alat musik tradisional sasando
TRANSCRIPT
ALAT MUSIK TRADISIONAL
“SASANDO”KELAS XII IPS 1
KELOMPOK:FANDA ELVIRA ROSA (13)
SANTIKA SIAM SAFITRI (24)SYAFRIE RIZKI PERDANA (27)
YONGKY PUTRA PRATAMA (28)
INTERMEZZO
Penjelasan alat musik Sasando yang berasal dari Pulau Rote Nusa Tenggara
Timur. Sasando merupakan alat musik instrumen yang dimainkan dengan
cara dipetik. Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam
bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi.
Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7.
Alat musik ini juga pernah menjadi icon di mata uang Republik Indonesia.
SEJARAH
Menurut cerita masyarakat Pulau Rote sejarah alat musik ini diawali oleh seorang pemuda bernama Sangguana. Suatu hari ia pergi menuju padang sabana, karena kelelahan kemudian ia berhenti untuk beristirahat sejenak di bawah pohon lontar.
Secara tidak sengaja ia pun tertidur dan bermimpi sedang memainkan sebuah alat musik dari pohon lontar. Dari mimpinya tersebut ia kemudian terinspirasi untuk menciptakan alat musik yang kemudian dikenal dengan nama sasando.
Bentuk dan BahanBentuk alat musik tradisional sasando ada kemiripan dengan alat musik petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi. Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas dan berfungsi sebagai tempat resonansi sasando.
CARA MEMAINKANDiperlukan keterampilan jari jemari untuk memainkan alat musik ini
dengan memetik dawai seperti pada harpa.
Sasando dimainkan dengan menggunakan dua tangan dengan arah
berlawanan. Tangan kanan berperan memainkan accord sedangkan
tangan kiri bertugas sebagai pengatur melodi dan bass.
JENIS SASAN
DO
1. SASANDO GONG2. SASANDO BIOLA
Sasando gong lebih dikenal di Pulau Rote, memiliki nada pentatonik,
biasanya dimainkan dengan irama gong dan dinyanyikan dengan syair khas
Pulau Rote. Sasando jenis ini berdawai 7 buah atau 7 nada kemudian kini
berkembang menjadi 11 dawai.
Sasando jenis biola merupakan sasando yang telah berkembang dengan
nada diatonis. Bentuk sasando biola sekilas mirip sasando gong namun
diameter bambunya lebih besar. Sasando jenis ini diperkirakan mulai
berkembang pada abad ke-18. Disebut sasando biola karena menyerupai
nada biola dengan 30 nada kemudian berkembang menjadi 32 dan 36 dawai.
3. SASANDO ELEKTRIKSasando elektrik umumnya memiliki 30 dawai dan merupakan pengembangan dari sasando biola yang diberi sentuhan teknologi. Sasando jenis ini diciptakan oleh Arnoldus Eden yang telah almarhum, ia merupakan seorang musisi sasando dan telah mendapat piagam penghargaan oleh Gubernur NTT tahun 2008. Sasando elektrik diciptakan karena ditemukan beberapa kelemahan pada sasando tradisional yakni tidak dapat dinikmati secara maksimal oleh pendengar karena saat memainkannya jemari terhalang daun lontar sebagai wadah penampung suara yang melingkari Sasando. Selain itu, suara merdunya hanya dapat didengar beberapa orang saja yang berada di sekitar pemain sasando.
BAHAN SASANDO ELEKTRIKSasando elektrik tidak menggunakan lagi bahan wadah dari daun lontar. Hal itu sebab tidak membutuhkan ruang resonansi sehingga bunyi yang didapat tidak seperti sasando tradisional yang hanya bisa didengar hanya oleh orang-orang di sekeliling pemain, melainkan bunyi langsung dapat di perbesar lewat alat pengeras suara seperti sound system dan speaker
TERIMA KASIH