akuntansi dalam perspektif politik

19
Akuntansi dalam Perspektif Politik Disusun Oleh: Murya Arief Basuki S431402021 Sebagai Tugas Akhir (Pembuatan Paper) Akuntansi Sektor Publik Dosen : Dr. Hj. Falikhatun, S.E., M.Si., Ak. MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Upload: arief-bass

Post on 07-Apr-2016

276 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

Telah banyak pemikir yang mencoba memberikan paradigma baru dalam praktik akuntansi, banyak teori dan bidang praktik akuntansi, dimana penerapan akuntansi tersebut meluas pada sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Sehingga munculah teori-teori akuntansi yang relevan dengan praktik politk. Seperti teori hegemoni (Gramsci, 1937), Political Ekonomi of Accounting, Howood’s alternative accounting, Gambling’ Sosietal accounting (Hayashi, 1989). Esai ini mencoba menjelaskan akuntansi dalam perspektif politik sebagai satu alternatif dari penelitian akuntansi yang memahami dan mengevaluasi fungsi akuntansi dalam konteks lingkungan politik. Keyword : Akuntansi, Politik, Political Economy of Accounting

TRANSCRIPT

Page 1: Akuntansi Dalam Perspektif Politik

Akuntansi dalam Perspektif Politik

Disusun Oleh:

Murya Arief Basuki

S431402021

Sebagai Tugas Akhir (Pembuatan Paper) Akuntansi Sektor Publik

Dosen : Dr. Hj. Falikhatun, S.E., M.Si., Ak.

MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2014

Page 2: Akuntansi Dalam Perspektif Politik

Akuntansi dalam Perspektif Politik

Oleh: Murya Arief Basuki

I. ABSTRAKSI

Telah banyak pemikir yang mencoba memberikan paradigma baru dalam praktik

akuntansi, banyak teori dan bidang praktik akuntansi, dimana penerapan akuntansi tersebut

meluas pada sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Sehingga munculah teori-teori akuntansi

yang relevan dengan praktik politk. Seperti teori hegemoni (Gramsci, 1937), Political Ekonomi of

Accounting, Howood’s alternative accounting, Gambling’ Sosietal accounting (Hayashi, 1989).

Esai ini mencoba menjelaskan akuntansi dalam perspektif politik sebagai satu alternatif dari

penelitian akuntansi yang memahami dan mengevaluasi fungsi akuntansi dalam konteks

lingkungan politik.

Keyword : Akuntansi, Politik, Political Economy of Accounting

II. PENDAHULUAN

Akuntansi merupakan satu set prosedur rasional yang digunakan untuk menyediakan

informasi, yaitu informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dan

pengendalian ( Watts aan Zimmerman 1986; Horngren dan Foster 1991). Dalam definisi ini

akuntansi menjadi sebuah sistem atau alat yang sangat berguna bagi pengolahan keputusan

dalam praktik akuntansi.

Namun definisi pertama mengenai akuntansi adalah definisi yang dikemukakan oleh ABP

Statement No. 4 dalam Smith Skousen (1995 : 3), akuntansi adalah suatu aktivitas jasa yang

berfungsi menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat dalam pengambilan

keputusan ekonomis dalam menetapkan pilihan-pilihan yang logis diantara berbagai tindakan

alternatif.

Page 3: Akuntansi Dalam Perspektif Politik

Definisi lain dari pegertian akuntansi adalah dari American Insitute of Certified Public

Accounting (AICPA) dalam Harahap (2003) yang mendefinisikan akuntansi sebagai seni

pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter,

transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan termasuk menafsirkan hasil-

hasilnya.

Dan pengertian menurut Charles T. Horngren, dan Walter T.Harrison (Horngren

Harrison,2007:4) menyatakan bahwa: Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur

aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada

para pengambil keputusan.

Berbagai sudut pandang diatas masih bersifat homogen yaitu memfokuskan akuntansi

pada seni pencatatan laporan keuangan. Sehingga pandangan-pandangan yang homogen

tersebut kurang menciptakan kreatifitas. Sebaliknya perbedaan pandangan justru akan

mendorong semakin berkembangnya teori akuntansi dan memperkaya pengetahuan kita

tentang ilmu akuntansi itu sendiri. Akuntan yang masih mengikuti paham konvensional yang

melihat akuntansi sebagai fokus dalam laporan keuangan untuk kepentingan para pemegang

saham atau pemilik modal, justru mempersempit daya cipta mereka, padahal akuntansi

sekarang sudah mengarah ke peran pelaku dan konteks sosial, ekonomi, budaya, dan politik

serta ideologi dimana akuntansi diterapkan.

Sejak tahun 1980-an, mulai ada perhatian dari para peneliti akuntansi dalam memahami

nilai akuntansi dalam pengertian yang lebih luas, misalnya dalam konteks sosial, ekonomi,

politik dan organisasi. Adanya perhatian semacam ini berakibat pemahaman akuntansi menjadi

berubah, yaitu akuntansi mulai dipahami sebagai entitas yang selalu berubah, akuntansi tidak

lagi dipandang sebagai produk jadi atau statis dari suatu masyarakat, tetapi dipandang sebagai

produk yang selalu mengalami perubahan setiap waktu tergantung pada lingkungan dimana ia

hidup dan dipraktekan

Page 4: Akuntansi Dalam Perspektif Politik

III. PEMBAHASAN

a. Paradigma Praktik Akuntansi dalam Politik

Paradigma ini memberikan gamabaran bahwa akuntansi mempunyai hubungan relevan

dengan praktik akuntansi ataupun sebaliknya. Watskin and Arrington (2005) memberikan

wacana bahwa transisi dalam kepepimpinan kelompok politik mengubah paradigma akuntansi.

Mereka memberikan contoh NPR (National Performance Review) di Amerika. NPR merupakan

pengembangan dari NPM (New Public Management) dalam teori akuntansi. NPR merupakan

sebuah inisiatif untuk mereformasi birokrasi pemerintah federal Amerika Serikat (AS) pada era

pemerintahan Clinton – Al Gore (1993 – 2001). Tujuannya adalah membentuk birokrasi

pemerintah federal yang lebih efektif dan efisien, atau dalam bahasa orisinilnya “to create a

government that works better and costs less”. Untuk mencapai tujuan ini, pada bulan Maret

1993 presiden Clinton membentuk sebuah gugus tugas (task force) antar instansi pemerintah

federal yang disebut National Performance Review (NPR) atau Tinjauan Ulang Kinerja Nasional

dan menunjuk wakilnya Al Gore sebagai pemimpin NPR. NPR fokus pada masalah bagaimana

pemerintah seharusnya bekerja, bukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Mereka

mengukur kinerja birokrasi pemerintah dengan mengacu pada kinerja yang terbaik di bisnis

alias sektor swasta. Walaupun NPR merupakan bentuk manifestasi janji politik, namun hasil dari

NPR adalah budaya kerja yang mengutamakan kepuasan pelanggan serta budaya organisasi

yang mengutamakan kinerja dan produktivitas pada instansi-instansi pemerintah federal.

Bila ada ideologi politik yang berubah pada suatu negara akan diikuti dengan perubahan

penerapan praktik akuntansinya. Hal itu sejalan dengan penelitian Ezzamel, Xiao and Pan (2007)

yang meneliti hubungan antara ideologi politik dan akuntansi menunjukkan bahwa di setiap era

ideologi politik di cina menciptakan konteks yang kurang lebih diberikan secara kompatibel

dengan penerapan konsep akuntansi tertentu. Pada era Ideologi Mao, akuntansi politik

bertumpu pada prinsp : class struggle primacy(perjuangan kelas utama), public

ownership(kepemilikan publik) and central planning(ekonomi terencana). Namun ideologi dari

Mao ini tidak pernah berhasil diterapkan karena banyak menimbulkan kontroversi. Dimulai

tahun 1978, ideologi deng mulai menggeser ideologi mao, prinsip perjuangan kelas utama

Page 5: Akuntansi Dalam Perspektif Politik

digantiikan oleh keunggulan pembangunan ekonomi bersinambungan, ekonomi terencana

digantikan oleh ekonomi pasar (Deng, 1992), dan terakhir segala kepemilikan dipandang

sebagai sarana untuk mengembangkan sosialisme dan kepemilikan pribadi (Jiang, 1997). Yang

pada akhirnya ideologi akuntansi Deng ini menjadi dominan.

Akuntansi manajemen berkembang dari yang konvesional atau tradisional ke modern

atau yang juga sering dikenal dengan istilah akuntansi manajemen kontemporer. Pada

paradigma ini, untuk menjadi unggul dalam persaingan, maka para pelaku bisnis harus

mengubah cara/gaya berfikir (the way of thinking) tentang bisnis. Menurut Johnson (1992),

kajian tentang bagaimana informasi pada level proses dapat memungkinkan para karyawan

untuk mencapai atau menjadikan perusahaan, yang mempunyai fleksibilitas dan

pertanggungjawaban untuk bersaing di tingkat bisnis global. “Bottom-Up Empowerment Cycle”

berfokus pada konsumen dan proses, dan bukan pada hasil keuangan saja. Informasi dari

konsumen dan proses digabung/dikumpulkan dan digunakan oleh orang-orang yang terlibat

dalam suatu tim kerja (work force) yang menghadapai konsumen dan menjalankan proses.

Praktik akuntansi kontemporer ini meluas ke dalam ranah sektor Pubik. Namun masih

terdapat keragaman dalam impelementasi. Studi dari Boczko (2000) yang merupakan tentang

klasifikasi akuntansi kontemporer, menunjukkan bahwa akuntansi kontemporer internasional

masih ada keragaman. Boczko menggunakan teori ekonomi politik neo marxisme dan

mengeksplorasi bagaimana gagasan struktur dan hirarki kelembagaan ekonomi liberalisme,

klasifikasi prioritas sosial, dan pemahaman keanekaragaman akuntansi kontemporer. Hasil

menunjukkan bahwa studi klasifikasi tersebut berdampak pada pengaturan sosial, politik dan

ekonomi oleh karena perubahan yang berprioritas modal.

Page 6: Akuntansi Dalam Perspektif Politik

b. Political Economy of Accounting (PEA)

Belum banyak ditemukan penelitian yang secara teknis menggali tentang akuntansi

politik, namun penelitian dilakukan melalui pengembangan penerapan prinsip-prinsip akuntansi

yang dinamis pada ranah politik. Tidak ditemukan dua gabungan kata “Akuntansi Politik” dalam

berbagai penelitian bidang akuntansi.

Adalah mungkin sumber yang bisa dijadikan acuan sebagai metodologi penelitian

akuntansi politik merujuk pada teori Political Economy Accounting, PEA didefinisikan sebagai

sebuah pendekatan normatif, deskriptif, dan kritis terhadap penelitian akuntansi. Pendekatan

PEA mencoba untuk menjelaskan dan menerjemahkan peran dari laporan akuntansi dalam

pendistribusian laba, kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat. Dalam pelaksanaannya, suatu

pendekatan PEA akan menjadikan struktur institusional dari masyarakat sebagai model yang

akan membantu melaksanakan peran tersebut dan memberikan suatu kerangka kerja untuk

memeriksa seperangkat institusi, akuntansi, dan laporan akuntansi yang baru.

Fakta yang merujuk pada pandangan ideologi masyarakat terdapat kelompok-kelompok

yang saling bertentangan dengan kekuatan yang bermacam-macam dan berusaha untuk meraih

dominasi, yang mungkin selanjutnya akan mengarah pada bentuk-bentuk eksploitasi,

pengasingan, dan ketidakadilan. Dalam hal ini akuntansi memainkan sebuah peranan ideologis

dalam melegitimasi ideologi dari prinsip pengorganisasian dasar dan dalam hubungan antara

golongan-golongan di dalam masyarakat dan memperkuat kembali distribusi kekuatan yang

tidak merata. Akuntansi sebagai suatu ideologi berada di dalam bidang akuntansi ekonomi

politis.

Herman menjelaskan pendekatan PEA dengan menekankan pada institusional

masyarakat dan menggunakan sebuah model konflik di masyarakat dapat menghasilkan

kerangka untuk studi yang berusaha mempelajari pengaruh kepentingan seksional sempit

dalam mendefinisikan masalah akuntansi dan pilihan cara untuk menyelesaikan masalah yang

ada. Riset tentang proses penemuan masalah akuntansi juga mempertimbangkan bagaimana

sponsorship finansial bisa memicu beberapa tipe riset akuntansi.

Page 7: Akuntansi Dalam Perspektif Politik

c. Karasteristik dari PEA

Riset dengan menggunakan pendekatan akuntansi ekonomi politik dapat memperluas

penelitian yang melihat fungsi akuntansi dalam struktur dan lingkungan institusional dimana

akuntansi dipraktekkan. Penelitian tentang akuntansi akan bermanfaat jika menggunakan

pendekatan yang menekankan pada sisi institusional dan pengaruhnya, investigasi antar

berbagai disiplin ilmu, dan penelitian tentang proses menuju keseimbangan yang dinamis.

Meskipun terdapat banyak perbedaan variasi ekonomi politik (Frey, 1978), kebanyakn

variasi tersebut menekankan pada hubungan antara kekuatan politik dan ekonomi dalam

masyarakat. Dalam hubungannya dengan penaksiran nilai dari laporan akuntansi perusahaan,

PEA menyatakan bahwa nilai akan muncul sebagaimana nilai tersebut terbentuk (dan

membentuk) baik dalam arena politik maupun ekonomi. Beberapa bentuk-bentuk dari

pendekatan ekonomi politik akuntansi, yaitu 1). Penelitian tentang akuntansi harus

memperhatikan kekuatan dan konflik dalam masyarakat, 2) sejarah spesifik dan lingkungan

institusional masyarakat di mana PEA dipraktikkan, 3) Pandangan emansipatif atas motivasi

manusia dan peraturan akuntansi dalam masyarakat.

D.J. Cooper dan M.J. Sherer bahkan menyajikan tiga karakteristik dari akuntansi ekonomi

politis.

1. PEA hendaknya mengakui kekuatan dan konflik yang terjadi dalam masyarakat dan maka

dari itu hendaknya berfokus pada dampak-dampak dari laporan akuntansi pada pembedaan

laba, kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat. Fitur ini secara langsung bertentangan

dengan konsep pluralis yang cenderung untuk memiliki pandangan bahwa masyarakat

dikendalikan oleh kaum elite yang terdefinisi dengan jelas atau terdapat konflik sosial yang

terus-menerus antara golongangolongan yang pada dasarnya antagonistis.

2. PEA hendaknya mengakui lingkungan historis dan institusional yang spesifik dari masyarakat

di mana ia beroperasi, yaitu bahwa (a) ekonomi didominasi oleh perusahaan-perusahaan

besar, (b) ketidaksetaraan (disequilibrium) merupakan suatu fitur permanen dari ekonomi,

dan (c) negara memainkan peran yang sangat penting dalam mengelola ekonomi, dalam

ketidakmampuan untuk mengendalikan tingkat pembelanjaannya, dalam melindungi

Page 8: Akuntansi Dalam Perspektif Politik

kepentingan-kepentingan komersial dari perusahaan-perusahaan besar, dalam menjaga

keharmonisan sosial dan legitimasinya sendiri, dan pada saat yang bersamaan ikut campur

tangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan akuntansi.

3. PEA hendaknya menerapkan pandangan yang lebih emansipatif akan motivasi manusia dan

peranan dari akuntansi. Akuntansi hendaknya diakui sebagai pelaku (agen) yang

memengaruhi dan menjadi penyebab dari baik motivasi maupun pengasingan dalam

pekerjaan dan pencarian kepentingan diri sendiri serta memainkan fungsi yang aktif secara

sosial daripada fungsi pasif. Misalnya: Dalam cara yang sama seperti profesi medis memiliki

perhatian yang logis berkaitan dengan perumahan, kondisi sosial dan kesehatan umum dari

masyarakat, begitu pula profesi akuntansi memiliki perhatian yang logis berkaitan dengan

lingkungannya secara langsung (misalnya, sektor perdagangan dan keuangan dari ekonomi).

Usaha-usaha untuk mengatasi permasalahan-permasalahan teknik tanpa

mempertimbangkan lingkungan ini dapat menghasilkan pemecahan yang tidak sempurna

dan tidak lengkap dikarenakan adanya penerimaan'dari institusi-institusi dan praktik-praktik

yang ada saat ini.

d. Mana yang lebih baik ? Akuntansi Politik atau Politik Akuntansi

Akuntansi politik dapat diartikan secara harfiah bagaimana praktik akuntansi dapat

digunakan untuk mendukung kegiatan politik. Seperti yang dijelaskan pada esai Watskin and

Arriington (2004), memberikan penafsiran tentang bagaimana akuntansi memiliki kekuatan luar

biasa dalam memegang peranan dalam pengambilan kebijakan politik. Akuntansi yang

dipandang sebagai akuntansi politik ini bertujuan untuk menghindari penyimpangan kegiatan

politik, yang dinilai melalui penilaian kinerja. Dalam esainya Watskin and Arrington 2004, juga

menjelaskan bahwa karakteristik politik postmodern (Wolin) dan pencabangan liberalisme

(Connolly) dapat dipahami sebagai transisi perubahan pengembangan akuntansi dalam praktik-

praktik politik yang menyimpang. Hal itu terlihat bahwa akuntansi dapat “mengarahkan”

kehidupan politik ke kehidupan yang lebih baik. Dimana melalui teknik akuntansi fenomena

politik dan ekonomi (seperti prestasi kerja, biaya, efisiensi, output, kekayaan, pengangguran,

Page 9: Akuntansi Dalam Perspektif Politik

dll.) harus di ukur dan dipertanggungjawabkan kepada. Sehingga legitimasi politik dan ekonomi

dipandang tergantung pada fenomena kritik akuntansi.

Berbeda dengan definisi akuntansi politik, politik akuntansi dapat didefinisikan sebagai

ekspansi kegiatan politik untuk menggagalkan praktik akuntansi yang telah berjalan dan

merubah praktik akuntansi. Bisa juga akuntansi dijadikan sebagai alat untuk janji manifestasi

politik. Atau bahkan akuntansi dijadikan sebagai senjata untuk menjatuhkan lawan politik. Satu

dari contoh riset yang mengkaji budaya politik dan ekonomi mampu menggagalkan penerapan

akuntansi manajemen adalah riset dari Wickramasinghe and Hopper (2003). Dengan

menggunakan teori Mode of Production (MOP) dalam pengembangan studi, dan budaya

antropologi. Peneliti mencoba mengkaji studi kasus longitudinal pengendalian manajemen di

Mill tekstil di sebuah desa tradisional Sinhala di Sri Lanka. Dimana upaya-upaya untuk

memaksakan akuntansi manajemen konvensional gagal karena perlawanan buruh. The Mill

sebagai perusahaan publik yang didirikan oleh pemerintah, menerapkan akuntansi manajemen

sebagai perwujudan dari MOP Kapitalis dan Budaya Industri Modern. Namun akuntansi

manajemen ini mendapatkan perlawanan dari budaya tradisional pedesaan, karena terjadi

kesenjangan sosial antara buruh dan pemilik asing.

Suatu ideologi politik dapat mempengaruhi penerapan akuntansi di sebuah negara,

sehingga terlihat peran politik dalam mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip akuntansi.

Sebagai contoh penerapan prinsip-prinsip akuntansi di Indonesia yang berubah sesuai dengan

perkembangan ideologi dan akuntansi di dunia barat yang memang menjadi sebuah tuntutan

dalam kerjasama perekonomian antar negara. Pertama, penerapan prinsip akrual yang sudah

berjalan kurang lebih sepuluh tahun semenjak dikeluarkannya PP 24 Tahun 2005, merupakan

esensi teknik akuntansi yang mendapat pengaruh dari perkembangan akuntansi dunia barat.

Keunggulan penggunaan basis akrual ini adalah informasi yang disajikan dalam Neraca akan

lebih komprehensif karena mempresentasikan seluruh sumber daya yang dimiliki entitas.

Kedua, Prinsip Value for Money yaitu sebuah sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah

suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi

melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Prinsip ini bertujuan memenuhi kehendak

masyarakat mencakup pertanggungjawaban mengenai  pelaksanaan kegiatan pemerintahan yaitu:

Page 10: Akuntansi Dalam Perspektif Politik

ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna)

dalam penggunaan sumber daya dalam arti penggunaannya diminimalkan dan hasilnya

dimaksimalkan (maximizing benefits and minimizing costs), serta efektif (berhasil guna) dalam

arti mencapai tujuan dan sasaran. Prinsip ini sudah diterapkan di berbagai instansi publik di

Pemerintah Indonesia melalui sistem remunerasi, dan juga diterapkan pada kabinet kerja jokowi

yaitu kabinet profesional dan mengurangi bagi-bagi kursi menteri dengan mitra koalisi.

Hal tersebut sejalan dengan temuan penelitian Anh and Nguyen (2013), mereka

melakukan studi analisis yang memberikan kajian komprehensif tentang perubahan yang terjadi

dalam peraturan akuntansi di Vietnam sejak pertangahan 1980. Kerjasama Vietnam dengan

negara barat selama dua dekade terakhir, serta penerapan prinsip liberalisasi ekonomi

merubah sistem akuntansi sesuai dengan perkembangannya. Walaupun sistem saat ini yang

berjalan adalah adalah campuran unsur konseptual dan formal yang diambil dari akuntansi

Barat, namun beberapa fitur dasar dan praktik dipertahankan dari sistem yang lama (Gaya

Soviet dan Prancis).

Dalam teori hegemoni yang merupakan gagasan dari Antonio Gramsci(1891-1937),

bahwa hegemoni didefinisikan sebagai dominasi satu kelompok terhadap kelompok lainnya

dengan atau ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang disampaikan oleh kelompok dominan

terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar. Fakta menunjukkan

bahwa dominasi dunia barat dalam perkembangan ilmu akuntansi secara tak langsung

memaksa negara berkembang untuk merubah sistem akuntansinya. Sebagai contoh penerapan

IFRS. Hal ini menunjukkan akuntansi sering menjadi konstituitif dan transformatif dalam

mengikuti perkembangan hegemoni politik, sejalan dengan penelitian Watskin and Arrington

(2004) dan Alawattage dan Wickramasinghe (2006).

Alawattage dan Wickramasinghe (2006). Dalam esainya membahas studi empiris : peran

non-konstitutif akuntansi dalam hegemoni politik di perkebunan teh Sri Lanka. Hasil

menunjukkan bagaimana kontrol buruh dalam praktik akuntansi diwujudkan dalam konteks

sejarah dan sosial politik yang kompleks yang membentuk pada hegemoni politik sebagai

modus dominan kontrol di perkebunan teh. Yang berbeda dengan pengalaman Barat bahwa

Page 11: Akuntansi Dalam Perspektif Politik

akuntansi memainkan peran konstitutif dalam kontrol tenaga kerja, peran konstitutif hegemoni

politik yang direpresentasikan dengan perhitungan 'Benar' atau 'alami'.

IV. KESIMPULAN

Akuntansi dalam perspektif politik merupakan studi alternatif dari penelitian akuntansi

yang memahami dan mengevaluasi fungsi akuntansi dalam konteks lingkungan politik. Telah

banyak berbagai studi akuntansi yang terkait dengan politik. Dalam berbagai studi akuntansi

tersebut, definisi akuntansi berkembang yang semula hanya pelaporan pencatatan keuangan

menjadi sebuah definisi yang kompleks yang dapat digunakan sebagai pisau bermata dua dalam

kegiatan politik pemerintahan. Akuntansi disini menjadi dua peran yang berbeda, akuntansi

yang hanya menjadi alat untuk pelaporan sebagai implikasi dari kegiatan politik dan akuntansi

yang menjadi alat untuk mendominasi kekuasaan. Sisi baik dari akuntansi ini adalah jika

akuntansi diterapkan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja politik, namun sisi buruknya

adalah akuntansi diterapkan untuk tujuan pengembangan kegiatan politik dalam teori

hegemoni yang hal itu dianggap wajar. Namun penerapan semua itu tergantung dari fungsi dan

tujuan pemerintah dalam kegiatan berpolitik, apakah fokus pada kesejahteraan rakyat (Watskin

and Arrington, 2007. Haque et.all, 2011) atau hanya untuk keuntungan kaum kapitalis

tertentu (Hayashi, 1989. Abeysekera, 2003. Watskin and Arrington, 2007).

Page 12: Akuntansi Dalam Perspektif Politik

V. DAFTAR PUSTAKA

Abeysekera, I. 2003. Political economy of accounting in intellectual capital reporting. Research

Online. University of Wollongong

Anh, Doan Ngoc Phi And Nguyen, Duc-Tho. 2013. Accounting in a developing transitional

economy: the case of Vietnam. Asian Review of Accounting. Vol. 21 pp. 74 - 95

Ann L. Watskins And C. Edward Arrington. 2007. Accounting, New Public Management and

American Politics: Theoretical Insights into the National Performance Review. Critical

Perspectives on Accounting. Vol. 18 pp. 33–58

Boczko, T. 1997. Social Change and the Regulation of Accounting Knowledge. Research Paper 1.

University of Lincolnshire and Humberside

Boczko, T. And Willmott, H. 1998. Preserving a Myth: a Critique of Classifications of

Contemporary Accounting Systems. Paper Presented at the Workshop on Accounting

Regulation. March. Sienna. Italy

Cooper C. 1995. Ideology, hegemony and accounting discourse: a case study of the National

Union of Journalists. Critical Perspectives on Accounting. Vol. 6 pp. 175–209

Danture Wickramasinghe, D. And Hopper, T. 2005. A cultural political economy of management

accounting controls: a case study of a textile Mill in a traditional Sinhalese village.Critical

Perspectives on Accounting. Vol.16 pp. 473–503

Ezzamel, M., Zezhong X. J. And Pan, Aixiang. 2007. Political ideology and accounting regulation

in China. Accounting, Organizations and Society . Vol. 32 pp. 669–700

Hayashi, T. 1989. On Islamic Accounting: Its Future Impact on Western Accounting. The Institute

of Middle Eastern Studies. International University of Japan. Japan

Haque, F., Arum, T., And Kirkpatrick, C. 2011. The political economy of corporate governance in

developing economies: The case of Bangladesh. Research in International Business and

Finance. Vol 25 pp 169–182

Page 13: Akuntansi Dalam Perspektif Politik

http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2014/04/16/definisi-akuntansi-menurut-para-ahli-

648201.html. Diakses Desember 2014

http://hermandarwis.blogspot.com/2012/02/akuntansi-ekonomi-politik-alternatif.html. Diakses

Desember 2014

Ramanna, K. 2008. The implications of unverifiable fair-value accounting: Evidence from the

political economy of goodwill accounting. Journal of Accounting and Economics. Vol. 45 pp.

253–281

Robert Ochoki Nyamori. 2009. Making development accountable : A critical analysis of the

systems of accounting and accountability for the Constituency Development Fund in Kenya.

Journal of Accounting & Organizational Change. Vol. 5 pp. 197 – 227

Rosenau, Pauline Marie. 1992. Post-Modernism and the Social Sciences: insigts, Inroads, and

Instruction. Princeston, NJ : Princeton University Press

Rosser, A., 1999. The political Economy of Accounting Reform in Developing Countries: The

Case of Indonesia, Asia Research Centre Working Paper No. 93, Murdoch University,

Australia.

Walter T. Harrison And Charles T. Horngren. 2008. Financial Accounting (7th Edition). Prentice

Hall

Watts, Ross L. And Jerold L. Zimmerman. 1986. Positive accounting Theory. Englewood Cliffs:

Prentice-Hall Inc

Wickramasinghe, D. And C. Alawattage.2008. Appearance of accounting in a political

hegemony. Critical Perspectives on Accounting . Vol. 19 pp. 293–339

Zhang, G. , Ahmed, K. And Boyce, G. 2013. Institutional changes in university accounting

education in post-revolutionary China : From political orientation to internationalization.

Critical Perspectives on Accounting