alat musik tradisional
TRANSCRIPT
1. Angklung
Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda)
yang secara tradisional
berkembang dalam masyarakat
berbahasa Sunda di Pulau Jawa
bagian barat. Alat musik ini
dibuat dari bambu, dibunyikan
dengan cara digoyangkan
(bunyi disebabkan oleh
benturan badan pipa bambu)
sehingga menghasilkan bunyi
yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam
setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Angklung terdaftar sebagai
Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia
dari UNESCO sejak November 2010.
Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya
telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal
penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam
kebudayaan Nusantara.
Memainkan sebuah angklung sangat mudah. Seseorang tinggal memegang rangkanya pada
salah satu tangan (biasanya tangan kiri) sehingga angklung tergantung bebas, sementara tangan
lainnya (biasanya tangan kanan) menggoyangnya hingga berbunyi. Dalam hal ini, ada tiga teknik
dasar menggoyang angklung:
Kurulung (getar), merupakan teknik paling umum dipakai, dimana tangan kanan
memegang tabung dasar dan menggetarkan ke kiri-kanan berkali-kali selama nada ingin
dimainkan.
Centok (sentak), adalah teknik dimana tabung dasar ditarik dengan cepat oleh jari ke
telapak tangan kanan, sehingga angklung akan berbunyi sekali saja (stacato).
Tengkep, mirip seperti kurulung namun salah satu tabug ditahan tidak ikut bergetar. Pada
angklung melodi, teknik ini menyebabkan angklung mengeluarka nada murni (satu nada
melodi saja, tidak dua seperti biasanya). Sementara itu pada angklung akompanimen
mayor, teknik ini digunakan untuk memainkan akord mayor (3 nada), sebab bila tidak
ditengkep yang termainkan adalah akord dominan septim (4 nada).
1
2. Kolintang
Kolintang merupakan alat musik khas dari Minahasa
(Sulawesi Utara) yang mempunyai bahan dasar yaitu kayu
yang jika dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup
panjang dan dapat mencapai nada-nada tinggi maupun rendah
seperti kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya
(jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat
kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar).
Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada
tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang:
"Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan
itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain.
Pada mulanya kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer
diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk di tanah, dengan kedua kaki terbujur lurus
kedepan. Dengan berjalannya waktu kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau
kadang-kadang diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat. Sedangkan penggunaan peti
sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa (th.1830). Pada saat itu, konon
peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh rombongannya. Adapun pemakaian kolintang
erat hubungannya dengan kepercayaan tradisional rakyat Minahasa, seperti dalam upacara-
upacara ritual sehubungan dengan pemujaan arwah para leluhur. Itulah sebabnya dengan
masuknya agama kristen di Minahasa, eksistensi kolintang demikian terdesak bahkan hampir
menghilang sama sekali selama ± 100th.
Peralatan & Cara Memainkan Setiap alat memiliki nama yang lazim dikenal. Nama atau
istilah peralatan Musik kolintang selain menggunakan bahasa tersebut diatas juga memiliki nama
dengan menggunakan bahasa Minahasa, dan untuk disebut lengkap alat alat tersebut berjumlah 9
buah. Tetapi untuk kalangan professional, cukup 6 buah alat sudah dapat memainkan secara
lengkap. Kelengkapan alat tersebut sebagai berikut:
B - Bas = Loway C - Cello = Cella T - Tenor 1 = Karua - Tenor 2 = Karua rua A - Alto 1 = Uner
- Alto 2 = Uner rua U - Ukulele = Katelu M - Melody 1 = Ina esa - Melody 2 = Ina rua - Melody
3 = Ina taweng .
2
3. Sasando
Sasando adalah sebuah alat musik petik. Alat musik ini
berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Bentuk sasando
mirip dengan alat musik petik lainnya seperti gitar, biola dan
kecapi. Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang
terbuat dari bambu. Secara harfiah nama Sasando menurut asal
katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang
bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan
masyarakat Rote sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya
dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi.
Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu
pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar
(dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini
memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini
ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti
kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando. Sasando unik karena sebagai alat musik,
bentuk dari Sasando ini tidak lazim, bulat, cekung, membentuk seperti sebuah wadah. Di
tengahnya terdapat bambu yang berfungsi sebagai dudukan senar yang nantinya akan dipetik
ketika dimainkan. Anyaman daun rotan yang membentuk seperti wadah itu berfungsi untuk
memantulkan resonansi sehingga senar yang dipetik dapat menghasilkan nada yang indah.
Selain bentuknya yang unik, sebagai alat musik cordophone, yaitu alat musik yang dimainkan
dengan cara dipetik, Sasando memiliki senar dengan jumlah 23. Berbeda jauh dengan gitar,
biola, ataupun alat petik lainnya bukan? Alhasil, nada yang dihasilkan oleh alat musik Sasando
memiliki variasi yang jauh dibandingkan alat musik yang lebih terkenal itu.
Keunikan Sasando memang luar biasa. Alat musik ini seharusnya mendapat perlakuan
yang lebih agung jika dibandingkan alat-alat musik petik lain yang notabene bukan berasal dari
Indonesia. Dengan jumlah senarnya yang cukup banyak, Sasando mampu menghasilkan nada
yang merupakan gabungan dari tiga alat musik sekaligus. Adalah piano, gitar dan harpa.
Keunikan Sasando dalam hal menghasilkan suara bahkan bisa jadi merupakan satu-satunya di
dunia. Ketiga nada yang dihasilkan oleh tiga alat musik yang berbeda itu hadir dalam satu
melodi, bass, dan ritme ketika seseorang mulai memainkan Sasando.
3
4. Calung
Calung Merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Jawa
Barat dan menjadi cirri khas budaya Sunda yang selama ini ada
dan bertahan di sana, sering kali orang menganggap sama antara
Calung dengan Angklung, pada dasarnya alat musik ini sama-
sama terbuat dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa
sehingga dapat menghasilkan nada-nada harmonis, bedanya
adalah pada cara memainkannya, kalau Angklung dimainkan
dengan cara digetarkan atau digoyang-goyangkan, sedangkan
Calung dimainkan dengan cara dipukul, Calung terbuat dari bambu hitam yang memang khusus
digunakan untuk membuat calung, karena suara yang dihasilkan akan lebih baik bila
menggunakan jenis bambu ini. Beberapa bentuk calung:
1. Calung Gambang
Yang disebut Calung Gambang adalah sebuah calung yang dideretkan diikat dengan tali
tanpa menggunakan ancak/standar. Cara memainkannya sebagai berikut: kedua ujung tali
diikatkan pada sebuah pohon/tiang sedangkan kedua tali pangkalnya diikatkan pada
pinggang si penabuh. Motif pukulan mirip memukul gambang
2. Calung Gamelan
Calung Gamelan adalah jenis calung yang telah tergabung membentuk ansamble. Sebutan
lain dari calung ini adalah Salentrong (di Sumedang), alatnya terdiri dari:
1. Dua perangkat calung gambang masing-masing 16 batang
2. Jengglong calung terdiri dari 6 batang
3. Sebuah gong bamboo yang biasa disebut gong bumbung
4. Calung Ketuk dan Calung Kenong terdiri dari 6 batang
5. Kendang
Lagu-lagunya antara lain Cindung Cina (Cik indung menta Caina), Kembang Lepang, Ilo ilo
Gondang.
3. Calung Jingjing
Calung Jingjing adalah bentuk calung yang ditampilkan dengan dijingjing/dibawa dengan
tangan yang satu sedang tangan yang lainnya memegang pemukul. Sangat digemari
dibandingkan dengan bentuk calung-calung lainnya
4
5. Saluang
Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau,
Sumatra Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari
bambu tipis atau talang (Schizostachyum brachycladum
Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling
bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran
kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai[1]. Alat ini
termasuk dari golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana
pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat
lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari
talang adalah wadah untuk membuat lamang (lemang), salah satu makanan tradisional
Minangkabau.
Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.
Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan
menarik napas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal
dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernapasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus
menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahan angok (menyisihkan napas).
Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-
masing nagari memiliki ciri khas tersendiri. Contoh dari ciri khas itu adalah Singgalang,
Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Ciri khas Singgalang dianggap cukup
sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu.
Sedangkan, ciri khas yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok.
. Alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang. Alat ini termasuk dari golongan
alat musik suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan
empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm.
5
6. Jegog
JEGOG merupakan kesenian khas daerah kabupaten
Jembrana, Bali. Gamelan Jegog awalnya merupakan gamelan
bilah dimana bilah tersebut terbuat dari kayu Bayur/Panggal
Buaya dengan resonator bambu yang terdapat dan tumbuh
subur di sebagian besar wilayah Jembrana. Namun karena
langkanya bahan baku kayu tersebut, pada perkembangan
selanjutnya bilah tersebut digantikan dengan hanya memakai
bambu saja. Terjadinya perubahan ini ternyata secara musikal
menghasilkan kualitas suara yang lebih nyaring dan menghasilkan suara yang menggema, sangat
merdu dan menawan hati.Yang mirip dengan gamelan namun terbuat dari bambu. Bentuk
fisiknya berupa bilahan setengah bambu yang ditata berjajar. Dibawahnya, terdapat bambu yang
utuh namun dilubangi bagian atasnya sebagai lubang resonansi. Kesenian Jegog ini bisa dipakai
sebagai atraksi pertarungan Jegog.
Pertarungan Jegog dalam bahasa Bali disebut “Jegog Mebarung”, yaitu pementasan seni Jegog
dengan tabuh mebarung (bertarung).
Mebarung artinya bertarung antara dua jegog atau bisa juga bertarung antara tiga Jegog, dalam
Bahasa Bali disebut Jegog Barung Dua atau Jegog Barung Tiga.
Jegog mebarung ini biasanya dipertontonkan pada acara-acara syukuran yaitu pada acara suka ria
di Desa. Jegog mebarung terdiri dari :
- Dua perangkat gambelan jegog atau tiga perangkat gambelan jegog ditaruh pada satu areal
yang cukup untuk dua atau tiga perangkat gambelan jegog.
- Masing-masing Kru Jegog ini membawa penabuh 20 orang.
Pada saat mebarung masing-masing Jegog mengawali dengan menampilkan tabuh yang namanya
Tabuh Terungtungan yaitu suatu tabuh sebagai ungkapan rasa terima kasih dan hormat kepada
para penonton dan penggemar seni jegog, dengan durasi waktu masing-masing 10 menit.
Tabuh Terungtungan ini adalah tabuh yang suaranya lembut dan kedengarannya sangat merdu
karena melantunkan lagu-lagu dengan irama yang sangat mempesona sebagai inspirasi
keindahan alam Bali.
6
7. Serunai
Serunai merupakan alat music tradisional dari Sumatera Barat,
serunai menjadi populer dan dikenal sebagai alat musik tiup tradisional di
Minang. Alat musik ini dikenal merata di Sumatera Barat, terutama di
bagian daratannya seperti di daerah Agam, Tanah Datar dan Limo Koto,
dan juga di daerah pesisir pantai Sumatera Barat sepanjang pantai
Samudera Hindia. Alat musik ini sejak lama telah dipopulerkan ke seluruh
Indonesia oleh para imigran dari Minang dan juga telah dikenal sebagai alat
musik tradisional di Malaysia dengan nama sama.
Bahan untuk membuat sebuah puput serunai tradisional Minang terdiri dari
batang padi, kayu atau bambu, tanduk kerbau atau daun kelapa.
Bagian penata bunyi serunai terbuat dari kayu capo ringkik atau dari bambu talang yang
ukurannya sebesar ibu jari tangan. Capo ringkik adalah sejenis tanaman perdu yang mempunyai
lapisan kayu keras namun mempunyai bagian dalam yang lunak, sehingga mudah untuk
dilubangi. Kayu yang panjangnya 20 cm tersebut diberi 4 lubang yang berselisih jarak 2,5 cm,
yang berfungsi memberi beda tinggi rendah nada. Nada yang lazim pada alat musik tradisional
Minang termasuk puput serunai adalah nada pentatonis do-re-mi-fa-sol.
"Puput" adalah bagian yang ditiup pada alat musik serunai, biasa terbuat dari kayu, bambu
talang, atau batang padi tua. Bagian ini disambungkan oleh bagian penyambung yang berfungsi
sebagai pangkal puput tersebut. Panjangnya sekitar 5 cm dan terbuat dari kayu keras.
Penyambung ini dilubangi untuk saluran udara tiup, yang bersambungan dengan poros badan dan
poros corong. Di bagian belakang, bagian penyambung ini juga berbentuk corong, dengan
diameter 2 cm.
Bagian "corong" adalah bagian ujung serunai yang dibentuk membesar seperti ujung
akhir alat musik trompet. Fungsi bagian ini adalah untuk memperkeras atau memperbesar
volume suara. Bagian ini biasanya terbuat dari kayu, terutama kayu gabus, dari tanduk kerbau
yang secara alamiah telah berbentuk lancip mengembang, ataupun dari daun kelapa yang
dililitkan. Panjangnya sekitar 10 sampai 12 cm, dengan garis tengah 6 cm di bagian yang
mengembang.
Dalam pembuatan serunai terdapat spesifikasi yang bervarisi di tiap daerah. Bahkan ada jenis
serunai di mana pengaturan nada dilakukan dengan cara menutup dan membuka permukaan
bagian corong.
7
8. Kacapi
Kacapi merupakan alat musik Sunda yang
dimainkan sebagai alat musik utama dalam Tembang
Sunda atau Mamaos Cianjuran dan kacapi suling.
Kata kacapi dalam bahasa Sunda juga merujuk kepada
tanaman sentul, yang dipercaya kayunya digunakan untuk
membuat alat musik kacapi.
Nada dalam kecapi sunda memiliki 5 ( pentatonis ) tangga
nada yaitu Da, Mi, Na, Ti, La, .
Pasangan alat musik kecapi sunda ini biasanya
adalah suling sunda yang terbuat dari bambu. Alunan musik yang mengalir akan terasa
mempesona pada telinga kita jika di mainkan keduanya. Kalau saya sendiri suka rindu akan
kampung halaman.
Kacapi Perahu adalah suatu kotak resonansi yang bagian bawahnya diberi lubang resonansi
untuk memungkinkan suara keluar. Sisi-sisi jenis kacapi ini dibentuk sedemikian rupa sehingga
menyerupai perahu. Di masa lalu, kacapi ini dibuat langsung dari bongkahan kayu dengan
memahatnya
Kacapi Siter merupakan kotak resonansi dengan bidang rata yang sejajar. Serupa dengan kacapi
parahu, lubangnya ditempatkan pada bagian bawah. Sisi bagian atas dan bawahnya membentuk
trapezium
Kacapi indung memimpin musik dengan cara memberikan intro, bridges, dan interlude, juga
menentukan tempo. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kacapi besar dengan 18 atau 20 dawai.
Kacapi rincik memperkaya iringan musik dengan cara mengisi ruang antar nada dengan
frekuensi-frekuensi tinggi, khususnya dalam lagu-lagu yang bermetrum tetap seperti dalam
kacapi suling atau Sekar Panambih. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kacapi yang lebih kecil
dengan dawai yang jumlahnya sampai 15.
8
9. Bedug
Bedug adalah alat musik tabuh seperti gendang.
Bedug merupakan instrumen musik tradisional yang telah
digunakan sejak ribuan tahun lalu, yang memiliki fungsi
sebagai alat komunikasi tradisional, baik dalam kegiatan
ritual keagamaan maupun politik. Di Indonesia, sebuah
bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai
waktu salat atau sembahyang.
Bedug terbuat dari sepotong batang kayu besar atau
pohon enau sepanjang kira-kira satu meter atau lebih. Bagian tengah batang dilubangi sehingga
berbentuk tabung besar. Ujung batang yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang
yang berfungsi sebagai membran atau selaput gendang. Bila ditabuh, bedug menimbulkan suara
berat, bernada khas, rendah, tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh.
Seni ngadulag berasal dari daerah Jawa Barat. Pada dasarnya, bedug memiliki fungsi yang
sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun, tabuhan bedug di tiap-tiap daerah
memiliki perbedaan dengan daerah lainnya, sehingga menjadikannya khas. Sehingga lahirlah
sebuah istilah “Ngadulag” yang menunjuk pada sebuah keterampilan menabuh bedug. Kini
keterampilan menabuh bedug telah menjadi bentuk seni yang mandiri yaitu seni Ngadulag
(permainan bedug). Di daerah Bojonglopang, Sukabumi, seni ngadulag telah menjadi sebuah
kompetisi untuk mendapatkan penabuh bedug terbaik. Kompetisi terbagi menjadi 2 kategori,
yaitu keindahan dan ketahanan. Keindahan mengutamakan irama dan ritme tabuhan bedug,
sedangkan ketahanan mengutamakan daya tahan menabuh atau seberapa lama kekuatan menabuh
bedug. Kompetisi ini diikuti oleh laki-laki dan perempuan
Dari permainan inilah seni menabuh bedug mengalami perkembangan. Dahulu, peralatan
seni menabuh bedug hanya terdiri dari bedug, kohkol, dan terompet. Tapi kini peralatannya pun
mengalami perkembangan. Selain yang telah disebutkan di atas, menabuh bedug kini juga
dilengkapi dengan alat-alat musik seperti gitar, keyboard, dan simbal.
Fungsi sosial: bedug berfungsi sebagai alat komunikasi atau petanda kegiatan
masyarakat, mulai dari ibadah, petanda bahaya, hingga petanda berkumpulnya sebuah
komunitas.
Fungsi estetika: bedug berfungsi dalam pengembangan dunia kreatif, konsep, dan budaya
material musikal.
9
10. Canang
Canang adalah alat musik pukul
tradisional yang terdapat dalam kelompok
masyarakat Aceh, Gayo, Tamiang dan Alas.
Masyarakat Aceh menyebutnya “Canang
Trieng”, di Gayo disebut “Teganing”, di Tamiang
disebut “Kecapi” dan di Alas disebut dengan
“Kecapi Olah”.
Alat ini terbuat dari seruas bambu pilihan yang cukup tua dan baik. Kemudian bambu tersebut
diberi lubang, selanjutnya ditoreh arah memanjang untuk mendapatkan talinya. Lobang yang ter-
dapat pada ruas bambu itu disebut kelupak (Alas dan Gayo).
Jumlah tali tidak sama pada setiap daerah. Pada Canang Trieng terdapat 5 buah tali
(senar) yaitu 4 buah yang saling berdekatan terletak di kiri sedangkan sebuah lagi agak besar
terletak di kanan lubang. Tali sebelah kiri dipetik menggunakan lidi, sedangkan tali sebelah
kanan dipetik dengan kuku/ibu jari kiri.
Tali kecapi ada yang 3 buah dan ada yang 4 buah. Sedangkan Kecapi Olah terdapat 4
sampai 5 buah, yang masing-masing tali diberi nama sendiri yaitu gong (tali besar dekat
keleepak), tingkat (1 atau 2 buah tali yang letaknya di tengah) dan gerindik (tali yang paling
halus/tinggi suaranya), dipetik dengan bambu yang telah diraut tipis.
Pada teganing terdapat 3 buah tali yang paling tipis terletak paling kanan dan paling kasar
terletak paling kiri. Masing-masing tali ini disebut secara berurutan dengan nama canang,
memong dan gong. Cara memainkan teganing yaitu dengan memukul talinya dengan kayu
pemukul yang disebut peguel.
Fungsi Canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian tradisional serta Canang
juga sebagai hiburan bagi anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Biasanya dimainkan setelah
menyelesaikan pekerjaan di sawah ataupun pengisi waktu senggang.
10
11. Rapai
Peralatan musik tradisional rapai
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat Aceh, baik secara filosofis
maupun kultural. Pertunjukan musik rapai
melibatkan 8 hingga 12 pemain yang disebut awak
rapai. Peralatan ini berfungsi untuk mengatur
tempo serta tingkahan-tingkahan irama bersama
serune kalee maupun buloh perindu .
Rapai berbentuk seperti tempayan atau panci dengan berbagai macam ukuran. Di bagian
atas rapai ditutup dengan kulit, sedangkan bagian bawahnya kosong. Bagian bawah yang
kosong tersebut membuat kulit akan berbunyi dan berdengung jika dipukul. Pada bagian buloh
diukir dengan ragam hias yang sederhana, yaitu berupa ukiran-ukiran strimline lurus sepanjang
bundaran buloh. Ukuran lingkar luar buloh antara 38 hingga 50 cm, sedangkan tinggi paloh
(dinding frame) kurang lebih 8-12 cm, lebar paloh jika dilihat dari posisi belakang adalah 4-6
cm, dan untuk ukuran induk Rapai Pase garis tengah bulatan adalah 1 meter atau lebih.
Rapai biasanya dimainkan oleh beberapa orang secara serempak. Para pemain rapai
duduk berbanjar membentuk lingkaran sambil memukul peralatan tersebut. Tangan kiri
memagang paloh atau palong (body) rapai, sedangkan tangan kanan memukul kulit rapai.
Peralatan musik ini akan menghasilkan suara dengungan atau gema yang besar bila dipukul di
tengah-tengah membran. Rapai akan menghasilkan suara yang tajam dan nyaring kalau dipukul
pada bagian pinggir membrane.
Sebuah formasi pemain rapai dipimpin oleh seorang syeh yang dibantu oleh beberapa
pemukul yang lain. Beberapa buah rapai akan dipukul dengan tempo rata untuk membentuk
kekompakan suatu irama lagu. Beberapa yang lain akan dipukul dengan tingkahan-tingkahan dan
suara dinamik. Suara “cring” dari lempengan tembaga muncul di sela-sela permainan itu secara
satu-satu atau beruntun. Kadang-kadang dibarengi dengan suara chorus secara ensambel atau
sahut-sahutan ulangan yang gegap gempita. Permainan rapai dalam sebuah pertunjukan biasanya
diawali dengan tempo lambat (andante) yang dilanjutkan dengan tempo sedang (moderate),
kemudian cepat (allegro), dan lebih cepat lagi (allegretto) sebagai klimaksnya.
11
12. Gendang
Gendang termasuk dalam klasifikasi alat
musik perkusi. Gendang terbuat dari
kayu dengan selaput (membran) yang
menghasilkan bunyi bila dipukul. Ada
berbagai ukuran gendang, yaitu gendang
kecil, sedang dan besar. Gendang kecil
biasa disebut rebana.
Gendang yang berukuran sedang dan besar ada juga yang menyebutnya redap. Selain itu,
ada juga gendang yang kedua sisinya ditutup dengan kulit yang diikat dengan tali yang terbuat
dari kulit atau rotan sedemikian rupa sehingga dapat dikencangkan dan dilonggarkan.
Cara memainkan gendang dengan dipukul, baik dengan tangan saja atau dengan alat
pemukul gendang. Gendang mempunyai banyak fungsi, di antaranya sebagai pengiring tarian
atau pencak silat, pembawa tempo atau penegasan dinamik sebuah orkes, atau sering juga hanya
sebagai pelengkap untuk lebih meramaikan suasana.
Adapun untuk membuat gendang, dipilih pohon dengan lingkaran kayu yang besar,
kemudian dipotong + 30/35-45 cm. Kayu tersebut dilubangi dengan pahat sehingga tipis, pada
bagian muka tempat menempel kulit, dibuat agak tipis + setebal ibu jari. Pada bagian belakang
dibuat tebal dan diberi lingkaran setebal + 1½ jari atau 2 jari. Gunanya untuk menahan suara agar
bergema di dalam lalu keluar suara yang bulat. Sehingga gemanya kedengaran dari kejauhan.
Jenis gendang meliputi:
1. Gendang bertali dengan salah satu sisinya ditutup dengan kulit kambing, sedang sisi
lainnya terbuka dengan sepotong karet selebar 1 cm yang direntangkan pada garis
tengahnya; dimainkan dengan tangan kanan memukul permukaan kulit dan tangan kiri
memetik karet.
2. Gendang dabos, yang bentuknya seperti rebana dan kedua ujungnya mempunyai
lingkaran dengan garis tengah yang berbeda. Lingkaran besar ditutup dengan kulit.
Gendang dabos dimainkan dengan memukul permukaannya dengan tangan atau jari.
12
13. Rebab
Alat musik tradisonal rebab adalah jenis alat musik yang di gesek dan mempunyai tiga
atau dua utas tali dari dawai logam (tembaga) ini badannya menggunakan kayu nangka dan
berongga di bagian dalam ditutup dengan kulit lembu yang dikeringkan sebagai pengeras suara.
Alat ini juga digunakan sebagai pengiring gamelan, sebagai pelengkap untuk mengiringi
sinden bernyanyi bersama-sama dengan kecapi. Dalam gamelan Jawa, fungsi rebab tidak hanya
sebagai pelengkap untuk mengiringi nyanyian sindhen tetapi lebih berfungsi untuk menuntun
arah lagu sindhen. sama juga yang di pake tradisi musik sunda.
Sebagai salah satu dari instrumen pemuka, rebab diakui sebagai pemimpin lagu dalam
ansambel, terutama dalam gaya tabuhan lirih. Pada kebanyakan gendhing-gendhing, rebab
memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan pathet yang akan
dimainkan. Wilayah nada rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja. Maka alur lagu rebab
memberi petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing. Pada kebanyakan gendhing, rebab juga
memberi tuntunan musikal kepada ansambel untuk beralih dari seksi yang satu ke yang lain.
13
14. Gong
Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia
Timur. Gong ini digunakan untuk alat musik tradisional. Saat ini tidak banyak lagi perajin gong
seperti ini.
Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah
dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan
perunggunya menjadi lebih tipis. Di Korea Selatan disebut juga Kkwaenggwari. Tetapi
kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang
oleh kelima jari dan dimainkan dengan cara dipukul sebuah stik pendek. Cara memegang
kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus, karena satu jari
(telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran gong dan mengurangi volume suara denting
yang dihasilkan.
Gong merupakan alat musik pengiring alat-alat musik yang lain, terbuat dari logam
kuningan dalam ukuran yang besar, bahkan ada yang garis tawangnya melebihi 1 meter. Hal ini
dimaksudkan agar gong dapat mengeluarkan bunyi yang lebih bass, lebih keras dan gaungnya
lebih lama (panjang), sehingga gong dapat didengar dari jarak yang relatif jauh. Gong dimainkan
dengan cara dipukul memakai kayu atau alat khusus yang dibuat untuk itu. Gong dipakai pada
bersama-sama dengan alat musik lain dan sebagai alat pelengkap pada jenis musik yang lain.
14
15. Siter
Siter dan celempung adalah alat musik petik di dalam gamelan Jawa. Ada hubungannya
juga dengan kecapi di gamelan Sunda.
Siter dan celempung masing-masing memiliki 11 dan 13 pasang senar, direntang kedua
sisinya di antara kotak resonator. Ciri khasnya satu senar disetel nada pelog dan senar lainnya
dengan nada slendro. Umumnya sitar memiliki panjang sekitar 30 cm dan dimasukkan dalam
sebuah kotak ketika dimainkan, sedangkan celempung panjangnya kira-kira 90 cm dan memiliki
empat kaki, serta disetel satu oktaf di bawah siter. Siter dan celempung dimainkan sebagai salah
satu dari alat musik yang dimainkan bersama (panerusan), sebagai instrumen yang memainkan
cengkok (pola melodik berdasarkan balungan). Baik siter maupun celempung dimainkan dengan
kecepatan yang sama dengan gambang (temponya cepat).
Nama "siter" berasal dari Bahasa Belanda "citer", yang juga berhubungan dengan Bahasa
Inggris "zither". "Celempung" berkaitan dengan bentuk musikal Sunda celempungan.
Senar siter dimainkan dengan ibu jari, sedangkan jari lain digunakan untuk menahan
getaran ketika senar lain dipetik, ini biasanya merupakan ciri khas instrumen gamelan. Jari kedua
tangan digunakan untuk menahan, dengan jari tangan kanan berada di bawah senar sedangkan
jari tangan kiri berada di atas senar.
Siter dan celempung dengan berbagai ukuran adalah instrumen khas Gamelan Siteran,
meskipun juga dipakai dalam berbagai jenis gamelan lain.
15
16. Tifa
Alat musik tradisional Tifa ini, banyak digunakan oleh penduduk Papua dan Maluku. Bila
diperhatikan sekilas Tifa mirip dengan gendang. Dan dimainkan dengan cara dipukul pula. Tifa
dibuat dari batang kayu yang dihilangkan isinya. Salah satu ujungnya lalu ditutupi menggunakan
kulit binatang seperti kulit rusa. Kulit rusa ini telah mengalami proses pengeringan terlebih
dahulu, agar bisa menghasilkan bunyi yang indah.
Tifa memiliki spesifikasi masing-masing. Antara lain lewat ukiran yang menghiasi alat
musik tersebut. Tifa biasanya dimainkan saat ada acara, seperti acara penyambutan tamu penting,
upacara adat dan sebagainya. Alat musik ini juga digunakan untuk mengiringi aneka tarian
tradisional Papua. Antara lain Tarian Perang, Tari Gatsi, dan tari tradisional lainnya.
Tifa adalah alat musik yang berasal dari maluku dan papua, Tifa mirip seperti gendang
cara dimainkan adalah dengan dipukul. Terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangi
isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya digunakan kulit rusa
yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. bentuknyapun biasanya
dibuat dengan ukiran. tiap suku di maluku dan papuamemiliki tifa dengan ciri khas nya masing-
masing.
Tifa biasanya dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian perang,
Tarian tradisional asmat,dan Tarian gatsi. rian ini biasanya digunakan pada acara-acara tertentu
seperti upacara-upacara adat maupun acara-acara penting lainnya.
16
17. Talempong
Talempong adalah alat musik tradisional Minangkabau ada yang terbuat dari kuningan
dan ada pula dari kayu dan batu. Talempong berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlobang
sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter
sebagai tempat tangga nada (berbeda-beda). Musik talempong akan berbunyi jika dipukul oleh
sepasang kayu.
Musik talempong kampung cenderung ditransformasikan oleh masyarakat sendiri dan
kadang-kadang turut dipengaruhi pemerintah, bahkan melalui kaset-kaset lokal. Sebaliknya
kelahiran talempong kreasi, kata sama sekali tidak terkait dengan wacana globalisasi namun
wacana modernisasi dan reformasi kebudayaan yang menuntut bentuk baru dengan unsur yang
bias dibedakan sebagai yang tradisional dan yang modern.
Walau prosesnya bisa sama tetapi hasilnya lain dan penting dikaji dimensi perubahan
yang terjadi pada tingkat lokal. Ironisnya, walaupun sangat modern pada awalnya, namun
demikian talempong kreasi tampil sangat kuat dan bergabung dengan baik dengan politik
kebudayaan yang hegemonis sehingga sering dikenal dengan seni tradisional.
Semenjak tahun 60-an, beberapa gaya talempong masih eksis hingga sekarang, baik
talempong kampung dan talempong kreasi penampilannya masih ada tetapi untuk sebagian
masyarakat masih berbeda.Budaya adalah karena sebagai proses dari produk, maka perubahan
selalu datang sementara manusia dan tradisinya selalu direposisikan menurut pengaruh baru.
Namun menghentikan kenyataan ini sama artinya meniadakan budaya termasuk musik-musik
yang dinamis.
Lalu menyangkut revitalisasi jelas memberi kesan bahwa tradisi tersebut harus hidup dan
baru dengan jiwa ke-Minangan yang hilang dalam prosesnya.
18. Nafiri17
Nafiri merupakan alat musik tradisional yang
berasal dari propinsi Riau di pulau Sumatera yang
bentuknya mirip dengan terompet. Masyarakat
melayu di Riau sendiri tidak hanya mengembangkan
alat musik seperti nafiri tetapi juga alat-alat musik
seperti : canang, tetawak, lengkara, kompang,
gambus, marwas, gendang, rebana, serunai, rebab,
beduk, gong, seruling, kecapi, biola dan akordeon. Alat-alat musik di atas menghasilkan irama
dan melodi tersendiri yang berbeda dengan alat musik lainnya. Kita dapat melihat permainan alat
musik ini bersama dengan pertunjukkan makyong yang merupakan sebuah bentuk kesenian
tradisional yang saat ini masih dimainkan dan diwariskan di propinsi Riau. Selain sebagai alat
musik, nafiri juga digunakan sebagai alat komunikasi masyarakat melayu. Terutama untuk
memberitahukan tentang adanya bencana, dan berita tentang kematian.
Terbuat dari kayu yang berukuran 25 sampai 45 centimeter. Antara batang dengan dan
tempat tiupnya diberi batas yang terbuat dari tempurung kelapa. Nafiri menggunakan semacam
lidah yang terbelah dua terbuat dari daun kelapa yang muda atau ruas bambu yang sudah kering.
Lidah tersebutlah yang disebut dengan vibrator yang akan mengeluarkan suara atau bunyi-
bunyian. Lubang jari ada tiga buah yang besarnya kira-kira sebesar biji jagung untuk mengatur
tinggi rendahnya nada. Pada bagian pangkalnya diberi sambungan berbentuk seperti bujur telur
yang terpotong dan berongga untuk membuat volume yang dikeluarkan lebih besar. Musik yang
dikeluarkan terdengar seperti meronta-ronta daripada melodi yang jelas untuk didengar.
Sepotong kayu yang telah dikerat menurut ukuran yang dikehendaki ditoreh besar
dipangkalnya sehingga bentuknya mirip dengan telur yang sudah dipotong bagian ujungnya.
Kemudian diberi bebatang, proses tersebut yang disebut dengan balan atau bakal nafiri.
Kemudian balan tersebut diperhalus dengan menggunakan pisau raut dan digesek untuk
dihaluskan dengan daun trap atau kelopak bunga sukon yang hanya ditemukan didaerah
sumatera. Kemudian dilubangi dengan menggunakan gurdi kecil dan pahat, hal tersebut akan
membuat nafiri tersebut berongga dengan tebal kulitnya kurang lebih setengah centimeter. Pada
batang nafiri dibuat lubang-lubang jari dengan menggunakan besi yang dipanaskan. Cara
memainkan dan membuat Nafiri diturunkan secara terus menerus dari generasi ke generasi oleh
masyarakat Melayu Riau.
18
19. Dol
Dol merupakan alat musik traditional Provinsi Bengkulu yang dimainkan dengan cara
dipukul. Dol sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu Dol Besar, Tasa dan tom-tom. Dol terbuat dari
bongol buah kelapa atau pohon nangka. Alat musik Dol biasanya
dimainkan setahun sekali pada perayaan "hoyak tabuik" mengenang cucu Nabi Muhammad
SAW di Padang Karbala.
20. Sronen
Sronen atau biasa disebut Saronen adalah salah satu alat musik Tradisional dari /Madura
yang mirip dengan /terompet. Sronen ini cara memainkanya dengan cara di tiup danbiasanya
dimainkan dan digabung dengan beberapa /gamelan yang lain
Sronen termasuk alat musik /melodi yang cara memainkannya dengan cara ditiup /alat musik
sebbul. Nada-nada yang keluar sangat selaras /slendro atau /pelog
Di Pulau Madura, sronen dianggap sebagai alat hiburan dan dimainkan pada acara acara
Penyambutan Tamu, pengiring lagu, pengiring /sandhur sejenis teater rakyat, pengiring /tari,
pengiring /pencak silat tetapi yang paling umum dimainkan adalah pada saat acara /karapan
sapi.
19
21. Slantem
Slenthem merupakan salah satu instrumen gamelan yang terdiri dari lembaran lebar logam tipis
yang diuntai dengan tali dan direntangkan di atas tabung-tabung dan menghasilkan dengungan
rendah atau gema yang mengikuti nada saron, ricik, dan balungan bila ditabuh. Beberapa
kalangan menamakannya sebagai gender penembung. Seperti halnya pada instrumen lain dalam
satu set gamelan, slenthem tentunya memiliki versi slendro dan versi pelog. Cara menabuh
slenthem sama seperti menabuh balungan, ricik, ataupun saron. Tangan kanan mengayunkan
pemukulnya dan tangan kiri melakukan "patet", yaitu menahan getaran yang terjadi pada
lembaran logam. Dalam menabuh slenthem lebih dibutuhkan naluri atau perasaan si penabuh
untuk menghasilkan gema ataupun bentuk dengungan yang baik.
22. Pereret Pangasih – asih
Pereret adalah alat musik kuno sejenis trompet yang terbuat dari bahan kayu yang dibentuk
sedemikian rupa sehingga menjadi terompet. Pengasih - asih adalah guna - guna ( pelet )
sedangkan jodoh adalah pasangan yang layak sebagai suami atau istri.
Alat musik ini banyak dibuat di daerah Jembrana, Bali. Biasanya alat musik ini digunakan
untuk mengiringi kesenian Sewo Gati. Cara menggunakan Pereret ini adalah dengan meniup alat
tersebut sehingga keluar suara yang sangat merdu dan menawan hati.
20
23. Triton
Triton adalah alat musik tradisional masyarakat Papua. Triton dimainkan dengan cara ditiup.
Alat musik ini terdapat di seluruh pantai, terutama di daerah Biak, Yapen, Waropen, Nabire,
Wondama, serta kepulauan Raja Amat. Awalnya, alat ini hanya digunakan untuk sarana
komunikasi atau sebagai alat panggil/ pemberi tanda. Selanjutnya, alat ini juga digunakan
sebagai sarana hiburan dan alat musik tradisional.
24. Serune Kalee
Serune Kalee adalah instrumen tiup tradisional Aceh yaitu sejenis Clarinet terutama terdapat
di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat. Alat ini terbuat dari kayu, bagian
pangkal kecil serta di bagian ujungnya besar menyerupai corong. Di bagian pangkal terdapat
piringan penahan bibir peniup yang terbuat dari kuningan yang disebut perise. Cara memainkan
alat music ini adalah dengan cara di tiup.
Serune ini mempunyai 7 buah lobang pengatur nada. Selain itu terdapat lapis kuningan serta
10 ikatan dari tembaga yang disebut klah (ring) serta berfungsi sebagai pengamanan dari
kemungkinan retak/pecah badan serune tersebut. Alat ini biasanya digunakan bersama genderang
clan rapai dalam upacara-upacara maupun dalam mengiringi tarian-tarian tradisional.
21
25. Sape’
Suku Dayak Kayaan memiliki seni musik yang unik. Suku ini memiliki alat musik yang
dinamakan sampek atau masyarakat Kayaan menyebutnya sape’ kayaan. Sape’ adalah musik
petik. Alat musik sape’ yang dimiliki oleh Dayak Kayaan bentuknya berbadan lebar, bertangkai
kecil, panjangnya sekitar satu meter, memiliki dua senar/tali dari bahan plastik. Sape jenis ini
memiliki empat tangga nada.
Cara pembuatan sape’ sesungguhnya cukup rumit. Kayu yang digunakan juga harus dipilih.
Selain kayu Pelaik (kayu gabus) atau jenis kayu lempung lainnya, juga bisa kayu keras seperti
nangka, belian dan kayu keras lainnya. Semakin keras dan banyak urat daging kayunya, maka
suara yang dihasilkannya lebih bagus. Bagian permukaannya diratakan, sementara bagian
belakang di lobang secara memanjang, namun tidak tembus kepermukaan.
26. Kenong
Kenong merupakan unsur instrumen pencon gamelan yang paling gemuk, dibandingkan
dengan kempul dan gong yang walaupun besar namun berbentuk pipih. Kenong ini disusun pada
pangkon berupa kayu keras yang dialasi dengan tali, sehingga pada saat dipukul kenong tidak
akan bergoyang ke samping namun dapat bergoyang ke atas bawah, sehingga menghasilkan
suara. Bentuk kenong yang besar menghasilkan suara yang rendah namun nyaring dengan timber
yang khas (dalam telinga masyarakat Jawa ditangkap berbunyi ning-nong, sehingga dinamakan
kenong). Dalam gamelan, suara kenong mengisi sela-sela antara kempul.
22
KATA PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam kliping alat music ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul kliping ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
23