altruisme

7
Oleh : Indah Astrid Universitas Gunadarma Program Psikologi I. LANDASAN TEORI A. ALTRUISME 1. Pengertian Altruisme Beberapa ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda mengenai altruisme. Menururt Santrock (1995) altruisme ialah suatu minat yang tidak mementingkan diri sendiri dalam menolong seseorang. Pendapat ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Myers (dalam Sarwono, 2009) altruisme didefinisikan sebagai hasrat untuk menolong orang lain tanpa mementingkan kepentingan diri sendiri. Sedangkan menurut Baron & Byrne (2005) altruisme yang sejati adalah kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan untuk kebaikkan orang lain. pendapat lain dikemukakan oleh Sears dkk (1994) atruisme ialah tindakan sukarela yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun. Altruisme adalah bagian dari perilaku menolong, dan lebih menunjukkan pada tindakan yang memotivasi keuntungan untuk orang lain daripada keuntungan untuk dirinya sendiri.

Upload: indah-astrid-sianturi

Post on 26-Jul-2015

200 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Altruisme

Oleh : Indah Astrid

Universitas Gunadarma

Program Psikologi

I. LANDASAN TEORI

A. ALTRUISME

1. Pengertian Altruisme

Beberapa ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda mengenai altruisme.

Menururt Santrock (1995) altruisme ialah suatu minat yang tidak mementingkan diri sendiri

dalam menolong seseorang. Pendapat ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Myers

(dalam Sarwono, 2009) altruisme didefinisikan sebagai hasrat untuk menolong orang lain

tanpa mementingkan kepentingan diri sendiri. Sedangkan menurut Baron & Byrne (2005)

altruisme yang sejati adalah kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan

untuk kebaikkan orang lain. pendapat lain dikemukakan oleh Sears dkk (1994) atruisme ialah

tindakan sukarela yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menolong

orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun. Altruisme adalah bagian dari perilaku

menolong, dan lebih menunjukkan pada tindakan yang memotivasi keuntungan untuk orang

lain daripada keuntungan untuk dirinya sendiri.

Dorongan altruisme merupakan dorongan ketulusan hati untuk selalu memberikan

bantuan pada setiap orang tanpa menuntut balas. Orang yang tak dikenal yang

memepertaruhkan nyawanya sendiri untuk menolong korban dari mobil yang terbakar dan

kemudian menghilang begitu saja, merupakan perilaku altruistik (Sears, 1994). Menururt

Myers (1999) & Sampson seseorang yang dikatakan memiliki kecenderungan altruisme bila

didalam hatinya terkandung komponen-komponen berikut, pertama, adanya empati, yaitu

kemampuan merasakan perasaan yang dialami orang lain. kedua, sukarela, yaitu tidak ada

keinginan untuk mendapatkan imbalan. Ketiga, keinginan memberikan bantuan pada orang

yang membutuhkan bantuan meskipun tidak ada orang yang mengetahui bantuan yang telah

diberikannya.

Page 2: Altruisme

Dari beberapa pengertian altruisme tersebut dapat disimpulkan bahwa altruisme adalah

kepedulian seseorang untuk menolong oranglain secara sukarela tanpa mementingkan diri

sendiri dan tanpa mengharapkan imbalan apapun.

2. Komponen-Komponen dan Karakteristik Altruisme

Menurut Einsberg dan Mussen (dalam Agustion & Betty, 2007) hal-hal yang

termasuk dalam komponen altruisme adalah sebagai berikut:

1. Sharing (memberi)

Individu yang sering berperilaku altruis biasanya sering memberikan sesuatu

bantuan kepada orang lain yang lebih membutuhkan dari pada dirinya.

2. Cooperative (kerja sama)

Individu yang memiliki sifat altruis lebih senang melakukan suatu pekerjaan secara

bersama-sama, karena mereka berfikir dengan berkerja sama tersebut mereka dapat

lebih bersosialisasi dengan sesama manusia dan dapat mempercepat pekerjaanya.

3. Donating ( menyumbang )

Individu yang memiliki sifat altruis senang memberikan sesuatu atau suatu

bantuan kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan dari orang yang ditolongnya.

4. Helping ( menolong )

Individu yang memiliki sifat altruis senang membantu orang lain dan

memberikan apa-apa yang berguna ketika orang lain dalam kesusahan karena hal

tersebut dapat menimbulkan perasaan positif dalam diri si penolong.

5. Honesty ( kejujuran )

Individu yang memiliki sifat altruis memiliki suatu sikap yang lurus hati, tulus

serta tidak curang, mereka mengutamakan nilai kejujuran dalam dirinya

6. Generosity ( kedermawanan )

Individu yang memiliki sifat altruis memiliki sikap dari orang yang suka

beramal, suka memberi derma atau pemurah hati kepada orang lain yang

membutuhkan pertolongannya tanpa mengharapkan imbalan apapun dari orang yang

ditolongnya.

7. Mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain

Page 3: Altruisme

Individu yang memiliki sifat altruis selalu berusaha untuk mempertimbangkan hak

dan kesejahteraan orang lain, mereka selalu berusaha agar orang lain tidak

mengalami kesusahan.

Sedangkan menurut Oliner & Oliner (dalam Baron & Byrne, 2005) faktor disposisional yang

menyusun kepribadian altruistik adalah sebagai berikut:

1. Empati

Mereka yang menolong ditemukan memiliki empati yang lebih tinggi dibandingkan

mereka yang tidak menolong..

2. Mempercayai dunia yang adil

Orang yang menolong mempersepsikan dunia sebagai tempat yang adil dan percaya

bahwa tingkah laku yang baik diberi imbalan dan tingkah laku yang buruk diberi

hukuman.

3. Tanggung jawab sosial

Mereka yang menolong mengekspresikan kepercayaan bahwa setiap orang bertanggung

jawab untuk melakukan yang terbaik untuk menolong orang yang membutuhkan.

4. Locus of control internal

Ini merupakan kepercayan individual bahwa dia dapat memilih untuk bertingkah laku

dalam cara yang memaksimalkan hasil akhir yang baik dan meminimalkan hasil akhir

yang buruk.

5. Egosentrisme rendah

Orang-orang yang terpusat pada dirinya sendiri biasanya kurang memiliki keinginan

untuk menolong orang lain yang berada dalam kesulitan, karena mereka biasanya

cenderung kompetitif.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Altruisme

Menurut Baron & Byrne (dalam Sarwono, 2009) secara garis besar ada dua faktor yang

mempengaruhi perilaku altruistik, yaitu faktor situasional dan faktor pribadi.

Faktor situasional :

a) Jumlah bystander

Page 4: Altruisme

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa semakin banyak orang lain, semakin

kecil kecenderungan orang untuk menolong (Latane & Nida dalam Sarwono, 2009).

Menurut Baumeister ( dalam Sears dkk, 1994) efek penonton juga dapat menimbulkan

rasa takut dinilai. Seseorang yang mengetahui perilakunya diperhatikan oleh orang lain

mungkin orang tersebut akan berusaha melakukan apa yang diharapkan oleh orang ain

sehingga dapat memberi kesan yang baik.

b) Model

Ada orang lain sebagai model, akan meningkatkan terjadinya perilaku altruistik pada

individu lain yang mengamati model tersebut (Bryan & Testi; Rushton & Campbell dalam

Sarwono, 2009). Model ini menjadi suatu penuntun bagi individu lainnya untuk turut

melakukan tingakah altruistik.

c) Desakan waktu

Biasanya orang yang sibuk dan tergesa-gesa cenderung untuk tidak menolong.

Mereka tidak meluangkan waktu untuk mencoba melihat kebutuhan orang lain.

sedangkan orang yang santai leboh besar kemungkinannya untuk memberikan

pertolongan kepada yang membutuhkan.

d) Kemampuan yang dimiliki

Kalau orang merasa mampu, ia akan cenderung menolong, sedangkan kalau tidak

mampu ia tidak akan menolong.

Faktor pribadi :

a) Perasaan

Perasaan dalam diri seseorang dalam mempengaruhi perilaku menolong. Kurang ada

konsistensi dalam pengaruh perasaan yang negatif (sedih, murung, kecewa dan

sebagainya) terhadap perilaku menolong.

b) Faktor sifat

Bierhoff, Klien & Kramp (dalam Sarwono 2009) menyatakan bahwa orang yang

perasa dan berempati tinggi dengan sendirinya akan lebih memikirkan orang lain dan

karenanya lebih mendorong. Dengan demikian pula, orang yang memilki pemantauan diri

(self monitoring) yang tinggi akan cenderung lebih penolong karena dengan perilaku

menolong dia cenderung mendapatkan penghargaan sosial yang lebih tinggi.

Page 5: Altruisme

c) Agama

Keyakinan terhadap norma agama bahwa harus menolong orang yang lemah sehingga

membuat seseorang mau memberikan pertolongan kepada orang lain (Baker dalam

Sarwono, 2009).

d) Orientasi seksual

Terdapat kecenderungan orang-orang untuk memberikan pertolongan kepada individu

lain yang memiliki orientasi seksual yang sama.

e) Jenis kelamin

Penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih banyak ditolong daripada laki-laki.

Lebih khusus lagi jika penolongnya laki-laki, maka wanita lebih banyak ditolong tetapi

jika penolongnya wanita, maka laki-laki dan wanita sama banyak mendapat pertolongan.