99111 2-115826256402

Post on 04-Aug-2015

189 Views

Category:

Documents

2 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Negara dan Kekuasaan

KULIAH 2

NEGARA DAN KEKUASAAN

2.1 Negara

Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, ia adalah organisasi

pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah agency (alat) dari

masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-

hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala

kekuasaan dalam masyarakat.

Manusia hidup dalam suasana kerjasama, sekaligus suasana

antagonistis dan penuh pertentangan. Negara adalah organisasi yang

dalam suatu wilayah dapat memaksakan kekuasannya secara sah

terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat

menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu.

Negara menetapkan cara-cara dan batas-batas sampai di mana

kekuasaan dapat digunakan dalam kehidupan bersama itu, baik oleh

individu dan golongan atau asosiasi, maupun oleh Negara sendiri.

Dengan demikian ia dapat mengintegrasikan dan membimbing kegiatan-

kegiatan sosial dari penduduknya ke arah tujuan bersama.

Dengan begitu bisa dikatakan bahwa Negara mempunyai dua tugas:

1. Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang

asosial, yakni yang bertentangan satu sama lain, supaya tidak

menjadi antagonisme yang membahayakan.

2. Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan

golongan-golongan ke arah tercapainya tujuan-tujuan dari

masyarakat seluruhnya. Negara menentukan bagaimana kegiatan

asosiasi-asosiasi kemasyarakatan disesuaikan satu sama lain dan

diarahkan kepada tujuan nasional.

Pengendalian ini dilaukan berdasarkan sistem hukum dan dengan

perantaran pemerintah beserta alat-alat perlengkapannya. Kekuasaan

Negara mempunyai organisasi yang paling kuat dan teratur; maka dari itu

semua golongan atau asosiasi yang memperjuangkan kekuasaan harus

dapat menempatkan diri.

Kapita Selekta Ilmu SosialFinny F Basarah

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 1

Negara dan Kekuasaan

2.1.1 Definisi Negara

Roger H. Soltau: Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority)

yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas

nama masyarakat.

Harold J. Laski: Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan

karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara

sah lebih tinggi dari individu atau kelompok yang merupakan bagian dari

masyarakat itu. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup

dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan

mereka bersama. Masyarakat merupakan Negara apabila cara hidup

yang harus ditaati baik oleh individu maupun oleh asosiasi-asosiasi

ditentukan oleh suatu wewewnang yang bersifat memaksa dan mengikat.

Max Weber: Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli

dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.

Robert M. MacIver: Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan

penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan

berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah

yang untuk maksud tersebut diberi kekuatan memaksa.

Secara umum dapat dikatakan bahwa Negara adalah suatu daerah

territorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan

yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan

perundang-undangannya melalui penguasaan (control) monopolistis dari

keuasaan yang sah.

2.1.2 Sifat-sifat Negara

Negara mempunyai sifat-sifat khusus yang merupakan manifestasi dari

kedaulatan yang dimilikinya dan yang hanya terdapat pada Negara saja

dan tidak terdapat pada asosiasi atau organisasi lainnya:

1. Sifat Memaksa. Agar peraturan perundang-undangan ditaati dan

dengan demikian penertiban dalam masyarakat tercapai dan

anarki dapat dicegah, maka Negara memiliki sifat memaksa,

dalam arti mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasan fisik

secara legal. Sarana untuk itu adalah polisi, tentara, dsb.

Organisasi dan asosiasi yang lain dari Negara juga mempunyai

Kapita Selekta Ilmu SosialFinny F Basarah

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 2

Negara dan Kekuasaan

aturan, akan tetapi aturan-aturan yang dikeluarkan oleh Negara

lebih mengikat. Di Negara demokratis sebaiknya paksaan dipakai

seminimal mungkin dan sedapat-dapatnya dipakai persuasi

(membujuk). Lagipula pemakaian paksaan secara ketat selain

memerlukan organisasi yang ketat juga memerlukan biaya yang

tinggi. Unsur paksa dapat dilihat misalnya pada ketentuan tentang

pajak.

2. Sifat Monopoli. Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan

tujuan bersama dari masyarakat. Dalam rangka ini Negara dapat

menyatakan bahwa suatu aliran kepercayaan atau aliran politik

tertentu dilarang hidup dan disebarluaskan, karena dianggap

bertentangan dengan tujuan masyarakat.

3. Sifat Mencakup Semua. Semua peraturan perundang-undangan

berlaku untuk semua orang tanpa kecuali. Keadaan demikian

memang perlu, sebab apabila seseorang dibiarkan berada di luar

ruang lingkup aktivitas Negara, maka usaha Negara ke arah

tercapainya masyarakat yang dicita-citakan akan gagal. Lagipula,

manjadi warga Negara tidak berdasarkan kemauan sendiri dan hal

ini berbeda dengan asosiai lain di mana keanggotaan bersifat

sukarela.

2.1.3 Unsur-unsur Negara

Negara memiliki beberapa unusr sbb.:

1. Wilayah. Setiap Negara menduduki tempat tertentu di muka bumi

dan mempunyai perbatasan tertentu. Kekuasaan Negara

mencakup seluruh wilayah, tidak hanya tanah, tetapi laut di

sekitarnya dan angkasa di atasnya. Dalam mempelajari wilayah

suatu Negara perlu diperhatikan beberapa variabel, antara lain

besar kecilnya suatu Negara. Menurut hukum Internasinal, maka

berdasarkan prinsip “the sovereign equality of nations”, semua

Negara sama martabatnya, namun dalam kenyataannya, Negara

kecil sering mengalami kesukaran untuk mempertahankan

kedaulatannya, palagi apabila tetangganya adalah Negara besar.

Di sisi lain, terdapat Negara yang luas wilayahnya menghadapi

Kapita Selekta Ilmu SosialFinny F Basarah

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 3

Negara dan Kekuasaan

bermacam-macam masalah, apalagi jika mencakup berbagai suku

bangsa, ras, dan agama. Indonesia sendiri mempelopori gagasan

Wawasan Nusantara, bahwa semua perairan antara pulau-pulau

beserta selat dan muara sungai dianggap perairan pedalaman

(internal waters), di mana kedaulatan Indonesia berlaku

sepenuhnya.

2. Penduduk. Setiap Negara mempunyai penduduk, dan kekuasaan

Negara menjangkau semua penduduk di dalam wilayahnya.

Dalam mempelajari soal penduduk, maka perlu diperhatikan

faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, tingkat pembangunan,

tingkat kecerdasan, homogenitas, dan masalah nasionalisme.

Dalam hubungannya antara dua Negara yang kira-kira sama

tingkat industrinya, Negara yang sedikit penduduknya sering lebih

lemah kedudukannya daripada Negara yang banyak

penduduknya. Sebaliknya, Negara yang padat pendududuknya

menghadapi persoalan bagaimana menyediakan fasilitas yang

cukup sehingga rakyatnya dapat hidup secara layak. Penduduk

dalam suatu Negara biasanya menunjukkan beberapa ciri khas

yang membedakannya dengan bangsa lain. Perbedaan ini tampak

misalnya dalam kebudayaannya, nilai-nilai politik atau identitas

nasionalnya. Kesamaan dalam sejarah perkembangannya,

kesamaan bahasa, kesamaan kebudayaan, kesamaan suku

bangsa dan kesamaan agama merupakan faktor-faktor yang

mendorong ke arah terbentuknya persatuan nasional dan identitas

nasional yang kuat. Dasar dari suatu Negara terutama bersifat

psikologis, yang dinamakan Nasionalisme. Nasionalsme sendiri

merupakan suatu perasaan subjektif pada sekolompok manusia

bahwa mereka merupakan satu bangsa dan bahwa cita-cita serta

aspirasi mereka bersama hanya dapat tercapai apabila mereka

tergabung dalam satu Negara (nation). Ernest Renan: Pemersatu

bangsa bukanlah kesamaan bahasa atau kesamaan suku bangsa,

akan tetapi tercapainya hasil gemilang di masa lampau dan

keinginan untuk mencapainya lagi di masa depan.

Kapita Selekta Ilmu SosialFinny F Basarah

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 4

Negara dan Kekuasaan

3. Pemerintah. Setiap Negara mempunyai organisasi yang

berwenang untuk merumuskan dan melaksanakan keputusan-

keputusan yang mengikat bagi seluruh penduduk di dalam

wilayahnya. Keputusan-keputusan ini antara lain berbentuk

undang-undang dan peraturan-peraturan lain. Dalam hal ini

pemerintah bertindak atas nama Negara dan menyelenggarakan

kekuasaan dari Negara. Bermacam-macam kebijaksanaan ke

arah tercapainya tujuan-tujuan masyarakat dilaksanakan sambil

menertibkan hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat.

Negara mencakup semua penduduk, sedangkan pemerintah

mencakup hanya sebagian kecil daripadanya. Ia sering berubah,

sedangkan Negara terus bertahan (kecuali apabila dicaplok oleh

Negara lain). Kekuasaan pemerintah biasanya dibagi atas

kekuasaan legistaif, eksekutif, dan yudikatif.

4. Kedaulatan. Kedautalan adalah kekuasaan tertinggi untuk

membuat undang-undang dan malaksanakannya dengan semua

cara (termasuk paksaan) yang tersedia. Negara mempunyai

kekuasaan yang tertinggi untuk memaksa semua penduduknya

agar mentaati undang-undang serta peraturan-peraturannya

(kedaulatan ke dalam – internal sovereignty). Di samping itu

Negara mempertahankan kemerdekannya terhadap serangan-

serangan dari Negara lain dan mempertahankan kedaulatan ke

luar (external sovereignty). Untuk itu Negara menuntut loyalitas

yang mutlak dari warga negaranya. Kedaulatan merupakan suatu

konsep yuridus, dan onsep kedaulatan I I tidak selalu sama

dengan komposisi dan letak dari kekuasaan politik. Kadaulatan

yang bersifat mutlak sebenarnya tidak ada, sebab pemimpin

kenegaraan selalu terpengaruh oleh tekanan-tekanan dan faktor-

faktor yang membatasi penyelenggaraan kekuasaan secara

mutlak. Apalagi apabila menghadapi masalah dalam hubungan

Internasional; perjanjian-perjanjian Internasional pada dasarnya

membatasi kedaulatan suatu Negara. Kedaulatan umumnya

dianggap tidak dapat dibagi-bagi, tetapi di dalam Negara federal

Kapita Selekta Ilmu SosialFinny F Basarah

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 5

Negara dan Kekuasaan

sebenarnya kekuasaan dibagi antara Negara dan Negara-negara

bagian.

2.1.4 Tujuan dan Fungsi Negara

Roger H. Soltau: Tujuan Negara ialah memungkinkan rakyatnya

berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin.

Harold J. Laski: Tujuan Negara adalah menciptakan keadaan di mana

rakyatnya dapat mencapai terkabulnya keinginan-keinginan secara

maksimal.

Setiap Negara menyelanggarakan beberapa minimum fungsi yang mutlak

perlu, yaitu:

1. Melaksanakan penertiban (law and order); untuk mencapai tujuan

bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat,

maka Negara harus melaksanakan penertiban. Dapat dikatakan

bahwa Negara bertindak sebagai “stabilitator”

2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

3. Pertahanan; untuk menjaga kemugkinan serangan dari luar. Untuk

itu Negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan.

4. Menegakkan keadilan; hal ini dilaksanakan melalui badan-badan

pengadilan.

Charles E. Merriam menyebutkan lima fungsi Negara, yaitu:

1. Keamanan ekstern

2. Ketertiban intern

3. Keadilan

4. Kesejahteraan umum

5. Kebebasan

Keselurugan fungsi Negara diselenggarakan oleh pemerintah untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

2.1.5 Teori Asal-Usul Negara

Terdapat 8 (delapan) teori mengenai terbentuknya Negara, yaitu:

1. Teori Perjanjian Masyarakat.

Kapita Selekta Ilmu SosialFinny F Basarah

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 6

Negara dan Kekuasaan

Masyarakat mengadakan kesepakatan untuk mendirikan

suatu Negara.

Thomas Hobbes mengemukakan “pactum subjectionis”,

bahwa dengan kesepakatan membentuk Negara, rakyat

menyerahkan semua hal mereka secara alamiah (sebelum

adanya Negara), untuk diatur sepenuhnya oleh kekuasaan

Negara.

John Locke mengemukakan adanya “pactum unionis” dan

“pactum subjectionis”, bahwa sebagian besar (mayoritas)

anggota suatu masyarakat membentuk persatuan (union)

dahulu, baru kemudian anggota masyarakat menjadi

kawula (subject) negara.

J.J. Rosseau mengemukakan “pactum unions”, yaitu suatu

perjanjian atau kesepakatan untuk membentuk Negara,

tetapi bukan sekaligus berarti menyerahkan hak masing-

masing orang untuk diatur oleh Negara. Justru rakyat yang

memilih wakil-wakilnya, serta menyusun aparatur

pemerintah. Pemerintah hanya “simply and solely a

commission, an employment, in which the rules, more

officials the sovereign, exercise in their own name the

power of which it makes them depositories”.

2. Teori Pengalihan Hak

Merupakan hak yang diperoleh setelah pihak lain melepas

atau membiarkan berlakunya hak itu.

Pengalihan hak untuk membentuk Negara serta

memegang kekuasaan dapat berupa pengalihan atau

pendelegasian dari rakyat yang (akan) menjadi kawula

Negara, dapat berupa pengalihan hak Negara atau

penguasa sebelumnya. Umumnya pengalihan hak ini tepat

diterapkan untuk mengkaji terbentuknya Negara monarkis.

Tetapi, dengan sedikit modifikasi, dapat dianalogikan

kepada pembentukan Negara sebagai hasil revolusi.

Kapita Selekta Ilmu SosialFinny F Basarah

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 7

Negara dan Kekuasaan

3. Teori Penaklukan

Teori ini erat kaitannya dengan doktrin “Kekuatan

Menimbulkan Hak” (Might Makes Right). Bahwa pihak atau

kelompok yang kuat, menaklukan pihak atau kelompok

lainnya, lalu mendirikan Negara. Pembuktian serta

penggunaan kekuatan berlaku sebagai dasar (raison d’

etre) terbentuknya Negara.

4. Teori Organis

Selain sebagai teori mengenai asal-usul atau dasar

terbentuknya Negara, juga sebagai teori hakikat Negara.

Negara adalah suatu organisme. Negara lahir

sebagaimana analogi kelahiran makhluk hidup lainnya.

Jika ada embrionya, maka perlahan-lahan berkembang

menjadi Negara. Teori organis mengenai lahirnya Negara

dapat dianalogikan dengan teori historis atau teori evolusi,

bahwa Negara tumbuh sebagai hasil suatu evolusi.

5. Teori Ketuhanan

Bahwa kekuasaan atas Negara dan terbentuknya Negara

adalah karena hak-hak yang dikaruniakan oleh Tuhan.

6. Teori Garis Kekeluargaan (Patriarkhal, Matriarkhal)

Bahwa Negara dapat terbentuk dari perkembangan suatu

keluarga yang menjadi besar dan kemudian bersatu

membentuk Negara.

Adakalanya garis kekeluargaan berdasarkan garis ayah

(patriarkhal), adakalanya garis ibu (matriarkhal).

Teori ini disebut juga teori perkembangan suku. Orang-

orang yang mempunyai hubungan darah (kekeluargaan)

berkembang menjadi suatu suku (tribe), lalu berkembang

lagi sehingga membentuk suatu Negara.

7. Teori Metafisis

Kapita Selekta Ilmu SosialFinny F Basarah

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 8

Negara dan Kekuasaan

Bahwa Negara ada, lahir, dan terbentuk karena memang

seharusnya ada. Negara adalah kesatuan supra-natural,

terbentuknya pun karena dorongan supra-natural atau

metafisis.

8. Teori Alamiah

Bahwa Negara terbentuk karena kodrat alamiah manusia.

Sebagai “zoon politicon”, manusia membutuhkan adanya

Negara. Sehubungan dengan kebutuhan alamiah inilah,

maka dibentuk Negara.

2.2 Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan seeseorang atau sekelompok manusia

untuk memengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain

sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan

keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu. Gejala

kekuasaan ini adalah gejala yang lumrah terdapat dalam setiap

masyarakat, dalam semua bentuk hidup bersama.

Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan (relationship), dalam arti

bahwa ada satu pihak yang memerintah dan ada pihak yang diperintah

(the tuler and the ruled); satu pihak yang memberi perintah, satu pihak

yang memenuhi perintah. Tidak ada persamaan martabat, selalu yang

satu lebih tinggi daripada yang lain dan selalu ada unsur paksaan dalam

hubungan kekuasaan. Paksaan tidak selalu perlu dipakai secara

gamblang, tetapi adanya kemungkinan paksaan itu dipakai, sering sudah

cukup.

Kekuasaan politik adalah kemampuan untuk memengaruhi kebijaksanaan

umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai

dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan sendiri. Kekuasaan politik

tidak hanya mencakup kekuasaan untuk memperoleh ketaatan dari warga

masyarakat, tetapi juga menyangkut pengendalian orang lain dengan

tujuan untuk memengaruhi tindakan dan aktivitas Negara di bidang

administratif, legislatif, dan yudikatif.

Kapita Selekta Ilmu SosialFinny F Basarah

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 9

Negara dan Kekuasaan

Suatu kekuasaan politik tidaklah mungkin terjadi tanpa penggunaan

kekuasaan (machtsuitoefening). Kekuasaan itu harus digunakan dan

harus dijalankan. Apabila penggunaan kekuasaan itu berjalan dengan

efektif, hal ini dapat disebut sebagai penguasaan/pengendalian. Dengan

sendirinya untuk menggunakan kekuasaan politik yang ada, harus ada

penguasa, yaitu pelaku yang memegang kekuasaan, dan harus ada

alat/sarana kekuasaan (machtsmiddelen) agar penggunaan kekuasaan

itu dapat dilakukan dengan baik.

Ossip K. Flechtheim membedakan dua macam kekuasaan politik, yaitu:

1. Bagian dari kekuasaan sosial yang khususnya terwujud dalam

lembaga Negara (kekuasaan Negara atau state power), seperti

lembaga-lembaga pemerintahan.

2. Bagian dari kekuasaan sosial yang ditujukan kepada Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Budiharjo. Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Edisi Revisi. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Rudy, May. 2011. Pengantar Ilmu Politik: Wawasan Pemikiran dan

Kegunaannya. Bandung: PT Revika Aditama

Kapita Selekta Ilmu SosialFinny F Basarah

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 10

top related