abses hepar 2.docx
Post on 20-Jan-2016
18 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
a. Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan disebabkan oleh
bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses dapat terjadi di kulit, gusi, tulang,
dan organ tubuh seperti hati, paru-paru, bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah
dan menggembung, biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat (Microsoft Encarta
Reference Library, 2005)
b. Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit,
jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai
dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering
timbul sebagai komplikasi dari peradangan akut saluran empedu.(Robins,etal,2006).
c. Abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi (kamus
Kedokteran, 2005).
d. Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit,
jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai
dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering
timbul sebagai komplikasi dari peradangan akut saluran empedu (Anggunweb, 2010)
e. Jadi Abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi. Abses
hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur
maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal
2. Anatomi dan Fisiologi
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, mempunyai berat sekitar 1.5
kg. Walaupun berat hati hanya 2-3% dari berat tubuh, namun hati terlibat dalam 25-30%
pemakaian oksigen. Sekitar 300 milyar sel-sel hati terutama hepatosit yang jumlahnya kurang
lebih 80%, merupakan tempat utama metabolisme intermedier (Koolman, J & Rohm K.H,
2005)
Hati manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, dibawah diafragma, dikedua
sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200-1600
gram. Permukaan atas terletak bersentuhan dibawah diafragma, permukaan bawah terletak
bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan
intraabdominal dan dibungkus oleh peritonium kecuali di daerah posterior-posterior yang
berdekatan dengan vena cava inferior dan mengadakan kontak langsung dengan diafragma.
Hepar dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan
elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar
mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris.
Massa dari hepar seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-
lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut
sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang
lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yg disebut sel
kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro
dibandingkan kapiler-kapiler yang lain .Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel dan
punya hubungan erat dengan sinusoid.
Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli Di
tengah-tengah lobuli tdp 1 vena sentralis yg merupakan cabang dari vena-vena hepatika (vena
yang menyalurkan darah keluar dari hepar).Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap
tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu traktus portalis yang
mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris.Cabang dari vena porta dan
A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak
percabangan Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-
sel hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke
dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih besar , air keluar dari saluran empedu
menuju kandung empedu. (Kelompok Diskusi Medikal Bedah, Universitas Indonesia)
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh
sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah. Ada beberapa fungsi hati yaitu :
a. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling berkaitan 1 sama
lain. Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen,
mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati
akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen mjd glukosa
disebut glikogenelisis.Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa dalam
tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan
terbentuklah pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan
energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan membentuk/ biosintesis
senyawa 3 karbon (3C)yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs).
b. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak.
Hati tidak hanya membentuk / mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis asam
lemak. Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :
1. Senyawa 4 karbon – KETON BODIES
2. Senyawa 2 karbon – ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol)
3. Pembentukan cholesterol
4. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid
Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi kholesterol. Dimana
serum Cholesterol menjadi standar pemeriksaan metabolism lipid
c. Fungsi hati sebagai metabolisme protein
Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses deaminasi, hati juga
mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino. Dengan proses transaminasi, hati
memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya
organ yg membentuk plasma albumin dan ∂ - globulin dan organ utama bagi produksi
urea.Urea merupakan end product metabolisme protein.∂ - globulin selain dibentuk di dalam
hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang β – globulin hanya dibentuk di dalam
hati.albumin mengandung ± 584 asam amino dengan BM 66.000
d. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi
darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. Benda asing
menusuk kena pembuluh darah – yang beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila ada hubungan
dengan katup jantung – yang beraksi adalah faktor intrinsik.Fibrin harus isomer biar kuat
pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vit K dibutuhkan untuk
pembentukan protrombin dan beberapa faktor koagulasi.
e. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin
Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K
f. Fungsi hati sebagai detoksikasi
Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses oksidasi, reduksi,
metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan seperti zat racun, obat
over dosis.
g. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas
Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui proses
fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi ∂ - globulin sebagai imun livers
mechanism.
h. Fungsi hemodinamik
Hati menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal ± 1500 cc/ menit
atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica ± 25% dan di dalam
v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor
mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu exercise,
terik matahari, shock.Hepar merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah
3. Etiologi
Abses Hati Amebik (AHA) merupakan infeksi Hepar oleh Amuba yang menghasilkan
bentuk pus. Dari semua spesies amuba, hanya Entamoeba Hystolitica yang patogen terhadap
manusia. Infeksi dari organisme ini biasanya terjadi setelah menelan air atau sayuran yang
terkontaminasi, selain itu transmisi seksual juga dapat terjadi. Kista adalah bentuk infektif
dari organisme ini yang dapat bertahan hidup di feses, tanah atau air yang sudah diberi klor.
Infeksi amuba ini umumnya terjadi pada daerah dengan sanitasi yang buruk yang hal ini
dapat dilihat pada negara-negara berkembang dengan suplai air yang terkontaminasi dan
higiene perorangan yang jelek. Daerah endemic penyakit ini terletak pada
daerah tropis dan subtropis dari belahan bumi, khususnya di daerah Afrika, Amerika Latin,
Asia Tenggara dan India (Ilmubedah.info, 2011). Abses Hepar Piogenik (AHP) umumnya
polimikrobial. Sebagian besar kuman penyebabnya ditemukan dalam saluran cerna, seperti :
E.Coli, Klebsiella pneumoniae, Bacteroides sp, Enterococcus, Anaerobic sreptococcus sp,
Streptococcus ³milleri´ group Kuman lain yang dapat menyebabkan Abses piogenik yang
tidak berasal dari saluran cerna adalah staphylococcus sp dan haemolytic streptococcus sp.
Secara historis abses hepar piogenik lebih banyak menyerang pria daripada wanita
(Ilmubedah.info, 2011). Infeksi terutama disebabkan oleh
kuman gram negatif dan penyebab yang terbanyak adalah E. coli, penyebab lainnya adalah :
Organisme Insiden (%) Organisme Insidensi
(%)
Aerob gram-negatif
Escherichia coli
Klebsiella
Proteus
Serratia
Morganella
50 – 70
35 – 45
Anaerob
Fusdaacterium
nucleatum
Bacteroides
Bacteroides fragil
Peptostreptococus
40 – 50
`
Actinolbacter
Aerobgaram-positif
Streptococcus
faecalis
Streptokokus – B
Sterptokokus – A
Stafilokokus
25
Actinomyces
Clostridium
4. Insiden
Abses hati didapatkan di seluruh dunia, abses hati piogenik lebih sering ditemukan di
negara maju termasuk Amerika Serikat, sedangkan abses hati amuba di negara sedang
berkembang yang beriklim tropis dan sub tropis terutama pada daerah dengan kondisi
lingkungan yang kurang baik. Insiden tahunan abses hati piogenik mencapai 2,3 kasus per
100.000 penduduk dan lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan
perbandingan 3,3 berbanding 1,3 per 100.000 penduduk. Insiden abses hati amuba di
Amerika Serikaty mencapai 0,05 % sedangkan di India dan Mesir mencapai 10%-30% /
tahun dengan perbandingan laki-laki: perempuan sebesar 3:1 sampai dengan 22:1
Insiden amoebiasis hati di RS di Indonesia berkisar antara 5-15 pasien pertahun.
Penelitian epidemiologi di Indonesia menunjukkan perbandingan pria : wanita berkisar 3:1
sampai 22:1, Penularan pada umumnya melalui jalur oral-fekal dan dapat juga oral-anal-
fekal. Kebanyakan amoebiasis hati yang dikenai adalah pria. Usia yang dikenai berkisar
antara 20-50 tahun terutama dewasa muda dan lebih jarang pada anak.
5. Patofisiologi
Akibat masuknya bakteri atau amoeba ke hepar, menyebabkan jaringan yang sehat
menjadi rusak dan menimbulkan reaksi radang karena adanya kerusakan jaringan dan radang
yang berlangsung lama menyebabkan jaringan hepar menjadi nekrosis. Hati tampak
membengkak dan daerah yang abses menjadi pucat kekuningan, berbeda dengan hati sehat
yang berwarna merah tua. Sel hepar yang jauh dari fokus infeksi juga mengalami sedikit
perubahan meskipun tidak ditemukan amoeba. Abses tersebut dikelilingi oleh jaringan ikat
yang membatasi perusakan lebih jauh kecuali bila ada infeksi tambaha.
6. Manifestasi klinis
Keluhan awal: demam/menggigil, nyeri abdomen, anokresia/malaise, mual/muntah,
penurunan berat badan, keringan malam, diare, demam (T > 38 ), hepatomegali, nyeri
tekan kuadran kanan atas, ikterus, asites, serta sepsis yang menyebabkan kematian. (Cameron
2005)
Manifestasi sistemik AHP lebih berat dari pada abses hati amebik. Dicurigai adanya
AHP apabila ditemukan sindrom klinis klasik berupa nyeri spontan perut kanan atas, yang di
tandai dengan jalan membungkuk kedepan dengan kedua tangan diletakan di atasnya.(
Herrero, M., 2005)
Demam/panas tinggi merupakan keluhan yang paling utama, keluhan lain yaitu nyeri
pada kuadran kanan atas abdomen, dan disertai dengan keadaan syok. Apabila AHP letaknya
dekat digfragma, maka akan terjadi iritasi diagfragma sehingga terjadi nyeri pada bahu
sebelah kanan, batuk ataupun terjadi atelektesis, rasa mual dan muntah, berkurangnya nafsu
makan, terjadi penurunan berat badan yang unintentional, (Tukeva,T.A.etal,2005)
Cara timbulnya abses hati amoebik biasanya tidak akut, menyusup yaitu terjadi dalam
waktu lebih dari 3 minggu. Demam ditemukan hampir pada seluruh kasus. Terdapat rasa
sakit diperut atas yang sifat sakit berupa perasaan ditekan atau ditusuk. Rasa sakit akan
bertambah bila penderita berubah posisi atau batuk. Penderita merasa lebih enak bila
berbaring sebelah kiri untuk mengurangi rasa sakit. Selain itu dapat pula terjadi sakit dada
kanan bawah atau sakit bahu bila abses terletak dekat diafragma dan sakit di epigastrium bila
absesnya dilobus kiri.
Anoreksia, mual dan muntah, perasaan lemah badan dan penurunan berat badan
merupakan keluhan yang biasa didapatkan. Batuk-batuk dan gejala iritasi diafragma juga bisa
dijumpai walaupun tidak ada ruptur abses melalui diafragma. Riwayat penyakit dahulu
disentri jarang ditemukan. Ikterus tak biasa ada dan jika ada ia ringan. Nyeri pada area hati
bisa dimulai sebagai pegal, kemudian mnjadi tajam menusuk. Alcohol membuat nyeri
memburuk dan juga perubahan sikap.
Pembengkakan bisa terlihat dalam epigastrium atau penonjolan sela iga. Nyeri tekan
hati benar-benar menetap. Limpa tidak membesar.
Gambaran klinik tidak klasik dapat berupa :
a. benjolan didalam perut, seperti bukan kelainan hati misalnya diduga empiema kandung
empedu atau tumor pancreas.
b. gejala renal. Adanya keluhan nyeri pinggang kanan dan ditemukan massa yang diduga ginjal
kanan. Hal ini disebabkan letak abses dibagian posteroinferior lobus kanan hati.
c. Ikterus obstruktif. Didapatkan pada 0,7% kasus, disebabkan abses terletak didekat porta
hepatis.
d. colitis akut. Manifestasi klinik colitis akut sangat menonjol, menutupi gambaran klasik
absesnya sendiri.
e. gejala kardiak. Ruptur abses ke rongga pericardium memberikan gambaran klinik efusi
pericardial.
f. gejala pleuropulmonal. Penyulit yang terjadi berupa abses paru menutupi gambaran klasik
abses hatinya.
g. abdomen akut. Didapatkan bila abses hati mengalami perforasi ke dalam rongga peritoneum,
terjadi distensi perut yang nyeri disertai bising usus yang berkurang.
h. gambaran abses yang tersembunyi. Terdapat hepatomegali yang tidak jelas nyeri, ditemukan
pada 1,5 %.
i. demam yang tidak diketahui penyebabnya. Secara klinik sering dikacaukan dengan tifus
abdominalis atau malaria.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Julius, ilmu penyakit dalam jilid III, (2005). Pemeriksaan penunjang antara
lain
a. Laboratorium
Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain hemoglobin, leukosit, dan pemeriksaan
faal hati.
b. Foto dada
Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya pergerakkan diafragma, efusi
pleura, kolaps paru dan abses paru.
c. Foto polos abdomen
Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran ileus, gambaran udara bebas diatas hati.
d. Ultrasonografi
Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.
e. Tomografi
Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat melihat integritas
diafragma.
f. Pemeriksaan serologi
Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman.
8. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
a. Abses hati piogenik
1) Sefalosporin generasi ke-3 dan klindamisin atau metronidazole. Jika dalam waktu 2 – 48
jam belum ada perbaikan klinis dan laboratoris, maka antibiotika yang digunakan diganti
dengan antibiotika yang sesuai dengan hasil kultur sensitivitas aspirat abses hati.
2) Pengobatan secara parenteral dapat dirubah menjadi oral setelah pengobatan
parenteral selama 10-14 hari, dan kemudian dilanjutkan kembali hingga 6 minggu kemudian .
b. Abses hati Ameba
1) Metronidazole 3 x 750 mg per oral selama 7-10 hari atau Tinidazole 3 x 800 mg per oral
selama 5 hari, dilanjutkan dengan preparat luminal:
2) Paromomycin 25–35 mg/kg/hari per oral terbagi dalam 3 dosis selama 7 hari atau
lini kedua Diloxanide furoate 3 x 500 mg per oral selama 10 hari .
2. Aspirasi jarum perkutan
Indikasi aspirasi jarum perkutan:
a. Resiko tinggi untuk terjadinya ruptur abses yang didefinisikan dengan ukuran kavitas lebih
dari 5 cm
b. Abses pada lobus kiri hati yang dihubungkan dengan mortalitas tinggi dan frekuensi tinggi
bocor ke peritoneum atau perikardium
c. Tak ada respon klinis terhadap terapi dalam 5-7 hari
2. Drainase perkutan
Drainase perkutan abses dilakukan dengan tuntunan USG abdomen atau CT scan
abdomen. Penyulit yang dapat terjadi : perdarahan, perforasi organ intra abdomen, infeksi,
ataupun terjadi kesalahan dalam penempatan kateter untuk drainase.
3. Drainase secara operasi
Tindakan ini sekarang jarang dikerjakan kecuali pada kasus tertentu seperti abses dengan
ancaman rupture atau secara teknis susah dicapai atau gagal dengan aspirasi biasa/ drainase
perkutan.
4. Reseksi hati
Pada abses hati piogenik multipel kadang diperlukan reseksi hati. Indikasi spesifik jika
didapatkan abses hati dengan karbunkel (liver carbuncle) dan disertai dengan hepatolitiasis,
terutama pada lobus kiri hati.
Berdasarkan kesepakatan PEGI (Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia)
dan PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia) di Surabaya pada tahun 1996:
a. Abses hati dengan diameter 1-5 cm : terapi medikamentosa, bila respon negatif dilakukan
aspirasi
b. Abses hati dengan diameter 5-8 cm: terapi aspirasi berulang
c. Abses hati dengan diameter ≥ 8 cm : drainase per kutan
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Data dasar pengkajian pasien dengan Abses Hepar, meliputi.
a. Aktivitas/istirahat, menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, terlalu lemah, latergi,
penurunan massa otot/tonus.
b. Sirkulasi, menunjukkan adanya gagal jantung kronis, kanker, distritmia, bunyi jantung ekstra,
distensi vena abdomen.
c. Eliminasi, Diare, Keringat pada malam hari menunjukkan adanya flatus, distensi abdomen,
penurunan/tidak ada bising usus, feses warna tanah liat, melena, urine gelap pekat.
d. Makanan/cairan, menunjukkan adanya anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan/tidak dapat mencerna, mual/muntah, penurunan berat badan dan
peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk, ikterik.
e. Neurosensori, menunjukkan adanya perubahan mental, halusinasi, koma,
bicara tidak jelas.
f. Nyeri/kenyamanan, menunjukkan adanya nyeri abdomen kuadran kanan atas,
pruritas, sepsi perilaku berhati-hati/distraksi, focus pada diri sendiri.
g. Pernapasan, menunjukkan adanya dispnea, takipnea, pernapasan
h. dangkal, bunyi napas tambahan, ekspansi paru terbatas, asites, hipoksia
i. Keamanan, menunjukkan adanya pruritas, demam, ikterik, angioma spider,
eritema.
2. Diagnose Keperawatan
a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan
metabolik, anoreksia, mual/muntah.
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan edema
d. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam
jaringan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan proses penyakit.
f. Hipertermi berhunbungan dengan proses infeksi.
g. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar.
h. Pola napas tidak efektif berhubunagn dengan asites dan restriksi pengembangan toraks akibat
asites, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks.
3. Rencana Keperawatan
DX.I . Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas.
Kriteria hasil :
a. Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan tingkat aktifitas.
b. Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan perkembangan kekuatan otot.
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
1. Tingkatkan tirah baring, ciptakan
lingkunga yang tenang.
2. Tingkat aktifitas sesuai toleransi.
3. Awasi kadar enzim hepar
1. Meningkatkan ketenangan istirahat
dan menyediakan energi yang
digunakan untuk penyembuhan.
2. Tiarah baring lama dapat
menurunkan kemampuan. Ini dapat
terjadi karena keterbatasan aktifitas
yang mengganggu periode istirahat.
3. Membantu menurunkan kadar
aktifitas tepat, sebagai peningkatan
prematur pada potensial resiko
berulang.
DX.II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan
metabolik, anoreksia, mual/ muntah
Tujuan : Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :
a. Nafsu makan baik.
b. Tidak ada keluhan mual/muntah.
c. Mencapai BB , mengarah kepada BB normal .
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
1. Awasi keluhan anoreksia,
mual/muntah.
2. Awasi pemasukan diet/jumlah
kalori. Berikan makanan sediki
dalam frekwensi sering.
3. Lakukan perawatan mulut sebelum
makan
4. Timbang berat badan.
5. Berikan obat vit. B kompleks, vit. c
tambahan diet lain sesuai indikasi.
1. Berguna dalam mendefinisikan
derajat, luasnya masalah dan pilihan
intervensi yang tepat.
2. Makan banyak sulit untuk mengatur
bila klien anoreksia. Anoreksia juga
paling buruk pada siang hari,
membuat masukan makanan sulit
pada sore hari.
3. Menghilangkan rasa tidak enak dan
meningkatkan nafsu makan
4. Penurunan BB menunjukkan tidak
adekuatnya nutrisi klien.
5. Memperbaiki kekurangan dan
membantu dan proses penyembuhan.
DX.III. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan edema Tujuan : pemulihan kepada
volume cairan yang normal
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
1. Batasi asupan Natrium dan cairan
jika Diinstruksikan
2. Berikan diuretic, suplemen kalium
dan protein.
3. Catat asupan dan haluaran cairan.
4. Ukur dan catat lingkar abdomen
setiap hari.
1. Meminimalkan pembentukan asites
dan edema.
2. Meningkatkan ekskresi cairan lewat
ginjal dan mempertahankan
keseimbangan cairan serta elektrolit
yg normal.
3. Menilai efektivitas terapi dan
kecukupan asupan cairan.
4. Memantau perubahan pembentukan
asites dan pembentukan cairan
DX.IV. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam
jaringan .
Tujuan : Klien menunjukkan jaringan kulit yang utuh.
Kriteria hasil :
a. Melaporkan penurunan proritus atau menggaruk.
b. Ikut serta dalam aktifitas untuk mempertahankan integritas kulit
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan kulit dengan
sering,hindari sabun alkali.
2. Pertahankan kuku klien terpotong
pendek. Instruksikan Klien
menggunakan ujung jari untuk
menekan pada kulit bila sangat perlu
menggaruk
3. Pertahankan liner dan pakaian
kering.
1. Mencegah kulit kering berlebihan.
Memberikan penghilang gatal
2. Untuk menurunkan resiko
kerusakan kulit bila menggaruk.
3. Pakaian basah dan berkeringat
adalah sumber ketidak nyamanan
DX.V. Kurang pengetahuan berhubungan kurangnya informasi tentang proses penyakit.
Tujuan : Klien dan keluarga mengetahui tentang proses
penyakitnya.
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit.
b. Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pemahaman proses
penyakit, harapan /prognosis,
kemungkinan pilihan pengobatan.
2. Berikan informasi khusus tentang
penyakitnya.
3. Jelaskan pentingnya istirahat dan
latihan.
1. Mengidentifikasi area kekurangan /
salah informasi dan memberikan
informasiambahan sesuai keperluan.
2. Kebutuhan atau rekomendasi akan
bervariasi karena tipe hepatitis dan
situasi individu.
3. Aktifitas perlu dibatasi sampai
hepar kembali normal.
DX.VI. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan : Klien menujukkan suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil :
a. Klien tidak mengeluh panas
b. Badan tidak teraba hangat
c. Suhu tubuh 36 ± 37 0C
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
1. Kaji Adanya keluahan tanda - tanda
peningkatan suhu tubuh
2. Monitor tanda - tanda vital terutama
suhu tubuh
3. Berikan kompres hangat pada aksila
/ dahi
1. Peningkatan suhu tubuh menujukkan
berbagai gejala seperti uka merah,
badan teraba hangat
2. Demam disebabkan efek - efek dari
endotoksin pada hipotalamus dan
efinefrin yang melepaskan pirogen
3. Akxila merupakan jaringan tipis dan
terdapat pembulu darah sehingga
akan mempercepat pross konduksi
dan dahi berada didekat hipotalamus
sehingga cepat memberikan respon
dalam mengatur suhu tubuh.
DX.VII. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar.
Tujuan : klien mengungkapkan nyeri berkurang / teratasi Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri
2. Monitor tanda - tanda vital
3. Berikan kenyamanan tindakan
misalnya perubahan posisi relaksasi
4. Ajarkan tehnik penangan rasa nyeri
control stress dan cara relaksasi
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian analgetik
1. Mengetahui persepsi dan reaksi
klien terhadap nyeri serta sebagai
dasar keefektifan untuk intervensi
selanjutnya
2. Perubahan frekuwensi jantung atau
TD menujukkan bahwa pasien
mengalami nyeri, khususnya bila
alasan lain untuk perubahan tanda
Intervensi Rasional
vital talah terlihat
3. Tindakan non analgetik diberikan
dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidak nyamanan
4. Untuk mengalihkan perhatian.
Meningkatkan control rasa serta
meningkatkan kemampuan
mengatasi rasa nyeri dan stress
dalam periode yang lama
5. Analgetik berfungsi untuk
mengurangi rasa sakiti individu.
DX.VIII. Pola napas tidak efektif berhubunagn dengan asites dan restriksi pengembangan toraks akibat
asites, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks.
Tujuan : Perbaikan status pernapasan Intervensi
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
1. Tinggikan bagian kepala tempat
tidur.
2. Hemat tenaga pasien
3. Bantu pasien menjalani dalam
Paresentesis dan torakosintesis
1. Mengurangi tekanan abdominal
pada diafragma dan memungkinkan
pengembangan toraks dan ekspansi
paru yg maksimal.
2. Mengurangi kebutuhan metabolic
dan oksigen pasie
4. Paresentesis dan torakosintesis
merupakan tindakan yang
menakutkan bagi pasien. Bantu
pasien untuk bekerjasama dalam
menjalani prosedur ini.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso M, Wijaya. 2005. Diagnostik danpenatalaksanaan abses amebiasis hati. Dexa Medica 2004;4:17-20.
· Andri LA, Rasjid HA. 2006. Abses amuba pada hepar. Dexa Medica 2004; 21-6 .
Microsoft Encarta Reference Library, 2004
Anggun.Web. (2011). Abses Hati. Web Paling Anggun. Diakses tanggal 19 Agustus 2011. <http://www.anggun.web.id/abses-hati-liver-abscesses.html>
Artikel bedah. (2011). Abses Hepar. Ilmubedah.Info. diakses tanggal 20 Agustus 2011. <http://ilmubedah.info/Abses-Hepar-20110321.html>.
Widita, H & Soemohardjo, S. ( 2006). Beberapa Kasus Abses Hati Amuba. Jurnal Penyakit Dalam. V. 7 (2). p. 121-128
Diposkan oleh erghy di 02:59 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Label: abses hepar
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Erghy SearchBox
Label
abses hepar (2) ileus obstruksi (1)
Entri Populer
Askep Abses Hepar
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. KONSEP MEDIK 1. Definisi a. Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karen...
Askep Ileus obstruksi
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Medik 1. Definisi a. Ileus obstruksi adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal i...
Abses Hepar
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. KONSEP MEDIK 1. Definisi a. Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna keku...
(tanpa judul)
Follow by Email
Laman
Beranda
Pengikut
Mengenai Saya
erghy Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2011 (4) o ▼ September (4)
Abses Hepar Askep Abses Hepar Askep Ileus obstruksi var _gaq = _gaq || []; _gaq.push(['_setAccount...
Your IP and Google Map locationPrayer Times
Baris Video
powered by
Laman
Beranda
erghy loverzt. Template Awesome Inc.. Gambar template oleh fpm. Diberdayakan oleh Blogger.
top related