akuntansi transaksi penunjang perbankan syariah

6
Kajian Pustaka Islamic Banking and Accounting Kelompok 2: Muhammad Andi Afdal Dabella Yunia Yunit Astriani Marsha Baniita Firdlo AKUNTANSI TRANSAKSI PENJUNJANG PERBANKAN SYARIAH Islam adalah agama yang penuh rahmat. Islam memiliki panduan serta tuntunan untuk menjalani setiap aktivitas manusia sehari-hari dalam berbagai aspek, termasuk di dalamnya transaksi keuangan. Transaksi keuangan syariah pada dasarnya berfokus kepada kemaslahatan bersama, oleh karenanya ketentuannya berbeda dengan transaksi pada lembaga keuangan konvensional yang tekesan berat sebelah. Selain ijarah, musyarakah, mudharabah, salam, istishna, dan murabahah, terdapat juga transaksi penunjang perbankan syariah yang lain seperti sharf, wadiah, wakalah, kafalah, qardhul hasan, hiwalah, rahn, dan jualah. Salah satu transaksi yang paling menarik untuk dibahas adalah qardhul hasan, mengingat tujuan dari penerapan transaksi tersebut adalah murni tolong menolong. Qardhul hasan adalah pinjam-meminjam tanpa disertai bunga. Qardh dalam arti bahasa berasal dari kata: ق (qaradha) yang sinonimnya: qatha’a artinya memotong. Diartikan demikian karena orang yang memberikan utang memotong sebagian dari hartanya untuk diberikan kepada orang yang menerima utang (muqtaridh). Pengertian- pengertian Qardh menurut para ulama’:  Hanafiah Harta yang diberikan kepada orang lain dari maal mitslii untuk kemudian dibayar atau dikembalikan. Atau dengan ungkapan yang lain, qardh adalah suatu perjanjian yang khusus untuk menyerahkan harta (maal mitslii) kepada orang lain untuk kemudian dikembalikan persis seperti yang diterimanya.  Sayid Sabiq Harta yang diberikan oleh pemberi utang (muqridh) kepada penerima utang (muqtaridh) untuk kemudian dikembalikan kepadanya (muqridh) seperti yang diterimanya, ketika ia telah mampu membayarnya.

Upload: iracumi

Post on 12-Oct-2015

47 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aaaa

TRANSCRIPT

Kajian Pustaka Islamic Banking and AccountingKelompok 2:Muhammad Andi AfdalDabella YuniaYunit AstrianiMarsha Baniita FirdloAKUNTANSI TRANSAKSI PENJUNJANG PERBANKAN SYARIAH Islam adalah agama yang penuh rahmat. Islam memiliki panduan serta tuntunan untuk menjalani setiap aktivitas manusia sehari-hari dalam berbagai aspek, termasuk di dalamnya transaksi keuangan. Transaksi keuangan syariah pada dasarnya berfokus kepada kemaslahatan bersama, oleh karenanya ketentuannya berbeda dengan transaksi pada lembaga keuangan konvensional yang tekesan berat sebelah. Selain ijarah, musyarakah, mudharabah, salam, istishna, dan murabahah, terdapat juga transaksi penunjang perbankan syariah yang lain seperti sharf, wadiah, wakalah, kafalah, qardhul hasan, hiwalah, rahn, dan jualah. Salah satu transaksi yang paling menarik untuk dibahas adalah qardhul hasan, mengingat tujuan dari penerapan transaksi tersebut adalah murni tolong menolong.Qardhul hasan adalah pinjam-meminjam tanpa disertai bunga. Qardh dalam arti bahasa berasal dari kata:(qaradha) yang sinonimnya: qathaa artinya memotong. Diartikan demikian karena orang yang memberikan utang memotong sebagian dari hartanya untuk diberikan kepada orang yang menerima utang (muqtaridh). Pengertian-pengertian Qardh menurut para ulama: HanafiahHarta yang diberikan kepada orang lain dari maal mitslii untuk kemudian dibayar atau dikembalikan. Atau dengan ungkapan yang lain, qardh adalah suatu perjanjian yang khusus untuk menyerahkan harta (maal mitslii) kepada orang lain untuk kemudian dikembalikan persis seperti yang diterimanya. Sayid SabiqHarta yang diberikanoleh pemberi utang (muqridh) kepada penerima utang (muqtaridh) untuk kemudian dikembalikan kepadanya (muqridh) seperti yang diterimanya, ketika ia telah mampu membayarnya. HanabilahMemberikan harta kepada orang yang memanfaatkannya dan kemudian mengembalikan penggantinya. SyafiiyahSesuatu yang diberikan kepada orang lain (yang pada suatu saat harus dikembalikan). Berdasarkan hadis Nabi SAW, pemberian pendahuluan pinjaman dengan cara al-qard lebih berkenan bagi Allah dari pada memberi sodaqoh. Ini merupakan keterangan yang sah dan tidak perlu diragukan lagi, serta merupakan sunah Nabi Saw dan ijma ulama. Sumber lain mengatakan, al-Qardhul Hasan adalah merupakan suatu kontrak hutang yang diasaskan atas dasar bantu membantu, sukarela (tabarru) dan belas kasihan kepada individu yang memerlukan. Bila suatu saat si peminjam tidak dapat mengembalikannya, maka berikan kelonggaran waktu pembayaran baginya. Namun, jika si peminjam benar-benar tidak bisa mengembalikannya, maka si pemberi pinjaman harus menganggapnya sebagai sedekah. Akad qardhul hasan hanya bisa terjadi untuk pinjaman yang bersifat darurat, pemenuhan kebutuhan hidup misalnya, bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif apalagi untuk bermain judi. Oleh karena itu, dalam melakukan akad qardhul hasan sebaiknya dilihat dulu siapa orang yang akan diberi pinjaman.Saat pinjaman tidak bisa ditagih, maka si pemberi pinjaman akan menganggapnya sebagai sedekah. Pemberi pinjaman dianggap tidak rugi karena memberikan pinjaman kepada orang yang sangat memerlukan, secara tidak langsung menolongnya dari ketergantungannya dengan uang. Salah satu dasar hukum transaksi qardhul hasan adalah firman Allah S.W.T dalam surah al-Baqarah ayat 245; Barang siapa yang mau memberi pinjaman kepada Alloh pinjaman yang baik, maka Alloh akan melipatgabdakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak dan Alloh menggenggam (menyempitkan) dan membentangkan (melapangkan) (rezeki) dan kepada Alloh dikembalikan kamu sekalian.

Al-Qardhu (pinjaman) dalam ayat di atas adalah merupakan al-Qard al-Hasan iaitu pinjaman yang baik. Ini bermaksud jika seseorang meminjamkan sesuatu kepada orang lain, pinjaman tersebut mesti dipulangkan kepada tuannya dalam jumlah atau bentuk yang sama dan tidak boleh ada penambahan pada barangan tersebut.Selain dalam Al Quran, dasar huum mengenai transaksi qardhul hasan juga erdapat dalam beberapa hadistHadits Riwayat Muslim: *Dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasululah saw meminjam unta dan mengembalikan dengan unta yang lebih baik. Dan beliau bersabda: Pilihannya kalian adalah orang yang memperbaiki pada (pengembalian) pinjaman.(HR Muslim, Kitab al-Musaqah)Hadits Riwayat Nasai: * ( :)Dari Abdillah bin Abi Rabiah, ia berkata: Nabi saw telah meminjam dariku 40.000 dirham, kemudian Nabi mendapatkan harta , makabeliau menyerahkan harta itupadaku (mengembalikan pinjaman). Beliau bersabda: Semoga Alloh memberi barokah untukmu, di dalam keluargamu dan hartamu. Sesungguhnya balasannya pinjaman adalah pujian dan pengembalian . (HR Nasai, Kitab al-Buyu)

Qardhul hasan adalah pinjaman tanpa laba (zero-return). Al-quran sangat menganjurkan kaum muslim untuk memberi pinjaman kepada yang membutuhkan. Peminjam hanya wajib mengembalikan pokok pinjamannya, tetapi dibolehkan memberi bonus sesuai dengan keridaannya. Peminjam qardh hasan juga mendapatkan manfaat dari berbagai macam layanan dan keuangan serta dukungan moral yang diberikan oleh bank. Pinjaman ini sering diberikan kepada lembaga-lembaga amal untuk mendanai aktivitas mereka. Pengembalian dilakukan selama suatu periode yang disepakati kedua pihak. Bank boleh memungut biaya pelayanan, tetapi tanpa dikatikan dengan jumlah atau jangka waktu pinjaman. Jadi, kelebihan itu semata-mata untuk biaya pelayanan. Pembiayaan qardh hasan bisa juga menjadi jalan untuk mempererat dan memfasilitasi hubungan bisnis. Menurut Hanafiah, rukun qardh adalah ijab dan qabul. Sedangkan menurut jumhur fuqaha, rukun qardh adalah 1) aaqid, yaitu muqridh dan muqtaridh; 2) maqud alaih, yaitu uang dan barang; dan 3) shigaht, yaitu ijab dan qabul.1.AaqidBaik muqridh maupun muqtaridh disyaratkan harus orang yang dibolehkan melakukan tasarruf atau memiliki ahliyatul adaa. Syafiiyah memberikan persyaratan untuk muqridh, antara lain: a) ahliyah atau kecakapan untuk melakukan tabarru; b) mukhtar (memiliki pilihan). Sedangkan untuk muqtaridh disyaratkan harus memiliki ahliyah atau kecakapan untuk melakukan muamalat, seperti baligh, berakal, dan tidak mahjur alaih.2.Maqud AlaihMenurut jumhur ulama yang terdiri atas Malikiyah, Syafiiyah, dan Hanabilah, yang menjadi obyek akad dalam al qardh sama dengan obyek akad salam, baik berupa barang-barang yang ditakar (makilat) dan ditimbang (mauzunat), maupun qimiyat (barang-barang yang tidak ada persamaannya di pasaran), seperti hewan, barang-barang dagangan, dan barang yang dihitung. Setiap barang yang boleh dijadikan obyek jual beli, boleh pula dijadikan obyek akad qardh.Hanafiah mengemukakan bahwa maqud alaih hukumnya sah dalam maal mitslii, seperti barang yang ditaksir, barang yang ditimbang, barang yang dihitung dan dihitung dengan meteran. Barang-barang yang tidak ada atau sulit mencari persamaannya di pasaran tidak boleh dijadikan obyek qardh, seperti hewan, karena sulit mengembalikan dengan barang yang sama.3.ShighatQardh adalah suatu akad kepemilikan atas harta, oleh karena itu akad tersebut tidak sah kecuali dengan adanya ijab dan qabul, sama seperti akad jual beli dan hibah. Shighat ihab dengan lafal qardh dan salaf, atau dengan lafal yang mengandung arti kepemilikan. Contohnya: Saya milikkan kepadamu barang ini, dengan ketentuan Anda harus mengembalikan pada saya penggantinya.Menurut Malikiyah, qardh hukumnya sama dengan hibah, shadaqah dan ariyah, berlaku dan mengikat dengan telah terjadinya akad walaupun muqtaridh belum menrima barangnya. Muqtaridh boleh mengembalikan persamaan dari barang yang dipinjamnya, dan boleh pula mengembalikan jenis barangnya, baik barang tersebut mitslii atau ghair mitslii, apabila barang tersebut belum berubah dengan tambah atau kurang. Apabila barang telah berubah, maka muqtaridh wajib mengembalikan barang yang sama.Menurut pendapat yang sahih dari Syafiiyah dan Hanabilah, kepemilikan dalam qardh berlaku apabila barang telah diterima. Muqtaridh mengembalikan barang yang sama kalau barangnya maal mitslii. Menurut Syafiiyah, apabila barangnya maal qiimii maka ia mengembalikannya dengan barang yang nilainya sama dengan barang yang dipinjamnya. Menurut Hanabilah, dalam barang-barang yang ditaksir (makilat) dan ditimbang (mauzunat), sesuai dengan kesepakatan fuqahaa, dikembalikan dengan barang yang sama. Sedangkan dalam barang yang bukan makilat dan mauzunat, ada dua pendapat. Pertama, dikembalikan dengan harganya yang berlaku pada saat utang. Kedua, dikembalikan dengan barang yang sama yang sifat-sifatnya mendekati dengan barang yang diutang atau dipinjam.Pengembalian utang dianjurkan untuk dilakukan secepatnya, apabila orang yang berutang telah memiliki kemampuan untuk mengembalikan. Apabila kondisi orang yang sedang berutang sedang berada dalam kesulitan dan ketidakmampuan, maka kepada orang yang memberikan utang dianjurkan untuk memberikan kelonggaran dengan menunggu sampai ia mampu untuk membayar utangnya. Hal ini sesuai dengan firman Alloh dalam surah Al Baqarah (2): 280 Dan jika (orang yang berutang) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

REFERENSI:Wiroso. 2011. Akuntansi Transaksi Syariah. Ikatan Akuntan Indonesia.Sri Nurhayati dan Wasilah. 2008. Akuntansi Syariaah di Indonesia. Salemba Empat. Jakarta Muhammad Syafi'i Antonio. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press. Jakarta.Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer. Salemba Empat. Jakarta http://qavad.wordpress.com/2010/05/03/qardhul-hasan/http://kjkpemkinfo.blogspot.com/2010/08/qardhul-hasan.htmlhttp://raziahmt.blogspot.com/2008/07/pinjaman-al-qard-al-hasan.htmlhttp://muamalah-ardito.blogspot.com/2012/03/qardh-utang-piutang.html