analisis faktor yang memperngaruhi pengadopsian e …
Post on 22-Nov-2021
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Analisis Faktor Yang Memperngaruhi Pengadopsian E-Commerce Pada UMKM Khususnya Bisnis Keluarga
Penulis Pertama : Muhammad Iqbal
Penulis Kedua : Rifelly Dewi Astuti
Program Studi S1 Ekstensi, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengadopsian E-
Commerce pada UMKM khususnya bisnis keluarga dan pengaruh moderasi family business’s
strategic orientations terhadap pengadopsian E-Commerce. Teknik analisis data yang digunakan
adalah Logistic Regression. Hasil penelitian menunjukan external pressure dan perceived benefits
memiliki pengaruh yang positif terhadap pengadopsian E-Commerce. Sedangkan organizational
readiness tidak memiliki pengaruh yang positif terhadap pengadopsian E-Commerce. Family
business’s strategic orientations memiliki pengaruh secara moderasi antara external pressure,
organizational readiness dan perceived benefits.
Kata Kunci: E-Commerce Adoption, Family Business, UMKM.
A. Pendahuluan
Pada saat krisis ekonomi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) banyak dipuji
sebagai kekuatan penyelamat. Karena dianggap sebagai satu jenis usaha yang paling tahan uji.
Pada saat usaha besar dihadapkan pada kesulitan untuk membayar pinjaman luar negerinya
atau kesulitan untuk membiayai impor bahan baku industrinya, usaha kecil pada umumnya
dianggap tidak menghadapi masalah serius (Handoyo, 2001). Karakter kegiatan produksi
mereka yang spesifik, yaitu bersifat padat karya, teknologi sederhana, serta mampu menyerap
banyak tenaga kerja sehingga dapat mewujudkan pemerataan kesempatan berusaha dan
pemerataan pendapatan (Hanifah, 2011). Disamping itu Hanifah (2011) menjelaskan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan sub sektor kegiatan ekonomi yang
memegang peranan penting dalam memperkuat struktur ekonomi secara makro. Sejarah
perekonomian dapat ditinjau kembali untuk membuktikan peranan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM). Di Jepang pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat dikaitkan dengan
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
besaran sektor usaha kecil dan di Amerika serikat dalam penciptaan lapangan kerja,
sumbangan UMKM memiliki peranan penting yang tidak dapat diabaikan (Gilmore, 2011)
Di Indonesia berdasarkan data paling akhir yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik dan
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (BPS dan Kemenegkop
& UMKM RI) tahun 2012 sedikitnya terdapat 3 (tiga) indikator yang menunjukkan bahwa
keberadaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia memiliki posisi penting tersebut.
Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Jumlah
populasi UMKM pada tahun 2012 mencapai 56,5 juta unit usaha atau 99,99% terhadap total
unit usaha di Indonesia. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja yang
menyerap 107,6 juta tenaga kerja atau 97,16% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga,
kontribusi UMKM dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) memberikan
kontribusi sebesar 4,869 milyar atau sekitar 59,08 % dari total PDB.
Potensi lain, bisnis keluarga sering diperhitungkan sebagai salah satu mesin pertumbuhan
ekonomi, karena mereka dikreditkan untuk memelihara potensi kewirausahaan antar generasi,
rasa kesetiaan kepada keberhasilan bisnis, komitmen strategis jangka panjang dan sifat
independen perusahaan (Poutziouris, 2001). Di negara-negara maju dan berkembang, mereka
telah bermain peran penting dan membuat kontribusi yang cukup besar untuk masyarakat.
Misalnya di AS, Bisnis keluarga diperkirakan mewakili 90% - 98% dari semua bisnis,
menawarkan pekerjaan untuk lebih dari 50% dari angkatan kerja, dan membuat 40% - 60%
untuk PDB (Shanker and Astrachan, 1996). Di Belanda, Bisnis keluarga mewakili 75 persen
dari semua perusahaan. Di India, 16 keluarga menyumbangkan 65 persen dari semua sektor
asset swasta (Kenyon-Rouvinez and Ward, 2005). Bahkan di Indonesia pada tahun 2006,
Bisnis keluarga menyumbangkan sebesar 90,95% dari seluruh bisnis yang ada di Indonesia
(Yulizar, 2008).
Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah memberikan efek terhadap aktifitas usaha dan
bisnis diberbagai negara dibelahan dunia. Keberadaan internet dan berbagai teknologi di
bidang telekomunikasi telah memberikan perubahan kepada banyak hal. UMKM diharapkan
mampu bersaing dan menjaga keberlangsungan usahanya dengan melakukan perubahan dan
aplikasi dibidang teknologi. Salah satu bentuk aplikasi teknologi internet dan informasi yang
sering digunakan adalah E-Commerce yang merupakan proses jual beli produk atau jasa
dengan media perpindahan data secara elektronik melalui media internet dan World Wide Web
(WWW) (Gradon & Pearson, 2004). Dengan aplikasi E-Commerce juga membantu sebuah
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
usaha untuk dapat bersaing dengan baik dan memperoleh keunggulan kompetitif. E-
Commerce merupakan cara yang efektif untuk dapat bersaing didalam pasar. Dengan
mendorong UMKM untuk menggunakan E-Commerce akan membantu mereka untuk dapat
bersaing satu dengan yang lain (Jacobs & Dowsland, 2000; Shaharudin et al, 2011).
Di saat ini, dengan munculnya pengetahuan ekonomi dan masuknya informasi, E-Commerce
telah menjadi mode baru yang lain. Namun demikian, di dalam bisnis keluarga terdapat
variasi pendapat dalam penggunaannya. Wang & Ahmed (2009) menjelaskan bahwa terdapat
dua pandangan terhadap pengadopsian E-Commerce bagi bisnis keluarga. Pertama, beberapa
bisnis keluarga menganggap E-Commerce sebagai bantuan teknologi yang baik dengan alasan
memudahkan untuk membeli dan menjual produk atau jasa melalui media online,
memfasilitasi perusahaan untuk mendekati pelanggan baru dan pemasok serta dapat
mengurangi biaya transaksi. Kedua, beberapa bisnis keluarga mengklaim bahwa E-Commerce
ini tidak cocok untuk transaksi atau promosi produk atau jasa karena perusahaan tidak siap
untuk menggunakan teknik online ini dan perusahaan sedang dibatasi oleh sumber daya, oleh
karena itu perusahaan tidak mampu menggabungkan teknik ini.
Bisnis keluarga sering menunjukkan fitur-fitur yang istimewa karena terjalin hubungan
keluarga dan subsistem bisnis (Sharma et al., 1996). Untuk pertumbuhan yang sehat atau
kemakmuran bisnis, bisnis keluarga sering melakukan penggunaan teknologi untuk
meluncurkan produk baru dan membuka pasar baru. Dengan modal yang tersedia dalam
bisnis keluarga cenderung menurun dan tidak stabil memungkinkan perusahaan untuk
mengadopsi teknologi canggih dan sketsa strategi inovatif (Sirmon and Hitt, 2003). Atau
bisnis keluarga yang bersifat konservatif masih sulit untuk berubah karena keprihatinan
berlebih atas kelangsungan hidup jangka panjang bisnis di bawah kekuasaan keluarga dapat
menghambat bisnis keluarga menggunakan internet, karena usaha-usaha tersebut mungkin
berisiko mengakibatkan kehilangan kekayaan dan dengan demikian dapat mengguncang
pondasi perusahaan (Sharma et al., 1996).
Jika melihat beberapa penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa organizational
readiness memiliki pengaruh siginifikan dari pengaplikasian E-Commerce di dalam UKM di
wilayah Depok Jawa Barat (Abdurrohman, 2011) dan pada UMKM Industri Furniture
Malaysia (Shaharudin et al,2011). Selain itu pada penelitian Wang dan Ahmed (2009)
menemukan bahwa organizational readiness tidak memiliki pengaruh yang siginifikan
terhadap pengadopsian E-Commerce pada UMKM bisnis kelurga di UK dan faktor moderasi
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
family business strategy orientations berperan kuat secara moderasi terhadap pengadopsian
E-Commerce membuat peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi
pengadopsian E-Commerce dan karena perspektif yang berbeda pada bisnis keluarga dalam
menggunakan internet dan hampir tidak ada studi telah dilaksanakan untuk meneliti
pengadopsian E-Commerce dalam bisnis keluarga maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pengadopsian E-
Commerce Pada UMKM Khususnya Bisnis Keluarga”. Dari hasil penelitan ini diharapkan
bermanfaat untuk dijadikan acuan perbaikan serta perhatian untuk bisa meningkatkan
penggunaan E-Commerce dalam UMKM khusunya bisnis keluarga.
B. Tinjauan Teoritis
1. UMKM
Di Indonesia SME atau UMKM didefinisikan di dalam UU No Tahun 2008 di dalam galeri
UMKM (2012) sebagai berikut:
• Usaha Mikro
Kelompok usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana
diatur dalam undang-undang ini.
• Usaha kecil
Kelompok usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria
usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
• Usaha Menengah
Kelompok usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,dikuasai atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini.
Undang-undang No 20 Tahun 2008 ini juga menjelaskan mengenai karateristik UMKM dari segi kekayaan bersih (Aset) dan hasil penjualan (Omzet).
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
Kriteria UMKM bedasarkan UU. No 20 Tahun 2008
No Usaha Asset Omzet 1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta 2 Usaha Kecil > 50 Juta – 500 Juta > 300 Juta – 2,5 Milyar 3 Usaha Menengah > 500 Juta – 10 Milyar > 2,5 Milyar – 50 Milyar Sumber : galeriumkm.com (2010)
Sedangkan Biro Pusat Statitstik mengelompokan Usaha Mikro, Kecil dan menengah berdasarkan jumlah tenaga kerja yang ada.
Kriteria UMKM berdasarkan Biro Pusat Statistik
No Uraian Kriteria (Tenaga Kerja) 1 Usaha Mikro 1 s.d 4 orang 2 Usaha Kecil 5 s.d 19 orang 3 Usaha Menengah 20 s.d 99 orang
Sumber : galeriumkm.com (2010)
2. E-Commerce
Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi dari Electronic Commerce atau E-Commerce. Pendapat tersebut dikemukakan oleh beberapa ahli dan pelaku bisnis itu sendiri. E-Commerce memiliki definisi proses jual beli produk, atau jasa jaringan data elektronik melalui internet dan world wide web (Grandon dan Pearson (2004) . Kalokota dan Whinston (1997) dalam Shaharudin Et al (2011) menambahkan bahwa aplikasi E-Commerce adalah pengiriman informasi,produk atau jasa, atau pembayaran melalui hubungan telefon atau jaringan komputer dan tidak hanya terbatas untuk penjualan dan pembelian melalui media internet tetapi juga dalam transaksi online lainnya.
Secara garis besar E-Commerce sendiri memiliki karateristik seperti yang dikemukakan Indrajit (2001) didalam buku “Kiat & Strategi bisnis di dunia maya” di dalam Abdurrohman (2011) yaitu:
• Terjadinya transaksi antar kedua belah pihak
• Adanya pertukaran barang, jasa atau informasi
• Internet meupakan medium utama dalam proses atau mekanisme perdagangan tersebut
Salah satu penelitian yang mengemukakan perkembangan E-Commerce bagi UMKM yang dilakukan oleh Chen and Mcqueen (2008) adalah:
Tabel Perkembangan E-Commerce
Stages Aktifitas E-Commerce Stages 1 (Messaging)
1. Pencarian Informasi (Searching Information) 2. Pengunaan layanan online (Using online services) 3. Penggunaan e-mail untuk komunikasi dengan konsumen
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
Stages Aktifitas E-Commerce Stages 2 (Online Marketing)
1. Memiliki versi website dan online dari katalog (Having a static Web site & online version of paper-based catalogue)
2. Pengembangan untuk menggunakan e-mail dengan tujuan komunikasi,betukar dokumen dan pemesanan dengan konsumen, supplier dan karyawan (Extensive using e-mail to communicate& exchanging document and order with customers,suppliers & employees)
3. Pemesanan via E-mail (E-mail ordering) Stages 3 (Online Ordering)
1.Pertukaran informasi dua arah melalui wesite yang menyediakan menu pencarian dan informasi perusahaan yang dibutuhkan (Having two-way information interactive Web sites that provide topic searches and company information queries.)
2. Penggunaan cart untuk belanja dalam pemesanan melalui web site.(Using shopping cart software to place an order on the web site)
3. Menyediakan pembayaran manual melalui bank deposit, bank Che-Commercek, or Intenet Banking.(fullfilling payment manually by bank deposit, bank che-commercek, or internet banking)
4.Mengembangkan pasar potensial dalam negeri.(Expanding the potential market internationally)
Stages 4 (Online Transaction)
1. Melayani pemesanan secara online secara otomatis, dimana akan dilakukan konfirmasi ulang serta pembuatan invoice atau tagihan online secara otomatis.(Online order fulfillment can be accomplished automatically, that is, an order can be recommerceeived or confirmend, and an invoice can be issued or re-commerceeived online).
2. Menerima pembayaran secara online melalui kartu kredit dan debit, elecommercetronic cash, elecommercetronic fund transfer, atau melalui jasa EDI (Online payment can be undertaken through debit & credit cards, ele-commercetronic cash, elecommercetronic fund transfer, or through an EDI service)
3. Integrasi 6ystem online antara Front-end & back end (Inegrating online front-end & back-end system)
4. Mengembangkan pasar potensial luar negeri. (Expanding the potential market internationally)
E-Business Penyatuan seluruh kegiatan dengan proses internal didalam bisnis melalui ICT (Integrating all these activities with the internal processing of a business through ICT)
Sumber : Chen & McQueen (2008)
Penjelasan dari tabel di atas adalah pada stages 1 terdapat dua alasan perusahaan melakukan
aktifitas tersebut. Pertama, perusahaan menggunakan internet sebagai alat pencariaan
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
informasi yang dapat menunjang usahanya. Kedua, perusahaan menggunakan media email
sebagai alat komunikasi kepada customer dan supplier. Pada stages 2 perusahaan memiliki
website untuk menampilkan katalog produk yang dimiliki dan pengembangan untuk
menggunakan email dengan tujuan komunikasi, bertukar dokumen dan pemesanan dengan
konsumen atau supplier. selanjutnya stages 3 menjelaskan aktifitas yang dilakukan oleh
perusahaan yaitu dengan menggunakan website terdapat fasilitas menu pencarian dan
informasi perusahaan yang dibutuhkan serta didalam website terdapat pilihan untuk
pemesanan produk yang ditampilkan dalam website. Selain itu pada stages 3 menyediakan
pembayaran secara manual melalui bank deposit, bank Che-Commercek atau Internet Banking
dan dalam mengembangkan potensial pasar hanya dalam negeri. Untuk stages 4 perusahaan
lebih mengembangkan aktifitasnya dalam menggunakan E-Commerce yaitu perusahaan dapat
melayani pemesanan secara online secara otomatis, dimana akan dilakukan konfirmasi ulang
serta pembuatan invoice atau tagihan online secara otomatis. Selanjutnya perusahaan dapat
menerima pembayaran secara online melalui kartu kredit dan debit, ele-commercetronic cash,
ele-commercetronic fund transfer atau melalui jasa EDI. Selain itu pada stages 4
mengembangkan potensial pasarnnya hingga ke luar negeri.
3. External Pressure
Iacovou (1995) menjelaskan bahwa external pressure untuk mengadopsi E-Commerce
mengacu kepada pengaruh dari organisasi lingkungan. Dua sumber utama bagi external
pressure untuk mengadopsi adalah competitive pressure dan trading partners, seperti ketika
perusahaan diminta oleh supplier mereka menggunakan E-Commerce dalam transaksi
mereka. Competitive pressure mengacu pada tingkat kemampuan teknologi perusahaan dan
para pesaingnya. Apabila pesaing dan mitra bisnis berkemampuan menggunakan E-
Commerce, UMKM harus mengadopsi E-Commerce dalam rangka untuk mempertahankan
posisi kompetitif mereka.
Pengaruh dari trading partners diharapkan menjadi salah satu faktor yang paling penting
untuk adopsi E-Commerce oleh perusahaan kecil (Iacovou, 1995). Provan (1980) dalam
Iacovou (1995) menjelaskan bahwa tekanan yang dilakukan oleh trading partners adalah
fungsi dari dua faktor yaitu potensi kekuatan dari pengaruh partner dan pengaruh pilihan
strategi. Permintaan dari mitra besar yang mengkonsumsi sebagian besar penjualan atau
menghasilkan sebagian besar keuntungan perusahaan kecil untuk menjadi berkemampuan E-
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
Commerce diharapkan lebih berpengaruh dalam keputusan adopsi dari perusahaan kecil
daripada permintaan serupa dari mitra kecil.
Iacovou (1995) menjelaskan mitra yang berpengaruh secara besar dapat membuat tiga strategi
yang berbeda untuk mendorong usaha kecil dalam mengadopsi E-Commerce. Pada strategi
pertama adalah rekomendasi, perusahaan besar menggunakan informasi untuk mengubah
pandangan mitra mereka bagaimana perusahaan mereka mungkin lebih efektif beroperasi
menggunakan sistem E-Commerce. Strategi kedua adalah perusahaan dapat meminta
keinginan mitra bisnis. Perusahaan membuat perjanjian dengan mitra bisnis yang didalamnya
menyarankan bahwa perusahaan akan memberikan suatu penghargaan apabila mitra bisnis
dapat mengadopsi E-Commerce. Strategi ketiga adalah ancaman, mengacu pada tindakan
yang diambil oleh perusahaan untuk menerapkan sanksi negatif apabila mitra bisnis tidak
ingin mengadopsi E-Commerce.
Merthens et al. (2001) mendefinisikan external pressure sebagai tekanan yang diterima dari
pengguna internet yang ada, terutama pelanggan, pemasok dan karyawan yang mengharapkan
perusahaan itu untuk menjadi pengguna internet dan keinginan mereka untuk berkomunikasi
secara elektronik. Grandon & Pearson (2004) mencatat bahwa usaha kecil lebih dipengaruhi
oleh tekanan pelanggan karena mereka pada dasarnya tergantung pada pelanggan untuk
bertahan dalam industri. Mereka menyarankan dalam studi mereka bahwa perusahaan yang
mampu membuat hubungan secara elektronik dengan pemasok dapat mengurangi biaya
operasional mereka dan menjadi lebih kompetitif di pasar.
4. Organizational Readiness
Iacovou (1995) dalam literaturnya menjelaskan bahwa organizational readiness mengacu
pada keuangan dan sumber daya teknologi perusahaan. Faktor-faktor tersebut dianggap
penting karena perusahaan kecil cenderung kekurangan sumber daya yang diperlukan untuk
adopsi E-Commerce atau investasi TI lainnya. Selain itu, tingkat komputerisasi yang rendah
membuat pengadopsian teknologi seperti E-Commerce menjadi sulit karena memerlukan
biaya yang besar. Hal itu dikarenakan usaha kecil cenderung kekurangan seperti sumber daya,
kemampuan mereka untuk menerima semua manfaat strategis dari teknologi tersebut adalah
biasanya terbatas.
Kesiapan keuangan mengacu pada sumber daya keuangan yang tersedia dalam mengadopsi E-
Commerce untuk membayar biaya instalasi, pelaksanaan setiap tambahan perangkat
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
berikutnya dan biaya penggunaan selama berlangsung. Dimensi kedua dari organizational
readiness adalah kesiapan teknologi. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat kecanggihan
penggunaan dan IT manajemen dalam sebuah organisasi.
Chong et al. (2009) menjelaskan organizational readiness adalah pengukuran apakah atribut
perusahaan cukup untuk mengadopsi E-Commerce. Mereka menyarankan bahwa dukungan
top management adalah faktor yang paling penting untuk menentukan apakah perusahaan siap
untuk mengadopsi E-Commerce. Mehrtens et al. (2001) mendefinisikan organizational
readiness sebagai tingkat pengetahuan internet pada karyawan non-IT. Menurut mereka,
organisasi harus lebih siap dengan lebih baik dan manajer non-IT berpengetahuan tentang
internet. Selain itu, organizational readiness juga mencakup infrastruktur sistem komputer
yang memadai dalam perusahaan untuk mengakses dan browsing Internet tanpa masalah.
Dalam hal ini, perusahaan harus siap dengan hardware dan software yang tepat untuk sukses
mengadopsi E-Commerce. Dengan jumlah infrastruktur yang memadai, adopsi dan
penggunaan web lebih tinggi tanpa perlu lebih banyak investasi dalam sistem komputer.
5. Perceived Benefits
Iacovou (1995) mencatat dua keuntungan dengan mengadopsi E-Commerce yaitu direct
benefit dan indirect benefit . Direct benefit yaitu sebagian besar penghematan operasional
yang berkaitan dengan efisiensi internal organisasi. Indirect benefit yaitu yang merujuk pada
dampak dari adopsi E-Commerce pada proses bisnis dan hubungan dengan pelanggan,
pemasok maupun mitra bisnis.
Mertherns et al. (2001) dalam studi mereka menemukan bahwa perceived benefit adalah
efisiensi manfaat dari keuntungan Internet dibandingkan dengan metode tradisional yang
digunakan sebelumnya seperti telepon, fax, dan surat dalam berkomunikasi dengan pelanggan
mereka. Mereka lebih lanjut menguraikan manfaat yang dirasakan seperti salah satu cara
untuk karyawan untuk mengumpulkan informasi tentang kompetitor, peraturan pemerintah,
produk dan tingkat saham dengan cara yang efektif. Selain itu, manfaat yang dirasakan dari
bisnis elektronik oleh organisasi baik keuntungan langsung dan tidak langsung dapat
mempengaruhi proses bisnis.
Kuan dan Chau (2000) mendefinisikan perceived benefits sebagai tingkat pembuktian bahwa
teknologi dapat memberikan keuntungan kepada organisasi. Mereka menyebut perceived
benefits dapat dibagi menjadi dua dimensi yang manfaat langsung dan tidak langsung.
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
Manfaat langsung diartikan sebagai penghematan operasional yang berkaitan dengan efisiensi
internal organisasi. Sementara itu, manfaat tidak langsung mengacu pada taktis dan memiliki
keunggulan kompetitif yang mempengaruhi proses bisnis dan hubungan bisnis seperti
pandangan terhadap organisasi, meningkatkan keunggulan kompetitif, meningkatkan layanan
pelanggan dan meningkatkan hubungan dengan mitra bisnis mereka.
6. Bisnis Keluarga
Definisi umum dalam literatur bisnis keluarga adalah bisnis yang dimiliki dan dikelola oleh
anggota keluarga (Chua et al, 1996). Selanjutnya Chua et al (1996) menjelaskan bahwa
komponen keluarga secara langsung dalam menentukan tujuan serta strategi bisnis dan itu
yang membedakan perusahaan keluarga dan perusahaan lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Vilaseca (2002) mengakui bahwa bisnis keluarga memiliki
dua subsistem yaitu keluarga dan bisnis. Chua et al (1996) dalam Wang & Ahmed (2009)
melanjutkan penjelasannya bahwa karakteristik bisnis keluarga ini sangat istimewa, sebuah
bisnis keluarga biasanya memiliki orientasi strategi yang unik dan sangat berbeda dengan
perusahaan lain yang dikelola secara profesional bisnis.
Singer and Donohu (1992) dalam Wang & Ahmed (2009) percaya bahwa bisnis keluarga
dapat menentukan ciri dari organisasi mereka, sebagai family-centered business atau sebagai
business-centered family. Karena strategi operasi bisnis umumnya konsisten dengan ciri
perusahaan tersebut, klasifikasi tersebut menawarkan jawaban mengapa beberapa perusahaan
berhasil beroperasi dengan satu cara sedangkan orang lain mencapai sukses dengan
mengoperasikan dengan berbagai cara. Dunn (1995) dalam Wang & Ahmed (2009)
mengkonfirmasi bahwa bisnis keluarga itu kompleks, tujuan yang banyak dan berbagai
macam prioritas. Dunn (1995) menambahkan bahwa bisnis keluarga bersedia untuk
mempekerjakan anggota keluarga untuk mempertahankan hubungan keluarga yang baik,
meskipun kadang-kadang dapat menyebabkan kinerja yang tidak optimal.
Birley et al (1999) dalam Wang & Ahmed (2009) menjelaskan bahwa bisnis keluarga dapat
dikelompokan menjadi 3 (tiga) yaitu :
1. Family-oriented Firms dimana segala keputusan yang mengendalikan adalah keluarga.
Seperti menjaga kepemilikan dalam keluarga, menghasilkan pendapatan hanya untuk
keluarga, dan menjaga reputasi keluarga.
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
2. Business-oriented Firms berlawanan dengan prinsip pada Family-oriented Firms
dimana strategi ini berfokus pada sisi bisnis. Strategi ini biasanya seperti penggunaan
teknologi baru, strategi pertumbuhan bisnis dan keterlibatan investor.
3. Balance-oriented Firms tidak mengekspresikan preferensi yang jelas, tapi
memperdulikan untuk sampai pada keseimbangan yang tepat antara masalah keluarga
dan bisnis.
C. Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan riset deskriptif dan riset dilakukan satu kali dalam satu periode
(cross-sectional design). Pengumpulan data dilakukan melalui teknik survei dengan
menggunakan kuesioner kepada responden. Data tersebut kemudian diolah dengan
menggunakan metode statistik Logistic Regression dengan menggunakan program SPSS 18.
Peneliti melakukan pretest kepada 30 responden sebelum pengambilan data primer, dengan
tujuan untuk mengurangi masalah yang mungkin timbul. Pretest dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 18. Pretest bertujuan untuk melihat apakah responden mengerti
akan setiap pertanyaan yang dilakukan, adakah kesalahan penulisan, adakah pertanyaan-
pertanyaan yang memiliki makna ganda dan lain sebagainya (Malhotra, 2010). Populasi
dalam penelitian ini adalah UMKM yang merupakan bisnis keluarga yang telah menggunakan
E-Commerce. Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dengan cara self
admininstrated survey dimana responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang
diberikan. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara langsung
kepada responden dengan melalui surat elektronik (e-mail), fasilitas Privates Messages,
penyebaran kuesioner online yang disebarkan sendiri oleh peneliti dan penyebaran kuesioner
secara fisik kepada responden. Penyebaran melalui media elektronik seperti email dan private
message ini untuk menyakinkan responden merupakan pengelola,pemilik dan karyawan
dibidang IT dari bisnis keluarga UMKM. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah nonprobabilitis Judgemental (Cooper & Schindler,2006). Karena peneliti terlebih
dahulu melakukan penilaian terhadap sampel apakah telah sesuai dengan kriteria populasi
penelitian. Untuk mendapatkan sampel yang dapat menggambarkan populasi, maka dalam
penentuan sampel penelitian ini digunakan rumus Slovin dan hasilnya sampel yang digunakan
adalah 100 perusahaan. Berikut model penerlitian peneliti:
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
Model Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan E-Commerce Sumber : Wang & Ahmed (2009)
Hipotesis Statistik
1. H1: External preasure berpengaruh secara positif signifikan terhadap adopsi E-Commerce.
2. H2: Organisational Readiness berpengaruh secara positif signifikan terhadap adopsi E-Commerce.
3. H3: Perceived Benefits berpengaruh secara positif signifikan terhadap adopsi E-Commerce.
4. H4: Family business’s strategic orientation berpengaruh positif secara moderasi antara external pressure dengan E-Commerce adoption.
5. H5: Family business’s strategic orientation berpengaruh positif secara moderasi antara organizational readiness dengan E-Commerce adoption.
6. H6: Family business’s strategic orientation berpengaruh positif secara moderasi antara perceived benefits dengan E-Commerce adoption.
D. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat enam buah hipotesis. Analisis pengujian hipotesis dilakukan
dengan uji koefisien dengan metode Logistic Regression. Hipotesis diterima apabila nilai
signifikikansi ≤ 0,05, sedangkan hipotesis akan ditolak apabila nilai signifikikansi yang
didapat ≥ 0,05. Berdasarkan nilai signifikikansi inilah, dilakukan uji hipotesis untuk melihat
apakah model yang diusulkan didukung oleh data.
External
Preasure
Organisational
Readiness
Perceived
Benefit
Family Business
Strategic Orientations
E-Commerce
Adoption
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
Hipotesa Deskripsi Sig. Kesimpulan H1 External preasure berpengaruh secara positif
signifikan terhadap adopsi E-Commerce 0,023 Diterima
H2 Organisational readiness berpengaruh secara positif signifikan terhadap adopsi E-Commerce
0,174 Ditolak
H3 Perceived benefits berpengaruh secara positif signifikan terhadap adopsi E-Commerce
0,000 Diterima
H4 Family business’s strategic orientation berpengaruh positif secara moderasi antara external pressure dengan E-Commerce adoption
0,005 Diterima
H5 Family business’s strategic orientation berpengaruh positif secara moderasi antara organizational readiness dengan E-Commerce adoption
0,005 Diterima
H6 Family business’s strategic orientation berpengaruh positif secara moderasi antara perceived benefits dengan E-Commerce adoption
0,002 Diterima
Sumber: Hasil Olahan Data SPSS Diolah Kembali Oleh Penulis
E. Pembahasan
Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji koefisien regresi. Uji koefisien regresi
dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing dari variabel independen kepada
variabel dependen. Dari hasil uji ini ditemukan bahwa dua variabel memiliki pengaruh
signifikan dengan melihat nilai siginifikansi berada dibawah 0,05. Variabel yang memiliki
pengaruh secara dalam E-Commerce adoption adalah external pressure dan perceived
benefits. Sedangkan variabel yang tidak memiliki pengaruh secara signifikan adalah variabel
organizational readiness.
Pengujian selanjutanya dilakukan untuk melihat pengaruh moderasi family business’s
strategic orientation memiliki pengaruh yang positif antara external pressure, organizational
readines, dan perceived benefits terhadap E-Commerce Adoption secara parsial. Dari hasil uji
ini ditemukan bahwa family business’s strategic orientation memiliki pengaruh moderasi
positif antara external pressure, organizational readines, dan perceived benefits terhadap E-
Commerce adoption secara parsial.
1. External Pressure
Analisa mengapa external pressure atau tekanan eksternal berpengaruh secara positif dan
signifikan adalah karena adanya tekanan dari konsumen, supplier maupun industri untuk
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
mengadopsi E-Commerce. Hal tersebut diungkapkan juga oleh Grandon & Pearson (2004)
bahwa UMKM lebih terpengaruh dengan tekanan dari lingkungan karena pada dasarnya
UMKM tergantung kepada konsumen agar mampu tetap bertahan didalam industri. Lawrence
(1997) mencatat yang menjadi faktor pendorong UMKM mengadopsi E-Commerce adalah
dorongan dari supplier. Merthens et al. (2001) menambahkan bahwa tekanan yang diterima
dari pengguna internet yang ada, terutama pelanggan, pemasok dan karyawan yang
mengharapkan perusahaan itu untuk menjadi pengguna internet dan keinginan mereka untuk
berkomunikasi secara elektronik.
2. Organizational Readiness
Dari hasil uji koefisien regresi menghasilkan variabel organizational readiness berpengaruh
secara positif namun tidak signifikan terhadap adopsi E-Commerce. Hal tersebut terjadi
karena tidak adanya kesiapan perusahaan secara keuangan dan teknologi dan dari hasil analisa
deskriptif kurangnya pengalaman dalam aplikasi berbasis jaringan menjadi alasan yang kuat
dalam penelitian ini mengapa organizational readiness tidak berpengaruh dalam
pengadopsian E-Commerce. Alam et al (2011) dan Hong & Zhu (2006) mengungkapkan
bahwa kemampuan teknologi dari UMKM memiliki hubungan siginifikan. Ketersediaan ini
seperti jaringan internet yang tersedia dalam UMKM, kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki oleh internal usaha mulai dari pengelola hingga karyawan. Hal-hal ini dijelaskan
Alam et al (2011) akan mencerminkan kemampuan teknologi dari sebuah usaha. Dengan
kemampuan yang kurang memadai tentunya akan mengurangi kemampuan untuk
menggunakan E-Commerce bagi sebuah UMKM.
Hong & Zhu menambahkan bahwa kemampuan teknologi ini penting bagi UMKM yang baru
mulai menggunakan E-Commerce. Dari hasil jawaban responden ditemukan bahwa masih
minimnya alokasi yang dikeluarkan oleh para responden untuk mengembangkan teknologi
dan E-Commerce yang mereka lakukan. Dari fenomena ini mencerimankan bagaimana
karateristik UMKM yang enggan untuk mengelaurkan biaya untuk dalam hal teknologi dan
informasi yang dikemukann oleh Walczuch et al (2000), Dennis (2000), Macgregor & Bunker
(1996), Poon & Swatman (1997) dan Abell & Limn (1996) dalam Macgregor & Vrazalic
(2004).
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
3. Perceived benefits
Dari uji hipotesa lain juga mengungkapkan variabel lain yang mempengaruhi penggunaan E-
Commerce adalah perceived benefits atau persespi manfaat yang bisa didapatkan. Persepsi
atau harapan dari UMKM akan berbagai manfaat yang diterima tentunya menjadi pendorong
UMKM untuk mengadopsi E-Commerce. Menurut Roger (2003) di dalam Wilson (2008)
mengungkapkan dengan informasi mengenai keuntungan relatif atau relative advantages dari
pengunaan E-Commerce akan mendororong pengelola untuk menprioritaskan menggunakan
E-Commerce.
Dari pemahaman mengenai bagaimana manfaat bisa diperoleh akan menarik UMKM untuk
mulai menggunakan E-Commerce. dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wilson
(2008) ditemukana bahwa pemahaman dan pengetahuan mengenai berbagai manfaat dari
menggunakan E-Commerce ini menjadi hal penting dibandingkan dengan memahami
bagaimana teknologi itu sendiri. dari pernyataan ini serupa dengan hasil pengujian yang
dilakukan dalam penelitian ini.
4. Family business’s strategic orientation
Dari hasil uji moderasi family business’s strategic orientation antara variabel external
pressure, organizational readiness, dan perceived benefits terhadap E-Commerce adoption
memiliki pengaruh positif yang kuat. Hal tersebut dikarenakan karena proritas dari family
business’s strategic orientation yaitu pertumbuhan bisnis dan memaksimumkan keuntungan
yang menjadi alasan yang kuat dari pengaruh tersebut. Carsson (2005) manambahkan strategi
orientasi tersebut adalah elemen spesialisasi yang fungsional dan delegasi kekuasaan. Oleh
karena itu informasi pasar dapat disaring melalui strategi ini, sebagai akibatnya, cenderung
lebih akurat dan memiliki cakupan yang lebih luas, memungkinkan perusahaan untuk
membuat keputusan logis untuk menanggapi tekanan eksternal.
Family business strategic orientation juga berkaitan dengan organizational readiness dan
berdampak pada penggunaan E-Commerce. Pada business-oriented firm, staf cenderung
memiliki pengetahuan manjerial, keahlian dan keterampilan karena pada saat perekrutan
sering menekankan pada calon yang memiliki kemampuan dan kesesuaian pada kebutuhan.
Grable dan Lytton (1998) dalam Wang dan Ahmed (2009) menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan staf kunci adalah pengaruh signifikan yang membedakan intensitas mengambil
risiko dalam bisnis. Mereka yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi cenderung untuk
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
menunjukkan pengetahuan kompetitif eksploitasi, akuisisi, asimilasi dan transformasi
kemampuan, yang akan memfasilitasi inisiatif generasi kewirausahaan dan kemajuan
teknologi dasar. Selain itu, staf tersebut dengan intensif mungkin membantu dalam
memformalisasi prosedur untuk mengoperasikan bisnis. Dengan demikian, bisnis dapat
memulai ke platform kemajuan teknologi yang lebih mudah. Selain itu, manajemen tertinggi
di sebuah perusahaan cenderung menjadi lebih mudah menerima teknologi modern. Mereka
mungkin mempromosikan dengan teknologi baru, meluncurkan produk baru, dan membuka
pasar baru.
Family business strategic orientation lebih memiliki dampak dari faktor moderasi antara
perceived benefit dan pengadopsian E-Commerce. Perusahaan-perusahaan yang berorientasi
bisnis cenderung untuk memprioritaskan inisiatif yang berkaitan dengan bisnis. Ketika
mereka menyadari manfaat yang bisa diberikan oleh teknologi baru, termasuk pengurangan
biaya transaksi (Mehrtens et al., 2001). (Pfeiffer, 1992) mencatat untuk meningkatkan arus
kas, pengurangan tingkat persediaan dan efisiensi operasional perusahaan akan lebih
cenderung untuk mengambil solusi teknologi baru untuk meningkatkan daya saing mereka.
F. Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan dari peneliti bisa disimpulkan Penggunaan E-Commerce atau E-
Commerce Adoption dalam UMKM khususnya bisnis keluarga dipengaruhi secara positif dan
signifikan oleh external pressure dan perceived benefits. Pada tujuan penelitian berikutnya
disimpulkan bahwa pengaruh moderasi family business’s strategic orientations memiliki
pengaruh yang positif pada external pressure, organizational readiness dan perceived benefits
terhadap E-Commerce Adoption.
Berikut kesimpulan yang ditampilkan dari penelitian ini:
1. Dari hasil uji hipotesa diketahui bahwa external pressure dari responden UMKM
khususnya bisnis keluarga berpengaruh secara positif dan signifikan atas E-
Commerce Adoption. Dari analisis deskriptif ditemukan bahwa pelanggan, supplier
dan kompetitor mendorong usaha mereka untuk mengadopsi E-Commerce.
2. Dari hasil uji hipotesa diketahui bahwa organizational readiness dari responden
UMKM khususnya bisnis keluarga berpengaruh secara positif namun tidak signifikan
atas E-Commerce Adoption. Organizational readiness menjadi tidak signifikan
karena kurangnya sumber daya keuangan maupun teknologi dalam mengadopsi E-
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
Commerce. Selain itu, kurangnya pengalaman usaha dalam penggunaan aplikasi
berbasis jaringan menjadi penyebab yang kuat dalam penelitian ini.
3. Dari hasil uji hipotesa diketahui bahwa faktor perceived benefits memiliki pengaruh
terbesar dan signifikan dari penggunaan E-Commerce dalam UMKM khususnya
bisnis keluarga di indonesia. sesuai analisis deskriptif diketahui responden cenderung
menggunakan E-Commerce agar dapat mengurangi biaya operasional, meningkatkan
pendapatan penjualan, mempromosikan produk/jasa usaha mereka. Selain itu,
mereka dapat berkomunikasi secara baik dan efisien dengan pelanggan maupun
dengan supplier mereka. Dengan manfaat-manfaat ini mendorong para pengelola dan
pemilik untuk memprioritaskan penggunaan E-Commerce dalam usahanya. Dengan
pemahaman ini dapat membuat para UMKM mau mengesampingkan hambatan yang
mungkin dihadapi ketika menggunakan E-Commerce.
4. Dari hasil uji hipotesa diketahui bahwa faktor moderasi family business strategic
orientation antara external Pressure, organizational readiness dan perceived benefits
mempunyai pengaruh yang positif dalam pengadopsian E-Commerce. Hal tersebut
diperkuat karena karakteristik yang memprioritaskan pertumbuhan bisnis dan
memaksimumkan keuntungan. Dari karakteristik tersebut membuat perusahaan lebih
mudah menerima dan mengadopsi teknologi baru untuk kepentingan perusahaan.
G. Saran
Saran dalam penelitian ini ditujukan kepada pelaku UMKM khusunya bisnis keluarga serta
Instansi terutama Kementerian Koperasi dan Usaha kecil Menengah.
1. Saran Untuk Instansi dan Asosiasi E-Commerce
Instansi pemerintah yang terkait dengan UMKM ini sebaiknya terus memberikan dukungan
serta dorongan untuk kepentingan kemajuan dari UMKM. Terutama mengenai pemahaman
dan pelatihan bagi UMKM untuk menggunakan E-Commerce itu sendiri. dengan hal ini
diharapkan minat UMKM lain khususnya bisnis keluarga menjadi semakin besar untuk
penggunaan E-Commerce.
Pemberian pelatihan serta seminar mengenai penggunaan dan pemanfaatan E-Commerce bagi
UMKM bisa menjadi salah satu cara meningkatkan pemahaman serta penggunaan E-
Commerce. Pelatihan dan himbauan perlu didampingi dengan pemberian informasi mengenai
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
manfaat yang akan diperoleh sehingga para UMKM akan sadar dengan manfaat dari E-
Commerce dalam usaha mereka. Dukungan infrastruktur seperti akses internet yang lebih
cepat dan mampu diakses setiap saat. selain itu pelatihan kepada pengelola, pemilik maupun
karyawan dianggap perlu karena faktor tersebut selain tentunya internet berpengaruh akan
penggunaan E-Commerce dalam UMKM.
Bantuan berupa dana atau subsidi untuk infrastruktur terkait perangkat pendukung dan hal
lain menjadi salah satu saran dari peneliti untuk meningkatkan penggunaan E-Commerce bagi
UMKM. Dana ini juga dapat digunakan untuk kebutuhan pengembangan E-Commerce itu
sendiri. masih minimnya perdagangan internasional sepertinya berhubungan dengan
pengembangan E-Commerce yang dilakukan oleh UMKM. Dimana dalam fase
pengembangan salah satunya adalah perdagangan internasional yang dapat dilakukan dengan
metode pembayaran secara online apabila sistem E-Commerce yang mendukung. Bantuan
tersebut bertujuan untuk memberikan peluang bagi UMKM lain yang sebelumnya belum
menggunakan E-Commerce namun memiliki produk atau jasa dengan potensi tersendiri agar
dapat menembus pasar internasional. jika hal ini dapat dimaksimalkan peluang produk
Indonesia dari UMKM akan menjadi lebih dikenal di pasar internasional.
2. Saran Untuk Pelaku UMKM Bisnis Keluarga
Bagi para pelaku UMKM sebaiknya terus berusaha untuk melakukan pengembangan dan
kreasi-kreasi untuk mengembangkan usaha mereka. Penggunaan E-Commerce dengan
berbagai manfaat yang dapat diperoleh akan menjadi pilihan tepat bagi para UMKM Bisnis
Keluarga ini untuk bisa mengembangkan usaha. Pengalokasian dana, tenaga dan perhatiannya
tentunya akan sebanding dengan potensi dari hasil yang dapat diperoleh dalam menggunakan
E-Commerce. Pengalokasian dana untuk pengembangan diharapkan mendatangkan manfaat
dari penggunaan E-Commerce. Dengan pengembangan yang tepat seperti fasilitas
pembayaran untuk pasar internasional tentunya diharapkan bisa menjadi awal produk UMKM
Go Internasional.
3. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya
Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menentukan besaran jumlah usaha mikro,
usaha kecil dan usaha menengah berdasarkan definisi dari satu lembaga di Indonesia. Sebagai
contoh menggunakan definisi UMKM dari Kementrian Koperasi dan UMKM yang
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
mengklasifikasikan usaha mikro, kecil dan menengah berdasarkan jumlah omzet usaha
pertahun ataupun asset usaha.
Saran selanjutnya diharapkan dapat menentukan sektor industri yang akan menjadi objek
penelitian. Karena apabila menentukan sektor industri tertentu akan menghasilkan hasil yang
optimal dan spesifik dalam hasil penelitiannya. Lalu dalam memberikan alternatif jawaban
harus dihindari jawaban yang bersifat ambigu.
H. Kepustakaan
Abdurrohman (2011). Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi E-Commerce (Multi Studi kasus : UMKM di Wilayah Depok dan Sekitarnya). Jakarta . Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Alam SS, Nor Asiah Omar, Nik Mohd Hazrul Nik Hisbam (2011). Applying the Theory of Perceived Charateristic of Innovating (PCI) on ICT Adoption in the SMEs in Malaysia. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 5(8): 8-1, 2011
Casson, M., 2005. Entrepreneurship and the theory of the firm. Journal of Economic Behaviour & Organisation 58 (2), 327–348.
Chen J & Mcqueen R.J., (2008). Factors Affecting E-Commerce Stages of growth in Small Chinese Firms in New Zealand: An Analysis of Adoption Motivators and Inhibitors. Journal of Global Information Management, Volume 16,
Chong AYL, Lin B, Ooi KB, Raman M (2009). Factors affecting the adoption level of c-commerce: An empirical study. J. Compuert. Information. System., 13-22.
Dennis C. (2000) Networking for Marketing Advantage Management Decision vol 38, no. 4, pp 287 -292
Gilmore, A (2011), Entrepreneurial and SME Marketing, Journal of Research in Mrketing and Entrepreneurship, University of Ulster, Jordanstown, UK.
Grandon, E.E., Pearson, J.M., (2004). Electronic commerce adoption: an empirical study of small and medium US businesses. Information & Management 42.
Handoyo, A (2001) Pengaruh Orientasi Wirausaha Terhadap Kinerja Perusahaan Kecil dengan Lingkungan dan Strategi sebagai Variabel Moderat (Studi Kasus Pada Industri Aneka di Kota Semarang), Semarang. Universitas Diponogoro.
Hanifah (2011) The Effect of Entrepreneurial Orientation, Organizational Culture and
Business Strategy in The Corporate Perfomance. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Ekuitas.
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
Iacovou, C.L., Benbasat, I., Dexter, A.S., (1995). Electronic data interchange and small
organisations: adoption and impact of technology. MIS Quarterly 19 (4), 465–485.
Kuan KKY, Chau PYK (2000). A perception-based model for EDI adoption in small
businesses using a technology-organizationenvironment framework. Inf. Manage., 38:
507-521.
Lawrence K.L. (1997) Factors Inhibiting the Utilisation of Electronic Commerce Facilities in
Tasmanian Small-to-Medium Sized Enterprises 8th Australasian Conference on
Information Systems pp 587 – 597
MacGregor Robert, Vrazalic Lejla (2004). Electronic Commerce Adoption in Small to
Medium Enterprise : A Comparative Study of SMEs in Wollongong (Australia) and
Karlstad (Sweden) . School of Economic and Information Systems. University of
Wollongong
MacGregor R.C., Bunker D.J. & Waugh P. (1998) Electronic Commerce and Small/Medium
Enterprises (SME’s) in Australia: An Electronic Data Interchange (EDI) Pilot Study,
Proceedings of the 11th International Bled Electronic Commerce Conference, Slovenia.
Malhotra, Naresh k (2010). Marketing Research an Applied Orientations 6th Ed New Jersey:
Pearson Education
Mehrtens, J., Cragg, P.B., Mills, A.M., (2001). A model of internet adoption by SMEs.
Information & Management 39 (3), 165–176.
Poon S. & Swatman P. (1997) The Internet for Small Businesses: An Enabling Infrastructure
Fifth Internet Society Conference pp 221 - 231
Poutziouris, P., (2001). The (Re)-emergence of growth vis-a-vis control dilemma in a family
business growth star: the case of the UK Taramosalada kings. In: Poutziouris, P.,
Pistrui, D. (Eds.), Family Business Research in the Third Millennium – Building
Bridges Between Theory and Practice. The Family Firm Institute Publication, Boston,
MA.
Shaharudin et al (2011). Determinant of electronic commerce adoption in Malaysian SMEs’
furniture industry. African Journal of Business Management Vol. 6(10), pp3648-3661
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
Sharma, P., Chrisman, J.J., Chua, J.H., (1996). A Review and Annotated Bibliography of
Family Business Studies. Kluwer Academic Publishers, Boston.
UU No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, kecil dan Menengah diunduh pada Maret 2013
http://galeriukm.web.id/news/kriteria-usaha-mikro-kecil-dan-menengah-umkm
Walczuch R., Van Braven G. & Lundgren H. (2000) Internet Adoption Barriers for Small
Firms in the Netherlands European Management Journal vol 18, no. 5, pp 561 - 572
Wang, Y., Ahmed, P., (2009). The moderating effect of the business strategic orientation on
eCommerce adoption: Evidence from UK family run SMEs. Journal of Strategic
Informayions System 18 .
Analisis Faktor ..., Muhammad Iqbal, FE UI, 2013
top related