akuntansi tanaman perkebunan pada pt klm - megan freelycia sumarandak

122
UNIVERSITAS INDONESIA AKUNTANSI TANAMAN PERKEBUNAN PADA PT KLM KARYA AKHIR MEGAN FREELYCIA SUMARANDAK 0906568420 PROGRAM VOKASI BIDANG STUDI AKUNTANSI DEPOK JUNI 2012

Upload: maria-virginia-melati

Post on 11-Apr-2016

79 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

akuntansi perkebunan

TRANSCRIPT

Page 1: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

UNIVERSITAS INDONESIA

AKUNTANSI TANAMAN PERKEBUNAN PADA PT KLM

KARYA AKHIR

MEGAN FREELYCIA SUMARANDAK 0906568420

PROGRAM VOKASI BIDANG STUDI AKUNTANSI

DEPOK JUNI 2012

Page 2: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

i Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

AKUNTANSI TANAMAN PERKEBUNAN PADA PT KLM

KARYA AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

MEGAN FREELYCIA SUMARANDAK 0906568420

PROGRAM VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA BIDANG STUDI AKUNTANSI

KEKHUSUSAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DEPOK

JUNI 2012

Page 3: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak
Page 4: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak
Page 5: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak
Page 6: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

v Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR & UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa

mencurahkan berkat dan tuntunan-Nya kepada Penulis selama menyelesaikan

karya akhir ini. Penulisan karya akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya pada Program Vokasi Universitas

Indonesia Bidang Ilmu Akuntansi.

Karya akhir ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan, bimbingan dan

doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

(1) Ibu Dr. Dwi Martani, S.E., Ak. selaku dosen pembimbing yang senantiasa

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing Penulis

menyelesaikan karya akhir ini.

(2) KAP Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny, khususnya Ci Yelly Warsono,

Ibu Lianny Leo, Mas Ario Bulan Awalia Noor dan Mbak Anastasia Dyaning

Anggraini, yang telah memberikan kesempatan bagi Penulis untuk

melaksanakan magang dan memberikan pelajaran dan bimbingan selama

pelaksanaan magang.

(3) PT KLM yang telah menjadi objek penulisan laporan magang.

(4) Orang tua dan adik Penulis, yaitu Papa Ferry Sumarandak, Mama Magda

Matindas dan Adik Maria Christie Sumarandak yang senantiasa memberikan

doa, dukungan, bimbingan dan cinta kasih kepada Penulis setiap waktu.

(5) Emeraldy Putra Petrus yang tiada henti memberikan doa, dukungan, waktu

dan bantuan kepada Penulis setiap saat.

(6) Seluruh dosen dan karyawan Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang

Ilmu Akuntansi yang senantiasa memberikan bantuan dan bimbingan selama

Penulis menjalani perkuliahan, khususnya Ibu Birawani D. Anggraeni,

S.E., M.S.M. dan Ibu Marsdenia, S.E., Ak., MARS yang ikut serta

memberikan masukan yang baik kepada Penulis dalam pembuatan karya

akhir ini.

Page 7: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

vi Universitas Indonesia

(7) Rekan-rekan seperjuangan di Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang

Ilmu Akuntansi angkatan 2009 yang telah bersama-sama dengan Penulis

menjalani suka dan duka selama masa perkuliahan.

(8) Pihak lain yang tidak dapat Penulis sebut satu persatu.

Penulis adalah manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan. Oleh karena itu,

Penulis meminta maaf untuk segala kekurangan dalam karya akhir ini. Penulis

berharap karya akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Depok, 23 Mei 2012

Penulis

(Megan Freelycia Sumarandak)

Page 8: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak
Page 9: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

viii Universitas Indonesia

ABSTRAK Nama : Megan Freelycia Sumarandak Program Studi : Vokasi Akuntansi Judul : Akuntansi Tanaman Perkebunan pada PT KLM

Karya Akhir ini mengenai Akuntansi Tanaman Perkebunan pada PT KLM. Akuntansi tanaman perkebunan hanya diterapkan oleh perusahaan perkebunan. Hasil audit atas penyajian dan pengungkapan atas tanaman nanas, kelapa sawit dan tebu milik PT KLM pada laporan keuangan tahun 2011 menunjukkan bahwa penyajian dan pengungkapan telah sesuai dengan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Perbandingan antara SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 yang menggunakan metode biaya perolehan dengan IAS No. 41 mengenai Agriculture yang menggunakan metode nilai wajar dibutuhkan karena IAI sedang mempertimbangkan pengadopsian IAS No. 41. Kata kunci: Akuntansi Tanaman Perkebunan, Penyajian dan Pengungkapan.

Page 10: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

ix Universitas Indonesia

ABSTRACT Name : Megan Freelycia Sumarandak Study Program : Vokasi Akuntansi Title : Accounting for Plantation of PT KLM

This Final Project is about Accounting for Plantation of PT KLM. Accounting for plantation is only applied by plantation companies. Audit result for presentation and disclosures of PT KLM’s pineapple, palm and sugarcane plants on financial statement 2011 showed that the presentation and disclosures are in accordance with SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 about Presentation and Disclosures Guidelines for Financial Statement of Public Companies in Plantation Industry. Comparison between SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 that uses cost method and IAS No. 41 about Agriculture that uses fair value method is required because IAI is considering the adoption of IAS No. 41. Keywords: Accounting for Plantation, Presentation and Disclosures.

Page 11: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

x Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN KARYA AKHIR .......................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv KATA PENGANTAR & UCAPAN TERIMA KASIH ................................ v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... vii ABSTRAK .................................................................................................. viii ABSTRACT .................................................................................................. ix DAFTAR ISI .................................................................................................. x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Program Magang ...................................................... 1 1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang ............................................... 2 1.2.1 Tujuan umum ............................................................................ 2 1.2.2 Tujuan khusus ........................................................................... 3 1.3 Ruang Lingkup Pelaksanaan Magang ................................................ 4 1.4 Ruang Lingkup Penulisan Karya Akhir ............................................. 6 1.5 Metodologi Penulisan Karya Akhir ................................................... 8 1.6 Sistematika Penulisan Karya Akhir ................................................... 8 2. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................................ 10 2.1 Gambaran Umum KAP MSSL ........................................................... 10 2.1.1 Sejarah perusahaan .................................................................. 10 2.1.2 Visi, misi dan nilai perusahaan ................................................ 10 2.1.3 Struktur organisasi perusahaan ................................................ 12 2.1.4 Jasa perusahaan ......................................................................... 13 2.2 Gambaran Umum PT KLM ............................................................... 14 2.2.1 Sejarah perusahaan ................................................................... 14 2.2.2 Profil perusahaan ..................................................................... 14 2.2.3 Visi, misi, nilai dan kode etik perusahaan ................................ 18 2.2.4 Struktur organisasi perusahaan ................................................. 21 2.2.5 Ikhtisar keuangan perusahaan ................................................... 22 3. LANDASAN TEORI ............................................................................... 27 3.1 Gambaran Umum Standar Akuntansi untuk Tanaman Perkebunan... 27 3.2 SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan ........................................................................... 28

Page 12: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

xi Universitas Indonesia

3.2.1 Definisi tanaman perkebunan ................................................... 29 3.2.2 Pengakuan, pengukuran dan penyajian tanaman perkebunan .. 30 3.2.3 Pengungkapan tanaman perkebunan ......................................... 34

3.3 Standar Akuntansi selain SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 yang Terkait dengan Akun Tanaman Perkebunan PT KLM ....................... 37 3.3.1 PSAK No. 7 tentang Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi ...... 37 3.3.2 PSAK No. 48 tentang Penurunan Nilai Aset ............................ 39 3.4 IAS No. 41 tentang Agriculture ......................................................... 41

3.4.1 Ruang lingkup penerapan IAS No. 41 ...................................... 41 3.4.2 Pengakuan dan pengukuran tanaman perkebunan .................... 42 3.4.3 Pengungkapan tanaman perkebunan ......................................... 52 3.4.4 Hasil penelitian penggunaan nilai wajar pada IAS No. 41 ....... 55 3.5 Audit atas Tanaman Perkebunan ........................................................ 56 3.5.1 Asersi manajemen dan tujuan audit mengenai penyajian dan pengungkapan ........................................................................... 57 3.5.2 Fase-fase audit atas laporan keuangan ...................................... 58 4. PEMBAHASAN ...................................................................................... 59 4.1 Analisis Industri ................................................................................. 59 4.2 Prosedur Akuntansi Tanaman Perkebunan PT KLM ......................... 61 4.2.1 Prosedur akuntansi tanaman PT KLM yang diklasifikasikan sebagai persediaan .................................................................... 63 4.2.2 Prosedur akuntansi tanaman belum menghasilkan PT KLM ... 67 4.2.3 Prosedur akuntansi tanaman telah menghasilkan PT KLM ...... 71 4.2.4 Penggunaan IAS No. 41 pada PT KLM ................................... 77 4.3 Audit atas Penyajian dan Pengungkapan Tanaman Perkebunan PT KLM ............................................................................................. 80 4.3.1 Perencanaan dan pembuatan pendekatan audit ......................... 80 4.3.2 Tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan tanaman Perkebunan ............................................................................... 82 4.3.2.1 Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and rights and obligations) .................................................. 82 4.3.2.2 Kelengkapan (completeness) ........................................ 83 4.3.2.3 Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation) 84 4.3.2.4 Pengklasifikasian dan pemahaman (classification and understandability) ......................................................... 84 4.3.3 Penyelesaian audit dan penerbitan Laporan Auditor Independen ................................................................................ 85 4.4 Penambahan Proyek Tebu oleh PT KLM pada Tahun 2011 .............. 86 4.5 Analisis Akuntansi dan Audit atas Tanaman Perkebunan PT KLM .. 88 4.5.1 Analisis akuntansi tanaman perkebunan PT KLM ................... 88 4.5.2 Analisis audit atas tanaman perkebunan PT KLM ................... 90 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 92 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 92 5.2 Saran ....................................................................................... 93

Page 13: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

xii Universitas Indonesia

5.2.1 Saran untuk KAP MSSL ........................................................... 93 5.2.2 Saran untuk PT KLM ................................................................ 93 5.2.3 Saran untuk Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi ........................................................................ 94 DAFTAR REFERENSI ............................................................................... 96

Page 14: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Pemegang Saham PT KLM ......................................... 15 Tabel 2.2 Ikhtisar Keuangan PT KLM ................................................... 22 Tabel 2.3 Rasio Keuangan PT KLM ...................................................... 23 Tabel 3.1 Perbedaan Aset Biologis dan Produk Agrikultur ................... 44 Tabel 4.1 Klasifikasi Tanaman Nanas Belum Menghasilkan PT KLM . 68 Tabel 4.2 Komparasi Jurnal antara Metode Biaya Perolehan dengan Metode Nilai Wajar ................................................................ 77 Tabel 4.3 Komparasi Penyajian Laporan Keuangan antara Metode Biaya Perolehan dengan Metode Nilai Wajar ........................ 79 Tabel 4.4 Tren Penjualan dan Laba Kotor PT KLM Divisi Nanas Tahun 2008 – 2010 ................................................................. 87 Tabel 4.5 Kesesuaian Prosedur Akuntansi PT KLM dengan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 ......................................... 89

Page 15: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

xiv Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi KAP MSSL ............................................ 12 Gambar 2.2 Daftar Anak Perusahaan PT PQR Tbk ................................... 15 Gambar 2.3 Alur Penjualan Tandan Buah Segar PT KLM ........................ 16 Gambar 2.4 Alur Penjualan Nanas Mentah PT KLM ................................ 17 Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT KLM ................................................. 21 Gambar 4.1 Skema Umur Tanaman Perkebunan ....................................... 62 Gambar 4.2 Penyajian Persediaan PT KLM .............................................. 64 Gambar 4.3 Pengungkapan Persediaan PT KLM pada Bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Penting ............ 65 Gambar 4.4 Pengungkapan Persediaan PT KLM pada Bagian Persediaan 66 Gambar 4.5 Penyajian Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM ............. 68 Gambar 4.6 Pengungkapan Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM pada Bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting................................................................... 69 Gambar 4.7 Pengungkapan Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM pada Bagian Tanaman Belum Menghasilkan ......................... 70 Gambar 4.8 Penyajian Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM ............... 74 Gambar 4.9 Pengungkapan Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM pada Bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting................................................................... 75 Gambar 4.10 Pengungkapan Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM pada Bagian Tanaman Telah Menghasilkan .......................... 76 Gambar 4.11 Laporan Auditor Independen – Paragraf 2 & 3 ...................... 86

Page 16: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

xv Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Checklist SE-02/PM/2002 Bagian Tanaman Perkebunan ...... 98 Lampiran 2 Laporan Posisi Keuangan PT KLM per 31 Desember 2011 dan 2010 ................................................................................. 102 Lampiran 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif PT KLM untuk Tahun- tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 ................ 104 Lampiran 4 Laporan Perubahan Ekuitas PT KLM untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 .......................... 105 Lampiran 5 Laporan Arus Kas PT KLM untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 ................................... 106

Page 17: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Program Magang

Indonesia sebagai negara berkembang pasti membutuhkan sumber daya

manusia yang berkualitas. Salah satu cara pemenuhan kebutuhan ini adalah

melalui jalur pendidikan formal, yaitu pendidikan tinggi. Menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan, pendidikan vokasi merupakan salah satu pendidikan

yang dapat diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.

Penulis adalah salah satu mahasiswi Program Vokasi Universitas

Indonesia Bidang Ilmu Akuntansi yang menyadari adanya kondisi ini dan

berusaha memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Indonesia. Oleh

karena itu, Penulis mengambil mata kuliah Magang yang diwajibkan sebagai

syarat kelulusan oleh Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Ilmu

Akuntansi untuk meningkatkan dan menerapkan kemampuan teknikal dan

analitikal dalam bidang akuntansi di dunia kerja yang sesungguhnya.

Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi

merupakan transformasi dari Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. Transformasi ini diselenggarakan berdasarkan

SK Rektor UI No. 696A/SK/R/UI/2008. Perbedaan utama dari kedua entitas ini

adalah struktur organisasi. Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia berada di bawah naungan Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, sedangkan Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi

Akuntansi berada di bawah naungan Program Vokasi Universitas Indonesia. Jika

dilihat dari sisi akademik, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua

entitas tersebut karena jenis mata kuliah yang diajarkan dan bobot bagi masing-

masing mata kuliah tersebut tetap sama.

Magang yang merupakan salah satu mata kuliah di Program Vokasi

Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi diselenggarakan dalam usaha

mencapai visi Program Vokasi Universitas Indonesia, yaitu “Menjadi pusat

Page 18: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

2

Universitas Indonesia

unggulan pendidikan vokasional di ASEAN” dan visi Program Vokasi Universitas

Indonesia Bidang Studi Akuntansi, yaitu “Menjadi center of excellence dalam

pendidikan tinggi non gelar di bidang akuntansi di Indonesia”. Mata kuliah

Magang membuka peluang bagi mahasiswa/mahasiswi untuk semakin mendalami

setiap disiplin ilmu yang telah ditekuni di bangku kuliah, menerapkan setiap

disiplin ilmu tersebut dengan baik di dunia kerja yang sesungguhnya dan

mengikuti setiap perkembangan yang terjadi pada setiap disiplin ilmu tersebut.

Tingkat pencapaian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi sistem

perekonomian Indonesia yang semakin berkembang dari hari ke hari.

1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang

Pelaksanaan magang ini memiliki beberapa tujuan yang sejalan dengan

misi pertama Program Vokasi Universitas Indonesia, yaitu “Menyelenggarakan

pendidikan vokasional dengan penekanan pada keahlian dan praktek selaras

dengan kebutuhan dunia kerja dan industri untuk menghasilkan tenaga ahli

madya profesional yang berstandar internasional”. Tujuan tersebut dapat

dikelompokkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

1.2.1 Tujuan umum

Secara umum, pelaksanaan magang bagi mahasiswa/mahasiswi jurusan

Akuntansi Sektor Publik bertujuan untuk menghasilkan praktisi yang kompeten

dalam penyusunan dan pemeriksaan laporan keuangan untuk organisasi sektor

publik dan komersial. Tujuan tersebut mencakup enam bidang kompetensi, yaitu:

• Akuntansi Keuangan dan Manajemen

• Akuntansi Keuangan Organisasi Sektor Publik

• Auditing

• Perpajakan

• Komputer Akuntansi

• Manajemen Keuangan

Page 19: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

3

Universitas Indonesia

1.2.2 Tujuan khusus

Secara khusus, pelaksanaan magang bagi mahasiswa/mahasiswi Program

Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi bertujuan untuk:

• Meningkatkan kredibilitas Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang

Studi Akuntansi dalam menciptakan lulusan dengan kualitas tinggi dan

siap kerja.

• Menjalin kerja sama antara Program Vokasi Universitas Indonesia

dengan perusahaan tempat magang.

• Memberikan pemahaman kepada mahasiswa/mahasiswi untuk

menerapkan setiap kompetensi yang telah didapatkan selama

menjalankan perkuliahan di Program Vokasi Universitas Indonesia

Bidang Studi Akuntansi pada dunia kerja yang sesungguhnya.

• Meningkatkan kemampuan mahasiswa/mahasiswi dalam menyelesaikan

setiap permasalahan yang terjadi pada dunia kerja yang sesungguhnya

menggunakan kemampuan teknikal dan analitikal yang telah didapatkan

selama menjalani perkuliahan di Program Vokasi Universitas Indonesia

Bidang Studi Akuntansi.

• Membentuk budaya kerja yang disiplin kepada mahasiswa/mahasiswi

dalam hal pengaturan waktu, penggunaan busana kerja, penempatan diri

dalam kerja tim dan penguasaan diri dalam menghadapi setiap tekanan

dalam dunia kerja.

• Menjembatani dunia pendidikan dan dunia kerja, sehingga dapat terjalin

keharmonisan dan keselarasan.

• Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan bisnis

perusahaan tempat magang.

• Memberikan kesempatan kepada perusahaan tempat magang untuk

mengangkat karyawan/karyawati yang berkualitas tinggi.

Page 20: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

4

Universitas Indonesia

1.3 Ruang Lingkup Pelaksanaan Magang

Sesuai dengan kebijakan dari Program Vokasi Universitas Indonesia

Bidang Studi Akuntansi, magang harus dilaksanakan dalam jangka waktu minimal

tiga bulan di perusahaan yang telah disetujui. Oleh karena itu, Penulis

melaksanakan magang selama tiga bulan, terhitung sejak tanggal 16 Januari 2012

sampai dengan tanggal 16 April 2012 di Kantor Akuntan Publik Mulyamin Sensi

Suryanto & Lianny, selanjutnya disebut KAP MSSL, yang terletak di Intiland

Tower Lt. 7, JL. Jend. Sudirman Kav. 32 Jakarta 10220.

Penulis dipercaya untuk menjadi junior auditor bagi tiga klien, salah

satunya adalah PT KLM. Penulis tergabung dalam tim yang terdiri dari satu orang

partner, satu orang senior manager, satu orang manager 2, dua orang associate

manager, satu orang supervisor, dua orang associate supervisor, dua orang senior

auditor dan lima orang junior auditor.

Penulis dilibatkan secara aktif dalam pelaksanaan audit. Deskripsi

pekerjaan yang diberikan kepada Penulis selama pelaksanaan magang adalah:

• Membandingkan saldo awal setiap akun yang ada dengan saldo akhir

tahun sebelumnya yang sudah diaudit.

• Memeriksa kesamaan antara neraca saldo dengan buku besar.

• Membandingkan saldo setiap akun antara tahun 2010 dan 2011,

kemudian meminta bukti – bukti pendukung untuk setiap akun yang

memiliki presentase pergerakan yang material dan akun yang sifatnya

lancar, namun tidak mengalami pergerakan dari tahun 2010 sampai 2011.

• Mencari informasi mengenai siklus dan prosedur akuntansi klien melalui

wawancara dan melihat langsung.

• Mengirimkan konfirmasi atas saldo masing-masing bank, piutang, utang

dan modal.

• Memeriksa saldo atas transaksi antar divisi.

• Melakukan prosedur analitik.

• Membuat rekapitulasi atas rekening bank dari Januari sampai Desember

2011.

• Membuat rekapitulasi PPh 21/26, PPh 22, PPh 23/26, PPh 25 dan

PPh 4 (2).

Page 21: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

5

Universitas Indonesia

• Memeriksa keandalan saldo setiap akun dengan memeriksa setiap

dokumen pendukung, antara lain dokumen permintaan pembelian,

dokumen pemesanan pembelian, laporan penerimaan barang, tagihan

pembelian, slip PPN Masukan, memo retur pembelian, journal voucher

pembelian, cek pembayaran, slip pembayaran melalui bank, dokumen

pemesanan penjualan, dokumen pengiriman barang, tagihan penjualan,

slip PPN Keluaran, memo retur penjualan, journal voucher penjualan,

dokumen pembayaran dari pelanggan, perjanjian dan tabel angsuran

pinjaman bank, perjanjian dan tabel angsuran kewajiban sewa

pembiayaan, perjanjian dengan kontraktor, laporan aktuaris dan dokumen

penutupan bank.

• Memeriksa rekonsiliasi bank yang telah dibuat oleh klien.

• Membuat rekapitulasi atas kewajiban kontinjensi.

• Melakukan identifikasi atas klasifikasi kewajiban sewa pembiayaan dan

pinjaman bank.

• Menghitung bunga yang seharusnya diakui per tanggal pelaporan

keuangan.

• Menghitung ulang depresiasi aset tetap.

• Menguji ketepatan atas akun piutang usaha, piutang lain-lain, persediaan,

aset tetap, tanaman belum menghasilkan, uang muka pembelian, utang

usaha, utang lain-lain, uang muka penjualan, pajak pertambahan nilai,

harga pokok penjualan, beban penjualan, serta beban umum dan

administrasi dengan membandingkan rincian akun dengan laporan

keuangan.

• Membuat mutasi atas akun aset tetap, tanaman menghasilkan dan

tanaman belum menghasilkan.

• Menguji ketepatan pencatatan kas dengan membuat mutasi dari tanggal

pemeriksaan kas sampai dengan tanggal pelaporan keuangan.

• Menguji ketepatan pencatatan persediaan dengan membuat mutasi dari

tanggal pemeriksaan persediaan sampai dengan tanggal pelaporan

keuangan.

Page 22: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

6

Universitas Indonesia

• Menguji ketepatan pencatatan utang dan piutang dengan memeriksa

pembayaran yang terjadi setelah tanggal pelaporan keuangan.

• Membuat konsolidasi atas akun persediaan, beban pokok penjualan dan

liabilitas sewa pembiayaan.

• Memeriksa pengungkapan atas masing-masing akun dalam laporan

keuangan.

• Menyajikan laporan keuangan yang telah diaudit.

1.4 Ruang Lingkup Penulisan Karya Akhir

Seluruh tulisan yang disajikan dalam karya akhir ini adalah murni hasil

pekerjaan Penulis selama pelaksanaan magang. Berdasarkan peraturan dari

Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi yang mengacu

pada Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik, maka Penulis menyamarkan

identitas perusahaan menjadi PT KLM untuk menjaga kerahasiaan perusahaan

yang diaudit.

Ruang lingkup penulisan karya akhir ini adalah Akuntansi Tanaman

Perkebunan pada PT KLM. PT KLM merupakan perusahaan yang bergerak

dalam bidang perkebunan nanas, sawit dan tebu. Laporan keuangan

PT KLM untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan

2010 diaudit oleh KAP MSSL. Audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian,

bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan

keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan

dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap

penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.

Karya akhir ini akan membahas mengenai prosedur akuntansi atas

tanaman perkebunan yang dijalankan oleh PT KLM selama tahun 2011, terutama

pada bagian penyajian dan pengungkapan. Prosedur akuntansi tersebut dilihat dari

sisi auditor sebagai pihak yang menerima data mengenai tanaman perkebunan

PT KLM dari manajemen. Selanjutnya, auditor memeriksa penyajian dan

pengungkapan atas tanaman perkebunan untuk memenuhi presentation and

disclosure-related audit objective.

Page 23: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

7

Universitas Indonesia

Ada beberapa alasan yang membuat Penulis tertarik mengangkat akun

tanaman perkebunan sebagai topik laporan magang dan menganggap akun

tersebut unik. Alasan tersebut dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu dari sisi akun

tanaman perkebunan, sisi standar akuntansi yang berlaku dan sisi PT KLM.

Dari sisi akun perkebunan, hanya perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan

yang memiliki akun tersebut, sehingga perlakuan atas akun tersebut perlu

dipelajari lebih lanjut.

Jika dilihat dari standar akuntansi yang berlaku, Indonesia belum

memiliki Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang khusus mengatur

tentang tanaman perkebunan. Indonesia masih mempertimbangkan untuk

mengadopsi International Accounting Standard (IAS) No. 41 mengenai

Agriculture. Butuh pertimbangan yang matang untuk mengimplementasikan

standar tersebut di Indonesia karena terdapat kesulitan dalam penentuan nilai aset

biologis menggunakan nilai wajar.

Selanjutnya, keunikan tersendiri yang nampak dari PT KLM adalah

keberadaan tiga proyek perkebunan yang dijalankan, yaitu kelapa sawit, nanas dan

tebu. Ketiga proyek tersebut tidak dimulai pada saat yang bersamaan. Perusahaan

diawali dengan proyek kelapa sawit, kemudian proyek kelapa sawit ditutup dan

diganti dengan proyek nanas. Pada tahun 2005, manajemen memutuskan untuk

mengaktifkan kembali proyek kelapa sawit tanpa menutup proyek nanas,

kemudian pada tahun 2011 dimulai proyek tebu tanpa menutup kedua proyek

sebelumnya. Jika dilihat dari lamanya masa tanam, ketiga proyek ini memiliki

perbedaan masa tanam yang cukup jauh, yaitu kelapa sawit dalam waktu empat

sampai lima tahun, nanas dalam waktu dua puluh dua bulan dan tebu dalam waktu

enam bulan. Kondisi tersebut menyebabkan adanya perbedaan perlakuan

akuntansi untuk masing-masing proyek. Keterlibatan Penulis secara langsung

pada audit atas PT KLM membuat Penulis dapat mempelajari akun tanaman

perkebunan.

Page 24: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

8

Universitas Indonesia

1.5 Metodologi Penulisan Karya Akhir

Metodologi yang digunakan Penulis dalam pencarian data untuk laporan

magang ini adalah dengan cara:

• Praktek lapangan

• Studi literatur

• Wawancara dengan auditor KAP MSSL

• Wawancara dengan PT KLM

1.6 Sistematika Penulisan Karya Akhir

Sistematika penulisan karya akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Pendahuluan

Pada bab ini, Penulis membahas tentang hal-hal mendasar dalam

pelaksanaan program magang, yaitu latar belakang program magang,

tujuan magang, ruang lingkup pelaksanaan magang, ruang lingkup

penulisan laporan, metodologi penulisan laporan, serta sistematika

penulisan laporan.

2. Gambaran Umum Perusahaan

Pada bab ini, Penulis membahas mengenai gambaran umum KAP MSSL

yang merupakan tempat Penulis melaksanakan program magang dan

PT KLM yang merupakan perusahaan yang menjadi objek penulisan

laporan magang. Gambaran umum ini meliputi profil perusahaan, jenis

perusahaan, struktur organisasi, visi dan misi perusahaan dan informasi

lainnya yang berhubungan dengan perusahaan.

3. Landasan Teori

Pada bab ini, Penulis membahas mengenai konsep, standar, maupun

peraturan yang mendasari penulisan laporan magang, yaitu mengenai

prosedur akuntansi tanaman perkebunan dan prosedur audit atas

penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan.

Page 25: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

9

Universitas Indonesia

4. Pembahasan

Pada bab ini, Penulis membahas akuntansi tanaman perkebunan yang

dijalankan oleh PT KLM, perbandingan antara standar akuntansi yang

dijalankan oleh PT KLM dengan standar akuntansi internasional yang

belum diterapkan di Indonesia, serta audit atas tanaman perkebunan yang

dilihat dari sisi penyajian dan pengungkapan.

5. Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini, Penulis membuat kesimpulan atas prosedur akuntansi

tanaman perkebunan pada PT KLM, prosedur audit atas penyajian dan

pengungkapan tanaman perkebunan PT KLM dan hasil audit atas

penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan PT KLM, serta

memberikan saran bagi KAP MSSL, PT KLM dan Program Vokasi

Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi.

Page 26: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

10 Universitas Indonesia

BAB 2

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum KAP MSSL

2.1.1 Sejarah perusahaan

KAP MSSL yang berpusat di Intiland Tower Lt. 7, JL. Jend. Sudirman

Kav. 32 Jakarta 10220, berawal dari sebuah KAP yang didirikan oleh HL pada

tanggal 1 Oktober 2002, yaitu KAP DMR. Pada saat itu, susunan partner terdiri

dari DM, ES dan GMK. Pada awal tahun 2003, KAP DMR memulai afiliasi

dengan Moore Stephens International Limited. Dengan adanya afiliasi ini,

KAP DMR semakin berkembang demi menjadi KAP terkemuka di Indonesia.

Sampai dengan saat ini, KAP DMR telah dua kali mengalami

restrukturisasi organisasi. Restrukturasi organisasi yang pertama terjadi pada

bulan Oktober 2006. Pada saat itu, susunan partner menjadi ES, GMK, LL, LSW

dan SS. Pergantian partner tersebut secara otomatis membuat KAP DMR berganti

nama menjadi KAP MSS. Restrukturisasi organisasi yang kedua terjadi pada

bulan Oktober 2011. Proses restrukturisasi organisasi ini kembali mengubah

susunan partner menjadi sebelas orang, yaitu AH, AS, AM, GMK, JM, LL, LSW,

ML, SAR, SS dan YW. Satu hal yang sedikit berbeda dalam restrukturisasi

organisasi yang kedua ini adalah terdapat managing partner yang dijabat oleh ES.

Restrukturisasi organisasi tersebut menyebabkan KAP MSS kembali berganti

nama menjadi KAP MSSL sampai sekarang.

2.1.2 Visi, misi dan nilai perusahaan

Sebagai perusahaan afiliasi dari Moore Stephens International Limited di

Indonesia, KAP MSSL senantiasa menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam

perusahaan untuk mencapai visi dan misi Moore Stephens International Limited.

Page 27: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

11

Universitas Indonesia

• Visi

Menjadi pemimpin yang paling diakui dan dihargai dalam dunia

akuntansi dan konsultasi internasional, serta selalu menjadi pilihan utama

dalam pasar.

• Misi

Memberi kesuksesan bagi perusahaan afiliasi melalui kepemimpinan

yang kuat dan sumber daya internasional yang terbaik, yang disertai

dengan budaya yang berkualitas dari atas ke bawah.

• Nilai

o Serius dalam kesuksesan

Kualitas – tidak ada kompromi.

Inovasi atas apa yang dilakukan dan bagaimana melakukan hal

tersebut.

Mendukung perkembangan profit perusahaan afiliasi.

Jujur, bermoral dan terbuka.

o Menunjukkan komitmen kepada perusahaan afiliasi, pegawai dari

perusahaan afiliasi dan klien dari perusahaan afiliasi

Memberikan kepercayaan melalui integritas dan kejujuran.

Ada dan cepat tanggap.

Proaktif dan cerdik

o Bertanggungjawab terhadap penduduk setempat

Terlibat dan memberikan dukungan kepada komunitas lokal.

Memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan.

o Nyaman dengan apa yang kami lakukan

Memiliki perasaan yang kuat.

Terlibat dengan perusahaan afiliasi kami dan Negara tempat

perusahaan afiliasi bernaung.

Page 28: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

12

Universitas Indonesia

2.1.3 Struktur organisasi perusahaan

Managing Partner

(1 orang)

Partner (11 orang)

Management Support Director Senior Manager (2 orang) (4 orang)

Manager 2 (6 orang)

Manager 1 (4 orang) Associate Manager (14 orang)

Supervisor (17 orang)

Associate Supervisor (36 orang)

Senior (39 orang)

Junior (50 orang)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi KAP MSSL

Sumber: Struktur Organisasi KAP MSSL (“ telah diolah kembali”)

Office Secretary

IT

Admin Support

HRD & GA

F & A

Keterangan: HRD & GA Human Resources Development & General Affair IT Information & Technology F & A Finance and Accounting

Page 29: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

13

Universitas Indonesia

Jabatan tertinggi KAP MSSL adalah managing partner. Tugas managing

partner adalah mengatur keseluruhan operasional KAP MSSL dan membawahi

sebelas orang partner. Partner bertugas menjadi pemimpin dari masing-masing

tim audit KAP MSSL. Selain itu, partner juga yang berwenang membubuhkan

tanda tangan di atas Laporan Auditor Independen dan bertanggung jawab atas

opini audit yang dikeluarkan.

Masing-masing tim audit terdiri dari partner, senior manager,

manager 2, manager 1, associate manager, supervisor, associate supervisor,

senior dan junior. Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin tinggi pula

tanggung jawab yang diemban. Setiap anggota tim harus bekerja sama agar

pelaksanaan audit dapat berjalan dengan baik. Jumlah anggota dalam setiap tim

berbeda satu sama lain karena disesuaikan dengan kebutuhan audit.

KAP MSSL juga memiliki dua orang director. Director bertugas sebagai

quality control, yaitu pihak yang memeriksa kualitas pelaksanaan audit dan

Laporan Auditor Independen yang dikeluarkan. Staf yang membantu pekerjaan

director memiliki jabatan yang setara dengan manager 2.

Keseluruhan operasional KAP MSSL ditunjang dengan keberadaan

management support yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu Human Resources

Development & General Affair, Office Secretary, Information & Technology,

Admin Support dan Finance & Accounting. Management support tidak terlibat

secara langsung dalam pelaksanaan audit, namun KAP MSSL tidak dapat berjalan

dengan baik tanpa keberadaan mereka.

2.1.4 Jasa perusahaan

KAP MSSL menawarkan jasa audit dan assurance yang dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

• Audit atas laporan keuangan perusahaan.

• Audit atas laporan keuangan untuk publik, termasuk penawaran umum

dan pengajuan bursa.

• Jasa atestasi, Review, dan Agreed Upon Procedure seperti : pemeriksaan

laporan keuangan perspektif, informasi keuangan proforma, struktur

pengendalian internal pada laporan keuangan, dan atestasi kepatuhan.

Page 30: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

14

Universitas Indonesia

• Review of management discussion on analysis.

• Performance audit.

2.2 Gambaran Umum PT KLM

2.2.1 Sejarah perusahaan

Keberadaan Indonesia sebagai negara agraris yang kaya dengan hasil

alam yang berkualitas ditanggapi dengan sigap oleh PT KLM dengan mendirikan

badan usaha yang bergerak dalam bidang perkebunan. Berdasarkan akta pendirian

yang telah ditandatangani oleh notaris, perusahaan resmi berdiri sejak tanggal

20 Maret 1995. Akta pendirian tersebut mengalami perubahan pada tanggal

3 September 1996. Akta pendirian dan perubahan tersebut telah disahkan oleh

Menteri Kehakiman Republik Indonesia.

Perkebunan merupakan salah satu jenis industri yang unik. Industri ini

membutuhkan pengetahuan dan perhatian khusus untuk menjalankan prosedur

akuntansi untuk tanaman yang merupakan makhluk hidup yang senantiasa tumbuh

dan berkembang. Sampai dengan tahun 2010, perusahaan telah memiliki dua

divisi perkebunan, yaitu divisi perkebunan nanas dan kelapa sawit. Pada tahun

2011, perusahaan memperluas usahanya dengan menambah divisi perkebunan

tebu. Pencatatan akuntansi untuk masing-masing divisi ditangani oleh pegawai

yang berbeda.

2.2.2 Profil perusahaan

Sejak tahun 1999, perusahaan diakuisisi oleh PT PQR Tbk yang telah

mengembangkan sayap di kancah nasional dan internasional. Oleh karena itu,

PT KLM semakin terdorong untuk maju mengikuti jejak PT PQR Tbk. Pada tahun

2011, jika dibandingkan dengan anak perusahaan PT PQR Tbk yang lain,

PT KLM mengalami kemajuan yang paling besar. Kemajuan ini tercermin melalui

penambahan divisi perkebunan tebu. Presentase kepemilikan PT PQR Tbk sampai

dengan tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar 99,75% yang terlihat pada

Tabel 2.1.

Page 31: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

15

Universitas Indonesia

Tabel 2.1 Daftar Pemegang Saham PT KLM

Nama JumlahPemegang Jumlah Presentase Modal

Saham Saham Kepemilikan Disetor% Rp '000.000

PT PQR Tbk 997.500 99,750 99.750Bpk. ABC 1.250 0,125 125Bpk. GHI 1.250 0,125 125

Jumlah 1.000.000 100,000 100.000

Sumber: Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

PT KLM bersama tujuh perusahaan yang lain merupakan anak

perusahaan PT PQR Tbk. Struktur anak perusahaan PT PQR Tbk terlihat pada

Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Daftar Anak Perusahaan PT PQR Tbk

Sumber: Laporan Keuangan 2011 PT PQR Tbk – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Page 32: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

16

Universitas Indonesia

Delapan anak perusahaan PT PQR Tbk bergerak dalam beberapa bidang usaha.

PT DEF, PT GHI, PT LMN dan PT MNO bergerak dalam bidang perkebunan

kelapa sawit, PT JKL bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan jeruk,

PT KLM bergerak dalam bidang perkebunan nanas, kelapa sawit dan tebu,

PT ABC bergerak dalam bidang pabrikasi minyak sawit dan minyak inti sawit,

dan PT OPQ merupakan holding company. PT OPQ mempunyai dua anak

perusahaan, yaitu PT CBA dan PT FED. Kedua anak perusahaan PT OPQ tersebut

sama-sama bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit.

PT PQR Tbk dan anak perusahaan sering terlibat dalam transaksi pihak

berelasi. Seluruh hasil perkebunan kelapa sawit milik anak perusahaan

PT PQR Tbk, termasuk hasil perkebunan kelapa sawit PT KLM, dijual ke

PT ABC yang akan mengolah hasil perkebunan tersebut menjadi minyak sawit

dan minyak inti sawit yang kemudian dijual ke PT PQR Tbk. Selanjutnya,

PT PQR Tbk memasarkan minyak sawit dan minyak inti sawit ke pasar lokal dan

internasional. Alur transaksi tersebut terlihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Alur Penjualan Tandan Buah Segar PT KLM

Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Page 33: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

17

Universitas Indonesia

Transaksi pihak berelasi yang melibatkan PT KLM juga terjadi atas

penjualan nanas mentah. Perusahaan menjual seluruh nanas mentah kepada

PT XYZ Tbk, yang merupakan anak perusahaan dari PT DCB (induk perusahaan

dari PT PQR Tbk). Skema penjualan tersebut terlihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Alur Penjualan Nanas Mentah PT KLM

Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Pada periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2011, belum terjadi

penjualan tebu karena tanaman masih berbentuk tanaman belum menghasilkan.

Apabila tanaman tebu sudah dipanen, perusahaan tidak akan langsung menjual

tebu tersebut. Perusahaan sudah merencanakan untuk mengolah tebu menjadi

gula cair. Oleh karena itu, mulai tahun 2011 perusahaan memulai proses

konstruksi pabrik gula. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2011, proses

konstruksi tersebut masih berlangsung. Konstruksi ini direncanakan akan selesai

pada tahun 2012.

Page 34: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

18

Universitas Indonesia

2.2.3 Visi, misi, nilai dan kode etik perusahaan

Seluruh anak perusahaan PT PQR Tbk, termasuk PT KLM, senantiasa

bersatu padu dalam menerapkan nilai-nilai dan kode etik yang terkandung pada

perusahaan untuk mencapai visi dan misi PT PQR Tbk.

• Visi

Menjadi produsen minyak goreng nabati dan turunannya yang

terintegrasi penuh dengan biaya produksi yang rendah dan ramah

lingkungan.

• Misi

Kekuatan melalui integrasi.

• Nilai

o Transparansi (Keterbukaan Informasi)

Penyerahan Laporan Berkala Tepat Waktu

Perusahaan selalu menyadari pentingnya penyediaan informasi

yang cukup, jelas, akurat, konsisten dan tepat waktu bagi para

pengguna laporan keuangan.

Penyebaran Informasi

Perusahaan berusaha menyediakan berbagai informasi melalui

media publik.

o Akuntabilitas

Perusahaan memiliki struktur organisasi dan fungsi

pertanggungjawaban yang jelas guna menciptakan pengelolaan

perusahaan secara efektif.

o Tanggungjawab

Kebijakan Perusahaan dalam Pengelolaan Limbah

Perusahaan selalu menyadari pentingnya pengelolaan limbah yang

dihasilkan sebagai bentuk tanggungjawab terhadap masyarakat dan

lingkungan. Perusahaan sedang mengembangkan pembuatan pupuk

organik dengan memanfaatkan limbah berupa tandan kosong.

Page 35: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

19

Universitas Indonesia

Kebijakan Penciptaan Lapangan Kerja di Sekitar Unit Usaha

Perkebunan Milik Perusahaan

Kebijakan ini dilakukan untuk mendukung pemerintah dalam

penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat, terutama

daerah-daerah sekitar tempat operasi unit usaha perusahaan.

o Kemandirian

Independensi di dalam perusahaan tercermin dengan keberadaan

seorang Komisaris Independen yang bertanggungjawab dan

berwenang mengawasi kebijakan dan tindakan direksi, serta

memberikan nasihat kepada direksi jika diperlukan. Keberadaan

Komisaris Independen dalam perusahaan juga sebagai penyeimbang

dalam pengambilan keputusan Dewan Komisaris. Komite Audit

perusahaan secara independen dan profesional memberikan pendapat

kepada Dewan Komisaris. Laporan yang dibuat oleh Komite Audit

menjadi landasan bagi Komisaris, termasuk Komisaris Independen,

dalam menilai dan mengidentifikasi hal-hal yang menyangkut laporan

keuangan dengan berbagai pertimbangan risiko yang ada.

o Kewajaran

Perusahaan memberikan perlakuan yang setara, baik kepada publik,

maupun pemegang saham. Hubungan dengan karyawan juga terus

dijaga dengan menghindari praktik diskriminasi.

• Kode Etik

o Semua pekerja akan memenuhi semua peraturan dan hukum yang

berlaku.

o Setiap Direksi atau karyawan harus menyatakan suatu benturan

kepentingan yang dapat memungkinkan terjadinya keuntungan pribadi

yang menjadi beban perusahaan.

o Karyawan seharusnya tidak memegang jabatan Direktur di luar

perusahaan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Dewan Direksi.

Page 36: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

20

Universitas Indonesia

o Tidak ada karyawan yang mencoba mendapatkan atau menerima

kepuasan dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk uang maupun

hadiah.

o Tidak ada karyawan yang menawarkan, memberikan atau menjanjikan

kepuasan dalam bentuk apapun.

o Tidak ada pembayaran dalam hubungan dengan transaksi jual-beli

yang akan dibayar kepada perorangan kecuali mereka yang berhak

secara hukum atas sejumlah uang tersebut.

o Pekerja hanya dapat menerima hadiah yang diterima dalam jumlah

yang wajar.

o Dimana hadiah dianggap perlu dalam kepentingan meningkatkan

hubungan dengan pelanggan, jamuan/kepada klien dan calon klien

mungkin dapat dilakukan.

o Kontribusi kepada partai atau gerakan politik yang diizinkan oleh

hukum hanya dapat dilakukan dengan persetujuan dari Pimpinan

Perusahaan.

Page 37: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

21

Universitas Indonesia

2.2.4 Struktur organisasi perusahaan

Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT KLM

Sumber: Data Perusahaan PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT KLM sama dengan Dewan

Komisaris dan Dewan Direksi PT PQR Tbk dan tujuh anak perusahaan yang lain.

Sejumlah pegawai yang bekerja pun relatif sama. Keberadaan ini diungkapkan

dalam Catatan atas Laporan Keuangan PT KLM.

Dewan Komisaris bertanggungjawab dan berwenang mengawasi

tindakan, kebijakan dan keputusan Direksi. Hal ini dilakukan agar Direksi

Page 38: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

22

Universitas Indonesia

berjalan sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, regulasi yang berlaku dan

prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Selain itu, Dewan Komisaris juga

bertugas memberikan nasihat yang diperlukan bagi Direksi.

Dewan Direksi bertugas mengelola perusahaan dan kekayaan

perusahaan. Hasil pekerjaan Direksi harus dipertanggungjawabkan pada Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS). Direksi dibantu oleh sejumlah pegawai

perusahaan yang akan bekerja sama untuk memajukan perusahaan.

2.2.5 Ikhtisar keuangan perusahaan

Ikhtisar keuangan PT KLM dalam dua tahun terakhir dapat digunakan

untuk melihat kondisi keuangan PT KLM. Ikhtisar keuangan tersebut terlihat pada

Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Ikhtisar Keuangan PT KLM

Laporan Posisi Keuangan

2011 2010Rp '000.000 Rp '000.000

Aset LancarPersediaan 20.337 3.307Aset lancar lainnya 3.019 870

Aset Tidak LancarTanaman telah menghasilkan 14.903 15.551Tanaman belum menghasilkan 71.230 49.232Aset tidak lancar lainnya 92.004 46.121

Jumlah Aset 201.493 115.081Liabilitas Jangka Pendek 8.836 3.791Liabilitas Jangka Panjang 152.358 73.630

Jumlah Liabilitas 161.194 77.421Ekuitas (Defisiensi Modal) 40.299 37.660

Jumlah Liabilitas dan Ekuitas 201.493 115.081

Per tanggal 31 Desember

Sumber: Data Ikhtisar Keuangan PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Page 39: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

23

Universitas Indonesia

Tabel 2.2 (“sambungan”)

Laporan Laba Rugi Komprehensif

2011 2010Rp '000.000 Rp '000.000

Penjualan Bersih 15.893 8.985Laba Kotor 5.443 2.231Laba (Rugi) Komprehensif 2.638 (37)

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember

Penulis menghitung rasio-rasio keuangan PT KLM untuk mempermudah

pemahaman atas Ikhtisar Keuangan PT KLM. Rasio-rasio tersebut terlihat pada

Tabel 2.3

Tabel 2.3 Rasio Keuangan PT KLM

2011 2010% %

Pertumbuhan Penjualan 76,88 64,53Pertumbuhan Laba (Rugi) Kotor 143,97 -163,07Pertumbuhan Laba (Rugi) Komprehensif -7.229,73 -99,46Pertumbuhan Aset 75,09 -2,09Pertumbuhan Liabilitas 108,20 -53,03Pertumbuhan Ekuitas (Defisiensi Modal) 7,01 -179,61

Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Penjualan 16,60 -0,41Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Total Aset 1,31 -0,03Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Total Ekuitas 6,55 -0,10

Aset Lancar terhadap Liabilitas Lancar 264,33 110,18Liabilitas terhadap Ekuitas 400,00 205,58Liabilitas terhadap Aset 80,00 67,28

Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

• Rasio Pertumbuhan Penjualan

Pada tahun 2010, perusahaan berhasil meningkatkan penjualan sebesar

64,53% dari tahun 2009, sedangkan pada tahun 2011 perusahaan berhasil

meningkatkan penjualan sebesar 76,88% dari tahun 2010. Rasio ini

Page 40: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

24

Universitas Indonesia

membuktikan bahwa terjadi pertumbuhan penjualan yang signifikan dari

tahun 2009 ke tahun 2010 dan dari tahun 2010 ke tahun 2011. Selain itu,

dapat dilihat juga bahwa pertumbuhan penjualan yang terjadi pada tahun

2011 lebih besar daripada tahun 2010. Pertumbuhan ini disebabkan oleh

penjualan hasil panen kelapa sawit pada tahun 2011 lebih besar daripada

penjualan hasil panen kelapa sawit pada tahun 2010.

• Rasio Pertumbuhan Laba (Rugi) Kotor

Pada tahun 2010, perusahaan berhasil menurunkan rugi kotor sebesar

163,07% dari tahun 2009. Dengan kata lain, perusahaan telah berhasil

mengubah rugi kotor pada tahun 2009 menjadi laba kotor pada tahun

2010, sedangkan pada tahun 2011 perusahaan berhasil meningkatkan

laba kotor sebesar 143,97% dari tahun 2010. Rasio ini menunjukkan

bahwa mulai tahun 2010, kinerja perusahaan semakin membaik dalam

mengelola beban pokok penjualan. Kinerja ini senantiasa berkembang

sampai dengan tahun 2011.

• Rasio Pertumbuhan Laba (Rugi) Komprehensif

Pada tahun 2010, perusahaan berhasil menurunkan rugi komprehensif

sampai sebesar 99,46% dari tahun 2009, sedangkan pada tahun 2011

terjadi perubahan yang sangat signifikan, yakni perusahaan berhasil

menurunkan rugi komprehensif sampai dengan 7.229,73% dari tahun

2010. Hal tersebut berarti perusahaan berhasil mengubah rugi

komprehensif pada tahun 2010 menjadi laba komprehensif pada tahun

2011. Perubahan yang sangat besar ini terjadi karena dua hal, yakni pada

tahun 2011 perusahaan telah berhasil meningkatkan laba kotor

perusahaan dan tidak ada penurunan nilai atas tanaman nanas seperti

yang terjadi di tahun 2010.

• Rasio Pertumbuhan Aset

Pada tahun 2010, total aset milik perusahaan mengalami penurunan

sebesar 2,09% dari tahun 2009, namun pada tahun 2011 total aset milik

perusahaan justru mengalami kenaikan sebesar 75,09%. Perbedaan yang

signifikan tersebut terjadi karena pada tahun 2011 perusahaan memulai

proyek baru, yaitu proyek tebu yang diklasifikasikan sebagai persediaan.

Page 41: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

25

Universitas Indonesia

• Rasio Pertumbuhan Liabilitas

Pada tahun 2010, jumlah liabilitas milik perusahaan mengalami

penurunan sebesar 53,03% dari tahun 2009, sedangkan pada tahun 2011

total liabilitas perusahaan mengalami kenaikan sebesar 108,20% dari

tahun 2010. Kenaikan yang signifikan ini terjadi karena pada tahun 2011

perusahaan menambah liabilitas sewa pembiayaan dan utang bank untuk

membiayai alat-alat berat yang digunakan untuk proyek tebu.

• Rasio Pertumbuhan Jumlah Ekuitas (Defisiensi Modal)

Pada tahun 2010, perusahaan telah berhasil menurunkan defisiensi modal

sebesar 179,61% dari tahun 2009. Hal ini berarti perusahaan telah

berhasil mengubah defisiensi modal pada tahun 2009 menjadi ekuitas

pada tahun 2010. Penurunan defisiensi modal yang signifikan ini

disebabkan oleh adanya penambahan modal saham sebesar

Rp 85.000 juta pada tahun 2010 dan penurunan rugi komprehensif dari

tahun 2009 ke 2010. Pada tahun 2011, perusahaan kembali meneruskan

keberhasilan di tahun 2010, dengan meningkatkan jumlah ekuitas sebesar

7,01% dari tahun 2010.

• Rasio Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Penjualan

Pada tahun 2010, setiap Rp 1 penjualan justru menghasilkan rugi bersih

sebesar Rp 0,41, sedangkan pada tahun 2011 perusahaan telah mampu

menghasilkan laba bersih sebesar Rp 16,60 dari setiap Rp 1 penjualan.

Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2011 perusahaan dapat mengatur

setiap beban yang dikeluarkan dengan lebih baik dibandingkan dengan

tahun 2010, sehingga kenaikan beban pada tahun 2011 lebih kecil

daripada kenaikan penjualan.

• Rasio Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Total Aset

Pada tahun 2010, setiap Rp 1 investasi atas aset perusahaan hanya

membawa rugi bersih sebesar Rp 0,03, namun pada tahun 2011

perusahaan telah berhasil mengelola investasi atas aset perusahaan

menjadi laba bersih. Hal tersebut dapat dibuktikan menggunakan rasio

laba bersih terhadap jumlah aset tahun 2011 yaitu setiap Rp 1 investasi

atas aset perusahaan dapat dikelola menjadi Rp 1,31 laba bersih.

Page 42: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

26

Universitas Indonesia

• Rasio Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Total Ekuitas

Pada tahun 2010, setiap Rp 1 ekuitas perusahaan hanya mendapatkan

pengembalian berupa rugi bersih sebesar Rp 0,10, sedangkan pada tahun

2011 perusahaan berhasil meningkatkan laba komprehensif, sehingga

setiap Rp 1 ekuitas mendapatkan pengembalian berupa laba bersih

sebesar Rp 6,55.

• Rasio Aset Lancar terhadap Liabilitas Lancar

Pada tahun 2010, jumlah aset lancar 1,10 kali jumlah liabilitas lancar,

sedangkan pada tahun 2011, jumlah aset lancar menjadi 2,64 kali

liabilitas lancar. Hal ini berarti, baik tahun 2011 maupun 2010,

perusahaan dapat menutupi seluruh liabilitas lancarnya menggunakan

aset lancar. Kenaikan lebih dari 100% pada tahun 2011 disebabkan

adanya tanaman tebu yang diklasifikasikan sebagai persediaan, sehingga

meningkatkan nilai aset lancar.

• Rasio Liabilitas terhadap Ekuitas

Pada tahun 2010, total liabilitas 2,05 kali total ekuitas, sedangkan pada

tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 4,00 kali. Angka ini

menunjukkan bahwa dalam hal pendanaan, perusahaan cenderung

menambah utang daripada menambah jumlah saham. Pada tahun 2011

pun proporsi utang yang digunakan lebih besar daripada tahun 2010.

• Rasio Liabilitas terhadap Aset

Perhitungan rasio ini digunakan untuk memperjelas proporsi pendanaan

menggunakan utang perusahaan yang telah dijelaskan pada rasio

sebelumnya. Pada tahun 2010, 67,28% aset perusahaan didapat melalui

pendanaan dari utang. Sedangkan pada tahun 2011, mengalami

peningkatan menjadi 80%.

Page 43: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

27 Universitas Indonesia

BAB 3

LANDASAN TEORI

3.1 Gambaran Umum Standar Akuntansi untuk Tanaman Perkebunan

Tanaman merupakan aset vital bagi kelangsungan hidup perusahaan yang

bergerak dalam industri perkebunan. Tanaman memiliki karakteristik khusus yang

berbeda dengan aset tetap pada umumnya, yaitu keberadaan tanaman sebagai aset

biologis yang mengalami transformasi biologis. Transformasi biologis tersebut

dipengaruhi oleh banyak faktor yang kadang kala berada di luar kendali

manajemen, misalnya terjadi gagal panen karena cuaca yang sedang tidak

menentu, yang terjadi di luar prediksi manajemen. Oleh karena itu, manajemen

perlu pengetahuan khusus secara jelas dan spesifik mengenai prosedur akuntansi

bagi tanaman.

Keberadaan Indonesia sebagai negara agraris telah membuka peluang

bagi para pengusaha untuk menjalankan industri di bidang perkebunan, namun

keadaan ini belum didukung dengan adanya Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan, selanjutnya disebut PSAK, yang khusus mengatur mengenai tanaman

maupun aset biologis. Ikatan Akuntan Indonesia, selanjutnya disebut IAI, masih

mempertimbangkan untuk mengadopsi International Accounting Standard,

selanjutnya disebut IAS, No. 41 mengenai Agriculture.

Pada tahun 1994, Indonesia memiliki PSAK No. 32 tentang Kehutanan

yang dapat dijadikan referensi untuk prosedur akuntansi bidang perkebunan. Hal

ini karena kehutanan dan perkebunan merupakan industri yang mengelola aset

biologis. PSAK No. 32 disahkan pada tanggal 7 September 1994 dan berlaku

efektif untuk pelaporan yang dimulai atau setelah tanggal 1 Januari 1995.

Pada tahun 2009 PSAK No. 32 ini dicabut. Pencabutan tersebut berlaku

efektif sejak tahun 2010. Martani, Dwi (2010, hal.77) menyatakan bahwa:

“Alasan DSAK melakukan pencabutan tersebut dalam rangka melakukan

konfergensi IFRS. Tidak ada standar khusus akuntansi kehutanan dalam

IFRS. Alasan kedua, karena PSAK 32 melanggar konsep matching

principles dalam pengakuan beban dan HTI dalam pengembangan tidak

sesuai dengan definisi aset.”

Page 44: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

28

Universitas Indonesia

Saat ini, PSAK yang paling erat hubungannya dengan perkebunan adalah

PSAK No. 14 tentang Persediaan dan PSAK No. 16 tentang Aset Tetap.

PSAK No. 14 tentang Persediaan dapat diaplikasikan untuk tanaman yang dapat

ditanam dan habis dipanen dalam satu siklus tanam, sedangkan PSAK No. 16

tentang Aset Tetap dapat diaplikasikan untuk tanaman yang memerlukan waktu

pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen secara komersial

pertama kali.

Standar akuntansi, selain PSAK, yang juga berlaku di Indonesia adalah

Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal, selanjutnya disebut

SE Bapepam. Bapepam telah mengeluarkan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002

mengenai Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau

Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Standar ini yang digunakan oleh

PT KLM dalam menjalankan siklus akuntansi bidang perkebunan. Oleh karena

itu, Penulis akan menjabarkan standar ini secara lebih mendalam.

Penulis menyadari keberadaan penulis sebagai insan pendidikan

Indonesia. Isu pertimbangan untuk mengadopsi IAS No. 41 tentang Agriculture

telah berhasil menggerakkan naluri kependidikan penulis untuk membahas lebih

jauh mengenai standar ini. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan

perbandingan antara SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman

Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik

Industri Perkebunan yang sudah berlaku di Indonesia dengan IAS No. 41 tentang

Agriculture yang kemungkinan akan berlaku di Indonesia pada waktu yang akan

datang.

3.2 SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan

Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik

Industri Perkebunan

SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan

Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri

Perkebunan mengatur mengenai prosedur akuntansi khusus untuk industri

perkebunan. Standar ini menjelaskan bahwa industri perkebunan memiliki

karakteristik khusus yang membedakan industri perkebunan dengan sektor

Page 45: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

29

Universitas Indonesia

industri lain. Karakteristik khusus tersebut adalah adanya aktivitas pengelolaan

dan transformasi biologis atas tanaman untuk menghasilkan produk yang akan

dikonsumsi atau diproses lebih lanjut.

Standar ini menggolongkan industri perkebunan dalam empat kegiatan,

yaitu:

• Pembibitan dan penanaman, yaitu proses pengelolaan bibit tanaman agar

siap untuk ditanam dan diikuti dengan proses penanaman.

• Pemeliharaan, yaitu pemeliharaan tanaman melalui proses pertumbuhan

dan pemupukan hingga dapat menghasilkan produk.

• Pemungutan hasil, yaitu proses pengambilan atau panen atas produksi

tanaman untuk kemudian dijual atau dibibitkan kembali.

• Pengemasan dan pemasaran, yaitu proses lebih lanjut yang dibutuhkan

agar produk tersebut siap dijual.

3.2.1 Definisi tanaman perkebunan

SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 menjabarkan istilah-istilah tanaman

perkebunan sebagai berikut:

• Tanaman semusim, yaitu tanaman yang dapat ditanam dan habis dipanen

dalam satu siklus tanam.

Contoh: padi, kedelai, jagung dan tebu.

• Tanaman keras, yaitu tanaman yang memerlukan waktu pemeliharaan

lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen secara komersial pertama

kali.

Contoh: kelapa sawit, karet dan coklat.

• Tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu kali panen tetapi bukan

tanaman keras.

Contoh: cabe, tomat, semangka, melon dan timun.

• Tanaman holtikultura, yaitu tanaman yang hasil panennya dapat

dikonsumsi langsung. Tanaman holtikultura dapat berupa tanaman

semusim, tanaman keras dan tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu

kali panen tetapi bukan tanaman keras.

Contoh: buah-buahan dan sayuran.

Page 46: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

30

Universitas Indonesia

• Tanaman nonholtikultura, yaitu tanaman yang hasil panennya tidak dapat

dikonsumsi secara langsung. Tanaman nonholtikultura dapat berupa

tanaman semusim, tanaman keras dan tanaman yang dapat dipanen lebih

dari satu kali panen tetapi bukan tanaman keras.

Contoh: padi, kopi, teh, kelapa sawit dan bunga matahari.

• Tanaman belum menghasilkan, yaitu tanaman yang dapat berupa semua

jenis tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu kali. Tanaman belum

menghasilkan digunakan sebagai sebutan akun untuk menampung

biaya-biaya yang terjadi sejak saat penanaman sampai saat tanaman

tersebut siap untuk menghasilkan secara komersial.

• Tanaman telah menghasilkan, yaitu tanaman keras yang dapat dipanen

lebih dari satu kali yang telah menghasilkan secara komersial. Tanaman

menghasilkan digunakan sebagai sebutan akun untuk biaya-biaya yang

sudah harus dikapitalisasi sebagai bagian aktiva tetap.

3.2.2 Pengakuan, pengukuran dan penyajian tanaman perkebunan

“Financial statements are the principal means through which a company

communicates its financial information to those outside it” (Kieso, Donald E.

et al, 2011, hal.5). Hal tersebut berarti laporan keuangan merupakan sarana utama

yang digunakan perusahaan untuk menyebarluaskan informasi keuangan

perusahaan kepada pihak di luar perusahaan. Pihak di luar perusahaan adalah

investor yang dapat memberikan pendanaan bagi perusahaan, kreditur yang dapat

memberikan pinjaman kepada perusahaan, badan perpajakan yang mewajibkan

perusahaan untuk membayar pajak sebesar proporsi dari laba bersih perusahaan,

serta pihak-pihak lain yang erat kaitannya dengan kemajuan perusahaan. Oleh

karena itu, laporan keuangan perusahaan harus disajikan secara benar.

Penyajian laporan keuangan secara benar harus dilakukan baik dari segi

jumlah, maupun klasifikasi dari masing-masing akun yang ada, termasuk akun

yang berkaitan dengan tanaman perkebunan. Tanaman perkebunan dapat

diklasifikasikan menjadi tiga bagian dalam laporan keuangan, yaitu persediaan,

tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan. Akun persediaan

termasuk dalam aset lancar karena memenuhi salah satu dari kriteria berikut ini:

Page 47: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

31

Universitas Indonesia

• Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.

• Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan

dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan.

• Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan

diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari

tanggal neraca.

Akun tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan termasuk

dalam aset tidak lancar karena tidak memenuhi salah satu dari ketiga kriteria aset

lancar.

Yang termasuk dalam persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual

dalam kegiatan usaha normal, aset dalam proses produksi, aset dalam bentuk

bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau

pemberian jasa, atau aset dalam perjalanan. Persediaan disajikan sebesar nilai

yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the lower of

cost or net realizable value). Pada industri perkebunan, persediaan meliputi:

• Barang jadi yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal

perusahaan yang terdiri dari:

o Hasil produksi perkebunan yang merupakan hasil panen atau hasil

produksi dari perkebunan, misalnya buah-buahan, getah kerat,

sayuran, tanaman pangan dan bunga.

o Tanaman untuk dijual, misalnya pohon buah-buahan, bonsai dan

sebagainya.

o Bibit tanaman untuk dijual

Barang jadi yang tersedia untuk dijual disajikan sebesar nilai yang

lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the

lower of cost or net realizable value).

• Tanaman semusim yang belum menghasilkan disajikan sebesar biaya

yang dikeluarkan untuk pembibitan atau pembelian bibit dan penanaman

tanaman semusim sampai tanaman tersebut siap panen. Pengklasifikasian

sebagai persediaan tidak memperhatikan jangka waktu dari saat tanam

sampai panen lebih atau kurang dari satu tahun. Tanaman semusim

Page 48: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

32

Universitas Indonesia

diperlakukan seperti barang setengah jadi (work in process) sampai

dipanen.

• Barang atau material yang digunakan secara langsung dalam proses

produksi yang terdiri dari:

o Bibit tanaman yang dapat dipandang dari dua sisi. Bagi perusahaan

penjual bibit, bibit tanaman merupakan persediaan, sedangkan bagi

perusahaan perkebunan bibit merupakan persediaan sepanjang belum

digunakan sendiri oleh perusahaan untuk menghasilkan secara

komersial. Jika sudah digunakan oleh perusahaan sendiri untuk

menghasilkan secara komersial, bibit merupakan tanaman belum

menghasilkan dalam aset tidak lancar.

o Persediaan bahan pembantu merupakan bahan baku atau barang yang

diperlukan dalam proses transformasi untuk menghasilkan barang jadi

tetapi hubungannya dalam proses tidak langsung, misalnya pestisida,

pupuk dan sebagainya.

o Persediaan lain merupakan barang yang diperlukan dalam proses

produksi perusahaan seperti solar, suku cadang dan sebagainya.

o Barang dalam perjalanan merupakan barang atau material yang

merupakan milik perusahaan yang sudah dibeli, tetapi masih ada

dalam perjalanan.

Bagi perusahaan yang mengikuti program Perkebunan Inti Rakyat, maka

pencatatan atas tanaman semusim yang belum menghasilkan harus mencadangkan

kemungkinan rugi apabila biaya penggantian dari pemberi pinjaman lebih rendah

dari biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Dalam pola Perkebunan Inti

Rakyat, perusahaan membiayai operasional terlebih dahulu dan penggantiannya

dapat lebih rendah sehingga sudah dapat dihitung berapa nilai penggantian yang

akan diterima, selisihnya harus dicadangkan sebagai rugi. Perkebunan Inti Rakyat

merupakan program pemerintah yang mewajibkan perusahaan tertentu untuk

membina masyarakat transmigran untuk menghasilkan komoditas perkebunan

tertentu, sedangkan Perkebunan Inti Plasma merupakan program pemerintah yang

Page 49: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

33

Universitas Indonesia

mewajibkan perusahaan tertentu untuk membina masyarakat menghasilkan

komoditas perkebunan.

Tanaman belum menghasilkan merupakan tanaman yang belum

menghasilkan dan dapat dipanen lebih dari satu kali. Tanaman belum

menghasilkan dicatat sebesar biaya-biaya yang terjadi sejak penanaman sampai

tanaman tersebut siap untuk menghasilkan secara komersial. Biaya-biaya tersebut

terdiri dari biaya persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan

kapitalisasi biaya pinjaman yang dipakai dalam pendanaan. Pada saat tanaman

siap untuk menghasilkan, maka tanaman belum menghasilkan direklasifikasi

menjadi tanaman telah menghasilkan. Pencatatan atas tanaman belum

menghasilkan untuk perusahaan yang mengikuti pola PIR harus dibedakan

menjadi dua bagian, yaitu:

• Tanaman belum menghasilkan yang ditujukan sebagai plasma. Cadangan

atas kerugian yang mungkin terjadi apabila terdapat kenaikan harga bibit,

tenaga kerja yang harus ditanggung oleh perusahaan dan tidak dapat

dibebankan pada petani penerima atau taksiran jumlah penggantian lebih

rendah dari jumlah biaya yang telah dan akan dikeluarkan. Penyesuaian

atas cadangan ini akan dilakukan pada saat fakta atas kerugian telah

diketahui.

• Tanaman belum menghasilkan yang ditujukan sebagai inti yang dimiliki

perusahaan.

Tanaman belum menghasilkan disajikan sebesar biaya perolehan dan tidak

disusutkan.

Tanaman telah menghasilkan merupakan tanaman keras yang dapat

dipanen lebih dari satu kali yang telah menghasilkan secara komersial. Tanaman

telah menghasilkan dicatat sebesar biaya perolehan, yaitu semua biaya-biaya yang

dikeluarkan sampai tanaman tersebut dapat menghasilkan. Tanaman telah

menghasilkan disajikan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi deplesi.

Page 50: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

34

Universitas Indonesia

3.2.3 Pengungkapan tanaman perkebunan

Menurut SE Bapepam No. SE-02/PM/2002, pos-pos yang nilainya

material harus dirinci dan dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan,

sedangkan untuk pos-pos yang bersifat khusus untuk industri perkebunan harus

dirinci dan dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan tanpa

mempertimbangkan materialitasnya. Oleh karena itu, akun-akun yang

mengandung tanaman perkebunan, seperti persediaan, tanaman belum

menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan harus dirinci dan dijelaskan dalam

Catatan atas Laporan Keuangan, baik pada bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi,

maupun pada bagian Pengungkapan atas Pos-pos Laporan Keuangan dan

Pengungkapan Lainnya.

Pada bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi, hal-hal yang harus

diungkapkan adalah:

• Persediaan

o Pengakuan Nilai Persediaan

Perusahaan harus menjelaskan metode yang digunakan dalam

pengakuan nilai persediaan, yaitu berdasarkan nilai yang lebih rendah

antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the lower of cost or

net realizable value).

o Rumus Biaya Persediaan

Perusahaan harus menjelaskan rumus yang digunakan untuk biaya

persediaan. Rumus yang dapat digunakan adalah biaya masuk pertama

keluar pertama (first in, first out), biaya rata-rata tertimbang (weighted

average), biaya masuk terakhir keluar pertama (last in, first out) dan

identifikasi khusus (specific identification).

o Metode penyisihan untuk persediaan mati atau hilang dan persediaan

yang perputarannya lambat (slow moving).

• Tanaman Perkebunan

o Dasar klasifikasi untuk jenis tanaman sebagai persediaan, tanaman

belum menghasilkan atau tanaman telah menghasilkan.

o Dasar penilaian dan pengukuran.

Page 51: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

35

Universitas Indonesia

o Kebijakan akuntansi reklasifikasi tanaman belum menghasilkan ke

tanaman telah menghasilkan.

o Metode penyusutan dan masa manfaat tanaman yang disusutkan.

o Kebijakan akuntansi biaya pinjaman.

Pada bagian Pengungkapan atas Pos-pos Laporan Keuangan dan

Pengungkapan Lainnya, rincian yang harus diungkapkan adalah:

• Persediaan

o Total jumlah tercatat dan nilai tercatat menurut klasifikasi tertentu,

seperti persediaan barang jadi, persediaan dalam pertumbuhan, serta

bahan baku dan pembantu.

o Jumlah penyesuaian atas penurunan nilai persediaan.

o Kondisi dan peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan

yang diturunkan.

o Jumlah penyisihan atau penghapusan persediaan mati atau usang.

o Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah penyisihan atau

penghapusan persediaan yang mati dan usang.

o Nilai tercatat persediaan yang dijaminkan dan nama pihak yang

menerima jaminan.

o Nilai persediaan yang diasuransikan, nilai pertanggungan asuransi dan

risiko yang ditutup.

o Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah pertanggungan asuransi.

o Nilai tercatat persediaan yang dijadikan jaminan.

o Dalam situasi depresiasi rupiah luar biasa, yaitu jumlah selisih kurs

yang dikapitalisasi, biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah

yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount).

o Penjelasan mengenai kerugian persediaan yang jumlahnya material

dan sifatnya luar biasa, seperti bencana alam.

o Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi dan tingkat kapitalisasi

yang digunakan.

Page 52: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

36

Universitas Indonesia

• Tanaman Belum Menghasilkan

o Mutasi tanaman belum menghasilkan yang terdiri dari saldo awal,

tambahan tahun berjalan, pengurangan tahun berjalan dan saldo akhir.

Tambahan tahun berjalan terdiri dari biaya langsung, jumlah

kapitalisasi biaya pinjaman dan rugi kurs dalam hal terjadi depresiasi

luar biasa. Pengurangan tahun berjalan terdiri dari jumlah yang

direklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan dan pengurangan

lainnya.

o Nilai perkebunan dalam Perkebunan Inti Rakyat / Perkebunan Inti

Plasma yang menjadi milik perusahaan (inti) dan tanaman yang bukan

milik perusahaan (perkebunan rakyat / perkebunan plasma).

o Cadangan kerugian yang mungkin timbul pada plasma.

• Tanaman Telah Menghasilkan

o Rincian nilai tercatat dan akumulasi penyusutan menurut jenis

tanaman.

o Rekonsiliasi nilai tercatat awal tahun dan akhir tahun tanaman untuk

setiap kelompok selama paling tidak dua tahun terakhir.

o Status tanah yang digunakan untuk menanam.

o Nilai tanaman telah menghasilkan berdasarkan area/lokasi

penanaman.

o Perbandingan saldo tanaman belum menghasilkan selama paling tidak

dua tahun.

o Tanaman yang dijaminkan.

Page 53: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

37

Universitas Indonesia

3.3 Standar Akuntansi selain SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 yang

Terkait dengan Akun Tanaman Perkebunan PT KLM

3.3.1 PSAK No. 7 tentang Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi

Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas

tertentu dalam menyiapkan laporan keuangan.

• Orang atau anggota keluarga terdekat berelasi dengan entitas pelapor

jika:

o Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas

pelapor.

o Memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor.

o Personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk dari

entitas pelapor.

• Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika:

o Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang

sama.

o Salah satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama bagi

entitas yang lain.

o Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang

sama.

o Salah satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan

entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.

o Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk

imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait

dengan entitas pelapor.

o Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang

termasuk dalam tiga syarat pada poin pertama.

o Orang yang memenuhi syarat pertama pada poin pertama memiliki

pengaruh signifikan terhadap entitas atau anggota manajemen kunci

entitas (atau entitas induk dari entitas).

Page 54: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

38

Universitas Indonesia

• Yang tidak termasuk dalam pihak-pihak berelasi adalah:

o Dua entitas yang memiliki direktur atau anggota manajemen kunci

yang sama, maupun manajemen kunci dari salah satu entitas

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap entitas lain.

o Dua venturer yang mengendalikan bersama atas venturer bersama.

o Penyandang dana, serikat dagang, entitas pelayanan publik, maupun

departemen dan instansi pemerintah yang tidak mengendalikan,

mengendalikan bersama, atau memiliki pengaruh signifikan terhadap

entitas pelapor.

o Pelanggan, pemasok, pemegang hak waralaba, distributor, atau

perwakilan/agen umum yang mengadakan transaksi usaha dengan

entitas dalam volume yang signifikan.

Apabila terjadi transaksi pihak-pihak berelasi, maka entitas harus

mengungkapkan transaksi tersebut dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Hal-hal

yang perlu diungkapkan adalah:

• sifat dari hubungan dengan pihak-pihak berelasi;

• informasi mengenai transaksi, saldo dan komitmen yang diperlukan

untuk memahami potensi dampak hubungan tersebut dalam laporan

keuangan, yaitu:

o nilai transaksi;

o jumlah saldo dan komitmen;

o penyisihan piutang ragu-ragu yang terkait dengan jumlah saldo

tersebut;

o beban yang diakui selama periode dalam hal piutang ragu-ragu atau

penghapusan piutang dari pihak-pihak yang mempunyai hubungan

istimewa.

Page 55: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

39

Universitas Indonesia

3.3.2 PSAK No. 48 tentang Penurunan Nilai Aset

Aset mengalami penurunan nilai apabila jumlah tercatat aset melebihi

jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Penurunan

nilai ini didasarkan atas indikasi yang dinilai oleh entitas bahwa aset mengalami

penurunan nilai. Indikasi-indikasi yang perlu dipertimbangkan oleh entitas adalah:

• Informasi dari Sumber Eksternal

o Nilai pasar aset mengalami penurunan secara signifikan selama suatu

periode laporan keuangan yang disebabkan oleh lamanya masa

pemakaian atau pemakaian normal.

o Terdapat perubahan signifikan atas teknologi, pasar, ekonomi atau

lingkup hukum yang terkait dengan aset tetap selama suatu periode

laporan keuangan yang merugikan entitas.

o Kenaikan suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar atas investasi

selama suatu periode laporan keuangan yang akan memengaruhi

tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset.

o Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasar.

• Informasi dari Sumber Internal

o Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset.

o Terjadi atau akan terjadi perubahan signifikan atas cara penggunaan

aset yang merugikan entitas, misalnya aset menjadi tidak digunakan,

rencana untuk menghentikan atau restrukturisasi operasi yang di

dalamnya aset digunakan, rencana untuk melepas aset sebelum

tanggal yang diharapkan sebelumnya dan penilaian ulang umur

manfaat aset dari tidak terbatas menjadi terbatas.

o Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa

kinerja ekonomi aset lebih buruk, maupun akan lebih buruk, dari yang

diharapkan.

Jika terdapat salah satu atau lebih dari indikasi-indikasi di atas, maka

entitas mengestimasi jumlah terpulihkan atas aset yang bersangkutan. Jumlah

terpulihkan didapat dari nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya

untuk menjual dengan nilai pakai. Perbedaan kedua nilai tersebut adalah:

Page 56: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

40

Universitas Indonesia

• Nilai Wajar Dikurangi Biaya untuk Menjual

Cara terbaik yang dapat digunakan untuk menentukan nilai wajar

dikurangi biaya untuk menjual adalah menggunakan harga dalam suatu

perjanjian penjualan mengikat yang disesuaikan dengan biaya tambahan

yang dapat diatribusikan langsung pada pelepasan aset. Apabila tidak

tersedia perjanjian penjualan mengikat maka entitas dapat menggunakan

harga pasar aset dikurangi biaya pelepasan aset tersebut dalam pasar

aktif. Apabila tidak tersedia perjanjian penjualan mengikat dan pasar

aktif, maka entitas dapat menggunakan informasi terbaik yang tersedia,

misalnya hasil dari transaksi terkini untuk aset serupa dalam industri

yang sama.

• Nilai Pakai

Langkah pertama yang dilakukan entitas untuk menentukan estimasi nilai

pakai aset adalah mengestimasi arus kas masa depan yang meliputi

proyeksi arus kas masuk dari penggunaan aset, proyeksi arus kas keluar

yang diperlukan untuk menghasilkan arus kas masuk dari penggunaan

aset, serta arus kas neto yang akan diterima untuk pelepasan aset pada

akhir masa manfaat. Langkah kedua yang dilakukan entitas adalah

menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan

tersebut. Tingkat diskonto ditetapkan dengan dasar tingkat diskonto

sebelum pajak yang menggambarkan penilaian pasar kini dari nilai waktu

uang dan risiko spesifik atas aset yang belum disesuaikan dengan

estimasi arus kas masa depan.

Setelah menentukan jumlah terpulihkan aset, entitas membandingkan

jumlah terpulihkan tersebut dengan jumlah tercatat aset. Apabila jumlah

terpulihkan aset lebih kecil daripada jumlah tercatat aset, maka nilai aset harus

diturunkan. Penurunan tersebut adalah rugi penurunan nilai yang diakui dalam

laba rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan PSAK lain.

Setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan aset disesuaikan di

periode selanjutnya, yakni menggunakan jumlah tercatat aset revisian (aset yang

Page 57: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

41

Universitas Indonesia

sudah diturunkan nilainya) yang dikurangi dengan nilai residu dan dialokasikan

sesuai sisa umur manfaat.

Apabila pada periode selanjutnya rugi penurunan nilai mengalami

penurunan atau tidak ada lagi, maka jumlah tercatat aset dinaikkan ke jumlah

terpulihkan aset. Jumlah tercatat aset yang telah dinaikkan kembali tidak boleh

melebihi jumlah tercatat aset seandainya aset tidak mengalami rugi penurunan

nilai pada tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan

rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi, kecuali aset disajikan pada

jumlah direvaluasi sesuai dengan PSAK lain. Setelah pengakuan pembalikan rugi

penurunan nilai, beban penyusutan aset disesuaikan di periode selanjutnya, yakni

menggunakan jumlah tercatat aset revisian (aset yang sudah dinaikkan nilainya)

yang dikurangi dengan nilai residu dan dialokasikan sesuai sisa umur manfaat.

3.4 IAS No. 41 tentang Agriculture

IAS No. 41 tentang Agriculture mengatur prosedur akuntansi yang

berkaitan dengan aktivitas agrikultur. Aktivitas agrikultur merupakan pengelolaan

atas transformasi biologis (proses penambahan dan penurunan kualitas/kuantitas,

produksi, serta penciptaan aset biologis baru) suatu aset biologis dengan tujuan

untuk dijual, dibuat menjadi produk agrikultur, atau dibuat menjadi aset biologis

tambahan.

3.4.1 Ruang lingkup penerapan IAS No. 41

IAS No. 41 mengenai Agriculture dapat diaplikasikan untuk akun-akun

berikut yang terkait dengan aktivitas agrikulutur:

• Aset Biologis

Aset biologis merupakan makhluk hidup berupa tanaman atau hewan.

• Produk Agrikultur Saat Dipanen

Produk agrikultur merupakan hasil dari aset biologis milik perusahaan.

Panen merupakan saat pelepasan hasil dari aset biologis atau penghentian

proses hidup aset biologis. Jadi, produk agrikultur saat dipanen adalah

hasil dari aset biologis milik perusahaan pada saat aset tersebut dilepas

atau dihentikan dari proses hidup. Standar ini tidak berlaku lagi untuk

Page 58: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

42

Universitas Indonesia

proses lanjutan yang dilakukan oleh perusahaan atas aset biologis setelah

dipanen.

Contoh: Perusahaan memproduksi tanaman nanas. Standar ini berlaku

sampai tanaman nanas tersebut dipanen. Pada saat perusahaan

memproduksi nanas ini menjadi selai, standar ini tidak berlaku lagi.

• Hibah Pemerintah

Hibah pemerintah merupakan bantuan dari pemerintah dalam bentuk

transfer sumber daya kepada suatu entitas sebagai imbalan untuk masa

lalu atau masa depan sesuai dengan kondisi tertentu yang berkaitan

dengan aktivitas operasional entitas tersebut.

Standar ini tidak berlaku bagi:

• Tanah yang Berhubungan dengan Aktivitas Agrikultur

Standar yang digunakan untuk akun ini adalah IAS No. 16 mengenai

Property, Plant and Equipment dan IAS No. 40 mengenai Investment

Property.

• Aset Takberwujud yang Berhubungan dengan Aktivitas Agrikultur

Standar yang digunakan untuk akun ini adalah IAS No. 38 mengenai

Intangible Assets.

3.4.2 Pengakuan dan pengukuran tanaman perkebunan

Perusahaan dapat mengakui suatu aset biologis dan produk agrikultur

jika, dan hanya jika:

• Perusahaan memiliki kontrol atas aset biologis dan produk agrikultur

sebagai hasil dari kegiatan di masa lampau. Kontrol tersebut dapat

dimiliki oleh perusahaan melalui kepemilikan secara hukum atau

keberadaan tanda khusus atas akuisisi aset biologis dan produk

agrikultur.

• Ada kemungkinan yang besar bahwa keuntungan ekonomis di masa

depan yang berkaitan dengan aset tersebut akan mengalir untuk

perusahaan. Keuntungan ekonomis di masa depan biasanya dinilai

dengan mengukur atribut fisik yang signifikan.

Page 59: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

43

Universitas Indonesia

• Nilai wajar atau biaya perolehan atas aset tersebut dapat diukur dengan

andal. Aset biologis dan produk agrikultur seharusnya diukur pada saat

pengakuan awal, pada akhir setiap periode pelaporan dan pada saat panen

menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, kecuali

untuk kasus-kasus tertentu saat nilai wajar tidak dapat diukur dengan

andal.

Konsep yang membedakan IAS No. 41 mengenai Agriculture dengan

SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 mengenai Pedoman Penyajian dan

Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri

Perkebunan adalah konsep pengukuran aset biologis dan produk agrikultur

menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Penentuan nilai wajar

bagi aset biologis dan produk agrikultur dapat dilakukan dengan cara

mengelompokkan aset biologis dan produk agrikultur ke dalam atribut yang

signifikan, misalnya berdasarkan umur atau kualitas. Perusahaan memilih atribut

yang sesuai dengan atribut yang digunakan di pasar sebagai dasar pemberian

harga. Pengukuran menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dapat

menimbulkan keuntungan atau kerugian bagi perusahaan. Keuntungan atau

kerugian atas perhitungann nilai wajar harus dilaporkan pada laporan laba rugi

komprehensif pada saat keuntungan atau kerugian tersebut terjadi.

Secara umum, IAS No. 41 membagi bagian pengakuan dan pengukuran

menjadi dua bagian utama, yaitu aset biologis dan produk agrikultur. Perbedaan

antara keduanya terlihat pada Tabel 3.1.

Page 60: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

44

Universitas Indonesia

Tabel 3.1 Perbedaan Aset Biologis dan Produk Agrikultur

Perbedaan Aset

Biologis

Produk

Agrikultur

Waktu pengukuran

menggunakan nilai wajar

dikurangi dengan biaya

penjualan

• Saat pengakuan

awal

• Setiap akhir

periode laporan

keuangan

• Saat pengakuan

awal (panen)

Sumber: IAS No. 41 tentang Agriculture (“telah diolah kembali”)

Aset biologis diukur menggunakan nilai wajar dikurangi dengan biaya

penjualan pada saat pengakuan awal dan setiap akhir periode laporan keuangan,

sedangkan produk agrikultur diukur menggunakan nilai wajar dikurangi dengan

biaya penjualan pada saat pengakuan awal (panen). Setelah panen, produk

agrikultur diukur menggunakan pendekatan persediaan. Penulis menggunakan

ilustrasi tanaman kelapa sawit untuk memperjelas pemahaman.

Ilustrasi 1:

Perusahaan memulai penanaman tanaman kelapa sawit pada tanggal 2 Jan 2006.

Selama tahun 2006, perusahaan mengeluarkan biaya perawatan dan penanaman

sebesar Rp 1.250.000.000 Menurut appraiser, nilai wajar tanaman kelapa sawit

belum menghasilkan pada tanggal 31 Desember 2006 adalah sebesar

Rp 1.300.000.000. Biaya untuk menjual merupakan biaya broker sebesar

Rp 75.000.000.

Jurnal pengakuan tanaman belum menghasilkan adalah:

Tanaman kelapa sawit belum menghasilkan -

beban perawatan Rp 1.250.000.000

Kas Rp 1.250.000.000

Page 61: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

45

Universitas Indonesia

Perhitungan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual:

Nilai wajar Rp 1.300.000.000

Biaya untuk menjual Rp 75.000.000

Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual Rp 1.225.000.000

Perhitungan keuntungan atau kerugian:

Nilai tercatat (31 Des 2006) Rp 1.250.000.000

Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (31 Des 2006) Rp 1.225.000.000

Kerugian Rp 25.000.000

Jurnal pada tanggal 31 Des 2006:

Kerugian atas perhitungan nilai wajar

aset biologis pada akhir periode Rp 25.000.000

Tanaman kelapa sawit belum menghasilkan Rp 25.000.000

Penyajian dalam laporan keuangan:

• Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 2006

Tanaman belum menghasilkan Rp 1.225.000.000

• Laporan Laba Rugi Komprehensif Untuk Periode yang Berakhir pada

Tanggal 31 Desember 2006

Kerugian atas perhitungan nilai wajar

aset biologis pada akhir periode (Rp 25.000.000)

Ilustrasi 2:

Pada tanggal 31 Desember 2010, tanaman kelapa sawit telah menghasilkan secara

komersial. Tanaman kelapa sawit telah menghasilkan masih dapat diklasifikasikan

sebagai aset biologis. Nilai tercatat tanaman kelapa sawit telah menghasilkan per

tanggal 31 Desember 2010 adalah Rp 5.000.000.000. Menurut appraiser, nilai

wajar tanaman kelapa sawit telah menghasilkan pada saat itu adalah sebesar

Page 62: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

46

Universitas Indonesia

Rp 6.500.000.000. Biaya untuk menjual merupakan biaya broker sebesar

Rp 250.000.000.

Jurnal pengakuan tanaman telah menghasilkan (31 Desember 2010):

Tanaman kelapa sawit telah menghasilkan Rp 5.000.000.000

Tanaman kelapa sawit belum menghasilkan Rp 5.000.000.000

Perhitungan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual:

Nilai wajar Rp 6.500.000.000

Biaya untuk menjual Rp 250.000.000

Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual Rp 6.250.000.000

Perhitungan keuntungan atau kerugian:

Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (31 Des 2010) Rp 6.250.000.000

Nilai tercatat (31 Des 2010) Rp 5.000.000.000

Keuntungan Rp 1.250.000.000

Jurnal pada tanggal 31 Des 2010:

Tanaman kelapa sawit telah menghasilkan Rp 1.250.000.000

Keuntungan atas perhitungan nilai

wajar aset biologis pada akhir periode Rp 1.250.000.000

Penyajian dalam laporan keuangan:

• Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 2010

Tanaman telah menghasilkan Rp 6.250.000.000

Page 63: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

47

Universitas Indonesia

• Laporan Laba Rugi Komprehensif Untuk Periode yang Berakhir pada

Tanggal 31 Desember 2010

Keuntungan atas perhitungan nilai wajar

aset biologis pada akhir periode Rp 1.250.000.000

Ilustrasi 3:

Pada tanggal 7 Juni 2011, perusahaan melakukan panen atas tanaman kelapa

sawit. Hasil panen berupa tandan buah segar diklasifikasikan sebagai produk

agrikultur. Panen merupakan saat pengakuan awal produk agrikultur. Hal ini

berarti perusahaan harus menilai produk agrikultur menggunakan nilai wajar

dikurangi biaya untuk menjual. Tandan buah segar yang berhasil dipanen sebesar

1.000.000 kg. Menurut appraiser, nilai wajar untuk tandan buah segar tersebut

adalah sebesar Rp 1.700.000.000, sedangkan biaya broker adalah sebesar

Rp 300.000.000.

Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan saat panen adalah:

- Upah buruh panen (1.000.000 kg x Rp 1.000/kg) Rp 1.000.000.000

- Biaya angkut panen (1.000.000 kg / 1000 * Rp 250.000) Rp 250.000.000

Total biaya panen Rp 1.250.000.000

Perhitungan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual:

Nilai wajar Rp 1.700.000.000

Biaya untuk menjual Rp 300.000.000

Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual Rp 1.400.000.000

Perhitungan keuntungan atau kerugian:

Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual Rp 1.400.000.000

Biaya panen Rp 1.250.000.000

Keuntungan Rp 150.000.000

Page 64: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

48

Universitas Indonesia

Jurnal pada tanggal 7 Juni 2011:

Persediaan – tandan buah segar Rp 1.400.000.000

Kas Rp 1.250.000.000

Keuntungan atas perhitungan nilai wajar

produk agrikultur saat pengakuan awal Rp 150.000.000

Perusahaan langsung menjual seluruh tandan buah segar setelah dipanen. Jurnal

yang dicatat adalah:

Kas Rp 1.400.000.000

Beban penjualan Rp 300.000.000

Penjualan Rp 1.700.000.000

Beban pokok produksi Rp 1.400.000.000

Persediaan Rp 1.400.000.000

Pada tanggal 31 Desember 2011, perusahaan menggunakan jasa penilai untuk

menilai tanaman telah menghasilkan milik perusahaan. Menurut appraiser, nilai

wajar tanaman telah menghasilkan adalah sebesar Rp 6.600.000.000. Biaya untuk

menjual merupakan biaya broker sebesar Rp 300.000.000.

Perhitungan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual:

Nilai wajar Rp 6.600.000.000

Biaya untuk menjual Rp 300.000.000

Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual Rp 6.300.000.000

Perhitungan keuntungan atau kerugian:

Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (31 Des 2011) Rp 6.300.000.000

Nilai tercatat (31 Des 2010) Rp 6.250.000.000

Keuntungan Rp 50.000.000

Page 65: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

49

Universitas Indonesia

Jurnal pada tanggal 31 Des 2010:

Tanaman kelapa sawit telah menghasilkan Rp 50.000.000

Keuntungan atas perhitungan nilai

wajar aset biologis pada akhir periode Rp 50.000.000

Penyajian dalam laporan keuangan:

• Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 2011

Tanaman telah menghasilkan Rp 6.400.000.000

• Laporan Laba Rugi Komprehensif Untuk Periode yang Berakhir pada

Tanggal 31 Desember 2011

Penjualan Rp 1.700.000.000

Beban pokok produksi Rp 1.400.000.000

LABA KOTOR Rp 300.000.000

Beban penjualan (Rp 300.000.000)

Keuntungan atas perhitungan nilai wajar

produk agrikultur saat pengakuan awal Rp 150.000.000

Keuntungan atas perhitungan nilai wajar

aset biologis pada akhir periode Rp 50.000.000

IAS No. 41 juga mengatur mengenai hal-hal khusus yang biasa terjadi

pada perusahaan yang bergerak dalam industri perkebunan, yaitu:

• Kontrak pembelian atau penjualan

Perusahaan biasanya menjalin kontrak untuk menjual aset biologis atau

produk agrikultur kepada pihak ketiga di masa depan. Nilai kontrak tidak

selalu relevan dalam menentukan nilai wajar, karena nilai wajar

menunjukkan keadaan pasar kini saat calon pembeli dan penjual akan

masuk dalam suatu transaksi. Jadi, nilai wajar atas aset biologis dan

produk agrikultur tidak disesuaikan dengan nilai kontrak yang ada.

Page 66: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

50

Universitas Indonesia

• Pasar aktif

Perusahaan dapat berada dalam pasar aktif untuk aset biologis dan

produk agrikultur. Pasar aktif adalah pasar yang di dalamnya terdapat

kondisi berikut:

o Barang atau jasa yang diperdagangkan sifatnya homogen.

o Calon pembeli dan penjual dapat ditemukan setiap waktu.

o Daftar harga tersedia untuk umum.

Harga yang tertera di pasar aktif tersebut merupakan dasar yang sesuai

untuk menentukan nilai wajar aset biologis dan produk agrikultur.

Apabila perusahaan memiliki akses ke beberapa pasar aktif, perusahaan

menggunakan harga yang paling relevan.

Apabila tidak terdapat pasar aktif, perusahaan menentukan nilai wajar

aset biologis dan produk agrikultur dengan menggunakan salah satu atau

beberapa pilihan berikut (jika tersedia):

o Harga transaksi pasar terkini, dengan ketentuan tidak ada perubahan

yang signifikan pada keadaan ekonomi antara tanggal transaksi

dengan akhir periode pelaporan.

o Harga pasar untuk aset sejenis dengan penyesuaian untuk

menggambarkan perbedaan yang ada.

o Sektor standar seperti nilai sebuah kebun dinyatakan per baki ekspor,

gantang atau hektar.

Pilihan di atas dapat memberikan kesimpulan yang berbeda atas nilai

wajar aset biologis atau produk agrikultur. Apabila kasus terjadi,

perusahaan mempertimbangkan alasan untuk setiap perbedaan yang ada

untuk mendapatkan estimasi nilai wajar yang terpercaya dan masuk akal.

• Harga atau nilai pasar tidak tersedia

Harga atau nilai pasar yang ditentukan mungkin tidak tersedia untuk aset

biologis. Apabila keadaan ini terjadi, perusahaan menentukan nilai wajar

dengan menggunakan nilai kini atas arus kas bersih yang diharapkan dari

aset biologis. Perusahaan mempertimbangkan tingkat diskonto yang

digunakan dan estimasi arus kas bersih yang diharapkan. Arus kas bersih

mencakup ekspektasi pelaku pasar bahwa aset akan menghasilkan di

Page 67: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

51

Universitas Indonesia

pasar yang paling relevan. Perusahaan tidak memasukkan arus kas untuk

pendanaan aset, perpajakan, atau pembentukan kembali aset biologis

setelah panen (Contoh: biaya penanaman pohon perkebunan setelah

panen).

Calon pembeli dan penjual menyetujui konsep arm’s length transaction

price, sehingga mereka mempertimbangkan kemungkinan adanya variasi

arus kas. Keadaan ini mengikuti ciri dari nilai wajar yang menunjukkan

kemungkinan adanya variasi. Oleh karena itu, perusahaan

menggabungkan ekspektasi mengenai kemungkin variasi arus kas

menjadi arus kas yang diharapkan, atau tingkat diskonto, atau kombinasi

atas dua pilihan sebelumnya. Perusahaan menentukan tingkat diskonto

dengan menggunakan estimasi yang konsisten dengan estimasi yang

digunakan saat menentukan arus kas yang diharapkan. Hal ini dilakukan

untuk menghindari adanya asumsi yang diperhitungkan dua kali atau

diabaikan.

• Biaya perolehan disetarakan dengan nilai wajar

Biaya perolehan dapat disetarakan dengan nilai wajar. Hal ini terjadi

dalam dua situasi. Situasi pertama adalah pada saat aset biologis dan

produk agrikultur hanya mengalami sedikit transformasi biologis sejak

saat perolehannya sampai tanggal laporan keuangan. Misalnya, bibit

pohon buah baru ditanam beberapa saat sebelum tanggal laporan

keuangan. Pada tanggal laporan keuangan, transformasi biologis yang

terjadi atas bibit pohon buah tersebut masih sedikit, sehingga biaya

perolehan dapat disetarakan dengan nilai wajar. Situasi kedua adalah

pada saat dampak transformasi biologis atas harga aset biologis dan

produk agrikultur tidak material. Misalnya, awal pertumbuhan dari

30 tahun siklus produksi perkebunan pinus. Transformasi biologis yang

terjadi pada awal pertumbuhan perkebunan pinus tidak material karena

siklus produksi yang panjang, yaitu 30 tahun.

• Aset biologis dan tanah untuk menanam aset biologis

Aset biologis biasanya ditanam di atas tanah. Tidak ada pasar yang

terpisah untuk aset biologis yang ditanam di atas tanah, namun terdapat

Page 68: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

52

Universitas Indonesia

pasar aktif untuk kombinasi aset tersebut, yaitu aset biologis, raw land

dan land improvements. Perusahaan dapat menggunakan informasi dari

kombinasi aset tersebut untuk menentukan nilai wajar aset biologis.

Misalnya, perusahaan mengurangi nilai wajar atas raw land dan land

improvement dari nilai wajar kombinasi aset untuk mendapatkan nilai

wajar aset biologis.

• Nilai wajar tidak dapat diandalkan

Nilai wajar tidak selalu dapat diandalkan. Oleh karena itu, IAS No. 41

mengizinkan penggunaan biaya perolehan dikurangi akumulasi

depresiasi dan akumulasi penurunan nilai untuk kasus tertentu, yaitu pada

saat pengakuan awal tidak tersedia nilai atau harga pasar yang ditentukan

dan alternatif estimasi nilai wajar yang tidak dapat diandalkan. Pada saat

nilai wajat dari aset biologis tersebut sudah dapat diukur secara andal,

perusahaan harus mengukur aset biologis tersebut menggunakan nilai

wajar dikurangi biaya untuk menjual. Penggunaan biaya perolehan

dikurangi akumulasi depresiasi dan akumulasi kerugian penurunan nilai

hanya diperbolehkan pada saat pengakuan awal, karena pada saat panen

nilai wajar dapat diukur secara andal.

3.4.3 Pengungkapan tanaman perkebunan

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian dari laporan

keuangan yang berguna untuk mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

akun-akun yang ada di laporan keuangan. Akun tanaman juga memerlukan

pengungkapan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. IAS No. 41 menjabarkan

hal-hal yang perlu diungkapkan oleh perusahaan sehubungan dengan akun

tanaman, yaitu:

• Keuntungan dan kerugian secara agregat yang timbul selama periode

berjalan yang mencakup keuntungan dan kerugian saat pengakuan awal

aset biologis dan produk agrikultur dan dari perubahan nilai wajar

dikurangi biaya untuk menjual aset biologis.

• Deskripsi dari masing-masing kelompok aset biologis yang dapat

berbentuk narasi atau uraian. Perusahaan disarankan untuk melengkapi

Page 69: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

53

Universitas Indonesia

deskripsi dari masing-masing kelompok aset biologis dengan

memisahkan antara consumable biological assets dan bearer biological

assets. Consumable biological assets adalah aset biologis yang akan

dipanen menjadi produk agrikultur atau dijual sebagai aset biologis,

sedangkan bearer biological assets adalah aset biologis selain

consumable biological assets yang tidak termasuk dalam produk

agrikultur melainkan self-regenerating. Selain itu, kelompok aset

biologis juga dapat dipisahkan menjadi tanaman belum menghasilkan

dan tanaman menghasilkan. Pemisahan ini memberikan informasi yang

membantu dalam penentuan waktu atas arus kas masa depan. Perusahaan

juga mengungkapkan standar yang digunakan dalam pembuatan

pemisahan tersebut.

• Sifat dasar dari masing-masing kelompok aset biologis.

• Pengukuran atau estimasi non-keuangan atas kuantitas fisik dari masing-

masing kelompok aset biologis pada akhir periode dan hasil keluaran dari

produk agrikultur selama periode berjalan.

• Metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan nilai

wajar dari masing-masing kelompok produk agrikultur saat panen dan

masing-masing kelompok aset biologis.

• Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual yang ditentukan pada saat

panen atas produk agrikultur yang dipanen selama periode berjalan.

• Keberadaan dan nilai tercatat atas aset biologis yang penggunaannya

dibatasi dan nilai tercatat atas aset biologis yang dijaminkan untuk

liabilitas.

• Nilai komitmen untuk pengembangan dan akuisisi aset biologis

• Strategi manajemen resiko keuangan yang berhubungan dengan aktivitas

agrikutur.

• Rekonsiliasi atas perubahan nilai tercatat aset biologis antara awal dan

akhir periode berjalan yang meliputi:

o keuntungan dan kerugian yang muncul karena perubahan nilai wajar

dikurangi biaya untuk menjual;

o peningkatan yang disebabkan oleh pembelian;

Page 70: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

54

Universitas Indonesia

o penurunan yang disebabkan oleh penjualan dan aset biologis yang

diklasifikasikan sebagai held for sale;

o penurunan yang disebabkan oleh panen;

o peningkatan yang disebabkan oleh kombinasi bisnis;

o nilai bersih selisih kurs yang disebabkan oleh adanya translasi laporan

keuangan ke penyajian mata uang yang berbeda dan translasi atas

operasional dalam negeri ke mata uang yang digunakan untuk

penyajian laporan keuangan; dan

o perubahan-perubahan lain.

• Perubahan atas nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Perusahaan

sebaiknya memisahkan antara perubahan yang disebabkan oleh

perubahan fisik dan perubahan harga di pasar. Pemisahan ini berguna

untuk menilai kinerja pada periode berjalan dan prospek untuk masa

depan, terutama untuk perusahaan yang memiliki siklus produksi lebih

dari satu tahun.

• Sifat dasar dan nilai pengaruh iklim, penyakit dan risiko alam lain

terhadap aktivitas agrikultur yang menimbulkan pendapatan dan beban

yang material bagi perusahaan.

• Pengungkapan tambahan untuk aset biologis yang tidak dapat diukur

secara andal menggunakan nilai wajar, melainkan menggunakan biaya

perolehan dikurang akumulasi depresiasi dan akumulasi kerugian

penurunan nilai, yaitu:

o deskripsi aset biologis;

o penjelasan mengenai alasan nilai wajar tidak dapat diukur secara

andal;

o berbagai estimasi yang menunjukkan bahwa nilai wajar tidak dapat

diandalkan

o metode depresiasi yang digunakan;

o masa manfaat atau tingkat depresiasi yang digunakan;

o nilai kotor tercatat dan akumulasi depresiasi serta akumulasi kerugian

penurunan nilai pada awal dan akhir periode;

Page 71: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

55

Universitas Indonesia

o keuntungan atau kerugian yang diakui atas pelepasan aset biologis;

dan

o rekonsiliasi sebagaimana yang dijabarkan pada poin 10, dengan

tambahan pengungkapan atas kerugian penurunan nilai, penyesuaian

kembali kerugian penurunan nilai dan depresiasi.

• Pengungkapan tambahan untuk aset biologis yang awalnya diukur

menggunakan biaya perolehan dikurangi akumulasi depresiasi dan

akumulasi kerugian penurunan nilai, kemudian sudah dapat diukur secara

andal menggunakan nilai wajar pada periode berjalan, yaitu:

o deskripsi aset biologis;

o penjelasan mengenai alasan nilai wajar tidak dapat diukur secara

andal; dan

o efek atas perubahan.

3.4.4 Hasil penelitian penggunaan nilai wajar pada IAS No. 41

Konsep nilai wajar pada IAS No. 41 ternyata menimbulkan pro dan

kontra. Ada pihak yang menganggap penggunaan nilai wajar lebih baik

dibandingkan dengan nilai historis, namun ada juga pihak yang menganggap

penggunaan nilai historis lebih baik daripada nilai wajar.

Penelitian Saur dan Aria (2010) di Indonesia merupakan replikasi dari

penelitian yang telah dilakukan terlebih dahulu oleh Argilés, et.al (2009) di

Spanyol. Secara keseluruhan, hasil penelitian tersebut memberikan hasil yang

sejalan. Kedua penelitian ini lebih menekankan kepada kelebihan penggunaan

nilai wajar pada IAS No. 41 dibandingkan dengan penggunaan nilai historis,

yaitu:

• Tidak ada perbedaan yang signifikan baik dalam pendapatan, maupun

peningkatan volatilitas.

• Tidak ada perbedaan profitabilitas dan manipulasi akuntansi.

• Tidak ada perbedaan dalam relevansi informasi akuntansi.

• Menghindari kompleksitas sektor agrikultur yang tidak terjangkau oleh

perhitungan biaya. Oleh karena itu, ketika tersedia harga pasar yang

Page 72: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

56

Universitas Indonesia

andal menjadi metode penilaian sederhana yang berguna untuk mencapai

penggunaan akuntansi yang lebih luas di sektor agrikultur.

Penelitian yang dilakukan oleh Elad dan Herbohn (2011) berbanding

terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Saur dan Aria (2010), serta

Argiles, et.al (2009). Penelitian tersebut lebih menekankan kepada kekurangan

penggunaan nilai wajar pada IAS No. 41 dibandingkan dengan penggunaan nilai

historis, yaitu:

• Adanya kemungkinan terjadi perbedaan sistem internasional atas praktek

penggunaan nilai wajar di antara perusahaan yang mengadopsi IFRS. Hal

ini disebabkan oleh tersedianya pilihan dalam IAS No. 41 untuk tidak

menggunakan nilai wajar pada kondisi tertentu.

• Menimbulkan konflik sosial di negara tropis. Stakeholder advocacy

organizations berpendapat bahwa nilai wajar yang ditentukan melalui

kekuatan pasar tidak merefleksikan nilai sebenarnya atas komoditas

agrikultur seperti kopi, teh, pisang dan coklat.

3.5 Audit atas Tanaman Perkebunan

“Auditing is the accumulation and evaluation about information to

determine and report on degree of correspondence between the information and

established criteria. Auditing should be done by a competent, independent

person” (Arens, Alvin A. et al, 2009, hal. 4). Hal ini berarti audit dijalankan

dengan mengumpulkan dan mengevaluasi informasi yang diterima dari

manajemen untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara

informasi tersebut dengan kriteria yang ada. Proses tersebut harus dilakukan oleh

orang yang kompeten dalam bidang akuntansi dan independen.

“Auditors conduct financial statements audits using the cycle approach

by performing audit tests of the transactions making up ending balances and also

by performing audit tests of the account balances and related disclosures”

(Arens, Alvin A. et al, 2009, hal. 89). Penulis tertarik dengan bagian terakhir

kalimat itu, yaitu mengenai audit test untuk pengungkapan. Oleh karena itu,

Penulis mengangkat hal tersebut dalam laporan magang ini.

Page 73: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

57

Universitas Indonesia

3.5.1 Asersi manajemen dan tujuan audit mengenai penyajian dan

pengungkapan

Asersi manajemen adalah pernyataan manajemen mengenai laporan

keuangan, yang dilihat dari sisi transaksi, saldo dan pengungkapan. Tujuan audit

adalah kerangka kerja yang dapat membantu auditor dalam melaksanakan

prosedur audit. Asersi manajemen dan tujuan audit sama-sama diklasifikasikan

menjadi tiga kategori, yaitu asersi manajemen dan tujuan audit mengenai kelas

transaksi dan aktivitas yang terjadi selama periode audit, saldo pada akhir periode

audit, serta penyajian dan pengungkapan.

Penulis lebih menekankan pada bagian yang ketiga, yaitu penyajian dan

pengungkapan. Khusus untuk bagian penyajian dan pengungkapan, asersi

manajemen dan tujuan audit menyatakan empat hal yang sama, yaitu:

• Keterjadian serta Hak dan Kewajiban (Occurrence and Rights and

Obligations)

Tanaman perkebunan yang dideskripsikan dalam Catatan atas Laporan

Keuangan benar-benar ada dan milik perusahaan.

• Kelengkapan (Completeness)

Pengungkapan yang disyaratkan untuk tanaman perkebunan telah

diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

• Penilaian dan Pengalokasian (Valuation and Allocation)

Pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan yang berhubungan

dengan tanaman perkebunan telah diungkapkan dengan akurat.

• Pengklasifikasian dan Pemahaman (Classification and

Understandability)

Tanaman perkebunan telah diklasifikasikan sesuai dengan jenis tanaman,

yaitu termasuk dalam aset lancar atau aset tidak lancar. Selain itu,

pengungkapan yang disajikan harus dapat dipahami oleh pembaca

laporan keuangan.

Page 74: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

58

Universitas Indonesia

3.5.2 Fase-fase audit atas laporan keuangan

Auditor membutuhkan bukti-bukti untuk mendukung asersi manajemen

dan mencapai tujuan audit. Oleh katena itu, auditor menjalankan empat fase audit

untuk mendapatkan bukti-bukti tersebut. Keempat fase audit yang perlu

dijalankan adalah:

• Merencanakan dan Membuat Pendekatan Audit

Pada fase ini, auditor mencari informasi mengenai bisnis dan industri

klien, terutama untuk klien baru dan klien yang memiliki industri yang

unik. Setelah itu, auditor memahami internal control klien dan menilai

control risk. Dengan beberapa pemahaman yang telah dimiliki, auditor

dapat menilai risiko atas salah saji yang material.

• Melaksanakan Uji Pengendalian dan Uji Substantif atas Transaksi

Pada fase ini, auditor menguji penerapan internal control benar-benar

terjadi atau tidak. Selanjutnya, auditor memeriksa transaksi-transaksi

yang terjadi selama periode akuntansi untuk memastikan bahwa transaksi

benar-benar terjadi, diotorisasi dan disertai dengan bukti dan pencatatan

yang lengkap.

• Melaksanakan Prosedur Analitis dan Uji atas Rincian Saldo

Pada fase ini, auditor melaksanakan prosedur analitis untuk memastikan

bahwa setiap akun mengalami kenaikan atau penurunan saldo yang

masuk akal. Auditor juga menguji saldo akhir masing-masing akun untuk

memastikan bahwa tidak ada salah saji yang material.

• Menyelesaikan Audit dan Mengeluarkan Laporan Auditor Independen

Pada fase ini, auditor melakukan tes atas penyajian dan pengungkapan

laporan keuangan. Setelah itu, auditor menggabungkan keseluruhan

informasi yang didapatkan dari masing-masing fase. Auditor melakukan

evaluasi atas hasil audit secara keseluruhan yang bertujuan untuk

mengeluarkan opini audit. Opini audit tersebut dituangkan dalam

Laporan Auditor Independen.

Page 75: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

59 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Industri

Industri perkebunan merupakan industri yang cocok untuk dikembangkan

di Indonesia. Industri ini telah berjalan sejak Indonesia belum merdeka. Tekstur

tanah yang subur di sebagian besar wilayah Indonesia merupakan salah satu faktor

yang dapat meningkatkan industri perkebunan di Indonesia.

Industri perkebunan juga dapat menjadi penunjang perekonomian di

Indonesia karena perkembangan industri ini dapat didukung dengan sumber daya

dalam negeri. Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya alam dan sumber

daya manusia. Sumber daya alam meliputi tanah, bibit perkebunan dan pupuk

perkebunan, sedangkan sumber daya manusia meliputi orang yang ahli dalam

bidang perkebunan dan para pekerja perkebunan. Pengelolaan yang baik atas

semua sumber daya tersebut dapat memberikan hasil perkebunan yang berkualitas

tinggi.

Perusahaan yang bergerak dalam industri perkebunan membutuhkan

prosedur akuntansi yang tepat untuk menunjang aktivitas ekonomi perusahaan.

Prosedur akuntansi tersebut dapat dijalankan oleh seorang akuntan yang memiliki

pengetahuan yang cukup mengenai industri perkebunan. Kebutuhan atas akuntan

juga harus berjalan beriringan dengan kebutuhan atas standar akuntansi untuk

industri perkebunan. Indonesia masih dalam tahap pemenuhan kedua kebutuhan

tersebut secara optimal.

SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan

Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri

Perkebunan menjabarkan mengenai sembilan risiko yang melekat pada industri

perkebunan, yaitu:

• Kegagalan Panen

Kegagalan panen dapat disebabkan oleh dua hal, yakni:

o Keadaan alam, seperti kekeringan, kebakaran dan hama penyakit.

o Kesalahan manajemen dalam hal perencanaan dan proses produksi.

Page 76: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

60

Universitas Indonesia

• Kegagalan karena Ikatan Tertentu

Perusahaan kemungkinan menjalankan ikatan Perkebunan Inti Rakyat

yang merupakan program pemerintah. Kegagalan yang ditimbulkan oleh

Perkebunan Inti Rakyat harus ditanggung perusahaan.

• Pembatasan melalui Peraturan Perundangan Tertentu

Pembatasan melalui peraturan perundangan yang harus ditaati dapat

berupa pembatasan lahan perkebunan, pengenaan pajak dan pembatasan

wilayah distribusi regional. Hal ini membuat perusahaan terbatas dalam

melakukan produksi dan pemasaran sehingga perusahaan harus memiliki

perencanaan yang rapi dalam menjalankan aktivitas operasional.

• Kondisi Internasional dan Regional

Kondisi internasional dan regional dapat berupa:

o perubahan harga, kuota, fluktuasi nilai tukar valuta asing;

o perubahan iklim; dan

o pembatasan-pembatasan tertentu.

• Tingkat Kompetisi

Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah akan meningkatkan

kebutuhan akan pangan. Hal ini menjadi peluang bagi industri

perkebunan yang sudah ada untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Setiap perusahaan, baik lokal

maupun luar negeri, akan berlomba-lomba dalam hal produksi dan

pemasaran.

• Perubahan Teknologi

Bio-teknologi sektor perkebunan senantiasa berkembang setiap waktu.

Kondisi ini mendorong perusahaan untuk mengikuti perkembangan

teknologi karena perusahaan yang menggunakan teknologi lama tidak

mampu bersaing dengan perusahaan yang menggunakan teknologi baru.

• Pemogokan Karyawan

Karyawan suatu perusahaan dapat merasa tidak nyaman dalam hal

kompensasi, perubahan peraturan, serta keadaan ekonomi dan politik

yang tidak stabil. Ketidakpuasan ini dapat dinyatakan dalam bentuk

Page 77: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

61

Universitas Indonesia

demonstrasi dan pemogokan massal yang dapat menimbulkan kerusuhan.

Kondisi ini didukung oleh kekuatan serikat karyawan.

• Kerusuhan dan Penjarahan

Kerusuhan yang dapat ditimbulkan karena kondisi pada poin sebelumnya

dapat semakin parah dan mencapai tahap penjarahan. Penjarahan ini

dapat disebabkan oleh penyebaran pengaruh negatif. Masyarakat menjadi

mudah terpengaruh karena desakan sosial dan ekonomi.

• Risiko Leverage

Perusahaan membutuhkan pendanaan yang cukup untuk pengembangan

usaha perkebunan. Pendanaan dapat dilakukan melalui external

financing. Semakin besar external financing yang diperoleh perusahaan,

semakin besar pula kemungkinan perusahaan tidak mampu melunasi

utang tersebut.

PT KLM merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri

perkebunan di Indonesia. PT KLM berusaha untuk terus maju dan berkembang

baik di kancah nasional, maupun internasional. Oleh karena itu, perusahaan terus

meningkatkan aktivitas ekonomi perusahaan. Aktivitas ekonomi perusahaan

dituangkan dalam laporan keuangan perusahaan yang dibuat oleh akuntan.

Laporan keuangan ini dapat digunakan oleh pihak internal dan eksternal. Pada

tahap ini, perusahaan membutuhkan jasa auditor untuk memeriksa kewajaran

laporan keuangan PT KLM sehingga dapat memberikan informasi yang tepat bagi

para pengguna laporan keuangan.

4.2 Prosedur Akuntansi Tanaman Perkebunan PT KLM

PT KLM memiliki tiga jenis tanaman perkebunan, yaitu nanas, kelapa

sawit dan tebu. Ketiga tanaman ini memiliki ciri yang berbeda-beda. Oleh karena

itu, PT KLM memiliki empat orang staf akuntan untuk menangani masing-masing

proyek, yakni proyek nanas, proyek kelapa sawit lokasi A dan B, proyek tebu

lokasi C dan proyek tebu lokasi D. Perbedaan utama dari ketiga proyek tersebut

adalah lama masa panen yang terlihat pada Gambar 4.1.

Page 78: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

62

Universitas Indonesia

Gambar 4.1 Skema Umur Tanaman Perkebunan

Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Nanas merupakan salah satu jenis tanaman yang memerlukan waktu

pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen. Oleh karena itu, nanas

disebut tanaman keras. Tanaman nanas milik PT KLM dapat dipanen pertama kali

pada saat berumur dua puluh dua bulan. Sebelas bulan kemudian, tanaman nanas

tersebut dapat dipanen untuk kedua kalinya. PT KLM memiliki beberapa blok

perkebunan nanas. Hal ini menyebabkan panen dapat terjadi beberapa kali dalam

satu periode laporan keuangan.

Kelapa sawit memiliki karakteristik yang sama dengan nanas, yaitu

memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen,

Page 79: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

63

Universitas Indonesia

namun waktu yang dibutuhkan oleh proyek kelapa sawit lebih lama daripada

waktu yang dibutuhkan oleh proyek nanas. Proyek kelapa sawit PT KLM dimulai

pada saat perusahaan mulai melakukan kegiatan operasional, namun proyek

ditutup dan diganti dengan proyek nanas. Pada tahun 2005, perusahaan membuka

kembali proyek kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit milik PT KLM dapat dipanen

pada saat berumur empat tahun. Setelah panen, perusahaan menyusutkan tanaman

kelapa sawit telah menghasilkan selama dua puluh lima tahun. Perkebunan kelapa

sawit milik PT KLM terletak di dua lokasi yang berbeda, yakni lokasi A dan B.

Pencatatan akuntansi pada kedua lokasi tersebut dipisahkan untuk beberapa akun

tertentu, termasuk akun tanaman perkebunan. Hal ini dilakukan untuk

mempermudah kontrol atas kedua lokasi tersebut.

PT KLM memulai proyek tebu pada tahun 2011. Tebu termasuk dalam

tanaman semusim karena tebu dapat ditanam dan habis panen dalam satu siklus

tanam. PT KLM memiliki dua lokasi perkebunan tebu, yakni lokasi C dan D.

Kedua lokasi ini tidak dimulai secara bersamaan. Perkebunan di lokasi C dimulai

pada bulan Oktober 2011, sedangkan perkebunan di lokasi D dimulai pada bulan

November 2011. Tanaman tebu ini akan siap dipanen dalam waktu enam bulan

setelah ditanam.

PT KLM menjalankan setiap prosedur akuntansi secara keseluruhan

dengan berpedoman pada SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman

Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik

Industri Perkebunan. Standar tersebut diterapkan secara konsisten oleh PT KLM.

4.2.1 Prosedur akuntansi tanaman PT KLM yang diklasifikasikan sebagai

persediaan

Tanaman tebu milik PT KLM merupakan tanaman semusim maka harus

diklasifikasikan sebagai persediaan, yakni “persediaan – tanaman tebu dalam

pertumbuhan”. Akun ini berisi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh PT KLM

sehubungan dengan tanaman tebu sampai tanaman tebu siap dipanen.

Akun persediaan – tanaman tebu dalam pertumbuhan diakui oleh

PT KLM pada saat transaksi terjadi. Pengakuan tersebut dilakukan berdasarkan

metode nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih

Page 80: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

64

Universitas Indonesia

(the lower of cost or net realizable value). Salah satu transaksi dan jurnal yang

dicatat oleh PT KLM pada saat mengakui persediaan – tanaman tebu dalam

pertumbuhan terlihat di bawah ini. Jurnal dan transaksi tersebut berdasarkan

sample of journal voucher yang diterima oleh Penulis.

Transaksi

Pada tanggal 31 Desember 2011, PT KLM – divisi tebu mengakui beban asuransi

atas 10 unit alat berat yang digunakan untuk pengelolaan tanaman tebu lokasi D.

Beban asuransi yang diakui sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 adalah

sebesar Rp 23 juta.

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2011

Persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan –

beban asuransi Rp 23 juta

Asuransi dibayar di muka Rp 23 juta

Selanjutnya, akun persediaan – tanaman tebu dalam pertumbuhan

disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan bagian Aset Lancar. Bentuk penyajian

tersebut terlihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Penyajian Persediaan PT KLM

Sumber: Laporan Posisi Keuangan PT KLM 2011 (“telah diolah kembali”)

Page 81: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

65

Universitas Indonesia

Pengungkapan persediaan – tanaman tebu dalam pertumbuhan dibagi

dalam dua bagian, yaitu bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan

Penting (selanjutnya disebut bagian pertama) dan bagian Persediaan (selanjutnya

disebut bagian kedua). Pada bagian pertama, PT KLM mengungkapkan metode

pengakuan nilai persediaan, metode pengakuan biaya persediaan, pengakuan

tanaman semusim sebagai persediaan, serta metode penyisihan kerugian

persediaan usang dan penyisihan penurunan nilai persediaan. Bentuk

pengungkapan pada bagian pertama terlihat dalam Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Pengungkapan Persediaan PT KLM pada Bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan

Pelaporan Penting

Sumber: Catatan Atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting h. Persediaan

Persediaan dinyatakan berdasarkan nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi bersih (the lower of cost and net realizable value). Biaya persediaan ditentukan dengan metode rata-rata tertimbang. Termasuk dalam persediaan adalah tanaman perkebunan yang dimaksudkan untuk dijual, bukan sebagai tanaman menghasilkan sebagaimana diatur dalam Catatan 2j. Perusahaan mengklasifikasikan tanaman tebu sebagai persediaan tanaman semusim. Tanaman semusim disajikan sebesar biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan atau pembelian bibit dan penanaman tanaman semusim sampai tanaman tersebut siap dipanen. Penyisihan kerugian persediaan usang dan penyisihan penurunan nilai persediaan dibentuk untuk menyesuaikan nilai persediaan ke nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa, dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan.

Keterangan: Catatan 2j mengenai Tanaman Perkebunan

Page 82: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

66

Universitas Indonesia

Persediaan 2011 2010

Rp '000.000 Rp '000.000

Tanaman tebu dalam pertumbuhan 13.096 -Pupuk dan obat-obatan 3.452 1.841Suku cadang 3.329 1.334Bahan bakar dan pelumas 432 131Bibit 28 1

Jumlah 20.337 3.307

Termasuk dalam tanaman tebu dalam pertumbuhan pada tahun 2011 adalah kapitalisasi penyusutan aset tetap sebesar Rp 1.259 juta (Catatan 8). Manajemen berpendapat bahwa nilai tercatat persediaan tidak melebihi nilai realisasi bersihnya. Pada tanggal 31 Desember 2011, persediaan diasuransikan kepada Asuransi Jaya Proteksi, pihak ketiga, terhadap risiko kebakaran, pencurian, gempa bumi, dan risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 5.130 juta. Sedangkan pada tahun 2010 seluruh persediaan tidak diasuransikan.

Pada bagian kedua, PT KLM mengungkapkan jumlah tercatat untuk

masing-masing klasifikasi persediaan (termasuk tanaman tebu dalam

pertumbuhan), jumlah kapitalisasi penyusutan aset tetap yang termasuk dalam

tanaman tebu dalam pertumbuhan, besarnya nilai realisasi bersih berdasarkan

pendapat manajemen dan nilai pertanggungan asuransi atas persediaan yang

diasuransikan. Pengungkapan pada bagian kedua terlihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Pengungkapan Persediaan PT KLM pada Bagian Persediaan

Sumber: Catatan Atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Page 83: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

67

Universitas Indonesia

4.2.2 Prosedur akuntansi tanaman belum menghasilkan PT KLM

Akun tanaman belum menghasilkan PT KLM berisi biaya-biaya yang

terjadi sejak penanaman tanaman sampai tanaman tersebut siap untuk

menghasilkan secara komersial. Akun ini hanya digunakan untuk tanaman nanas

dan kelapa sawit karena kedua tanaman tersebut diklasifikasikan sebagai tanaman

keras.

Manajemen menentukan kebijakan pengalokasian biaya yang terjadi ke

tanaman belum menghasilkan. Alokasi untuk masing-masing proyek berbeda satu

sama lain, yaitu 100% dari biaya yang terjadi pada proyek nanas, 74% dari biaya

yang terjadi pada proyek kelapa sawit lokasi A dan 69% dari biaya yang terjadi

pada proyek kelapa sawit lokasi B.

PT KLM mengakui tanaman belum menghasilkan pada saat transaksi

terjadi. Selanjutnya, tanaman belum menghasilkan tersebut disajikan sebesar

biaya perolehan yang tidak disusutkan. Penyajian ini terdapat pada Laporan Posisi

Keuangan bagian Aset Tidak Lancar. Salah satu sample of journal voucher

mengenai transaksi tanaman belum menghasilkan yang terjadi pada proyek kelapa

sawit lokasi A terlihat di bawah ini.

Transaksi

Pada tanggal 31 Maret 2011, alat berat yang digunakan untuk proyek kelapa sawit

lokasi A disusutkan sebesar Rp 224 juta. Penyusutan tersebut dialokasikan sebesar

74% ke tanaman belum menghasilkan, yakni Rp 166 juta.

Jurnal pada tanggal 31 Maret 2011

Tanaman belum menghasilkan – beban penyusutan Rp 166 juta

Akumulasi penyusutan alat berat Rp 166 juta

Pada akhir periode pelaporan keuangan, setiap biaya yang terjadi

diklasifikasikan dalam lima kategori, yaitu penanaman, pembibitan dan

pemeliharaan, pupuk dan obat-obatan, kapitalisasi penyusutan aset tetap, upah

buruh, serta lain-lain. Besarnya biaya yang termasuk dalam tanaman belum

menghasilkan yang terjadi selama tahun 2011 terlihat pada Tabel 4.1.

Page 84: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

68

Universitas Indonesia

Nanas Kelapa SawitRp '000.000 Rp '000.000

Penanaman, pembibitan dan pemeliharaan 8.398 1.498 Pupuk dan obat-obatan 4.028 3.165 Kapitalisasi penyusutan aset tetap 1.894 2.941 Upah buruh 240 1.310 Lain-lain 369 2.521

Jumlah 14.929 11.435

Tabel 4.1 Klasifikasi Tanaman Nanas Belum Menghasilkan PT KLM

Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Apabila tanaman nanas dan kelapa sawit telah siap untuk menghasilkan

secara komersial, perusahaan melakukan reklasifikasi dari tanaman belum

menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan. Pengadaan reklasifikasi tersebut

ditentukan oleh kebijakan manajemen.

Tanaman belum menghasilkan diklasifikasikan sebagai Aset Tidak

Lancar pada Laporan Posisi Keuangan. Bentuk penyajian tersebut terlihat pada

Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Penyajian Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM

Sumber: Laporan Posisi Keuangan PT KLM 2011 (“telah diolah kembali”)

Page 85: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

69

Universitas Indonesia

Setiap rincian atas tanaman belum menghasilkan harus diungkapkan

dalam Catatan atas Laporan Keuangan. PT KLM membagi pengungkapan dalam

dua bagian, sama halnya dengan persediaan, yaitu bagian Ikhtisar Kebijakan

Akuntansi dan Pelaporan Penting (selanjutnya disebut bagian pertama) dan bagian

Tanaman Belum Menghasilkan (selanjutnya disebut bagian kedua). Pada bagian

pertama, PT KLM mengungkapkan dasar penilaian dan pengukuran tanaman

belum menghasilkan, jenis-jenis biaya yang termasuk dalam tanaman belum

menghasilkan, serta kebijakan reklasifikasi dari tanaman belum menghasilkan ke

tanaman telah menghasilkan. Bentuk pengungkapan tanaman belum menghasilkan

pada bagian pertama terlihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Pengungkapan Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM pada Bagian Ikhtisar

Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting

Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Tanaman Belum Menghasilkan

Tanaman belum menghasilkan disajikan sebesar biaya perolehannya dan merupakan

akumulasi biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pembiayaan atas tanaman

nanas dan kelapa sawit selama belum menghasilkan. Biaya ini meliputi biaya persiapan

lahan, pembibitan, pemupukan, pemeliharaan, upah buruh, penyusutan aset tetap, bunga,

dan biaya pinjaman lainnya yang timbul dari fasilitas kredit yang digunakan untuk

membiayai perolehan tanaman selama masa pengembangan sampai dengan

menghasilkan. Tanaman belum menghasilkan tidak disusutkan.

Tanaman belum menghasilkan dipindahkan ke tanaman telah menghasilkan pada saat

mulai menghasilkan secara normal.

Page 86: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

70

Universitas Indonesia

Pada bagian kedua, PT KLM mengungkapkan mutasi yang terjadi atas tanaman

belum menghasilkan, yang terdiri dari saldo awal, penambahan biaya selama

tahun 2011, reklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan dan saldo akhir. Selain

itu, PT KLM juga mengungkapkan besarnya tanaman belum menghasilkan yang

diasuransikan dan kebijakan manajemen mengenai jumlah penyisihan kerugian

penurunan nilai atas tanaman belum menghasilkan. Bentuk pengungkapan yang

disajikan oleh PT KLM terlihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Pengungkapan Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM pada Bagian Tanaman Belum

Menghasilkan

Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Tanaman Belum Menghasilkan

Nanas Kelapa Sawit JumlahRp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000

Saldo awal tahun 14.973 34.259 49.232 Penambahan:

Penanaman, pembibitan dan pemeliharaan 8.399 1.498 9.897

Pupuk dan obat-obatan 4.028 3.165 7.193 Kapitalisasi penyusutan

aset tetap (Catatan 8) 1.894 2.941 4.835

Upah buruh 240 1.310 1.550 Lain-lain 369 2.522 2.891

Reklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan (4.368) - (4.368)

Saldo akhir tahun 25.535 45.695 71.230

2011

Page 87: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

71

Universitas Indonesia

Gambar 4.7 (“sambungan”)

4.2.3 Prosedur akuntansi tanaman telah menghasilkan PT KLM

Tanaman belum menghasilkan PT KLM yang sudah dapat menghasilkan

secara komersial akan direklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan. Biaya-biaya

pada tanaman belum menghasilkan sudah siap dikapitalisasi dalam tanaman telah

menghasilkan. Tanaman telah menghasilkan tersebut diperlakukan seperti aset

tetap.

PT KLM mengakui tanaman telah menghasilkan pada saat terjadi

reklasifikasi dari tanaman belum menghasilkan. Jumlah yang diakui adalah

sebesar jumlah yang direklasifikasi dari tanaman belum menghasilkan. Penulis

mengambil sample of journal voucher yang digunakan untuk mengakui

reklasifikasi tanaman belum menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan.

Nanas Kelapa Sawit JumlahRp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000

Saldo awal tahun 10.171 41.313 51.484 Penambahan:

Penanaman, pembibitan dan pemeliharaan 3.655 688 4.343

Pupuk dan obat-obatan 2.103 1.136 3.239 Kapitalisasi penyusutan

aset tetap (Catatan 8) 1.196 2.671 3.867

Upah buruh - 1.115 1.115 Lain-lain 239 3.535 3.774

Reklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan (2.391) (16.199) (18.590)

Saldo akhir tahun 14.973 34.259 49.232

2010

Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, tanaman nanas dan sawit tidak diasuransikan.

Manajemen berkeyakinan bahwa jumlah penyisihan penurunan nilai atas tanaman belum menghasilkan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah cukup untuk menutup kerugian penurunan nilai tanaman belum menghasilkan.

Page 88: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

72

Universitas Indonesia

Salah satu journal voucher tersebut adalah reklasifikasi tanaman nanas belum

menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan yang terlihat seperti di bawah ini.

Tanaman telah menghasilkan Rp 524 juta

Tanaman belum menghasilkan Rp 524 juta

Penyajian tanaman telah menghasilkan PT KLM didasarkan pada biaya

perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Penyusutan dilakukan setiap akhir

periode laporan keuangan, yaitu pada tanggal 31 Desember. Pada tanggal

31 Desember 2011 dan 2010, tanaman telah menghasilkan yang disusutkan adalah

tanaman kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit disusutkan dengan metode garis

lurus dengan tarif 4% (100% : 25 tahun). Tanaman nanas tidak disusutkan karena

tanaman nanas dihapuskan secara langsung pada akhir periode laporan keuangan.

Penghapusan langsung ini dilakukan untuk menghabiskan tanaman nanas yang

tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan secara bertahap. Perhitungan dan

jurnal untuk mengakui penyusutan tanaman kelapa sawit telah menghasilkan yang

dicatat oleh PT KLM – divisi sawit pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010

terlihat di bawah ini.

31 Desember 2011 dan 2010

Divisi Kelapa Sawit Lokasi A

Perhitungan:

Beban penyusutan = jumlah tanaman telah menghasilkan x tarif penyusutan

Beban penyusutan = Rp 9.763 juta x 4%

Beban penyusutan = Rp 391 juta

Jurnal:

Beban penyusutan tanaman telah menghasilkan Rp 391 juta

Akumulasi penyusutan tanaman telah menghasilkan Rp 391 juta

Page 89: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

73

Universitas Indonesia

Divisi Kelapa Sawit Lokasi B

Perhitungan:

Beban penyusutan = jumlah tanaman telah menghasilkan x tarif penyusutan

Beban penyusutan = Rp 6.436 juta x 4%

Beban penyusutan = Rp 257 juta

Jurnal:

Beban penyusutan tanaman telah menghasilkan Rp 257 juta

Akumulasi penyusutan tanaman telah menghasilkan Rp 257 juta

Perubahan pada tanaman telah menghasilkan dapat terjadi karena adanya

reklasifikasi dari tanaman, penurunan nilai tanaman dan penghapusan langsung

tanaman. Penurunan nilai tanaman terjadi pada tanaman nanas pada tahun 2010,

yaitu sebesar Rp 751 juta. Pada tahun 2011 tidak terjadi penurunan nilai atas

tanaman nanas. Penurunan nilai ini didasarkan pada kebijakan manajemen. Jurnal

yang dicatat oleh PT KLM untuk mengakui penurunan nilai tanaman nanas

terlihat di bawah ini.

31 Desember 2010

Kerugian atas penurunan nilai tanaman Rp 751 juta

Tanaman telah menghasilkan Rp 751 juta

Penghapusan langsung tanaman nanas mencerminkan pembabatan habis tanaman

nanas yang dilakukan oleh PT KLM. Perusahaan memulai pembabatan habis atas

tanaman nanas sejak proyek kelapa sawit telah diaktifkan kembali. Pembabatan

habis ini dilakukan secara bertahap yang bertujuan untuk menghabiskan tanaman

nanas. Penghapusan langsung tanaman nanas yang terjadi pada tahun 2011 dan

2010 adalah sebesar Rp 4.368 juta dan Rp 1.640 juta. Pengakuan penghapusan

langsung tanaman nanas dicatat oleh PT KLM melalui jurnal berikut:

Page 90: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

74

Universitas Indonesia

31 Desember 2011

Beban pokok penjualan Rp 4.368 juta

Tanaman telah menghasilkan Rp 4.368 juta

31 Desember 2010

Beban pokok penjualan Rp 1.640 juta

Tanaman telah menghasilkan Rp 1.640 juta

Tanaman telah menghasilkan PT KLM diklasifikasikan sebagai Aset Tidak

Lancar pada Laporan Posisi Keuangan. Bentuk penyajian tersebut terlihat pada

Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Penyajian Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM

Sumber: Laporan Posisi Keuangan PT KLM 2011 (“telah diolah kembali”)

Setiap tahun PT KLM senantiasa mengungkapkan rincian atas tanaman

telah menghasilkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan. Pengungkapan tersebut

terbagi menjadi dua, yaitu bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan

Penting (selanjutnya disebut bagian pertama) dan bagian Tanaman Telah

Menghasilkan (selanjutnya disebut bagian kedua). Pengungkapan pada bagian

pertama berisi umur tanaman nanas dan kelapa sawit saat dipanen, metode

Page 91: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

75

Universitas Indonesia

penyajian tanaman telah menghasilkan, serta dasar perhitungan atas metode

penyajian yang digunakan. Pengungkapan tersebut terlihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Pengungkapan Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM pada Bagian Ikhtisar

Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting

Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Tanaman Telah Menghasilkan Tanaman nanas dapat dipanen pertama kali pada saat berumur 22 bulan dan kedua kali pada saat berumur 33 bulan. Tanaman kelapa sawit dinyatakan sebagai tanaman telah menghasilkan bila sudah berumur 4 - 5 tahun. Waktu tanaman telah menghasilkan yang sebenarnya ditentukan oleh pertumbuhan vegetatif dan penilaian manajemen. Tanaman nanas dan kelapa sawit dinyatakan berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan penurunan nilai. Tanaman kelapa sawit disusutkan dengan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa menghasilkan selama 25 tahun. Penyusutan tanaman nanas dihitung dengan tarif sebagai berikut:

Tarif

Panen I (tanaman berumur 22 bulan) 67%Panen II (tanaman berumur 33 bulan) 33% Setelah panen kedua, saldo biaya perolehan dan saldo akumulasi penyusutan atas tanaman nanas dikeluarkan dari akun ini dan selisihnya (sebesar nilai tercatatnya) disajikan sebagai “Penghapusan langsung atas tanaman menghasilkan” dalam beban pokok penjualan. Beban penyusutan atas tanaman telah menghasilkan dibebankan ke beban pokok penjualan.

Page 92: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

76

Universitas Indonesia

Pada bagian kedua, PT KLM mengungkapkan mutasi tanaman telah menghasilkan

yang terdiri dari saldo awal, penambahan/reklasifikasi, pengurangan dan saldo

akhir. Pengungkapan tersebut terlihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Pengungkapan Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM pada Bagian Tanaman Telah

Menghasilkan

Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Tanaman Telah Menghasilkan

Penambahan/1 Januari 2011 Reklasifikasi Pengurangan 31 Desember 2011

Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000

Biaya perolehanNanas - 4.368 (4.368) -Sawit 16.199 - - 16.199

Jumlah 16.199 4.368 (4.368) 16.199

Akumulasi penyusutanSawit (648) (648) - (1.296)

Nilai Tercatat 15.551 14.903

Perubahan selama tahun 2011

Penambahan/1 Januari 2010 Reklasifikasi Pengurangan 31 Desember 2010

Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000

Biaya perolehanNanas - 2.391 (2.391) -Sawit - 16.199 - 16.199

Jumlah - 18.590 (2.391) 16.199

Akumulasi penyusutanSawit - (648) - (648)

Nilai Tercatat - 15.551

Perubahan selama tahun 2010

Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, pengurangan tanaman telah menghasilkan merupakan penghapusan langsung dan penurunan nilai atas tanaman nanas yang telah menghasilkan sebesar nilai tercatatnya masing-masing sebesar Rp 4.367.731.101 dan Rp 2.391.107.858 yang dibebankan ke beban pokok penjualan (Catatan 14). Keterangan: Catatan 14 mengenai beban pokok penjualan

Page 93: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

77

Universitas Indonesia

4.2.4 Penggunaan IAS No. 41 pada PT KLM

IAS No. 41 belum berlaku di Indonesia, sehingga PT KLM tidak

menerapkan standar tersebut. Laporan magang ini akan menunjukkan bentuk

prosedur akuntansi yang dapat digunakan oleh PT KLM apabila IAS No. 41

diterapkan. Penulis membuat komparasi dengan standar yang telah diterapkan

oleh PT KLM. Komparasi jurnal terlihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Komparasi Jurnal antara Metode Biaya Perolehan dengan Metode Nilai Wajar

Persediaan tanaman dalam Persediaan tanaman dalampertumbuhan - beban pertumbuhan - bebanasuransi Rp 23 juta asuransi Rp 23 juta

Asuransi dibayar Asuransi dibayardi muka Rp 23 juta di muka Rp 23 juta

Tanaman belum menghasilkan - Tanaman belum menghasilkan -biaya penyusutan Rp 166 juta biaya penyusutan Rp 166 juta

Akumulasi penyusutan Akumulasi penyusutanalat berat Rp 166 juta alat berat Rp 166 juta

Tanaman telah menghasilkan Rp 524 juta Tanaman telah menghasilkan Rp 524 jutaTanaman belum Tanaman belum

menghasilkan Rp 524 juta menghasilkan Rp 524 juta

Beban penyusutan tanamantelah menghasilkan Rp 257 juta

Akumulasi penyusutantanaman telahmenghasilkan Rp 257 juta

Saat pengakuan penyusutan tanaman telah menghasilkan

Metode Biaya Perolehan Metode Nilai Wajar (IAS No. 41)

Saat pengakuan persediaan tanaman dalam pertumbuhan

Saat pengakuan tanaman belum menghasilkan

Saat pengakuan reklasifikasi tanaman belum menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan

- no entry -

Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL dan IAS No.41 tentang Agriculture

(“telah diolah kembali”)

Page 94: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

78

Universitas Indonesia

Tabel 4.2 (“sambungan”)

Tanaman telah menghasilkan Rp 3.801 jutaKeuntungan atas

perhitungan nilai wajaraset biologis padaakhir periode Rp 3.801 juta

Kerugian atas Rp 1.230 jutaperhitungan nilai wajaraset biologis padaakhir periode

Tanaman belummenghasilkan Rp 1.230 juta

Persediaan tanaman tebu Rp 904 jutadalam pertumbuhan

Keuntungan atasperhitungan nilai wajaraset biologis padaakhir periode Rp 904 juta

Metode biaya perolehan Metode nilai wajar (IAS No. 41)

Saat pengakuan nilai wajar tanaman telah menghasilkan pada akhir periodenilai tercatat tanaman telah menghasilkan sebelum penyusutan sebesar Rp 16.199 juta

nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual sebesar Rp 20.000 juta

- no entry -

Saat pengakuan nilai wajar persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan pada akhir periodenilai tercatat persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan sebesar Rp 13.096 juta

nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual sebesar Rp 14.000 juta

- no entry -

Saat pengakuan nilai wajar tanaman belum menghasilkan pada akhir periodenilai tercatat tanaman belum menghasilkan sebesar Rp 71.230 juta

nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual sebesar Rp 70.000 juta

- no entry -

Perbedaan jurnal antara metode biaya perolehan dengan metode nilai wajar terjadi

pada saat pengakuan penyusutan tanaman telah menghasilkan, karena penyusutan

hanya dilakukan jika metode yang digunakan adalah metode biaya perolehan.

Selain itu, perbedaan juga terjadi pada saat pengakuan nilai wajar tanaman telah

menghasilkan, tanaman belum menghasilkan dan persediaan tanaman tebu dalam

pertumbuhan. Hal tersebut dikarenakan nilai wajar hanya diakui jika metode yang

digunakan adalah metode nilai wajar.

Page 95: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

79

Universitas Indonesia

Penulis juga membuat komparasi mengenai penyajian laporan keuangan

antara metode biaya perolehan dan metode nilai wajar. Penyajian laporan

keuangan tersebut meliputi laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi

komprehensif. Komparasi tersebut terlihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Komparasi Penyajian Laporan Keuangan antara Metode Biaya Perolehan dengan

Metode Nilai Wajar

Persediaan tanaman tebu Persediaan tanaman tebudalam pertumbuhan dalam pertumbuhan

Tanaman telah menghasilkan Tanaman telah menghasilkandikurangi akumulasipenyusutan

Tanaman belum menghasilkan Tanaman belum menghasilkan

Keuntungan (kerugian) atas Keuntungan (kerugian) atasperhitungan nilai wajar aset perhitungan nilai wajar asetbiologis pada akhir periode biologis pada akhir periode

70.000Rp

Metode biaya perolehan Metode nilai wajar (IAS No. 41)

LAPORAN POSISI KEUANGAN

LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF(dalam jutaan rupiah)

-Rp 3.475Rp

(dalam jutaan rupiah)

13.096Rp

14.903Rp 71.230Rp

14.000Rp 20.000Rp

Sumber: Laporan Keuangan 2011 PT KLM dan IAS No. 41 tentang Agriculture

(“telah diolah kembali”)

Komparasi laporan posisi keuangan menunjukkan perbedaan atas total

aset biologis yang dilaporkan. Apabila perusahaan menggunakan metode biaya

perolehan, total aset biologis berupa persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan

dan tanaman belum menghasilkan disajikan berdasarkan akumulasi biaya yang

terjadi, sedangkan tanaman telah menghasilkan disajikan berdasarkan nilai tercatat

dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila perusahaan menggunakan

menggunakan metode nilai wajar, total aset biologis berupa persediaan tanaman

tebu dalam pertumbuhan, tanaman telah menghasilkan dan tanaman belum

Page 96: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

80

Universitas Indonesia

menghasilkan disajikan berdasarkan nilai wajar pada akhir periode laporan

keuangan.

Komparasi laporan laba rugi komprehensif menunjukkan perbedaan

pengakuan keuntungan (kerugian) atas perhitungan nilai wajar aset biologis pada

akhir periode. Pengakuan tersebut hanya dilakukan apabila perusahaan

menggunakan metode nilai wajar. Pengakuan ini terjadi karena adanya selisih

antara nilai tercatat dengan nilai wajar aset biologis pada akhir periode laporan

keuangan. Apabila nilai wajar lebih besar daripada nilai tercatat, perusahaan

mengakui selisih tersebut sebagai keuntungan atas perhitungan nilai wajar aset

biologis pada akhir periode. Apabila nilai wajar lebih kecil daripada nilai tercatat,

perusahaan mengakui selisih tersebut sebagai kerugian atas perhitungan nilai

wajar aset biologis pada akhir periode.

4.3 Audit atas Penyajian dan Pengungkapan Tanaman Perkebunan

PT KLM

4.3.1 Perencanaan dan pembuatan pendekatan audit

KAP MSSL telah memahami bisnis dan industri PT KLM karena

PT KLM merupakan klien lama. Selain itu, pada bulan Juni 2011 telah dilakukan

Limited Review atas laporan keuangan interim PT KLM. Pemahaman ini

mempermudah pembuatan pendekatan audit.

Pada tahap ini, KAP MSSL melakukan pemilihan anggota tim audit yang

sesuai untuk PT KLM. Pemilihan ini dilakukan oleh engagement partner

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang objektif. Penulis terpilih menjadi

staf yang menjalankan audit atas PT KLM secara keseluruhan di bawah supervisi

dari senior auditor dan manager. Sebelum melaksanakan audit atas PT KLM,

engagement partner mengadakan pertemuan dengan seluruh anggota tim audit

PT KLM untuk memberikan pemahaman yang mendalam mengenai kondisi bisnis

dan internal control PT KLM. Selain itu, pertemuan juga membahas mengenai

prosedur audit secara keseluruhan atas PT KLM. Pembekalan seperti ini

dilakukan untuk mempersiapkan auditor yang kompeten dalam melaksanakan

audit atas PT KLM.

Page 97: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

81

Universitas Indonesia

Selanjutnya, KAP MSSL menetapkan risiko bawaan untuk audit atas PT

KLM. Risiko bawaan untuk tanaman perkebunan PT KLM adalah kemungkinan

gagal panen yang disebabkan keadaan alam yang berada di luar kuasa manajemen.

Letak perkebunan yang sulit untuk dijangkau menambah risiko bawaan atas

tanaman perkebunan PT KLM karena dapat menghambat proses stock opname.

Selain itu, kerusuhan yang terjadi di daerah dekat perkebunan PT KLM juga

menjadi salah satu penghambat.

KAP MSSL juga menetapkan tingkat materialitas sebesar 5%, tolerable

error sebesar 30% dan cakupan nilai untuk PAJE (Proposed Adjustment Journal

Entries) dan PRJE (Proposed Reclassification Journal Entries) sebesar 10%

untuk audit atas PT KLM. Tingkat materialitas sangat penting dalam proses audit

karena auditor memberikan pendapat yang meyakinkan pengguna laporan

keuangan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang bersifat material.

Tingkat materialitas untuk masing-masing perusahaan berbeda satu sama lain.

Pada akhir tahap ini, KAP MSSL menetapkan pendekatan audit atas

PT KLM. Pendekatan audit yang ditetapkan khusus untuk tanaman perkebunan

adalah untuk memastikan bahwa:

• Aset tanaman perkebunan yang ada dalam Laporan Posisi Keuangan

dimiliki oleh perusahaan atau dimiliki oleh pihak lain untuk perusahaan.

• Aset tanaman perkebunan yang dimiliki oleh perusahaan per tanggal

Laporan Posisi Keuangan sudah termasuk dalam Laporan Posisi

Keuangan.

• Aset tanaman perkebunan dicatat dengan jumlah yang sesuai (setelah

dikurangi akumulasi penyusutan).

• Biaya atas tanaman telah menghasilkan dialokasikan pada periode

akuntansi yang tepat secara sistematis dan rasional.

• Biaya atas tanaman telah menghasilkan yang belum disusutkan dapat

diperoleh kembali melalui penggunaan di masa depan.

• Aset tanaman perkebunan yang sifatnya held for disposal dicatat

menggunakan nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dengan nilai

wajar dikurangi biaya untuk menjual.

Page 98: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

82

Universitas Indonesia

• Perusahaan memiliki, atau memiliki hak secara hukum, atas seluruh aset

perkebunan dalam Laporan Posisi Keuangan per tanggal Laporan Posisi

Keuangan.

• Seluruh aset tanaman perkebunan bebas dari hak gadai, perjanjian,

kepentingan keamanan dan pembatasan. Apabila ada hak gadai,

perjanjian, kepentingan keamanan dan pembatasan atas aset tanaman

perkebunan, harus dapat diidentifikasi.

• Aset tanaman perkebunan dan akun-akun yang berhubungan dengan

tanaman perkebunan telah diklasifikasikan, dijelaskan dan diungkapkan

dengan benar pada laporan keuangan, termasuk Catatan Atas Laporan

Keuangan, sesuai dengan standar yang berlaku.

4.3.2 Tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan tanaman

perkebunan PT KLM

Penulis melaksanakan audit atas PT KLM berdasarkan masing-masing

tujuan audit. Penulis akan menjelaskan mengenai tujuan audit atas penyajian dan

pengungkapan tanaman perkebunan secara lebih mendalam.

4.3.2.1 Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and rights and

obligations)

Keterjadian serta hak dan kewajiban mengacu pada kebenaran atas

keberadaan dan kepemilikan tanaman perkebunan. Tim audit PT KLM

mengadakan stock opname pada bulan Desember 2012 ke lokasi perkebunan milik

PT KLM untuk memastikan keberadaan tanaman perkebunan PT KLM. Pada saat

itu, Penulis belum memulai program magang, sehingga Penulis tidak ikut serta

dalam kegiatan stock opname. Tim audit menghampiri empat lokasi perkebunan

milik PT KLM, yaitu lokasi A, B, C dan D. Di lokasi A dan B terdapat

perkebunan kelapa sawit, di lokasi C terdapat perkebunan nanas dan tebu,

sedangkan di lokasi D terdapat perkebunan tebu. Kegiatan stockopname ini

membuat tim audit percaya dengan keberadaan masing-masing perkebunan milik

PT KLM.

Page 99: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

83

Universitas Indonesia

Penulis memeriksa kepemilikan tanaman perkebunan menggunakan akta

kepemilikan atas masing-masing tanaman. Berdasarkan akta yang Penulis terima

dari PT KLM, tanaman nanas, kelapa sawit dan tebu yang berada di empat

perkebunan PT KLM adalah benar milik PT KLM.

4.3.2.2 Kelengkapan (completeness)

Kelengkapan berarti seluruh pengungkapan yang disyaratkan oleh

standar akuntansi yang berlaku telah diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan

Keuangan. Standar akuntansi yang digunakan adalah SE Bapepam

No. SE-02/PM/2002 mengenai Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan

Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Penulis, junior

auditor KAP MSSL, memeriksa penyajian dan pengungkapan laporan keuangan

milik PT KLM dan mencocokkan penyajian dan pengungkapan laporan keuangan

tersebut dengan persyaratan yang ada pada SE Bapepam No. SE-02/PM/2002.

Tindakan ini dilakukan untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan

PT KLM telah sesuai dengan standar yang berlaku.

Di tahun 2012, PT PQR Tbk, induk perusahaan PT KLM, bermaksud

mengadakan Penawaran Umum Obligasi II PQR dengan Tingkat Bunga Tetap

Tahun 2012. Oleh karena itu, Bapepam memberikan Checklist SE-02/PM/2002

tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau

Perusahaan Publik Industri Perkebunan yang harus diisi.

Checklist SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan

Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri

Perkebunan berisi list pengungkapan yang disyaratkan dalam SE Bapepam

No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan

Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Ada tiga pilihan

yang diberikan kepada perusahaan, yaitu ‘Ada’, ‘Tidak’ dan ‘N/A’. Perusahaan

memberikan tanda (√) pada kolom pilihan yang sesuai. Pilihan ’Ada’ dipilih pada

saat perusahaan telah mengungkapkan pengungkapan yang disyaratkan oleh

Bapepam, pilihan ’Tidak’ dipilih pada saat perusahaan tidak mengungkapkan

pengungkapan yang disyaratkan oleh Bapepam, sedangkan pilihan ’N/A’ dipilih

Page 100: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

84

Universitas Indonesia

pada saat pengungkapan yang disyaratkan tidak dapat diaplikasikan pada

perusahaan.

Penulis menggunakan Checklist SE-02/PM/2002 tentang Pedoman

Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik

Industri Perkebunan pada bagian yang berhubungan dengan tanaman perkebunan.

Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pengungkapan mengenai tanaman

perkebunan PT KLM pada Laporan Keuangan PT KLM untuk Tahun yang

Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 telah sesuai dengan pedoman dari

SE Bapepam No. SE-02/PM/2002. Isi checklist tersebut terlihat pada Lampiran 1.

4.3.2.3 Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation)

Penilaian dan pengalokasian mengacu pada pengungkapan dengan nilai

yang akurat pada Catatan atas Laporan Keuangan yang berhubungan dengan

tanaman perkebunan. Penulis menghitung ulang penyusutan atas tanaman kelapa

sawit untuk memastikan bahwa nilai penyusutan yang diungkapkan telah akurat.

Penulis juga melakukan vouching atas biaya-biaya yang termasuk dalam tanaman

belum menghasilkan dan persediaan untuk memastikan keakuratan angka yang

diungkapkan. Selain itu, penulis memeriksa dokumen pelengkap reklasifikasi

tanaman belum menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan, seperti buku besar

dan journal voucher.

4.3.2.4 Pengklasifikasian dan pemahaman (classification and

understandability)

Pengklasifikasian mengacu pada ketepatan klasifikasi tanaman

perkebunan sesuai jenis tanaman, yaitu termasuk dalam aset lancar atau aset tidak

lancar. Pemahaman mengacu pada kemudahan pembaca laporan keuangan dalam

memahami setiap pengungkapan.

Penulis mengidentifikasi jenis dari masing-masing tanaman milik PT

KLM. Proses identifikasi dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan

klien dan membaca pedoman SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman

Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik

Industri Perkebunan. Hasil dari proses identifikasi tersebut adalah:

Page 101: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

85

Universitas Indonesia

• Tanaman tebu termasuk tanaman semusim karena tanaman tebu dapat

ditanam dan habis dipanen dalam satu siklus tanam.

• Tanaman nanas dan kelapa sawit termasuk tanaman keras karena

memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat

dipanen secara komersial pertama kali

SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 mensyaratkan bahwa tanaman

semusim diklasifikasikan sebagai persediaan, sedangkan tanaman keras

diklasifikasikan sebagai tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah

menghasilkan. Persediaan diklasifikasikan sebagai aset lancar, sedangkan

tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan diklasifikasikan

sebagai aset tidak lancar. Penulis memeriksa Catatan atas Laporan Keuangan klien

dan membandingkan angka yang diungkapkan dengan data masing-masing proyek

tanaman perkebunan PT KLM yang sudah diolah. Proses pemeriksaan tersebut

menunjukkan bahwa angka yang diungkapkan oleh PT KLM telah

diklasifikasikan dengan benar.

Penulis, auditor KAP MSSL, memiliki keyakinan bahwa Catatan atas

Laporan Keuangan PT KLM dapat dipahami oleh setiap pengguna laporan

keuangan. Keyakinan tersebut didasari dengan penggunaan metode penulisan

Catatan atas Laporan Keuangan PT KLM yang sistematis, menggunakan Ejaan

Yang Disempurnakan (EYD) dan disertai dengan tabel yang dapat mempermudah

pemahaman pembaca.

4.3.3 Penyelesaian audit dan penerbitan Laporan Auditor Independen

Pada tahap ini, Penulis mengumpulkan semua informasi dari

masing-masing fase audit dan tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan

tanaman perkebunan PT KLM yang telah dilaksanakan. Bedasarkan informasi

tersebut, Penulis memperoleh keyakinan bahwa penyajian dan pengungkapan

tanaman perkebunan PT KLM dalam laporan keuangan telah disajikan secara

wajar dan bebas dari salah saji material. Penulis menggunakan asumsi bahwa

pos-pos lain, selain tanaman perkebunan, juga telah disajikan secara wajar dan

bebas dari salah saji material.

Page 102: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

86

Universitas Indonesia

Keyakinan auditor bahwa laporan keuangan PT KLM tahun 2011 telah

disajikan secara wajar dan bebas dari salah saji material dituangkan dalam

Laporan Auditor Independen. Laporan tersebut ditandatangani oleh partner.

Bagian Laporan Auditor Independen yang menyatakan keyakinan auditor bahwa

laporan keuangan PT KLM tahun 2011 telah disajikan secara wajar dan bebas dari

salah saji material terlihat pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Laporan Auditor Independen – Paragraf 2 & 3

Sumber: Laporan Auditor Independen PT KLM 2011 – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

4.4 Penambahan Proyek Tebu oleh PT KLM pada Tahun 2011

Penulis mendapatkan data dari manajemen PT KLM mengenai

penambahan proyek tebu berupa notulen Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Notulen RUPS tersebut berisi pertimbangan manajemen untuk menambah proyek

tebu pada tahun 2011. Ada beberapa alasan penambahan proyek tebu PT KLM,

yaitu:

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT KLM tanggal 31 Desember 2011 dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

Page 103: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

87

Universitas Indonesia

• Kemunduran Proyek Nanas

Perusahaan terus mengalami kerugian selama menjalankan proyek nanas.

Hal ini karena tanah milik PT KLM kurang cocok untuk tanaman nanas.

Selain itu, nanas bukan makanan pokok masyarakat Indonesia, sehingga

permintaan akan nanas di Indonesia juga tidak banyak. Oleh karena itu,

perusahaan mengaktifkan kembali proyek kelapa sawit. Sejak proyek

kelapa sawit diaktifkan, perusahaan berusaha untuk mengurangi proyek

nanas dengan melakukan pembabatan secara bertahap. Proses

pembabatan tersebut membuat penjualan nanas semakin menurun, diikuti

dengan laba kotor yang senantiasa negatif. Hal ini dapat dilihat dari

penjualan nanas yang semakin menurun dari tahun

2008 – 2010 disertai dengan laba kotor yang senantiasa negatif. Kondisi

ini terlihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Tren Penjualan dan Laba Kotor PT KLM Divisi Nanas Tahun 2008-2010

2008 2009 2010Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000

Penjualan 6.836 5.461 1.362 HPP 8.587 8.998 2.506

Laba (Rugi) Kotor (1.751) (3.537) (1.144)

Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

• Pembatasan Ekspor Minyak Sawit

Pemerintah merencanakan pembatasan ekspor produk sawit mentah

sebesar 50% dari total produksi pada 2015 dan sebesar 30% dari total

produksi pada 2020. Peraturan ini berpengaruh pada proyek kelapa sawit

milik PT KLM karena kelapa sawit ini akan diolah dan diekspor melalui

PT PQR Tbk (induk perusahaan PT KLM). Oleh karena itu, walaupun

Page 104: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

88

Universitas Indonesia

PT KLM tetap akan melanjutkan proyek kelapa sawit, PT KLM perlu

mencari alternatif usaha lain yang memiliki prospek lebih baik.

• Peluang Proyek Tebu

PT KLM melakukan penelitian atas tanah perkebunan yang mereka

miliki. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, tanah perkebunan milik

PT KLM cocok untuk tanaman tebu. PT KLM menanggapi hasil

penelitian ini dengan melakukan penelitian lanjutan, yaitu penelitian

pasar. Berdasarkan hasil penelitian pasar, permintaan terhadap gula

selalu tinggi setiap tahun. Hal ini karena gula merupakan salah satu

kebutuhan pokok. Kondisi ini tidak beriringan dengan jumlah produsen

gula yang berkualitas di Indonesia. Jumlah produsen gula di Indonesia

masih relatif sedikit. Hasil produksi yang dihasilkan juga masih belum

optimal. Oleh karena itu, Indonesia terus melaksanakan impor gula setiap

tahun untuk memenuhi kebutuhan gula. Faktor-faktor di atas yang

semakin membuat manajemen PT KLM yakin bahwa proyek tebu

mempunyai prospek yang baik untuk masa depan PT KLM.

4.5 Analisis Akuntansi dan Audit atas Tanaman Perkebunan PT KLM

4.5.1 Analisis akuntansi tanaman perkebunan PT KLM

Prosedur akuntansi atas tanaman perkebunan terdiri dari pengakuan dan

pengukuran tanaman perkebunan, serta penyajian dan pengungkapan tanaman

perkebunan dalam laporan keuangan. PT KLM harus menjalankan masing-masing

prosedur akuntansi sesuai dengan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002. Penulis

melakukan analisis mengenai masing-masing prosedur akuntansi tanaman

perkebunan PT KLM.

• Pengakuan dan Pengukuran Tanaman Perkebunan

Pengakuan dan pengukuran tanaman perkebunan PT KLM telah

dilakukan sesuai SE Bapepam No. SE-02/PM/2002. Hal tersebut terlihat

pada Tabel 4.5.

Page 105: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

89

Universitas Indonesia

Tabel 4.5 Kesesuaian Prosedur Akuntansi PT KLM dengan SE Bapepam

No. SE-02/PM/2002

No. SE Bapepam

No. SE-02/PM/2002

PT KLM Keterangan

1. 2. 3. 4. 5.

Tanaman semusim diakui sebagai persediaan. Tanaman keras diakui sebagai tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan. Tanaman semusim dicatat sebesar biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan dan penanaman sampai tanaman siap dipanen. Tanaman belum menghasilkan dicatat sebesar biaya yang terjadi sejak penanaman sampai panen.

Tanaman telah menghasilkan dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan.

Tanaman tebu diakui sebagai persediaan. Tanaman nanas dan kelapa sawit diakui sebagai tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan. Tanaman tebu dicatat sebesar biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan dan penanaman sampai tanaman siap dipanen. Tanaman nanas dan kelapa sawit belum menghasilkan dicatat sebesar biaya yang terjadi sejak penanaman sampai panen. Tanaman nanas dan kelapa sawit telah menghasilkan dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan

Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai

Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

• Penyajian dan Pengungkapan Tanaman Perkebunan

Penyajian tanaman perkebunan PT KLM telah sesuai dengan

SE Bapepam No. SE-02/PM/2002, yaitu persediaan disajikan sebagai

bagian dari Aset Lancar pada Laporan Posisi Keuangan, serta tanaman

belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan disajikan sebagai

bagian dari Aset Tidak Lancar pada Laporan Posisi Keuangan.

Page 106: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

90

Universitas Indonesia

Pengungkapan tanaman perkebunan PT KLM juga telah sesuai dengan

SE Bapepam No. SE-02/PM/2002. PT KLM telah mengungkapkan setiap

rincian tanaman perkebunan yang disyaratkan Bapepam.

PT KLM belum menerapkan IAS No. 41 karena standar tersebut belum

diadopsi oleh IAI. Selain itu, saham PT KLM juga tidak diperdagangkan di negara

yang telah mengadopsi IAS No. 41. Apabila di masa depan PT KLM harus

menerapkan IAS No. 41, PT KLM perlu menggunakan jasa penilai untuk menilai

nilai wajar tanaman perkebunan belum menghasilkan saat awal pengakuan

tanaman perkebunan dan setiap akhir periode laporan keuangan. Jasa penilai juga

dibutuhkan untuk menilai nilai wajar tanaman perkebunan telah menghasilkan

saat panen.

4.5.2 Analisis audit atas tanaman perkebunan PT KLM

Pelaksanaan audit atas tanaman perkebunan membutuhkan perhatian

khusus karena objek yang diaudit adalah makhluk hidup yang senantiasa

bertumbuh dan berkembang. Auditor harus memiliki perhatian khusus atas akun

ini. Penulis melakukan analisis mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dengan

seksama oleh auditor.

• Keberadaan tanaman perkebunan

Tanaman perkebunan merupakan bagian yang sangat material bagi

industri perkebunan. Auditor perlu melakukan stock opname dalam setiap

pelaksanaan audit untuk memastikan bahwa tanaman perkebunan milik

klien benar-benar ada. Tim audit PT KLM telah melakukan prosedur ini

dengan baik.

• Pembatasan tertentu atas tanaman perkebunan

Auditor harus memiliki inisiatif untuk meminta data mengenai

pembatasan tertentu atas tanaman perkebunan. Setelah data diterima,

auditor harus memiliki keyakinan yang cukup bahwa data yang diberikan

adalah data yang benar. PT KLM merupakan klien yang sudah lama

dipegang oleh KAP MSSL. Oleh karena itu, klien selalu menyediakan

data yang dibutuhkan oleh auditor, bahkan ada data yang diberikan

Page 107: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

91

Universitas Indonesia

sebelum diminta oleh auditor. Hal ini akan mempermudah proses audit

yang dilaksanakan.

• Reklasifikasi dari tanaman belum menghasilkan ke tanaman

menghasilkan

Pada saat tanaman telah siap menghasilkan, perusahaan harus melakukan

reklasifikasi atas seluruh biaya yang dicatat dalam tanaman belum

menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan. Auditor harus memastikan

bahwa jumlah yang direklasifikasi benar-benar akurat. Cara yang

digunakan oleh KAP MSSL adalah memeriksa buku besar akun tanaman

belum menghasilkan, kemudian mencocokkan saldo saat tanggal

reklasifikasi dengan jumlah yang direklasifikasi. KAP MSSL

menemukan bahwa jumlah yang direklasifikasi oleh PT KLM telah

sesuai.

Prosedur audit atas tanaman perkebunan PT KLM telah dijalankan

dengan baik oleh KAP MSSL. Hal ini karena tanaman perkebunan merupakan

komoditas utama yang sangat penting dalam industri perkebunan yang dijalankan

oleh PT KLM. Setiap tujuan audit atas tanaman perkebunan PT KLM telah

tercapai.

Page 108: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

92 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penulis telah melaksanakan audit atas tanaman perkebunan PT KLM.

Penulis menarik kesimpulan dari tiga sisi, yaitu:

• Prosedur Akuntansi Tanaman Perkebunan PT KLM

PSAK yang khusus mengatur tanaman perkebunan belum dimiliki oleh

Indonesia. Kondisi ini tidak melumpuhkan prosedur akuntansi tanaman

perkebunan PT KLM. Perusahaan menggunakan standar akuntansi lain

yang berlaku di Indonesia, yaitu SE Bapepam No. SE-02/PM/2002

tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan

Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Prosedur akuntansi

tersebut telah dijalankan dengan baik.

• Prosedur Audit atas Penyajian dan Pengungkapan Tanaman Perkebunan

PT KLM

Prosedur audit atas penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan

PT KLM telah dijalankan dengan baik oleh auditor. Masing-masing

tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan

PT KLM telah tercapai. Hal ini dapat tercapai karena auditor mengikuti

Generally Accepted Auditing Standards (GAAS).

• Hasil Audit atas Penyajian dan Pengungkapan Tanaman Perkebunan

PT KLM

Hasil audit PT KLM menunjukkan opini wajar tanpa pengecualian. Hal

ini berarti tanaman perkebunan yang merupakan salah satu bagian yang

diaudit juga telah disajikan secara wajar dalam segala hal yang material,

serta sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Page 109: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

93

Universitas Indonesia

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk KAP MSSL

Penulis melaksanakan magang selama tiga bulan di KAP MSSL. Penulis

dilibatkan secara langsung dalam setiap proses audit. Berdasarkan pengalaman

tersebut, Penulis ingin menyampaikan beberapa saran untuk kemajuan

KAP MSSL.

KAP MSSL merupakan salah satu kantor akuntan publik yang baik bagi

peserta magang untuk menimba ilmu dan pengalaman. Sistem pembelajaran yang

diterapkan adalah prinsip “learning by doing”. Menurut Penulis, sistem tersebut

baik untuk meningkatkan inisiatif dan kemampuan auditor dalam memecahkan

suatu masalah, namun akan lebih baik apabila diadakan pelatihan bagi para

auditor baru. Hal ini dapat didasarkan pada fakta bahwa setiap auditor baru

memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Pelatihan ini akan menjadi bekal

yang sangat baik, apalagi untuk industri yang sifatnya khusus, seperti industri

perkebunan. Pelatihan dapat berupa pemberian pemahaman mengenai prosedur

akuntansi tanaman perkebunan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan

prosedur audit yang dijalankan untuk akun tanaman perkebunan. Pelatihan juga

dapat dilakukan kepada auditor lama. Misalnya, saat IAS No. 41 telah

diaplikasikan di Indonesia, auditor lama perlu diberi pelatihan agar benar-benar

mengerti seluk-beluk IAS No. 41.

KAP MSSL memiliki auditor yang berpengalaman dan ahli dalam

bidang audit, namun tingkat turnover auditor cukup tinggi. Oleh karena itu,

KAP MSSL perlu meningkatkan kerja sama magang dengan universitas-

universitas yang berkualitas, seperti Unversitas Indonesia. Melalui kerja sama ini,

KAP MSSL akan mendapatkan bibit-bibit auditor handal untuk memajukan

KAP MSSL.

5.2.2 Saran untuk PT KLM

PT KLM merupakan salah satu klien KAP MSSL yang menjadi objek

laporan magang ini. Selama pelaksanaan magang, Penulis berhubungan langsung

dengan staf akuntansi dan manager keuangan PT KLM. Penulis memiliki

beberapa saran bagi PT KLM yang terkait dengan prosedur akuntansi perkebunan.

Page 110: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

94

Universitas Indonesia

PT KLM memiliki staf untuk masing-masing proyek, yaitu staf untuk

proyek nanas, staf untuk proyek kelapa sawit dan staf untuk proyek tebu.

PT KLM perlu memberikan pengetahuan yang mendalam kepada masing-masing

staf mengenai prosedur akuntansi untuk masing-masing tanaman perkebunan. Hal

ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan secara berkala.

PT KLM telah melakukan kontrol atas prosedur akuntansi yang

dijalankan. Kontrol tersebut berupa pemeriksaan laporan keuangan setiap bulan

oleh supervisor. Menurut Penulis, kontrol tersebut perlu ditingkatkan. Misalnya,

laporan keuangan bulanan diperiksa oleh supervisor, kemudian diperiksa lagi oleh

manager keuangan agar hasilnya lebih meyakinkan.

5.2.3 Saran untuk Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi

Akuntansi

Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi

merupakan tempat perkuliahan yang baik bagi para mahasiswa yang mau

mengembangkan kemampuan praktikal. Penulis menjalankan perkuliahan di

Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi selama tiga tahun.

Penulis mendapatkan banyak pengetahuan selama berkuliah. Penulis ingin

menyampaikan beberapa saran untuk kemajuan Program Vokasi Universitas

Indonesia Bidang Studi Akuntansi.

Tenaga praktisi membutuhkan bekal yang kuat untuk melaksanakan

praktek. Bekal yang dibutuhkan oleh tenaga praktisi bidang akuntansi adalah

pemahaman yang mendalam atas standar akuntansi yang berlaku di Indonesia.

Pemahaman tersebut sudah Penulis dapatkan selama menjalankan perkuliahan,

namun bahan perkuliahan hanya mencakup perlakuan akuntansi atas industri-

industri yang sifatnya umum. Menurut Penulis, mahasiswa juga perlu

mengeetahui standar akuntansi untuk industri-industri yang sifatnya spesifik,

misalnya industri perkebunan. Oleh karena itu, pelaksanaan kuliah umum

mengenai prosedur akuntansi untuk industri tertentu perlu diadakan secara

berkala.

Mahasiswa juga memerlukan staf pengajar dan sistem pengajaran yang

berkualitas. Penulis merasakan pengaruh yang sangat baik dari staf pengajar

Page 111: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

95

Universitas Indonesia

berkualitas yang senantiasa membimbing Penulis dengan baik. Menurut Penulis,

setiap staf pengajar perlu mengikuti setiap perkembangan dalam bidang akuntansi

agar dapat meneruskan informasi perkembangan tersebut kepada mahasiswa.

Salah satu perkembangan yang ada adalah prosedur akuntansi dan prosedur audit

yang tidak lagi dijalankan secara manual. Perkembangan ini sebaiknya diikuti

oleh Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi melalui

pelaksanaan mata kuliah Laboratorium Akuntansi dan Laboratorium Audit

menggunakan komputer. Hal ini dapat membiasakan mahasiswa dengan dunia

kerja yang sesungguhnya.

Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi juga

memberikan bekal mengenai praktek kerja melalui pelaksanaan magang.

Pelaksanaan magang ini telah didukung oleh kerja sama dengan sejumlah KAP

dan perusahaan. Program kerja sama ini sebaiknya ditingkatkan dengan cara

menambah jumlah KAP dan perusahaan, serta melakukan seleksi yang cukup bagi

setiap KAP dan perusahaan. Selain itu, pihak Program Vokasi Universitas

Indonesia Bidang Studi Akuntansi juga perlu memantau pelaksanaan magang

tersebut.

Hasil akhir dari pelaksanaan magang adalah laporan magang. Penulisan

laporan magang membutuhkan keterampilan khusus dalam hal penggunaan EYD

(Ejaan Yang Disempurnakan), sistematika penulisan dan format penulisan. Oleh

karena itu, perlu diadakan kuliah umum mengenai penulisan laporan magang.

Penulis berharap setiap mahasiswa dapat menyelesaikan laporan magang dengan

baik setelah diberikan bekal yang cukup.

Page 112: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

96

Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Arens, Alvin A, Amir Abadi Jusuf, Mark S. Beasley, & Randal J. Elder. (2009). Auditing and Assurance Services An Integrated Approach An Indonesian Adaptation. Singapura : Prentice Hall.

Argiles, Joseph M, et al. (2009). Fair Value versus Historic Cost Valuation for Biological Assets: Implications for the Quality of Financial Information. Documents De Treball De La Facultat D’Economia I Empresa, 1-21.

Badan Pengawas Pasar Modal. (2002, Desember 27). Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Februari 25, 2012. http://www.bapepam.go.id/old/ragam/Lampiran13-Perkebunan.pdf

Elad, Charles & Kathleen Herbohn. (2011). Implementing Fair Value Accounting in the Agricultural Sector Executive Summary. The Scottish Accountancy Trust for Education and Research, v-x.

European Commission. (2009). International Accounting Standards 41 Agriculture. Februari 25, 2012. http://ec.europa.eu/internal_market/accounting/docs/consolidated/ias41_en.pdf.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2008). PSAK No. 14: Persediaan. Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). PSAK No. 48: Penurunan Nilai Aset. Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). PSAK No. 7: Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi. Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). PSAK No. 16: Aset Tetap. Jakarta: Salemba Empat.

Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, & Terry D. Warfield. (2011). Intermediate Accounting, volume 1 (IFRS ed.). United States of America : John Wiley & Sons, Inc.

Page 113: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

97

Universitas Indonesia

Martani, Dwi. (2010). Dampak Pencabutan PSAK: Akuntansi Kehutanan PSAK 32. Jurnal Economics Business and Accounting Review, 71-79.

Martani, Dwi. Slide Agriculture (IAS 41).Maret 4, 2012. http://www.iaiglobal.or.id/prinsip_akuntansi/seminar_ias41/2-Agriculture IAS 41- Dwi Martani.pdf

Mita, Aria Farah & Saur Maruli. (2010). Analisis Pendekatan Nilai Wajar dan Nilai Historis dalam Penilaian Aset Biologis pada Perusahaan Agrikultur: Tinjauan Kritis Rencana Adopsi IAS 41. Karya Ilmiah dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

PricewaterhouseCoopers. (2009, November). A Practical Guide to Accounting for Agricultural Assets. April 10, 2012. http://pwcinform.pwc.com/inform2/content?action=resource&id=0000000585 03175.pdf

Page 114: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

98

Universitas Indonesia

Lampiran 1: Checklist SE-02/PM/2002 Bagian Tanaman Perkebunan

No Keterangan Ada Tidak N/A Keterangan

2. Unsur-unsur Catatan Atas Laporan

Keuangan

d. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi

2) Kebijakan akuntansi tertentu yang

diterapkan terhadap peristiwa dan

transaksi penting

Kebijakan akuntansi meliputi tetapi tidak

terbatas pada hal sebagai berikut :

c) Persediaan

Yang harus dijelaskan adalah:

(1) Pengakuan nilai persediaan, yaitu

berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih

secara agregat, mana yang lebih rendah,

(the lower of cost or net realizable value).

√ Catatan 2.h

Rumus biaya persediaan.

(2) Rumus yang digunakan apakah biaya

masuk pertama keluar pertama (MPKP atau

FIFO), rata-rata tertimbang (weighted

average cost method), masuk terakhir

keluar pertama (MTKP atau LIFO) atau

identifikasi khusus (specific identification)

√ Catatan 2.h

(3) Metode penyisihan untuk persediaan mati

atau hilang dan persediaan yang

perputarannya lambat (slow moving).

√ Catatan 2.h

(f) Tanaman Perkebunan

Yang harus dijelaskan adalah

(1) Dasar klasifikasi untuk jenis tanaman

sebagai persediaan, tanaman belum

menghasilkan, atau tanaman telah

menghasilkan.

√ Catatan 2.j

(2) Dasar penilaian dan pengukuran. √ Catatan 2.j

Page 115: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

99

Universitas Indonesia

(“lanjutan”)

(3) Kebijakan akuntansi reklasifikasi tanaman

belum menghasilkan ke tanaman telah

menghasilkan.

√ Catatan 2.j

(4) Metode penyusutan dan masa manfaat

tanaman yang disusutkan. √ Catatan 2.j

(5) Kebijakan akuntansi biaya pinjaman. √ Catatan 2.j

e. Pengungkapan atas Pos-Pos Laporan

Keuangan dan Pengungkapan Lainnya

Bagian ini menjelaskan hal-hal yang

penting untuk diungkapkan pada tiap-tiap

pos, yang dapat mempengaruhi pembaca

dalam pengambilan keputusan, yang

disusun dengan memperhatikan urutan

penyajian Neraca, Laporan Laba Rugi,

Laporan

Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas,

serta informasi tambahan. Pengungkapan

pos-pos laporan keuangan dan

pengungkapan lainnya sebagai berikut:

6) Persediaan

Yang harus diungkapkan antara lain:

a) Total jumlah tercatat dan nilai tercatat

menurut klasifikasi tertentu, seperti:

(1) Persediaan barang jadi √

(2) Persediaan dalam pertumbuhan √ Catatan 5

(3) Bahan baku dan pembantu √ Catatan 5

b) Jumlah penyesuaian atas penurunan nilai

persediaan;

c) Kondisi dan peristiwa penyebab terjadinya

pemulihan nilai persediaan yang

diturunkan;

d) Jumlah penyisihan atau penghapusan

persediaan mati atau usang;

Page 116: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

100

Universitas Indonesia

(“lanjutan”)

e) Pendapat manajemen atas kecukupan

jumlah penyisihan atau penghapusan

persediaan yang mati atau usang;

f) Nilai tercatat persediaan yang dijaminkan

dan nama pihak yang menerima jaminan;

g) Nilai persediaan yang diasuransikan, nilai

pertanggungan asuransi, dan risiko yang

ditutup;

√ Catatan 5

h) Pendapat manajemen atas kecukupan

jumlah pertanggungan asuransi; √ Catatan 5

i) Nilai tercatat persediaan yang dijadikan

jaminan;

j) Dalam situasi depresiasi rupiah luar biasa:

jumlah selisih kurs yang dikapitalisasi,

biaya pengganti (replacement cost) dan

jumlah yang dapat

diperoleh kembali (recoverable amount);

k) Penjelasan mengenai kerugian persediaan

yang jumlahnya material atau sifatnya luar

biasa, seperti bencana alam;

l) Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi

dan tingkat kapitalisasi yang dipergunakan,

untuk persediaan yang memenuhi kriteria

aktiva tertentu (qualifying asset).

14) Tanaman Perkebunan

Yang harus diungkapkan antara lain:

a) Untuk tanaman telah menghasilkan ;

(1) Rincian nilai tercatat dan akumulasi

penyusutan menurut jenis tanaman √ Catatan 7

(2) Rekonsiliasi nilai tercatat awal tahun dan

akhir tahun tanaman untuk setiap

kelompok selama paling tidak 2 tahun

terakhir.

√ Catatan 7

(3) Status tanah yang digunakan untuk

menanam. √ Catatan 18

Page 117: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

101

Universitas Indonesia

(“lanjutan”)

(4) Nilai tanaman telah menghasilkan

berdasarkan area/lokasi penanaman

(5) Perbandingan saldo tanaman belum

menghasilkan selama paling tidak 2 tahun. √ Catatan 7

(6) Tanaman yang dijaminkan. √

b) Untuk tanaman belum menghasilkan ;

(1) Mutasi tanaman belum menghasilkan

sebagai berikut :

(a) Saldo awal. √ Catatan 7

(b) Tambahan tahun berjalan

i. Biaya langsung √ Catatan 7

ii. Jumlah kapitalisasi biaya pinjaman, dan

rugi kurs dalam hal terjadi depresiasi luar

biasa.

(c) Pengurangan tahun berjalan

i. Jumlah yang direklasifikasi ke tanaman

telah menghasilkan. √ Catatan 7

ii. Pengurangan lainnya. √

(d) Saldo akhir. √ Catatan 7

(2) Nilai tanaman dalam Perkebunan Inti

Rakyat / Perkebunan Inti Plasma yang

menjadi milik perusahaan (inti) dan

tanaman yang bukan milik perusahaan

(perkebunan rakyat/perkebunan plasma).

(3) Cadangan kerugian yang mungkin timbul

pada plasma.

Page 118: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

102

Universitas Indonesia

Lampiran 2: Laporan Posisi Keuangan PT KLM per 31 Desember 2011 dan 2010

Page 119: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

103

Universitas Indonesia

(“lanjutan”)

Page 120: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

104

Universitas Indonesia

Lampiran 3: Laporan Laba Rugi Komprehensif PT KLM untuk Tahun-tahun yang

Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010

Page 121: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

105

Universitas Indonesia

Lampiran 4: Laporan Perubahan Ekuitas PT KLM untuk Tahun-tahun yang

Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010

Page 122: Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

106

Universitas Indonesia

Lampiran 5: Laporan Arus Kas PT KLM untuk Tahun-tahun yang Berakhir

31 Desember 2011 dan 2010