7 tokoh pahlawan revolusi
Post on 11-Apr-2016
38 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Inilah 7 Tokoh Pahlawan Revolusi
blog.nignag.com
PAHLAWAN REVOLUSI – Negeri ini pernah mengalami masa yang sangat
kelam, yaitu peristiwa pengkhianatan PKI. Kita telah mengenal peristiwa Gerakan
30 September (G30S) yang menggugurkan para perwira tinggi Angkatan Darat.
Peristiwa ini tidak hanya terjadi di Jakarta, namun juga di Yogyakarta. Jumlah
korban yang gugur ada 10 dan mereka diberikan tanda penghormatan Pahlawan
Revolusi dan Anumerta (gelar penghargaan khusus untuk angkatan bersenjata yang
berjasa).
1Jenderal Anumerta Ahmad Yani
wikipedia.org
Jenderal Ahmad Yani lahir di Purworejo pada tanggal 19 Juni 1922. Beliau mendapatkan
pendidikan formal di HIS (sekolah setingkat SD), MULO (Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs/setingkat Sekolah Menengah Pertama) dan AMS (Algemne Middelberge
School/setingkat Sekolah Menengah Atas). Ahmad Yani mengawali karir militernya dengan
mengikuti wajib militer oleh pemerintahan Belanda di Malang. Ketika pendudukan Jepang,
Ahmad Yani gabung bersama PETA.
Prestasi Ahmad Yani di bidang militer cukup mengagumkan. Diawali dengan menahan
Agresi Militer pertama dan kedua Belanda, dilanjutkan dengan mengalahkan pemberontak
DI/TII, Operasi Trikora di Papua Barat dan Operasi Dwikora menghadapi konfrontasi dengan
Malaysia. Ketika menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat, Ahmad Yani menolak
usul PKI yang menginginkan pembentukan Angkatan Kelima yaitu dipersenjatainya buruh
dan tani. Sehingga Ahmad Yani menjadi target penculikan dan pembunuhan PKI dalam
Gerakan 30 September. Tubuhnya yang penuh luka tembak, dibawa dan dibuang ke sumur di
Lubang Buaya.
2Letnan Jenderal Anumerta Suprapto
wikipedia.org
Lahir di Purwokerto pada tanggal 2 Juni 1920, Letnan Jenderal Suprapto menyelesaikan
pendidikan formalnya di MULO dan AMS Yogyakarta. Suprapto sering berpindah tugas.
Mulai di Semarang sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorial (T&T) IV/ Diponegoro, ditarik
ke Jakarta sebagai Staff Angkatan Darat dan kembali lagi ke Kementerian Pertahanan.
Setelah pemberontakan Permesta (Perdjuangan Rakjat Semesta) padam, Suprapto bermarkas
di Medan sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Darat untuk wilayah Sumatera.
Suprapto merupakan salah satu Perwira Tinggi yang menolak D. N. Aidit ketika berpendapat
membentuk Angkatan Kelima. Sehingga pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Suprapto pun
menjadi salah satu korban penculikan dan pembunuhan PKI.
3Letnan Jenderal Anumerta M. T. Haryono
wikipedia.org
Letnan Jenderal M. T. Haryono lahir di Surabaya pada tanggal 20 Januari 1924. Ayahnya
seorang asisten wedana di Gresik. Haryono mendapatkan pendidikan formal di ELS
(setingkat Sekolah Dasar), HBS (setingkat Sekolah Menengah Umum) dan Ika Dai
Gakko (Sekolah Kedokteran masa pendudukan Jepang) di Jakarta, namun berhenti di tengah
jalan. Ketika di Jakarta, Haryono bersama pemuda lain berjuang mempertahankan
kemerdekaan. Dilanjutkan gabung ke TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Pada peristiwa
Gerakan 30 September, Letnan Jenderal M. T. Haryono menjadi salah satu korban
kebiadaban PKI.
Jenderal bintang tiga ini sangat cerdas. Haryono seperti Bung Hatta yang fasih
beberapa bahasa asing yaitu Belanda, Inggris dan Jerman. Sehingga Haryono sering menjadi
perwira penyambung lidah dalam setiap perundingan. Termasuk ketika KMB (Konferensi
Meja Bundar), Haryono hadir sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia.
4Letnan Jenderal Anumerta Siswondo Parman
wikipedia.org
Letnan Jenderal Siswondo Parman atau yang lebih dikenal dengan Letjen S. Parman
merupakan salah satu Pahlawan Revolusi. Parman diculik dan dibunuh PKI karena menolak
usul D. N. Aidit tentang dipersenjatainya buruh dan tani atau disebut Angkatan Kelima.
Terlebih lagi bahwa Parman merupakan tentara intelijen yang tahu tentang gerak-gerik PKI.
Parman yang lahir pada tanggal 4 Agustus 1918 di Wonosobo mendapatkan pendidikan
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Parman pun masuk
ke Sekolah Tinggi Kedokteran, namun tidak sampai mendapatkan gelar dokter akibat Jepang
telah menduduki wilayah Indonesia.
5
Mayor Jenderal Anumerta D. I. Pandjaitan
wikipedia.org
Mayor Jenderal D. I. Pandjaitan lahir di Balige, Sumatera Utara pada tanggal 19 Juni 1925.
Pandjaitan menyelesaikan pendidikan formalnya hingga Sekolah Menengah Atas. Ketika
Jepang tiba di Indonesia, Pandjaitan mengikuti latihan Gyugun dan ditugaskan menjadi
anggota Gyugun di Pekanbaru.
Setelah kemerdekaan, Pandjaitan bersama pemuda lainnya membentuk TKR. Karirnya di
TKR terus naik, mulai dari komandan batalyon, kemudian menjadi Komandan Pendidikan
Divisi IX/Banteng di Bukittinggi, menjadi Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen
Tentara Sumatera dan menjadi Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat
Republik Indonesia (PDRI) dan yang terakhir adalah Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan
Darat (sebelumnya masih banyak jabatan yang diembannya). Sebagai Perwira Tinggi,
Pandjaitan menjadi target penculikan dan pembunuhan oleh PKI.
6Mayor Jenderal Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
wikipedia.org
Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen pada tanggal 28 Agustus 1922.
Beliau menyelesaikan belajar formalnya sebelum Jepang menduduki Indonesia. Pada tahun
1945, Sutoyo gabung militer sebagai Polisi Tentara Keamanan Rakyat yang merupakan cikal
bakal Polisi Militer. Awal karir Sutoyo di Polisi Militer yaitu sebagai ajudan Kolonel Gatot
Soebroto, Komandan Polisi Militer. Karirnya terus naik hingga dipercaya menjadi inspektur
kehakiman/jaksa militer utama.
Dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Sutoyo diculik oleh PKI dan dibawa ke markas mereka di
Lubang Buaya. Di sana Sutoyo dibunuh dan tubuhnya dibuang ke sumur tak terpakai.
7Kapten CZI Anumerta Pierre Tendean
wikipedia.org
Kapten Pierre Tendean merupakan ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution yang lahir pada
tanggal 21 Februari 1939. Tendean mengawali karir militernya menjadi intelijen. Ditugaskan
sebagai mata-mata ke Malaysia sehubungan dengan konfrontasi antara Indonesia dengan
Malaysia.
Pada peristiwa G30S, Pierre yang disangka Jenderal A. H. Nasution ditangkap dan dibawa
oleh PKI ke Lubang Buaya. Disana Pierre dibunuh dan dimasukan ke sumur tak terpakai
bersama 6 Perwira Tinggi Angkatan Darat lainnya. Pierre pun dianugerahi Pahlawan
Revolusi.
top related