akuntansi forensik & fraud examination 3

14
TUGAS INDIVIDU Untuk memenuhi tugas Akuntansi Forensik Dan Fraud Examination Nama: Adrian Hartanto Darma Sanputra Nim : 115020301111011 JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MALANG MARET 2014

Upload: nama-ku-adrian

Post on 24-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Tugas Fraud

TRANSCRIPT

TUGAS INDIVIDU

Untuk memenuhi tugas Akuntansi Forensik Dan Fraud ExaminationNama: Adrian Hartanto Darma Sanputra

Nim : 115020301111011

JURUSAN AKUNTANSIUNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISMALANG

MARET 2014Soal I

PENJELASAN ALAT BUKTI MENURUT PASAL 184 KUHAPAdapun alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang telah diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP adalah sebagai berikut :

a. Keterangan Saksi

Menurut M. Yahya Harahap (2002:286)bahwa: hampir semua pembuktian perkara pidana selalu bersandar kepada pemerikasaan keterangan saksi. Sekurang-kurangnya, disamping pembuktian dengan alat bukti yang lain, masih selalu diperlukan pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi.

Pengertian saksi dapat kita lihat pada KUHAP yaitu saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tenyang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri.

Dalam Pasal 185 KUHAP, berbunyi:

1. Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di depan saksi pengadilan2. Keterangan seorang saksi saja tidak cukup membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.3. Ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila tidak disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.4. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.5. Baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan merupakan keterangan saksi.6. Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, Hakim harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan : Penyesuaiaan antara keterangan saksi satu dengan yang lain Penyesuaiaan antara keterangan saksi dengan alat bukti lain Alasan yang mengkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang tertentu Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu tang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya7. Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai dengan yang lain, tidak merupakan alat bukti, namun apabila keterangan dari saksi yang disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang lain.Pada umumnya semua orang dapat menjadi seorang saksi, namun demikian ada pengecualian khusus yang menjadikan mereka tidak dapat bersaksi. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 168 KUHAP yang berbunyi: kecuali ditentukan lain dalam undang-undangini, maka tidak dapat didengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi:

a. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus keatas atau kebawah samapi derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa

b. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunya hubungan karena perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa samapi derajat ketiga

c. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai terdakwa.

Selanjutnya dalam pasal 171 KUHAP juga menambahkan pengecualian untuk memberikan kesaksiaan dibawah sumpah, yakni berbunyi :

a. Anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun dan belum pernah kawin

b. Orang yang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang ingatannya baik kembali.

b. Keterangan Ahli

Keterangan ahli juga merupakan salah satu alat bukti yang sah menurut pasal 184 ayat (1) KUHAP. Mengenai pengertian dari keterangan saksi dilihat dalam pasal 184 KUHAP yang menerangkan bahwa keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan disidang pengadilan. Pasal tersebut tidak mnjelaskan siapa yang disebut ahli dan apa itu keterangan ahli.

Pengertian keterangan ahli sebagai alat bukti menurut M. Yahya Harahap (2002 : 297-302) hanya bisa didapat dengan melakukan pencarian dan menghubungkan dari beberapa ketentuan yang terpencar dalam pasal KUHAP, mulai dari Pasal 1 angka 28, Pasal 120, Pasal 133, dan Pasal 179 dengan jalan merangkai pasal-pasal tersebut maka akan memperjelas pengertian ahli sebagai alat bukti :

1. Pasal 1 angka 28Pasal ini memberi pengertian apa yang dimaksud dengan keterangan ahli, yaitu keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperluakan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. Dari pengertian yang dijelaskan pada Pasal 1 angka 28, M. Yahya Harahap (2002 : 298)membuat pengertian sebagai berikut :

Keterangan ahli ialah keterangan yang diberikan seorang ahli yang memiliki keahlian khusus tentang masalah yang diperlukan penjelasannya dalam suatu perkara pidana yang diperiksa. Maksud keterangan Khusus dari ahli, agar perkara pidana yang sedang diperiksa menjadi terang demi untuk penyelesaian pemeriksaan perkara yang bersangkutan.2.Pasal 120 ayat (1) KUHAP

Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus. Dalam pasal ini kembali ditegaskan yang dimaksud dengan keterangan ahli ialah orang yang memiliki keahlian khusus yang akan memberi keterangan menurut pengetahuannya dengan sebaik-baiknya.

3. Pasal 133 (1) KUHAPDalam hal penyidikan untuk kepentingan peradilan mengenai seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.4. Pasal 179 KUHAP menyatakan:a. Setiap orang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberi keterangan ahli demi keadilan.b. Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

c. SuratPengertian surat menurut Asser-Anema (Andi Hamzah, 2002:71)surat-surat adalah sesuatu yang mengandung tanda-tanda baca yang dapat dimengerti, dimaksud untuk mengeluarkan isi pikiran.

Menurut I. Rubini dan Chaidir Ali (Taufiqul Hulam, 2002:63)bukti surat adalah suatu benda (bisa berupa kertas, kaya, daun lontar dan sejenisnya) yang memuat tanda-tanda baca yang dapat dimengerti dan menyatakan isi pikiran (diwujudkan dalam suatu surat).

Dalam KUHAP seperti alat bukti keterangan saksi dan keterangan ahli, alat bukti surat hanya diatur dalam satu pasal yaitu Pasal 187, yang berbunyi surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah adalah:

a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabatat umum yang berwenang atau dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangan itub. Surat yang dibuat menurut ketentuan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksanan yang menjadi tanggungjawabnya dan diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaanc. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai suatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanyad. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain.e. PetunjukDalam KUHAP, alat bukti petunjuk dapat dilihat dalam Pasal 188, yang berbunyi sebagai berikut:

1. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiaan, baik antara satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi sesuatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

2. Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat, , keterangan terdakwa.

3. Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim denga arif lagi bijaksana, setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan kesaksian berdasarkan hati nuraninya.

Dari bunyi pasal diatas, maka dapat dikatakan bahwa petunjuk adalah merupakan alat bukti yang tidak langsung, karena hakim dalam mengambil kesimpulan tentang pembuktian, haruslah menghubungkan suatu alat bukti dengan alat bukti yang lainnya dan memilih yang ada persesuaiaannya satu sama lain.

f. Keterangan TerdakwaMengenai keterangan terdakwa diatur dalam KUHAP pada Pasal 189 yang berbunyi sebagai berikut:

1. Keterangan terdakwa ialah apa yang terdkwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri.

2. Keteranga terdakwa yang diberikan diluar sidang dapat digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang, asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya.

3. Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri.

4. Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain.

Menurut Andi Hamzah, (2002:273)bahwa KUHAP jelas dan sengaja mencantumkan keterangan terdakwa sebagai alat bukti dalam Pasal 184 butir c. KUHAP juga tidak menjelaskan apa perbedaan antara keterangan terdakwa sebagai alat bukti dan pengakuan terdakwa sebagai alat bukti.

Keterangan terdakwa sebagai alat bukti tidak perlu sama atau terbentur pengakuan. Semua keterangan terdakwa hendaknya didengar, apakah itu berupa penyangkalan, pengakuan ataupun pengakuan sebagaian dari perbuatan atau keadaan.Soal II

Kaitan bukti audit dan alat bukti hukum

Dalam audit investigatif auditor di dalam mengungkapkan fakta/kejadian akan mendasarkan pada bukti-bukti audit yang dikumpulkan. Bukti-bukti yang dikumpulkan tersebut harus memenuhi beberapa syarat sebagai bukti audit, yaitu relevan, kompeten, dan cukup untuk mendukung pengambilan suatu simpulan. Dan jika memenuhi syarat, maka bukti-bukti ini akan dijadikan sebagai alat bukti hukum.

Audits working paper

Pengujian Fisik (Physical Examination)

Pengujian Fisik adalah inspeksi atau penghitungan yang dilakukan oleh auditor terhadap suatu aset berwujud. Prosedur audit ini pada umumnya dilaksanakan oleh auditor pada saat melakukan audit terhadap kas, surat berharga, persediaan, pekerjaan flsik auditan, dan inventaris kantor yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Fisik, Berita Acara Pemeriksaan Kas, Stock Opname Persediaan, dan lain-lain. Pengujian secara fisik terhadap aset merupakan cara langsung untuk membuktikan kebenaran adanya aset tersebut . Oleh sebab itu, untuk jenis aset tertentu, bukti fisik dianggap sebagai bukti audit yang paling andal dan bermanfaat, sehingga pengujian fisik harus dilakukan.

Hasil dari pengujian fisik ini bisa dijadikan bukti audit berupa petunjuk.

Bukti konfirmasi (Confirmation)

Konfirmasi adalah jawaban tertulis atau jawaban Iisan yang diterima dari pihak ketiga yang independen dalam rangka memverifikasi atas keakuratan informasi yang diminta oleh auditor, misalnya untuk membuktikan adanya aktiva (asset) ataupun kewajiban (liability) auditan berdasarkan pengakuan dari pihak ketiga yang independen.

Hasil dari bukti konfirmasi ini bisa dijadikan bukti audit berupa petunjuk.

Bukti dokumen (Documentation)

Dokumen merupakan jenis bukti audit yang didapat dari hasil pengujian yang dilakukan oleh auditor terhadap dokumen dan catatan yang mendukung informasi audit. Dokumen atau catatan yang diuji oleh auditor ini adalah dokumen atau catatan mengenai pelaksanaan kegiatan auditan.

Hasil dari bukti dokumen ini bisa dijadikan bukti audit berupa petunjuk.

Bukti Observasi (Observation)

Bukti audit observasi ini adalah kesan yang diperoleh auditor dari panilaian pengamatannya saja atau dengan kata lain merupakan dugaan dari auditor.

Hasil dari bukti observasi ini bisa dijadikan bukti audit berupa petunjuk.

Bukti Tanya Jawab dengan Auditan (Inquires of the Client)

Bukti audit ini tingkat keandalannya rendah karena berasal dari jawaban pihak auditan, sehingga informasi yang diperoleh cenderung memihak kepentingan auditan dan kurang independen. Bukti audit ini mungkin berupa pemyataan tidak pasti (hearsay) oleh karena itu auditor perlu mendapatkan lebih lanjut bukti audit yang nyata dengan cara melaksanakan prosedur audit lainnya.

Hasil dari bukti tanya jawab dengan auditan ini bisa dijadikan bukti audit berupa petunjuk.

Pelaksanaan Ulang (Reperformance)

Pelaksanaan ulang merupakan jenis bukti audit yang diperoleh dengan cara melakukan pengecekan kembali terhadap suatu sample perhitungan dan pemindahan informasi yang dilakukan oieh auditan selama periode yang diaudit.

Hasil dari bukti pelaksanaan ulang ini dijadikan bukti audit berupa petunjuk.

Prosedur Analisis (Analitycal Procedures)

Prosedur analisis merupakan jenis bukti audit yang diperoleh melalui perbandingan dan hubungan untuk menentukan apakah data yang ada menunjukan kewajaran. Bukti audit ini biasanya menghasilkan suatu indikasi, karenanya auditor perlu membuktikan kebenaran material indikasi tersebut.

Hasil dari bukti prosedur analisis ini dijadikan bukti audit berupa petunjuk.

Auditor sebagai seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukanauditataslaporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau organisasi. Karena kualifikasi yang dimiliki oleh seorang auditor ini lah maka opini dari auditor ini bisa dijadikan alat bukti keterangan ahli maupun keterangan saksi.

Audit report

Audit report adalah alat formal auditor untuk mengkomunikasikan suatu kesimpulan yang diperoleh mengenai laporan keuangan auditan kepada pihak yang berkepentingan. Dan nantinya audit repot ini bisa dijadikan alat bukti berupa keterangan ahli maupun surat.

Soal III

Jelaskan mengenai kriteria alat bukti, dakwaan, dan putusan pidana yang cermat, jelas, dan lengkap.Menurut ketentuan perundang-undangan, tidak dipenuhinya syarat materiil dalam dakwaan, membawa akibat batalnya dakwaan.

Adapun syarat materiil ini adalah berupa uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

Pentingnya penyebutan waktu dan tempat dalam surat dakwaan adalah untuk menentukan pengadilan yang manakah yang berwenang mengadili dan juga untuk membuktikan ketika terdapat alibi (berada ditempat lain) dari terdakwa saat dalam proses persidangan.

Maksud dari dakwaan harus diungkapkan secara cermat, jelas, dan lengkap adalah sebagai berikut:

a. Semua unsur penting yang dirumuskan dalam pasal pidana yang didakwaan harus cermat disebut satu persatu. Ambil salah satu unsur: pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana. Apakah penyebutan ini harus dikemukakan lengkap? Misalnya hanya menyebut disertai tetapi tidak menyebut perkataan diikuti atau didahului, apakah dianggap penyebutan unsur tidak cermat, jelas dan lengkap? Pengertian cermat, lengkap dan jelas dalam unsur yang bersifat alternatif: tidak mutlak harus menyebut keseluruhan, bisa satu saja asal jelas. Seperti dalam contoh tadi, penyebutan unsur disertai secara inklusif meliputi diikuti atau didahului. b. Menyebut dengan cermat, lengkap dan jelas cara tindak pidana dilakukan. Pengertian mengenai tindak pidana, bukan hanya terbatas pada unsur delik, tetapi meliputi: cara tindak pidana dilakukan oleh terdakwa. Surat dakwaan yang tidak menyebut bagaimana cara terdakwa melakukan tindak pidana, dianggap sangat merugikan kepentingan terdakwa membela diri. Idealnya, dijelaskan secara keseluruhan cara tindak pidana dilakukan. Tetapi yang dituntut cukup garis besarnya. Asal dari uraian itu terang dan jelas mengungkapkan bagaimana caranya tindak pidana dilakukan secara utuh.c. Menyebut keadaan-keadaan (circumstances) yang melekat pada tindak pidana. Penyebutan tentang hal itupun didasarkan pada pengertian mengenai tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa. Bahwa keadaan-keadaan yang melekat pada tindak pidana terutama keadaan khusus (particular circumctances), adalah bagian yang tidak terpisah dari tindak pidana yang terjadi. Soal IV

Bagan arus akuntansi forensic

Dari arus flowchart tersebut dapat kita amati alur akuntansi forensic yang dimulai dari terdapat informasi awal yang selanjutnya proses penelaahan informasi yang telah di dapat. Jika terdapat tambahan informasi maka dilakukan pengumpulan tambahan informasi, jika tidak terdapat informasi tambahan maka proses selanjutnya apakah layak audit investigative untuk proses selanjutnya. Apabila tidak maka pembuatan laporan atau nota dinas, jika layak di audit investigative maka langkah selanjutnya adalah penyusunan hipotesis, susun audit program, pengumpulan bukti,dan evaluasi bukti. Jika perlu adanya revisi hipotesis maka kembali lagi ke proses penyusunan hipotesis sampai dengan evaluasi bukti dan jika tidak adanya revisi maka proses selanjutnya apakah terbuktinya hipotesis maka dibuat laporan audit ivestigatif dan kasus posisi, kecukupan bukti, dan mengkaji konversi dari bukti audit menjadi alat bukti audit (audit & proses hukum kasus TPK). Jika tidak terbukti maka tetap harus dibuat laporan hasil audit investigatif.

Soal V

PENJELASAN BAGAN (PERBUATAN DAN PERISTIWA)Bagan diatas menunjukkan proses daripada adanya perbuatan dan peristiwa dari praktik kecurangan yang dilakukan oleh seseorang atau suatu entetitas tertentu.

Dimulai dari peristiwa, dalam proses ini terdapat fakta dan proses kejadian dari suatu tindak kecurangan. Artinya disinilah terjadi proses tindak kecurangan yang dilakukan. Contoh saja pada kasus tindak korupsi yang dilakukan oleh Wawan dan Ratu Atut dalam tindakan korupsi pengadaan alat kesehatan di salah satu Dinas Kesehatan kota Banten. Dalam proses peristiwa maka akan ditelusuri tindak kecurangannya. Dalam kasus tersebut tersangka melakukan mark up terhadap pembelian alat kesehatan. Adanya selisih antara harga sebenarnya dengan harga yang telah di permanis merupakan suatu peristiwa tindak kecurangan.

Dari adanya peristiwa maka tersebut maka juga terjadi perbuatan yaitu perbuatan unsur melawan hukum. Artinya bahwa seseorang atau sekelompok telah melanggar UU atau peraturan tertulis dan atau tidak tertulis. Dalam kasus yang sama artinya si wawan dan ratu atut melakukan persengkokolan terhadap pembesaran biaya dalam pengadaan alat kesehatan. Pembesaran biaya tersebut melanggar UU tertulis karena mereka telah merugikan negara untuk kepentingan pribadi dalam mencari keuntungan.

Dari persengkokolan tersebut maka diperoleh keuntungan yang mana telah merugikan keuangan negara, maka dari itu perlu adanya penyelidikan lebih lanjut terhadap suatu kasus kecurangan. Setelah terbukti kasus tersebut harus di bawa ke pengadilan untuk di lakukan proses lebih lanjut. Pro justisia artinya bahwa Demi hukum demi keadilan. Maka jika ada suatu praktik kecurangan maka perlu adanya penyelidikan lebih lanjut dan diadili dengan hukum yang sebenar benarnya.