alcoholic anonymous dan kecemasan pada pasien …eprints.ums.ac.id/72310/10/naskah publikasi.pdf ·...

19
ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan Magister Psikologi Sekolah Pascasarjana Oleh : NADYA PUSPITA ADRIAN S300150018 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: haphuc

Post on 18-Jul-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

1

ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA

PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II

pada Jurusan Magister Psikologi Sekolah Pascasarjana

Oleh :

NADYA PUSPITA ADRIAN

S300150018

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian
Page 3: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

3

Page 4: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

4

Page 5: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

1

ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN

PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh alcoholic

anonymous terhadap kecemasan pada pasien program terapi rumatan metadon.

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah 20 pasien program terapi rumatan

metadon yang berada di klinik PTRM rumah sakit dr. Moewardi Surakarta dan

klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eskperimen dengan rancangan

pre-test and post-test with control group design. Metode pengumpulan data

menggunakan skala ukur (kuesioner) STAI (State Trait Anxiety Inventory). Hasil

penelitian menunjukkan model teoritis dan didukung oleh data empiris bahwa ada

pengaruh alcoholic anonymous terhadap penurunan kecemasan pada pasien

PTRM.

Kata Kunci: alcoholic anonymous, kecemasan, metadon

Abstract

This study aims to prove empirically the effect of alcoholic anonymous on anxiety

in patients on methadone maintenance therapy programs. The research subjects in

this study were 20 patients on methadone maintenance therapy programs who

were in the PTRM clinic at the hospital. Moewardi Surakarta and PTRM clinic at

Manahan Surakarta Health Center who experienced anxiety. This study used a

quasi-experimental research design with a pre-test and post-test with control

group design. Methods of collecting data using a measuring scale (questionnaire)

STAI (State Trait Anxiety Inventory). The results of the study show a theoretical

model and are supported by empirical data that there is an influence of alcoholic

anonymous on decreasing anxiety in MMT patients.

Keywords: alcoholic anonymous, anxiety, methadone

1. PENDAHULUAN

Penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA)

merupakan kajian yang menjadi masalah dalam lingkup nasional maupun

internasional. Berdasarkan latar belakang pendidikan terdapat peningkatan

penyalahgunaan penggunaan narkoba pada lulusan SD sebesar 37,1 %, lulusan

SLTP 31,9%, lulusan PT 12,87%. Penurunan terjadi pada lulusan SLTA sebesar

5,1 %seperti grafik 3 dibawah ini. Berdasarkan usia, terdapat peningkatan jumlah

tersangka dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2017 sebesar 7,38% pada

tersangka di bawah 16 tahun, 27,27%, pada usia 16-19 tahun, 13,4% usia 20-24

tahun, dan 41% usia 25-29 tahun. Penurunan sebesar 11% pada usia di atas 29

Page 6: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

2

tahun. Hasil survey berdasarkan jenis kelamin juga membuktikan bahwa

pengguna narkoba di Indonesia lebih banyak pria dibandingkan wanita.

Sepuluh kabupaten atau kota di Jawa tengah yang rawan peredaran NAPZA

adalah kota Semarang, Solo, kabupaten Banyumas, Cilacap, Magelang, Sragen,

Jepara, Batang, Pemalang, danWonosobo (Tvonenews, 2012). Satuan Reserse

Narkoba Polresta Solo mengungkapkan bahwa selama tahun 2016 terungkap 133

kasus peredaran narkoba dan penyalahgunaan narkoba (SoloPos, 2016). Jumlah

kasus itu meningkat 40% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 109 kasus.

Seringkali seseorang yang mengkonsumi NAPZA mengalami gejala-gejala

yang tidak menyenangkan baik medis maupun psikis. Berbagai masalah medis

yang dapat timbul akibat penyalahgunaan NAPZA adalah infeksi human

immunodeficiency virus/autoimmunodeficiency syndrome (HIV/ AIDS), hepatitis

C atau B. Dampak penyalahgunaan NAPZA bagi tubuh dan kesehatan yang

ditemukan Anggraeni (2015) adalah badan kurus, senyum-senyum sendiri, mudah

gelisah, serba salah, menghindari tatapan mata ketika diajak bicara, mata sering

jelalatan, badan berkeringat meskipun berada di ruangan AC, mudah marah dan

mudah mencurigai lingkungan, terutama lingkungan baru.

Adapun permasalahan secara psikis yang dialami oleh pengguna NAPZA

adalah kecemasan, depresi, dan psikosis. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Deykin.,Levy.,&Wells (1987) menjelaskan bahwa kecemasan

terjadi setelah individu mengkonsumsi NAPZA. Hal ini juga didukung oleh

penelitian Joshua & Sarah (2008) bahwa gangguan kecemasan lebih berkaitan

dengan ketergantungan NAPZA, dibandingkan dengan penyalahgunaan NAPZA,

walaupun ada seseorang yang menggunakan NAPZA dengan alasan dirinya

mengalami kecemasan sehingga orang tersebut mengambil jalan pintas dengan

mengkonsumsi NAPZA dan akhirnya merasa tergantung dengan NAPZA karena

dengan NAPZA dirinya merasa tenang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kushner & Sher (1993) yang menjelaskan bahwa ketergantungan

terhadap NAPZA terjadi karena individu tersebut mengalami kecemasan.

Menurut Hawari (dalam Firdaus 2010) dalam penelitiannya tentang

pemeriksaan klinis terhadap pasien penyalahgunaan zat di Rumah Sakit

Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta menyatakan bahwa ada hubungan yang

Page 7: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

3

bermakna antara penyalahgunaan zat dengan gangguan kepribadian antisosial,

kecemasan, depresi, dan kondisi keluarga. Resiko relatif (estimated relative risk)

penyalahgunaan zat terhadap gangguan kepribadian antisosial sebesar 19,9%;

kecemasan sebesar 13,8%; depresi sebesar 18,8%; dan kondisi keluarga sebesar

7,9%. Hasil penelitian Hawari diperkuat oleh Ahmadi., dkk (2013) bahwa

pecandu narkoba memiliki faktor resiko tinggi terhadap kecemasan.

Studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada hari selasa tanggal 27

september 2016 di klinik PTRM Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Solo

pada dua orang pasien dengan pendekatan wawancara informal. PTRM adalah

rangkaian kegiatan terapi yang menggunakan Metadon disertai dengan intervensi

psikososial bagi pasien ketergantungan opioid sesuai kriteria diagnostik Pedoman

Penggolongan dan Diagnostik Gangguan Jiwake-III (Peraturan Menteri Kesehatan

no 57 tahun 2013). Metadon sendiri adalah Narkotika berupa obat jadi dalam

bentuk sediaan tunggal. Obat ini diberikan pada pasien kecanduan untuk

menggantikan zat yang biasanya disalahgunakan, dan obat ini menekan gejala

putus zat (Kaplan&Sadock, 1997).

Metadon ditemukan pertama kali di Jerman pada tahun1937. Secara kimiawi

metadon tidak sama dengan heroin dan morpin, namun menimbulkan efek yang

sama dengan kedua zat tersebut. Didalam tubuh, metadon dapat menstabilkan

kondisi penyalahguna NAPZA dari sindrom ketergantungan obat-obatan

(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Kesehatan, 2007).

Terapi metadon dapat membantu pecandu NAPZA mencapai keadaan bebas

obat dengan cara detoksifikasi dan mencapai tujuan akhir yakni meningkatnya

status kesehatan dan produktivitas pasien. Sekaligus juga efektif menekan dampak

buruk narkoba suntik yakni menurunkan prevalensi penularan HIV dan penyakit

menular lainnya di kalangan pengguna jarum suntik (Kompas, 2008).

Kecemasan juga menyertai pasien yang menjalani treatmen program terapi

rumatan metadon (PTRM). Menurut Solimani., Najafi.,& Shargi (2013)

kecemasan dan depresi menyertai pasien terapi metadon. Di satu sisi terapi

metadon berdampak buruk, namun di pihak lain terapi metadon dapat

membebaskan pasien dari ketergantungan NAPZA, dan dapat meningkatkan

Page 8: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

4

kualitas hidup. Kualitas hidup klien menjadi baik setelah menjalani terapi

metadon di program terapi rumatan metadon (PTRM).

Kecemasan menurut Spielberger (1972) adalah reaksi emosional yang tidak

menyenangkan terhadap bahaya nyata atau imaginer yang disertai dengan

perubahan pada sistem saraf otonom dan pengalaman subjektif sebagai “tekanan”,

“ketakutan”, dan “kegelisahan”. Spielberger (1976) membagi kecemasan menjadi

dua, yaitu: a) State anxiety (A-State) yaitu emosi tidak menyenangkan karena

dihadapkan dengan sesuatu yang mengancam dan berbahaya. A-State merupakan

kondisi atau reaksi emosional yang kompleks dan relatif unik yang dapat

bervariasi dalam intensitas dan berfluktuasi dari waktu ke waktu. State

anxiety bersifat sementara, dimana kecemasan itu muncul ketika individu

menerima stimulis yang berpotensi untuk melukai dirinya. b) Trait anxiety (B-

State) lebih mengarahkan pada kestabilan perbedaan kepribadian dalam

kecenderungan untuk merasa cemas. B-State tidak langsung telihat pada tingkah

laku individu, tetapi dapat dilihat dari frekuensi states anxiety individu yaitu

perbedaan antara orang-orang dalam kecenderungan untuk merasakan stres situasi

yang berbahaya atau mengancam dan untuk menanggapi situasi dalam intensitas

reaksi keadaan cemas mereka (S-Anxiety).

Aspek kecemasan menurut Spielberg (1972) aspek A-State adalah: a)

perasaan yang tidak menyenangkan, b) perasaan yang muncul akibat ketegangan

dan ketakutan dengan aktivasi atau gairah yang terkait dari sistem saraf otonom.

Kecemasan sesaat tersusun dari suatu yang kompleks, yang secara relatif

merupakan kondisi atau reaksi emosional yang unik, bervariasi dalam intensitas

dan setiap saat berubah-ubah. Lebih spesifik lagi, kecemasan sesaat ini di

konseptualiskan sebagai munculnya perasaan tidak senang (unpleasant) , perasaan

tegang (tension) dan perasaan takut (apprehension) yang di sertai dengan adanya

peningkatan aktifitas sistem saraf pusat.

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa kedua pasien

menyatakan merasakan cemas dan tertekan dengan keadaanya saat ini ketakutan

akan ketidakberhasilan dalam proses penyembuhan terlebih pada anggota

keluarganya dia merasa takut tidak diterima oleh lingkungannya, dan satu orang

pasien lain yang mengatakan bahwa dirinya merasa tidak akan berhasil sembuh

Page 9: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

5

dan tidak berharga lagi dan tidak dapat melanjutkan hidup normal. Ada rasa

kurang percaya diri untuk membaur dengan tetangga dan keluarga besar. Mereka

sudah pernah datang pada salah satu konselor di rumah sakit tersebut namun tidak

dapat membantu. Kedua responden tersebut menyatakan membutuhkan dukungan

dari orang-orang yang ada di sekitarnya dan ingin terbebas dari perasaan bersalah

atas apa yang telah mereka lakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Bukhari (2016) pada 41 responden yang

mengikuti rehabilitasi narkoba di sibolangit Center Rehabilitation For Drug

Addict Kecamatan Sibolangit Provinsi Sumatra Utara Tahun 2015 yang hasil

penelitiannya adalah menunjukkan responden yang tidak mengalami cemas

(9,8%), Cemas Ringan (43,9%), Cemas Sedang (36,6%),Cemas Berat (9,8%),

Cemas Berat Sekali (0%).Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

Adriana (2014) survey awal di Puskesmas Manahan solo dengan menyebarkan 30

angket kepada pasien yang mengikuti Program Terapi Rumatan Metadon terdapat

23 pasien yang mengalami kecemasan selama mengikuti terapi. Sikap negatif

penasun inilah yang merupakan faktor internal yang disebabkan evaluasi penasun

terhadap dampak pandangan masyarakat umum yang masih negatif, dan membuat

terapi yang dilakukan tidak berjalan dengan baik.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti di 2 tempat yaitu Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Moewardi Surakarta, dan Puskesmas Manahan Surakarta. Klinik

PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon) RSUD. Dr. Moewardi didirikan pada

tahun 2008, klinik ini dibuka karena mengikuti program dari pemerintah. Terapi

ini dipimpin oleh 2 dokter yang terdiri dari 1 DPJP (Dokter Penanggung Jawab

Paisen) yaitu dr. Suwito, SPKj dibantu oleh 4 dokter Residen, ada 1 perawat yaitu

Bp. Agus Supriyatno, dan 2 apoteker untuk memberikan obat metadon. Klinik

Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Puskesmas Manahan Surakarta

didirikan pada tahun 2009. Terapi di Puskesmas Manahan ini ditangani oleh 1

dokter /psikiater, 4perawat dan 2 asisten apoteker, sama dengan Rumah Sakit

Daerah Moewardi. Program ini hanya dilakukan pada penderita ketergantungan

heroin jika ketergantunggannya sabu tidak dapat mengikuti program terapi

rumatan metadon. Setelah sembuh akan dilakukan tappring off atau penurunan

dosis.

Page 10: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

6

Kesembuhan penyalahguna NAPZA bergantung pada motivasi, dukungan

keluarga, dukungan teman, dan kepatuhan (keteraturan) dalam menjalani terapi

metadon (Rodiyah, 2011). Sedangkan faktor yang mempengaruhi kepatuhan

penyalahguna terhadap terapi metadon yaitu pengetahuan, sikap, dukungan

keluarga dan dukungan petugas kesehatan (Pratiwi., Arsyad., & Ansar, 2011).

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di RS Dr. Moewardi, dari 50 peserta

PTRM, 38 peserta tidak aktif. Artinya 76% dari peserta PTRM tidak patuh

menjalani terapi metadon. Salah satu hasil evaluasi yang dilakukan oleh Pusat

Penelitian HIV/AIDS Unika Atma Jaya terhadap ketidakpatuhan pasien menjalani

terapi metadon adalah kurangnya konseling psikososial yang rutin. Konseling

yang biasa dilakukan lebih berupa konseling untuk kenaikan atau penurunan

dosis(Jaya, 2015).

Terapi alchoholic anonymous (AA) adalah program perawatan yang memberi

penekanan pada tujuan dan aktivitas yang diselesaikan melalui urutan 12

langkah. Terapi ini dikenaldengan 12 langkah (the 12 steps recovery program).

Program ini didesain dengan kegiatan yang bervariasi seperti edukasi ketrampilan,

meningkatkan sosialisasi, pertemuan yang bersifat vokasional, edukasi moral dan

spiritual. Fokus dalam program ini adalah menerapkan setiap langkahnya dalam

kehidupan sehari-hari. Materi yang diberikan AA ditekankan pada perilaku

penyalahguna narkoba.

Hasil penelitian Sutton (1994) di antara 200 peserta alcoholic anonymous

tidak lagi mengkonsumsi NAPZA dan cenderung teratur dalam mengikuti

program terapi. Hal ini juga di katakan oleh Timko., Moos., Finney.,&Moos

(1994) menunjukkan bahwa individu yang menghadiri AA memiliki

kecenderungan mempertahankan pantangan mereka dan memiliki lebih sedikit

masalah terkait alkohol pada follow-up satu tahun.

Mc. Kellar., Stewart.,& Humphreys (2003) mengemukakan bahwa peserta

menemukan manfaat program AA. Manfaat pertama, setelah menghadiri program

alcoholic anonymous, peserta mengkonsumsi lebih sedikit alkohol dan memiliki

lebih sedikit masalah kesehatan dan masalah sosial. Kedua, individu yang tidak

kambuh merasa lebih nyaman hadir dipertemuan, dan karena itu terus hadir,

mempromosikan siklus positif dan dukungan kepada anggota lainnya.

Page 11: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

7

Penelitian yang dilakukan Ando, Almos, Nemet, dkk (2016) menyatakan

bahwa alcoholic anonymous sangat efektif dalam menunjukkan efek

menguntungkan dalam mengurangi kekambuhan untuk jangka panjang dan

keteraturan dalam kehadiran dalam kelompok

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, peneliti terdorong

untuk menggunakan pendekatan terapi AA karena mencakup keseluruhan dari

terapi lainnya, seperti terapi spiritual, terapi kelompok, dan konseling, yang mana

dapat dilakukan dalam satu waktu dan metode sehingga dengan AA, pasien dapat

berbagi dengan sesama pengguna napza, atau teman yang dipercaya untuk

mencurahkan yang dirasakan untuk dapat memberikan saran, dan menguatkan,

sehingga terdorong keinginan dalam diri pasien sendiri untuk sembuh dan

mendekatkan diri dengan Tuhan (spiritual meningkat) guna tercapainya

keberhasilan.

Melihat fenomena di atas maka muncul permasalahan apakah ada pengaruh

alcoholic anonymous terhadap kecemasan pada pasien program terapi rumatan

metadon? Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh alcoholic anonymous terhadap penurunan kecemasan pada

pasien program terapi rumatan metadon.

2. METODE

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan populasi pasien Program Terapi

Rumatan Metadon di Klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di

Rumah Sakit Daerah Moewardi Solo. Menurut Notoadmojo (2010) sampel

merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan subjek yang diteliti. Sampel

pada penelitian ini adalah pasien Program Terapi Rumatan Metadon di Klinik

Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Rumah Sakit Daerah Solo dan

Puskesmas Manahan Solo. Pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik

sebagai berikut: pasien aktif program terapi rumatan metadon di klinik PTRM

RSUD Moewardi dan Puskesmas Manahan Surakarta, responden minimal sudah

melakukan 5 (lima) kali kunjungan secara berturut-turut, bersedia menjadi

responden, mengalami kecemasan dengan skor STAI lebih dari 20.

Page 12: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

8

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini akan dipaparkan hasil penelitian intervensi pengaruh alcoholic

anonymous terhadap kecemasan pada pasien Program Terapi Rumatan Metadon

(PTRM) di Surakarta. Penelitian ini telah dilakukan pada 20 orang responden

yang merupakan pasien Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Surakarta.

Pada penelitian ini uji normalitas data yang digunakan adalah dengan

menggunakan uji Saphirowilk karena jumlah subjek 20 responden. Data

berdistribusi normal jika p value > 0,05. Dijelaskan bahwa semua variabel

kecemasan state dan trait dalam penelitian ini berdistribusi normal. Dengan p

value > 0.05. Dengan demikian analisis bivariat dapat dilakukan dengan uji

parametric.

Hasil analisis pretest-posttest digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-

rata skor kecemasan State kelompok eksperimen Pre (sebelum diberikan

perlakuan) dan Post (sesudah diberikan perlakuan) dan Follow Up. Berdasarkan

uji normalitas data, uji statistic yang digunakan adalah paired t-test.

Tabel 2. Hasil kelompok eksperimen dan kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Variabel Pengukuran SD P

value

Variabel Pengukuran SD P

value

Cemas

State

Pre-Post 3.894 0.001 Cemas

State

Pre-Post 0.667 0.678

Post-Follow

Up

2.221 0.049 Post-Follow

Up

0.738 1.000

Cemas

Trait

Pre-Post 9.367 0.695 Cemas

Trait

Pre-Post 0.667 0.678

Post-

FollowUp

4.695 0.794 Post-

FollowUp

0.738 0.193

Hasil analisa didapatkan p value kelompok eksperimen kecemasan state

sebelum diberikan intervensi dengan sesudah pemberian intervensi (pre-post)

yaitu p value =0.001 dan setelah pemberian intervensi dengan follow up (post-

follow up) adalah p value = 0.049 yang berarti bahwa ada perbedaan yang

signifikan skor rata-rata kecemasan state kelompok eksperimen sebelum dengan

sesudah dan sesudah dengan follow up. Hasil analisa didapatkan nilai p value

kelompok eksperimen kecemasan trait sebelum pemberian intervensi dengan

sesudah pemberian intervensi (pre-post) yaitu p value =0,695 dan setelah

Page 13: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

9

pemberian intervensi dengan follow up (post-follow up) adalah p value = 0,794

yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan skor rata-rata kecemasan

trait kelompok eksperimen sebelum dengan sesudah dan sesudah dengan follow

up. Hasil analisa didapatkan nilai p value kelompok kontrol kecemasan state

sebelum pemberian intervensi dengan sesudah pemberian intervensi (pre-post)

yaitu p value =0.678 dan setelah pemberian intervensi dengan follow up (post-

follow up) adalah p value = 1.000 yang berarti tidak memiliki perbedaan yang

bermakna sebelum, sesudah pemberian dan follow up. Hasil analisa didapatkan

nilai p value kelompok kontrol kecemasan trait sebelum pemberian intervensi

dengan sesudah pemberian intervensi (pre-post) yaitu p value =0,678 dan setelah

pemberian intervensi dengan follow up (post-follow up) adalah p value = 0,193,

dijelaskan bahwa kecemasan trait kelompok kontrol sebelum diberi perlakuan

dengan sesudah diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan dengan follow up

memiliki p value > 0,05 yang berarti tidak memiliki perbedaan yang bermakna

sebelum, sesudah pemberian dan follow up.

Uji signifikansi kecemasan state dan trait kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol

Tabel 3. Hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kecemasan

state dan kecemasan trait

Kecemasan State Kecemasa Trait

P Value Leven’s test O,713 0,884

P Value 0,036 0,041

Hasil didapatkan nilai signifikansi kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol kecemasan state = 0,713 dan kecemasan trait = 0,884 yang berarti nilai p>

0,05 maka data varians kedua kelompok sama. Dilihat p value 0,036. Karena nilai

kecemasan state p = 0,036 dan kecemasan trait p = 0,041 maka p < 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata skor kecemasan state dan trait

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, yang artinya ada perbedaan skor

kelompok eksperimen yang diberikan intervensi dengan kelompok kontrol yang

tidak diberi intervensi yang artinya bahwa alcoholic anonymous berpengaruh

dalam menurunkan kecemasan state dan trait pada pasien program terapi rumatan

metadon.

Page 14: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

10

Analisis gain skor kecemasan state dan trait kelompok eksperimen dan

kontrol

Berdasarkan data hasil penelitian terdapat perbedaan skor pada subjek

kelompok eksperimen. Hal tersebut dapat diartikan bahwa mayoritas pasien yang

diberikan perlakuan berupa alcoholic anonymous mengalami penurunan skor

kecemasan pada pengukuran post-test maupun follow up. Hal ini dapat dilihat dari

angka gain skor yang menunjukkan nilai negative

Gambar 1. kecemasan state kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Gambar diatas menunjukkan bahwa rerata skor pretest kecemasan pada

kelompok eksperimen yaitu 36,9. Kemudian pada saat post-test terjadi penurunan

rerata skor kecemasan state menjadi 30,4. Selain itu pasien juga mengalami

penurunan skor dari tahap post-test ke tahap follow up yaitu 28,8. penurunan skor

yang terjadi menunjukkan adanya penurunan. Pada pengukuran follow up (2

minggu setelah pelatihan) rerata skor kecemasan state pada kelompok eksperimen

mengalami penurunan dari 30,4 menjadi 28,8, menujukkan bahwa skor

kecemasan state kelompok eksperimen menurun meskipun tidak ada intervensi,

karena pasien menerapkan apa yang telah dipelajari selama pemberian intervensi

berlangsung. Sehingga dapat di simpulkan bahwa terdapat penurunan signifikan

skor kecemasan state secara bertahap setelah diberikan intervensi alcoholic

aonymous. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan skor

namun terjadi kenaikan skor yaitu 38,3. Kemudian pada saat post-test skor

36,9

30,4 28,8

38,3 38,3 38,4

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Pre Post Follow Up

Kecemasan State

eksperimen

kontrol

Page 15: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

11

relative tetap yaitu 38,3 yang berarti tidak terdapat selisih skor dari pretest ke

post-test. Pada pengukuran follow up (2 minggu setelah pemberian intervensi

untuk kelompok eksperimen) rerata skor kecemasan state pada kelompok kontrol

mengalami kenaikan dari 38,3 menjadi 38,4. Hal ini menunjukkan bahwa

kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi alcoholic anonymous tidak

mengalami penurunan skor kecemasan.

Gambar 2. kecemasan trait kelompok eksperimen dan kelompok control

Gambar diatas menunjukkan bahwa rerata skor pretest kecemasan trait

pada kelompok eksperimen yaitu 38,9. Kemudian pada saat post-test terjadi

penurunan rerata skor kecemasan state menjadi 37,7. Selain itu pasien juga

mengalami penurunan skor dari tahap post-test ke tahap follow up yaitu 37,3.

penurunan skor yang terjadi menunjukkan adanya penurunan walaupun relatif

tetap. Pada pengukuran follow up (2 minggu setelah pelatihan) rerata skor

kecemasan state pada kelompok eksperimen mengalami penurunan dari 37,7

menjadi 37,3. Hal ini menujukkan bahwa skor kecemasan trait kelompok

eksperimen menurun meskipun tidak ada intervensi, karena pasien menerapkan

apa yang telah dipelajari selama pemberian intervensi berlangsung. Sedangkan

pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan skor namun terjadi kenaikan skor

yaitu 44,9. Kemudian pada saat post-test skor relative tetap yaitu 45 yang berarti

tidak terdapat selisih skor dari pretest ke post-test. Pada pengukuran follow up (2

minggu setelah pemberian intervensi untuk kelompok eksperimen) rerata skor

kecemasan trait pada kelompok kontrol mengalami penurunan dari 45 menjadi

38,9 37,7 37,3

44,9 45 44,7

0

10

20

30

40

50

Pre Post Follow Up

Kecemasan Trait

eksperimen

kontrol

Page 16: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

12

44,7. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok kontrol yang tidak diberikan

intervensi alcoholic anonymous tidak mengalami penurunan skor kecemasan.

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

alcoholic anonymous dapat menurunkan kecemasan pada pasien program terapi

rumatan metadon, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Firdaus

(2010) bahwa kecemasan berhubungan positif terhadap penggunaan terapi

metadon. Pasien mengalami kecemasan dalam hal ketakutan akan relapse atau

kambuh lagi dalam mengkonsumsi putaw atau nge-mix dengan obat lain yang

dijual bebas di apotek. Hal ini akan menganggu pasien dalam proses pengobatan

dikarenakan pasien akan mengulang pengobatan lagi dari awal dan tidak bisa

lepas dari metadon. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Piacentine (2013) yang menyatakan bahwa kecemasan dapat meningkatkan

kecenderungan pasien untuk kembali relapse. Dengan demikian peneliti

memberikan alcoholic anonymous agar dapat menurunkan kecemasan yang

dirasakan oleh pasien agar pengobatannya lancar. Dengan demikian, hipotesis

yang diasumsikan oleh Peneliti dapat dinyatakan diterima.

Alcoholic anonymous merupakan program perawatan yang memberi

penekanan pada tujuan dan aktivitas yang diselesaikan melalui urutan 12

langkah. Ini adalah sebuah program swadaya yang biasanya dilakukan dalam

lingkungan kelompok, dan bertujuan untuk membantu orang dalam menyadari

bahwa mereka tidak berdaya atas substansi. Pasien rumatan metadon sulit

mengidentifikasi, menerima, dan menahan emosi negatif seperti kecemasan atau

depresi, pasien menggunakan benzodiazepine sebagai strategi coping untuk

menyelesaikan kecemasannya setelah putus zat (Posternak, MA., Mueller, TI,

2001)., sehingga pasien mengobati diri sendiri (tidak menggunakan resep doter)

menggunakan obat antidepresan seperti benzodiazepine(Emjik, M. et al, 2017).

Hasil penelitian Chen, (2011) menunjukkan bahwa 47% subjek memiliki

riwayat penggunaan benzodiazepine. 39,8% dari subjek tersebut menggunakan

benzodiazepine tanpa resep dokter. 54% dari subjek tersebut mulai menggunakan

benzodiazepine setelah mengikuti terapi metadon. Ditemukan juga fenomena

peningkatan dosis dan penggunaan kembali benzodiazepine pada 61% dari subjek

tersebut.

Page 17: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

13

Penelitian ini membuktikan bahwa kecemasan yang muncul pada pasien lebih

disebabkan efek samping dari pemberian metadon. Kecemasan dalam hal ini tidak

berkaitan dengan kepribadian. Pasien justru merasa cemas setelah konsumsi

metadon, subjek SNG yang mengatakan bahwa dulunya ia sering relapse

dikarenakan meminum metadon dan meminum benzodiazepam yang dapat

menurunkan efek tidak nyaman di badan maupun pikiran karena setelah

meminum benzo dirinya merasa nyaman, tidak ada pikiran dan hanya ingin tidur,

jika dirinya tidur maka ketidaknyaman yang dirasakan ia saat setelah minum

metadon tidak akan terlalu dirasakan. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Solimani., Najafi.,& Shargi (2013) kecemasan dan depresi

menyertai pasien terapi metadon. Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Simunovic, et al (2014) membandingkan antara pengobatan metadon dan

buprenorphin pada pecandu NAPZA, hasilnya pasien metadon secara signifikan

lebih cemas dibandingkan dengan pasien buprenorphin.

Berdasarkan hasil secara kualitatif ditemukan fenomena adanya peningkatan

kecemasan trait pada 2 pasien pada tahap post tests, namun 1 pasien menurun dan

1 pasien meningkat pada tahap follow up. 2 pasien yang mengalami penurunan

kecemasan trait pada tahap post tests, 1 orang menurun dan 1 orang meningkat

pada tahap follow up. Sekalipun demikian keempat pasien tersebut mengalami

penurunan kecemasan statepada tahap post dan follow up. Artinya AA efektif

menurunkan intensitas kecemasan (kecemasan state), namun kurang efektif

menurunkan frekuensi kecemasan (kecemasan trait). Hal ini menunjukkan bahwa

AA efektif untuk menurunkan kecemasan karena keadaan emosi pada saat

tertentu, di waktu tertentu dengan tingakatan intensitas tertentu. Seperti dijelaskan

oleh Spielberger (1979) bahwa kecemasan trait berkaitan erat dengan masa lalu.

Spielberger juga menjelaskan bahwa kecemasan state bisa berubah menjadi trait

apabila berlangsung secara terus menerus. Berdasarkan pada hasil penelitian

Spielberger ini dapat dianalogikan bahwa dengan melakukkan AA secara terus

menerus dapat menyelesaikan permasalahan psikologis, sehingga menurunkan

kecemasan trait. Fenomena ini menunjukkan bahwa keempat subjek tersebut

memiliki permasalahan psikologis tertentu, karena dari data rekam medis

diketahui bahwa keempat pasien tersebut berungkali relapse. Terakhir relapse

Page 18: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

14

adalah satu tahun yang lalu. Zat yang pernah digunakan oleh pasien tersebut di

antaranya benzodiasepam, opioid, dan nikotin.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh alcoholic

anonymous terhadap kecemasan pada pasien program terapi rumatan metadon.

Didukung dari hasil penelitian secara kualitatif didapatkan pasien yang mengikuti

program terapi rumatan metadon mengalami kecemasan dikarenakan putus zat

(putus menggunakan narkoba digantikan dengan metadon) hal ini memunculkan

kecemasan pada setiap pasien maka diberikan alcoholic anonymous sebagai

intervensi yang diharapkan dapat memberikan efek ketenangan batin pada pasien

agar pasien tidak mengalami kecemasan hal ini berpengaruh pada keteraturan

pasien dalam mengikuti program metadon

Berdasarkan hasil data penelitian yang telah dikemukakan, ada beberapa

saran yang dapat diajukan sebagai tindak lanjut penelitian ini. Beberapa saran

yang diajukan adalah: a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

pada pasien untuk dapat belajar mengolah emosi dan memberikan ketenangan

batin pada saat pasien mengalami kecemasan dan membantu pasien agar dapat

mengikuti program terapi rumatan metadon dengan teratur. b) Untuk penelitian

selanjutnya dapat lebih mendalami secara longitudinal tentang alcoholic

anonymous dimana didalamnya terdiri dari dukungan sosial, spiritual, dan

konseling secara individual, sehingga tidak hanya dapat membantu menurunkan

kecemasan state namun juga membantu menurunkan kecemasan trait. c) Bagi

Instansi pemerintah, dapat memberikan informasi baru tentang alcoholic

anonymous dan seberapa berpengaruhnya intervensi ini untuk mengatasi

kecemasan pada pasien program terapi rumatan metadon, serta dapat dijadikan

masukan agar setiap klinik PTRM khususnya di RSUD Moewardi dan Puskesmas

Manahan untuk menggunakan metode dengan pemberian alcoholic anonymous

yang sangat dibutuhkan oleh pasien.Memberikan jadwal pada pasien agar pasien

dapat berkumpul dan dapat diberikan intervensi secara berkelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, P.N. (2014). Pengaruh Konseling terhadap Penurunan Kecemasan Pada

Pasien Program Terapi Rumatan Metadon di Puskesmas Manahan Solo.

Tidak dipublikasikan

Page 19: ALCOHOLIC ANONYMOUS DAN KECEMASAN PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/72310/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · klinik PTRM di Puskesmas Manahan Surakarta yang mengalami kecemasan. Penelitian

15

Aflakseir, A. (2010). The Role of Social Support and Coping Strategies on Mental

Health of a Group of Iranian Disabled War Veterans. Iranian J Psychiatry,

5:3.

Ahmadi, N.H., Fitri, R., & Elly, N.H. (2013). 5(1), hal. 34-37.

Amato, L., et al. (2004). Psychosocial combined with agonist maintenance

treatments versus agonist maintenance treatments alone for treatment of

opioid dependence. PubMed, 18(4). Anggraeni, D. (2015). Dampak Bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika, dan Zat

Adiktif (NAPZA) di Kelurahan Gunung Kelua Samarinda Ulu. e.Journal

Sosiatri-Sosiologi, 3(3), 37-51.

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. (2014). Jakarta

Chen, KW., Berger, CC., Forde, PD., D'Adamo,C., Weintraub, E.,& Gandhi,V.

(2011). Benzodiazepine Use and Misuse Among Patients in a Methadone

Program. BMC Psychiatry, 11(90), 1-7. Diambil kembali dari

http://www.biomedcentral.com/1471-244X/11/90

Dahlan, S.M. (2009). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba

Humanika.

Emjik, M.,Zarif, D.,Tajjodini, S.,Baniasad, A.,& Dadpour, B. (2017, June).

Concomitant Drug Use in Patients on Methadone Maintenance Therapy.

Asia Pacifik Journal of Medical Toxicology, 6(2).

Hawari, D (1991). Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Groh, D.R., Jason, L.A., & Keys, C.B. (2008). Social Network Variables in

Alcoholics Anonymous: A Literature Review. Clin Pychol Rev., 28 (3):

430-450.

Kaplan & Sadock. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC

McDowell, I. (2006). Measuring Health A Guide to Rating Scales and

Questionnaires. Oxford University Press.

Mc. Kellar, J., Stewart, E.,& Humphreys, K. (2003 , May). Alcoholics

Anonymous involvement and positive alcohol-related outcomes: Cause,

consequence, or just a correlate? A prospective 2-year study of 2,319

alcohol-dependent men. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 2,

8-302.

Montalto, M. (2015). Alcoholics Anonymous: One Treatment Program to Rule

Them All?. Journal Alchohol Drug Depend. Vol. 3. Issue.6.