al-wakiil

3
Al-Wakiil : Yang Maha Mewakili/Pemelihara Kata Al-Wakiil terambil dari akar kata “wakala” yang pada dasarnya bermakna “pengandalan pihak lain tentang urusan yang seharusnya ditangani oleh yang mengandalkan”. Demikian Ibnu Faris. Siapa yang diwakilkan atau diandalkan peranannya dalam satu urusan, maka perwakilan tersebut boleh jadi menyangkut hal-hal tertentu dan boleh jadi juga dalam segala hal. Allah dapat diandalkan dalam segala hal. “dia (allah) atas segala sesuatu menjadi wakiil (Q.S. Al-An’am 6:102). Al-Wakiil mempunyai arti bahwa Allah adalah zat yang mengurus segala urusan hambanya dan memudahkan segala yang dibutuhkan oleh mereka, Allah Maha Kuasa memenuhi semua harapan yang mewakilkan-Nya, karena itu dia menegaskan bahwa “Cukuplah Allah sebagai Wakil” (Q.S. An-Nisa 4:81). Bila seseorang mewakilkan orang lain (untuk suatu persoalan), maka ia telah menjadikannya sebagai dirinya sendiri dalam persoalan tersebut, sehingga yang diwakilkan (Wakil) melaksanakan apa yang dikehendaki oleh yang menyerahkan perwakilan itu kepadanya. Menjadikan Allah sebagai wakil berarti menyerahkan kepadanya segala persoalan dalam hal ini yang harus diingat adalah bahwa kenyataan tentang keesaan Allah SWT berarti antara lain bahwa perbuatan-Nya Esa, sehingga tidak dapat disamakan dengan perbuatan manusia dan Allah adalah wakil tertinggi dan jujur. Dia menyelesaikan segala sesuatu yang diserahkan hambanya tanpa membiarkan apapun terbengkalai. Allah berdiri sendiri tanpa bergantung pada apapun,Allah mewujudkan pesan dan amanatnya melalui mereka ( para rasul dan para nabi ) karena mereka adalah hamba-hambanya karena Dialah tuhan pemilik segalanya. Makna seperti ini dapat menimbulkan kesalahpahaman jika tidak dijelaskan lebih jauh . Dalam hal ini ,pertama yang harus diingat adalah bawha kenyakinan tentang keesaan Allah berarti antara lain bahwa perbuatan-Nya Esa , sehingga tidak dapat

Upload: andy-heryanto

Post on 01-Oct-2015

217 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sddsf

TRANSCRIPT

Al-Wakiil : Yang Maha Mewakili/Pemelihara

Kata Al-Wakiil terambil dari akar kata wakala yang pada dasarnya bermakna pengandalan pihak lain tentang urusan yang seharusnya ditangani oleh yang mengandalkan. Demikian Ibnu Faris.

Siapa yang diwakilkan atau diandalkan peranannya dalam satu urusan, maka perwakilan tersebut boleh jadi menyangkut hal-hal tertentu dan boleh jadi juga dalam segala hal. Allah dapat diandalkan dalam segala hal. dia (allah) atas segala sesuatu menjadi wakiil (Q.S. Al-Anam 6:102).

Al-Wakiil mempunyai arti bahwa Allah adalah zat yang mengurus segala urusan hambanya dan memudahkan segala yang dibutuhkan oleh mereka, Allah Maha Kuasa memenuhi semua harapan yang mewakilkan-Nya, karena itu dia menegaskan bahwa Cukuplah Allah sebagai Wakil (Q.S. An-Nisa 4:81). Bila seseorang mewakilkan orang lain (untuk suatu persoalan), maka ia telah menjadikannya sebagai dirinya sendiri dalam persoalan tersebut, sehingga yang diwakilkan (Wakil) melaksanakan apa yang dikehendaki oleh yang menyerahkan perwakilan itu kepadanya.

Menjadikan Allah sebagai wakil berarti menyerahkan kepadanya segala persoalan dalam hal ini yang harus diingat adalah bahwa kenyataan tentang keesaan Allah SWT berarti antara lain bahwa perbuatan-Nya Esa, sehingga tidak dapat disamakan dengan perbuatan manusia dan Allah adalah wakil tertinggi dan jujur. Dia menyelesaikan segala sesuatu yang diserahkan hambanya tanpa membiarkan apapun terbengkalai. Allah berdiri sendiri tanpa bergantung pada apapun,Allah mewujudkan pesan dan amanatnya melalui mereka ( para rasul dan para nabi ) karena mereka adalah hamba-hambanya karena Dialah tuhan pemilik segalanya.

Makna seperti ini dapat menimbulkan kesalahpahaman jika tidak dijelaskan lebih jauh . Dalam hal ini ,pertama yang harus diingat adalah bawha kenyakinan tentang keesaan Allah berarti antara lain bahwa perbuatan-Nya Esa , sehingga tidak dapat dipersamakan dengan perbuatan manusia , walaupun penamaannya mungkin sama . Sebagai contoh, Allah Maha Pengasih ( Rahim ), Maha Pemurah ( Karim ). Kedua sifat ini dapat dinisbahkan kepada manusia, namun hakekat dan kapasitas rahmat dan kemurahan Tuhan tidak dapat dipersamakan dengan apa yang dimiliki oleh manusia, karena mempermasalahkan mengakibatkan gugurnya makna kesaan itu. Allah Maha Memelihara yaitu Dia yang mengurusi segala kebutuhan makhluknya, baik itu dalam urusan dunia maupun urusan akhirat.

Hamba yang melakukan urusannya dengan sebaik-baiknya dan kemudian akan menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT untuk menentukan karunia-Nya. Hamba tersebut akan berdoa kepada Al-Wakiil yang tangan Nya mengendalikan hidupnya untuk melakukan yang terbaik bagi dirinya, karena ia sendiri mengakui ketidaktahuannya. Inilah pengertian tawakal /berserah diri kepada Allah. Apakah ia tahu atau tidak tahu hikmah Satu kebijaksanaan yang dirempuh Allah , ia akan menerimanya dengan sepenuh hati karena Allah mengetahui dan kamu sekalian tidak mengetahui (Q.s Al-Baqarah 2:216). Ini salah satu segi perbedaan antara perwakilan manusia terhadap tuhan dan terhadap selain-Nya .

Perbedaan yang kedua adalah dalam keterlibatan yang mewakilkan. Dalam kamus Almunjid misalnya diuraikan makna mewakilkan antara lain berarti menyerahkan, membiarkan serta merasa cukup.

Kata tawakal yang juga berakar kata sama dengan wakil,bukannya berarti penyerahan secara mutlak kepada Allah, tetapi penyerahan tersebut harus didahului dengan usaha manusiawi. Allah maha memelihara yaitu dia yang memelihara dan mengurusi segala kebutuhan makhluknya,baik itu dalam urusan dunia maupun urusan akhirat.

Cara meneladani sikap Al-Wakiil adalah sebagai berikut Dengan memegang amanah sebaik-baiknya. Melakukan segala sesuatu denagn sungguh-sungguh dengan mengharap ridho dari Allah. Menjalankan amanat yang diberikan pada kita dengan sungguh-sungguh. Menghindari kemalasan dan menumbuhkan sifat kerja keras, ulet, dan tekun. Memasrahkan semuanya kepada Allah setelah berdoa dan berusaha. Menanamkan tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas kita. Berupaya untuk memelihara kesucian diri. Mau berusaha mengintrospeksi diri dan perilaku kita.