amdal perkebunan karet distrik edera kampung mappi

97
May 12, 2014 TUGAS BESAR AMDAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia belum memiliki arah yang jelas, hal ini dapat dilihat dari kurangnya komitmen pemimpin dan masyarakat bangsa ini untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan lingkungan hidup. Sejak pencanangan program pembangunan nasional, berbagai masalah lingkungan hidup mulai terjadi. Masalah lingkungan hidup tersebut antara lain, adanya berbagai kerusakan lingkungan, pencemaran di darat, laut dan udara, serta berkurangnya berbagai sumber daya alam. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pemanfaatan dan ketersediaan sumber daya alam yang ada serta kurang kesadaran akan pentingnya keberlangsungan lingkungan hidup untuk generasi sekarang maupun masa depan. Eksploitasi alam tentu saja tidak dapat dicegah, karena sudah merupakan fitrah manusia memanfaatkan alam untuk kesejahteraannya. Tetapi tingkat kerusakan akibat pemanfaatan alam ataupun pengkondisian kembali (recovery) alam yang sudah dimanfaatkan merupakan hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan telaah secara mendalam mengenai kegiatan/usaha yang akan dilakukan di lingkungan hidup sehingga dapat diketahui dampak yang timbul dan cara untuk mengelola dan memantau dampak yang akan terjadi 1 RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN PABRIK KARET

Upload: andre-casper

Post on 23-Nov-2015

818 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

TUGAS BESAR AMDAL

May 12, 2014TUGAS BESAR AMDAL

BAB I PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGPengelolaan lingkungan hidup di Indonesia belum memiliki arah yang jelas, hal ini dapat dilihat dari kurangnya komitmen pemimpin dan masyarakat bangsa ini untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan lingkungan hidup. Sejak pencanangan program pembangunan nasional, berbagai masalah lingkungan hidup mulai terjadi. Masalah lingkungan hidup tersebut antara lain, adanya berbagai kerusakan lingkungan, pencemaran di darat, laut dan udara, serta berkurangnya berbagai sumber daya alam. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pemanfaatan dan ketersediaan sumber daya alam yang ada serta kurang kesadaran akan pentingnya keberlangsungan lingkungan hidup untuk generasi sekarang maupun masa depan.Eksploitasi alam tentu saja tidak dapat dicegah, karena sudah merupakan fitrah manusia memanfaatkan alam untuk kesejahteraannya. Tetapi tingkat kerusakan akibat pemanfaatan alam ataupun pengkondisian kembali (recovery) alam yang sudah dimanfaatkan merupakan hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan telaah secara mendalam mengenai kegiatan/usaha yang akan dilakukan di lingkungan hidup sehingga dapat diketahui dampak yang timbul dan cara untuk mengelola dan memantau dampak yang akan terjadi tersebut. Metode ini dikenal juga dengan analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Environmental impact assessment atau analisa mengenai dampak lingkungan diperkenalkan pertama kali pada tahun 1969 oleh National Environmental Policy Act di Amerika Serikat. Menurut UU No. 23 tahun1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP No. 27 tahun1999 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Indonesia merupakan Negara dengan perkebunan karet terluas didunia, meskipun tanaman karet sendiri baru di introduksi pada tahun 1864. Dalam kurun waktu sekitar 150 tahun sejak di kembangkan pertama kalinya, luas areal perkebunan karet di Indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar. Dari total areal perkebunan karet di Indonesia tersebut 84,5% diantaranya merupakan kebun milik rakyat 8,4% milik swasta dan hanya 7,1% yang merupakan milik Negara. Dengan areal perkebunan karet terluas didunia tersebut Indonesia bersama dua Negara Asia Tenggara lainnya. Yaitu Malaysia dan Thailand, sejak abad 1920-an sampai sekarang merupakan pemasokan karet utama dunia. Puncak kejayaan karet Indonesia terjadi pada tahun 1926 sampai menjelang perang dunia II ketika itu Indonesia merupakan pemasokan karet alam terkemuka dipasar internasional, maka sangat perlu dilakukan pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan karet yang di rencanakan di Distrik Edera Kabupaten Mappi Provinsi Papua seluas7.020Ha dengan kapasitas 65 ton TBS/hari.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN1.2.1 MaksudAdapun maksud dari penulisan tugas ini adalah:1) Sebagai proses pelatihan dan pengaplikasian teori yang diperoleh di bangku kuliah serta meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai perkebunan dan pengolahan pabrik karet.2) Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai permasalahan dampak lingkungan yang terjadi.1.2.2 TujuanAdapun tujuan dari penulisan tugas ini dalah:1) Mengetahui tentang program tindak lanjut upaya pencegahan dan penaggulangan dampak lingkungan yang dilaksanakan dengan adanya pembangunan perkebunan karet PT Montelo berbasis kompetensi inti industri daerah di Kabupaten Mappi.2) Mengetahui upaya pengendalian dampak lingkungan, baik berupa tindakan, pencegahan, maupun tindakan penanggulangan terhadap segenap dampak negatif penting yang mungkin terjadi, serta sebagai upaya pengembangan terhadap dampak positif penting yang diperkirahkan akan terjadi, melalui pendekatan teknologi, sosial ekonomi dan kelembangaan/institusi.1.3 RUANG LINGKUP1.3.1 Lingkup WilayahWilayah yang dijadikan objek pengamatan rencana pembangunan perkebunan dan pengolahan pabrik karet PT Montelo dengan luasan wilayah 7.020 hektar dengan kapasitas 65 ton TBS/hari berada di Distrik Edera, Kabupaten Mappi Provinsi Papua.1.3.2 Lingkup MateriLingkup materi yang dibahas dalam laporan ini adalah mengenai rencana kegiatan dan usaha perkebunan karet PT Montelo serta dampak-dampak dan perilaku yang ditunjukan oleh masyarakat sekitar areal kerja/proyek.1.4 BATASAN MASALAH Agar materi penulisan laporan ini tidak meluas, maka penyajian data atau informasi hanya dibatasi pada :1) Tahapan Tahapan rencana kegiatan pembangunan perkebunan dan pengolahan pabrik karet.2) DampakDampak yang timbul akibat rencana kegiatan pembangunan perkebunan dan pengolahan pabrik karet.1.5 MANFAAT1.5.1 Manfaat Bagi Pemrakarsa1) Sebagai acuan untuk mengintegrasikan aspek lingkungan ke dalam proses perancangan sehingga bisa menjaga terpeliharannya daya dukung lingkungan. Proses ini juga bisa mencegah adanya pengeluaran biaya-biaya eksternalitas dalam memperbaiki lingkungan yang terlanjur mengalami kerusakan.2) Untuk mengantisipasi biaya pengelolaan lingkungan secara optimal termasuk biaya pembangunan dan operasio rencana kegiatan.3) Sebagai acuan agar pelaksanaan pengelolaan lingkungan dari kegiatan Pengembangan Perkebunan Karet PT MONTELO Daerah di kabupaten Mappi sesuai dengan rencana.4) Pemanfaatan sumberdaya lain di sekitar lokasi kegiatan secara optimal tanpa menambah beban kerusakan lingkungan.1.5.2 Manfaat Bagi Masyarakat1) Menghindari tumpang tindih pemanfaatan sumber daya alam.2) Mencegah timbulnya keresahan sosial.3) Untuk menjaga terpeliharanya kehidupan yang harmonis dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan.4) Untuk mengetahui secara pasti batas wewenang serta tanggung jawab masing-masing pihak yang terkait.1.5.3 Manfaat Bagi Pemerintah1) Sebagai mitra pemerintah dalam upaya pembangunan regional dan nasional.2) Turut memberikan konstribusi dalam menekan tingkat pengangguran yaitu dengan menyediakan lapangan kerja.3) Turut memberikan konstribusi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui penerimaan pajak dan iuran-iuran.4) Turut memberikan konstribusi terhadap peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) melalui investible surplus yang diperoleh.

BAB IIGAMBARAN UMUM WILAYAH PERKEBUNAN KARET2.1 KONDISI UMUM AREAL KERJA

Gambar 2.1 Peta Wilayah Perkebunan Karet. Secara administratife lokasi areal rencana perkebunan dan pabrik pengelolan karet alam dengan luas 7.020 Ha, dan kapasitas 65 ton TBS/hari terletak di Distrik Edera Kabupaten Mappi Provinsi Papua. Areal proyek ini di lewati oleh dua aliran sungai, yaitu Sungai Digoel di sebelah timur dan Sungai Matan di sebelah tengah areal. Secara makro bentuk lahannya datar dengan ketinggian relatif sama. Ketinggian (elevasi) terdapat dibagian timur areal, yaitu mencapai 125 m dpl, sedangkan daerah sekitar aliran sungai berkisar antara 25 sampai 50 m dpl. Adapun batas lokasi kerja perkebunan dan pabrik kelapa sawit adalah sebagai berikut :1) Sebelah utara berbatasan dengan Bandara Udara Tanah Merah Kabupaten Boven Digoel.2) Sebelah timur berbatasan dengan Negara PAPUA NEW GUINE3) Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Merauke4) Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kepi

Amdal merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. yang dikaji dalam proses Amdal: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup di satu sisi merupakan bagian studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, di sisi lain merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih jelas dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif maupun dampak positif yang akan timbul dari usaha dan/atau kegiatan sehingga dapat dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.Kegiatan perkebunan ini dapat dimulai dari kota Merauke menuju kebupaten Mappi Distrik Edera melalui akses darat. Secara umum kondisi jalan tanah yang kurang ditimbun pasir dan batu. Sehingga susah dillewati kendaraan dan banjir pada waktu hujan. Adapun Kondisi fisik lokasi kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit ini adalah sebagai berikut :1. Iklim Lokasi areal kerja mempunyai suhu rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan areal hutan primer suhunya adalah 31,0 0C. kelembaban udara di areal studi rata-rata berkisar antara 86% sampai 90%, dengan pelaksanaan pengukuran pada siang hari. kelembaban tertinggi berada pada areal hutan primer. Dengan demikian dapat ditunjukan bahwa kelembaban udara di lokasi kegiatan cukup tinggi.2. Tanah Secara fisik jenis tanah di areal proyek merupakan lempung liat berdebu. Kelerengannya sebesar 0% - 25% dengan bentuk wilayah datar sampai agak curam (berbukit). Topografi di areal kerja hampir mencapai 0 200 meter dpl. Sehingga perlu di lakukannya pengujian laboratorium mengenai kualitas tanah tersebut.3. Geologi Menurut peta geologi Kabupaten Mappi/areal proyek terletak pada formasi aluvian yerbentuk dari bahan endapan berupa kerikil, pasir, dan lumpur seluas 17.457 Ha (95,2%) dan formasi gunung api Jamur seluas 881 Ha (4,8%).4. Erosi Tanah Kegiatan pengelolaan pabrik karet alam akan menimbulkan dampak penting pada parameter erosi tanah yang dipengaruhi oleh enam faktor utama, yaitu curah hujan, erodibiilitas tanah, panjang kemiringan, gradiean kemiringan, faktor penutupan tanah, dan praktek konservasi tanah.5. Hidrologi dan kualitas air Lokasi wilayah kerja dipengaruhi oleh curah hujan dan kondisi vegetasi sebagai penutup lahan yang akan memberikan pengaruh besar bagi hidrologi dan kualitas air. Hal ini dikarenakan wilayah studi merupakan tipe iklim A dengan curah hujan merata sepanjang tahun.6. Sedimentasi Sedimentasi adalah jumlah material tanah berupa kadar lumpur dalam air oleh aliran air sungai yang berasal dari hasil proses erosi di hulu, yang diendapkan pada suatu tempat di hilir dimana kecepatan pengendapan butir-butir material suspense telah lebih kecil dari kecepatan angkutannya. Dari proses sedimentasi, hanya sebagian material aliran sedimen di sungai yang diangkut keluar dari DAS, sedangkan yang lainnya mengendap di lokasi tertentu selama menempuh perjalanan di sungai. Indicator terjadinya sedimentasi dapat dilihat dari besarnya kadar lumpur di dalam air yang terangkut oleh aliran air sungai. Makin besar kadar sedimen yang terbawa aliran berarti kondisi DAS semakin tidak sehat.7. Biota perairan Biota perairan terdiri dari plankton, benthos, dan nekton. Plankton merupakan organism renik (tumbuhan dan hewan) yang hidupnya melayang-layang secara pasif dalam tubuh air, sementara benthos merupakan organism dasar yang dapat terlambat/menempel di permukaan substrak atau relative menetap di dasar perairan. Komposisi jenis-jenis renik dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia perairan (kualitas air). Dengan memperhatikan semua kondisi fisik wilayah rencana kerja atau proyek Pabrik Pengolahan Karet Alam, Maka kita dapat menyimpulkan bahwa daerah ini bisa dan cocok untuk dilakukan usaha perkebunan karet dengan memperhatikan komponen-komponen lingkungannya dan upaya pengelolaan terhadap dampak yang akan terjadi.

BAB IIIPEMBAHASAN PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN PABRIK KARET SELUAS 7.020 Ha DENGAN KAPASITAS 65 TON /TBS/HARI3.1. RENCANA PENGELOLAAN PERKEBUNAN PABRIK KARETRencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) yang akan diimpelmentasikan yaitu komponen/parameter lingkungan yang didasarkan hasil kajian dalam Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) yang diperkirakan akan terkena dampak penting rencana pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan karet yang terletak di Distrik Edera Kabupaten Mappi.Untuk memudahkan pencapaian tujuan dalam pengelolaan lingkungan berbagai dampak penting yang di prakirakan akan terjadi maka uraian rencana pengelolaan lingkungan ini meliputi:1) Dampak Penting dan Sumber Dampak penting Komponen atau parameter lingkungan yang terkena dampak penting Sumber dampak2) Tolak Ukur Dampak,3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan4) Upaya Pengelolaan Lingkungan5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan6) Periode Pengelolaan Lingkungan7) Pembiayaan Pengelolaan Lingkungan8) Institusi Pengelolaan Lingkungan.Lokasi pengelolaan lingkungan pada tahap prakonstruksi, operasi dan paska operasi berturut-turut disajikan, sebagai berikut:

3.2. Tahap Pra Konstruksi3.2.1 Terbukanya Kesempatan Kerja Bagi Tenaga Kerja Lokal dari Kegiatan Proses Perizinan dan Survei Lapangan.1) Dampak Penting dan Sumber DampakDampak penting yang dikelola adalah terbukanya kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal dari kegiatan proses perizinan dan survei lapangan.2) Tolak Ukur Dampak.a) Jumlah penduduk lokal yang dilibatkan kegiatan survey lapangan, yaitu < 10 orang serta jumlah penduduk Kampung Banamepe dan Yodom sebelum adanya kegiatan.b) Jenis mata pencaharian penduduk setempat di Kampung Banamepe dan Yodom.3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan HidupUntuk memaksimalkan terserapnya tenaga kerja tempatan (masyarakat setempat) mengisi kesempatan kerja di PT. Montelo.4) Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Mengutamakan tenaga kerja tempatan (masyarakat setempat) dalam kegiatan survei lapangan PT. Montelo.b) Berkoordinasi dengan aparat desa atau kepada desa untuk proses perekrutan tenaga yang dilibatkan dalam kegiatan ini sehingga tidak menimbulkan kecemburuan bagi masyarakat yang lain.5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan HidupLokasi pengelolaan yaitu di Kampung Banamepe dan Yodom Distrik Edera Kabupaten Mappi.6) Periode Pengelolaan Lingkungan HidupPengelolaan lingkungan dilakukan pada tahap prakonstruksi sebelum kegiatan survei lapangan dilakukan.

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Pelaksana : PT. Montelo.b) Pengawas : Dinas Tenaga Kerja, Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.c) Pelaporan : Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.3.2.2. Timbulnya Sikap dan Persepsi Negatif Masyarakat Serta Gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat1) Dampak Penting dan Sumber DampakDampak penting yang dikelola adalah timbulnya persepsi negatif masyarakat yang dapat berdampak lanjutan terhadap gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) akibat adanya kegiatan perizinan dan survei lapangan, sosialisasi rencana kegiatan serta pengadaan lahan.2) Tolak Ukur DampakTolak ukur dampak yang digunakan adalah respon masyarakat sebelum kegiatan perizinan dan survei lapangan, sosialisasi rencana kegiatan serta pengadaan lahan dan gangguan kamtibmas yang timbul.3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Mencegah terjadinya konflik antara masyarakat dengan pemrakarsa (gangguan keamanan) akibat persepsi negatif yang berkembang.b) Meningkatkan persepsi positif masyarakat terkena dampak terhadap rencana Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Karet PT. Montelo.4) Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Melibatkan masyarakat lokal (tempatan) dalam kegiatan survei lapangan PT. Montelo.b) Memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat, tentang rencana kegiatan PT. Montelo.c) Berkoordinasi dengan aparat desa atau kepada desa untuk proses perekrutan tenaga yang dilibatkan dalam kegiatan ini sehingga tidak menimbulkan kecemburuan bagi masyarakat yang lain.d) Memberikan informasi kepada masyarakat terutama pemilik hak ulayat, tentang cara pengadaan lahan yang dilakukan PT Montelo untuk kegiatan perkebunan karet dan pabrik pengolahan karet, antara lain: Status lahan yang dikelola perusahaan adalah status pinjam pakai (HGU). Jangka waktu rencana pemanfaatan lahan hak ulayat tersebut. Setelah habis HGU lahan hak tersebut dikembalikan ke pemilik ulayat. Batas-batas lokasi perkebunan dan pabrik Pengolahan Karet PT Montelo ditentukan bersama masyarakat terutama untuk tempat-tempat penting bagi masyarakat antara lain lokasi yang sacral, persinggahan leluhur, hutan marga/totem, dusun sagu, dll.e) Menerima saran dan aspirasi masyarakat serta mengakomodir kepentingan masyarakat pemilik ulayat dalam kegiatan pengadaan lahan sesuai hasil musyawarah yang disaksikan Pemerintah Kabupaten Mappi.f) Melaksanakan tata cara pengadaan lahan perkebunan karet sesuai adat istiadat masyarakat pemilik hak ulayat sesuai dengan kesepakatan hasil musyawarah antara PT. Montelo dengan perwakilan masyarakat pemilik ulayat disaksikan Pemerintah Kabupaten Mappi, dalam hal uang ketok pintu atau pemberian tali asih kepada pemilik ulayat.5) Lokasi pengelolaan Lingkungan HidupLokasi pengelolaan yaitu di Kampung Banamepe dan Yodom Distrik Edera Kabupaten Mappi.6) Periode Pengelolaan Lingkungan HidupPengelolaan lingkungan dilakukan pada tahap prakonstruksi.7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Pelaksana : PT. Montelo.b) Pengawas: Dinas Tenaga Kerja, Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.c) Pelaporan: Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.3.3. Tahap Konstruksi3.3.1. Peningkatan CO, NO2, SO4 dan Debu Lokal (Penurunan Kualitas Udara)1) Dampak Penting dan Sumber Dampak PentingTerjadinya penurunan kualitas udara ambient disekitar jalan yang dilalui kendaraan pengangkut akibat peningkatan emisi gas buang kendaraan (CO, NO2, SO2) dan debu lokal. Sumber dampak adalah kegiatan mobilisasi alat berat dan material konstruksi, pematangan lahan dan pondasi selama pembangunan bangunan pabrik, sarana serta prasarana penunjangnya.2) Tolak Ukur DampakTolak ukur dampak terhadap kualitas udara ambient adalah rona awal kondisi kualitas udara di lokasi rencana kegiatan, yaitu debu (TSP) 64,42- 76,19 g/m3, CO 103,47- 125,97 g/m3, NO2 0,70- 1,50 g/m3 dan SO2 9,40- 14,63 g/m3. Kemudian dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999. Tolak ukur dampak lanjutan adalah jumlah penderita ISPA yang tercatat berdasarkan kunjungan ke Puskesmas/Puskesmas Pembantu disekitar lokasi rencana kegiatan.3) Tujuan Pengelolaan LingkunganUpaya pengelolaan lingkungan bertujuan untuk menekan dan mempersempit sebaran emisi gas buang dan partikulat (debu) khususnya di lingkungan permukiman.4) Upaya Pengelolaan LingkunganPengelolaan terhadap dampak tersebut di atas dilakukan sumber dampak primer, yaitu:a) Mengatur kecepatan kendaraan saat melewati jalan tanah khususnya di permukiman penduduk agar tidak beriringan yaitu interval waktu antara satu kendaraan dengan kendaraan lain minimal 10 menit sehingga memberikan kesempatan debu untuk turun (mengendap) secara gravitasi, dan membatasi kecepatannya yaitu maksimun 35 km/jam. Untuk memperlambat laju kendaraan khususnya di pemukiman penduduk yaitu memlalui pemasangan rambu-rambu pembatas kecepatan dan bagi yang melanggar dikenakan sanksi disiplin kerja. Pengaturan tersebut akan menekan sebaran dan kadar debu ke lingkungan khususnya perkampungan penduduk di pinggir jalur angkutan.b) Member penutup kain terpal atau plastik pada truk saat melakukan pengankutan bahan material tanah atau agregrat, sehingga tidak tercecer di jalan khususnya sekitar pemukiman yang dilewati.c) Melakukan penyiraman di lokasi jalan yang berdebu khususnya pemukiman sekitar lokasi yang dilalui oleh kendaraan pengangkut bahan material, pada saat cuaca panas. Penyiraman di lokasi berdebu dilakukan dengan menggunakan truk tangki air. Penyiraman dilakukan berjalan dan diatur kecepatannya sehingga penyiraman berlangsung efektif.d) Melakukan semua kegiatan mobilisasi bahan bangunan, pada siang hari, sehingga pemaparan debu di lingkungan pemukiman tidak terus menerus 24 jam.e) Memasang rambu-rambu lalu lintas mengenai pembatasan laju kendaraan.f) Menggunakan kendaraan pengangkut yang layak jalan.g) Apabila dilakukan sampai malam, maka ada pemberitahuan kepada pihak kepala kampung.h) Untuk mengurangi dampak peningkatan sebaran debu akibat pematangan lahan kepada masyarakat, maka pematangan lahan dilakukan secara bertahap.i) Pada proses pembukaan dan pematangan lahan, dilakukan dengan sistem blok dimana antarblok dipertahankan lahan-lahan terbuka hijau sebagai buffer zone sehingga sebaran debu, CO2, NO2, SO2 kegiatan tersebut dapat dikurangi.5) Lokasi PengelolaanPengelolaan dilakukan di sepanjang jalan tanah yang melewati perkampungan/permukiman penduduk yang dilewati angkutan kendaraan truk pada saat mobilisasi alat berat dan material konstruksi serta dilakukan pada kendaraan pengangkut.

6) Periode PengelolaanPengelolaan dilakukan setiap hari pada saat kegiatan mobilisasi alat berat dan material konstruksi, pematangan lahan dan pondasi selama pembangunan bangunan pabrik, sarana serta prasarana penunjangnya.7) Institusi Pengelolaan Lingkungana) Pelaksana : PT. Montelob) Pengawas : Dinas Perhubungan Kabupaten Mappi, Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.c) Pelaporan : Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.3.3.2 Peningkatan Intensitas Kebisingan1) Dampak Penting dan Sumber Dampak PentingTerjadinya peningkatan intensitas kebisingan yang disebabkan oleh suara mesin kendaraan/alat berat yang digunakan pada saat kegiatan konstruksi. Sumber dampak adalah kegiatan mobilisasi alat berat dan material konstruksi, pematangan lahan dan pondasi selama pembangunan bangunan pabrik, sarana serta prasarana penunjangnya.2) Tolak Ukur DampakTolak ukur untuk peningkatan tingkat kebisingan adalah rona awal tingkat kebisingan di lokasi rencana kegiatan, yaitu 46,01 46,34 dBA dan dibandingkan dengan baku mutu tingkat kebisingan di lingkungan pemukiman, yaitu sebesar 55 dBA berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996.3) Tujuan Pengelolaan LingkunganPengelolaan lingkungan bertujuan untuk menekan dan mempersempit sebaran tingkat kebisingan khususnya di lingkungan permukiman.4) Upaya Pengelolaan LingkunganPengelolaan terhadap dampak tersebut di atas dilakukan sumber dampak primer, yaitu:a) Mengatur kecepatan kendaraan saat melewati jalan khususnya di permukiman penduduk agar tidak beriringan yaitu interval waktu antara satu kendaraan dengan kendaraan lain minimal 10 menit dan membatasi kecepatannya yaitu maksimum 35 km/jam, sehingga kebisingan di jalan yang dilewati menjadi minimal.b) Memasang rambu-rambu lalu lintas mengenai pembatasan laju kendaraan.c) Menggunakan kendaraan pengangkut yang layak jalan.d) Apabila dilakukan sampai malam, maka ada pemberitahuan kepada pihak kepala kampung.e) Menanam pepohonan yang dapat meredam kebisingan.f) Tidak membunyikan klakson pada saat melintasi permukiman penduduk.5) Lokasi PengelolaanPengelolaan dilakukan di sepanjang jalan yang melewati perkampungan/permukiman penduduk yang dilewati angkutan kendaraan truk pada saat mobilisasi alat berat dan material konstruksi serta dilakukan pada kendaraan pengangkut.6) Periode PengelolaanPengelolaan diakukan setiap hari pada saat kegiataan mobilisasi alat berat dan material konstruksi, pematangan lahan dan pondasi selama pembangunan bangunan pabrik, sarana serta prasaranan penunjangnya.7) Institusi Pengelolaan Lingkungana) Pelaksana : PT. Montelob) Pengawas : Dinas Perhubungan Kabupaten Mappi, Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.c) Pelaporan : Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.

3.3.3 Peningkatan Aliran Air Permukaan dan Timbulnya Potensi Banjir serta Timbulnya Erosi Tanah.1) Dampak Penting dan Sumber DampakKegiatan pembukaan dan penyiapan lahan serta pembangunan sarana dan prasarana kebun berupa aktivitas pembersihan lahan dari semak belukar, pohon-pohon serta tanaman penutup lainnya akan meningkatkan volume air larian (run off) menjadi 7,6 kali dibandingkan kondisi sebelum ada proyek pada saat turun hujan, sehingga akan meningkatkan potensi erosi sebesar 88,81 ton/ha/tahun atau meningkat 10 kali dari kondisi awal. Sumber dampak adalah kegiatan pembukaan dan pengolahan tanah, pematangan lahan dan pondasi serta pembangunan sarana dan prasarana penunjang kebun.2) Tolok Ukur Dampaka) Peningktan volume air larian tidak diperkenankan melebihi 3.750 m3/hari sesuai kondisi sebelum ada kegiatan (rona awal).b) Laju erosi pada saat konstruksi adalah sebesar 88,81 ton/ha/tahun.c) Tampak secara visualisasi luasnya daerah terbuka tutupan lahan yang tidak dikelola yang menyebabkan tampaknya proses pengikisan tanah oleh air hujan (erosi) yang menyebabkan kekeruhan air.3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan HidupTujuan pengelolaan lingkungan adalah untuk mengurangi peningkatan volume air larian dan menekan potensi erosi menjadi minimal.4) Pengelolaan Lingkungan HidupUntuk menekan dan memperkecil dampak terhadap peningkatan aliran air permukaan dan timbulnya potensi banjir serta timbulnya erosi tanah maka perlu diupayakan melalui tindakan pengelolaan yaitu:a) Dibuatkan saluran air hujan/drainase terlebih dahulu disekeliling lokasi kebun yang akan dibuat sejalan dengan pembuatan jalan yang akan dibuka, dimatangkan pada awal kegiatan sebelum dilakukan kegiatan konstruksi.b) Perencanaan dan konstruksi saluran air hujan (drainase) primer, sekunder maupun tersier dilingkungan tapak proyek harus memperhitungkan faktor desain perencanaan yang layak sesuai periode serta curah hujan lokal setempat yaitu pada saat struktur bangunan seluruhnya telah berdiri.c) Melakukan penanaman terhadap lahan terbuka dengan suatu tanaman maka selain akan mencegah erosi, juga agar air larian menyerap ke dalam tanah sehingga volume air larian akan menurun dan potensi air tanah dangkal akan meningkat.d) Pada daerah aliran sungai, vegetasi pada kanan kiri sempadan sungai harus dipertahankan selebar 50 meter untuk anak sungai dan 100 meter untuk induk sungai. Sketsa lahan konservasi sempadan sungai disajikan pada Gambar 3.1 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungana) Pembuatan saluran air hujan darurat, saluran air hujan (drainase) primer, sekunder maupun tersier di lakukan di sekeliling lokasi tapak proyek.b) Pelestarian vegetasi sempadan sungai di sepanjang sungai yang masuk dalam lokasi tapak proyek.c) Pembuatan buffer zone pada area-area yang tidak akan dibangun dan dipertahankan sebagai ruang terbuka hijau.6) Periode Pengelolaan Lingkungana) Penyediaan fasilitas untuk pengelolaan terhadap peningkatan volume air larian dilakukan sebelum kegiatan pematangan lahan.b) Pembuatan buffer zone dan green belt dilakukan pada saat tahap konstruksi agar pada saat operasi telah tumbuh dan berfungsi.7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Pelaksana : PT. Montelob) Pengawas : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mappi, Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.c) Pelaporan : Kantor Lingkungan Hidup, Kabupten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.

Gambar 3.1. Sketsa lahan Konservasi sempadan sungai3.3.4 Meningkatnya Kandungan TDS, Penurunan DO, Peningkatan Kandungan BOD, COD, H2S, Fosfat, Amoniak, Nitrit dan Nitrat (Penurunan Kualitas Air Permukaan)1) Dampak Penting dan Sumber DampakDampak penting yang dikelola adalah penurunan kualitas air permukaan yang berasal dari limbah domestic kegiatan mandi, cuci dan kakus (MCK) tenaga kerja konstruksi sebanyak 318 orang. Sumber dampak adalah kegiatan penerimaan dan mobilisasi tenaga kerja (operasional base camp dan kantor perkebunan). Dampak kegiatan ini juga akan berdampak lanjutan terhadap biota air pada perairan tersebut.2) Tolok Ukur Dampaka) Kualitas badan air penerima sesuai dengan kondisi rona lingkungan awal.b) Kualitas air sungai mengacu Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 akibat peningkatan kandungan TDS, Penurunan DO, peningkatan kandungan BOD, COD, H2S, fosfat, amoniak, Nitrit dan nitrat.c) Biota air berdasarkan keaneka jenis plankton dan benthos digunakan tolok ukur indeks Diversitas Shannon-Wiener dan indeks dominansi Simpson.

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan HidupTujuan pengelolaan lingkungan terhadap penurunan kualitas air permukaan adalah untuk mempertahankan daya dukung air agar tidak merana (rentan) serta tidak terjadi dampak turunan berupa gangguan terhadap biota air, khususnya pada sungai-sungai yang berada di sekitar lokasi (Sungai Digoel dan Sungai Matan) yang berdampak lanjutan terhadap persepsi masyarakat.4) Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Membuat fasilitas MCK di lokasi basecamp sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Mappi dan Provinsi Papua, al. jarak septic tank dengan sumber air tanah > 10 m.b) Air gelontoran (grey water) dialirkan dan dibuang ke badan air penerima melalui saluran drainase.c) Melakukan penghematan penggunaan air tanah sehingga air limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.5) Lokasi Pengelolaan LingkunganPengelolaan dilakukan di base camp dan kantor perkebunan.6) Periode Pengelolaan LingkunganDilakukan selama kegiatan konstruksi berlangsung.7) Institusi Pengelolaan Lingkungana) Pelaksana : PT. Montelob) Pengawas : Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.c) Pelaporan : Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.3.3.5 Meningkatnya Kandungan TDS, Penurunan DO, Peningkatan BOD, COD, H2S, Fosfat, Amoniak, Nitrit dan Nitrat (Penurunan Kualitas Air Permukaan) serta Peningkatan Kandungan Fe, F dan MBAS pada Air Tanah (Penurunan Kualitas Air Tanah).

1) Dampak Penting dan Sumber DampakDampak penting yang dikelola adalah penurunan kualitas air permukaan dan air tanah dari ceceran pupuk yang terbawa air larian pada saat hujan yang bersumber dari kegiatan pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Penggunaan pupuk yang menggunakan bahan kimia dapat meningkatkan kandungan TDS, Penurunan DO, peningkatan kandungan BOD, COD, H2S, Fosfat, Amoniak, Nitrit dan Nitrat serta peningkatan kandungan Fe, F dan MBAS. Dampak ini juga akan berdampak lanjutan terhadap biota air pada perairan tersebut.2) Tolok Ukur Dampaka) Kualitas air badan air penerima sesuai dengan kondisi rona lingkungan awal.b) Kualitas air sungai mengacu Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 akibat peningkatan kandungan TDS, Penurunan DO, peningkatan kandungan BOD, COD, H2S, fosfat, amoniak, Nitrit dan nitrat.c) Biota air berdasarkan keanekaan jenis planknton dan benthos digunakan tolok indeks Diversitas Shannon- Wiener dan indeks dominansi Simpson.3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan HidupTujuan pengelolaan lingkungan terhadap penurunan kualitas air permukaan dari ceceran pupuk yang terbawa pada saat hujan terhadap badan air penerima adalah untuk mepertahankan daya dukung air agar tidak merana (rentan) serta tidak terjadi dampak turunan berupa gangguan terhadap biota air, khususnya pada sungai-sungai yang berada di sekitar lokasi (Sungai Digoel dan Sungai Matan) yang berdampak lanjutan terhadap persepsi masyarakat.4) Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Dilakukan pengaturan pemupukan dengan dosis yang tepat sehingga tidak berlebih yang dapat menambah pencemaran bdan air penerima.b) Pengoptimalan penumpukan organik ( non kimia) dengan menggunakan limbah organik al. kompos.5) Lokasi pengelolaan LingkunganPengelolaan dilakukan di seluruh areal perkebunan karet.6) Periode Pengelolaan LingkunganDilakukan selama pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM).7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Pelaksana : PT. Montelob) Pengawas : Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.c) Pelaporan : Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.3.3.6 Perubahan Fungsi Ruang dan Multiplier Effect1) Dampak Penting dan Sumber DampakPenerimaan dan mobilisasi tenaga kerja serta penanaman tanaman karet yang menumbuhkan sektor informal berdampak positif terhadap perubahan lahan, ruang dan multiplier effect terhadap pengembangan wilayah.2) Tolok Ukur DampakTolok ukur dampak adalah jumlah penduduk lokal dengan tenaga kerja pendatang yang terserap kegiatan PT. Montello, pertumbuhan sektor informal dengan adanya kegiatan PT. Montello dibandingkan dengan adanya kegiatan PT. Montello 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan HidupTujuan pengelolaan dampak adalah untuk mengoptimalkan perubahan ruang, lahan dan multiplier effect terhadap pengembangan wilayah dengan peningkatkan aktivitas ekonomi lokal pada arel dampak.4) Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Memadukan program CSR Perusahaan dengan Pemerintah Kabupaten Mappi dalam rangka mengembangkan potensi wilayah setempat supaya tepat sasaran.b) Bagi masyarakat umum yang tidak bekerja di PT. Montello dapat dilakukan pelatihan keterampilan khusus misalkan untuk kelompok ibu-ibu PKK, bantuan permodalan skala mikro dan atau kecil menengah (UMKM) bagi aktifitas ekonomi masyarakat yang di anggap layak setelah dilakukan verifikasi tim perusahaan bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Mappi.c) Memadukan program penyediaan prasarana jalan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang akan dilakukan perusahaan terkait dengan penyediaan sarana di areal perkebunan dan pabrik pengelohan karet untuk mendukung aktifitas perusahaan dengan program rencana Pemerintah Kabupaten Mappi di wilayah Distrik Edera dan sekitarnya. 5) Lokasi Pengelolaan LingkunganLokasi pengelolaan lingkungan dilaksanakan di Distrik Edera dan sekitarnya.6) Periode Pengelolaan LingkunganPengelolaan dilakukan mulai tahap konstruksi dan terus dilaksanakan pada tahap operasional.7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Pelaksana : PT. Montellob) Pengawas : Bappeda Kabupaten Mappi, Dinas Perindustrian Kabupaten Mappi, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Mappi, Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.c) Pelaporan : Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.3.3.7 Berkurangnya Tutupan Vegetasi (Terganggunya Keberadaan Flora Darat)1) Dampak Penting dan Sumber DampakDampak penting yang terjadi akibat pembukaan dan penyiapan lahan, pematangan lahan dan pondasi pabrik pengolahan karet adalah berkurang dan hilangya beberapa jenis vegetasi hutan, dimana jenis-jenis hasil hutan yang ada merupakan komoditi unggulan hasil hutan di Kabupaten Mappi, keberadaan jenis dominan pada lokasi penelitian mejadi suatu indikator bahwa komunitas tersebut berada pada habitat yang sesuai dan mendukung pertumbuhannya. Berdasarkan hasil analisis perhitungan indeks nilai penting (INP) tumbuhan yang dominan terdapat di lokasi studi untuk tingkat pertumbuhan pohon, yaitu jenis pulai (Asltonia sp). Dengan INP sebesar 57,343%; bintangur (Calophyllum sp). 48,219%; kayu jambu putih/burolik (Eugenia sp). 44,737%; resak (Vatica sp). 40,871%; dan Rahay/Rafa (Acacia sp). 32,988%. Sementara itu jenis yang dominan untuk tingkat pertumbuhan tiang, yaitu kayu kedondong (Spondias pinnata) dengan INP sebesar 41,390%; mersawa (Anisoptera sp). 35,191%; merbau (Intsia sp). 32,357%; matoa merah (Pometia sp). 27,981%; dan bintangur (Calophyllum sp). 27,515%. Selain itu, hutan ini merupakan habitat bagi berbagai jenis satwa liar yang dilindungi maupun bernilai ekonomis bagi masyarakat sekitar. Sumber dampak terutama berasal dari kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan, pembangunan sarana dan prasarana kebun serta pembangunan Pabrik Pengolahan Karet dimana dilakukan penebangan atau pemangkasan vegetasi yang ada di lokasi tapak proyek.2) Tolak Ukur DampakBerdasarkan hasil analisis diketahui bahwa indeks keanekaragaman (H) jenis tumbuhan yang terdapat di wilayah studi untuk tingkat pertumbuhan pohon berkisar 2,409 2,655 indeks ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis pohon di lokasi wilayah studi termasuk kriteria sedang. Sementara itu, indeks keanekaragaman jenis untuk tiang berkisar antara 2,637 2,932. Indeks ini menunjukkan bahwa keanekaragaman vegetasi jenis tingkat tiang termasuk kedalam kategori sedang. Untuk tingkat pancang, indeks keanekaragamannya berkisar antara 2,346 2,898. Hal ini juga menunjukkan bahwa tingkat pancang juga memiliki tingkat keanekaragaman jenis sedang. Sedangkan untuk tingkat semai memiliki indeks keanekaragaman berkisar 1,901-2,338.Dari sejumlah jenis pertumbuhan yang terdapat di lokasi studi, semua jenis tumbuhan tersebut tidak tergolong kedalam kategori tumbuhan langka atau dilindungi. Hanya terdapat dua jenis tumbuhan yang masuk kategori Apendix II dalam CITES (Convention On International Trade in Endangered Species Of Wild Fauna and Flora), yaitu tumbuhan pakis (Cycas sp.), Amorphophallus sp. Dan beberapa jenis anggrek khas di Papua. Tumbuhan tersebut masih diperbolehkan diperdagangkan secara internasional namun dalam kuota tertentu.

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan HidupTujuan pengelolaan adalah untuk meminimalisir vegetasi yang hilang saat pembukaan dan penyiapan lahan, pembangunan sarana dan prasarana kebun serta pembangunan sehingga penurunan keanekaragaman vegetasi yang ada yang akan ditebang dapat dikurangi. Selain itu, semakin sedikit lahan hutan yang ditebang. Maka hilangya keanekaragaman satwa liar yang ada di dalamnya juga dapat ditekan.4) Pengelolaan Lingkungan HidupPengelolaan dampak terhadap flora yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:a) Pemangkasan atau penebangan pohon hanya dilakukan pada lahan yang akan digunakan untuk perkebunan dan lahan pabrik.b) Melakukan penanaman pada lahan tidak produksi untuk karet. Jenis-jenis tanaman pengganti yang akan ditanam harus merupakan tanaman lokal/asli yang terdapat disetiap lokasi karena ketahanannya telah teruji dan sesuai dengan kondisi lingkungan tersebut.c) Melakukan penenanaman jenis-jenis tumbuhan pengganti untuk jenis yang hilang serta untuk ruang terbuka hijau (RTH) dan jalan, diantaranya adalah yang mempunyai peranan ekologis dan estetika.d) Pada lahan/tanah sacral dan kawasan suaka alam (KSA) yang berbatasan langsung dengan lokasi lahan kebun dan pabrik harus dibuatkan daerah penyangga (buffer zone) di sekeliling tanah sacral tersebut, yang berfungsi sebagai pendukung kawasan konservasi dan merupakan daerah yang sangat potensial untuk dikelola guna mempertahankan kelesetarian biodversistas dan ekosistem, penyangga kawasan konservasi, kawasan budidaya, sumber penghasil pangan, kayu bakar dan obat-obatan.e) Melakukan pembuatan jalur hijau (green belt) yang berfungsi untuk menyangga fisik kawasan dari gangguan, pengaruh jenis eksotik tumbuhan dan sebagai perluasan homerange satwa.f) Pada daerah aliran sungai, vegetasi pada kanan kiri sempadan sungai harus dipertahankan selebar 50 meter untuk anak sungai dan 100 meter untuk induk sungai.5) Lokasi Pengelolaan LingkunganLokasi pengelolaan dilakukan di lokasi tapak proyek, yaitu meliputi:a) Penghijauan dilakukan untuk lahan-lahan tidak produksi untuk tanaman karet.b) Pembuatan daerah penyangga (buffer zone) pada lahan/tanah sakral dan kawasan suaka alam (KSA).c) Pembuatan jalur hijau (green belt) dapat dilakukan pada lahan yang berbatasan dengan permukiman penduduk dan lokasi.d) Mempertahankan vegetasi sempadan sungai di sepanjang sungai yang terdapat di dalam lokasi proyek.6) Periode Pengelolaan Lingkungan HidupPengelolaan lingkungan dilakukan pada saat memulai pembukaan dan penyiapan lahan, pembangunan sarana dan prasarana kebun serta pembangunan hingga selama tahap konstruksi selesai.7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Pelaksana : PT. Montelob) Pengawas : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Mappi, Badan Lingkungan Hidup dan Litbang Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.c) Pelaporan : BAdan Lingkungan Hidup dan Litbang Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.3.3.8 Hilangnya Fauna Darat (Terganggunya Keberadaan Fauna Darat)1) Dampak Penting dan Sumber DampakPenurunan keanekaragaman fauna terutama burung dan mamalia di sekitar tapak proyek merupakan dampak turunan yang diakibatkan kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan, pembangunan sarana dan prasarana kebun serta pembangunan yang menyebabkan hilangya vegetasi yang di tapak proyek sehingga menimbulkan hilangnya tempat berlindung dan mencari makan bagi fauna darat.Sumber dampak yang menyebabkan penurunan keanekaragaman fauna darat adalah penebangan hutan yang menjadi habitat fauna karena kegiatan pembukaan dan penyiapah lahan, pembangunan sarana dan prasarana kebun serta pembangunan.2) Tolok Ukur DampakTercatat paling tidak 8 jenis mamalia yang dapat ditemukan di lokasi tapak proyek. Empat (4) jenis diantaranya merupakan jenis-jenis dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 tahun 1999 tentang jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.Dari hasil pengamatan di lokasi kegiatan PT. Montello dan sekitarnya sedikitnya ditemukan sedikitnya 33 jenis burung. Dari seluruh jenis burung yang ditemukan di lokasi tapak proyek dan sekitanya, terdapat 11 jenis burung yang tergolong jenis yang dilindungi.Dari 10 jenis tersebut 3 jenis diantaranya merupakan jenis-jenis dilindungi yaitu Biawak (Varanus indicus), Ular kaki empat (Tiliqua gigas) dan Buaya air tawar (Crocodyllus novaeguinea).3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Tujuan pengelolaan adalah untuk meminimalsir hilangya jenis-jenis fauna darat (burung, mamalia, reptil dan amphibi) yang ada saat ini terutama untuk jenis-jenis hewan yang dilindungi sehingga tidak terlalu berdampak terhadap keanekaragaman hayati di lokasi tapak proyek.b) Melindungi keanekaan jenis fauna darat yang terdapat di lokasi tapak proyek PT. Montello dan kawasan sekitarnya.4) Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Memberi proteksi terhadap fauna darat liar yang berada di tapak proyek dan sekitarnya dengan tidak melakukan perburuan dan lain sebagainya terutama terhadap jenis fauna yang dilindungi. Misal dengan memasang papan pengumuman dilarang berburu di lokasi kegiatan.b) Kegiatan penebangan pohon atau pemangkasan vegetasi tumbuhan bawah saat pematangan lahan dilakukan secara bertahap. Stress terhadap fauna bisa diminimalisir sehingga dampak kematian, terutama satwa burung, akibat stress dapat ditekan.c) Pembuatan taman dan buffer zone sebagai koridor hijau di dalam lokasi kegiatan industri PT. Montello yang ditanami tumbuhan yang berfungsi sebagai tanaman peneduh, pelindung, estetika lingkungan dari fungsi ekologis sebagai habitat fauna liar untuk meningkat kembali kualitas lingkungan sekitar kebun dan pabrik. Beberapa jenis tanaman pengganti untuk jenis tanaman sumber makanan fauna.5) Lokasi Pengelolaan LingkunganPengelolaan tersebut diprioritaskan di tapak proyek PT. Montello terutama lahan yang mengalami pemangkasan/penebangan pada saat pematangan lahan.6) Periode Pengelolaan LingkunganUpaya pengelolaan dilakukan selama kegiatan konstruksi berlanjut sampai tahap operasional.7) Institusi Pengelolaan Lingkungana) Pelaksana : PT. Montellob) Pengawas : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mappi, Badan Lingkungan Hidup dan Litbang Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.c) Pelaporan : Badan Lingkungan Hidup dan Litbang Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.3.3.9 Gangguan Terhadap Kebaradaan Biota Air1) Dampak Penting dan Sumber DampakKomponen lingkungn yang terkena dampak kegiatan ini adalah keanekaragaman benthos, plankton, dan nekton (ikan) diperairan s. Digoel dan S. Matan. Dampak terhadap fauna air ini merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air diperairan sekitar dari kegiatan 1) pembukaan dan penyiapan lahan; 2) pembangunan sarana dan prasarana kebun 3); pemeliharaan TBM; 4) pematangan lahan dan pondasi pabrik karet. Dampak terhadap fauna air ini akan berdampak lanjutan terhadap sumber mata pencaharian penduduk yang sering menangkap ikan diperairan ini. 2) Tolak Ukur DampakTolak ukur dampak untuk perubahan kualitas lingkungan dari kompenen biota air didasarkan pada keanekaan jenis plankton dan benthos mengunakan indeks diversitas shannon wiener (H) dan indeks dominasi simpson (D) serta keanekaragaman jenis nekton di perairan dilokasi tapak proyek.Sementara itu, untuk tolak ukur keberadaan biota nekton atau ikan di perairan sekitar lokasi tapak proyek, yaitu sedikitnya terdapat 11 jenis ikan yang terdapat diperairan sugai dan rawa dilokasi tapak proyek3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan HidupTujuan pengelolaan lingkungan trhadap biota air sungai adalah meminimalisir dampak kegiatan trhadap biota air, sehingga dengan adanya kegiatan ini tidak mengurangai keberadaan biota air terutama ikan yang menjadi sumber kebutuhan masyarakat.4) Pengelolaan Lingkungan HidupMelakukan Kegiatan Pengelolaan Dalam Mengitisipasi Sumberdampak Primer Seperti Ssersaji Pada Sub. Bab 3. 2.4 Dan Sub. Bab 3.2.5 Diatas. 5) Lokasi Pengelolaan LingkunganPengelolaan lingkungan seluruhnya di dalam lokasi perkebunan karet, terutama pada lokasi pembukaan lahan, Sungai Mantan Dan Danau Tuduh.6) Periode Pengelolaan LingkunganUpaya pengelolaan dilakukan selama kegiatan kontruksi berlanjut sampai tahap operasional.7) Institusi Pengelolaan Lingkungana. Pelaksana : PT. Montelob. Pengawas : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mappi, Badan Lingkungan Hidup dan Litbang Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.c. Pelaporan : Badan Lingkungan Hidup dan Litbang Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.3.3.10 Adanya Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha, Meningkatnya Jumlah Penduduk Akibat Adanya Tenaga Kerja Pendatang serta Perubahaan Adat Istiadat & Pola Kebiasaan Masyarakat Lokal dan Perubahan Layanan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum.1) Dampak penting dan sumber dampakkegiatan rekrutmen tenaga kerja kan membuka peluang orang untuk bekerja (kesempatan kerja) bagi tenaga kerja ahli (oprator alat berat) maupun tenaga kerja non skill yang perpikir berjumlah orang. dengan dapat durekrutnya sekitar 200 orang tenaga lokal, maka sekitar 454 jiwa (57,69) penduduk kampung banamepe dan yodom sisanya dari tenaga kerja dari tenaga kerja yang berasal dari luar akan meningkatkan jumlah penduduk distrik kampung tersebut maupun distrik edera. Dengan adanya pertambangan penduduk sekitar lokasi kebun dan pabrik dengan adanya pekerja pendatang dengan pola kebiasaan masyarakat lokal maupun tenaga kerja di perusahan.Peningkatkan kebutuhan patilitas lingkungan merupakan dampak turun dari peningkatan jumlah penduduknya dengan adanya pendatang pada saat penerimaan tenaga kerja yang bersal dari luar lokasi tampak proyek. bertambahnya penduduk tentunya akan menutut peningkatkan berbagai fasilitas lingkungan seperti fasilitas peribadatan pendidikan hiburan dan jalan.2). Tolak Ukur Dampaka) Perbandingan jumlah pendudukn lokal yang terserap pada kegiatan kontruksi kebun dan pabrik dengan pekerja pendatang minimal 60 : 40.b) Jenis mata pencarian penduduk setempat distrik edera kab. mappi c) Jumlah penduduk lokal yang terseap pada kegiatan kontruksi kebun dan, yaitu kurang lebih 200 orang atau 57, 69 % dari total tenaga kerja yang diakan rektruk serta jumla penduduk kampung banamepe dan yodom Distrik Edera sebelum adanya kegiatan.d) Kepatuhan dan pelaksanaan terhadap adat isti adat dan pola kebiasaan (tata nilai dimasyarakat) sebelum kegiatan dibadingkan dengan adanya kegiatan perusahaan;e) Ketersediaan fasilitas social dan fasilitas umum yang ada dimasyarakat sebelum dan sesuda adanya kegiatan perusahaan.3) Tujuan Rencana Lingkungan HidupTujuan pengelolaan adalah:a) Untuk memaksimalkan terserapnya tenaga kerja tempatan (masyarakat setempat) mengisi kesempatan kerja di PT. MONTELOb) Tertib administrasi domisili para pekerja pendatang;c) Meningkatkan aktivitas lokal pada areal dampak;d) Terpeliharanya tata nilai adat istiadat dan pola kebiasaan dimasyarakat.e) Tertatanya fasilitas umum dan sosial.4) Pengelolaan Lingkungan HidupUpaya pengelolaan untuk aspek social budaya ini ialah :a) Melakukan diseminasi informasi kepada stakeolder tentang bebutuhan dan persyaratan ketenaga kerjaan yang akan direkur perusahaan serta tata cara penerimaan tenaga kerja.b) Menjadikan KTP/Identitas kependudukan dari aparat sebagi persyaratan penerimaan tenga kerja c) Mengutamakan tenga tempat (masyarakat local) dalam perekrutan tenga kerja di perkebunan maupun pabrik pengelolahan karet PT. MONTELO d) Melakuakan pelatiahan keterampilan terhadap masyarakat tempat untuk mempersiapkan keterammpilan yang dibutuhkan perusahaane) Mengharuskan kontraktor merekrut penduduk setempat untuk tenga kerja proyek sesuai dengan kualifikasi dan kebutuhan proyek.f) Dilakukan tertib administrasi kepada setiap pendatang yang pekerja setiap pendatang yang bekerja disetiap pendatang untuk melapor dan menunjukan/membawa indentitas kependudukan dari daerah asal kepada aparat setempat.g) Menyediakan sarana konsulatasi dan diseminasi informasi tentang tata nilai masyarakat kepada pekrja pendatang dan kegiatan ekonomi lokal kepada penduduk lokal.h) Menyediakan sarana konsultasi dan diseminasi informasih tentang tata nilai masyarakat kepada pekerja pendatang dan kegiatan ekonomi lokal kepaada penduduk lokal.i) Membantu penyediaan fasilitas umum dan sosial di masyarakat: antra lain membangun darana dan prasaran untuk karyawan maupun bantuan untuk masyrakat sekitar, antara lain berupa perumahan karyawan, bantuan sarana penerangan untuk masyarakat, sekolah, sarana peribadatan, sumber air bersih, jalan dan sarana lainya untuk mendukung penyediaan saran prasarana dengan adanya peningkatan jumlah pendudk akibat pengadaan tenga kerja dari luar.5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Lokasi pengelolaan dilakukan terdap masyarakat di kampung banamepe dan Distrik Edera Kanbupaten Mamppi.6) Periode Pengelolaan Lingkungan Waktu pnengelolaan adalah pada saat penerima tenaga kerja berlangsung.7) Instusi Pengelolaan Lingkungan Hudupa) Pelaksana: PT. MENTELOb) Pengawas : Dinas tenaga kerja kab. Mappi dan badan Pengelolaan Sunber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.c) Pelaporan: Badan Lingkungan Hidup dan Litbang Kab. Mappi dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup (BAPESDALH) Dinas Tenaga Kerja Prvinsi Papua.3.3.11. Timbulnya Sikap Dan Presepsi Negatif Masyarakat Serta timbulnya Ganguan Keamanan Dilingkungan Sekitar1)Dampak Penting Dan Sumber Dampak Dampak penting yang dikelola adalah timbulnya presepsi masyarakat akibat akibat adanya rencana 1) penerima tenaga kerja; 2) mobilisasi alat berat dan material konstruksi; 3) pembukaan dan penyiapan lahan; 4) pembanguan jalan dan sarana prasarana kebun; 5) penanaman karet; 6) pemeliharaan tanamanbelum mengasilkan (TBM) 7) Pembanguan Pabrik pengolahan karet.2) Tolak Ukur DampakTolak ukur damoak yang digunakan ialah persepsi masyarakat sebelum dan sesudah kegiatan-kegiatan pada tahapan kontruksi.3) Tujuan Rencana Kegiatan Lingkungan HidupTujuan lingkungan hidup ialah untuk mencegah timbulnya presepsi masyarakat negative dimasyarakat akibat akibat rencana kegiatan konstruksi sehingga kerawanan, konflik ssosial serta gangguan kenyamana lingkungan penduduk setempat dapat dicegah.4) Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai kegiatan konstruksi yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat paham dan siap dengan kegiatan yang akan dilakukan.b) Sikap dan presepsi negative yang timbul dimasyarakat umumnya timbul akibat pengelolahan lingkungan yang tidak dilakukan dengan baik pada pentahapan-pentahapan kegiatan konstruksi dalam mengelolaan dampak primer. Oleh karena itu, untuk mencegah timbulnya sikap dan persepsi negatif ini dilakukan pengelolaan lingkungan hidup seperti yang disampaikan sebelumnya yaitu, antara lain: Mengatur kecepatan kendaraan saat melewati jalan tanah khususnya dipermukiman penduduk agar tidak beriringan yaitu interval waktu antara satu kendaraan lain minimal 10 menit dan membatasi kecepatanya yaitu maksimum 35 km/jam, pemasangan rambu pembatas kecepatan. Melakukan semua kegiatan mobilisasi bahan bangunan, pematangan lahan dan pembanguana jalan pada siang hari, sehingga pemaparan debuh dilingkungan pemukiman tidak terus menerus 24 jam. Apabilah dilakukan sampai malam, maka ada pembritahuan kepada masyarakat melalui kepala kampong. Dibuat aluran air hujan darurat terlebih dahuluh disekelilig lokasi yang dimatangkan pada awal kegiatan sebelum dilakukan kegiatan pematangan lahan dan pembangunan jalan. Ujung salurang tersebut sebelum masuk drainase utama dibangun kolam (Bak) pengedapan. Untuk menampung lumpur yang terbawa air hujan. Perbaikan jalan umum yang digujakan untuk mobilisasi bahan dan material bangunan apabilah telah selesai tahapan konstruksi. Mennjadi KTP/sejenis dari apart kampung sebagai persyaratan penerimaan tenaga kerja. Menguatamakann penduduk local dalam perektrutan tenaga kerja di perkebunan maupun pabrik pengolahan karet.c) Melakukan pengelolahan lingkungan hidup dari dampak yang ditimbulkan selama kegiatan konstruksi lainnya, seperti pengolahan dari: Peningkatan debu terbang Peningkatan kebisingan Peningkatan air larian atau permukaan Erosi Penurunan kualitas air permukaan Penurunan kualitas air tanah Tertangguhnya keberadaan fauna dan biata air, dan Penurunan kualitas sanitasi lingkungan 5) Lokasi Pengelolaan lingkungan Pengelolaan lingkungan khususnya dilakukan pada masyarakat yang ada di sekitar tampak proyek, yakni masyarakat kampung Banamepe dan Yodom distrik Edera serta jalan yang di gunakan aktivitas proyek.

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Periode pengelolaan dilakukan selama periode berlangsung.7) Institusi Pengelolaan Lingkungana. Pelaksana : PT. Montelob. Pengawas : Dinas Bina Marga, Dinas Cipta Karya dan Permukiman, Dinas Tenaga Kerja, Badan Lingkungan Hidup, dan litbang kab. Mappi dan badan pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, (BAPESDALH) Provinsi Papua.c. Pelaporan : Badan Lingkungan Hidup dan Litbang kab. Mappi dan badan pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.3.3.12. Penurunan Kualitas Sanitasi Lingkungan A. Kegiatan kegiatan mobilisasi tenaga kerja konstruksi; pembangunan sarana dan Prasarana kebun; pembangunan pabrik karet1) Dampak penting dan sumber dampakKegiatan mobilisasi tenaga kerja konstruksi akan berdampak terhadap sanitasi lingkungan akibat meningkatnya limbah domestic yang berasal dari aktivitas tenaga kerja dan base camp dan kantor. Selain itu dampak terhadap aspek sanitasi juga berasal dari aspek pembangunan sarana dan Prasarana kebun; serta pembangunan pabrik karet merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas udara dengan tinggi kadar debu di sekitar lingkungan pemukiman.Antisipasi penanggulangan beberapa jenis penyakit antara lain: penyebaran penyakit HIV dengan banyaknya pendatang, sebagai tenaga kerja di perusahaan dan berinteraksi dengan masyarakat setempat.2) Tolak ukur dampakSebagai tolak ukur terhadap sanitasi lingkungan tersebut adalah sebagai berikut:a. Kondisi kegelapan fasilitas sanitasi lingkungan (MCK) di base camp.b. Data jumlah dan jenis penyakit yang di derita oleh masyarakat sebelum kegiatan di lakukan, c. Jumlah penduduk yang mengunjungi puskesmas/balai pengobatan sebelum kegiatan penerimaan dan mobilisasi tenaga kerja, mobilisasi alat berat, pembangunan sarana dan prasarana, serta pembangunan pabrik karet dilakukan3) Tujuan rencana pengelolaan lingkungan HidupTujuan pengelolaan adalah untuk mencegah timbulnya penurunan dan dapat meningkatkan kondisi sanitasi lingkungan.4) Pengelolaan lingkungan hidupUntuk mengelola dampak terhadap penurunan kondisi sanitasi lingkungan antara lain dilakukan dengan upaya berikut:a. Membuat fasilitas MCK di lokasi base camp sesuai dengan persyaratan yang di tetapkan dinas kesehatan Kabupaten Mappi dan Provinsi Papua, al. jarak septic tank dengan sumber air tanah > 10 m. (Gambar 3.3.)b. Melakukan pengelolaan terhadap komponen Fisik kimia sehingga tidak terjadi dampak lanjutan, yaitu dampak terhadap penurunan kualitas air permukaan, penurunan kualitas udara ambient terutama peningkatan kandungan debu terbang (TSP) seperti telah di uraikan pada sub-bab sebelumnya.c. Melakukan pemeriksaan kesehatan penduduk di sekitar lokasi kegiatan.5) Lokasi pengelolaan lingkungan Lokasi pengelolaan lingkungan, yaitu lokasi tapak proyek, terutama dilokasi base camp dan jalur akses utama kebun serta pabrik.6) Periode Pengelolaan LingkunganPengelolaan dilakukan selama kegiatan konstruksi kebun dan pabrik pengelolaan karet berlangsung.7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Pelaksana :PT. Montelo

b) Pengawas :Dinas Kesehatan Kabupaten Mappi, Badan Lingkungan Hidup dan Litbang Kab. Mappi dan Badan Pengelola Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.

c) Pelaporan :Badan Lingkungan Hidup dan Litbang Kab. Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.

B. Pembukaan dan Pengelolahan Tanah1) Dampak Penting dan Sumber DampakKegiatan pembukaan lahan untuk rencana perkebunan dapat menyebabkan ternganggunya habitat jenis-jenis binatang antara lain factor malaria (nyamuk Anopheles) yang masih merupakan endemic di wilayah papua, jenis-jenis reptile al. ular, sehingga binatang tersebut akan berpindah tempat dan bisa menuju daerah perkampungan penduduk atau base camp, yang bisa menyerang penduduk yang tinggal di perkampungan atau base camp.2) Tolak Ukur DampakSebagai tolak ukur dampak terhadap kondisi kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:a) Data jumlah dan jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat sebelum dan sesudah kegiatan dilakukan.b) Jumla penduduk yang mengunjungi puskesmas/balai pengobatan sebelum dan dengan adanya kegiatan perusahaan.c) Keberadaan/jumlah pelayanan kesehatan terhadap masyarakat tempat dan tenaga kerja perusahaan.3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan HidupTujuan pengelolaan untuk adalah mencegah timbulnya penurunan kondisi kesehatan masyarakat tempatan dan pendatang.4) Pengelolaan Lingkungan Hidup]Untuk menekan dampak terhadap penurunan kondisi kesehatan masyarakat antara lain di lakukan upaya sebagai berikut:a) Melakukan diseminasi informasi kepada stakeholder, masyarakat setempat dan tenaga kerja pendatang akan pentingnya menjaga kondisi kesehatan sumber penyakit endemic malaria dan cara-cara mengantisipasinya, bahaya binatang buas bahaya dan penyebaran penyakit HIV.b) Membangun dan menyediakan fasilitas kesehatan berupa klinik atau puskesma yang dapat melayani tenaga kerja perusahaan dan masyarakat setempat.c) Melakukan pengelolaan terhadap komponen fisik-kimia sehingga tidak terjadi dampak lanjutan, yaitu dampak terhadap penurunan kualitas air permukaan, penurunan kualitas udara ambient terutama peningkatan kandungan debu terbang (TSP).d) Berperilaku sanitasi yang baik sesuai yang diarahkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mappi.e) Melakukan pemeriksaan kesehatan penduduk di sekitar pabrik sesuai dengan keperluan dan permintaan masyarakat.5) Lokasi Pengelolaan LingkunganLokasi pengelolaan lingkungan, yaitu lokasi tapak proyek yang dekat perkampungan penduduk, di lokasi base camp.6) Periode Pengelolaan LingkunganPengelolaan di lakukan selama kegiatan konstruksi kebun dan pabrik pengelolaan karet berlangsung.7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Pelaksana :PT. Montelo

b) Pengawas :Dinas Kesehatan Kabupaten Mappi, Badan Lingkungan Hidup dan Litbang Kab. Mappi dan Badan Pengelola Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.

c) Pelaporan :Badan Lingkungan Hidup dan Litbang Kab. Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.

Gambar 3.2. Contoh Tipical Septic Tank3.4. Tahapan Operesi 3.4.1. Penurunan Kualitas Udara Karena Peningkatan Kadar NO2, SO2, CO, Debu (TSP) dan BauA. Kegiatan Pengangkutan Hasil ( leteks, RSS dan SIR)1) Dampak Penting Dan Sumber Dampak PentingKegiatan pengangkuta hasil perkebunan berupa hasil berupa letak yang diangkut dari lokasi kebun kelokasi Pabrik pengolahan karet akan menggunkan truk tanki, sehingga menyebabkan material tanah seperti debu akan terangkat dan berterbangan dilokasi kebun dan di sepanyang jalan mualai dari kebun sampai kelakasih pabrik kejalan raya. Penigkatan debu local sepanyang jalur pengangkutan dapat menyebabkan gangguan kedehatan (ISPA), Menurunkan estetika lingkungan serta menganggu kesehatan masyarakat yang negatif terhadap proyek. Suber dampak adalah kegiatan pengangkutan hasil panen.

2) Tolak Ukur Dampak Tolak ukur dampak digunakan sebagai dasar acuan konsentrasi bebu adalah baku mutu berdasarkan peraturan pemerintah repoblik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang pengedalian pencemarang uadara ( BM debu = 230 g/m), NO2, SO2, CO Debu (TSP), Kebisingan berdasarkan KepMenLH No. 48 Tahun 1999. Tolak ukur dampak lanjutan adalah jumlah penderita ISPA yang berdasrkan kunjugan ke puskesmas kecamatan.3) Tujuan pengelolaan lingkunganUntuk menekan dan mempersempit sebarang debu (TSP) keudara dan pollutan udara lai dari sumber emisi bergerak dan tidak bergerak, khususnya di areal permukiman, agar aman bagi lingkungan.4) Upaya Pengelolaan LingkunganUpaya pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan tersebut adalah:a) Melakukan penyiraman jalan terutama pada saat musim kemarau,b) Kebun taman sebagai koridor hijau didalam lokasi pabrik pengolahan karet yang berfungsi sebagai tanaman peneduh, pelindung dan stetika lingkungan yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan sekitar pabrik, terutama dampak lanjutannya terhadap kesehatan karyawan.c) Menggunakan kendaraan angkut yang pakai dan telah uji emisi,d) Melakukan perawatan berkala/ruting terhadap semua unit kendaraan angkut.e) Pengangkutan bahan oleh karet dan hasil pengolahannya yang melalui permukiman penduduk agar: Mengatur kecepatan kendaraan saat melewati jalan tanah khususnya di sekitar permikiman penduduk agar tidak beriringan dan interval waktu antara satu kendaraan dengan kendaraan lain minimal 10 menit. Membatasi kecepatan kendaraan angkut maksimum 35 km/jam, Pemasangan rambu-rambu batas kecepatan kendaraan angkut. Membuat standard operating procedures (SOP) Untuk kegiatan pengangkutan pada kegiatan operasional kebun dan pabrik sehingga dampak yang mungkin timbul dapat ditekan sekecil mungkin.5) Lokasi PengolaanDisepanjang jalur jalan di area kebun, area pabrik pengolahan karet dan batas kebun dengan jalan raya.6) Perode Pengolaan Pengolaan dilakukan selama operasional.7) Institusi Pengolahan Lingkungana) Pelaksana :PT. Montelo

b) Pengawas :Dinas Kesehatan Kabupaten Mappi, Badan Lingkungan Hidup dan Litbang Kab. Mappi dan Badan Pengelola Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.

c) Pelaporan :Badan Lingkungan Hidup dan Litbang Kab. Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.

B) PROSES PENGOLAHAN KARET1) Dampak Penting Dan Sunber Dampak PentingKegiatan pengoperasian pabrik karet yaitu pada proses pengolahan karet diperkirahkan akan menurunkan kuakitas udara akibat meningkatkanya emisi gas buang NO2, CO, SO2 dan TSP. emisi gas buang berasal dari pembukaa solar dari generating set, bahan bakar pengasapan lembarang karet (sheet). Penurunan kualitas udara akan menimbulkan dampak lanjutan terhadap gangguan kesehatan sehingga dikawatirkan akan menimbulkan presepsi masyarakat yang negatif terhadap proyek. Sumber dampak berasal dari proses pengolahan karet.2) Tolak Ukur Dampak a) Tolak ukur dampak yang dihasilkan kegiatan pabrik pengolahan karet yaitu mengacu kepada keputusan Menteri Negeri Lingkungan Hidup No. 13 1995 tentang baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak, lampirang IIB, tentang baku mutu emisi untuk kegiatan lain.b) Tolak ukur dampak kualitas udara adalah baku mutu udara ambient mengacu kepada peraturan pemerintah repoblik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang pengedalian pencemaran udara.c) Tolak ukur dampak untuk kebauab adalah baku mutu kebauan berdasrkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 40 Tahun 1996, tentang baku mutu kebauan d) Tolah ukur dampak lanjutan adalah jumlah penderita ISPA yang tercatat berdasrkan kunjungan ke puskesmas kecamatan atau distrikberdasarkan pemukiman. 3) Tujuan Pengolahan Lingkungan Untik menekan dan mempersempit sebaran emisi gas polutan, partikulat (TSP) dan bau udara khususnya areal permukiman agar aman bagia lingkungan4) Upaya Pengolahan Lingkungan Uapaya pengoalahan lingkunagan yang dilakukan adalah dengan cara:a) Mebuat daerah penjaga berupa sabuk hijaui (bffer zone/green belt) disekeliling pabrik karet.Penyerap polusi udara dan H2S i) Tediri dari pohon, perdu/semak; ii) memiliki kengunaan untuk menyerap udara; iii) jarak tanam rapat; dan iv) bermasan daun padan.Contoh jenis tanaman:a) kisabun (felicium decipiens)b) Aksia Daun Besar (Acasia mangium)c) Bamboo kuning (banbusa filgaris)d) Bogenvil (boungenvillea sp.)e) Teh tehan pangkas (acalypa sp.)Penanaman dikombinasikan dengan tanaman khaks setempat atara lain rahay (Acasia mangium) bus merah (melaleuca sp), bus putih (melaeica leucadendron), ketapang (Terminalia catapa), tanjung (mimusops elengi), bintagur (callophylum sp.), kayu lemo (lisea sp), kayu susu (kabera mongas).

Gambar 3.3 Jalur Tanaman Tepi Penyerap Polusi Udarab) Meminimalkan emisi partikulat melalui pemasangan peralatan pengendali emisi seperti dust collector, west scrubber atau dust air bagc) Air boiler di lengkapi dengan alat pengendali emisi H2S, partikulat dan nilai opositas sehingga sehingga menjadi minimal dan memenuhi baku mutu udara emisi.d) Secara umum seluruh unit produksi yang mengemisikan gas dan partikulat dilengkapi dengan cerobong yang memiliki kecepatan alir gas buangnya > 20 m/detik agar cepat terdilusi di udara bebas dan tidak terjadi turbulensi.e) Tinggi cerobong emisi minimal 2,5 kali tinggi bangunan tertinggi sehingga sebaran emisi di lingkungan sekitarnya merata dan memenuhi baku mutu udara ambient.5) Lokasi pengelolaan Di sekeliling pengelolaan area karet.6) Periode pengelolaan Pengelolaan dilakukan selama operasional pabrik karet.7) Institusi Pengelolaan lingkungan a) Pelaksana : PT. Montelob) Pengawas : kantor lingkungan hidup, Kab. Mappi badan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan Hidup (BAPESDALH) provinsi papua.c) Pelaporan : kantor lingkungan hidup, kab. Mappi dan badan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi papua

Gambar 3.4. Sistem Buffer Zone, dan Ruang Terbuka Hijau Rencana di Tapak Proyek Pabrik Pengolahan Karet PT. Montelo.3.4.2. Peningkatan Kebisingan A. Proses pengelolaan karet serta pengoperasian Boiler 1) Dampak penting dan sumber dampak pentingTerjadinya peningkatan kebisingan yang disebabkan oleh peralatan yang digunakan pada saat kegiatan operasional pabrik pengelolaan karet. Sumber dampak adalah kegiatan pengelolaan karet serta pengoperasian Boiler.2) Tolok ukur dampak Tolok ukur dalam pengelolaan kebisingan adalah keputusan menteri Negara dan lingkungan No. Kep-48/MENLH/11/1996, yaitu baku mutu kebisingan untuk lingkungan industry 70 dBA, permukiman 55 dBA dan ruang terbuka hijau (hutan) 50 dBA.3) Tujuan pengelolaan LingkunganUpaya pengelolaan lingkungan bertujuan untuk menekan dan mempersempit sebaran tingkat kebisingan khususnya di lingkungan pemukiman.4) Upaya pengelolaan Lingkungan Upaya pengelolaan lingkungan yang akan di lakukan adalah : a) seluruh peralatan menimbulkan bising (>85 dBA) seperti genetator dan boiler ditempatkan di tempatkan di ruang tertutup agar kebisingan tidak menyebar.b) Melakukan pemeliharaan berbagai peralatan mesin secara rutin agar suaranya minimal.5) Lokasi pengelolaan Di lokasi pabrik pengelolaan pabrik karet6) Periode pengelolaan Pengelolaan dilakukan selama kegiatan operasional pabrik.7) Institusi pengelolaan lingkungan a) Pelaksana : PT. Montelob) Pengawas : Kantor Lingkungan Hidup, Kab. Mappi badan pengelolaan sumber daya alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papuac) Pelaporan : Kantor Lingkungan Hidup, Kab. Mappi dan badan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi papua3.4.3. Meningkatnya Kandungan TDS, Penurunan DO, Peningkatan Kandungan BOD, COD, H2 S, Fosfat, Amoniak, Nitrit Dan Nitrat (Penurunan Kualitas Air Permukaan)A. Penerimaan dan mobilisasi tenaga kerja1) Dampak Penting sumber dampak Dampak penting yang di kelola adalah penurunan kualitas air permukaan yang berasal dari limbah domesstik kegiatan mandi, cuci dan Kakus (MCK) tenaga kerja operasi sebanyak 1.320 orang. Sumber dampak adalah kegiatan penerimaan dan mobilisasi tenaga kerja. Dampak kegiatan ini juga berdampak lanjutan terhadap biota air pada perairan tersebut.2) Tolak ukur dampaka) Kualitas air badan air penerima sesuai dengan kondisi rona lingkungan awal.b) Kualitas air sungai mengacu peraturan pemerintah No. 82 Tahun 2001 akibat peningkatan kandungan TDS, penurunan DO, peningkatan kandungan BOD, COD, H2S, Fosfat, Amoniak, Nitrit dan Nitrat.c) Biota air berdasarkan keanekaan jenis plankton dan benthos digunakan tolok ukur indeks Diversitas Shannon wiener dan indeks dominasi 3) Tujuan Rencana pengelolaan lingkungan hidupTujuan pengelolaan lingkungan terhadap penurunan kualitas air permukaan adalah untuk mempertahankan daya dukung air agar tidak merana (rentan) serta tidak terjadi dampak turunan berupa gangguan terhadap biota air, khususnya sungai sungai yang berada di sekitar lokasi ( sungai digoel dan sungai matan) yang berdampak lanjutan terhadap persepsi masyarakat.4) Pengelolaan lingkungan Hidupa) Membuat fasilitas MCK di basecamp sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dinas kesehatan Kabupaten Mappi dan Provinsi papua, al. jarak septic tank dengan sumber air tanah > 10 m.b) Grey water dibuang ke drainase/sungai.5) Lokasi pengelolaan lingkunganPengelolaan dilakukan di areal kebun karet, baik kebun, pabrik pengelolaan karet dan kantor.6) Periode pengelolaan lingkunganDilakukan setiap hari selama kegiatan operasional kebun dan pabrik.7) Institusi pengelolaan lingkungan a) Pelaksana : PT. Montelob) Pengawas : Dinas Kehutanan dan perkebunan kab. Mappi, kantor lingkungan hidup, kab. Mappi badan pengelolaan sumber daya alam lingkungan hidup (BAPESDALH) provinsi papuac) Pelaporan : Kantor lingkungan hidup, kabupaten Mappi dan badan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua

B. Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM)1) Dampak penting dan Sumber Dampak Kegiatan pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) akan berdampak terhadap penurunan kualitas air dari ceceran pupuk yang terbawa pada saat hujan. Pemupukan dan pengendalian hama pada saat penanaman dan pemeliharaan, dilakukan secara intensif. Pupuk yang di sebar untuk pemeliharaan tanaman tidak terserap semua oleh tanaman. Pupuk yang tidak terserap dimungkinkan akan terbawa air limpasan menuju badan air penerima. Penggunan pupuk yang menggunakan bahan kimia dapat meningkatkan kandungan TDS, penurunan DO, peningkatan kandungan BOD, COD, H2S, fosfat, amoniak, Nitrit dan nitrat, kegiatan ini juga akan memberikan dampak lanjutan terhadap biota air. 2) Tolok Ukur Dampaka) Kualitas air badan air penerima sesuai dengan kondisi rona lingkungan awal.b) Kualitas air sungai mengacau Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 akibat peningkatan kandungan TDS, Penurunan DO, peningkatan kandungan BOD, COD, H2S, fosfat, amoniak, Nitrit dan nitrat.c) Biota air berdasarkan keaneka jenis plankton dan benthos digunakan tolok ukur Indeks Diversitas Shannon-Wiener dan indeks dominansi Simpson.3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan HidupTujuan pengelolaan lingkungan terhadap penurunan kualitas air permukaan adalah untuk mepertahankan daya dukung air agar tidak merana (rentan) serta tidak terjadi dampak turunan berupa gangguan terhadap biota air, khususnya pada sungai-sungai yang berada di sekitar lokasi (Sungai Digoel dan Sungai Matan) yang berdampak lanjutan terhadap persepsi masyarakat.4) Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Dilakukan pengaturan pemupukan dengan dosis yang tepat sehingga tidak berlebih yang dapat menambah pencemaran badan air penerima. b) Pengoptimalan pemupukan organic (non kimia) dengan menggunakan limbah organik al. Kompos5) Lokasi Pengelolaan LingkunganPengelolaan dilakukan di seluruh areal kebun.6) Periode Pengelolaan LingkunganDilakukan selama kegiatan operasional kebun.7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Pelaksana : PT. Montelob) Pengawas : Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.c) Pelaporan : Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.C. Pengolahan Limbah (Operasional IPAL)1) Dampak Penting dan Sumber DampakPembuangan air limbah dari kegiatan proses pengolahan karet ini ke Sungai Digoel yang telah diolah di unit IPAL akan menyebabkan penurunan kualitas air sungai tersebut khusunya karena peningkatan kandungan parameter BOD, COD, TSS, total N serta pH.Penurunan kualitas air sungai Digoel ini dikhawatirkan akan menurunkan dan menganggu keberadaan Sungai Digoel sebagai habitat Biota Air.2) Tolok Ukur Dampaka) Jumlah limbah cair yang dihasilkan kegiatan operasional pabrik pengolahan karet.b) Kualitas air sungai mengacu pada Lampiran A IV Kep Men LH No. 51 tahun 1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri.c) Kualitas air sungai mengacu Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 akibat peningkatan kandungan- kandungan parameter BOD, COD, TSS, Minyak dan Lemak, total N serta pH.3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan HidupTujuan pengelolaan lingkungan terhadap penurunan kualitas air dari pembuangan limbah hasil dari proses pengolahan karet apabila terbawa air hujan akan masuk ke Sungai Digoel (sebagai badan air penerima dari sungai yang ada di sekitar lokasi) sehingga memenuhi baku mutu yang disyaratkan serta tidak terjadi gangguan terhadap biota air, khususnya pada sungai-sungai yang berada di sekitar lokasi yang berdampak lanjutan terhadap persepsi masyarakat.4) Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Melakukan pemeliharaan mesin-mesin pabrik pengolah karet secara rutin dengan mengacu pada SOP, agar dapat menekan limbah yang dihasilkan, dan mengoperasikan IPAL sesuai dengan SOP sehingga limbah yang dibuang ke badan air penerima memenuhi baku mutu yang ditetapkan.b) Pemisahan saluran air limbah dan saluran domestik atau non limbah, sehingga dibuat oil traps untuk menanngakp ceceran minyak dari lantai dan lainnya.c) Memasang kasa penyaring terhadap saluran pembuangan limbah cair, sehinnga padatan yang terikut dalam air limbah dapat tertahan.d) Memasang alat ukur penggunaan air dan alat pengukur debit limbah, agar kuantitas penggunaan air untuk kegiatan proses pengolahan dan jumlah limbah cair tang dihasilkan dapat terpantau secara baik.e) Pembuatan sumur pantau untuk mengetahui kemungkinan terjadinya pencemaran pada air tanah.5) Lokasi Pengelolan LingkunganPengelolaan dilakukan pada saluran drenaise dan saluran IPAL, IPAL dan area pabrik karet areal kebun.6) Peridoe Pengelolaan LingkunganDilakukan selama kegiatan operasional pabrik berlangsung. 7) Isntitusi Pengelolaan Lingkungan Hidupa) Pelaksana : PT. Montelob) Pengawas : Kantor Lingkungan Kab. Mappi Bada Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Linkunagn Hidup ( BAPESDALH) Provinsi Papuac) Pelapor : Kantor Lingkungan Hiduo Kab. Mappi Dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua 3.4.4 Penururunan Kualualitas Air Tanah; Peningkatan Kandungan Paraeter BOD, COD, TSS, Minyak Dan Lemak, Totaln Serta pH Dan Zat Pencemar Lainya.1. Dampak Penting dan Sumber Dampakkegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) akan berdampak terhadap penurunan kualitas air tanah dari ceceran pupuk yang terbawa pada saat hujan. Pemupukan dan pengendalian hama pada saat penanaman tidak terserap oleh semua tanaman. Pupuk yang tidak terserap dimungkinkan akan terbawa air limpasan menuju badan air penerima. Penggunaan pupuuk yang menggunakan bahan kimia dapat mengakibatkan penurunan kualitas air tanah; peningkatan parameter BOD, COD, TSS, minyak dan Lemak, totoal N serta pH dan zat pencemar lainnya , kegiatan ini juga akan memeberikan dampak lanjutan terhadap biota air.2. Tolak Ukur Dampak a. Keputusan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tetang syarat-syarat dan pengawasan kualiats airb. Kualitas air tanah mengacu peraturan menteri kesehatan no. 192/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungn HidupTujuan pengelolaan lingkungan terhadap penurunan kualitas air dari ceceran pupuk yang terbawa pada saat hujan akuifer tanah untuk mempertahankan daya dukung air tanah, agar tidak rentan serta tidak terjadi penurunan kualitas air tanah khususnya yang dekat dengan pemukiman penduduk sekitar lokasi.4. Pengelolaan Lingkungan Hidupa. Dibuatkan saluran air hujan/pembatas di sekeliling sumur atau sumber air/mata air yang di pergunakan untuk kebutuhan domestik masyarakat, supaya air larian pada saat hujan turun yang membawa sisa-sisa pupuk tidak langsung masuk ke sumur atau sumber air/mata air yang dipergunakan penduduk.b. Dilakukan pengaturan pemupukan dengan dosis yang tepat sehingga tidak berlebih yang dapat menambah pencemaran badan air penerima.c. Dibuat sumur pantau pada lokasi upstream dan downstream dari air tanah untuk mementau adanya pencemaran air tanah.5. Lokasi Pengelolaan Lingkungana. Pengelolaan dilakukan disekitar sumur-sumur penduduk dan sumber air/mata air yang di pergunakan sebagai keperluan domestik masyarakat.b. Di seluruh areal kebun untuk kegiatan pemupukan.6. Periode Pengelolaan LingkunganDilakukan selama opersional perkebunan dan pabrik berlangsung.7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidupa. Pelaksana : PT. Montelob. Pengawas : Kantor Lingkungan Hidup,Kab. Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.c. Pelaporan : Kantor Lingkungan Hidup,Kab. Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.3.4.5 Perubahan Lahan, Ruang Dan Multiplier Effect Terhadap Pengembangan Wilayah 1) Dampak Penting Dan Sumber Dampak PentingPerekrutan dan mobilisasi tenaga kerja, peningkatan aktifitas ekonomi dengan beroperasi perkebunan dan pabrik pengolahan karet yang menumbuhkan sektor informal berdampak positif pada perubahan lahan, ruang dam multiplier effect terhadap pengembangan wilayah.2) Tolak Ukur DampakTolak ukur dampak adalah jumlah penduduk lokal dan tegana kerja pendatang yang terserap kegiatan PT. MONTELO, pertumbuhan sector informal dengan adanya kegiatan PT. MONTELO dibandingkan dengan adanya kegiatan PT. MONTELO.

3) Tujuan Pengelolaan LingkunganTujuan pengelolaan dampak adalah untuk mengoptimalkan perubahan ruang, lahan dan multiplier effect terhadap pengembangan wilayah dengan peningkatan aktivitas ekonomi lokal pada areal dampak.4) Upaya Pengelolaan LingkunganUpaya pengelolaan lingkungan ialah:a) Memadukan program csr perubahan dengan pemerintah kabupaten mappi dalam rangka pengembangkan potensi wilayah setempat supaya tepat sasaran.b) Bagi masyarjarakat umum yang tidak bekerja di PT. MONTELO dapat dilakukan pelatihan keterampilan khusus misalkanna untuk kelompok ibu-ibu PKK, bantuan permodalan skala mikro dan atau kecil menengah, (UMKM) bagi aktivitasi tim perusahaan bekerja sama dengan Perintah Kabupaten Mappi.c) Memadukan program penyediaan prasarana jalan, fasilitas social, dan fasilitas umum, yang akan dilakukan sarana-sarana di areal perkebunan dan untuk mendukung aktivitas perusahaan dengan program rencana Pemerintah Kabupaten Mappi Kampung Banamepe Dan Yodom Distrik Edera Kab. Mappi5) Lokasi Pengelolaan LingkunganLokasi pengelolaan lingkungan dilaksanakan di Kampung Banamepe dan Yodom Distrik Edera Kab. Mappi.6) Perode pengelolaan lingkunganPengelolaan dilakukan mulai tahap kontruksi dan terus dilakukan pada tahap operasional7) Institusi Pengelolaan Lingkungana) Pelaksana : PT. MONTELOb) Pengawas : BAPPEDA Kab. Mappi, Dinas Perindutrian Kab. Mappi , Dinas Tenaga Kerja Kab. Mappim Kantor Lingkungan Hidup, Kab. Mappi, Dinas Perhubungan Kab. Mappi Dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH)c) Pelaporan : Kantor Lingkungn Hidup, Kab. Mappi Dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alm Dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.3.4.6 Terganggunya Habitat Biota Air1) Dampak Penting Dan Sumber DampakKomponen lingkungan yang terkena dampak kegiatan ini adalah keanekaragamaan benthos, plankton, dan nekton (ikan) di perairan S matan dan S. Digoel. Dampak terhadap fauna air ini merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air diperairan sekitar kegiatan dari kegiatan penerimaan dan mmobilisasi tenaga kerja serta pengolahan limbah. Dampak terhadap fauna air ini akan berdampak lanjutan terhadap sumber mata pencaharian penduduk yang sering menangkap ikn di oerairan ini.Kegiatan yang menjadi penyebab dampak adalah kegiatan penerimaan dan mobilisasi tenaga kerja serta pengolahan limbah yang penurunan kualitas air permukaan meningkatnya kandungan BOD< COD, TSS. Minyak dan lemak, totol N dan total pH air badan penerima. Hal ini menimbulkan biota air (flora dan fauna air)2) Tolak Ukur DampakTolak ukur dampak untuk menentukan perubahan kualitas lingkungan dari komponen biota air didasarkan pada keanekaan jenis plankton dan bethos menggunakan indeks divesrsitas shannon- wiener (H) dan indeks dominasi simpson (D) serta keanekaragaman jenis nekton diperairan di lokasi tapak proyek.Sementara itu , untuk tolak ukur keberadaan biota nekton atau ikan di perairan sekitar lokasi tapak proyek, yaitu seditinya terdapat 11 jenis ikan yang terdapat di perairan sungai dan rawah di lokasi tapak proyek.

Tabel 3.1 tolak ukur indeks keanekaragaman dan dominasi biota air.noLokasi JumlahIndeksKeanekaragaman (H)IndeksDominasi (D)

A. Fitoplankton

1Up Strean Sungai Digoel I 4 1,277 0,306

2Up Stream Sungai Digoel II 4 1,330 0,278

3Down Stream Sungai Digoel I 3 1,099 0,333

4Down Stream Sungai Digoel II 9 2,043 0,136

5Kali Matan 6 1,733 0, 188

B. Zooplankton

1Up Strean Sungai Digoel I 4 1,332 0,280

2Up Stream Sungai Digoel II 4 1,089 0,420

3Down Stream Sungai Digoel I 2 0,673 0,520

4Down Stream Sungai Digoel II 1 0,000 1,000

5Kali Matan 5 0,565 0,759

C. Benthos

1Up Strean Sungai Digoel I 3 1,055 0,360

2Up Stream Sungai Digoel II 3 1,099 0,333

3Down Stream Sungai Digoel I 3 1,099 0,333

4Down Stream Sungai Digoel II 1 0,000 1,000

5Kali Matan 3 1,055 0,360

Sumber analisis data primer, 2012Lokasi sampiling:1. = Sungai Digoel Utara Tapak Proyek. Koordinat: S 07 10 544 E 139 3459,72. = Sungai Digoel Kp. Banamepe Distrik Edera. Koordinat: S 071623,0e 139 31712,23. = Sungai Digoel Utara Tapak Proyek Kp. Nanamepe. Koordinat: S 071621,15e1393173324,8.4. = Sungai Digoel Kp. Yodomdistrik Edera Koordinat: S 071500,1e 1392816,1.5. Kali Matan Kp. Banamepe Distrik Edera. Koordinat : S 0716148,0e1393049,5.3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan HidupTujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup terhadap biota air sungai adalah meminimalisir dampak kegiatan terhadap biota air, sehingga dengan adanya kegiatan ini tidak mengurai keberadaan biota air terutama ikan yang menjadi sumber kebutuhan masyarakat.4) Pengelolaan Lingkungan HidupMelakukan kegiatan pengelolaan dalam mengantisipasi sumber dampak primer seperti tersaji pada sub 3.4.3. dan sub bab 3.4.4 diatas.5) Lokasi pengelolaan lingkungan hidupPengelolaan dilakukan pada lokasi IPAL6) Periode pengelolaan lingkungan Pengelolaan dilkukan setiap hari selama kegiatan operasional pabri penolahan karet.7) Institusi pengelolaan lingkungan hidupa. Pelaksana : PT. Montelob. Pengawas : Badan Lingkungan Hidup Dan Litbang Kab. Mappi Dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.c. Pelaporan : Badan Lingkunagn Hidup Dan Litban Kab. Mappi Adan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua3.4.7 Meningkatnya Jumlah Penduduk Akibat Adanyatenaga Kerja Pendatang Perubahan Adat Istiadat & Dan Pola Kebiasaan Masyarakat Lokal Dan Perubahan Layanan Fasilitas Sosial Dan Fasilits Umum1) Dampak penting dan sumber dampak Kegiatan rekrutment tenaga kerja apada saat operasional akan membuka peluang untuk bekerja ( kesempatan kerja) bagi tenaga kerja management, profesional, administrasi, ahli skill maupun tenaga kerja non-skill tang diperkirakan berjumlah 1.320 orang yang akan bergabung dengan tenaga kerja kebun sejumlah yang berjumlah 318 orang, sehingga total menjadi 1.638 orang. Dengan penambahan sebanyak lk. Maksimal 50% (lk.660 orang) untuk tenaga kerja operasional yang berasal dari luar akan meningkatkan jumlah penduduk di tiga distrik tersebut sebesar 83%.Dengan adanya penambahan penduduk disekitar lokasi kebun dan pabrik dengan adanya pekerja pendatang dengan pola dan kebiasaan yang berbeda-beda akan berdampak terhadap adat istiadat adan pola kebiasaan masyarakat lokal maupun tenaga kerja lokalyang bekerja di perusahaan.Peningkatan kebutuhan fasilitas lingkungan merupakan dampak turunan dari peningkatan jumlah penduduk dengan adanya pendatang pada saat penerimaan tenaga kerja yang berasal dariluar lokasitapak proyek. Bertambahnya penduduk tentunya akan menuntut peningkatan berbagai fasilitas lingkungan seperti fasilitas peribadatan, pendidikan, hiburan dan jalan.2) Tolak Ukur Dampaka) Jumlah penduduklokal yang terserap pada kegiaan kontruksi kebun dan, yaitu kurang lebih 660 orang atau 50% dari total tenaga kerja yang direkrut untuk operasional pabrik, serta jumlah penduduk Kampung Banamepe Dan Yodom Distrik Edera adanya kegiatan.b) Kepwtuhan dan pelaksaan terhadap adat isiadat dan pola kebiasaan (tata nilai di masyarakat) sebelum kegiatan dilakukan dibandingkan dengan adanya kegiatan peruahaan.c) Ketersediaan fasilitas sosialdan fasilitas umum yang ada dimasyarakat sebelum dan sesudanya kegiatan prusahaan.3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan HidupTujuan pengelolaan adalah:a) Tertib administrasi domisili para pekerja pendatang;b) Meningkatkan aktivitas ekonomi lokalpada areal dampak;c) Terpeliharanya tata nilai dalam masyarakat.d) Tertatanya fasilitasumum dan sosial.4) Pengelolaan Lingkungan HidupUpaya pengelolaan lingkungan hidup untuk aspek sosial budaya ini adalah:a. Dilakukan tertib administrasi kepada setiap pendatang yang bekerja di perusahaan untuk melapor dan menunjuk/ membawa identitas kependudukan dari daerah asal kepada aparat setempat.b. Menyediakan sarana konsultasi dan desiminasi informasi tentang tata nilai masyarakat kepada pekerja pendatang dan kegiatan ekonomi lokal kepada penduduk lokal.c. Menyediakan sarana konsultasi dan desiminasi informasi tentang tata nilai masyarakat kepada pekerja pendatang dan kegiatan ekonomi lokal kepada penduduk lokal.d. Membantu menyediakan fasilitas umum dan sosial dimasyarakat antara lain: membangun sarana dan prasarana untuk karyawan maupun bantuan untuk masyarakat sekitar, antara lain berupa perumahan karyawan, bantuan sarana dan penerangan untuk masyarakat, sekolah sarana peribadatan, sumber air bersih, jalan dan sarana lainnya untuk mendukung penyediaan sarana-prasarana dengan adanya peningkatan jumlah penduduk akibat pengadaan tenaga kerja dari luar.5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan, yaiu masyarakat di Kampung Banamepe Dan Yodom Distrik Edera Kab. Mappi.6) Periode Pengelolaan LingkunganWaktu pengelolaan adalah selama operasional kebun dan pabrik berlangsung.7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidupa. Pelaksana : PT. Montelob. Pengawas : Dinas Cipta Karya Dan Pemukiman Kab. Mappi, Badan Lingkungan Hidup Dan Litbang Kab. Mappi Dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papuac. Pelaporan : Badan Lingkungan Hidup Dan Litbang Kab. Mappi Dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungn Hidup