alih kode dan campur kode bahasa jawa dalam rapat … · sedangkan, metode analisis data dengan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ALIH KODE DAN CAMPUR KODE BAHASA JAWA
DALAM RAPAT IBU-IBU PKK DI KEPATIHAN KULON
SURAKARTA
(Suatu Kajian Sosiolinguistik)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Sastra Daerah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun oleh:
MUNDIANITA ROSITA VINANSIS
C 0107034
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ALIH KODE DAN CAMPUR KODE BAHASA JAWA
DALAM RAPAT IBU-IBU PKK DI KEPATIHAN KULON
SURAKARTA
(Suatu Kajian Sosiolinguistik)
Disusun oleh:
MUNDIANITA ROSITA VINANSIS
C 0107034
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing I
Drs. Sujono, M. Hum.
NIP 1955040419830301002
Pembimbing II
Drs. Sri Supiyarno, M. A.
NIP 195605061981031001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Sastra Daerah
Drs. Imam Sutardjo, M.Hum.
NIP 196001011987031004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ALIH KODE DAN CAMPUR KODE BAHASA JAWA
DALAM RAPAT IBU-IBU PKK DI KELURAHAN KEPATIHAN
KULON, SURAKARTA
(Suatu Kajian Sosiolinguistik)
Disusun oleh:
MUNDIANITA ROSITA VINANSIS
C 0107034
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Pada tanggal, 19 April 2011
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Drs. Yohanes Suwanto, M.Hum ………………
NIP. 196110121987031002
Sekretaris Dra. Sri Mulyati, M.Hum ………………
NIP 195610211981032001
Penguji I Drs. Sujono, M.Hum. ………………
NIP 195504041983031001
Penguji II Drs. Sri Supiyarno, M. A. ………………
NIP 195605061981031001
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A.
NIP 195303141985061001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Mundianita Rosita Vinansis
NIM : C0107034
Menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi yang berjudul Alih Kode dan Campur Kode
Bahasa Jawa dalam Rapat Ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta
adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain.
Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari pernyataan ini terbukti tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari
skripsi tersebut.
Surakarta, 19 April 2011
Yang membuat pernyataan
Mundianita Rosita Vinansis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Bekerja keras, tekun dan doa adalah kunci keberhasilan. Kemungkinan itu
selalu ada, jadi selalu bersemangat dan pantang menyerah, membuat hidup
menjadi indah (penulis).
Terwujudnya keinginan berbanding lurus dengan keikhlasan membiarkan
keinginan itu terjadi (penulis).
Keseimbangan bicara dan bekerja memulyakan kualitas hidup. Berusaha
menyeimbangkan kehidupan di dunia dan akhirat demi mengharap ridho Allah
SWT (penulis).
Sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Alam Nasyrah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
Bapak dan ibuku yang tersayang, dan kelurga yang selalu merestuiku,
memberiku semangat, dan doa.
Om S. Hudijono dan Bulik Sri Wahyu Widayati sekeluarga yang telah
membiayai pendidikan, memberiku kepercayaan dan dukungan.
Ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon yang telah menjadi informan dan
memberikan banyak informasi mengenai organisasi kemasyarakatan.
Teman-teman Sastra Daerah angkatan 2007 yang selalu mendampingi dalam
suka dan duka selama menjadi mahasiswa sastra daerah di Universitas Sebelas
Maret.
Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan segala rahmat, taufik, hidayah-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan sekripsi ini dengan baik dan lancar.
Skripsi yang berjudul Alih Kode dan Campur Kode Bahasa Jawa dalam Rapat
Ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta (Suatu Kajian
Sosiolinguistik), merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra
di Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Proses penyusunan skripsi ini terselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Drs. Sudarno, M.A., selaku Dekan beserta staf Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan
kesempatan untuk menyusun skripsi.
2. Drs. Imam Sutardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah yang
telah memberikan kemudahan dan kesempatan bagi penulis dalam
menyusun skripsi.
3. Drs. Y. Suwanto, M.Hum., selaku Pembimbing Akademik yang telah
dengan sabar membimbing, memberikan kemudahan dan kesempatan
penulis dalam menyusun skripsi maupun dalam melaksanakan setiap
kegiatan kemahasiswaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
4. Drs. Sujono, M.Hum., selaku pembimbing pertama yang telah berkenan
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan penuh perhatian
dan kesabaran.
5. Drs. Supiyarno, M.A., selaku pembimbing kedua dengan sabar, dan
perhatian dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah berkenan
memberikan ilmunya kepada peneliti.
7. Kepala dan staf perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa maupun
perpustakaan pusat UNS, yang telah banyak membantu peneliti memberikan
kemudahan dalam pelayanan pada penyelesaian skripsi.
8. Bapak dan Ibuku yang telah memberi semangat dan doa.
9. Ibu-ibu PKK Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta sebagai informan yang
memberi pengetahuan mengenai kemasyarakatan, kepedulian dan penerapan
peran sosial di dalam maupun di luar organisasi PKK.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas
semua bantuan dan dukungannya.
Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadikan
pahala dan mendapat balasan dari Allah SWT. Dalam penulisan skripsi ini, penulis
menyadari masih banyak kekurangan. Maka penulis mengharap kritik dan saran guna
menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi diri
penulis dan semua pembaca.
Surakarta, 19 April 2011
Mundianita Rosita Vinansis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................. i
PERSETUJUAN ................................................................................................... ii
PENGESAHAN .................................................................................................... iii
PERNYATAAN ................................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................ v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
PENGANTAR ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
ABSTRAK ............................................................................................................ xv
BAB. I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ............................................................................ 6
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
1. Manfaat Teoretis ............................................................................. 7
2. Manfaat Praktis ............................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR .................................. 9
A. Sosiolinguistik ...................................................................................... 9
B. Hakikat Kedwibahasaan, Bilingualisme dan Diglosia ......................... 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
C. Ragam Bahasa ...................................................................................... 11
D. Pembagian Tingkat Tutur ..................................................................... 13
E. Kode ..................................................................................................... 14
F. Alih Kode ............................................................................................. 15
1. Bentuk Alih Kode .............................................................................. 16
2. Faktor yang Melatarbelakangi Alih Kode ......................................... 17
3. Fungsi Alih Kode .............................................................................. 19
G. Campur Kode ....................................................................................... 20
1. Bentuk Campur Kode ........................................................................ 21
2. Faktor yang Melatarbelakangi Campur Kode ................................... 22
3. Fungsi Campur Kode ......................................................................... 23
H. Komponen Tutur .................................................................................. 23
I. Situasi Sosioligis di Keluarahan Kepatihan Kulon .............................. 25
J. PKK sebagai Organisasi Kemasyarakatan ........................................... 27
K. Kerangka Pikir ...................................................................................... 28
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 30
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 30
B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 30
C. Data dan Sumber Data .......................................................................... 31
D. Populasi dan Sampel ............................................................................ 31
E. Alat Penelitian ...................................................................................... 32
F. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................................... 32
G. Metode dan Teknik Analisis Data ........................................................ 33
H. Metode Penyajian Hasil Analisis Data ................................................. 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB IV. ANALISIS DATA ................................................................................. 38
A. Bentuk, Faktor yang Melatarbelakangi dan Fungsi Alih Kode dalam
Rapat Ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta ........... 38
1. Bentuk Alih Kode ........................................................................... 38
2. Faktor yang Melatarbelakangi Alih Kode....................................... 52
3. Fungsi Alih Kode ............................................................................ 60
B. Bentuk, Faktor yang Melatarbelakangi dan Fungsi Campur Kode
dalam Rapat Ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta . 72
1. Bentuk Campur Kode ..................................................................... 72
2. Faktor yang Melatarbelakangi Campur Kode ................................. 84
3. Fungsi Campur Kode ...................................................................... 90
BAB V. PENUTUP .............................................................................................. 100
A. Simpulan ............................................................................................... 100
B. Saran .................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 103
LAMPIRAN .......................................................................................................... 111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA
A. Daftar Singkatan
AK : Alih Kode
APE : Alat Permainan Edukatif
Balita : Bawah lima tahun
Bapernas : Badan Perencanaan Nasional
BI : Bahasa Indonesia
BJ : Bahasa Jawa
BJRK : Bahasa Jawa Ragam Krama
BJRN : Bahasa Jawa Ragam Ngoko
BKB : Bina Keluarga Balita
BLUD : Badan Layanan Umum Daerah
BUL : Bagi Unsur Langsung
CK : Campur Kode
HBS : Hubung Banding Mempersamakan
KIA : Kartu Intensif Anak
KK : Kartu Keluarga
Lansia : Lanjut Usia
Linmas : Lintas Masyarakat
LPMK : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
LP2A : Lembaga Pembinaan dan Pengamalan Agama
LP3 : Lembaga Pemberdayaan Perlindungan Perempuan
O1 : Penutur
O2 : Mitra Tutur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
O3 : Penutur ketiga
PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
Pokja : Kelompok Kerja
Poksus : Kelompok Khusus
Posyandu : Pos pelayanan terpadu
PR : Pekerjaan Rumah
PUP : Pilah Unsur Penentu
Rakernas : Rapat kerja nasional
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
SD : Sekolah Dasar
SKD : Sub Klinik Desa
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMS : Sort Massage Service
SPEAKING : Setting, Participant, End, Action, Key, Instrument, Norm,
Genre
SWT : Subhanahu Wa’ Taala
UPPKS : Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
YME : Yang Maha Esa
B. Daftar Tanda
Cetak miring : Menandakan data
Cetak miring tebal : Menandakan data yang dianalisis
(….) : Menandakan keterangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
‘….’ : Menandakan makna atau glos satuan lingual
→ : Menandakan menuju ke dalam
.... : Menandakan kesenyapan atau jeda
/ : Garis miring sebagai tanda pemisah dan menandakan
atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tuturan dalam Rapat PKK sebagai Sampel...........................................106
Lampiran 2. Tuturan dalam Rapat PKK sebagai Populasi.........................................124
Lampiran 3. Foto Kegiatan Rapat PKK.....................................................................150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
Mundianita Rosita Vinansis. C0107034. 2007. Alih Kode dan Campur Kode Bahasa
Jawa dalam Rapat Ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta. Skripsi:
Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Perumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1)
Bagaimanakah bentuk alih kode dan campur kode bahasa Jawa dalam rapat ibu-ibu
PKK? (2) Bagaimanakah faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan
campur kode dalam rapat ibu-ibu PKK? (3) Bagaimanakah fungsi alih kode dan
campur kode dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta?
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan bentuk alih kode dan campur
kode (2) Mendeskripsikan faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan
campur kode. (3)Mendeskripsikan fungsi alih kode dan campur kode dalam rapat ibu-
ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Lokasi penelitian di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta. Sumber data
penelitian ini berasal dari informan. Informan dipilih berdasarkan penutur yang
berperan dalam rapat ibu-ibu PKK. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan
tuturan dalam rapat ibu-ibu PKK. Dalam hal ini sampel berupa tuturan bahasa Jawa
yang terdapat alih kode dan campur kode bahasa Jawa dalam rapat ibu-ibu PKK di
Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta. Metode pengambilan data dengan metode
simak. Sedangkan, metode analisis data dengan mengunakan metode agih dan padan.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bentuk
alih kode dalam rapat ibu-ibu PKK di kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta adalah
(1) AK dari BJRK ke dalam BI, (2) AK dari BJRN ke dalam BI, (3) AK dari BJRK ke
dalam BJRN, (4) AK dari BJRN ke dalam BJRK. Kemudian faktor yang
melatarbelakangi AK ditemukan sebagai berikut: (1) prinsip kesopanan dan
kesantunan penutur (O1), (2) penutur (O1) ingin mengimbangi bahasa yang
digunakan oleh mitra tuturnya (O2), (3) perubahan mitra tutur (O2) dalam tuturan, (4)
hadirnya orang ketiga (O3), (5) topik yang dibicarakan. Fungsi AK yang ditemukan
sebagai berikut: (1) lebih persuasif mengajak mitra tutur (O2), (2) lebih argumentatif
meyakinkan mitra tutur (O2), (3) lebih komunikatif untuk meminta tolong, (4) lebih
komunikatif untuk menjelaskan, (5) lebih prestis, (6) membangkitkan rasa simpatik.
CK yang terjadi dalam rapat ibu-ibu PKK Kelurahan Kepatihan Kulon,
Surakarta dibagi menjadi 4 bentuk menurut struktur kebahasaan yang terlibat di
dalamnya yaitu (1) CK berwujud penyisipan kata dasar, (2) CK berwujud penyisipan
kata jadian, (3) CK berwujud penyisipan perulangan kata, (4) CK berwujud
penyisipan frasa. Sedangkan faktor yang melatarbelakangi penggunaan campur kode
ada 3 yaitu (1) identifikasi peranan atau peran sosial penutur (O1), (2) prinsip
kesopanan dan kesantunan penutur, (3) penutur (O1) ingin menafsirkan dan
menjelaskan maksud yang diinginkannya. Kemudian fungsi CK yang ditemukan ada
5 yaitu (1) lebih argumentatif dalam menyakinkan mitra tutur (O2), (2) lebih persuasif
membujuk atau menyuruh mitra tutur (O2), (3) lebih komunikatif menyampaikan
informasi, (4) lebih singkat dan mudah dipahami, dan (5) lebih prestis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tradisi lisan yang berkembang di Jawa memungkinkan seorang ibu untuk
berkumpul dan membina organisasi kemasyarakatan. PKK merupakan salah satu
organisasi kemasyarakatan yang aktif diikuti oleh sosok ibu. Seorang ibu selalu
menginginkan keluarganya sejahtera dan dapat menjalin hubungan sosial yang baik
dengan anggota masyarakat lain dalam masyarakat. Organisasi PKK dipilih karena
memiliki manfaat yang dibutuhkan tersebut. PKK merupakan organisasi yang
dibentuk pemerintah dalam rangka mensosialisasikan program-program membina
keluarga sejahtera di Indonesia. Adanya organisasi PKK memberikan ruang
komunikasi antarmasyarakat terutama untuk sosok ibu sehingga akan terjalin
hubungan sosial yang berkesinambungan.
Ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, merupakan bagian dari
masyarakat Jawa, mereka menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana komunikasi. Saat
rapat ibu-ibu PKK seharusnya menggunakan satu bahasa saja yang dianggap sebagai
bahasa formal. Pemakaian satu bahasa terkadang sulit untuk dilakukan, ada beberapa
faktor yang menyebabkan ibu-ibu PKK menggunakan lebih dari satu bahasa,
kemudian terdapat bentuk dan fungsi tersendiri yang menjadi ciri khas
penggunaannya. Dalam masyarakat multilingual penggunaan lebih dari satu bahasa
sangat mungkin terjadi karena ibu-ibu PKK menguasai lebih dari satu bahasa yaitu
bahasa Jawa, Indonesia dan sedikit mengetahui tentang bahasa Inggris. Saat
menggunakan lebih dari dua bahasa ada kemungkinan terjadi alih kode dan campur
kode sebagai bentuk, kemudian terdapat faktor penyebab dan fungsi penggunaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Alih kode dan campur kode akan jelas apabila diberikan contoh penggunaan dan
analisis mengenai keduanya dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon,
Surakarta.
Berikut ini contoh penggunaan alih kode.
(1) Bu Nuk (Harmini) : Wong ketuane Bu Lurah ngko ndadak ning nggone Bu
Lurah sik, wakil ketuane Bu Nuk nyanggone Bu Nuk, ngko
POKJA-ne Bu Warni lho kok, ning nek Bu Nuk kan garek
hallo oh ya Bu ketemu ning kene gitu. Memudahkan
masyarakat, gitu ya Bu tentang akte kelahiran.
„Ketuanya Bu Lurah nanti harus ketempat Bu Lurah dahulu,
wakil ketuanya Bu Nuk ketempatnya Bu Nuk, nanti POKJA-
nya Bu Warni, tetapi kalau Bu Nuk kan tinggal hallo, ya Bu
bertemu di sini begitu. Memudahkan masyarakat, begitu ya
Bu tentang akte kelahiran.‟
Data (1) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia, tanggal 10 Desember 2011. Tuturan
dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan
Kulon. Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat peristiwa alih
kode intern. Alih kode terjadi dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Wong ketuane Bu
Lurah ngko ndadak ning nggone Bu Lurah sik, wakil ketuane Bu Nuk nyanggone Bu
Nuk, ngko POKJA-ne Bu Warni lho kok, ning nek Bu Nuk kan garek hallo oh ya Bu
ketemu ning kene gitu. ke dalam bahasa Indonesia yaitu Memudahkan masyarakat,
gitu ya Bu tentang akte kelahiran. Kemudian faktor yang melatabelakangi terjadinya
alih kode adalah penutur (O1) ingin berganti topik pembicaraan, mulanya topik
pembicaraan mengenai Bu Nuk (Harmini) yang memberi kemudahan bagi masyarakat
mengenai akte kelahiran. Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih komunikatif untuk
menjelaskan pada ibu-ibu PKK bahwa Bu Nuk (Harmini) akan memudahkan
masyarakat dalam mengurus akte kelahiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berikut ini merupakan contoh penggunaan campur kode.
(2) Bu Nuk (Harmini) : Jadi jangan oh iki anak ra nduwe pak, oh ki anakke sapa ra
nggenah, jangan seperti itu.
„Jadi jangan anak ini tidak memiliki ayah, ini anaknya siapa
tidak jelas, jangan seperti itu.‟
Percakapan di atas terjadi dalam rapat ibu-ibu PKK. Bu Nuk (Harmini)
adalah seorang ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon. Dalam tuturan terdapat 2
peristiwa campur kode berupa penyisipan frasa. Pertama, campur kode ditandai
dengan masuknya bahasa Indonesia yaitu frasa Jadi jangan, ke dalam satu bahasa inti
bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Jadi jangan oh iki anak ra nduwe pak. Kedua,
campur kode terjadi penyisipan dari bahasa Indonesia yaitu jangan seperti itu
kedalam satu bahasa inti bahasa Jawa ragam ngoko yaitu oh ki anakke sapa ra
nggenah, jangan seperti itu. Campur kode dalam tuturan dapat disebut dengan
campur kode ke dalam (inner code-mixing). Campur kode disebabkan karena peran
sosial penutur yang saat itu memberikan informasi dan menghimbau agar ibu-ibu
PKK tidak mendeskriminasikan anak yang tidak memiliki ayah. Fungsi penggunaan
campur kode tersebut adalah lebih persuasif dalam membujuk atau menghimbau ibu-
ibu PKK agar lebih menghargai anak yang tidak memiliki ayah seperti anak-anak lain,
atau tidak membeda-bedakan dengan anak lain yang memiliki ayah.
Penelitian sosiolinguistik sebelumnya, khususnya terkait dengan alih kode
dan campur kode, yang pernah dilakukan baik yang berbentuk buku, tesis, dan skripsi
adalah sebagai berikut.
Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode, buku terbitan oleh Kunjana Rahardi
(2001). Penelitian tersebut mengenai komponen tutur, sistem tutur sebagai salah satu
jenis kode, pemerian wujud kode, dan alih kode dalam wacana jual-beli sandang di
pasar Bringharjo, Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
“Campur Kode dalam Komunikasi Lisan Masyarakat Multilingual (Studi
Kasus di Pesantren Pabelan Magelang),” thesis oleh R. Jamaluddin (2002). Penelitian
ini menunjukkan di Pesantren Pabelan banyak digunakan campur kode dalam wujud
kata, frasa, idiom, pengulangan kata dan klausa. Faktor utama penutur menggunakan
CK diidentifikasikan sebanyak 14 macam faktor utama diantaranya ingin menekankan
atau menjelaskan makna, menyesuaikan dengan audien, menyrsuaikan dengan topik
pembicaraan, menyesuaikan dengan latar, peranan pembelajaran (untuk tujuan
edukatif), untuk mengurangi kefulgaran memperhalus dan metafora, karena kebiasaan
kebahasaan penutur, ingin mencairkan suasana, agar terdengar santai, ingin
menggugah perhatian, registeral, gejala kelaziman, dan ketidakmampuan sementara
penutur. Apabila 14 faktor disederhanakan maka terdapat dua penyebab utama yaitu
faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan.
“Alih Kode dan Campur Kode dalam Kegiatan Belajar Mengajar di
Pesantren Modern “Arrisalah” Kabupaten Ponorogo (Kajian Sosiolingustik),” thesis
oleh Mulyani (2004). Penelitian ini difokuskan pada temuan pokok yaitu peristiwa
yang mononjol terjadinya alih kode dan campur kode di pesantren modern Arrisalah
dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode dan campur kode di
pesantren tersebut.
“Campur Kode dan Alih Kode dalam Acara Ketoprak Humor di RCTI
(Suatu Tinjauan Sosiolinguistik),” skripsi oleh Lamini (2003). Penelitian tersebut
mengklasifikasi bentuk campur kode dari kata sampai klausa, mengelompokan data
alih kode dalam bahasa Jawa, dialek Jakarta, dan alih kode bahasa Inggris, kemudian
identifikasi frekuensi variasi bahasa dalam bentuk-bentuk alih kode dan campur kode
pada acara Ketoprak Humor di RCTI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
“Alih Kode dan Campur Kode dalam Cerbung Dolanan Geni Karya
Suwendi Endraswara (Anaisis Sosiolinguistik),” skripsi oleh Etik Yuliati (2010).
Penelitian tersebut mengklasifikasi bentuk alih kode dan campur kode dalam cerbung
Dolanan Geni karya Suwandi Endraswara. Bentuk alih kode yang ditemukan yaitu
dari BJRN ke dalam BJRK, dari BI ke dalam BJ, dari BJ ke dalam BI, dari BJRK ke
dalam BJRN. Bentuk campur kode yang ditemukan dari kata, frasa, baster,
perulangan kata, ungkapan/idiom, dan klausa. Ditemukan 5 fungsi alih kode yaitu (1)
membangkitkan rasa humor, (2) menghormati mitra tutur, (3) pada saat berganti
suasana atau dalam suasana berbeda dari awal tuturan berlangsung, (4) untuk
bergengsi, (5) menyeimbangkan bahasa dengan mitra tutur. Ada 12 fungsi campur
kode dalam cerbung Dolanan Geni di antaranya (1) menghormati mitra tutur atau
objek yang dibicarakan, (2) memudahkan jalannya komunikasi antara penutur dan
mitra tutur jika kesulitan mencari padanan dalam bahasa Jawa, (3) menunjukkan
keakraban antara penutur dan mitra tutur, (4) untuk bercanda, (5) meluapkan perasaan
gembira, (6) menunjukkan rasa syukur, dan (7) mempermudah menyampaikan
maksud penutur kepada mitra tutur.
Ternyata dari beberapa penelitian sebelumnya, belum ada yang mengkaji
alih kode dan campur kode bahasa Jawa pada rapat ibu-ibu PKK. Penelitian mengenai
alih kode dan campur kode ini diposisikan sebagai jembatan untuk lebih
memperdalam pembahasan mengenai bentuk, faktor yang melatarbelakangi, serta
fungsi penggunaan alih kode dan campur kode bahasa Jawa dalam rapat ibu-ibu PKK
di Kepatihan Kulon, Surakarta. Penelitian ini mengambil pembahasan mengenai alih
kode dan campur kode bahasa Jawa karena penggunaan keduanya tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat tutur khususnya dalam rapat ibu-ibu PKK di Kepatihan
Kulon, Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah digunakan agar penelitian tidak keluar dari sasaran
yang akan dicapai. Penelitian ini membatasi masalah pada bentuk, faktor yang
melatarbelakangi, dan fungsi alih kode dan campur kode bahasa Jawa dalam rapat
ibu-ibu PKK di Kepatihan Kulon. Peneliti membatasi peristiwa alih kode dan campur
kode bahasa Jawa pada komunikasi lisan, rapat ibu-ibu PKK di Kepatihan Kulon,
Surakarta.
C. Perumusan Masalah
Berikut masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini.
1. Bagaimanakah bentuk alih kode dan campur kode bahasa Jawa yang terjadi
dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta?
(Permasalahan ini dikaji untuk menggambarkan bentuk penggunaan alih kode
dan campur kode bahasa Jawa dalam rapat PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon,
Surakarta).
2. Bagaimanakah faktor yang melatarbelakangi alih kode dan campur kode bahasa
Jawa yang terjadi dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon,
Surakarta? (Permasalahan ini dikaji untuk mengetahui faktor yang
melatarbelakangi terjadinya alih kode dan campur kode bahasa Jawa dalam rapat
ibu-ibu PKK di Kepatihan Kulon, Surakarta).
3. Bagaimanakah fungsi alih kode dan campur kode bahasa Jawa yang terjadi dalam
rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon Surakarta? (Permasalahan ini
dikaji untuk mengetahui bagaimana fungsi alih kode dan campur kode bahasa
Jawa yang terjadi dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon,
Surakarta).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan bentuk alih kode dan campur kode bahasa Jawa yang terjadi
dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta.
2. Mendeskripsikan faktor yang melatarbelakangi alih kode dan campur kode
bahasa Jawa yang terjadi dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan
Kulon, Surakarta.
3. Mendeskripsikan fungsi alih kode dan campur kode bahasa Jawa yang terjadi
dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta.
E. Manfaat Penelitian
Berikut ini manfaat penelitian secara teoretis dan praktis.
1. Manfaat teoretis.
Penelitian ini dapat menambah khasanah teori sosiolinguistik, khususnya
mengenai alih kode dan campur kode.
2. Manfaat praktis.
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian
sosiolinguistik selanjutnya, khususnya yang berkaitan langsung dengan alih
kode dan campur kode.
b. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada Ibu-ibu PKK, peneliti dan
masyarakat mengenai alih kode dan campur kode bahasa Jawa yang dapat
terjadi dalam masyarakat multilingual tidak terkecuali dalam rapat ibu-ibu PKK
di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta.
c. Penelitian ini bisa digunakan sebagai alternatif model penelitian sosiolinguistik
selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan
Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka dan Kerangka Pikir
Kajian pustaka meliputi sosiolinguistik, hakikat kedwibahasaan dan diglosia,
ragam bahasa, pembagian tingkat tutur bahasa Jawa (undha-usuk), kode, alih kode,
campur kode, komponen tutur, situasi sosiologis di Kelurahan Kepatihan Kulon, dan
PKK sebagai organisasi kemasyarakatan. Kerangka pikir meliputi gambaran
penelitian.
Bab III Metode Penelitian
Metode penelitian berisi jenis penelitian, lokasi penelitian, data dan sumber
data, populasi dan sampel, alat penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis
data, dan metode penyajian hasil analisis data.
Bab IV Hasil Analisis data dan Pembahasan
Hasil analisis data dan pembahasan berisi faktor yang melatarbelakangi,
bentuk, dan fungsi alih kode dan campur kode Jawa yang digunakan dalam rapat PKK
di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta.
Bab V Penutup.
Penutup terdiri dari simpulan dan saran.
Daftar Pustaka
Lampiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
Kajian pustaka dalam penelitian ini meliputi sosiolinguistik, hakikat
kedwibahasaan, bilingual dan diglosia, ragam bahasa, pembagian tingkat tutur bahasa
Jawa (undha-usuk), kode, alih kode, campur kode, komponen tutur, situasi sosiologis
di Kelurahan Kepatihan Kulon, dan PKK sebagai organisasi kemasyarakatan.
Kerangka pikir digunakan untuk memberikan gambaran permasalahan, proses dan
hasil penelitian.
A. Sosiolinguistik
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan untuk selalu
berinteraksi dengan sesamanya dengan menggunakan bahasa. Sosiolingusitik
mengkaji mengenai bahasa yang dihubungkan dengan masyarakat penuturnya. Seperti
yang diungkapkan oleh Suwito, sosiolinguistik menempatkan kedudukan bahasa
dalam hubungannya dengan pemakaiannya dalam masyarakat. Ini berarti bahwa
sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai sistem sosial dan sistem
komunikasi, serta merupakan bagian dari suatu masyarakat tertentu (1983: 2).
Sumarsono dan Paina Partana menyebutkan bahwa sosiolinguistik adalah
kajian bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan (dipelajari oleh ilmu-
ilmu sosial khususnya sosiologi) (2004: 1).
Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati
sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau
didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat (Abdul Chaer
dan Leonie Agustina, 2004: 2). Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa sosiolingustik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
merupakan kajian yang menggabungkan antara dua bidang ilmu antardisiplin, dan
mempelajari penggunaan bahasa dalam masyarakat penuturnya.
B. Hakikat Kedwibahasaan, Bilingualisme, dan Diglosia
Suwito berpendapat bahwa baik kedwibahasaan maupun diglosia pada
hakikatnya adalah peristiwa menyangkut pemakaian dua bahasa yang dipergunakan
oleh seseorang atau sekelompok orang di dalam suatu masyarakat, maka antara kedua
peristiwa itu nampak adanya hubungan timbal-balik yang mewarnai sifat masyarakat
tuturnya (1983: 47). Pendapat mengenai pengertian kedwibahasaan atau yang disebut
dengan bilingualisme, diperkuat oleh Abdul Chaer dan Leonie Agustine, secara
harfiah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan
dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa (1995: 111-112).
Terkait dengan hakikat kedwibahasaan, bilingualisme, dan diglosia,
Nababan mengutarakan bahwa kesanggupan atau kemampuan seseorang
berdwibahasa yaitu memakai dua bahasa, disebut bilingualitas (dari bahasa Inggris
bilinguality). Jadi orang yang “berdwibahasa” mencakup pengertian kebiasaan
menggunakan dua bahasa. Dapat dibedakan pengertian itu dengan “kedwibahasaan”
(untuk kebiasaan) dan kedwibahasawanan (untuk kemampuan) (1990: 27).
Pengertian diglosia diperinci oleh Harimurti Kridalaksana, diglosia adalah
situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas variasi-variasi bahasa yang ada. Satu
variasi diberi status “tinggi” dan dipakai untuk penggunaan resmi atau penggunaan
publik dan mempunyai ciri-ciri yang lebih kompleks dan konservatif, variasi lain
mempunyai status “rendah” dan dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan
strukturnya disesuaikan dengan saluran komunikasi lisan (2008: 50).
Kemudian Aslinda dan Leni Syafyahya juga berpendapat mengenai hakikat
diglosia, kedwibahasaan, dan bilingualisme. Pengertian diglosia boleh dikatakan sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dengan kedwibahasaan, tetapi istilah diglosia lebih cenderung dipakai untuk
menunjukkan keadaan masyarakat tutur, di mana terjadinya alokasi fungsi dari dua
bahasa atau ragam. Disisi lain, istilah kedwibahasaan lebih ditekankan pada keadaan
pemakai bahasa itu (2010: 27).
Dapat disimpulkan bahwa hakikat kedwibahasaan, bilingual dan diglosia
adalah pemakaian dua bahasa dalam kelompok masyarakat. Jadi ibu-ibu PKK di
Kelurahan Kepatihan Kulon yang menggunakan dua bahasa disebut dengan bilingual
atau dwibahasawan.
C. Ragam Bahasa
Sebelum lebih jauh membahas mengenai ragam bahasa, sekilas gambaran mengenai
posisi ragam bahasa sebagai salah satu wujud dari variasi bahasa yang khusus diutarakan oleh
Soepomo Poedjosoedarmo. Soepomo Poedjosoedarmo berpendapat bahwa variasi bahasa
adalah bentuk-bentuk dalam suatu bahasa yang masing-masing memiliki pola-pola yang
menyerupai pola umum bahasa induknya. Ada lima wujud variasi bahasa, yaitu, idiolek,
dialek, ragam bahasa, register, dan tingkat tutur atau unddha usuk (speech levels).
1. Idiolek merupakan variasi bahasa yang sifatnya individual, maksudnya sifat khas
tuturan seseorang berbeda dengan tuturan orang lain.
2. Dialek merupakan variasi bahasa yang disebabkan adanya perbedaan daerah asal
penutur dan perbedaan kelas sosial penutur. Oleh karena itu, maka dikenal adanya
dialek geografis.
3. Ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang disebabkan adanya perbedaan dari
sudut penutur, tempat, pokok tuturan, dan situasi. Sehubungan ragam bahasa ini
dikenal adanya ragam bahasa resmi dan ragam bahasa tidak resmi (santai, akrab).
4. Register merupakan variasi bahasa yang disebabkan adanya sifat-sifat khas
kebutuhan pemakainya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
5. Tingkat tutur merupakan variasi bahasa yang disebabkan adanya perbedaan
anggapan penutur tentang relasinya atau hubungannya dengan mitra tuturnya.
Relasi tersebut dapat bersifat akrab, sedang, berjarak, menarik, mendatar, dan
menurun (dalam Maryono Dwiraharjo, 2001: 36-37).
Terkait dengan ragam bahasa, Suwito berpendapat bahwa ragam bahasa
adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menunjuk salah satu dari sekian variasi
yang terdapat dalam pemakaian bahasa. Variasi itu timbul karena kebutuhan penutur
akan adanya alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dalam konteks sosialnya.
Adanya berbagai variasi menunjukkan bahwa pemakaian bahasa tutur itu bersifat
aneka ragam (heterogen) (1983: 148).
Soepomo Poedjosoedarmo, dkk, mengutarakan bahwa ragam bahasa adalah
variasi bahasa yang dihasilkan oleh adanya situasi bahasa yang mewadahinya. Oleh
karena itu, apabila situasi bahasanya berbeda, maka bentuk-bentuk bahasa yang
dihasilkan berbeda pula sekalipun penuturnya sama (1979: 8). Harimurti Kridalaksana
mengemukakan bahwa ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara dan orang yang dibicarakan, dan menurut medium pembicaraan (2008: 206).
Mengenai ragam bahasa selanjutnya dapat ditarik kesimpulan bahwa ragam
bahasa merupakan aneka macam bahasa yang dihasilkan karena adanya fungsi dan
situasi yang mewadahinya. Fungsi dan situasi pemakaian bahasa sangat erat kaitanya.
Maksudnya adalah penggunaan fungsi disesuaikan dengan situasinya, misalnya
apabila seseorang mengutarakan kata-kata humor yang fungsinya untuk membuat
orang tertawa tentu saja tidak tepat apabila dikatakan dipidato pada acara pemakaman.
Kata-kata humor seharusnya diutarakan pada situasi yang tidak resmi atau santai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
D. Pembagian Tingkat Tutur Bahasa Jawa (Undha-usuk)
Soepomo Poedjosoedarmo membagi tingkat tutur menjadi tiga yaitu tingkat
tutur ngoko, tingkat tutur krama dan tingkat tutur madya. Berikut ini pejelasan
mengenai ketiganya.
1. Tingkat tutur ngoko mencerminkan rasa tak berjarak antara O1 terhadap O2.
Artinya O1 tidak memiliki rasa segan (jiguh pakewuh) terhadap O2. Jadi, buat
seseorang yang ingin mennyatakan keakrabannya terhadap seseorang O2,
tingkat tutur ngoko inilah yang seharusnya dipakai.
2. Tingkat tutur krama adalah tingkat tutur yang memancarkan arti penuh sopan
santun. Tingkat tutur ini menandakan adanya perasaan segan (pekewuh) O1
terhadap O2, karena O2 adalah orang yang belum dikenal, atau berpangkat,
priyayi, berwibawa, dan lain-lain.
3. Tingkat tutur madya adalah tingkat tutur menengah atau krama dan ngoko. Ia
menunjukkan perasaan sopan secara sedang-sedang saja. Tingkat ini bermula
adalah tingkat tutur krama, tetapi dalam proses perkembangannya telah
mengalami tiga perkembangan penting. Perkembangan itu adalah
perkembangan proses kolokialisasi (informalisasi), penurunan tingkat, dan
ruralisasi. Inilah sebabnya bagi kebanyakan orang tingkat madya ini dianggap
tingkat yang setengah sopan dan setengah tidak. Adanya anggapan bahwa
pengguna madya itu adalah suatu penanda bahwa si pemakai itu orang desa.
Madya juga dianggap suatu tingkat tutur yang setengah-setengah (1979: 14-16).
Pada kenyataannya madya tidak memiliki kosa kata sendiri namun hanya
diperoleh dari tingkat tutur krama. Sebagian besar kosa katanya hanya merupakan
penggalan dari bentuk krama, ini diperkuat dengan pendapat Soepomo
Poedjosoedarmo bahwa Jumlah kata-kata madya ini tak begitu besar. Sebagian besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
ialah ambilan bentuk krama. Bentuknya sangat menyerupai padanan krama. Leksikon
kata-kata madya ini agak menarik perhatian, sebab hampur kesemuanya adalah kata
yang boleh dinamakan dengan kata tugas (kata bantu verba). Pokoknya, semua kata
madya berfrekuensi sangat tinggi dan dari yang sekian itu boleh dikata tak ada yang
merupakan kata penuh (content word), kata benda, kata kerja atau sifat (1979: 28-29).
Madya juga biasa disebut dengan krama ndesa. Pada masa sekarang madya tidak
dianggap berdiri sendiri namun merupakan varian dari bentuk ngoko dan krama.
Suwito berpendapat bahwa variasi bahasa yang pemakaiannya didasarkan
pada tingkat-tingkat kelas (atas status sosial) interlekutornya dikenal dengan istilah
undha-usuk. Suwito juga memberikan gambaran mengenai pihak yang mempunyai
kelas atau status sosial yang lebih rendah menggunakan tingkat bahasa yang lebih
tinggi (krama) sedangkan yang berstatus sosial lebih tinggi menggunakan bahasa
yang lebih rendah (ngoko) (1983: 29). Dari ilustrasi yang diberikan oleh Suwito maka
sejalan dengan pendapat Sry Satriya Tjantur W. S, memaparkan mengenai bentuk
unggah-ungguh bahasa Jawa yang dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu ragam
ngoko dan ragam krama. Jika terdapat bentuk unggah-ungguh yang lain dapat
dipastikan bahwa bentuk-bentuk itu hanya merupakan varian dari ragam ngoko atau
krama (2007: 102).
Penelitian ini menggunaan gambaran pembagian tingkat tutur yang
dikemukakan oleh Soepomo Poedjosoedarmo dan Suwito. Dapat disimpulkan bahwa
tingkat tutur atau undha-usuk bahasa Jawa dibagi menjadi dua yaitu ngoko dan krama.
E. Kode
Sebelum lebih jauh mengenal alih kode dan campur kode terlebih dahulu
harus diketahui mengenai kode. Kode dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tutur
yang penerapan unsurnya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
relasi penutur dengan lawan bicara dan situasi yang ada (Kunjana Rahardi, 2001: 21-
22). Secara jelas diilustrasikan bahwa ada semacam hierarki kebahasaan yang dimulai
dari “bahasa” sebagai level yang paling atas disusul dengan kode yang terdiri dari
varian-varian dan ragam-ragam, serta gaya dan register sebagai sub-sub kodenya. Alat
komunikasi yang merupakan varian dari bahasa dikenal dengan istilah kode (Suwito,
1983: 68, 67). Dapat disimpulkan bahwa kode merupakan suatu sistem tutur yang
berada pada hierarki kebahasaan. Kode merupakan bagian dari bahasa yang memiliki
maksud sesuai dengan latar belakang penutur, kedekatan penutur dengan mitra tutur
dan fungsi penggunaan bahasa tersebut.
F. Alih Kode
Menurut Suwito, alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke
kode yang lain. Apabila alih kode itu terjadi antar behasa-bahasa daerah dalam satu
bahasa naisonal, atau antara dialek-dialek dalam saatu bahasa daerah atau antara
beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam satu dialek, alih kode seperti itu
disebut bersifat intern. Apabila yang terjadi adalah antar bahasa asli dengan bahasa
asing, maka disebut alih kode ekstern (1983: 68-69).
Terkait dengan alih kode, Abdul Chaer dan Leonie Agustina berpendapat
banyak ragam pendapat mengenai beda alih kode dengan campur kode. Namun yang
jelas, kalau dalam alih kode setiap bahasa atau ragam bahasa yang digunakan itu
masih memiliki fungsi otonomi masing-masing, dilakukan dengan sadar, dan sengaja
dengan sebab-sebab tertentu. Di dalam campur kode ada sebuah kode utama atau
kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan otonominya berupa serpihan-
serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode (2004:
114).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Senada dengan pendapat para peneliti sebelumnya mengenai alih kode maka
Harimurti Kridalaksana mengungkapkan bahwa alih kode adalah penggunaan variasi
bahasa lain atau bahasa lain dalam satu peristiwa bahasa sebagai strategi untuk
menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya partisipan lain
(2008: 9).
Terkait dengan alih kode, Sarwiji Suwandi juga mengemukakan bahwa alih
kode merupakan salah satu aspek tentang saling ketergantungan bahasa di dalam
masyarakat bilingual atau multilingual. Alih kode adalah suatu peralihan pemakain
suatu bahasa ke dalam bahasa lain atau dari satu variasi bahasa ke variasi bahasa lain
(2008: 86).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa alih kode
adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain. Dengan catatan
bahwa alih kode memiliki dua bahasa yang berbeda sistem gramatikalnya, kemudian
dua bahasa itu masih mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteks, dan
fungsi masing-masing bahasa disesuaikan dengan situasi yang relevan dengan
perubahan konteks. Alih kode intern terjadi dalam satu bahasa nasional dan alih kode
ekstern terjadi dari bahasa nasional ke dalam bahasa asing.
1. Bentuk Alih Kode
Suwito mengungkapkan bahwa alih kode mungkin berwujud alih varian, alih
ragam, alih gaya atau alih register. Ciri-ciri alih kode adalah penggunaan dua bahasa
(atau lebih) itu ditandai oleh (a) masing-masing bahasa masih mendukung fungsi-
fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya, (b) fungsi masing-masing bahasa
disesuaikan dengan situasi yang relevan dengan perubahan konteks. Dapat dikatakan
bahwa alih kode menunjukkan suatu gejala adanya saling ketergantungan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
fungsi kontekstual dan situasi relevansial di dalam pemakaian dua bahasa atau lebih
(1983: 68-69).
Terkait dengan bentuk alih kode, Thomson menyebutkan bahwa …, code
switching-intersentential swithing, which is switching from one language to another
at a sentence boundary-and code mixing or intrasentential, in which the switch comes
within a single sentence, “…, alih kode-peralihan antarkalimat, yang beralih dari satu
bahasa ke dalam bahasa lain pada batas kalimat dan campur kode atau intrakalimat,
peralihan yang terjadi dalam kalimat tunggal” (dalam Suhardi, 2009: 44).
Dapat disimpulkan bahwa bentuk alih kode adalah alih varian, alih ragam,
alih gaya atau alih register. Alih kode secara bahasa dapat dilihat dari alih bahasa dan
alih ragam dalam dua konteks yang berbeda. Jadi alih kode ditandai dengan satu
bahasa dialihkan ke dalam bahasa lain, pada konteks situasi yang berbeda.
2. Faktor yang Melatarbelakangi Alih Kode
Suwito menjelaskan alih kode adalah peristiwa kebahasaan yang disebabkan
oleh faktor-faktor luar bahasa, terutama faktor-faktor yang sifatnya sosio-situasional.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode sebagai berikut.
a. Penutur (01)
Seorang penutur kadang-kadang dengan sadar berusaha beralih kode
terhadap lawan tuturnya karena suatu maksud. Biasanya usaha tersebut dilakukan
dengan maksud mengubah situasi, yaitu dari dituasi resmi ke situasi tak resmi.
b. Lawan tutur (02)
Setiap penutur pada umumnya ingin mengimbangi bahasa yang
dipergunakan oleh lawan tuturnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Hadirnya penutur ketiga (03)
Dua orang yang berasal dari kelompok etnik yang sama pada umumnya
saling berinteraksi dengan bahasa kelompok etniknya. Tetapi apabila kemudian hadir
orang ketiga dalam pembicaraan itu, dan orang itu berbeda latar kebahasaannya,
biasanya dua orang pertama beralih ke dalam bahasa yang dikuasai oleh ketiganya.
d. Pokok pembicaraan (topik)
Pokok pembicaraan atau topik merupakan faktor yang termasuk dominan
dalam menentukan terjadinya alih kode.
e. Untuk membangkitkan rasa humor
Alih kode sering dimanfaatkan oleh guru, pimpinan rapat atau pelawak
untuk membangkitkan rasa humur. Bagi pimpinan rapat bangkitnya rasa humor
diperlukan untuk menyegarkan suasana yang dirasakan mulai lesu.
f. Untuk sekedar bergengsi
Sebagian penutur yang beralih kode sekedar untuk bergengsi. Hal itu terjadi
apabila baik faktor situasi, lawan bicara, topik dan faktor-faktor sosio-situasional yang
lain sebenarnya tidak mengharuskan dia untuk beralih kode (1983: 72-74).
Penelitian ini dekat dengan faktor-faktor yang melatarbelakangi alih kode
yang diungkapkan oleh Suwito, namun ada sedikit perbedaan yaitu faktor yang
melatarbelakangi untuk membangkitkan rasa humor dan untuk sekedar bergengsi
masuk pada fungsi bukan masuk pada faktor yang melatarbelakangi alih kode secara
sosio-situasional.
Faktor yang melatarbelakangi penggunaan alih kode juga disampaikan oleh
Soepomo Poedjosoedarmo, dalam masyarakat Jawa faktor-faktor tersebut adalah (1)
situasi bicara, (2) drajad keakraban antara si pembicara dengan lawan bicara, (3)
kemantapan hubungan antara si pembicara dengan lawan bicara, (4) masalah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dibicarakan, (5) penguasaan atas kode yang dipakai, (6) tingkat kesadaran pembicara
(1979: 44).
Dapat disimpulkan bahwa faktor yang melatarbelakangi alih kode adalah (1)
situasi bicara, (2) hadirnya O2, (3) hadirnya O3, dan (4) topik yang dibicarakan.
Faktor yang melatarbelakangi alih kode dari beberapa pendapat tersebut ternyata juga
ditemukan dalam tuturan pada rapat ibu-ibu PKK di Kepatihan Kulon, namun perlu
pemahaman lebih lanjut mengingat bahwa sosok ibu tidak dapat lepas dari setiap
individu dan berperan penting di dalam maupun di luar organisasi. Faktor yang
melatarbelakangi alih kode dalam penelitian ini lebih mengarah pada faktor sosio-
situasional.
3. Fungsi Alih Kode
Fungsi adalah beban makna suatu satuan bahasa; penggunaan bahasa untuk
tujuan tertentu (Harimurti Kridalaksana, 2008: 67). Suwito mencantumkan bahwa alih
kode masing-masing bahasa mendukung fungsi tersendiri secara eksklusif dan
peralihan kode terjadi apabila penuturnya merasa bahwa situasinya relefan dengan
peralihan kodenya. Dengan demikian alih kode menunjukkan suatu gejala saling
ketergantungan antara fungsi kontekstual dan fungsi relefansial di dalam pemakaian
suatu bahasa atau lebih (1983: 69).
Secara lebih rinci Grosjean memberikan gambaran aneka macam tujuan atau
fungsi alih kode, kepentingan para penutur asli yaitu: (1) memenuhi kebutuhan yang
bersifat linguistik yakni memilih kata, frasa, kalimat atau wacana yang tepat, (2)
menyambung pembicaraan sesuai dengan bahasa yang digunakan terakhir (trigerring),
(3) mengutip kalimat orang lain, (4) menyebutkan orang yang dimaksudkan dalam
pembicaraan, (5) mempertegas pesan pembicaraan: menyangatkan atau menekankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
argumen (topper), (6) mempertegas keterlibatan pembicaraan (mempersonifikasikan
pesan), (7) menandai dan menegaskan identitas kelompok (solidaritas), (8)
menyampaikan hal-hal rahasia, kemarahan atau kejengkelan, (9) membuat orang lain
yang tak-dikehendaki tidak bisa memahami pembicaraan, (10) mengubah peran
pembicaraan, menaikkan status, menegaskan otoritas, memperlihatkan kepandaian
(dalam Herudjati Purwoko, 2008: 51).
Penelitian ini menganalisis mengenai fungsi alih kode, fungsi yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penggunaan alih kode bahasa Jawa untuk
tujuan tertentu. Fungsi atau tujuan penggunaan alih kode dalam penelitian ini lebih
secara kebahasaan dan tidak terlepas dari faktor yang melatarbelakangi terjadinya
sebagai suatu hasil dari proses sosio-situasional. Jadi fungsi alih kode adalah (1) lebih
persuasif mengajak atau menyuruh, (2) lebih argumentatif, (3) lebih komunikatif, (4)
lebih prestis.
G. Campur Kode
Menurut Suwito terjadinya campur kode merupakan ketergantungan bahasa
dalam masyarakat multilingual. Di dalam campur kode ciri-ciri ketergantungan
ditandai oleh adanya hubungan timbal balik antara peranan dan fungsi kebahasaan.
Peranan yang dimaksudkan adalah siapa yang menggunakan bahasa itu, sedangkan
fungsi kebahasaan berarti apa yang hendak dicapai oleh penutur dengan tuturannya.
Ciri lain dari gejala campur kode adalah bahwa unsur-unsur bahasa atau variasi-
variasinya yang menyisip di dalam bahasa lain tidak lagi memiliki fungsi-fungsi
tersendiri (1983: 75). Pernyataan Suwito hampir sama intinya dengan Harimurti
Kridalaksana yang menjelaskan bahwa campur kode yaitu penggunaan satuan bahasa
dari satu bahasa ke dalam bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam
bahasa; termasuk di dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom, dan sapaan (2008: 40).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Terkait dengan batasan campur kode maka Wardhaugh menyebutkan bahwa
Conversational code-mixing involves the deliberate mixing of two language without
an associated topic change (1988: 104). „Tuturan campur kode secara sengaja
melibatkan campuran dari dua bahasa tanpa merubah keutuhan topik pembicaraan‟.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa campur kode adalah peristiwa penyisipan
suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain, ada satu bahasa sebagai bahasa inti dan
hanya terdapat dalam dari satu topik pembicaran.
1. Bentuk Campur Kode
Selanjutnya dibahas mengenai bentuk campur kode. Menurut Suwito,
berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya campur kode dapat
dibedakan menjadi:
a. penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata
b. penyisipan unsur-unsur berwujud frasa
c. penyisipan unsur-unsur bentuk baster
d. penyisipan unsur-unsur berwujud perulangan kata
e. penyisipan unsur-unsur berwujud ungkapan atau idiom
f. penyisipan unsur-unsur berwujud klausa (1983: 78-80).
Dapat disimpulkan bahwa campur kode menurut unsur-unsur
kebahasaannya, berwujud (1) kata dasar, (2) kata jadian, (3) perulangan kata atau
reduplikasi, dan (4) frasa. Bentuk-bentuk di atas akan diuji dalam analisis campur
kode bahasa Jawa dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon ini,
sehingga akan diketahui ciri khas yang berbeda dalam setiap masyarakat tutur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2. Faktor yang Melatarbelakangi Campur Kode
Sarwiji Suwandi menemukan faktor yang menyebabkan campur kode, yaitu:
(1) partisipan mempunyai latar belakang bahasa ibu yang sama, misalnya bahasa
Jawa; (2) adanya keinginan penutur untuk memperoleh ungkapan yang “pas”; dan (3)
kebiasaan dan kesantaian peserta tindak tutur dalam berkomunikasi (bercakap-cakap)
(2008: 95). Menurut Suwito latar belakang terjadinya campur kode pada dasarnya
dapat dikategorikan menjadi dua tipe yaitu tipe yang berlatar belakang sikap
(attitudional type) dan tipe yang berlatar belakang kebahasaan (linguistic type). Kedua
tipe itu saling tergantung dan tidak jarang tumpang tindih (overlap). Berikut alasan
atau penyebab yang mendorong terjadinya campur kode antara lain (a) indentifikasi
peranan, (b) identifikasi ragam, dan (c) keinginan untuk menjelaskan dan
menafsirkan. Dalam hal ini pun ketiganya saling bergantung dan tidak jarang
bertumpang tindih (overlap). Ukuran identifikasi peranan adalah sosial, registral, dan
edukasional. Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa di mana seorang penutur
melakukan campur kode yang akan menempatkan dia di dalam hierarki status
sosialnya. Keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan nampak karena campur
kode juga menandai sikap dan hubunganya terhadap orang lain, dan sikap dan
hubungan orang lain terhadapnya (1983: 75).
Kemudian terkait dengan campur kode, Suwito menuliskan bahwa campur
kode itu terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara peranan (penutur), bentuk
bahasa dan fungsi bahasa. Artinya penutur yang memiliki latar belakang sosial
tertentu, cenderung memilih bentuk campur kode tertentu untuk mendukung fungsi-
fungsi tertentu. Pemilihan campur kode demikian dimaksudkan untuk menunjukkan
status sosial dan identitas pribadinya di dalam masyarakat (1983: 78).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Terkait dengan campur kode Budiasa menyebutkan bahwa pemilihan bahasa
sepenuhnya bergantung kepada faktor partisipan, tujuan, pesan, suasana, topik, dan
saluran yang digunakan dalam pembicaraan sehingga dapat dipakai untuk menelaah
penggunaan bahasa (2008: 133-134). Dapat disimpulkan bahwa faktor yang
melatarbelakangi campur kode adalah (1) indentifikasi peranan atau peran sosial
penutur (O1), (2) prinsip kesopanan dan kesantunan penutur (O1), dan (3) keinginan
untuk menjelaskan dan menafsirkan.
3. Fungsi Campur Kode
Fungsi campur kode yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
penggunaan campur kode bahasa Jawa untuk maksud atau tujuan tertentu. Menurut
Budiasa tujuan penutur (penceramah) melakukan campur kode pada kegiatan
pencerahan kegiatan keagamaan adalah untuk (1) bergengsi, (2) bertindak sopan, (3)
melucu, dan (4) menjelaskan. Kemudian dijelaskan lagi faktor eksternal ditentukan
oleh ketepatan rasa (makna) dan kurangnya kosakata (2008: 136).
Dapat disimpulkan bahwa fungsi campur kode adalah (1) lebih argumentatif,
(2) lebih persuasif, (3) lebih komunikatif, (4) lebih singkat dan mudah diucapkan, dan
(5) lebih prestise atau bergengsi.
H. Komponen Tutur
Kejelasan tentang komponen tutur sangat diperlukan dalam analisis
kebahasaan. Dengan melihat komponen tutur secara teliti, maka akan diketahui bahwa
ternyata kemampuan seseorang tidak hanya semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor
yang sifatnya linguistik tetapi juga oleh pemilihan yang sesuai dengan fungsi dan
situasinya. Komponen tutur adalah butir-butir penentu bentuk linguistik
(Poedjosoedarmo, 1979: 1). Pengertian lain menyebutkan bahwa komponen tutur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
adalah komponen-komponen yang berpengaruh terhadap terjadinya bentuk tutur (Edi
Subroto, 1992: 20). Komponen tutur menurut Hymes. Paina dalam desertasinya
sependapat dengan Hymes, yang membagi komponen tutur itu terdiri dari enam belas
komponen. Hymes mengelompokan lagi komponen itu menjadi delapan. Komponen
yang berdekatan disatukan di bawah satu istilah. Setiap istilah lalu digabung dan
disusun membentuk satu akronim, yaitu SPEAKING (2009: 55-56). Suwito
mengatakan bahwa singkatan SPEAKING merupakan fonem awal dari faktor-faktor
yang menandai terjadinya peristiwa tutur, berikut penjelasan mengenai akronim
tersebut.
S : Setting dan screen yaitu tempat bicara dan suasana bicara.
P : Partisipan yaitu pembicara, lawan bicara dan pendengar. Dalam penelitian
ini partisipan dalam rapat ibu-ibu PKK adalah ibu-ibu PKK.
E : End atau tujuan yaitu tujuan akhir tuturan. Tujuan akhir yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah tujuan tuturan khususnya tujuan alih kode dan
campur kode bahasa Jawa.
A : Act yaitu suatu peristiwa di mana seorang pembicara sedang mempergunakan
kesempatan bicaranya.
K : Key yaitu nada suara dan ragam bahasa yang dipergunakan dalam
menyampaikan pendapatnya, dan cara mengemukakan pendapatnya.
I : Instrumen yaitu alat untuk menyampaikan pendapat. Misalnya secara lisan,
tertulis, lewat telepon dan sebagainya.
N : Norm, Norma yaitu aturan permainan yang mesti ditaati oleh setiap penutur,
dalam penelitian ini adalah ibu-ibu PKK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
G : Genre yaitu jenis kegiatan. Jenis kegiatan dalam penelitian ini bentuk tuturan
yang terdiri dari dua yaitu dialog dan monolog. Dialog adalah percakapan
kemudian monolog adalah pembicara tunggal.
Disimpulkan bahwa komponen tutur adalah faktor yang melatarbelakangi
tuturan (bersifat sosio-situasional) beserta fungsi kebahasaan yang berpengaruh
terhadap bentuk tutur. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan komponen tutur
yang diberi akronim SPEAKING seperti yang dikemukakan oleh Hymes.
I. Situasi Sosiologis di Kelurahan Kepatihan Kulon
Kepatihan Kulon memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan keraton
Kasunanan Surakarta karena merupakan salah satu daerah kekuasaannya. Terbukti
dari asal usul nama Kepatihan sendiri yang diperoleh dari kata patih. Kraton
Kesunanan Surakarta memberi nama wilayahnya sesuai dengan profesi penduduk
yang bermukim di daerah tersebut. Dahulu Kelurahan Kepatihan merupakan tempat
tinggal serta kantor para patih keraton, sehingga sampai sekarang namanya menjadi
Kepatihan. Kepatihan memiliki wilayah yang cukup luas, oleh karena itu semenjak
pemerintahan beralih menjadi republik secara administratif wilayahnya terbagi
menjadi dua kelurahan yaitu Kepatihan Wetan dan Kepatihan Kulon. Pembagian itu
berguna untuk mempermudah pengaturan administrasi
(http://sweetindrie.blogspot.com/2010/01/kepatihan-dari-struktur-birokrasi.html).
Kepatihan Kulon adalah daerah yang luasnya sekitar 17,50 hektar.
Kelurahan ini terdapat di kecamatan Jebres, berbatasan langsung dengan Kelurahan
Gilingan (Banjarsari) di sebelah utara, kemudian di sebelah selatan terdapat
Kelurahan Kampungbaru (Pasarkliwon), di sebelah timur ada Kepatihan Wetan
(Jebres), di sebelah barat batasnya Stabelan (Banjarsari). Jumlah penduduk di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Kepatihan Kulon sekitar 2.224 orang, dengan jumlah laki-laki 1.043 orang dan
perempuan 1.181 orang. Jumlah tersebut menurut data laporan monografi dinamis
Kelurahan Kepatihan Kulon pada bulan September 2010, data dapat berubah setiap
saat. Rata-rata penduduk berpendidikan tamat SMA, sebesar 724 orang. Sebagian
besar penduduknya bekerja sebagai karyawan dan wiraswasta. Bahasa yang
digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa, ragam ngoko. Daerah yang berada
ditengah kota memungkinkan penduduknya untuk menggunakan lebih dari satu
bahasa untuk berkomunikasi. Dalam masyarakat terdapat etnis keturunan campuran
Cina-Jawa berjumlah sekitar 722 orang terdiri dari laki-laki dan perempuan dewasa
serta anak-anak. Mereka tinggal dan hidup berdampingan diantara etnis Jawa di
Kepatihan Kulon.
Sistem pemerintahan di Kepatihan Kulon adalah demokrasi. Penduduknya
demokratis dalam memilih ketua RT, RW, LPMK (Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan). Untuk kepala kelurahan beserta stafnya ditentukan oleh
pemerintah pusat kota Surakarta sesuai dengan klasifikasinya sebagai pegawai negeri.
Kelurahan Kepatihan Kulon memiliki visi yaitu terwujudnya masyarakat sejahtera
yang didukung oleh pelayanan prima, tertib administrasi dan pemerintahan,
kemasyarakatan, dan aparatur. Salah satu misi Kepatihan Kulon adalah membangun
pola hubungan yang harmonis antara aparat kelurahan dengan masyarakat melalui
RT/RW, PKK, Linmas, LPMK, LP2A, Karangtaruna, serta berbagai komunitas sosial
lainnya yang ada (Pemerintah Kepatihan Kulon, 2009: 11). Sesuai dengan visi dan
misi Kelurahan Kepatihan Kulon maka dibentuklah organisasi PKK yang aktif diikuti
oleh para ibu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
J. PKK sebagai Organisasi Kemasyarakatan
PKK merupakan suatu organisasi yang bergerak dalam bidang
pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga. Organisasi ini berupaya untuk
melanjutkan program-program pemerintah agar sampai menyentuh kepada
masyarakat umum terutama pada keluarga-keluarga inti. Sebenarnya organisasi PKK
tidak hanya untuk kaum ibu tetapi juga untuk ayah bahkan remaja putri dan putra.
Pada kenyataannya kaum ayah lebih banyak memiliki kesibukan mencari nafkah
untuk keluarganya sehingga memilih menyerahkan urusan organisasi PKK kepada
kaum ibu. Remaja putri dan putra juga bisa mengikuti program PKK dengan
mendirikan Karangtaruna sebagai bagian dari PKK diperuntukkan bagi remaja.
PKK bertujuan memberdayakan keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan
menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan
dan keadilan gender, serta kesadaran hukum dan lingkungan (Tim Rakernas VI PKK,
2005: 36).
Tim penggerak PKK dibentuk di pusat, provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, desa/kelurahan. Hubungan kerja antara Tim Penggerak PKK Pusat dengan
Tim Penggerak PKK Provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan adalah
bersifat konsultatif, koordinatif dan hirarkis untuk mendekatkan jangkauan pembinaan
kepada keluarga-keluarga dibentuk kelompok-kelompok PKK dusun/lingkungan,
RW, RT dan kelompok Dasawisma.
Sebenarnya PKK dapat diikuti oleh seorang ayah atau anak, namun pada
kenyataannya di Kelurahan Kepatihan Kulon, ibu-lah yang memiliki banyak waktu
dan keinginan untuk bergorganisasi PKK. Secara umum PKK Inti beranggotakan ibu-
ibu, dan penelitian ini khusus membahas gerakan PKK yang beranggotakan ibu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
K. Kerangka Pikir
Struktur penelitian ini dapat disusun dengan kerangka pikir yang
menjelaskan mengenai masalah dan hasil analisis alih kode dan campur kode yang
terjadi pada penggunaan bahasa Jawa oleh ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan
Kulon Surakarta. Masalah pertama yang muncul adalah adanya kegiatan rapat PKK di
Kelurahan Kepatihan Kulon, kemudian terdapat komunikasi antaribu-ibu PKK. Pada
saat berkomunikasi ibu-ibu menggunakan kode bahasa. Kode bahasa menimbulkan
adanya faktor yang melatarbelakangi penggunaan alih kode dan campur kode bahasa
Jawa. Menggunakan satu kode pada rapat ibu-ibu PKK terkadang sulit dilakukan
sehingga ibu-ibu PKK cenderung untuk melakukan alih kode dan campur kode. (1)
Menurut faktor yang melatarbelakangi alih kode maka ditemukan bentuk alih kode
yang dianalisis menurut bahasa dan ragam bahasa pembentuknya yaitu dari bahasa
Jawa ragam krama ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko atau sebaliknya, dari bahasa
Jawa ragam krama ke dalam bahasa Indonesia, dari bahasa Jawa ragam ngoko ke
dalam bahasa Indonesia. Kemudian, dari bentuk kebahasaan alih kode dapat diketahui
fungsi penggunaannya yaitu lebih komunikatif, lebih prestis, lebih argumentatif, lebih
persuasif dan membangkitkan rasa simpatik. (2) Menurut faktor yang
melatarbelakangi campur kode maka bentuk campur kode menurut unsur-unsur
kebahasaannya yaitu kata dasar, kata jadian, perulangan kata, dan frasa. Setelah
diketahui bentuk maka akan terdapat fungsi campur kode yaitu lebih komunikatif,
lebih prestis, lebih argumentatif, lebih persuasif dan lebih singkat dan mudah
dipahami. Skema kerangka pikir disusun sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Bentuk alih kode menurut bahasa dan
ragam bahasa pembentuknya.
a. BJRK BI
b. BJRN BI
c. BJRK BJRN
d. BJRN BJRK
Bentuk campur kode menurut
unsur-unsur kebahasaan.
a. Kata dasar
b. Kata jadian
c. Perulangan kata
d. Frasa
Faktor yang melatarbelakangi penggunaan alih kode dan
campur kode bahasa Jawa
Komunikasi antaribu-ibu
PKK
Kegiatan rapat PKK di
kelurahan Kepatihan
Kulon
Kode bahasa
Fungsi alih kode
a. Lebih komunikatif
b. Lebih prestise
c. Lebih persuasif
d. Labih argumentatif
e. Membangkitkan rasa simpatik
Fungsi campur kode
a. Lebih komunikatif
b. Lebih prestise
c. Lebih persuasif
d. Lebih argumentatif
e. Lebih singkat dan
mudah dipahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian mencakup kesatuan dan keserangkaian proses yang
dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis yang sesuai dengan gambaran
penggunaan alih kode dan campur kode bahasa Jawa pada rapat ibu-ibu PKK di
Kelurahan Kepatihan Kulon. Berikut ini metode penelitian yang dimulai dari
rancangan pengkhususan jenis penelitian, lokasi penelitian, penentuan data dan
sumber data, pemilihan populasi dan sampel data, alat penelitian, metode dan teknik
pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, dan metode penyajian hasil
analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Ditegaskan oleh D. Edi
Subroto bahwa penelitian kualitatif terutama yang dipakai untuk meneliti ilmu-ilmu
sosial atau humaniora (1992: 7). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
berbentuk kata-kata bukan berupa angka. Penelitian ini menjelaskan fenomena
kebahasaan berupa alih kode dan campur kode yang muncul dalam rapat ibu-ibu PKK
di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang diambil adalah Kelurahan Kepatihan Kulon,
Surakarta. Dipilih lokasi tersebut dikarenakan ibu-ibu PKK lebih memahami dan
masih menggunakan tuturan bahasa Jawa. Selain itu, ibu-ibu PKK di Kelurahan
Kepatihan Kulon banyak yang aktif dalam organisasinya, dan di dalam penggunaan
bahasa dalam rapat masih terdapat alih kode dan campur kode bahasa Jawa walaupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
berada pada situasi resmi. Selain itu, peneliti juga mengetahui situasi kebahasaan dan
bahasa yang digunakan pada rapat ibu-ibu di Kepatihan Kulon, Surakarta.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data dapat diidentifikasi atau dijadikan sebagai bahan penelitian. Sebagian
bahan data yang bukanlah bahan mentah melainkan bahan jadi yaitu keberadaannya
menurut pemilihan dan pemilahan (Sudaryanto, 1990: 3). Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data lisan yaitu tuturan yang terdapat alih kode dan campur kode
bahasa Jawa pada rapat ibu-ibu PKK yang diadakan setiap minggu di Kelurahan
Kepatihan Kulon, Surakarta dalam acara PKK Lansia, PKK Inti, PKK RW dan PKK
SKD.
2. Sumber data
Sumber data itu tidak lain adalah si penutur: orang yang menuturkan data,
dan biasanya disebut narasumber (Sudaryanto, 1990: 54). Sumber data dalam
penelitian ini berasal dari informan yaitu ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon
yang berperan dalam tuturan, dan tuturan tersebut mengandung alih kode dan campur
kode bahasa Jawa.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah objek penelitian. Populasi pada umumnya ialah keseluruhan
individu dari segi-segi tertentu bahasa (D. Edi Subroto, 1992: 32). Populasi penelitian
ini adalah seluruh tuturan dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon,
Surakarta yang meliputi PKK Lansia, PKK Inti, PKK RW dan PKK SKD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek
penelitian langsung, yang mewakili atau dianggap mewakili populasi secara
keseluruhan (Edi Subroto, 1992: 32). Penentuan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik proporsive sampling, yaitu penentuan data yang berdasar atas
ciri/sifat yang sama dengan ciri/sifat pada populasi untuk memperoleh data sesuai
dengan kebutuhan dalam penelitian ini. Adapun sample dalam penelitian ini adalah
tuturan pada rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon yang terdapat alih
kode dan campur kode bahasa Jawa.
E. Alat Penelitian
Alat penelitian meliputi alat utama dan alat bantu. Alat utama dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri. Adapun alat bantu dalam penelitian terdiri dari
bolpoint, dan buku catatan, sedangkan alat bantu elektronik berupa komputer,
flashdisk, alat perekam berupa MP4 dan pengeras suara yang menunjang penelitian.
F. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode merupakan cara mendekati, menganalisis, dan menjelaskan suatu
fenomena (Harimurti Kridalaksana, 2001: 136). Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode simak. Sudaryanto menyebutkan bahwa
metode simak atau penyimakan yaitu menyimak penggunaan bahasa. Ini dapat
disejajarkan dengan pengamatan atau observasi dalam ilmu sosial (1993: 133).
Metode simak dalam penelitian ini dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa
ibu-ibu PKK di Kepatihan Kulon, Surakarta. Teknik yang digunakan dalam metode
meliputi teknik dasar dan teknik lanjutan. Adapun teknik dasar yang dipakai yaitu
teknik sadap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Teknik sadap yaitu menyadap penggunaan bahasa dari objek penelitian.
Caranya dengan segenap kemampuan dan pikiran menyadap pemakaian bahasa di
masyarakat. Teknik ini dipakai untuk mendapatkan data dari informan secara spontan
dan wajar. Kemudian teknik lanjutannya adalah (1) teknik rekam yaitu merekam
pemakaian bahasa lesan yang bersifat spontan, kegiatan merekam ini cenderung
dilakukan tanpa sepengetahuan penutur sumber data atau pembicara (Sudaryanto,
1993: 135), (2) teknik catat yaitu memperoleh data dengan mencatat data kebahasaan
atau istilah-istilah yang relevan sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Teknik
catat dalam penelitian ini adalah mencatat penggunaan bahasa atau mentranskripsi
penggunaan bahasa lisan menjadi data tulis yang sesuai dengan kenyataan.
G. Metode dan Teknik Analisis Data
Penulis melakukan beberapa tahapan setelah mengumpulkan data, yaitu
tahap seleksi data (pemilihan data), tahap klasifikasi data (pemilahan data), dan tahap
analisis data. Penulis menggunakan metode agih dan padan dalam menganalisis data.
Setelah data berupa percakapan ibu-ibu PKK terkumpul, data ditindaklanjuti dengan
pemilihan data dan berujung pada klasifikasi. Klasifikasi dimaksudkan untuk
memilah-milah data berdasarkan bentuk tuturannya, yaitu alih kode dan campur kode
bahasa Jawa. Analisis data dilakukan dengan memberikan penjelasan mengenai
bentuk, faktor yang melatarbelakangi dan fungsi penggunaan alih kode dan campur
kode bahasa Jawa dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon,
Surakarta.
Metode yang dipakai untuk menganalisis data penelitian ini adalah metode
agih dan padan. Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentu unsurnya
berasal dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 15). Metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
agih dalam penelitian ini hanya menggunakan teknik dasar BUL (Bagi Unsur
Langsung). Teknik ini digunakan untuk membagi satuan lingual data, menjadi unsur-
unsur yang bersangkutan dengan pembentuk satuan lingual. Metode agih dengan
teknik dasar BUL hanya diterapkan untuk mengetahui bentuk campur kode.
Kemudian untuk menganalisis data lebih banyak menggunakan metode
padan. Sudaryanto berpendapat bahwa metode padan, alat penentunya di luar, terlepas
dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (1993: 13). Metode
padan adalah metode yang alat penentunya unsur di luar bahasa atau sesuatu yang
ditunjuk bahasa (referent), alat ucap pembentuk bunyi bahasa, bahasa lain, dan lawan
bicara yang disesuaikan dengan kebutuhan. Alat penentu dari luar bahasa maksudnya
adalah latar belakang penutur, misalnya siapa yang bertutur, darimana asal penutur,
penutur memiliki peran apa pada saat bertutur. Teknik dasar dari metode padan adalah
teknik pilah unsur penentu (PUP), sedangkan alatnya ialah daya pilah yang bersifat
mental yang dimiliki oleh penelitinya. Selain teknik PUP analisis data juga
menggunakan teknik lanjutan yaitu teknik hubung banding mempersamakan (HBS).
Teknik ini membandingkan dan memperjelas persamaan bentuk alih kode dan campur
kode bahasa Jawa, dengan faktor yang melatarbelakangi dan tujuan peristiwa alih
kode dan campur kodenya.
Berikut ini contoh penggunaan alih kode bahasa Jawa dalam rapat ibu-ibu
PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon yang dianailisis dengan metode padan.
(3) Bu Tatik Sri Lestari : … Nek sing keberatan duwe putra cilik, ngko putrane cilik
digawa, ngko dikeki dolanan ning jaba. Ibu-ibuke ning jero
ketemuan karo penyuluhan, begitu gimana?
‘…Kalau yang keberatan karena mempunyai anak, nanti
anaknya diajak, nanti diberi mainan di luar. Ibu-ibunya di
dalam bertemu dengan penyuluh, begitu bagaimana?’
Mbak Mimi Ismiyati : A ya ra cocok. Tidak cocok itu Bu, gimana Bu?
‘Ya tidak cocok. Tidak cocok itu Bu, bagaimana Bu?’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Penerapan analisis peristiwa tutur menurut Hymes yang dapat menjawab
mengenai bentuk, faktor yang penyebab dan fungsi alih kode bahasa Jawa data di atas
adalah sebagai berikut.
Peristiwa tutur terjadi di kantor Kelurahan Kepatihan Kulon. Situasi tuturan
formal. Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah rapat PKK SKD Kelurahan
Kepatihan Kulon pada tanggal 27 Januari 2011.
Percakapan dilakukan oleh O1 yaitu Bu Tatik Sri Lestari sebagai wakil
petugas lapangan keluarga berencana, dan O2 yaitu Mbak Mimi Ismiyati sebagai
sekertaris PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog. Percakapan atau dialog terbuka
memungkinkan seluruh peserta rapat PKK SKD dapat berpartisipasi. Bahasa yang
digunakan adalah bahasa Jawa ragam ngoko dan bahasa Indonesia. Dalam tuturan
terdapat alih kode intern. Awalnya tuturan Mbak Mimi Ismiyati dari bahasa Jawa
ragam ngoko yaitu A ya ra cocok. Dilanjutkan dengan bahasa Indonesia yang ditandai
dengan tuturan Tidak cocok itu Bu, gimana Bu?
Percakapan di atas diketahui bahwa faktor yang melatarbelakangi terjadinya
alih kode adalah prinsip kesopanan dan kesantunan penutur dalam mengutarakan
ketidaksepahamanya dengan orang lain dan sekaligus meminta pendapat ibu-ibu PKK
yang lain tentang pendapatnya.
Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih argumentatif untuk meyakinkan
ibu-ibu PKK bahwa pendapat Bu Tatik Sri Lestari tidak tepat, sekaligus meminta
pendapat pada ibu-ibu PKK mengenai pendapat Bu Tatik Sri Lestari dan Mbak Mimi
Ismiyati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Berikut ini contoh penggunaan campur kode pada rapat ibu-ibu PKK di
Kelurahan Kepatihan Kulon yang dianalisis sesuai dengan metode agih dan padan.
(4) Bu Nuk (Harmini) : Bisa ta itu anak itu nemu ning dalan digawa ning
kantor polisi terus diparani wong, tak peke we bocah
iki.
‘Bisa (kan) anak itu ditemukan di jalan, dibawa ke
kantor polisi kemudian ada orang yang datang ingin
memiliki anak itu’.
Data (4) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan, Kelurahan Kepatihan Kulon pada rapat PKK Lansia tanggal 10
Desember 2010. Tuturan dilakukan oleh O1 yaitu Bu Nuk (Harmini), seorang wakil
ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Bentuk campur kode berupa penyisispan kata dasar. Campur kode terjadi dari
bahasa Indonesia yaitu itu, masuk ke dalam tuturan berbahasa Jawa ragam ngoko
yaitu Bisa ta itu anak itu nemu ning dalan digawa ning kantor polisi terus diparani
wong, tak peke we bocah iki.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan penutur
untuk menjelaskan mengenai sering kali terdapat anak yang ditemukan di jalan
kemudian ada orang yang datang dan mau mengadopsi anak itu.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode data (4) adalah lebih komunikatif
memberikan informasi kepada ibu-ibu PKK bahwa ada anak yang ditemukan
dipinggir jalan kemudian ada orang yang mau mengadopsi anak itu.
Dari contoh di atas diketahui bahwa penelitian ini menggunakan metode
agih dan padan sebagai metode analisis data. Metode agih hanya digunakan untuk
mencari bentuk campur kode, dengan menggunakan teknik dasar BUL (Bagi Unsur
Langsung). Metode padan menggunakan teknik dasar PUP dan teknik lanjutannya
yaitu HBS (Hubung Banding Mempersamakan) menggunakan alat komponen tutur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
yang diberi akronim SPEAKING menurut Hymes. Analisis SPEAKING diterapkan
secara kesatuan menyeluruh bukan satu persatu. Metode padan dipakai karena dapat
digunakan untuk menjawab semua permasalahan dari segi bentuk, faktor yang
penyebab dan fungsi alih kode dan campur kode bahasa Jawa dalam rapat ibu-ibu
PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta.
H. Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Metode penyajian analisis data pada penelitian ini adalah metode deskriptif,
formal dan informal. Istilah deskriptif itu menyarankan bahwa penelitian yang
dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta-fakta yang ada atau fenomena-
fenomena secara empiris hidup pada penutur-penuturnya (Sudaryanto, 1992: 62).
Penelitian ini cocok menggunakan penyajian hasil analisis data metode deskriptif
karena penelitian ini berdasarkan fakta-fakta yang hidup pada penuturnya, seperti
yang dikemukakan oleh Sudaryanto tersebut.
Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa,
walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993, 145). Dengan
kata lain metode ini menggunakan kata-kata sederhana agar mudah dipahami.
Analisis metode informal dalam penelitian ini agar dapat mempermudah pemahaman
terhadap setiap hasil penelitian.
Metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-
lambang. Khusus mengenai penggunaan tanda dan lambang dalam metode penyajian
formal itu, dapat disebut teknik dasar (Sudaryanto, 1993, 145).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB IV
HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab IV membahas mengenai tiga hal yaitu bentuk, faktor yang melatarbelakangi
dan fungsi peristiwa alih kode dan campur kode. Ketiganya ditulis berdasarkan peristiwa,
pertama, pengklasifikasian bentuk, mengetahui faktor yang melatarbelakangi dan fungsi
alih kode bahasa Jawa, kedua pengklasifikasian bentuk, mengetahui faktor yang
melatarbelakangi dan fungsi penggunaan campur kode bahasa Jawa dalam rapat ibu-ibu
PKK di Kepatihan Kulon Surakarta.
A. Bentuk, Faktor yang Melatarbelakangi dan Fungsi Alih Kode dalam Rapat Ibu-
ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta
1. Bentuk Alih Kode Menurut Bahasa Pembentuknya
Alih kode pada rapat ibu-ibu PKK di Kepatihan Kulon Surakarta dapat dibedakan
menurut bahasa pembentuknya menjadi 4 macam yaitu (1) alih kode dari bahasa Jawa
ragam krama ke dalam bahasa Indonesia, (2) alih kode dari bahasa Jawa ragam ngoko ke
dalam bahasa Indonesia, (3) alih kode dari bahasa Jawa ragam krama ke dalam bahasa
Jawa ragam ngoko, (4) alih kode dari bahasa Jawa ragam ngoko ke dalam bahasa Jawa
ragam krama. Berikut ini bentuk penggunaan alih kode yang terjadi dalam rapat ibu-ibu
PKK di Kepatihan Kulon, Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
a. Alih Kode dari Bahasa Jawa Ragam Krama ke dalam Bahasa Indonesia
(5) Bu Sri Rahayu Juwito : ... Mila nggih nyaosaken pirsa Panjenengan nggih kedah
bak mandi menika pendhak tigang dinten menika pun
kuras. Salajengipun menika kula aturaken laporan
keuangan. Keuangan bulan Januari, saldo menika tujuh
ratus dua puluh lima. Potongan lain-lain tujuh ribu... ‘... Untuk itu saya memberitahukan kepada anda semuanya.
Supaya bak mandi itu setiap tiga hari segera anda kuras
airnya (ganti air). Setelah itu saya beritahukan laporan
keuangan. Keuangan bulan ini saldo tujuh ratus dua puluh
lima. Potongan lain-lain tujuh ribu...’
Data (5) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan Kepatihan
Kulon pada rapat PKK Lansia tanggal 10 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh Bu Sri
Rahayu Juwito, seorang ketua PKK Lansia.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dari tuturan tersebut terdapat alih kode
intern. Alih kode intern terjadi dari bahasa Jawa ragam krama ke dalam bahasa
Indonesia. Alih kode terjadi pada peralihan tuturan dari bahasa Jawa ragam krama yaitu
Mila nggih nyaosaken pirsa Panjenengan nggih kedah bak mandi menika pendhak tigang
dinten menika pun kuras. Menuju ke dalam bahasa Indonesia yaitu Keuangan bulan
menika, saldo menika tujuh ratus dua puluh lima. Potongan lain-lain tujuh ribu…
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode tersebut adalah berubahnya
topik. Awalnya tuturan menggunakan bahasa Jawa ragam krama yang berisi himbauan
untuk membersihkan bak mandi agar terhindar dari demam berdarah, kemudian beralih
kode ke tuturan bahasa Indonesia dengan topik mengenai laporan keuangan.
Tujuan atau fungsi penggunaan alih kode adalah lebih komunikatif dalam
memberikan informasi kepada ibu-ibu PKK mengenai laporan keuangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
(6) Bu Nuk (Harmini) : ... Mangga Bu. Panjenengan serat lho Bu Bambang!
Diserat. Terus yang satu sampai dua siapa?
‘... Silahkan Bu. Anda tulis Bu Bambang! Ditulis.
Selanjutnya yang satu sampai dua siapa?’
Mbak Lismi : Tante Ros.
‘Tante Ros.’
Data (6) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan Kepatihan
Kulon pada rapat PKK SKD tanggal 27 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh Bu Nuk
(Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti, kemudian dilanjutkan oleh Mbak Lismi selaku
ketua SKD.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog, dari percakapan tersebut terdapat alih kode
intern yang dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini), kemudian dilanjutkan oleh Mbak Lismi.
Alih kode tersebut terjadi dari bahasa Jawa ragam krama ke dalam bahasa Indonesia.
Alih kode dari bahasa Jawa ragam krama yaitu Mangga Bu. Panjenengan serat lho Bu
Bambang! Diserat. Dilanjutkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu Terus yang satu sampai
dua siapa? Kemudian direspon oleh Mbak Lismi yaitu Tante Ros.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode tersebut adalah berubahnya
topik. Awalnya tuturan menggunakan bahasa Jawa ragam krama yang berisi perintah
untuk menulis kepada Bu Bambang, kemudian berganti topik menjadi percakapan
mengenai siapa yang akan memberikan sosialisasi pada ibu-ibu yang mempunyai anak
umur satu sampai dua tahun.
Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih sopan untuk menyuruh atau memberi
tugas melakukan sesuatu. Dengan alih kode ke dalam bahasa Indonesia Bu Nuk
(Harmini) tidak menggunakan kata perintah tetapi dengan sendirinya pihak yang
bersangkutan yaitu Tante Ros mengetahui sendiri tugas yang akan dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
(7) Mbak Lismi : ... Bu Harmi, Panjenengan sowan Mbak Niken, nyuwun arta
kangge mundhut gelaran. Bulan depan konsumsi Hapsari
2A. Ibu-ibu sebelum kita pulang marilah kita tutup menurut
agama dan kepercayaan kita masing-masing, berdoa mulai. ‘... Bu Harmi, anda berkunjung ke rumah Mbak Niken, minta
uang untuk membeli tikar. Bulan depan konsumsi Hapsari 2A.
Ibu-ibu sebelum kita pulang marilah kita tutup menurut
agama dan kepercayaan kita masing-masing, berdoa mulai.’
Data (7) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan Kepatihan
Kulon pada rapat PKK SKD tanggal 27 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh Mbak
Lismi, Mbak Lismi adalah seorang ketua PKK SKD.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan menunjukkan adanya alih
kode intern yang dilakukan oleh Mbak Lismi. Mulanya Mbak Lismi menggunakan
bahasa Jawa ragam krama yang ditandai dengan kalimat Bu Harmi, Panjenengan sowan
Mbak Niken, nyuwun arta kangge mundhut gelaran. Kemudian dilanjutkan dengan
bahasa Indonesia yaitu Bulan depan konsumsi Hapsari 2A. Ibu-ibu sebelum kita
pulang marilah kita tutup menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing,
berdoa mulai.
Faktor yang melatarbelakangi alih kode adalah topik yang dibicarakan. Mulanya
topik yang dibicarakan adalah perintah kepada Bu Harmi untuk membeli tikar. Topik
kemudian berganti menjadi informasi mengenai konsumsi pertemuan selanjutnya
dibebankan pada Posyandu Hapsari 2A, yang terakhir penutup.
Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih komunikatif untuk memberi informasi
dan mengarahkan bahwa bulan depan yang bertugas menyediakan konsumsi adalah
Posyandu Hapsari 2A. Tuturan kemudian dilanjutkan dengan mengarahkan ibu-ibu PKK
untuk berdoa sebelum pulang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
b. Alih Kode dari Bahasa Jawa Ragam Ngoko ke dalam Bahasa Indonesia
(8) Bu Nuk (Harmini) : ... Uwong kuwi ndhek mau nyatane, ora karo apa-apa mung
gur sak kucing kahanane sampai seperti itu. Belum lagi di
sini, apa namanya ini pundak ini retak, mestinya harus
dioperasi pada saat itu. Ningnga kepala we rung mari dadine
kuwi ngrampungne kepalanya dulu, wis rada garing baru
ngurusi kene itu.
‘... Orang itu tadi kenyataannya seperti itu, tidak ada sebab
apa-apa hanya karena satu kucing keadaannya sampai seperti
itu. Belum lagi di sini apa namanya ini pundak ini retak,
mestinya harus dioperasi pada saat itu. Tetapi kepala saja
belum sembuh jadi itu menyelesaikan kepalanya dulu, kalau
sudah sedikit kering baru mengurus ini.’
Data (8) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan Kepatihan
Kulon pada rapat PKK Inti, tanggal 15 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh Bu Nuk
(Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan tersebut menunjukkan
adanya alih kode intern dari bahasa Jawa ragam ngoko, ditandai dengan tuturan Uwong
kuwi ndhek mau nyatane ora karo apa-apa mung gur sak kucing kahanane sampai
seperti itu. kemudian beralih menjadi bahasa Indonesia pada tuturan Belum lagi di sini,
apa namanya ini pundak ini retak, mestinya harus dioperasi pada saat itu...
Faktor yang melatarbelakangi alih kode yang digunakan Bu Nuk (Harmini) adalah
pergantian topik yang dibicarakan, mulanya membicarakan mengenai kucing yang
membuat seseorang mengalami kecelakaan kemudian membicarakan mengenai kondisi
yang dialami sesorang yang menderita kecelakaan yaitu patah tulang dan harus dioperasi.
Tujuan atau fungsi alih kode adalah membangkitkan rasa simpatik dalam
menyampaikan informasi mengenai kondisi yang dialami oleh salah seorang kader PKK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
di Kelurahan Kepatihan Kulon. Tuturan tersebut menunjukkan kepedulian ibu-ibu PKK
terhadap semua anggota masyarakat di lingkungan Kepatihan Kulon.
(9) Bu Nuk (Harmini) : ... Sapa meneh? Bu Andi ya?
‘... Siapa lagi? Bu Andi ya?’
Bu Purwanti : Ke rumah sakit?
‘Ke rumah sakit?’
Bu Nuk (Harmini) : Ya ke rumah sakit Bu pada saat itu, jadi sudah ada
perwakilanlah kalau ke sana tapi misalnya ibu kalau mau,
sekarang udah pulang... ‘Ya ke rumah sakit Bu pada saat itu, jadi sudah ada
perwakilanlah kalau ke sana tetapi misalnya ibu kalau mau,
sekarang udah pulang...’
Data (9) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan Kepatihan
Kulon pada rapat PKK Inti, tanggal 15 Januari 2011. Percakapan dilakukan oleh Bu Nuk
(Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon dan Bu Purwanti
selaku sekertaris PKK RW II.
Bentuk peristiwa tutur adalah percakapan, dalam percakapan tersebut terdapat alih
kode intern antara tuturan Bu Purwanti kemudian diikuti Bu Nuk (Harmini). Percakapan
itu terjadi pada forum resmi. Alih kode terjadi dari bahasa Jawa ragam ngoko ditandai
dengan tuturan Bu Nuk (Harmini): ... Sapa meneh? Bu Andi ya? ‘... Siapa lagi? Bu Andi
ya?’ Percakapan beralih kode ke dalam bahasa Indonesia diawali dengan tuturan Bu
Purwanti yaitu Ke rumah sakit? Kemudian Bu Nuk (Harmini) juga mengikuti beralih
kode ditandai dengan Ya ke rumah sakit Bu pada saat itu, jadi sudah ada
perwakilanlah kalau ke sana tapi misalnya ibu kalau mau, sekarang udah pulang...
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode adalah penutur (O1) ingin
mengimbangi bahasa yang dipergunakan oleh mitra tutur (O2). Pada saat mitra tutur (O2)
menggunakan bahasa Indonesia maka penutur (O1) ikut menggunakan bahasa Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih komunikatif dalam menyampaikan
informasi mengenai siapa saja yang sudah menjenguk dan keberadaan Bu Endang (salah
seorang kader PKK yang mengalami kecelakaan) pada saat itu.
(10) Bu Nuk (Harmini) : ... Bu Bejo Mulyono rung eneng iki? Bu Bambang iki kekna
Bu Bejo ya! Dua tiga, terus tiga empat. Oh lha kuwi Bu Budi
Yulianto nuk, nya!
‘... Bu Bejo Mulyono belum ada ini? Bu Bambang tolong ini
berikan Bu Bejo ya! Dua tiga, terus tiga empat. Ternyata itu
ada Bu Budi Yulianto, ini!’
Bu Budi Yulianto : Ndak pernah itu Bu, sekarang aku di Lansia.
‘Tidak pernah itu Bu, sekarang aku di Lansia.’
Bu Nuk (Harmini) : Sekarang sudah tidak pernah di Posyandu balita ta? Lha
iki sapa anggotane?
‘Sekarang sudah tidak pernah di Posyandu balita ya?
Kemudian ini siapa anggotanya?
Bu Prihatin : Ningrum.
‘Ningrum.’
Data (10) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK SKD tanggal 27 Januari 2011. Percakapan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) wakil ketua PKK Inti, Bu Budi Yulianto seorang bendahara PKK
Lansia, dan Bu Prihatin seorang kader PKK.
Bentuk peristiwa tutur adalah percakapan, dalam percakapan diketahui bahwa
terjadi alih kode intern dari bahasa Jawa ragam ngoko menuju ke dalam bahasa Indonesia
yang dilakukan oleh Bu Budi Yulianto. Alih kode dilakukan oleh Bu Budi Yulianto yang
selanjutnya diikuti oleh Bu Nuk (Harmini). Alih kode tersebut dari bahasa Jawa ragam
ngoko ditandai oleh Lha kuwi Bu Budi Yulianto nuk, nya! Kemudian beralih menjadi
bahasa Indonesia yang ditandai Ndak pernah itu Bu, sekarang aku di Lansia.
Selanjutnya diikuti oleh Bu Nuk (Harmini) pada tuturan Sekarang sudah tidak pernah di
Posyandu balita ta?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode tersebut adalah penutur (O1)
mengimbangi bahasa yang digunakan oleh mitra tutur (O2).
Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih komunikatif untuk menjelaskan bahwa
Bu Budi Yulianto sudah tidak ikut Posyandu balita tetapi sudah pindah dan aktif di PKK
Lansia.
(11) Bu Nuk (Harmini) : … Ka ngene ya diongkrokne, tulisan ya diongkrokne, buku
ya diongkrokke, APE ya diongkrokke, padahal harganya
mahal ibu-ibu. Bu Nuk di sini ora ngayawara lho ki aku.
Sekarang begini Bu, saya minta tolong kepada ibu-ibu.
Wong nyatane ya sregep tenan kog nek SKD ya rawuh terus,
nek Posyandu ya rawuh terus. Sekarang begini saya pengen
bagaimana kalau Posyandu itu mbok digabung karo BKB
karena ibu-ibunya itu ya disuruh hadir saja…
‘… Seperti ini ya dibiarkan saja terbengkalai, tulisan ya
dibiarkan saja terbengkalai, buku ya dibiarkan saja
terbengkalai, APE juga dibiarkan saja terbengkalai. Padahal
harganya mahal ibu-ibu, Bu Nuk di sini tidak omong kosong
(lho) saya. Sekarang begini saya ingin bagaimana kalau
Posyandu itu digabung dengan BKB karena ibu-ibunya itu ya
disuruh hadir saja.’
Data (11) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK SKD tanggal 27 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh
Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat alih kode intern.
Alih kode terjadi 3 kali, semua berawal dari bahasa Jawa ragam ngoko menuju ke dalam
bahasa Indonesia. Pertama, alih kode dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Ka ngene ya
diongkrokne, tulisan ya diongkrokne, buku ya diongkrokke, APE ya diongkrokke.
Kemudian dilanjutkan dengan bahasa Indonesia yaitu …, padahal harganya mahal ibu-
ibu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa alih kode tersebut adalah topik
yang dibicarakan. Awalnya tuturan mengenai alat-alat peraga edukasi atau APE yang
terbengkalai begitu saja kemudian berganti menyinggung masalah harga APE yang
mahal.
Tujuan atau fungsi alih kode pada data (11) adalah lebih persuasif membujuk ibu-
ibu PKK supaya memanfaatkan APE yang sebelumnya terbengkalai, mengingat harganya
yang mahal.
Kedua, alih kode dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Bu Nuk di sini ora
ngayawara lho ki aku. Kemudian dilanjutkan dengan bahasa Indonesia yaitu Sekarang
begini Bu, saya minta tolong kepada ibu-ibu.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa alih kode tersebut adalah
bergantinya topik yang dibicarakan. Mulanya topik yang dibicarakan mengenai Bu Nuk
(Harmini) yang tidak mengada-ada atau omong kosong kemudian berganti menjadi
meminta tolong kepada ibu-ibu PKK.
Tujuan atau fungsi alih kode pada data (11) adalah lebih komunikatif untuk
meminta tolong kepada ibu-ibu PKK.
Ketiga, alih kode dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Wong nyatane ya sregep
tenan kog nek SKD ya rawuh terus, nek Posyandu ya rawuh terus. Kemudian dilanjutkan
dengan bahasa Indonesia yaitu Sekarang begini saya pengen bagaimana kalau
Posyandu itu mbok digabung karo BKB karena ibu-ibunya itu ya disuruh hadir saja…
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa alih kode adalah topik yang
dibicarakan. Awalnya topik pembicaraan mengenai ibu-ibu PKK yang rajin datang pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
pertemuan SKD dan Posyandu kemudian berganti menjadi keinginan Bu Nuk (Harmini)
untuk menggabungkan BKB dengan Posyandu balita.
Tujuan atau fungsi alih kode pada data (11) adalah lebih argumentatif
meyakinkan ibu-ibu PKK untuk menggabungkan BKB dengan Posyandu balita.
(12) Bu Nuk (Harmini) : Ya lha padha-padha enam puluh lima mbok ning nggone
Bu Endang servisnya oke anune wangi kabeh terus engko
karo sadari barang. Dadine iki susunya ini payudaranya
ini dingonokke ya wangi banget taleke, ndhek wingi kuwi
kayake pira? Tujuh puluh ya awake dhewe.
‘Ya kalau sama-sama enam puluh lima ribu mending di
tempatnya bu Endang, servisnya oke, badannya harum
semua, terus nanti dengan periksa payudara sendiri juga.
Jadi payudaranya ini di begitukan, ya harum sekali
bedaknya, kemarin kita kira-kira berapa? Tujuh puluh ya
kita.’
Mbak Mimi Ismiyati : Tujuh lima Bu.
‘Tujuh lima Bu.’
Bu Nuk (Harmini) : Oh tujuh lima...
‘Oh tujuh lima…’
Data (12) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK Inti, tanggal 15 Januari 2011. Percakapan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti dan Mbak Mimi Ismiyati seorang
sekertaris PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog percakapan, dalam percakapan tersebut
terdapat alih kode intern yang terjadi dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Ya lha padha-
padha enam puluh lima mbok ning nggone Bu Endang servisnya oke anune wangi kabeh
terus ngko karo sadari barang. Kemudian beralih kode ke bahasa Indonesia yang
dilakukan oleh Mbak Mimi Ismiyati yaitu Tujuh lima Bu dan diperkuat dengan tuturan
Bu Nuk (Harmini) yaitu Oh tujuh lima...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Faktor yang melatarbelakangi alih kode adalah penutur (O1) ingin mengimbangi
bahasa yang digunakan oleh mitra tuturnya (O2). Awalnya Bu Nuk (Harmini)
menggunakan BJRN untuk menjelaskan kemudian berganti menjadi BI setelah orang
kedua hadir dalam percakapan
Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih komunikatif dalam menyampaikan
informasi kepada ibu-ibu PKK mengenai harga yang harus dibayar dalam melakukan
pemeriksaan kesehatan.
c. Alih Kode dari Bahasa Jawa Ragam Krama ke dalam Bahasa Jawa Ragam
Ngoko
(13) Bu Siswoko : Nggih anu mawon mrikane pama rampung nggih suk Maret,
nggih ngoten. Pokoke positif Februari ten mriki. Pama wis
dadi yo suk Maret. ‘Ya begitu saja, ke sana apabila sudah selesai, nanti kalau
Maret, ya begitu. Pokoknya positif Februari di sini.
Seandainya sudah jadi ya nanti Maret.’
Data (13) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan Kepatihan
Kulon pada rapat PKK Lansia tanggal 10 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh Bu Sri
Rahayu Juwito, seorang ketua PKK Lansia.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan menunjukkan adanya alih
kode intern yang dilakukan oleh ibu Siswoko dari bahasa Jawa ragam krama ke dalam
bahasa Jawa ragam ngoko. Tuturan bahasa krama ditandai Nggih anu mawon mrikane
pama rampung nggih suk Maret, nggih ngoten. Terdapat alih kode ke dalam bahasa Jawa
ragam ngoko pada kalimat Pama wis dadi yo suk Maret. Dalam bahasa Jawa krama
dapat dibuat dengan tuturan berikut. Umpami sampun dados nggih benjing Maret.
‘Seandainya sudah jadi ya besok Maret.’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Faktor yang melatarbelakangi alih kode dalam tuturan tersebut adalah penutur
topik pembicaraan. Awalnya topik pembicaraan Bu Siswoko yang menentukan bulan
sebelum tempat pertemuan jadi direnofasi kemudian berganti menentukan bulan setelah
tempat pertemuan jadi direnofasi.
Tujuan atau fungsi alih kode tersebut adalah lebih komunikatif dalam
menyampaikan informasi bahwa tempat pertemuan kembali kesemula pada bulan Maret
yaitu di Dalem Pusaka Wiryamartanan.
d. Alih Kode dari Bahasa Jawa Ragam Ngoko ke dalam Bahasa Jawa Ragam
Krama
(14) Bu Nuk (Harmini) : Mbok arepe tata lair, Bu Nuk nyuwun pangapunten. Aku
ya mangsuli, inggih kula nggih nyuwun pangapunten.
Batine, apa wis kowe lunga wa, apa. Saya kira setiap orang
itu gram-gramanya minta maaf dan memaafkan itu tetep
berbeda.
‘Walaupun secara lahiriah, Bu Nuk saya mohon maaf. Saya
juga menjawab, ya saya juga minta maaf. Lalu nanti secara
batin, apa udah sana pergi saja, apa? Saya kira setiap orang
itu timbangan keikhlasannya minta maaf dan memaafkan itu
tetap berbeda.’
Data (14) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK Inti, tanggal 15 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh
Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat 2 kali alih kode
intern yang dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) dari bahasa Jawa ragam ngoko ke dalam
bahasa Jawa ragam krama. Pertama, bahasa Jawa ragam ngoko ditunjukkan pada kalimat
Mbok arepe tata lahir, kemudian alih kode terjadi menjadi bahasa Jawa ragam krama
pada Bu Nuk nyuwun pangapunten. Kedua, alih kode terjadi dari bahasa Jawa ragam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
ngoko yaitu Aku ya mangsuli, diteruskan dengan bahasa Jawa ragam krama yaitu …,
inggih kula nggih nyuwun pangapunten.
Faktor yang melatarbelakangi penggunaan alih kode adalah prinsip kesopanan
dan kesantunan karena apabila menggunakan ragam bahasa Jawa krama pada saat minta
maaf dianggap lebih halus, sopan dan santun sesuai dengan kebiasaan orang Jawa.
Tujuan atau fungsi alih kode lebih komunikatif dalam menjelaskan pada ibu-ibu
PKK yang lain bahwa kalau ada yang meminta maaf padanya dengan sopan maka akan
dijawab pula dengan sopan.
(15) Bu Nuk (Harmini) : Kuwi sakiki resik wis-an ndhek mben kae walah yen
Panjenengan pirsa gumun mesthi...
‘Sekarang itu sudah bersih, dulu kalau anda semua melihat
pasti kaget.’
Data (15) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK Inti, tanggal 15 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh
Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat alih kode intern.
Alih kode terjadi dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Kuwi sakiki resik wis-an ndhek
mben kae walah yen ke dalam bahasa Jawa krama yaitu Panjenengan pirsa gumun
mesthi...
Faktor yang melatarbelakangi alih kode tersebut adalah prinsip kesopanan dan
kesantunan yaitu keinginan penutur (O1) untuk menghormati mitra tutur (O2), pada saat
manafsirkan bahwa ibu-ibu PKK akan kaget melihat tempat yang kotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tujuan atau fungi alih kode pada data (15) adalah lebih argumentatif meyakinkan
ibu-ibu PKK yang lain untuk mempercayai penutur (O1). Penutur meyakinkan ibu-ibu
PKK bahwa mereka akan kaget kalau melihat tempat yang kotor.
(16) Bu Nuk (Harmini) : ... Dhahare rung ditokke lho iki. Ngunjuk kalihan dhahar.
Badhepun asta kondur nggih mangga. Pun dhahar mriki
nggih mangga. ‘Ini makanannya belum dikeluarkan lho. Minum dan
makanlah. Kalau mau dibawa pulang juga silahkan.
Dimakan di sini juga silahkan.’
Data (16) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK SKD tanggal 27 Januari 2011. Percakapan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan menunjukkan adanya alih
kode intern yang dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) dari bahasa Jawa ragam ngoko ke
dalam bahasa Jawa ragam krama. Bahasa Jawa ragam ngoko ditunjukkan pada kalimat
Dhahare rung ditokke lho iki. Kemudian alih kode terjadi menjadi bahasa Jawa ragam
krama pada Ngunjuk kalihan dhahar. Badhe pun asta kondur nggih mangga. Pun
dhahar mriki nggih mangga.
Faktor yang melatarbelakangi alih kode adalah prinsip kesantunan dan kesopanan
yang digunakan untuk menghormati mitra tutur. Walaupun peserta rapat PKK tidak jauh
terpaut umurnya, artinya sabaya tetapi berdasarkan prinsip kesantunan maka untuk
mempersilahkan makan lebih cenderung digunakan bahasa Jawa ragam krama.
Tujuan atau fungsi alih kode dalam tuturan (16) adalah lebih sopan dalam
menyuruh atau mempersilahkan mitra tutur (O2) untuk menikmati hidangan di rumah
ataupun di kantor kelurahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Alih Kode
Berikut ini beberapa faktor yang melatarbelakangi penggunaan alih kode dalam
rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, menurut faktor sosio-situasional.
Faktor sosio-situasional yang ditemukan dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan
Kepatihan Kulon adalah (1) Prinsip kesopanan dan kesantunan penutur (O1), (2) Penutur
ingin mengimbangi bahasa yang digunakan oleh mitra tuturnya (O2), (3) Perubahan mitra
tutur dalam tuturan, (4) Hadirnya orang ketiga (O3), (5) Topik yang dibicarakan.
a. Prinsip Kesopanan dan Kesantunan Penutur (O1)
(17) Bu Nuk (Harmini) : ... Nek ra didum ngono PR di rumah kog. Ngapa diselehke
kelurahan thok? Kapan le arep ndumuk? Bu Harmi tolong
ya Bu RW tiga yang permainan seperti ini tolong, Mbak
Yani tolong dicari. Bu Bambang tolong bukak RW tiga Bu
yang seperti ini. Ini saya empat sampai lima. Akeh ta empat
sampai lima? Wis nek ra dipeksakke ngono kapan
rampunge? Mbak Harmi mana kadere RW telu Mbak? Bu
Andi saya minta tolong untuk RW tiga siapa saja?
Panjenengan, Mbak Yani, Bu Harmi? Lha sapa? Bu
Wandi?
‘Itu RW tiga. Mbak Yani ini untuk RW tiga Bu. Kalau tidak
dibagi seperti ini PR (tugas) dirumah (kok). Kenapa hanya di
taruh di Kelurahan saja? Kapan mau mengerjakan? Bu
Harmi tolong ya Bu RW tiga yang permainan seperti ini
tolong, Mbak Yani tolong dicari. Bu Bambang tolong dibuka
RW tiga Bu yang seperti ini. Ini saya empat sampai lima.
Banyak kan empat sampai lima? Sudah kalau tidak
dipaksakan seperti ini kapan selesainya? Mbak Harmi mana
kadernya RW tiga Mbak? Bu Andi saya minta tolong untuk
RW tiga siapa saja? Anda, Mbak Yani, Bu Harmi?
Kemudian siapa? Bu Wandi?’
Data (17) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK SKD tanggal 27 Januari 2011. Tuturan secara lisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan
Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat alih kode intern.
Alih kode terjadi dua kali yaitu dari bahasa Jawa ragam ngoko ke dalam bahasa
Indonesia. Pertama, alih kode dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Nek ra didum ngono
PR di rumah kog. Ngapa diselehke kelurahan thok? Kapan le arep ndumuk? Ke dalam
bahasa Indonesia yaitu Bu Harmi tolong ya Bu RW tiga yang permainan seperti ini
tolong, Mbak Yani tolong dicari. Bu Bambang tolong bukak RW tiga Bu, yang seperti
ini. Ini saya empat sampai lima...
Kedua alih kode dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Akeh ta empat sampai
lima? Wis nek ra dipeksakke ngono kapan rampunge? mbak Harmi mana? Kadere RW
telu mbak? Ke dalam bahasa Indonesia yaitu Bu Andi saya minta tolong untuk RW tiga
siapa saja? Panjenengan, Mbak Yani, Bu Harmi?
Faktor yang melatarbelakangi tiga alih kode dalam data (17) adalah prinsip
kesopanan dan kesantunan penutur (O1) meminta tolong. Apabila tuturan meminta tolong
dengan menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko maka kurang santun sehingga dipilih
bahasa Indonesia yang lebih halus ditandai dengan kata tolong, dengan nada rendah, dan
formal menggunakan bahasa Indonesia.
Tujuan atau fungsi alih kode pada data (17) adalah lebih komunikatif untuk
meminta tolong pada ibu-ibu PKK yang lain pada saat membagi tugas untuk RW tiga.
b. Penutur (O1) Ingin Mengimbangi Bahasa yang Digunakan Oleh Mitra Tuturnya
(18) Bu Nuk (Harmini) : Lha sing nggawa sapa?
‘Yang membawa siapa?’
Bu Nanik Panji : Bu Marni. Paling ya kalau seratus kurang sedikit masih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
‘Bu Marni. Paling ya kalau seratus kurang sedikit masih.’
Bu Bambang : Tahun dua ribu tujuh itu.
‘Tahun dua ribu tujuh itu.’
Bu Nanik Panji : Tapi tidak ada kegiatan sampai detik ini kan Bu?
‘Tetapi tidak ada kegiatan sampai detik ini ya Bu?’
Bu Bambang : Eko itu. Diambilke kabeh. Tahun dua ribu tujuh itu.
‘Eko itu. Diambilkan semua. Tahun dua ribu tujuh itu.’
Bu Nuk (Harmini) : Dah ya gitu, untuk sementara di Posyandu masing-
masing kog Bu Nanik. ‘Dah ya gitu, untuk sementara di Posyandu masing-masing
(kog) Bu Nanik.’
Data (18) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK SKD tanggal 27 Januari 2011. Tuturan secara lisan
dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti, Bu Nanik Panji adalah
seorang ketua PKK RW 02 sekaligus ketua Posyandu Balita Hapsari 2A, Bu Bambang
adalah seorang bendahara Posyandu Balita Hapsari 2B Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog, dalam percakapan terdapat alih kode intern.
Alih kode intern terjadi dari bahasa Jawa ragam ngoko kemudian dilanjutkan ke dalam
bahasa Indonesia. Awalnya penurur menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko yang
dituturkan oleh Bu Nuk (Harmini) yaitu lha sing nggawa sapa? Dilanjutkan dengan
bahasa Indonesia yaitu Bu Marni. Paling ya kalau seratus kurang sedikit masih oleh Bu
Nanik Panji, kemudian tuturan terakhir kembali lagi ke tuturan Bu Nuk (Harmini) yang
menyesuaikan dengan bahasa yang digunakan oleh mitra tuturnya (O2) yaitu Bu Nanik
Panji dan orang ketiga (O3) yaitu Bu Bambang.
Faktor yang melatarbalakangi alih kode adalah penutur (O1) ingin mengimbangi
bahasa yang digunakan oleh mitra tutur (O2). Awalnya tuturan yang digunakan adalah
bahasa Jawa ragam ngoko, kemudian berganti ke dalam bahasa Indonesia untuk
menyesuaikan dengan penutur lain yang saat itu menanggapi tuturan dari penutur (O1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tujuan atau fungsi alih kode dalam data (18) adalah lebih komunikatif dalam
menafsirkan atau membahas menganai uang BKB, dan penempatan acara BKB di
Posyandu balita.
c. Perubahan Mitra Tutur (O2) dalam Tuturan
(19) Bu Nuk (Harmini) : Ibu-ibu mangga ngunjuk kalihan dhahar. Dhahare rung
ditokke lho iki... ‘Ibu-ibu mari saya persilahkan makan dan minum.
Makanannya belum dikeluarkan (lho) ini...’
Data (19) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat SKD tanggal 27 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh bu
Nuk (Harmini) selaku wakil ketua PKK Inti, Kalurahan Kepatihan Kulon, Surakarta.
Bentuk peristiwa tutur adalah tuturan langsung, dalam tuturan terdapat alih kode
intern yang dilakukan oleh bu Nuk (Harmini). Alih kode terjadi dari bahasa bahasa Jawa
ragam krama yaitu Ibu-ibu mangga ngunjuk kalihan dhahar. ‘Ibu-ibu mari saya
persilahkan makan dan minum.’ Kemudian dilanjutkan dengan bahasa Jawa ragam ngoko
yaitu Dhahare rung ditokke lho iki...
Faktor yang melatarbelakangi alih kode adalah perubahan mitra tutur (O2) saat
mempersilahkan menikmati hidangan pada ibu-ibu PKK disampaikan dengan hormat dan
formal yaitu bahasa Jawa krama, kemudian untuk petugas yang menyajikan hidangan
disampaikan dengan bahasa yang kurang formal yaitu bahasa Jawa ngoko, agar segera
bergegas untuk mengeluarkan makanan.
Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih persuasif dalam menyuruh petugas
mengeluarkan hidangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
d. Hadirnya Penutur Ketiga (O3)
(20) Bu Nuk (Harmini) : Dilebokke Posyandu we ora usah tekok, ya. Dilebokke
Posyandu ya ndhompleng Posyandu, gitu lho maksudku.
Wong kuwi ya ibu-ibune ya teka, ngono lho.
‘Dimasukkan Posyandu saja tidak usah bingung, ya.
Dimasukkan Posyandu ya ikut Posyandu, begitu ya maksud
saya. Karena itu ibu-ibunya juga datang begitu ya.’
Bu Bambang : Ora sah nambahi konsumsi barang.
‘Tidak usah menambah konsumsi juga.’
Bu Nuk (Harmini) : Kuwi ngono lho.
‘Seperti itu (lho).’
Bu Tatik Sri Lestari : Dicoba dulu aja, ora usah kudu sesuk ndak. Tapi dicoba
dulu per Posyandu.
‘Dicoba dulu aja, tidak usah harus besok tidak tetapi dicoba
dulu tiap Posyandu.’
Bu Nuk (Harmini) : Ibu-ibu kader Posyandu ya harus berani. Ora prentah kog
wong itu untuk demi kebaikan balita mereka.
‘Ibu-ibu kader Posyandu ya harus berani. Tidak hanya
memerintah tetapi ini itu untuk kebaikan Balita mereka.’
Data (20) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK SKD tanggal 27 Januari 2011. Tuturan secara lisan
dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti, Bu Bambang adalah
seorang bendahara Posyandu Balita Hapsari 2B, dan Bu Tatik Sri Lestari adalah seorang
penyuluh lapangan keluarga berencana di Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog atau percakapan, dalam percakapan terdapat
alih kode intern. Alih kode intern terjadi dari bahasa Jawa ragam ngoko kemudian
dilanjutkan ke dalam bahasa Indonesia. Awalnya Bu Nuk (Harmini), O1 menggunakan
bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Dilebokke Posyandu we ora usah tekok, ya. Dilebokke
Posyandu ya ndhompleng Posyandu, gitu lho maksudku. Wong kuwi ya ibu-ibune ya teka,
ngono lho. Kemudian ditanggapi oleh mitra tutur (O2) dengan bahasa Jawa ragam ngoko
juga yaitu Ora sah nambahi konsumsi barang. Alih kode terjadi ketika ada O3, Bu Tatik
Sri Lestari yang menggunakan bahasa Indonesia yaitu Dicoba dulu aja, ora usah kudu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
sesuk ndak. Tapi dicoba dulu per Posyandu. Kemudian diikuti oleh O1 berbahasa
Indonesia yaitu Ibu-ibu kader Posyandu ya harus berani.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode adalah hadirnya penutur
ketiga yaitu Bu Tatik Sri Lestari yang saat itu menggunakan bahasa Indonesia pada topik
yang sama yaitu BKB yang coba digabungkan bersama dengan Posyandu balita.
Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih argumentatif membujuk ibu-ibu PKK
yang mengampu Posyandu balita agar mau menggabungkan BKB dengan Posyandu
balita.
(21) Bu Lurah (Mulyani) : Malah dereng mangertos, lha Panjenengan saking pundi?
‘Malah belum tau, (lha) Anda tahu dari mana?’
Bu Nunik : Bu RW.
‘Bu RW.’
Mbak Mimi Ismiyati : Lomba kliping POKJA tiga?
‘Lomba kliping POKJA tiga?’
Bu Lurah (Mulyani) : Saya malah belum tau itu Bu.
‘Saya malah belum tau itu Bu.’
Data (21) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK Inti, tanggal 15 Januari 2011. Percakapan dilakukan
oleh Bu Lurah (Mulyani) seorang ketua PKK inti, Bu Nunik adalah seorang ketua
Posyandu Balita Hapsari 2B, dan Mbak Mimi Ismiyati sebagai sekertaris PKK Inti
Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog atau percakapan, dalam percakapan terdapat
alih kode intern. Alih kode intern terjadi dari bahasa Jawa ragam krama kemudian
dilanjutkan ke dalam bahasa Indonesia. Awalnya tuturan dilakukan oleh Bu Lurah
(Mulyani) dengan bahasa Jawa krama yaitu Malah dereng mangertos, lha Panjenengan
saking pundi? Kemudian dilanjutkan Bu Nunik menjawab Bu RW yang dimaksudkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
adalah mendengar dari Bu RW. Mbak Mimi Ismiyati sebagai O3 melanjutkan dengan
bahasa Indonesia yaitu Lomba kliping POKJA tiga? Kemudian Bu Lurah (Mulyani)
mengikuti bahasa yang digunakan oleh O3 dengan bahasa Indonesia yaitu Saya malah
belum tau itu Bu.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode adalah hadirnya penutur
ketiga (O3) yaitu Mbak Mimi Ismiyati yang saat itu menggunakan bahasa Indonesia pada
topik percakapan mengenai lomba kliping yang dibebankan pada POKJA tiga untuk
mengikuti lomba tersebut.
Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih komunikatif dalam menjelaskan
mengenai lomba kliping yang belum diketahui keberlangsungannya.
e. Topik yang Dibicarakan
(22) Bu Sri Rahayu Juwito : Kula badhe ngaturaken arta, saldo bulan September
empat ratus tujuh puluh ribu dua ratus empat puluh
lima.
‘Saya akan memberi tahukan masalah keuangan, saldo
bulan September empat ratus tujuh puluh ribu dua
ratus empat puluh lima.’
Data (22) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK SKD tanggal 27 Januari 2011. Tuturan secara lisan
dilakukan oleh Bu Sri Rahayu Juwito, Beliau adalah seorang ketua PKK Lansia
Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat alih kode intern.
Alih kode intern terjadi dari bahasa Jawa ragam ngoko dilanjutkan ke dalam bahasa
Indonesia. Awalnya Bu Sri Rahayu Juwito menggunakan bahasa Jawa ragam krama yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Kula badhe ngaturaken arta,… kemudian dilanjutkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu
Saldo bulan September empat ratus tujuh puluh ribu dua ratus empat puluh lima.
Faktor yang melatarbelakangi alih kode tersebut adalah bergantinya topik dalam
tuturan, sebelumnya tuturan mengenai Bu Sri Rahayu Juwito yang akan menyampaikan
mengenai keuangan kemudian berganti menjadi tuturan mengenai Saldo bulan
September.
Tujuan atau fungsi alih kode tersebut adalah lebih komunikatif untuk merinci
laporan keuangan dari bulan September dengan saldo yang ada pada saat itu.
(23) Bu Nuk (Harmini) : Iki mau ya mung dikekne kene thok ning ra eneng
gunane. Iki mau ya mung dibrukne thok ning
Kelurahan. Kuwi ngko ya ra berjalan. Untuk
sementara ini bagaimana kalau untuk bulan depan,
ibu-ibu yang punya balita sisan wae neng kelurahan. ‘Ini tadi ya hanya ditaruh sini saja tetapi tidak berguna.
Ini tadi ya hanya ditaruh saja di Kelurahan. Itu nanti ya
tidak digunakan. Untuk sementara waktu, bagaimana
kalau untuk bulan depan, ibu-ibu yang punya balita
sekalian saja ke kelurahan?’
Data (23) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat SKD tanggal 27 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh Bu
Nuk (Harmini) selaku wakil ketua PKK Inti, Kalurahan Kepatihan Kulon, Surakarta.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat alih kode intern.
Alih kode intern terjadi dari bahasa Jawa ragam ngoko dilanjutkan ke dalam bahasa
Indonesia. Awalnya tuturan menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko yang ditandai
dengan Iki mau yo mung di kekne kene thok ning ra eneng gunane. Iki mau ya mung
dibrukne thok ning kelurahan. Kuwi ngko ya ra berjalan..., kemudian dilanjutkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
bahasa Indonesia yaitu Untuk sementara ini bagaimana kalau untuk bulan depan, ibu-
ibu yang punya balita sisan wae neng kelurahan?
Faktor yang menyebabkan penggunaan alih kode pada data (23) adalah topik yang
dibicarakan. Awalnya topik pembicaraan mengenai alat-alat BKB yang tidak digunakan
oleh ibu-ibu PKK sehingga terbengkalai di Kelurahan, kemudian berganti menjadi
menyuruh ibu-ibu PKK bulan depan ke kelurahan.
Tujuan atau fungsi penggunaan alih kode adalah lebih komunikatif dan sopan
dalam menyuruh ibu-ibu PKK yang mempunyai balita untuk datang ke kelurahan.
3. Fungsi Alih Kode
Beberapa fungsi alih kode yang ditemukan dalam rapat ibu-ibu PKK di
Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta adalah (1) lebih persuasif membujuk atau
menyuruh mitra tutur (O2), (2) lebih argumentatif meyakinkan mitra tutur (O2), (3) lebih
komunikatif dalam meminta tolong, (4) lebih komunikatif dalam menjelaskan, (5) lebih
prestis dan (6) membangkitkan rasa simpatik.
a. Lebih Persuasif Membujuk atau Menyuruh Mitra Tutur (O2)
(24) Bu Nuk (Harmini) : ... Ning kuwi yen diumumke ngono walah Gusthi Allah
nyuwun pangapura… Karena kebersihan dari keluarga
yang satu, ke keluarga yang lainnya nanti kan satu RT
bersih semua, begitu ya? Dadine ya resikan ki sak kabehe.
‘... Tapi kalau diumumkan begitu ya Gusti Allah, saya
mohon ampun… Karena kebersihan dari keluarga yang satu,
ke keluarga yang lainnya nanti juga satu RT bersih semua.
Begitu ya? Jadi menjaga kebersihan itu untuk semuanya.’
Data (24) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK SKD tanggal 27 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh
Bu Nuk (Harmini) wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan tersebut menunjukkan
adanya alih kode intern yang dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) pada saat mengajak ibu-
ibu PKK selalu menjaga kebersihan, mulai dari keluarga sendiri sampai satu RT.
Awalnya tuturan menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko yaitu ... Ning kuwi yen
diumumke ngono walah Gusthi Allah nyuwun pangapura... Kemudian alih kode terjadi ke
dalam bahasa Indonesia ditandai Karena kebersihan dari keluarga yang satu, ke
keluarga yang lainnya nanti kan satu RT bersih semua, begitu ya?
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode adalah penutur beralih kode
karena topik pembicaraan. Mulanya pembicaraan menganai banyaknya yang harus
dijabarkan mengenai kebersihan, kemudian begranti menjadi topik mengenai anjuran Bu
Nuk (Harmini) untuk membersihkan lingkungan dari mulai keluarga sampai dengan satu
RT.
Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih persuasif dalam upaya membujuk atau
menyuruh ibu-ibu PKK agar menjaga kebersihan dari mulai keluarganya sendiri sampai
sehingga dapat meluas pada tingkat RT.
(25) Bu Nuk (Harmini) : Bengi ben ra kanggo sik ngono ya? Lha wong nek arep
dijak, bengi kanggo, padahal kuwi aja kanggo dhisik nek
arep rana. Lha ngko tak omong-omong ya nekat. Ya itu ya
diantaranya informasinya itu terus saya tetap
mengingatkan pada ibu-ibu semuanya untuk tetap
mengerjakan buku-bukunya. Laporan harian, eh laporan
bulanan. ‘Malam agar tidak dipakai dulu begitu ya? (lha) Kalau akan
diajak ke sana, malam dipakai, padahal itu jangan dipakai
dahulu kalau mau ke sana. Kalau aku peringatkan tetap
nekat... Ya itu ya diantaranya informasinya itu kemudian
saya tetap mengingatkan pada ibu-ibu semuanya untuk tetap
mengerjakan buku-bukunya. Laporan harian, bukan tetapi
laporan bulanan.’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Mbak Mimi Ismiyati : Belum pada laporan.
‘Belum semua laporan.’
Data (25) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK Inti, tanggal 15 Januari 2011. Percakapan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti dan Mbak Mimi Ismiyati sebagai
sekertaris PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah percakapan, dalam percakapan diketahui bahwa
terjadi alih kode intern dari bahasa Jawa ragam ngoko ke dalam bahasa Indonesia. Alih
kode dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) dari bahasa Jawa ragam ngoko ditandai oleh
bengi ben ra kanggo sik ngono ya? Lha wong nek arep dijak bengi kanggo, padahal kuwi
aja kanggo dhisik nek arep rana. Kemudian beralih menjadi bahasa Indonesia yang
ditandai Ya itu ya diantaranya informasinya itu terus saya tetap mengingatkan pada
ibu-ibu semuanya untuk tetap mengerjakan buku-bukunya. Alih kode yang dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) lanjutkan oleh Mbak Mimi dengan menjawab Belum pada
laporan.
Faktor yang melatarbelakangi alih kode adalah keinginan penutur (O1) untuk
merubah topik pembicaraan. Semula topik pembicaraan adalah mengenai syarat sebelum
melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi wanita atau yang disebut dengan
papsmear, kemudian topik berganti mengenai laporan bulanan.
Tujuan atau fungsi tuturan adalah lebih persuasif dalam membujuk atau menyuruh
ibu-ibu PKK untuk mengerjakan laporan harian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
b. Lebih Argumentatif Meyakinkan Mitra Tutur (O2)
(26) Bu Nuk (Harmini) : Bisa ta itu anak itu nemu ning dalan, digawa ning kantor
polisi terus diparani wong, tak peke we bocah iki. Tak
adopsine, boleh. Karena yang namanya akte itu hak anak.
Jangan melihat latar belakang orang tuanya, anak yang
tidak punya bapak atau ibu itu besok kalau memang anak
itu pinter dan pandai, bejaning uwong isa dadi presiden,
betul itu! Jadi jangan oh iki anak ra nduwe pak, oh ki
anakke sapa ra nggenah, jangan seperti itu. Karena akte itu
hak anak. Jadi dari kota interupsinya terutama
Surakarta,...
‘Anak itu bisa ditemukan di jalan, dibawa kekantor polisi
kemudian ada orang yang datang, saya adopsi saja anak ini.
Saya adopsi, boleh. Karena yang namanya akte itu hak anak.
Jangan melihat latar belakang orang tuanya, anak yang tidak
punya bapak atau ibu itu, besok kalau memang anak itu
pintar dan pandai, orang itu beruntung bisa menjadi
presiden, betul itu! Jadi jangan anak ini tidak mempunyai
ayah, ini anaknya siapa tidak baik, jadi jangan seperti itu.
Karena akte itu hak anak. Jadi dari kota interupsinya
terutama di Surakarta,…’
Data (26) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia tanggal 10 Desember 2010. Tuturan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat alih kode intern.
Alih kode terjadi 2 kali dari bahasa Jawa ragam ngoko menuju ke dalam bahasa
Indonesia. Pertama, alih kode dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Bisa ta itu anak itu
nemu ning dalan digawa ning kantor polisi terus diparani wong, tak peke we bocah iki.
Tak adopsine, boleh. Kemudian dilanjutkan dengan bahasa Indonesia yaitu Karena yang
namanya akte itu hak anak. Jangan melihat latar belakang orang tuanya, anak yang
tidak punya bapak atau ibu itu.
Kedua, alih kode dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Bejaning uwong isa dadi
presiden, betul itu! Jadi jangan oh iki anak ra nduwe pak, oh ki anakke sapa ra nggenah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
kemudian dilanjutkan dengan bahasa Indonesia yaitu Jangan seperti itu. Karena akte itu
hak anak. Jadi dari kota interupsinya terutama Surakarta,...
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode adalah keinginan penutur
untuk menjelaskan dan memberi informasi mengenai akta kelahiran yang merupakan hak
anak.
Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih argumentatif meyakinkan mitra tutur
bahwa memang akte kelahiran itu hak anak, jadi tidak boleh membeda-bedakan anak.
(27) Bu Nuk (Harmini) : Oh kula ngopeni anak cilik, kula duwe ponakan ning king
Kaliyoso, tidak bisa! Harus penduduk Sala.
‘Oh saya merawat anak kecil, saya mempunyai keponakan
tetapi dari Kaliyoso, tidak bisa! Harus penduduk Sala.’
Data (27) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia tanggal 10 Desember 2010. Tuturan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat alih kode intern.
Alih kode terjadi dari bahasa Jawa ragam ngoko menuju ke dalam bahasa Indonesia.
Awalnya Bu Nuk (Harmini) menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Oh kula
ngopeni anak cilik, kula duwe ponakan ning king Kaliyoso, kemudian dilanjutkan ke
dalam bahasa Indonesia yaitu …, tidak bisa! Harus penduduk Sala.
Faktor yang melatarbelakangi alih kode tersebut adalah topik yang dibicarakan.
Awalnya topik pembicaraan mengenai contoh ada orang yang mempunyai anak dan
keponakan yang berasal dari Kaliyoso, kemudian berganti menjadi penegasan bahwa
tidak bisa memiliki KIA selain penduduk asli Sala.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tujuan atau fungsi alih kode dalam data (27) adalah lebih argumentatif untuk
meyakinkan pada ibu-ibu PKK bahwa anak yang berhak mendapatkan KIA adalah harus
benar-benar penduduk yang memiliki akte kelahiran di Kota Sala.
(28) Bu Nuk (Harmini) :Maune emoh, ninggal, sakiki eneng uwong gelem nikah ya ta
Bu? Yen menurut hukumnya, aktenya itu ya besok
mestinya bapake ya sing nikah kuwi ning kuwi biologis
bukan itu lho.
‘Sebelumnya tidak mau kemudian meninggalkan, sekarang
ada orang yang mau menikahi ya (kan) Bu? Kalau menurut
hukumnya, aktenya itu ya besok mestinya bapaknya ya yang
menikahi itu tetapi secara biologis bukan itu (lho).’
Data (28) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia tanggal 10 Desember 2010. Tuturan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat alih kode intern.
Alih kode terjadi dari bahasa Jawa ragam ngoko menuju ke dalam bahasa Indonesia.
Awalnya Bu Nuk (Harmini) menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Maune emoh
ninggal sakiki eneng uwong gelem nikah ya ta Bu? kemudian dilanjutkan ke dalam
bahasa Indonesia yaitu Yen menurut hukumnya, aktenya itu ya besok mestinya bapake
ya sing nikah kuwi ning kuwi biologis bukan itu lho.
Faktor yang melatarbelakangi alih kode tersebut adalah topik yang dibicarakan.
Awalnya tuturan mengenai ayah kandung yang meninggalkan anak dan ada ayah baru
yang mau mengakui, kemudian beganti menjadi penjelasan bahwa menurut hukumnya
anak yang tidak ditinggalkan ayah kandunganya itu bisa atau boleh diakui oleh ayah baru
yang mau mengakui anak itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tujuan atau fungsi alih kode dalam data (28) adalah lebih argumentatif untuk
meyakinkan pada ibu-ibu PKK bahwa memang seharusnya yang ditulis di akte kelahiran
itu nama ayah yang mengakui anak itu walaupun ayah biologisnya bukan itu.
c. Lebih Komunikatif dalam Meminta Tolong
(29) Bu Nuk (Harmini) : Oh mulane. Kandhake mbok ben ra wedi kog aku isa kandha
dhewe. Lha iya kuwi Bu Andi saya minta tolong RT tujuh itu
ya. Jane sing ngregeti RT nem ki RT pitu kuwi kog, memean
kae lho Mbak Nunik sakderet rana sapa sing memeni?
‘Ternyata. Dibilangkan juga tidak apa-apa, tidak takut, aku
bisa bilang sendiri. Ya itu Bu Andi saya minta tolong RT
tujuh itu ya. sebenarnya yang mengotori RT enam itu RT
tujuh. Jemuran itu lho Mbak Nunik satu deret ke sana siapa
yang menjemur?’
Data (29) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK Inti, tanggal 15 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh
Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat alih kode intern.
Alih kode terjadi dari bahasa Jawa ragam ngoko menuju ke dalam bahasa Indonesia. Pada
data (29) alih kode intern terjadi dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Oh mulane.
Kandhake mbok ben ra wedi kog aku isa kandha dhewe. Lha iya kuwi ke dalam bahasa
Indonesia yaitu Bu Andi saya minta tolong RT tujuh itu ya.
Alih kode tersebut terjadi karena faktor kesantunan dan kesopanan penutur dalam
menafsirkan keinginannya meminta tolong kepada Bu Andi.
Tujuan atau fungsi alih kode pada data (29) adalah lebih komunikatif dalam
meminta tolong kepada Bu Andi agar mengingatkan pada RW tujuh untuk menjaga
kebersihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
d. Lebih Komunikatif untuk Menjelaskan
(30) Bu Nuk (Harmini) : Iki anake sapa ora ana sing ngerti kok, itu nanti udah
dimasukkan KK orang itu, terus dicarikan akte. Ninga kula
ndekmben mungut, kula boten ngerti niki sapa pake, buke
sapa. Yasudah itu nanti akte anak namanya Paidi
misalnya ya. ya sudah anak nama Paidi itu thok. Ora
eneng pake, ora eneng buke...
‘Ini anaknya siapa tidak ada yang tahu (kog), itu nanti sudah
dimasukkan KK orang itu, kemudian dicarkan akte. Tetapi
saya dulu mengadopsi, saya tidak tahu ini siapa Bapaknya,
Ibunya siapa. Yasudah itu nanti akte anak namanya Paidi
misalnya ya. Ya sudah anak nama Paidi saja. Tidak ada
Bapaknya, tidak ada Ibunya…’
Data (30) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia tanggal 10 Desember 2010. Tuturan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat 2 peristiwa alih
kode intern. Pertama, alih kode terjadi dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Iki anake
sapa ora ana sing ngerti kog, menuju ke dalam bahasa Indonesia yaitu itu nanti udah
dimasukkan KK orang itu, terus dicarikan akte.
Faktor yang melatarbalakangi alih kode adalah topik pembicaraan. Awalnya
tuturan mengenai anak yang tidak diketahui siapa orang tuanya kemudian anak itu dicatat
dalam KK orang yang mau mengekui sehingga dapat dibuatkan akte.
Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih komunikatif dalam memberikan
infromasi mengenai akte kelahiran.
Kedua, alih kode terjadi dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Ninga kula
ndekmben mungut, kula boten ngerti niki sapa pake, buke sapa. Menuju ke dalam bahasa
Indonesia yaitu Yasudah itu nanti akte anak namanya Paidi misalnya ya. ya sudah
anak nama Paidi itu thok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Faktor yang melatarbalakangi alih kode tersebut adalah topik pembicaraan.
Awalnya tuturan mengenai orang yang memungut atau mengadopsi anak tetapi tidak
mengetahui orang tuanya kemudian berganti menjadi pencatatan akte kalahiran atas nama
misalnya Paidi (nama anak yang ditemukan itu).
Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih komunikatif dalam memberikan
informasi mengenai akte kelahiran yang bisa saja dibuat atas nama anak saja tanpa
menyebutkan orang tua kandung.
(31) Bu Nuk (Harmini) : Iki lho eneng datane seka ndhuwur kana, nggonanmu ki sing
durung duwe, yang belum punya akte siapa coba kamu cari
itu siapa,... ‘Ini (lho) ada datanya dari atas sana, ditempatmu yang belum
punya, yang belum punya akte siapa coba kamu cari itu
siapa,...’
Data (31) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia tanggal 10 Desember 2010. Tuturan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat peristiwa alih kode
intern. Alih kode terjadi dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Iki lho eneng datane seka
ndhuwur kana, nggonanmu ki sing durung duwe, menuju ke dalam bahasa Indonesia
yaitu yang belum punya akte siapa coba kamu cari itu siapa,...
Faktor yang melatarbelangi terjadinya alih kode adalah topik pembicaraan.
Mulanya topik pembicaraan mengenai adanya data mengenai anak yang belum punya
akte kemudian berganti menjadi menyuruh untuk mencari anak yang belum pnya akte
dan membantu membuatkan akte kelahiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih komunikatif dalam memberikan
informasi menganai atasan (pemerintah kota Surakarta) memberikan instruksi mengenai
akte kelahiran dan anggota PKK diberitahu supaya mencari siapa saja anak yang belum
memiliki akte kelahiran.
e. Lebih Prestis
(32) Bu Nanik Panji : …Oh ya wis. Sing kene krungune kelahiran. Yaudah
makanya itu maaf complain...
‘Ya sudah. Tadi saya dengarnya kelahiran. Ya sudah maka
dari itu maaf protes.’
Data (32) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK RW, tanggal 14 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh
Bu Nanik Panji, beliau adalah seorang ketua PKK RW 02 Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peritiwa tutur (32) adalah monolog. Monolog tersebut mengandung alih
kode dari bahasa Jawa ragam ngoko dilanjutkan ke dalam bahasa Indonesia. Dimulai dari
tuturan dari bahasa Jawa ragam ngoko yaitu …Oh ya wis. Sing kene krungune kelahiran.
Kemudian dilanjutkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu Yaudah makanya itu maaf
complain…
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode adalah topik pembicaraan.
Awalnya tuturan mengenai pernyataan Bu Nanik Panji mengenai apa yang didengar
tentang kelahiran kemudian berganti menjadi permohonan maaf karena beliau salah
mendengar dan protes saat itu.
Tujuan atau fungsi alih kode pada data (32) adalah lebih prestis atau gengsi
karena dari faktor sosio-situasional tidak mengharuskan penutur untuk beralih kode. Pada
saat itu Bu Nanik Panji ingin meminta maaf karena salah mendengar dan protes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Sebenarnya apabila meminta maaf bisa menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko alus
atau bahasa Jawa ragam krama untuk meminta maaf, namun pada saat itu karena sedikit
gengsi maka menggunakan bahasa Indonesia yaitu Yaudah makanya itu maaf complain.
(33) Bu Nuk (Harmini) : Bu Endang piyayine nyenengke ninga kog itu. Memang rada
adoh, rana tapi kalau mau ke sana ya nanti calling saya,…
‘Bu Endang orangnya menyenangkan. Memang sedikit jauh,
ke sana tapi kalau mau ke sana ya nanti menghubungi
saya,…’
Data (33) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK Inti, tanggal 15 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh
Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur (33) adalah monolog, dalam tuturan tersebut menunjukkan
adanya alih kode intern dari bahasa Jawa ragam ngoko kemudian dilanjutkan dengan
bahasa Indonesia. Awalnya tuturan menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Bu
Endang piyayine nyenengke ninga kog itu. Memang rada adoh, rana kemudian
dilanjutkan dengan bahasa Indonesia yaitu tapi kalau mau ke sana ya nanti calling
saya,...
Faktor yang melatarbelakangi alih kode adalah topik pembicaraan, awalnya topik
pembicaraan mengenai Bu Endang yang menyenangkan dan tempat yang sedikit jauh
kalau pergi ke sana. Kemudian berganti menjadi penutur yang menawarkan agar ibu-ibu
PKK menghubunginya kalau ingin diantar ke tempat Bu Endang bersama-sama.
Tujuan atau fungsi alih kode adalah lebih prestise atau gengsi karena dari faktor
sosio-situasional tidak mengharuskan penutur untuk beralih kode. Pada saat itu Bu Nuk
(Harmini) menawarkan agar ibu-ibu PKK menghubunginya kalau ingin diantar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
sebenarnya dapat menggunakan bahasa Jawa namun penutur menggunakan alih kode
dengan menggunakan bahasa Indonesia disisipi bahasa Inggris yaitu kata calling.
f. Membangkitkan Rasa Simpatik
(34) Bu Nuk (Harmini) : ... Dadi nganti kaya digip kaya nganggo badhong kae ndisik
kuwi. Nek patah sisan malah dipen. Anda bisa
membayangkan nek retak pie? Ini cuma informasi ya... ‘... Jadi sampai seperti digip memakai badhong itu dahulu.
Anda bisa membayangkan kalau retak itu bagaimana? Ini
hanya informasi ya...’
Data (34) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK Inti, tanggal 15 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh
Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur (34) adalah monolog, dalam tuturan tersebut menunjukkan
adanya alih kode intern dari bahasa Jawa ragam ngoko kemudian dilanjutkan dengan
bahasa Indonesia. Awalnya tuturan menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko ditandai
dengan tuturan Dadi nganti kaya digip kaya nganggo badhong kae ndisik kuwi. Nek
patah sisan malah dipen. Kemudian beralih kode ke dalam bahasa Indonesia yang
ditandai dengan Anda bisa membayangkan nek retak pie? Ini cuma informasi ya...
Faktor yang melatarbelakangi penggunaan alih kode pada tuturan tersebut adalah
topik pembicaraan. Awalnya topik pembicaraan mengenai kondisi seseorang yang seperti
di gips karena retak, kemudian berganti menjadi penengasan Bu Nuk (Harmini) dengan
pertanyaan mengenai apa yang dirasakan orang yang patah tulang.
Tujuan atau fungsi alih kode (34) adalah membangkitkan rasa simpatik terhadap
orang yang sedang mengalami patah tulang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
B. Bentuk, Faktor yang Melatarbelakangi dan Fungsi Campur Kode dalam Rapat
Ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon Surakarta
1. Bentuk Campur Kode Menurut Sruktur Kebahasaan
Campur kode yang terjadi pada rapat pertemuan formal PKK Kelurahan
Kepatihan Kulon Surakarta dibagi menjadi berbagai macam bentuk menurut struktur
kebahasaan yang terlibat di dalamnya yaitu (1) campur kode berwujud penyisipan kata
dasar, (2) campur kode berwujud penyisipan kata jadian, (3) campur kode berwujud
penyisipan perulangan kata, (4) campur kode berwujud penyisipan frasa. Berikut ini
analisis mengenai 4 bentuk campur kode yang ditemukan dalam rapat ibu-ibu PKK.
a. Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Kata Dasar
(35) Bu Nuk (Harmini) : ... Ya lha padha-padha enam puluh lima mbok ning nggone
Bu Endang servisnya oke anu ne wangi kabeh terus ngko karo
sadari barang, dadine iki susunya ini payudara ini
dingonokke ya wangi banget taleke ya, ndhek wingi kuwi
kayake pira? Tujuh puluh ya awake dhewe?
‘... Ya (lha) sama-sama enam puluh lima lebih baik
ditempatnya Bu Endang, servisnya oke, badannya harum
semua terus pakai periksa payudara sendiri juga, jadinya ini
payudaranya ini dibegitukan ya harum sekali bedaknya ya,
kemarin itu sepertinya berapa? tujuh puluh ya kita?’
Data (35) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK Inti, tanggal 15 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh
Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat 2 peristiwa
campur kode intern. Campur kode intern terjadi pada kata dasar oke dan ini berupa
penyisipan kata dasar berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Bu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Endang servisnya oke anu ne wangi kabeh terus ngko karo sadari barang, dadine iki
susunya ini payudara ini dingonokke ya wangi banget taleke ya,...
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode tersebut adalah keinginan
penutur (O1) untuk menafsirkan atau menginformasikan mengenai periksa kesehatan
yang baik dilakukan ibu-ibu PKK yaitu periksa papsmear ke tempat Bu Endang.
Tujuan atau fungsi campur kode pada data (35) adalah lebih persuasif untuk
membujuk atau memprofokasi ibu-ibu PKK agar mau periksa papsmear ke tempat Bu
Endang.
(36) Bu Nuk (Harmini) : Ning eneng yen ra diunyeng-unyeng nganti tekan sirah ora
anu ada.
‘Ada juga yang kalau tidak dipijit, dijambak, dan ditekan
sampai kepala tidak anu (puas) ada.’
Data (36) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan Kulon pada rapat PKK Lansia tanggal 10 Desember 2010. Tuturan
dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) adalah seorang wakil PKK Inti Kelurahan Kepatihan
Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata dasar berbahasa Indonesia
yaitu kata ada masuk ke dalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Ning
eneng yen ra diunyeng-unyeng nganti tekan sirah ora anu ada.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah penutur (O1) ingin
menafsirkan dan menjelaskan maksud yang diinginkannya bahwa memang ada orang
yang tidak puas kalau kerokan tidak sampai dipijit, ditekan, dan dijambak sampai
kekepala.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih singkat dan mudah dipahami dari
pada dengan bahasa inti, bahasa Jawa ragam ngoko yaitu eneng.
(37) Bu Nuk (Harmini) : ..., jangan telung ndina pisan kerokan, ya nek nemen ya ping
pindholah,...
‘..., jangan tiga hari sekali kerokan, ya kalau sudah
keterlaluan ya dua kali.’
Data (37) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia tanggal 10 Desember 2010. Tuturan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) adalah seorang wakil PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode intern terjadi dengan penyisipan kata dasar berbahasa Indonesia
yaitu kata jangan masuk ke dalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam ngoko yaitu
jangan telung ndina pisan kerokan, ya nek nemen ya ping pindholah,...
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah peran sosial penutur
dalam memberikan sosialisasi mengenai kerokan pada ibu-ibu PKK, penutur berhak
memberitahukan atau melarang melakukan kerokan tiga hari sekali demi kesehatan ibu-
ibu PKK
Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih komunikatif menyampaikan
informasi mengenai kerokan, bahwa kerokan itu tidak boleh dilakukan tiga hari sekali.
b. Penyisipan Unsur-unsur Berwujud Kata Jadian
(38) Bu Sri Rahayu Juwito : Mangga ibu-ibu sakderengipun kula laporaken bab
keuangan, menika kula badhe matur dateng Panjenengan
bilih artanipun menika sampun nipis nggih.
‘Ibu-ibu sebelum saya melaporkan mengenai keuangan, saya
laporkan pada anda kalau uangnya sekarang tinggal sedikit.’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Data (38) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia, tanggal 10 Desember 2011. Tuturan dilakukan
oleh Bu Sri Rahayu Juwito adalah seorang ketua PKK Lansia Kelurahan Kepatihan
Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode terjadi dengan penyisipan kata jadian bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa ragam ngoko sebagai satu bahasa inti. Kata jadian keuangan berasal dari
bahasa Indonesia yang terjadi dari kata dasar ‘uang’, kemudian terjadi afiksasi secara
bersama-sama dengan awalan (ke-) dan akhiran (-an), berarti hal-hal yang berkaitan
dengan uang.
Faktor yang melatarbelakangi campur kode pada data (38) adalah identifikasi
peranan atau peran sosial penutur karena penutur yang mempunyai peran sebagai ketua
PKK Lansia maka wajib melaporkan mengenai keuangan organisasi.
Tujuan atau fungsi campur kode pada data (38) adalah lebih komunikatif karena
singkat dan mudah dimengerti. Bu Sri Rahayu Juwito mengambil istilah dari bahasa
Indonesia yang singkat dan cukup jelas.
(39) Bu Nuk (Harmini) : Wis ta Panjenengan titeni tangga teparo Panjenengan,
bocah kuwi mau yang namanya gen, genetika,...
‘Sudahlah anda cermati tetangga sebelah anda, anak itu tadi
yang namanya gen, genetika,…’
Data (39) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia, tanggal 10 Desember 2011. Tuturan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) adalah seorang wakil PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode terjadi dengan penyisipan kata jadian bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa ragam ngoko sebagai satu bahasa inti. Kata jadian namanya merupakan
bahasa Indonesia yang masuk dalam bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Wis ta Panjenengan
titeni tangga teparo Panjenengan, bocah kuwi mau yang namanya gen, genetika,... Kata
jadian namanya terbentuk dari kata dasar ‘nama’ dan penambahan (-nya) sebagai
penunjuk kepemilikan. Jadi kata namanya berasal dari bahasa Indonesia ‘nama’
bergabung bersama dengan (-nya) yang berarti nama atau sesuatu yang dimiliki oleh
oranglain.
Faktor yang melatarbelakangi campur kode pada data (39) adalah penutur ingin
menjelaskan atau menafsirkan mengenai anak yang memiliki genetika tersendiri.
Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih komunikatif dalam menyampaikan
informasi mengenai anak yang memiliki genetika tersendiri.
(40) Bu Sri Rahayu Juwito : Para ibu-ibu menika sakderengipun kita wiwiti mangga kita
berdoa rumiyin supados pepanggihan menika mangke saged
mlampah kanthi lancar.
‘Ibu-ibu sekalian sebelum kita mulai mari kita berdoa
dahulu supaya pertemuan ini nanti bisa berjalan dengan
lancar.’
Data (40) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia tanggal 10 Desember 2010. Tuturan dilakukan
oleh Bu Sri Rahayu Juwito adalah seorang ketua PKK Lansia Kelurahan Kepatihan
Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode terjadi dengan penyisipan kata jadian bahasa Indonesia ke dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
bahasa Jawa ragam ngoko sebagai satu bahasa inti. Campur kode penyisipan kata jadian
dalam bahasa Indonesia yaitu berdoa masuk ke dalam satu bahasa inti, bahasa Jawa
ragam ngoko yaitu Para ibu-ibu menika sakderengipun kita wiwiti mangga kita berdoa
rumiyin supados pepanggihan menika mangke saged mlampah kanthi lancar.
Kata jadian berdoa melalui afiksasi, terbentuk dari kata dasar ‘doa’ dengan
penambahan afiks (ber-). Kata berdoa berarti mengucapkan atau memanjatkan doa
kepada Tuhan.
Faktor yang melatarbelakangi campur kode pada data (40) adalah penutur ingin
menjelaskan atau menafsirkan mengenai kegiatan memanjatkan doa kapada Tuhan.
Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih persuasif mengajak ibu-ibu PKK
untuk sama-sama berdoa kepada Tuhan.
c. Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Perulangan Kata (Reduplikasi)
(41) Bu Nuk (Harmini) : ...Tata lahir we bisa molah-malih menurut kebutuhan nek
lagi butuh wah bisa bermanis-manis, nek lagi ra butuh isa
melengos-melengos,...
‘...Tata lahir itu bisa berubah-ubah, menurut kebutuhan,
kalau saat membutuhkan wah bisa pura-pura baik, kalau tidak
butuh bisa mebuang muka,...’
Data (41) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK Inti, tanggal 15 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh
Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode terjadi dengan masuknya reduplikasi bahasa Indonesia masuk ke
dalam bahasa Jawa. Campur kode perulangan kata bermanis-manis ‘berkata-kata dengan
manis atau dengan perkataan yang elok-elok’, masuk ke dalam satu bahasa inti, bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Jawa ragam ngoko yaitu Tata lahir we bisa molah-malih menurut kebutuhan nek lagi
butuh wah bisa bermanis-manis,…
Faktor yang melatarbelakangi penggunaan campur kode tersebut adalah faktor
penutur ingin menafsirkan atau menjelaskan mengenai sifat seseorang yang terkadang
pura-pura baik dengan berkata-kata manis.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (41) adalah penuntur (O1)
mengambil istilah yang singkat, lebih dan dipahami oleh ibu-ibu PKK. Apabila
menggunakan istilah dalam bahasa Indonesia maka kalimat yang dihasilkan terlalu
panjang dan berbelit-belit.
(42) Bu Nuk (Harmini) : Wis ta Panjenengan titeni tangga teparo Panjenengan,
bocah kuwi mau yang namanya gen, genetika, terutama
paraban-paraban sing ora becik,…
‘Sudahlah anda cermati tetangga anda, anak itu tadi yang
namanya gen, genetika, terutama ciri khas yang tidak
baik,…’
Data (42) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia, tanggal 10 Desember 2011. Tuturan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Data di atas menunjukkan adanya campur kode perulangan kata bahasa Indonesia
yaitu paraban-paraban (ciri khas), masuk ke dalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam
ngoko yaitu paraban-paraban sing ora becik,…
Faktor yang melatarbelakangi campur kode pada data (42) keinginan untuk
menafsirkan atau menjelaskan mengenai ciri khas yang tidak baik dari seseorang juga
dapat menurun kepada anaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tujuan atau fungsi campur kode tersebut adalah penutur (O1) mengambil istilah
yang singkat, mudah dipahami oleh ibu-ibu PKK.
(43) Bu Nuk (Harmini) : Apa kuwi jenenge urat-urat yang ada di sini,…
‘Apa itu namanya urat-urat yang ada di sini,…’
Data (43) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia, tanggal 10 Desember 2011. Tuturan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode terjadi dengan masuknya bahasa Indonesia dalam bahasa Jawa.
Campur kode berupa perulangan kata bahasa Indonesia yaitu urat-urat masuk ke dalam
bahasa Jawa yaitu Apa kuwi jenenge urat-urat yang ada di sini,… Kata ulang urat-urat
memiliki kata dasar urat yaitu pembuluh (saluran) kecil-kecil dalam tubuh tempat darah
mengalir.
Faktor yang melatarbelakangi campur kode pada data (43) keinginan untuk
menafsirkan mengenai urat-urat.
Tujuan atau fungsi campur kode tersebut adalah penutur (O1) mengambil istilah
yang singkat, mudah dan bisa dipahami oleh ibu-ibu PKK.
d. Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Frasa
(44) Bu Nuk (Harmini) : Ha`a dikubur ning kana pokokke, njaluk tulung uwong apa?
Apa anu ngono. Jadi jangan dihindari lho ki tenan kuwi.
Nek dihindari malah kowe sing cilaka itu lho. ...Ini
informasi ya, wong uwongi wong akeh ya kita itu ra mung
gugon tuhon nek wong ngomong, kucingi aja ditabrak. Nek
wis ora isa dihindari tabrak...
‘Ya pokoknya dikubur di sana, minta tolong orang atau
bagaimana begitu. Jadi jangan dihindari lho itu beneran ya.
kalau dihindari malah kamu yang celaka begitu... Ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
informasi ya, banyak orang di sini, kita itu tidak hanya
pantangan, kalau orang bicara, kucing itu jangan ditabrak.
Kalau sudah tidak bisa dihindari tabrak saja...’
Data (44) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK Inti, tanggal 15 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh
Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Pada data (44) menunjukkan adanya 2 campur kode intern, penyisipan frasa yaitu
masuknya serpihan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko. Campur kode
pertama, ditandai oleh masuknya Jadi jangan dihindari… ke dalam bahasa Jawa ragam
ngoko yaitu Jadi jangan dihindari lho ki tenan kuwi. Nek dihindari malah kowe sing
cilaka itu lho.
Faktor yang melatarbelakangi campur kode adalah keinginan penutur untuk
menjelaskan mengenai kucing yang boleh ditabrak kalau tidak bisa dihindari pada waktu
naik kendaraan.
Tujuan atau fungsi campur kode tersebut adalah lebih persuasif untuk menyuruh
ibu-ibu PKK agar ketika melihat kucing lewat di jalan, itu tidak dihindari karena akan
membuat celaka orang yang menghindarinya.
Kedua, masuknya Ini informasi ya,… ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko yaitu
wong uwongi wong akeh ya kita itu ra mung gugon tuhon nek wong ngomong, kucingi
aja di tabrak. ‘Orang itu banyak ya kita itu tidak hanya gugun tuhon kalau orang bicara,
kucing itu jangan ditabrak.’ Faktor yang melatarbelakangi campur kode tersebut adalah
keinginan penutur (O1) menafsirkan atau menjelaskan maksud yang diinginkannya
mengenai apa yang telah di sampaikan hanya sebuah informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tujuan atau fungsi campur kode adalah penutur lebih komunikatif dalam
menegaskan dan memberi informasi mengenai ada kepercayaan secara mistis Jawa
bahwa kalau ada kucing di jalan tidak boleh ditabrak.
(45) Bu Nuk (Harmini) : Sak iki ngene Bu kuwi ya rada rawan, seperti kemarin ya di
Kecamatan. Rawannya ki ya bapak sakiki ya rada sarap ya-
an. Maune emoh, ninggal, sakiki eneng uwong gelem nikah,
ya ta Bu?
‘Sekarang begini Bu itu juga agak rawan, seperti kemarin ya
di Kecamatan. Rawannya itu ya bapak sekarang ya agak gila
ya. Sebelumnya tidak mau dan meninggalkannya, sekarang
kalau sudah ada orang yang mau menikahi. Ya (kan) Bu?’
Data (45) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia, tanggal 10 Desember 2011. Tuturan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode dalam data (45) berupa penyisipan frasa berbahasa Indonesia yaitu
seperti kemarin ya di Kecamatan masuk ke dalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam
ngoko yaitu Sak iki ngene Bu kuwi ya rada rawan, seperti kemarin ya di Kecamatan.
Faktor yang melatarbelakangi campur kode tersebut adalah peran sosial penutur
sebagai wakil ketua PKK berhubungan langsung dan mengetahui informasi dari
Kecamatan mengenai masalah akte kelahiran, dimana ayah kandung mengakui kembali
anaknya setelah sebelumnya tidak mau mengakui.
Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih komunikatif menyampaikan
informasi mengenai kejadian di Kecamatan ada bapak yang sebelumnya tidak mengakui
anaknya, tiba-tiba kembali mengakui anaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
(46) Bu Nuk (Harmini) : Orang hamil kuwi mbok karo wong sepuluh tetapi sing dadi
ki mung karo wong siji Bu, ya, dengan siapa itu. Ora eneng
kog dadi kabeh.
‘Orang hamil itu walaupun dengan orang sepuluh tetapi
yang jadi itu hanya dengan satu orang Bu. Ya, dengan siapa
itu. Tidak ada itu (kog) jadi semuanya.’
Data (46) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia, tanggal 10 Desember 2011. Tuturan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat 2 campur kode
intern. Campur kode tersebut berupa penyisipan frasa berbahasa Indonesia masuk ke
dalam bahasa inti yaitu bahasa Jawa ragam ngoko. Pertama, campur kode frasa berbahasa
Indonesia yaitu Orang hamil masuk ke dalam bahasa Jawa yaitu Orang hamil kuwi
mbok karo wong sepuluh tetapi sing dadi ki mung karo wong siji Bu,...
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode tersebut adalah prinsip
kesopanan dan kesantunan penutur karena kalau dengan bahasa Jawa ragam ngoko dalam
menyebutkan orang hamil dengan wong meteng maka kurang sopan.
Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih komunikatif karena singkat dan
mudah dipahami dari pada bahasa intinya dalam bahasa Jawa ragam ngoko.
Kedua, campur kode frasa berbahasa Indonesia yaitu dengan siapa itu masuk ke
dalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Orang hamil kuwi mbok karo
wong sepuluh tetapi sing dadi ki mung karo wong siji Bu, ya, dengan siapa itu.
Faktor yang melatarbelakangi campur kode tersebut adalah penutur ingin
menafsirkan dan menjelaskan maksud yang diinginkannya yaitu orang hamil pasti hanya
dengan satu orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Tujuan atau fungsi campur kode adalah argumentatif dalam meyakinkan mitra
tutur (O2) mengenai hanya ada satu orang laki-laki yang dapat menjadikan perempuan
menjadi hamil.
(47) Bu Sri Rahayu Juwito : Salajengipun menika kula aturaken laporan keuangan.
‘Kemudian saya memeritahukan laporan keuangan.’
Data (47) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia tanggal 10 Desember 2010. Tuturan dilakukan
oleh Bu Sri Rahayu Juwito adalah seorang ketua PKK Lansia Kelurahan Kepatihan
Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur Kode berupa penyisipan frasa dalam bahasa Indonesia yaitu laporan
keuangan berada dalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam krama yaitu Salajengipun
menika kula aturaken laporan keuangan.
Faktor yang melatarbelakangi campur kode pada data (47) keinginan untuk
menjelaskan mengenai adanya laporan keuangan.
Tujuan atau fungsi campur kode tersebut adalah identifikasi peranan atau peran
sosial penutur sebagai ketua PKK Lansia yang memiliki kewajiban untuk membacakan
laporan keuangan dalam setiap pertemuan.
(48) Bu Sri Rahayu Juwito : Para ibu-ibu menika nilaraken tahun kalih ewu sedasa
mangga menapa-menapa ingkang boten kita remeni, lan
awon kita tilaraken malih-malih bencana alam menika
kathah ingkang kala kalih ewu sedasa menika kathah
bencana alam.
‘Ibu-ibu sekalian meninggalkan tahun dua ribu sepuluh,
apasaja yang tidak kita sukai, dan jelek kita tinggalkan
terlebih lagi bencana alam yang banyak menimpa pada
tahun dua ribu sepuluh ini banyak bencana alam.’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Data (48) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia tanggal 10 Desember 2010. Tuturan dilakukan
oleh Bu Sri Rahayu Juwito adalah seorang ketua PKK Lansia Kelurahan Kepatihan
Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur Kode berupa penyisipan frasa dalam bahasa Indonesia yaitu bencana
alam masuk ke dalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam ngoko yaitu …, lan awon kita
tilaraken malih-malih bencana alam menika kathah ingkang kala kalih ewu sedasa
menika kathah bencana alam.
Faktor yang melatarbelakangi campur kode pada data (48) keinginan untuk
menafsirkan mengenai adanya bencana alam yang sangat banyak di tahun 2010.
Tujuan atau fungsi campur kode tersebut adalah lebih komunikatif dalam
menyampaikan informasi mengenai bencana alam yang banyak terjadi pada tahun 2010.
2. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Campur Kode
Berikut ini beberapa faktor yang melatarbelakangi penggunaan campur kode
dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, yaitu (1) identifikasi peranan
atau peran sosial penutur, (2) prinsip kesopanan dan kesantunan penutur (O1), dan (3)
penutur (O1) ingin manfsirkan atau menjelaskan maksud yang diinginkannya.
a. Identifikasi Peranan atau Peran Sosial Penutur (O1)
(49) Bu Nuk (Harmini) :Oh kula ngopeni anak cilik, kula nduwe ponakan ning king
Kaliyoso, tidak bisa!
‘Saya merawat anak kecil, saya punya keponakan tetapi dari
Kaliyoso, tidak bisa!’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Data (49) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia, tanggal 10 Desember 2011. Tuturan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode berwujud penyisipan unsur-unsur berbentuk frasa dalam bahasa
Indonesia yaitu tidak bisa! masuk ke dalam satu kalimat dengan bahasa inti yaitu bahasa
Jawa ragam ngoko yaitu Oh kula nduwe ponakan ning king Kaliyoso, tidak bisa!.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode tersebut adalah peran sosial
penutur yang berhak menjelaskan dan meyakinkan pendengar dengan menekankan pada
satu frasa yang menjelaskan bahwa hanya warga yang benar-banar asli lahir di Kota Sala
saja yang berhak menerima KIA.
Tujuan atau fungsi campur kode pada data (49) adalah lebih argumentatif untuk
meyakinkan ibu-ibu PKK bahwa hanya warga yang lahir di Kota Sala yang berhak
mendapatkan KIA.
(50) Bu Nuk (Harmini) : ..., aja kog bocah kejang-kejang terus tangi dikerok jangan.
‘…, jangan kog anak kejang-kejang kemudian bangun
dikeroki itu jangan.’
Data (50) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia, tanggal 10 Desember 2011. Tuturan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode berwujud penyisipan kata berbahasa Indonesia yaitu jangan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam ngoko yaitu ..., aja kog bocah kejang-kejang terus
tangi dikerok jangan.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode tersebut adalah peran sosial
penutur memberi informasi pada ibu-ibu PKK mengenai anak yang kejang-kejang tidak
boleh dilakukan kerokan pada anak itu.
Tujuan atau fungsi campur kode tersebut adalah lebih persuasif dalam membujuk
atau melarang ibu-ibu PKK agar tidak melakukan kerokan pada anak yang kejang-kejang.
b. Prisip Kesopanan dan Kesantunan Penutur
(51) Bu Nuk (Harmini) : ...Kuwi sakiki resik wis-an ndhek mben kae walah yen
Panjenengan pirsa gumun mesthi. Nek Panjenengan
ngomong ngono Bu Nuk ki ngene, ngene, ngene,...
‘...Itu sekarang sudah bersih, dahulu itu luar biasa kalau
anda semuanya melihat pasti heran. Kalau anda semua
bicara begitu, Bu Nuk itu begini, begini, begini,...’
Data (51) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK Inti, tanggal 15 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh
Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode terjadi pada kata Panjenengan ‘anda’ yaitu berupa penyisipan
bahasa Jawa ragam krama ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko. Campur kode tersebut
adalah kalimat Nek Panjenengan ngomong ngono Bu Nuk ki ngene ngene ngene ‘kalau
anda bicara begitu. Bu Nuk itu seperti ini, seperti ini, seperti ini.’ Campur kode ini biasa
atau dianggap wajar dalam tuturan bahasa Jawa ngoko alus, namun karena kata
Panjenengan ini berdiri sendiri sebagai satu kata dalam bahasa Jawa krama ditengah
bahasa Jawa ngoko maka bisa dianggap sebagai campur kode ragam bahasa Jawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode tersebut adalah prinsip
kesopanan dan kesantunan penutur. Penutur menempatkan dirinya sebagai seorang yang
hormat atau menghormati mitra tutur yang lebih tua dengan memakai tingkat tutur ragam
krama untuk menyebut orang lain.
Tujuan atau fungsi campur kode data (51) adalah prinsip kesopanan dan
kesantunan penutur karena menempatkan penutur sebagai seorang santun dan bersahaja
dibalik perannya sebagai wakil ketua PKK yang memiliki tanggung jawab untuk
menasehati semua warganya agar selalu menjaga kebersihan.
c. Penutur (O1) Ingin Menafsirkan atau Menjelaskan Maksud yang Diinginkannya
(52) Bu Nuk (Harmini) : ...Dadi rada ditekan sitik, rada diiringke, rada ditekan, neng
anu temponya aja cepet-cepet ngono Bu.’
‘...jadi agak ditekan, agak di miringkan, agak ditekan tetapi
temponya jangan cepat-cepat begitu Bu.’
Data (52) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan Kelurahan Kepatihan Kulon pada rapat PKK Lansia, tanggal 10
Desember 2011. Tuturan dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti
Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan tersebut menunjukkan
adanya campur kode kata jadian berbahasa Indonesia masuk ke dalam satu bahasa inti
yaitu bahasa Jawa ragam ngoko. Kata jadian temponya masuk ke dalam bahasa Jawa
ragam ngoko yaitu Dadi rada ditekan sitik, rada diiringke, rada ditekan, neng anu
temponya aja cepet-cepet ngono bu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah penutur ingin
menjelaskan atau menafsirkan maksud yang diinginkannya yaitu cara kerokan yang baik
dengan ferkuensi atau tempo pelan.
Tujuan atau fungsi campur kode tersebut adalah lebih komunikatif dalam
menjelaskan mengenganai cara kerokan yang baik dengan frekuensi atau tempo yang
lambat.
(53) Bu Nuk (Harmini) : Kowe ngerti Bagya ya kaya Pak Ya. Lho kowe ra percaya
tanggaku lho kuwi, tenan! Jadi walaupun itu mungkin
wong wedok kuwi meteng anake suk mben kaya sapa?
‘Kamu tahu Bagya ya seperti Pak Ya. (Lho) kamu tidak
percaya tetanggaku itu, betul! Jadi walaupun itu mungkin
ada perempuan hamil, anaknya nanti seperti siapa?’
Data (53) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan Kelurahan Kepatihan Kulon pada rapat PKK Lansia, tanggal 10
Desember 2011. Tuturan dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti
Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan tersebut menunjukkan
adanya campur kode frasa berbahasa Indonesia masuk ke dalam satu bahasa inti yaitu
bahasa Jawa ragam ngoko. Campur kode frasa dalam bahasa Indonesia yaitu Jadi
walaupun itu mungkin, masuk ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Jadi walaupun
itu mungkin, wong wedok kuwi meteng anake suk mben kaya sapa?
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah penutur ingin
menafsirkan dan menjelaskan maksud yang diinginkannya mengenai anak itu meniru atau
menurun dari orang tuanya sehingga dapat dicermati anak itu seperti siapa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Tujuan atau fungsi campur kode tersebut adalah lebih argumentatif meyakinkan
ibu-ibu PKK bahwa anak yang lahir itu pasti mirip dengan orang tuanya.
(54) Bu Nuk (Harmini) : Jadi kuwi masalahe ngene Bu nek menurut hukumnya ya
kuwi ngko jenenge bapake ya kuwi, ning yen bapak biologis
kuwi suk mben ndilalah bocah kuwi ngakoni.
‘Jadi itu masalahnya begini Bu kalau menurut hukumnya ya
itu nanti nama bapaknya ya itu, tetapi kalau bapak biologis
itu besuk kebetulan anak itu mengakui.’
Data (54) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan Kelurahan Kepatihan Kulon pada rapat PKK Lansia, tanggal 10
Desember 2011. Tuturan dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti
Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan tersebut menunjukkan
adanya 2 campur kode yaitu campur kode berupa penyisipan kata dasar dan kata jadian.
Pertama, campur kode berupa penyisipan kata depan berbahasa Indonesia yaitu Jadi
masuk ke dalam satu bahasa inti yaitu bahasa Jawa ragam ngoko. Kedua, campur kode
berupa penyisipan kata jadian dalam bahasa Indonesia yaitu hukumnya masuk ke dalam
satu bahasa inti yaitu bahasa Jawa ragam ngoko.
Faktor yang melatarbelakangi campur kode kedua campur kode dalam data (54)
adalah penutur (O1) ingin menafsirkan atau menjelaskan maksud yang diinginkanya yaitu
kata penghubung jadi kemudian menjelaskan mengenai hukum ayah yang sah dalam akte
kelahiran anak.
Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih komunikatif untuk menyampaikan
informasi mengenai hukum yang sah nama orang tua dalam akte kelahiran anak adalah
orang tua pertama kali yang mengakui anak itu sebagai anaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
(55) Bu Nuk (Harmini) : Ini bocah mesakke wong bayi dibuak.
‘Ini kasihan karena sejak bayi dibuang’
Data (55) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan pada rapat PKK Lansia, tanggal 10 Desember 2011. Tuturan dilakukan
oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode berwujud penyisipan kata berbahasa Indonesia yaitu Ini masuk
dalam satu bahasa inti yaitu bahasa Jawa ragam ngoko dalam tuturan Ini bocah mesakke
wong bayi dibuak.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode tersebut adalah penutur
ingin menjelaskan atau menafsrikan maksud yang diinginkannya dengan menunjukkan
bahwa ada anak yang kasihan karena sejak bayi sudah dibuang.
Tujuan atau fungsi campur kode tersebut adalah lebih komunikatif menyampaikan
informasi bahwa ada anak yang sejak bayi dibuang.
3. Fungsi Campur Kode
Beberapa fungsi campur kode yang ditemukan dalam rapat ibu-ibu PKK di
Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta adalah sebagai berikut (1) lebih argumentatif
menyakinkan mitra tutur (O2), (2) lebih persuasif membujuk atau menyuruh mitra tutur
(O2), (3) lebih komunikatif menyampaikan informasi, (4) lebih komunikatif karena
singkat dan mudah dipahami, (5) lebih prestis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
a. Lebih Argumentatif Meyakinkan Mitra Tutur (O2)
(56) Bu Nuk (Harmini) : … Ra nduwe pak ora isa ning luar negeri, tidak! Ora nduwe
pak, ora nduwe mbok isa ning luar negeri, isa dadi presiden
betul itu! ‘… Tidak punya bapak tidak bisa ke luar negeri. Tidak!
Tidak punya bapak, tidak punya ibu bisa ke luar negeri, bisa
menjadi presiden. Betul itu!’
Data (56) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan, Kelurahan Kepatihan Kulon pada rapat PKK Lansia tanggal 10
Desember 2010. Tuturan dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti
Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat 2 campur kode
intern. Dalam data (56) diketahui bahwa terjadi campur kode intern penyisipan kata dasar
dan frasa berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko. Pertama, campur
kode penyisipan kata dasar berbahasa Indonesia yaitu tidak! ke dalam satu bahasa inti,
bahasa Jawa ragam ngoko. Faktor yang melatarbelakangi penggunaan campur kode
tersebut adalah penutur (O1) ingin menjelaskan bahwa semua anak bisa ke luar negeri
apabila memiliki akte kelahiran, walaupun tidak memiliki orang tua.
Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih argumentatif meyakinkan pada ibu-
ibu PKK bahwa anak yang tidak memiliki orang tua bisa ke luar negeri.
Kedua, campur kode penyisipan frasa berbahasa Indonesia yaitu betul itu! ke
dalam satu bahasa inti, bahasa Jawa ragam ngoko. Faktor yang melatarbelakangi
terjadinya campur kode adalah penutur (O1) ingin menjelaskan bahwa anak yang tidak
memiliki orang tua bisa ke luar negeri bahkan bisa menjadi presiden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih argumentatif meyakinkan pada ibu-
ibu PKK bahwa hak anak itu sama, anak yang tidak memiliki orang tua bisa ke luar
negeri bahkan jadi presiden.
(57) Bu Nuk (Harmini) : Bar dikeroki terus dipluruti dikeki minyak gosok itu sampai
dipluruti gitu rasane entheng gitu ya, itu memang betul.
‘Setelah dikerok kemudian diplurut diberi minyak gosok itu
sampai dipurut rasanya ringan begitu ya, itu memang betul.’
Data (57) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan, Kelurahan Kepatihan Kulon pada rapat PKK Lansia tanggal 10
Desember 2010. Tuturan dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti
Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat 2 peristiwa
campur kode intern. Campur kode yang terjadi adalah penyisipan frasa dari bahasa
Indonesia masuk ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko. Pertama, campur kode berupa
penyisipan frasa berbahasa Indonesia yaitu itu sampai masuk dalam satu bahasa Jawa
ragam ngoko yaitu Bar dikeroki terus dipluruti dikeki minyak gosok itu sampai dipluruti
gitu.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah penutur ingin
menfsirkan dan menjelaskan maksud yang diinginkannya yaitu setelah dikerok biasanya
langsung diplurut dengan minyak gosok.
Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih komunikatif menyampaikan
mainformasi mengenai cara kerokan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Kedua, campur kode berupa penyisipan frasa dari bahasa Indonesia yaitu itu
memang betul. masuk dalam satu bahasa Jawa ragam ngoko berikut dipluruti gitu rasane
entheng gitu ya, itu memang betul.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah keinginan panutur
menafsirkan dan menjelaskan maksud yang diinginkannya dengan memberi gambaran
menmang betul ada yang setelah diplurut itu tubuhnya merasakan lebih bugar atau
ringan.
Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih argumentatif meyakinkan mitra
tutur (O2) yaitu ibu-ibu PKK bahwa apa yang disampaikannya mengenai setelah badan
diplurut terasa lebih ringan atau bugar itu memang benar.
b. Lebih Persuasif Membujuk atau Menyuruh Mitra Tutur (O2)
(58) Bu Nuk (Harmini) : …, dadi nek wong ndrodhog kademen-kademen kae jangan
malah dikerok, nek anget semlenget ndak papa, ning eneng
ta sing tangane ndrodhog itu jangan dikerok,…
‘..., jadi kalau orang gemetar kedinginan itu jangan
kamudian dikerok, kalau hangat tidak apa-apa, tetapi ada
juga yang tangannya gemetar itu jangan dikerok,…’
Data (58) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan, Kelurahan Kepatihan Kulon pada rapat PKK Lansia tanggal 10
Desember 2010. Tuturan dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti
Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat 2 peristiwa
campur kode intern. Campur kode yang terjadi adalah penyisipan frasa dari bahasa
Indonesia masuk ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko. Campur kode berupa penyisipan
kata berbahasa Indonesia yaitu jangan masuk dua kali ke dalam satu bahasa Jawa ragam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
ngoko yaitu dadi nek wong ndrodhog kademen-kademen kae jangan malah dikerok, nek
anget semlenget ndak papa, ning eneng ta sing tangane ndrodhog itu jangan dikerok
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah penutur ingin
menfsirkan dan menjelaskan maksud yang diinginkannya yaitu orang yang kedinginan itu
tidak boleh dikeroki.
Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih persuasif membujuk ibu-ibu PKK
agar tidak melakukan kerokan kepada orang yang gemetar kedinginan.
(59) Bu Nanik Panji : Wis pokoke enake cari jalan tengah sing kira-kira terbaik.
‘Sudah pokoknya cari jalan tengah yang kira-kira terbaik.’
Data (59) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK SKD tanggal 27 Januari 2011. Tuturan secara lisan
dilakukan oleh Bu Nanik Panji seorang ketua PKK RW sekaligus ketua Posyandu Balita
Hapsari 2A Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode terjadi dua kali dengan penyisipan frasa dan kata berbahasa
Indonesia yaitu frasa cari jalan dan kata terbaik ke dalam bahasa bahasa Indonesia.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah penutur ingin
menfsirkan dan menjelaskan keinginannya mencari jalan keluar yang terbaik untuk
masalah yang sedang dibicarakan.
Fungsi campur kode adalah lebih persuasif membujuk atau menyuruh ibu-ibu
PKK untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
c. Lebih Komunikatif Menyampaikan Informasi
(60) Bu Nuk (Harmini) : Banyak lho wong banyi dibuak ning teras, ditinggal ning
dalan, ning pinggir, ning ngisor uwit,…
‘Banyak (lho) ternyata banyak bayi dibuang di teras,
ditinggal di jalan, di pinggir, di bawah pohon,...’
Data (60) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan, Kelurahan Kepatihan Kulon pada rapat PKK Lansia tanggal 10
Desember 2010. Tuturan dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti
Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode yang terjadi adalah penyisipan kata dasar Banyak masuk ke dalam
bahasa inti, bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Banyak lho wong banyi dibuak ning teras,
ditinggal ning dalan, ning pinggir, ning ngisor uwit,…
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah keinginan penutur
(O1) untuk menjelaskan bahwa ada banyak bayi yang dibuang oleh orang tua kadungnya
di teras ataupun dipinggir jalan.
Tujuan atau fungsi campur kode dalam data (61) adalah lebih komunikatif
menyampaikan informasi mengenai banyak anak yang dibuang di teras, di jalan ataupun
di bawah pohon.
(61) Bu Sri Rahayu Juwito : Mbenjing wulan Januari wonten promosi kesehatan menika
janipun kala wau sampun ngentosi nanging gandheng
menika wedalipun sampun penuh menika boten,…
‘Nanti bulan Januari ada promosi kesehatan, hari ini tadi
sebenarnya sudah menunggu namun karena sekarang
acaranya sudah penuh maka tidak jadi.’
Data (61) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan, Kelurahan Kepatihan Kulon pada rapat PKK Lansia tanggal 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Desember 2010. Tuturan dilakukan oleh Bu Sri Rahayu Juwito, seorang ketua PKK
Lansia Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode yang terjadi berbentuk penyisipan frasa dari bahasa Indonesia yaitu
promosi kesehatan dan kata dasar yaitu penuh, masuk ke dalam bahasa Jawa ragam
ngoko yaitu Mbenjing wulan Januari wonten promosi kesehatan menika janipun kala
wau sampun ngentosi nanging gandheng menika wedalipun sampun penuh menika
boten,….
Faktor yang melatarbelakangi campur kode kata adalah keinginan penutur untuk
menjelaskan atau menafsirkan bahwa akan ada promosi kesehatan pada pertemuan yang
akan datang, karena pada hari itu acara sudah penuh dengan kegiatan PKK Lansia
sehingga promosi kesehatan ditunda pertemuan yang akan datang.
Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih komunikatif dan mudah dipahami
oleh Bu Sri Rahayu Juwito yang saat itu menjelaskan mengenai adanya penawaran obat
untuk kesehatan yang ditunda karena acara pada hari itu sudah penuh.
d. Lebih Komunikatif karena Singkat dan Mudah Dipahami
(62) Bu Nuk (Harmini) : …, sing dikeroki dudu pinggangnya, ning nggon kene gitu.
‘…, maka yang dikerok bukan pinggang, namun di sebelah
sini begitu.’
Data (62) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan, Kelurahan Kepatihan Kulon pada rapat PKK Lansia tanggal 10
Desember 2010. Tuturan dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti
Kelurahan Kepatihan Kulon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode yang terjadi berbentuk penyisipan kata jadian yaitu kata
pinggangnya. Kata pinggangnya terbentuk dari kata dasar pinggang kemudian dilekatkan
bentuk imbuhan (-nya) yang menunjukkan pinggang seseorang.
Faktor yang melatarbelakangi campur kode adalah keinginan penutur untuk
manjelaskan atau menafsirkan mengenai pinggang seseorang yang tidak seharusnya
dikerok kalau sedang mengalami kepala sakit.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode kata jadian dalam data (63) adalah
lebih komunikatif karena mudah dipahami. Apabila dipahami dalam bahasa inti yaitu
bahasa Jawa ragam ngoko yang saat itu digunakan maka kata pinggang bisa saja dirubah
dengan kata jadian bangkekane yang terkesan kurang sopan dihadapan ibu-ibu PKK serta
lebih sulit dipahami dari pada kata jadian pinggangnya.
(63) Bu Nuk (Harmini) : Kaya kuwi lho. Kan banyak ta ya-an ngono kuwi, lha
wedenine ning kana kuwi.
‘Seperti itu (lho). Banyak (kan) yang seperti itu, (lha)
takutnya di situ itu.’
Data (63) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan, Kelurahan Kepatihan Kulon pada rapat PKK Lansia tanggal 10
Desember 2010. Tuturan dilakukan oleh Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti
Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
intern. Campur kode yang berbentuk penyisipan kata dasar dalam bahasa Indonesia yaitu
banyak ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko yaitu Kaya kuwi lho. Kan banyak ta ya-an
ngono kuwi, lha wedenine ning kana kuwi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Faktor yang melatarbelakangi campur kode adalah penutur ingin menfsirkan dan
menjelaskan maksud yang diinginkannya bahwa banyak orang tua yang mengakui
kembali anaknya setelah sebelumnya tidak mengakui.
Tujuan atau fungsi campur kode adalah lebih komunikatif dan mudah dipahami
dalam menyampaikan informasi mengenai banyak orang tua yang mengakui kembali
anaknya, setelah sebelumnya tidak mengakui, jadi menurut (O1) hal tersebut rawan atau
berbahaya untuk anak.
e. Lebih Prestis
(64) Bu Nuk (Harmini) : Wo dimake up. Bapake ben kiyer-kiyer ya dimake up gitu
Bu.
‘Dirias itu. Biar bapaknya mengerlingkan mata ya dirias
begitu Bu.’
Data (64) menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi di kantor Kelurahan
Kepatihan Kulon pada rapat PKK Inti, tanggal 15 Januari 2011. Tuturan dilakukan oleh
Bu Nuk (Harmini) seorang wakil ketua PKK Inti Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
ekstern. Campur kode yang terjadi berbentuk penyisipan kata jadian berbahasa Inggris
yaitu dimake up ‘dirias’, masuk ke dalam satu bahasa inti yaitu bahasa Jawa ragam
ngoko yaitu Wo dimake up. Bapake ben kiyer-kiyer ya dimake up gitu Bu.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode dalam data (64) adalah
penutur menafsirkan atau menjelaskan bahwa ibu-ibu akan dirias setelah melakukan
pemeriksaan papsmear sehingga suaminya senang dan mengerlingkan mata kepada istri.
Tujuan atau fungsi campur kode dalam data (64) adalah lebih prestis atau hanya
sekedar bergengsi karena dari segi sosio-situasional tidak mengharuskan penutur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
melakukan campur kode. Seharusnya penutur dapat menggunakan bahasa Jawa
didandani atau dirias namun penutur memilih menggunakan bahasa Inggris agar lebih
prestis atau bergengsi.
(65) Bu Sri Rahayu Juwito : Wulan Januari mangke ingkang tugas snack menika ibu
Herwondo saged nggih.
‘Bulan Januari nanti yang bertugas menyiapkan makanan
kecil itu ibu Herwondho bisa (kan).’
Data (65) merupakan peristiwa tutur yang terjadi di Dalem Pusaka
Wiryamartanan, Kelurahan Kepatihan Kulon pada rapat PKK Lansia tanggal 10
Desember 2010. Tuturan dilakukan oleh Bu Sri Rahayu Juwito, seorang ketua PKK
Lansia Kelurahan Kepatihan Kulon.
Bentuk peristiwa tutur adalah monolog, dalam tuturan terdapat campur kode
ekstern. Campur kode yang terjadi berbentuk penyisipan kata dasar berbahasa Inggris
yaitu snack masuk ke dalam bahasa Jawa ragam krama yaitu Wulan Januari mangke
ingkang tugas snack menika ibu Herwondho saged nggih.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode dalam data (65) adalah
identifikasi peranan yaitu peran sosial penutur, karena pada saat itu Bu Sri Rahayu Juwito
berperan dalam membagi siapa saja yang bertugas menyiapkan makanan kecil untuk
hidangan PKK Lasia yang selanjutnya.
Tujuan atau fungsi campur kode dalam data (65) adalah lebih singkat dan jelas
menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah makanan kecil untuk hidangan PKK. Apabila
kata dasar snack disesuaikan dengan bahasa yang saat itu digunakan maka akan lebih
panjang kalimat yang digunakan misalnya ngaturi hidangan atau ngaturi daharan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data alih kode dan campur kode bahasa Jawa dalam rapat
ibu-ibu PKK di Kepatihan Kulon, Surakarta maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Alih kode pada rapat pertemuan formal ibu-ibu PKK di kelurahan Kepatihan
Kulon, Surakarta dapat dibedakan menjadi 4 bentuk yaitu: (1) alih kode dari
bahasa Jawa ragam krama ke dalam bahasa Indonesia, (2) alih kode dari
bahasa Jawa ragam ngoko ke dalam bahasa Indonesia, (3) alih kode dari
bahasa Jawa ragam krama ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko, (4) alih kode
dari bahasa Jawa ragam ngoko ke dalam bahasa Jawa ragam krama.
2. Faktor yang melatarbelakangi alih kode ditemukan dalam rapat ibu-ibu PKK
di Kelurahan Kepatihan Kulon adalah sebagai berikut: (1) prinsip kesopanan
dan kesantunan penutur (O1), (2) penutur ingin mengimbangi bahasa yang
digunakan oleh mitra tuturnya (O2), (3) perubahan mitra tutur (O2) dalam
tuturan, (4) hadirnya orang ketiga (O3), (5) topik yang dibicarakan.
3. Kemudian mengenai fungsi, fungsi alih kode yang ditemukan dalam rapat
ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta adalah (1) lebih
persuasif mengajak mitra tutur (O2), (2) lebih argumentatif meyakinkan
mitra tutur (O2), (3) lebih komunikatif untuk meminta tolong, (4) lebih
komunikatif untuk menjelaskan, (5) lebih prestis, (6) membangkitkan rasa
simpatik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
4. Campur kode yang terjadi pada rapat pertemuan formal PKK Kelurahan
Kepatihan Kulon, Surakarta dibagi menjadi berbagai macam bentuk menurut
struktur kebahasaan yang terlibat di dalamnya sebagai berikut: (1) campur
kode berwujud penyisipan kata dasar, (2) campur kode berwujud penyisipan
kata jadian, (3) campur kode berwujud penyisipan perulangan kata, (4)
campur kode berwujud penyisipan frasa.
5. Beberapa faktor yang melatarbelakangi penggunaan campur kode dalam
rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta adalah (1) peran
sosial penutur, (2) prinsip kesopanan dan kesantunan penutur, (3) penutur
(O1) ingin menafsirkan dan menjelaskan maksud yang diinginkannya.
6. Kemudian fungsi campur kode yang ditemukan dalam rapat ibu-ibu PKK di
Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta adalah sebagai berikut: (1) lebih
argumentatif dalam menyakinkan mitra tutur (O2), (2) lebih persuasif
membujuk atau menyuruh mitra tutur (O2), (3) lebih komunikatif
menyampaikan informasi, (4) lebih komunikatif karena singkat dan mudah
dipahami, (5) lebih prestis.
B. Saran
1. Penelitian ini merupakan penelitian awal mengenai alih kode dan campur
kode bahasa Jawa dalam rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon,
Surakarta, kiranya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai alih kode
dan campur kode karena bahasa selalu mengalami perubahan dan
perkembangan, sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih konperhensif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
2. Penelitian ini hanya membahas alih kode dan campur kode bahasa Jawa dalam
rapat ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta (Suatu Kajian
Sosiolinguistik) oleh karena itu kiranya perlu penelitian lebih lanjut, terutama
dengan kajian fungsi fatis, interferensi ataupun kajian lain yang berhubungan
dengan sosiolinguistik dan kajian linguistik, karena dalam tuturan bahasa
Jawa ibu-ibu PKK di Kelurahan Kepatihan Kulon banyak terdapat keunikan
tersendiri yang berbeda dari kelompok lain.