1111

Post on 21-Dec-2015

217 Views

Category:

Documents

3 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

asdffdahbsdv sdojvsvosw dskjvdvs oijefs sdkjfs sdivjsvgs oijsd a[osadoij s psdpsdp gadp dsfpads

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PenulisanSehat itu mahal. Itulah yang pertama kali terlintas di benak kita ketika salah satu sanak saudara

atau bahkan kita sendiri terkena penyakit. Biaya obat, dokter, rumah sakit, perawatan dan berbagai

biaya lainnya yang diperlukan untuk menunjang proses penyembuhan menjadi beban tersendiri bagi

kita. Apalagi jika proses penyembuhan itu memakan waktu yang lama, tentu anggapan itu semakin

tertanam dalam diri kita. Jika dikaji lebih jauh, kesehatan merupakan sektor yang vital dalam

menunjang pembangunan bangsa. Saat ini, kesehatan menjadi barang langka yang sulit diperoleh oleh

masyarakat kalangan menengah ke bawah. Mahalnya biaya pengobatan membuat masyarakat

terbelenggu dalam masalah vital ini.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah pada tahun 2006 membuat Program Desa Siaga.

Dalam Program Desa Siaga ini, masyarakat diajak untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran,

kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat di bidang kesehatan. Salah satuya melalui pengenalan

tanaman herbal (tanaman obat) yang ada di sekeliling kita. Ternyata banyak tanaman obat yang

berkhasiat yang tumbuh di lingkungan rumah kita, misalnya sirih dan jeruk nipis. Banyak keuntungan

yang akan kita dapatkan ketika menggunakan tanaman obat di sekeliling kita. Di samping gratis,

tanaman herbal juga tidak memberi efek samping bagi tubuh kita. Tanaman herbal bersal dari alam,

berbeda dengan obat kimia yang diproses dengan berbagai tahap secara kimiawi. Senyawa kimia yang

terkandung dalam obat memang dapat menyembuhkan satu penyakit secara cepat dan efektif, namun

dapat mengurangi bagian tubuh lain yang sehat. Lain halnya dengan tanaman obat yang sekalipun

memakan waktu dan proses penyembuhan yang agak lama, namun dapat mengobati berbagai penyakit

sekaligus.

Indonesia sendiri yang terletak didaerah tropis memiliki keunikan dan kekayaan hayati yang

sangat luar biasa, tercatat tidak kurang dari 30.000 jenis tanaman obat yang tumbuh di Indonesia

walaupun yang sudah tercatat sebagai produk Fitofarmaka (bisa diresepkan) baru ada 5 produk dan

produk obat herbal terstandar baru ada 28 produk. Terlihat potensi yang masih belum digali masih

sangat besar dalam pengembangan obat herbal terutama yang merupakan produk herbal asli Indonesia.

Dunia Kedokteran Indonesia sendiri secara perlahan mulai membuka diri menerima herbal

sabagai pilihan untuk pengobatan, bukan sekedar sebagai pengobatan alternatif saja. Ini semua

menggambarkan dunia kedokteran walau masih belum terbuka lebar tetapi para pelakunya, yaitu para

dokter mulai melihat potensi yang besar dan ternyata bisa dikembangkan dalam pengobatan berbasis

obat herbal, tidak hanya untuk menangani penyakit yang ringan saja tetapi juga untuk mengatasi

penyakit yang berat.

1

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang tanaman

herbal terutama yang sering kita jumpai sehingga pengembangan tanaman herbal dapat lebih

ditingkatkan.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka beberapa rumusan masalah

yang akan dibahas selanjutnya adalah:

1. Apakah tanaman obat herbal itu?

2. Apa manfaat dari penggunaan tanaman herbal?

3. Bagaimana panduan penggunaan tanaman sebagai tanaman obat herbal?

4. Bagaimana tingkat manfaat dan keamanan serta efek samping dari tanaman herbal?

5. Apa saja contoh tanaman herbal di sekitar kita?

1.3 Tujuan PenulisanPenulisan karya ilmiah ini dilakukan dengan tujuan umum untuk mengetahui lebih dalam

tentang tanaman herbal yang ada di sekitar kita. Secara khusus tujuan dari penulisan karya ilmiah ini

adalah sebagai berikut.

1. Untuk menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah Bahasa Indonesia.

2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat dari pengguanaan

tanaman herbal yang ada di sekitar kita.

3. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan tanaman herbal.

4. Untuk mengetahui tingkat manfaat dan keamanan tanaman herbal.

5. Untuk memberikan informasi mengenai beberapa contoh tanaman herbal di sekitar kita.

1.4 Metode PenulisanUntuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode studi pustaka

(library research), yaitu metode yang menggunakan buku-buku atau kepustakaan lainnya untuk

memperoleh informasi yang berhubungan dengan tema penulisan “Tanaman Herbal”.

2

1.5 Sistematika PenulisanSampul

Lembar Pengesahan

Motto

Kata Pengantar

Daftar Isi

Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Metode Penulisan

1.5 Sistematika Penulisan

BAB 2 PERMASALAHAN DAN ISI

2.1 Defenisi Tanaman Obat Herbal

2.2 Manfaat Penggunaan Tanaman Herbal

2.3 Penggunaan Tanaman sebagai Tanaman Obat

2.4 Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat Herbal

2.5 Contoh Tanaman Obat Herbal

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Daftar Pustaka

Biodata Penulis

3

BAB 2

PERMASALAHAN DAN ISI

2.1 Defenisi Tanaman Obat Herbal

Tanaman obat herbal adalah obat-obatan yang dibuat dari tumbuhan, baik tumbuhan yang

sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar. Obat herbal adalah salah satu dari obat tradisional. Obat

tradisional mencakup juga obat yang dibuat dari bahan hewan, mineral, atau gabungan dan bahan

hewan mineral, dan tumbuhan. Taman obat herbal biasanya adalah sebidang tanah baik di halaman

rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat

sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan akan obat-obatan. Kebun tanaman ohat atau bahan

ohat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan.

Indonesia memiliki kekayaan tumbuhan yang luar biasa. Dari 30.000 spesies tumbuhan yang

ada, sekitar 1.260 spesies dapat digunakan sebagai obat, contohnya sebagai obat kanker, diabetes, asam

urat, dan lainnya. Di Indonesia, terdapat sekitar 31 jenis tanaman obat digunakan sebagai bahan baku

industri obat tradisional (jamu), industri non jamu, dan bumbu, serta untuk kebutuhan ekspor, dengan

volume permintaan lebih dari 1.000 ton/tahun. Pasokan bahan baku tanaman obat tersebut berasal dari

hasil budidaya (18 jenis) dan penambangan (13 jenis). Oleh karena itu, perlu usaha yang lebih intensif

supaya pasokan bahan baku tanaman obat dapat terpenuhi, terutama tanaman obat yang masih

ditambang dari habitat alaminya. Tidak hanya ada di Indonesia, di negara-negara seperti Cina, Jepang,

India, dan negara-negara Afrika obat herbal sudah digunakan sejak zaman dahulu. Pada awalnya,

penggunaan tanaman sebagai obat didasari oleh pengalaman turun termurun.

2.2 Manfaat Penggunaan Tanaman Herbal

Berbicara tentang pemanfaatan tanaman obat atau bahan obat alam pada umumnya sebenarnya

bukanlah merupakan hal yang baru. Sejak terciptanya manusia di permukaan bumi, telah diciptakan

pula alam sekitarnya. Mulai dari hal itulah manusia mulai mencoba memanfaatkan alam sekitarnya

untuk memenuhi keperluan alam kehidupannya, termasuk keperluan akan obat-obatan dalam angka

mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Kenyataan menunjukkan bahwa dengan

bantuan obat-obatan yang berasasal dari bahan alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-

masalah kesehatan yang dihadapinya.

Obat herbal banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit karena efek samping

yang ditimbulkan dari obat herbal relatif kecil, sehingga lebih aman digunakan. Tanaman obat

mengandung zat kimia yang bisa menimbulkan reaksi saat berinteraksi dengan tubuh. Namun dengan

4

kadar kandungan yang rendah efek samping yang ditimbulkan juga sangat kecil menyebabkan obat

herbal aman dikonsumsi. Beberapa jenis tanaman herbal telah banyak digunakan untuk mengobati

selama ini. Mulai dari penyakit yang ringan seperti diare, batuk masuk angin, gatal-gatal sampai

penyakit kronis seperti malaria, demam berdarah, kencing manis dan kanker.

Jenis tanaman yang digunakan sebagai obat juga berbeda-beda tetapi juga ada beberapa

campuran dari berbagai bahan tanaman. Tanaman yang sering digunakan untuk mengobati yaitu, daun

jambu biji, daun pepaya, jahe, kencur, kumis kucing, mengkudu, dan masih banyak yang lainnya.

Tanaman ini yang umumnya digunakan masyarakat untuk pengobatan. Untuk jenis penyakit yang

kronis diperlukan tanaman khusus yang mengandung lebih banyak formulanya yang dapat

menghambat atau mencegah penyakit tersebut berkembang lebih lanjut, seperti mengkudu, mahkota

dewa, pegagan, tapak dara, dan masih banyak lainnya

Salah satu fungsi tanaman obat herbal adalah sebagai sarana untuk mendekatkan tanaman obat

kepada upaya-upaya kesehatan masyarakat yang antara lain meliputi upaya preventif (pencegahan),

upaya promotif (meniungkatkan derajat kesehatan), dan upaya kuratif (penyembuhan penyakit). Selain

fungsi diatas ada juga fungsi lainnya yaitu:

1) sarana untuk memperbaiki status gizi masyarakat, sebab banyak tanaman obat yang dikenal

sebagai tanaman penghasil buah-buahan atau sayur-sayuran misalnya lobak, saledri, pepaya dan

lain-lain;

2) sarana untuk pelestarian alam,

3) apabila pembuatan tanaman obat alam tidak diikuti dengan upaya-upaya pembudidayaannya

kembali, maka sumber bahan obat alam itu terutama tumbuh-tumbuhan akan mengalami

kepunahan;

4) sarana penyebaran gerakan penghijauan;

5) untuk menghijaukan bukit-bukit yang saat ini mengalami penggundulan, dapat dianjurkan

penyebarluasan penanaman tanaman obat yang berbentuk pohon-pahon misalnya pohon asam,

pohon kedaung, pohon trengguli dan lain-lain; serta

6) sarana untuk pemertaan pendapatan.

2.3 Penggunaan Tanaman sebagai Tanaman Obat

Dalam menggunakan tumbuhan obat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehingga hasil

pengobatan yang maksimal.

1. Waktu Pengumpulan

Untuk mendapatkan bahan yang terbaik dari tumbuhan obat, perlu diperhatikan saat-saat

pengumpulan atau pemetikan bahan berkhasiat. Waktu pengumpulan bahan obat secara umum

adalah:

a) daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi masak;

b) bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar;

5

c) buah dipetik dalam keadaan masak,

d) biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna; serta

e) akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus) dikumpulkan sewaktu proses

tumbuhan berhenti.

2. Pencucian dan Pengeringan

Bahan obat yang sudah dikumpulkan segera dicuci bersih, sebaiknya dengan air yang mengalir.

Setelah bersih, dapat segera dimanfaatkan bila diperlukan pemakaian yang bahan segar. Namun,

bisa pula dikeringkan untuk disimpan dan digunakan bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Pengeringan

bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mengcegah pembusukan oleh cendawan atau bakteri.

Dengan demikian, bahan dapat disimpan lebih lama dalam stoples atau wadah yang tertutup rapat.

Bahan kering juga mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk. Cara mengeringkan bahan obat

adalah:

a) bahan berukuran besar dan banyak mengandung air dapat dipotong-potong seperlunya terlebih

dahulu;

b) pengeringan bisa langsung dibawah sinar matahari, atau memakai pelindung seperti kawat

halus jika menghendaki pengeringan yang tidak terlalu cepat; dan

c) pengeringan bisa juga dilakukan dengan mengangin-anginkan bahan ditempat yang teduh atau

di dalam ruang pengering yang aliran udaranya baik.

3. Sifat dan Cita Rasa

Dalam Traditional Chinese Pharmacology dikenal 4 macam sifat dan 5 macam cira rasa tumbuhan

obat, yang merupakan bagian dari cara pengobatan tradisional timur. Adapun keempat macam

sifat tumbuhan obat itu ialah dingin, panas, hangat, dan sejuk. Tumbuhan obat yang sifatnya panas

dan hangat dipakai untuk pengobatan sindroma dingin, seperti pasien yang takut dingin, tangan

dan kaki dingin, lidah pucat atau nadi lambat. Tumbuhan obat yang bersifat dingin dan sejuk

digunakan untuk pengobatan sindroma panas, seperti demam, rasa haus, warna kencing kuning

tua, lidah merah atau denyut nadi cepat. Lima macam cita rasa dari tumbuhan obat ialah pedas,

manis, asam, pahit, dan asin. Cita rasa ini digunakan untuk tujuan tertentu karena selain

berhubungan dengan organ tubuh, juga mempunyai khasiat dan kegunaan tersendiri. Misalnya rasa

pedas mempunyai sifat menyebar dan merangsang. Rasa manis berkhasiat tonik dan menyejukan.

Rasa asam berkhasiat mengawetkan dan pengelat. Rasa pahit dapat mengilangkan panas dan

lembab. Sementara rasa asin melunakkan dan sebagai pencahar. Kadang-kadang ada juga yang

menambahkan cita rasa yang keenam, yaitu netral atau tawar yang berkhasiat sebagai peluruh

kencing.

4. Cara Merebus Ramuan Obat

Perebusan umumnya dilakukan dalam pot tanah, pot keramik, atau panic email. Pot keramik dapat

dibeli di took obat tradisional Tionghoa. Panic dari besi, alumunium atau kuningan sebaiknya 6

tidak digunakan untuk merebus. Hal ini diingatkan karena bahan tersebut dapat menimbulkan

endapan, konsentrasi larutan obat yang rendah, terbentuknya racun atau menimbulkan efek

samping akibat terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat. Gunakan air yang bersih untuk

merebus. Sebaiknya digunakan air tawar, kecuali ditentukan lain. Cara merebus bahan sebagai

berikut. Bahan dimasukkan ke dalam pot tanah. Masukkan air sampai bahan terendam seluruhnya

dan permukaan air sekitar 30 mm diatasnya. Perebusan dimulai bila air telah meresap kedalam

bahan ramuan obat. Lakukan perebusan dengan api sesuai petunjuk pembuatan. Apabila nyala api

tidak ditentukan, biasanya perebusan dilakukan dengan api besar sampai airnya mendidih.

Selanjutnya api dikecilkan untuk mencegah air rebusan meluap atau terlalu cepat kering. Meski

demikian, adakalanya api besar dan api kecil digunakan sendiri-sendiri sewaktu merebus baha

obat. Sebagai contoh, obat yang berkhasiat tonik umumnya direbus dengan api kecil sehingga zat

berkhasiatnya dapat secara lengkap dikeluarkan dalam air rebusan. Demikian pula tumbuhan obat

yang mengandung racun perlu direbus dengan api yang kecil dalam waktu yang agak lama, sekitar

3-5 jam untuk mengurangi kadar racunnya. Nyala api yang besar digunakan untuk ramuan obat

yang dimaksudkan agar pendidihan menjadi cepat dan penguapan berlebih dari zat yang

merupakan komponen aktif tumbuhan dapat dicegah.

5. Waktu Minum Obat

Bila tidak terdapat petunjuk pemakaian, biasanya obat diminum sebelum makan kecuali obat

tersebut merangsang lambung maka diminum setelah makan. Obat berkhasiat tonik diminum

sewaktu perut kosong, dan obat berkhasiat sedative diminum sewaktu ingin tidur. Pada penyakit

kronis diminum sesuai jadwal secara teratur. Rebusan obat bisa diminum sesering mungkin sesuai

kebutuhan atau diminum sebagai pengganti teh.

6. Cara Minum Obat

Obat biasanya diminum satu dosis sehari yang dibagi untuk 2-3 kali minum. Umumnya diminum

selagi hangat, terutama untuk pengobatan sindroma luar. Setelah minum obat, pakailah baju tebal

atau tidur berselimut supaya tubuh tetap hangat dan mudah mengeluarkan keringat. Untuk

pengobatan sindroma panas, obat diminum dalam keadaan dingin. Sebaliknya untuk pengobatan

sindroma dingin obat diminum dalam keadaan hangat. Obat yang sedikit toksik, diminum sedikit

demi sedikit tetapi sering. Tambahkan dosisnya secara bertahap sehingga efek pengobatan

tercapai.

7. Lama Pengobatan

Tumbuhan obat yang masih berupa simplisia, hasil pengobatannya tampak lambat, namun sifatnya

konstruktif atau membangun. Hal ini berbeda dengan obat kimiawi yang hasil pengobatannya

terlihat cepat namun destruktif. Oleh karena itu, obat yang berasal dari tumbuhan tidak dianjurkan

penggunaannya untuk penyakit-penyakit infeksi akut. Tumbuhan obat lebih diutamakan untuk

7

memelihara kesehatan dan pengobatan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan dengan obat

kimiawi, atau memerlukan kombinasi antara obat kimiawi dengan obat dari tumbuhan berkhasiat.

2.4 Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat Herbal

Anggapan masyarakat bahwa obat yang berasal dari bahan alam yakni tanaman herbal adalah

aman dan terbebas dari efek toksik, merupakan pendapat keliru. Setiap bahan atau zat memiliki

potensi bersifat toksik. Seberapa besar efek itu ditimbulkan tergantung dari takarannya dalam tubuh.

Efek toksik merupakan efek yang dapat menimbulkan gejala-gejala keracunan dengan tingkat

gangguan yang bervariasi dari ringan sampai terjadinya kematian.

Dibandingkan obat-obat modern, memang tanaman obat herbal memiliki beberapa kelebihan,

antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda memiliki

efek saling mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai

untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif.

Sebagaimana obat konvensional, obat bahan alam juga mesti diwaspadai. Pasalnya, keberadaan

tanaman obat herbal dalam takaran tertentu dapat menimbulkan efek toksik. Kadar obat dalam tubuh

akan menentukan seberapa besar efek suatu obat atau dikenal dose-response relationship. Dalam hal

ini, toksikologi akan berperan untuk menentukan berapa besar efek toksik yangditimbulkan oleh suatu

zat.

Tanaman obat herbal, selayaknya bahan kimia, akan mengalami proses kinetik, berupa proses

absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Absorpsi merupakan proses penyerapan zat dari tempat

pemberian masuk ke sirkulasi sistemik. Distribusi sendiri merupakan proses peredaran zat ke seluruh

cairan tubuh baik ke dalam cairan antar sel (intertitial) maupun ke dalam sel (intracellular). Pada

wanita hamil, tanaman obat herbal dapat pula terdistribusi ke dalam janin. Melalui proses distribusi,

obat akan sampai ke organ target tempat obat bekerja. Sedangkan metabolisme atau biotrasformasi

adalah proses perubahan senyawa obat dalam tubuh. Pada akhirnya kebanyakan senyawa aktif akan

mengalami perubahan menjadi senyawa tidak aktif dan lebih mudah diekskresi, sehingga efek obat

tersebut akan hilang. Proses metabolisme ini bisa terjadi di seluruh jaringan tubuh, dimana hati

merupakan organ metabolisme obat yang paling utama. Sementara ekskresi adalah proses pengularan

obat dari tubuh, baik dalam bentuk senyawa aktif maupun senyawa tidak aktif. Berkurangnya senyawa

aktif, menyebakan berkurang efek obat tersebut. Organ yang paling berperan dalam proses ekskresi

adalah ginjal. Di samping itu, proses ekskresi juga dapat terjadi melalui empedu, sekres cairan

intestinal,keringat , saliva, dan air susu ibu.

Standarisasi tanaman obat herbal tidak berbeda dengan obat konvensional. Begitu pula dengan

pemanfaatannya, dimana dalam memakai tanaman obat herbal juga mempertimbangkan faktor dosis

dan lama pemberian, usia, kehamilan dan menyusui, jenis penyakit khususnya yang disertai dengan

gangguan fungsi hati dan ginjal, serta kombinasi obat.

8

Efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi sebagai

berikut.

2.4.1 Efek samping OT relatif kecil bila digunakan secara benar dan tepat

Tanaman obat herbal akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu dan

cara penggunaan, pemilihan bahan serta penyesuai dengan indikasi tertentu.

a. Ketepatan takaran/dosis.

b. Ketepatan waktu dan cara penggunaan.

c. Ketepatan pemilihan bahan secara benar.

d. Ketepatan pemilihan ramuan tanaman herbal untuk indikasi tertentu.

2.4.2 Adanya efek komplementer dan sinergisme dalam ramuan obat herbal/komponen

bioaktif tanaman herbal

Dalam suatu ramuan tanaman obat herbal umumnya terdiri dari beberapa jenis tanaman herbal yang

memiliki efek saling mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan. Formulasi dan

komposisi ramuan tersebut dibuat setepat mungkin agar tidak menimbulkan kontra indikasi, bahkan

harus dipilih jenis ramuan yang saling menunjang terhadap suatu efek yang dikehendaki.

2.4.3 Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi

Zat aktif pada tanaman herbal umunya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan satu tanaman bisa

menghasilkan beberapa metabolit sekunder; sehingga memungkinkan tanaman tersebut memiliki lebih

dari satu efek farmakologi. Efek tersebut adakalanya saling mendukung (seperti pada herba timi dan

daun kumis kucing), tetapi ada juga yang seakan-akan saling berlawanan atau kontradiksi (seperti pada

akar kelembak).

2.4.4 Tanaman obat herbal lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif

Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit di Indonesia (bahkan di dunia) telah mengalami

pergeseran dari penyakit infeksi (yang terjadi sekitar tahun 1970 ke bawah) ke penyakit-penyakit

metabolik degeneratif (sesudah tahun 1970 hingga sekarang). Hal ini seiring dengan laju

perkembangan tingkat ekonomi dan peradaban manusia yang ditandai dengan pesatnya perkembangan

ilmu dan teknologi dengan berbagai penemuan baru yang bermanfaat dalam pengobatan dan

peningkatan kesejahteraan umat manusia.

9

2.4.5 Ketepatan telaah informasi.

Perkembangan teknologi informasi saat ini mendorong derasnya arus informasi yang mudah untuk

diakses. Informasi yang tidak didukung oleh pengetahuan dasar yang memadai dan telaah atau kajian

yang cukup seringkali mendatangkan hal yang menyesatkan. Ketidaktahuan bisa menyebabkan obat

tradisional berbalik menjadi bahan membahayakan.

Adapun beberapa kelemahan dari tanaman obat herbal tersebut antara lain : efek

farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines,

belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.

Disamping itu perlu disadari pula bahwa memang ada bahan ramuan tanaman herbal yang baru

diketahui berbahaya, setelah melewati beragam penelitian, demikian juga adanya ramuan bahan-bahan

yang bersifat keras dan jarang digunakan selain untuk penyakit-penyakit tertentu dengan cara-cara

tertentu pula. Secara toksikologi bahan yang berbahaya adalah suatu bahan (baik alami atau sintesis,

organik maupun anorganik) yang karena komposisinya dalam keadaan, jumlah, dosis dan bentuk

tertentu dapat mempengaruhi fungsi organ tubuh manusia atau hewan sedemikian sehingga

mengganggu kesehatan baik sementara, tetap atau sampai menyebabkan kematian.

Penyalahgunaan tanaman obat herbal diantaranya yang sering terjadi adalah kasus penyalah

gunaan cara pemakaian (seperti daun ganja, candu untuk dicampur dengan rokok, seduhan kecubung,

dsb.), juga tujuan pemakaian (misalnya jamu terlambat bulan dicampur dengan jamu pegel linu untuk

abortus) dan yang lebih luas lagi adalah penyalah gunaan pada proses penyiapan/produksi dengan cara

menambahkan zat kimia tertentu/obat keras untuk mempercepat dan mempertajam khasiat/efek

farmakologisnya sehingga dikatakan jamunya ‘lebih manjur, mujarab, ces-pleng’ dan lain-lain.

Tanaman obat herbal memang dapat bermanfaat untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, lebih-lebih dalam upaya preventif dan promotif bila dipergunakan secara tepat. Ketepatan

itu menyangkut tepat dosis, cara dan waktu penggunaan serta pemilihan bahan ramuan yang sesuai

dengan indikasi penggunaannya. Sebaliknya tanaman obat herbal dapat berbahaya bagi kesehatan bila

kurang tepat penggunaannya (baik cara, takaran, waktu maupun pemilihan bahan ramuan) atau

memang sengaja disalahgunakan.

2.5 Contoh Tanaman Obat HerbalBerikut ini adalah beberapa contoh tanaman herbal yang sering kita jumpai dan memiliki

berbagai khasiat untuk meningkatkan kesehatan.

1. Tebu

● Kandungan : vitamin B2, Sacharum officinarum.

● Khasiat : daunnya digunakan untuk menyembuhkan demam, sedangkan sari tetes tebunya

digunakan sebagai terapi anti diabetes, meredakan batuk, meredakan panas tinggi,

menyembuhkan pegal linu dan mengatasi kerusakan gigi. Sari tebu mengandung serat tak larut

10

(insoluble fibre). Serat ini membuat air madu aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. Sistem

kerjanya adalah sebagai SEES (Side Effecet Eliminating Substances) atau senyawa yang

menghilangkan efek samping. Dalam hal ini peningkatan kadar gula dalam darah adalah efek

samping dari air gula, namun ditiadakan efek sampingnya oleh adanya serat tak larut tersebut.

2. Singkong

● Kandungan : bagian umbi mengandung vitamin (A, B1, C), kalsium, fosfor, protein, lemak,

amilum. sedangkan bagian daunnya mengandung vitamin (A, B17, dan C), kalsium, fosfor,

protein, lemak, hidrat arang dan zat besi.

● Khasiat : dapat mencegah kanker dan tumor.

3. Nangka

● Kandungan : bagian buah mengandung albuminoid dan karbohidrat, sedangkan bagian batang

banyak mengandung morin, sianomaklurin (zat samak), flavon, tanin.

● Khasiat : daunnya digunakan sebagai terapi antidiabetes, sedangkan bijinya sebagai obat batuk.

4. Sawo

● Kandungan : bagian kulit banyak terkandung zat tannin, pada bijinya terkandung saponin

(senyawa beracun), serta bagian buahnya banyak mengandung kalium, energi, karbohidrat,

vitamin (A, C, B6), magnesium serta fosfor.

● Khasiat : bagian daun digunakan untuk mengobati demam, serta obat luka dan borok. Bagian

bunga mengandung ramuan rempah untuk wanita yang melahirkan, sedangkan bagian kulitnya

dapat digunakan sebagai obat diare dan demam.

5. Anggur

● Kandungan : Karotenoid dan likopen, mangan, vitamin C, B6, K dan B1, Resveratrol

(kemungkinan dapat mencegah kanker).

● Khasiat : Menjaga kestabilan gula darah, mengatasi kelelahan, mengatasi influenza, membantu

mengatasi polio dan herpes.

6. Air Kelapa

● Kandungan : nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium dan besi.

● Khasiat : sebagai oralit alami, penawar racun, memperlancar saluran pencernaan, mengontrol

tekanan darah, meningkatkan kekebalan tubuh dan menggantikan cairan tubuh alami.

7. Labu Siam (Jipang)

● Kandungan : protein, lemak, kalsium, fosfor dan besi.

● Khasiat : menurunkan kadar kolesterol serta mencegah hipertensi.

11

8. Pandan

● Kandungan : alkoida, flavonoida, tanin, plifenol serta saponin.

● Khasiat : daun pandan wangi dapat membunuh larva nyamuk aedes aegypti.

9. Jeruk Nipis

● Kandungan : vitamin C, fosfor, zat besi, hidrat arang, lemak, kalori dan protein.

● Khasiat : batuk, kelelahan, batu ginjal, bau badan serta diare.

10. Arbei

● Kandungan : Saponin, Favonoida, Polifenol (berfungsi sebagai antioksidan), serta Vitamin C.

● Khasiat : obat sariawan, mengobati maag ( buah dibuat jus lalu diminum), membantu melawan

tifus, meringankan gejala diare.

11. Rumput Mutiara

● Kandungan : entriacontane, sitisterol-D-glucoside, stigmasterol, ursolic acid, oleanolic acid,

Beta-sitosterol, p-coumaric acid, baihuasheshecaosu serta flavonoid glycosides.

● Khasiat : radang usus buntu, bisul, sumbatan saluran sperma, pereda demam, tonsilis,

gondongan, pneumonia serta infeksi saluran kemih.

12. Serai

● Kandungan : mintak atsiri, citronnelal, geraniol, sitral, eugenol, kadine serta kadinol.

● Khasiat : meringkankan nyeri, batuk dan kelelahan.

13. Kemangi

● Kandungan : sitral (penghasil aroma khas pada kemangi).

● Khasiat : antiperadangan, mencegah diabetes serta dapat mengurangi bau keringat.

14. Kunyit

● Kandungan : minyak atsiri, curcumin, turmeron dan zingiberen.

● Khasiat : sebagai anti-bakteri, anti-oksidan & anti-inflamasi (anti-radang). Selain sebagai

penurun panas, campuran ini juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Umumnya yg

digunakan adalah rimpangnya (warnanya oranye).

15. Pegagan (Daun Kaki Kuda)

● Kandungan : Triterpenoid, saponin, Hydrocotyline & Vellarine, Asam Asiatat, B-Karioneta, B-

Kariofilen, B-Elemena, B-Farnesen, B-Sitosterol, Brahminosida, Asam Brahmat, Brahmosida,

Asam Sentelat, Asam Sentolat, Asam Elaiodat, Iso-Tankunisida.

12

● Khasiat : untuk penurun panas, re-vitalisasi tubuh & pembuluh darah, memperkuat struktur

jaringan tubuh, radang hati disertai kuning. Pegagan bersifat menyejukkan/mendinginkan,

menambah tenaga dan menimbulkan selera makan. Digunakan untuk memperlancar aliran

darah ke otak (makanan otak), sehingga mempertajam pikiran dan meningkatkan saraf memory

otak. Daunnya untuk Re-Vitalisasi sel dan pembuluh darah, anti-infeksi, anti-bakteri,

menurunkan panas dan demam, diuretic, pembengkakan hati, meningkatkan kesuburan wanita,

mengurangi gejala asma, mengobati hipotensi. Herba berfungsi untuk radang hati disertai

kuning, campak, demam, sakit tenggorokan, asma, bronchitis, radang pleura, radang mata

merah, keputihan, infeksi, batu saluran kencing, tekanan darah tinggi/hipertensi, rheumatism,

pendarahan (muntah darah, batuk darah, mimisan, kencing darah), wasir, sakit perut, disentri,

cacingan, tidak nafsu makan, lepra, TBC, keracunan makanan (jengkol, udang, kepiting),

keracunan bahan kimia/obat2an.

16. Temulawak

● Kandungan : Germacrene, Xanthor-rhizol, Alpha-Betha-Curcumena, dll.

● Khasiat : Sebagai anti-inflamasi (anti-radang), anti-biotik, meningkatkan produksi & sekresi

empedu, segarkan badan. Sejak dulu digunakan sebagai obat penurun panas, merangsang nafsu

makan, mengobati sakit kuning, diare, maag, perut kembung dan pegal, menurunkan kolesterol,

panas badan, sakit kuning, radang ginjal, radang kronis, kandung empedu, mencegah peny,

penyakit hati, menghilangkan rasa nyeri, menyegarkan badan, perut kembung, sembelit, diare,

mengurangi rasa nyeri sendi, pegal linu, rematik, menambah ASI, memulihkan kesehatan

setelah melahirkan, haid tidak lancer, wasir, tonikum dan anti-bakteri.

17. Bawang Putih

● Khasiat : Menurunkan kadar lemak darah sehingga mengurangi resiko peny jantung,

menurunkan hypertensi, meningkatkan daya tahan tubuh, menormalkan sirkulasi dan kolesterol

darah, menormalkan penglihatan rabun dekat, memperbaiki sistem pencernaan, mengurangi

gejala rematik, mengatasi kesemutan, de-toxifikasi racun dan efektif sebagai anti-biotik, anti-

bakteri, anti-jamur & keputihan.

● Tidak disarankan : untuk darah rendah dan pasien alergi terhadap bawang putih dan tukak

lambung.

● Efek samping : gangguan lambung Kolesterol

18. Lidah-Buaya

● Kandungan : Aloin, Barbaloin, Aloe-Emolin, Aleonin, Aloesin

13

● Khasiat : antibiotik, penghilang rasa sakit, merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit,

cacingan, susah buang air kecil, sembelit, batuk, diabetes, radang tenggorokan, menurunkan

kolesterol.

17. Daun Seledri

● Kandungan Kimia : glikosida, Apiin, Isoquersetin, Umbilliferon, Mannite, Inosite, Asparagin,

Glutamin, Cholin, Linamaros, Pro-vitamin A, Vit-B, Vit-C, Minyak Atsiri, protein, kalsium,

garam fosfat.

● Khasiat : meringankan gejala hypertensi ringan, normalkan kadar asam urat dlm darah,

mengurangi rasa sakit padd sendi akibat asam urat, melancarkan sirkulasi darah, menurunkan

tekanan darah, normalkan gula darah, jaga kesehatan jantung, tulang, sendi dan atasi infeksi

saluran kencing, menetralisir efek degeneratif serta radikal bebas.

● Tidak disarankan : pada penderita darah rendah. Akar seledri dihindari karenaa terdapat racun.

18. Kumis Kucing

● Kandungan : Kalium, glukosida, minyak atsiri, sapotonin, ortosifonida dan flavon (sinansetin,

cupatorin, scutellarein, tetra-metil eter, salvigenin, rhamnazin), kandungan Saponin dan

Tannin.

● Khasiat daun : meluruhkan batu urine/batu-ginjal, menurunkan kadar gula darah, rematik, anti-

radang & melancarkan air seni, membantu larutnya asam urat, fosfat dan oksalat dalam tubuh

manusia (terutama dalam kandung kemih, empedu maupun ginjal) sehingga dapat mencegah

endapan batu ginjal.

Selain contoh-contoh di atas, tentunya masih banyak lagi tanaman herbal lain yang manfaatnya

untuk kesehatan tubuh manusia, baik yang sudah diteliti, sedang dalam proses penelitian, maupun yang

masih belum terkuak rahasia manfaat dari berbagai tumbuhan herbal. Penelitian di dunia kesehatan

(alternatif) pun terus berlanjut sampai sekarang, untuk mengimbangi perkembangan dunia medis

modern yang umumnya sangat tergantung kepada obat-obatan berbahan kimiawi.

14

BAB 3

PENUTUP

3.1 KesimpulanTanaman obat herbal adalah obat-obatan yang dibuat dari tumbuhan, baik tumbuhan yang

sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar. Dengan bantuan obat-obatan yang berasasal dari bahan

alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya, mulai dari

penyakit yang ringan seperti diare, batuk masuk angin, gatal-gatal sampai penyakit kronis seperti

malaria, demam berdarah, kencing manis dan kanker.

Jenis tanaman yang digunakan sebagai obat juga berbeda-beda tetapi juga ada beberapa

campuran dari berbagai bahan tanaman. Dalam menggunakan tumbuhan obat, ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan sehingga hasil pengobatan yang maksimal, mulai dari waktu pengumpulan bahan

tanaman hingga lama pengobatan.

Sebagaimana obat konvensional, obat bahan alam yang berasal dari tanaman herbal juga

memiliki dampak dan efek toksik. Akan tetapi, efek samping tanaman obat herbal tersebut relatif kecil

jika digunakan secara tepat, yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu

penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat

tradisional itu sendiri. Penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman obat sangat membantu dalam

pemilihan bahan baku obat tradisional. Pengalaman empiris ditunjang dengan penelitian semakin

memberikan keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional.

3.2 Saran1. Negara kita, Indonesia memiliki kekayaan tumbuhan yang luar biasa, 1.260 spesiesnya dapat

digunakan sebagai obat. Sebaikmya kita merawat dan melestarikan kekayaan alam yang berupa

tanaman herbal tersebut dengan baik.

2. Sebaiknya bagi masyarakat yang ingin mengkonsumsi tanaman obat herbal, harus tahu terlebih

dahulu informasi tentang tanaman yang ingin digunakan dengan jelas dan penyakit yang akan

diobati.

3. Begitu juga dengan produk obat-obat tradisional yang beredar di pasaran, yang menggunakan

bahan alam, sebaiknya kita jangan sembarangan mengkonsumsinya dan jangan mudah tertarik

dengan harganya yang murah.

4. Kerja sama antara masyarakat, khususnya petani dan pemerintah akan dapat menjadikan

Indonesia menjadi salah satu negara terkemuka yang menghasilkan tanaman obat herbal

bermutu tinggi dan menjadikan pengobatan tradisional terutama herbal bukanlah sekedar

pengobatan alternative belak

15

DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah, dkk. 2004. Biologi SMA untuk Kelas IX. Jakarta: Esis.

Gayo, Iwan. 2007. Buku Pintar Seri Senior. Jakarta: Pustaka Warga Negara.

Hatikah, Tika dan Mulyanis. 2008. BASIS (Buku Aktivitas Siswa) Bahasa Indonesia

SMA. Jakarta: Erlangga.

Mumpuni, Y dan Ari W. 2011. Cara jitu Mengatasi Kolestrol. Yogyakarta: ANDI.

Redaksi Agro Media. 2005. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Soeryoko, H. 2011. 20 Tanaman Obat Paling Berkasiat Penakluk Asam Urat.

Yogyakarta: Andi.

Trubus. 368. Juli 2000.

16

BIODATA PENULIS

17

top related