airway emergencies.pptx
Post on 04-Jan-2016
23 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Bagian Anastesiologi Textbook ReadingPerawatan Intensif dan Menejemen Nyeri Februari 2013Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
AIRWAY EMERGENCY(Bhavani SS, Doyle DJ, Airway Emergency. In: Ruskin KJ & Rosenbaum SH (eds), Anasthesia Emergencies. Oxford: Oxford
University Press; 2011: p. 1-25)
Disusun oleh :Ade Dian Lestari
110 206 025Pembimbing :dr. Adriansyah
Konsulen :dr. Ratnawati, SpAn
Dibawakan dalam rangka Tugas Kepanitraan KlinikBagian Anastesiologi, Perawatan Intensif & Manajemen Nyeri
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim IndonesiaMakassar
2013
Luka Bakar Pada Jalan NapasObstruksi Saluran Pernapasan pada Pasien dengan Pernapasan SpontanAspirasiPerdarahan setelah TonsillectomyDarah pada Saluran PernapasanIntubasi BronkialGagal Intubasi/ Bisa VentilasiGagal Intubasi/ Gagal VentilasiKesulitan Mask VentilasiKesulitan Ventilasi melalui pipa endotrakealLaringospasmeLudwig’s AnginaRapid- Sequence Intubation
LUKA BAKAR PADA JALAN NAPAS
DEFINISI
• Terbakarnya material yang mudah terbakar dalam saluran pernapasan.
Tiga Komponen Penyebab
• Sumber Bahan Bakar• Oksigen• Sumber Api
Tindakan yang harus segera dilakukan:
• Lepas sirkuit pernapasan dari pipa endotrakeal• Beri tahu ahli bedah• Melepaskan pipa endotrakeal• Hentikan seluruh aliran gas pada saluran pernapasan• Singkirkan seluruh material lain yang mudah
terbakar• Bersihkan saluran pernapasan dari semua sisa-sisa
bahan yang terbakar• Intubasi ulang
OBSTRUKSI SALURAN PERNAPASAN PADA PASIEN DENGAN
PERNAPASAN SPONTAN
DEFINISI
• Sumbatan parsial maupun komplit → meningkatkan resistensi jalan napas bagian atas → kesulitan ventilasi dan gangguan oksigenasi
MANIFESTASI
• Dyspnea, hypercarbia, hypoxemia, snoring, wheezing, stridor, penggunaan otot bantu pernapasan, apnea, agitasi
PATOFISIOLOGI
• Obstruksi jalan napas → aspirasi benda asing, infeksi, laringospasme, tumor pada jalan napas, hematom jalan napas, hipertrofi tonsil, obstructive sleep apnea, dan edema jalan napas
DIAGNOSIS BANDING
• Kebiasaan mendengkur• Bronkospasme• Bradipnea atau apnea akibat overdosis obat dan kausa lain
Tindakan yang harus segera dilakukan :
• FiO2 → 100 %• Jaw trhust, pemasangan alat bantu napas
nasofaringeal, orofaringeal ataupun supraglotis
• Nebulisasi• Inhalasi bronkodilator → bronkospasme• Inhalasi endotrakeal → obstruksi yang tidak
kunjung berkurang
ASPIRASI
DEFINISI
• Inhalasi material ke dalam jalan napas di bawah plica vocalis
Faktor resiko aspirasi pada general anestesi:
Faktor Pasien Faktor Pembedahan dan Anastesi
• Pembedahan darurat • Induksi yang kurang
• Sulit membersihkan sekret atau • Kesulitan intubasi
refleks muntah kurang/tidak ada • Medekasi dan obat-obatan
• ↑ volume makanan dan asam lambung • Kedalaman anestesi
• Ketidakmampuan sphincter esofageal • Posisi pasien
distal • ↑ Tekanan intraabdominal
• Riwayat pembedahan abdomen bagian atas
MANIFESTASI
• Benda asing dalam orofaring• Wheezing• ↑ Tekanan jalan napas• Infiltrasi pada X-ray thoraks
PATOFISIOLOGI
• pH• Volume material yang diaspirasi• Bahan tertentu• Jumlah bakteri• Darah pada jalan napas
DIAGNOSIS BANDING
• Laringospasme atau obstruksi jalan napas selama intubasi• Bronkospasme, wheezing, atau crackles setelah intubasi• Hipoventilasi, dispnea, apnea• Penurunan kebutuhan pulmoner (ARDS)
Tindakan yang harus segera dilakukan:
• FiO2 → 100%• Head down• Menjaga tekanan cricoid• Aspirasi nasofaring dan orofaring• Intubasi pasien• Suction• Ventilasi mekanik• Bronkodilator • Bronkoskopi• Hindari steroid profilaksis dan antibiotik empirikal• Tidak boleh diberikan H2 blocker atau PPI• Terapi cairan• Tunda operasi bila memungkinkan• X-ray thoraks, AGD
PERDARAHAN SETELAH TONSILLECTOMY
DEFINISI
• Perdarahan pada lokasi operasi setelah tonsillektomi
MANIFESTASI
• Periode paling sering terjadinya perdarahan pada anak-anak adalah beberapa hari setelah operasi, perdarahan dapat juga muncul dalam beberapa jam setelah operasi
PATOFISIOLOGI
• Kausa perdarahan post tonsillektomi → hemostasis perdarahan inkomplit, koagulopati (agen antiplatelet, terapi antikoagulan, hemofillia, dll)
DIAGNOSIS BANDING
• Hemoptisis• Perdarahan nontonsilar
Tindakan yang harus segera dilakukan:
• Evaluasi berkala jalan napas• Reintubasi• Suction• Rapid sequence induction → regurgitasi• Meminta evaluasi darurat dari bagian THT• Mengembalikan volume intravaskuler• Operasi re-eksplorasi dari tonsil
DARAH PADA SALURAN PERNAPASAN
DEFINISI
• Hemoptisis masif → hilangnya darah sebanyak 600 ml dalam 24 jam• Hemoptisis ekstensif → darah yang hilang sebanyak 1000 ml dengan kecepatan 150 ml/jam
MANIFESTASI
• Hemoptisis pada pasien yang diintubasi• Darah dalam ETT• X-ray thoraks → tanda-tanda darah yang diaspirasi
ETIOLOGI
• Infeksi• Neoplastik• Kardiovaskular• Pulmonar• Hematolgik• Traumatik• Iatrogenik• Alveolar Hemorrhage syndromes• cryptogenic
Tindakan yang harus dilakukan:
• FiO2 → 100%• Suplai darah → adekuat• Resusitasi• Pertahankan tekanan darah• Kontrol jalan napas• Bronkoskopi• ECMO (Extracorporeal membrane
exygenation) sebagai terapi definitif
DIAGNOSTIK
• Koagulasi (PT/INR/aPTT dll)• Bronkoskopi• X-ray thoraks• CT scan dada dan leher bila ada indikasi• Arteriogram bronkial• ECHO
TINDAKAN LANJUT
• Memperbaiki faktor koagulasi• Menangani penyebab utama perdarahan• Embolisasi arteri bronkial• Indikasi operasi : embolisasi arteri bronkial tidak memungkinkan
INTUBASI BRONKIAL
DEFINISI
• Intubasi endotrakeal yang kurang hati-hati (biasanya masuk dalam cabang bronkus kanan) umum ditemukan. Deteksi dan koreksi dini dapat mencegah komplikasi potensial
MANIFESTASI
• Ventilasi satu paru → hipoksemia• ↑ tekanan jalan napas• Bunyi pernapasan unilateral• Atelektasis pada X-ray dada
PATOFISOLOGI
• Jarak rata-rata laring ke carina ± 12-14 cm, bervariasi sesuai usia, tinggi dan posisi kepala.• Perubahan kecil pada posisi kepala → migrasi ETT ke endotrakeal pada anak-anak dan bayi• Penempatan ETT endobronkial dan meyebabkan atelektasis dan hipoksemia → ventilasi satu paru
DIAGNOSTIK
• X-ray dada• Bronkoskopi fiberoptik• Auskultasi
PENCEGAHAN
• Tuba endotrakeal melewati glotis dan ujung bawah cuff tidak lebih dari 3-4 cm di bawah glotis
• Insersi ETT tidak lebih dari 21 cm pada wanita dan 23 pada pria
• Memastikan bunyi napas secara bilateral• Radiografi : ujung tube berada di vertebra
thoracic ke-3 dan ke-4• Endoskopi fiberoptik : ujung ETT 5-7 cm di atas
carina
GAGAL INTUBASI/ BISA VENTILASI
DEFINISI
• Ketidakmampuan untuk mengintubasi pasien. Ventilasi masker wajah yang adekuat masih dimungkinkan
Tindakan yang harus segera dilakukan:
• Call for help• FiO2 → 100%• Supraglottic airway• Intubasi gagal → bangunkan pasien. Tunda operasi atau intubasi sadar• Hipoksia dan tidak bisa diventilasi → tindakan pembedahan
Apabila tindakan pertama saat intubasi gagal:
Posisi kepala optimal (cth: kepalaa pada “sniffing position”)Memutuskan bagaimana cara melakukan tindakan selanjutnya:• External laryngeal manipulation• Blade lebih besar• Gunakan blade lurus (Miller)• Pertimbangkan Gum Elastic Bougie (Eschman stylet)• Apakah intubasi fiberoptik saat tidur adalah pilihan??Alternatif untuk mempertimbangkan keadaan ini adalah sebagai berikut:• Gunakan Trachlight• Intubasi LMA (Fastrach) → ETT via LMA• Masukkan LMA ProSeal atau Combitube agar mendapatkan tekanan
ventilasi yang tinggi dan membantu mencegah aspirasi• Gunakan Syracuse-Patil masker wajah → intubasi fiberoptik
GAGAL VENTILASI/GAGAL VENTILASI
DEFINISI
• Ketidakmampuan intubasi trakea. Ketidakmampuan ventilasi dengan facemask
Tindakan yang harus segera dilakukan:• Call for help. Tindakan pembedahan mungking dibutuhkan• FiO2 → 100%• Siapkan peralatan• Reposisi kepala dari dagu• Tangani suspek spasme laring• Insersi alat bantu jalan napas• Ventilasi• Oksigenasi adekuat → video laryngoscope (seperti: GlideScope) atau intubasi fiberoptik• Tindakan pembedahan (seperti krikotiroidotomi) atau transtracheal jet ventilation (TTJV)
KESULITAN MASK VENTILATION
DEFINISI
• Ketidakmampuan ventilasi yang adekuat dengan masker wajah karena inadekuat mask seal, kebocoran gas berlebihan, resistensi tinggi terhadap aliran gas
MANIFESTASI
• Pergerakkan dada atau bunyi napas inadekuat/absen• Tanda obstruksi parah• Sianosis, dilatasi atau ada akses masuk gas ke lambung• Hipoksemia• Ekspirasi CO2 yang inadekuat• Aliran Gas Darah pada spirometry (reservoir bag tidak penuh)
PATOFISIOLOGI
• 5 faktor → kesulitan ventilasi dengan face mask: usia >55 tahun, IMT >26 kg/m2, adanya janggut, pasien ompong, riwayat mendengkur.
Tindakan yang harus segera dilakukan:
• FiO2 → 100%• Jaw thrust• Face mask sesuai ukuran• Ventilasi • Oral airway atau nasopharyngeal airway• Insersi supraglotic airway seperti LMA• Intubasi trakeal
KESULITAN VENTILASI MELALUI ENDOTRACHEAL TUBE
DEFINISI
• Tingginya tekanan jalan napas dan/atau ketidakmampuan untuk ventilasi yang baik dengan endotracheal tube in situ
MANIFESTASI
• Rebreathing bag tidak mengembang selama ventilasi manual• Tekanan jalan napas yang tinggi selama ventilasi manual atau mekanik• Hiperkarbia atau peningkatan kadar end-tidal CO2
DIAGNOSIS BANDING
• Kinked endotracheal tube• Oklusi ETT oleh darah atau sekret• Bronkospasme • Pneumotoraks• Anafilaksis• Intubasi endobronkial• Kausa lain (ARDS, edema pulmoner, dll)
DIAGNOSTIK
• Auskultasi lapangan paru• X-ray dada• Fiberoptic bronchoscape
Tindakan yang harus segera dilakukan:
• O2 100%• Auskultasi paru → wheezing, crackles,
ventilasi unilateral• Suction via ETT• Cek: ventilasi dengan self-infalting bag (“ambu
bag”) memuaskan• Periksa tanda-tanda anafilaksis pada pasien
(eritema, urtikaria, hipotensi, takikardi, dll)
LARINGOSPASME
DEFINISI
• Refleks menutup saluran napas bagian atas karena spasme pada otot-otot glotis
MANIFESTASI
• Kesulitan atau tidak mungkinnya ventilasi dengan masker wajah• Kesulitan atau tidak mungkinnya ventilasi dengan supraglotic airway• “crowing” sound pada inspirasi
PATOFISOLOGI
• Laringospasme → anak, dan berkaitan dengan tingkat anastesi ringan dan adanya benda asing (seperti darah dan sekret) → mengiritasi plica vocalis dan struktur sekitarnya
DIAGNOSIS BANDING
• Bronkospasme • Stridor• Benda asing pada jalan napas• Obstruksi jalan napas karena edema, infeksi, tumor, hematoma, dll
Tindakan yang harus segera dilakukan:
• O2 100% dengan ventilasi tekanan positif• Berikan propofol atau obat-obatan lainnya
untuk meningkatkan tingkat anastesi• Pertimbangkan pemberian suksinilkolin 0,1
mg/kgBB IV
LUDWIG’S ANGINA
DEFINISI
• Multispace infection pada dasar mulut, infeksinya biasanya berawal dari molar mandibula dan menyebar ke sublingua, submental, bucca, dan submandibular
MANIFESTASI
• Edema dan distorsi struktur jalan napas• Tanda-tanda obstruksi jalan napas• Dispnea • Drooling • Demam • leukositosis
PATOFISIOLOGI
• Lidah elevasi dan displaced ke posterior → gangguan jalan napas terutama saat supine
DIFERENSIAL DIAGNOSTIK
• Abses retrofaringeal• Abses mandibular• Epiglottis• Abses dental
Tindakan yang harus segera dilakukan:
• Penanganan jalan napas → tingkat keparahan klinis, preferensi pembedahan, dan faktor lainnya
• Pindahkan pasien ke ruang operasi → penanganan airway
• Peralatan krikotiroidotomi darurat dan ahli bedah terlatih
• Intubasi
RAPID-SEQUENCE INTUBATION
DEFINISI
• Teknik menginduksi anastesi umum → ↓ resiko aspirasi• Agen induksi → neuromuscular blocking agent → penanganan airway. Sellick’s maneuver → kompresi esofagus dan menurunkan resiko regurgitasi
INDIKASI
• Pembedahan darurat tanpa puasa• Ileus paralitik atau akut abdomen• Refluks signifikan atau akalasia cardia• Trauma akut yang membutuhkan pembedahan segera • Wanita hamil (trimester akhir) yang membutuhkan pembedahan
KONTRAINDIKASI
• Pasien dengan kesulitan jalan napas• Perlukaan pada laring
The rapid sequence Induction (“the 9 Ps”
Preparation
Patient evaluation
Preoxygenation
Premedication
Paralysis and induction
Position and protect the patient
Pass the ETT
Proof of placement
Post intubation care
Terima Kasih
top related