ali bin abi thalib

Upload: rezky-chitoz

Post on 17-Jul-2015

167 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ALI BIN ABI THALIB (KHULAFUR RASYIDIN KE-4)Ali Bin Abi Thalib, lahir di Mekkah diperkirakan sekitar tahun 599 masehi. Sahabat dekat nabi, menantu Rasullulah, juga family Rasul dalam garis keturunan Abdul Muthalib. Ali juga satu dari 4 khulafaurasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali) yang berperan sebagai pembela nabi, penyebar ajaran Islam dan khalifah Islamiyah sepeninggal Rosululah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Nama asli Imam Ali adalah Haydar bin Abu Thalib, putra dari paman Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ibunya bernama Fatimah binti Asad, sedangkan Asad anak dari Hasyim Jadi menjadikan Imam Ali adalah keturunan Hasyim dari garis bapak. Haydar berarti Singa adalah sebuah cita-cita yang diingin abu Thalib kelak Imam Ali akan menjadi petarung sejati di kalangan suku-suku Quraisy. Dikemudian hari Ali memang tumbuh menjadi petarung sejati, tokoh yang disegani suku Quraisy dan panglima perang yang tak kenal rasa takut. Beliau dedikasikan seluruh jiwa,raga dan hidupnya untuk membela, mengembangkan ajaran Islam yang dibawa Rosullulah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Nama Ali adalah pemberian Nabi SAW yang berarti tinggi derajatnya di sisi Alloh Subhana Wa Ta'ala. Ali kemudian dijadikan anak angkat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam karena pernikahan beliau dengan Siti Khadijah tidak dikaruniai anak laki-laki sekaligus sebagai wujud terimakasih Nabi kepada pamannya Abu Thalib yang juga pernah mengasuhnya waktu kecil. Konsistensi dan totalitas Ali dalam mendukung dakwah nabi terlihat dari sikapnya sebagai orang yang pertama kali mempercayai wahyu-wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasulullah. Saat itu usia Ali baru sekitar 10 tahun. Sikap seperti ini sungguh sulit pada masa itu mengingat sudut pandang, pemikiran, dan pengetahuan suku Quraisy yang masih dalam masa kegelapan (jahiliyah). Sikap yang diambil Ali juga bukan tanpa resiko. Cercaan, hinaan bahkan ancaman nyawa selalu mengintai. Rasulullah adalah mentor dan guru Imam Ali karena beliau sekaligus menjadi pengasuhnya. Ali memiliki ikatan emosi dan menjadi orang terdekat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam hingga akhirnya pada usia dewasa dijadikan menantu Nabi dengan mempersunting Fatimah Al Zahra. Ini terjadi setelah Nabi hijrah ke Madinah. Nabi menimbang Ali yang paling tepat dalam banyak hal seperti Nasab keluarga (Bani Hasyim), Sekaligus orang yang pertama kali mempercayai kenabian Muhammad setelah Khadijah. Selain itu Nabi jelas memahami seluk beluk kebribadian, watak dan karakter Ali.

Gemblengan secara langsung dari nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, menjadikan Ali seorang pemimpin yang komplit. Cerdas, Berani, Bijaksana dan berpengetahuan luas. Keberanian Ali terlihat dari kesediannya tidur di kamar Nabi untuk mengecoh orang-orang Quraisy yang berencana membunuh Nabi dan menggagalkan hijrah Nabi . Suku Quraisy pun terkecoh ketika menjelang subuh ternyata sosok yang tidur di kamar Nabi adalah Ali. Sementara

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sudah berangkat menuju Madinah bersama Abu Bakar Syidiq. Keberanian Ali juga terlihat dari perannya sebagai panglima perang bagi kaum muslimin pada saat berusia 25 tahun. Dalam perang Badar (perang pertama dalam sejarah Islam) Ali dan Hamzah (paman nabi) menjadi pahlawan. Pedang Ali meluluhlantakkan barisan suku Quraisy sehingga perang ini akhirnya dimenangkan kaum muslimin Perang Khandaq juga saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin Abdi Wud . Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian. Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kokoh, biasa disebut dengan perang Khaibar. Ali bin Abi Thalib adalah orang yang mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh Marhab lalu menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian. Semua peperangan Nabi menghadapi kaum kafir selalu diikuti Ali. Dan ia menjadi bagian penting dari setiap peperangan tersebut. Menjadi khalifah Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka. Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda. Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Perang Jamal. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah binti Abu Bakar, janda Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali. Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi) oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya. Perang Shiffin yang melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah tersebut. Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh

Abdurrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami salat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf. Referensi: Wikipedia.org

Biografi Umar bin Khatab - Khulafaur Rasyidin

Umar bin Khatab adalah salah seorang sahabat nabi dan khalifah kedua setelah wafatnya Abu Bakar AsSidiq. Jasa dan pengaruhnya terhadap penyebaran Islam sangat besar hingga Michael H. Heart menempatkannya sebagai orang paling berpengaruh nomor 51 sedunia sepanjang masa. Beliau lahir di Mekah dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy dengan nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza. Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah. Umar tumbuh menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu. Wataknya yang keras membuatnya mendapat julukan Singa Padang Pasir. Ia juga amat keras dalam membela agama tradisional bangsa Arab yang menyembah berhala serta menjaga adat-istiadat mereka. Bahkan putrinya dikubur hidup-hidup demi menjaga kehormatan Umar. Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nuaim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya. Di rumah Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Quran (surat Thoha), ia menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al Quran tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga. Sebagai seorang petinggi militer dan ahli siasat yang baik, Umar sering mengikuti berbagai peperangan yang dihadapi umat Islam bersama Rasullullah Saw. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Setelah wafatnya Rasullullah Saw., beliau merupakan salah satu shabat yang sangat terpukul dengan kejadian tersebut. Ia bahkan pernah mencegah dimakamkannya Rasullullah karena yakin bahwa nabi tidaklah wafat, melainkan hanya sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktuwaktu. Namun setelah dinasehati oleh Abu Bakar, Umar kemudian sadar dan ikut memakamkan

Rasullullah. Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Kemudian setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, atas wasiat Abu Bakar Umar ditunjuk menggantikannya dan disetujui oleh seluruh perwakilan muslim saat itu. Selama masa jabatannya, khalifah Umar amat disegani dan ditakuti negara-negara lain. Kekuatan Islam maju pesat, mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di jaman itu, ia tetap hidup sebagaimana saat para pemeluk Islam masih miskin dan dianiaya. Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun keempat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah. Umar syahid setelah ditikam oleh Abu Lukluk, seorang budak asal Persia yang dendam atas kekalahan Persia terhadap Islam pada suatu subuh saat Umar sedang mengerjakan shalat. Umar meninggal pada 25 Dzulhijjah 23 H dan selanjutnya digantikan oleh Utsman bin Affan.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pola Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin 1. Pola pendidikan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq (632-634) Setelah Nabi wafat, sebagai pemimpin umat Islam adalah Abu Bakar as-Shiddiq sebagai khalifah. Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dan orang-orang yang enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memperangi para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan mempengaruhi orang islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran Islam. Dengan demikian, dikirimlah pasukan untuk memberontak di Yamamah. Dalam penumpasan ini banyak umat islam yang gugur, yang terdiri dari sahabat dekat Rosulullah dan para khafid Al-Quran. Sehingga mengurangi jumlah sahabat khafidz yang hafal al-quran, oleh karena itu, Umar menyarankan kepada khalifah Abu bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat alquran. Kemudian untuk merealisasikan saran tersebut diutuslah Zaid bin stabit untuk mengumpulkan semua tulisan Al-Quran. Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan. a. Pendidikan keimanan yaitu, menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah SWT. b. Pendidikan akhlak, contoh : adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga, bergaul dalam masyarakat. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan sholat, puasa dan haji. c. Kesehatan tentang kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani. lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah di Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah sahabat rosul yang

terdekat, lembaga pendidikan Islam adalah masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan Islam, sebagai sholat berjamaah, membaca Al-Quran, dan lain sebagainya.1

2. Pola pendidikan Islam pada masa Khalifah Umar Ibnu Khattab (634-644 M) Sesaat sebelu Abu Bakar mennggal, beliau menunjuk Umar sebagai penggantinya setelah dimusyawarahkan dengan para sahabat lainnya.Pada masa Khalifah Umar bin Khattab,kondisi politikdalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Khalifah Umar meliputi Semenanjung Arabia, palestina, Syiria, Irak,Persia, dan Mesir. Dengan meluasnya wilayah Islam mengakibatkan meluasnya pula kehidupan dalam segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki kererampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini diperlukan pendidikan. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, sahabat sahabat yang sangat berpengaruh tidak boleh keluar daerah kecuali atas izindari khalifah dan dalam kurun waktu yang terbatas. Jadi, kalau ada diantara umat Islam yang ingin belajar hadis harus pergi ke madinah, ini berarti bahwa penyebarab ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidfikan adalah terpusat di Madinah. Dengan meluasnya Islam sampai ke jazirah Arab, tampaknya khalifah memikirkan pendidikan Islam di daerah daerah yang baru di taklukkan. Untuk itu, Umar bin Khattab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.2 Berkaitan dengan masalah pendidikan ini,khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik melakukan pernyuluhan pendidikan dikota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masji- masjid dan pasar pasar, serta mengangkat dan menunjuk guru guru untuk tiap tiap daerahyang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isin Al-Quran dan ajaran Islam lainnya seperti Fikih, kepada penduduk yang baru masuk Islam. Diantara sahabat sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab ke daerah adalah Abdurahman bin Maqaal dan Imran bin Hshim. Kedua orang ini ditempatkan di Basyrah. Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan bin Abi Jabalah dikirim ke Mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk dihalaman masjid sedangkan murid melingkarinya. Jadi dalam masa Khalifah Umar bin Khattabyang menjadi pendidik adalah Umar dan para sahabat sahabat besar yang lebih dekat kepada Rasulullah dan memiliki pengaruh yang besar, sedangkan pusat pendidikannya selain di Madinah juga di Mesir, Syiria dan Basyrah. Dengan meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar, karena mereka yang baru masuk Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabatsahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama Islam. Pada masa khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diajarkan adalah membaca dan menulis Al- Quran dan menghafalnya serta belajar pokok pokok agama Islam. Pendidikan pada masa ini lebih maju dibandingkan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa Arab, juga sudah mulai tampak, orang yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukkan

harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah ada pengajaran bahasa Arab. Pada masa ini, pelaksanaan pendidikan lebih maju karena selama pemerintahan Umar Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, hal ini disebabkan telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan , juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam diberbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis, dan pokok pokok ilmu lainnya. Pendidikannya dikelola dibawah pengaturan gubruryang berkuasa saat itu, serta diirigi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal, dan lain sebainya. Sedangkan sumber gaji para pendidik pada waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukkan dan dari baitulmall. 3. Pola Pendifikan Islam Pada Masa Khalifah Usman bin Affan ( 23-35 H : 644 656 M) Usman bin Affan adalah termasuk saudagar besar dan kaya juga sangat pemurah menafkahkan hartanya untuk kepentingan ummat Islam. Usman diangkat menjadi khalifah hasil dari pemilihan panitia enam ( Usman, Ali bin Abi Thalib, Thalhah,Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf.) yang ditunjukoleh khalifah Umar bin Khattab menjelang beliau akan meninggal. 3 Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rosulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah dimasa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah daerah. Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam. Dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat. Khalifah Usman sudah merasa cukuip dengan pendidikan yang sudah berjalan, namun begitu ada usaha yang cemerlang yang telah terjadi dimasa ini yang berpengaruh luar biasa bagi pendidikan Islam yaitu untuk mengumpulkan tulisan ayat- ayat Al-Quran. Penyalinan ini terjadi karena perselisihan dalam bacaan Al-Quran. Berdasarkan hal ini, khalifah Usman memerintahkan kepada tim untuk penyalinan tersebut, adapun timnya adalah: Zaid bin Tsabit,Abdullah bin Zubair, Zaid binAsh, dan Abdurrahman bin Harist. Apabila terjadi pertikaian bacaan, maka harus diambil pedoman kepada dialek suku Quraisy, sebab al- Quran sebab Al- Quran ini diturunkan menurut dialek mereka sesuai dengan lisan Quraisy. Sementara Zaid bin Tsabit bukan orang Quraisy sedangkan ketiga tim lainnya adalah orang Quraisy. Pada masa Khalifah Usman bin Affan, tugas mendidik dan mengajar umat diserahkan pada ummat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru- guru. Jadi para pendidik tersebut dalammelaksanakan tugasnya hanya mengharapkan keridhaan Allah semata.Adapun objek pendidikan pada masa itu terdiri dari:

1. Orang dewasa dan atau orang tua yang baru masuk Islam 2. Anak anak, baik orang tuanya telah lama memeluk Islam ataupun yang baru memeluk Islam 3. Orsng dewasa dan atau orang tua yang telah lama memeluk Islam 4. Orang yang mengkhususkan dirinya menuntut ilmu agama secara luas dan mendalam Dari ke empat golongan terdidik tersebut, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak mungkin dilakukan dengan cara menyamaratakan tetapi harus diadakan pengklasifikasian yang rapid an sistematis, disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan dari peserta didiknya. Adapun metode yang digunakan adalah: 1. Golongan pertama menggunakan metode ceramah, hafalan, dan latihan dengan mengemukakan contoh contoh dan peragaan. 2. Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan latihan 3. Golongan ketiga menggunakan metode diskusi, ceramah, hafalan, tanya jawab 4. Golongan keempat menggunakan metode ceramah, hafalan Tanya jawab, dan diskusi serta sedikit hafalan. Pendidikan dan pengajaran pada golongan ini lebih bersifat pematangan (dan pendalaman Mata pelajaran yang di berikan disesuaikan dengan kebutuhan terdidik dengan urutan mendahulukan pengetahuan yang sangatmendesak / penting untuk dijadikan pedoman dan pegangan hidup beragama. Ada 3 fase dalam pendidikan dan pengajarannya: 1. fase pembinaan ; dimaksudkan untuk memberikan kesempatan agar terdidik memperoleh kemantapan iman 2. Fase pendidikan : ditekankan pada ilmu- ilmu praktis dengan maksud agar mereka dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan sebaik- baiknya dalam kehidupan sehari- hari 3. Fase pelajaran : ada pelajaran pelajaran lain yang diberikan untuk penunjang pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti bahasa Arab dengan tata bahasanya, menulis, membaca,syair dan peribahasa.4 Pendidikan pada masa khalifah Usman ini tidak banyak terjadi perkembangan, jika dibandingkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Hal ini disebabkan pada masa khalifah Usman urusan pendidikan diserahkan begitu saja pada rakyat. Dari segi pemerintahan khalifah Usman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat ketidaksenangan mereka terhadap kebijakan khalifah Usman yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan pemerintahan

4. Pola Pendidikan Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib. ( 35-40 H : 656-661 M ) Ali adalah khalifah yang keempat setelah Usman bin Affan. Pada masa pemerintahannya sudah diguncang peperangan dengan Aisyah ( istri Nabi) beserta Talhah dan Abdullah bin Zubair karena kesalahfahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap Usman,peperangan diantara mereka di sebut perang Jamal ( unta ) karena Aisyah menggunakan kendaraan unta. Setelah

berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah, muncul pemberontakan lain, sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan kedamaian.5 Muawiyah sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk menggulingkan kekuasaannya. Peperangan ini disebut perang Shiffin, karena terjadi di Shiffin. Ketika tentara Muawiyah terdesak oleh pasukan Ali, maka Muawiyah segera mengambil siasat untuk menyatakan tahkim ( penyelesaian secara adil dan damai ). Semula Ali menolak, tetapi karena desakan dari beberapa tentaranya akhirnya Ali menerimanya, namun tahkim malah menimbulkan kekacauan, sebab Muawiyah curang, dengan tahkim tersebut, Muawiyah berhasil mengalahkan Ali dan mendirikan pemerintahan tandingan di Damaskus. Sementara itu, sebagian tentara yang menentang keputusan Alidengan cara tahkim , meninggalkan Ali dan membuat kelompok tersendiri yaitu khawarij. Pada masa khalifah Ali ini terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa ini, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu khalifah Ali bin Abi Thalib tidak lagi memikirkan masaalah pendidikan karena seluruh perhatiannya ditumpahkan pada pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat Islam. Dengan demikian masalah pola pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran ajaran Islam yang bersumber pada Al- Quran dan Hadits Nab