analisis ekonomi digital dan keterbukaan terhadap
Post on 13-Nov-2021
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 7 No. 2, November 2018
66
ANALISIS EKONOMI DIGITAL DAN KETERBUKAAN
TERHADAP PERTUMBUHAN GDP
NEGARA ASEAN
Oleh :
Edi Wahyu Wibowo
Administrasi Bisnis, Politeknik LP3I Jakarta
Gedung sentra Kramat Jl. Kramat Raya No. 7-9 Jakarta Pusat 10450
Telp. 021 – 31904598 Fax. 021 – 31904599
Email : kaifahal.indonesia@gmail.com
Abstrak
Masyarakat Ekonomi ASEAN dibentuk dengan tujuan untuk mencapai kesempurnaan
integrasi ekonomi di kawasan ASEAN yang diyakini dapat memberikan manfaat nyata
bagi seluruh elemen masyarakat. Peluang ekonomi digital dan keterbukan masing-masing
negara ASEAN sangatlah penting untuk mensukseskan tujuan dibentuknya MEA.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan data sekunder secara panel periode
2012-2016 dengan menggabungkan 10 negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Singapura,
Thailand, Filipina, Vietnam, Myanmar, Brunei, Laos, Kamboja). Hasil Uji t parsial didapat
yaitu Pengaruh variabel digital terhadap GDP negara-negara ASEAN yaitu Nilai
probabilitas t-statistik yang diperoleh 0.0420. Maka probabilitas statistik < α=5% yaitu
0,0420 < 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel digital secara parsial
berpengaruh signifikansi positif terhadap variabel GDP. Sedangkan pengaruh keterbukaan
terhadap pertumbuhan GDP negara-negara ASEAN yaitu nilai probabilitas t-statistik yang
diperoleh 0.6386, maka probabilitas statistik < α=5% yaitu 0,6386 > 0.005. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel keterbukaan secara parsial tidak berpengaruh signifikansi
terhadap variabel GDP. Sedangkan Uji F Simultan hasilnya yaitu pengaruh variabel digital
dan keterbukaan terhadap pertumbuhan GDP negara-negara ASEAN didapat nilai
Adjustted R-Squere sebesar 0.994. Hal ini menunjukan bahwa model mampu menjelaskan
99.4% terhadap variabel dependen, sedangkan sisanya 0.52 lainnya dipengaruhi faktor lain
diluar model regresi tersebut. Pengaruh digital terhadap pertumbuhan GDP negara-negara
ASEAN sudah baik sehinga perlu ditingkatkan untuk mengelola pengguna internet.
Diharapkan pengguna internet bukan hanya sebagai konsumen tetapi juga membuat
peluang usaha membuat star up (enterpreneur) agar pertumbuhan perekonomian
dimasing-masing negara dapat ditingkatkan. Sedangkan pengaruh keterbukaan terhadap
pertumbuhan GDP negara-negara ASEAN perlu ditingkatkan terutama dalam
menghasilkan produk yang dapat di ekspor dan mengurangi impor barang, bea tarif ekspor
impor juga agar diatur kembali sehingga menumbuhkan iklim ekspor pada masing-masing
negara. Diharapkan jika keterbukaan meningkat maka banyak investasi akan hadir
sehingga pada akhirnya tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN dapat
mensehjahterakan masing-masing negara ASEAN.
Kata kunci : Ekonomi Digital, Keterbukaan, GDP, ASEAN
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 7 No. 2, November 2018
67
Abstract
The ASEAN Economic Community was formed with the aim of achieving the perfection of
economic integration in the ASEAN region which is believed to provide tangible benefits to
all elements of society. Opportunities of digital economy and the pollination of each
ASEAN country is very important to succeed the purpose of the establishment of The
ASEAN Economic Community. This study uses quantitative methods with secondary data
by panel period 2012-2016 by combining 10 ASEAN countries (Indonesia, Malaysia,
Singapore, Thailand, Philippines, Vietnam, Myanmar, Brunei, Laos, Cambodia). T test
results obtained are the effect of digital variables on the GDP of ASEAN countries ie the
probability value of t-statistics obtained 0.0420. Then the statistical probability <α = 5%
is 0.0420 <0.05. So it can be concluded that digital variables partially have a positive
significance to GDP variables. While the influence of openness to GDP growth of ASEAN
countries is the probability value of t-statistics obtained 0.6386, then the statistical
probability <α = 5% is 0.6386> 0.005. So it can be concluded that the variables of
disclosure partially no effect on the significance of GDP variables. While the simultaneous
F test result is the effect of digital variables and openness to GDP growth of ASEAN
countries obtained Adjustted R-Squere value of 0.994. This shows that the model is able to
explain 99.4% of the dependent variable, while the remaining 0.52 other factors influenced
beyond the regression model. Digital influence on GDP growth of ASEAN countries is
good so it needs to be improved to manage internet users. Internet users are expected not
only as a consumer but also create business opportunities to make a star up (entrepreneur)
for economic growth in each country can be improved. While the influence of openness to
the growth of GDP of ASEAN countries needs to be improved especially in producing
products that can be exported and reduce the import of goods, export and import tariff are
also to be re-arranged so that grow export climate in each country. It is expected that
openness will increase so much investment will be present so that ultimately the purpose of
establishment of ASEAN Economic Community can prosper each ASEAN country.
Keywords: Digital Economy, Openness, GDP, ASEAN
PENDAHULUAN
Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) merupakan inisiatif negara-
negara ASEAN untuk mewujudkan
ASEAN menjadi kawasan perekonomian
yang solid dan diperhitungkan dalam
percaturan perekonomian Internasional.
MEA dibentuk dengan tujuan untuk
mencapai kesempurnaan integrasi
ekonomi di kawasan ASEAN yang
diyakini dapat memberikan manfaat
nyata bagi seluruh elemen masyarakat.
Menurut Abdurofiq (2015)
menjelaskan paling tidak ada 4 (empat)
hal yang menjadi fokus dari pelaksanaan
MEA, pertama, negara-negara di
kawasan kesatuan pasar dan basis
produksi. Kedua, MEA akan dijadikan
sebagai kawasan dengan tingkat
kompetisi yang sangat tinggi. Ketiga,
MEA akan dijadikan sebagai kawasan
dengan perkembangan ekonomi yang
merata. Keempat, MEA akan di
integrasikan terhadap perkembangan
ekonomi yang merata diantara seluruh
kawasan ASEAN.
MEA bukanlah AFTA (ASEAN
Free Trade Agreement) karena MEA
memiliki cakupan dimensi kerja sama
yang lebih luas dibanding AFTA yang
hanya mengatur liberalisasi perdagangan
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 7 No. 2, November 2018
68
barang. Setelah tanggal 31 Desember
2015 tidak akan ada perubahan yang
drastis di sektor perdagangan barang,
karena sejak 5 tahun terakhir bebas tarif
sudah diterapkan bagi 99% produk
barang di ASEAN. Sementara untuk
sektor jasa, khususnya tenaga
profesional, implementasi bertahap
komitmen liberalisasi masih akan
melampaui 31 Desember 2015. Disadari
sektor ini sering menjadi perhatian
publik. Kalau kita sepakat bahwa daya
saing adalah kunci sukses meraih peluang
MEA, perubahan mind set dalam
memandang MEA menjadi suatu
keharusan. Menurut Abdurofiq(2015)
menjelaskan bahwa pelaksanaan ACFTA
dan MEA berdampak pada penurunan
biaya tarif ekspor-impor menjadi 0-5
persen serta penghapusan batasan
kuantitatif dan hambatan non tarif
lainnya.
Kekhawatiran dan banyaknya
pertanyaan khalayak mengenai MEA
merupakan hal yang wajar. Justru
kekhawatiran dapat merupakan refleksi
kepedulian dari seluruh elemen
masyarakat. Pertanyaan dan
kekhawatiran tersebut bukan mutlak
milik Indonesia. Negara anggota ASEAN
lainnya pada berbagai kesempatan juga
telah menunjukan kekhawatirannya
terhadap pemberlakuan MEA di akhir
2015. Namun, bila dicermati secara
seksama tak satu pun pemimpin ASEAN
yang menyatakan akan mundur dari
MEA. Sekalipun oleh negara-negara
CLMV (Cambodia, Lao PDR, Myanmar,
dan Vietnam) yang notabene Pendapatan
Domestik Bruto (PDB)-nya masih jauh di
bawah negara anggota ASEAN lainnya.
Tentu saja tidak dapat ditepis bahwa
kondisi ekonomi serta politik yang
beragam di setiap negara anggota
ASEAN telah menciptakan kompleksitas
dan tantangan tersendiri bagi
implementasi MEA. MEA dibentuk
dengan tujuan untuk mencapai
kesempurnaan integrasi ekonomi di
kawasan ASEAN yang diyakini dapat
memberikan manfaat nyata bagi seluruh
elemen masyarakat. Meraih manfaat
bukanlah tanpa syarat. Sejak
diformulasikan, tiga dari empat pilar
MEA jelas mempersyaratkan daya saing
sebagai kunci sukses. MEA sebagai
kawasan pasar tunggal dan berbasis
produksi, sebagai kawasan yang berdaya
saing, dan berintegrasi dengan ekonomi
global dapat terwujud apabila masing-
masing anggotanya dan sebagai kawasan
memiliki daya saing. Esensinya MEA
dirancang untuk meningkatkan daya
saing ASEAN dalam menjawab semakin
ketatnya persaingan global.
Meningkatnya ragam produk yang
ada di pasar domestik saat ini tidak lepas
dari peranan perdagangan internasional
yang semakin terbuka. Ketika berbagai
regulasi yang sifatnya menghambat
sepakat dikurangi, pasar semakin terbuka
luas dan lalu lintas barang pun semakin
tinggi. Dalam keterbukaan, suatu pihak
dapat mengkonsumsi barang atau jasa
yang tidak diproduksinya. Dalam
keterbukaan pula, sumberdaya akan
teralokasi pada sektor-sektor dimana
negara tersebut memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif menurut
Dariah (2005). Perekonomian di dunia
saat ini semakin terbuka, untuk itu setiap
negara berusaha meningkatkan daya
saing untuk mendapatkan gains form
trade.
Guna mendorong daya saing dalam
mata rantai produksi global (global value
chain), penggunaan teknologi dan
peningkatan inovasi menjadi sesuatu
yang tidak terelakkan. Saat ini, ASEAN
belum memiliki payung hukum untuk
mengatur ekonomi digital. Ironisnya,
jumlah penetrasi internet terhadap
penduduk ASEAN terus mengalami
kenaikan sekitar 10% selama 5 tahun.
Terlebih lagi, infrastruktur internet di
ASEAN dipandang semakin progresif.
Kecepatan rata-rata internet Singapura
(118 Mbps) yang telah melampaui AS
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 7 No. 2, November 2018
69
(36,6 Mbps). Meskipun demikian,
ASEAN telah memiliki ASEAN ICT
Master Plan 2020 yang bertujuan
menciptakan masyarakat ASEAN yang
terintegrasi secara digital. Industri
ekonomi digital (e-commerce) dapat
dipandang sebagai peluan dan tantangan.
Sebagai peluang karena memberikan
ruang yang lebih luas bagi dunia usaha
sehingga mendorong munculnya start-up
dan lapangan kerja baru, sedangkan
sebagai tantangan karena belum
matangnya regulasi dan infrastruktur bagi
industri tersebut sehingga pelaku usaha e-
commerce belum berdaya saing secara
maksimal, sehingga implementasi MEA
mendorong terjadinya persaingan didunia
e-commerce.
STUDI LITERATURE
Era Digital dan Ekonomi Digital
Setiawan (2017) menjelaskan
Dunia digital tidak hanya menawarkan
peluang dan manfaat besar bagi publik
dan kepentingan bisnis. Namun juga
memberikan tantangan terhadap segala
bidang kehidupan untuk meningkatkan
kualitas dan efisiensi dalam kehidupan.
Penggunaan bermacam teknologi
memang sangat memudahkan kehidupan,
namun gaya hidup digital pun akan
makin bergantung pada penggunaan
ponsel dan komputer. Apapun itu, kita
patut bersyukur semua teknologi ini
makin memudahkan, hanya saja tentunya
setiap penggunaan mengharuskannya
untuk mengontrol serta
mengendalikannya. Karena bila terlalu
berlebihan dalam menggunakan
teknologi ini kita sendiri yang akan
dirugikan, dan mungkin juga kita tak
dapat memaksimalkannya.
Perkembangan teknologi yang
begitu cepat hingga merasuk di seluruh
lini kehidupan sosial masyarakat,
ternyata bukan saja mengubah tatanan
kehidupan sosial, budaya masyarakat
tetapi juga kehidupan politik.
Kecanggihan teknologi yang
dikembangkan oleh manusia benar-benar
dimanfaatkan oleh para politisi yang
ingin meraih simpati, dan empati dari
masyarakat luas. Untukmenaikan
elektabilitas dan popularitas dapat
dilakukan dengan fasilitas digital seperti
salah satunya smartphone sekarang
dengan di sediakan fitur/aplikasi yang
canggih yang berhubung langsung ke
jejaring sosial yang mampu
menghubungkan antara individu yang
satu dengan yang lainnya, antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya
bahkan negara yang memberikan dampak
besar dalam politik moderen. Mekanisme
elektronik juga telah mengubah aktivitas
dalam pemilihan seperti kampanye
berbasis internet, website-website, email
dan broadcast. Hal ini menjadi fasilitas
bagi para kandidat dan partai-partai
politik sebagai sarana yang cepat dan
murah untuk mengirim pesan kepada
audiens, yang memungkinkan mereka
untuk merekrut para sukarelawan
kampanye dan menggalang dana-dana
kampanye, penggunaan media digital
Smartphone yang tehubung dengan
jejaring sosial sangat efektif terutama
dalam menjangkau masyarakat muda,
yang sering kali merupakan segmen
masyarakat yang paling sulit untuk
dilibatkan melalui strategi-strategi
konvensioanal.
Sisi lain dari wajah baru dan
kekuasaan politik di era digital juga
untuk dimanfaatkan sebagai alat
penyebaran ideologis secara sistematis
untuk mencari dukungan dan sekaligus
perkembagaan nilai-nilai ideologis itu,
dan sisi lain sebagai alat untuk mesin-
mesin propoganda, bagaimana para
politisi berusaha untuk mempertahankan
kekuasaan dengan menampilkan citra
baik dan menyembunyikan citra negatif
untuk mendapat dukungan dari publik.
Dalam bidang sosial budaya, era
digital juga memiliki pengaruh positif
dan dampak negatif yang menjadikan
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 7 No. 2, November 2018
70
tantangan untuk memperbaikinya.
Kemerosotan moral di kalangan
masyarakat khususnya remaja dan pelajar
menjadi salah satu tantangan sosial
budaya yang serius. Pola interaksi antar
orang berubah dengan kehadiran
teknologi era digital seperti komputer
terutama pada masyarakat golongan
ekonomi menengah ke atas. Komputer
yang disambungkan dengan telpon telah
membuka peluang bagi siapa saja untuk
berhubungan dengan dunia luar tanpa
harus bersosial langsung.
Dalam bidang pertahanan dan
keamanan penggunaan teknologi di era
digital berperan dalam membantu
pertahan dan keamanan nasional.
Lembaga militer diantaranya, telah
menempatkan teknologi informasi
sebagai salah satu senjata yang
mendukung kekuatan dan persatuan
organisasi. Sejalan dengan kekhasan
organisasi militer yang selalu menuntut
kecepatan dan ketepatan informasi
sebelum mengambil sebuah keputusan
(perumusan strategi), penerapan
teknologi digital sangat mendukung
program tersebut. Teknologi informasi
telah berpengaruh pada perubahan
strategi militer. Tantangan dalam bidang
pertahanan seperti menghadapi ancaman
dari luar yang bersifat maya seperti
aktifitas hacker yang bisa merusak sistem
situs pertahanan Indonesia menjadi
perhatian serius. Teknologi digital
dikombinasikan dengan teknologi perang
lainnya memungkinkan untuk
menciptakan jenis perang yang secara
kualitatif seperti penggunaan robot
perang.
Dalam bidang teknologi informasi
sendiri, tantangan nyata pada era digital
semakin kompleks karena berbagai
bidang kehidupan membawa pengaruh-
pengaruh yang bisa membuat perubahan
di setiap sisi. Teknologi informasi
merupakan bidang pengelolaan teknologi
dan mencakup berbagai bidang (tetapi
tidak terbatas) seperti proses, perangkat
lunak komputer, sistem informasi,
perangkat keras komputer, bahasa
program, dan data konstruksi. Setiap
data, informasi atau pengetahuan yang
dirasakan dalam format visual apapun,
melalui setiap mekanisme distribusi
multimedia, dianggap bagian dari
teknologi informasi. Teknologi informasi
memfasilitasi bisnis dalam empat set
layanan inti untuk membantu
menjalankan strategi bisnis: proses bisnis
otomatisasi, memberikan informasi,
menghubungkan dengan pelanggan, dan
alat-alat produktivitas. Tantangan dalam
bidang teknologi informasi sangat
banyak seperti memecahkan suatu
masalah, membuka kreativitas,
meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dalam melakukan pekerjaan.
Era digital harus disikapi dengan
serius, menguasai, dan mengendalikan
peran teknologi dengan baik agar era
digital membawa manfaat bagi
kehidupan. Pendidikan harus menjadi
media utama untuk memahami,
mengusai, dan memperlakukan teknologi
dengan baik dan benar. Anak-anak dan
remaja harus difahamkan dengan era
digital ini baik manfaat maupun
madlaratnya. Orang tua harus pula
difahamkan agar dapat mengonrol sikap
anak-anaknya terhadap teknologi dan
memperlakukannya atau
menggunakannya dengan baik dan benar.
Pengenalan tentang pemanfaatan
berbagai aplikasi yang dapat membantu
pekerjaan manusia perlu dikaji agar
diketahui manfaat dan kegunaannya serta
dapat memanfaatkannya secara efektif
dan efisien terhindar dari dampak negatif
dan berlebihan. Demikian juga
pemerintah melakukan kajian mendalam
era digital ini dalam berbagai bidang
seperti politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan atau keamanan serta
teknologi informasi.
Menurut Musafak (2012)
menjelaskan bahwa ekonomi digital
adalah ekonomi yang didasarkan pada
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 7 No. 2, November 2018
71
barang elektronik dan jasa yang
dihasilkan oleh bisnis elektronik dan
diperdagangkan melalui perdagangan
elektronik. Artinya, bisnis dengan
produksi elektronik dan proses
manajemen dan yang berinteraksi dengan
mitra dan pelanggan dan melakukan
transaksi melalui Internet dan Web
teknologi. Musafak (2012) juga
mejelaskan definisi Digital Economy
versi Encarta Dictionary adalah
“Business transactions on the Internet:
the marketplace that exists on the
Internet“. Pengertian Digital Economy
lebih menitikberatkan pada transaksi dan
pasar yang terjadi di dunia internet.
Pengertian yang lebih luas dari sekedar
transaksi atau pasar adalah New
Economy yang menurut PC Magazine
adalah “The impact of information
technology on the economy“.
Pengertiannya lebih menonjolkan pada
penerapan teknologi informasi pada
bidang ekonomi. Ekonomi digital adalah
sektor ekonomi meliputi barang-barang
dan jasa-jasa saat pengembangan,
produksi, penjualan atau suplainya
tergantung kepada teknologi digital.
Ekonomi Globalisasi
Zarono (2015) menjelaskan
globalisasi ekonomi dapat diartikan
sebagai suatu proses dimana semakin
banyak negara yang terlibat dalam
kegiatan ekonomi dunia. Jadi, jika pada
periode sejak perang dunia kedua
berakhir hingga tahun 1970-an ekonomi
dunia didominasi oleh ekonomi Amerika
Serikat (AS), sekarang ini walaupun
produk domestik bruto (PDB) AS masih
besar yakni sekitar 45% dari PDB dunia,
peran dari ekonomi Uni Eropa, Jepang
dan negara-negara yang tergolong dalam
newly industrialized countries (NICs),
seperti Korea Selatan, Taiwan, dan
Singapura, dan Cina jauh lebih kuat
sebagai motor penggerak perekonomian
dunia. Semakin mengglobalnya suatu
negara di dalam perekonomian dunia
dapat dilihat dari misalnya peningkatan
dari perdagangan internasionalnya
(ekspor dan impor) yang tercerminkan
antara lain pada peningkatan pangsa
ekspornya di pasar global dan
peningkatan rasio impor terhadap PDB-
nya; semakin aktif terlibat dalam proses
produksi yang melibatkan banyak negara
(misalnya dalam membuat pesawat
Boeing lebih dari 50 negara terlibat yang
masing-masing membuat bagian-bagian
tertentu dari pesawat tersebut, atau dalam
membuat pesawat Airbus, sejumlah
negara Eropa terlibat dalam proses
pembuatannya), dan semakin besar arus
investasi asing yang masuk ke negara
tersebut atau semakin besarnya investasi
dari negara tersebut ke negara-negara
lain.
Jadi, proses globalisasi dari sisi
ekonomi adalah suatu perubahan di
dalam perekonomian dunia yang bersifat
mendasar atau struktural dan akan
berlangsung terus dalam laju yang
semakin pesat mengikuti kemajuan
teknologi yang juga prosesnya semakin
cepat. Perkembangan ini telah
meningkatkan kadar hubungan saling
ketergantungan dan juga mempertajam
persaingan antarnegara, tidak hanya
dalam perdagangan internasional tetapi
juga dalam kegiatan investasi, finansial
dan produksi. melibatkan banyak negara.
Dalam tingkat globalisasi yang optimal
arus produk dan faktor-faktor produksi
lintas negara atau regional akan selancar
lintas kota di suatu negara atau desa di
dalam suatu kecamatan. Pada tingkat ini,
seorang pengusaha yang punya pabrik di
Kalimantan Barat setiap saat bisa
memindahkan usahanya ke Serawak atau
Filipina tanpa ada halangan, baik
halangan logistik maupun halangan
birokrasi dari pihak pemerintah Malaysia
atau Filipina maupun dari pemerintah
Indonesia dalam urusan administrasi
seperti izin dan sebagainya.
Sekarang ini tidak relevan lagi
mencantumkan nama negara asal dari
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 7 No. 2, November 2018
72
suatu produk; orang hanya tahu bahwa
lampu itu adalah buatan Philips yang
pabrik pembuatanya bukan di Belanda,
tetapi misalnya di Tangerang. Banyak
produk dari Disney bukan buatan AS
melainkan dibuat di Cina dengan
memakai tenaga kerja, bahan baku dan
modal dari negara tersebut. Sekarang ini
semakin banyak produk-produk yang
komponennya di buat di lebih dari satu
negara (seperti komputer, mobil, pesawat
terbang, dll.), dan banyak perusahaan-
perusahaan multinasional mempunyai
kantor pusat bukan di negara asal
melainkan di pusat-pusat keuangan di
negara-negara lain seperti London dan
New York.
Semakin menipisnya batas-batas
kegiatan ekonomi secara nasional
maupun regional disebabkan oleh banyak
hal, diantaranya menurut Halwani (2002)
dalam Zaroni (2015) adalah komunikasi
dan transportasi yang semakin canggih
dan murah, lalu lintas devisa yang
semakin bebas, ekonomi negara yang
semakin terbuka, penggunaan secara
penuh keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif tiap-tiap negara,
metode produksi dan perakitan dengan
organisasi manajemen yang semakin
efisien, dan semakin pesatnya
perkembangan perusahaan multinasional
di hampir seantero dunia. Selain itu,
penyebab-penyebab lainnya adalah
semakin banyaknya industri yang bersifat
footloose akibat kemajuan teknologi
(yang mengurangi pemakaian sumber
daya alam), semakin tingginya
pendapatan dunia rata-rata per kapita,
semakin majunya tingkat pendidikan
mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan
teknologi di semua bidang, dan semakin
banyaknya jumlah penduduk dunia.
Menurut Friedman (2002) dalam
Zaroni (2015), globalisasi mempunyai
tiga dimensi. Pertama, dimensi ide atau
ideologi yaitu “kapitalisme”. Dalam
pengertian ini termasuk seperangkat nilai
yang menyertainya, yakni falsafah
individualisme, demokrasi dan HAM.
Kedua, dimensi ekonomi, yaitu pasar
bebas yang artinya arus barang dan jasa
antarnegara tidak dihalangi sedikitpun
juga. Ketiga, dimensi teknologi,
khususnya teknologi informasi yang akan
membuka batas-batas negara sehingga
negara makin tanpa batas. Masih dalam
Zaroni (2015) menjelaskan bahwa dalam
ekonomi secara garis besar fenomena
globalisasi dapat dilihat dari
pertumbuhan kegiatan ekonomi lintas
negara dalam berbagai bentuk.
Diantaranya, dua bentuk kegiatan
ekonomi yang secara nyata semakin
mengglobal, yakni arus perdagangan dan
arus modal internasional. Oleh sebab itu,
arus globalisasi dan arus perdagangan
serta investasi dunia berlangsung
bersamaan. Arus Perdagangan
Internasional Pangsa dari pengeluaran
konsumsi domestik terhadap barang dan
jasa yang diimpor dari negara-negara lain
meningkat, dan bagian dari produksi
barang dan jasa di dalam negeri yang
diekspor meningkat.
Dalam ekonomi, secara garis besar
fenomena globalisasi dapat dilihat dari
pertumbuhan kegiatan ekonomi lintas
negara dalam berbagai bentuk.
Diantaranya, dua bentuk kegiatan
ekonomi yang secara nyata semakin
mengglobal, yakni arus perdagangan dan
arus modal internasional. Oleh sebab itu,
arus globalisasi dan arus perdagangan
serta investasi dunia berlangsung
bersamaan.
Arus Perdagangan Internasional
Pangsa dari pengeluaran konsumsi
domestik terhadap barang dan jasa yang
diimpor dari negara-negara lain
meningkat, dan bagian dari produksi
barang dan jasa di dalam negeri yang
diekspor meningkat. Peningkatan ini
membuat volume perdagangan
antarnegara di dunia meningkat, baik
secara absolut maupun relatif, yakni rasio
dari perdagangan internasional (ekspor
dan impor) terhadap PDB dari masing-
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 7 No. 2, November 2018
73
masing negara secara individu atau
dunia. Data dari Bank Dunia tahun 2000
misalnya menunjukkan bahwa di dalam
kelompok negara-negara kaya/maju,
pangsa dari perdagangan internasional di
dalam output total naik dari 27% ke 39%
selama periode 1987-1998. Sedangkan di
dalam kelompok negara-negara sedang
berkembang, rasio perdagangan
internasional terhadap PDB naik dari
10% ke 17% dalam periode yang sama
(Bank Dunia, 2000).
Arus modal internasional atau arus
modal antarnegara terdiri dari modal
swasta dan modal pemerintah. Arus
modal swasta antarnegara bisa berbentuk
investasi atau pinjaman; sedangkan arus
modal asing pemerintah pada umumnya
dalam bentuk pinjaman, misalnya
pinjaman yang diterima dari pemerintah
dari negara-negara yang tergabung dalam
CGI (Consultancy Group on Indonesia)
atau dalam konteks bilateral dengan
pemerintah negara-negara donor secara
individual. Pengertian dari modal asing
pemerintah juga termasuk pinjaman dari
badan-badan dunia seperti Dana Moneter
Internasional (IMF), Bank Dunia dan
Bank Pembangunan Asia (ADB).
Arus modal asing dalam bentuk
investasi bisa investasi investasi langsung
atau jangka panjang, yang disebut foreign
direct investment (FDI) atau penanaman
modal asing (PMA), atau investasi tidak
langsung atau jangka pendek, yang
umum disebut investasi portofolio.
Dalam hal PMA, dalam dua dekade
belakangan ini semakin banyak
perusahaan-perusahaan yang berbasis di
suatu negara melakukan investasi jangka
panjang di negara-negara lain, yang
dilandasi oleh berbagai motivasi seperti
pasar yang luas dan ketersediaan sumber
daya produksi di negara-negara tujuan
investasi. Perkembangan ini dengan
sendirinya meningkatkan arus PMA
antarnegara, yang terefleksi dalam
peningkatan pangsa dari PMA sebagai
suatu persentase dari investasi total
dunia.
Menurut data Bank Dunia pada
tahun 1975 PMA berjumlah hanya 23
miliar dollar AS, dan pada tahun 1997
jumlahnya meningkat menjadi 644 miliar
dollar AS (Friedman, 2002). Juga data
Bank Dunia menunjukkan bahwa pada
tahun 1998 jumlah investasi langsung
dari perusahaan-perusahaan AS di
banyak negara lain di dunia telah
mencapai 133 miliar dollar AS,
sedangkan PMA di AS pada tahun yang
sama bernilai 193 miliar dollar AS.
Secara keseluruhan, arus PMA di dunia
meningkat sangat signifikan selama
periode 1988-1998 dari 192 miliar dollar
AS ke 610 miliar dollar AS. Arus PMA
dari kelompok negara-negara maju ke
kelompok negara-negara sedang
berkembang juga meningkat tajam
selama periode yang sama.
Dalam hal investasi jangka pendek,
juga dalam dua dekade belakangan ini
semakin banyak penabung-penabung,
terutama di negara-negara maju yang
mendiversifikasikan portofolio mereka ke
berbagai macam aset-aset keuangan luar
negeri seperti obligasi, saham, pinjaman
atau deposito). Juga semakin banyak
perusahaan-perusahaan terutama di
negara-negara sedang berkembang yang
membiayai kegiatan produksi mereka
dengan memakai dana investasi dari
sumber-sumber luar negeri, selain dari
kredit perbankan dan pasar modal
domestik.
Keterbukaan
Meningkatnya ragam produk yang
ada di pasar domestik saat ini tidak lepas
dari peranan perdagangan internasional
yang semakin terbuka. Ketika berbagai
regulasi yang sifatnya menghambat
sepakat dikurangi, pasar semakin terbuka
luas dan lalu lintas barang pun semakin
tinggi. Dalam keterbukaan, suatu pihak
dapat mengkonsumsi barang atau jasa
yang tidak diproduksinya. Dalam
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 7 No. 2, November 2018
74
keterbukaan pula, sumber daya akan
teralokasi pada sektor-sektor dimana
negara tersebut memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif menurut
Dariah (2005). Perekonomian di dunia
saat ini semakin terbuka, untuk itu setiap
negara berusaha meningkatkan daya
saing untuk mendapatkan gains form
trade.
Menurut Novitasari (2015) Secara
teori keterbukaan ekonomi menjanjikan
tantangan dan peluang yaitu dengan
semakin terbukanya perdagangan antar
satu negara dengan negara lainnya dapat
memberikan peluang meningkatnya akses
pasar produk dalam negeri di pasar
internasional sekaligus juga tantangan
terhadap daya saing industri dalam negeri
terhadap produk luar negeri. Namun
demikian manfaat yang diterima oleh
setiap negara dari keterbukaan ekonomi
tidak menunjukkan pola dan besaran
yang sama. Bagi sebagian negara
berkembang, keterbukaan berdampak
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi
akan tetapi akan berdampak postif bagi
negara maju yang telah mengoptimalkan
keterbukaannya pada perdagangan.
GDP
Suatu keberhasilan program
pembangunan di negara berkembang
sering dinilai berdasarkan tinggi
rendahnya dan atau kecepatan tingkat
pertumbuhan output dan pendapatan
nasional yang dihasilkan. Namun,
perhatian utama pembangunan melalui
cara mempercepat tingkat pertumbuhan
pendapatan nasional atau pertumbuhan
ekonomi ini, di sisi lain terdapat
penyebaran pertumbuhan pendapatan
tersebut masih sangat terbatas
jangkauannya, kekuatan antara
daerah/wilayah di Negara berkembang
tidak seimbang, sehingga cenderung
memperlebar jurang kesenjangan atau
ketidakmerataan antara daerah/wilayah
kaya dan daerah/wilayah miskin.
Tahap awal pertumbuhan ekonomi,
distribusi pendapatan cenderung
memburuk, dan tahap selanjutnya,
distribusi pendapatannya akan membaik,
namun pada suatu waktu akan terjadi
peningkatan disparitas lagi dan akhirnya
menurun lagi. Dalam jangka pendek ada
korelasi positif antara pertumbuhan
pendapatan perkapita dengan disparitas
pendapatan. Namun dalam jangka
panjang hubungan keduanya menjadi
korelasi yang negatif.
Pertumbuhan ekonomi merupakan
perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yangdiprodu ksi dalam
masyarakat bertambah sehingga akan
meningkatkan kemakmuran masyarakat
(Sukirno, 1994) dalam Suparyati (2015).
Masih dalam Suparyati (2015) menurut
Budiono bahwa pertumbuhan ekonomi
merupakan proseskenaikan output per
kapita dalam jangkapanjang.
Kajian Sebelumnya
Akmad Nur Zaroni (2016)
menjelaskan menganai globalisai
ekonomi dan implikasinya bagi negara-
negara berkembang. Sementara
Semancikova (2016) mengkaji
perdagangan, perdagangan terbuka dan
makro ekonomi terhadap 10 negara
OCDC. Sedangkan Razmi (2013)
meneliti mengenai dampak perdagangan
terbuka dan ekonomi bebas terhadap
pertumbuhan ekonomi negara timur
tengah dan asia timur.
METODE PENELITIAN
Populasi yang menjadi objek dalam
penelitian ini berasal dari data sekunder
diperoleh dari perusahaan Knoema, salah
satu perusahaan penyedia data ekonomi
digital. Metode pengambilan sampel
menggunakan metode purposive
sampling, yaitu penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Dalam penelitian
ini sampel menggunakan data panel
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 7 No. 2, November 2018
75
diperoleh data time series selama 5 tahun
dan data cross section 10 negara ASEAN
yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura,
Filipina, Thailand, Vietnam, Myanmar,
Laos, Brunei, Kamboja.
Identifikasi Variabel
Variabel penelitian dalam bentuk
independen dan dependen. untuk variabel
independen yang ada dalam penelitian ini
adalah ekonomi diginal (X1),
Keterbukaan (X2) sementara variabel
dependen pertumbugan ekonomi GDP
(Y).
Analisis Data
Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik
kuantitaif yang meggunakan model
matematika dan statistika yang
diklasifikasikan dalam kategori tertentu
untuk mempermudah dalam menganalisis
dengan menggunakan program Eviews .
Sedangkan teknik analisis yang
digunakan adalah teknik analisis regresi
linear berganda untuk melihat hubungan
antara variabel independen dengan
variabel dependen. Data yang yang
digunakan adalah data panel ada tiga
macam teknik estimasi data panel yaitu
pooled least square, fixed effect model,
dan random effect model. Uji kesesuaian
model untuk menentukan model yang
paling tepat adalah dengan menggunakan
uji Chow dan uji Hausman. Setelah itu,
uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,
uji autokorelasi dan juga pengujian
hipotesis yaitu uji t parsial, uji F
simultan, uji koefisien determinasi.
a. Pengujian Asumsi Klasik.
Sebelum pengujian hipotesis
dilakukan, harus terlebih dahulu
melalui uji asumsi klasik.
Pengujian ini dilakukan untuk
memperoleh parameter yang valid
dan handal. Oleh karena itu,
diperlukan pengujian dan
pembersihan terhadap pelanggaran
asumsi dasar jika memang terjadi.
Penguji-penguji asumsi dasar
klasik regresi terdiri dari Uji
Normalitas, Uji Multikolinearitas,
dan Uji Autokorelasi.
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah data yang akan
digunakan dalam model regresi
berdistribusi normal atau tidak
(Ghozali, 2005, h. 110). Untuk
menguji suatu data berdistribusi
normal atau tidak, dapat
diketahui dengan menggunakan
metode histogram Jarque Bera
(JB).
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan
untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas.
Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi
di antara variabel bebas. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya
multikolinearitas digunakan uji
correlation dengan
menggunakan matriks korelasi.
3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan
menguji apakah model regresi
ditemukan korelasi dari residual
untuk pengamatan satu dengan
pengamatan yang lain yang
disusun menurut runtun waktu.
Model regresi yang baik
mensyaratkan tidak adanya
masalah autokorelasi. Untuk
mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi Metode yang
digunakan untuk menguji
Autokorelasi adalah dengan
menggunakan metode
Langrange Multiplier (LM) atau
Uji BG (Breusch Godfrey).
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 7 No. 2, November 2018
76
b. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda adalah
metode statistika yang digunakan
untuk menentukan kemungkinan
bentuk (dari) hubungan antara
variabel-variabel. Tujuan pokok
dalam penggunaan metode ini
adalah untuk meramalkan dan
memperkirakan nilai dari satu
variabel yang lain yang diteliti
c. Pengujian Hipotesis Dalam menganalisis nilai
signifikan dari model yang
dihasilkan, digunakan berbagai
pengujian statistik, yaitu; F-Test, t-
test, ; adjusted R-Square
Uji F atau Pengaruh Secara Simultan
Uji statistik F digunakan untuk
menguji kepastian pengaruh dari seluruh
variabel independen secara bersama-
sama terhadap variabel dependen.
Uji t Atau Pengaruh Secara Parsial
Melakukan uji t (t-test) terhadap
koefisien-koefisien regresi untuk
menjelaskan bagaimana suatu variabel
independen secara statistik berhubungan
dengan variabel dependen secara parsial.
Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2)
digunakan untuk mengukur kemampuan
model dalam menerangkan variasi
variabel independen. Nilai koefisien
determinasi berkisar antara nol sampai
dengan satu. Hal ini berarti apabila R2 =
0 menunjukkan tidak ada pengaruh
variabel independen (variabel bebas)
terhadap variabel dependen (variabel
terikat), bila R2 semakin besar mendekati
1 ini menunjukkan semakin kuatnya
pengaruh variabel independen (variabel
bebas) terhadap variabel dependen
(variabel terikat) dan sebaliknya jika R2
mendekati 0 maka semakin kecil
pengaruh variabel independen (variabel
bebas) terhadap dependen (variabel
terikat).
Model Ekonometri
Untuk digital ekonomi data
diperoleh dari pengguna internet di
masing-nasing negara. Sementara untuk
Derajat keterbukaan ekonomi setiap
negara dapat dilihat dari besarnya indeks
keterbukaan yakni rasio penjumlahan
nilai ekspor (X) dan impor (M) terhadap
produk domestik bruto (PDB), Semakin
besar angka indeks yang diperoleh berarti
perekonomian negara yang bersangkutan
semakin terbuka. yakni:
Keterbukan = X + M x 100
GDP
Dimana:
X=Expor, M=Impor, GDP=growth
Teknik analisis dalam penelitian ini yaitu
analisis regresi data panel, adapun model
regresinya dalam bentuk log dapat ditulis
sebagai berikut:
ln Yit = β0 + β1 ln X1it + β2 ln X2it +
eit
dimana:
Y = GDP; X1 = Digital; X2 =
Keterbukaan; i = Negara; dan t = waktu.
Kerangka Pemikiran
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 7 No. 2, November 2018
77
PEMBAHASAN
Uji estimasi regresi data panel ada
tiga, yaitu common effect (OLS), model
fixed effect (FEM) atau model Random
Effect (REM). Menentukan model panel
yang akan digunakan dalam penelitian
ini, maka harus dilakukan beberapa
pengujian. Uji Chow dan Uji Hausman
merupakan pengujian yang dapat
digunakan dalam menentukan apakah
model data panel dapat diregresi dengan
model common effect (OLS), model fixed
effect (FEM) atau model Random Effect
(REM). Uji Chow digunakan untuk
menentukan apakah model data panel
diregresi dengan model Common Effect
atau dengan model Fixed Effect.
H0 : Model yang terbaik adalah Common
Effect
H1 : Model yang terbaik adalah Fixed
Effect
Uji Chow
Tabel 1.
Uji Chow
Tabel diatas menunjukan bahwa
model yang terbaik adalah fixed effect
karena nilai probabilitas Chi-squere
dibawah 0.05, ini berarti H0 diterima.
Uji Hausman Tabel 2.
Uji Hausman
Tabel diatas menunjukan hasil
bahwa Cross Section Random bernilai
sebesar 0.0000 yakni menandakan bahwa
H0 diterima. Model yang paling tepat
digunakan dalam penelitian ini adalah
Fixed Effect Model.
Tabel 3.
Fixed Effect Model
Dari hasil regresi data panel dengan
model yang terpilih adalah model Fixed
Effect, diperoleh persamaan model
regresi sebagai berikut :
GDP = 0.092704(Digital) - 0.096295(Openes) + e
Uji Normalitas
Dari output yang sudah dilakukan
uji menyatakan bahwa bentuk histogram
didistrisbusikan secara simetris sehingga
residualnya didistribusikan secara
normal. Berdasarkan pada uji statistik JB,
nilainya adalah 1,739813 sedangkan
nilai chi-squere dengan signifikansi
(α=5%) yaitu 5.991, sehingga JB > Chi
Squere, Maka H0 ditolak dan H1
diterima artinya bahwa residual
didistribusikan secara normal.
Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2013) uji
multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 7 No. 2, November 2018
78
yang terbentuk ada korelasi yang tinggi
atau sempurna diantara variabel bebas
atau tidak. Adanya multikolinearitas atau
korelasi yang tinggi antar variabel
independen dapat dideteksi dengan
beberapa cara salah satunya adalah
korelasi antar variabel independen tidak
lebih diatas 0.90.
Hasil output dalam penelitian ini
semua korelasi variabel inedependen
tidak ada yang melebihi 0.90, yang
menandakan bahwa model yang
digunakan tidak terjadi masalah
multikolinearitas.
Uji Autokerelasi
Uji autokorelasi dapat dilihat dari nilai
probabilitas Chi-Squere, jika lebih besar
dari 0.05 maka data tersebut tidak
mengandung masalah autokorelasi.
Apabila probabilitas chi-squere lebih
kecil dari 0.05 maka data tersebut
mengandung masalah autokorelasi.
Hasil output penelitian menunjukan
bahwa terdapat masalah autokorelasi,
untuk itu peneliti menggunakan
Cohchrane Orcutt dimana digunakan
untuk memperbaiki masalah autokorelasi.
Dari output metode Cohchrane Orcutt
diperoleh DW adalah 1.760831 dimana
nilai DW ini lulus uji dalam masalah
autokorelasi. Dengan nilai DL sebesar
1.4625 dan DU sebesar 1.6283 maka
nilai DW sebesar 1.760831 sehingga jika
DL < DW > DU (1.4625 < 1.760831 >
1.6283) dapat disimpulkan tidak ada
masalah autokorelasi.
Uji t (Parsial) Tabel 4
Uji t (parsial)
Berdasarkan hasil diatas sebagai berikut :
Pengaruh Digital terhadap GDP
Nilai probabilitas t-statistik yang
diperoleh 0.0420. Maka probabilitas
statistik < α=5% yaitu 0,0420 < 0.05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel digital secara parsial
berpengaruh signifikansi positif terhadap
variabel GDP.
Peranan pengguna internet sudah
baik dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di negara-negara ASEAN, tetapi
harus lebih ditingkatkan untuk lebih
memaksimalkan penggunaan internet
kearah bukan hanya menjadi konsumen
tetapi lebih lanjut menjadi star up
(enterpreneur) sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
masing-masing negara ASEAN.
Pengaruh Keterbukaan terhadap GDP Nilai probabilitas t-statistik yang
diperoleh 0.6386, maka probabilitas
statistik < α=5% yaitu 0,6386 > 0.005.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel keterbukaan secara parsial tidak
berpengaruh signifikansi terhadap
variabel GDP.
Barro (2003) dalam Amala (2015)
menjelaskan pertumbungan ekonomi
sangat erat hubungannya dengan
keterbukaan ekonomi suatu negara,
dimana perdagangan internasional akan
memberikan dampak positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Uji F (Simultan) Tabel 5
Uji F
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 7 No. 2, November 2018
79
Dari perhitungan nilai F, diketahui
bahwa F hitung > F tabel (866.844 >
3.69) maka H0 ditolak dan H1 diterima
(F hitung berada didaerah penerimaan
H1). Kemudian juga probabilitas (prob.)
dari tabel diatas yaitu sebesar 0.000 >
0.005, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Sehingga secara simultan atau bersama-
sama variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Koefisein Determinasi
Berdasarkan tabelt diatas, nilai
Adjustted R-Squere sebesar 0.994. Hal ini
menunjukan bahwa model mampu
menjelaskan 99.4% terhadap variabel
dependen, sedangkan sisanya 0.52
lainnya dipengaruhi faktor lain diluar
model regresi tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan Ekonomi Digital,
Keterbukaan terhadap pertumbuhan GDP
negara-negara ASEAN periode 2012-206
dengan menggunakan teknik nalisa
regresi data panel. Berdasarkan hasil
pengujian secara statistik, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil Uji t parsial didapat yaitu
Pengaruh variabel digital terhadap
GDP negara-negara ASEAN yaitu
Nilai probabilitas t-statistik yang
diperoleh 0.0420. Maka
probabilitas statistik < α=5% yaitu
0,0420 < 0.05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel digital
secara parsial berpengaruh
signifikansi positif terhadap
variabel GDP. Sedangkan pengaruh
keterbukaan terhadap pertumbuhan
GDP negara-negara ASEAN yaitu
nilai probabilitas t-statistik yang
diperoleh 0.6386, maka
probabilitas statistik < α=5% yaitu
0,6386 > 0.005. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel
keterbukaan secara parsial tidak
berpengaruh signifikansi terhadap
variabel GDP.
2. Hasil Uji F Simultan hasilnya yaitu
pengaruh variabel digital dan
keterbukaan terhadap pertumbuhan
GDP negara-negara ASEAN
didapat nilai Adjustted R-Squere
sebesar 0.994. Hal ini menunjukan
bahwa model mampu menjelaskan
99.4% terhadap variabel dependen,
sedangkan sisanya 0.52 lainnya
dipengaruhi faktor lain diluar
model regresi tersebut.
3. Pengaruh digital terhadap
pertumbuhan GDP negara-negara
ASEAN sudah baik sehinga perlu
ditingkatkan untuk mengelola
pengguna internet. Diharapkan
pengguna internet bukan hanya
sebagai konsumen tetapi juga
membuat peluang usaha membuat
star up (enterpreneur) agar
pertumbuhan perekonomian
dimasing-masing negara dapat
ditingkatkan. Sedangkan pengaruh
keterbukaan terhadap pertumbuhan
GDP negara-negara ASEAN perlu
ditingkatkan terutama dalam
menghasilkan produk yang dapat di
ekspor dan mengurangi impor
barang, bea tarif ekspor impor juga
agar diatur kembali sehingga
menumbuhkan iklim ekspor pada
masing-masing negara. Diharapkan
jika keterbukaan meningkat maka
banyak investasi akan hadir
sehingga pada akhirnya tujuan
dibentuknya Masyarakat Ekonomi
ASEAN dapat mensehjahterakan
masing-masing negara ASEAN.
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 7 No. 2, November 2018
80
DAFTAR PUSTAKA
Abdurofiq, Atep. 2015. Menakar
pengaruh Masyarakat Ekonomi
ASEAN Terhadap Pembangunan
Indonesia. Jurnal Filsafat dan
Budaya Hukum
Amala, Faizatul & Unggul Herqbaldi.
2015. Dampak keterbukaan
perdagangan internasional
terhadap pertumbuhan ekonomi :
pendekatan panel dinamis. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis. Universitas
Airlangga.
Astuti. Pudji.2018. Analisis pengaruh
ROE, EPS, PBV, BVPS, PER dan
kepemilikan institusi terhadap
harga saham peruahaan. Jurnal
Ekonomi. Univesitas Borobudur .
Ghozhali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis
Multivariat dengan Proram IBM
SPSS 21. Edisi7. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Li.Quan & Rafael Reveny.2013.
Economic Globalization and
Democracy. British Journal of
political science.
Musafak.2012. Budaya ekonomi digital
kalangan masyarakat menengah
atas. Universitas Gunadarma
Razmi, Mohammad Javad. 2013. The
effect of trade openess and
economic freedim on economic
growth: the case of east and east
asian contries. International
Journal of Economics and Financial
Issue.
Semancikova, Jozefina. 2016. Trade,
Trade Openes and macro economic
performance. International Journal
Elsevier.
Setiawan, Wawan.2017. Era Digital dan
Tantangannya.Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Zaroni, Akhmad Nur.2015.Globalisasi
ekonomi dan implikasinya bagi
negara-negara berkembang: telaah
pendekatan ekonomi islam. IAIS
Samarinda
top related