أاوْقُ ارًانَ مْكُيْلِهْأوَ مْكُسَفُنْ · pdf filehari...
Post on 18-Feb-2018
243 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
AKHLAK PENDIDIK
Kelompok Tiga
Jefri Mardiansyah A : (201510010311044)
Syaikhul Islam : (201510010311047)
Deni Hidayatullah : (201510010311048)
A. Pengertian Pendidik
Pada hakikatnya seorang pendidik adalah orang yang memiliki tanggung
jawab untuk mendidik, (Ahmad dalam Bukhari, 2012: 68). Dan orang yang
memiliki tanggungjawab yang besar terhadap anak didik adalah orang tua (ayah
dan ibu), tanggungjawab itu disebabkan karena dua hal; pertama, ialah karena
kodrat, yaitu karena seseorang telah ditakdirkan bertanggungjawab dalam
mendidik anaknya. Kedua, karena kepentingan orang tua, yaitu orang yang
berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, suksesnya seorang
anak akan menjadi suksesnya kedua orang tua (Sudiyono, 2009: 110). Allah
menjelaskan dalam surat At-tahrim bahwasanya orang tua memiliki
tanggungjawab yang pertama dalam mendidik anaknya:
ارا...م ن
هليك
م وأ
فسك
نواأ
...ق
“peliharalah dirimu dan anggota keluargamu dari ancaman neraka. (QS. At-
tahrim: 6)
“Dirimu” yang disebut dalam ayat di atas adalah orang tua si anak, yaitu ayah
dan ibunya. Sedangkan anggota keluarga dalam ayat di atas ialah anak-anaknya.
Pada mulanya memanglah orang tua yang murni memiliki tanggung jawab
atas pendidikan anaknya, akan tetapi karena perkembangan pengetahuan,
keterampilan, sikap, serta kebutuhan hidup sudah semakin luas, maka orang tua
tidak akan mampu lagi melaksanakan sendiri tugas-tugas mendidik anaknya,
oleh karena itu tugas sebagai pendidik orang tua serahkan kepada sekolah, agar
pendidikan yang di dapatkan seorang anak dapat lebih efektif dan maksimal.
2
Dari penjelasan di atas, dapat kita fahami bahwasanya konteks pendidik
dalam pandangan Islam tidak hanya terbatas pada orang tua anak didik, akan
tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan anak, sejak dalam
kandungan hingga dewasa, atau bahkan hingga meninggal dunia.
B. Rasulullah Sebagai Suri Teladan Pendidik
Pendidikan memiliki peran sangat penting dan menentukan dalam
pembentukan kepribadian dan perkembangan peradaban manusia, khususnya
dalam membina manusia dan membebaskannya dari kebodohan, kegelapan,
dan kesesatan. Nabi Muhammad selain diutus sebagai Rasulullah, beliau juga
menyatakan dirinya sebagai pendidik bagi umatnya, sebagaimana dijelaskan di
dalam hadits:
ر روو عن عبد للا مم ر ر نرللسن ي للا نن عر أ
ري وول
ا للا عل
ر ل
ضل رن فحدهرا أ
نر وأ
ا خ
هرا ع
ا كل
قيدعو رسجده ف
ء ف
لا هؤ رر
لاحب أ
رو الفق ريتعل
ء ف
لا هؤ رر
اء رنعهم وأ
اهم وإ ش
عط
اء أ
إ ش
ي ف
بو إل
للا وي غ
ا ث
را ق
ت رعل
را بعث
ضل وإن
فهم أ
رو الجاهل ف
م ويعل
س فيهم والعل
مر جل
“Bahwasanya Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata, Pada suatu hari
Rasulullah keluar dari salah satu kamar beliau untuk menuju masjid. Di dalam
masjid, beliau mendapati dua kelompok pertama adalah golongan orang yang
sedang membaca Al-Qur’an dan berdoa kepada Allah. Sementara itu,
kelompok kedua adalah golongan orang yang sedang sibuk mempelajari dan
mengajarkan ilmu pengetahuan. Nabi kemudian bersabda, masing-masing
kelompok sama-sama berada dalam kebaikan. Terhadap yang sedang
membaca Al-Qur’an dan berdoa kepada Allah, maka Allah akan mengabulkan
doa mereka jika dia (Allah) menghendaki, begitu pula sebaliknya, doa mereka
tidak akan diterima oleh Allah jika dia (Allah) tidak berkenan mengabulkan
doa tersebut. Adapun terhadap golongan orang yang belajar-mengajar,
mereka sedang mempelajari ilmu dan mengajar orang yang belum tahu.
Mereka lebih utama. Maka ketahuilah sesungguhnya aku ini diutus untuk
3
menjadi seorang pengajar. Kemudian beliau ikud bergabung bersama
mereka”. (HR. Ad-Darimi)
Hadist di atas menginformasikan kepada kita bahwa Rasulullah tidak hanya
membemban tugas sebagai Rasul, akan tetapi beliau diutus juga sebagai
pengajar/ pendidik, di dalam Al-Qur’an juga jelaskan bahwa Rasulullah diutus
untuk mendidik manusia agar menjadi makhluk yang berakhlak mulia dan
terlepas dari kesesatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
م روولنا فيك
رول
را أ
م ك
يك
و عل
تل م
رنك
كتاب أ
م ال
رك
م ويعل
يك
اتنا ويزك
و كم ت
م را ل
رك
ويعل
رة
حك
رو وال
عل
وا ت
ن
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami
telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat
Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-
Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu
ketahui.” (Al-Baqarah: 151).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
ش
ن
ول
ر الل
رعبد إل
ن
رلم أ
نا وبينك
لرة وواء نين
ا ك
وا إل
عال
كتاب ت
هل ال
ا أ ل
ك ق
يئا ولهدوا ن ش
وا اش
قول
وا ف
رول
إ ت
م ف
ربانا رن دو الل
بعضنا بعضا أ
خذ تر
ا رسلرو نر نأ
“Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak
kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun
dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan
selain Allah”. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka:
“Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah)”. (Ali Imran: 64).
4
Demikianlah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membina dan mendidik
para sahabatnya sehingga mereka menjadi generasi terbaik. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
نوبك
نا أ
ث نا حدر
ث : حدر
ال
ق
بي نك
ل
لفظ
رد وال
لجاع نن رخ
وش
يبة
بي ش
نن أ
م عن بهي ال
م عن السديم عن عبدالل
م عن زا ئدة الجعفي حسن م وهوإنن ع
ة
ج عا ئش ر
ال
ت: وأ
ال:. ق بي نر
ي ل ال
مر أ
ا في م ث
نذي أ
ر ال
قا : ال
نر؟ ق
اس خ النر
لث
مر الث
ا نيم ث
ث .ال
“Telah menyampaikan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Syuja’u bin
Makhladi, dan Abu Bakr berkata: telah menyampaikan pada kami Husain dan
dia ibnu ‘Ali Al-Ju’fi, dari za’idah, dari Sadi, dari Abdullah Al-Bahi, Dari
‘Aisyah berkata, seorang lelaki bertanya kepada Nabi: Siapakah manusia
yang paling mulia? Generasi yang dimana aku ada di dalamnya, kemudian
yang kedua, kemudian yang ketiga”. (HR Muslim: 2536).
Salah satu hadits yang menjelaskan bagaimana pendidikan yang Rasulullah
ajarkan pada orang tua, yaitu menyuruh anak saat usia tujuh tahun untuk
menunaikan shalat, dan memukulnya saat usia sepuluh tahun jika seorang anak
tidak mau menunaikan shalat, Rasulullah bersabda:
نا إن اهيم نن وعدم عن عبد ث باعم حدر
ىم يعني نن الط د نن عيس نا رحرر
ث حدر
م ري وول
ا للا عل
ربي ل ا النر
ا :ق
هم ق
ني م عن جد لك نن وبرةم عن أ
مروا ،ال
يها.ا ضربوه عل
فر سنين
عش
غا بل
، وإذ
سبع سنين
غا بل
ة إذ
ال بي باالص الص
“Telah menyampaikan kepada kami, Muhammad bin ‘Isa, yaitu ibnu Thaba’i,
telah menyampaikan kepada kami Ibrahim bin Sa’di, dari Abdul Malik bin
Sabrah, dari ayahnya, dari kakeknya berkata, Nabi bersabda: Perintahkanlah
anak-anak untuk shalat ketika mereka memasuki usia tujuh tahun, dan ketika
memasuki usia sepuluh tahun pukullah mereka jika mereka tidak mengerjakan
shalat”. (HR. Abu Daud: 494).
5
Begitulah Rasulullah memberikan contoh dalam mendidik, maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk mencontoh dan mengikuti
Rasulullah:
خ و
يوم ال وال
ر جو الل ا
ن ك
ل
حسنة
ووة
أ
رم ي روو الل
كا ل
د ك
ق ل
ذك
ثنرا ك
ر الل
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (al-Ahzab: 21).
Juga dalam ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ق عظيم لا خ
ع
ك ل وإنر
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (al-
Qalam: 4).
C. Peran Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan
1. Peran Orang tua
Anak adalah amanah bagi orang tuannya, seorang anak bagai permata
yang sangat berharga. Bila seorang anak dibiasakan dan diajarkan kebaikan,
maka ia akan tumbuh di atas kebaikan itu, namun jika sebaliknya seorang
anak dibiasakan dengan kejelekan dan dibiarkan seperti binatang maka ia
akan tumbuh di atas kejelekan itu, (Al-Ghazali dalam Jamal, 2009: 23).
Cara orang tua menjaga anaknya adalah dengan cara mendidiknya,
membiasakannya dan mengajarinya akhlak yang baik, serta memberikan
lingkungan yang baik dalam kehidupan sehari-harinya. Ketika orang tua
sudah melihat anaknya memiliki tanda-tanda tamyiz (bisa membedakan
baik dan buruk), maka ia harus diberikan pengawasan yang baik. Tanda
pertama adalah munculnya sifat malu. Apabila seorang anak memiliki sifat
malu, dan meinggalkan sebahagian perbuatan tertentu, maka yang demikian
itu pertanda seorang anak sudah mulai bisa berfikir dengan baik, sehingga ia
bisa membedakan mana perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk
(Jamal, 2009: 23).
6
Orang tua memiliki peranan yang sangat besar terhadap suksesnya
pendidikan seorang anak, karena di dalam keluargalah seorang anak
mendapatkan pendidikan pertama kalinya, dan di dalam keluarga pula
seorang anak dapat terjaga fitrah keimanannya, sebagaimana Rasulullah
bersabda:
وليد. حدر نا حاجب نن ال
ث ه ي. حدر . عن الز بيدي د نن ح ب عن الزر نا رحرر
ث
ا را روو للا ل
قو : ق ا
ك نر
أبي ه ي ة
سيب عن أ
برني وعيد نن ال
خأ
م: ري وول
رة للا عل
فط
ى ال
د عل
يول
ود إال
ما من مول
ص دانه وين
بواه يهو أرانه ف
سانه. و يمج
“Telah menyampaikan pada kami Hajin bin Al-Walid, telah menyampaikan
pada kami Muhammad bin Harbi dari Az-Zabidi, dari Zuhri, mengabarkan
padaku Sa’id bin Musaib dari Abi Hurairah, bahwasanya dia berkata: Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Setiap anak tidak dilahirkan
melaikan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya sebagai Yahudi, Nashrani atau Majusi. (HR. Muslim:
2658).
Ada beberapa tanggung jawab pendidikan yang perlu dibina orang tua
terhadap anaknya
a. Memelihara dan membesarkannya
b. Melindungi dan menjamin kesehatannya
c. Mendidik dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
berguna bagi hidupnya
d. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya
pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah. (Novan dan Barnawi,
2012: 57-59)
di dalam Al-Qur’an dijelaskan bagaimana seharusnya mendidik seorang
anak, yaitu terdapat di dalam kisah Luqman. Allah Azza wa Jalla berfirman:
7
قرا ل ا ل
ق
م عظيم وإذ
لظ
ك ل
م إ ر الش
ر ك نالل
ش
ت
ا ننير ل
نن وهو يعظ
Dan (ingatlah) ketika Lukmân berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya : “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah Azza wa Jalla , sesungguhnya mempersekutukan
(Allah Azza wa Jalla ) adalah benar-benar kezhaliman (ketidak adilan)
yang besar”.
ي عارن أ
ا وهن وفصال
وهنا ع ر
ت أ
حرل سا نوالد
ن
ينا ال وولر
ر ك إل ل ولوالد
ك
صنر اش
ال
Dan Kami perintahkan kepada manusia (supaya berbuat baik) kepada dua
orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.
طعهرا م ولاحبهرا ت
ل
م ف
ك ن عل
يس ل
ك بي را ل
ش
ت
ا أ
وإ جاهداك ع
م ئك
ب نأم ف
ر ر جعك
مر إل
ر م ث
اب إل
نبع وبيل رن أ ا م واتر
يا رع وف
ن را ن ي الد
و عرل
نتم ت
ك
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan sesuatu dengan
Aku, hal yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, kemudian akan Ku-beritakan kepadamu kelak
apa yang telah kamu kerjakan.
و ي راوات أ و ي السر
ة أ
ن ي صخ
تك
د ف
ة رن خ ا حبر
قك رث
ها إ ت ا ننير إنر
بنر ال
خ
طيف
ل
ر م إ ر الل
رت بها الل
أ رض
(Lukmân berkata):”Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah Azza wa Jalla akan mendatangkannya
(membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha halus lagi Maha mengetahui.
8
لانك م إ ر ا را أ
والبر ع
نك
عن ال
ع وف وان
ر نال
وأ
ة
ل قم الصر
ا ننير أ
رور لك رن عزم ال
ذ
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah Azza wa Jalla )
تا لر رخ
حب ك
ل
ررض ر حا م إ ر الل
رش ي ال
ت
اس ول ك للنر در
خ
صع ت
ول
ور خ
ف
Dan janganlah memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah Azza wa Jalla tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.
حرنر صوت ال
لوات ل
ال
كنضض رن لوتك م إ ر أ
يك واغ
صد ي رش
واق
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Luqman: 13-19)
Demikianlah pelajaran penting dari Luqman kepada anaknya yang
termuat dalam Surah Luqman, ayat 13-19. Intisari dari pelajaran Luqman
tersebut adalah pendidikan penting bagi masa depan seorang anak, terutama
masa depan ukhrawi, pendidikan seperti inilah yang harus dicontoh orang
tua, sebagai bekal memberikan pendidikan yang baik untuk anak-anaknya.
Oleh karena itu hendaklah orang tua memperhatikan betul akan
pendidikan anaknya, karena kelak hal itu pasti akan diminta pertanggung
jawaban di hadapan Allah.
عن ليث
رنا ال
ث د نن ررح. حدر نا رحرر
ث . وحدر
يث
نا ل
ث نن وعيد. حدر
تيبة
نا ق
ث حدر
ي وو ا للا عل
ر ل
بي افع. عن نن عر . عن النرا ن
ق نر
م أ
رم راع. و ل
كل ك
لم : أ
كلك
ت . اس راعم وهو رسئو عن رعير ا النرذي ع
ررنر ال
ال
ت . ف رسئو عن رعير
9
راعية
ة أ هل نيت م وهو رسئو عنهم. وال
ا أ
جل راع ع ا نيت بعله وال ر
ا ع
لا را ويدهم وهو رسئو عن . أ
عبد راع ع
عنهم. وال
ةدهم وه رسئول
وول
م رسئو كلم راع. وك
كلكت .ف عن رعير
“Telah menyampaikan pada kami Qutaibah bin Sa’id, dan telah
menyampaikan pada kami Muhammad bin ruhmi, telah menyampaikan
pada kami Al-Laitsu dari Nafi’, dari ibnu ‘Umar, dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam Bahwasanya dia bersabda: Setiap kalian adalah
pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas
yang dipimpinnya. Seorang penguasa yang menjadi pemimpin bagi
manusia, dan dia bertanggungjawab atas yang dipimpinnya, dan seorang
lelaki adalah pemimpin bagi keluarganya, dan bertanggungjawab atas
yang dipimpinnya, dan seorang perempuan adalah pemimpin bagi
keluarga dan anaknya, dan dia bertanggungjawab atas yang
dipimpinnya, dan seorang hamba adalah pemimpin bagi harta tuannya,
dan dia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, maka setiap kalian
adalah pemimpin yang bertanggungjawab atas yang dipimpinnya”. (HR.
Muslim: 1829).
2. Peran Guru
Guru atau pendidik adalah orang tua kedua bagi anak didiknya. Apabila
orang tua memiliki tanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang baik
saat seorang anak berada di luar sekolah, maka seorang guru memiliki
tanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang baik saat seorang anak
berada di sekolah, (Novan dan Barnawi, 2012: 97). Oleh karena itu, mau tidak
mau para guru juga berperan besar mewarnai seorang anak. Anak laksana
kertas putih yang secara fithroh bersih, suci dan orang tua serta gurulah yang
berperan besar untuk mewarnai anak menjadi merah, hijau, kuning, atau
perpaduan warna lainnya. Hal tersebut membuat pendidik memiliki tugas
dan tanggung jawab yang besar, yang tidak dapat diremehkan dan dipandang
sebelah mata.
Sebagai pemegang amanat, guru bertanggung jawab untuk mendidik
peserta didiknya secara adil dan tuntas dan mendidik dengan sebaik-baiknya
10
dengan memperhatikan nilai-nilai humanism, karena pada saatnya nanti
seorang guru akan dimintai pertanggungjawaban atas pekerjaannya
tersebut.
روا إ ر للا حك
ت
اس أ رتم نن النر
ا حك
هلها وإذ
ا أ
ات إل
ران
وا ال د
ؤ ت
م أ
ر ك
أ
عد إ ر للا ا نع ناال م ن إ ر للا رر
كا وريعا نصنر يعظ
ك
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah member pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Al-
Nisa’: 58).
D. Keutamaan Pendidik
1. Terbebas Dari Kutukan Allah
Sehubungan dengan itu terdapat hadits Rosulullah:
بي ه ي ة
قو ورعت روو للا عن أ قو م
ري وول
ا للا عل
ر ل
الإن أ
عون مل
ةعون
يا مل
ن ر للا الد
ذك
ما فيها إال
علو مع
ه وعال أ
وما وا ال
“Abu Huroiroh meriwayatkan bahwa ia mendengar Rosulullah saw
bersabda, ketahuilah, bahwa sesungguhnya dunia dan seisinya terkutuk,
kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang terlibat dengannya, dan orang
yang tau (guru) atau yang belajar”. (HR.AT-Tirmidzi)
Dalam hadits ini di tegaskan bahwa yang tau (guru atau pendidik) adalah
orang yang selamat dari kutukan Allah. Ini merupakan keutamaan yang
sangat berharga. Dari hadits ini dapat di pahami bahwa tidak semua yang
berpredikat guru, dijamin Rosulullah selamat dari kutukan. Guru yang di
maksud adalah guru yang berilmu, dan mengamalkan ilmunya, serta
mengajarkannya dengan ikhlas untuk mendapatkan ridho Allah.
2. Didoakan oleh Penduduk Bumi
sehubungan itu ada hadits yang menjelaskan sebagai berikut:
11
ر بي أ
عن أ
م رجل
ري وول
ا للا عل
رك ل وو للا ل
ا ذ
ق باه
ال
ارة
م ري وول
ا للا عل
را روو للا ل
ق عالم ف
خحدهرا عاند وال
ضل أ
ف
ا ق
ث
اكدنى أ
ضلي عل
فعابد ك
ى ال
عال عل
ي ال
ى للا عل
ه ل رسول للا صل
في جهرها ةملى الن حت
رضين
موات وال هل الس
ه وأ
عئك
ومال
إن للا
وسل
ير خاس ال
الن
ى معل
عل
ون
ليصل
ى الحوت وحت
“Abu Umamah Al-Bahili berkata, “Diceritakam kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alai wa sallam, dua orang laki-laki: seorang abid (orang yang
banyak banyak beribadah) dan seorang alim (orang yang banyak ilmu).
Beliau bersabda: Kelebihan alim daripada abid adalah kelebihanku dari
kamu yang paling rendah, kemudian beliau berkata lagi, sesungguhnya
Allah, malaikat-Nya, penduduk langit dan bumi, sampai semut yang
berada dalam sarangnya, serta ikan bershalawat (memohon rahmat)
untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia (pendidik atau
guru).”(HR. At-Tirmidzi).
informasi dalam hadits di atas mencakup bahwa Allah memberikan
Rahmat dan berkah kepada guru. Selain itu, malaikat juga penduduk langit
dan bumi termasuk semut yang berada di sarang, ikan yang berada di laut
mendoakan kebaikan untuk guru yang mengajar orang lain. Ini semua adalah
keutamaan yang diberikan Allah kepada guru.
3. Mendapat Pahala yang Berkelanjutan
sehubungan dengan keutamaan ini di temukan hadits sebagai berikut:
ا إذ
م ق
ري وول
ا للا عل
ر ر روو للا ل
أبي ه ي ة
عن أ
قسا ان
ع ا رات الن
ط
دعول د لالح
ع ن وول
تف
ن م
ة وعل ة جارير
ث لدق
ل رن ث
ر إل
عرل
“Abu Hurairah meriwayatkan Rosulullah bersabda: apabila manusia
meninggal dunia terputuslah amalanya kecuali tiga hal, yaitu sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan (orang
tua)nya”. (HR.An-Nasai, AT-Tirmidzi,dan Al-Baihaqi).
Dalam hadits di atas terdapat informasi bahwa ada tiga hal yang selalu
diberi pahala oleh Allah pada seseorang, kendatipun ia sudah meninggal
12
dunia. Tiga hal tersebut, ialah: (1). Sedekah jariyah (wakaf yang lama
kegunaannya), (2). Ilmu yang bermanfaat, (3). Doa yang dimohonkan anak
yang sholeh kepada orangtuanya. Sehubungan dengan pembahasan yang ini
adalah ilmu yang bermanfaat. Artinya, ilmu yang diajarkan seorang guru
(alim atau guru) kepada orang lain dan tulisan (karangan) yang dimaksud
oleh penulis untuk di manfaatkan orang lain. Pahala yang berkelanjutan
merupakan keutamaan yang diperoleh pendidik.
Keutamaan ini di berikan kepada guru karena ia sudah memberikan
sesuatu yang sangat vital dalam kehidupan manusia. (Al Ghozali dalam
Bukhari, 2012: 75), mengatakan kalau sekiranya orang-orang berilmu tidak
ada , niscaya manusia akan bodoh seperti hewan. Karena hanya dengan
mengajar, para ulama dapat menaikan orang dari tingkat kehewanan ke
tingkat manusia.” Selain dengan mengajar, deorang alim atau guru dapat
menyebarluaskan ilmu kepada orang lain melalui aktivitas mengarang atau
menulis buku.
E. Sifat-sifat pendidik
1. Sifat Lemah Lembut dan Kasih Sayang
Pendidik yang mampu bersikap santun kepada peserta didiknya sesuai
dengan tuntunan Allah dalam Al qur’an, dijelaskan dalam dalilnya berikut:
برا رحرة وا رن حولكم ف ض
فن
ب للق ال
ليظ
اغ
ظ
نت ف
و ك
همم ول
ن للا لنت ل
ر
ا للام ل ع
رتوك
ا عزرت ف
إذ
ر م ف
اورهم ي ال
هم وش
ف ل
عنهم واوتغ
عف
فا
لن توك
حب ال إ ر للا
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.(Ali Imron : 159)
13
Andaikata (Muhammad) bersikap kasar dan galak dalam muamalah
dengan mereka (kaum muslimin), niscaya mereka akan bercerai (bubar)
meninggalkan engkau dan tidak menyenangimu. Dengan demikian engkau
tidak dapat menyampaikan hidayah dan bimbingan kepada mereka ke jalan
yang lurus, (Ahmad dalam Bukhari, 2012: 88). Berdasarkan tafsir ini,
seorang pendidik harus memiliki rasa santun kepada setiap peserta didiknya.
Jika tidak, maka sikap kasar itu akan menjadi penghalang baginya untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Sejalan dengan itu, Rasulullah menyampaikan secara lebih tegas agar
umanya (termasuk pendidik) untuk memiliki rasa kasih sayang,
sebagaimana terlihat dalam hadits berikut ini:
حم م ا رن ل يس رنر
م ل
ري وول
ا للا عل
را روو الل ل
ا م ق
اس ق عن نن عبر
ا ويوق
لغنرن
نك
ع وف وين عن ال
ر ناال
ا ويأ
بنرن
ك
“Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasullulah bersabda: “bukanlah
termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi orang yang lebih
muda, tidak memuliakan orang yang lebih tua, tidak menyuruh berbuat
ma’ruf, dan mencegah perbuatan mungkar.” (HR. At-Tirmidzi).
Kandungan hadits ini bersifat umum, berlaku untuk seluruh umat nabi
muhammad saw. Pendidik harus memiliki sifat kasih sayang kepada peserta
didik agar mereka menerima pendidikan dan pengajaran dengan hati yang
senang dan nyaman. Segala proses edukatif yang dilakukan oleh pendidik
harus diwarnai dengan sifat ini.
2. Mengembalikan Semua Ilmu Kepada Allah
Seorang pendidik harus memiliki sifat Tawawadhu, tidak merasa paling tahu
atau serba tau. Apabila ada hal-hal yang tidak diketahui dengan jelas, iya
sebaiknya mengembalikan persoalan itu kepada Allah. Sehubungan dengan
ini terdapat hadis berikut:
ي و ا للا عل
را وئل روو للا ل
ي للا عنهرا ق اس رض م عن و عن انن عبر
رل
وا عارلن انم نرا ك
عل
هم أ
قل خ
ا للا إذ
ق كن ف
ش د ال
ول
أ
14
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah ditanya tentang anak-anak
orang musryik. Lalu beliau menjawab, “Allah maha mengetahui apa yag
mereka kerjakan saat mereka di ciptakan.” (HR.Bukhori dan Muslim).
Dalam hadits ini bahwa Rasulullah ditanya oleh sahabat tentang nasib
anak-anak musyrik pada hari kiamat nanti. Beliau menjawab, “Allah lebih
mengetahui.” atau “Allah mengetahui apa yang mereka lakukan.” Di sini
terlihat beliou tidak selalu menjawab pertanyaan yang di ajukan kepadanya.
kendati beliou adalah seorang Rasulullah. Beliau tidak merasa risih dengan
memberikan jawaban yang pasti. Itulah sesungguhnya sikap yang harus
dimiliki oleh setiap pendidik. Apabila ada hal yang diragukan atau belum di
ketahui samasekali, jangan segan mengatakan “Allah Maha tahu.” Itu adalah
salah satu bentuk sikap tawadhu seorang hamba.
3. Memperhatikan Keadaan Peserta Didik
Agar pendidikan dan pengajaran dapat terlaksana dengan efektif, pendidik
perlu memperhatikan keadaan peserta didiknya. Hal-hal yang perlu di
perhatikan adalah minat, perhatian, kemampuan, dan kondisi jasmani
peserta didik. Pendidik jangan sampai memberikan beban pelajaran yang
melebihi batas kemampuan peserta didiknya. Sehubungan dengan ini
terdapat hadits:
ة ي وعظ
نا ناال
ل ور
تخ م
ري وول
ا للا عل
ربي ل ا النر
ا ك
عن انن رسعود ق
رة أ السر
اهة
ام ك ر
ينا ال
عل
Dari Ibnu Mas’ud ia menceritakan, “Nabi selalu menyelangi hari-hari
belajar untuk kami untuk menghindari kebosanan kami.” (HR.Al-Bukhori).
Dalam hadits ini terdapat informasi bahwa rosulullah saw mengajar para
sahabat tidak setiap hari, hal itu dilakukan untuk menghindari kebosanan
kepada pelajaran. Itu bererti beliau memperhatikan kondisi para sahabat
(peserta didik) dala, mengajar. Mereka membutuhkan selingan waktu untuk
istirahat.
Menurut (Muhammad Utsman dalam Bukhari, 2012: 91), di antara
temuan riset mutakhir dalam proses belajar adalah jadwal waktu belajar.
15
Dengan kata lain, dalam proses belajar harus ada rentang waktu untuk
istirahat. Hal ini sangat penting dalam proses belajar yang tepat. Dengan
mengatur jadwal waktu belajar, pelajaran yang disampaikan diwaktu
berikutnya dapat di cerna dengan baik. Oleh karena itu, prinsip belajar
dengan membagi waktu belajar dapat menghilangkan rasa lelah dan bosan.
Sebelum para ahli kejiwaan modern menemukan prinsip ini, empat belas
abad yang silam Al-Qur’an telah mempraktikanya. Prinsip ini ditandai
dengan pristiwa di turunkanya Al-Qur’an secara berangsur-angsur selama 23
tahun. Tujuannya memberikan waktu yang dapat memungkinkan kaum
muslimin mudah menghafalkannya.
4. Berlaku dan Berkata Jujur
Seorang pendidik harus bersifat jujur kepada peserta didiknya sebagaimana
yang di tunjukan oleh rosulullah saw dalam hadits berikut:
ةم ورا جنرا ال
برر يهدي إل
إ ر ال
ف
بر ا ال
دق يهدي إل
إ ر الص دق ف
ص م نا ال
يك
عل
زا قا تب عندللا لد
ك ى دق حتر
ص صدقم ويتح ر ال جل ر
ال
“Hendaklah kalian jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan,
dan kebaikan akan membawa kepada surga, seorang itu selalu jujur, dan
memilih kejujuran hungga ia ditulis disisi Allah sebagai orang orang yang
jujur. (HR.Muslim).
5. Pendidik Harus Adil
Sehubungan dengan perkara ini terdapat hadist yang menjelaskan,
م ن ع ري وول
ا للا عل
را روو للا ل
ا م ق
عرا نن بشنر ق و الن
اعدل
ا بين
. ائك
بن أوا بين
اعدل
ائك
بن أ
Dari Nu’man bin Basyir, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Berlaku
Adillah kamu di antara anak-anakmu! Berlaku adillah kamu di antara
anak-anakmu!” (HR. An-Nasa’I dan Al-Baihaqi).
Dalam hadits ini Rasulullah dengan tegas memerintahkan umatnya
untuk senanntiasa berlaku adil terhadap anak-anaknya. Dalam konteks
pendidikan, peserta didik adalah anak pendidik. Dengan demikian,
16
hendaklah seorang pendidik berlaku adil dalam berbagai hal terhadap
peserta didiknya.
(Muhammad dalam Bukhari, 2012: 80-81), menegaskan agar pendidik
harus memiliki sifat-sifat keadilah, kesucian, dan kesempurnaan. Keadilan
pendidik terhadap peserta didik mencakup banyak hal, seperti memberikan
perhatian, bimbingan, dan pengajaran hingga member nilai. Jika seandainya
pendidik tidak memperhatikan hal ini, maka bias dipastikan ia tidak akan
disenangi peserta didiknya, dan jika seorang guru sudah tidak disenangi oleh
peserta didiknya, maka jelas hal ini akan mengakibatkan suatu proses
pendidikan yang tidak optimal.
6. Pendidik Harus Berniat Ikhlas
Berkaitan dengan hal ini terdapat hadits yang menjelaskan,
ي ا للا عل
را ورعت روو للا ل
ي للا عن ق اب رض
رط
عن عر نن الخ
قو م رعمال وول
ما ال
إن
تنمن ك
وى، ف
امرئ ما ن
ل ما لك
ات، وإن ي
نبال
يا ه لدن
هجرت
تانى للا ورسوله، ومن ك
ه إل
هجرت
ى للا ورسوله ف
ه إل
هجرت
يه ى ما هجر إل
ه إل
هجرت
كحها ف
ة ين
و إمرأ
يصيبها أ
Umar bin Al-Khaththab berkata,”aku mendengar Rasulullah saw
bersabda,’setiap amal perbuatan harus disertai niat, barang siapa yang
berhijrah untuk mengharapkan dunia atau seorang perempuan untuk
dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang di niatkan.”(HR.Al-
Bukhori dan Muslim).
Dalam hadits di atas terdapat informasi bahwasannya seluruh amal
perbuatan harus didasari dengan niat. Menurut (Al-Khauni dalam Bukhori,
2012:81), seakan-akan Rasulullah memberikan pengertian bahwa niat itu
bermacam-macam sebagaimana perbuatan. Seperti orang yang melakukan
perbuatan dengan motivasai ingin mendapat ridho Allah dan apa yang di
janjikan kepadanya atau ingin menjauhkan diri dari ancaman-Nya. Niat yang
benar adalah keinginan dalam hati dalam malaksanakan kegiatan untuk
mendapatkan ke ridhoan Nya.
17
Pendidik hendak membebaskan niatnya, semata-mata untuk Allah
dalam seluruh pekerjaan edukatifnya; baik berupa perintah, larangan,
nasihat, pengawasan, maupun hukuman. Buah yang di petiknya adalah ia
akan melaksanakan metode pendidikan, mengawasi anak secara edukatif
terus-menerus, di samping mendapat pahala dan keridhoan Allah. Ikhlas
dalam perkataan adalah sebagian dari asas iman dan keharusan islam. Allah
tidak akan menerima perbuatan tanpa dikerjakan secara ikhlas.
Mengapa pendidik harus memiliki sifat ikhlas? Dengan keikhlasan
karena Allah, pendidik dalam melaksanakan tugasnya akan mendapat
kemudahan. Karena sasaran pendidikan adalah hati. Apa yang diberikan hati
akan di terima oleh hati dengan baik. Dengan demikian, proses pendidikan
akan mencapai hati yang optimal. Selain itu yang tidak kalah pentingnya
semua proses pendidikan yang diberikan oleh pendidik dengan ikhlas akan
di hitung sebagai ibadah kepada Allah. Jadi, sangat sulit jika melaksanakan
tugas pendidikan tanpa disertai niat yang ikhlas.
Daftar Pustaka
Abdurrahman Jamal. 2009. Cara Nabi Menyiapkan Generasi. Surabaya: La Raiba Bima Amanta.
Barnawi & Wijayani Ardi Novan. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. Umar Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi, Pendidikan Dalam Perspektif Hadis. Jakarta:
Amzah. Sudiyono. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Tahqiq Al-Haj Haani. Syarhu Shahih Muslim. Mesir: Al-Maktabah At-Taufiiqiyah. Al-Azdi Al-Sajtani Al-Asyats ibnu Sulaiman Dawud Abi. Sunan Abi Daawud. Daaru
Al-Fiqr.
top related