analisis biaya dan pendapatan usaha pembesaran...
Post on 10-Feb-2020
25 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN
IKAN LELE SANGKURIANG TEKNIK TRADISIONAL DAN BIOFLOC
DI KOTA DEPOK
(Studi Kasus di Pokdakan Mandiri Sangkuriang dan
PT. Agro 165 Nusantara Jaya)
SKRIPSI
RAHMADANI
1111092000078
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1437 H
ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN
IKAN LELE SANGKURIANG TEKNIK TRADISIONAL DAN BIOFLOC
DI KOTA DEPOK
(Studi Kasus di Pokdakan Mandiri Sangkuriang dan
PT. Agro 165 Nusantara Jaya)
RAHMADANI
1111092000078
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1437 H
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN.
Jakarta, Juni 2016
Rahmadani
1111092000078
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : Rahmadani
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Maret 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Rawa Bebek No.4, RT 09/001, Pulogebang,
Cakung, Jakarta Timur, 13950
No. Telp : 0821 2230 8485
E-mail : rahmadani_parinduri@yahoo.co.id
Riwayat Pendidikan
1998 - 2004 : SDN Pulogebang 12 PT Jakarta Timur
2004 - 2007 : SMPN 172 Jakarta Timur
2007 - 2010 : SMAN 89 Jakarta Timur
2011 - 2016 : S-1 Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
1. 2008 - 2009 : Ketua Bidang V KIR OSIS SMAN 89 Jakarta Timur
2. 2013 - 2014 : Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. 2013 - 2015 : Staff Bidang Kewirausahaan POPMASEPI (Perhimpunan
Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian
Indonesia)
RINGKASAN
Rahmadani. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele
Sangkuriang Teknik Tradisional dan Biofloc di Kota Depok (Studi Kasus di
Pokdakan Mandiri Sangkuriang dan PT. Agro 165 Nusantara Jaya). Dibawah
bimbingan Siti Rochaeni dan Armaeni Dwi Humaerah.
Ikan lele sangkuriang merupakan salah satu ikan air tawar yang memiliki
beberapa keunggulan yaitu produksi tinggi, panen lebih cepat, daya tetas telur
tinggi, lebih tahan terhadap penyakit, kualitas daging lebih unggul, lebih tahan
banting karena tidak memerlukan kondisi air khusus, teknik pemeliharaan lebih
mudah, bisa dibudidayakan di lahan sempit, dan benih mudah diperoleh. Sebagian
besar pembudidaya ikan lele masih menggunakan teknik tradisional. Hal ini
terjadi karena cara budidaya ikan lele teknik tradisional sudah dilakukan secara
turun-menurun yang dikenal baik, teknologi sederhana dan modalnya kecil. Tetapi
permasalahan yang sering dikeluhkan para pembudidaya ikan lele yaitu harga
pakan yang sangat mahal. Seiring dengan perkembangan teknologi, para
pembudidaya mulai mengembangkan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang
teknik biofloc, yaitu dengan mengolah kotoran dan sisa pakan ikan lele dengan
bantuan aerator agar bisa dimanfaatkan kembali sebagai pakan ikan lele.
Kelebihan teknik ini yaitu padat tebar tinggi, efisien pakan, dan bisa dilakukan di
lahan sempit. Mengingat adanya perbedaan cara budidaya pembesaran ikan lele
teknik tradisional dan biofloc, sehingga biaya yang dikeluarkan dan pendapatan
yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional
dan biofloc juga berbeda.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan
pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional dan biofloc,
mengetahui pendapatan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang teknik tradisional dan biofloc, menganalisis kelayakan usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang dilihat dari R/C Ratio, B/C Ratio, Break Even
Point (BEP), dan Payback Period (PP), mengetahui kelebihan dan kelemahan
teknik tradisional dengan biofloc pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang.
Penelitian ini dilakukan di Pokdakan Mandiri Sangkuriang yaitu usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional milik Bapak Sumadi.
Penelitian usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc dilakukan di
PT. Agro 165 Nusantara Jaya. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara
sengaja (purposive). Data yang digunakan yaitu data primer. Data primer
diperoleh melalui hasil wawancara langsung dengan responden yaitu Bapak
Sumadi sebagai anggota Pokdakan Mandiri Sangkuriang dan karyawan PT. Agro
165 Nusantara Jaya yang dipandu dengan kuesioner. Data dan informasi yang
telah dikumpulkan dianalisis secara kuantitatif yang diolah dengan Microsoft
Office Excel 2007. Analisis data kuantitatif dilakukan untuk mengetahui biaya
yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan
lele sangkuriang teknik tradisional dan biofloc dalam satu periode. Alat analisis
dalam penelitian ini yaitu analisis kelayakan usaha untuk melihat sejauh mana
suatu kegiatan usaha dapat dikatakan memiliki manfaat dan layak untuk
dikembangkan menggunakan analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio),
analisis rasio keuntungan atas biaya (B/C ratio), break even point (BEP), payback
period (PP). Dari hasil analisis tersebut kita dapat mengetahui kelebihan dan
kelemahan teknik tradisional dengan biofloc dalam pembesaran ikan lele
sangkuriang dengan mengolah data secara manual.
Hasil penelitian ini yaitu 1) biaya yang dikeluarkan usaha pembesaran ikan
lele sangkuriang dalam satu periode menggunakan teknik tradisional pada 7
kolam bulat berdiameter 1,70 m dengan menebar 7.000 ekor bibit sebesar Rp.
10.971.713 dan menggunakan teknik biofloc pada 5 kolam bulat berdiameter 2,20
m dengan menebar 13.750 ekor sebesar Rp. 17.754.308. 2) Pendapatan yang
diperoleh usaha pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode
menggunakan teknik tradisional pada 7 kolam bulat berdiameter 1,70 m dengan
menebar 7.000 ekor bibit sebesar Rp. 2.118.287 dan menggunakan teknik biofloc
pada 5 kolam bulat berdiameter 2,20 m dengan menebar 13.750 ekor sebesar Rp.
4.763.692. 3) Pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional
nilai R/C ratio sebesar 1,193, nilai B/C ratio sebesar 0,193, BEP volume sebesar
645 kg, BEP harga sebesar Rp. 14.249, dan payback period dalam waktu 11 bulan
27 hari (4 periode). Pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc
nilai R/C ratio sebesar 1,268, nilai B/C ratio sebesar 0,268, BEP volume sebesar
986 kg, BEP harga sebesar Rp. 14.192, dan payback period dalam waktu 7 bulan
18 hari (3 periode). 4) Teknik biofloc pada usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang lebih baik digunakan dari pada teknik tradisional.
Kata kunci: Biaya, Pendapatan, Lele Sangkuriang, Teknik Tradisional, Teknik
Biofloc.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia,
dan hidayah-Nya yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha
Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik Tradisional dan Biofloc di Kota
Depok (Studi Kasus di Pokdakan Mandiri Sangkuriang dan PT. Agro 165
Nusantara Jaya)” ini dengan baik dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
meraih gelar sarjana pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa dukungan moril
maupun materil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan
terima kasih diberikan kepada:
1. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku dosen pembimbing I atas waktu, tenaga,
bimbingan, saran, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga
Allah selalu memberikan keberkahan untuk ibu. Aaamiin.
2. Ibu Ir. Armaeni Dwi Humaerah, M.Si selaku dosen pembimbing II atas
tenaga, waktu, bimbingan, saran, dan motivasi dalam penyusunan skripsi
ini. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan untuk ibu. Aaamiin.
3. Ibu Elida, ibunda tercinta yang selama ini tiada hentinya memberikan
kasih sayang, doa, motivasi, pengertiannya, dukungannya, dan
kesabarannya selama penulis menyelesaikan kuliah dan skripsi ini.
Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik dan semoga Ibu selalu
diberikan keberkahan, kesehatan, dan perlindungan dari Allah SWT.
Aaamiin.
4. Keluarga besar Alm. Abdul Rahim Parinduri yang telah memberikan
semangat kepada penulis yaitu Bu Elis, Uwa Ade, Bang Mahmud, Kak
Exti, dan Adik Athaya. Semoga kalian diberikan umur yang panjang,
rezeki yang banyak, dan selalu diberikan kesehatan. Aaamiin
5. Bapak Sumadi dan Bapak Legisan S Samtafsir beserta karyawan yang
telah bersedia menjadi tempat penelitian, terima kasih telah membantu
penulis memperoleh pengetahuan dan pengalaman usaha pembesaran ikan
lele sangkuriang. Semoga usahanya diberikan keberkahan dan rezeki yang
banyak dari Allah SWT. Aaamiin.
6. Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku dosen penguji I dan Ibu Dewi
Rohma Wati, SP, M.Si selaku dosen penguji II yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan arahan dan masukan positif dalam rangka
penyempurnaan skripsi bagi penulis. Semoga Allah selalu memberikan
keberkahan untuk bapak dan ibu. Aaamiin.
7. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis
dan Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Agribisnis. Semoga Bapak senantiasa dalam perlindungan Allah SWT dan
selalu dimudahkan segala urusannya. Aaamiin
8. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Lia, Dini, Ani, Rosi, Atus, Aji, Sahrial, Hasan, Azizi, Amin, dan seluruh
kawan-kawan Agribisnis 2011 lainnnya yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Terima kasih atas solidaritas, motivasi, bantuan, perhatian,
dan doanya. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian dan
dimudahkan segala urusannya. Aaamiin.
10. Keluarga kecil KKN AKRAB, Kak Dendy, Alan, Edi, Nuzul, Hakim,
Reza, Rezi, Daus, Aisha, Izzi, Iyas, Rosi, Novi, Pak Agus dan Pak Amat.
Terima kasih atas keceriaan kalian, motivasi, bantuan, dan doanya.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian dan dimudahkan
segala urusannya. Aaamiin.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tanpa
mengurangi rasa hormat. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan
kalian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa yang akan
datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun semua pihak yang membutuhkan. Aaamiin.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Jakarta, Juni 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 10
2.1 Ikan Lele Sangkuriang ................................................................ 10
2.1.1 Asal-Usul Ikan Lele Sangkuriang ...................................... 10
2.1.2 Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang ..................................... 12
2.1.3 Ciri-Ciri Fisik Ikan Lele Sangkuriang ............................... 13
2.1.4 Keunggulan Ikan Lele Sangkuriang ................................... 15
2.2 Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik Tradisional ............. 17
2.3 Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik Biofloc ................... 20
2.4 Biaya ............................................................................................ 26
2.5 Pendapatan ................................................................................... 29
2.6 Analisis Kelayakan Usaha ........................................................... 30
2.7 Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................... 33
2.8 Kerangka Pemikiran .................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 36
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 36
3.2 Jenis dan Sumber Data................................................................. 36
3.3 Metode Pengumpulan Data.......................................................... 37
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 37
3.4.1 Biaya Usaha ........................................................................ 38
xi
3.4.2 Pendapatan .......................................................................... 38
3.4.3 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio) ............ 39
3.4.4 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio) ........... 39
3.4.5 Break Even Point (BEP) ..................................................... 39
3.4.6 Payback Period (PP)........................................................... 40
3.5 Definisi Operasional ................................................................... 40
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ......................... 43
4.1 Gambaran Umum Pokdakan Mandiri Sangkuriang .................... 43
4.1.1 Sejarah Pokdakan Mandiri Sangkuriang ........................... 43
4.1.2 Sarana dan Prasarana Pokdakan Mandiri Sangkuriang ..... 44
4.1.3 Proses Produksi Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
Teknik Tradisional di Pokdakan Mandiri Sangkuriang ...... 46
4.2 Gambaran Umum PT. Agro 165 Nusantara Jaya ........................ 49
4.2.1 Sejarah Berdirinya PT. Agro 165 Nusantara Jaya ............. 49
4.2.2 Visi dan Misi PT. Agro 165 Nusantara Jaya ...................... 50
4.2.3 Struktur Organisasi PT. Agro 165 Nusantara Jaya ............ 51
4.2.4 Sarana dan Prasarana PT. Agro 165 Nusantara Jaya ......... 54
4.2.5 Proses Produksi Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
Teknik Biofloc di PT. Agro 165 Nusantara Jaya ................ 56
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 59
5.1 Biaya Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik Tradisional
dan Biofloc .................................................................................. 59
5.1.1 Biaya Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik
Tradisional........................................................................... 59
5.1.2 Biaya Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik Biofloc 64
5.2 Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik
Tradisional dan Biofloc ................................................................ 70
5.3 Hasil Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele
Sangkuriang Teknik Tradisional dan Biofloc .............................. 71
5.4 Kelebihan dan Kelemahan Tenik Tradisional dengan Biofloc
Pada Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ........................ 75
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 80
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 80
6.2 Saran ............................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 82
LAMPIRAN ................................................................................................ 84
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Volume Produksi Ikan Lele di Pulau Jawa Tahun 2009 – 2013 ........... 4
2. Data Produksi Perikanan Kota Depok Tahun 2014 .............................. 4
3. Peralatan Produksi Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Pokdakan
Mandiri Sangkuriang ............................................................................. 45
4. Nama, Jabatan, Jenis Kelamin, dan Usia Tenaga Kerja PT. Agro 165
Nusantara Jaya ...................................................................................... 53
5. Peralatan Produksi Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di PT. Agro
165 Nusantara Jaya ............................................................................... 55
6. Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usaha Pembesaran Ikan Lele
Sangkuriang Teknik Tradisional ........................................................... 59
7. Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usaha Pembesaran Ikan Lele
Sangkuriang Teknik Biofloc ................................................................. 64
8. Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik
Tradisional dan Biofloc ......................................................................... 70
9. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkurian
TeknikTradisional dan Biofloc ............................................................. 71
10. Perbandingan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik
Tradisional dan Biofloc ......................................................................... 76
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Target dan Capaian Produksi Nasional Ikan Lele Tahun 2010-2013 ... 1
2. Grafik Produksi Ikan Lele di Indonesia Tahun 2013 ............................ 3
3. Diagram Persilangan Induk Ikan Lele Sangkuriang ............................. 11
4. Ikan Lele Sangkuriang .......................................................................... 13
5. Kerangka Pemikiran Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pembesaran
Ikan Lele Sangkuriang Teknik Tradisional dan Biofloc di Kota Depok 35
6. Struktur Organisasi PT. Agro 165 Nusantara Jaya ............................... 51
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuisioner Penelitian .............................................................................. 85
2. Rincian Nilai Investasi dan Penyusutan Peralatan Usaha Pembesaran
Ikan Lele Sangkuriang Teknik Tradisional ........................................... 91
3. Rincian Nilai Investasi dan Penyusutan Peralatan Usaha Pembesaran
Ikan Lele Sangkuriang Teknik Biofloc ................................................. 92
4. Analisis R/C Ratio, B/C Ratio, BEP, PP Usaha Pembesaran Ikan Lele
Sangkuriang Teknik Tradisional dan Biofloc dalam Satu Periode ....... 93
5. Rincian Perbandingan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
Teknik Tradisional dan Biofloc ............................................................ 94
6. Foto Peralatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik
Tradisional di Pokdakan Mandiri Sangkuriang .................................... 95
7. Foto Peralatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik
Biofloc di PT. Agro 165 Nusantara Jaya .............................................. 96
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya besar dan terus
bertambah, sehingga tingkat konsumsi pangan masyarakat semakin meningkat.
Kebutuhan akan protein sebagai salah satu zat gizi yang paling dibutuhkan oleh
tubuh juga semakin meningkat. Salah satu sumber protein hewani yang baik
terdapat dalam daging ikan. Banyak masyarakat yang lebih memilih
mengkonsumsi ikan dikarenakan harganya yang relatif lebih murah dan makin
meluasnya pengetahuan masyarakat akan manfaat kesehatan yang terkandung
dalam daging ikan. Ikan konsumsi terdiri dari ikan air laut, ikan air payau, dan
ikan air tawar. Salah satu ikan air tawar yang banyak dikonsumsi masyarakat
yaitu ikan lele.
Gambar 1. Target dan Capaian Produksi Nasional Ikan Lele Tahun 2010-2013
Sumber : Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Tahun 2013
2
Gambar 1 menjelaskan bahwa tahun 2010-2013 produksi ikan lele
mengalami peningkatan produksi dengan rata-rata sebesar 47,21%. Namun
demikian produksi ikan lele tahun 2010-2012 masih di bawah dari target yang
diinginkan. Perbedaan antara target dan capaian pada tahun 2010 sebesar 27.789
ton, tahun 2011 sebesar 28.443 ton, dan tahun 2012 sebesar 53.783 ton. Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya menjelaskan bahwa tidak tercapainya terget yang
diinginkan dikarenakan secara umum kapasitas usaha yang dijalankan masih
dalam skala kecil, sehingga secara ekonomis tidak efisien. Selain itu harga pakan
pabrikan yang tinggi membuat biaya produksi tinggi, sehingga secara langsung
berpengaruh terhadap keuntungan yang didapat. Melalui upaya strategis yang
telah dilakukan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, pada tahun 2013
pencapaian produksi ikan lele mampu melampaui target yang telah ditetapkan.
Upaya-upaya tersebut antara lain melalui:
1. Pengembangan budidaya secara intensifikasi dengan biofloc untuk efisiensi
pakan,
2. Penggunaan teknologi budidaya ikan lele dengan terpal sebagai usaha efisiensi
pemanfaatan lahan, dan
3. Ekstensifikasi melalui program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan
(PUMP) Perikanan Budidaya.
Di Indonesia ada 10 provinsi produsen utama ikan lele yaitu Jawa Barat,
Jawa Timur, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Lampung, Kepulauan Riau, dan Riau. Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya menjelaskan bahwa pada tahun 2013 produksi ikan lele
terbesar berada di Jawa Barat yaitu mencapai 197.783 ton. Jawa Timur berada di
3
urutan kedua yaitu mencapai 79,927 ton. Jumlah produksi ikan lele di Indonesia
dapat dilihat pada Gambar 2.
Jumlah Produksi
(ton)
250.000 200.000 150.000
100.000 50.000 0 Provinsi Jawa Jawa Jawa D.I. Suma Suma Suma Lam Kepu Riau
Barat Timur Tengah Yogya tera tera tera Pung lauan karta Utara Barat Selatan Riau
Lele 197.783 79.927 75.236 29.205 27.128 26.258 24.328 19.291 10.816 9.979
Gambar 2. Grafik Produksi Ikan Lele di Indonesia Tahun 2013 Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2015.
Produksi ikan lele di Pulau Jawa dari tahun 2009-2013 selalu mengalami
peningkatan. Adapun produsen lele terbesar dan selalu mengalami peningkatan
setiap tahunnya yaitu provinsi Jawa Barat. Tabel 1 menunjukkan dalam kurun
waktu 2009-2013 produksi ikan lele mengalami peningkatan sebesar 411,7% yaitu
dari 48.044 ton menjadi 197.783 ton. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2012
ke tahun 2013 sebesar 51.343 ton yaitu dari 146.440 ton menjadi 197.783 ton. Hal
ini menunjukkan bahwa usaha budidaya lele di Jawa Barat berkembang pesat.
4
Tabel 1. Volume Produksi Ikan Lele di Pulau Jawa Tahun 2009 – 2013
No Provinsi Produksi Ikan Lele (Ton)
2009 2010 2011 2012 2013
1 DKI. Jakarta 632 1.666 1.741 2.087 1.435
2 Banten 3.648 5.554 7.231 8.324 9.668
3 Jawa Barat 48.044 91.041 112.756 146.440 197.783
4 Jawa Tengah 28.290 36.768 54.088 62.686 75.236
5 D.I. Yogyakarta 7.902 21.539 23.220 25.287 29.205
6 Jawa Timur 26.690 43.618 57.926 62.807 79.927
Jumlah Produksi
di Pulau Jawa 115.206 200.186 256.962 307.631 393.254
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2015.
Jawa Barat terdiri dari sembilan kota yaitu Kota Bogor, Sukabumi, Bandung,
Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi, Tasikmalaya, dan Banjar. Salah satu kota di
Jawa Barat yang menjadi produsen pembesaran ikan konsumsi yaitu Kota Depok.
Adapun ikan yang dibudidayakan yaitu ikan mas, nila, mujair, gurame, tawes,
patin, lele dan bawal. Tabel 2 menunjukkan pada tahun 2014 produksi ikan
terbesar di Kota Depok yaitu ikan lele dengan jumlah produksi sebesar 707,83
ton. Hal ini menunjukkan usaha pembesaran ikan lele cocok dikembangkan di
Kota Depok.
Tabel 2. Data Produksi Perikanan Kota Depok Tahun 2014
No Jenis Ikan Triwulan
Jumlah (Ton) I II III IV
1 Mas 90,42 87,68 92,08 57,66 327,84
2 Nila 55,29 53,65 56,33 35,77 201,04
3 Mujair 12,72 12,34 12,95 8,35 46,36
4 Gurame 103,26 100,27 105,28 66,38 375,19
5 Tawes 13,25 12,95 13,58 8,52 48,30
6 Patin 51,69 50,98 53,52 33,12 189,31
7 Lele 193,91 188,49 197,90 127,53 707,83
8 Bawal 17,30 15,82 16,61 10,58 60,31
Jumlah 537,84 522,18 548,25 347,99 1.956,18 Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, 2015.
5
Pada tahun 2014 Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat
menjelaskan bahwa budidaya ikan lele sangat diminati masyarakat seiring dengan
meningkatnya permintaan pasar. Dalam 1 pekan, permintaan pasar terhadap ikan
lele bisa mencapai 3 ton, sementara petani baru bisa memasok 1 ton. Permintaan
terhadap ikan lele tersebut sebagian besar berasal dari para pengusaha restoran,
pengolah, dan sejumlah pasar tradisional di Jakarta dan Bogor. Tetapi belum
semua permintaan tersebut dapat dipenuhi.
Menurut Nasrudin (2014:2-11), ikan lele sangkuriang merupakan salah satu
ikan air tawar yang memiliki beberapa keunggulan yaitu produksi tinggi, panen
lebih cepat, daya tetas telur tinggi, lebih tahan terhadap penyakit, kualitas daging
lebih unggul, lebih tahan banting karena tidak memerlukan kondisi air khusus,
teknik pemeliharaan lebih mudah, bisa dibudidayakan di lahan sempit, dan benih
mudah diperoleh.
Sebagian besar pembudidaya ikan lele masih menggunakan teknik
tradisional. Hal ini terjadi karena cara budidaya ikan lele teknik tradisional sudah
dilakukan secara turun-menurun yang dikenal baik, teknologi sederhana dan
modalnya kecil. Permasalahan yang sering dikeluhkan para pembudidaya ikan
yaitu harga pakan yang sangat mahal. Lebih dari 80% biaya adalah untuk pakan.
Oleh karena itu, maka perlu diambil langkah-langkah yang dapat menekan biaya
pakan yaitu mengefisienkan pakan dengan pola pemberian pakan tidak berlebih,
menggunakan pakan tambahan alternatif yang lebih murah, dan menerapkan
teknologi yang dapat mengurangi kebutuhan pakan ikan (Suprapto dan Samtafsir,
2013:2)
6
Seiring dengan perkembangan teknologi, para pembudidaya mulai
mengembangkan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc, yaitu
dengan mengolah kotoran dan sisa pakan ikan lele dengan bantuan aerator agar
bisa dimanfaatkan kembali sebagai pakan ikan lele. Kelebihan teknik ini yaitu
padat tebar tinggi, efisien pakan, dan bisa dilakukan di lahan sempit. Tetapi dalam
kenyataannya, produksi pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc masih
sulit diterapkan. Hal tersebut terjadi karena adanya beberapa kendala dalam
penerapannya seperti pembudidaya lebih menyukai teknologi yang sederhana,
modal yang dibutuhkan lebih besar, dan memerlukan pengalaman yang banyak
untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi.
Pada pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional, pakan yang
digunakan lebih banyak sehingga biaya pakan lebih besar. Pada pembesaran ikan
lele sangkuriang teknik biofloc, pakan yang digunakan lebih efisien sehingga
biaya pakan lebih kecil. Tetapi terdapat biaya tambahan yang penggunaannya
lebih banyak yaitu biaya probiotik, garam krosok, dan molase. Oleh karena itu,
perlu dilakukan analisis biaya dan pendapatan untuk mengetahui teknik yang lebih
menguntungkan dalam budidaya ikan lele sangkuriang. Selain itu pada teknik
tradisional dan biofloc memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga perlu
membandingkan teknik tersebut untuk mengetahui teknik yang paling baik
digunakan pada pembesaran ikan lele sangkuriang.
Pokdakan Mandiri Sangkuriang merupakan satu-satunya kelompok budidaya
ikan lele teknik tradisional yang dibina Dinas Pertanian dan Perikanan Kota
Depok. PT. Agro 165 Nusantara Jaya merupakan Pusat Pelatihan Mandiri
7
Kelautan dan Perikanan (P2MKP) dalam budidaya ikan biofloc . Hal ini membuat
penulis melakukan penelitian di lokasi tersebut.
Dikarenakan adanya perbedaan cara budidaya pembesaran ikan lele teknik
tradisional dan biofloc, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul
“Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
Teknik Tradisional dan Biofloc di Kota Depok (Studi Kasus di Pokdakan Mandiri
Sangkuriang dan PT. Agro 165 Nusantara Jaya)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Berapa biaya yang dikeluarkan pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang
teknik tradisional dan biofloc ?
2. Berapa pendapatan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang teknik tradisional dan biofloc ?
3. Apakah usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional dan biofloc
layak dijalankan dengan melihat R/C Ratio, B/C Ratio, Break Even Point
(BEP) dan Payback Period (PP) ?
4. Apa kelebihan dan kelemahan teknik tradisional dengan biofloc pada usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang ?
8
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui biaya yang dikeluarkan pada usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang teknik tradisional dan biofloc.
2. Mengetahui pendapatan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang teknik tradisional dan biofloc.
3. Menganalisis kelayakan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang dilihat dari
R/C Ratio, B/C Ratio, Break Even Point (BEP), dan Payback Period (PP).
4. Mengetahui kelebihan dan kelemahan teknik tradisional dengan biofloc pada
usaha pembesaran ikan lele sangkuriang.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat dan tambahan
pengetahuan antara lain:
1. Bahan informasi dan bahan rujukan penelitian bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
2. Bagi pembudidaya ikan lele, sebagai salah satu rekomendasi untuk
pengambilan keputusan dalam pengembangan usaha yang dijalankan.
3. Bagi penulis, sebagai proses pembelajaran melakukan penelitian dan
menyelesaikan skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana.
4. Bagi pembaca, diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi
mengenai usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional dan
biofloc serta sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik
tradisional di Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Mandiri Sangkuriang usaha
milik Bapak Sumadi dan teknik biofloc di PT. Agro 165 Nusantara Jaya.
Penelitian ini menganalisis biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang
diperoleh selama satu periode usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik
tradisional dan biofloc. Selain itu menganalisis kelayakan usaha secara finansial
dan mengetahui kelebihan dan kelemahan teknik tradisional dengan biofloc pada
usaha pembesaran ikan lele sangkuriang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Lele Sangkuriang
2.1.1 Asal-Usul Ikan Lele Sangkuriang
Asal-usul ikan lele sangkuriang dijelaskan oleh Nasrudin (2014:40-43)
bahwa lele sangkuriang merupakan keturunan lele dumbo. Pada tahun 1985 lele
dumbo berasal dari Taiwan masuk ke Indonesia. Sebelumnya, masyarakat
Indonesia hanya mengenal lele lokal dengan segala keterbatasan kualitas yang
dimiliki jenis lele tersebut. Sejak diperkenalkan lele dumbo langsung
mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat.
Lele dumbo mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan lele lokal,
diantaranya tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak, dan lebih tahan
terhadap penyakit. Tetapi citarasa lele lokal lebih unggul dari pada lele dumbo
karena memiliki rasa yang lebih gurih dan renyah. Kehadiran lele dumbo di
Indonesia menyebabkan popolaritas lele lokal meredup. Dalam waktu singkat lele
dumbo telah menjadi primadona produk perikanan domestik. Perkembangan
budidaya lele dumbo yang pesat tidak diimbangi dengan pengelolaan induk yang
baik. Penurunan kualitas terjadi yang disebabkan sering dilakukan perkawinan
sekerabat dan seleksi induk yang salah.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi telah
berhasil merekayasa genetik lele dumbo dengan melakukan silang balik
(backcross) untuk mengembalikan kualitas lele dumbo. Proses silang balik
dilakukan dengan mengawinkan induk lele dumbo betina generasi kedua (F2)
dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan induk
11
yang dimiliki BBPBAT Sukabumi yang merupakan keturunan kedua lele dumbo
yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sementara itu, induk jantan F6
merupakan keturunan dari induk betina F2, yang juga masih sediaan induk di
BBPBAT Sukabumi.
Lele hasil silang balik tersebut resmi dilepas secara luas oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan sebagai komoditas baru ikan lele unggul. Hal tersebut
dikukuhkan melalui Surat Keputusan Kementerian Kelautan dan Perikanan
No.KP.26/MEN/2004 tanggal 21 Juli 2004 dan diberi nama lele sangkuriang.
Berikut ini diagram persilangan induk yang menghasilkan ikan lele sangkuriang
(Warisno dan Dahana, 2009:3):
Lele Dumbo
Induk Betina
Lele Dumbo
Lele Dumbo
Lele Dumbo Ikan Lele Sangkuriang
Lele Dumbo
Induk Jantan
Lele Dumbo
Gambar 3. Diagram Persilangan Induk Ikan Lele Sangkuriang
F5
F6
F2
F4
F1
F3
12
2.1.2 Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang
Warisno dan Dahana (2009:4) menjelaskan ikan lele sangkuriang memiliki
klasifikasi taksonomi yang sama dengan ikan lele dumbo. Berdasarkan bentuk
tubuh dan sifat-sifatnya, ikan lele diklasifikasikan dalam suatu tata nama sehingga
memudahkan dalam identifikasi. Tata nama dalam klasifikasi yang didasarkan
ilmu taksonomi tersebut biasanya menggunakan bahasa latin. Adapun sistematika
dan klasifikasinya adalah sebagai berikut (Mahyuddin, 2013:6):
Filum : Chordata (bangsa hewan yang bertulang belakang)
Kelas : Pisces (bernapas dengan insang)
Sub Kelas : Telestoi (ikan yang bertulang keras)
Ordo : Ostariophysi (ikan yang di dalam rongga perut bagian atas
memiliki tulang sebagai alat perlengkapan keseimbangan yang
disebut tulang Weber)
Sub Ordo : Siluroidea (ikan yang bentuk tubuhnya memanjang, tidak
bersisik, dan berkulit licin)
Famili : Clariidae (kelompok ikan yang mempunyai ciri khas, seperti
bentuk kepala pipih dengan lempeng tulang keras sebagai batok
kepala, bersungut empat pasang, sirip dada berpatil, serta
mempunyai alat pernapasan tambahan yang memungkinkan ikan
lele mengambil oksigen langsung dari udara)
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp.
13
2.1.3 Ciri-Ciri Fisik Ikan Lele Sangkuriang
Secara fisik tidak ada perbedaan yang mencolok antara lele sangkuriang dan
lele dumbo biasa. Kepala berbentuk pipih ke bawah, bagian tengah badan
berbentuk membulat, dan bagian belakang tubuh cenderung pipih ke samping.
Berikut ini penjelasan lengkap mengenai ciri-ciri fisik lele sangkuriang (Nasrudin,
2014:43-47).
Gambar 4. Ikan Lele Sangkuriang
1. Kepala
Kepala lele sangkuriang berbentuk pipih ke bawah (depressed). panjangnya
hampir mencapai sepertiga dari panjang tubuhnya. Kepala lele sangkuriang
dilapisi oleh tulang pelat yang cukup keras. Di dalamnya terdapat rongga yang
terletak di atas insang.
Di ruang berongga inilah terdapat alat pernapasan tambahan lele berupa
labirin (aborescent). Dengan alat pernapasan tambahan ini, memungkinkan lele
sangkuriang menghirup oksigen yang berasal dari udara. Untuk menghirup
oksigen dari udara, biasanya lele menyembul atau meloncat melewati permukaan
air.
Lele sangkuriang memiliki delapan buah sungut (empat pasang) yang
terletak di sekitar mulut. Sepasang sungut hidung, sepasang sungut mandibular
luar, sepasang sungut mandibular dalam, dan sepasang sungut maxilar. lele
sangkuriang juga memiliki sepasang lubang hidung (nostrils) yang letaknya
14
dibagian anterior. Lubang hidung tersebut sangat sensitif dan memiliki fungsi
utama untuk mendeteksi bau.
2. Badan
Lele sangkuriang mempunyai bentuk badan yang sangat berbeda
dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya. Bagian tengah badan berbentuk
membulat, dan bagian belakang tubuh cenderung pipih ke samping. Seperti lele
pada umumnya, lele sangkuriang tidak memiliki sisik yang melindungi kulit
tubuhnya, tetapi kulitnya dilapisi lendir sehingga sangat licin. Warna tubuhnya
hitam kehijauan di bagian punggung dan putih kekuningan di bagian perut.
Bintik-bintik yang menghiasi kulitnya tak sebanyak pada lele dumbo biasa.
3. Sirip dan Ekor
Lele sangkuriang memiliki tiga buah sirip tunggal, yakni sirip punggung,
sirip ekor, dan sirip dubur. Selain itu, lele sangkuriang mempunyai dua buah sirip
berpasangan, yakni sirip perut dan sirip dada. Sirip dada lele sangkuriang sangat
keras dan bentuknya meruncing. Sirip dada ini populer di masyarakat dengan
sebutan patil. Selain berguna sebagai alat bantu gerak, juga berfungsi sebagai
senjata untuk pertahanan diri. Lele menggunakan sirip dada untuk menopang
tubuh dan bergerak saat berada di darat. Patil yang dimiliki lele sangkuriang tidak
beracun. Berbeda dengan patil pada lele lokal yang mengandung racun, sehingga
berbahaya jika patil tersebut menusuk bagian tubuh manusia. Sementara itu, sirip
punggung lele sangkuriang panjangnya hampir memenuhi tiga perempat panjang
badan.
15
2.1.4 Keunggulan Ikan Lele Sangkuriang
Menurut Warisno dan Dahana (2009:9-12), ikan lele sangkuriang memiliki
banyak keunggulan dibanding lele lokal maupun lele dumbo biasa. Kelebihan ini
menjadikan lele sangkuriang pantas menjadi primadona di antara peternak lele
saat ini. Keunggulan itu antara lain:
1. Pertumbuhannya lebih cepat
Pertumbuhan lele sangkuriang lebih cepat dibanding lele dumbo biasa. Pada
tahap pembesaran ikan lele konsumsi, pertumbuhan ikan lele sangkuriang
mencapai 3,53%, sedangkan lele dumbo biasa hanya 2,73%.
2. Umur panen lebih pendek
Dengan pertumbuhan yang lebih cepat, lele sangkuriang dapat lebih cepat
dipanen dibanding lele dumbo biasa. Lele ukuran konsumsi biasanya dipanen
saat bobotnya 100-150 gram (7-10 lele/kg). Untuk mencapai ukuran ini, lele
sangkuriang hanya membutuhkan waktu 60-70 hari, sedangkan lele dumbo
biasanya butuh waktu 100-110 hari (asumsi pemeliharaan intensif).
3. Fekunditas dan daya tetas telur tinggi
Tingkat fekunditas lele sangkuriang dua kali lebih tinggi dari lele dumbo.
Daya tetas telur lele sangkuriang mencapai 90% lebih, sementara lele dumbo
hanya 80% lebih. Dengan demikian, anakan yang dihasilkan lebih banyak
untuk setiap kali pemijahan.
4. Food Conversion Ratio (FCR) rendah
Food Conversion Ratio adalah perbandingan antara jumlah pakan yang
diberikan dengan pertambahan bobot ikan. Nilai FCR lele sangkuriang lebih
rendah dibanding lele dumbo biasa. Lele sangkuriang FCRnya antara 0,8-1,0
16
dengan rata-rata sekitar 0,9. Lele dumbo biasa memiliki FCR antara 1,0-1,1.
Dengan nilai FCR lebih rendah berarti biaya pakan juga lebih rendah.
5. Toleransi terhadap penyakit lebih tinggi
Lele sangkuriang memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap beberapa
jenis bakteri penyebab penyakit, antara lain Trichodina sp. dan
Ichthiophthirius sp. Hasil penelitian BBPBAT Sukabumi menujukkan bahwa
jumlah bakteri jenis ini lebih sedikit pada kolam pemeliharaan lele
sangkuriang dibanding pada kolam pemeliharaan lele dumbo biasa.
6. Kualitas daging lebih baik
Dari segi konsumen, daging lele sangkuriang memiliki kualitas yang lebih
baik karena umur panen yang lebih muda. Banyak konsumen berpendapat
bahwa semakin tua umur lele, semakin menurun kualitas dagingnya.
Pendapat ini agaknya benar sehingga pada umumnya konsumen menyukui
lele dumbo dengan bobot 100-150 gram yang dipanen pada umur 100-110
hari. Untuk mendapatkan lele sangkuriang dengan bobot yang sama, hanya
diperlukan waktu 60-70 hari. Dengan umur yang lebih muda, totok
(tempurung kepala) lele sangkuriang cukup renyah dan dapat dikonsumsi.
Hal ini penting karena panjang kepala lele dumbo dan sangkuriang mencapai
seperempat panjang total tubuhnya.
7. Teknik budidaya mudah
Budidaya lele sangkuriang sebenarnya tidak berbeda dengan budidaya lele
dumbo biasa, bahkan relatif lebih mudah. Hal ini karena budidaya lele
sangkuriang lebih cepat panen. Selain itu, lele sangkuriang juga memiliki
daya tahan yang cukup tinggi terhadap berbagai bakteri penyebab penyakit.
17
2.2 Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik Tradisional
A. Pembuatan Kolam Pembesaran
Nasrudin (2014:89-90) menjelaskan jenis kolam yang baik untuk
pembesaran lele sangkuriang adalah kolam semen dan kolam terpal. Kolam
tanah sebenarnya juga bisa digunakan, tetapi tanah tersebut harus yang
benar-benar bisa menahan air dengan baik. Berdasarkan pengalaman, hama
lebih banyak dijumpai di kolam tanah. Akibatnya, produksi lele tidak
maksimal.
1. Kolam Terpal
Kolam terpal memiliki beberapa keunggulan, diantaranya teknis
pembuatannya yang mudah, praktis, dan biaya pembuatan kolam yang
murah. Untuk seorang pemula pada tahap belajar mengenai pembesaran
lele sangkuriang, disarankan untuk memilih kolam yang tidak terlalu
luas. Dengan demikian, jika hasil produksi masih rendah, kerugian tidak
terlalu besar. Setelah hasil produksi cukup baik, bisa dilanjutkan dengan
membuat kolam yang berukuran lebih luas. Jika modal yang dimiliki
cukup besar dan punya keberanian yang tinggi, pembudidaya dapat
membuat beberapa buah kolam dengan ukuran yang sama.
2. Kolam Semen (Kolam Tembok)
Kolam semen sebenarnya lebih permanen dibandingkan dengan kolam
terpal. Tetapi biaya pembuatan kolam semen relatif lebih mahal dari pada
pembuatan kolam terpal. Sebenarnya, kolam semen juga tak lepas dari
kendala. Jika kolam semen sudah mengalami keretakan maka harus
melapisi kolam menggunakan terpal.
18
B. Persiapan Kolam
Setelah kolam yang akan digunakan untuk pembesaran selesai dibuat,
langkah selajutnya menyiapkan kolam tersebut agar siap untuk ditebar benih.
Adapun tahapan yang dijelaskan oleh Nasrudin (2014:94-97) yaitu:
1. Mengisi kolam dengan air bersih yang bebas dari limbah dan bahan kimia
hingga setinggi 50 cm.
2. Melakukan pengomposan atau pemupukan menggunakan kotoran kambing
atau domba yang basah. Pengomposan dilakukan dengan cara membagi
dua bagian kotoran kambing atau domba, masing-masing 7,5 kg.
Memasukkan kotoran ke dalam karung yang berbeda, lalu ikat rapat.
Selanjutnya, meletakkan karung tersebut di dalam kolam (tidak boleh
disebar) selama delapan hari. Pengomposan untuk menciptakan air kolam
dengan PH yang sesuai dengan kebutuhan lele sangkuriang, yakni 7-8.
3. Menambahkan ramuan herbal ke dalam kolam. Dosisnya 20 cc untuk
kolam seluas 10 m2. Caranya, menuangkan herbal ke dalam lima liter air
dan menambahkan dua sendok makan garam. Mengaduk hingga larut, lalu
menyiramkan ke kolam. Pemberian herbal bertujuan untuk menetralkan air
dari kandungan zat kimia yang berbahaya, menyeimbangkan PH dan suhu
air, menguatkan daya tahan tubuh lele, serta menangkal penyakit yang
mungkin mengancam kesehatan lele.
4. Mengangkat karung pada hari ke-8. Sebelum mengangkat total, naik dan
turunkan karung tersebut di dalam kolam beberapa kali. Tujuannya, agar
kandungan atau zat organik yang terdapat dalam kotoran kambing tersebut
keluar dan menyebar ke dalam air.
19
C. Penebaran Benih dan Pemeliharaannya
Nasrudin (2014:97-103) menjelaskan benih yang ditebar sangat
menentukan produksi lele konsumsi. Benih yang di pilih harus berkualitas
agar pertumbuhannya baik, tidak mudah terserang penyakit, dan lele konsumsi
yang dihasilkan bermutu baik. Waktu yang baik untuk menebar benih lele
adalah pada pagi atau sore hari. Waktu tersebut untuk menghindari terik
matahari. Penebaran benih dilakukan secara perlahan agar benih lele tidak
stress. Caranya, memiringkan wadah berisi benih lele sedikit demi sedikit di
permukaan air kolam. Membiarkan benih lele keluar dengan sendirinya.
Kepadatan penebaran benih lele sangkuriang yaitu 100-120 ekor /m2.
Frekuensi pemberian pakan pun tidak 2-3 kali sehari, melainkan bisa lebih
sering dari itu, yaitu 5-6 kali sehari. Hal penting yang harus diperhatikan
adalah jarak antara pemberian pakan, yakni minimum 2-3 jam. Misalnya
pemberian pakan pada pukul 09.00, pukul 12.00, pukul 17.00, dan 19.00.
Pemberian pakan tidak dianjurkan sebelum matahari terbit agar polusi udara
yang mencemari permukaan air kolam terjemur sinar matahari lebih dahulu
sebelum diberi pakan baru. Pakan yang diberikan yaitu pelet murni.
Dalam usaha pembesaran lele, air kolam tidak boleh diganti hingga masa
panen tiba. Kecuali jika air berbau amis, yang umumnya disebabkan oleh
timbunan sisa pakan di dasar kolam. Usai panen, barulah air boleh diganti. Air
yang digunakan harus sudah melalui proses pengomposan atau pemupukan
terlebih dahulu.
20
2.3 Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik Biofloc
Amri dan Khairuman (2014:58-59) menjelaskan pembesaran lele bisa
dilakukan secara intensif di lahan dan air terbatas dengan kepadatan tinggi.
Dahulu kepadatan penebaran lele berkisar 100-200 ekor/m2. Dengan adanya
teknik biofloc, lele dapat dipelihara dengan kepadatan di atas 1000 ekor/m2
dengan pemberian pakan yang berprotein tinggi serta aplikasi probiotik. Pakan
yang diberikan semuanya berupa pelet.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata tidak semua protein yang terkandung
di dalam pakan dapat diserap oleh ikan. Bahkan sebagian besar terbuang. Menurut
hasil penelitian, protein yang terbuang oleh ikan lele sebesar 35%, ikan nila 65%,
dan udang mencapai 75% dari pakan yang diberikan. Protein yang terbuang
sebenarnya dapat dimanfaatkan kembali dengan teknologi biofloc.
Suprapto dan Samtafsir (2013:65) menjelaskan beberapa keuntungan yang
diperoleh dengan mengaplikasikan teknologi biofloc pada budidaya ikan lele
anatara lain:
a. Sedikit memerlukan pergantian air (efisien air).
b. Tidak menggunakan bahan kimia selama masa budidaya kecuali di awal
persiapan.
c. Dapat dilakukan dengan padat tebar tinggi hingga 3000 ekor per m3.
d. FCR rendah, dapat mencapai 0,7 (efisien pakan).
e. Membuang limbah lebih sedikit.
f. Dapat diterapkan di dalam ruangan (rumah) tanpa terkena sinar matahari
langsung.
21
Menurut Suprapto dan Samtafsir (2013:17), biofloc berasal dari kata “bios”
artinya kehidupan dan “floc” artinya gumpalan. Jadi pengertian biofloc adalah
kumpulan dari berbagai organisme (bakteri, jamur, algae, protooa, cacing, dan
lain-lain) yang tergabung dalam gumpalan (floc). Teknologi biofloc pada awalnya
merupakan adopsi dari teknologi pengolahan limbah (lumpur aktif) secara biologi
dengan melibatkan aktivitas mikroorganisme (seperti bakteri).
Bahan organik yang merupakan limbah diaduk dan diaerasi. Bahan organik
yang tersuspensi akan diuraikan oleh bakteri heterotrof secara aerobic menjadi
senyawa anorganik. Bila bahan organik mengendap (tidak teraduk) maka akan
terjadi kondisi yang anaerobik sehingga merangsang bakteri anaerobik untuk
mengurai bahan organik menjadi bahan organik yang lebih sederhana serta
senyawa yang bersifat racun seperti ammonia, nitrit, H2S, metana. Kotoran yang
mengendap harus segera dibuang agar tidak sampai menimbulkan masalah.
Dalam konsep teknologi biofloc, senyawa nitrogen anorganik, (terutama
amonia yang bersifat racun bagi ikan) didaur ulang menjadi protein sel mikroba
sehingga bisa dimakan hewan pemakan detritus seperti nila, udang, vaname dan
ikan lele. Prosesnya, bahan organik dalam kolam diaduk dan diaerasi agar terlarut
dalam kolam air untuk merangsang perkembangan bakteri heterotrof aerobik
menempel pada partikel organik, menguraikan bahan organik, selanjutnya
menyerap mineral seperti amonia, fosfat dan nutrisi lain dalam air. Hasilnya,
kualitas air menjadi lebih baik dan bahan organik didaur ulang menjadi detritus
yang diperkaya (Suprapto dan Samtafsir, 2013:18).
22
Menurut Suprapto dan Samtafsir (2013:19-20), fungsi biofloc di dalam
kolam antara lain:
1. Mengurai bahan organik dan menghilangkan senyawa beracun,
2. Menstabilkan dan memperbaiki mutu air,
3. Mengubah amoniak menjadi protein sel dengan menambahkan karbohidrat,
4. Menekan organisme pathogen,
5. Sebagai bahan makanan tambahan bagi ikan.
Amri dan Khairuman (2014:59-63) menjelaskan cara pembesaran ikan lele
sangkuriang dengan teknik biofloc yaitu:
1. Menyiapkan tempat dan bahan
Wadah budidaya pembesaran lele menggunakan teknik biofloc adalah bak
semen atau terpal. Wadah dapat berbentuk bulat, persegi atau persegi panjang.
Lokasi wadah sebaiknya berada di tempat yang terbuka yang mendapatkan sinar
matahari langsung. Ukuran wadah dapat disesuaikan dengan ketersediaan lahan
atau dana.
2. Menyiapkan benih
Benih ikan lele yang akan dipelihara sebaiknya berukuran 7-9 cm. Benih
yang dipelihara harus jelas asal-usulnya, bisa dari hasil pemijahan sendiri atau
dari tempat lain, seperti unit pembenihan rakyat atau lembaga pemerintah. Benih
lele harus sehat dan tidak cacat serta berukuran sama berat atau panjang.
Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu rendah. Agar benih
lele tidak mengalami stress, terlebih dahulu melakukan penyesuian dengan cara
menambahkan sedikit demi sedikit air kolam ke dalam wadah pengangkutan ikan.
Lalu biarkan benih lele keluar sendiri ke kolam pemeliharaan.
23
3. Menyiapkan bakteri heterotrof
Bakteri yang digunakan adalah Bacillus sp yang merupakan produk probiotik
komersial yang saat ini mudah didapat karena banyak dijual di pasaran.
4. Menyiapkan sumber karbon
Sumber karbon yang digunakan adalah tepung tapioka. Penggunaan tepung
tapioka didasarkan pada kemudahan mencari sumber karbon tersebut.
5. Menyiapkan pakan
Pakan buatan yang diberikan adalah pakan komersial berbentuk pelet apung
dengan kandungan protein kasar 32% yang saat ini mudah ditemukan di pasaran.
6. Menyiapkan media dan penebaran ikan
Bak tembok yang akan digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu dan
dikeringkan selama 2-3 hari. Kemudian, bak diisi air bersih setinggi 100 cm dan
disterilkan dengan penambahan kaporit sebanyak 30 g/m3. Jika tidak diberi
kaporit, tambahkan kapur sebanyak 30 g/m3, dan biarkan media sekitar 1 minggu
untuk menetralisir klor aktif (bahan beracun).
7. Pembentukan biofloc
Inokulum probiotik (bakteri heterotrof Bacillus sp) atau probiotik diberikan
di awal masa pemeliharaan sebanyak 20 ml/m3 air. Media pemeliharaan lalu
diberi tepung tapioka setiap hari. Pengurangan bahan organik dapat dilakukan
melalui penggantian air.
8. Manajemen pakan dan pemberian pakan
Pembesaran lele dilakukan selama 2 bulan. Untuk pembesaran lele dengan
teknologi biofloc, pakan yang diberikan berupa pelet. Frekuensi pemberian pakan
cukup 2 kali sehari, yaitu pagi hari pada pukul 07.00 dan sore pukul 17.00.
24
9. Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah ikan mencapai ukuran 8-10 ekor/kg.
Pemanenan dilakukan dengan cara membuang atau mengurangi air media
pemeliharaan, lalu ikan ditangkap dengan menggunakan alat tangkap seperti seser.
Sebelum dijual ikan dipuasakan dahulu selama beberapa jam agar saat diangkut,
kotoran-kotorannya sudah terbuang. Jika pemeliharaan sesuai petunjuk, maka
tingkat kelangsungan hidupnya mencapai 95-98% dari benih yang ditebarkan.
10. Penanggulangan penyakit
Sepanjang pemeliharaan lele mengikuti petunjuk teknis untuk berbagai
wadah budidaya seperti yang diuraikan sebelumnya, kemungkinan lele tidak akan
terserang oleh penyakit. Namun, bila lele terserang penyakit, pisahkan ikan-ikan
yang sakit ke tempat lain. Untuk pencegahan penyakit dapat menggunakan obat-
obatan seperti inrofloxs-25 dosis 2-4 gram dicampur pakan 1 kg dan diberikan
selama 3-5 hari berturut-turut. Untuk pengobatan penyakit menggunakan
inrofloxs-25 dosis 4-6 gram, juga campur dengan pakan 1 kg dan diberikan
selama 3-5 hari berturut-turut.
Suprapto dan Samtafsir (2013:102-106) menjelaskan dalam sistem biofloc,
yang di dalamnya didominasi oleh mikroba (bakteri) yang menguntungkan maka
perlakuan yang diberikan harus sesuai dan tidak boleh memberi bahan yang
bersifat merusak atau membunuh bakteri seperti desinfektan maupun antibiotik.
Bahan yang diberikan justru mendukung kerja biofloc. Macam-macam perlakuan
yang diberikan, molase, garam non-iodium, kapur dolomit.
25
1. Probiotik
Dalam budidaya ikan yang menerapkan sistem sedikit / tanpa ganti air, peran
probiotik sangat penting dalam pengendalian kualitas air. Probiotik bertugas
mengurai bahan organik yang berasal dari sisa pakan, kotoran ikan dan jasad yang
mati. Probiotik juga berperan mendaur ulang nitrogen anorganik (amonia)
menjadi protein sel yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan tambahan bagi
ikan. Probiotik diberikan sejak persiapan air hingga menjelang panen. Perlakuan
probiotik akan lebih baik bila bersamaan dengan molase.
2. Karbohidrat (Tepung Terigu, Tapioka atau Tetes / Molase)
Pemberian molase dilakukan sejak persiapan. Tujuannya adalah untuk
merangsang perkembangan bakteri probiotik dan pembentukan biofloc. Aplikasi
karbohidrat pada masa budidaya bisa dilakukan dengan dua cara yaitu molase atau
tepung pati langsung dicampur dengan pakan dan molase atau tepung pati
diberikan melalui air.
3. Garam
Ikan lele pada dasarnya hidup pada kadar garam 0-5 promil. Dengan adanya
tambahan garam dalam media akan membuat ikan lele hidup lebih nyaman.
Pemberian garam juga memiliki fungsi untuk menekan perkembangan parasite.
Garam diberikan sejak persiapan kolam sebelum tebar benih dan setelah
melakukan pergantian air.
4. Kapur dolomit
Pemberian kapur dolomit dapat membantu pembentukan floc. Kapur dolomit
juga sangat berperan dalam mengikat CO2, mempertahankan PH dan alkalinitas.
Perlakuan pemberian kapur dilakukan seminggu sekali pada malam hari.
26
2.4 Biaya
Menurut Muhandi dan Siswanto (2001:3-4) dalam arti sempit biaya
didefinisikan sebagai harga pokok yang dikorbankan di dalam usaha untuk
memperoleh penghasilan. Dalam arti luas biaya didefinisikan sebagai
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi
dan mungkin akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.
Biaya adalah satuan nilai yang dikorbankan dalam suatu proses produksi
untuk mencapai suatu hasil produksi. Beban arus barang dan jasa yang
dibebankan kepada pendapatan (benefit) untuk menentukan laba (income), atau
harga perolehan yang dikorbankan dalam rangka memperoleh penghasilan dan
dipakai sebagai pengurang penghasilan yang disebut beban (expense), sedangkan
nilai uang dari alat-alat produksi yang dikorbankan disebut harga pokok (Fuad,
2006:153).
Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan yaitu
(Widilestariningtyas, 2012:12-13):
1. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan
baku menjadi bahan jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya
depresiasi mesin dan perlengkapan, biaya bahan baku, mapun biaya bahan
penolong yang berhubungan dengan proses produksi. Menurut objek
pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
2. Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi,
27
biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan
yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh (sample).
3. Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi
kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini biaya gaji
karyawan bagian keuangan, akuntansi, biaya foto copy.
Rahardja dan Manurung (2002:125) menjelaskan bahwa biaya total (total
cost) sama dengan biaya tetap ditambah biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost)
adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi, contohnya
biaya barang modal, gaji pegawai, bunga pinjaman, sewa gedung kantor. Biaya
variabel (variable cost) adalah biaya yang besarnya tergantung pada tingkat
produksi, contohnya upah buruh, biaya bahan baku.
Hanafie (2010:199) menjelaskan dalam jangka pendek, biaya produksi dapat
pula dikelompokkan menjadi biaya tetap atau biaya variabel. Biaya tetap adalah
semua jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya
produksi. Adapun yang termasuk dalam kelompok biaya tetap, misalnya sewa
tanah yang berupa uang atau pajak, yang penentuannya berdasarka luas lahan.
Jumlah biaya tetap adalah konstan. Selain biaya tersebut, hampir semua biaya
termasuk dalam kelompok biaya tidak tetap karena besar-kecilnya berhubungan
langsung dengan besar kecilnya produksi. Adapun yang termasuk dalam
kelompok biaya tidak tetap, misalnya biaya-biaya untuk bibit, persiapan, serta
pengolahan lahan dan lain-lain.
28
Suliyanto (2010:187) menjelaskan penyusutan diartikan sebagai sebagian
harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya
setiap periode akuntansi. Untuk melakukan perhitungan biaya penyusutan per
periode akuntansi, informasi-informasi berikut sangat diperlukan.
1. Harga perolehan (cost)
Harga perolehan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh dan
menempatkan aktiva tetap, termasuk di dalamnya adalah biaya negosiasi,
transportasi, pemasang, dan uji coba aktiva tetap.
2. Nilai sisa (residu)
Nilai sisa adalah jumlah yang dapat diterima bila aktiva yang sudah tidak
dapat digunakan dijual, ditukar, atau cara-cara lain dikurangi biaya yang
terjadi untuk menjual/menukarnya.
3. Umur Ekonomis
Umur ekonomis merupakan taksiran umur suatu aktiva, yang dinyatakan
dalam suatu periode waktu maupun satuan hasil produksi atau satuan jam
kerja.
Metode yang paling sederhana dan paling banyak digunakan untuk
menghitung penyusutan yaitu metode garis lurus (straight-line method). Metode
ini mengasumsikan bahwa beban penyusutan setiap periode adalah sama.
Harga Perolehan – Nilai residu
Penyusutan =
Umur Ekonomis
29
2.5 Pendapatan
Pendapatan dari penjualan adalah seluruh total tagihan kepada pelanggan atas
barang yang dijual, baik secara tunai maupun kredit. Pendapatan yaitu
pertambahan harta diluar tambahan investasi yang mengakibatkan modal
bertambah. Pendapatan usaha merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil
usaha pokok perusahaan, sedangkan pendapatan diluar usaha yaitu pendapatan
yang diperoleh dari bukan usaha pokok perusahaan (Niswonger, 1992:197).
Menurut Soekartawi (1995:54), penerimaan usahatani adalah perkalian
antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Hal tersebut dapat dinyatakan
dalam rumus sebagai berikut: TR = Y x Py
Keterangan: TR = Total penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py = Harga Y
Menurut Kotler (1998:115), harga jual dalam arti sempit merupakan jumlah
uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa. Dalam arti luas, harga jual
adalah jumlah dari nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki
atau menggunakan produk atau jasa.
Soekartawi (1995:57-58) menjelaskan bahwa pendapatan usahatani adalah
selisih antara penerimaan dan semua biaya. Hal tersebut dapat dinyatakan dalam
rumus sebagai berikut:
Pd = TR – TC
Keterangan: Pd = Pendapatan usahatani
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya
30
2.6 Analisis Kelayakan Usaha
Suliyanto (2010:3) menjelaskan studi kelayakan bisnis merupakan penelitian
yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk
dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan
jika ide dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak
dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan.
Menurut Sofyan (2004:105-106), analisis finansial adalah kegiatan
melakukan penilaian dan penentuan suatu rupiah terhadap aspek-aspek yang
dianggap layak dari keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha.
Kegiatan analisis finansial dapat dikelompokkan ke dalam kegiatan utama yaitu:
1. Membuat seluruh rekap penerimaan,
2. Membuat rekap dari semua biaya,
3. Menguji apakah aliran kas masuk yang dihasilkan oleh usaha ini layak
berdasarkan kriteria finansial yang ada.
Untuk menganalisis kelayakan usaha pada umumnya disertai dengan analisis
finansial seperti analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C Ratio), analisis rasio
keuntungan atas biaya (B/C Ratio), Break Even Point (BEP), dan Payback Period
(PP).
1. Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio)
Rahim dan Hastuti (2007:167) menyatakan bahwa analisis rasio penerimaan
atas biaya (R/C ratio) merupakan perbandingan (ratio atau nisbah) antara
penerimaan (revenue) dan biaya (cost).
Penerimaan
R/C Ratio =
Biaya
31
Menurut Soeharjo dan Patong (1991:19), rasio penerimaan atas biaya
menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah
yang dikeluarkan dalam produksi usahatani. Rasio penerimaan atas biaya produksi
dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relative kegiatan usahatani,
artinya dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah
usahatani menguntungkan atau tidak.
2. Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio)
Menurut Soeharto (1997:441), B/C ratio merupakan metode yang dilakukan
untuk melihat berapa manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu satuan mata
uang (dalam hal rupiah) yang dikeluarkan. B/C ratio adalah suatu rasio yang
membandingkan antara benefit atau pendapatan dari suatu usaha dengan biaya
yang dikeluarkan.
Pendapatan
B/C Ratio =
Biaya
Rahim dan Hastuti (2007:168) menyatakan bahwa analisis rasio keuntungan
atas biaya (B/C ratio) pada prinsipnya sama saja dengan analisis rasio penerimaan
atas biaya (R/C ratio), hanya saja pada analisis rasio keuntungan atas biaya (B/C
ratio) yang dipentingkan adalah besarnya manfaat.
Analisis rasio keuntungan atas biaya (B/C ratio) adalah perbandingan antara
tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu
usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila analisis rasio keuntungan
atas biaya (B/C ratio) lebih besar dari nol. Semakin besar nilai rasio keuntungan
atas biaya (B/C ratio), maka semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh dari
usaha tersebut (Rahardi dan Hartanto, 2003:69).
32
3. Break Even Point (BEP)
Kordi (2012:163) menjelaskan break even point adalah suatu kondisi dimana
modal telah kembali semua atau pengeluaran sama dengan pendapatan. Pada saat
BEP dicapai, kondisi usaha tidak untung dan tidak rugi. Terdapat dua macam
BEP, yaitu BEP volume produksi dan BEP harga produksi. Kedua BEP tersebut
dapat dihitung dengan rumus berikut:
Total Biaya
BEP Volume Produksi =
Harga Per Unit
Total Biaya
BEP Harga Produksi =
Total Produksi
Analisis titik impas / analisis pulang pokok / break even analysis / cost profit
volume dapat membantu manajemen dalam mengambil keputusan, antara lain
tentang hal-hal berikut (Halim, 2007:188):
a. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
rugi
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba tertentu.
c. Sampai seberapa besar omzet penjualan boleh turun agar perusahaan tidak
rugi.
d. Sampai seberapa besar efek dari perubahan harga jual, biaya, dan volume
penjualan terhadap laba yang akan diperoleh.
4. Payback Period (PP)
Suliyanto (2010:196) menjelaskan payback period merupakan metode yang
digunakan untuk menghitung lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan
uang yang telah diinvestasikan dari aliran kas masuk (proceeds) tahunan. Apabila
33
proceeds setiap tahunnya jumlahnya sama, payback period (PP) dari suatu
investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi (outlays) dengan
dengan proceeds tahunan. Rumus yang digunakan untuk menghitung payback
period (PP) adalah sebagai berikut.
Investasi kas bersih
Payback Period (PP) =
Aliran kas masuk bersih tahunan
2.7 Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu untuk analisis biaya dan pendapatan atau analisis
kelayakan usahatani memang telah banyak diteliti. Analisis pendapatan usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang juga sudah ada yang meneliti, tetapi analisis
biaya dan pendapatan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional
dan biofloc di Kota Depok belum penah diteliti sebelumnya.
Penelitian pertama dilakukan oleh Utama (2011) dengan judul “Analisis
Pendapatan Usaha Pengolahan Fillet Ikan (Studi Kasus PT. Ojid Kharisma
Nusantara Pada Tahun 2010)”. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh penulis
yaitu menghitung pendapatan dan menganalisis kelayakan usaha menggunakan
B/C ratio, payback period (PP), dan break even point (BEP). Perbedaan penelitian
yang dilakukan oleh penulis yaitu tempat penelitian dan tahun penelitian.
Penelitian kedua dilakukan oleh Jamaludin (2015) dengan judul “Analisis
Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) di
Bojong Farm Kabupaten Bogor”. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh
penulis yaitu meneliti pendapatan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang,
menghitung pendapatan dan menganalisis kelayakan usaha menggunakan R/C
ratio, B/C ratio, break even point (BEP), dan payback period (PP). Perbedaan
34
penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu tempat penelitian dan menganalisis
sensitivitas dan switching value.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Sembiring (2011) dengan judul “Analisis
Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Studi Kasus: Yoyok Fish
Farm, Desa Pasing Angin, Kecamatan Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat).
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu meneliti usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang dan menganalisis kelayakan usaha
menggunakan NPV, IRR, Net B/C, dan payback period (PP). Perbedaan
penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu tempat penelitian dan menganalisis
switching value.
2.8 Kerangka Pemikiran
Pada pembesaran ikan lele sangkuriang terdapat dua teknik dalam budidaya
yaitu teknik tradisional dan biofloc. Teknik tradisional dilakukan di Pokdakan
Mandiri Sangkuriang. Sedangkan teknik bioloc dilakukan di PT. Agro 165
Nusantara Jaya. Perbedaan teknik tersebut membuat biaya yang dikeluarkan dan
pendapatan yang diperoleh dalam pembesaran ikan lele sangkuriang juga berbeda.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis biaya dan pendapatan usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional dan biofloc.
Total biaya berasal dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel.
Sedangkan pendapatan diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan total biaya.
Selain itu dalam penelitian ini juga menganalisis kelayakan usaha secara finansial
menggunakan R/C Ratio, B/C Ratio, Break Even Point (BEP) dan Payback Period
(PP) untuk meyakinkan bahwa usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik
35
tradisional dan biofloc layak atau tidak untuk dijalankan. Dari hasil analisis dapat
mengetahui kelebihan dan kelemahan teknik tradisional dengan biofloc pada
usaha pembesaran ikan lele sangkuriang. Berdasarkan uraian diatas maka
gambaran kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pembesaran
Ikan Lele Sangkuriang Teknik Tradisional dan Biofloc di Kota Depok
Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Total Biaya
Analisis Kelayakan Usaha
(R/C Ratio, B/C Ratio, BEP,PP)
Kelebihan dan Kelemahan Teknik Tradisional dengan
Biofloc Pada Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
Tradisional
Pokdakan Mandiri Sangkuriang
Biofloc
PT. Agro 165 Nusantara Jaya
Penerimaan
Pendapatan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua tempat budidaya ikan lele sangkuriang dengan
teknik yang berbeda. Penelitian pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang
teknik tradisional dilakukan di Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Mandiri
Sangkuriang yaitu usaha milik Bapak Sumadi beralamat di Jalan Mesjid Samsul
Iman No.20, RT 01/003, Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Depok, Jawa
Barat. Penelitian pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc
dilakukan di PT. Agro 165 Nusantara Jaya beralamat di Jalan Raya Keadilan,
No.65, RT 11/001, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas,
Depok, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive). Pokdakan Mandiri Sangkuriang dipilih sebagai tempat penelitian
karena satu-satunya kelompok budidaya ikan lele teknik tradisional yang dibina
oleh Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok. PT. Agro 165 Nusantara Jaya
dipilih sebagai tempat penelitian karena perusahaan ini sebagai Pusat Pelatihan
Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) dalam budidaya ikan biofloc.
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2015 sampai Februari 2016.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Data primer
diperoleh melalui hasil wawancara langsung dengan responden yaitu Bapak
Sumadi sebagai anggota Pokdakan Mandiri Sangkuriang dan karyawan PT. Agro
165 Nusantara Jaya yang dipandu kuesioner. Jenis data yang dikumpulkan berupa
biaya-biaya yang dikeluarkan, total panen, dan harga jual ikan lele sangkuriang.
37
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di Pokdakan Mandiri Sangkuriang, PT Agro 165
Nusantara Jaya, dan instansi pemerintah yakni Dinas Pertanian dan Perikanan
Kota Depok. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan Bapak Sumadi
sebagai anggota Pokdakan Mandiri Sangkuriang, Bapak Legisan S Samtafsir
sebagai pimpinan PT Agro 165 Nusantara Jaya, dan Jamalluddin sebagai
karyawan divisi budidaya ikan di PT Agro 165 Nusantara Jaya. Wawancara
adalah percakapan yang dilakukan oleh pewawancara kepada responden guna
menggali informasi atau data yang digunakan untuk kebutuhan penelitian.
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan
analisis kuantitatif. Analisis data kuantitatif untuk mengetahui biaya yang
dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang teknik tradisional dan biofloc dalam satu periode (3 bulan). Alat
analisis dalam penelitian ini yaitu analisis kelayakan usaha untuk melihat sejauh
mana usaha tersebut dapat dikatakan layak untuk dikembangkan menggunakan
analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio), analisis rasio keuntungan atas
biaya (B/C ratio), break even point (BEP), payback period (PP). Untuk
mengetahui kelebihan dan kelemahan teknik tradisional dan biofloc pada
pembesaran ikan lele sangkuriang dengan mengolah data secara manual.
Pengolahan data kuantitatif ini menggunakan alat bantu kalkulator dan melalui
program Microsoft Office Excel 2007.
38
3.4.1 Biaya Usaha
Total biaya yaitu penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel dalam satu
periode usaha pembesaran ikan lele teknik tradisional dan biofloc. Pernyataan
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
TC = FC + VC
Keterangan: TC = Total biaya usaha pembesaran ikan lele sangkuriang
FC = Biaya tetap usaha pembesaran ikan lele sangkuriang
VC = Biaya variabel usaha pembesaran ikan lele sangkuriang
3.4.2 Pendapatan
Penerimaan adalah perkalian antara total panen dengan harga jual dalam satu
periode usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional dan biofloc.
Hal tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
TR = Y x Py
Keterangan: TR = Penerimaan penjualan ikan lele sangkuriang
Y = Total panen ikan lele sangkuriang
Py = Harga jual ikan lele sangkuriang dalam 1 kg
Pendapatan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang adalah penerimaan
dikurangi total biaya dalam satu periode usaha pembesaran ikan lele sangkuriang
teknik tradisional dan biofloc. Hal tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut:
Pd = TR – TC
Keterangan: Pd = Pendapatan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang
TR = Penerimaan penjualan ikan lele sangkuriang
TC = Total biaya usaha pembesaran ikan lele sangkuriang
39
3.4.3 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio)
Analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio) merupakan perbandingan antara
penerimaan dengan total biaya produksi dalam satu periode usaha pembesaran
ikan lele sangkuriang teknik tradisional dan biofloc.
Kriteria keputusan:
- R/C > 1 berarti usaha layak untuk dijalankan
- R/C < 1 usaha tidak menguntungkan dan tidak layak
- R/C =1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi titik impas.
Secara sistematis R/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Penerimaan Penjualan Ikan Lele Sangkuriang
R/C Ratio =
Total Biaya Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
3.4.4 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio)
Analisis rasio keuntungan atas biaya (B/C ratio) adalah perbandingan antara
pendapatan dengan total biaya produksi dalam satu periode usaha pembesaran
ikan lele sangkuriang teknik tradisional dan biofloc. Usaha dikatakan layak dan
memberikan manfaat apabila B/C ratio lebih besar dari nol. Semakin besar nilai
B/C ratio, maka semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh dari usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang. Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:
Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
B/C Ratio =
Total Biaya Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
3.4.5 Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) merupakan titik pulang pokok untuk melihat pada
tingkat volume dan harga berapa tidak memberikan keuntungan dan tidak pula
mengalami kerugian dalam satu periode usaha pembesaran ikan lele sangkuriang
40
teknik tradisional dan biofloc. Terdapat dua macam BEP, yaitu BEP volume
produksi dan BEP harga produksi. Kedua BEP tersebut dapat dihitung dengan
rumus berikut:
Total Biaya Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
BEP Volume =
Harga Jual Per Kg Ikan Lele Sangkuriang
Total Biaya Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
BEP Harga =
Total Panen Ikan Lele Sangkuriang
3.4.6 Payback Period (PP)
Payback Period (PP) merupakan suatu periode waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan uang yang telah diinvestasikan pada usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang teknik tradisional dan biofloc. Rumus yang digunakan untuk
menghitung Payback Period (PP) adalah sebagai berikut.
Investasi Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
Payback Period (PP) =
Pendapatan dalam Satu Tahun
3.5 Definisi Operasional
Menurut Bungin (2006:36), definisi operasional adalah definisi yang
didasarkan atas sifat-sifat hal definitive yang dapat diukur dan diamati, sebagai
titik tolak persamaan persepsi dalam penelitian. Definisi operasional dalam
penelitian ini adalah:
1. Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional adalah usaha yang
dilakukan dengan membesarkan bibit ikan lele sangkuriang sampai ukuran
konsumsi menggunakan teknik tradisional yang turun menurun.
41
2. Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc adalah usaha yang
dilakukan dengan membesarkan bibit ikan lele sangkuriang sampai ukuran
konsumsi dengan mengolah kotoran dan sisa pakan dengan bantuan aerator
agar bisa dimanfaatkan kembali sebagai pakan tambahan.
3. Biaya tetap dalam penelitian ini yaitu biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi dalam satu periode yang besarnya tidak dipengaruhi oleh banyak
produksi yang dihasilkan.
4. Biaya variabel dalam penelitian ini yaitu biaya yang dikeluarkan dalam satu
periode yang besarnya dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang
dihasilkan.
5. Total biaya dalam penelitian ini yaitu penjumlahan biaya tetap dan biaya
variabel dalam satu periode usaha pembesaran ikan lele teknik tradisional dan
biofloc.
6. Penerimaan dalam penelitian ini yaitu perkalian antara total panen dengan
harga jual dalam satu periode usaha pembesaran ikan lele sangkuriang
teknik tradisional dan biofloc.
7. Pendapatan dalam penelitian ini yaitu penerimaan dikurangi total biaya
dalam satu periode usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional
dan biofloc.
8. R/C Ratio dalam penelitian ini yaitu perbandingan antara penerimaan
dengan total biaya produksi dalam satu periode usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang teknik tradisional dan biofloc.
42
9. B/C Ratio dalam penelitian ini yaitu perbandingan antara pendapatan
dengan total biaya produksi dalam satu periode usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang teknik tradisional dan biofloc.
10. Break Even Point (BEP) dalam penelitian ini yaitu titik pulang pokok
untuk melihat pada tingkat volume dan harga berapa tidak memberikan
keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian dalam satu periode usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional dan biofloc.
11. Payback Period (PP) dalam penelitian ini yaitu suatu periode waktu yang
diperlukan dalam melunasi seluruh investasi dalam usaha pembesaran ikan
lele sangkuriang teknik tradisional dan biofloc.
12. Kelebihan yaitu suatu keunggulan melebihi biasanya dalam kegiatan produksi
dan kegiatan finansial pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik
tradisional dan biofloc.
13. Kelemahan yaitu suatu suatu keadaan yang lemah dalam kegiatan produksi
dan kegiatan finansial pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik
tradisional dan biofloc.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Pokdakan Mandiri Sangkuriang
4.1.1 Sejarah Pokdakan Mandiri Sangkuriang
Pokdakan Mandiri Sangkuriang merupakan usaha yang bergerak di bidang
pembenihan dan pembesaran ikan lele sangkuriang yang berlokasi di Jalan Masjid
Samsul Iman RT 01/03, Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Depok, Jawa
Barat. Anggota dari pokdakan ini yaitu Bapak Sumadi dan Suhardi. Bapak
Sumadi mengembangkan usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele di kolam
terpal. Sedangkan Bapak Suhardi mengembangkan usaha di pembesaran ikan lele
di kolam tanah. Pada tanggal 1 Oktober 2014 kelompok ini diberi nama
Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Mandiri Sangkuriang oleh Dinas Pertanian
dan Perikanan Kota Depok.
Pada tanggal 2 Februari 2013 Bapak Sumadi mulai mengembangkan usaha
pembenihan dan pembesaran ikan lele di Bedahan. Pengalaman Bapak Sumadi
dalam usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele dimulai tahun 2007-2012 di
Citeureup Bogor. Awal mula budidaya ikan lele, Bapak Sumadi sering mengalami
kerugian karena banyak bibit yang mati. Hal ini terjadi karena kurangnya
pengetahuan dan pengalaman budidaya ikan lele. Namun karena keinginan
berusaha yang besar membuat Bapak Sumadi tidak menyerah. Dari bertanya-
tanya dengan rekan budidaya ikan lele hingga mengikuti pelatihan dilakukan
Bapak Sumadi untuk menambah pengetahuan. Selama 1 bulan di Purwokerto
mengikuti pelatihan budidaya lele. Adapun ilmu yang didapat yaitu cara budidaya
ikan lele, pembuatan water stabilizer, dan cara mengatasi ikan lele yang sakit
44
dengan pemberian obat-obat alami. Pelatihan kedua dilakukan selama 1 bulan di
Yogyakarta. Dalam pelatihan ini, Bapak Sumadi praktek langsung budidaya
pembesaran ikan lele. Dari pelatihan dan pengalaman budidaya ikan lele di
Citeureup ini menjadi bekal Bapak Sumadi dalam budidaya ikan lele di Bedahan.
Pada awal tahun 2013 Bapak Sumadi pindah rumah ke Bedahan dan kembali
mengembangkan usaha budidaya ikan lele sangkuriang dengan sarana dan
prasarana yang baru. Pada usaha pembenihan ikan lele sangkuriang terdapat 15
kolam ukuran 2 x 4 m2 dengan bahan kerangka bambu dan terpal. Untuk usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang terdapat 7 kolam bulat yang berdiameter 1,70 m
dengan bahan kerangka besi dan terpal. Dalam budidaya ikan lele di Bedahan ini
Bapak Sumadi tidak banyak mengalami kendala karena pengalaman budidaya di
Citeureup sudah menjadi ilmu dalam budidaya ikan lele.
4.1.2. Sarana dan Prasarana Pokdakan Mandiri Sangkuriang
Sarana dan prasarana terdiri dari peralatan-peralatan yang digunakan untuk
menunjang keberlangsungan usaha. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki
oleh Pokdakan Mandiri Sangkuriang milik Bapak Sumadi yaitu:
a. Lahan
Lahan yang dimiliki Bapak Sumadi seluas 600 m2. Namun lahan yang
digunakan untuk pembesaran ikan lele sangkuriang yaitu 50 m2.
b. Bangunan
Bangunan yang dimiliki Bapak Sumadi yaitu rumah dan warung kopi.
Rumah ini digunakan untuk tempat tinggal Bapak Sumadi, istri, dan 4 orang
anaknya. Sedangkan warung kopi merupakan usaha sambilan untuk
menambah penghasilan keluarga Bapak Sumadi. Selain itu warung kopi ini
45
juga digunakan untuk menerima pembeli yang datang untuk membeli ikan
lele sangkuriang.
c. Kolam Produksi
Bapak Sumadi memiliki 15 kolam pembenihan ikan lele sangkuriang
berukuran 2 x 4 m2 dan 7 kolam bulat berdiametar 1,70 m untuk pembesaran
ikan lele sangkuriang. Kegiatan pembenihan ikan lele sangkuriang yang
dilakukan yaitu persiapan kolam pembenihan, pemijahan, penetasan telur,
pemeliharaan benih, dan pemanenan benih. Sedangkan kegiatan pembesaran
ikan lele sangkuriang yaitu persiapan kolam pembesaran, penebaran bibit,
pemeliharaan ikan lele sangkuriang, dan pemanenan ikan lele sangkuriang.
d. Peralatan lainnya
Peralatan lainnya yang digunakan pada usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang yang dimiliki Bapak Sumadi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Peralatan Produksi Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Pokdakan
Mandiri Sangkuriang
No Uraian Jumlah Satuan
1 Mesin Air Wasser 1 Unit
2 Serokan Besar 1 Buah
3 Serokan Sedang 1 Buah
4 Selang 10 Meter
5 Timbangan Manual 1 Unit
6 Sepatu Bot 1 Unit
7 Lampu Untuk Penerangan 1 Buah
8 Drum Plastik 1 Buah
9 Gayung 1 Buah
10 Pompa Celup 1 Unit
11 Motor Mio 1 Unit
12 Kabel Rol 1 Buah
13 Ember Kecil 3 Buah
14 Ember Besar 2 Buah
15 Cangkul 1 Buah
16 Gergaji Kecil 1 Buah
17 Tang 1 Buah Sumber: Data primer (diolah), 2015
46
4.1.3 Proses Produksi Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik
Tradisional di Pokdakan Mandiri Sangkuriang
1. Persiapan Kolam Pembesaran dan Penebaran Bibit
Dalam usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di Pokdakan Mandiri
Sangkuriang milik bapak Sumadi terdapat 7 kolam bulat berdiameter 1,70 m dan
tinggi 1,20 m. Kolam dibeli seharga Rp. 800.000/kolam. Satu paket kolam dengan
harga tersebut terdiri dari kerangka besi, terpal bulat, karpet talang, kawat, kabel
ties, knee L, jaring penutup kolam, paralon pembuangan, biaya mengantar kolam,
dan biaya pemasangan kolam.
Dalam pembesaran ikan lele sangkuriang terlebih dahulu kita membuat
membuat Water Stabilizer (WS) dengan mencampur 15 kg kotoran ayam, 5 kg
dedek halus, 5 kg jerami kering, 3 kg enceng gondok, 3 kg ajola (tumbuhan air),
9 siung bawang putih, dan 1 sdm lada halus. Semua bahan-bahan tersebut
dimasukkan ke dalam drum plastik dan ditutup minimal selama 30 hari. Ukuran
bahan-bahan tersebut bisa digunakan untuk 20 kolam. Water Stabilizer bertujuan
untuk menetralkan air dari kandungan zat kimia yang berbahaya,
menyeimbangkan pH dan suhu air, menguatkan daya tahan tubuh lele, dan
menangkal penyakit yang mungkin mengancam kesehatan lele.
Sebelum bibit ditebar, air yang digunakan untuk mengisi kolam pembesaran
harus dipersiapkan terlebih dahulu. Adapun langkah-langkahnya yaitu:
a. Mengisi kolam dengan air bersih setinggi 50 cm.
b. Memberi campuran water stabilizer sebanyak 1 kg ke dalam kolam, lalu
aduk hingga merata dan diamkan selama 3 hari.
c. Mengisi kolam dengan air bersih lagi hingga tinggi 100 cm.
47
d. Menaruh bibit sebanyak 1000 ekor pada pukul 08.00 yang berasal dari
bibit ikan lele Bapak Sumadi ke masing-masing kolam pembesaran.
2. Pemeliharaan Ikan Lele Sangkuriang
Pemeliharaan ikan lele sangkuriang yang dilakukan yaitu pemberian pakan
yang teratur, pemeriksaan kondisi air pada kolam, dan penanggulangan penyakit.
Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pukul 08.00, 14.00,
dan 20.00 WIB. Jenis pakan yang diberikan yaitu pelet buatan pabrik yang
berbentuk bulat, padat, dan kering. Pada hari ke 2 sampai hari ke-20 diberikan
pelet 781-1 berukuran 1 mm. Sedangkan pada hari ke-21 sampai panen diberikan
pelet 781 berukuran 3 mm. Dalam pemberian pakan terlebih dahulu pelet diberi
sedikit air dan vitamin ikan lalu diaduk secara merata sampai pelet lunak dan
kenyal. Pemberian air bertujuan agar pelet mudah dicerna. Sedangkan pemberian
vitamin untuk menambah nafsu makan dan meningkatkan daya tahan terhadap
penyakit.
Dalam pembesaran ikan lele sangkuriang ini, air kolam tidak diganti secara
keseluruhan hingga masa panen. Pergantian air tidak boleh dilakukan karena
menyebabkan suhu dan pH air berubah-ubah. Jika air berbau amis, yang
umumnya disebabkan oleh timbunan sisa pakan di dasar kolam, maka air harus
dikurangi 30 cm dari dasar kolam dan ditambah dengan air yang baru. Untuk
mencagah bau amis pada air kolam, setiap seminggu sekali sebelum pemberian
pakan di pagi hari air dikurangi 10 cm dari dasar kolam.
Penyakit yang dialami pada pembesaran ikan lele sangkuriang yaitu dari
serangan bakteri Aeromonas hydrophila. Penyakit ikan lele yang ditimbulkan
bakteri ini menyebabkan perut ikan menggembung berisi cairan getah bening dan
48
luka-luka disekujur tubuh ikan. Adapun pengobatannya menggunakan obat alami
dengan cara sebagai berikut:
a. Menyiapkan 3 helai daun mengkudu, 1 helai daun pepaya, 7 helai daun
jambu biji, dan 3 helai daun sirih.
b. Memasukkan daun mengkudu, daun pepaya, daun jambu biji, daun sirih,
dan 1 gelas air ke dalam ember kecil, lalu meremas-remas hingga hancur
kemudian memasukkan airnya ke pakan dan ampasnya ke kolam.
c. Membiarkan sampai obat alami tersebut menyatu pada air kolam.
d. Menunggu khasiatnya beberapa jam sampai ikan lele sembuh.
3. Pemanenan
Pemanenan ikan lele sangkuriang dilakukan bisa pagi, siang, atau sore hari
dengan per kilogramnya berisi 8-9 ekor. Dalam satu periode usaha pembesaran
ikan lele sangkuriang melakukan panen sebanyak tiga kali yaitu pada hari ke-70,
80, dan 90.
Bapak Sumadi memasarkan ikan lele sangkuriang ke pengumpul di daerah
Sawangan, Pasir putih, dan Bedahan. Adapun cara pemanenam ikan lele
sangkuriang yaitu:
1. Menyiapkan ember besar, karung, serokan besar dan timbangan.
2. Mengurangi air pada kolam pembesaran sebanyak 50 cm.
3. Mengambil ikan lele menggunakan serokan besar.
4. Menempatkan ikan lele dalam ember besar, jika sudah penuh lalu
memasukkan ke karung.
5. Menimbang ikan lele untuk mengetahui jumlah panen.
6. Memindahkan ikan lele ke drum plastik pada mobil pick up pembeli.
49
4.2 Gambaran Umum PT. Agro 165 Nusantara Jaya
4.2.1 Sejarah Berdirinya PT. Agro 165 Nusantara Jaya
PT. Agro 165 Nusantara Jaya merupakan usaha yang terintegrasi dari hulu ke
hilir sebagai Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) dalam
budidaya ikan biofloc. Usaha ini resmi didirikan pada tanggal 15 Juni 2013
dengan pimpinan Bapak Legisan S Samtafsir M.Ag. PT. Agro 165 Nusantara Jaya
mengembangkan enam bidang usaha yaitu budidaya ikan biofloc, pelatihan
budidaya ikan lele biofloc, pengolahan ikan, toko peralatan kolam, rumah makan,
dan aquaponik.
Pada tahun 2013 PT. Agro 165 Nusantara Jaya hanya mengembangkan usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc saja. Setelah teknik ini baik dan
menguntungkan, tahun 2014 pimpinan mengembangkan usahanya dengan
membuat pelatihan budidaya ikan lele biofloc, pengolahan ikan, toko peralatan
kolam, aquaponik dan rumah makan. Pimpinan membuat pelatihan budidaya lele
biofloc dan toko peralatan kolam karena banyak masyarakat dari seluruh
Indonesia yang ingin belajar teknik ini. Permasalahan pembudidaya ikan lele
biofloc yaitu harga jual ke pengumpul yang rendah sehingga pimpinan
mengembangkan usaha pengolahan ikan dan rumah makan.
Awal mula perusahaan ini didirikan karena adanya pemikiran dari pimpinan
bahwa tantangan utama penduduk dunia yaitu kecukupan pangan yang bersumber
dari pertanian, peternakan, dan perikanan. Di sisi lain diperlukan terobosan
peningkatan kualitas SDM dari mentalitas petani menjadi entrepreneur, dari cara
budidaya yang hanya mengandalkan alam menjadi cara budidaya berbasis
teknologi, dari mentalitas tukang ikan menjadi pengusaha perikanan, dan dari
50
importir menjadi ekportir. Transformasi ini dilakukan mengingat persaingan
global yang semakin kuat. Dalam kaitan dengan transformasi inilah, diperlukan
program pelatihan, pendampingan, akses modal dan perluasan akses pasar.
Oleh karenanya pengembangan bisnis perikanan budidaya tidak cukup hanya
bertumpu pada perbaikan sistem dan teknologi budidayanya, tetapi juga pada
sikap mental SDM-nya. Dengan kata lain, diperlukan penggabungan antara
teknologi budidaya dengan sikap mental sekaligus. Ancangan project Biofloc-165
adalah upaya untuk menjawab tantangan di atas. Biofloc adalah inovasi teknologi
budidaya yang relevan dan efektif bahkan dipandang akan menjadi alternatif
teknologi budidaya masa depan. Angka “165” adalah simbol dari prinsip-prinsip
pembentukan kualitas sikap mental SDM yang mampu menyatukan antara akal
dan hati. Dalam model biofloc 165 ini, usaha perikanan budidaya tidak sekedar
memelihara dan menghasilkan ikan, tetapi juga membangun visi, misi dan nilai-
nilai spiritual dalam pelaksanaannya.
4.2.2. Visi dan Misi PT. Agro 165 Nusantara Jaya
Visi
Menjadi industri perikanan budidaya terbesar dan terbaik di Indonesia pada tahun
2020
Misi
1. Menegakkan moral ketuhanan
2. Membangun kedaulatan pangan
3. Memberdayakan kaum lemah
4. Mengentaskan kemiskinan
5. Menciptakan SDM insan kamil
51
4.2.3 Struktur Organisasi PT. Agro 165 Nusantara Jaya
PT. Agro 165 Nusantara Jaya mengembangkan enam bidang usaha yaitu
budidaya ikan biofloc, pelatihan budidaya ikan lele biofloc, pengolahan ikan, toko
peralatan kolam, rumah makan, dan aquaponik. Setiap bidang usaha memiliki
karyawan yang bertanggung jawab untuk keberhasilan usaha. Struktur organisasi
PT. Agro 165 Nusantara Jaya dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 6. Struktur Organisasi PT. Agro 165 Nusantara Jaya
Pimpinan PT. Agro 165 Nusantara Jaya yaitu Legisan S Samtafsir, M.Ag
sebagai pemilik usaha yang bertanggung jawab penuh atas seluruh kegiatan usaha,
melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha, dan memberi nasihat kepada
semua karyawan untuk keberhasilan usaha. Administrasi PT. Agro 165 Nusantara
Jaya yaitu istri dari pimpinan yang bernama Ibu Rahmayani yang bertugas
mengelola administrasi dan mengatur keuangan yang diterima dan dikeluarkan
semua bidang usaha.
Pimpinan PT. Agro 165 Nusantara Jaya
Administrasi
Divisi
Pelatihan
Budidaya
Ikan Lele
Biofloc
Divisi
Budidaya
Ikan
Biofloc
Divisi
Toko
Peralatan
Kolam
Divisi
Pengolahan
Ikan
Divisi
Rumah
Makan
Divisi
Aquaponik
52
Tugas-tugas setiap bidang usaha di PT. Agro 165 Nusantara Jaya:
1. Pelatihan budidaya ikan lele biofloc
Penanggung jawab pelatihan budidaya ikan lele biofloc yaitu istri dari
pimpinan yang bernama Ibu Rahmayani yang bertugas menerima peserta
pelatihan dan mengatur jadwal pelatihan. Di Farm 165 rutin sebulan sekali
melakukan pelatihan selama 2 hari untuk belajar budidaya ikan lele biofloc. Selain
itu juga menerima siswa atau mahasiswa yang ingin PKL dan riset penelitian
budidaya ikan lele biofloc.
2. Budidaya Ikan Biofloc
Karyawan budidaya ikan biofloc yaitu Jamalluddin yang bertugas sebagai
berikut:
- Melaksanakan kegiatan budidaya pembesaran ikan lele teknik biofloc yaitu
persiapan kolam, penebaran bibit, pengendalian kualitas air, penanggulangan
penyakit, dan pemanenan ikan lele.
- Mengajarkan secara langsung budidaya ikan lele biofloc kepada peserta
pelatihan.
- Membeli ikan lele siap konsumsi untuk ditaruh di kolam penampungan ikan
lele.
3. Toko peralatan kolam
Toko peralatan kolam bertugas menjual kerangka besi, terpal bulat, karpet
talang, kawat, kabel ties, knee L, paralon pembuangan, jasa mengantar kolam, jasa
pemasangan kolam, probiotik, dan molase.
53
4. Pengolahan ikan
Karyawan pengolahan ikan bertugas mengolah ikan menjadi nugget, otak-
otak, bakso, siomay, lumpia, fillet, kaki naga, katzu, kerupuk, dan abon.
5. Rumah Makan
Karyawan di rumah makan bertugas melayani pelanggan, memasak, dan
menyediakan menu-menu yang berbahan dasar ikan lele, patin, dan gurame
berupa ikan segar, produk olahan ikan, dan makanan siap saji dari produk olahan
ikan.
6. Aquaponik
Karyawan aquaponik bertugas membuat kerangka dari paralon sebagai media
tanam, menanam, dan merawat tanaman yang nantinya akan masak di rumah
makan menjadi produk jadi. Selain ini karyawan juga menerima dan membuat
pesanan kerangka media tanam aquaponik.
Tabel 4. Nama, Jabatan, Jenis Kelamin, dan Usia Tenaga Kerja PT. Agro 165
Nusantara Jaya
No Nama Jabatan Jenis
Kelamin
Usia
(tahun)
1 Jamalluddin Karyawan budidaya Ikan
Biofloc
Laki-laki 27
2 Nana Supriatna Karyawan toko peralatan
kolam
Laki-laki 20
3 Herris Karyawan toko peralatan
kolam
Laki-laki 32
4 Zarkoni Otay Karyawan pengolahan ikan Laki-laki 25
5 Haikal Habibi Karyawan pengolahan ikan Laki-laki 21
6 Indra Gunawan Karyawan pengolahan ikan Laki-laki 22
7 Saodah Karyawan rumah makan Perempuan 29
8 Masithoh Karyawan rumah makan Perempuan 45
9 Maryanto Karyawan rumah makan Laki-laki 21
10 Suhendar Karyawan rumah makan Laki-laki 23
11 Saidu Karyawan aquaponik Laki-Laki 19 Sumber: Data primer (diolah), 2015.
54
Jumlah tenaga kerja di PT. Agro 165 Nusantara Jaya ada 11 orang yang
terdiri dari 1 karyawan budidaya ikan biofloc, 2 orang karyawan di toko peralatan
kolam, 3 orang karyawan di pengolahan ikan, 4 orang karyawan di rumah makan,
dan 1 orang karyawan di aquaponik. Semua tenaga kerja di PT. Agro 165
Nusantara Jaya merupakan tenaga kerja tetap. Jamalluddin dan Saidu berasal dari
Medan. Nana Supriatna berasal dari Bogor. Mereka bertiga tinggal di kamar yang
disediakan perusahaan. Sedangkan karyawan lainnya merupakan warga yang
tinggal di dekat perusahaan.
4.2.4. Sarana dan Prasarana PT. Agro 165 Nusantara Jaya
Secara umum kegiatan budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang meliputi
persiapan kolam, penebaran bibit, pengendalian kualitas air, penanggulangan
penyakit, dan pemanenan ikan lele. Kegiatan itu sangat memerlukan sarana dan
prasarana untuk menunjang keberhasilan usaha. Adapun sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh PT. Agro 165 Nusantara Jaya adalah sebagai berikut:
a. Lahan
PT. Agro 165 Nusantara Jaya berdiri di atas lahan seluas 1000 m2. Lahan
tersebut milik pribadi Bapak Legisan S Samtafsir. Lahan yang digunakan untuk
pembesaran ikan lele sangkuriang pada 5 kolam bulat berdiameter 2,20 m seluas
45 m2.
b. Bangunan
Bangunan yang dimiliki PT. Agro 165 Nusantara Jaya yaitu kamar untuk
tempat tinggal karyawan, toko peralatan kolam, ruang pelatihan, ruang
pengolahan ikan, kamar mandi, musollah, dan rumah makan.
55
c. Kolam produksi
PT. Agro 165 Nusantara Jaya memiliki 20 kolam bulat yang digunakan untuk
pembesaran dan penampungan ikan lele sangkuriang. Adapun ukuran kolam
sebagai berikut:
- 2 kolam bulat berdiameter 1,70 m
- 2 kolam bulat berdiameter 2,10 m
- 7 kolam bulat berdiameter 2,20 m
- 3 kolam bulat berdiameter 2,50 m
- 3 kolam bulat berdiameter 3 m
- 3 kolam bulat berdiameter 4 m
d. Peralatan pembesaran ikan lele sangkuriang.
Peralatan lainnya yang digunakan untuk menunjang produksi pembesaran
ikan lele sangkuriang di PT. Agro 165 Nusantara Jaya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Peralatan Produksi Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di PT. Agro 165
Nusantara Jaya
No Uraian Jumlah Satuan
1 Mesin air shimizu 1 Unit
2 Serokan kecil 1 Buah
3 Serokan besar 2 Buah
4 Selang 10 Meter
5 Batu aerasi 30 Buah
6 Selang aerasi 40 Meter
7 Mesin aerator 2 Unit
8 Paralon 20 Meter
9 Pompa celup 1 Unit
10 Timbangan manual 1 Unit
11 Ember besar 2 Buah
12 Ember sedang 4 Buah
13 Lampu untuk penerangan 1 Buah
14 Gelas ukur plastik 1 Buah
15 Kabel rol 1 Buah
16 Pengukur PH 1 Buah
17 Tali rapia 1 Bungkus
18 Gayung 1 Buah
19 Gergaji Kecil 1 Buah
20 Tang 1 Buah
21 Solder 1 Buah
22 Cangkul 1 Buah Sumber: Data primer (diolah), 2015.
56
4.2.5. Proses Produksi Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik Biofloc di
PT. Agro 165 Nusantara Jaya
1. Persiapan Kolam Pembesaran dan Penebaran Bibit
Dalam usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di PT. Agro 165 Nusantara
Jaya terdapat 5 kolam bulat yang berdiameter 2,20 m dan tinggi 1,20 m. Kolam
dibeli seharga Rp. 1.000.000/kolam. 1 set kolam dengan harga tersebut terdiri dari
kerangka besi, terpal bulat, karpet talang, kawat, kabel ties, knee L, paralon
pembuangan, biaya mengantar kolam, dan biaya pemasangan kolam.
Sebelum bibit ditebar dalam kolam, air yang digunakan untuk mengisi kolam
pembesaran harus dipersiapkan terlebih dahulu. Adapun langkah-langkahnya
yaitu:
a. Mengisi kolam dengan air setinggi 80 cm sehingga pada kolam bulat
berdiameter 2,20 m terdapat volume air 3 m3.
b. Memasang perlengkapan aerator yaitu memasang mesin aerator, 4 batu
aerasi, dan selang aerasi sepanjang 2 meter.
c. Memberi kaporit dengan dosis 30 gr/m3 yang sudah dilarutkan dengan air,
kemudian disiram secara merata ke kolam, lalu dibiarkan selama 3 hari.
d. Memberi 3 kg/m3 garam krosok yang sudah dilarutkan dengan air,
kemudian disiram secara merata ke kolam, lalu dibiarkan selama 1 hari.
e. Memberi 100 gr/m3 kapur dolomit yang sudah dilarutkan dengan air,
kemudian disiram secara merata ke kolam, lalu dibiarkan selama 1 hari.
f. Memberi 100 ml/m3 molase, 10 ml/m
3 probiotik dan 1 liter air bersih ke
dalam gayung, lalu diaduk dan disiram secara merata ke kolam, kemudian
dibiarkan selama 7 hari.
57
g. Menaruh bibit sebanyak 2750 ekor pada setiap kolam bulat yang
berdiameter 2,20 m.
2. Pemeliharaan Ikan Lele Sangkuriang
Pemeliharaan ikan lele sangkuriang yang dilakukan yaitu pemberian pakan
yang teratur, pemberian aktivasi, pemberian kapur dolomit, pemeriksaan kondisi
air kolam, dan penanggulangan penyakit. Sebelum pemberian pakan, pelet
difermentasi terlebih dahulu di dalam ember kecil dengan ketetapan 1 kg pelet
dicampur 200 ml air, 20 ml molase, dan 2 ml probiotik, lalu ditutup dan dibiarkan
maksimal selama 2 hari. Frekuensi pemberian pakan yang sudah difermentasi
dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pukul 08.00 dan 17.00 WIB. Pada hari ke 2
sampai hari ke 15 diberikan pelet 781-1 yang berukuran 1 mm. Pada hari ke-16
sampai hari ke 43 panen diberikan pelet 781-2 yang berukuran 2 mm. Pada hari ke
44 sampai panen diberikan pelet 781 yang berukuran 3 mm.
Pemberian aktivasi dan kapur dolomit membantu dalam pembentukan floc
(gumpalan) untuk pakan tambahan ikan lele. Pemberian aktivasi dilakukan
sebelum pemberian pakan di pagi hari sebanyak jumlah pakan 1 hari yang
diberikan kemarin dengan perbandingan 1 kg pakan sama dengan 1 liter aktivasi.
Adapun ketetapan cara pembuatan aktivasi yaitu memasukkan 1 liter air, 100 ml
molase, 3 ml probiotik pada ember sedang, lalu ditutup dan didiamkan maksimal
selama 2 hari. Pemberian kapur dolomit dilakukan seminggu sekali sebanyak 100
gr/m3.
Pemeriksaan kondisi air kolam dilakukan setiap pagi dengan melihat ikan
lele yang mati. Adapun kematian ikan lele disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya:
58
a. PH air kolam kurang dari 6,5 maka berikan kapur dolomit sebanyak 100-
200 gr/m3.
b. Air berbau amis maka cara mengatasinya dengan mengurangi air 30 cm
dari dasar kolam, mengganti air dengan yang baru dan berikan 3 kg garam
krosok.
c. Terkena penyakit Aeromonas dengan ciri-ciri badan luka-luka, kumis
putus, dan mulut rusak. Adapun cara mengatasinya:
- Mengurangi air sebanyak 30 cm dari dasar kolam, mengganti air
dengan yang baru dan memberikan 3 kg garam krosok.
- Memberikan obat selama 5 hari dengan mencampur 2 ml obat
inrofloxs-12 pada 1 kg pakan yang diberikan.
d. Pemanenan
Pemanenan ikan lele sangkuriang dilakukan bisa pagi, siang, atau sore hari
dengan per kilogramnya berisi 8-9 ekor. Hasil panen ditaruh di kolam
penampungan ikan lele. Pemanenan dilakukan pada hari ke 60, 75, dan 90.
Adapun cara pemanenan ikan lele sangkuriang yaitu:
1. Menyiapkan ember besar, serokan besar, timbangan, dan pompa celup.
2. Mengurangi air pada kolam pembesaran menggunakan pompa celup hingga
tinggi air sisa 30 cm.
3. Mengambil ikan lele menggunakan serokan besar.
4. Menempatkan ikan lele dalam ember besar.
5. Menimbang ikan lele untuk mengetahui jumlah panen.
6. Menaruh hasil penen ke kolam penampungan.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Biaya Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik Tradisional dan Biofloc
Dalam kegiatan produksi pembesaran ikan lele sangkuriang memerlukan
biaya yang harus dikeluarkan guna menfasilitasi kegiatan produksi yang
dijalankan. Biaya dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional dan biofloc dalam satu
periode. Biaya yang diperhitungkan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi
dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel, sehingga jika dijumlahkan merupakan
total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.
5.1.1 Biaya Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik Tradisional
Dalam penelitian ini biaya tetap pembesaran ikan lele sangkuriang teknik
tradisional meliputi biaya penyusutan peralatan dan pajak lahan. Biaya variabel
pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional meliputi biaya pakan, bibit,
vitamin, water stabilizer, listrik, sewa motor, dan tenaga kerja. Berikut ini rincian
biaya tetap dan biaya variabel pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional
di Pokdakan Mandiri Sangkuring dalam satu periode (3 bulan) hasil produksi pada
7 kolam bulat berdiameter 1,70 m.
Tabel 6. Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usaha Pembesaran Ikan Lele
Sangkuriang Teknik Tradisional
No Uraian Jumlah Satuan
Harga
Satuan
(Rp)
Jumlah
Investasi
(Rp)
A Biaya Tetap
1 Penyusutan Peralatan 3 Bulan 120.488 361.463
2 Pajak Lahan 3 Bulan 2.083 6.250
Total Biaya Tetap 367.713
60
Tabel 6 Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usaha Pembesaran Ikan Lele
Sangkuriang Teknik Tradisional (Lanjutan)
B Biaya Variabel
1 Pakan
Tipe 781-1 140 Kg 9.750 1.365.000
Tipe 781 630 Kg 8.933 5.628.000
2 Bibit 7.000 Ekor 250 1.750.000
3 Vitamin Premix
Aquavita 1 Buah 17.000 17.000
4 Water Stabilizer 7 Kg 2.000 14.000
5 Listrik 3 Bulan 30.000 90.000
6 Sewa Motor 12 Kali 20.000 240.000
7 Tenaga Kerja 3 Bulan 500.000 1.500.000
Total Biaya Variabel 10.604.000
Total Biaya 10.971.713 Sumber : Data primer (diolah), 2015
A. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan Bapak Sumadi pada
pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode yang jumlahnya tetap dan
tidak dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dihasilkan. Total biaya tetap
yang dikeluarkan Bapak Sumadi pada pembesaran ikan lele sangkuriang dalam
satu periode sebesar Rp. 367.713.
1. Biaya Penyusutan Peralatan
Biaya penyusutan peralatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli
peralatan yang dibutuhkan berdasarkan alokasi sistematis jumlah yang dapat
disusutkan dari suatu aset selama usia ekonomisnya. Peralatan yang digunakan
akan mengalami penyusutan setiap periodenya yang dihitung menggunakan
metode garis lurus, dimana biaya penyusutan didapat dari jumlah investasi setiap
alat yang digunakan dikurangi nilai sisa peralatan dan dibagi dengan umur
ekonomis dalam satu periode (Lampiran 2).
61
2. Biaya Pajak Lahan
Pajak lahan (PBB) yang dibayar Bapak Sumadi sebesar Rp. 300.000/tahun
pada lahan 600 m2. Namun lahan yang diusahakan untuk pembesaran ikan lele
sangkuriang hanya 50 m2. Jadi, pajak lahan yang dibayar untuk pembesaran ikan
lele sangkuriang dalam satu periode sebesar Rp. 6.250.
B. Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya dipengaruhi oleh banyaknya
produksi yang dihasilkan. Total biaya variabel yang dikeluarkan Bapak Sumadi
pada pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode sebesar Rp. 10.604.000.
1. Biaya Pakan
Biaya pakan merupakan biaya penggunaan pakan yang dikeluarkan pada
pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode. Jenis pakan yang diberikan
yaitu pelet buatan pabrik yang berbentuk bulat, padat, dan kering. Pelet yang
digunakan ada dua tipe yaitu tipe 781-1 dan 781. Hal ini dikarenakan setiap
pertumbuhan ikan lele diberikan pakan yang berbeda-beda tipe. Pada hari ke-2
sampai ke-20 diberikan pelet 781-1 berukuran 1 mm. Sedangkan pada hari ke-21
sampai panen diberikan pelet 781 berukuran 3 mm. Dalam satu periode lebih
banyak menghabiskan pelet tipe 781 karena harganya lebih murah dan cocok
dengan ukuran mulut ikan lele sangkuriang. Pemberian pakan dilakukan tiga kali
sehari yaitu pukul 08.00, 14.00, dan 20.00 WIB. Jadi, biaya pakan yang
dikeluarkan pada pembesaran ikan lele dalam satu periode berupa pelet tipe 781-1
sebesar Rp. 1.365.000 dan pelet tipe 781 sebesar Rp. 5.628.000.
62
2. Biaya Bibit
Biaya bibit merupakan biaya penggunaan bibit yang dikeluarkan pada
pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode. Setiap kolam dimasukkan
bibit ikan lele sangkuriang sebanyak 1.000 ekor. Sehingga jumlah bibit yang
digunakan sebanyak 7.000 ekor. Bibit berasal dari bibit milik Bapak Sumadi
sendiri. Bapak Sumadi menjual seharga Rp. 250/ekor bibit ukuran 7-8 cm ke
pembeli. Jadi, biaya bibit ikan lele yang dikeluarkan pada pembesaran ikan lele
sangkuriang dalam satu periode sebesar Rp. 1.750.000.
3. Biaya Vitamin Premix Aquavita
Biaya vitamin premix aquavita merupakan biaya penggunaan vitamin premix
aquavita yang dikeluarkan pada pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu
periode. Pemberian vitamin premix aquavita untuk menambah nafsu makan dan
meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Dalam satu periode memerlukan
vitamin premix aquavita sebanyak 1 bungkus, sehingga biaya vitamin premix
aquavita yang dikeluarkan pada pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu
periode sebesar Rp. 17.000.
4. Biaya Water Stabilizer
Biaya water stabilizer merupakan biaya penggunaan water stabilizer yang
dikeluarkan pada pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode. Water
stabilizer diberikan sebelum penebaran bibit untuk menetralkan air dari
kandungan zat kimia berbahaya, menguatkan daya tahan tubuh ikan lele, dan
menangkal penyakit yang mungkin mengancam kesehatan lele. Setiap kolam
diberikan 1 kg water stabilizer. Jadi, biaya water stabilizer yang dikeluarkan pada
pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode sebesar Rp. 14.000.
63
5. Biaya Listrik
Biaya listrik merupakan biaya penggunaan listrik yang dikeluarkan pada
pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode. Bapak Sumadi membayar
listrik setiap bulan sebesar Rp. 150.000 yang digunakan untuk semua kebutuhan
listrik keluarga Bapak Sumadi, usaha pembenihan ikan lele sangkuriang, dan
usaha pembesaran ikan lele sangkuriang. Biaya listrik untuk pembesaran ikan lele
sangkuriang sebesar 20% dari jumlah listrik yang dibayar. Listrik yang digunakan
untuk mesin air dan lampu untuk penerangan. Jadi, jumlah biaya listrik yang
dikeluarkan pada pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode sebesar
Rp. 90.000.
6. Biaya Sewa Motor
Biaya sewa motor merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyewa motor
guna membeli bahan-bahan yang dibutuhkan pada pembesaran ikan lele
sangkuriang dalam satu periode. Motor disewa selama satu jam untuk ke pasar
parung dengan upah sebesar Rp. 20.000. Dalam satu periode menyewa motor
sebanyak dua belas kali. Jadi, biaya sewa motor yang dikeluarkan pada
pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode sebesar Rp. 240.000.
7. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam pelaksanaan pembesaran ikan
lele sangkuriang termasuk salah satu komponen biaya, karena tenaga kerja yang
dipakai harus mendapatkan imbalan yang sesuai. Di Bedahan upah setiap bulan
tenaga kerja mengurusi 7 kolam pembesaran ikan lele sebesar Rp. 500.000. Jadi,
biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pada pembesaran ikan lele sangkuriang
dalam satu periode Rp. 1.500.000.
64
5.1.2 Biaya Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik Biofloc
Dalam penelitian ini biaya tetap pembesaran ikan lele sangkuriang teknik
biofloc meliputi biaya penyusutan peralatan dan pajak lahan. Sedangkan biaya
variabel pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc meliputi biaya pakan,
probiotik, garam krosok, molase, kapur dolomit, kaporit, bibit, obat inrofloxs-12,
listrik, sewa mobil pick up, dan tenaga kerja. Berikut ini rincian biaya tetap dan
biaya variabel pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc dalam satu
periode (3 bulan) hasil produksi pada 5 kolam bulat berdiameter 2,20 m.
Tabel 7. Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usaha Pembesaran Ikan Lele
Sangkuriang Teknik Biofloc
No Uraian Jumlah Satuan
Harga
Satuan
(Rp)
Jumlah
Biaya
(Rp)
A Biaya Tetap
1 Penyusutan Peralatan 3 Bulan 213.425 640.275
2 Pajak Lahan 3 Bulan 3.000 9.000
Total Biaya Tetap 649.275
B Biaya Variabel
1 Pakan
Tipe 781-1 200 Kg 9.750 1.950.000
Tipe 781-2 300 Kg 9.267 2.780.000
Tipe 781 517 Kg 8.933 4.618.533
2 Probiotik 16 Liter 25.000 400.000
3 Garam Krosok 131 Kg 3.000 393.000
4 Molase 95 Liter 4.000 380.000
5 Kapur Dolomit 33 Kg 2.000 66.000
6 Kaporit 450 Gram 50 22.500
7 Bibit 13750 Ekor 300 4.125.000
8 Obat Inrofloxs-12 1 Buah 20.000 20.000
9 Listrik 3 Bulan 150.000 450.000
10 Sewa Mobil Pick Up 2 Kali 200.000 400.000
11 Tenaga Kerja 3 Bulan 500.000 1.500.000
Total Biaya Variabel 17.105.033
Total Biaya 17.754.308 Sumber : Data primer (diolah), 2015
65
A. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan PT. Agro 165 Nusantara Jaya
dalam pembesaran ikan lele sangkuriang yang jumlahnya tetap dan tidak
dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dihasilkan. Total biaya tetap yang
dikeluarkan PT. Agro 165 Nusantara Jaya pada pembesaran ikan lele sangkuriang
dalam satu periode sebesar Rp. 649.275.
1. Biaya Penyusutan Peralatan
Biaya penyusutan peralatan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
membeli peralatan yang dibutuhkan berdasarkan alokasi sistematis jumlah yang
dapat disusutkan dari suatu aset selama usia ekonomisnya. Peralatan yang
digunakan akan mengalami penyusutan setiap periodenya yang dihitung
menggunakan metode garis lurus, dimana biaya penyusutan didapat dari jumlah
investasi setiap alat yang digunakan dikurang nilai sisa peralatan dan dibagi
dengan umur ekonomis dalam satu periode. Jumlah biaya penyusutan peralatan
yang digunakan pada pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc dalam satu
periode sebesar Rp. 640.275.
2. Biaya Pajak Lahan
Pajak lahan (PBB) yang dibayar PT. Agro 165 Nusantara Jaya sebesar Rp.
800.000/tahun pada lahan 1.000 m2. Namun lahan yang digunakan untuk
pembesaran ikan lele sangkuriang hanya 45 m2. Jadi, biaya pajak lahan yang
dibayar pada pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode sebesar Rp.
9.000.
66
B. Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya dipengaruhi oleh banyaknya
produksi yang dihasilkan. Total biaya variabel yang dikeluarkan PT. Agro 165
Nusantara Jaya pada pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc dalam satu
periode sebesar Rp. 17.105.033.
1. Biaya Pakan
Biaya pakan merupakan biaya penggunaan pakan yang dikeluarkan pada
pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode. Jenis pakan yang diberikan
yaitu pelet buatan pabrik yang berbentuk bulat, padat, dan kering. Pelet yang
digunakan ada dua tipe yaitu tipe 781-1, 781-2, dan 781. Hal ini dikarenakan
setiap pertumbuhan ikan lele diberikan pakan yang berbeda-beda tipe. Pemberian
pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pukul 08.00 dan 17.00 WIB. Dalam satu
periode menghabiskan 200 kg pelet tipe 781-1, 300 kg pelet tipe 781-2, dan 517
kg pelet tipe 781. Jadi, biaya pakan yang dikeluarkan pada pembesaran ikan lele
dalam satu periode berupa pelet tipe 781-1 sebesar Rp. 1.950.000, pelet tipe 781-2
sebesar Rp. 2.780.000, pelet tipe 781 sebesar Rp. 4.618.533.
2. Biaya Probiotik
Biaya probiotik merupakan biaya penggunaan probiotik yang dikeluarkan
pada pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode. Probiotik bermanfaat
dalam pengendalian kualitas air, meningkatkan efisiensi pakan, dan mempercepat
pertumbuhan ikan lele. Dalam satu periode pembesaran ikan lele sangkuriang
menghabiskan 16 liter probiotik dengan harga Rp. 25.000/liter. Jadi, biaya
probiotik yang dikeluarkan pada pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu
periode sebesar Rp. 400.000.
67
3. Biaya Garam Krosok
Biaya garam krosok merupakan biaya penggunaan garam krosok yang
dikeluarkan pada pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode. Garam
krosok diberikan saat persiapan kolam sebelum penebaran bibit dan saat
pergantian air. Dalam satu periode pembesaran ikan lele sangkuriang
menghabiskan 131 kg garam krosok. Jadi, biaya garam krosok yang dikeluarkan
pada pembesaran ikan lele dalam satu periode sebesar Rp. 393.000.
4. Biaya Molase
Biaya molase merupakan biaya penggunaan molase yang dikeluarkan pada
pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode. Pemberian molase
bertujuan untuk merangsang perkembangan bakteri probiotik dan pembentukan
biofloc. Dalam satu periode pembesaran ikan lele sangkuriang menghabiskan 95
liter molase. Jadi, biaya molase yang dikeluarkan pada pembesaran ikan lele
sangkuriang dalam satu periode sebesar Rp. 380.000.
5. Biaya Kapur Dolomit
Biaya kapur dolomit merupakan biaya penggunaan kapur dolomit yang
dikeluarkan pada pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode.
Pemberian kapur dolomit dapat membantu pembetukan floc dan meninggikan pH
air. Dalam satu periode pembesaran ikan lele sangkuriang menghabiskan 33 kg
kapur dolomit. Jadi, biaya kapur dolomit yang dikeluarkan pada pembesaran ikan
lele sangkuriang dalam satu periode sebesar Rp. 66.000.
6. Biaya Kaporit
Biaya kaporit merupakan biaya penggunaan kaporit yang dikeluarkan pada
pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode. Kaporit diberikan saat
68
persiapan kolam sebelum penebaran bibit untuk mensterilkan organisme yang
mengganggu pertumbuhan ikan lele di kolam. Dalam satu periode menghabiskan
450 gram kaporit. Jadi, biaya kaporit yang dikeluarkan pada pembesaran ikan lele
sangkuriang dalam satu periode sebesar Rp. 22.500.
7. Biaya Bibit
Biaya bibit merupakan biaya penggunaan bibit yang dikeluarkan pada
pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode. Setiap kolam dimasukkan
bibit ikan lele sangkuriang sebanyak 2.750 ekor, sehingga jumlah bibit yang
digunakan sebanyak 13.750 ekor. Bibit berukuran 7-8 cm dibeli daerah Ciluar
Bogor dengan harga Rp. 300/ekor. Jadi, biaya bibit yang dikeluarkan pada
pembesaran ikan lele dalam satu periode sebesar Rp. 4.125.000.
8. Biaya Obat Inrofloxs-12
Biaya obat inrofloxs-12 merupakan biaya penggunaan obat inrofloxs-12 yang
dikeluarkan pada pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode.
Pemberian obat inrofloxs-12 untuk mengatasi serangan penyakit virus, bakteri,
dan jamur pada ikan lele. Dalam satu periode pembesaran ikan lele sangkuriang
menghabiskan satu buah obat inrofloxs-12. Jadi, biaya obat inrofloxs-12 yang
dikeluarkan pada pembesaran ikan lele dalam satu periode sebesar Rp. 20.000.
9. Biaya Listrik
Biaya listrik merupakan biaya penggunaan listrik yang dikeluarkan pada
pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode. PT.Agro 165 Nusantara
Jaya membayar listrik setiap bulan sebesar Rp. 3.000.000 yang digunakan untuk
kegiatan usaha pengolahan ikan, rumah makan, toko peralatan kolam, pembesaran
ikan lele, penampungan ikan lele, dan kebutuhan listrik karyawan. Ditetapkan
69
biaya listrik untuk pembesaran ikan lele sangkuriang sebesar 5% dari jumlah
listrik yang dibayar. Listrik yang digunakan untuk mesin air, mesin aerator, dan
lampu untuk penerangan. Jadi, biaya listrik yang dikeluarkan pada pembesaran
ikan lele dalam satu periode sebesar Rp. 450.000.
10. Biaya Sewa Mobil Pick Up
Biaya sewa mobil pick up merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
menyewa mobil pick up untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan pada
pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode. Mobil pick up disewa
selama setengah hari untuk ke pasar parung dengan upah sebesar Rp. 200.000.
Dalam satu periode menyewa mobil pick up sebanyak dua kali. Jadi, biaya sewa
mobil pick up yang dikeluarkan pada pembesaran ikan lele sangkuriang dalam
satu periode sebesar Rp. 400.000.
11. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menggaji
karyawan yang melaksanakan proses produksi pembesaran ikan lele sangkuriang
dalam satu periode. Setiap harinya karyawan budidaya ikan lele mengurusi 20
kolam yang digunakan untuk pembesaran dan penampungan ikan lele. Gaji
karyawan tersebut sebesar Rp. 2.000.000/bulan. Jadi, gaji karyawan untuk
mengurusi pembesaran ikan lele sangkuriang pada 5 kolam dalam satu periode
sebesar Rp. 1.500.000.
70
5.2. Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik
Tradisional dan Biofloc
Pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional dalam satu periode
menebar 7.000 ekor bibit dengan hasil produksi 770 kg. Harga satu kilogram ikan
lele sangkuriang dijual sebesar Rp. 17.000. Dengan demikian diperoleh
penerimaan sebesar Rp. 13.090.000 dan total biaya sebesar Rp. 10.971.713. Jadi,
pendapatan yang diperoleh pada pembesaran ikan lele sangkuriang teknik
tradisional dalam satu periode sebesar Rp. 2.118.287. Hal ini menunjukkan usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional cukup baik untuk diusahakan,
tetapi tidak memberikan pendapatan yang besar. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik
Tradisional dan Biofloc
Teknik Tradisional Teknik Biofloc
Uraian Jumlah (Rp) Uraian Jumlah (Rp)
Penerimaan 13.090.000 Penerimaan 22.518.000
Total Biaya 10.971.713 Total Biaya 17.754.308
Pendapatan 2.118.287 Pendapatan 4.763.692 Sumber: Data primer (diolah), 2015
Dalam satu periode pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc
menebar 13.750 ekor bibit dengan hasil 1.251 kg. Harga satu kilogram ikan lele
sangkuriang dengan teknik biofloc ditetapkan pimpinan sebesar Rp. 18.000.
Dengan demikian diperoleh penerimaan sebesar Rp. 22.518.000 dan total biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp. 17.754.308. Jadi, pendapatan yang diperoleh pada
pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc dalam satu periode sebesar Rp.
4.763.692. Hal ini menunjukkan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik
biofloc baik untuk diusahakan karena memberikan pendapatan yang besar.
71
5.3. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
Teknik Tradisional dan Biofloc
Analisis kelayakan usaha secara finansial dilakukan untuk mengetahui
tingkat pendapatan, titik impas, dan waktu pengembalian investasi dari suatu
usaha. Analisis ini digunakan untuk melihat sejauh mana kegiatan usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional dan biofloc dapat dikatakan
memiliki manfaat dan layak untuk dikembangkan. Terdapat empat cara untuk
melakukan suatu kelayakan usaha secara finansial yaitu rasio penerimaan atas
biaya (R/C Ratio), analisis keuntungan atas biaya (B/C Ratio), break event point
(BEP), dan payback period (PP).
Hasil analisis kelayakan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik
tradisional dan biofloc dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
Teknik Tradisional dan Biofloc.
Teknik Tradisional Teknik Biofloc
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Penerimaan 13.090.000 Penerimaan 22.518.000
Total Biaya 10.971.713 Total Biaya 17.754.308
Pendapatan 2.118.287 Pendapatan 4.763.692
R/C Ratio 1,193 R/C Ratio 1,268
B/C Ratio 0,193 B/C Ratio 0,268
BEP Volume 645 BEP Volume 986
BEP Harga 14.249 BEP Harga 14.192
Payback Period 0,897 Payback Period 0,624 Sumber: Data primer (diolah), 2015
1. Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio)
Analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio) merupakan suatu rasio yang
membandingkan antara penerimaan dengan total biaya untuk mengukur tingkat
keuntungan Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa penerimaan yang diperoleh
pada pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional dalam satu periode
72
sebesar Rp. 13.090.000 dan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 10.971.713.
Jadi, diperoleh nilai R/C ratio sebesar 1,193. Hal ini menunjukkan usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional layak untuk dijalankan
karena memiliki nilai R/C ratio > 1.
Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa penerimaan pada pembesaran ikan
lele sangkuriang teknik biofloc dalam satu periode sebesar Rp. 22.518.000 dan
total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 17.754.308. Jadi, diperoleh nilai R/C
ratio sebesar 1,268. Hal ini menunjukkan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang
teknik biofloc layak dijalankan karena memiliki nilai R/C ratio > 1.
2. Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio)
Analisis rasio keuntungan atas biaya (B/C ratio) merupakan suatu rasio yang
membandingkan antara pendapatan dengan total biaya untuk melihat seberapa
besar manfaat yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Pendapatan
yang diperoleh pada pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional dalam
satu periode sebesar Rp. 2.118.287 dan total biaya yang dikeluarkan pada
pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional dalam satu periode sebesar
Rp. 10.971.713. Jadi, diperoleh nilai B/C ratio sebesar 0,193. Hal ini
menunjukkan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional layak
untuk dijalankan karena memiliki nilai B/C ratio > 0.
Pendapatan yang diperoleh pada pembesaran ikan lele sangkuriang teknik
biofloc dalam satu periode sebesar Rp. 4.763.692 dan total biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp. 17.754.308. Jadi, diperoleh nilai B/C ratio sebesar 0,268. Hal ini
menunjukkan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc layak untuk
dijalankan karena nilai B/C ratio > 0.
73
3. Analisis Break Even Point (BEP)
Break even point adalah suatu kondisi dimana modal telah kembali semua
atau pengeluaran sama dengan pendapatan. Pada saat BEP dicapai, kondisi usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional dan biofloc tidak
menguntungkan dan tidak merugikan. Ada dua macam BEP, yaitu BEP volume
produksi dan BEP harga produksi.
a. BEP Volume
Berdasarkan Tabel 9 diketahui harga penjualan ikan lele sangkuriang
menggunakan teknik tradisional sebesar Rp. 17.000/Kg dan total biaya yang
dikeluarkan sebesar Rp. 10.971.713. Dengan demikian hasil analisis BEP volume
dapat diketahui bahwa usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional
akan mengalami pulang pokok pada saat volume produksi mencapai 645 kg.
Apabila jumlah produksi kurang dari 645 kg dalam satu periode (3 bulan) maka
usaha ini akan mengalami kerugian, sedangkan apabila usaha ini memproduksi
lebih dari 645 kg dalam satu periode (3 bulan) maka akan memberikan
keuntungan.
Harga penjualan pembesaran ikan lele sangkuriang menggunakan teknik
biofloc sebesar Rp. 18.000/Kg dan total biaya sebesar Rp. 17.754.308. Dengan
demikian hasil analisis BEP volume dapat diketahui bahwa usaha pembesaran
ikan lele sangkuriang teknik biofloc akan mengalami pulang pokok pada saat
volume produksi mencapai 986 kg. Apabila jumlah produksi kurang dari 986 kg
dalam satu periode (3 bulan) maka usaha ini akan mengalami kerugian, sedangkan
apabila usaha ini memproduksi lebih dari 986 kg dalam satu periode (3 bulan)
maka akan memberikan keuntungan.
74
b. BEP Harga
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa pada pembesaran ikan lele sangkuriang
teknik tradisional dalam satu periode total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.
10.971.713 dan total produksi dalam satu periode sebesar 770 kg. Dengan
demikian hasil analisis BEP harga yaitu Rp. 14.249, artinya usaha pembesaran
ikan lele sangkuriang teknik tradisional akan memperoleh pulang pokok jika
menjual ikan lele seharga Rp. 14.249/kg. Apabila usaha ini menjual ikan lele
dibawah harga Rp. 14.249/kg, maka akan mengalami kerugian, sedangkan apabila
usaha ini menjual ikan lele diatas harga Rp. 14.249/kg maka akan memberikan
keuntungan.
Pada pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc dalam satu periode
total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 17.754.308 dan total produksi dalam satu
periode sebesar 1251 kg. Dengan demikian hasil analisis BEP harga yaitu Rp.
14.192, artinya usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc akan
memperoleh pulang pokok jika menjual ikan lele seharga Rp. 14.192/kg. Apabila
usaha ini menjual ikan lele dibawah harga Rp. 14.192/kg maka usaha ini akan
mengalami kerugian, sedangkan apabila usaha ini menjual ikan lele diatas harga
Rp. 14.192/kg maka akan memberikan keuntungan.
4. Analisis Payback Period (PP)
Analisis Payback Period (PP) digunakan untuk mengetahui jangka waktu
pengembalian investasi yang telah dikeluarkan selama produksi. Nilai payback
period diperoleh dari perbandingan nilai investasi dengan pendapatan dalam satu
tahun. Nilai investasi pada penelitian ini dihasilkan dari total biaya peralatan yang
digunakan pada pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional dan biofloc.
75
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui nilai payback period pada pembesaran
ikan lele sangkuriang teknik tradisional sebesar 0,897 yang diperoleh dari
perbandingan antara nilai investasi sebesar Rp. 7.600.000 dengan pendapatan
dalam satu tahun sebesar Rp. 8.473.148. Nilai payback period tersebut
menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional
mengalami pengembalian investasi dalam waktu 11 bulan 27 hari (4 periode).
Pada pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc diperoleh nilai
payback period 0,624 yang diperoleh dari perbandingan antara nilai investasi
sebesar Rp. 11.900.000 dengan pendapatan dalam satu tahun sebesar Rp.
19.054.768. Nilai payback period tersebut menunjukkan bahwa usaha pembesaran
ikan lele sangkuriang teknik biofloc akan mengalami pengembalian investasi
dalam waktu 7 bulan 18 hari (3 periode).
5.4. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Tradisional dengan Biofloc Pada
Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
Dari hasil analisis biaya dan pendapatan dapat diketahui kelebihan dan
kekurangan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional dan
biofloc. Hal ini berguna untuk mengambil keputusan bagi pembudidaya ikan lele
dalam memilih teknik yang sesuai dengan modal, pencapaian produksi, sarana dan
prasarana yang dimiliki. Kelebihan dan kelemahan teknik tradisional dengan
biofloc pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang dilihat dari perbandingan
biaya variabel, pendapatan, luas alas kolam, volume kolam, produktivitas, R/C
ratio, B/C ratio, BEP volume, BEP harga, payback period (PP), dan investasi.
Adapun perbandingan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional
dan biofloc dapat dilihat pada Tabel 10.
76
Tabel 10. Perbandingan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik
Tradisional dan Biofloc
Sumber: Data primer (diolah), 2015
Biaya variabel yang dikeluarkan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang
dalam satu periode untuk memproduksi satu ekor ikan lele dengan teknik
tradisional sebesar Rp. 1.514/ekor. Sedangkan dengan teknik biofloc sebesar Rp.
1.244/ekor. Hal ini menunjukkan biaya yang dikeluarkan teknik biofloc lebih
kecil karena pakannya lebih efisien dan padat tebarnya tinggi.
Pendapatan yang diperoleh dari memproduksi satu ekor ikan lele
sangkuriang dalam satu periode dengan teknik tradisional sebesar Rp. 302/ekor.
Sedangkan dengan teknik biofloc sebesar Rp. 346/ekor. Harga jual ikan lele
sangkuriang menggunakan teknik tradisional sebesar Rp. 17.000 dan teknik
biofloc sebesar Rp. 18.000. Hal ini menunjukkan teknik biofloc lebih
No Uraian Tradisional Biofloc
1 Biaya Variabel Rp. 1.514/ekor Rp. 1.244/ekor
2 Pendapatan Rp. 302/ekor Rp. 346/ekor
3 Luas Alas Kolam 0,0022 m2/ekor 0,0013 m
2/ekor
4 Volume Kolam 0,0027 m3/ekor 0,0016 m
3/ekor
5 Produktivitas 0,11 kg/ekor 0,09 kg/ekor
6 R/C Ratio 1,193 1,268
7 B/C Ratio 0,193 0,268
8 BEP Volume 645 kg 986 kg
9 BEP Harga Rp. 14.249 Rp. 14.192
10 Payback Period 0,896 0,624
11 Investasi Rp. 7.600.000 Rp. 11.900.000
77
menguntungkan karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil, padat tebar tinggi dan
harga jual lebih besar sehingga memberikan pendapatan yang lebih besar.
Luas alas kolam yang digunakan untuk memproduksi 7.000 ekor ikan lele
sangkuriang dengan teknik tradisional yaitu 15,880 m2 dan untuk memproduksi
13.750 ekor ikan lele sangkuriang dengan teknik biofloc yaitu 18,997 m2. Jadi,
perbandingan luas alas kolam yang digunakan untuk teknik tradisional dengan
teknik biofloc yaitu 0,0022 m2/ekor dan 0,0013 m
2/ekor. Hal ini menunjukkan
luas lahan yang digunakan teknik biofloc lebih efisien karena dapat memproduksi
ikan lele lebih banyak dengan luas alas kolam yang kecil.
Volume kolam yang digunakan untuk memproduksi satu ekor ikan lele
sangkuriang dengan teknik tradisional seluas 0,0027 m3/ekor. Sedangkan dengan
teknik biofloc seluas 0,0016 m3/ekor. Hal ini menunjukkan luas kolam yang
digunakan teknik biofloc lebih efisien karena dapat memproduksi ikan lele lebih
banyak dengan luas kolam yang lebih kecil.
Jumlah produksi usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional
sebanyak 770 kg dari 7000 ekor bibit yang ditebar. Sedangkan dengan teknik
biofloc jumlah produksi yang dihasilkan sebanyak 1.251 kg dari 13.750 ekor bibit
yang ditebar. Sehingga diperoleh perbandingan produktivitas teknik tradisional
dengan biofloc sebanyak 0,11 kg/ekor dan 0,09 kg/ekor. Hal ini menunjukkan
teknik tradisional memberikan produktivitas yang lebih besar. Sedangkan pada
teknik biofloc produktivitas lebih kecil karena padat tebar tinggi yang membuat
kematian ikan lele sangkuriang juga tinggi sehingga diperlukan ilmu dan
pengalaman yang lebih banyak.
78
Nilai R/C ratio usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional
sebesar 1,193. Sedangkan dengan teknik biofloc nilai R/C ratio sebesar 1,268. Hal
ini menunjukkan teknik biofloc memberikan nilai R/C ratio yang lebih besar
karena biaya yang dikeluarkan lebih besar, hasil panen lebih banyak dan harga
jual lebih besar. Artinya dengan teknik biofloc usaha ini lebih layak untuk
dijalankan.
Nilai B/C ratio usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional
sebesar 0,193. Sedangkan dengan teknik biofloc nilai B/C ratio sebesar 0,268. Hal
ini menunjukkan teknik biofloc memberikan nilai B/C ratio yang lebih besar
karena pendapatan yang diperoleh lebih besar dan biaya yang dikeluarkan lebih
besar dengan hasil panen lebih banyak. Artinya dengan teknik biofloc usaha ini
lebih layak untuk dijalankan.
Nilai BEP volume usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional
sebesar 645 kg dari 7.000 ekor bibit yang ditebar. Sedangkan dengan teknik
biofloc nilai BEP volume yang diperoleh sebesar 986 kg dari 13.750 ekor bibit
yang ditebar. Hal ini menunjukkan teknik tradisional memberikan BEP volume
yang lebih kecil.
BEP harga yang diperoleh pada pembesaran ikan lele sangkuriang teknik
tradisional sebesar Rp. 14.249. Sedangkan dengan teknik biofloc sebesar Rp.
14.192. Hal ini menunjukkan teknik biofloc lebih cepat pengembalian modalnya
dari pada teknik tradisional.
Nilai payback period (PP) pada pembesaran ikan lele sangkuriang teknik
tradisional sebesar 0,896, artinya akan mengalami pengembalian investasi dalam
waktu 11 bulan 27 hari (4 periode) dan pada teknik biofloc sebesar 0,624, artinya
79
akan mengalami pengembalian investasi dalam waktu 7 bulan 18 hari (3 periode).
Hal ini menunjukkan waktu pengembalian investasi menggunakan teknik bioloc
lebih cepat karena pendapatan yang diperoleh lebih besar.
Jumlah investasi yang diperlukan untuk usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang teknik tradisional sebesar Rp. 7.600.000 dan teknik biofloc sebesar
Rp. 11.900.000. Hal ini menunjukkan biaya investasi yang lebih kecil
menggunakan teknik tradisional karena tidak menggunakan batu aerasi, selang
aerasi, mesin aerator, dan paralon.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Biaya yang dikeluarkan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu
periode menggunakan teknik tradisional pada 7 kolam bulat berdiameter 1,70
m dengan menebar 7.000 ekor bibit sebesar Rp. 10.971.713 dan menggunakan
teknik biofloc pada 5 kolam bulat berdiameter 2,20 m dengan menebar 13.750
ekor sebesar Rp. 17.754.308.
2. Pendapatan yang diperoleh usaha pembesaran ikan lele sangkuriang dalam
satu periode menggunakan teknik tradisional pada 7 kolam bulat berdiameter
1,70 m dengan menebar 7.000 ekor bibit sebesar Rp. 2.118.287 dan
menggunakan teknik biofloc pada 5 kolam bulat berdiameter 2,20 m dengan
menebar 13.750 ekor sebesar Rp. 4.763.692.
3. Pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional nilai R/C ratio
sebesar 1,193, nilai B/C ratio sebesar 0,193, BEP volume sebesar 645 kg, BEP
harga sebesar Rp. 14.249, dan payback period dalam waktu 11 bulan 27 hari
(4 periode). Pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik biofloc nilai
R/C ratio sebesar 1,268, nilai B/C ratio sebesar 0,268, BEP volume sebesar
986 kg, BEP harga sebesar Rp. 14.192, dan payback period dalam waktu 7
bulan 18 hari (3 periode).
4. Teknik biofloc pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang lebih baik
digunakan dari pada teknik tradisional.
81
6.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh, maka
saran yang dapat penulis berikan sebagai berikut:
1. Bagi pemula pembudidaya pembesaran ikan lele sangkuriang, sebaiknya
menggunakan teknik tradisional terlebih dahulu, setelah dua tahun mulailah
mengembangkannya menggunakan teknik biofloc.
2. Bagi pembudidaya pembesaran ikan lele sangkuriang yang memiliki modal
kecil, sebaiknya menggunakan teknik tradisional dan yang memiliki modal
besar, sebaiknya menggunakan teknik biofloc.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Khairul dan Khairuman. Seri Teknologi Tepat Guna: Panen Rupiah dari
Budi Daya Lele. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2014.
Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2006.
Fuad, M, dkk. Pengantar Bisnis. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. 2006.
Halim, Abdul. Manajemen Keuangan Bisnis. Bogor: Ghalia Indonesia. 2007.
Hanafie, Rita. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Andi. 2010.
Jamaludin. Analisis Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
(Clarias gariepinus) di Bojong Farm Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2015.
Kordi, Gufron. Kiat Sukses Pembesaran Lele Unggul. Yogyakarta: Lily Publisher.
2012.
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian. Jakarta: Prenhalindo. 1998.
Mahyuddin, Kholish. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta: Penebar
Swadaya. 2013.
Muhandi dan Joko Siswanto. Akuntansi Biaya 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
2001.
Nasrudin. Jurus Sukses Beternak Lele Sangkuriang. Jakarta: PT. AgroMedia
Pustaka. 2014.
Niswonger, Rollin. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Terjemahan. Jakarta: Erlangga:
1992.
Rahardi, F dan Rudi Hartanto. Agribisnis Peternakan. Jakarta: Penebar Swadaya.
2003.
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. Teori Ekonomi Mikro Suatu
Pengantar. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2002.
Rahim, Abdul dan Diah Retno Dwi Hastuti. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomi
Pertanian. Jakarta: Penebar Swadaya. 2007.
83
Sembiring, Jhon Modesta. Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Lele
Sangkuriang (Clarias sp). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 2011.
Soeharjo dan Patong. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Bogor: Departemen Ilmu
Sosial Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. 1991.
Soeharto, Imam. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional.
Jakarta: Erlangga, 1997.
Soekartawi. Analisis Usahatani. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. 1995.
Sofyan, Iban. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. 2004.
Suliyanto. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: Penerbit ANDI. 2010.
Suprapto dan Legisan Samtafsir. Biofloc 165 Rahasia Sukses Teknologi Budidaya
Lele. Depok: Agro 165. 2013.
Utama, Mohamad. Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Fillet Ikan (Studi
Kasus PT. Ojid Kharisma Nusantara pada Tahun 2010). [Skripsi]. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2011.
Warisno dan Kres Dahana. Meraup Untung dari Beternak Lele Sangkuriang.
Yogyakarta: Penerbit ANDI. 2009.
Widilestariningtyas, Ony. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012.
Sitasi dari Internet:
Grafik Produksi Ikan Lele di Indonesia Tahun 2013
http://www.djpb.kkp.go.id/index.php/arsip/c/209/DATA-STATISTIK
(diakses tanggal 25 Agustus 2015 pukul 10.00 WIB)
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Tahun 2013
www.djpb.kkp.go.id/.../LAPTAH%20PRODUKSI%20%202013.pdf
(diakses tanggal 26 Agustus 2015 pukul 14.00 WIB)
Volume Produksi Lele di Pulau Jawa Tahun 2009 – 2013
http://www.djpb.kkp.go.id/index.php/arsip/c/208/DATA-STATISTIK
(diakses tanggal 25 Agustus 2015 pukul 16.00 WIB)
LAMPIRAN
85
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN
Kuesioner ini digunakan untuk penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Biaya
dan Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik
Tradisional dan Biofloc di Kota Depok” oleh Rahmadani, mahasiswa Prodi
Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Alamat :
5. TTL :
6. Pendidikan :
7. Jumlah Anak :
8. Tanggal Usaha :
9. Pekerjaan Utama
B. Produksi
a. Persiapan Kolam
1. Jenis kolam :
2. Ukuran kolam :
3. Jumlah kolam :
4. Lama pembuatan kolam :
86
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian (Lanjutan)
5. Lama pembersihan kolam :
6. Asal air :
7. Tinggi awal air kolam :
8. Lama air didiamkan :
9. Lama pengisian air :
10. Bahan pengomposan :
11. Cara pengomposan :
b. Penebaran Bibit
1. Asal bibit :
2. Ukuran bibit :
3. Kepadatan bibit :
4. Kemampuan hidup bibit :
c. Pemberian Pakan
1. Jenis pakan :
2. Waktu pemberian pakan :
3. Takaran pemberian pakan :
4. Cara pemberian pakan :
5. Frekuensi pemberian pakan :
d. Pemeliharaan dan Perawatan Kolam
1. Pemeriksaan kondisi air :
2. Pemeriksaan keadaan kolam :
3. Lama pemeriksaan/perawatan :
87
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian (Lanjutan)
4. Penanggulangan Penyakit
1. Jenis penyakit :
2. Cara penanggulangan Penyakit:
3. Obat-obatan yang dipakai :
4. Dosis obat-obatan :
e. Panen
1. Waktu panen :
2. Usia panen :
3. Ukuran panen :
4. Proses panen :
C. Sumber Daya Manusia
1. Bagaimana penggunaan tenaga kerja dalam pengusahaan ikan lele ini?
a) Tenaga kerja bulanan b) Tenaga kerja harian
2. Berapa orang yang bekerja di usaha pembesaran ikan lele ini?
3. Bagaimana pembagian kerja untuk setiap orang?
4. Berapa jam kerja per hari setiap orang?
5. Apa hak dan kewajiban untuk setiap orang?
6. Sebutkan nama, usia, dan pendidikan terakhir tenaga kerja!
No Nama Usia Pendidikan Terakhir
88
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian (Lanjutan)
D. Pemasaran
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana alur pemasaran ikan lele?
2 Berapa kali ikan lele dipasarkan
dalam setahun?
3 Kemana ikan lele dijual?
4 Siapa saja yang membeli ikan lele?
5
Apakah ada standar produk yang
dihasilkan? Jika ada apa saja
standarnya?
6
Bagaimana cara menentukan harga
jual ikan lele ukuran konsumsi
tersebut?
7 Apakah ada kenaikan/penurunan
harga jual setiap panen?
8
Pada kondisi yang bagaimana
kenaikan/penurunan harga jual
terjadi?
9 Bagaimana sistem pembayaran yang
dilakukan?
10 Apakah kelebihan lokasi usaha ikan
lele ini?
11
Apakah bentuk promosi yang
dilakukan dalam memperkenalkan
ikan lele kepada pembeli?
89
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian (Lanjutan)
E. Rincian Biaya Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
a. Biaya Tetap
No Uraian Jumlah Satuan Harga
(Rp)
Umur
Ekonomis
(Tahun)
Umur
Pakai
(Tahun)
1 Kolam Bulat
2 Cangkul
3 Tank
4 Serokan Besar
5 Serokan Kecil
6 Selang
7 Pompa Celup
8 Timbangan
9 Sepatu Bot
10 Lampu
11 Drum Plastik
12 Gayung
13 Kabel Rol
14 Ember Kecil
15 Ember Kecil
16 Batu Aerasi
17 Selang Aerasi
18 Mesin Aerator
19 Paralon
20 Motor
90
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian (Lanjutan)
b. Biaya Variable
No Uraian Jumlah Satuan Harga (Rp)
1 Bibit
2 Pelet 781-1
3 Pelet 781-2
4 Pelet 781
5 Vitamin
6 Obat
7 Probiotik
8 Garam Krosok
9 Molase
10 Kapur Dolomit
11 Kaporit
12 Listrik
13 Transportasi
14 Tenaga Kerja
F. Rincian Penerimaan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
No Jumlah Produksi
(Kg)
Harga
(Rp/Kg)
Total Penerimaan
(Rp)
1
2
3
91
Lampiran 2. Rincian Nilai Investasi dan Penyusutan Peralatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik Tradisional
No Uraian Jumlah Satuan
Harga
Satuan
Jumlah
Investasi
Umur
Ekonomis Penyusutan Penyusutan
Umur
Pakai
(Rp) (Rp) (Tahun) (Pertahun) (Periode) (Tahun)
1 Kolam bulat diameter 1,70 m 7 Buah 800.000 5.600.000 5 1.008.000 252.000 3
2 Mesin Pompa Air Wasser 1 Unit 450.000 450.000 5 81.000 20.250 3
3 Serokan Besar 1 Buah 35.000 35.000 2 15.750 3.938 1
4 Serokan Sedang 1 Buah 25.000 25.000 2 11.250 2.813 1
5 Selang 10 Meter 6.000 60.000 5 10.800 2.700 3
6 Timbangan Manual 1 Unit 150.000 150.000 5 27.000 6.750 3
7 Sepatu Bot 1 Unit 70.000 70.000 5 12.600 3.150 3
8 Lampu Untuk Penerangan 1 Buah 50.000 50.000 1 45.000 11.250 1
9 Drum Plastik 1 Buah 80.000 80.000 5 14.400 3.600 3
10 Gayung 1 Buah 5.000 5.000 2 2.250 563 1
11 Kabel Rol 1 Buah 30.000 30.000 5 5.400 1.350 3
12 Ember Kecil 3 Buah 10.000 30.000 2 13.500 3.375 1
13 Ember Besar 2 Buah 30.000 60.000 2 27.000 6.750 1
14 Pompa Celup 1 Unit 850.000 850.000 5 153.000 38.250 3
15 Cangkul 1 Buah 75.000 75.000 5 13.500 3.375 3
16 Gergaji Kecil 1 Buah 15.000 15.000 5 2.700 675 3
17 Tang 1 Buah 15.000 15.000 5 2.700 675 3
TOTAL 7.600.000 1.445.850 361.463
92
Lampiran 3. Rincian Nilai Investasi dan Penyusutan Peralatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik Biofloc
No Uraian Jumlah Satuan
Harga
Satuan
(Rp)
Jumlah
Investasi
(Rp)
Umur
Ekonomis
(Tahun)
Penyusutan
(Pertahun)
Penyusutan
(Periode)
Umur
Pakai
(Tahun)
1 Kolam bulat diameter 2,20 m 5 Buah 1.000.000 5.000.000 5 900.000 225.000 3
2 Mesin air shimizu 1 Unit 1.750.000 1.750.000 5 315.000 78.750 3
3 Serokan kecil 1 Buah 5.000 5.000 2 2.250 563 1
4 Serokan besar 2 Buah 30.000 60.000 2 27.000 6.750 1
5 Selang 10 Meter 6.000 60.000 5 10.800 2.700 3
6 Batu aerasi 30 Buah 15.000 450.000 5 81.000 20.250 3
7 Selang aerasi 40 Meter 2.000 80.000 5 14.400 3.600 3
8 Mesin aerator 2 Unit 1.300.000 2.600.000 3 780.000 195.000 1
9 Paralon 20 Meter 5.500 110.000 5 19.800 4.950 3
10 Pompa Celup 1 Unit 1.000.000 1.000.000 5 180.000 45.000 3
11 Timbangan Manual 1 Unit 150.000 150.000 5 27.000 6.750 1
12 Ember Besar 2 Buah 30.000 60.000 2 27.000 6.750 1
13 Ember Sedang 4 Buah 15.000 60.000 2 27.000 6.750 1
14 Lampu untuk penerangan 1 Buah 50.000 50.000 1 45.000 11.250 1
15 Gelas Ukur Plastik 1 Buah 20.000 20.000 2 9.000 2.250 1
16 Kabel Rol 1 Buah 30.000 30.000 5 5.400 1.350 3
17 Pengukur PH 1 Buah 250.000 250.000 5 45.000 11.250 3
18 Tali Rapia 1 Bungkus 20.000 20.000 1 18.000 4.500 1
19 Gayung 1 Buah 5.000 5.000 2 2.250 563 1
20 Gergaji Kecil 1 Buah 15.000 15.000 5 2.700 675 3
21 Tang 1 Buah 25.000 25.000 5 4.500 1.125 3
22 Solder 1 Buah 35.000 35.000 5 6.300 1.575 3
23 Cangkul 1 Buah 65.000 65.000 5 11.700 2.925 3
TOTAL
11.900.000
2.561.100 640.275
93
Lampiran 4. Analisis R/C Ratio, B/C Ratio, BEP, PP Usaha Pembesaran Ikan Lele
Sangkuriang Teknik Tradisional dan Biofloc dalam Satu Periode
Teknik Tradisional Teknik Biofloc
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Penerimaan 13.090.000 Penerimaan 22.518.000
Pengeluaran Pengeluaran
A. Biaya Tetap A. Biaya Tetap
Penyusutan Peralatan 361.463 Penyusutan Peralatan 640.275
Pajak Lahan 6.250 Pajak Lahan 9.000
Total Biaya Tetap 367.713 Total Biaya Tetap 649.275
B. Biaya Variabel B. Biaya Variabel
Pakan Pakan
Tipe 781-1 1.365.000 Tipe 781-1 1.950.000
Tipe 781 5.628.000 Tipe 781-2 2.780.000
Bibit 1.750.000 Tipe 781 4.618.533
Vitamin Premix Aquavita 17.000 Probiotik 400.000
Water Stabilizer 14.000 Garam Krosok 393.000
Listrik 90.000 Molase 380.000
Sewa Motor 240.000 Kapur Dolomit 66.000
Tenaga Kerja 1.500.000 Kaporit 22.500
Total Biaya Variabel 10.604.000 Bibit 4.125.000
Total Biaya 10.971.713 Obat Inrofloxs-12 20.000
Pendapatan 2.118.287 Listrik 450.000
R/C Rasio 1,193068029 Sewa Mobil Pick Up 400.000
B/C Rasio 0,193068029 Tenaga Kerja 1.500.000
BEP Volume 645 Total Biaya Variabel 17.105.033
BEP Harga 14.249 Total Biaya 17.754.308
Payback Period 0,896951169 Pendapatan 4.763.692
R/C Rasio 1,268311894
B/C Rasio 0,268311894
BEP Volume 986
BEP Harga 14.192
Payback Period 0,624515607
94
Lampiran 5. Rincian Perbandingan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik Tradisional dan Biofloc
No Uraian Tradisional Biofloc
1 Biaya Variabel Rp. 10.604.000 : 7.000 ekor = Rp. 1.514/ekor Rp. 17.105.033 : 13.750 ekor = Rp. 1.244/ekor
2 Pendapatan Rp. 2.118.287 : 7.000 ekor = Rp. 302/ekor Rp. 4.763.692 : 13.750 ekor = Rp. 346/ekor
3 Luas Alas Kolam 7 x (luas lingkaran)
7 x (3,14 x 0,85 m x 0,85 m)
= 15,880 m2
: 7.000 ekor = 0,0022 m2/ekor
5 x (luas lingkaran)
5 x (3,14 x 1,1 m x 1,1 m)
= 18,997 m2 : 13.750 ekor = 0,0013 m
2/ekor
4 Volume Kolam 7 x (Volume tabung)
7 x (3,14 x 0,85 m x 0,85 m x 1,2 m) =
7 x 2,722 m3 =
19 m3 : 7.000 ekor = 0,0027 m
3/ekor
5 x (volume tabung)
5 x (3,14 x 1,1 m x 1,1 m x 1,2 m) =
5 x 4,559 m3 =
= 22,79 m3 : 13.750 ekor = 0,0016 m
3/ekor
5 Produktivitas 770 kg : 7.000 ekor = 0,11 kg/ekor 1251 kg : 13.750 ekor = 0,09 kg/ekor
6 R/C Ratio 1,193 1,268
7 B/C Ratio 0,193 0,268
8 BEP Volume 645 kg 986 kg
9 BEP Harga Rp. 14.249 Rp. 14.192
10 Payback Period 0,896 0,624
11 Investasi Rp. 7.600.000 Rp. 11.900.000
95
Lampiran 6. Foto Peralatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik
Tradisional di Pokdakan Mandiri Sangkuriang
Kolam Bulat Berdiameter 1,70 m Serokan Besar Serokan Sedang
Drum Plastik Sepatu Bot Pompa Celup
Ember Besar Ember Kecil Timbangan Manual
96
Lampiran 7. Foto Peralatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Teknik
Biofloc di PT. Agro 165 Nusantara Jaya
Kolam Bulat Berdiameter 2,20 Serokan Besar
Serokan Kecil Mesin Aerator Pompa Celup Batu & Selang Aerasi
Ember Besar Pengukur PH Ember Sedang
top related