amilase dan produksinya

22
DETEKSI DAN PRODUKSI AMILASE oleh : Hamdani Mahbub Junaidi -------------------------------------------------------------- ---------------------------- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar mikroorganisme memindahkan berbagai macam molekul kecil melewati sel-sel atau membran plasma dan memetabolismenya. Substansi ini termasuk glukosa, asam amino, peptida kecil, nukleotida dan phosphat serta ion organik lainnya. Sebagai tambahan, untuk endoenzim yang diproduksi untuk digunakan sel, banyak bakteri (dan fungi) memproduksi eksoenzim dan melepaskannya melalui sel atau membran plasma. Enzim (eksoenzim) yang berperan dalam merubah karbohidrat komplek adalah karbohidrase, amilase, selulase. Pati merupakan substansi yang terlebih dahulu harus diubah menjadi molekul lebih sederhana agar dapat diserap oleh sel. Mikroorganisme memproduksi enzim untuk memecah substansi di dalam sel, salah satunya adalah amilase (Black, 2005). Amilase juga banyak digunakan pada industri makanan. Amilase dapat digunakan sebagai pengontrol viskositas sirup

Upload: nina-asriana-andi

Post on 18-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kimia enzim

TRANSCRIPT

Page 1: Amilase dan produksinya

DETEKSI DAN PRODUKSI AMILASE

oleh :

Hamdani Mahbub Junaidi

------------------------------------------------------------------------------------------

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar mikroorganisme memindahkan berbagai macam molekul kecil melewati

sel-sel atau membran plasma dan memetabolismenya. Substansi ini termasuk glukosa, asam

amino, peptida kecil, nukleotida dan phosphat serta ion organik lainnya. Sebagai tambahan,

untuk endoenzim yang diproduksi untuk digunakan sel, banyak bakteri (dan fungi)

memproduksi eksoenzim dan melepaskannya melalui sel atau membran plasma. Enzim

(eksoenzim) yang berperan dalam merubah karbohidrat komplek adalah karbohidrase,

amilase, selulase. Pati merupakan substansi yang terlebih dahulu harus diubah menjadi

molekul lebih sederhana agar dapat diserap oleh sel. Mikroorganisme memproduksi enzim

untuk memecah substansi di dalam sel, salah satunya adalah amilase (Black, 2005).

Amilase juga banyak digunakan pada industri makanan. Amilase dapat digunakan

sebagai pengontrol viskositas sirup cokelat dan minuman beralkohol (brewing). Amilase

diproduksi oleh banyak jenis mikrobia, akan tetapi mikrobia yang sering digunakan dalam

skala industri adalah Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis, Bacillus amyloquaifaciens dan

Aspergillus niger (Inchem, 2008). Oleh karena pentingnya enzim amilase, maka praktikum

tentang Isolasi dan Deteksi Amilase perlu sekali dilakukan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilaksanakan praktikum tentang Isolasi dan Deteksi Amilase adalah

untuk mempelajari deteksi adanya enzim amilase, mempelajari proses produksi amilase dan

mempelajari uji enzim amilasi yang telah diproduksi.

Page 2: Amilase dan produksinya

1.3 Manfaat

Manfaat yang diharapkan pada praktikum ini adalah bisa mendeteksi bakteri-bakteri apa

saja yang bisa memproduksi amilase, bisa menghasilkan amilase dengan mikroorganisme

tertentu, serta mengetahui kualitas suatu amilase yang dihasilkan oleh bakteri tertentu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Enzim Amilase

Enzim adalah molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino dalam

komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzim memegang peranan penting

dalam berbagai reaksi di dalam sel. Sebagai protein, enzim diproduksi dan digunakan oleh sel

hidup untuk mengkatalisis reaksi, antara lain konversi energi dan metabolisme pertahanan

sel. Amilase mempunyai kemampuan untuk memecah molekul-molekul pati dan glikogen

Molekul pati yang merupakan polimer dari alfa-D-glikopiranosa akan dipecah oleh enzim

pada ikatan alfa-1,4- dan alfa-l,6-glikosida (Biogen, 2008).

Amilase merupakan enzim yang paling penting dan keberadaanya paling besar, pada

bidang bioteknologi, enzim ini diperjual belikan sebanyak 25% dari total enzim yang lainya.

Amilase didapatkan dari berbagai macam sumber, seperti tanaman, hewan dan

mikroorganisme. Amilase yang berasal dari mikroorganisme banyak digunakan dalam

industri, hal ini dikarenakan mikroorganisme periode pertumbuhanya pendek. Amilase

pertama kali yang diproduksi adalah amilase yang berasal dari fungi pada tahun 1894

(Oliveira, 2008).

Enzim alfa-amilase merupakan enzim yang banyak digunakan pada berbagai macam

makanan, minuman dan industri tekstil. Alfa amilase ekstra seluler dihasilkan dari beberapa

bakteri, diantaranya adalah Bacillus coagulans, B. stearothermophilus dan B. licheniformis

(Biogen, 2008).

2.2 Macam-macam Enzim Amilase

Page 3: Amilase dan produksinya

Secara umum, amilase dibedakan menjadi tiga berdasarkan hasil pemecahan dan letak

ikatan yang dipecah, yaitu alfa-amilase, beta-amilase, dan glukoamilase. Enzim alfa-amilase

merupakan endoenzim yang memotong ikatan alfa-1,4 amilosa dan amilopektin dengan cepat

pada larutan pati kental yang telah mengalami gelatinisasi. Proses ini juga dikenal dengan

nama proses likuifikasi pati. Produk akhir yang dihasilkan dari aktivitasnya adalah dekstrin

beserta sejumlah kecil glukosa dan maltosa. Alfa-amilase akan menghidrolisis ikatan alfa-1-4

glikosida pada polisakarida dengan hasil degradasi secara acak di bagian tengah atau bagian

dalam molekul. Enzim beta-amilase atau disebut juga alfa-l,4-glukanmaltohidrolas E.C.

3.2.1.2. bekerja pada ikatan alfa-1,4-glikosida dengan menginversi konfigurasi posisi atom

C(l) atau C nomor 1 molekul glukosa dari alfa menjadi beta. Enzim ini memutus ikatan

amilosa maupun amilopektin dari luar molekul dan menghasilkan unit-unit maltosa dari

ujung nonpe-reduksi pada rantai polisakarida. Bila tiba pada ikatan alfa-1,6 glikosida

aktivitas enzim ini akan berhenti. Glukoamilase dikenal dengan nama lain alfa-1,4- glukan

glukohidro-lase atau EC 3.2.1.3. Enzim ini menghidrolisis ikatan glukosida alfa-1,4, tetapi

hasilnya beta-glukosa yang mempunyai konfigurasi berlawanan dengan hasil hidrolisis oleh

enzim a-amilase. Selain itu, enzim ini dapat pula menghidrolisis ikatan glikosida alfa-1,6 dan

alfa-1,3 tetapi dengan laju yang lebih lambat dibandingkan dengan hidrolisis ikatan glikosida

a-1,4 (Biogen, 2008).

2.3 Substrat dan Kondisi Untuk Sintesis Enzim Amilase

Oliveira (2004) menyatakan bahwa dari sejumlah sumber karbon yang diuji dan

ditelitinya, maltosa merupakan substrat yang terbaik untuk produksi protein dan amilase.

Umumnya tepung gandum dan tepung jagung juga merupakan sumber karbon yang bagus

untuk amilase rizhobia.

Eduardo (2000) dalam penelitianya mengatakan bahwa pada produksi amilase,

penambahan kalsium (10 mM) atau pepton 1% pada ekstrak yeast pada mediun mineral, akan

memperpendek periode lag dan menambah pertumbuhan dan sintesis amilase. Penambahan

glukosa pada kultur mengurangi dari sintesis a-amilase, hal ini bisa disebabkan karena

glukosa mempengaruhi kegiatan bakteri ini. Suhu optimum pada sintesis amilase adalah

sekitar 500 C dan pH optimum untuk sintesis amilase sekitar 7,0. Ekstrak enzim

dipertahankan aktivitasnya 100% ketika diinkubasi selama 1 jam pada suhu 900 C dan 40%

pada suhu 600 C selama 24 jam.

Page 4: Amilase dan produksinya

Komposisi dan konsentrasi media sangat mempengaruhi produksi dari enzim amilase

ekstraseluler pada bakteri, yeast, dan Aspergillus sp. Shinke dalam Srivastava (2008)

menyatakan bahwa komposisi medium sangat mempengaruhi produksi amilase, seperti

halnya sporulasi pada Bacillus cereus. Keberadaan pati akan menginduksi produksi amilase.

Keadaan lingkungan dan sumber nitrogen pada media kultur juga akan mempengaruhi

pertumbuhan produksi amilase. Disamping karbon dan nitrogen, sodium dan garam

potassium, ion metal, dan detergen juga akan mempengaruhi produksi amilase dan

pertumbuhan mikroorganisme (Srivastava, 2008).

2.5 Uji Deteksi Amilase

Degradasi yang terjadi pada pati diketahui dengan hilangnya material yang terwarnai

oleh iodine. Uji deteksi α amylase yang menghidrolisis α-1,4-glikogen dan poliglucosan

lainnya. Pada saat awal perlakuan terjadi penurunan yang cepat berat molekul pati yang

dihasilkan dari pewarnaan iodine. Produk akhir utama dari degradasi ini adalah oligosakarida

dengan berat molekul yang rendah. Sebaliknya, β-amilase mampu mengkatalisis sebuah

serangan exolitik dan mendegradasi pati dengan cara memecah maltose dari ujung rantai pati.

Enzim amylase dari B. subtilis dapat dipisahkan satu sama lain dan secara subsekuen

mengeluarkannya bersama maltose. Enzim amylase dapat dipisahkan dari protease dengan

menambahkan insoluble starch ke dalam kultur untuk menyerap amilase (Inchem, 2008).

Aktivitas amilase dilakukan oleh enzim bakteri dan terlihat berwarna biru di dalam

iodin. Apabila iodin menyebabkan media pati berwarna biru pada koloni bakteri maka tidak

ada amilase yang diproduksi. Molekul maltosa yang kecil dapat masuk ke dalam sel untuk

digunakan sebagai energi. Interaksi iodin dengan pati membuat media berwarna biru gelap

(Goshen, 2008). Menurut Ekunsaumi (2004), produksi enzim amilase oleh koloni bakteri

pada media ditunjukkan adanya zona bening dengan penambahan larutan iodin di sekitar

koloni bakteri.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Page 5: Amilase dan produksinya

Praktikum Deteksi dan Produksi Amilase dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 06

Mei 2008 di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tabung reaksi, erlemeyer, jarum

inokulasi, shaker, spektofotometer, corong buchner, kertas whattman no. 1, sentrifuse dan

water bath.

Sedangkan bahan yang diperlukan dalam praktikum kali ini adalah isolat bakteri, bakteri

LBPJ 1 dan 9, media NA + 1 % w/v soluble starch, larutan iodin, isolat penghasil amilase,

media pemeliharaan, media produksi amilase dan reagen DNS.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Deteksi Bakteri Penghasil Amilase

digoreskan pada Nutrien Agar yang mengandung 1 % w/v soluble starch dan

diinkubasi pada suhu 30 0 C selama 24 jam.

koloni yang mampu menghasilkan amilase dapat menghidrolisis pati dan akan

membentuk zona bening dengan penambahan larutan iodin (gram B).

bagian yang berwarna hitam menunjukkan masih mengandung pati. Selanjutnya

bakteri dipindahkan ke media NA miring yang mengandung 1 % pati untuk

dilakukan uji berikutnya.

Hasil

3.3.2 Produksi Amilase

1 oose bakteri

Page 6: Amilase dan produksinya

Ditambahkan ke dalam medium produksi amilase dengan komposisi seperti

pada tabel

Komponen g/l

Bacteriological pepton 6

MgSO4.7H2O 0,5

KCl 0,5

pati 1

Medium tersebut dibagi 30-40 mL dan dimasukkan kedalam tabung

erlemeyer 50 mL kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoclave pada

suhu 1210 C selama 15 menit.

Diinkubasikan biakan dengan cara digojok menggunakan shaker selama 72 jam

pada kecepatan 120 rpm.

Hasil

Crude enzim

3.3.2 Uji Aktifitas Enzim

Page 7: Amilase dan produksinya

diambil 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi

ditambahkan 1 mL 2 g/200 ml soluble starch yang telah dilarutkan dalam citrate

phospate buffer (pH 6,5)

diinkubasi pada water bath dengan suhu 400 C selama 30 menit

sebagai blanko : ditambahkan 2 mL ektrak enzim yang telah didihkan selama 20

menit (pendidihan bertujuan untuk menginaktifkan enzim), ditambahkan

kedalam larutan pati dan diperlakukan dengan reagen yang sama dengan

tabung aktivitas enzim.

raksi dihentikan dengan menambahkan 2 mL reagen DNS (1 gr 3,5-

dinitrosaliyclic acid, 20 mL NaOH dan 30 gr sodium potasium tartarate dalam

100 mL). dipanaskan selama 5 menit

ditambah 0,5 ml Na-K-tartarate

didinginkan dengan air mengalir selama 15 menit

Hasil

diukur adsorbansinya pada panjang gelombang 540 nmStok Glukosa 1000 µg/ml

3.3.2 Pembuatan Kurva Baku Glukosa

dibuat pada berbagai konsentrasi (20, 40, 60..., 200 µl)

diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan tabung raksi

ditambah DNS 1,5 ml

dipanaskan selama 5 menit

ditambahkan 0,5 Na-K-tartarate

didinginkan dengan air mengalir selama 15 menit

Page 8: Amilase dan produksinya

diukur adsorbansinya pada panjang gelombang 540 nm

Hasil

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur

Pada praktikum deteksi amilase dan uji kualitas amilase digunakan dua jenis bakteri, yaitu

LBPJ 1 dan bakteri LBPJ II, hal ini dikarenakan kedua bakteri tersebut adalah bakteri dari

lumpur Lapindo yang bisa menghasilkan amilase. Pada preaktikum ini digunakan Nutrien

Agar yang mengandung 1% soluble starch, hal ini karena media tersebut merupakan medium

untuk pertumbuhan bakteri, selain itu kandungan 1 % soluble starch merupakan sumber pati

yang nantinya akan digunakan untuk produksi amilase. Larutan iodin digunakan untuk

deteksi adanya amilase dalam medium atau bahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan deari

Inchem (2008) yang menyatakan bahwa degradasi yang terjadi pada pati diketahui dengan

hilangnya material yang terwarnai oleh iodine. Uji deteksi α amylase yang menghidrolisis α-

1,4-glikogen dan poliglucosan lainnya. Pada saat awal perlakuan terjadi penurunan yang

cepat berat molekul pati yang dihasilkan dari pewarnaan iodin.

Pada deteksi bakteri penghasil amilase, bakteri LBPJ 1 dan 9 digoreskan pada medium NA

yang mengandung 1 % soluble starch, hal ini bertujuan untuk menumbuhkan bakteri tersebut

pada media yang mengandung pati dan diharapkan bisa menghasilkan amilase. Bakteri yang

tumbuh ditambahkan iodin, hal ini bertujuan utnuk mengetahui apakah bakteri tersebut bisa

menggunakan pati dan menghasilkan amilase yang bisa dideteksi dengan terbentuknya zona

bening disekitar koloni bakteri yang tumbuh.

Pada produksi enzim amilase, digunakan medium standar untuk produksi amilase, yaitu

medium yang mengandung bakteriological peptone, MgSO4.7H2O, KCl dan pati. Hal ini

bertujuan untuk menghasilkan amilase yang optrimal. Biakan bakteri diinkubasi pada shaker

dengan kecepatan 120 rpm selama 72 jam. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan produksi

amilase.

Page 9: Amilase dan produksinya

Pada uji aktifitas enzim, crude enzim dilarutkan dalam 1 mL 2 g/200 ml soluble starch, hal

ini dilakukan karen untuk mengetahui apakah enzim tersebut mampu memcah pati yang ada

dalam medium. Kemudian enzim yang telah ditambahkan pati kemudian diinkubasi dalam

suhu 400 C selama 30 menit. Hal ini dikarenakan suhu tersebut merupakan suhu optimal

enzim dan 30 menit untuk mengoptimalkan kerja enzim. Kemudian selanjutnya reagen DNS

yang ditambahkan merupakan reagen yang berfungsi menghentikan kerja enzim. Sehingga

enzim tidak memecah pati lagi, sehingga tidak mempengaruhi hasil. Kemudian setelah itu

dipanaskan selama 5 menit. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan kerja DNS dan

mempercepat reaksi dari DNS untuk menghentikan kerja amilase. Kemudian didinginkan

dengan air mengalir selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan DNS yang

telah digunakan untuk menghentikan reaksi amilase. Kemudian diukur adsorbansinya pada

gelombang 540 nm. Hal ini untuk mengetahui kandungan enzim yang ada pada media.

Untuk pembuatan kurva baku, dibuat pada berbagai stok glukosa yaitu mulai konsentrasi 20,

40, 60 ..., 200 µl. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar kecepatan bakteri untuk

menggunakan pati dan berapa besar pengaruh jumlah pati yang diberikan dengan jumlah

amilase yang diproduksi.

4.2 Analisa Hasil

Berdasarkan hasil praktikum Deteksi dan Poduksi serta Uji Amilase, dapat dilihat hasilnya

sebagaimana berikut ini :

Gambar 4.2.1 Hasil Uji amilase LBPJ 1 dan 9 yang distreak pada NA+soluble starch

Gambar 4.2.2. Hasil Uji amilase LBPJ 1 dan 9 yang distreak pada NA+soluble starch

Pada gambar 4.2.1 tampak adanya zona bening pada daerah disekitar koloni bakteri

yang tumbuh dari hasil streak. Pada gambar tersebut nampak bahwa zona bening mengikuti

alur arah streak. Zona bening ini terlihat setelah penambahan iodin pada isolat tersebut. Pada

Page 10: Amilase dan produksinya

gambar tersebut. Zona bening yang terlihat tidak cukup luas, hal ini dapat dilihat bahwa zona

bening masih terliat sangat jelas antara garis streakan pertama dan garis streakan kedua.

Selain itu pada gambar 4.2.2 dimana bakteri LBPJ yang ditumbuhkan dengan cara dot pada

sekitar empat tempat yang berbeda juga menunjukkan hasil yang hampir menyerupai dengan

hasil streak, yaitu zona bening yang tumbuh tidak cukup besar, hal ini menunjukkan bahwa

amilase yang dihasilkan tidak cukup banyak.

Iodin disini berfungsi sebagai reagen pendeteksi adanya amilase. Pati yang terkena

iodin akan berwarna biru, namun pati yang ditambahkan dengan iodin ini akan berubah

menjadi bening ketika pada media tersebut terdapat enzim amilase, dimana α amylase pada

pati menghidrolisis α-1,4-glikogen dan poliglucosan lainnya. Sehingga Pada saat awal

perlakuan, terjadi penurunan yang cepat berat molekul pati yang dihasilkan dari pewarnaan

iodin. Produk akhir utama dari degradasi ini adalah oligosakarida dengan berat molekul yang

rendah. Sebaliknya, β-amilase mampu mengkatalisis sebuah serangan exolitik dan

mendegradasi pati dengan cara memecah maltose dari ujung rantai pati (Inchem, 2008).

Gambar 4.2.3 Contoh Zona bening dari aktivitas amilase

yang dihasilkan oleh yeast (Melliawati, 2006).

Pada gambar 4.2.3 dapat dilihat bahwa zona bening bakteri karena penambahan iodin

dan karena adanya amilase yang dihasilkan dari aktiviatas yeast. Dimana pada gambar

tersebut dapat dilihat, bahwa zona bening yang dihasilkan dari bakteri tersebut sangat lebar,

hal in dapat diketahui dengan mengamati jarak antara koloni bakteri dengan jarak paling luar

dari zona bening. Gambar ini menunjukkan bahwa Yeast ini mampu menghasilkan amilase

cukup banyak (Melliawati, 2006).

Deteksi keberadaan amilase, selain dengan mengamati zona bening pada media yang

mengandung pati dengan menambahkan pati, terdapat metode lain yang bisa digunakan untuk

deteksi amilase, yaitu dengan mengukur turunya kandungan gula yang dilepaskan selama

reaksi dan mengukur pati sebagai sumber karbon (Shaw, 2008).

DNS merupakan larutan yang mengandung 100 ml mengandung 1 g 3,5 3,5-

dinitrosalicylic acid, 30 g potassium sodium tartarate, dan 20 ml 2 N NaOH. Dimana funbgsi

Page 11: Amilase dan produksinya

DNS ini adalah untuk menghentikan rekasi pada metode deteksi amilase dengan

menggunakan metode turunya kandungan gula yang dilepaskan selama reaksi dan mengukur

pati sebagai sumber karbon (Shaw, 2008).

Selain itu, terdapat metode yang lainya yang bisa digunakan deteksi keberadaan

amilase, yitu metode Fuwa (1954), dimana metode ini menggunakan 50 ml a-amylase yang

dilarutkan pada 2 mM imidazole HCl buffer (pH7.0) yang dicampur dengan 100 µl 1.1%

soluble-starch dan diinkubasi pada 60°C selama 1 jam. Reaksi dihentikan dnegan

penambahan 250 µl stop solution (0.5 N asam asetat : 0.5 N HCl = 5:1). 100 µl aliquote dari

reaksi dicampur dengan 1 ml reagen iodin (0.01% iodin dan 0.1% KI). Absorbansi diukur

pada panjang gelombang 660 nm setelah inkubasi selama 20 menit. Aktifitas amilase

ditentukan dengan mengetahui berkurangnya sejumlah enzim pada poanjang gelombang 660

nm dari 1.0 sampai 10 menit (Shaw, 2008).

Gambar 4.2.4 Kurva Baku Glukosa

Gambar 4.2.4 menunjukkan hubungan antara konsentrasi glukosa dan nilai adsorbansi yang

digunakan sebagai acuan antara adsorbansi dan konsentrasi media. Dapat dilihat pada gambar

tersebut bahwa nilai adsorbansinya secara berkala tetap stabil dan sebanding antara

konsentrasi dan nilai absorbansi sampel dengan konsentrasi glukosa. Dimana, semakin

tingginya konsentrasi glukosa pada sampel, maka semakin tinggi pula nilai absorbansi

sampel. Hal ini menunjukkan semakin tingginya konsentrasi bahan, akan meningkatkan nilai

absorbansinya. Dari sini juga dapat dikatakan bahwa nilai adsorbansi yang tinggi menjukkan

tingginya kandungan glukosa pada sampel. Kurva ini meunjukkan linear yang bagus, dimana

pada kurva tersebut didapatkan bahwa nilai R-nya mendekati 1 yaitu 0,977. Dimana nilai R

yang mendekati 1 atau -1 merupakan nilai regresi yang baik.

Pada pembuatan kurva baku, dimana pada konsentrasi glukosa sekitar 20 dan 40, nilai

absorbansinya minus (-), hal ini dimungkinkan karena sedikitnya kandungan glukosa dalam

sampel, sehingga glukosa tidak terbaca atau tidak bisa menyerap gelombang cahaya yang

dipancarkan, hal ini ditunjukkan dengan nilai absorbansi glukosa mulai terbaca pada sampel

dengan konsentrasi glukosa 60 ug/ml.

Tabel 1. Hasil nilai adsorbansi pada masing-masing sampel

Page 12: Amilase dan produksinya

Pada

tabel 1,

dapat

dilihat

bahwa

nilai

adsorbansi pada sampel LPBPJ 1 kelompok 1, nilai adsorbansinya adalah 0,354. hal ini jika

dicocokan dengan nilai absorbansi pada kurva baku glukosa, maka dapat dilihat bahwa

kandungan konsentrasi bahan pada sampel LBPJ 1 adalah sekitar 167 µg/ml. Sedangkan pada

sampel LBPJ yang ke-2, nilai adsorbansinya adalah sekitar 0,377. dan hal ini jika dicocokkan

pada kurva baku, maka nilai konsentrasi bahan adalah sekitar 170 µg/ml. Jika kedua sampel

dirata-rata, maka nilai adsorbansinya adalah sekitar 0,3655, dan jika dicocokkan dengan

kurva baku, maka nilai konsentrasi bahan adalah sekitar 168,5 µg/ml. Dari rata-rata nilai

konsentrasi ini, maka dapat disimpulkan bahwa nilai kandungan pati dalam bahan masih

tinggi, yaitu sekitar 168,8 µg/ml. Hal ini menunjukkan bahwa enzim amilase yang dihasilkan

sedikit, sehingga tidak bisa mendegradasi pati cukup banyak. Sedangkan pada sampel kedua,

yaitu bakteri lumpur Lapindo LBPJ 9 yang pertama nilai absorbansinya adalah sekitar 0,4.

hal ini jika dicocokkan dengan kurva baku, maka konsentrasi bahanya adalah sekitar 175

µg/ml. Dan pada sampel LBPJ 9 yang kedua, nilai adsorbansinya adalah 0,304. jika

dicocokkan dengan nilai absorbansi pada kurva baku, maka nilai konsentrasi bahan adalah

sekitar 138 µg/ml. Dan jika dirata-rata, maka nilai adsorbansinya adalah sekitar 0,352 µg/ml.

Jika dicocokkan pada kurva baku, maka nilai konsentrasinya adalah sekitar 166 µg/ml. Hal

ini menujukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kedua bakteri tersebut yaitu

LBPJ 1 dan 9. kedua bakteri tersebut menujukkan aktifitas amilase yang rendah. Hal ini juga

dapat dilihat bahwa pada sampel bakteri yang ditumbuhkan, zona bening yang ada cukup

kecil.

Jika dikaitkan dengan aktifitas pada lumpur lapindo, maka dapat dilihat bahwa

kandungan lumpur lapindo tersebut sedikit sekali mengandung pati. Hal ini bisa

dimungkinkan karena lumpur tersebut merupakan lumpur yang berasal dari perut bumi,

sehingga kebanyakan kandungan lumpur adalah logam berat. Berdasar pengamatan, dari

sampel lumpur yang diperiksa, ternyata kandungan logam berat, seperti Pb, Cr, Cd, Arsen

dan Hg tinggi, sementara Na rendah (Andreas, 2006). Lapindo Brantas Inc (LBI)

mengandung Fenol 4 kali lipat lebih besar dari baku mutu (nilai standar) limbah cair yang

Sampel Meja Adsorbansi

LBPJ 1 1 0,354LBPJ 1 2 0,377

Rata-rata 0,3655LBPJ 9 3 0,4LBPJ 9 4 0,304

Rata-rata 0,352

Page 13: Amilase dan produksinya

ditetapkan oleh Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur No 45 tahun 2002. Sementara kadar

raksa dan nitrit dalam lumpur masing-masing lebih besar 2 dan 6 kali lipat dari SK Gubernur

Jatim. Sementara itu, dari hasil Laboratorium Forensik (Labfor) Polri Surabaya menunjukkan

bahwa gas lumpur mengandung hidrogen sulfida (H2S) kadar tinggi (Walhi Jatim, 2008).

BAB

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa amilase banyak

digunakan pada industri makanan, dimana enzim ini diproduksi mikroorganisme dengan

memanfaatkan pati sebagai sumber karbon. Dari hasil praktikum, didapatkan bahwa deteksi

amilase bisa dilakukan dengan mengukur zona bening dan bisa juga dengan mengukur

turunya gula dan pati sebagai sumber karbon oleh mikroorganisme dengan cara

spektrofotomtri. Kedua bakteri yang digunakan sebagai isolat, yakni bakteri LBPJ 1 dan 9

didapatkan bahwa kedua bakteri tersebut memproduksi amilase yang tidak banyak yang

diketahui dari zona bening pada media dengan pati dan ditambahkan dengan iodin. Selain itu,

hasil praktikum membuktikan bahwa nilai absorbansi kedua isolat hanya sekitar 0,35 dan

pada kurva standar, konsentrasi media pada absorbansi tersebut sekitar 167 ug/ml. Hal ini

menunjukkan bahwa pada media masih banyak mengandung pati

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari praktikum ini adalah sebaiknya praktikum yang selanjutnya

tidak hanya menggunakan isolat dari bakteri, namun juga menggunakan isolat dari yeast dan

jamur, untuk membandingkan kecepatan produksi pada kedua isolat.

Page 14: Amilase dan produksinya

DAFTAR PUSTAKA

Andreas. 2006. Kandungan Logam Berat Dalam Lumpur Lapindo Meningkat.

http://www.mediacenter.or.id/pusatdata/27/tahun/2006/bulan/12/tanggal/14/id/1313/

Tanggal akses 17 Mei 2008.

Black, J. G. 2005. Microbiology Principles And Explorations. John Wiley and Sons, Inc.

United States America

Biogen, 2008. Amilase. http://biogen.litbang.deptan.go.id/terbitan/agrobio

/abstrak/agrobio_vol. tanggal akses 05 Mei 2008.

Ekunsaumi, T. 2004. Laboratory Production And Assay Of Amylase By Fungi And

Bacteria. bio-link.org/sharing_day/fungalamylase.pdf

Eduardo, C. 2000. Culture Conditions for the Production of Thermostable Amylase by

bacillus sp. http://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=203436

&blobtype=pdf. tanggal akses 05 Mei 2008.

Oliveira, 2004. Rhizobia Amylase Production Using Various Starchy Substances as Carbon

Substrates. http://www.scielo.br/pdf/bjm/v31n4/a11v31n4.pdf. tanggal akses 05 Mei

2008.

Srivastava, 2008. Culture Conditions for Production of Thermostable Amylase by Bacillus

stearothermophilus. http://www.bio-link.org/sharing_day /fungalamylase.pdf. tanggal

akses 05 Mei 2008.

Inchem, 2008.Alpha-Amylase From Bacillus Subtilis.http://www.inchem.org/

documents/jecfa/jecmono/v28je05.htm. Tanggal akses 17 Mei 2008.

Goshen. 2008. Amylase Activity. http://www.goshen.edu/bio/Bio

1206/Bio1206Labs/Lab5. Tanggal akses 17 Mei 2008.

Page 15: Amilase dan produksinya

Melliawati, r. 2006. Pengkajian Kapang Endofit dari Taman Nasional Gunung Halimun

Sebagai Penghasil Glukoamilase. http://journal.discoveryindonesia.

com/index.php/hayati/article/viewFile/4/5. Tanggal akses 17 Mei 2008.

Shaw, 2008. Purification and properties of an extracellular a-amylase from Thermus

sp.http://ejournal.sinica.edu.tw/bbas/content/1995/3/bot363-08.html. Tanggal akses

17 Mei 2008.

Walhi Jatim. 2008. Kandungan Lumpur Lapindo Ancam Ribuan Nyawa Manusia.

http://walhijatim.blogspot.com/2006/07/kandungan-lumpur-lapindo-ancam-

ribuan.html. Tanggal akses 17 Mei 2008.

Posted by JUNE's Blog spot at 8:25 PM Labels: deteksi amilase

No comments:

Post a Comment

Older Post Home Subscribe to: Post Comments (Atom)