alat ukur debit thomson
TRANSCRIPT
BAB V
PERCOBAAN MENGGUNAKAN
PELUAP SEGITIGA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada saluran irigasi selain digunakan bendung, ambang lebar yang
berfungsi sebagai alat ukur debit, namun selain alat ukur debit tersebut
diatas, segitiga Thompson pun dapat berfungsi sebagai alat ukur debit yang
aplikasinya banyak digunakan dibanyak saluran irigasi.
2. Maksud dan Tujuan
a. Menghitung debit dan koefisien debit.
b. Mengetahui bentuk puncak peluap segitiga dari hasil perhitungan.
B. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Multi purpose teaching flume
2. Point Gauge
3. Model alat ukur segitiga
4. Mistar ukur
5. Alat ukur debit ( ember, stop watch, gelas ukur )
C. DASAR TEORI
Adapun definisi peluap bisa dilihat pada percobaan alat ukur debit
dengan ambang tajam, namun pada percobaan ini yang digunakan adalah
alat ukur debit segitiga.
Berdasarkan pada bentuk puncak peluap biasa berupa ambang tipis
maupun lebar. Peluap biasa disebut ambang tipis bila tebal peluap t < 0,5 H
dan disebut ambang lebar. Apabila 0,5 H < t < 0,66 H keadaan aliran adalah
55
h
αb
HH
P
H0
Total head line
56
Kelompok 13 Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 2010
tidak stabil dimana dapat terjadi kondisi aliran air melalui peluap ambang
tipis atau ambang lebar.
Gambar dibawah ini menunjukkan peluap segitiga, dimana air
mengalir di atas peluap tersebut, tinggi peluapan adalah H dan sudut peluap
segitiga adalah . Dari gambar tersebut lebar muka air adalah :
B
Gambar 5.1 Aliran di atas Peluap Segitiga
B = 2 H Tg /2
Dengan menggunakan persamaan deferensial dan integrasi didapat
suatu rumus persamaan untuk mencari nilai debit pada alat ukur peluap
segitiga, adapun persamaan tersebut adalah :
Q = 8/15 Cd Tg
α2
√2 gH5/2
Apabila sudut = 90°, Cd = 0,6 dan percepatan grafitasi = 9,81 m²/d
maka ,debitnya : Q = 1,417 H5/2
57
Kelompok 13 Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 2010
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Memasang alat ukur debit model segitiga pada model saluran terbuka.
2. Mengalirkan air pada mode saluran terbuka.
3. Menghitung V dan t.
4. Mengamati pengaliran yang terjadi.
5. Mencatat harga H yang terjadi.
6. Menghitung debit yang terjadi dengan menggunakan formula (5.1).
7. Mengulangi percobaan diatas dengan debit yang lain.
E. ANALISIS PERHITUNGAN
a. Kondisi pada bukaan I
P = 0,099 m
B = 0,098 m
α = 90
Tabel 1.1 Kondisi Bukaan I Menggunakan Blok Segitiga
V (m3) H (m) t (dtk) Q (m3/dtk)
Cd
0.0005 0.32 1.19 0.00042 0.97050.00075 0.32 1.19 0.00063 1.455
0.00084 0.32 1.18 0.000711
1.643
∑=3.56 0.001761
Sumber : Hasil pengujian dan perhitungan
-Menghitung debit (Q)
Rumus : Q =
Q1 =
= 0.00042 m3
/dtk
Q2 =
= 0.00063 m3
/dtk
Q3 =
Vt
58
Kelompok 13 Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 2010
= 0.000711 m3
/dtk
-Menghitung Debit Rata-rata (Q )
Rumus : Q =
Q1+Q2+Q3
3
=
= 0.000587 m3
/dtk
-Menghitung Cd
Rumus : Cd =
15 Q
8 Tg902
H52 √2 g
Cd1 = 0.003069
Cd2 = 0.004604
Cd3 = 0.005196
-Menghitung Cd rata-rata
Rumus: Cd =
Cd1+Cd2+Cd3
3
= 0.003069+0.004604+0.005196
3= 0.00429
b. Pada kondisi bukaan II
P = 0,099 m
B = 0,098 m
α = 90o
Tabel 1.2 Kondisi Bukaan II Menggunakan Blok Segitiga
V (m3) H (m) t (dtk)Q (
m3/dtk)Cd
59
Kelompok 13 Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 2010
0.00154 0.41 1.13 0.00136 0.005340.00147 0.41 1.03 0.00142 0.00550.00173 0.41 1.09 0.00158 0.00621
∑=3.25 0.00436 Sumber : Hasil pengujian dan perhitungan
-Menghitung debit (Q)
Rumus : Q =
Vt
Q1 =
= 0,00136 m3
/dtk
Q2 =
= 0,00142 m3
/dtk
Q3 =
= 0.00158 m3
/dtk
-Menghitung Debit Rata-rata (Q )
Rumus : Q =
Q1+Q2+Q3
3
= 0.00136+0.00142+0.00158
3
=0.00145 m3
/dtk
-Menghitung Cd
Rumus : Cd =
15 Q
8 Tg902
H52 √2 g
Cd1 = 0.00534
Cd2 = 0.0055
60
Kelompok 13 Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 2010
Cd3 = 0.00621
-Menghitung Cd rata-rata
Rumus: Cd =
Cd1+Cd2+Cd3
3
=
= 0.00568
c. Kondisi pada bukaan III
P = 0,099 m
B = 0,098 m
α = 90o
Tabel 1.3 Kondisi Bukaan III Menggunakan Blok Segitiga
V (m3) H (m) t (dtk)Q (
m3/dtk)Cd
0.00276 0.55 1.06 0.0026 0.00490.00256 0.55 1.03 0.00248 0.004670.00265 0.55 1.03 0.00257 0.00484
∑=3.12 0.00765Sumber : Hasil pengujian dan perhitungan
-Menghitung debit (Q)
Rumus : Q =
Vt
Q1 =
= 0.0026 m3
/dtk
Q2 =
= 0.00248m3
/dtk
Q3 =
= 0,00257 m3
/dtk
61
Kelompok 13 Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 2010
-Menghitung Debit Rata-rata (Q )
Rumus : Q =
Q1+Q2+Q3
3
=
= 0.00255 m3
/dtk
-Menghitung Cd
Rumus : Cd =
15 Q
8 Tg902
H52 √2 g
Cd1 = 0.0049
Cd2 =0.00467
Cd3 =0.00484
-Menghitung Cd rata-rata
Rumus: Cd =
Cd1+Cd2+Cd3
3
=
= 0.0048
Gambar profil aliran peluap segitiga
Q
Gambar tampak samping aliran
segitigaa
62
Kelompok 13 Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 2010
F. GRAFIK
Tabel 2.1 Jumlah bukaan rata-rata pada tiap kondisi
Bukaan Cdrata H Q
I 0.00429 0.32 0.000587
II 0.00568 0.41 0.00145
III 0.0048 0.55 0.00255
Sumber : hasil praktikum mekanika fluida dan hidraulika 2010
0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.60
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.00429
0.00568000000000001
0.0048f(x) = 0.00147890818858559 x + 0.00429233250620349R² = 0.0594235340387639
Hubungan H terhadap Cd
CdLinear (Cd)
H (m)
Cd
63
Kelompok 13 Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 2010
0.004 0.0045 0.005 0.0055 0.0060
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
0.003
0.000587000000000002
0.00145
0.00255
f(x) = 0.415526191599802 x − 0.00051677394997636R² = 0.0881899046450125
Hubungan Cd terhadap Q
QLinear (Q)
H (m)
Q (
m3/d
e-tik
)
G. PEMBAHASAN
Berdasarkan bentuk puncaknya peluap bisa berupa ambang tipis dan
ambang lebar .
Peluap bisa disebut ambang tipis apabila tebal peluap t < 0,5 H dan
disebut ambang lebar bila t > 0,66 H.
Dari hasil grafik regresi dapat dilihat :
a. Hubungan antara H dan Cd adalah berbanding lurus karena semakin besar
nilai H maka nilai Cd juga semakin besar. Nilai koefisien determinasi (R2)
adalah 0.059, artinya nilai H berpengaruh terhadap nilai Cd.
b. Hubungan antara Cd dan Q adalah berbanding lurus karena semakin besar
nilai Cd maka nilai Q juga semakin besar. Nilai koefisien determinasi (R2)
mendekati 0.088, artinya nilai koefisien debit berprngaruh terhaap debit.
H. KESIMPULAN
Peluap segi tiga Thomson berfungsi sebagai alat ukur debit yang
aplikasinya banyak digunakan pada saluran irigasi.
Dari perhitungan data di atas di dapat nilai – nilai :
Debit rata-rata : Bukaan I = 0.000587m3
/dtk
64
Kelompok 13 Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 2010
Bukaan II = 0.00145m3
/dtk
Bukaan III =0.00255m3
/dtk
Koefisien debit (Cd rata-rata) :
Bukaan I = 0.00429
Bukaan II = 0.00568
Bukaan III = 0.0048
Bentuk puncak peluap dapat dilihat dengan hitungan sebagai berikut :
Diketahui tebal peluap = ± 4 mm/ 0.004m.
t = 0,5 * Hrata t = 0,66 * Hrata
= 0,5 * 0.427 = 0,66*0.427
= 0.2135 m =0.2818 m
Ambang tipis bila, t < 0.2135 dan,
Ambang lebar bila, 0.2135 < t < 0.2818
Karena t=0.004 m kurang dari 0.2135 m maka dapat disimpulkan
bahwa bentuk puncak peluap segitiga ini adalah berupa ambang tipis.