4.kelembagaan pertanian
Post on 14-Jun-2015
566 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KELEMBAGAAN PERTANIAN
Pengertian Kelembagaan Sosial Menurut Koentjaraningrat (1994),
lembaga kemasyarakatan/lembaga sosial atau pranata sosial adalah suatu sistim norma khusus yang menata suatu rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi suatu kebutuhan khusus dari manusia dalam kehidupan masyarakat
Kesimpulan dari definisi di atas :– Adanya sistem norma– Sistem norma yang mengatur tindakan
berpola– Tindakan berpola itu untuk memenuhi
kehidupan manusia dalam kehidupan masyarakat
Soekanto (2003) mendefinisikan lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan dari norma-norma segala tindakan berkisar pada suatu kebutuhan pokok manusia di dalam kehidupan masyarakat.
Ada dua hal penting didalamnya yaitu : – himpunan norma - norma dalam
segala tingkatan – norma-norma itu mengatur manusia
memenuhi kebutuhannya.
Rahardjo (1999) menyatakan bahwa kelembagaan sosial (social institution) secara ringkas dapat diartikan sebagai kompleks norma-norma atau kebiasaan-kebiasaan untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipandang sangat penting dalam masyarakat, merupakan wadah dan perwujudan yang lebih konkret dari kultur dan struktur.
Berdasarkan pada beberapa pengertian tadi , dapat dipahami bahwa kelembagaan pertanian adalah “norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan”.
Kelembagaan pertanian pada masyarakat pedesaan yang masih bersahaja terkait erat dengan kegiatan ekonomi masyarakat tradional
Pada masyarakat desa yang kegiatan ekonominya masih belum didominasi sistim ekonomi uang, menyebabkan masih kuatnya kait-mengkait antara kegiatan ekonomi dan sosial.– Sistim gotong royong dalam proses produksi
pertanian– sistim bagi hasil– sistim tebasan– sistim borongan pengolahan tanah dan
pemanenan– sistim buruh tani– sistim tradisional lainnya yang terkait
dengan operasi produksi pertanian
Selain kelembagaan pertanian yang bersifat tradisonal juga muncul kelembagaan pertanian yang dikelola dengan cara lebih modern :– kelompok tani, – kelompok pemakai air, – kelompok kredit usaha,– koperasi desa, – kelompok pemasaran, – kelompok peternak dan lain sebagainya
Peran lembaga Pertanian Kelembagaan pertanian baik formal maupun
informal belum memberikan peranan yang berarti khususnya di daerah perdesaan, hal ini disebabkan :– Peran antar lembaga pendidikan dan pelatihan,
balai penelitian, dan penyuluhan belum terkoordinasi dengan baik
– Fungsi dan keberadaan lembaga penyuluhan cenderung terabaikan
– Koordinasi dan kinerja lembaga-lembaga keuangan perbankan perdesaan masih rendah
– Koperasi perdesaan khususnya yang bergerak di sektor pertanian masih belum berjalan optimum
– Keberadaan lembaga-lembaga tradisi di perdesaan belum dimanfaatkan secara optimum
Revitalisasi kelembagaan pertanian 1. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia
para pelaku kelembagaan sehubungan dengan perkembangan teknologi, permasalahan dan kebutuhan para petani
2. Diperlukan restrukturisasi kelembagaan penyuluhan pertanian yang mampu menyentuh langsung kebutuhan petani dengan melibatkan petani secara lebih aktif lagi
3. Meningkatkan kualitas manajemen koperasi yang ada, khususnya dalam kualitas sumberdaya manusia para pengurus dan manajer, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani
4. Meningkatkan koordinasi peran lembaga-lembaga keuangan/perbankan dengan lembaga-lembaga penyuluhan, sarana produksi, dan koperasi untuk meningkatkan pelayanan kepada petani secara optimum
5. Meningkatkan peran badan penerapan teknologi dan informasi pertanian
6. Meningkatkan peran dari lembaga-lembaga tradisional seperti organisasi lumbung desa dan pengairan
7. Meningkatkan kemandirian organisasi petani
Lembaga Tradisional dan Lembaga Modern di Pedesaan Lembaga kemasyarakatan merupakan
susunan tata kelakuan dan hubungan yang terpusat pada pemenuhan kompleks kebutuhan masyarakat
Secara ringkas lembaga kemasyarakatan bertujuan memenuhi kebutuhan pokok manusia yang bertujuan untuk: – memberikan pedoman pada masyarakat
bagaimana harus berbuat dan menghadapi permasalahan dalam masyarakat,
– menjaga keutuhan masyarakat, – memberikan pegangan pada masyarakat
untuk mengadakan sistim pengendalian sosial (social control).
Lembaga-lembaga masyarakat yang tradisonal telah tumbuh dan terlembagakan untuk mengatur berbagai aspek kehidupan kemasyarakatan Cara – kebiasaan – tata kelakuan – adat
Lembaga modern umumnya mempunyai struktur yang jelas, tata nilai yang jelas dan telah diformalkan, adanya proses yang pasti, adanya pemimpin yang resmi
Kelompok Sosial dan Organisasi Sosial
Ibrahim (2003) mendefinisikan kelompok sosial sebagai “suatu sistim sosial yang terdiri dari sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan bersama”. Yang dimaksud interaksi di sini
adalah interaksi tatap muka, dimana mereka terlibat dalam ruang dan waktu
Definisi yang lebih luas mengenai kelompok sosial : kelompok sosial adalah sejumlah orang yang
mengadakan hubungan tatap muka secara berkala karena mempunyai tujuan dan sikap bersama; hubungan-hubungan yang dilakukan diatur oleh norma-norma; tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kedudukan (status) dan peran (role) masing-masing; dan antara orang-orang itu terdapat rasa ketergantungan satu sama lain
Organisasi Sosial (masyarakat) Organisasi adalah unit sosial
(pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, dengan ciri ciri sbb :– adanya pembagian kerja, kekuasaan dan
tanggungjawab komunikasi– adanya satu atau beberapa pusat kekuasaan
yang berfungsi untuk mengawasai usaha-usaha organisasi serta mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan,
– ada pergantian tenaga (kaderisasi) bila ada individu yang tak mampu menjalankan tugas-tugas organisasi.
Social Capital di Daerah Pedesaan Social capital mencakup institutions,
relationships, attitudes dan values yang mengarahkan dan menggerakan interaksi-interaksi antar orang dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan sosial dan ekonomi
Menurut World Bank (1998) social capital tidaklah sesederhana hanya sebagai penjumlahan dari institusi-institusi yang dibentuk oleh masyarakat, tetapi juga merupakan perekat dan penguat yang menyatukan mereka secara bersama-sama
Social capital terekspresikan dalam hubungan-hubungan antar personal, trust dan common sense tentang tanggung jawab terhadap masyarakat, semua hal tersebut menjadikan masyarakat lebih dari sekedar kumpulan individu-individu.
Contoh bentuk social capital yang ada di Indonesia adalah gotong royong :¤ Tradisi gotong royong memiliki aturan main
yang disepakati bersama (norm)¤ menghargai prinsip timbal-balik dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dan dalam waktu tertentu akan menerima kompensasi/reward
¤ ada saling kepercayaan antar pelaku bahwa masing-masing akan mematuhi semua bentuk aturan main yang telah disepakati (trust)
¤ serta kegiatan kerjasama tersebut diikat kuat oleh hubungan-hubungan spesifik antara lain mencakup kekerabatan--kinship, pertetanggan-- neighborship dan pertemanan--friendship sehingga semakin menguatkan jaringan antar pelaku (network).
Tradisi gotong royong secara nyata telah melembaga dan mengakar kuat, ini diwujudkan dalam berbagai aktivitas keseharian masyarakat Indonesia
Secara umum aktivitas gotong royong memiliki tema sentral sebagai mutual help antar anggota masyarakat yang mana masing-masing pihak terlibat saling memberikan kontribusi dan sebagai reward-nya mereka mendapatkan gain dari aktivitas yang dikerjasamakan
Semangat timbal balik-- reciprocity melekat kuat sebagai penunjuk bahwa proses kerjasama berlangsung dengan fair
Aktivitas gotong royong dalam berbagai dimensinya memberikan implikasi semangat dan value untuk saling memberikan jaminan/self-guarantying atas hak dan kelangsungan hidup antar sesama warga masyarakat yang masih melekat cukup kuat di pedesaan
Subejo dan Iwamoto (2003) memberikan terminologi pada praktek gotong royong yang dilembagakan sebagai tradisi oleh warga pedesaan sebagai “institutionalized stabilizers” – karena aktivitas tersebut memungkinkan
proses keberlanjutan (sustainability) dan menjamin stabilitas secara ekonomi dan sosial pada kehidupan rumah tangga di pedesaan.
Studi-studi yang terkait dengan social capital di pedesaan Indonesia dan secara khusus di pedesaan Jawa umumnya masih dilakukan secara parsial dari setiap elemen sosial capital– Elemen-elemen dasar tersebut antara lain
mencakup – institusi lokal yang memiliki fungsi
pelayanan sosial, – kelompok simpan pinjam berotasi/arisan, – jaring pengaman sosial tradisional lainya, – sistim pewarisan yang seimbang, – sistim penyakapan dan bagi hasil serta
pelayanan pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat
Usaha pemerintah dalam menggiatkan gotong royong :
1. Membantu dalam bidang organisasi
2. Menyediakan bahan dan alat-alat khusus
3. Bantuan teknis dan manajemen
4. Bantuan keuangan
Asosiasi perusahaan perkebunan– Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO)– Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia
(GAPKI)– Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI)– Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI)– Asosiasi Eksportir Lada Indonesia (AELI)– Asosiasi Eksportir Pala Indonesia (AEPA)– Asosiasi Eksportir Panili Indonesia (AEPI)– Asosiasi Eksportir Cassiavera Indonesia (AECI)– Asosiasi Teh Indonesia (ATI)– Asosiasi Pala Indonesia (API)– Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO)– Asosiasi Gula Indonesia (AGI)– Indonesian Tobacco Association (ITA) – Asosiasi Industri Mete Indonesia (AIMI)– Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI)
Asosiasi petani perkebunan – Asosiasi Petani Lada Indonesia (APLI)– Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI)– Asosiasi Petani Kelapa Indonesia (APKI)– Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI)– Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI)– Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO)– Asosiasi Petani Karet Indonesia (APKARINDO)– Asosiasi Petani Kapas Indonesia (ASPEKINDO)– Asosiasi Petani Jambu Mete Indonesia (APJMI)– Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APKI)– Asosiasi Petani Teh Indonesia (APTEH)– Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI)– Badan Koordinasi Asosiasi Petani Tebu Rakyat
Indonesia (BKAPTRI)– Masyarakat Perkelapaan Indonesia (MAPI)– Gabungan Induk Koperasi Perkebunan Nusantara
(GIKPN)– Gabungan asosiasi Petani Perkebunan Indonesia
(GAPERINDO)– Masyarakat Rempah Indonesia (MARI)
Thank you, see you next week!
top related