2 urgensi kritik tafsir

Post on 13-Aug-2015

119 Views

Category:

Documents

11 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

METODOLOGI PENELITIAN TAFSIR DAN FILOLOGI

Disusun oleh

Parluhutan Siregar

2

Asumsi Dasar Penelitian Karya Tafsir

Kebenaran Penafsiran Al-Qur`an tidak mutlak atau absolut.

Setiap penafsiran terhadap ayat Al-Qur`an mempunyai potensi untuk keliru.

Setiap kitab Tafsir Alquran memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan atau kekurangan.Kitab Tafsir adalah manusiawi, karena tidak ada maanusia yang sempurna.

Studi Kritik Tafsir

Perlu dikembangkan Studi Kritik Tafsir atau ‘Ilm a-Dakhȋl wa al-Ashȋl.

Ad-Dakhil fi at-Tafsir  Al-Qur’an terjadi setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

Ad-Dakhil fi at-Tafsir ada yang menyimpang dan ada yang masih ditolerir.

FAKTOR TIMBULNYA AD-DAKHIL

Faktor Eksternal yaitu faktor yang ditimbulkan oleh Yahudi, Nashrani, Komunis, Filosof Eksistensialisme dan faham-faham lain.

Faktor Internal, yaitu dari orang-orang yang Islam sendiri yang dipengaruhi oleh latar pendidikan, mazhab, sosial-budaya, politik, geografi, pengalaman hidup, dan lain-lain.

Langkah Pengembangan Studi Kritis

Pertama, melakukan kajian ulang terhadap Karya Tafsir yang berpotensi adanya al-dakhil yang tidak dapat diterima.

Kedua, melakukan seleksi ketat terhadap al-dakhil yang dijumpai di dalam kitab-kitab tafsir.

Ketiga, menyusun kaidah baru menyangkut kriteria al-dakhil wa al-ashil dalam penafsiran.

Keempat, membentuk assosiasi mufassir yang dapat melakukan kajian berkala tentang Metode Kritik Tafsir.

BENTUK-BENTUK KEKELIRUAN

Kekeliruan dalam tafsir bi al-ma’tsur:

penggunaan riwayat yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kesahihannya, seperti hadits dha'if, mawdhu', kisah isrâîliyyât yang bertentangan dengan kandungan Al-Qur’an. Demikian pula riwayat dari qaul Shahâby atau tâbi'iy, meskipun sahih, tetapi bertentangan dengan akal sehat.

BENTUK-BENTUK KEKELIRUAN

Kekeliruan pada tafsir bi al-ra'yi; “

Memaksakan kehendak” terhadap Alquran tanpa memperhatikan konteks ayat dan kaidah-kaidah kebahasaan.

Tidak memahami kaidah-kaidah penafsiran;

Tidak menguasai persyaratan keilmuan sebagai seorang mufassir.

top related