regresi
terbaik. Tidak seperti R2
, nilai Adjusted R2
dapat naik atau turun apabila
satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2013:97).
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis data yang
valid dan mendukung hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini.
Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan model persamaan regresi berganda. Model yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan:
FRAUD : Discretionary Accruals
α : Konstanta
ß1 : Koefisien regresi pertama, yaitu besarnya perubahan Y
apabila X1 berubah 1 satuan
FS : Financial Stability
ß2 : Koefisien regresi kedua, yaitu besarnya perubahan Y
apabila X2 berubah 1 satuan
PFN : Personal Financial Need
FRAUD = α + ß1 FS + ß2 PFN + ß3 IM + ß4 RAT + ß5 CAP + e
54
ß3 : Koefisien regresi ketiga, yaitu besarnya perubahan Y
apabila X3 berubah 1 satuan
IM : Innefective Monitoring
ß4 : Koefisien regresi ketiga, yaitu besarnya perubahan Y
apabila X4 berubah 1 satuan
RAT : Rationalization
ß5 : Koefisien regresi ketiga, yaitu besarnya perubahan Y
apabila X5 berubah 1 satuan
CAP : Capability
e : Error term
Pada penelitian ini, pengujian hipotesis menggunakan uji
signifikansi simultan dan uji signifikansi parameter individual.
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statisitik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen/bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Uji
statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-
sama terhadap variabel dependen yang di uji pada tingkat signifikan
0,05 (Ghozali, 2013:98).
Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Hal ini berarti bahwa semua variabel independen secara
bersama-sama dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
55
Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan
Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa semua variabel independen tidak
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen.
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual menerangkan variasi variabel
dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen, secara individual
terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05
(Ghozali, 2013:98). Langkah yang digunakan dalam menguji hipotesis
ini adalah dengan menentukan level of significance-nya. Level of
significance yang digunakan adalah sebesar 5% atau (a) = 0,05. Jika
sign t > 0,05 maka Ha ditolak namun jika sign t < 0,05 maka Ha
diterima dan berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2013:98).
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Fraudulent Financial Statement
Penelitian ini memproksikan fraudulent financial statements dengan
earnings management. Rezaee (2002:7) menyatakan bahwa:
”Suatu kecurangan laporan keuangan sering kali diawali dengan salah saji
atau manajemen laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak
material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan
56
menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara
material”.
Oleh sebab itu, earnings management digunakan sebagai proksi
fraudulent financial statements dalam penelitian ini. Manajemen laba
diukur dengan menggunakan proksi discretionary accruals dan dihitung
dengan menggunakan Modified Jones Model, yang dihitung dengan cara
menyelisihkan total accruals (TACC) dan nondiscretionary accruals
(NDACC). Discretionary accruals (DACC) merupakan tingkat akrual
yang tidak normal yang berasal dari kebijakan manajemen untuk
melakukan rekayasa terhadap laba sesuai dengan yang mereka inginkan.
Alasan digunakan Modified Jones Model dalam menghitung DACC
dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-
model lainnya sejalan dengan hasil penelitian Dechow et al. (1995) dalam
Ujiyantho dan Pramuka (2007).
Kelebihannya, model ini memecah total akrual menjadi empat
komponen utama akrual, yaitu discretionary current accruals,
discretionary long-term accruals, nondiscretionary current accruals, dan
nondiscretionary long-term accruals. Discretionary current accruals dan
discretionary long-term accruals merupakan akrual yang berasal dari
aktiva lancar (current asset), sedangkan nondiscretionary current accruals
dan nondiscretionary long-term accruals merupakan akrual yang berasal
dari aktiva tidak lancar (fixed asset) (Sulistyanto, 2008:7-8).
57
Perhitungan Modified Jones Model dilakukan dengan cara berikut
ini:
a. Mentabulasikan data-data yang dibutuhkan dan menghitung Total
Accruals.
Keterangan :
TAit : Total Accrual perusahaan i pada periode t
Nit : Laba bersih perusahaan i pada tahun t
OCFit : Operating Cash Flow perusahaan i pada periode t
b. Mempersiapkan data untuk mendapatkan β1, β2, β3 dengan
melakukan regresi OLS pada persamaan berikut ini.
Keterangan :
TAit : Total accrual perusahaan i pada periode t
Ait-1 : Total aktiva perusahaan i pada periode t-1
ΔREVit : Selisih pendapatan pada periode t dengan periode t-1
PPEit : Nilai Aktiva tetap (gross) perusahaan i pada periode t
E : error
c. Setelah mendapatkan nilai β1, β2, β3 dari regresi OLS lalu
memasukkan nilai-nilai tersebut pada persamaan berikut ini.
Keterangan :
NDAit : Non Discretionary Accruals pada periode t
Ait-1 : Total aktiva perusahaan i pada periode t-1
TAit = Nit - OCFit
TAit/Ait-1 = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔREVit/Ait-1) + β3 (PPEit/Ait-1) + e
NDAit = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔRevt/Ait-1 – ΔRect/Ait-1) + β3 (PPEt/Ait-)
) )
58
ΔREVit : Selisih revenue pada tahun t dengan periode t-1
ΔRECit : Selisih receivable pada periode t dengan t-1
PPEt : Aktiva tetap pada periode t
d. Selanjutnya menghitung discretionary accruals dengan cara sebagai
berikut.
Keterangan :
DAit : Discretionary Accruals pada periode t
Ait-1 : Total aktiva perusahaan i pada periode t-1
NDAit : Non Discretionary Accruals pada periode t
2. Financial Stability
Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan
kondisi keuangan perusahaan dari kondisi stabil (Kusumawardhani,
2013:5). Skousen et al., (2009:6) menyatakan bahwa bentuk manipulasi
keuangan yang dilakukan oleh manajemen berkaitan dengan pertumbuhan
aset perusahaan. Oleh sebab itu, financial stability diproksikan dengan
rasio perubahan total aset (ACHANGE). Total aset menggambarkan
kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi total aset yang
dimiliki perusahaan menunjukkan kekayaan yang dimiliki semakin
banyak. Total aset meliputi aset lancar dan aset tidak lancar. Karena itulah
adanya perubahan total aset yang tinggi mengindikasikan terjadinya
manipulasi laporan keuangan. Hal itu dikarenakan naluri manajemen yang
selalu ingin menampilkan pertumbuhan dan performa keuangan yang
DAit = TAit/Ait-1 - NDAit
59
meningkat. Financial stability diproksikan dengan rasio pertumbuhan aset
selama dua tahun.
Financial stability dihitung dengan rumus:
ACHANGE = –
Ketererangan:
ACHANGE = Rasio pertumbuhan aset
Total Aset = Total aset perusahaan pada periode ke t
Total Aset-1 = Total aset pada periode ke t-1
3. Personal financial need
Personal financial Need adalah kondisi ketika keuangan perusahaan
turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan
(Kusumawardhani 2013:5). Dunn (2004) dalam Skousen et al., (2009:9)
menyatakan bahwa ketika eksekutif memiliki kepentingan keuangan yang
signifikan dalam sebuah perusahaan, maka situasi keuangan pribadi
mereka diduga akan mengancam kinerja keuangan perusahaan. Sebagian
saham yang dimiliki oleh eksekutif perusahaan akan mempengaruhi
kebijakan manajemen dalam mengungkapkan kinerja keuangan
perusahaan. Oleh sebab itu, personal financial need diproksi dengan
persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP).
OSHIP =
4. Innefective Monitoring
Ineffective monitoring adalah keadaan dimana perusahaan tidak
memiliki unit pengawas yang efektif dalam memantau kinerja perusahaan.
60
Adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau kelompok kecil, tanpa
kontrol kompensasi, tidak efektifnya pengawasan atas proses pelaporan
keuangan dan pengendalian internal diduga akan menyebabkan risiko
terjadinya kecurangan (Kusumawardani, 2013:6).
Penelitian ini memproksikan ineffective monitoring dengan rasio
komisaris independen yang dihasilkan dari perbandingan antara jumlah
komisaris dengan total seluruh keanggotaan dewan komisaris. Hasil
penelitian Manurung dan Hadian (2013:17) menyatakan bahwa komisaris
independen mempunyai hubungan yang negatif dengan kecurangan
laporan keuangan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin besar
jumlah komisaris independen maka akan mengurangi probabilitas
perusahaan melakukan praktik kecurangan dalam laporan keuangan.
Ineffective monitoring diukur dengan rumus:
BDOUT =
5. Rationalization
Rationalization (rasionalisasi) atau mencari pembenaran sebelum
melakukan kejahatan, bukan sesudahnya. Mencari pembenaran sebenarnya
merupakan bagian yang harus ada dari kejahatan itu sendiri, bahkan
merupakan dari motivasi untuk melakukan kejahatan. Rationalization
diperlukan agar si pelaku dapat mencerna perilakunya yang melawan
hukum untuk tetap mempertahankan jati dirinya sebagai orang yang
dipercaya. Setelah kejahatan dilakukan, rationalization ini ditinggalkan,
karena tidak diperlukan (Tuanakotta, 2010:212).
61
Penelitian ini memproksikan rationalization dengan rasio total akrual
karena menurut Skousen (2009) variabel rasio total akrual dapat digunakan
untuk menggambarkan rasionalisasi terkait dengan penggunaan prinsip
akrual oleh manajemen.
Total Akrual = Net income – cash flow from operation activity
6. Capability
Capability yang dimiliki seseorang dalam perusahaan akan
mempengaruhi kemungkinan seseorang melakukan fraud. Wolfe dan
Hermanson (2004) mengemukakan bahwa perubahan direksi akan dapat
menyebabkan stress period yang berdampak pada semakin terbukanya
peluang untuk melakukan fraud. Oleh karena itu penelitian ini
memproksikan capability dengan pergantian direksi perusahaan
(DCHANGE) yang diukur dengan variabel dummy. Variabel tiruan
(dummy variable) untuk pergantian direksi, dimana 1= terdapat pergantian
direksi selama 2 tahun prioritas terhadap terjadinya fraud dan 0 = tidak
ada.
62
Definisi operasional diatas dapat diringkas dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel
Variabel Indikator Pengukuran Skala
Dependen
(Y)
Fraudulent
Financial
Statement
Dechow et
al., (1995)
Diproksikan
dengan
manajemen
laba yang
dihitung
dengan
menggunakan
discretionary
accrual (DA)
(modified
jones)
TAC = NI - CFO
TA/Ait-1 = β1 (1/ Ait-1) + β2 (∆Rev/ Ait-1)
+ β3 (PPE/ Ait-1) + e
NDA = β1 (1/ Ait-1) + β2 (∆Rev/Ait-1-
(∆Rec/Ait-1) + β3 (PPE/Ait-) + e
DAit = TAit/Ait-1 - NDAit
Rasio
Independen
(X1)
Financial
Stability
Soraya,
(2014)
Diproksikan
dengan
menggunakan
rasio
perubahan
total aset
(ACHANGE)
Rasio
Independen
(X2)
Personal
Financial
Need
Molida,
(2011)
Diproksikan
dengan
menggunakan
rasio
persentase
kepemilikan
saham oleh
orang dalam
(OSHIP)
Rasio
Bersambung pada halaman selanjutnya
63
Lanjutan Tabel 3.2
Variabel Definisi
Operasional Pengukuran Skala
Independen
(X3)
Innefective
monitoring
Wijoyo,
(2015)
Diproksikan
dengan rasio
komisaris
independen
(BDOUT)
Rasio
Independen
(X4)
Rationalization
Sihombing,
(2014) dan
Dechow,
(1995)
Diproksikan
dengan rasio
total akrual
(TA)
Net income – cash flow from
operation activity Rasio
Independen
(X5)
Capability
Nugraha,
(2015)
Diproksikan
dengan
perubahan
direksi
(DCHANGE)
Menggunakan variabel tiruan
(dummy variable) untuk
pergantian direksi, dimana
1= terdapat pergantian direksi
selama 2 tahun prioritas
terhadap terjadinya fraud dan
0 = tidak ada pergantian direksi.
Nominal
64
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive
sampling. Berdasarkan kriteria sampel, diperoleh sampel penelitian
sebanyak 23 perusahaan per tahun dimana periode pengamatan yang
digunakan untuk periode 2011 sampai dengan tahun 2014 sehingga total
keseluruhan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak
92. Mengenai rincian sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut ini.
Tabel 4.1
Rincian Sampel Penelitian
Kriteria Jumlah
Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2014 41
Perusahaan perbankan yang mengalami penurunan total asset
antara tahun 2010-2014 (5)
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan pada
tahun 2010 hingga 2014 dan dengan data yang tidak lengkap (13)
Jumlah sampel penelitian dalam setahun 23
Total keseluruhan sampel selama 4 tahun (23 x 4) 92
Sumber : Data sekunder diolah
65
Adapun nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.2
Daftar Nama Perusahaan
No Nama Perusahaan Kode Perusahaan
1 Bank Capital Indonesia Tbk BACA
2 Bank Ekonomi Raharja Tbk BAEK
3 Bank Central Asia Tbk BBCA
4 Bank Bukopin Tbk BBKP
5 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI
6 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI
7 Bank Tabungan Negara (Persoro) Tbk BBTN
8 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN
9 Bank Pundi Indonesia Tbk BEKS
10 Bank Kesawan Tbk BKSW
11 Bank Mandiri (Persero) BMRI
12 Bank Bumi Arta Tbk BNBA
13 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA
14 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII
15 Bank Permata Tbk BNLI
16 Bank Swadesi Tbk BSWD
17 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk BTPN
18 Bank Victoria International Tbk BVIC
19 Bank Artha Graha International Tbk INPC
20 Bank Maypada International Tbk MAYA
21 Bank Windu Kentjana International Tbk MCOR
22 Bank Mega Tbk MEGA
23 Bank NISP OCBC Tbk NISP
Sumber : www.idx.co.id
B. Analisis dan Pembahasan
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness dari masing-masing variabel
66
(kemelencengan distribusi) (Ghozali, 2013:19). Mean digunakan untuk
mengetahui nilai rata-rata data yang bersangkutan. Standar deviasi
digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang bersangkutan
bervariasi dari rata-rata. Nilai maksimum digunakan untuk mengetahui
nilai terbesar dari data yang bersangkutan. Nilai minimum digunakan
untuk mengetahui nilai terkecil dari suatu data yang bersangkutan.
Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu variabel independen dan
variabel dependen. Variabel independen yang digunakan adalah financial
stability, personal financial need, ineffective monitoring, rationalization,
dan capability dan variabel dependennya adalah fraudulent financial
statement yang diproksikan dengan discretionary accrual (DA). Hasil
pengujian deskriptif atas variabel-variabel tersebut dapat dilihat dalam
tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
FRAUD 92 -2,18 -,15 -1,4420 ,25900 FS 92 -2,34 ,45 -,7878 ,40162 PFN 92 -1,30 2,64 -,1127 ,63155 IM 92 -,48 -,12 -,2542 ,07715 RAT 92 -60,68 48,05 ,5484 9,59428
Valid N (listwise) 92
Sumber : Data Sekunder Diolah
Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah data (Valid N) yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 92 sampel yang berasal dari laporan
keuangan yang dipublikasi oleh perusahaan perbankan yang telah tercatat
di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014. Berdasarkan pada hasil
67
tersebut maka semua data sampel dapat diolah dan tidak terdapat
kehilangan data.
Variabel dependen pada penelitian ini adalah fraudulent financial
statement (FRAUD) yang diproksikan dengan discretionary accrual (DA).
Hasil statistik deskriptif memperlihatkan bahwa nilai tertinggi sebesar -
0,15 diperoleh dari perusahaan Bank Pundi Indonesia Tbk., pada tahun
2011. Nilai terendah sebesar -2,18 diperoleh dari perusahaan Bank
Ekonomi Raharja Tbk pada tahun 2011. Nilai rata-rata dari variabel
dependen ini adalah sebesar -1,4420 ini artinya rata-rata perusahaan yang
menjadi sampel pada penelitian ini melakukan manajemen laba berupa
penurunan laba. Nilai standar deviasi variabel ini sebesar 0,25900. Hal ini
berarti bahwa sebesar 0,25900 data bervariasi dari rata-rata.
Variabel independen yang pertama pada penelitian ini adalah
financial stability (FS), perhitungan financial stability dengan cara
mengurangi total aset tahun t dengan t-1 dibagi dengan total aset t-1. Dari
hasil statistik deskriptif diperoleh rata-rata sebesar -0,7878. Nilai tertinggi
dari financial stability sebesar 0,45 yang diperoleh dari perusahaan Bank
Pundi Indonesia Tbk., pada tahun 2011, lalu nilai terendah sebesar -2,34
diperoleh dari perusahaan Bank Bumi Arta Tbk., dan nilai standar deviasi
financial stability sebesar 0,40162.
Variabel independen yang kedua pada penelitian ini adalah
personal financial need (PFN), perhitungan rasio personal financial need
dengan cara membagi saham yang dimiliki oleh manajemen dengan saham
68
biasa yang beredar. Dari hasil statistik deskriptif diperoleh rata-rata dari
rasio personal financial need sebesar -0,1127. Nilai tertinggi dari PFN
sebesar 2,64 yang diperoleh dari Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Tbk., pada tahun 2012. Nilai PFN terendah sebesar -1,30 yang diperoleh
dari perusahaan Bank Pundi Indonesia Tbk., pada tahun 2011 dan standar
deviasi dari PFN sebesar 0,63155.
Variabel independen ketiga pada penelitian ini adalah ineffective
monitoring (IM), perhitungan pada variabel ini ada dengan cara membagi
antara jumlah komisaris independen dengan jumlah komisaris dalam
perusahaan. Pada variabel ini menunjukkan bahwa rata-rata rasio variabel
IM sebesar -0,2542. Nilai tertinggi dari IM sebesar -0,12 yang diperoleh
dari Bank Swadesi Tbk., pada tahun 2012. Nilai terendah sebesar -0,48
yang diperoleh Bank Bumi Arta Tbk., pada tahun 2011 dan standar deviasi
sebesar 0,07715.
Variabel independen keempat pada penelitian ini adalah
rationalization (RAT), perhitungan pada variabel ini ada dengan cara
mengurangi net income dengan cash flow from operation activity. Pada
variabel ini menunjukkan bahwa rata-rata rasio variabel sebesar -0,5484.
Nilai tertinggi dari RAT sebesar 48,05 yang diperoleh dari Bank Central
Asia Tbk., pada tahun 2011. Nilai terendah sebesar -60,68 yang diperoleh
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., pada tahun 2014 dan standar
deviasi sebesar 9,59428.
69
Variabel independen kelima pada penelitian ini adalah capability
(CAP). Pada variabel ini diukur dengan menggunakan dummy dimana
kategori 1 untuk terjadi pergantian direksi selama 2 tahun prioritas
terhadap terjadinya fraud dan kategori 0 untuk tidak terjadi pergantian
direksi. Hasil dari statistik deskriptif capability memperlihatkan nilai rata-
rata sebesar 0.5 dengan nilai tertinggi sebesar 1 dan nilai terendah sebesar
0. Nilai standar deviasi sebesar 0.5.
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian regresi, sebelumnya terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi klasik yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil
tersebut dapat digunakan. Uji asumsi klasik yang dilakukan pada
penelitian ini adalah uji normalitas, multikolinieritas, autokorelasi dan
heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah model
regresi, variabel independen dan dependen memiliki distribusi yang
normal. Untuk menguji normalitas digunakan dua cara, yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik.
1) Analisis Grafik
Uji normalitas dengan analisis grafik dilakukan dengan
metode grafik histogram dan Probability Plot (P-Plot). Hasil
pengujian normalitas dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar
4.1 dan 4.2 berikut ini.
70
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas : Grafik Histogram
Sumber : Data Sekunder diolah
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas : Grafik Normal Probability Plot
Sumber : Data Sekunder diolah
Dengan melihat tampilan pada grafik histogram dalam
gambar 4.1 memberikan pola distribusi yang mendekati normal,
71
sedangkan pada gambar 4.2, grafik normal probability plot
menunjukkan titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini telah
memenuhi asumsi normalitas.
2) Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak
hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik
bisa sebaliknya (Ghozali, 2013:163). Oleh karena itu, dalam
penelitian ini digunakan uji statistik dengan uji statistik non-
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Hasil uji statistik dengan
Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan nilai 0,686 dengan
signifikansinya hasil pengujian normalitas data sebesar. 0,734, hal
ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi
normalitas karena tingkat signifikansinya melebihi 0,05. Hasil
pengujian normalitas data dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)
dapat dilihat pada tabel 4.4 pada halaman selanjutnya.
72
Tabel 4.4
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 92
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation ,24193362
Most Extreme Differences
Absolute ,072
Positive ,072 Negative -,063
Kolmogorov-Smirnov Z ,686
Asymp. Sig. (2-tailed) ,734
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data Sekunder diolah
b. Uji Multikolinieritas
Untuk mengetahui apakah model regresi terdapat korelasi antar
variabel bebas (independen) maka diperlukan sebuah uji, yaitu uji
multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat
dari perhitungan nilai tolerance serta Variance Inflation Factor (VIF).
Suatu model regresi disimpulkan tidak ada masalah multikolinieritas
adalah apabila memiliki tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10 (Ghozali,
2013:106). Selengkapnya hasil pengujian asumsi klasik
multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.5 pada halaman
selanjutnya.
73
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant) FS ,977 1,023
PFN ,927 1,079
IM ,977 1,023
RAT ,993 1,007
CAP ,938 1,066
a. Dependent Variable: FRAUD
Sumber : Data Sekunder diolah
Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa semua
variabel independen memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,10
yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang
nilainya lebih dari 95%.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan bertujuan untuk menguji apakah
dalam regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, peneliti menggunakan uji
Durbin-Watson (DW test). Hasil dari uji Durbin-Watson dapat dilihat
pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,357a ,127 ,077 ,24887 2,020
a. Predictors: (Constant), CAP, IM, RAT, FS, PFN b. Dependent Variable: FRAUD
Sumber : Data Sekunder Diolah
74
Berdasarkan dari hasil tabel 4.6 dapat diketahui nilai Durbin-
Watson sebesar 2,020. Selanjutnya hasil tersebut dibandingkan dengan
nilai tabel dengan tingkat signifikansi 5%, jumlah sampel 92 (n=92),
dan variabel independen sebanyak 5 (k=5). Dari nilai tabel diperoleh
nilai batas bawah (dl) sebesar 1.5482 dan nilai batas atas (du) sebesar
1.7767.
Autokorelasi
positif
Ragu-
ragu
Tidak Ada
Korelasi
Ragu-
ragu
Autokorelasi
negatif
0 dL dU 4-dU 4-Dl
1,5482 1,7767 2,2233 2,5038
Nilai Dw
2,020
Uji autokorelasi dengan Durbin Watson menyatakan bahwa
autokorelasi tidak terjadi jika nilai du < d hitung < 4du, dimana nilai
d hitung berada diantara nilai du dan 4-du. Berdasarkan tabel 4.6
diatas dapat diketahui bahwa hasil uji autokorelasi pada nilai Durbin-
Watson adalah 2,020. Nilai tersebut berada di antara nilai du dan 4-
du dimana nilai d hitung lebih besar dari (du) 1,7767 dan kurang dari
(4-du) 2,2233 sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak
mengandung gejala Autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari
satu pengamatan dengan pengamatan yang lainnya. Peneliti
75
menggunakan uji glejser untuk mendeteksi heteroskedastisitas. Hasil
dari kedua uji tersebut disajikan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas – Uji Glejser
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,183 ,078 2,344 ,021
FS ,037 ,044 ,089 ,832 ,408
PFN -,044 ,029 -,166 -1,518 ,133
IM -,141 ,231 -,065 -,610 ,543
RAT ,000 ,002 -,024 -,222 ,825
CAP -,033 ,037 -,097 -,894 ,374
a. Dependent Variable: RES2
Pada tabel 4.7 menunjukkan hasil dari uji glejser dimana nilai
signifikan masing-masing variabel memiliki tingkat signifikansi lebih
dari 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi ini
tidak terdapat heteroskedastisitas dan model regresi ini dapat
digunakan untuk pengujian hipotesis pada penelitian ini.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi yang kecil
menjelaskan bahwa variabel-variabel independen memiliki
kemampuan yang terbatas dalam menjelaskan variasi variabel
dependen, dan juga sebaliknya semakin besar koefisien determinasi
maka semakin baik dalam menjelaskan variasi variabel dependen.
Pada penelitian ini Adjusted R2 digunakan untuk menggambarkan
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
76
dependen dan tidak terpaku pada R2 karena R
2 memiliki kelemahan,
yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan
pada model. Hasil uji koefisien determinasi disajikan pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 ,357a ,127 ,077 ,24887
a. Predictors: (Constant), CAP, IM, RAT, FS, PFN
b. Dependent Variable: FRAUD
Sumber : Data Sekunder Diolah
Dari tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa Adjusted R2 sebesar
0.077 yang menjelaskan bahwa variabel-variabel independen pada
penelitian ini hanya dapat menjelaskan 7,7% variasi variabel
dependen pada penelitian ini, yaitu fraudulent financial statement.
Artinya variabel-variabel dependen pada penelitian ini memiliki
kemampuan yang rendah dalam menjelaskan variasi variabel
independen, sedangkan sisasanya yaitu sebesar 92,3% dijelaskan
oleh variabel lain diluar dari penelitian ini. Faktor lain yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya fraudulent financial statement
antara lain financial target, external pressure, nature of industry, dan
change in auditor.
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui gambaran dari
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji
77
signifikansi simultan (uji statistik F) dan uji signifikansi parameter
individual (uji statistik t).
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji signifikansi simultan ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui apakah semua variabel independen yang terdapat
pada model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2013:98). Hasil uji signifikansi
simultan pada penelitian ini disajikan pada tabel 4.9 pada halaman
selanjutnya.
Tabel 4.9
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression ,778 5 ,156 2,513 ,036b
Residual 5,326 86 ,062
Total 6,104 91
a. Dependent Variable: FRAUD
b. Predictors: (Constant), CAP, IM, RAT, FS, PFN
Sumber : Data Sekunder Diolah
Berdasarkan pada tabel 4.9 menunjukkan nilai F hitung
sebesar 2,513 dengan nilai signifikansi sebesar 0.036 dan lebih
kecil dari 0,05 (sig < 0,05) yang artinya hipotesis alternatif Ha6
diterima yang menunjukkan bahwa financial stability, personal
financial need, ineffective monitoring, rationalization, dan
capability berpengaruh secara simultan terhadap kecurangan
78
laporan keuangan, sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi
fraudulent financial statement.
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t)
bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel
independen secara parsial, yaitu financial stability, personal
financial need, ineffective monitoring, rationalization, dan
capability dalam menjelaskan variabel dependen yaitu, fraudulent
financial statement. Hasil dari uji signifikansi parameter
individual disajikan pada tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -1,311 ,115 -11,379 ,000
FS ,075 ,066 ,117 1,148 ,254
PFN -,126 ,043 -,308 -2,944 ,004
IM ,080 ,342 ,024 ,233 ,817
RAT -,001 ,003 -,022 -,220 ,826
CAP -,108 ,055 -,204 -1,962 ,053
a. Dependent Variable: FRAUD
Sumber : Data Sekunder Diolah
Berdasarkan pada uji signifikansi parameter individual
pada tabel 4.10 maka diperoleh persamaan regresi:
FRAUD = - 1,311 + 0.075 FS − 0.126 PFN + 0.080 IM
− 0.001 RAT − 0.108 CAP + e
79
Dari persamaan regresi diatas, dapat diketahui konstanta
sebesar -1,311 yang menyatakan bahwa apabila variabel
independen yang terdiri dari financial stability, personal financial
need, ineffective monitoring, rationalization, dan capability bernilai
nol, maka diperoleh nilai discreationary accrual sebesar -1,311
artinya ketika variabel-variabel bebas pada penelitian ini bernilai
nol maka perusahaan melakukan income decreasing yang dimana
upaya income decreasing ini dilakukan dengan maksud untuk
menghindari beban pajak yang akan diterima oleh perusahaan.
Berdasarkan pada hasil uji signifikansi parameter individual
(uji statistik t) pada tabel 4.10, variabel financial stability dan
ineffective monitoring pada penelitian ini memiliki koefisien
regresi dengan arah positif, hal ini berarti dengan financial stability
dan ineffective monitoring yang tinggi maka akan menyebabkan
fraudulent financial statement pada perusahaan rendah. Sedangkan
variabel personal financial need, rationalization, dan capability
memiliki koefisien regresi dengan arah negatif, hal ini berarti
dengan personal financial need, rationalization, dan capability
yang tinggi maka akan menyebabkan fraudulent financial
statement pada perusahaan tinggi.
Hasil pengujian signifikansi variabel independen secara
parsial selengkapnya pada pembahasan berikut ini.
80
1) Financial stability sebagai variabel untuk mendeteksi
fraudulent financial statement.
Ha1 : Financial stability berpengaruh terhadap Fraudulent
Financial Statement.
Pengujian hipotesis mengenai penggunaan financial
stability dalam mendeteksi fraudulent financial statement
memperlihatkan koefisien regresi sebesar 0,075 dan nilai t
hitung sebesar 1,148 dengan nilai signifikansi sebesar 0,254
lebih besar daripada tingkat signifikansi yang digunakan pada
penelitian ini, yaitu 0,05 (5%). Artinya financial stability tidak
berpengaruh terhadap fraudulent financial statement. Dengan
demikian hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa financial
stability berpengaruh terhadap fraudulent financial statement
ditolak, sehingga penggunaan financial stability untuk
mendeteksi fraudulent financial statement tidaklah efektif,
namun dengan tingkat signifikansi 0,10 (10%) financial stability
berpengaruh terhadap fraudulent financial statement.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Soraya (2014), Nauval (2015) dan Norbarani (2012)
dimana financial stability tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap financial statement fraud. Namun berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2014) dan
Kusumawardhani (2013) yang dalam penelitiannya
81
menyimpulkan bahwa financial stability memiliki pengaruh
signifikan terhadap fraudulent financial statement.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan berapapun
perubahan total aset yang dimiliki perusahaan tidak
mempengaruhi fraud yang akan terjadi dikarenakan perusahaan
yang memiliki aset yang besar cenderung tidak melakukan
financial stability dalam upaya menarik minat investor agar
menanamkan modal di perusahaan tersebut. Nilai ini memiliki
pengertian bahwa apabila aset perusahaan meningkat hal
tersebut menyebabkan beberapa kemungkinan. Perusahaan
berusaha untuk meningkatkan outlook perusahaan yang baik
salah satunya dengan memanipulasi informasi kekayaan aset
yang dimilikinya. Salah satu kemungkinannya adalah dalam
rangka mencapai target finansial, perusahaan akan didorong
untuk menggunakan metode akuntansi yang akan menaikkan
atau menurunkan nilai dari aset perusahaan seperti mekanisme
fair value dan kapitalisasi aset. Perusahaan memanipulasi
informasi kekayaan aset mengikuti peraturan yang ada dan
berusaha menghindari kecurangan dalam laporan keuangan hal
ini terbukti oleh hasil penelitian.
82
2) Personal financial need sebagai variabel untuk mendeteksi
fraudulent financial statement.
Ha2 : Personal financial need berpengaruh terhadap
Fraudulent Financial Statement.
Pengujian hipotesis mengenai penggunaan personal
financial need dalam mendeteksi fraudulent financial statement
memperlihatkan koefisien regresi sebesar -0,126 dan nilai t
hitung sebesar -2,944 dengan nilai signifikansi sebesar 0,004
lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang digunakan pada
penelitian ini, yaitu 0,05 (5%). Artinya personal financial need
berpengaruh terhadap fraudulent financial statement. Dengan
demikian hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa personal
financial need berpengaruh terhadap fraudulent financial
statement diterima, sehingga penggunaan personal financial
need efektif untuk mendeteksi fraudulent financial statement.
Hasil pada penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Molida (2011) dan Skousen et al. (2009) dimana
dalam penelitiannya menemukan adanya pengaruh signifikan
terhadap fraudulent financial statement. Namun berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wijoyo (2015), dan Nugraha
(2015) yang menyatakan bahwa personal financial need tidak
berpengaruh terhadap fraudulent financial statement.
83
Kesimpulannya personal financial need yang diproksikan
dengan saham manajerial atau saham yang dimiliki oleh pihak
manajemen berpengaruh secara signifikan terhadap fraudulent
financial statement dikarenakan manajer dengan kepemilikan
saham yang lebih besar maka akan mengurangi kegiatan
yang hanya menguntungkan dirinya sendiri (Barros,
Boubaker dan Hamrouni, 2013) dan semakin tinggi kepemilikan
saham yang dimiliki oleh manajer maka semakin rendah
manajer akan membuat keputusan yang merugikan perusahaan
karena manajer merupakan pemegang saham diperusahaan
tersebut sehingga manajer akan meningkatkan pengungkapan
informasi didalam Laporan Keuangan (Chakroun dan Matoussi,
2012).
Manajemen laba amat ditentukan oleh motivasi manajer
perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan tingkat
manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang tidak
sebagai pemegang saham, dengan manajer yang sekaligus
sebagai pemegang saham. Hal tersebut akan mempengaruhi
manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan
terlibat dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dengan porsi
kepemilikan seorang manajer terhadap saham di perusahaannya,
maka diharapkan manajer akan lebih dapat bertindak secara
bijak dan arif dalam mengambil suatu keputusan, khususnya
84
keputusan dalam memberi informasi yang sebenarnya mengenai
kondisi perusahaan, tidak hanya mementingkan kepentingan
sebagai manajer, karena dalam hal ini mereka juga merupakan
pihak pemegang saham.
Semakin tinggi tingkat persentase kepemilikan saham oleh
pihak manajemen, semakin tinggi besaran manajemen laba pada
laporan keuangan. Dengan demikian kualitas laporan keuangan
yang dilaporkan oleh manajemen akan semakin baik.
Kepemilikan saham oleh manajemen akan cenderung untuk
berusaha meningkatkan kinerjanya dan condong mendukung
praktek manajemen laba untuk memenuhi kepentingan pribadi.
3) Ineffective Monitoring sebagai variabel untuk mendeteksi
fraudulent financial statement.
Ha4 : Ineffective Monitoring berpengaruh terhadap Fraudulent
Financial Statement.
Pengujian hipotesis mengenai penggunaan ineffective
monitoring dalam mendeteksi fraudulent financial statement
memperlihatkan koefisien regresi sebesar 0,080 dan nilai t
hitung sebesar 0,233 dengan nilai signifikansi sebesar 0,817
lebih besar daripada tingkat signifikansi yang digunakan pada
penelitian ini, yaitu 0,05 (5%). Artinya ineffective monitoring
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fraudulent
financial statement. Dengan demikian hipotesis alternatif yang
85
menyatakan bahwa ineffective monitoring berpengaruh terhadap
fraudulent financial statement ditolak, sehingga penggunaan
ineffective monitoring untuk mendeteksi fraudulent financial
statement tidaklah efektif.
Hasil pada penelitian ini berbeda dengan yang dihasilkan
oleh Soraya (2014), Rahmawati (2013), Nabila et al. (2013)
dimana pada penelitiannya menyimpulkan bahwa komisaris
independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
manajemen laba. Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wijoyo (2015), Sihombing (2014),
Manurung dan Hadian (2013), dan Norbarani (2013) yang dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa komisaris independen tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba sebagai
proksi dari fraudulent financial statement.
Berdasarkan pada hal tersebut dapat diartikan bahwa
ineffective monitoring yang diproksikan dengan rasio komisaris
independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
fraudulent financial statement. Menurut Boediono (2005)
melalui peranan dewan dalam melakukan fungsi pengawasan
terhadap operasional perusahaan oleh pihak manajemen,
komposisi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang
efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan
86
yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan
pelaporan keuangan (Kartikasari, 13: 2008).
Menurut Veronica dan Siddharta (2005:483)
menyatakan bahwa keberadaan dan pengangkatan dewan
komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya
dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak
dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance
(GCG) di dalam perusahaan.
Selain itu ketentuan minimum dewan komisaris
independen sebesar 30% mungkin belum cukup tinggi untuk
para komisaris independen tersebut agar dapat mendominasi
kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris. Jika komisaris
independen merupakan pihak mayoritas (>50%) maka
mungkin dapat lebih efektif dalam menjalankan peran
monitoring di dalam perusahaan. Kenyataan ini tidak sesuai
dengan fungsi dari komisaris independen dimana fungsi dari
komisaris independen itu seharusnya menilai kinerja dari
perusahaan dan memonitoring kinerja dari manajemen agar
tercipta perusahaan yang good corporate governance serta
tercipta iklim yang lebih objektif dan independen. Sementara
menurut hasil survey Asian Development Bank menyatakan
bahwa pemegang saham mayoritas (pengendali/founder)
masih memegang peranan penting sehingga menjadikan
87
fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggung jawab
anggota dewan komisaris independen menjadi tidak efektif
(Gideon, 2005:183).
4) Rationalization sebagai variabel untuk mendeteksi
fraudulent financial statement.
Ha3 : Rationalization berpengaruh terhadap Fraudulent
Financial Statement.
Pengujian hipotesis mengenai penggunaan rationalization
dalam mendeteksi fraudulent financial statement
memperlihatkan koefisien regresi sebesar -0,001 dan nilai t
hitung sebesar -0,220 dengan nilai signifikansi sebesar 0,826
lebih besar daripada tingkat signifikansi yang digunakan pada
penelitian ini, yaitu 0,05 (5%). Artinya rationalization tidak
berpengaruh terhadap fraudulent financial statement. Dengan
demikian hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa
rationalization berpengaruh terhadap fraudulent financial
statement ditolak, sehingga penggunaan rationalization tidak
efektif untuk mendeteksi fraudulent financial statement.
Hasil pada penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Skousen (2009) yang menyatakan bahwa
rationalization dengan rasio total akrual tidak berpengaruh
terhadap financial statement fraud. Namun berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2014) dan Sukirman
88
(2013) yang dalam penelitiannya mengindikasikan bahwa
rationalization berpengaruh signifikan dengan kecurangan pada
laporan keuangan.
Pelaku fraud akan selalu mencari pembenaran secara
rasional untuk membenarkan perbuatannya dalam kecurangan
termasuk pada laporan keuangan walaupun dengan standar
moral yang tinggi sekalipun. Berdasarkan pada hasil penelitian
ini maka, rationalization tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap fraudulent financial statement hal itu
disebabkan rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle
yang hasilnya selalu berubah-ubah karena paling sulit diukur.
5) Capability sebagai variabel untuk mendeteksi fraudulent
financial statement.
Ha5 : Capability berpengaruh terhadap Fraudulent
Financial Statement.
Pengujian hipotesis mengenai penggunaan capability
dalam mendeteksi fraudulent financial statement
memperlihatkan koefisien regresi sebesar -0,108 dan nilai t
hitung sebesar -1,962 dengan nilai signifikansi sebesar 0,053
lebih besar daripada tingkat signifikansi yang digunakan pada
penelitian ini, yaitu 0,05 (5%). Artinya capability tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap fraudulent financial
statement. Dengan demikian hipotesis alternatif yang
89
menyatakan bahwa capability berpengaruh terhadap fraudulent
financial statement ditolak, sehingga penggunaan capability
untuk mendeteksi fraudulent financial statement tidaklah efektif.
Hasil pada penelitian ini sejalan dengan yang dihasilkan
oleh Sihombing (2014) dimana pada penelitiannya capability
memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap manajemen
laba sebagai proksi dari fraudulent financial statement. Namun
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2015)
dan Prasastie (2014) yang menyatakan bahwa pergantian direksi
merupakan salah satu indikasi adanya fraud sehingga
menghasilkan kesimpulan dalam penelitiannya bahwa capability
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fraudulent financial
statement.
Pergantian direksi dapat terjadi apabila pemangku
kepentingan tertinggi di perusahaan menginginkan adanya
perbaikan kinerja perusahaan dengan cara merekrut direksi yang
dianggap lebih kompeten daripada direksi sebelumnya. Struktur
anggota yang terjadi pada dewan direksi tidak terlalu
berpengaruh dalam praktik manajemen laba, sehingga kurang
efektif untuk digunakan sebagai pendeteksi kecurangan pada
laporan keuangan.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan financial
stability, personal financial need, ineffective monitoring, rationalization, dan
capability dalam mendeteksi fraudulent financial statement. Berdasarkan pada
data yang telah dikumpulkan, maka dapat didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Financial stability tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial
statement, sehingga penggunaan fraudulent financial statement untuk
mendeteksi kecurangan laporan keuangan tidak efektif. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Soraya (2014) dan
Norbarani (2012) namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sihombing (2014) dan Kusumawardhani (2013), Prasastie (2014) dan
Molida (2011). Namun pada tingkat signifikansi 10% kualitas audit
berpengaruh terhadap fraudulent financial statement.
2. Personal financial need berpengaruh secara signifikan terhadap fraudulent
financial statement, sehingga penggunaan fraudulent financial statement
untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan efektif. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Molida (2011) dan
Skousen et al. (2009) namun tidak mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Wijoyo (2015), dan Nugraha (2015).
91
3. Ineffective monitoring tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial
statement, sehingga penggunaan fraudulent financial statement untuk
mendeteksi kecurangan laporan keuangan tidak efektif. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijoyo (2015),
Sihombing (2014), Manurung dan Hadian (2013), dan Norbarani (2012)
namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soraya (2014),
Rahmawati (2013), dan Nabila (2013),
4. Rationalization tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial statement,
sehingga penggunaan fraudulent financial statement untuk mendeteksi
kecurangan laporan keuangan tidak efektif. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Skousen (2009) namun tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2014).
5. Capability tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial statement,
sehingga penggunaan fraudulent financial statement untuk mendeteksi
kecurangan laporan keuangan tidak efektif. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2014) namun tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2015) dan
Prasastie (2014).
6. Financial stability, personal financial need, ineffective monitoring,
rationalization, dan capability berpengaruh secara simultan dan signifikan
terhadap fraudulent financial statement. Sehingga dapat efektif untuk
mendeteksi fraudulent financial statement.
92
B. Saran
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan sehingga ada beberapa saran
yang diberikan agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih berkualitas
dimasa yang akan datang khususnya untuk peneliti selanjutnya yaitu sebagai
berikut:
1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi lain untuk variabel
rationalization selain rasio total akrual seperti siklus pergantian auditor
dan opini audit.
2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan alat analisis metode kualitatif
dalam pengukuran rationalization dan capability karena variabel tersebut
tidak dapat dijelaskan secara spesifik dalam pengukuran fraud risk factor.
3. Penelitian ini menggunakan metode Modified Jones untuk mengukur
manajemen laba sebagai proksi fraudulent financial statement. Disarankan
kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan metode lain seperti
metode Jones (1991), Dechow (1995), Kaznik (1999), dan Dechow
(2002).
4. Penelitian selanjutnya dapat mengambil sampel yang lebih luas misalnya
dari semua sektor perusahaan yang terdaftar di BEI bukan hanya dari
sektor perbankan.
93
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, W. Steve, et al. 2012. Fraud Examination, 4th Edition, E-Book. USA:
South Western Cengage Learning.
Algifari. 2010. “Analisis Regresi: Teori, Kasus, dan Solusi”. BPFE Yogyakarta.
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. 2008. Fraud Auditing. Edisi
kelima. Bogor: Pusdiklatwas BPKP.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). 2002. Siaran Pers Badan Pengawas
Pasar Modal, 27 Desember.
Boediono, Gideon SB., 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan
Menggunakan Analisis Jalur”. Paper presented at Simposium Nasional
Akuntansi 8, Solo.
Chakroun, Raida dan Hamadi Matoussi,“Determinants of The Extent of Voluntary
Disclosure in The Annual Reports of The Tunisian Firms”,Accounting and
Management Information Systems, Vol. 11, No. 3, Pp. 335–370, 2012.
Cressey, D. 1953. “The Internal Auditor as Fraud Buster”. Managerial Auditing
Journal. MCB University Press.
Dechow, Patricia M., Richard G. Sloan, dan Amy P. Sweeney. 1995.. Detecting
Earnings Management. The Accounting Review, Vol. 70, No. 2, p. 193-
225.
Ferdian, Riki dan Ainun Na’im, 2006. “Pengaruh Problem-Based Learning
(PBL) Pada Pengetahuan Tentang Kekeliruan dan Kecurangan (Errors
and Irregularities)”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
Ghozali, Imam.”SPSS 21 Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS”.Semarang, BP Universitas Diponegoro Edisi 7.2013.
Gideoon, Boediono SB, 2005.” Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan
menggunakan Analisis Jalur ”, Simposium Nasional Akuntansi VIII,
Solo,
Gilmore, Joseph B. dan Richard Johnson.”The Fraud Diamond vs. Fraud
Triangle Analitics : Evaluating “Capability” As a Modification for
Auditing Unstructured Enterprise Data”.Frostburg State University.2013.
94
Harini, Dwi., Agus Wahyudin dan Indah Anisykurlillah. 2010. “Analisis
penerimaan auditor atas Dysfunctional audit behavior : Sebuah
pendekatan karakteristik personal auditor”. Simposium Nasional
Akuntansi XIII Purwokerto
Haryono, Agus. 2006.. “Analisis Rasio Keuangan untuk Penilaian Kinerja
Perusahaan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kota Malang”,
Jurnal Eksekutif, Vol 3, No.3, Hal:298-305.
Herman, Lisa Amelia. 2013. “Pengaruh Keadilan Organisasi dan Sistem
Pengendalian Intern Terhadap Kecurangan”, Jurnal Ekonomi Akuntansi.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2013. Penyajian Laporan Keuangan. Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Revisi, IAI, Jakarta: Salemba
Empat.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2009. “Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi & Manajemen”. Edisi pertama, Cetakan ketiga.
Yogyakarta: BPFE.
Jama’an, 2008” Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas
kantor Akuntan Publik terhadap Integritas Laporan Keuangan”. Tesis,
Universitas Diponegoro, Semarang,
Jensen, M.C, dan William H. Meckling, 1976. “Theory of the Firm:
Managerial Behaviour, Agency Cost and Capital Structure”, Journal
of financial Economics. Vol. 3. pp. 82-136.
Kartikasari, Astri Dyah, dan Setiawan, Doddy. “Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance terhadap Kualitas Laba dengan Manajemen Laba sebagai
Variabel Intervening”. The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral
Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008.
Karyono. 2013. “Forensic Fraud”. Andi. Yogyakarta.
Kodrat, David Sukardi, Christian Herdinata, 2009. “Manajemen Keuangan
(Based On Empirical Research)”, Cetakan Pertama, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Koroy, Tri Ramaraya. “Pendekatan Kecurangan (fraud) Laporan Keuangan oleh
Auditor Eksternal”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1. Mei
2008;22-33.
Kumaat, Valery G. 2011. Internal Audit. Jakarta: Erlangga
95
Kusumawardhani, Prisca. 2013. Deteksi Financial Statement Fraud dengan
Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di
BEI. Jurnal Universitas Negeri Surabaya, Vol. 1, No. 3.
Manurung, Daniel T.H, dan Hadian, Niki. “Detection Fraud of Financial
Statement with Fraud Triangle”. Proceedings of 23rd International
Business Research Conference, Australia.2013.
Molida, Resti. 2011. Pengaruh Financial Stability, Personal Financial Need Dan
Ineffective Monitoring Pada Financial Statement Fraud Dalam
Perspektif. Jurnal Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro.
Nabila, Afifa dan Daljono.”Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen,
Komite Audit, dan Reputasi Auditor Terhadap Manajemen
Laba”.Diponegoro Journal of Accounting, Volume 2, Nomor 1, pp. 1-10,
2013.
Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan, “Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia”,
Simposium Nasional Akuntansi X Makassar: 1-26, 2007.
Nauval, Muhammad. 2015. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kecenderungan Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud
Triangle”. Jurnal Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Norbarani, L. 2012. “Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan
Analisis Fraud Triangle yang Diadopsi dalam SAS no.99”. Jurnal
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Nugraha, Noval Dwi Aditya dan Henny, Deliza. “Pendeteksian Laporan
Keuangan Melalui Faktor Resiko Tekanan dan Peluang (Berdasarkan
Press Release OJK 2008-2012)”. E-Journal Akuntansi Trisakti, Volume 2.
Nomor 1 Februari 2015. Hal. 29-48.
Prasastie, Agung. 2014. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kecurangan Laporan Keuangan dengan Perspektif Fraud Diamond”.
Jurnal Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Purjono. 2012. Peran Audit Forensik dalam Pemberantasan Korupsi di
Lingkungan Instansi Pemerintah: Suatu Tinjauan Teoritis, (Online),
(http://www.bppk.depkeu.go.id)
Putra, Y. H. S. 2012. Praktik Kecurangan Akuntansi dalam Perusahaan. Jurnal
Akuntansi Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
96
Rahmawati, Ardiana Peni. 2012. “Analisis Pengaruh Faktor Internal dan
Moralitas Manajemen terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
(Studi Pada Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota
Semarang)”. Jurnal Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro.
Rahmawati, Hikmah Is’ada.”Pengaruh Good Corporate Governance (GCG)
terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan”. Accounting
Analysis Journal, Semarang.2013.
Rosita, Deviana. 2014. “Analisis Faktor Tekanan dan Peluang dalam Fraud
Triangle terhadap Perilaku Kecurangan Pelaporan Keuangan”. Tesis
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
Sawyer, Lawrence B, Mortimer A. Dittenhofer dan James H. Scheiner. 2006.
Sawyer’s Internal Auditing. Jakrta: Salemba Empat.
Siregar, Sylvia Veronica N.P. dan Siddharta Utama, “Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance
Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management)”, Simposium
Nasional Akuntansi VII, Solo, 2005.
Skousen, C. J., K. R. Smith, dan C. J. Wright. 2009. “Detecting and Predecting
Financial Statement Fraud: The Effectiveness of the Fraud Triangle and
SAS No. 99”. Corporate Governence and Firm Performance Advances in
Financial Economis, Vol 13, h. 53-81.
Soepardi, Eddy Mulyadi. 2010. Peran BPKP dalam Penanganan Kasus
Berindikasi Korupsi Pengadaan Jasa Konsultasi Instansi Pemerintah.
Jakarta.
Soraya, Dara Inda. 2014. “Pendeteksian Financial Statement Fraud Berdasarkan
Perspektif Fraud Triangle”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan
Akuntansi Universitas Lampung.
Sukirman. 2013. “Model Dteksi Kecurangan Berbasis Fraud Triangle (Studi
Kasus Pada Perusahaan Publik di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan
Auditing Universitas Negeri Semarang. Volume 9. Nomor 2: 199-225.
Sulistyanto, S., 2008. “Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris”, Penerbit PT
Grasindo, Anggota Ikapi, Jakarta.
Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
97
Ujiyantho, M. A., dan Bambang, A. P ., “Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Studi Pada Perusahaan go
publik Sektor Manufaktur”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X,
Makassar, 26-28 Juli 2007.
Veronica, Sylvia S dan Siddharta Utama, ” Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap
Pengelolaan Laba (Earning Management)”, Simposium Nasional
Akuntansi VIII, Solo, 15-16 September, 2005.
Waworuntu, Bob. Determinan Kepemimpinan. Departemen Ilmu Administrasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Makara,
Sosial Humaniora, Vol. 7, No. 2, Desember 2003.
Wibawa, Anisa.”Bank Panin Bantah Fraud”, artikel diakses pada tanggal 17
November 2013 dari http://keuangan.kontan.co.id/news/bank-paninbantah-
fraud-senilai-rp-30-miliar
Wolfe, David T. dan Hermanson, Dana R. 2004. ”The Fraud Diamond:
Considering the Four Elements of Fraud”.The CPA Journal December,
pp.1-5.
98
LAMPIRAN
99
LAMPIRAN 1
DATA SAMPEL
100
Perusahaan Perbankan yang Menjadi Sampel
No Nama Perusahaan Kode Perusahaan
1 Bank Capital Indonesia Tbk BACA
2 Bank Ekonomi Raharja Tbk BAEK
3 Bank Central Asia Tbk BBCA
4 Bank Bukopin Tbk BBKP
5 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI
6 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI
7 Bank Tabungan Negara (Persoro) Tbk BBTN
8 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN
9 Bank Pundi Indonesia Tbk BEKS
10 Bank Kesawan Tbk BKSW
11 Bank Mandiri (Persero) BMRI
12 Bank Bumi Arta Tbk BNBA
13 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA
14 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII
15 Bank Permata Tbk BNLI
16 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk BTPN
17 Bank Victoria International Tbk BVIC
18 Bank Swadesi Tbk BSWD
19 Bank Artha Graha International Tbk INPC
20 Bank Maypada International Tbk MAYA
21 Bank Windu Kentjana International Tbk MCOR
22 Bank Mega Tbk MEGA
23 Bank NISP OCBC Tbk NISP
101
LAMPIRAN 2
102
Hasil Perhitungan Manajemen Laba
No Kode Discretionary Accruals (DA)
2011 2012 2013 2014
1 BACA 0,0486 0,0418 0,0472 0,0602
2 BAEK 0,0066 0,0182 0,0213 0,0166
3 BBCA 0,027 0,0297 0,0838 0,0504
4 BBKP 0,0321 0,02 0,0266 0,0323
5 BBNI 0,0259 0,0249 0,0308 0,0373
6 BBRI 0,0139 0,0146 0,025 0,036
7 BBTN 0,0377 0,0326 0,0329 0,0278
8 BDMN 0,0438 0,0331 0,0274 0,0259
9 BEKS 0,7126 0,1685 0,0409 0,022
10 BKSW 0,0328 0,0522 0,0858 0,0799
11 BMRI 0,0395 0,0226 0,0291 0,0331
12 BNBA 0,0537 0,0631 0,0622 0,0669
13 BNGA 0,0323 0,0211 0,0185 0,0226
14 BNII 0,0359 0,0219 0,0171 0,0259
15 BNLI 0,0365 0,0229 0,0332 0,0309
16 BTPN 0,0127 0,0213 0,0422 0,0544
17 BVIC 0,0693 0,0515 0,0427 0,0347
18 BSWD 0,0275 0,0393 0,0412 0,0459
19 INPC 0,0181 0,0493 0,0397 0,0471
20 MAYA 0,0867 0,0721 0,0683 0,0781
21 MCOR 0,0581 0,0346 0,0261 0,069
22 MEGA 0,0625 0,036 0,0171 0,0517
23 NISP 0,0418 0,0288 0,0266 0,0268
98
Hasil Perhitungan Variabel Financial Stability dan Personal Financial Need
No Kode Financial Stability (FS) Personal Financial Need (PFN)
2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014
1 BACA 0,067 0,207 0,260 0,296 0,136 0,146 0,143 0,154
2 BAEK 0,042 0,131 0,133 0,034 0,962 1,015 1,122 1,144
3 BBCA 0,177 0,160 0,120 0,113 1,722 2,126 2,621 3,192
4 BBKP 0,204 0,149 0,057 0,138 0,555 0,787 0,786 0,758
5 BBNI 0,203 0,115 0,160 0,077 2,050 2,358 2,583 3,305
6 BBRI 0,162 0,173 0,136 0,281 2,040 2,657 3,248 4,002
7 BBTN 0,303 0,254 0,174 0,102 0,837 1,003 1,105 1,167
8 BDMN 0,201 0,098 0,183 0,062 2,723 3,028 3,325 3,480
9 BEKS 2,838 0,282 0,172 0,005 0,051 0,061 0,067 0,060
10 BKSW 0,388 0,292 1,379 0,886 0,236 0,245 0,248 0,263
11 BMRI 0,227 0,152 0,153 0,166 2,712 3,313 3,844 4,539
12 BNBA 0,114 0,176 0,161 0,274 0,208 228,478 0,247 0,263
13 BNGA 0,161 0,184 0,109 0,065 0,738 0,910 1,040 1,143
14 BNII 0,263 0,220 0,214 0,020 0,143 0,174 0,206 0,218
15 BNLI 0,373 0,301 0,258 0,118 1,022 1,182 1,337 1,453
16 BTPN 0,325 0,221 0,417 0,444 0,403 434,959 0,529 0,652
17 BVIC 0,351 0,266 0,179 0,077 1,002 1,338 1,714 2,086
18 BSWD 0,145 0,216 0,334 0,115 0,187 0,252 0,248 0,249
19 INPC 0,124 0,072 0,031 0,106 0,136 0,228 0,201 0,210
20 MAYA 0,282 0,325 0,399 0,506 0,543 0,603 0,701 0,828
21 MCOR 0,482 0,007 0,219 0,234 0,150 0,178 0,177 0,209
22 MEGA 0,200 0,053 0,019 0,003 1,351 1,735 0,887 1,009
23 NISP 0,345 0,323 0,232 0,057 0,945 1,058 1,188 1,312
99
Hasil Perhitungan Variabel Ineffective Monitoring dan Capability
No Kode Ineffective Monitoring (IM) Capability (CAP)
2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014
1 BACA 0,667 0,667 0,667 0,667 0 1 1 1
2 BAEK 0,5 0,667 0,667 0,667 1 1 1 1
3 BBCA 0,6 0,6 0,6 0,6 1 0 0 1
4 BBKP 0,5 0,6 0,667 0,571 0 0 1 0
5 BBNI 0,571 0,571 0,571 0,5 0 0 0 0
6 BBRI 0,5 0,625 0,625 0,625 1 0 1 0
7 BBTN 0,5 0,5 0,5 0,5 0 1 0 1
8 BDMN 0,5 0,5 0,5 0,5 1 1 0 1
9 BEKS 0,667 0,75 0,667 0,5 1 0 1 1
10 BKSW 0,5 0,5 0,5 0,5 1 1 1 1
11 BMRI 0,571 0,571 0,571 0,571 1 0 1 0
12 BNBA 0,333 0,333 0,333 0,333 1 0 0 0
13 BNGA 0,5 0,5 0,5 0,5 0 1 1 1
14 BNII 0,571 0,571 0,5 0,5 1 1 1 1
15 BNLI 0,556 0,556 0,5 0,5 0 1 1 1
16 BTPN 0,6 0,6 0,6 0,714 0 0 1 0
17 BVIC 0,6 0,6 0,6 0,714 0 1 0 1
18 BSWD 0,667 0,75 0,75 0,75 1 1 1 0
19 INPC 0,5 0,5 0,667 0,5 0 1 1 1
20 MAYA 0,5 0,5 0,6 0,6 0 0 1 0
21 MCOR 0,333 0,5 0,667 0,667 1 0 1 0
22 MEGA 0,667 0,667 0,5 0,667 0 1 1 1
23 NISP 0,571 0,5 0,5 0,5 1 1 1 1
100
Hasil Perhitungan Variabel Rationalization
No Kode Rationalization (RAT)
2011 2012
1 BACA 316.115.000.000 47.745.551.000
2 BAEK 4.193.762.000.000 189.577.618.000
3 BBCA 48.046.351.000.000 11.690.744.956.000
4 BBKP 3.946.819.000.000 -2.040.175.000
5 BBNI -9.575.938.000.000 99.903.000
6 BBRI -580.086.000.000 42.784.705.000
7 BBTN -3.680.584.000.000 -467.570.000
8 BDMN 12.211.604.000.000 7.295.180.000
9 BEKS -650.154.000.000 -17.386.000
10 BKSW 633.495.000.000 -584.391.000
11 BMRI -7.744.755.000.000 7.244.947.000
12 BNBA 212.514.532.129 134.619.486
13 BNGA 7.611.344.000.000 -5.538.155.000
14 BNII 2.885.627.000.000 -2.410.323.000
15 BNLI -4.928.836.000.000 -2.035.675.000
16 BTPN -97.257.075.171 -2.788.500
17 BVIC 2.936.283.000.000 -4.003.346.000
18 BSWD 510.957.923.000 -239.323.718
19 INPC -133.380.767.770 1.349.495.000
20 MAYA -166.115.887.000 -1.028.013.883
21 MCOR -344.674.000.000 147.527.000
22 MEGA -5.546.898.000.000 2.131.247.000
23 NISP -1.155.237.000.000 -1.282.878.000
101
Hasil Perhitungan Variabel Rationalization
No Kode Rationalization (RAT)
2013 2014
1 BACA -64.415.000.000 -630.901.000.000
2 BAEK -533.873.000.000 -6.504.000.000
3 BBCA 18.446.066.000.000 -18.624.857.000.000
4 BBKP 1.874.281.000.000 -2.708.496.000.000
5 BBNI 15.961.143.000.000 11.439.749.000.000
6 BBRI 16.955.244.000.000 -60.676.231.000.000
7 BBTN 2.889.583.000.000 3.164.601.000.000
8 BDMN 486.812.000.000 -2.817.781.000.000
9 BEKS 391.520.000.000 -261.273.000.000
10 BKSW -572.131.000.000 -1.805.161.000.000
11 BMRI 6.096.417.000.000 -436.908.000.000
12 BNBA 109.569.928.935 -386.480.986.000
13 BNGA -278.196.000.000 4.241.484.000.000
14 BNII 1.509.045.000.000 7.239.764.000.000
15 BNLI 3.631.846.000.000 -4.405.382.000.000
16 BTPN -144.004.758.292 -813.455.036.150
17 BVIC 5.879.427.000.000 -514.990.000.000
18 BSWD -632.190.232.000 -857.927.734.000
19 INPC 170.571.000.000 -254.229.000.000
20 MAYA 298.017.174.000 -2.112.122.143.000
21 MCOR -72.717.000.000 -582.103.000.000
22 MEGA -14.198.643.000.000 2.943.029.000.000
23 NISP 75.782.000.000 173.342.000.000
102
LAMPIRAN 3
HASIL OUTPUT SPSS
103
1. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
FRAUD 92 -2,18 -,15 -1,4420 ,25900 FS 92 -2,34 ,45 -,7878 ,40162 PFN 92 -1,30 2,64 -,1127 ,63155 IM 92 -,48 -,12 -,2542 ,07715 RAT 92 -60,68 48,05 ,5484 9,59428
Valid N (listwise) 92
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
ii. Analisis Grafik
Hasil Uji Normalitas : Grafik Histogram
104
Hasil Uji Normalitas : Grafik Normal Probability Plot
iii. Analisis Statistik
Hasil Uji Kolmogorov–Smirnov (K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 92
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7 Std. Deviation ,24193362
Most Extreme Differences Absolute ,072 Positive ,072 Negative -,063
Kolmogorov-Smirnov Z ,686 Asymp. Sig. (2-tailed) ,734
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
105
b. Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant) FS ,977 1,023
PFN ,927 1,079
IM ,977 1,023
RAT ,993 1,007
CAP ,938 1,066
a. Dependent Variable: FRAUD
c. Uji Autokorelasi
Hasil Uji Autokorelasi – Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,357a ,127 ,077 ,24887 2,020
a. Predictors: (Constant), CAP, IM, RAT, FS, PFN b. Dependent Variable: FRAUD
d. Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Heteroskedastisitas – Uji Glejser
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,183 ,078 2,344 ,021
FS ,037 ,044 ,089 ,832 ,408
PFN -,044 ,029 -,166 -1,518 ,133
IM -,141 ,231 -,065 -,610 ,543
RAT ,000 ,002 -,024 -,222 ,825
CAP -,033 ,037 -,097 -,894 ,374
a. Dependent Variable: RES2
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,357a ,127 ,077 ,24887
a. Predictors: (Constant), CAP, IM, RAT, FS, PFN
b. Dependent Variable: FRAUD
106
4. Uji Hipotesis
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAa
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
1
Regression ,778 5 ,156 2,513 ,036b
Residual 5,326 86 ,062
Total 6,104 91 a. Dependent Variable: FRAUD b. Predictors: (Constant), CAP, IM, RAT, FS, PFN
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -1,311 ,115 -11,379 ,000
FS ,075 ,066 ,117 1,148 ,254
PFN -,126 ,043 -,308 -2,944 ,004
IM ,080 ,342 ,024 ,233 ,817
RAT -,001 ,003 -,022 -,220 ,826
CAP -,108 ,055 -,204 -1,962 ,053
a. Dependent Variable: FRAUD
top related