albert wirya, diny arista risandy | maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek...

20

Upload: vandat

Post on 12-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni
Page 2: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni
Page 3: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017

©2016 Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat

Editor: Ajeng Larasati

Desain Sampul: Astried Permata Septi

Diterbitkan oleh Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat

Tebet Timur Dalam VI E No. 3, Tebet

Jakarta Selatan, 12820

Indonesia

Page 4: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

HUKUMAN CAMBUK DALAM BILANGAN DAN KEPELIKAN | 1

PENGANTAR

Pemerintahan daerah telah diberi amanat langsung oleh Undang-Undang Dasar

1945 untuk menyelenggarakan sendiri urusan pemerintahannya menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan.i Melalui otonomi ini, pemerintah daerah

memiliki hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengurus sendiri pemerintahanii

terutama dalam sejumlah bidang, yaitu pendidikan, kesehatan, pekerjaan

umum, penataan ruang, perumahan rakyat, kawasan pemukiman, ketertiban

umum, dan masalah sosial.iii Selain otonomi yang berlaku di seluruh daerah,

beberapa daerah memiliki otonomi khusus untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri. Salah satu contoh

daerah yang diberikan otonomi khusus ini adalah Provinsi Aceh, melalui

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh jo. Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.

Aceh diberikan keistimewaan untuk menyelenggarakan kehidupan beragama

berdasarkan Syariat Islam dalam bidang ibadah, ahwal al-syakshiyah (hukum

keluarga), muamalah (hukum perdata), jinayat (hukum pidana), qadha’

(peradilan), tarbiyah (pendidikan), dakwah, syiar, dan pembelaan Islam.

Keseluruhan penyelenggaraan kehidupan beragama ini diatur dengan Qanun

Aceh.iv Salah satu qanun yang banyak menimbulkan kontrovesi terkait dengan

legalitas dan pelaksanaannya adalah Qanun Aceh No. 6 Tahun 2014 Tentang

Hukum Jinayat (Qanun Jinayat). Qanun Jinayat mengatur perbuatan yang

dilarang oleh Syariat Islam (jarimah)v dan penerapan hukuman (‘uqubat) bagi

pelakunya. Salah satu jenis hukuman tersebut ialah cambuk.

Pemberlakuan hukuman cambuk tersebut menuai kritik karena dianggap

bertentangan dengan prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia (HAM). Pelapor Khusus

untuk Penyiksaan, Manfred Nowak, menyatakan bahwa hukuman cambuk yang

diterapkan di Aceh adalah pelanggaran terhadap kewajiban negara untuk

mencegah terjadinya hukuman corporal.vi Amnesty Internasional menyebut

hukuman cambuk sebagai suatu kemunduran bagi penegakan HAM di

Indonesia.viiJaringan Masyarakat Sipil Peduli Syariah (JMSPS) juga menolak

dengan tegas pemberlakuan hukuman cambuk diberlakukan di Aceh karena

dinilai tidak manusiawi. Permohonan keberatan atas Qanun Jinayat kepada

Mahkamah Agung juga pernah diajukan oleh Institute for Criminal Justice

Reform (ICJR), yang menilai penggunaan hukuman cambuk masuk dalam

Page 5: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

2 | LBH MASYARAKAT

kategori penyiksaan, hukuman kejam tidak manusiawi dan merendahkan

martabat. Padahal sistem pemidanaan di Indonesia secara tegas melarang

penggunaan hukuman cambuk.viii Mahkamah Agung menolak permohonan ini

karena Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan yang dijadikan dasar dalam permohonan

keberatan uji materiil sedang diproses pengujiannya pada Mahkamah

Konstitusi.

Terhadap persoalan hukuman cambuk ini, Lembaga Bantuan Hukum

Masyarakat (LBH Masyarakat) memiliki posisi yang sama dengan para pengkritik

hukuman cambuk. LBH Masyarakat menilai pelaksanaan hukuman cambuk

merupakan penodaan bagi penegakan HAM di negera ini. Pelaksanaan

hukuman cambuk adalah pelanggengan terhadap hukuman badan yang sudah

tidak sesuai dengan arah pemidanaan modern. Berdasarkan atas keyakinan ini,

kami melakukan monitoring dan dokumentasi media sepanjang tahun 2016

agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui

pelaksanaan hukuman cambuk dalam kehidupan masyarakat Aceh.

Page 6: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

HUKUMAN CAMBUK DALAM BILANGAN DAN KEPELIKAN | 3

METODE DOKUMENTASI DAN MONITORING

Dokumentasi pelaksanaan hukuman cambuk ini dilakukan melalui pemantauan

media yang menggunakan prinsip analisis isi (content analysis), yakni metode

pencatatan unsur-unsur dari sebuah teks (kata, kalimat) ke dalam sebuah

kategorisasi data dan variabel.ix Metode ini memungkinkan analisis terhadap

pembuat, penerima, serta maksud dari teks tersebut.x Teks yang dianalisis dalam

dokumentasi ini adalah teks berita online.xi Berita online cukup mampu

merekam apa yang laporan ini analisis, yakni peristiwa aktual tentang

pelaksanaan hukuman cambuk berdasarkan Qanun Jinayat di Aceh. Selain itu,

pemilihan penggunaan berita online juga didasari oleh dua alasan teknis, yaitu

kemudahan akses dan komputasi berita. Pemilihan teks berita online yang di

antaranya dihasilkan oleh media-media lokal, juga mampu menjawab masalah

kurangnya proporsi berita daerah, terutama aceh, di surat kabar nasional.

Untuk mendapatkan data yang tepat mengenai penerapan Qanun Jinayat di

Aceh, kami memasukkan beragam kata kunci dalam mesin pencari

www.google.com. Kata-kata kunci yang digunakan adalah: ‘cambuk’, ‘ qanun’,

‘jinayat’, ‘aceh’, dan lain-lain. Setelah menemukan berita yang sesuai, kami

merekam potongan-potongan teks ke dalam tabulasi yang sudah kami

tentukan, seperti kapan berita dipublikasikan, siapa orang yang mendapatkan

hukuman cambuk, berapa kali hukuman cambuk yang dijatuhkan, atas

perbuatan apa seseorang mendapatkan hukuman cambuk, dan lain-lain.

Dengan kategorisasi variabel inilah kami mampu untuk melakukan perhitungan

statistik terhadap praktik hukum cambuk berdasarkan Qanun Jinayat di Aceh.

Metode Dokumentasi:

Pendokumentasian mulai dilakukan pada awal Januari 2016 sampai akhir tahun

2016. Sepanjang periode tersebut, kami berhasil menjaring 87 berita online.

Pencarian

menggunakan kata

kunci

Perekaman potongan

teks dari berita ke

dalam tabulasi

Analisis data statistik

Page 7: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

4 | LBH MASYARAKAT

Tidak semua dari berita yang dikumpulkan ini akhirnya digunakan dalam

pencatatan data untuk analisis karena ditemukannya berita yang memuat kasus

yang sama, berita yang isinya tidak lengkap sehingga diragukan kebenarannya,

maupun berita yang tidak berhubungan dengan pelaksanaan hukuman cambuk

di Aceh (contohnya berita yang memuat kejadian pencambukan WNI di negara

lain). Adapun situs-situs berita darimana berita kami kumpulkan bisa dilihat di

diagram berikut:

Jenis Media Online yang Dicatat Beritanya

Nama Media Frekuensi Berita Nama Media Frekuensi Berita

Aceh Kita 1 MetroTV News 3

Antara News 4 Okezone 4

BBC Indonesia 1 Pikiran Merdeka 1

Berita Satu 1 Pos Kupang 1

Berita Sore 1 Redaksi.co 1

Go Aceh 8 Republika 6

Harian Aceh 1 Rimanews 1

Jawapos 2

Serambi

Indonesia 21

Juang News 1 Tempo 2

Kabar Gayo 1 Tribrata News 1

Klik Kabar 1 Tribun News 8

Kompas 11 Viva News 2

Merdeka 1 Waspada 2

Total N = 87

Tentu ada kelemahan dengan memilih teks berita online. Persaingan situs berita

online yang memaksa sebuah situs untuk sebanyak-banyaknya menyajikan

berita sehingga mengharuskan kerja penulisan dilakukan secara cepat dan

akhirnya mengorbankan akurasi data. Apabila kami menemukan satu berita

Page 8: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

HUKUMAN CAMBUK DALAM BILANGAN DAN KEPELIKAN | 5

yang kurang jelas informasinya, seperti tidak ada jenis pelanggaran yang

menyebabkan mereka dicambuk, kami berusaha melakukan pengecekan lagi

dengan membandingkannya dengan berita online lain. Metode ini satu-satunya

yang bisa kami lakukan, meskipun jelas belum merupakan metode mumpuni

untuk menjaga realibilitas data. Di luar dari berbagai kelemahan dari kegiatan

monitoring ini, kami tetap berharap bahwa hasil pemantauan ini bisa

memberikan perspektif dan gambaran baru akan realitas hukuman cambuk

yang dilaksanakan di Aceh.

Page 9: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

6 | LBH MASYARAKAT

DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS

Pelaksanaan dan Ancaman Cambuk

Kebanyakan berita yang ditemukan memuat informasi mengenai pelaksanaan

hukuman cambuk di berbagai provinsi di Aceh. Hal ini bisa dipahami mengingat

pelaksaan hukuman cambuk mudah untuk diliput karena dilakukan di depan

umum. Namun ada juga berita-berita yang memperlihatkan bagaimana

seseorang belum dieksekusi dan tindak pidana mereka baru diproses. Karena

itulah kami membedakan substansi teks ini menjadi dua, yakni orang yang

sudah dieksekusi cambuk dan orang yang diancam dengan hukuman cambuk.

Dari penelusuran media yang kami dapatkan, sepanjang tahun 2016, sebanyak

332 orang mengalami eksekusi hukuman cambuk, dan 66 orang diancam

dengan eksekusi cambuk. Perlu dicatat disini mengenai kemungkinan yang

sangat besar bahwa 66 orang ini akan pada akhirnya menjadi bagian dari

kelompok pertama.

Dari keseluruhan kasus yang

kami dokumentasikan, terdapat

satu kasus unik dari kelompok

berita ancaman hukuman

cambuk. Pada tanggal 14 Maret

2016, tim gabungan Wilayatul

Hisbah (WH)xii Ulama, TNI, dan

Polisi di Kabupaten Aceh Barat

melakukan razia untuk

memerangi komunitas Lesbian-

Gay-Bisexual-Transgender

(LBGT) dengan mendatangi

sejumlah salon. Di salon-salon

tersebut, tim menemukan 2

orang waria. Dua orang waria

dianggap menyalahi ekspresi gender yang sewajarnya (“laki-laki yang berubah

jadi perempuan”). Tim gabungan itu melakukan pembinaan, yakni dengan

menasihati mereka, dan juga mengancam apabila mereka ditemukan lagi masih

Page 10: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

HUKUMAN CAMBUK DALAM BILANGAN DAN KEPELIKAN | 7

memiliki ekspresi gender yang ‘salah’, mereka akan mendapatkan hukuman

cambuk sampai dengan 30 kali.xiii

Dalam berita tersebut, disebutkan bahwa Kasat Pol PP-WH menggunakan

Qanun No. 6 Tahun 2013 sebagai dasar hukum untuk melakukan. Padahal

qanun tersebut membahas tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Aceh Tahun Anggaran 2013, bukan tentang perbuatan-perbuatan

pidana yang dilarang. Qanun Jinayat sekalipun tidak memuat pelarangan

berkaitan dengan ekspresi gender. Landasan hukum Islam yang bisa dipakai

terkait razia waria adalah Qanun Aceh No 11 Tahun 2002 yang menyatakan

bahwa setiap orang Islam wajib untuk berbusana Islamixiv dan kegagalan dalam

memenuhinya akan mengakibatkan pidana dengan hukum ta’zirxv setelah

mendapatkan proses peringatan dan pembinaan oleh WH.xvi

Praktik hukum yang membatasi ekspresi gender transgender ini sudah

berlangsung sejak lama sebagaimana yang ditemukan oleh Human Rights

Watch pada tahun 2010. Sekalipun waria telah memakai pakaian yang menutupi

aurat sesuai dengan ketentuan penutupan aurat untuk perempuan, mereka

tetap dirazia dan diancam akan dicambuk.xvii Target razia ini bukan hanya

terhadap waria, tetapi juga kelompok LGBT lain. Lain halnya dengan ekspresi

gender berbeda yang tidak dilarang oleh Qanun Jinayat, orang dengan orientasi

seksual sesama jenis berisiko untuk dihukum cambuk karena perbuatan mereka

masuk ke dalam kategori jarimah, yakni liwath (aktivitas seksual antar laki-laki)

dan musahaqah (aktivitas seksual antar perempuan).

Penerapan hukuman cambuk terhadap kelompok LGBT ini tentunya merupakan

pelanggaran hak atas kebebasan berekspresi, hak atas privasi, serta hak untuk

terbebas dari penyiksaan dan tindakan dan penghukuman tidak manusiawi

lainnya.xviii Selain itu, kriminalisasi dan penghukuman terhadap kelompok LGBT

akan menciptakan iklim yang memperbolehkan kekerasan terhadap komunitas

LGBT, dan menimbulkan praktek-praktek diskriminasi ganda terhadap mereka.xix

Terkait dengan 332 kasus pelaksanaan eksekusi cambuk, turut dimasukkan juga

pelaksanaan yang akhirnya batal atau ditunda. Ada beberapa faktor yang

menyebabkan ini terjadi, yakni:

1. Orang itu hamil sehingga eksekusinya ditunda hingga ia melahirkan

2. Orang itu sedang sakit sehingga eksekusinya ditunda

3. Orang itu tidak kuat untuk menjalani keseluruhan cambukan yang

sehingga eksekusi harus dilanjutkan pada kesempatan berikutnya.

Page 11: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

8 | LBH MASYARAKAT

Penundaan dan penghentian ini sesuai dengan hukum acara jinayat yang

menuliskan bahwa sebelum cambuk dilaksanakan, terpidana akan diperiksa

oleh dokter dan akan dinilai apakah cukup sehat untuk menjalani cambuk. Jika

tidak sehat, maka pelaksanaan akan ditunda sampai ia cukup sehat.xx Hukuman

cambuk juga bisa dihentikan sementara pada saat pelaksanaan hukuman

apabila ada perintah dokter berdasarkan pertimbangan medis.xxi Namun, tidak

tertera batasan medis apa yang memperbolehkan atau tidak memperbolehkan

seseorang mendapatkan hukuman cambuk. Tidak ada penjelasan pula apakah

pertimbangan kesehatan jiwa atas diri orang yang ingin dicambuk juga perlu

diperhitungkan, sebagaimana hukuman cambuk juga mungkin akan berakibat

fatal pada kondisi kejiwaan seseorang.

Pelibatan dokter dalam eksekusi hukuman cambuk sepatutnya dipertanyakan

kembali kesesuaiannya dengan etika kedokteran. Pasal 5 tentang kewajiban

dokter menyatakan bahwa “Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin

melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan

pasien/keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan

pasien tersebut.”xxii Nasihat yang dokter berikan terkait dengan kondisi

kesehatan terpidana akan menentukan apakah ia akan mendapatkan cambuk

atau tidak. Dengan demikian, dokter tersebut berperan dalam memberikan

nasihat yang mungkin berdampak negatif pada ‘pasiennya’. Keterlibatan dokter

dalam tindakan penyiksaan seperti ini juga dapat dilihat sebagai sebuah

pelanggaran disiplin profesionalitas dokter.xxiii

Jenis Pelanggaran

Selain melihat pelaksanaan eksekusi itu, kami juga melihat tindak pidana apa

saja yang dilakukan pelaku. Beberapa berita yang kami temukan tidak

menerangkan pelanggaran apa dilakukan, sehingga data yang dapat digunakan

berkurang menjadi 327 orang. Berikut adalah diagram yang menunjukkan jenis

tindak pidana dan jenis kelamin pelaku:

Page 12: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

HUKUMAN CAMBUK DALAM BILANGAN DAN KEPELIKAN | 9

Hampir semua tindak pidana yang diatur di qanun jinayat ini memiliki padanan

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia, kecuali khalwat

dan ikhtilath. Untuk tindak pidana khamar sendiri, KUHP Indonesia hanya

melarang penjualan khamar dalam kondisi-kondisi tertentu, seperti menjual

minuman keras pada anak-anak (pasal 538), menjual minuman keras kepada

angkatan bersenjata (pasal 537) dan lainnya, tetapi tidak melarang konsumsi

minuman keras. Terkait juga dengan tindak pidana khamar, ada perbedaan jenis

tindak pidana yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Mayoritas laki-laki

dipidana karena meminum minuman keras, sementara dua orang perempuan

yang dipidana dinyatakan bersalah melakukan transaksi jual-beli alkohol.

Page 13: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

10 | LBH MASYARAKAT

Sementara itu, untuk

perbuatan-perbuatan yang

melibatkan pasangan hetero-

seksual, jumlah terpidana

perempuan dan laki-laki

cenderung sama. Contoh

pidana ini adalah ikhtilath,

khalwat, dan zina. Untuk

pelarangan terhadap khalwat

dan ikhtilat sendiri perlu dicari

tahu apakah penegakan

hukum cambuk tidak lebih

merugikan dibandingkan

pelanggaran itu sendiri.

Masyarakat setempat sering

main hakim sendiri dengan

melakukan penangkapan dan

menghukum pelaku khalwat

dengan hukum adat yang

tidak proporsional untuk

tindakan para pelakunya.xxiv

Pelaksanaan hukuman

cambuk juga membawa

kerugian terhadap privasi

seseorang; ketika pemerintah

bisa melakukan hal-hal yang

lebih esensial, mereka malah

mengatur hal-hal yang

bersifat privat seperti

hubungan antar dua orang.

Keberadaan otonomi daerah

di Aceh menyebabkan adanya

dualisme penegakan hukum

pidana, antara Qanun Jinayat

dan KUHP. Kedua perangkat hukum ini memiliki tujuan penghukuman yang

berbeda. Sementara Qanun Jinayat menekankan pada efek penjeraan dan

pembalasan, wacana penghukuman yang dibangun oleh sistem

DEFINISI Khalwat perbuatan berada pada tempat tertutup atau tersembunyi antara 2 (dua) orang yang berlainan jenis kelamin yang bukan Mahram dan tanpa ikatan perkawinan dengan kerelaan kedua belah pihak yang mengarah pada perbuatan Zina. Ikhtilat perbuatan bermesraan seperti bercumbu, bersentuh-sentuhan, berpelukan dan berciuman antara laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri dengan kerelaan kedua belah pihak, baik pada tempat tertutup atau terbuka. Maisir perbuatan yang mengandung unsur taruhan dan/atau unsur untung-untungan yang dilakukan antara 2 (dua) pihak atau lebih, disertai kesepakatan bahwa pihak yang menang akan mendapat bayaran/keuntungan tertentu dari pihak yang kalah baik secara langsung atau tidak langsung. Zina persetubuhan antara seorang laki-laki atau lebih dengan seorang perempuan atau lebih tanpa ikatan perkawinan dengan kerelaan kedua belah pihak.

Page 14: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

HUKUMAN CAMBUK DALAM BILANGAN DAN KEPELIKAN | 11

pemasyarakatan adalah rehabilitasi dan reintegrasi para ‘penyimpang’ sehingga

mereka bisa berfungsi lagi secara baik di masyarakat.xxv Tujuan penghukuman

yang berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda pula.

Rata-Rata Cambuk yang Didapatkan

Terkait dengan rata-rata hukuman cambuk yang dikenakan kepada pelaku

jarimah, data yang kami gunakan hanyalah data eksekusi cambuk terhadap 182

orang. Hal ini dikarenakan data sisanya tidak menyebutkan secara jelas jumlah

cambukan yang dilayangkan terhadap terpidana. Dalam perhitungan ini kami

juga tidak memasukkan tindak pidana yang dalam data kami hanya tercatat 1

orang pelaku yang dijatuhi tindak pidana tersebut, seperti percabulan dan

perzinahan anak. Hal ini dikarenakan data tersebut tidak cukup untuk

merepresentasikan jumlah rata-rata cambukan yang diterima pelaku. Berikut

adalah diagram gambarnya:

RATA-RATA CAMBUKAN YANG DITERIMA UNTUK SETIAP PELANGGARAN

IKTHILAT (15 Kali)

KHALWAT (7 Kali u/ Perempuan & 8 Kali u/ Laki-Laki)

KHAMAR (35 Kali)

MAISIR (7 Kali u/ Perempuan & 8 Kali u/ Laki-laki)

PERZINAAN

(93 Kali)

PEMERKOSAAN

(113 Kali)

PEMERKOSAAN ANAK

(118 Kali)

N = 182 orang

Page 15: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

12 | LBH MASYARAKAT

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa hukuman cambuk paling banyak

diberikan kepada pelaku pemerkosaan anak, yakni berjumlah 118 cambukan,

kemudian diikuti oleh pemerkosaan orang dewasa, yakni berjumlah 113 kali.

Hukuman cambuk bagi perzinaan juga tinggi yakni sebanyak 93 kali.

Selanjutnya dilanjutkan dengan pelanggaran khamar dengan jumlah cambukan

rata-rata sebanyak 35 kali.

Dalam beberapa tindak pidana, terdapat jumlah rata-rata hukuman cambuk

yang berbeda antara laki-laki dan perempuang. Dalam tindak pidana khalwat,

laki-laki mendapatkan cambukan 3 kali lebih banyak dari perempuan.

Sedangkan untuk tindak pidana maisir atau perjudian, laki-laki umumnya

mendapatkan cambukan 1 kali lebih banyak dibanding perempuan.

Dari data di atas terlihat bahwa pelaku khalwat dan zina seringkali diberikan

hukuman maksimal. Hukuman maksimal untuk khalwat adalah 10 kali

cambukan, sama dengan jumlah rata-rata cambukan yang diterima oleh pelaku

laki-laki. Hukuman maksimal zina adalah 100 kali, dan pelaku zina rata-rata

mendapatkan 93 kali cambukan.

Ketika korban tindak pidana adalah anak, ada pemberatan dalam hukuman

cambuk. Perzinaan anak diancam maksimum 100 kali, tetapi terdapat kasus

orang yang berzina dengan anak yang dicambuk 143 kali. Jumlah cambuk yang

melebihi aturan maksimal juga diterapkan pada seorang pelaku pelecehan

seksual terhadap anak di mana ia dicambuk 100 kali padahal batas maksimalnya

adalah 90 kali. Hal ini pada dasarnya adalah pelanggaran terhadap hukum

Qanun itu sendiri.

Banyaknya hukuman cambuk yang diberikan sangat berdampak pada

kesehatan terpidana. Ketika hukuman yang diberikan berjumlah ratusan,

biasanya terpidana akan roboh dan terpaksa hukuman harus dilanjutkan pada

kesempatan berikutnya. Bukan cuma terpidana yang tidak kuat, algojo pun

harus bergantian mengeksekusi apabila jumlah hukumannya banyak. Melihat

dari begitu ekstremnya jumlah hukuman cambuk bisa diterapkan jelas bahwa

hukuman ini sudah masuk ke dalam penyiksaan dan hukuman yang tidak

manusiawi serta merendahkan martabat manusia.xxvi

Tempat dan Waktu

Selanjutnya, kami pun telah melakukan pendataan perihal jumlah orang yang

menghadapi eksekusi cambuk di Aceh, yang terbagi atas beberapa wilayah

Page 16: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

HUKUMAN CAMBUK DALAM BILANGAN DAN KEPELIKAN | 13

Kabupaten/Kota tempat dimana ekskusi cambuk dilaksanakan. Diagram di

bawah ini disajikan untuk melihat mana saja wilayah Kabupaten/Kota di Aceh

yang menjadi tempat dilaksanakannya eksekusi cambuk terhadap para

terpidana Qanun Jinayat.

Data-data dari ragam berita online yang kami peroleh ini tentunya tidak

menutup kemungkinan atas telah dilaksanakannya hukuman cambuk di

wilayah-wilayah kabupaten/kota lainnya, seperti Kota Lhokseumawe, Kota

Sabang, dan Kabupaten Aceh Singkil. Namun dikarenakan tidak kami peroleh

sumber yang jelas/akurat, maka tidak dapat kami masukkan menjadi bagian

dalam laporan ini.

Kami juga melakukan pengelompokan data pelaksanaan hukuman cambuk per

bulan sepanjang tahun 2016. Mengingat bahwa kebijakan pemberitaan sangat

bergantung pada kebijakan redaksi, belum tentu fluktuasi pencambukan ini

sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Bisa saja sebuah redaksi memang

sedang tidak mengangkat topik pencambukan pada bulan itu. Akan tetapi

setidaknya diagram ini bisa menjadi gambaran awal bagaimana eksekusi

cambuk bisa dilaksanakan sangat fluktuatif.

Page 17: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

14 | LBH MASYARAKAT

Poin menarik dari kedua data ini adalah, dari segi jumlah eksekusi, tidak

terlihatnya bukti efektifitas hukuman cambuk dalam memberikan efek jera bagi

masyarakat. Sekalipun hukuman cambuk sudah ditempatkan di lokasi di mana

orang-orang bisa menonton dan mempermalukan sang terpidana, efektivitas

pelaksanaan hukuman cambuk dalam memberikan efek jera harus

selaludipertanyakan.

Page 18: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

HUKUMAN CAMBUK DALAM BILANGAN DAN KEPELIKAN | 15

PENUTUP

Hasil data di bagian sebelumnya mungkin hanya bisa merefleksikan serpihan

kecil dari realitas hukum cambuk di Aceh. Hukuman cambuk bukanlah sesuatu

yang oriental atau mistis, tetapi sudah menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari

warga Aceh. Berdasarkan data ini, ada beberapa poin yang bisa didapatkan:

Pelaksanaan hukuman cambuk di Aceh dilakukan secara masif dengan

paling tidak 332 orang menjadi korbannya.

Ada kasus di mana komunitas LGBT dirazia dan diancam mendapatkan

hukuman cambuk. Ancaman ini tidak sesuai dengan aturan di Qanun

Jinayat itu sendiri yang tidak mengatur mengenai ekspresi jender.

Perbuatan yang paling sering diberikan hukum cambuk adalah Maisir

atau perjudian, kemudian dilanjutkan dengan Khalwat (dua orang

berlainan jenis tanpa ikatan perkawinan yang berada di tempat tertutup

dengan kerelaan kedua belah pihak yang mengarah ke zina). Sisanya

bervariasi.

Pelaku laki-laki perbuatan khalwat rata-rata dihukum dengan human

maksimal, yaitu 10 kali cambukan. Begitu pula dengan pelaku

perbuatan zina yang dihukum cambuk rata-rata sebanyak 93 kali dari

ancaman maksimal 100 kali.

Masih tingginya jumlah orang yang diberikan hukuman cambuk

menunjukkan bahwa efektivitas hukuman cambuk dalam memberikan

efek jera patut dipertanyakan karena tidak terlihat menunjukkan

hasilnya.

Pada prinsipnya, hukuman cambuk adalah pelanggaran Hak Asasi Manusia. Ia

adalah bentuk hukuman yang tidak manusiawi dan patut untuk ditinggalkan.

Konvensi Hak Sipil dan Politik yang telah diratifikasi Indonesia menyatakan

bahwa tidak seorang pun dapat dikenakan penyiksaan atau perlakuan hukum

lain yang keji, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat manusia.xxvii

Hukuman yang dimaksud oleh pasal ini termasuk hukuman korporal yang

dijatuhkan sebagai pidana bagi sebuah kejahatan.xxviii Negara harus mencegah

agar hukuman yang kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat

manusia tidak dilakukan oleh seorang pejabat negara di yuridiksinya.xxix

Memasuki tahun ketiga pelaksanaannya, pelanggaran HAM dalam hukum

cambuk seakan dianggap sebagai pengorbanan yang harus dilakukan agar

Page 19: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

16 | LBH MASYARAKAT

keamanan dan ketertiban terjaga. Akan tetapi melihat dari temuan data di mana

cambuk akhirnya juga digunakan untuk mengancam identitas gender dan

ketertarikan seksual yang berbeda, diberikan dengan melanggar hak privasi

seseorang, dilakukan melampaui batas maksimal (perzinaan anak dan

pelecehan anak), dan tidak jelas efektivitasnya, kita harus bertanya sampai

kapan pengorbanan ini harus dilakukan. Apabila nantinya ditemukan bahwa

hukuman cambuk tidak membawa maslahat, kita mungkin baru akan insaf

bahwa hukuman korporal tidak bisa dibenarkan dalam situasi apapun.

END NOTES i Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Ps. 18 ayat (2). ii Indonesia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Ps. 1 angka 6. iiiIbid., Ps. 12 angka 1. iv Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, UU No. 11 Tahun 2006, Ps. 125. vJarimah yang diatur dalam Qanun Jinayat ini yakni: a) Khamar(minuman memabukkan); b) Maisir (perjudian); c) Khalwat (perbuatan mesum); d) Ikhtilath (bermesraan bukan suami istri); e) Zina (persetubuhan tanpa ikatan perkawinan); f) Pelecehan seksual; g) Pemerkosaan; h) Qadzaf (menuduh seseorang melakukan zina); i) Liwath (persetubuhan sesama jenis, yakni laki-laki dengan laki-laki); dan j) Musahaqah (persetubuhan sesama jenis, yakni perempuan dengan perempuan. vi United Nations, Human Rights Council, Report of the Special Rapporteur on torture and other cruel, inhuman or degrading treatment or punishment, Manfred Nowak, A/HRC/13/39/Add.6, (26 Februari 2010), paragraf 34, tersedia di http://www2.ohchr.org/english/bodies/hrcouncil/docs/13session/A.HRC.13.39.Add%206_EFS.pdf vii Isyana Artharini, “Hukuman Cambuk atas Non-Muslim di Aceh, dapat Menjadi Preseden dan Meluas,” BBC Indonesia, http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/04/160414_indonesia_cambuk_aceh (diakses pada 24 Januari 2017). viii ICJR, “Setahun Qanun Jinayat: Penggunaan Hukuman Cambuk yang Semakin Eksesif di Aceh,” http://icjr.or.id/setahun-qanun-jinayat-penggunaan-hukuman-cambuk-yang-semakin-eksesif-di-aceh/ (diakses pada 24 Januari 2017). ixRobert Philip Weber, Basic Content Analysis: Second Edition, (London: Sage Publication, 1990), hal. 21 – 24. xIbid., hal. 9. xiYang dimaksud berita online di kegiatan ini adalah reportase jurnalistik terhadap suatu peristiwa yang dipublikasi oleh sebuah situs berita online. xii Menurut Qanun No. 7 Tahun 2013 Tentang Hukum Acara Jinayat, Wilayatul Hisbah adalah bagian dari Satuan Polisi Pamong Praja yang berfungsi melakukan sosialisasi, pengawasan, penegakan, dan pembinaan pelaksanaan Syariat Islam.

Page 20: Albert Wirya, Diny Arista Risandy | Maret 2017 · agar dapat mengetahui lebih jauh tentang praktek pelanggaran HAM melalui pelaksanaan hukuman cambuk dalam ... menjadi dua, yakni

HUKUMAN CAMBUK DALAM BILANGAN DAN KEPELIKAN | 17

xiii “LGBT di Daerah ini Terancam Hukuman Cambuk 30 Kali,” Pos Kupang, http://kupang.tribunnews.com/2016/03/15/lgbt-di-daerah-ini-terancam-hukuman-cambuk-30-kali (diakses pada 9 Februari 2017). xiv Indonesia, Qanun Aceh No. 11 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syariat Islam Bidang Aqidah, Ibadah Dan Syi’ar Islam, Ps. 3 angka 1. xv Ta’zir adalah hukuman yang dijatuhkan oleh hakim yang bentuknya bersifat pilihan dan besarannya dalam batas tertinggi atau terendah. xvi Indonesia, Qanun Aceh No. 11 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syariat Islam Bidang Aqidah, Ibadah Dan Syi’ar Islam, Ps. 23. xvii Human Rights Watch, Policing Morality: Abuses in the Application of Sharia in Aceh, Indonesia, (New York: Human Rights Watch, 2010), hal. 55-56. xviii United Nations, Human Rights Council, “Report of the Special Rapporteur on torture and other cruel, inhuman or degrading treatment or punishment”, A/HRC/31/57, (5 Januari 2016), Paragraf. 14, tersedia di https://documents-dds-ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/G16/000/97/PDF/G1600097.pdf?OpenElement xixIbid., Paragraf 15. xx Indonesia, Qanun Aceh Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Hukum Acara Jinayat, Ps. 259 ayat (2). xxiIbid., Ps. 266. xxii Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Kode Etik Kedokteran Indonesia, disahkan oleh Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia No. 111/PB/A.4/02/2013 Tentang Penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia, tersedia di http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf xxiii Konsil Kedokteran Indonesia, Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No. 4 Tahun 2011 Tentang Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi, Ps. 3 ayat (2) xxiv United Nations, Human Rights Council, “Report of the Special Rapporteur on torture and other cruel, inhuman or degrading treatment or punishment”, A/HRC/31/57, (5 Januari 2016), tersedia di https://documents-dds-ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/G16/000/97/PDF/G1600097.pdf?OpenElement xxv Iqrak Sulhin, “Filsafat Pemasyarakatan dan Paradoks Pemenjaraan di Indonesia”, Dipresentasikan dalam Konferensi Internasional Ke-3 Filsafat Nusantara, Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, 10-11 November 2015. xxvi General Assembly, Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment, 10 December 1984, United Nations, Treaty Series, vol. 1465, p. 85, tersedia di:http://www.refworld.org/docid/3ae6b3a94.html xxviiGeneral Assembly resolution 2200A(XXI), International Convention on Civil and Political Rights, (16 Desember 1966), tersedia dihttp://www.ohchr.org/Documents/ProfessionalInterest/ccpr.pdf, ps. 7. xxviii Human Rights Committee, OHCHR, CCPR General Comment No. 20: Article 7 (Prohibition of Torture, or Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment), (10 March 1992), tersedia di http://www.refworld.org/docid/453883fb0.html, paragraf 5. xxix General Assembly resolution 39/46, Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment, (10 Desember 1984), tersedia di http://www.ohchr.org/Documents/ProfessionalInterest/cat.pdf, ps. 16