alat pengukur lingkungan

26
Dalam pemantauan lingkungan kerja terhadap faktor- faktor bahaya, baik faktor fisik, kimia, biologis, fisiologis, ergonomis dan mental-psikologis yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja (PAK), diperlukan instrumentasi atau alat ukur untuk menetukan nilai atau kadar dari faktor bahaya tersebut. Dengan didapatkannya nilai atau kadar dari pengukuran yang dilakukan dengan instrumentasi di dalam lingkungan kerja dapat dibandingkan dengan NAB atau standar yang berlaku. Sehingga dapat dilakukan perbaikan dalam lingkungan kerja jika hasil dari pengukuran melebihi NAB atau standar yang berlaku. Oleh karena itu instrumentasi sangat penting untuk menunjang keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja sehingga produktivitas pekerja dapat meningkat. Di bawah ini beberapa instrumentasi yang digunakan untuk pemantauan faktor bahaya di lingkungan kerja, seperti Sound Level Meter, Lux Meter, alat pengukur ISBB, alat pengukur debu (HVS dan LVS) serta instrumentasi yang digunakan untuk mengukur kelelahan umum dan tingkat pendengaran. 1. Alat Pengukur Intensitas Kebisingan 1

Upload: mujayanah

Post on 20-Feb-2016

475 views

Category:

Documents


40 download

DESCRIPTION

kimia

TRANSCRIPT

Dalam pemantauan lingkungan kerja terhadap faktor-faktor bahaya, baik

faktor fisik, kimia, biologis, fisiologis, ergonomis dan mental-psikologis yang

dapat menyebabkan penyakit akibat kerja (PAK), diperlukan instrumentasi atau

alat ukur untuk menetukan nilai atau kadar dari faktor bahaya tersebut. Dengan

didapatkannya nilai atau kadar dari pengukuran yang dilakukan dengan

instrumentasi di dalam lingkungan kerja dapat dibandingkan dengan NAB atau

standar yang berlaku. Sehingga dapat dilakukan perbaikan dalam lingkungan kerja

jika hasil dari pengukuran melebihi NAB atau standar yang berlaku. Oleh karena

itu instrumentasi sangat penting untuk menunjang keselamatan dan kesehatan

kerja bagi pekerja sehingga produktivitas pekerja dapat meningkat.

Di bawah ini beberapa instrumentasi yang digunakan untuk pemantauan

faktor bahaya di lingkungan kerja, seperti Sound Level Meter, Lux Meter, alat

pengukur ISBB, alat pengukur debu (HVS dan LVS) serta instrumentasi yang

digunakan untuk mengukur kelelahan umum dan tingkat pendengaran.

1. Alat Pengukur Intensitas Kebisingan

Gambar. Sound Level Meter

Sound Level Meter adalah suatu alat yang digunakan untuk pengukuran suatu

intensitas suara.

1

Fungsi  

Sound Level Meter digunakan untuk untuk mengukur kebisingan antara 30-130

dB dalam satuan dBA dari frekuensi antara 20-20.000Hz.

Aplikasi

Aplikasi Sound Level Meter biasanya dipakai dipabrik, untuk menganalisi

kebisingan peralatan dipabrik tersebut misalnya pada pabrik pupuk, alat yang

berpotensi menimbulkan kebisingan seperti turbin, compressor, condenser, pompa

drum dan lain-lain.

Bagian-bagian Sound Level Meter

Sound Level Meter ini terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik

termasuk attenuator, 3 jaringan perespon frekuensi, skala indikator dan amplifier.

Tiga jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar Sound Level Meter, yang

bertujuan untuk memberikan pendekatan yang terbaik dalam pengukuran tingkat

kebisingan total. Respon manusia terhadap suara bermacam macam sesuai dengan

frekuensi dan intensitasnya. Sound Level Meter ini memiliki sebuah panel LCD,

yang merupakan perangkat yang berdiri sendiri dan digunakan untuk pembacaan

pada alat ini.

Prinsip kerja Sound Level Meter

Bekerja didasarkan pada getaran yang terjadi. Apabila ada sebuah objek atau

benda yang bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan

udara yang akan ditangkap oleh sistem peralatan, kemudian selanjutnya jarum

analog akan menunjukkan angka jumlah tingkat kebisingan yang dinyatakan

dengan nilai dB.

Pada umumnya SLM diarahkan ke sumber suara, setinggi telinga, agar dapat

menangkap kebisingan yang tercipta. Untuk keperluan mengukur kebisingan di

suatu ruangan kerja, pencatatan dilaksanakan satu shift kerja penuh dengan

beberapa kali pencatatan dari SLM.

Cara penggunaan Sound Level Meter

Sound Level Meter termasuk alat elektronik, sehingga pertama kali nyalakan alat

ini terlebih dahulu. Sebelum menggunakan alat ini, perlu dilakukan pengecekan

kalibrasi alat ini untuk memastikan akurasi alat ini dalam pengukuran nanti.

2

Kalibrasi yang ideal adalah 90% ke atas. Kalibrasikan alat dengan 114 dB (A)

menggunakan alat kalibrasi yang dimasukkan ke microphone. Tahap selanjutnya

menentukan range dan satuan yang akan digunakan. Pada umumnya, digunakan

satuan dB (decibel). Setelah itu, pasang wind screen pada microphone agar suara

angin tidak ikut masuk dalam Sound Level Meter dan mencegah debu bila

mengukur di tempat kerja yang terdapat debu-debu kimia korosif agar tidak

merusak microphone. Arahkan microphone ke arah sumber suara yang akan

diukur. Selanjutnya amati angka yang tertera pada layar Sound Level Meter.

2. Alat Pengukur Intensitas Penerangan

Gambar. Lux Meter

Lux Meter adalah alat untuk mengukur tingkat pencahayaan ruangan. Dengan alat

ini, kita dapat mencegah pemborosan ketika akan memilih lampu. Dengan alat ini

pula kita memiliki alasan yang tepat untuk mengganti lampu yang terlalu terang

atau terlalu redup.

Fungsi

Untuk mengetahui intensitas cahaya yang ada di suatu tempat, baik pada ruang

terbuka maupun ruang tertutup.

Aplikasi

Dalam aplikasi penggunaannya dilapangan alat ini lebih sering digunakan pada

bidang arsitektur, industri, dan lain-lain. Prisip kerja alat ini pun banyak

3

digunakan pada alat yang biasa digunakan pada fotografi, sebagai contoh pada

alat available light, reflected lightmeter, dan incident lightmeter. Selain itu

didalam penelitian-penelitian mengenai tingkat keanekaragaman dan lain- lain

yang senantiasa diperlukan data mengenai tingkat pencahayaan alat ini pun dapat

digunakan.

Bagian-bagian Lux Meter

Lux Meter ini terdiri atas Layar panel yang berfungsi untuk menampilkan hasil

pengukuran; Tombol Off/On yang berfungsi sebagai tombol untuk menyalakan

atau mematikan alat; Tombol Range yang berfungsi sebagai tombol kisaran

ukuran; Zero Adjust VR yang berfungsi sebagai pengkalibrasi alat (bila terjadi

error) serta Sensor cahaya yang berfungsi sebagai alat untuk

mengkoreksi/mengukur cahaya.

Prinsip kerja Lux Meter

Luxmeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat penerangan

(tingkat penerangan) pada suatu area atau daerah tertentu. Alat ini didalam

memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan format digital. Alat ini terdiri

dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel. Sensor tersebut

diletakan pada sumber cahaya yang akan diukur intenstasnya. Cahaya akan

menyinari sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus

listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan pun

semakin besar.

Sensor yang digunakan pada alat ini adalah photo diode. Sensor ini termasuk

kedalam jenis sensor cahaya atau optic. Sensor cahaya atau optic adalah sensor

yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun

bias cahaya yang mengenai suatu daerah tertentu. Kemudian dari hasil dari

pengukuran yang dilakukan akan ditampilkan pada layar panel.

Berbagai jenis cahaya yang masuk pada Lux Meter baik itu cahaya alami atapun

buatan akan mendapatkan respon yang berbeda dari sensor. Berbagai warna yang

diukur akan menghasilkan suhu warna yang berbeda,dan panjang gelombang yang

berbeda pula. Oleh karena itu pembacaan yang ditampilkan hasil yang

4

ditampilkan oleh layar panel adalah kombinasi dari efek panjang gelombang yang

ditangkap oleh sensor photo diode.

Pembacaan hasil pada Lux Meter dibaca pada layar panel LCD (liquid crystal

digital) yang format pembacaannya pun memakai format digital. Format digital

sendiri didalam penampilannya menyerupai angka 8 yang terputus-putus. LCD

pun mempunyai karakteristik yaitu Menggunakan molekul asimetrik dalam cairan

organic transparan dan orientasi molekul diatur dengan medan listrik eksternal.

Cara penggunaan Lux Meter

Dalam mengoperasikan atau menjalankan Lux Meter amat sederhana. Tidak

serumit alat ukur lainnya, dalam penggunaannya yang harus benar-benar

diperhatikan adalah alat sensornya, karena sensornyalah yang akan mengukur

kekuatan penerangan suatu cahaya. Oleh karena itu sensor harus ditempatkan pada

daerah yang akan diukur tingkat kekuatan cahayanya (iluminasi) secara tepat agar

hasil yang ditampilkan pun akuarat. Adapun prosedur penggunaan alat ini adalah

sebagai berikut :

1. Geser tombol ”off/on” kearah On.

2. Kemudian lakukan terlebih dahulu kalibrasi untuk memastikan apakah alat ini

masih berfungsi dengan baik atau tidak.

3. Pilih kisaran range yang akan diukur ( 2.000 lux, 20.000 lux atau 50.000 lux)

pada tombol Range.

4. Pegang alat ini setinggi 75 cm dari atas permukaan lantai.

5. Arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada permukaan daerah

yang akan diukur kuat penerangannya.

6. Lihat hasil pengukuran pada layar panel.

5

3. Alat Pengukur Iklim Kerja

Gambar. Quest Temp

6

Gambar. Alat Pengukur ISBB

Fungsi :

Untuk mengetahui temperature, humidity, suhu basah, kering dan global WBGT/

ISBB ( Indeks Suhu Bola Basah) di lingkungan kerja.

Aplikasi

Alat ini biasa diaplikasikan untuk manajemen Heat Stress bagi pekerja,

pengawasan untuk kualitas udara dalam ruangan ( IAQ), pemantauan Thermal

Comfort, analisa resiko dari pekerjaan atau aktivitas pekerja dilapangan,

pengontrolan Heat Stress di ruang produksi, oil & gas, mining, industri,

HIPERKES, laboratorium K3 dan lingkungan serta universitas / perguruan tinggi.

Bagian-bagian dari alat pengukur ISBB

Alat pengukur ISBB terdiri dari termometer suhu kering, Arsmann psychrometer

untuk mengukur suhu basah, termometer bola untuk mengukur suhu radiasi,

termometer kata untuk mengukur kecepatan udara, erlenmeyer 125 ml diisi air

suling, kain kasa dan bola tembaga.

Prinsip kerja alat pengukur ISBB

Alat diletakkan pada titik pengukuran sesuai dengan waktu yang ditentukan, suhu

basah alami, suhu kering dan suhu bola dibaca pada alat ukur, dan indeks suhu

basah dan bola diperhitungkan dengan rumus.

Cara penggunaan alat pengukur ISBB

Alat-alat yang dipakai harus telah dikalibrasi oleh laboratorium yang terakreditasi

untuk melakukan kalibrasi, minimal 1 tahun sekali. Alat-alat yang digunakan

terdiri dari:

Termometer suhu basah alami yang mempunyai kisaran –5ºC sampai dengan

50ºC dan bergraduasi maksimal 0,5ºC.

Termometer suhu kering yang mempunyai kisaran –5ºC sampai dengan 50ºC

dan bergraduasi maksimal 0,5ºC.

Termometer suhu bola yang mempunyai kisaran –5ºC sampai dengan 100ºC

dan bergraduasi maksimal 0,5ºC.

Langkah-langkah prosedur kerja adalah sebagai berikut :

7

Rendam kain kasa putih pada termometer suhu basah alami dengan air suling,

jarak antara dasar lambung termometer dan permukaan tempat air 1 inci.

Rangkaikan alat pada statif dan paparkan selama 30 menit - 60 menit.

Rangkaikan termometer suhu kering pada statif dan paparkan selama 30

menit - 60 menit.

Pasangkan termometer suhu bola pada bola tembaga warna hitam (diameter

15 cm, kecuali alat yang sudah dirakit dalam satu unit) lambung termometer

tepat pada titik pusat bola tembaga. Rangkaikan alat pada statif dan paparkan

selama 20 menit - 30 menit.

Letakkan alat-alat tersebut di atas pada titik pengukuran dengan lambung

termometer setinggi 1 meter – 1,25 meter dari lantai.

Waktu pengukuran dilakukan 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu pada awal shift

kerja, pertengahan shift kerja dan akhir shift kerja.

Letak titik pengukuran ditentukan pada lokasi tempat tenaga kerja melakukan

pekerjaan.

Perhitungan

Rumus dasar ISBB

Ada 2 (dua) jenis rumus perhitungan ISBB, yaitu:

Rumus untuk pengukuran dengan memperhitungkan radiasi sinar matahari,

yaitu tempat kerja yang terkena radiasi sinar matahari secara langsung:

ISBB = 0,7 SBA + 0,2 SB + 0,1 SK

Rumus untuk pengukuran tempat kerja tanpa pengaruh radiasi sinar matahari:

ISBB = 0,7 SBA + 0,3 SB

8

4. Alat Pengukur Kelelahan Umum

Gambar. Reaction Timer

Reaction Timer adalah alat yang digunakan dalam pengukuran kelelahan.

Fungsi

Suatu alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan reaksi yang diberikan oleh

tenaga kerja terhadap rangsangan yang diberikan.

Bagian-bagian dari Reaction Timer

1. Pada tenaga kerja atau probandus terdapat sebuah saklar untuk menghentikan

rangsangan yang diberikan.

2. Terdapat rangsangan berupa cahaya dari sebuah bola lampu kecil yang

diletakan di hadapan tenaga kerja. Rangsangan cahaya dan suara diatur

melalui sambungan kabel ke operator.

3. Pada operator terdapat suatu alat yang memiliki kemampuan :

a. Tombol on-off berfungsi untuk menghidupkan dan mematika alat

b. Saklar untuk mengatur saat pemberian rangsangan.

c. Tombol reset untuk mengatur angka menjadi nol

9

d. Tombol pemilihan rangsangan. Kanan untuk rangsangan cahaya dan kiri

untuk rangsangan bunyi.

Prinsip kerja Reaction Timer

Reaction timer adalah suatu alat yang digunkan untuk mengukur kecepatan reaksi

yang diberikan oleh tenaga kerja terhadap rangsangan yang diberikan. Bentuk

rangsangan yang diberikan berupa rangsangan cahaya dan rangsangan bunyi.

Kelemahan dari metode ini adalah penempatan bola lampu atau rangsangan

cahaya serta frekwensi dan intensitas rangsangan bunyi yang diberikan mungkin

tidak sesuai dengan intensitas dan frekwensi yang mungkin masih dapat didengar

oleh tenaga kerja. Serta ada periode dimana tenaga kerja belum begitu mengenal

cara penggunaan alat dan pada akhir pemeriksaan ada kesiagaan yang

berlebihan dari tenaga kerja sehingga akan mempengaruhi kecepatanya bereaksi

terhadap rangsangan, hal ini dikoreksi dengan mengabaikan hasil pengukuran

pada lima kali pengukuran di awal dan lima pengukuran di akhir.

Cara penggunaan Reaction Timer

1. Hidupkan alat dengan menekan tombol on/off pada on (hidup)

2. Reset angka penampil sehingga menunjukkan angka nol (00.00) dengan

menekan tombol reset.

3. Pilih rangsangan suara atau cahaya yang dikehendaki dengan menekan

tombol suara atau cahaya.

4. Tenaga kerja/probandus yang akan diperiksa diberitahukan untuk menekan

tombol setelah mendengar rangsangan suara atau melihat rangsangan berupa

cahaya dari sumber rangsangan.

5. Setelah tenaga kerja/probandus menekan tombol, pada display langsung

menunjukkan angka waktu reaksi dengan satuan milidetik.

6. Operator mencatat waktu yang ditunjukan oleh display yang merupakan

kecepatan waktu rangsangan di terima oleh tenaga kerja.

7. Setiap tenaga kerja/probandus diukur sebanyak 20 kali pengulangan dengan

jenis rangsangan yang berbeda dan tidak menentu, dari hasil pengukuran

kemudian diambil 10 kali pengukuran yaitu mulai pengukuran keenam

sampai dengan kelima belas, selanjutnya dicari rata-rata waktunya.

10

Cara menilai berdasarkan standar yang telah dibakukan yaitu waktu reaksi :

a. 240 – 410 mS : pekerja mengalami kelelahan ringan.

b. 410 – 580 mS : pekerja mengalami kelelahan sedang.

c. > 580 mS : pekerja mengalami kelelahan berat.

5. Alat Pengukur Intensitas Pendengaran

Gambar. Audiometer

Audiometer adalah alat untuk mengukur tingkat pendengaran telinga seseorang

secara umum. Frekuensi yang diukur terbatas hanya frekuensi 125/250 Hz,

500Hz,1000Hz, 2000Hz, 3000Hz, 4000Hz, 6000Hz, 8000Hz.

Fungsi

Untuk mengetahui level pendengaran seseorang. Dengan alat ini maka derajat

ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai.

Aplikasi

Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan

pendengaran atau seseorang yang akan bekerja pada suatu bidang yang

memerlukan ketajaman pendengaran. Untuk mendapatkan tingkat pendengaran

dengan cara merekam respon dari pasien setelah memberikan pasien tersebut

rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.

11

Bagian-bagian Audiometer

Pada bagian muka audiometer terdapat berbagai tombol dan skala yang berfungsi sebagai

berikut

Tombol 1 (T) : tombol utama (gunanya untuk menghidupkan atau mematikan alat)

Tombol2 (T2) : tombol frekuensi nada. Dengan menggunakan T2 ini kita memilih

frekuensi nada yang dapat dibangkitkan oleh alat. Frekuensi tersebut dapat dibaca pada

skala (82) yang dinyatakan dalam satuan hertz.

Tombol 3 (T3) : tombol kekuatan nada. Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan

nada, kekuatan nada dapat dibaca pada skala (5) yang dinyatakan dalam decibel.

Tombol 4 (T4) : tombol pemilih telepon telinga

Tombol 5 (T5) : tombol penghubung nada. Dengan memutar tombol ini ke kiri, nada akan

terdengar di telepon, bila tombol dilepas nada tidak terdengar lagi.

Headphone warna merah untuk telinga kanan, headphone warna biru untuk telinga kiri.

Prinsip kerja Audiometer

Prinsip kerja audiometer  ini adalah menghasilkan nada murni (pure tone) sebagai

sinyal uji dan white noise sebagai sinyal masking yang akan direspon oleh pasien

(nara coba) pada frekuensi-frekuensi 125 Hz hingga 8000 Hz dalam pita satu

oktaf. Pada audiometer, intensitas suara dapat dirubah-ubah sesuai dengan

prosedur dan kebutuhan pengujian dalam rentang pendengaran -10dBHL s.d

110dBHL. Pada test pendengaran, audiogram menunjukkan grafik frekuensi

terhadap dBHL (desibel Hearing Level) yang menyatakan ambang dengar dari

pasien. Dengan ambang dengar ini maka pemeriksa dapat menentukan jenis,

derajat, dan lokasi gangguan pendengaran pada penderita gangguan pendengaran.

Cara penggunaan Audiometer

1. Diberikan instruksi yang jelas dan tepat, yaitu dengan memberikan

pengetahuan kepada probandus apa yang harus didengar dan respon apa yang

harus diberikan jika mendengar nada. Oleh karena itu perlu melakukan

pengenalan nada pada probandus, kemudian meminta probandus untuk

menekan tombol bila mendengar nada.

2. Headphone dipasang dengan posisi warna merah untuk telinga kanan dan

warna biru untuk telinga kiri.

12

3. Pemeriksaan dimulai pada telinga kanan dimulai pada frekuensi 1000 Hz

dengan intensitas 40-50 dB, bila orang yang diperiksa mendengar maka ia

akan menekan tombol sinyal dan petunjuk lampu akan menyala.

4. Secara bertahap intensitas suara sebesar 10 dB sampai tidak mendengar,

intensitas suara dinaikkan lagi dengan setiap kenaikan sebesar 5 dB sampai

orang yang diperiksa mendengar lagi. Memberikan rangsangan sampai 3 kali,

bila responden hanya 1 kali dari 3 kali test maka menaikkan lagi 5 dB dan

memberikan rangsangan 3 kali. Bila telah didapat respon yang tetap maka

perpaduan antara penurunan dan penambahan merupakan batas ambang

dengar.

5. Hasil dicatat dalam lembar data pemeriksaan dan pada audiochart.

6. Untuk pemeriksaan frekuensi berikutnya, dimulai pada tingkat 15 dB lebih

rendah dari ambang dengar pada frekuensi 1000 Hz (misalnya bila pada

frekuensi 1000 Hz dimulai intensitas 50 dB, maka pada frekuensi 2000 Hz

dimulai dengan intensitas 30-35 dB).

7. Pemeriksaan dilakukan untuk frekuensi di atas 1000 Hz dengan cara yang

sama, dan terakhir pemeriksaan pada frekuensi 500 Hz.

Cara menginterpretasi hasil test

Apabila tes sudah dilakukan, maka tugas selanjutnya menginterpretasikan

hasil tes dengan cara menjumlah hasil skor tes.

Kemudian membagi dengan jumlah kali tes pada jenis yang sama.

Hasil rata-rata itulah sebagai tingkat pendengaran atau kehilangan dB

seseorang.

Berikan rekomendasi untuk penanganan selanjutnya.

13

6. Alat Pengukur Debu

Gambar. High Volume Air Sampler (HVS)

High Volume Air Sampler (HVS) adalah alat untuk mengambil sampel SPM

(Suspended Particel Matter).

Fungsi

Untuk pemantauan debu total di udara luar (out door) dengan ukuran 10 µm.

Aplikasi

Alat ini digunakan pada industri, pemerintahan lingkungan hidup, rumah sakit,

balai riset, bandara, dll.

Prinsip kerja High Volume Air Sampler (HVS)

Udara yang mengandung partikel debu dihisap mengalir melalui kertas filter

dengan menggunakan motor putaran kecepatan tinggi. Debu akan menempel pada

kertas filter yang nantinya akan diukur konsentrasinya dengan cara kertas filter

14

tersebut ditimbang sebelum dan sesudah sampling. Di samping itu dicatat flowrate

dan waktu lamanya sampling sehingga didapat konsentrasi debu tersebut.

Cara penggunaan High Volume Air Sampler (HVS)

1. Panaskan kertas saring pada suhu 105ºC selama 30 menit.

2. Timbang kertas saring, dengan neraca analitik pada suhu 105ºC dengan

menggunakan vinset (hati-hati jangan sampai banyak tersentuh tangan).

3. Pasangkan pada alat TSP, dengan membuka atap alat TSP. Kemudian

dipasangkan kembali atapnya.

4. Simpan alat HVS tersebut pada tempat yang sudah ditentukan sebelumnya.

5. Operasikan alat dengan cara, menghidupkan (pada posisi ON) pompa hisap

dan mencatat angka flow ratenya (laju aliran udaranya).

6. Matikan alat sampai batas waktu yang telah ditetapkan.

7. Ambil kertasnya, panaskan pada oven listrik pada suhu 105ºC. Timbang

kertas saringnya.

8. Hitung kadar TSP nya sebagai mg/Nm³.

7. Alat Pengukur Debu

Gambar. Low Volume Air Sampler (LVS)

Low Volume Air Sampler (LVS) adalah alat untuk mengambil sampel SPM

(Suspended Particel Matter).

Fungsi

Untuk pemantauan debu total di udara dalam ruangan (in door).

15

Aplikasi

Alat ini digunakan pada industri, pemerintahan lingkungan hidup, rumah sakit,

balai riset, bandara, dll.

Prinsip kerja Low Volume Air Sampler

1. Udara dihisap melalui filter fiber glass dengan kecepatan aliran uadara (flow

rate) 20 L/mnt. Dengan rentang kecepatan aliran udara tersebut, partikulat

yang berukuran < 10 µm (diameter aerodinamik) akan tertahan dan menempel

pada permukaan filter;

2. Partikulat yang berukuran besar dari 10 µm akan mengendap pada sekat-sekat

elutriator, sehingga partikulat yang akan tertahan pada permukaan filter

hanya yang berukuran 10 µm;

3. Metode ini digunakan untuk mengukur pm10 di udara ambient dengan satuan

10 µg/m3, dengan cara menimbang berat partikel yang tertahan di permukaan

filter dan menghitung volume udara yang terhisap;

4. Selain menentukan konsentrasi partikulat, filter hasil sampling juga dapat

digunakan untuk mengetahui komposisi kimia yang terkandung dalam

partikulat tersebut. Misal: sulfat, nitrat, ammonium, Cl, dan elemen logam.

Cara penggunaan Low Volume Air Sampler

Persiapan alat :

1) Kalibrasi alat lakukan uji fungsi alat.

2) Persiapkan kertas filter dengan cara sebagai berikut :

a) Ambil kertas filter dari kemasannya

b) Kertas filter yang akan dipakai diperiksa dahulu dari kemungkinanadanya

lubang/kerusakan.

c) Panaskan di dalam oven pada temperatur 100ºC selama ± 60 menit

d) Keluarkan kertas filter dari dalam oven kemudian masukkan ke dalam

desicator ( ± 10 menit ).

e) Setelah dingin keluarkan dari desicator dan segera lakukan penimbangan,

catat berat kertasfilter (berat awal).

f) Kertas filter disimpan pada amplop/map, setelah itu siap untuk digunakan.

Pengoperasian :

16

1) Letak alat

Letakkan alat pada ruangan dengan menggunakan meja atau tripod.

2) Pelaksanaan pengukuran :

a) Siapkan alat

b) Letakan kertas filter yang telah ditimbang pada filter holder.

c) Hidupkan alat sampai waktu yang ditentukan

d) Atur flow meter dungeon kecepatan aliran udara.

e) Setelah selesai pengukuran, ambil kertas filter, lipat dan masukan dalam

amplop.

3) Lama pengukuran Flowmeter diatur sesuai kecepatan aliran udara yang

diinginkan, amati setiap 15 menit dan catat.

Metode analisis

a. Panaskan kertas filter hasil sampel dalam oven dengan suhu 100ºC selama ±

60 menit.

b. Dinginkan didalam desicator ± 10 menit.

c. Lakukan penimbangan dan catat beratnya (berat akhir).

d. Lakukan perhitungan.

Referensi

Admin. 2012. Sound Level Meter. http://laboratoriumcore.blogspot.com [serial

online]. (1 Juli 2013)

Admin. 2013. Arti Lux Meter. http://www.indo-digital.com [serial online]. (1 Juli

2013)

Admin. 2013. Audiometer And Hearing Aids Solution.

http://www.bantudengar.com [serial online]. (1 Juli 2013)

Admin. 2013. Portable Heat Stress Monitor. http://www.indonetwork.co.id [serial

online]. (1 Juli 2013)

Anonim. 2011. Lux Meter. http://semutitempro.blogspot.com [serial online]. (1

Juli 2013)

Anonim. 2012. Penyehatan Udara. http://freeandshared.files.wordpress.com

[serial online]. (1 Juli 2013)

17

Badan Standardisasi Nasional. 2004. Pengukuran Iklim Kerja (Panas) Dengan

Parameter Indeks Suhu Basah Dan Bola. http://www.xa.yimg.com [serial

online]. (1 Juli 2013)

Hermanto. 2012. Pelatihan Penggunaan Audiometer. http://staff.uny.ac.id [serial

online]. (1 Juli 2013)

Hudang, Aselmus. 2013. Pengukuran Kelelahan Kerja.

http://kesehatanpribadi.blogspot.com [serial online]. (1 Juli 2013)

Kepmenkes RI No. 1335/Menkes/SK/X/2002 Tentang Standar Operasional

Pengambilan Dan Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruangan Rumah

Sakit.

Nurhuda, Wilda Utami. 2011. Laboratorium Udara.

http://laboratoriumlingkunganbywildat132.blogspot.com [serial online].

(1 Juli 2013)

18