akuntansi angsuran
Post on 23-Dec-2015
103 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
PENJUALAN ANGSURAN
(INSTALLMENT SALES)
PENDAHULUAN
Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan volume penjualan terutama untuk
barang-barang yang harga jualnya relatif tinggi seperti elektronik, otomotif dan perumahan
adalah dengan penjualan secara angsuran, disamping penjualan tunai dan kredit. Penerapan
metode ini telah berkembang tidak hanya pada perusahaan real estate tetapi juga pada
perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan mobil, angkutan udara, mesin, alat-alat
rumah tangga dan sebagainya.
Metode ini menarik karena dapat menguntungkan kedua belah pihak yaitu dari sisi penjual
selain omset penjualan yang meningkat juga dapat meningkatkan tingkat perputaran persediaan.
Dari sisi pembeli, mendapatkan kemudahan untuk memiliki barang-barang kebutuhan terutama
yang relatif mahal karena adanya kemudahan pembayaran dengan cara mengangsur.
2.1.KONSEP PENJUALAN ANGSURAN
Penjualan angsuran yaitu penjualan yang pembayarannya dapat dilakukan secara bertahap
dalam jangka waktu tertentu dengan terlebih dahulu membayar uang muka (down payment)
kemudian sisanya akan diangsur sesuai perjanjian antara penjual dengan pembeli.
Oleh karena pembayaran penjualan angsuran dilakukan secara bertahap maka transaksi
penjualan angsuran memiliki resiko yang besar dalam penagihan piutang. Dengan demikian
untuk meminimalkan resiko, pelaku usaha dapat melakukan usaha-usaha antara lain sebagai
berikut :
1. Melakukan seleksi calon pembeli.
2. Kepastian perlindungan dari sisi hukum,
- Membuat perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), dimana walaupun
barang telah diserahkan namun hak atas barang masih berada ditangan penjual sampai
seluruh pembayaran lunas, meminta jaminan kredit kepada pembeli misalnya ; sertifikat,
BPKB dan lain-lain.
- Perjanjian dengan pihak trust (trustee) hak milik atas barang-barang untuk sementara
diserahkan kepada suatu badan „trust“ (trustee) sampai penjualan dilunasi dengan membuat
akte kepercayaan (trust deed atau trust indenture). Setelah pembayaran lunas oleh pembeli,
baru trustee menyerahkan hak atas barang-barang tersebut kepada pembeli.
- Beli sewa (lease-purchase), penjualan barang dimana barang diserahkan kepada pembeli
sedangkan pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga dalam kontrak telah dibayar
lunas. Setelah pembayaran lunas maka hak milik barang berpindah kepada pembeli.
- Kerjasama dengan pemberi kerja dengan cara potong gaji.
3. Memberikan perlindungan ekonomi kepada penjual, dengan cara :
- Uang muka relatif besar
- Jangka waktu angsuran relatif pendek
- Besarnya angsuran secara perodik harus dapat menutupi penurunan nilai barang.
Penjualan angsuran dapat dilakukan terhadap :
1. Aktiva tetap.
2. Barang dagangan.
Masalah transaksi penjualan angsuran dari aspek akuntansi adalah berkaitan dengan
pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran. Pada umumnya pengakuan laba kotor
dari transaksi penjualan angsuran ada dua cara yaitu
a. Metode laba kotor diakui pada periode penjualan.
Apabila metode ini digunakan maka penjualan angsuran diperlakukan sama seperti
penjualan biasa atau transaksi penjualan kredit. Laba kotor diakui pada saat terjadinya
penjualan ditandai dengan timbulnya piutang atau tagihan kepada pembeli.
Ketentuan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Laba diakui seluruhnya pada periode dimana penjualan dilakukan.
b. Pada tahun berikutnya, tidak diakui adanya laba tetapi hanya mencatat penerimaan
kas dan mengurangi piutang.
c. Hasil penagihan (pembayaran) setelah tahun penjualan dianggap sebagai
pengembalian pokok piutang angsuran.
a. Apabila konsumen dibebani bunga maka pencatatan atas bunga dilakukan dengan
mengakui pendapatan bunga.
a. Metode laba kotor diakui proporsional sesuai dengan penerimaan kas.
Pada metode ini, laba kotor diakui secara proporsional sebesar persentase laba kotor
dibandingkan dengan jumlah uang kas yang diterima. Metode ini banyak digunakan oleh
perusahaan yang menerapkan penjualan angsuran dalam jangka waktu lebih dari satu periode
akuntansi.
Ketentuan akuntansi pada metode laba diakui proporsional dengan penerimaan kas adalah
sebagai berikut :
a. Laba penjualan yang timbul pada saat transaksi dilakukan, dimasukkan ke dalam
rekening ”Laba Kotor Belum Direalisasi” (LKBD).
b. Setiap akhir tahun, perusahaan mengakui adanya laba kotor direalisasi (LKD) = %
LKBD x jumlah kas yang diterima tahun yang bersangkutan (tdk termasuk bunga)
c. % LKD dicatat dengan rumus:
Harga jual - harga pokok x 100%
Harga jual
d. LKD adalah merupakan pengakuan laba secara bertahap dari LKBD, yang kemudian
diakui sebagai laba periode yang bersangkutan di laporan rugi-laba.
e. Pendapatan bunga dicatat dan diakui tersendiri di luar LKD.
f. LKBD yang belum disesuaikan menjadi LKD, akan disajikan di Neraca pada sisi passiva
di bawah kelompok hutang.
2.1.PENJUALAN ANGSURAN UNTUK AKTIVA TETAP
Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap seperti tanah, bangunan dan
sejenisnya yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam jumlah dan waktu yang telah
ditentukan. Biasanya pembayaran angsuran ini mempunyai tata aturan atau persyaratan sebagai
berikut :
a. Adanya down payment atau uang muka
b. Pembayaran uang tunai secara periodik sebagai pembayaran angsuran
Pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran pada penjualan angsuran
aktiva tetap dapat dilakukan dengan dua metode yaitu laba kotor diakui pada periode
penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional sejalan dengan penerimaan kas.
Berikut contoh kasus untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang metode
pengakuan laba kotor dalam penjualan angsuran aktiva tetap.
Contoh 1 :
Pada tanggal 1 September tahun 2005, PT Graha Property menjual 10 unit rumah dengan
harga pokok per kapling Rp 300.000.000,00 dan dijual dengan harga Rp 400.000.000,00
ditambah bunga 10% per tahun. Pembayaran angsuran dilakukan setiap semester (6 bulanan)
selama 5 tahun atau 10 semester (10 kali angsuran), uang muka 20% dan bunga dihitung dari sisa
pinjaman.
Diminta:
1. Buat skedul pembayaran angsurannya
2. Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan asumsi menggunakan metode laba kotor
diakui pada saat penjualan dan metode laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas.
Penyelesaian :
1. Skedul pembayaran angsuran ( dalam ribuan Rp )
Angsuran ke Tgl bayar Bunga Angsuran Jml
pembayaran
Sisa harga
kontrak
1 Sept 05 - - - 4.000.000
(U.muka) 1 Sept 05 - 800.000 800.000 3.200.000
I 1 Mrt 06 160.000 320.000 480.000 2.880.000
II 1 Sept 06 144.000 320.000 464.000 2.560.000
III 1 Mrt 07 128.000 320.000 448.000 2.240.000
IV 1 Sept 07 112.000 320.000 432.000 1.920.000
V 1 Mrt 08 96.000 320.000 416.000 1.600.000
VI 1 Sept 08 80.000 320.000 400.000 1.280.000
VII 1 Mrt 09 64.000 320.000 384.000 960.000
VIII 1 Sept 09 48.000 320.000 368.000 640.000
IX 1 Mrt 10 32.000 320.000 352.000 320.000
X 1 Sept 10 16.000 320.000 336.000 0
Jumlah Total 880.000 4.000.000 4.880.000 -
2. Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan menggunakan
a. metode laba kotor diakui saat periode penjualan.
Jurnal yang dibuat sebagai berikut :
(dalam ribuan rupiah)
Keterangan transaksi Jurnal
1. Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 :
10 x Rp 400.000 = 4.000.000
uang muka 20% = 800.000
HP rumah :
10 x Rp 300.00 = 3.000.000
Kas 800.000
Piutang angsuran 3.200.000
Rumah 3.000.000
Laba penjualan angs 1.000.000
2. Ajp tgl 31 Des 05 :
Bunga yang masih harus diterima 4 bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)
4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667
Piutang bunga 106.667
Pendapatan bunga 106.667
3. Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :
Menutup rekening nominal ke iktisar laba rugi
Laba penjualan angs 1.000.000
Pendapatan bunga 106.667
Iktisar laba rugi 1.106.667
4. Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :
Reversal entries atas bunga yang akan diterima th. 2005
Pendapatan bunga 106.667
Piutang bunga 106.667
5. Penerimaan angsuran I
Tgl 1 Maret 06 :
Angsuran pokok : 3.200.000/10
= 320.000
Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000
= 160.000
Kas 480.000
Piutang angsuran 320.000
Pendapatan bunga 160.000
6. Penerimaan angsuran II
Tgl 1 Sept 06
Angsuran pokok = 320.000
Bunga 6 bln x 10% per tahun x (3.200.000 – 320.000) = 144.000
Kas 464.000
Piutang angsuran 320.000
Pendapatan bunga 144.000
7. Ajp tgl 31 Desember 06 :
Bunga yang masih harus diterima 4 bln
4/12 x 10% x (3.200.000 – 640.000) = 85.333
Piutang bunga 85.333
Pendapatan bunga 85.333
Dari contoh diatas diketahui bahwa dengan menggunakan metode ini pada tahun kedua sudah
tidak ada lagi pengakuan laba atas penjualan angsuran rumah.
b. Metode Laba diakui proporsional dengan penerimaan kas
Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
(dalam ribuan rupiah)
Keterangan transaksi Jurnal
1. Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 :
10 x Rp 400.000 = 4.000.000
uang muka 20% = 800.000
HP rumah :
10 x Rp 300.00 = 3.000.000
Kas 800.000
Piutang angsuran 3.200.000
Rumah 3.000.000
LKBD 1.000.000
2. Ajp tgl 31 Des 05 :
a. Bunga yang masih harus diterima 4 bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)
4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667
b. Penyesuaian LKBD atau Laba kotor direalisasi (LKD)
% laba kotor :
1.000.000 x 100% = 25%
4.000.000
Penerimaan kas th.2005 sebesar Rp 800.000.000 (down payment). Jadi LKD th.2005 adalah 25% x Rp 800.000.000 = Rp 200.000.000
Piutang bunga 106.667
Pendapatan bunga 106.667
LKBD 200.000
LKD 200.000
3. Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :
Menutup rekening nominal ke iktisar
LKD 200.000
laba rugi
Pendapatan bunga 106.667
Iktisar laba rugi 306.667 4. Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :
Reversal entries atas bunga yang akan diterima th. 2005
Pendapatan bunga 106.667
Piutang bunga 106.667
5. Penerimaan angsuran I
Tgl 1 Maret 06 :
Angsuran pokok : 3.200.000/10
= 320.000
Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000
= 160.000
Kas 480.000
Piutang angsuran 320.000
Pendapatan bunga 160.000
6. Penerimaan angsuran II
Tgl 1 Sept 06
Angsuran pokok = 320.000
Bunga 6 bln x 10% per tahun x (3.200.000 – 320.000) = 144.000
Kas 464.000
Piutang angsuran 320.000
Pendapatan bunga 144.000
7. Ajp tgl 31 Desember 2006
a. Ajp bunga yang masih harus diterima 4 bln ( 1 Sept sd 31 Des 06)
4/12 x 10% x (3.200.000-640.000) = 85.333
b. Penyesuaian LKBD
Penerimaan kas th.2006 sebesar Rp 64.000.000 (angsuran I dan II). Jadi LKD th.2006 adalah 25% x Rp 640.000.000 = Rp 160.000.000
Piutang bunga 85.333
Pendapatan bunga 85.333
LKBD 160.000
LKD 160.0008. Jurnal penutup tgl 31 Des 06 : LKD 160.000
Menutup rekening nominal ke iktisar laba rugi
Pendapatan bunga 85.333
Iktisar laba rugi 245.333
9. Jurnal balik tgl 1 Jan 07 :
Reversal entries atas bunga yang akan diterima th. 2006
Pendapatan bunga 85.333
Piutang bunga 85.333
Berikut penjelasan dari jurnal dan perhitungan pada tabel diatas :
a. Laba penjualan angsuran akan diakui setiap tahun yang besarnya tergantung pada
besarnya kas yang diterima pada tahun yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat pada
tahun 2005 jurnal LKD sebesar Rp 200.000.000, sedangkan untuk tahun 2006 sebesar Rp
160.000.000. Hal ini disebabkan karena jumlah kas yang diterima selama tahun 2005
lebih besar daripada jumlah kas yang diterima pada tahun 2006.
b. Jurnal yang dibuat pada tahun 2007 dan berikutnya sama dengan jurnal pada tahun 2006,
perbedaannya hanya teletak pada jumlah pendapatan bunga yang semakin kecil karena
bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman dimana saldo pokok pinjaman akan semakin
kecil karena adanya pelunasan ditahun sebelumnya.
2. Kegagalan pelunasan piutang angsuran aktiva tetap
Apabila terjadi si pembeli tidak mampu untuk melunasi angsurannya, maka ini berarti
seluruh laba yang diperhitungkan tidak dapat semuanya direalisasikan. Dengan adanya
kegagalan pelunasan ini, biasanya aktiva tetap yang terjual dimiliki kembali oleh si penjual dan
aktiva tetap tersebut dinilai sebesar nilai pasar pada saat aktiva tetap tersebut ditarik/dimiliki
kembali. Sedangkan jumlah pembayaran angsuran yang telah dibayar oleh pembeli tidak dapat
diminta kembali oleh pembeli.
Adanya kegagalan pelunasan angsuran tersebut maka pihak penjual akan mengakui adanya
laba atau rugi pemilikan kembali. Besarnya laba atau rugi pemilikan kembali yang diakui
tergantung pada metode laba yang digunakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika pencatatan dilakukan dengan metode laba diakui pada saat penjualan, laba atau rugi
dihitung dengan cara membandingkan nilai aktiva tetap yang dimiliki kembali dengan
jumlah piutang angsuran yang belum dilunasi.
2. Jika pencatatan dilakukan dengan metode laba diakui proposional dengan penerimaan kas
maka laba atau rugi dihitung dengan cara jumlah nilai aktiva tetap yang dimiliki
ditambah pengurangan laba kotor yang belum direalisasi dibandingkan dengan jumlah
piutang angsuran yang belum dilunasi.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari adanya masalah kegagalan pelunasan
penjualan angsuran ini dapat diikuti dalam contoh berikut ini.
Contoh 2:
Seorang pengusaha menjual secara angsuran aktiva tetap dengan harga pokok Rp
80.000.000, dan dijual dengan harga Rp 100.000.000. Uang muka ditentukan sebesar Rp.
30.000.000, dan sisanya dibayar secara angsuran. Setelah membayar angsuran sejumlah Rp
40.000.000, pembeli menyatakan tidak mampu lagi untuk melunasi sisa angsurannya, akibatnya
aktiva tersebut ditarik kembali oleh pengusaha tersebut dan nilai pada saat dimiliki kembali oleh
penjual adalah Rp 28.000.000.
Penyelesaian kasus diatas adalah pengusaha tersebut akan membuat jurnal dan
melakukan perhitungan sebagai berikut:
1. Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui pada saat penjualan.
Dengan metode ini, terlebih dahulu dihitung jumlah piutang angsuran yang belum
dilunasi kemudiaan dibandingkan dengan nilai pemilikan kembali aktiva tetap.
Jumlah piutang angsuran awal adalah:
Rp. 100.000.000 – Rp. 30.000.000 = Rp. 70.000.000
Jumlah angsuran yang telah dibayar = Rp. 40.000.000
Piutang angsuran yang belum dibayar = Rp. 30.000.000
Nilai pemilikan kembali Aktiva Tetap = Rp. 28.000.000
Rugi pemilikan kembali = Rp. 2.000.000
Jurnal yang dibuat :
Aktiva tetap Rp. 28.000.000
Rugi pemilikan kembali Rp. 2.000.000
Piutang Angsuran Rp. 30.000.000
2. Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui secara proporsionil dengan
penerimaan kas.
Cara perhitungan laba rugi pemilikan kembali adalah sebagai berikut :
Menghitung Tingkat laba kotor =
Rp. 100.000.000 – Rp. 80.000.000 100 % = 20 %
Rp. 100.000.000
Jumlah piutang angsuran yang belum dibayar adalah:
Rp. 70.000.000 – Rp. 40.000.000 = Rp. 30.000.000
Laba Kotor yang Belum Direalisasi ( LKBD ) harus disesuaikan ( dikurangi )
sebesar 20 % Rp 30.000.000 = Rp.6.000.000
Berdasarkan perhitungan diatas, jurnal yang harus dibuat adalah:
Aktiva tetap Rp. 28.000.000
LKBD Rp. 6.000.000
Piutang angsuran Rp. 30.000.000
Laba pemilikan kembali Rp. 4.000.000
2.3. PENJUALAN ANGSURAN BARANG DAGANGAN
Penjualan angsuran barang dagangan proses akuntansinya hampir sama dengan penjualan
angsuran aktiva tetap. Perbedaannya terletak pada beberapa hal yaitu pada penjualan angsuran
barang dagangan tidak memperhitungkan tingkat bunga angsuran, dan metode yang digunakan
untuk pencatatan pengakuan laba hanya dengan metode laba yang diakui proposional dengan
penerimaan kas.
Seperti halnya pada penjualan angsuran aktiva tetap, untuk penjualan angsuran barang
dagangan mempunyai ketentuan – ketentuan sbb:
1. Pembayaran uang muka ( Down Payment )
Pembayaran uang muka ini dilaksanakan secara tunai yang jumlahnya sebesar prosentase
tertentu dengan harga jual barang dagangan atau sebesar jumlah rupiah yang telah
ditentukan.
2. Pembayaran uang tunai periodik sebagai pembayaran angsuran. Besarnya pembayaran
angsuran ini telah ditentukan sebelumnya atau dapat juga ditentukan besar kecilnya
tergantung pada lamanya jangka waktu angsuran.
Dalam penjualan angsuran barang dagangan ini, tidak ada pengakuan pendapatan bunga
seperti pada penjualan angsuran aktiva tetap. Dalam mencatat transaksi-transaksi penjualan perlu
untuk membedakan antara penjualan reguler dengan penjualan angsuran. Hal ini sangat penting
untuk dapat memberikan data bagi perhitungan laba kotor yng diakui sebagai hasil penerimaan
pembayaran piutang dari penjualan angsuran.
Adapun ketentuan akuntansi untuk penjualan angsuran barang dagangan adalah sebagai
berikut :
1. Laba diakui sebesar prosentase laba kotor dikalikan kas yang direalisasi dari penjualan
angsuran ( proporsional dengan penerimaan kas ).
2. Piutang, penjualan dan LKBD untuk penjualan angsuran diberi tanda tahun terjadinya
agar dapat diidentifikasi dengan jelas hubungannya dengan laba kotor yang realisasi pada
tahun yang bersangkutan dengan piutang tersebut.
3. Pencatatan persediaan barang dagangan dapat menggunakan metode pisik atau metode
perpetual.
Untuk memberikan gambaran tentang proses akuntansi penjualan angsuran barang
dagangan maka diberikan contoh dibawah ini.
Contoh 3:
PT Eksekutif menjual barang dagangannya sebagian atas dasar kontrak penjualan
angsuran berlangsung selama 3 tahun disamping penjualan secara kredit. Berikut ini adalah
neraca per 1 Desember 2009 milik PT ”EKSEKUTIF” :
PT EKSEKUTIF
Neraca
1 Desember 2009
Kas
Piutang Reguler
Rp. 400.000
Rp. 1.200.0
Hutang Dagang
Hutang Lain-lain
Rp. 1.000.0
00
Rp.
Piutang Angsuran
2007
Piutang Angsuran
2008
Piutang Angsuran
2009
Persediaan
Aktiva Tetap (bersih)
Jumlah Aktiva
00
Rp 800.000
Rp 800.000
Rp 1.200.0
00
Rp 2.400.0
00
Rp 3.200.0
00
Rp. 10.000.
000
LKBD 2007 (20 %)
LKBD 2008 (25 %)
LKBD 2009 (20 %)
Modal saham
Laba ditahan
Jumlah Passiva
1.400.000
Rp 200.000
Rp 240.000
Rp 600.000
Rp 4.000.0
00
Rp 2.560.0
00
Rp. 10.000.
000
Transaksi yang terjadi selama tahun 2009 adalah sbb:
1. Penjualan untuk tahun 2009 adalah terdiri dari penjualan kredit reguler Rp 2.400.000 dan
penjualan angsuran Rp 3.000.000.
2. Jumlah piutang yang tertagih selama tahun 2009 adalah:
Piutang Reguler Rp 800.000
Piutang Angsuran 2007 Rp 400.000
Piutang Angsuran 2008 Rp 600.000
Piutang Angsuran 2009 Rp 800.000
3. Biaya – biaya operasi selama tahun 2009 adalah Rp 400.000.
4. Penghapusan piutang angsuran 2008 sejumlah Rp 500.000 yang terdiri dari :
Penghapusan piutang reguler Rp 200.000
Penghapusan piutang angsuran 2007 Rp 200.000
Penghapusan piutang angsuran 2008 Rp 100.000
5. Kebijaksanaan penjualan yang ditempuh oleh perusahaan adalah:
Harga pokok penjualan reguler adalah 60 % dari penjualan, sedang harga pokok
penjualan angsuran adalah 80 % dari penjualan angsuran.
Berdasarkan data pada contoh diatas, PT ”EKSEKUTIF” akan membuat pencatatan
jurnal sebagai berikut :
(dalam ribuan rupiah)
Keterangan Metode Fisik Metode Perpetual
1.Mencatat penjualan th 2009
Reguler : 2.400.000
Angsuran : 3.000.000
Piutang dagang 2.400
Piut angs th.2000 3.000
Penjualan reguler 2.400
Penjualan angsuran 3.000
Piutang dagang 2.400
Piut angs th.2000 3.000
Penjualan reguler 2.400
Penjualan angsuran 3.000
HPP 1.440
HPP angsuran 2.400
Persed. Brg dg 3.840
2. Mencatat penerimaaan pembayaran piutang
Piutang reguler :800.000, piutang angsuran
2007 : 400.000
2008 : 600.000
2009 : 800.000
Kas 2.600
Piut dagang 800.000
Piut angs 2007 400.000
Piut angs 2008 600.000
Piut angs 2009 800.000
Kas 2.600
Piut dagang 800.000
Piut angs 2007 400.000
Piut angs 2008 600.000
Piut angs 2009 800.000
3. Mencatat biaya operasi th.2009
Biaya operasi 400
Kas 400
Biaya operasi 400
Kas 4004. Mencatat penghapusan piutang
Reguler : 200.000
2007 : 200.000
2008 : 100.000
Penghpsan piut 435
LKBD 2007 40
LKBD 2008 25
Piut reguler 200
Piut angs 2007 200
Piut angs 2008 100
LKBD :
2007 : 20% x 200.000=40.000
2008 : 25% x 100.000=25.000
Penghpsan piut 435
LKBD 2007 40
LKBD 2008 25
Piut reguler 200
Piut angs 2007 200
Piut angs 2008 100
LKBD :
2007 : 20% x 200.000=40.000
2008 : 25% x 100.000=25.000
5.Penyesuaian 31 Desember 2009
Mencatat hpp penjualan angsuran
Mencatat LKBD th.2009 dan menutup HPP angsuran dan
HPP reguler 1.440
HPP angsuran 2.400
Pengiriman BD 3.840
Sdh dijurnal no.1
penjualan angsuran
Penyesuaian LKBD dari LKD dihitung dari % laba kotor dari piutang tertagih
Penj angsuran 3.000
HPP angsuran 2.400
LKBD 600
LKBD 2007 80.000
LKBD 2008 150.000
LKBD 2009 160.000
LKD 390.000
LKBD 2007 :
20% x 400.000=80.000
LKBD 2008 :
25% x 600.000=150.000
LKBD 2009 :
20% x 800.00=160.000
Penj angsuran 3.000
HPP angsuran 2.400
LKBD 600
LKBD 2007 80.000
LKBD 2008 150.000
LKBD 2009 160.000
LKD 390.000
LKBD 2007 :
20% x 400.000=80.000
LKBD 2008 :
25% x 600.000=150.000
LKBD 2009 :
20% x 800.00=160.000
6.Membuat jurnal penutup :
-Menutup by operasi
-Menutup penghpsan piutang
-Menutup HPP reguler
-Menutup penjualan angsuran
LKD 390
Penj reguler 2.400
Biaya operasi 400
Penghpsn piut 435
HPP reguler 1.440
Laba rugi 515
LKD 390
Penj reguler 2.400
Biaya operasi 400
Penghpsn piut 435
HPP reguler 1.440
Laba rugi 515
-Menutup LKD
PT ”EKSEKUTIF”
Laporan Laba - Rugi
Periode 1 sd 31 Desember 2009
Akun Reguler Angsuran TotalPenjualan 2.400.000 3.000.000 5.400.000HPP 1.440.000 2.400.000 3.840.000Laba kotor 960.000 600.000 1.560.000Dikurangi : LKBD 2009
(600.000-160.000)
- 440.000 (440.000)
960.000 160.000 1.120.000Ditambah : LKD 2008, 2007
(150.000+80.000)
230.000
230.000Jml real laba kotor th.2009
960.000 390.000 Rp 1.350.000
Biaya operasi (400.000)Penghapusan piut (435.000)Laba bersih th.2009
515.000
PT ”EKSEKUTIF”
Laporan Laba Ditahan
Per 31 Desember 2009
Laba yang ditahan per 1 Desember 2009 Rp. 2.560.000
Laba bersih 2009 (dari Laporan Laba Rugi) Rp. 515.000
Jumlah laba ditahan per 31 Desember 2009 Rp. 3.075.000
PT ”EKSEKUTIF”
Neraca
Per 31 Desember 2009
Kas
Piutang reguler
Piutang angsuran 2007
Piutang angsuran 2008
Piutang angsuran 2009
Persediaan
Aktiva tetap (bersih)
Jumlah
Rp.2.600.000
Rp.2.600.000
Rp. 200.000
Rp. 100.000
Rp.3.400.000
Rp.(1.440.000)
Rp.3.200.000
Rp.10.660.000
Hutang dagang
Hutang lain-lain
LKBD 2007 (20 %)
LKBD 2008 (25 %)
LKBD 2009 (20 %)
Modal saham
Laba yang ditahan
Jumlah
Rp. 1.000.000
Rp. 1.400.000
Rp. 80.000
Rp. 65.000
Rp. 1.040.000
Rp. 4.000.000
Rp. 3.075.000
10.660.000
Keterangan:
1. 1.200.000 + 2.400.000 – 800.000 - 200.000 = 2.600.000 2. 800.000 – 400.000 – 200.000 = 200.000
3. 800.000 – 600.000 – 100.000 = 100.000
4. 1.200.000 + 3.000.000 – 800.000 = 3.400.000
5. 2.400.000 – 3.840.000 = (1.440.000)
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PENJUALAN ANGSURAN
Penyajian informasi penjualan angsuran didalam laporan keuangan (Neraca dan Laba rugi)
tidak banyak berbeda seperti penyusunan laporan-laporan keuangan umumnya. Pada Neraca
terdapat rekening ”piutang penjualan angsuran” dan ”laba kotor belum direalisasi” yang erat
hubungannya dengan pelaksanaan penjualan angsuran tersebut.
1. Rekening piutang penjualan angsuran
Apabila piutang penjualan angsuran dicatat sebagai golongan aktiva lancar, maka posisinya
sama dengan piutang biasa, sehingga dapat diinterpretasikan sebagai aktiva yang dapat
dikonversikan menjadi uang kas dalam siklus operasi normal perusahaan yaitu tidak lebih dari 1
tahun. Disisi lain untuk transaksi penjualan angsuran, realisasi piutang menjadi uang kas
mungkin meliputi jangka waktu lebih dari satu tahun.
Agar tidak ada penyimpangan dari prinsip akuntansi yang lazim, maka ”piutang penjualan
angsuran” pada umumnya dapat dilaporkan sebagai golongan ”aktiva lancar” dengan
memberikan penjelasan tertentu misalnya dengan footnote atau melampirkan daftar piutang
penjualan angsuran dengan menyebutkan tanggal dan jangka waktu piutang tersebut akan jatuh
tempo.
2. Rekening laba kotor belum direalisasi (LKBD)
Laba kotor belum direalisasi pada neraca dapat dicantumkan sebagai rekening penilaian
(valuation account) dan mengurangi rekening ”piutang penjualan angsuran” atau dicantumkan
sebagai rekening modal dan dicatat sebagai bagian dari laba ditahan (retained earnings). Laba
kotor belum direalisasi (LKBD) dari penjualan angsuran biasanya disajikan dalam kelompok
hutang pada neraca sebagai ”pendapatan yang masih harus diterima (deferred revenue)”.
3. Rekening laba kotor direalisasi (LKD)
Dalam laporan perhitungan laba rugi, hasil penjualan reguler dengan penjualan angsuran
disajikan secara terpisah. Iktisar mengenai perhitungan realisasi laba kotor dalam tahun buku
yang bersangkutan, biasanya dibuat sebagai lampiran laporan laba rugi tersebut. Pada
perhitungan laba rugi, laba kotor direalisasi tahun yang bersangkutan akan mengurangi laba
kotor penjualan angsuran dan sebaliknya laba kotor direalisasi tahun-tahun sebelumnya akan
menambah laba bersih sebelum pajak. Contoh penyajian transaksi penjualan reguler dan
penjualan angsuran dapat dilihat pada kasus diatas.
2.5. PERTUKARAN ATAU TRADE IN PADA PENJUALAN ANGSURAN
Untuk menarik pembeli, selain penjualan kredit atau angsuran, seringkali pihak penjual
juga menerima tukar tambah dengan barang baru. Barang yang diterima penjual biasanya
dianggap sebagai pembayaran pertama (down payment).
Bagi penjual, meskipun sudah terikat dengan perjanjian penjualan angsuran yang telah
dibuat namun akan lebih aman dan hati-hati jika barang hasil pertukaran tersebut dinilai kembali
dengan memperhatikan adanya perbaikan-perbaikan serta suatu tingkat laba pada umumnya yang
diharapkan dari penjualan kembali barang bekas. Dalam kasus tukar tambah ini, barang bekas
pakai diterima harus dicatat sebesar harga penilaian yang dapat dianggap sebagai perkiraan harga
pokok (estmated cost). Sedangkan harga barang bekas yang diterima sesuai dengan perjanjian
dianggap sebagai harga pertukaran.
Jika terdapat perbedaan antara harga pokok yang diperkirakan dengan harga pertukaran,
maka perbedaan tersebut akan dicatat ke dalam rekening ”Cadangan Selisih Harga
Pertukaran” atau CSHP.
Contoh :
UD ”Sakti Motor” menjual sebuah mobil baru dengan harga pokok Rp 100.000.000 kepada
pembeli dengan perjanjian penjualan angsuran seharga Rp 150.000.000. Sebagai pembayaran
pertama (down payment) pembeli menyerahkan sebuah mobil bekas dan setuju dihargai Rp
40.000.000. Diperkirakan biaya-biaya yang diperlukan untuk perbaikan mobil bekas tersebut
sebesar Rp 500.000, dan harga penjualan normal setelah diperbaiki adalah Rp 42.000.000.
Penjual mengharapkan laba normal sebesar 10% dari harga penjualan mobil bekas.Atas dasar
data-data tersebut diatas buatlah perhitungan dan jurnal yang diperlukan oleh UD ”Sakti Motor”
Penyelesaian :
Harga pertukaran mobil bekas Rp 40.000.000
Nilai jual mobil bekas setelah perbaikan Rp 42.000.000
Dikurangi :
Ongkos perbaikan Rp 500.000
Laba normal yang
Diharapkan (10% x Rp 42.000.000) Rp 4.200.000
(Rp 4.700.000)
Perkiraan harga pokok (estimated cost) Rp 37.300.000
Cadangan selisih harga pertukaran Rp 2.700.000
Jurnal yang dibuat :
Persediaan Mobil bekas Rp 37.300.000
CSHP Rp 2.700.000
Piutang penjualan angsuran Rp 110.000.000
Penjualan angsuran Rp 150.000.000
Harga pokok mobil Rp 100.000.000
Persediaan mobil baru Rp 100.000.000
PENUTUP
Penjualan angsuran merupakan salah satu strategi penjualan yang banyak diterapkan di
perusahaan sehingga hal ini penting dipelajari untuk mengetahui bagaimana teori, tata cara
perhitungan dan prinsip akuntansi yang berlaku untuk penjualan angsuran ini.
Penjualan angsuran terdiri dari penjualan angsuran untuk aktiva tetap atau barang tidak
bergerak dan penjualan angsuran persediaan barang dagangan. Hal ini terkait dengan masalah
pengakuan laba atas penjualan angsuran dan metode yang diterapkan.
TES UMPAN BALIK
1. Apakah yang dimaksud dengan penjualan angsuran ?
2. Bagaimana pengakuan laba untuk penjualan angsuran dan jelaskan metode apa saja yang
dapat diterapkan pada penjualan angsuran aktiva tetap dan penjualan angsuran barang
dagangan ?
3. Bagaimana prosedur pencatatan untuk penjualan aktiva tetap dan barang dagang ?
4. Bagaimana menangani persoalan piutang usaha angsuran yang tidak dapat tertagih,
pertukaran, dan pemilikan kembali barang angsuran?
5. Dealer ” A MOTOR ” menjual mobil secara angsuran dengan persyaratan pembayaran
pertama (down payment) sebesar 40% dan sisanya diangsur selama 30 bulan. Pembayaran
angsuran per bulannya adalah Rp 200.000,00/mobil. Harga pokok mobil tersebut adalah 80%
dari harga jual.
Transaksi penjualan yang terjadi pertama kali adalah pada tanggal 1 Maret 2008 dengan
dijual 10 mobil. Angsuran pertama dimulai pada tanggal satu bulan berikut nya. Tarif bunga
angsuran ditentukan 12% per tahun. Pembayaran setiap kali angsur tidak termasuk biaya
bunga. ”A MOTOR” menggunakan metode laba diakui pada tahun penjualan.
Pertanyaan :
a. Berapakah besarnya penjualan 10 buah mobil tersebut.
b. Berapakan besarnya uang muka dari penjualan mobil tersebut
c. Berapakah besarnya laba kotor dari penjualan mobil tersebut.
d. Buat jurnalnya pada saat penjualan tanggal 1 Maret 1998.
6. PT ”Nippon-Hidetoshi Nakata” bergerak dalam bidang penjualan elektronika dan sejenisnya.
Dalam kebijaksanaan penjualan ditempuh penjualan secara angsuran. Selama tahun 2001,
penjualan angsuran sebesar Rp 20.200.000 yang diketahui dari catatan akuntansinya.
Sebelum tutup buku tahun 2001, diketahui juga bahwa jumlah harga pokok barang yang
dijual angsuran tahun 2001 sebesar Rp 15.200.000, sedangkan jumlah pelunasan angsuran
adalah Rp 17.200.000. Taksiran barang yang kemungkinan akan dimiliki kembali pada akhir
tahun adalah Rp 1.800.000 dan taksiran piutang penjualan angsuran yang dimiliki kembali
Rp 2.400.000.
Diminta buat jurnal untuk mencatat :
a. Transaksi penjualan angsuran dan penerimaan pelunasan piutang angsuran piutang
angsuran LKBD yang ditangguhkan.
b. Pemilikan kembali barang dagangan dan realisasi laba bruto.
top related