8b word bblr
Post on 24-Apr-2015
58 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIALSISTEM REPRODUKSI
MODUL 2 “BBLR”
DISUSUN OLEH 8B :
AYU MUKARRAMA AULIA T. 110 210 0077NOVI RIYADHAH MA’SHUM 110 210 0078 VENTY AYUN PERDANA SARI O 110 210 0036NABIL BACHMID 110 210 0037ANDI FUJI ASTUTI 110 210 0108NENO FEBRIYANTI SYAHRAN 110 210 0109NUR FADLIANTY MASHURI 110 210 0134DEWI KULAMASARI PRATIWI 110 210 0135HAFIDAH RAKHMATINA 110 210 0120DESI UMIYATI MASNO 110 210 0132
Pembimbing : dr. Henny Fauziah
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIAMAKASSAR
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
sehingga laporan hasil tutorial system reproduksi Modul 2 BBLR dengan skenario A
dari kelompok 8 B ini dapat terselesaikan, dan tak lupa kami kirimkan salam dan
shalawat kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari alam yang penuh kebodohan ke alam yang penuh kepintaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini dan yang telah membantu selama masa
khususnya kepada dr. Henny , yang telah membimbing kami selama proses tutorial
berlangsung.
Semoga laporan hasil diskusi kami ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak
yang membaca laporan ini dan khusunya bagi tim penyusun sendiri dan kami
harapkan semoga laporan yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi yang membacanya.
Penyusun
Kelompok 8B
2
Scenario I :
Seorang bayi laki-laki, diantar oleh ibunya ke unit gawat darurat RS dengan keluhan
bayi malas minum. Berdasarkan anamnesis diketahui lahir pada tanggal 25-12-2010
dengan berat 2200 gram panjang 47 cm. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) ibu
tanggal 1-4-2010. Pada pemeriksaan suhu melalui axilla didapatkan suhu bayi
tersebut 36,2 0C.
Kata Sulit
BBLR : Berat bayi yang lahir < dari normal (1500-2500 garm)
Kalimat Kunci :
1. Bayi laki-laki masuk ke UGD dan malas minum
2. Dilahirkan pada tangggal 25-12-2010
3. Berat bayi lahir 2200 gram, panjang 47 cm
4. HPHT 1-4- 2010, taksiran persalinan 8-1-2010
5. Suhu bayi melalui Axilla 36,20C
Pertanyaan :
1. Fisiologi perkembangan janin ?
2. Ciri-ciri bayi lahir normal ?
3. Etiologi berat bayi lahir rendah ?
4. Kalsifikasi BBLR dan interpretasinya ?
5. Apa yang menyebabkan bayi malas minum ?
6. Masalah-masalah yang timbul pada BBLR ?
7. Pencegahan dan penanganan BBLR ?
8. Persfektif islam tentang penanganan BBLR ?
3
Jawab :
1. Fisiologi perkembangan janin
PERTUMBUHAN dan PERKEMBANGAN
Selama 8 minggu pertama, terminologi embrio digunakan terhadap perkembangan
organisme oleh karena pada masa ini semua organ besar sedang dibentuk. Setelah 8
minggu, terminologi janin digunakan oleh karena sebagian besar organ sudah
dibentuk dan telah masuk kedalam tahap pertumbuhan dan perkembangan lanjut.
Janin dengan berat 500 – 1000 gram (22-23 minggu) disebut imature. Dari minggu 28
– 36 disebut preterm dan janin aterm adalah bila usia kehamilan lebih dari 37 minggu.
Kehamilan 8 minggu
Panjang 2.1 – 2.5 cm
Sel darah merah terdapat pada yolc sac dan hepar
Berat 1 gram
Bagian kepala lebih dari setengah tubuh janin
Dapat dikenali lobus hepar
Ginjal mulai terbentuk
Kehamilan 12 minggu
Panjang 7 – 9 cm
Berat 12 – 15 gram
Jari-jari memiliki kuku
Genitalia eksterna sudah dapat dibedakan antara laki dan perempuan
Volume cairan amnion 30 ml
Peristaltik usus sudah terjadi dan memilki kemampuan menyerap glukosa
4
Kehamilan 16 minggu
Panjang 14 – 17 cm
Berat 100 gram
Terdapat HbF
Pembentukan HbA mulai terjadi
Kehamilan 20 minggu
Berat 300 gram
Detik jantung dapat terdengar dengan menggunakan stetoskop DeLee
Terasa gerakan janin
Tinggi fundus uteri sekitar umbilikus
Kehamilan 24 minggu
Berat 600 gram
Timbunan lemak mulai terjadi
Viabilitas mungkin dapat tercapai meski amat jarang terjadi
Kehamilan 28 minggu
Berat 1050 gram ; panjang 37 cm
Gerakan pernafasan mulai terlihat ; surfactan paru masih sangat rendah
Kehamilan 32 minggu
Berat 1700 gram dan panjang 42 cm
Persalinan pada periode ini 5 dan 6 neonatus dapat bertahan hidup
5
Kehamilan 36 minggu
Berat 2500 gram dan panjang 47 cm
Gambaran kulit keriput lenyap
Kemungkinan hidup besar
Kehamilan 40 minggu
Berat 3200 – 3500 gram ; panjang 50cm
Diameter biparietal 9.5 cm
NUTRISI INTRAUTERIN
Pertumbuhan janin ditentukan sejumlah faktor genetik dan lingkungan. Faktor
lingkungan yang penting adalah perfusi plasenta dan fungsi plasenta. Faktor gizi ibu
bukan faktor terpenting, kecuali pada keadaan starvasi hebat. Gangguan gizi
menahun dapat menyebabkan terjadinya anemia dan BBLR – berat badan lahir
rendah. Energi yang diperoleh janin dipergunakan untuk pertumbuhan dan terutama
berasal dari glukosa. Kelebihan pasokan karbohidrat di konversi menjadi lemak dan
6
konversi ini terus meningkat sampai aterm. Sejak kehamilan 30 minggu, hepar
menjadi lebih efisien dan mampu melakukan konversi glukosa menjadi glikogen yang
ditimbun di otot jantung otot gerak dan plasenta. Bila terjadi hipoksia, janin
memperoleh energi melalui glikolisis anerobik yang berasal dari dari cadangan dalam
otot jantung dan plasenta. Cadangan lemak janin dengan berat 800 gram (kehamilan
24 – 26 minggu) kira 1% dari BB ; pada kehamilan 35 minggu cadangan tersebut
sekitar 15% dari BB. Plasenta memiliki kemampuan untuk “clears” bilirubin dan
produk metabolit lain melalui aktivitas dari enzym transferase. Janin menghasilkan
protein spesifik yang disebut sebagai alfafetoprotein - AFP dari hepar. Puncak kadar
AFP tercapai pada kehamilan 12 – 16 minggu dan setelah itu terus menurun sampai
aterm. Protein tersebut disekresi melalui ginjal janin dan ditelan kembali untuk
mengalami degradasi dalam usus. Bila janin mengalami gangguan menelan (misalnya
pada janin anensepalus atau kelainan NTD’s lain) maka kadar serum AFP tersebut
meningkat.
CAIRAN AMNION
Volume cairan amnion saat aterm kira-kira 800 ml dan pH 7.2. Gambar dibawah
menunjukkan jalur pertukaran dalam cairan amnion:
Gambar 1. Pertukaran bahan terlarut dan air dalam cairan amnion
7
Polihidramnion (hidramnion) : volume air ketuban > 2000 ml, dapat terjadi pada
kehamilan normal akan tetapi 50% keadaan ini disertai dengan kelainan pada ibu atau
janin. Oligohidramnion secara objektif ditentukan dengan pengukuran kantung
terbesar dengan ultrasonografi yang menunjukkan angka kurang dari 2 cm x 2 cm
atau jumlah dari 4 kuadran total kurang dari 5 cm ( amniotic fluid index ).
Oligohidramnion sering berkaitan dengan :
Janin kecil
Agenesis renal
Displasia traktus urinarius
‘Amniotic fluid marker’
Alfafetoprotein berasal dari janin, kadar AFP dalam cairan amnion dan serum
maternal mempunyai nilai prediktif yang tinggi dalam diagnosa prenatal NTD’s dan
kelainan kongenital lain. Kadar MS-AFP yang tinggi menunjukkan adanya
peningkatan kadar protein cairan amnion dan kemungkinan adanya NTD’s
SISTEM KARDIOVASKULAR
Perubahan mendadak dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan
penyesuaian sirkulasi neonatus berupa :
pengalihan aliran darah dari paru,
penutupan ductus arteriosus Bottali dan foramen ovale serta
obliterasi ductus venosus Arantii dan vasa umbilikalis.
8
Sirkulasi bayi terdiri dari 3 fase :
1. Fase intrauterin dimana janin sangat tergantung pada plasenta
2. Fase transisi yang dimulai segera setelah lahir dan tangisan pertama
3. Fase dewasa yang umumnya berlangsung secara lengkap pada bulan pertama
kehidupan
Fase intrauterin
Vena umbilikalis membawa darah yang teroksigenasi dari plasenta menuju
janin (gambar 2 dan 3 )Lebih dari 50% cardiac out-put berjalan menuju plasenta
melewati arteri umbilikalis. Cardiac out-put terus meningkat sampai aterm dengan
nilai 200 ml/menit. Frekuensi detak jantung untuk mempertahankan cardiac output
tersebut 110 – 150 kali per menit. Tekanan darah fetus terus meningkat sampai aterm,
pada kehamilan 35 minggu tekanan sistolik 75 mmHg dan tekanan diastolik 55
mmHg. Sel darah merah, kadar hemoglobin dan “packed cell volume” terus
meningkat selama kehamilan. Sebagian besar eritrosit mengandung HbF. Pada
kehamilan 15 minggu semua sel darah merah mengandung HbF. Ada kehamilan 36
minggu, terdapat 70% HbF dan 30% Hb A. HbF memiliki kemampuan mengikat
oksogen lebih besar dibanding HbA. HbF lebih resisten terhadap hemolisis namun
lebih rentan terhadap trauma.
9
Gambar 2. Sirkulasi janin
Gambar 3. Transfer O2 dan CO2 plasenta
Fase transisi
Saat persalinan, terjadi dua kejadian yang merubah hemodinamika janin
1. Ligasi talipusat yang menyebabkan kenaikan tekanan arterial
2. Kenaikan kadar CO2 dan penurunan PO2 yang menyebabkan awal pernafasan
janin
10
Setelah beberapa tarikan nafas, tekanan intrathoracal neonatus masih rendah (-40
sampai – 50 mmHg) ; setelah jalan nafas mengembang, tekanan meningkat kearah
nilai dewasa yaitu -7 sampai -8 mmHg. Tahanan vaskular dalam paru yang semula
tinggi terus menurun sampai 75 – 80%. Tekanan dalam arteri pulmonalis menurun
sampai 50% saat tekanan atrium kiri meningkat dua kali lipat. Sirkulasi neonatus
menjadi sempurna setelah penutupan ductus arteriousus dan foramen ovale
berlangsung, namun proses penyesuaian terus berlangsung sampai 1 – 2 bulan
kemudian.
Fase Ekstrauterin
Ductus arteriousus umumnya mengalami obliterasi pada awal periode post
natal sebagai reflek adanya kenaikan oksigen dan prostaglandin. Bila ductus tetap
terbuka, akan terdengar bising crescendo yang berkurang saat diastolik (“machinery
murmur”) yang terdengar diatas celah intercosta ke II kiri. Obliterase foramen ovale
biasanya berlangsung dalam 6 – 8 minggu. Foramen ovale tetap ada pada beberapa
individu tanpa menimbulkan gejala. Obliterasi ductus venosus dari hepar ke vena
cava menyisakan ligamentum venosum. Sisa penutupan vena umbilikalis menjadi
ligamentum teres hepatis.
Hemodinamika orang dewasa normal berbeda dengan janin dalam hal :
1. Darah vena dan arteri tidak bercampur dalam atrium
2. Vena cava hanya membawa darah yang terdeoksigenasi menuju atrium kanan,
dan selanjutnya menuju ventrikel kanan dan kemudian memompakan darah
kedalam arteri pulmonalis dan kapiler paru
3. Aorta hanya membawa darah yang teroksigenasi dari jantung kiri melalui
vena pulmonalis untuk selanjutnya di distribusikan keseluruh tubuh janin.
11
FUNGSI RESPIRASI
Pada kehamilan 22 minggu, sistem kapiler terbentuk dan paru sudah memiliki
kemampuan untuk melakukan pertukaran gas. Pada saat aterm, sudah terbentuk 3 – 4
generasi alvoulus. Epitel yang semula berbentuk kubis merubah menjadi pipih saat
pernafasan pertama. Pada kehamilan 24 minggu, cairan yang mengisi alvolus dan
saluran nafas lain. Saat ini, paru mengeluarkan surfactan lipoprotein yang
memungkinkan berkembangnya paru janin setelah lahir dan membantu
mempertahankan volume ruangan udara dalam paru. Sampai kehamilan 35 minggu
jumlah surfactan masih belum mencukupi dan dapat menyebabkan terjadinya hyalin
membrane disease. Janin melakukan gerakan nafas intrauterin yang menjadi semakin
sering dengan bertambahnya usia kehamilan Pertukaran gas pada janin berlangsung
di plasenta. Pertukaran gas sebanding dengan perbedaan tekanan partial masing-
masing gas dan luas permukaan dan berbanding terbalik dengan ketebalan membran.
Jadi plasenta dapat dilihat sebagai “paru” janin intrauterin.
Tekanan parsial O2 (PO2) darah janin lebih rendah dibandingkan darah ibu,
namun oleh karena darah janin mengandung banyak HbF maka saturasi oksigen janin
yang ada sudah dapat mencukupi kebutuhan. PCO2 dan CO2 pada darah janin lebih
tinggi dibandingkan darah ibu sehingga CO2 akan mengalami difusi dari janin ke ibu.
Aktivitas pernafasan janin intrauterin menyebabkan adanya aspirasi cairan amnion
kedalam bronchiolus, untuk dapat masuk jauh kedalam alveolus diperlukan tekanan
yang lebih besar. Episode hipoksia berat pada kehamilan lanjut atau selama
persalinan dapat menyebabkan “gasping” sehingga cairan amnion yang kadang
bercampur dengan mekonium masuk keparu bagian dalam.
FUNGSI GASTROINTESTINAL
Sebelum dilahirkan, traktus gastrointestinal tidak pernah menjalankan fungsi
yang sebenarnya. Sebagian cairan amnion yang ditelan berikut materi seluler yang
12
terkandung didalamnya melalui aktivitas enzymatik dan bakteri dirubah menjadi
mekonium. Mekonium tetap berada didalam usus kecuali bila terjadi hipoksia hebat
yang menyebabkan kontraksi otot usus sehingga mekonium keluar dan bercampur
dengan cairan ketuban. Dalam beberapa kadaan keberadaaan mekonium dalam cairan
amnion merupakan bentuk kematangan traktus digestivus dan bukan merupakan
indikasi adanya hipoksia akut. Pada janin, hepar berperan sebagai tempat
penyimpanan glikogen dan zat besi. Vitamin K dalam hepar pada neonatus sangat
minimal oelh karena pembentukannya tergantung pada aktivitas bakteri. Defisiensi
vitamin K dapat menyebabkan perdarahan neonatus pada beberapa hari pertama
pasca persalinan.
Proses glukoneogenesis dari asam amino dan timbunan glukosa yang memadai dalam
hepar belum terjadi saat kehidupan neonatus. Lebih lanjut, aktivitas kadar hormon
pengatur karbohidrat seperti cortisol, epinefrin dan glukagon juga masih belum
efisien. Dengan demikian, hipoglikemia neonatal adalah merupakan keadaan yang
sering terjadi bila janin berada pada suhu yang dingin atau malnutrisi. Proses
glukoronidasi pada kehidupan awal neonatus sangat terbatas sehingga bilirubin tak
dapat langsung dikonjugasi menjadi empedu. Setelah hemolisis fisiologis pada awal
neonatus atau adanya hemolisis patologis pada isoimunisasi nenoatus dapat terjadi
kern icterus.
FUNGSI GINJAL
Ginjal terbentuk dari mesonefros, glomerulus terbentuk sampai kehamilan
minggu ke 36. Ginjal tidak terlampau diperlukan bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin. Plasenta, paru dan ginjal maternal dalam keadaan normal akan
mengatur keseimbangan air dan elektrolit pada janin. Pembentukan urine dimulai
pada minggu 9 – 12. Pada kehamilan 32 minggu, produksi urine mencapai 12 ml/jam,
saat aterm 28 ml/jam. Urine janin adalah komponen utama dari cairan amnion.
13
SISTEM IMUNOLOGI
Pada awal kehamilan kapasitas janin untuk menghasilkan antibodi terhadap
antigen maternal atau invasi bakteri sangat buruk. Respon imunologi pada janin
diperkirakan mulai terjadi sejak minggu ke 20. Respon janin dibantu dengan transfer
antibodi maternal dalam bentuk perlindungan pasif yang menetap sampai beberapa
saat pasca persalinan. Terdapat 3 jenis leukosit yang berada dalam darah: granulosit –
monosit dan limfosit. Granulosit : granulosit eosinofilik – basofilik dan neutrofilik.
Limfosit : T-cells [derivat dari thymus] dan B-cells [derivat dari “Bone Marrow”] .
Immunoglobulin (Ig) adalah serum globulin yang terdiri dari IgG – IgM – IgA - IgD
dan IgE
Pada neonatus, limpa janin mulai menghasilkan IgG dan IgM. Pembentukan
IgG semakin meningkat 3 – 4 minggu pasca persalinan. Perbandingan antara IgG dan
IgM penting untuk menentukan ada tidaknya infeksi intra uterin. Kadar serum IgG
janin aterm sama dengan kadar maternal oleh karena dapat melewati plasenta. IgG
merupakan 90% dari antibodi serum jain yang berasal dari ibu. IgM terutama berasal
dari janin sehingga dapat digunakan untuk menentukan adanya infeksi intrauterin.
ENDOKRIN
Thyroid adalah kelenjar endokrin pertama yang terbentuk pada tubuh
janin.Pancreas terbentuk pada minggu ke 12 dan insulin dihasilkan oleh sel B
pankreas. Insulin maternal tidak dapat melewati plasenta sehingga janin harus
membentuk insulin sendiri untuk kepentingan metabolisme glukosa. Semua hormon
pertumbuhan yang disintesa kelenjar hipofise anterior terdapat pada janin, namun
peranan sebenarnya dari hormon protein pada kehidupan janin belum diketahui
dengan pasti. Kortek adrenal janin adalah organ endokrin aktif yang memproduksi
hormon steroid dalam jumlah besar. Atrofi kelenjar adrenal seperti yang terjadi pada
janin anensepali dapat menyebabkan kehamilan postmatur. Janin memproduksi TSH
14
– thyroid stimulating hormon sejak minggu ke 14 yang menyebabkan pelepasan T3
dan T4 ..
2.Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
Seorang bayi baru lahir dikatakan normal apabila memiliki ciri-ciri berikut:
Bayi baru lahir normal memiliki berat badan 2,5 – 4 Kg
Panjang badan 48 – 52 cm
Lingkar dada 30 – 38 cm
Lingkar kepala 33 – 35 cm
Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
Pernafasan ± – 60 40 kali/menit
Kulit bayi baru lahir terlihat kemerahan dan licin karena jaringan sub kutan
cukup
Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
Kuku agak panjang dan lemas
Genitalia; untuk perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora dan
untuk laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
Reflek graps atau menggenggam sudah baik
memiliki eliminasi yang baik, mekonium untuk bayi baru lahir akan keluar
dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan
3. ETIOLOGI BBLR
1. Faktor Ibu :
a. Gizi saat hamil yang kurang
Kekurangan zat gizi yang diperlukan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan
makin tingginya kehamilan premature atau BBLR dan cacat bawaan.
15
b. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat (kurang dari 1 tahun)
Jarak kehamilan sebaiknya lebih dari 2 tahun. Jarak kehamilan yang terlalu
dekat menyebabkan ibu punya waktu yang terlalu singkat untuk memulihkan
kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya.
c. Umur kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun.
d. Penyakit ibu
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya :
- Toksemia Gravidarum
- Perdarahan antepartum
- Trauma fisik dan Pikologis
Penyakit lainnya :
- Nefritis akut
- DM
- Infeksi akut atau tindakan operatif
e. Kebiasaan
- Merokok
- Alcohol
- Obat-obatan
2. Faktor janin :
a. Kelainan kromosom
b. Malformasi
c. Infeksi bawaan yang didapat dalam kandungan (missal : TORCH)
d. Kehamilan ganda
3. Keadaan social ekonomi yang rendah
16
4. Klasifikasi BBLR dan interpretasinya
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram tanpa
memandang masa kehamilan.
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu :
1) Menurut masa gestasinya:
a. Prematur Murni :
Prematur Murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan
(Ester, 2003).
b. Dismaturitas :
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini karena mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa kehamilannya (Ester, 2003).
2) Menurut harapan hidupnya :
Klasifikasi bayi berdasarkan berat lahir (Manuaba, 2007) :
Bayi Berat Lahir Lebih (BBLL) > 4000 gr
Bayi Berat Lahir Cukup (BBLC) 2500 – 4000 gr
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 1500 – 2500 gr
Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) 1000 – 1500 gr
Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) < 1000 gr
Klasifikasi bayi berdasarkan masa gestasi (kehamilan), dihitung dari hari
pertama haid terakhir sampai saat kelahiran (Manuaba,2007) :
Bayi Kurang Bulan (preterm), bayi lahir dengan masa gestasi < 37 minggu
(< 259 hari)
17
Bayi Cukup Bulan (aterm), bayi lahir dengan masa gestasi 37 – 42 minggu
(259 – 293 hari)
Bayi Lebih Bulan (post-term / serotinus), bayi lahir dengan masa gestasi >
42 minggu (> 293 hari)
Klasifikasi bayi berdasarkan hubungan berat lahir terhadap masa gestasi
Kecil untuk masa kehamilan (KMK) Bayi lahir dgn BB < 10 persentil
menurut kurva Lubchenko
Sesuai untuk masa kehamilan (SMK) Bayi lahir dgn BB 10 – 90 persentil
menurut kurva Lubchenko
Besar untuk masa kehamilan (BMK) Bayi lahir dgn BB > 90 persentil
menurut kurva Lubchenko
18
5. Mengapa bayi malas minum?
Berdasarkan scenario, bayi tersebut cukup bulan akan tetapi mengalami berat lahir
rendah yang mengakibatkan sarafnya blum bekerja dengan baik, sehingga tonus otot
pun blum kuat untuk melakukan reflex mengisap dan menelan dengan baik
sebagaimana mestinya. Sehingga bayi tersebut mengalami malas minum.
6.Masalah-masalah yang timbul pada bayi berat lahir rendah ?
A.Masalah jangka pendek yang terjadi pada BBLR
Gangguan Metabolik
a) Hipotermia
Terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan system
pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang.
Adapun ciri-ciri bayi BBLR yang mengalami hipotermia
adalah sebagai berikut:
Suhu tubuh <320 C
Mengantuk dan sukar dibangunkan
Menangis sangat lemah
Seluruh tubuh dingin
Pernafasan lambat
19
Pernafasan tidak teratur
Bunyi jantung lambat
Tidak mau menetek, sehingga beresiko dehidrasi
b) Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan membawa
oksigen ke otak. Jika asupan glukosa ini kurang, akibatnya sel-
sel syaraf di otak mati dan mempengaruhi kecerdasan bayi
kelak. BBLR membutuhkan ASI segera mungkin setelah lahir
dan minum sangat sering (setiap 2 jam) pada minggu pertama.
c) Hiperglikemia
Hiperglikemia sering merupakan masalah pada bayi yang
sangat amat premature yang mendapat cairan glukosa
berlebihan secara intervena, tetapi mungkin juga terjadi pada
bayi BBLR lainnya.
d) Masalah pemberian ASI
Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran
ubuh bayi dengan BBLR kecil, kurang energi, lemah,
lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap. Bayi dengan
BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan,
membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit
tetapi sering.
1) Gangguan Imunitas
a) Gangguan Imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya
kadar IgG, maupun gamma globulin. Bayi premature relative
belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta
reaksi terhadap infeksi belum baik.
b) Kejang saat dilahirkan
20
Biasanya bayi akan dipantau dalam 1 X 24 jam untuk dicari
penyebabnya. Misalnya apakah karena infeksi saluran lahir
(prenatal), perdarahan intracranial, atau karena vitamin B6
yang dikonsumsi ibu. Selain itu bayi akan dijaga jalan nafasnya
agar tetap dalam kondisi bebas.
2) Gangguan Pernafasan
a) Asfiksia
Bayi BBLR bias berkurang, cukup atau lebih bulan, semuanya
berdampak pada proses adaptasi pernafasan waktu lahir
sehingga mengalami asfiksia lahir. Bayi BBLR membutuhkan
kecepatan dan keterampilan resusitasi.
b) Apneu Periodik (Henti Napas)
Kerap terjadi pada bayi BBLR karena prematuritas, organ
paru-paru dan susunan saraf pusat yang belum sempurna
mengakibatkan kadang-kadang bayi berhenti bernafas. Hal ini
tentu memerlukan pemantauan dengan seksama.
3) Gangguan Sistem Peredaran Darah
a) Anemia
Anemia fisiologi pada bayi BBLR disebabkan oleh supresi
eritropoetin pasca lahir, persediaan besi janin yang sedikit,
serta bertambah besarnya volume darah sebagai akibat
pertumbuhan yang relative lebih cepat. Oleh karena itu, anemia
pada bayi BBLR terjadi lebih dini. Kehilangan darah pada
janin atau neonatus akan memperberat anemianya.
b) Kejang
21
Suatu kondisi apabila ditemukan adanya tremor yang disertai
adanya penurunan kesadaran, terjadi gerakan yang tidak
terkendali pada mulut, mata, atau anggota gerak lain, atau
terjadi mulut mencucu, terjadi kekakuan seluruh tubuh tanpa
adanya rangsangan.
A. Masalah jangka panjang yang terjadi pada BBLR
1) Masalah Psikis
a) Gangguan perkembangan dan pertumbuhan
Pada bayi BBLR, pertumbuhan dan perkembangan lebih
lambat berkaitan dengan maturitas otak.
b) Gangguan bicara dan komunikasi
Penelitian longitudinal menunjukkan perbedaan kecepatan
bicara yang menarik antara BBLR dan berat lahir normal
(BLN). Pada bayi BBLR kemampuan bicaranya akan terlambat
dibandingkan BLN sampai usia 61/2 tahun.
c) Gangguan atensi dan hiperaktif
Dulu dikenal sebagai minimal brain disorder, sekarang lebih
banyak disebut sebagai ADD dan ADHD. Merupakan
gangguan neurologi. Penelitian menunjukkan bahwa gangguan
ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada
perempuan. Lebih banyak pada anak dengan berat lahir <
2041gr. Sering disertai dengan gejala ringan (minor
neurological sign) dan perubahan prilaku. Paling sering disertai
gangguan disfungsi integrasi sensori (sensori processing
disorder)
2) Masalah Fisik
22
a) Penyakit paru kronik
Keadaan ini dapat disebabkan karena infeksi, kebiasaan ibu
merokok selama kehamilan, dan radiasi udara dilingkungan.
b) Gangguan penglihatan (Retinopati) dan pendengaran
Sering dikeluhkan gangguan penglihatan, ini menyerang bayi
BBLR dengan berat badan <1500gr dan massa gestasi <30
minggu. Bayi bisa mengalami kebutaan.
c) Kelainan bawaan (kelainan kongenital)
Kelainan bawaan adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi
maupun metabolism tubuh yang ditemukan pada bayi ketika ia
dilahirkan. Cacat bawaan lebih sering ditemukan pada bayi
BBLR daripada bayi lahir hidup lainnya. Sekitar 3-4% bayi
baru lahir memiliki kelainan bawaan yang berat. Angka
kejadian cacat bawaan meninggi pada bayi SMK dan KMK,
sedangkan kejadian yang paling tinggi adalah pada bayi
dengan pertumbuhan intrauteri n yang terlambat.
7.Pencegahan dan penanganan BBLR
Pencegahan BBLR
1. Pendidikan masyarakat melalui media yang ada tentang bahaya dan kerugian
kelahiran preterm atau berat lahir rendah.
2. Melaksanakan antenatal care yang baik, segera melakukan konsultasi dan
merujuk bila terdapat kelainan.
3. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga mencegah terjadinya BBLR. Pada ibu
hamil mengkonsumsi makan-makanan yang bergizi. Perhatikan jenis makanan
pada masa tiap trimester kehamilan.
4. Rencanakan kehamilan sehingga sebelum terjadinya konsepsi sudah terlebih dulu
memperbaiki status gizi si ibu.
23
5. Mengikuti keluarga berencana.
6. Memperhatikan perawatan selama kehamilan agar terhindar dari infeksi.
7. Menghindarkan kerja berat selama hamil. Dalam hal ini diperlukan peraturan
yang dapat melindungi wanita hamil dari sangsi pemutusan hubungan kerja.
8. Hindari alcohol, narkotika, obat-obatan yang tidak perlu, dan jamu.
9. Memperhatikan jarak kehamilan, sebaiknya >2tahun.
10. Gizi ibu harus seimbang, pada masa kehamilan kenaikan berat badan wanita
hamil ± 10-12kg
11. Pemberian suplemen zat besi minimal 90 tablet pada masa kehamilan
12. Konseling antenatal care minimal 4 kali dilakukan selama masa kehamilan.
13. Deteksi dini terhadap penyakit – penyakit sistemik (DM, hipertensi, penyakit
tiroid, penyakit jantung pada kehamilan)
14. Pelaksanaan screening pada penyakit menular seksual
15. Pemberian imunisasi TT pada masa kehamilan
Penanganan BBLR :
1.Pengaturan suhu : bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila
berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan
tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya
jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown fat), untuk
mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat uyntuk bayi
dengan berat badan kurang dari 2 kg adlah 35 0C dan untuk bayi dengan berat badan
2-2,5 kg 340C, agar ia dapat mempertahankansuhu tubuh sekitar 370C. Kelembapan
pada inkubator berkisar antara 50 – 60 persen. Kelembapan yang lebih tinggi
diperlukan pada bayi sindroma gangguan pernapasan. Bila inkubator tidak ada
pemanasan pada bayi dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan
botol – botol hangat disekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat
tempat tidur bayi.
24
2.Makanan bayi : pada bayi prematur refleks isap, telan, dan batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih
kurang di samping itu kebutuhan protein 3 – 5 g/hari dan tinggi kalori
(110kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya. Jumlah ini lebih tinggi
dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum ini dimulai pada bayi
berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung.
Hal ini perlu mengetahui ada tidaknya atresia esofagus dan mencegah muntah.
Pengisapan cairan lambung juga dilkukan pada setiap sebelum pemberian minum
berikutnya. Pada umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500gram kurang mampu
mengisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-hari pertama. Dalam hal ini
bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastric-lambung).
3. Mencegah infeksi: bayi BBLR mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh
karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relative belu sanggup
membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum
baik. Untuk mencegah infeksi para petugas perlu disadarkan akan bahaya infeksi
selanjutnya perlu: 1)diadakan pemisahan antara bayi yang kena infeksi dengan
dengan bayi yang tidak terkena infeksi.2) mencuci tangan setiap kali sebelum dan
sesudah memegang seorang bayi 3) membersihkan tempat tidur bayi segera sesudah
tidak dipakai lagi. 5) setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri. 6) kalau mungkin
setiap bayi dimandikan di tempat tidurnya masing-masingdengan perlengkapan
sendiri. 7) setiap petugas dibangsal bayi harus memakai pakaian yang telah
disediakan. 8) penderita yang sakit atau mempunyai penyakit yang menular dilarang
bertugas. 9) kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik-baiknya. 10) para
pengunjung orang sakit hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca.
4. Pemberian Oksigen : ini biasanya diberikan pada bayi preterm BBLR akibat fungsi
paru-paru yang tidak berfungsi dengan baik. Oksigen diberikan 30-35 persen dalam
25
headbox, bisa juga kita gunakan sungkup khusus untuk bayi atau bisa juga dengan
tangan yang delipkan selang oksigen.
5. pengawasan jalan nafas : pada bayi baru lahir yang harus diperhatikan adalah jalan
nafasnya untuk menghindari obstruksi dari jalan nafas sehingga bayi tidak hipoksia
bisa kita lakukan dengan aspirasi lender di hidung, pharing,trachea,bronchioles dll
6.Perawatan metode kangguru bagi BBLR
Perawatan metode kanguru memiliki 3 komponen :
a. Kontak kulit dengan kulit antara bagian depan tubuh bayi dengan dada dan
perut ibu dalam baju kangguru.
Ibu merupakan sumber panas bagi bayi. Kontak kulit dengan kulit dimulai
saatsetelah lahir dan berlanjut siang dan malam. Bayi hanya
memakai topi atau kain untuk menjaga kepala tetap hangat dan
bayi menggunakan popok yang dilapisi plastik sehingga bayi
mendapatkan sumber panas secara terus menerus melalui konduksi dan
radiasi. Pengganti ibu boleh ayah, tante, nenek.
b. ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian minum hanya ASI sampai bayi
berumur 6 bulan . Bay i men yusu s eg e ra s e t e l ah l ah i r . Ka in
yang membungku s di sekeliling ibu dan bayi dilonggarkan
untuk menyusui. Berikan informasi untuk membantu ibu bagaimana
menyusui bayi.
c. Memberikan dukungan terhadap ibu dan bayi
Wa l aup un kebu tuhan i bu a t au bay i t e rpen uh i dengan
t i d ak memisahkan mereka. Ibu membutuhkan banyak
dukungan dari suami dan keluarga yang l a i n un tuk men j aga
kon t ak yang t e ru s mene rus
26
Referensi :
Prawirohardjo, Sarwono ;Ilmu Kebidanan ;Jakarta ,PT Bina pustaka sarwono
Prawirohardjo, 2012
Proverawati, atikah . “Berat badan Lahir Rendah” Yogyakarta .Nuha medika, 2010
DeCherney AH. Nathan L : Current Obstetrics and Gynecologic, Diagnosis and
Treatment McGraw – Hill Companies , 2003.
Harris R, Andrews T: Prenatal screening for Down’s syndrome Arch Dis Child ;63-
705, 1988.
Jafee RB: Fetoplacental endocrine and metabolic physiology. Clin Perinatol 10-669,
1983.
Llewelyn-Jones : Obstetrics and Gynecology 7th ed. Mosby, 1999
Wald NJ, Cuckle HS, Nanchahal K: Amniotic fluid acetylcholinesterase
measurement in the prenatal diagnosis of open neural tube defects. Second report of
the Collaborative Acetylcholinesterase study. Prenat Diagn;9-813, 1989
Proverawati, atikah . “Berat badan Lahir Rendah” Yogyakarta .Nuha medika, 2010
27
http://www.slideshare.net/FxAlexander/bayi-berat-lahir-rendah
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FKS1KEDOKTERAN/0810211029/BAB
%20II.pdf
28
top related