agama dan solidaritas sosial

Post on 13-Jan-2015

2.268 Views

Category:

Education

4 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Agama & Solidaritas

Sosial

Fokus

Fungsi Agama menurut Emile

Durkheim The Elementary Forms of Religious

Life (1912) Konteks Penjelasan Durkheim Penjelasan klasik mengenai agama

Apa itu “penjelasan sosiologis?”Apa itu “methodological agnosticism”?Apa itu “symbolic realism?”Mengapa agama tidak tergantikan sains?

Review Minggu Lalu

Unsur-unsur dalam agama: belief (kepercayaan) Ritual Social organization Simbol

Unsur-unsur dalam agama:

Mitos Trickster Indian Winnebago

Danau Winnebago, Wisconsin USA

Danau Winnebago

Trickster Muda

Ia memiliki kehendak yang tidak disadarinya. Setiap waktu ia sukar bertingkah laku sebagaimana adanya, dan tidak mampu mengontrol impuls-impuls.. Ia menjadi budak nafsu dan keinginannya untuk memiliki tak terbatas dan tak berbentuk… merupakan makhluk yang tidak lengkap dan pekerjaan tidak jelas, suatu tokoh yang mirip bayangan manusia.

Ia memiliki usus yang memburai diluar tubuhnya, dan penis yang luar biasa panjangnya melilit seluruh badan, dengan ujungnya berada dipuncak.

Dua Pengembaraan

Trickster menangkap seekor kerbau dan menyembelihnya dengan pisau di tangan kanannya. Di tengah pengembaraannya, tiba-tiba tangan kirinya merampas kerbau. “Ayo kembalikan padaku. Kerbau itu milikkku atau akan aku potong kau dengan pisau ini” teriak tangan kanan

Trickster dan anusnya

Trickster menyembelih beberapa ekor bebek dan memanggangnya. Sebelum ia pergi tidur ia menyuruh anusnya menjaga bebek panggang itu. Ketika ia tidur serigala mendekat: Ketika mereka mendekat, mereka kaget karena mereka mendengar dari arah rumah terdengar suara: pooh…

Mitos Azande, Afrika Timor

Mitos Azande, Afrika Timor

Orang digigit ular mati karena disantet Orang kejatuhan lumbung padi dan

tewas, dianggap mati karena santet.

Menurut anda?

Jawaban sosiologi klasik

Agama sebagai ilusi Agama irrational dan akan digantikan filsafat

dan sains. Agama muncul karena ketidak berdayaan

memberi penjelasan. Agama dilihat sebagai fenomena alamiah yang

harus dikaji secara objektif dan ilmiah. Akar studi agama adalah rasionalisme dan

positivisme abad 19 yang mempertanyakan agama atau menganggap agama sebagai ilusi.

Empat Tokoh, Satu Ilusi

Comte: The Positive Philosophy, 1830: Teologi, Metafisik dan Positif

Spencer: Principles of Sociology, 1876-96: “..did not conclude that primitive people were irrational but that since they had to operate on a basis of very limited knowledge.” Hamilton: 27

Edward Taylor, Primitive Culture, 1971: ..”it is a universal tendency among mankind to conceive all beings like themselves and to transfer to every object those qualities with which they are familiarly acquainted and of which they are intimately conscious.”

Sir James Frazer: The Golden Bough, 1890: Three stages of intellectual development; the magical, the religious and the scientific.

Kenyataannya adalah..

Agama begitu sentral dalam masyarakat modern.

“To explain it in such a way was largely to explain it away”. Hamilton 1

Dari “scintific explanation” menuju “social explanation”

“Social Explanations”

Penjelasan Relasi Sosial Mempelajari agama dalam konteks

sosial Penjelasan personal: orang beragama

karena mereka relijius Penjelasan sosiologis: MENGAPA

orang menjadi relijius?

Berger: Methodological agnosticism

It is necessary to “bracket” aside the question of the status of religious claims.

Tidak penting bagi sosiolog apakah yang diteliti itu benar atau palsu.

Misalnya bila seorang sosiolog diberi obat yang dianggap mempunyai kekuatan magis, ia tidak perlu membuktikannya benar atau salah. Yang penting bagi sosiolog adalah menganalisa keyakinan dan praktek itu secara sosiologis.

Berger, The Social Reality of Religion, p.106.

Bagaimana harus melihat mitos tadi?

Kepercayaan tentang santet (witchcraft) terkait dengan proses psikologis dan sosial masyarakat Azande.

Misleading dan illegitimate untuk mengevaluasi agama sebagai valid atau invalid.

Memahami agama dari kacamata pengikutnya, bukan dari kacamata penelitinya.

Phillips, Religious Propositions

Empirical propositions vs “religious propositions”

Religious statement have internal sense and meaning.

Religious, not real it embodies an expression of feelings

and attitudes which give real force and significance in people’s lives.

Robert Bellah, Symbolic Realism

Bellah sees religion as essentially to do with symbols which are non-objective and which express feelings, values, hopes of subjects, and which organise and regulate the flow of interraction between subjects and objects.

These subjects express reality and are not reducible to empirical prepositions.

Religion as a reality sui generis. “Religion is true” (Bellah 1970: 93).

Pertanyaan sosiologis

Mengapa orang berfikir demikian? Mengapa orang membahasakan pengalamannya dengan cara seperti itu?

Kondisi apa yang melatarbelakangi bentuk ekspresi keagamaan tertentu? (What conditions are associated with particular forms of religious expression?)

Refleksi ……………..

Sosiologi agama membuat kita orang yang toleran terhadap praktek keagamaan yang berbeda.

Elementary Forms of Religious Life

The religious” untuk “the social”“ Religion is the wellspring of social life Religion that produced society, not

society that produced religion. Sociological importance of religion is

social cohesion.

“a unified system of beliefs and practices based upon classification of social reality into sacred and profane things, and furthermore these beliefs and practices unite its adherents into a single moral community.”

Agama bertahan karena agama memuaskan fungsi sosial dasar, bukan fungsi psikologis.

Agama memaklumkan dan mewujudkan the social

-- “Religion is the collective representation of society”.

-- “Religion is not for the most part a matter of indivi- dual choice, but instilled into the members of the society” -- Durkheim menolak anggapan agama sebagai suatu ilusi dan tidak rasional.

-- Walaupun ada aspek-aspek dari agama yang keli-Hatan aneh kita harus melihatnya sebagai suatuYang sangat simbolik dan kita harus menyelamDilautan simbolisme itu untuk memahami apa Maksudnya.

-- “In reality, there are no religions which are false. AllAre true in their own fashion (1915, p. 3).

“Religion is the collective force of society overIndividual”

“Religion is a system of ideas with which theIndividuals represent to themselves the societyOf which they are members, and the obscureBut the intimate relations which they have it it”(1915: 225).

Quiz

Apa itu “penjelasan sosiologis?” Apa itu “methodological atheism”? Apa itu “symbolic realism?” Mengapa agama tidak tergantikan

sains?

top related