algoritma syok anafilaktik

6
A. Upaya tata laksana Upaya penatalaksanaan syok anafilaktik dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu : 1. Posisikan pasien Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah. Posisi terlentang dengan kaki lebih tinggi mungkin membantu, kecuali pada kondisi terlarang, misalnya dispnea atau emesis. Konsultasi dini dengan anestesi sangatlah dianjurkan. 2. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu: A. Airway (membuka jalan napas) Jalan napas harus dijaga tetap bebas dan dipastikan tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, penarikan mandibula ke anterior, dan membuka mulut. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat terjadi obstruksi jalan napas total atau parsial. Pertimbangkan intubasi elektif awal untuk pasien dengan suara serak yang signifikan dan edema lingual atau orofaringeal. Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi. Pada pasien

Upload: anna-andany-lestari

Post on 11-Aug-2015

271 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Algoritma Syok Anafilaktik

A. Upaya tata laksana

Upaya penatalaksanaan syok anafilaktik dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :

1. Posisikan pasien

Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari

kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha memperbaiki curah

jantung dan menaikkan tekanan darah. Posisi terlentang dengan kaki lebih tinggi mungkin

membantu, kecuali pada kondisi terlarang, misalnya dispnea atau emesis. Konsultasi dini

dengan anestesi sangatlah dianjurkan.

2. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:

A. Airway (membuka jalan napas)

Jalan napas harus dijaga tetap bebas dan dipastikan tidak ada sumbatan sama sekali.

Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke

belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, penarikan

mandibula ke anterior, dan membuka mulut. Pada syok anafilaktik yang disertai udem

laring, dapat terjadi obstruksi jalan napas total atau parsial. Pertimbangkan intubasi

elektif awal untuk pasien dengan suara serak yang signifikan dan edema lingual atau

orofaringeal. Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan

lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi. Pada pasien

pediatri, intubasi mungkin secara teknis sulit, menambah juga beratnya edema. Oleh

karena itu, intubasi dengan sedasi dapat dibenarkan.

B. Breathing support

Pasien harus ditempatkan pada monitor kardiopulmonari terus menerus, termasuk

oksimetri. Jika jalan napas sudah memadai, oksigen harus diberikan melalui masker

wajah nonrebreather dengan dosis 12 sampai 15 L / menit pada awalnya, kemudian

dikurangi sesuai dengan kebutuhan.2

C. Circulation support

Cairan kristaloid harus diberikan lebih awal, sebelum pemberian obat anafilaktik. Pada

pasien anak, sebuah bolus cepat 20 ml / kg harus diberikan dan diulang seperlunya,

sedangkan pada dewasa dapat diberikan 500-1000 ml. Pemberian cairan akan

meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat.

Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan

Page 2: Algoritma Syok Anafilaktik

didasarkan atas keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya peningkatan

permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila memberikan larutan

kristaloid, maka diperlukan jumlah 3–4 kali dari perkiraan kekurangan volume plasma.

Biasanya, pada syok anafilaktik berat diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20–40%

dari volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan dengan

jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume plasma. Tetapi, perlu dipikirkan

juga bahwa larutan koloid plasma protein atau dextran juga bisa melepaskan histamin.2,4

3.Pemberian epinefrin

Administrasi langsung dengan dosis epinefrin yang memadai sangat penting untuk

mengurangi morbiditas dan mortalitas pasien. Meskipun epinefrin memiliki indeks

terapeutik yang sempit (rasio risiko-manfaat), epinefrin mempunyai efek a1, b1, b2 agonis

yang penting dalam membalikan gejala anafilaksis. Efek agonis a1 penting terhadap

resistensi pembuluh darah perifer meningkat, yaitu dengan menciptakan vasokonstriksi dan

mengurangi edema mukosa. Peningkatan inotropi dan kronotropi merupakan efek agonis

b1. Stimulasi dari reseptor b2 menyebabkan bronkodilatasi dan penurunan pelepasan

mediator sel mast dan basofil.

Secara historis, rute administrasi epinefrin subkutan administrasi disarankan. Namun,

penelitian telah menyimpulkan bahwa, baik anak-anak dan orang dewasa, rute

intramuskular lebih unggul dibandingkan rute subkutan dalam mencapai kadar konsentrasi

plasma puncak, lebih cepat dan kadarnya lebih tinggi. Hal ini mungkin akibat penurunan

perfusi kulit dalam upaya untuk mempertahankan tekanan darah sistemik selama proses

anafilaksis. Epinefrin konsentrasi 1:1000 digunakan untuk pemberian secara intramuskular

dengan dosis 0,01 mg / kg (0,01 ml / kg), dengan dosis maksimum 0,3 mg sekitar (0,3 ml).

Jika dosis awal tidak efektif, mungkin harus diulang pada interval 5 hingga 15 menit. Dosis

dewasa dapat diberikan langsung 0,3-0,5 mg. Solusi 1:1000 tidak diindikasikan untuk

penggunaan intravena.

Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin 2–4 ug/menit.

Paha anterolateral adalah tempat yang direkomendasikan

untuk dilakukannya injeksi.

Epinefrin inhalasi sebaiknya tidak diberikan sebagai pengganti epinefrin

intramuskular dalam manajemen akut anafilaksis pada anak-anak. Peneliti menetapkan

Page 3: Algoritma Syok Anafilaktik

bahwa anak-anak tidak efektif pada menghirup jumlah yang cukup dari epinefrin

menggunakan inhaler dosis terukur meskipun pelatihan ahli.

Tabel 2.1 Dosis Adrenalin3

Usia Dosis AdrenalinDewasa 500 mikrogram im (0,5 ml)Anak lebih dari 12 tahun 500 mikrogram im (0,5 ml)Anak 6-12 tahun 300 mikrogram im (0,3 ml)Anak kurang dari 6 tahun 150 krogram im (0,15 ml)

Jika hipotensi berlanjut, meskipun diberikan epinefrin, resusitasi cairan agresif, maka

epinefrin intravena harus diberikan. Pemberiannya adalah dengan solusi epinefrin

1:10.000 dengan dosis 0,01 mg / kg (0,1 ml / kg), dengan dosis maksimal 1 mg. Sebuah

infus epinefrin terus menerus mungkin diperlukan untuk mempertahankan tekanan darah.

Jika hipotensi terus meskipun disebutkan di atas intervensi, vasopresin atau vasopressor

potensial lainnya (agonis a1) mungkin lebih efektif.

4. Obat tambahan

Pilihan kedua dari epinefrin atau terapi tambahan diantaranya adalah termasuk

antihistamin H1 dan H2 dan kortikosteroid. Adalah penting untuk menyadari bahwa

antihistamin memiliki onset yang lambat dan tidak dapat memblokir peristiwa yang terjadi

setelah pengikatan reseptor histamin. Administrasi antihistamin H1 dan H2 dalam

kombinasi telah dilaporkan lebih efektif dalam memperbaiki beberapa manifestasi

anafilaksis daripada antihistamin H1 saja. Diphenhydramine, antihistamin H1 generasi

pertama, dapat diberikan parenteral dan paling sering digunakan dalam pengelolaan

anafilaksis.

Tabel 2.2 Dosis Klorfenamin3

Usia Dosis Dewasa atau >12 tahun 10 mg im atau iv pelan6-12 tahun 5 mg im atau iv pelan6 bulan hingga 6 tahun 2,5 mg im atau iv pelan< 6 bulan 250 mikrogram/kg im atau iv pelan

Tabel 2.3 Dosis Steroid3

Usia Dosis Dewasa atau >12 tahun 200 mg im atau iv pelan

Page 4: Algoritma Syok Anafilaktik

6-12 tahun 100 mg im atau iv pelan6 bulan hingga 6 tahun 50 mg im atau iv pelan< 6 bulan 25 mg im atau iv pelan

Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberi

respons, dapat ditambahkan aminofilin 5–6 mg/kgBB intravena dosis awal yang diteruskan

0.4–0.9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.