algeria atau sering juga disebut aljazair merupakan sebuah negara yang terletak di benua afrika...

Upload: rama-uki-rahmadhan

Post on 10-Jan-2016

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tes

TRANSCRIPT

Algeria atau sering juga disebut Aljazair merupakan sebuah negara yang terletak di Benua Afrika bagian utara. Negara ini berbatasan dengan Tunisia, Maroko, Libya, Mali, Sahara Barat, dan laut Mediterania. Meski ukuran luasnya tidak terlalu besar, namun negara yang sebagai penduduknya memeluk agama Islam ini mempunyai perjalanan sejarah panjang. Jejak sejarah Negara Alegeria ini penuh teka-teki dan misteri yang dimulai sejak era Romawi kuno hingga jaman sekarang.

Istilah Aljazair sendiri berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah kepulauan. Penyebutan kata ini mengacu pada pulau-pulau yang jumlahnya ada empat dan posisinya dekat dengan ibukota. Negeri ini terdiri atas 48 provinsi serta komune yang jumlahnya ada 1.541 komune.

Negeri yang Eksotis

Selain dikenal sebagai penghasil gas dan minyak, di Algeria banyak terdapat situs peninggalan jaman Romawi yang tersebar di berbagai tempat. Selain itu, negeri ini juga menghasilkan ulama dan cendekiawan muslim yang sudah bermunculan sejak jaman duluh hingga sekarang.

Misalnya Ibnu Kholdun merupakan sahabat dekat Uqah Bin Nafi. Atau Syekh Zarzur seorang pengarang buku atau kitab Talimutalim. Sementara untuk jaman sekarang yang paling terkenal dan harum namanya adalah Mohammed Arkoun.

Negeri ini sendiri menganut faham sosialis, tapi menjadikan Islam sebagai asas dasarnya. Selain itu meski sering terjadi pergolakan politik, namun masalah tersebut selalu dapat diatasi. Hal ini disebabkan rakyat Algeria beserta para pemimpinya yang kebanyakan pernah menjadi mujahid pada jaman revolusi sudah menyadari akan perubahan zaman.

Mereka beserta rakyat telah dan terus melakukan reformasi sekaligus perubahan sistem di segala bidang mulai dari hokum, politik, sistem perhatanan keamanan dan lainnya. Mereka tidak segan lagi melaksanakan pesta demokrasi atau pemilihan umum. Bahkan tidak berbeda jauh dengan Indonesia, jumlah partai politik yang ikut dalam pemilu jumlahnya bisa mencapai lebih dari 30 partai.

Meskipun terletak di Benua Afrika yang selama ini terkenal dengan kondisi alamnya yang tandus dan kering, tapi Algeria atau Aljazair termasuk negara subur. Hasil utama pertanian negeri ini adalah kurma. Pusat budidaya tanaman ini terletak di provinsi Biskra. Selain kurma, Algeria juga dikenal sebagai penghasil gandum terbaik dan hasil panennya selalu diekspor ke benua lain, yaitu Eropa.

Menurut catatan dan bukti sejarah yang ada, Algeria mera kesuburan tanahnya pula Aljazair sering menjadi rebutan bagi bangsa Eropa lainnya. Saat ini selain hasil pertanian, Algeria juga mampu menghasilkan minyak dan menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar bagi negara.

Algeria pada Masa Lalu

Sekitar 43 ribu tahun sebelum masehi bangsa Algeria sudah bisa membuat berbagai alat, seperti kapak tangan yang menggunakan gaya Musteria atau Mevaloisia. Sisa-sisa kapak tangan tersebut sering ditemukan di daerah Levant.

Penduduk aslinya, yaitu bangsa Beber telah mendiami daerah ini. Meski begitu, wilayah ini dikuasai oleh bangsa lain, yaitu Fenisia sekitar seribu tahun sebelum masehi. Lalu delapan abad sesudahnya atau dua abad sebelum masehi dikuasai bangsa Romawi hingga kedatangan bangsa Arab sekitar abad VIII masehi. Mereka berhasil menduduki negeri ini meski tidak lama setelah itu meninggalkannya lagi.

Pada era kekhalifahan Algeria merupakan wilayah yang ada di bawah kekuasaan Turki Ustmani dan dipimpin oleh Khair ad-Din dan Aruj. Ketika mereka berkuasa sekitar tahun 1600, pusat pemerintahan dan kegiatan lainnya dipindah ke Tripoli yang saat ini menjadi ibukota Libya.

Selanjutnya pada tahun 1830, bala tentara Perancis datang ke Algeria dan menguasai daerah ini meski sebelumnya mendapat perlawanan dari tokoh perjuangan, seperti Emir Abdlkader dan lain sebagainya. Penaklukan negera tersebut berhasil dilaksanakan secara penuh pada tahun 1900an, ketika Tuareg berhasil diduduki tentara Perancis.

Pada saat inilah banyak pendatang lain dari Malta, Spanyol, Italia, dan Perancis sendiri, mulai bermukim di Algeria setelah sebelumnya harus melewati Laut Tengah lebih dulu. Kaum imigran ini banyak yang membuka lahan pertanian terutama yang berada di daerah pesisir. Selain itu ada yang tinggal di daerah perkotaan.

Pendatang yang berasal dari Eropa ini menghasilkan keturuan yang dinamakan Pied Noir. Meski demikian, mereka tetap menjadi warga negara Perancis. Dan sebagaimana sistem kolonial lainnya mereka juga mendapat perlindungan hukum yang lebih istimewa.

Algeria pada Era Kemerdekaan

Negara Algeria atau Aljazair berhasil mendapatkan kemerdekaannya dan menjadi negara bebas serta berdaulat secara resmi pada tahun 1962. Sebelumnya pada tahun 1954, Front Pembebasan Nasional atau FLN telah melancarkan serangan dan pemberontakan selama sekitar sepuluh tahun serta bergerilya di daerah pedesaan dan kota.

Setelah berhasil memerdekakan diri dan berhasil mengusir Perancis dari negaranya, pada tanggal 25 September 1962 Algeria memilih Ferhat Abbas sebagai presiden. Sementara itu, Ahmed Ben Bella yang diangkat sebagai perdana menteri.

Lalu para Pied Noir yang jumlahnya lebih dari satu juta jiwa meninggalkan Negara Algeria. Kemudian kembali ke Perancis beberapa bulan sesudahnya. Selain itu, ada sekitar 91 ribu orang Algeria yang memihak Perancis ikut ke Eropa. Mereka ini dinamakan kaum Harki dan jumlahnya mencapai sekitar 10% dari penduduk asli Algeria.

Sayang sekali setelah meraih kemerdekaan dan mengalami stabilisasi politik yang cukup mapan, pada tahun 1965 terjadi ketidakstabilan lagi, meski hanya untuk sementara. Pada saat itu Ahmed Ben Bella dikudeta oleh teman seperjuangannya sendiri yang ketika itu menjabat sebagai perdana menteri.

Setelah peristiwa kudeta, selama sekitar 25 tahun Alegeria ada pada kondisi yang sangat tenang. Ketenangan ini sempat terkoyak pada tahun 1990, saat terjadi perang saudara yang penuh dengan kekerasan dan pertumpahan darah. Peristiwa ini menyebabkan lebih dari seratus ribu orang harus kehilangan nyawanya karena terbunuh.

Permulaan bencana ini berawal ketika pada bulan Desember Majelis Rakyat Nasional membuat undang-undang yang mengatur tentang penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa Resmi Algeria. Selain itu majelis juga membuat aturan baru bagi partai politik dan perusahaan swasta. Mereka tidak boleh lagi menggunakan bahasa Berber dan Perancis.

Peraturan atau undang-undang baru ini dianggap oleh masyarakat sebagai bentuk kesewenang-wenangan pemerintah pada rakyatnya. Terutama yang pernah mendapat pendidikan barat atau Eropa serta masyarakat lain yang berlatar belakang Berber. Mereka yang tidak puas atas aturan baru ini kemudian turun ke jalan dan mengadakan demontrasi lalu berlanjut dengan pertumpahan darah dan perang saudara.

Untungnya peristiwa ini tidak berlarut-larut karena para pemimpin negera langsung menyadari akan arti pentingnya persatuan dan kesatuan. Tujuannya, agar bisa mengelola negara yang jumlah penduduknya mencapai 36 juta jiwa tersebut.

Tidak lama setelah perang saudara ini berhasil diredam, Algeria atau Aljazair bisa melaksanakan pembangunan serta meningkatkan sistem pendidikan untuk warganya. Rupanya sejarah Negara Algeria telah memberi pemahaman bagi