analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor … filebapa sang pencipta yang maha kasih dan maha...
Post on 26-May-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR GULA
NASIONAL TAHUN 1995-2005
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Swasinto Hernukoro
NIM : 011324003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
i
ii
iii
iv
MOTTO !
‘ Beribu-ribu jalan yang akan kulalui,
kutentukan saat awal kumelangkah. ’
---Master Lanjar---
‘ Episode yang telah ku lampaui
telah menjadi episode yang terlewati
dan tak mungkin terlintasi kembali.
Episode yang akan ku tempuh esok,
masih menjadi rahasia Sang Sutradara.
Episode yang sudah disediakan dan yang harus kujalani
adalah hari ini......
Dan hari ini adalah perjalanan yang penuh kejutan ’
---from heaven---
‘ Pengalaman adalah Sebelum, Sewaktu, dan Sesudah
kuhadapi kenyataan ’
(---The Shinto’s---
‘ Takut, ragu, dan bimbang adalah permainan setan,
jalani episode hari ini dengan penuh kesadaran… ’
---Master Lanjar & The Shinto’s---
v
PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya sederhana ini kepada Allah
Bapa Sang Pencipta Yang Maha Kasih dan Maha Adil
atas kesempatan, pemahaman, dan ilmu untukku dalam
menyelesaikan karya dan belajarku.
Orang-orang sangat berarti di kehidupanku :
• Kedua orang tuaku (Bpk. B. Noerjanto B.A dan Ibu C.
H. Sri Pudji Hastuti) yang telah menanamkan benih
iman dalam hatiku dan yang selalu menyebutku dalam
setiap doanya.
• Kakak dan Adikku tersayang (Felix Antonius Prama
Nugraha dan Dionysius Pradah Santika)
• Saudara-saudaraku di Komunitas Damai yang telah
mengajarkan apa yang belum pernah aku rasakan: Mas
Lanjar, Mas Seno, Mas Pur, Mas Dodo, Mas Yatin, Pak
Bardi, Herpin, Joyo, Mas Agus, Mas Yoan, Setro
• Saudara-saudariku di Pendidikan Ekonomi 2001 yang
telah mengecapkan kenangan yang paling wahid di
kalbuku, I Miss U dab’s
vi
ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR GULA
NASIONAL TAHUN 1995-2005
Oleh: Swasinto Hernukoro
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula nasional yaitu: (1) produksi gula nasional; (2) konsumsi gula nasional; (3) harga gula nasional; (4) bea masuk impor gula.
Penelitian ini merupakan penelitian expost facto yang mencoba menganalisis dan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula nasional. Data yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari tahun 1995 sampai tahun 2005. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dengan sumber data Badan Pusat Statistik. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda.
Berdasarkan hasil diketahui bahwa: 1. produksi gula secara signifikan berpengaruh negatif terhadap impor gula; 2. konsumsi gula secara signifikan berpengaruh positif terhadap impor gula
dengan signifikansi; 3. harga gula tidak berpengaruh signifikan terhadap impor gula dengan
signifikan; 4. bea masuk impor gula tidak berpengaruh signifikan terhadap impor gula
dengan signifikan.
vii
ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS WHICH INFLUENCE OF NATIONAL SUGAR IMPORT 1995-2005
Swasinto Hernukoro Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
The aims of this research were to find out and analyze (1) national sugar production; (2) national sugar consumption; (3) national sugar price; (4) tax sugar import.
This is a expost facto research which tries to analyze and examine the factors of national sugar import. Data which used in this research were taken from 1995-2005. The technique of collecting data was documentated from Statistic Centre Board. The technique of data analysis was used on double regression linier test.
The result of this research shows that : 1. Significant sugar production influences negatively towards sugar import; 2. Significant sugar consumption influences positively; 3. Sugar price doesn’t influence significantly towards significant sugar import;. 4. Taxes of sugar import doesn’t influence significantly toward significant sugar
import.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat, berkat, dan bimbingan-Nya sehingga penulisan skripsi yang
berjudul ”Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Impor Gula Nasional
Tahun 1995 – 2005” dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan,
dukungan, semangat, bimbingan dan doa yang melimpah dari berbagai pihak.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo, J.R. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi.
4. Bapak Yohanes Harsoyo S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang
dengan sabar telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto selaku Dosen Pembimbing II yang juga dengan
sabar telah membimbing penulsi dalam penyusunan skripsi ini.
ix
6. Bapak Indra Darmawan S.E, M.Si atas bimbingan yang telah diberikan,
penulis ucapkan banyak terima kasih.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PE dan PAK: Romo Gilles (Alm),
Bapak Soedarno (Alm), Pak Harsoyo, Pak Rubi, Pak Teguh, Pak Singo, Pak
Yoni, Pak Indra, Bu Wigati, Bu Catur, Pak Heri, Pak Bondan, Pak Wid, Pak
Muhadi, terima kasih atas bimbingan dan pelajaran-pelajaran yang telah
penulis terima selama kuliah.
8. Mbak Titin, Pak Wawiek, Mbak Aris yang telah membantu penulis dalam
mengurus administrasi selama kuliah terlebih dalam penyusunan skripsi.
9. Orang tuaku tercinta Bapak Bernardus. Noerjanto, B.A dan Ibu Crescentia.
Maria. Sri Pudji Hastuti atas kasih sayang dan doa yang tiada henti untuk
keberhasilanku dalam studi.
10. Kakak dan adikku tercinta (Felix Antonius Prama Nugraha dan Dionysius
Pradah Santika) atas dukungan untuk skripsiku.
11. TEMAN-TEMAN PEK ’01, terima kasih atas persaudaraan kita, terima kasih
atas kenangan-kenangan lucu dan fanny selama kuliah. Kapan-kapan reuni
yo... ndak kangene selak ngoyot.
12. The Boys ‘01: Kaka, She Phe (The Sri), Joyo (The Snake),Yusup
(The Lambe), Hari (The Boncel), Hohok (The Monyol), Agung (The
Lodjon), Ronald (The Bodat), Yudi, Suradi, Dion, Edi & The Girls
01: Ririn, Rina, Eka, Agnes, Santi, Silas, Ita, Lilis, Prima
x
13. ”AB 5374 KH” Simbah balap yang setia menemaniku bertualang sejak
SMA sampai kuliah semester 10 dan ”AB 5874 KS” keturunan simbah
balap yang telah menggantikan tugas menemaniku mengemban tugas.
14. Saudara – saudaraku di Komunitas Damai: Mas Lanjar, Mas Seno, Mas Pur,
Mas Dodo, Mas Yatin, Pak Bardi, Herpin, Joyo, terima kasih atas segala doa,
kasih sayang dan sharing pengalaman yang telah menambah pemahamanku
akan kehidupan, dan maaf sudah banyak merepotkan.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna karena masih
banyak kelemahan dan kekurangan yang ada didalamnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Yogyakarta, 14 Mei 2007
Penulis
Swasinto Hernukoro
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Batasan Masalah ......................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8
A. Pasar Gula Internasional ............................................................. 8
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Impor Gula......................... 11
1. Produksi Gula........................................................................ 11
2. Konsumsi Nasional ............................................................... 13
3. Harga Gula ............................................................................ 14
4. Bea Masuk Impor Gula ......................................................... 16
C. Kebijakan Pergulaan Nasional .................................................... 17
D. Penelitian Terdahulu ................................................................... 20
E. Kerangka Berpikir....................................................................... 22
F. Hipotesis...................................................................................... 23
xii
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 24
A. Jenis Penelitian............................................................................ 24
B. Data dan Sumber Data ................................................................ 24
C. Variabel Penelitian dan Pengukuran ........................................... 25
D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 25
E. Teknik Analisis Data................................................................... 26
1. Uji Normalitas dan Linieritas................................................ 26
2. Uji Asumsi Klasik................................................................. 28
3. Analisis Regresi Linear Sederhana ....................................... 32
4. Analisis Regresi Linear Berganda......................................... 32
5. Uji Koefisien Regresi Linear Individu.................................. 34
6. Uji Koefisien Regresi Linear Berganda ................................ 35
BAB IV ANALSIS DATA DAN PEMBAHASAN ...................................... 37
A. Analisis Data ............................................................................... 37
1. Pengujian Prasyarat Regresi.................................................. 37
2. Pengujian Asumsi Klasik ...................................................... 43
3. Uji Statistik ........................................................................... 48
B. Pembahasan................................................................................. 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2. : Perkembangan dan Proyeksi Konsumsi Gula di Beberapa Negara
2. Tabel 2.1 : Produksi dan Konsumsi Gula
3. Tabel 2.2 : Tarif Impor Gula di Beberapa Negara Tahun 2002
4. Tabel 2.3 : Produksi dan Konsumsi Gula Nasional Tahun 1990-2002
5. Tabel 2.4 : Perbandingan Harga Eceran Gula Tebu di Beberapa Negara
6. Tabel 3.1 : Statistik Durbin Watson Positif
7. Tabel 3.2 : Statistik Durbin Watson Negatif
8. Tabel 4.1 : Normalitas Data Kolmogorov-Smirnov
9. Tabel 4.2 : Hasil Uji Normalitas
10. Tabel 4.3 : Hasil Uji Linieritas Produksi Gula
11. Tabel 4.4 : Hasil Uji Linieritas Konsumsi Gula
12. Tabel 4.5 : Hasil Uji Linieritas Harga Gula
13. Tabel 4.6 : Hasil Uji Linieritas Bea Masuk Impor Gula
14. Tabel 4.7 : Hasil Multikolinieritas
15. Tabel 4.8 : Hasil Uji Heterokedastisitas
16. Tabel 4.9 : Hasil Analisis Uji F
17. Tabel 4.10 : Hasil Analisis Uji t
18. Tabel 4.11 : Hasil Analisis Uji R2
19. Tabel 4.12 : Produksi Gula Terhadap Impor Gula
20. Tabel 4.13 : Konsumsi Gula Terhadap Impor Gula
21. Tabel 4.14 : Harga Gula Terhadap Impor Gula
22. Tabel 4.15 : Bea Masuk Impor Gula Terhadap Impor Gula
23. Tabel 4.16 : Tarif Bea Masuk Gula Impor di Beberapa Negara
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. : Data Penelitian
Lampiran 2 : Normalitas Data
Lampiran 3 : Linieritas Data X1 dan Y, X2 dan Y, X3 dan Y, X4 dan Y
Lampiran 4 : Multikolinieritas, Heterokedastisitas, Autokorelasi
Lampiran 5 : Regresi Bergand
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari – hari, gula memiliki peran yang tidak kalah
penting dari bahan – bahan pokok kita yang lain. Gula memiliki peran sebagai
pemberi rasa manis dalam makanan maupun minuman yang kita konsumsi
setiap harinya. Dengan mengkonsumsi gula, makanan atau minuman yang kita
santap menjadi lebih nikmat karena rasa manis yang terdapat dalam gula
menjadikan makanan atau minuman kita menjadi lebih enak. Selain sebagai
pemberi rasa manis dalam makanan maupun minuman, gula merupakan
sumber kalori yang mempunyai fungsi pengganti baik berupa karbohidrat
maupun bahan makanan sumber kalori non karbohidrat seperti lemak.
Di Indonesia, pabrik gula didirikan pertama kali di Jawa pada tahun
1637. Bermula sejak seorang penduduk diberi ijin untuk memproduksi gula
dengan cara – cara mendekati persyaratan perusahaan besar. Pada saat itu
mulai dikenal cara pengusahaan tebu dalam bentuk usaha perkebunan di
Indonesia (Mubyarto, 1991: 7). Pada jaman kolonial di Jawa terdapat tiga fase
(kurun) sejarah perkembangan industri gula. Fase pertama adalah industri gula
yang didirikan pada abad 17 hingga 18 di sekitar (ommelanden) sebelah
Selatan Batavia. Pada saat itu para pengolah belum melihat kemungkinan gula
sebagai barang-dagangan yang menguntungkan, akibat tipisnya kesempatan
untuk mendominasi pasar internasional. VOC semula tidak mencampuri
1
2
urusan pertanian dan industri gula dan hanya mendatangkan gula dari Cina,
Taiwan, Benggala, dan Muang thai. Fase kedua antara tahun 1830 sampai
1870 yang biasa disebut sebagai kurun cultuurstelsel, bercirikan perusahaan
negara (http://members.fortunecity.com/edicahy/thesis/bab1.htm). Sistem
yang digunakan dalam Cultuurstelsel adalah sistem tanam paksa yaitu bahwa
seperlima tanah penduduk harus disediakan untuk tanaman yang ditetapkan
oleh pemerintah (kolonial), mengadakan berbagai bentuk kerja paksa dimana
petani diharuskan bekerja beberapa jam setiap hari pada perkebunan –
perkebunan Belanda tanpa mendapat upah (Mubyarto, 1991: 8); dan fase
ketiga adalah pasca 1870. Para investor swasta mencirikan fase ketiga ini,
peranan negara (kolonial) sangat diperkecil, muncul korporasi-korporasi gula
dengan investasi besar (http://members.fortunecity.Com/edicahy/thesis/
bab1.htm).
Pada tahun 1870 dikeluarkan Undang – undang Agraria yang menghapus
sistem tanam paksa, diantaranya mengenai tebu. Dengan adanya Undang –
undang Agraria tersebut, mengakibatkan terbukanya peluang berkembangnya
perkebunan – perkebunan swasta di Indonesia. Dalam perkembangan
berikutnya, adanya Undang – Undang Agraria, Undang – Undang Budidaya
Tebu maupun Peraturan Sewa Tanah, disertai dengan murahnya harga tanah
dan upah buruh, pembangunan jalan kereta api, jalan raya, telekomunikasi dan
perkapalan, industri gula di Jawa mengalami kemajuan pesat. Pada puncak
kemajuannya (1930) terdapat 179 pabrik gula yang beroperasi dan mampu
menghasilkan produksi gula hampir mencapai 3 juta ton dan mampu
3
mengekspor gula sebesar 2 juta ton pada tahun 1931. Pada saat itu Indonesia
adalah produsen gula terbesar kedua dunia setelah Kuba (Mubyarto, 1991:
11).
Bila dilihat produksi gula dibandingkan masa kejayaannya (tahun 1830),
saat ini produksi gula dapat dikatakan menurun, karena saat ini dapat
dikatakan bahwa Indonesia bukan lagi sebagai negara pengekspor gula namun
sebagai negara pengimpor gula. Didalam data Statistik Komoditas
Perkebunan, Indonesia tidak disebutkan lagi sebagai negara produsen utama
gula dan pengekspor utama gula di dunia, namun sudah termasuk dalam daftar
negara pengimpor gula di beberapa produsen utama.
Dalam data produksi gula di Indonesia, produksi gula tertinggi pernah
dicapai pada tahun 1993 (sebesar 2,49 juta ton). Kemudian turun di tahun
1999 (sebesar 1,49 juta ton) dan naik lagi di tahun 2002 (sebesar 1,94 juta ton)
( Khudori, Pikiran Rakyat Cyber Media: 2003), sedangkan produksi nasional
untuk tahun 2005 mencapai 2,1 juta ton dan untuk tahun 2006 diperkirakan
mengalami kenaikan sebesar 2,3 juta ton (KCM, Sabtu, 4 Juni 2005) Dengan
produksi sebesar itu jika dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi nasional
yang mencapai rata – rata 3,2 – 3,4 juta ton pertahunnya (Susila, 21 Desember
2004) maka tidaklah mencukupi karena produksi nasional tidak sepadan
dengan konsumsi nasional. Disatu sisi harga gula yang rendah tidak
memotivasi petani untuk menanam tebu, namun disisi lain harga gula yang
tinggi tentu akan memberatkan konsumen. Di lain pihak industri makanan dan
minuman pengguna gula sebagai bahan baku yang digerakkan oleh usaha kecil
4
dan menengah terancam gulung tikar karena tidak mampu menahan kenaikan
harga gula akibat kenaikan BBM. Jalan satu – satunya untuk memenuhi
kebutuhan gula nasional adalah dengan jalan mengimpor gula dari produsen
lain. Pemerintah telah mengeluarkan tiga kebijakan untuk mengatasi masalah
gula nasional antara lain
1. Instruksi kepada produsen dan distribusi untuk melakukan operasi pasar
khusus (OPK) dengan sasaran harga gula bisa ditekan sampai Rp.
5.500/Kg,
2. Penurunan bea masuk impor gula dari Rp790 menjadi Rp530 per kilogram
untuk gula kristal putih dan Rp550 menjadi Rp250 per kilogram untuk
gula kristal mentah (raw sugar).
3. Mempercepat impor 300 ribu ton gula, termasuk 200 ribu ton untuk buffer
stock pada triwulan pertama tahun 2006 (Mudzakir, KCM 17 Mei 2006).
Disisi lain dengan mengimpor gula dari luar negeri sangat
menguntungkan bagi konsumen dalam negeri sebab harga gula impor jauh
lebih murah dibandingkan harga gula dalam negeri. Pada tahun 2005 harga
gula sebesar Rp 5.500/Kg bahkan mencapai Rp.6000/Kg (KCM, 4 Juni 2005)
namun harga gula impor pada tahun 2005 sebesar Rp 5000/Kg (Suara
Merdeka 26 Juni 2005). Disisi lain harga gula impor yang murah telah
merugikan petani tebu di Indonesia. Gula pasir impor selain harganya yang
lebih murah, mutu gula impor juga jauh lebih baik dari pada gula dalam negeri
(Suara Merdeka, 26 Juni 2005). Menurut Kompas 27 April 2003 (Harsoyo, Y:
2004) impor gula tertinggi pada tahun 1999 sebesar 2, 187 juta ton, kemudian
5
menurun kembali pada tahun 2001 dan 2002 masing-masing sebesar 1,6 juta
ton dan 1, 544 juta ton, sedangkan jumlah produksi untuk tahun 2001 dan
2002 sebesar 1,713 juta ton dan 1,755 juta ton. Walaupun terjadi penurunan,
namun jumlah impor tersebut masih terhitung tinggi dibandingkan jumlah
konsumsi nasional yang mencapai 3,3 juta ton. Dengan adanya Kepres RI No.
63 Thn.2003 Tentang Dewan Gula Indonesia (Tempo, 2003) diharapkan
pemerintah dapat membuat kebijakan – kebijakan yang dapat membantu baik
bagi PG, petani gula dan masyarakat dalam negeri.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Impor Gula Nasional”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian – uraian dalam latar belakang masalah diatas, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah produksi gula nasional mempengaruhi jumlah impor gula?
2. Apakah konsumsi nasional mempengaruhi jumlah impor gula?
3. Apakah harga gula nasional mempengaruhi jumlah impor gula?
4. Apakah bea masuk gula impor mempengaruhi jumlah impor gula?
5. Apakah produksi, konsumsi, harga, dan bea masuk secara bersama – sama
mempengaruhi jumlah impor gula?
6
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan tidak terlalu luas dan untuk menghindari hal-hal yang
tidak sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis membatasi penelitian pada
1. Produksi gula dalam negeri
2. Konsumsi gula dalam negeri
3. Harga gula dalam negeri
4. Bea masuk gula impor
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi impor gula nasional. Faktor –faktor yang diteliti adalah
1) produksi gula dalam negeri,
2) konsumsi gula dalam negeri,
3) harga gula dalam negeri
4) bea masuk gula impor
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan tambahan
masukan dalam menentukan kebijakan yang mengatur khususnya
mengenai gula agar dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.
7
2. Bagi Penulis
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan tambahan
pengetahuan dan pengalaman dalam hal penelitian khususnya mengenai
analisis faktor – faktor yang mempengaruhi impor gula nasional.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
bahan informasi untuk penelitian selanjutnya serta dapat dijadikan sebagai
tambahan referensi perpustakaan Sanata Dharma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Gula Internasional
Industri gula di Indonesia pernah mengalami zaman keemasan pada
masa pendudukan kolonial Belanda. Adanya sistem tanam paksa menjadikan
produktivitas tanaman tebu meningkat dua kali lipat dalam jangka waktu
kurang lebih setengah abad. Peningkatan produktivitas tersebut pada akhirnya
meningkatkan angka ekspor gula ke Eropa yang pada awal mulanya (tahun
1831) berjumlah 7.800 ton, meningkat pesat menjadi 161.800 ton pada tahun
1868 (Mubyarto,1991: 9), sehingga pada akhirnya (tahun 1918) menjadikan
Indonesia sebagai negara eksportir gula terbesar kedua setelah Kuba. Bila
dilihat kondisi pergulaan nasional saat ini sungguh jauh berbeda. Saat ini
Indonesia sudah menjadi negara pengimpor gula bahkan terbesar kedua
setelah Rusia (Harsoyo, 2004: 153).
Berdasarkan tabel dibawah ini, kebutuhan konsumsi gula dalam negeri
sebesar 3,3-3,4 juta ton pertahun. Data tersebut menempatkan Indonesia
kedalam urutan kesembilan dalam hal konsumsi gula di dunia dan menjadikan
Indonesia sebagai pangsa pasar produsen gula utama dunia.
8
9
Tabel 2.
Perkembangan dan Proyeksi Konsumsi Gula di Beberapa Negara
Negara Konsumsi 2001/02 (juta ton)
Konsumsi 2002/03 (juta ton)
Konsumsi 2003/04 (juta ton)
India 19,760 20,750 21,500 Eropa Timur 15,014 14,868 14,507 Uni Eropa 14,332 14,458 14,529 Brazil 9,450 9,640 9,980 Amerika Serikat 9,249 8,699 9,117 China 9,050 9,122 9,194 Mexico 5,082 5,266 5,283 Pakistan 3,450 3,500 3,500 Indonesia 3,350 3,400 3,450 Jepang 2,277 2,314 2,250 Total Dunia 134,920 136,550 138,569 Sumber: USDA: Statistik Komoditas Perkebunan, Maret 2004
Tabel 2.1
Produksi dan Konsumsi Gula Dunia
Tahun Produksi (juta ton) Konsumsi (juta ton) 1996/1997 1997/1998 1998/1999 1999/2000 2000/2001 2001/2002
124.26 128.50 134.71 134.21 131.41 135.97
120.89 123.13 125.50 128.25 130.14 132.87
Sumber: Business News 9 Mei 2003
Dari tabel 2.1 diatas menunjukkan konsumsi gula di dunia lebih rendah
dibandingkan jumlah produksi sehingga berakibat terjadinya kelebihan suplai,
yang, kemudian membuat negara-negara produsen harus mampu melakukan
strategi dagang seperti tindakan dumping, untuk menjaga kelangsungan
produksinya. Terbukti dari harga eceran di beberapa negara seperti Jepang
harga gula putihnya Rp16.470,-/kg; Hongkong Rp 8.010,-/kg dan Australia Rp
10
5.220,-/kg; padahal harga rata-rata gula dunia sekitar Rp 3.745,-/kg dengan
asumsi kurs dolar AS Rp 9.000,-/1 USD (Business News, 2003: 3). Bila
dicermati, harga gula domestik di negara-negara tersenut jauh lebih tinggi
daripada Indonesia namun negara-negara tersebut mampu mempertahankan
produksi gula domestiknya. Di Thailand misalkan, pada tahun 2002 harga gula
domestik mencapai USD300/ton namun harga ekspor gula mereka hanya
sebesar USD120-140/ton, sedangkan produksi gula mereka mencapai 6 juta
ton dan konsumsi gula sebesar 1,8-2 juta ton sehingga mereka mampu
mengekspor sebesar 3,8-4,3 juta ton pada tahun yang sama. Dengan
kemampuan ekspor sebesar itu (3,8-4,3 juta ton) dan harga gula ekspor lebih
rendah daripada harga gula domestik maka kebijakan praktik dumping
kemungkinan besar terjadi.
Dalam hal biaya produksi gula di Indonesia termasuk tinggi
dibandingkan negara lain. Brazil mampu memproduksi gula sebesar 22,4 juta
ton dengan biaya produksi USD204/MT pada tahun 2002, Australia
memproduksi gula sebesar 5,3 juta ton membutuhkan biaya produksi
USD249,1/MT, di Thailand membutuhkan USD272/MT untuk memproduksi
6 juta ton gula, sedangkan Indonesia membutuhkan USD280,6/MT untuk
memproduksi 1,75 juta ton gula.pada tahun 2002. Dengan biaya produksi
yang mahal dan hanya menghasilkan produksi gula yang tidak seimbang
dengan kebutuhan gula nasional, sementara harga gula dinegara lain relatif
lebih murah sedangkan produksi gula negara-negara tersebut melimpah,
menyebabkan banyaknya gula impor yang masuk ke Indonesia. Penerapan
11
proteksi dalam bentuk bea masuk dari negara-negara pengekspor gula juga
lebih tinggi daripada proteksi bea masuk gula impor di Indonesia. Di Uni
Eropa bea masuk yang diterapkan sebesar 240%, Amerika Serikat 155%, India
150%, Thailand 104%, dan Brazil 55% (Business News, 2003: 3) , sedangkan
Indonesia hanya menerapkan bea masuk impor gula sebesar 20%-25%.
Tabel 2.2
Tarif Impor Gula di Beberapa Negara Tahun 2002
No Negara Tarif Impor 1 Indonesia Rp550-Rp700/kg 2 Mesir 30% 3 Sri Langka 66% 4 Filipina 133% 5 Amerika Serikat 155% 6 Banglades 200% 7 Brasil 55% 8 Thailand 104% 9 Afrika Selatan 124% 10 Kolombia 130% 11 Uni Eropa 240%
Sumber: Harsoyo,Y. 2004: 154
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Impor Gula
1. Produksi gula
Indonesia merupakan negara agraris dan tanahnya subur sehingga
sangat cocok untuk ditanami tumbuh-tumbuhan perkebunan dan pertanian.
Hal ini dapat dibuktikan dengan salah satunya ekspor gula pada zaman
penjajahan Belanda. Kemampuan ekspor gula ini menjadikan Indonesia
negara pengekspor gula nomor dua setelah Kuba.
12
Tabel. 2.3
Produksi dan Konsumsi Gula Nasional Tahun 1990-2002
Tahun Produksi (ton)
Impor (ton) Konsumsi (ton)
Populasi
Konsumsi per kapita
1990 1995 2000 2002
2.125.868 2.096.602 1.685.826 1.758.177
278.501 523.988
1.556.700 1.500.000
2.389.222 3.179.083 3.020.312 3.183.254
179.829 195.283 212.698 218.480
13.29 16.28 14.20 14.57
Sumber: Business News, 2003: 4
Dalam tabel diatas dapat terlihat bahwa produksi gula nasional
berjalan tidak seimbang dengan konsumsi. Jumlah konsumsi tahun 2002
dibandingkan dengan tahun 1990 meningkat 133% tetapi perbandingan
jumlah produksi pada tahun yang sama hanya mencapai 85%. Rendahnya
produksi gula ini diakibatkan oleh kondisi PG yang sudah sangat tua,
kapasitas mesin-mesin pengolah gula rendah dan kesulitan bahan baku
tebu akibat belum didukung areal pertanaman tebu. Dari 57 PG di Jawa,
10 diantaranya ditutup dan 47 yang masih aktif (Business News, 2003: 2).
Penurunan produksi akibat berkurangnya areal perkebunan tebu dan
bergeser ke lahan tegalan yang letaknya jauh dari PG berdampak pula pada
penurunan produktivitas dalam rentang waktu bersamaan (Rudhito, 2006:
5). Permasalahan dari biaya produksi juga muncul, pertama sewa tanah
yang semaikn mahal, kedua biaya buruh yang bersaing dengan industri
lain. Peningkatan dari faktor ini akan meningkatkan biaya produksi
pertanian tebu (Mubyarto, 1968: 105). Biaya produksi gula di Indonesia
juga terhitung tinggi (USD280,6/MT) dibandingkan Brazil yang mampu
memproduksi gula sebesar 22,4 juta ton dengan biaya produksi
13
USD204/MT, Australia memproduksi gula sebesar 5,3 juta ton
membutuhkan biaya produksi USD249,1/MT, dan Thailand membutuhkan
USD272/MT untuk memproduksi 6 juta ton gula (Business News, 2003:
3).
2. Konsumsi Nasional
Konsumsi gula di Indonesia tergolong tinggi yang menempatkan
Indonesia kedalam urutan kesembilan dalam hal konsumsi gula di dunia
(tabel 2) dan menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar produsen gula
utama dunia. Dalam tabel 2.3 tingkat konsumsi gula di Indonesia sebesar
3,3 sampai 3,4 juta ton lebih besar daripada tingkat produksi gula yang
hanya sekitar 1,6-1,7. Konsumsi yang sedemikian besar ini juga turut
dipengaruhi oleh tingginya populasi penduduk di Indonesia.
Menurut Mubyarto (1991: 77) konsumsi gula dibedakan dalam dua
pengertian yaitu
a. Konsumsi menurut ketersediaan atau jumlah yang tersedia untuk
dikonsumsi
Konsumsi ketersediaan bersifat agregat dan dihitung dengan
persamaan :produksi + impor – ekspor +/ - perubahan stok/persediaan
Konsumsi gula berdasarkan ketersediaan meliputi 4 macam
penggunaan yaitu: a. Pemakaian untuk konsumsi langsung oleh rumah
tangga, b. pemakaian oleh industri dan pembuat makanan/minuman, c.
persediaan untuk perdagangan, d. Persediaan tambahan untuk tujuan
14
spekulasi terutama bila keadaan harga tidak stabil dan bertendensi
naik.
b. Konsumsi langsung
Konsumsi langsung yaitu jumlah yang langsung dikonsumsi oleh
rumah tangga dalam wujud aslinya
3. Harga Gula
Perbedaan harga suatu barang antar negara dapat menjadi penyebab
suatu negara untuk melakukan ekspor atau impor. Pada gambar dibawah
ini menunjukkan permintaan (D) dan penawaran (S) barang x pada harga
(Px) tertentu di negara 1 (Gambar A) dan negara 2 (gambar B). Dari kedua
gambar tersebut terlihat bahwa harga barang x di negara 1 lebih rendah
daripada harga barang di negara 2.
Gambar 2.1
Gambar A Gambar B
15
Gambar2.2
Gambar C
Dalam gambar C menunjukkan gabungan kedua gambar tersebut
kedalam satu diagram. Harga baru tanpa perdagangan terjadi pada garis
horisontal (garis putus-putus a ke d) yang mengimbangi kelebihan
penawaran disatu negara dan kelebihan permintaan dinegara lain. Hal ini
ditunjukkan penawaran negara 1 mengimbangi permintaan di negara 2.
Dengan demikian a–b menyatakan ekspor dan c–d menyatakan impor.
Impor gula yang dilakukan oleh Indonesia menyebabkan gula
Indonesia kalah bersaing dengan gula impor baik dari segi harga maupun
kualitas. Biaya produksi gula di Indonesia yang tinggi dengan hasil
produksi yang minim dibandingkan dengan negara lain membuat harga
gula dan kualitas gula domestik kalah bersaing dengan gula impor.
Negara-negara tetangga pengekspor gula dengan biaya produksi yang kecil
dan hasil produksi yang besar dengan kualitas yang lebih baik
menggunakan sistem dumping guna menyelamatkan industri gula
dinegaranya. Oleh karena itu harga gula impor yang masuk ke Indonesia
cenderung lebih murah daripada harga gula domestik.
16
Tabel 2.4
Perbandingan Harga Eceran Gula Tebu di beberapa negara
Negara Harga/kg*) Jepang Swiss Perancis Inggris Jerman Swadia Korea Selatan Amerika Serikat China Bangladesh Nepal Australia Afrika Selatan Filipina Srilangka Thailand Malaysia Brasil Indonesia
Rp 16.500. Rp 9.540 Rp 9.000 Rp 8.280 Rp 7.740 Rp 7.740 Rp 7.290 Rp 7.290 Rp 5.490 Rp 5.490 Rp 5.220 Rp 5.220 Rp 5.040 Rp 4.770 Rp 4.500 Rp 4.500 Rp 3.900 Rp 3.780 Rp 2.650
*) Kurs 1 dolar AS = Rp 9.000 Sumber: Harsoyo, Y, 2004: 154
4. Bea masuk impor gula
Selama ini proteksi gula di Indonesia terhitung masih kecil dibanding
negara-negara lain. Bea masuk yang diterapkan di Indonesia atas gula
impor sebesar 20%-25% (Harsoyo,Y: 2004:156). Bea masuk impor gula
yang ditetapkan oleh Indonesia tersebut termasuk cukup rendah, padahal
dinegara-negara lain seperti Uni Eropa menerapkan bea masuk impor
sebesar 240%, Amerika Serikat 155%, India 150%, Thailand 104% dan
Brasil 55% sedangkan batas toleransi yang diberikan oleh WTO untuk bea
masuk impor sebesar 65% sampai 110%.
17
Dengan bea masuk impor yang kecil seperti di Indonesia yang sangat
membutuhkan pasokan gula karena tidak tercukupinya kebutuhan
konsumsi gula akibat terbatasnya produksi gula domestik, maka Indonesia
sangat potensial untuk dijadikan segmen pasar ekspor gula bagi negara
pengekspor gula utama apalagi yang menerapkan sistem dumping.
C. Kebijakan Pergulaan Nasional
1. Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI)
Petani tebu memiliki peranan penting dalam penyedia bahan baku
untuk industri gula pasir. Kebijakan pemerintah dalam memberikan
perhatian bagi petani tebu adalah dengan dikeluarkannya Inpres No. 9
tahun 1975 mengenai Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Kebijakan ini
berpihak pada petani tebu karena menempatkan petani tebu sebagai
produsen tebu utama yang semula tugas tersebut menjadi tanggung jawab
pabrik gula, selain itu sistem TRI juga bertujuan untuk meningkatkan
produksi gula guna mencukupi kebutuhan gula dalam negeri dan untuk
meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produktivitas yang
dicapai dengan pengusahaan tanaman tebu secara intensif diatas lahan
masing-masing petani dengan dukungan berupa bantuan modal, bimbingan
teknis penanaman tebu kepada petani. Namun tujuan lain yang sebenarnya
lebih utama adalah pengalihan sistem penggunaan tanah dari sistem sewa
ke sistem non sewa.
18
2. Dewan Gula Nasional (Kepres RI No.63 Tahun 2003)
Dewan gula merupakan lembaga non struktural yang berada dibawah
dan bertanggung jawab terhadap Presiden. Dewan Gula Nasional dibentuk
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri gula, serta
dalam usaha memberdayakan petani agar mempunyai daya saing di pasar
internasional. Unsur-unsur dalam lembaga Dewan Gula tersebut terdiri
dari berbagai macam elemen seperti unsur petani, perusahaan-perusahaan
gula, lembaga konsumen, penyalur, pekerja, perguruan tinggi, dan
pemerintah.
3. Tata Niaga Impor Gula (Kep. Menperindag RI No.643/MPP/Kep/9/2002)
Tata niaga impor gula dimaksudkan untuk mengurangi besarnya
pasokan impor yang melebihi kebutuhan dalam negeri. Peningkatan
pasokan gula impor yang melebihi kebutuhan dalam negeri tersebut
menimbulkan kerugian bagi masyarakat terutama bagi petani/produsen
tebu yang berimbas pada pendapatan mereka. Isi dari Tata Niaga Impor
Gula mengenai peraturan gula yang boleh diimpor seperti gula kristal
mentah/gula kasar dan gula rafinasi yaitu gula yang dipergunakan sebagai
bahan baku proses produksi dan gula kristal putih yaitu gula yang dapat
dikonsumsi langsung tanpa diproses lebih lanjut. Semua jenis gula tersebut
hanya boleh diimpor oleh perusahaan yang telah mendapat pengakuan
sebagai Importir Produsen Gula atau IP Gula. Berdasarkan kebijakan tata
niaga impor gula tersebut, pemerintah menunjuk 5 IP Gula antara lain PT
19
Perkebunan Nusantara (PN) IX, X, XI, dan PT Rajawali Nusantara
Indonesia (RNI) sebagai importir terdaftar.
4. Pembentukan Tim Pemantauan Pengadaan, Pendistribusian, dan
Perkembangan Harga Gula (Kep. Menperindag RI No. 328/ MPP/ Kep/ 4/
2003).
Pembentukan tim pemantauan, pendistribusian, dan perkembangan
harga gula tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan langkah-langkah
guna mencegah terjadinya kelangkaan dan lonjakan harga gula dipasaran
dalam negeri. Gula yang dipantau oleh tim tersebut adalah gula kristal
putih yang dapat dikonsumsi langsung tanpa proses lebih lanjut.
Tim Pemantauan Pengadaan, Pendistribusian dan Perkembangan harga
Gula bertugas untuk:
a. memantau pelaksanaan impor gula yang meliputi:
1) rencana dan realisasi impor (jumlah dan waktu tiba di pelabuhan
bongkar) berdasarkan izin impor yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Perdagangan Luar Negeri
2) Stok impor yang disimpan di gudang yang dilaporkan oleh importir
3) Jumlah yang dibeli oleh distributor
b. memantau produksi gula dalam negeri yang meliputi:
1) rencana dan realisasi produksi gula pada industri gula (PTPN)
2) posisi stok gula gula yang dibeli dari petani yang berada di gudang
milik PTPN dan atau gudang lainya
20
c. memantau distribusi dan perkembangan harga gula di distributor,
grosir, pengecer, (pasar) dan pembelian gula di tingkat petani.
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya mengambil dalam skripsi yang berjudul “
Tinjauan Deskriptif Impor Gula Indonesia Tahun 1992-2002” (Putranto,
2005). Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis secara deskriptif
produksi dan konsumsi gula Indonesia, perkembangan impor gula dan harga
gula dalam domestik dan harga gula internasional. Analisis data yang
digunakan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui produksi dan konsumsi gula, pertumbuhan impor gula,
dan pertumbuhan harga gula menggunakan rumus
Data tahun ke n - Data tahun ke n-1 Pertumbuhan = x 100 % Data tahun ke n-1
b. Untuk mengetahui rata-rata produksi dan konsumsi gula menggunakan
rumus = X = Variabel yang diteliti ∑=
n
tiXi
N N = Banyak data
c. Untuk mengetahui trend yang linear Y= a + bX sedangkan untuk yang non
linear Y= a + bX.
X = waktu
Kesimpulan yang diperoleh adalah
d. Jumlah produksi gula pasir kurang cukup untuk mencukupi kebutuhan
konsumsi. Kekurangan ini diakibatkan menurunnya produksi tebu yang
disebabkan oleh menurunnya luas lahan tanam tebu.
21
Rata-rata pemenuhan konsumsi gula oleh produk domestik hanya sekitar
57,7 %. Dengan uji trend dapat diperkirakan penurunan atau kenaikan gula
misalkan pada tahun 2007 akan terjadi penurunan produksi gula kurang
lebih 18,13 %.
e. Perkembangan impor gula pasir cenderung tinggi, rata-rata perkembangan
impor gula hampir 1,5 juta ton pertahun dengan rata-rata pemenuhan
konsumsi oleh produk impor sebesar 42,3 %. Dengan uji trend dapat
diperkirakan misalkan pada tahun 2007 perkembangan impor akan
mengalami kenaikan sebesar 29,51 %.
f. Harga gula Indonesia cenderung mengalami kenaikan. Dengan uji trend
dapat diperkirakan misalkan pada tahun 2007, harga gula dalam negeri
akan mengalami kenaikan sebesar 156,07 %. Dari yang semula Rp
2.560/Kg naik menjadi Rp 6.555, 432/Kg. Sedangkan harga gula
internasional diperkirakan pada tahun 2007 mengalami kenaikan 108,41 %
dari harga Rp 596/Kg menjadi Rp 1.242, 143/Kg. Faktor harga ini lah
yang akhirnya mendorong negara Indonesia untuk melakukan impor gula
dari negara pengekspor gula yang lain. Indonesia menjadi pasar ekpor gula
dari negara lain karena rendahnya tarif impor di Indonesia (sekitar Rp 500-
Rp700/Kg.
22
E. Kerangka Berpikir
1. Produksi Nasional
Pada dasarnya ketidakmampuan produksi gula nasional untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi nasional dikarenakan jumlah produksi
gula nasional belum mencukupi kebutuhan konsumsi gula nasional,
sehingga dalam memenuhi kebutuhan gula nasional tersebut negara masih
memerlukan impor gula dari negara-negara produsen gula utama.
Ketidakmampuan tersebut dapat dikarenakan semakin berkurangnya luas
areal tanaman tebu semenjak diberikannya kebebasan bagi petani untuk
menentukan sendiri tanaman yang dibudidayakan sejak tahun 1995
(Harsoyo, Y. 2004:156). Selain itu membanjirnya produk gula impor yang
mutunya lebih baik dari gula dalam negeri serta harganya yang lebih
murah akan membawa kerugian bagi produsen gula nasional terutama bagi
petani yang ikut terimbas pada pendapatan yang menurun. Peran
pemerintah dalam membantu produsen gula nasional agar lebih
berproduktif sangat dibutuhkan.
2. Konsumsi nasional
Konsumsi gula nasional Indonesia tergolong besar yang
dikarenakan jumlah populasi penduduk yang masih tinggi. Namun disisi
lain produksi gula dalam negeri masih belum dapat mencukupi kebutuhan
konsumsi gula dalam negeri. Oleh karena itu impor gula dari negara
pengekspor utama gula merupakan alternatif bagi pemenuhan kebutuhan
nasional.
23
3. Harga Gula
Harga gula domestik dipasaran lokal lebih tinggi dari harga gula
impor. Perbedaan harga gula tersebut membuat pilihan banyak masyarakat
untuk lebih memilih gula kristal putih dari hasil impor daripada gula lokal
yang kualitasnya jauh dari gula impor. Harga gula impor yang lebih murah
dari harga gula lokal tersebut dapat membuat pasaran gula lokal merosot
dan membuat bangkrut petani dan pabrik gula lokal.
4. Bea masuk impor
Bea impor di Indonesia terhitung masih rendah dibandingkan
dengan negara-negara lain yang menetapkan bea impor yang tinggi.
Dengan adanya bea impor gula yang rendah maka mengakibatkan
masuknya gula impor kedalam negeri sangat mudah. Dan mudahnya gula
impor tersebut masuk kedalam negeri mengakibatkan keresahan bagi
produsen gula nasional karena mutu dan harganya lebih baik dari gula
nasional.
F. Hipotesis
1. Impor gula dipengaruhi oleh produksi gula nasional
2. Impor gula dipengaruhi oleh konsumsi gula nasional
3. Impor gula dipengaruhi oleh harga gula nasional
4. Impor gula dipengaruhi.oleh bea masuk gula impor
5. Impor gula dipengaruhi oleh produksi gula, konsumsi gula, harga gula,
dan bea masuk gula impor secara bersama-sama.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Expost Facto. Penelitian
Exspost Facto merupakan penelitian yang dilakukan terhadap peristiwa yang
telah terjadi dengan mengungkapkan data yang ada untuk mengetahui
faktor-faktor yang dapat menimbulkan peristiwa tersebut tanpa memberikan
perlakuan terhadap variabel bebas.
B. Data dan Sumber Data
Data-data yang diperoleh untuk menunjang penelitian ini diambil dari
Badan Pusat Statistik dan internet. Data yang diambil antara lain:
1. Data produksi gula nasional diukur dalam satuan ton selama periode
1995-2005
2. Data konsumsi gula nasional diukur dalam satuan ton selama periode
1995-2005
3. Data harga gula nasional diukur dalam satuan Rp/kg selama periode
1995-2005.
4. Data Bea masuk impor gula diukur dalam satuan Rp/kg selama periode
1995-2005.
Pengambilan data dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan
atau peneliti. Penulis mengambil data tahun 1995-2005, dengan
pertimbangan bahwa data tersebut merupakan data terbaru mengenai
24
25
produksi gula nasional, konsumsi gula nasional, harga gula nasional, dan
bea masuk impor gula. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan jenis data sekunder deret waktu (time series) selama 10 tahun
(1995-2005) yang diambil dari Badan Pusat Statistik. Data sekunder yaitu
data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak
pengumpul data primer.
C. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang akan menjelaskan variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah produksi gula nasional (X1),
konsumsi gula nasional (X2), harga gula nasional per kg (X3), Bea
masuk gula (X4).
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang akan dijelaskan oleh variabel
bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah impor gula nasional
(Y).
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang mendukung penelitian ini, penulis
mengambil teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi dan studi
pustaka. Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui pencatatan
dokumen yang sudah ada di Badan Pusat Statistik. Teknik ini digunakan
26
untuk mencari data mengenai produksi gula nasional, konsumsi gula
nasional, harga gula nasional dan bea masuk impor gula. Selain
dokumentasi, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara studi pustaka,
yaitu pengumpulan data yang berhubungan dengan topik yang didapat dari
kepustakaan antara lain dari buku-buku atau referensi untuk memperoleh
data landasan teori dan pengetahuan.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji normalitas dan linieritas
a. Pengujian normalitas
Dalam penelitian ini, pengujian normalitas menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov. Pengujian normalitas dimaksudkan untuk
mengetahui apakah setiap variabel berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 11.0.
Jika nilai α hitung untuk tiap-tiap variabel penelitian ini dibawah α =
0,05 maka distribusi data variabel tersebut adalah tidak normal. Jika
masing-masing variabel mempunyai nilai lebih besar atau sama dengan
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian berdistribusi
normal. Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut
(Ghozali,I. 2002:36):
D = Max Fo(Xi) – SN (Xi)
Keterangan :
D = Deviasi maksimum
Fo (Xi) = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan
27
SN = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
Jika nilai Fhitung > dari nilai Ftabel pada taraf signifikan 5%
(α=0,05), maka distribusi data dikatakan tidak normal. Sebaliknya jika
nilai Fhitung < dari nilai Ftabel maka distribusi dikatakan normal.
b. Pengujian linieritas
Pengujian linieritas dimaksudkan untuk menguji kelinieran
regresi ada tidaknya hubungan linier antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Pengujian dilakukan dengan Uji F dengan rumus
sebagai berikut (Sudjana, 1992: 332):
F = 2
2
e
TC
SS
Keterangan:
F = Nilai F untuk garis regresi
S2TC = Varians tuna cocok
Se2 = Varians kekeliruan
Berdasarkan hasil perhitungan selanjutnya dibandingkan
dengan Ftabel dengan taraf signifikansi 5%. Koefisien Fhitung diperoleh
dari perhitungan SPSS 11.0. Jika nilai Fhitung > nilai Ftabel maka
hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat linier dan
sebaliknya jika nilai Fhitung < dari nilai Ftabel maka hubungan antar
variabel bebas dengan variabel terikat tidak linier.
28
2. Pengujian asumsi klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi,
terlebih dehulu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi ada tidaknya
pelanggaran dalam pengujian regresi linier ganda (Supranto J, 1984: 1).
Uji asumsi klasik yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Multikolinieritas (Multicolinearrity)
Multikolinieritas adalah adanya hubungan variabel-variabel
bebas di antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini disebut
variabel-variabel tidak orthogonal. Variabel yang bersifat tidak
orthogonal adalah variabel bebas yang korelasinya tidak sama dengan
nol. Untuk mendeteksi masalah ini digunakan rumus korelasi. Adapun
rumus korelasinya sebagai berikut:
rxy = ( )( )
( ) } ( ){{ }∑ ∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−2222 YYNXXN
YXXYN
keterangan :
r = Koefisien korelasi
Y = skor variabel Y
X = skor variabel X
N = jumlah data
Selanjutnya dengan bantuan komputer program SPSS diadakan
analisis Collinearity Statistics. Dari hasil Collinearity Statistics akan
diperoleh VIF (Variance Inflation Factor). Untuk mengetahui terjadi
tidaknya multikolinieritas, digunakan ketentuan sebagai berikut:
29
1. Jika VIF > 5, maka terjadi multikolinieritas
2. Jika VIF < 5, maka tidak terjadi multikolonieritas.
b. Heteroskedastisitas (Heteroscedasticity)
Heteroskesdastisitas adalah suatu keadaan dimana varians dan
kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas
(Supranto. J, 1984: 69). Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada
tidaknya masalah heteroskesdastisitas digunakan uji korelasi rank dari
Spearman (Spearman’s rank correlation test). Rumus korelasi rank
dari Spearman didefinisikan sebagai berikut:
rs = 1 – 6 )( ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡
−∑
12
2
nndi
Dimana:
di = Perbedaan dalam rank yang diberikan kepada dua karakteristik
yang
berbeda dari individu atau fenomena ke i.
n = Banyaknya individu atau fenomena yang diberi rank.
Selanjutnya dengan bantuan komputer program SPSS, untuk
menentukan terjadi tidaknya masalah heteroskedastisitas digunakan
ketentuan sebagai berikut:
1. Jika rs hitung > rs tabel, maka terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika rs hitung < rs tabel, maka tidak terjadi heteroskesdastisitas.
Atau dapat juga dengan membandingkan tingkat
probabilitasnya. Adapun ketentuan yang digunakan sebagai berikut:
30
1. Jika probabilitas (P) > 0,05; maka terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika probabilitas (P) < 0,05; maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Autokorelasi
Autokorelasi atau korelasi serial, ialah kondisi yang berurutan
diantara gangguan atau disturbansi yang masuk kedalam fungsi regresi
atau korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan
menurut waktu atau ruang. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
autokorelasi dapat diuji dengan jalan menghitung “ The Durbin-
Watson Statistic d”.
d = )(
∑
∑
=
=−−
n
nt
n
ttt
e
ee
1
2
21
Dimana: D = Statistik Durbin-Watson
et = Gangguan estimasi
t = Observasi terakhir
t-1 = Observasi sebelumnya
Untuk memperoleh kesimpulan apakah ada masalah autokorelasi
atau tidak, hasil hitungan statistik d harus dibandingkan dengan tabel
statistik d.
31
Tabel 3.1
Statistik Durbin-Watson
Jika Ho tidak ada serial korelasi positif maka
Nilai d Keterangan
d < dl Tolak Ho
d > du Terima Ho
dl ≤ d ≤du Tidak dapat disimpulkan
Tabel 3.2
Statistik Durbin Watson
Jika Ho tidak ada serial korelasi negatif
Nilai d Keterangan
d>4 – dl Tolak Ho
d <4 – du Terima Ho
4–du ≤ d ≤4–dl Tidak dapat disimpulkan
32
Gambar 3.1 Diagram pengujian hipotesis Durbin Watson
menolak Ho*Bukti autokorelasi negatif
daerahkeragu-raguan
daerahkeragu-raguan
menolak HoBukti autokorelasi positif
2 4-du 4-dldudl
menerima Ho ataumenolak H*o atau keduanya
0 4
3. Analisis regresi Linear Sederhana
Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui
pengaruh satu variabel independen dengan satu variabel dependen
(Sugiyono, 2005: 244).
Rumus yang digunakan adalah
Y = a + bX
Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = Harga bila X = 0 (harga konstan)
b = Koefisien regresi
X = Subyek pada variabel independen
4. Analisis regresi linier berganda
Untuk menjawab masalah 1 sampai dengan 5, yaitu mengetahui
pengaruh variabel independen (produksi gula, konsumsi gula, harga gula,
bea masuk) secara bersama-sama terhadap variabel dependen (impor gula),
33
maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2005: 347)
adalah :
Υ = a + b1Χ1 + b2Χ2 +b3X3+ b4Χ4
dimana: Υ = variabel terikat
a = konstanta
b1, b2, … b4 = koefisien regresi
Χ1, Χ2,…Χ4 = variabel bebas
Analisis untuk mengukur berapa besar pengaruh variabel
independen (produksi gula, konsumsi gula, harga gula nasional, bea
masuk) terhadap variabel dependen (impor gula), sehingga persamaan
regresinya menjadi:
Υ = a + b1Χ1 + b2Χ2 + b3Χ3 + b4Χ4
dimana :
Υ = Impor gula
a = konstanta
b1 = Koefisien Prediktor Χ1
b2 = Koefisien Prediktor Χ2
b3 = Koefisien Prediktor Χ3
b4 = Koefisien Prediktor Χ4
Χ1 = Produksi gula nasional
Χ2 = Konsumsi gula nasional
Χ3 = Harga gula
X4= Bea masuk gula
34
Untuk mencari koefisien regresi b1,b2,b3, dan b4 dapat
digunakan persamaan simultan sebagai berikut :
ΣΧ1Υ = b1ΣΧ12 + b2ΣΧ1ΣΧ2 + b3ΣΧ1ΣΧ3 + b4ΣΧ1ΣΧ4 + b5ΣΧ1ΣΧ5
ΣΧ2Υ = b1ΣΧ1ΣΧ2 + b2ΣΧ22 + b3ΣΧ2ΣΧ3 + b4ΣΧ2ΣΧ4 + b5ΣΧ2ΣΧ5
ΣΧ3Υ = b1ΣΧ1ΣΧ3 + b2ΣΧ2ΣΧ3 + b3ΣΧ32 + b4ΣΧ3ΣΧ4 + b5ΣΧ3ΣΧ5
ΣΧ4Υ = b1ΣΧ1ΣΧ4 + b2ΣΧ2ΣΧ4 + b3ΣΧ3Χ4 + b4ΣΧ42 + b5ΣΧ4ΣΧ5
a = Υ- b1Χ1 – b2Χ2 – b3Χ3 – b4Χ4 – b5Χ5
5. Uji koefisien regresi linear secara individu (parsial)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh
keterandalan masing-masing koefisien regresi (b1,b2,b3,dan b4) dan dapat
juga diartikan sebagai penguji signifikan tidaknya pengaruh antara
variabel Χ1 terhadap Υ, Χ2 terhadap Υ, Χ3 terhadap Υ, Χ4 terhadap Y.
Untuk melakukan pengujian ini digunakan uji t. Sebelum melakukan
pengujian, maka ditentukan terlebih dahulu hipotesis sebagai berikut :
Ho: b1 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen.
Hi : b1 ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen.
Rumus untuk t hitung adalah sebagai berikut:
t = b – β
sb
35
Gambar 3.2 Diagram pengujian hipotesis
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotaesis
1. Ho ditolak bila : thitung > ttabel berarti tidak ada pengaruh nyata dan
signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen.
2. Ho diterima bila : thitung < ttabel berarti ada pengaruh nyata dan
signifikan dari masing–masing variabel independen terhadap
variabel dependen.
6. Uji koefisien regresi berganda
Untuk melakukan uji hipotesis koefisien regresi secara berganda (bersama-
sama), maka digunakan uji F. Hipotesis untuk uji F sebagai berikut:
1. Ho : bi (1,2,3,4) = 0 berarti tidak ada pengruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
36
2. Hi : b (1,2,3,4) ≠ 0 berarti ada pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen.
Rumus F hitung = R2 / k
(1 – R2)/ (n-k-1)
Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis
1. Ho ditolak bila: Fhitung > F tabel berarti tidak ada pengaruh nyata dan
signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen
secara bersama-sama.
2. Ho diterima bila: Fhitung < Ftabel berarti ada pengaruh nyata dan
signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen
secara bersama-sama.
Gambar 3.3 Diagram Pengujian Hipotesis
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Regresi
Sebelum melakukan analisis data, maka terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat regresi. Pengujian prasyarat regresi dilakukan untuk mengetahui
apakah data-data yang didapat layak untuk diuji dengan uji regresi. Syarat-
syarat tersebut adalah:
a. Pengujian Normalitas
Tabel 4.1 Normalitas Data Dengan Kolmogorov Npar test
Descriptive Statistics
11 1854095 282787.904 1448599 221911811 3096589 146191.631 2888843 332466211 3157848 1381781.817 1428820 550000011 13.64 13.246 0 3011 1236974 312424.960 774468 1596736
produksikonsumsihargabeamasukimpor
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Tabel diatas menggambarkan mean, standar deviasi, nilai
minimum dan maksimum dari variabel dependen (variabel impor) dan
masing-masing variabel independen (variabel produksi, konsumsi,
harga,dan bea masuk).
37
38
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
11 11 11 11 111854094,6 3096589,0 3157848 13.64 1236974282787,91 146191,63 1381782 13.246 312425
.212 .103 .174 .303 .241
.182 .103 .174 .303 .175-.212 -.090 -.105 -.259 -.241
.704 .340 .577 1.005 .800
.705 1.000 .893 .265 .544
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
produksi konsumsi harga beamasuk impor
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan rumus
“Kolmogorov Smirnov”. Pengujian normalitas data dilakukan untuk
semua data atau variabel penelitian yaitu sebagai berikut:
1). Produksi Gula
a) Dari tabel deskriptif statistik diperoleh jumlah case (N) 11,
Mean 1854095, Standar deviasi 282787.904, Nilai minimum
1448599, dan nilai maksimum 2219118
b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh
nilai asymp. Sig yaitu 0.705. Jadi probabilitas (Sig)
0.705>0.05. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa data produksi gula (X1)
berdistribusi normal.
39
2). Konsumsi Gula
a) Dari tabel deskriptif statistik diperoleh jumlah case (N) 11,
Mean 3096589, Standar deviasi 146191.631, Nilai minimum
2888843, dan nilai maksimum 3324662
b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh
nilai asymp. Sig yaitu: 1.000. Jadi probabilitas (Sig)
1.000>0.05. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa data konsumsi gula (X2)
berdistribusi normal.
3). Harga Gula
a) Dari tabel deskriptif statistik diperoleh jumlah case (N) 11,
Mean 3157848, Standar deviasi 1381781.817, Nilai minimum
1428820, dan nilai maksimum: 5500000
b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh
nilai asymp. Sig yaitu 0.893. Jadi probabilitas (Sig)
0.893>0.05. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa data harga gula (X3)
berdistribusi normal.
4). Bea Masuk Gula
a) Dari tabel deskriptif statistik diperoleh jumlah case (N) 11,
Mean 13.64, Standar deviasi 13.246, Nilai minimum 0, dan
nilai maksimum 30
40
b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh
nilai asymp Sig yaitu 0.265. Jadi probabilitas (Sig) 0.265>0.05.
Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data bea masuk gula (X4) berdistribusi
normal.
5). Impor Gula
a) Dari tabel deskriptif statistik diperoleh jumlah case (N) 11,
Mean 1236974,0 Standar deviasi 312424.960, Nilai minimum
774468, dan nilai maksimum 1596736
b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh
nilai asymp. Sig yaitu: .0.544. Jadi probabilitas (Sig)
0.544>0.05. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa data bea masuk gula (Y)
berdistribusi normal.
b. Pengujian Linieritas
Pengujian linieritas dalam penelitian ini menggunakan uji F,
dimana pengujian linieritas akan dilakukan untuk setiap variabel bebas
yaitu sebagai berikut:
41
1). Produksi Gula (X!)
Tabel 4.3 Hasil Uji Linieritas Produksi Gula
ANOVA Tablea
2094607721922 1 2094607721922 23,591 ,000
1775783540943 20 88789177047,2
3870391262865 21
(Combined)Between GroupsWithin Groups
Total
impor *produksi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
With fewer than three groups, linearity measures for data * ket cannot be computed.a.
Dari perhitungan impor gula dengan produksi gula dalam
pengujian linieritas diperoleh Fhitung sebesar 23,591 dengan
probabilitas 0.000. Hasil Fhitung kemudian dibandingkan dengan
Ftabel. Dengan menggunakan taraf signifikansi (α) 0.05, nemurator
1 dan denemurator 20 diperoleh Ftabel 4.35, jadi Fhitung 23.591>Ftabel
4.35 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga hubungan antara
impor gula (Y) dengan produksi gula (X1) bersifat linier.
2). Konsumsi Gula (X2)
Tabel 4.4 Hasil Uji Linieritas Konsumsi Gula
ANOVA Tablea
19019919996008 1 19019919996008 319,713 ,000
1189813485817,8 20 59490674290,892
20209733481826 21
(Combined)BetweenGroupsWithin Groups
Total
impor *konsumsi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
With fewer than three groups, linearity measures for data * ket cannot be computed.a.
Dari perhitungan impor gula dengan konsumsi gula dalam
pengujian linieritas diperoleh Fhitung sebesar 319.713 dengan
probabilitas 0.000. Hasil Fhitung kemudian dibandingkan dengan
42
Ftabel. Dengan menggunakan taraf signifikansi (α) 0.05, nemurator
1 dan denemurator 20 diperoleh Ftabel 4.35, jadi Fhitung
319,713>Ftabel 4.35 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga
hubungan antara impor gula (Y) dengan konsumsi gula (X2)
bersifat linier.
3). Harga Gula (X3)
Tabel 4.5 Hasil Uji Linieritas Harga Gula
ANOVA Tablea
8372663864497,0 1 8372663864497,0 171,551 ,000
976112648962,81 20 48805632448,140
9348776513459,9 21
(Combined)BetweenGroupsWithin Groups
Total
impor *harga
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
With fewer than three groups, linearity measures for data * ket cannot be computed.a.
Dari perhitungan impor gula dengan harga gula dalam
pengujian linieritas diperoleh Fhitung sebesar 171.551 dengan
probabilitas 0.000. Hasil Fhitung kemudian dibandingkan dengan
Ftabel. Dengan menggunakan taraf signifikansi (α) 0.05, nemurator
1 dan denemurator 20 diperoleh Ftabel 4.35, jadi Fhitung
171.551>Ftabel 4.35 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga
hubungan antara impor gula (Y) dengan harga gula (X3) bersifat
linier.
43
4). Bea Masuk
Tabel 4.6 Hasil Uji Linieritas Bea Masuk
ANOVA Tablea
8415391413601 1 8415391413601 172,430 ,000
976093557507 20 48804677875,4
9391484971109 21
(Combined)Between GroupsWithin Groups
Total
impor *beamasuk
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
With fewer than three groups, linearity measures for data * ket cannot be computed.a.
Dari perhitungan impor gula dengan bea masuk gula dalam
pengujian linieritas diperoleh Fhitung sebesar 172.430 dengan
probabilitas 0.000. Hasil Fhitung kemudian dibandingkan dengan
Ftabel. Dengan menggunakan taraf signifikansi (α) 0.05, nemurator
1 dan denemurator 20 diperoleh Ftabel 4.35, jadi Fhitung
172.430>Ftabel 4.35 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga
hubungan antara impor gula (Y) dengan bea masuk gula (X4)
bersifat linier.
2. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mendeteksi dan mengetahui ada tidaknya pelanggaran atau
penyimpangan dalam pengujian “regresi linier berganda”. Pengujian
asumsi klasik meliputi:
44
a. Pengujian Multikolinieritas
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
502655,4 394895,6 1,273 ,250-,960 ,018 -,869 -54,486 ,000 ,920 1,087,793 ,143 ,371 5,532 ,001 ,052 4,150
1,184E-02 ,012 ,052 ,948 ,380 ,077 4,320153997,4 69421,599 ,065 2,218 ,068 ,270 3,706
(Constant)produksikonsumsihargabeamasuk
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: impora.
Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk data dari variabel
bebas yaitu sebagai berikut:
1). Produksi Gula
Dari hasil output “Collinearity Statistic” diperoleh VIF (Variance
Inflation Factor) sebesar 1.087 yang berarti bahwa VIF 1.087 < 5.
Dengan hasil tersebut maka variabel produksi gula bersifat tidak
terjadi multikolinieritas sehingga dapat dikatakan bahwa produksi
gula tidak mempunyai hubungan atau korelasi dengan variabel
lainnya.
2). Konsumsi Gula
Dari hasil output “Collinearity Statistic” diperoleh VIF (Variance
Inflation Factor) sebesar 4,150 yang berarti bahwa VIF 4,150 < 5.
Dengan hasil tersebut maka variabel konsumsi gula bersifat tidak
terjadi multikolinieritas sehingga dapat dikatakan bahwa konsumsi
gula tidak mempunyai hubungan atau korelasi dengan variabel
lainnya.
45
3). Harga Gula
Dari hasil output “Collinearity Statistic” diperoleh VIF (Variance
Inflation Factor) sebesar 4,320 yang berarti bahwa VIF 4,320 < 5.
Dengan hasil tersebut maka variabel harga gula bersifat tidak
terjadi multikolinieritas sehingga dapat dikatakan bahwa harga
gula tidak mempunyai hubungan atau korelasi dengan variabel
lainnya.
4). Bea Masuk Gula
Dari hasil output “Collinearity Statistic” diperoleh VIF (Variance
Inflation Factor) sebesar 3,706 yang berarti bahwa VIF 3,706 < 5.
Dengan hasil tersebut maka variabel harga gula bersifat tidak
terjadi multikolinieritas sehingga dapat dikatakan bahwa harga
gula tidak mempunyai hubungan atau korelasi dengan variabel
lainnya.
46
b. Pengujian Heterokedastisitas
Tabel 4.8 Hasil Uji Heterokedastisitas
Correlations
1,000 -,027 -,082 -,090 ,055, ,937 ,811 ,791 ,873
11 11 11 11 11-,027 1,000 ,927** ,844** -,127,937 , ,000 ,001 ,709
11 11 11 11 11-,082 ,927** 1,000 ,794** ,045,811 ,000 , ,004 ,894
11 11 11 11 11-,090 ,844** ,794** 1,000 -,090,791 ,001 ,004 , ,791
11 11 11 11 11,055 -,127 ,045 -,090 1,000,873 ,709 ,894 ,791 ,
11 11 11 11 11
Correlation CoefficieSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficieSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficieSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficieSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficieSig. (2-tailed)N
produksi
konsumsi
harga
beamasuk
residu
Spearman's rhoproduksi konsumsi harga beamasuk residu
Correlation is significant at the .01 level (2-tailed).**.
Pada penelitian ini, pengujian heterokedastisitas dilakukan
deengan menggunakan uji korelasi rank dari Spearman (Spearman’s
rank corellation test). Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan
bahwa variasi (varians) dari variabel tidak sama untuk semua
pengamatan. Pengujian ini untuk semua variabel bebas.
1). Produksi gula (X1) dan residu
Pada output antara X1 dan residu menghasilkan angka (r) – 0,055
dengan probanilitas 0,873. Jadi dengan membandingkan
probabilitasnya diperoleh P 0,873 > 0,05. hal ini menunjukkan
antara produksi gula dengan impor gula “tidak terjadi
heterokedastisitas”
47
2). Konsumsi gula (X2) dan residu
Pada output antara X2 dan residu menghasilkan angka (r) 0,127
dengan probanilitas 0,709. Jadi dengan membandingkan
probabilitasnya diperoleh P 0,709 > 0,05. hal ini menunjukkan
antara konsumsi gula dengan impor gula “tidak terjadi
heterokedastisitas”
3). Harga gula (X3) dan residu
Pada output antara X3 dan residu menghasilkan angka (r) 0,045
dengan probanilitas 0,894. Jadi dengan membandingkan
probabilitasnya diperoleh P 0,894 > 0,05. hal ini menunjukkan
antara harga gula dengan impor “tidak terjadi heterokedastisitas”
4). Bea masuk gula (X4) dan residu
Pada output antara X1 dan residu menghasilkan angka (r) 0,090
dengan probanilitas 0,791. Jadi dengan membandingkan
probabilitasnya diperoleh P 0,791 > 0,05. hal ini menunjukkan
antara bea masuk gula dengan impor gula “tidak terjadi
heterokedastisitas”
c. Autokorelasi
Perhitungan autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dedngan
jalan menghitung “The Durbin Watson”. Dari hasil perhitungan
diperoleh nilai “Durbin Watson” sebesar 2,454. Untuk mengetahui
terjadi tidaknya autokorelasi, maka nilai uji d 2,454 dibandingkan
dengan tabel klasifikasi nilai d ( karena data < 15). Dari hasil
48
perbandingan ternyata nilai d 2,454 terletak diantara 1,55-2,46 yang
berarti tidak terdapat autokorelasi
3. Uji Statistik
Uji statistik dilakukan untuk mengetahui hasil dari analisis regresi
linier berganda dengan bantuan program SPSS. Model persamaan regresi
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4
Keterangan: Y = Impor gula
A = Konstanta
X1 = Produksi gula
X2 = Konsumsi gula
X3 = Harga gula
X4 = Bea masuk
Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji F, uji
t, dan R2 (koefisien determinasi). Berikut ini penjelasan masing-masing uji
statistik pada penelitian ini:
a. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji apakah semua variabel
independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.
Apabila nilai signifikansi Fhitung > Ftabel berarti semua variabel
independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Sebaliknya jika nilai signifikan Fhitung < Ftabel, berarti semua
49
variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji F
ANOVAb
974724691859,81 4 2,437E+11 1068.103 .000a
1368863893.097 6 228143982,2976093555752,91 10
RegressionResidualTotal
Model1
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), beamasuk, produksi, harga, konsumsia.
Dependent Variable: imporb.
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil analisis diperoleh
hasil Fhitung 1068,103 dengan signifikansi 0.000. karena Fhitung > Ftabel
maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel produksi gula,
konsumsi gula, harga gula, dan bea masuk impor gula secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel impor gula.
b. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen
secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila
nlai Thitung > Ttabel berarti variabel independen secara individual
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji t
Coefficientsa
502655,4 394895,6 1,273 ,250-,960 ,018 -,869 -54,486 ,000 ,920 1,087,793 ,143 ,371 5,532 ,001 ,052 4,150
1,184E-02 ,012 ,052 ,948 ,380 ,077 4,320153997,4 69421,599 ,065 2,218 ,068 ,270 3,706
(Constant)produksikonsumsihargabeamasuk
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: impora.
50
Hasil uji t pada tabel diatas dijelaskan dalam masing-
masing variabel berikut ini:
1). Produksi Gula
Hasil analisis uji t untuk variabel produksi (Thitung) adalah
54,486 dengan nilai signifikansi 0,000. Oleh karena Thitung 54,486
> Ttabel 2,201, maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel
produksi berpengaruh signifikan terhadap impor gula. Hasil uji t ini
mendukung hipotesis penelitian bahwa produksi gula berpengaruh
negatif terhadap impor gula nasional
2). Konsumsi Gula
Hasil analisis uji t untuk variabel konsumsi (Thitung) adalah
5,532 dengan nilai signifikansi 0,000. Oleh karena Thitung 5,532 >
Ttabel 2,201, maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel
konsumsi berpengaruh signifikan terhadap impor gula. Hasil uji t
ini mendukung hipotesis penelitian bahwa konsumsi gula
berpengaruh positif terhadap impor gula nasional
3). Harga Gula
Hasil analisis uji t untuk variabel harga gula (Thitung) adalah
0,948 dengan nilai signifikansi 0,000. Oleh karena Thitung 0,98 <
Ttabel 2,201, maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa variabel
konsumsi tidak berpengaruh signifikan terhadap impor gula. Hasil
uji t ini tidak mendukung hipotesis penelitian bahwa harga gula
berpengaruh positif terhadap impor gula nasional
51
4). Bea Masuk
Hasil analisis uji t untuk variabel bea masuk (Thitung) adalah
2,218 dengan nilai signifikansi 0,000. Oleh karena Thitung 2,201 <
Ttabel 2,201, maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa variabel bea
masuk tidak berpengaruh signifikan terhadap impor gula. Hasil uji
t ini tidak mendukung hipotesis penelitian bahwa bea masuk gula
berpengaruh negatif terhadap impor gula nasional
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu alat untuk mengukur
besarnya persentase pengaruh semua variabel independen terhadap
variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi berkisar antara 0
sampai 1. Semakin mendekati 0 besarnya koefisien determinan suatu
persamaan regresi, maka semakin kecil pengaruh semua variabel
independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya semakin besar
koefisien determinasi mendekati angka 1, maka semakin besar pula
pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.11 Hasil Analisis Uji R2
Model Summaryb
.999a .999 .998 15104.436 2.454Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), beamasuk, produksi, harga, konsumsia.
Dependent Variable: imporb.
Hasil uji R2 pada penelitian ini diperoleh sebesar 0,999, hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh produksi gula, konsumsi gula, harga
gula, dan bea masuk impor gula sebesar 99%, sedangkan sisanya
52
sebesar1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
B. Pembahasan
Dari uraian dalam analisis data tersebut diatas, maka akan diuraikan
berbagai faktor dan alasan-alasan yang terkait dengan faktor yang
mempengaruhi impor gula nasional. Dalam analisis data diatas, pengaruh
keempat variabel independen tersebut dapat berupa pengaruh positif
ataupun negatif. Dari hasil uji R square diatas, keempat variabel
independen tersebut 99% mempengaruhi impor gula sedangkan 1%
dipengaruhi variabel lain.
Impor gula di Indonesia terjadi karena adanya ketidakmampuan
produksi gula dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan konsumsi gula
dalam negeri. Perbandingan antara hasil produksi gula dalam negeri
dengan kebutuhan konsumsi dalam negeri tidak sebanding. Kekurangan
ini akan menyebabkan harga dipasaran menjadi tidak stabil. Oleh sebab itu
dibutuhkan impor gula dari negara penghasil gula di luar negeri untuk
menutupi kebutuhan konsumsi gula dalam negeri. Gula yang diimpor
harus sesuai dengan kebutuhan untuk menutupi kekurangan produksi gula
dalam negeri. Oleh karena itu dibutuhkan proteksi berupa bea masuk
impor untuk melindungi perusahaan-perusahaan gula dan petani gula
dalam negeri
Selain diuraikan pengaruh keempat faktor tersebut secara bersama-
sama, dibawah ini akan diuraikan pengaruh keempat variabel independen
53
tersebut (produksi, konsumsi, harga, bea masuk) terhadap variabel
dependen.
1. Pengaruh Produksi Gula Terhadap Impor Gula
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata produksi gula
mempengaruhi impor gula. Secara teori bila produksi gula meningkat
maka impor gula tidak akan terjadi karena kebutuhan gula dapat
terpenuhi dari hasil produksi gula dalam negeri, sebaliknya jika
produksi gula menurun maka keputusan untuk impor dapat terjadi.
Dari hasil uji t hasil yang diperoleh adalah t hitung -54,486 > t tabel
2,201 sedangkan taraf signifikansi 0,00 (α<0,05), maka hasil tersebut
mendukung hipotesis bahwa jika produksi gula naik maka impor akan
turun.
Perkembangan produksi gula di Indonesia pada tahun 1994
sebesar 2.448.833 ton yang kemudian menurun hingga tahun 1997
sebesar 2189.974 ton (masih berada dalam kisaran 2 jutaan ton). Pada
tahun 1998 produksi gula mulai menurun drastis sejumlah 1.491.553
ton.
54
Tabel 4.12 Produksi Gula Terhadap Impor Gula
Tahun Produksi gula (ton) Impor gula (ton)
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
2.096.471 2.094.195 2.189.974 1.491.553 1.448.599 1.690.667 1.725.467 1.755.434 1.631.919 2.051.644 2.219.118
792.372 832.203 774.468
1.511.426 1.533.419 1.396.951 1.408.465 1.425.507 1.596.736 1.230.284 1.104.884
Sumber: BPS
Dari tabel diatas dapat dilihat impor gula juga mengalami
kenaikan seiring dengan penurunan produksi gula yang kemudian
produksi gula kembali naik mulai tahun 2004 dan impor mengalami
penurunan.
Kebutuhan akan gula di Indonesia termasuk tinggi mengingat
jumlah penduduk yang tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan jumlah
produksi gula yang sesuai dengan tingkat konsumsi di Indonesia,
namun pada kenyataan bahwa produksi gula tidak cukup untuk
mencukupi kebutuhan gula dalam negeri sehingga jalan yang ditempuh
untuk menutupi kekurangan tersebut adalah dengan impor. Salah satu
upaya untuk dapat meningkatkan hasil produksi gula adalah dengan
penambahan luas areal tebu. Dari makalah penelitian Ani Kurniawati
(2003) dikatakan bahwa peningkatan produksi tebu pada tiga tahun
terakhir sebagai akibat dari penambahan luas areal tebu. Hal tersebut
didukung oleh penelitian Bakti nugroho (2006: 98) bahwa dari nilai
55
regresi dalam penelitiannya membuktikan bahwa penambahan luas
areal akan meningkatkan produksi tebu Indonesia.
Perluasan lahan di pulau Jawa sudah tidak memiliki tempat lagi
karena sebagian besar sudah beralih fungsi untuk tempat tinggal dan
menanam padi. Pencarian lahan tebu didaerah-daerah baru diluar Jawa
sudah dilakukan oleh pemerintah sejak tahun 1994 seperti Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi dan Kepulauan Maluku. Di Kabupaten Kendari,
Sulawesi Tenggara telah ditetapkan areal seluas 33.000 ha yang sesuai
dengan areal pertanaman tebu. Daerah Tinanggea dengan luas netto
13.500 ha dan 9.000 ha lahan usaha II berpotensi menghasilkan tebu
70 ton. Di Kabupaten Barito Utara Luas lahan 13.150 dan Barito
Selatan seluas 13.200 berpotensi menghasilkan tebu diatas 100 ton.
Selain perluasan lahan, salah satu pendukung dalam
pengembangan produksi gula adalah peran pemerintah. Peran
pemerintah sangat penting dalam memberikan kredit untuk petani tebu
dala meningkatkan produktivitas pertaniannya. Masalahnya adalah
pemerintah selalu terlambat dalam memberikan kredit kepada para
petani dan besarnya kredit yang diberkan hanya 30% dari kebutuhan.
Tidak adanya modal berupa kredit murah mengakibatkan petani tidak
memiliki kesempatan untuk meningkatkan produktivitas usahanya.
Usaha untuk meningkatkan produksi gula yang lain adalah
adanya fokus revitalisasi antara lain rehabilitasi tanaman,
56
meningkatkan mutu intensifikasi, penyediaan agro-input tepat waktu
dan jumlah serta peningkatan efisiensi pabrik.
2. Pengaruh Konsumsi Gula Terhadap Impor Gula
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa konsumsi gula
mempengaruhi impor gula. Bila konsumsi gula meningkat maka impor
gula juga meningkat untuk tujuan mencukupi kebutuhan gula nasional.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa t hitung 5,532 > t tabel 2,201
sedangkan tingkat signifikansi sebesar 0,01 (α<0,05). Dengan
demikian maka hasil yang diperoleh mendukung hipotesis bahwa jika
konsumsi gula meningkat maka impor gula juga meningkat.
Berdasarkan pada data, konsumsi di Indonesia dari tahun 1995
sampai tahun 2005 terus mengalami peningkatan.
Tabel 4.13 Konsumsi gula terhadap Impor gula
Tahun Konsumsi gula (ton) Impor gula (ton)
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
2.888.843 2.926.398 2.964.441 3.002.979 3.042.081 3.087.618 3.133.932 3.180.941 3.228.655 3.281.928 3.324.662
792.372 832.203 774.468
1.511.426 1.533.419 1.396.951 1.408.465 1.425.507 1.596.736 1.230.284 1.104.884
Sumber: BPS
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa konsumsi gula di
Indonesia dari tahun 1995 hingga tahun 2005 mengalami peningkatan.
Seiring terjadinya peningkatan konsumsi gula di Indonesia, ternyata
57
impor gula dari tahun 1995 sampai tahun 2005 juga mengalami
peningkatan. Peningkatan konsumsi gula ini memasukkan Indonesia
dalam 10 negara terbesar pengkonsumsi gula di dunia dengan
menempati urutan 9 setelah negara Pakistan pada tahun 2004 (Statistik
Perkebunan Indonesia: www.bulog.go.id/deperindag).
Pada tahun 1995 konsumsi gula perkapita/tahun di negara-negara
Asia 13 kg/kap/th, di Indonesia pada tahun 1995 konsumsi gula
perkapita/th sebesar 16,28 kg, di Afrika 14,7 kg/kap/th sedangkan
konsumsi gula di negara-negara eropa mencapai 37 kg/kap/th dan
Amerika Utara 34,1 kg/kap/th. Konsumsi gula perkapita di Indonesia
dapat dikatakan kecil, maka tidak mengherankan jika negara-negara
produsen gula dunia melirik negara berkembang termasuk Indonesia
sebagai negara konsumen gula potensial mengingat pangsa pasar yang
besar.
3. Pengaruh Harga Gula Terhadap Impor Gula
Dari hasil yang diperoleh dalam pengujian menunjukkan
bahwa harga gula tidak berpengaruh (tidak mempengaruhi) impor
gula. Bila harga gula naik maka impor gula akan menurun atau
sebaliknya bila harga gula turun maka impor gula akan naik. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa t hitung (0,948) < t tabel (2,201)
dengan taraf signifikansi (α) 0,380 > 0,05.. Hasil tesebut tidak
mendukung hipotesis bahwa harga gula berpengaruh positif terhadap
impor gula.
58
Tabel 4.14 Harga Gula dan Impor Gula
Tahun Harga gula Impor gula (ton)
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
1.428.82 1.505.45 1.582.67 2977.23 2680.59 3027.32 3738.85 2970.22 4325.18
5000 5500
792.372 832.203 774.468
1.511.426 1.533.491 1.396.951 1.408.465 1.425.507 1.596.736 1.230.284 1.104.884
Sumber: BPS
Dari data diatas harga gula di Indonesia cenderung untuk terus
naik dari tahun 1995 sampai tahun 2005 sedangkan untuk impor gula
kenaikan dan penurunan impor gula tidak tetap.
4. Pengaruh Bea Masuk Impor Gula Dengan Impor Gula
Dari hasil yang diperoleh dalam pengujian menunjukkan
bahwa bea masuk impor gula tidak berpengaruh (tidak mempengaruhi)
impor gula. Bila bea masuk impor gula naik maka impor gula akan
menurun atau sebaliknya bila bea masuk impor gula turun maka impor
gula akan naik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa t hitung (2,218) >
t tabel (2,201) namun tingkat signifikansinya (α) 0,68 > dari 0,05..
Hasil tesebut tidak mendukung hipotesis bahwa bea masuk gula
berpengaruh positif terhadap impor gula.
59
Tabel 4.15 Bea Masuk Impor Gula Terhadap Impor Gula
Tahun Bea masuk impor
gula
Impor gula (ton)
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
0% 0% 0% 0% 0% 25% 25% 25% 30% 25% 20%
792.372 832.203 774.468
1.511.426 1.533.491 1.396.951 1.408.465 1.425.507 1.596.736 1.230.284 1.104.884
Sumber: BPS
Dalam tabel diatas dari tahun 1995 hingga tahun 1999 bea
masuk impor gula sebesar 0% yang kemudian naik dari tahun 2000
sebesar 25% hingga tahun 2003 mencapai 30%, kemudian tahun 2004
bea masuk impor gula turun kembali menjadi 25% hingga 20% pada
tahun 2005. Pada tahun 2000 pemerintah mengeluarkan tarif baru
impor gula sekitar 20%, hal ini memberikan harapan bagi petani dan
perusahaan gula di Indonesia untuk melindungi usaha gula mereka.
Penetapan tarif bea masuk impor gula di Indonesia sebesar
20%-25% tersebut dapat dikatakan sangat kecil dibandingkan dengan
penetapan tarif bea masuk impor gula dinegara-negara lain.
60
Tabel 4.16 Tarif Bea Masuk Gula Impor di Beberapa Negara
No Negara Tarif Impor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Indonesia Mesir
Sri Langka Filipina
Amerika Serikat Banglades
Brasil Thailand
Afrika Selatan Kolombia Uni Eropa
Rp 550-Rp 700/Kg 30% 66% 133% 155% 200% 55% 104% 124% 130% 240%
Sumber: Y. Harsoyo (2004: 154)
Dalam tabel diatas tarif impor gula di negara Thailand dan
Filipina yang masih merupakan negara di Asia Tenggara menerapkan
tarif yang tinggi yaitu 104% dan 133%, sedangkan di negara-negara
berkembang yang lain seperti Sri Langka menetapkan tarif sebesar
66%, Banglades menerapkan 200%, Afrika Selatan menerapkan tarif
124% dan Kolombia menerapkan 130%.
Kebijakan WTO untuk menurunkan bea tarif impor hingga 0%
berimbas pada bea masuk gula dengan maksud memberlakukan
perdagangan bebas gula tanpa ada hambatan sehingga perdagangan
bebas benar-benar terjadi. Dengan kebijakan ini, semua negara boleh
bebas mengekspor dan mengimpor gula dari luar negeri. Dengan tidak
adanya bea masuk impor maka produk gula impor semakin mudah
untuk mengakses masuk ke Indonesia dan mengancam produk gula
lokal. Dengan penurunan tarif bea masuk impor tersebut mengancam
proteksi gula di negara-negara eropa. Untuk mengatasi penerapan tarif
61
gula yang rendah, uni eropa melindungi produksi gula di negara-
negara tersebut dengan pemberian subsidi domestik dan subsidi ekspor
yang tinggi (Prajogo U. Hadi: 2004: 2), sehingga pemberian subsidi
domestik dan subsidi ekspor tersebut mendukung dan menguatkan
posisi produk-produk ekspor negara-negara maju terutama di Eropa.
5. Faktor-Faktor Lain Yang Mempengaruhi Impor Gula Nasional
Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa sebesar 1% impor gula
(Y) dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain yang mempengaruhi
impor gula nasional adalah jumlah penduduk Jumlah penduduk di
Indonesia dapat mempengaruhi impor gula dari luar negeri. Tingkat
konsumsi gula di Indonesia dapat dikatakan tinggi. Tingginya tingkat
konsumsi tersebut dipengaruhi oleh tingkat kepadatan penduduk di
Indonesia. Dengan adanya jumlah penduduk yang cukup besar di
Indonesia, maka konsumsi untuk gula di Indonesia menjadi tinggi.
Tingginya tingkat konsumsi gula tanpa sebanding dengan tingginya
produksi gula maka akan terjadi ketimpangan antara tingkat produksi
gula dengan konsumsi gula karena produksi gula dalam negeri tidak
dapat mencukupi kebutuhan gula dalam negeri. Ketimpangan ini dapat
diminimkan dengan adanya impor gula untuk menutupi kekurangan
kebutuhan gula dalam negeri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengujian secara serentak antara variabel independen dengan variabel
dependen
Produksi gula (X1), Konsumsi gula (X2), Harga gula (X3), Bea masuk
impor gula (X4) ternyata 99% secara bersama-sama mempengaruhi impor
gula dan 1% dipengaruhi oleh faktor lain.
2. Pengujian secara parsial antara variabel independen dengan variabel
dependen
a. Secara signifikan produksi gula berpengaruh negatif terhadap impor
gula (thitung -54,486 > ttabel 2,201 dengan signifikansi 0,00<0,05)
b. Secara signifikan konsumsi gula berpengaruh positif terhadap impor
gula (thitung 5,532> ttabel 2,201 dengan signifikansi 0,01 < 0,05)
c. Harga gula tidak berpengaruh signifikan terhadap impor gula (thitung
0,948 > ttabel 2,201 dengan signifikansi 0,380 > 0,05)
d. Bea masuk impor gula tidak berpengaruh signifikan terhadap impor
gula (thitung 2,218 > ttabel 2,201 dengan signifikansi 0,68 > 0,05)
B. Saran
Selama produksi gula nasional belum mencukupi kebutuhan konsumsi
gula dalam negeri, maka impor adalah jalan keluar pemecahan masalah
tersebut namun disisi lain keberadaan perusahaan-perusahaan gula dan para
62
63
petani gula perlu diperhatikan sehingga adanya impor gula nasional jangan
sampai menekan usaha gula dalam negeri. Oleh karena itu hal-hal yang perlu
dilakukan oleh pemerintah adalah:
1) Meningkatkan usaha produksi gula melalui perluasan lahan pertanian
gula di luar pulau Jawa yang memiliki potensi untuk tanam tebu agar
produksi gula yang dihasilkan mampu mencukupi kebutuhan konsumsi
gula nasional dan dengan demikian maka impor gula dapat ditekan,
penyediaan dana kredit diberikan 100 persen dari kebutuhan bukan 30
persen dari kebutuhan dan pemberian kredit agar tidak terlambat sebab
pemberian kredit yang terlambat akan berpengaruh pada sarana
produksi pertanian seperti pupuk dan lain sebagainya.
2) Berdasarkan hasil kesimpulan, konsumsi gula berpengaruh positif
terhadap impor gula. Hal ini menunjukkan bila konsumsi gula di
Indonesia meningkat menyebabkan impor gula juga meningkat dan
begitu pula sebaliknya. Konsumsi yang meningkat diakibatkan
tingginya laju pertumbuhan penduduk, oleh karena itu perlu adanya
upaya pemerintah untuk meminimalisasi laju pertumbuhan penduduk
salah satunya dengan penggiatan usaha Keluarga Berencana di seluruh
pelosok negeri.
3) Meningkatkan bea masuk impor gula untuk menyelamatkan harga gula
di Indonesia agar menjadi stabil. Bila tarif bea masuk impor tinggi
maka gula impor yang harganya jauh lebih murah yang masuk kepasar
gula domestik dapat terbatasi sehingga harga gula domestik masih
64
mampu untuk bersaing. Bea masuk yang tinggi sangat membantu
sektor pertanian gula dalam negeri khususnya bagi petani tebu dan
perusahaan-perusahaan gula karena membantu memberikan
kesempatan bagi petani dan perusahaan-perusahaan gula untuk dapat
meningkatkan produktivitas sehingga pada akhirnya impor dapat
ditekan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Agus. 1980. “Perencanaan Sistem Produksi, Edisi Ketiga”. Yogyakarta: BPFE
Amir MS. 1986. “Ekspor Impor Teori dan Penerapannya”. Jakarta: IPPM
Anonim. 2003 “ Industri Gula Indonesia Di Tengah Pasar Internasional”. Busines News No. 789/tahun–XVI/2003. 29 Agustus.
Anonim. 2003. ”Dilema Kelangkaan Gula, Siapa Yang Harus Dipersalahkan”. Business News No.775/tahun–XVI/2003
Anonim. 4 Juni 2005. “Produksi Gula Dunia Tahun 2006 Diperkirakan Meningkat”. www.kompas .co.id
Anonim. 26 Juni 2006. ” Ritual Bakar Tongkang”. www.suaramerdeka.co.id
Anonim. 2 April 2004. ” Kepres RI No. 63 Thn.2003 Tentang Dewan Gula Indonesia“. www.tempointeraktif.com
Anonim. 14 Mei 2004. “Kep. Menperindag RI No. 643/MPP/Kep/9/2002 Tentang Tata Niaga Impor Gula”. www.tempointeraktif.com
Ghozali, Imam.2002.”Statistik Non Parametrik-Teori dan Aplikasi Dengan Program SPSS”.Semarang: Undip
Gilarso, T. 1992. ”Dunia Ekonomi Kita: Pengertian – Pengertian Dasar“. Yogyakarta: Kanisius
Gilarso, T. 1992. “Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Makro”. Yogyakarta: Kanisius
Gujarati. D. 1978. “Ekonometrika Dasar”. Jakarta: Erlangga
Hadi, Prajogo U. 2004. http://pse.litbang.deptan.go.id/download.php
Harsoyo,Y. 2004. ”Membangkitkan Kembali Agroindustri Gula Nasional”. Antisipasi Vol.8 No.1
http://members.fortunecity.com/edicahy/thesis/bab1.htm
Kartasapoetra, G. 1986. ”Marketing Produk Pertanian dan Industri”. Jakarta: PT. Bina Aksara
Khudori. 2002. “Swasembada Gula, Mimpikah?” .www.pikiranrakyat.co.id
Kindleberger, C.P.1973 “Ekonomi Internasional jilid 1”.Jakarta: Aksara Baru
Mankiew, Gregory.2000. “Teori Ekonomi Makro, Edisi keempat”. Jakarta: Erlangga
Mubyarto. 1991. “Gula: Kajian Sosial – Ekonomi”. Yogyakarta: Aditya Media
Mudzakir.2006. “Kebijakan Pemerintah soal Gula Belim Efektif”. www.kompas.co.id
Nugroho, Bakti. 2005. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Tebu Nasional”. Skripsi (Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan) Sanata Dharma Yogyakarta.
Putranto, Bayu A. 2005.”Tinjauan Deskriptif Impor Gula Indonesia Tahun 1996-2002”. Skripsi (Fakultas Ekonomi) UPN Veteran Yogyakarta
Salvatore, D. 1990.”Ekonomi Internasional Edisi kedua”.Jakarta: Erlangga
Statistik Komoditas Perkebunan.” Perkembangan dan Proyeksi Konsumsi Gula di Beberapa Negara”. www.bulog.go.id/deperindag
Sudjana.2002.” Metoda Statistika”.Bandung:Tarsito
Sugiyono.2005.”Statistika Untuk Penelitian”.Bandung:Alfabeta
Susanti, Gandhi. 2006. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Tebu Di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Skripsi (Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi). FKIP. Universitas Sanata Dharma.Yogyakarta
Swastha, Basu. 1984. “Azas-azas Marketing, Edisi Ketiga”. Yogyakarta: Liberty
Wayan R. Susila. 21 Desember 2004.” Perkembangan Dan Prospek Industri Gula Dunia 2004/2005”. www.kompas.co.id
Widiastuty, L. Koesuma. 2001. “Analisa Pemberlakuan Tarif Gula DI Indonesia“. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 3. No. 1. Maret 2001
LAMPIRAN
Data Penelitian
Tahun Produksi Gula
Konsumsi Gula
Harga Gula Bea MasukImpor
Gula
Impor Gula
1995 2096471 2888843 1428.82 0 792372 1996 2094195 2926398 1505.45 0 832203 1997 2189974 2964441 1582.67 0 774468 1998 1491553 3002979 2977.23 0 1511426 1999 1448599 3042081 2680.59 0 1533419 2000 1690667 3087618 3027.32 25 1396951 2001 1725467 3133932 3738.85 25 1408465 2002 1755434 3180941 2970.22 25 1425507 2003 1631919 3228655 4325.18 30 1596736 2004 2051644 3281928 5000.00 25 1230284 2005 2219118 3324662 5500.00 25 1104884
NORMALITAS DATA NPar Tests
Descriptive Statistics
11 1236974 312424,960 774468 159673611 1854095 282787,904 1448599 221911811 3096589 146191,631 2888843 332466211 3157848 1381781,817 1428820 550000011 ,1364 ,13246 ,00 ,30
imporproduksikonsumsihargabeamasuk
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
11 11 11 11 111236974 1854095 3096589 3157848 ,1364312425.0 282787.9 146191.6 1381782 ,13246
,241 ,212 ,103 ,174 ,303,175 ,182 ,103 ,174 ,303
-,241 -,212 -,090 -,105 -,259,800 ,704 ,340 ,577 1,005,544 ,705 1,000 ,893 ,265
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
impor produksi konsumsi harga beamasuk
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
LINIERITAS X1 DAN Y ANOVA Tablea
2094607721922 1 2094607721922 23,591 ,000
1775783540943 20 88789177047,2
3870391262865 21
(Combined)Between GroupsWithin Groups
Total
impor *produksi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
With fewer than three groups, linearity measures for data * ket cannot be computed.a.
LINIERITAS X2 DAN Y
ANOVA Tablea
19019919996008 1 19019919996008 319,713 ,000
1189813485817,8 20 59490674290,892
20209733481826 21
(Combined)BetweenGroupsWithin Groups
Total
impor *konsumsi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
With fewer than three groups, linearity measures for data * ket cannot be computed.a.
LINIERITAS X3 DAN Y
ANOVA Tablea
8372663864497,0 1 8372663864497,0 171,551 ,000
976112648962,81 20 48805632448,140
9348776513459,9 21
(Combined)BetweenGroupsWithin Groups
Total
impor *harga
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
With fewer than three groups, linearity measures for data * ket cannot be computed.a.
LINIERITAS X4 DAN Y ANOVA Tablea
8415391413601 1 8415391413601 172,430 ,000
976093557507 20 48804677875,4
9391484971109 21
(Combined)Between GroupsWithin Groups
Total
impor *beamasuk
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
With fewer than three groups, linearity measures for data * ket cannot be computed.a.
MULTIKOLINIERITAS Coefficientsa
502655.360 394895.6 1.273 .250-.960 .018 -.869 -54.486 .000 .920 1.087.793 .143 .371 5.532 .001 .052 4,150
1.184E-02 .012 .052 .948 .380 .077 4,3201539.974 694.216 .065 2.218 .068 .270 3.706
(Constant)produksikonsumsihargabeamasuk
Model1
B Std. ErrorUnstandardized Coefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: impora.
HETEROKEDASTISITAS
Correlations
1,000 -,027 -,082 -,090 ,055, ,937 ,811 ,791 ,873
11 11 11 11 11-,027 1,000 ,927** ,844** -,127,937 , ,000 ,001 ,709
11 11 11 11 11-,082 ,927** 1,000 ,794** ,045,811 ,000 , ,004 ,894
11 11 11 11 11-,090 ,844** ,794** 1,000 -,090,791 ,001 ,004 , ,791
11 11 11 11 11,055 -,127 ,045 -,090 1,000,873 ,709 ,894 ,791 ,
11 11 11 11 11
Correlation CoefficieSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficieSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficieSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficieSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficieSig. (2-tailed)N
produksi
konsumsi
harga
beamasuk
residu
Spearman's rhoproduksi konsumsi harga beamasuk residu
Correlation is significant at the .01 level (2-tailed).**.
AUTOKORELASI Model Summaryb
.999a .999 .998 15104.436 2.454Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), beamasuk, produksi, harga, konsumsia.
Dependent Variable: imporb.
REGRESI BERGANDA Coefficientsa
502655,4 394895,6 1,273 ,250-,960 ,018 -,869 -54,486 ,000 ,920 1,087,793 ,143 ,371 5,532 ,001 ,052 4,150
1,184E-02 ,012 ,052 ,948 ,380 ,077 4,320153997,4 69421,599 ,065 2,218 ,068 ,270 3,706
(Constant)produksikonsumsihargabeamasuk
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: impora.
top related