alat buktix

24
PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN

Upload: riyanuarrosandy

Post on 06-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

alat bukti

TRANSCRIPT

PENYELESAIAN SENGKETA

PERTANAHAN

IDENTITAS DIRI: Dr. Ir. TJAHJO ARIANTO, S.H.,MHum.

Jakarta, 23 AGUSTUS 1954 Sarjana Teknik Geodesi UGM 1981

Sarjana Hukum 1994 Magister Ilmu Hukum 2000

Doktor Ilmu Hukum 2010 HP. - 08567357706 – 0274 554328

Alamat: Jl. Kaliurang km. 5,5 Gang Kelapa Gading no. 101

Sleman, Yogyakarta

email: [email protected]://hukumpertanahansurveikadastral.blogspot.com

/

RIWAYAT PEKERJAAN: Kasi Pengukuran & Pendaf. Tanah Kab. Jember 1989-1999 Kasi Pengukuran & Pendaf. Tanah Kab. Sidoarjo 1994-1995 Kasi Pengukuran & Pendaf. Tanah Jakarta Timur 1995-1999 Kasi Tata Pendaftaran Hak Atas Tanah BPN Pusat 1999-2001

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Jember 2001- 2006 Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Gresik 2006- 2008

Kepala Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan BPN Povinsi Jawa Timur merangkap Kepala Kantor Pertanahan

Surabaya2 2008 -2010 2010 sekarang Dosen Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Dosen Magister Ilmu Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta

Konsultan Hukum Pertanahan

ALAT BUKTI

Pasal 1865 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur:”Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut.”

ALAT BUKTI

Pasal 1866 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur alat bukti dalam perkara perdata terdiri atas:a. bukti tulisan;b. bukti dengan saksi-saksi; c. persangkaan-persangkaan;d. pengakuan; dane. sumpah.

ALAT BUKTI

Fakta atau hal-hal yang harus dibuktikan hanyalah yang berhubungan atau menjadi sengketa yaitu semua yang diajukan pihak yang satu tetapi dibantah atau disangkal oleh pihak yang lain..

ALAT BUKTI

Fakta, peristiwa atau hal-hal yang diajukan oleh satu pihak dan diakui pihak lawan dengan tidak dibantah atau disangkal tidak perlu dibuktikan, artinya bila tidak dibantah tidak terjadi sengketa atau perselisihan. Tidak perlu dibuktikan lagi hal-hal yang diajukan satu pihak meskipun tidak secara tegas dibenarkan oleh yang lain tetapi tidak disangkal. Hukum Acara Perdata mengatur sikap tidak menyangkal dipersamakan dengan mengakui.

ALAT BUKTI

Segala hal-hal yang dapat dianggap telah diketahui oleh umum yang istilah hukumnya fakta ’notoir’ tidak perlu dibuktikan. Contohnya seperti pengukuran jarak dengan rambu ukur hasilnya lebih kasar dari pengukuran dengan pita ukur; bidang tanah dengan luas 50 m2 tidak akan jelas digambarkan di peta skala 1 : 25.000; demikian juga bahwa batas wilayah negara dapat berupa batas pemilikan tanah tidak perlu dibuktikan, yang perlu dibuktikan adalah letaknya.

KESEPAKATAN PARA PIHAK ADALAH UU

Penentuan letak pemilikan batas bidang tanah dilakukan oleh pemilik tanah dan para pemilik tanah yang berbatasan secara kontradiktur dikenal dengan ’asas kontradiktur’. Penentuan letak batas batas secara kontradiktur merupakan perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian sudah sah apabila sudah sepakat.

ALAT BUKTI KESEPAKATAN BATAS

Asas kontradiktur dibuktikan dengan bukti tertulis berupa Berita Acara Pemasangan Tanda Batas yang ditanda tangani pemilik tanah dan pemilik tanah yang berbatasan dan dibenarkan oleh Kepala Desa /Kelurahan bukan pada Gambar Ukur. Data ukuran letak batas pada Gambar Ukur harus disimpan di BPN sepanjang masa selama bidang tanah tersebut masih ada, di kemudian hari data tersebut harus dapat digunakan untuk rekonstruksi letak batas

ALAT BUKTI KESEPAKATAN BATAS

Berita Acara Pemasangan Tanda Batas dan Gambar Ukur yang disimpan di Kantor Petanahan merupakan satu kesatuan alat bukti tertulis yang otentik yang keduanya tidak dapat dipisahkan. Otentik artinya apabila ada pihak yang menyanggah terhadap kebenaran kedua alat bukti tersebut maka pihak yang menyanggah harus yang membuktikannya sanggahannya. Hakim harus yakin terhadap kebenaran alat bukti tersebut sebelum dibuktikan sebaliknya.

PASAL 12 UU N0. 4/2011 ( UU IGS)

Pasal 12 UUIGSPeta dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b terdiri atas:a. garis pantai;b. hipsografi;c. perairan;d. nama rupabumi;e. batas wilayah;f.

PASAL 16 UU IGS

(1) Batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf e digambarkan berdasarkan dokumen penetapan penentuan batas wilayah secara pasti di lapangan oleh Instansi Pemerintah yang berwenang. (2) Dalam hal terdapat batas wilayah yang belum ditetapkan secara pasti di lapangan oleh Instansi Pemerintah yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan batas wilayah sementara yang penggambarannya dibedakan dengan menggunakan simbol dan/atau warna khusus.

PASAL 21 UU 4/2011 (UU IGS)

Pasal 18 dan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 ini diperkuat Pasal 21 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 (UUIGS) menyatakan sebagai berikut:Pasal 21 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011(1) IGT yang menggambarkan suatu batas yang mempunyai kekuatan hukum dibuat berdasarkan dokumen penetapan batas secara pasti oleh Instansi Pemerintah yang berwenang

PASAL 21 UU 4/2011 (UU IGS)

(2) Penetapan batas yang dibuat oleh Instansi Pemerintah dan/atau Pemerintah daerah yang berwenang dilampiri dengan dokumen IGT yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan(3) Dalam hal terdapat batas yang belum ditetapkan secara pasti oleh Instansi Pemerintah yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan batas sementara yang penggambarannya dibedakan dengan menggunakan simbol dan/atau warna khusus

DOKUMEN ALAT BUKTI

Pasal 16 ayat (1) UUIGS menyatakan bahwa letak batas wilayah dari wilayah desa, kecamatan, kabupaten sampai dengan provinsi harus harus digambarkan berdasarkan dokumen yang ditetapkan dan ditentukan secara pasti di lapangan oleh instansi yang berwenang untuk dapat dikatakan sebagai batas yang mempunyai kekuatan hukum.

DOKUMEN ALAT BUKTI

Instansi yang berwenang dalam hal ini saat ini adalah Badan Pertanahan Nasional. Sedangkan dokumen yang dimaksud di sini yang akan merupakan alat bukti bila batas wilayah merupakan batas pemilikan tanah adalah Gambar Ukur dan Berita Acara Pemasangan Tanda Batas yang tersimpan di Kantor Pertanahan.

Batas pemilikan tanah ini tidak hanya sebatas batas pemilikan perorangan atau badan hukum tetapi termasuk batas pemilikan tanah milik badan hukum publik yang dalam hal ini instansi pemerintah maupun yang berstatus tanah Negara

HIERARKI PERATURAN PER –UU-AN

Peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan satu dengan lainnya, harus dipatuhi secara konsisten asas-asas hukum antara lain asas “Lex superior derogat legi inferiori” (peraturan yang lebih tinggi mengalahkan peraturan yang lebih rendah), demikian juga “Lex posterior derogat legi apriori” atau hukum yang baru mengalahkan hukum yang lama dan “Lex spesialis derogat legi generalis” atau hukum yang khusus mengalahkan hukum yang umum.

HIERARKI PERATURAN PER –UU-AN

Pasal 22 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 76 Tahun 2012 yang menyatakan “Penegasan batas daerah dapat dilaksanakan secara kartometrik” jelas tidak mematuhi asas hukum “Lex superior derogat legi inferiori” dalam hal ini bertentangan dengan Pasal 16 ayat (1) UUIGS. Konsekuensi dari batas wilayah yang ditentukan secara kartometrik batas tersebut dengan demikian masih termasuk general boundary yaitu batas yang belum pasti atau masih batas sementara (Pasal 16 ayat 2 UUIGS).

BATAS KARTOMETRIK

Telah banyak kasus permasalahan batas wilayah akibat penentuan batas secara kartometrik, antara lain batas Indonesia dan Malaysia di Pulau Sebatik. Kata “dapat” pada Pasal 22 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 76 Tahun 2012 artinya hanya dalam hal tertentu dilaksanakan, penegasan batas di lapangan merupakan yang utama. Menurut penulis penegasan secara kartometrik hanya dilakukan untuk batas sementara atau batas di lautan.

BATAS KARTOMETRIK

Apabila dari pembuktian secara langsung belum meyakinkan hakim akan kebenaran letak batas, hakim dapat menarik kesimpulan dengan persangkaan sebagai bukti. Persangkaan ialah kesimpulan hakim yang ditarik dari suatu peristiwa yang telah “terkenal” atau telah terbukti atau dianggap terbukti ke arah suatu peristiwa yang “tidak terkenal”, artinya belum terbukti.

SIPADAN DAN LIGITAN

Masalah Pulau Sipadan dan Ligitan yang penyelesaian sengketanya melalui Mahkamah Internasional telah menolak semua alat bukti tertulis yang diajukan para pihak dan

memutuskan bahwa pihak Indonesia dan Malaysia tidak satupun berhak atau ke dua pulau tersebut

SIPADAN DAN LIGITAN

Mahkamah Internasional akhirnya memutuskan dengan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang membuktikan tindakan nyata, itikad dan keinginan untuk bertindak sebagai perwujudan kedaulatan dan pelaksanaan kewenangan secara terus menerus terhadap ke dua pulau. Mahkamah Internasional akhirnya memutuskan bahwa kedaulatan atas Pulau Ligitan dan Pulau Sipadan menjadi milik Malaysia.

KESIMPULAN

1. Hanya alat bukti yang mempunyai kekuatan hukum dapat meyakinkan hakim akan kebenaran suatu peristiwa;2. Tidak selalu alat bukti tertulis dapat meyakinkan hakim, hakim dapat menarik kesimpulan dari persangkaan;3. Alat bukti yang diajukan dalam penyelesaian sengketa batas harus merupakan kesatuan dari aspek hukum dan aspek teknik geodesi yang tidak dapat dipisahkan.