akuntansi
DESCRIPTION
bagian isiTRANSCRIPT
1 | SMK Negeri 1 Bojonegoro
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak masyarakat yang mengeluh karena harga barang-
barang yanng melonjak naik, khususnya kebutuhan sehari-hari. Hal itu
membuat semakin parah keadaan masyarakat yang sudah merasa pusing
dengan pengangguran di negeri ini dan masyarakat harus menanggumg
penderitaan dengan naiknya harga kebutuhan barang pokok.
Harga barang yang naik tidak hanya daging, melainkan juga lauk-
pauk yang merupakan makanan rakyat Indonesia yaitu tempe dan tahu.
Hal ini dikarenakan harga kedelai yang terus naik. Saat ini diberbagai
daerah mengalami kekeringan, sehingga banyak petani yang gagal
memanen kedelai yang disebabkan oleh irigasi yang tidak memadai.
Sawah-sawah mengalami kekeringan padahal untuk memperoleh hasil
panen kedelai yang baik harus diimbangi dengan pengairan yang baik
pula.
Keadaan itu membuat masalah baru kepada produsen tempe.
Pedagang tidak memiliki pilihan lain untuk mempertahankan usahanya
kecuali menaikkan harga penjualan tempe atau mengurangi ukuran
tempenya. Padahal sebagian masyarakat Indonesia mendapat asupan
protein dari tahu dan tempe. Jika harga tahu dan tempe naik maka
makanan itu akan ditinggalkan masyarakat. Masyarakat akan memilih
lauk-pauk yang lebih murah atau makanan dengan harga yang sama
namun kuantitasnya lebih banyak. Sehingga kebutuhan akan protein
mereka kurang tercukupi.
Setelah kami mengetahui kenyataan yang ada di masyarakat bahwa
mereka membutuhkan bahan makanan alternatif yang dapat memenuhi
kebutuhan mereka dengan harga yang relatif murah namun bergizi. Kami
mencoba menemukan bahan tersebut dari lingkungan sekitar. Dan kami
memutuskan untuk menggunakan biji labu kuning untuk mengganti
2 | SMK Negeri 1 Bojonegoro
kedelai. Daerah tempat tinggal kami merupakan daerah yang dekat dengan
Bengawan Solo. Masyarakat disini biasa menggunakan lahan yang dekat
dengan Bengawan (giran) itu sebagai lahan pertanian untuk menanam labu
kuning. Kami sering melihat labu kuning dimanfaatkan sebagai sayur,
kue, dan sirup dengan menggunakan daging buahnya. Sedangkan bagian
bijinya sering dibuang karena dianggap tidak memiliki manfaat. Jadi biji
labu kuning dianggap sampah rumah tangga (sampah domestik).
Melihat peluang pada limbah biji labu kuning untuk dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan tempe. Biji labu kuning memiliki tekstur
yang menyerupai biji kedelai dan biji labu kuning juga memilki banyak
kandungan nutrisi. Dengan memanfaatkan biji labu kuning untuk bahan
baku pembuatan tempe maka secara tidak langsung kami melakukan
Green Action yaitu berupa pemanfaatan sampah yang sudah terbentuk.
Selain itu jika tempe biji labu kuning dikembanngkan di Bojonegoro akan
menjadi sebuah peluang besar bagi dunia usaha di Bojonegoro yaitu
dengan mengolah tempe dari biji labu kuning menjadi tempe yang
dimodifikasi menjadi kripik tempe. Kripik tempe tersebut dapat dijadikan
sebagai oleh-oleh khas dari daerah Bojonegoro dan dapat menjadi ikon
baru kota Bojonegoro selain sebagai kota ledre. Sehingga kita dapat
mengembangkan potensi pariwisata sebagai upaya pencapaian
pembangunan ekonomi daerah karena dapat dijadikan sebuah peluang
usaha yang dapat dikembangkan oleh masyarakat Bojonegoro dan dapat
membangun perekonomian daerah Bojonegoro.
Jadi kami mengangkat judul “Pemanfaatan Limbah Biji Labu
Kuning Sebagai Bahan Baku Pembuatan Tempe dalam Upaya Pencapaian
Pembangunan Ekonomi Daerah” sebab kami berharap penelitian ini dapat
dipraktekkan oleh masyarakat dan membangun perekonomian daerah
dengan mengembangkan usaha ini.
3 | SMK Negeri 1 Bojonegoro
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengurangi sampah biji labu kuning yang ada di
lingkungan ?
2. Bagaimana memanfaatkan limbah biji labu kuning sebagai upaya
pengembangan potensi pariwisata ?
3. Bagaimana memanfaatkan limbah biji labu kuning sebagai upaya
pencapaian pembangunan ekonomi daerah?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengurangi sampah biji labu kuning yang ada di lingkungan.
2. Untuk mengetahui cara memanfaatkan limbah biji labu kuning sebagai
upaya pengembangan potensi pariwisata.
3. Untuk mengetahui upaya pencapaian pembangunan ekonomi daerah
dengan memanfaatkan limbah biji labu kuning.
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat mengurangi sampah yang terbentuk dengan memanfaatkan
sampah rumah tangga (domestik) sebagai barang yang berguna bagi
kehidupan.
2. Dapat memberi informasi kepada masyarakat bagaimana cara
memanfaatkan limbah biji labu kuning sebagai upaya pengembangan
potensi pariwisata.
3. Dapat memberi informasi kepada masyarakat bagaimana cara
memanfaatkan limbah biji labu kuning sebagai upaya pencapaian
pembangunan ekonomi daerah.
4 | SMK Negeri 1 Bojonegoro
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Mengenal Tanaman Labu Kuning
Waluh merupakan jenis tanaman sayuran. Selain enak dibuat aneka
makanan, labu kuning juga sarat gizi. Buah ini banyak mengandung
vitamin C, vitamin A, juga serat. Tak cuma kolak, labu kuning bisa diolah
menjadi aneka macam makanan, baik yang bercita rasa gurih atau manis.
(http://tipspetani.blogspot.com)
Keistimewaan lain dari tanaman waluh adalah dapat ditanam di lahan-
lahan yang kering atau tegalan yang masih tersedia luas di negara kita. Di
daerah pedesaan, umumnya waluh ditanam secara tumpangsari dengan
tanaman palawija atau padi yang dapat mendatangkan nilai tambah
tersendiri, bahkan dapat menjadi cadangan pangan di waktu paceklik
(Sudarto 2000 : 11).
Waluh (Cucurbita moschata, ex. Poir) termasuk jenis tanaman
menjalar dari famili Cucurbitaceae. Waluh dikenal pula dengan nama labu
Kuning karena daging buahnya berwarna kuning, Pumkin (Inggris), Labu
Parang (Jawa Barat), Labu Merah dan Labu Manis (Sudarto 2000 : 11).
B. Biji waluh
Biji waluh terletak di tengah-tengah daging buah, yakni pada bagian
yang kosong (rongga) yang diselimuti oleh lendir dan serat. Bentuk biji
pipih dan kedua ujungnya meruncing. Bagian yang lembaga berbentuk
lebih runcing yang akan menjadi tempat munculnya. Berat tiap 1000 biji
untuk jenis bokor dan kelenting rata-rata 180 gram.
Biji waluh mengandung lemak yang tinggi sehingga sering dijadikan
kuwaci atau digoreng begitu saja untuk makanan kecil. Biji waluh juga
mengandung bahan pencahar laksatif dan antelmintik yang dapat
digunakan untuk cacing (Sudarto 2000 : 14).
5 | SMK Negeri 1 Bojonegoro
Kwaci biji labu kuning memiliki khasiat untuk mengurangi gejala
inflamasi. Biji labu kuning juga meiliki kandungan Pitosterol, Pitosterol
adalah senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang strukturnya mirip
kolesterol, merupakan kolesterol baik dapat meningkatkan sistem imun
dan menurunkan resiko terkena kanker tertentu. Sebuah penelitian
menunjukan bahwa biji labu adalah makanan yang mampu meningkatkan
libido yang lebih efisien, biji labu juga mengandung Myosin yang penting
bagi kontraksi otot seksual wanita. sementara bagi pria, kandungan Zinc
pada biji labu adalah nutrisi utama untuk memproduksi sperma dan
meningkatkan jumlah sperma dan motitilat sperma tak ketinggalan juga
bermanfaat untuk mengurangi resiko kanker prostat. Selain itu, biji labu
juga mengansung citamin B, E, C, D, K serta Klasium, Kalium niasin dan
fosfor. (http://ferizkurniawan.com)
C. Limbah
Setiap kegiatan manusia selalu menghasilkan limbah atau sampah.
Ada dua macam limbah, yaitu limbah organik dan limbah anorganik.
Limbah organik merupakan jenis sampah yang bahan penyusunnya terdiri
dari bahan penyusun makhluk hidup yang diambil dari alam atau
dihasilkan dari kehidupan manusia. Limbah ini mudah diurai dalam proses
alami. (Hadisusanto, 2005:121).
Limbah rumah tangga dan pabrik mengandung bahan berharga yang
dapat didaur ulang. Rata-rata tempat sampah keluarga berisi jenis-jenis
sampah dengan persentase terbesar adalah kertas, karton, sampah sayur,
debu, kaca, logam, plastik, tekstil, dan bahan lain. Kurang lebih 60% dari
barang-barang tersebut dapat didaur ulang (Hadisusanto, 2005:121).
6 | SMK Negeri 1 Bojonegoro
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian
kuantitatif, karena dalam penelitian ini menggunakan alat ukur yang tidak
hanya menggunakan alat indra tetapi juga diujicobakan.
B. Sasaran Penelitian
Sasaran Penelitian ini adalah tempe dengan bahan baku biji labu
kuning. Dikembangkan tempe yang terbuat limbah rumah tangga
(domestik) yang tidak terpakai atau biasa dibuang karena dianggap tidak
memiliki nilai ekonomi.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini antara lain adalah bidang pertanian, bidang
pariwisata yang kemudian dikaitkan dengan peningkatan perekonomian
masyarakat Bojonegoro. Penelitian ini hanya terbatas dilakukan pada biji
labu kuning, serta para konsumen yang berasal dari kota Bojonegoro.
D. Rancangan Penelitian
Agar penelitian ini dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan,
maka diperlukan prosedur penelitian yang sistematis. Rancangan
penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Rancangan Penelitian
Pengambilan sampel yaitu
dengan menggunakan biji
asem dan biji labu kuning
(berupa limbah)
Uji coba
pembuatan
tempe
Membandingkan
hasil kedua tempe
Mengkaji
hasil hasil
penelitian
Menentukan bahan
baku yang paling
cocok (kandungan
gizi dan rasa)
Memilih biji labu kuning sebagai
bahan baku tempe (peluang besar
untuk dikembangkan menjadi
potensi pariwisata sebagai upaya
pencapaian pembangunan ekonomi
daerah.)
7 | SMK Negeri 1 Bojonegoro
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam proses penelitian ini langkah-langkah penelitian yang dilakukan
adalah :
Gambar 2. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
Masyarakat saat ini mengalami kesulitan di bidang ekonomi yang
disebabkan naiknya harga kebutuhan pokok seperti lauk-pauk termasuk
tempe. Hal ini membuat kami prihatin terhadap nasib masyarakat yang
mengandalkan tempe sebagai sumber asupan gizi mereka oleh sebab itu
kami mencoba menemukan bahan alternatif yang berasal dari limbah di
lingkungan sekitar yang dapat digunakan untuk mengganti kedelai.
Setiap kegiatan manusia menimbulkan berbagai jenis limbah. Ada
yang berasal dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industri, kegiatan
komersial dan lain-lain. Namun 80% limbah yang ada di lingkungan itu
berasal dari limbah rumah tangga. Jadi penanganan limbah rumah tangga
harus ditanggapi secara serius dan mendapat penanganan yang tepat.
Dalam karya ini kami memfokuskan untuk membahas limbah biji labu
kuning yang seringkali dibuang karena di anggap tidak punya nilai guna
dan nilai ekonomi. Menurut kajian pustaka yang kami dapat, biji waluh
Biji labu kuning yang
telah dibersihkan dan
direbus dua kali
ditambahkan ragi
Biji labu kuning yang
telah ditambahkan ragi
didiamkan semalaman
Tempe yang telah layak
konsumsi serta dikemas
menggunakan daun
pisang yang ramah
lingkungan
8 | SMK Negeri 1 Bojonegoro
mengandung lemak yang tinggi sehingga sering dijadikan kuwaci atau
digoreng begitu saja untuk makanan kecil. Biji waluh juga mengandung
bahan pencahar laksatif dan antelmintik yang dapat digunakan untuk
cacing (Sudarto 2000 : 11).
Kwaci atau biji labu kuning ini di klaim memiliki rasa yang gurih dan
memiliki harga yang cukup mahal. namun itu semua terbayar dengan
khasiat yang dimilikinya. Kwaci biji labu kuning memiliki khasiat untuk
mengurangi gejala inflamasi. Biji labu kuning juga meiliki kandungan
Pitosterol, Pitosterol adalah senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang
strukturnya mirip kolesterol, merupakan kolesterol baik dapat
meningkatkan sistem imun dan menurunkan resiko terkena kanker
tertentu. Sebuah penelitian menunjukan bahwa biji labu adalah makanan
yang mampu meningkatkan libido yang lebih efisien, biji labu juga
mengandung Myosin yang penting bagi kontraksi otot seksual wanita.
sementara bagi pria, kandungan Zinc pada biji labu adalah nutrisi utama
untuk memproduksi sperma dan meningkatkan jumlah sperma dan
motitilat sperma tak ketinggalan juga bermanfaat untuk mengurangi resiko
kanker prostat. Selain itu, biji labu juga mengansung citamin B, E, C, D, K
serta Klasium, Kalium niasin dan fosfor (http://ferizkurniawan.com). Jadi
kami berpikir bahwa biji labu kuning masih dapat digunakan untuk bahan
baku pembuatan tempe karena biji labu memiliki gizi yang baik dan
rasanya enak.
Limbah biji labu kuning juga dapat digunakan sebagai upaya
pengembangan potensi pariwisata artinya biji labu kuning yang sudah
diolah menjadi tempe dapat dimodifikasi menjadi kripik tempe yang bisa
dijadikan oleh-oleh khas Bojonegoro. Jadi wisatawan yang datang ke
Bojonegoro dapat membeli kripik tempe sebagai oleh-oleh untuk keluarga
di rumah. Masyarakat yang mengetahui bahan baku pembuatan tempe
tersebut pasti akan penasaran dan ingin merasakan rasanya jadi hal
tersebut akan mengembangkan potensi pariwisata dibidang kuliner.
9 | SMK Negeri 1 Bojonegoro
Tempe dari biji labu kuning dapat dimodifikasi menjadi kripik tempe
serta sebagai upaya pencapaian pembangunan ekonomi daerah artinya hal
tersebut memiliki peluang yang besar dibidang bisnis. Masyarakat harus
lebih kreatif dan berinovasi untuk mengembangkan usaha tersebut agar
dapat menarik minat pasar. Jika masyarakat mengembangkan usaha ini
sebagai usaha yang ditekuni maka dapat membangun perekonomian
daerah. Sehingga akan muncul usaha rumahan atau usaha kecil menengah
yang menyerap tenaga kerja dan meningkatkan potensi pariwisata
sehingga menimbulkan naiknya pendapatan daerah. Semua itu akan
menguntungkan semua pihak yaitu meningkatnya pendapatan daerah bagi
pemerintah daerah dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang
mengembangkan usaha itu.
10 | SMK Negeri 1 Bojonegoro
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Kita dapat mengembangan potensi pariwisata dan membangun
perekonomian daerah dengan memanfaatkan sampah atau benda yang tidak
memiliki nilai ekonomis atau limbah-limbah di sekitar kita. Kita dapat
menggunakan limbah tersebut dan menjadikan barang yang dapat diproduksi
dan bermanfaat yang merupakan green action kami. Biji labu kuning yang
selama ini dibuang oleh masyarakat ternyata dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan tempe yang memiliki rasa yang enak dan bergizi tinggi.
Tempe tersebut dapat dimodifikasi menjadi kripik tempe yang dapat
dijadikan sebagai oleh-oleh khas Bojonegoro sehingga menciptakan peluang
usaha yang besar. Di lingkungan masyarakat akan muncul usaha rumahan
(home industry) yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan sehingga secara
tidak langsung kita dapat mengembangkan potensi pariwisata dan mencapai
pembangunan ekonomi daerah.
B. Saran
Untuk memaksimalkan pengembangan potensi pariwisata dan pencapaian
pembangunan ekonomi daerah perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak.
Masyarakat diperkenalkan terlebih dahulu bagaimana cara membuat tempe
dari biji labu kuning. Kemudian pemerintah mempelopori masyarakat untuk
mendirikan usaha pembuatan tempe dari biji labu yang kemudian
dimodifikasi menjadi kripik tempe. Pemerintah harus menyediakan lahan
untuk pemasaran sedangkan masyarakat harus meningkatkan daya kreativitas
dan inovasi agar produk tersebut laku di pasaran dan menentukan alat
produksi yang canggih dan tepat agar proses produksi lebih efektif dan
efisiensi.
11 | SMK Negeri 1 Bojonegoro
DAFTAR PUSTAKA
Hadisusanto, Suwarno. dkk. 2005. Biologi Jilid 1b SMA. Jakarta: PT.
Sunda Kelapa Pustaka
Yudo, Sudarto. 2000. Budidaya Waluh. Yogyakarta: PT. KANISIUS
http://ferizkurniawan.com/tag/kuliner diakses tanggal 29 September 2012
http://tipspetani.blogspot.com/2011/06/aneka-manfaat-dan-kandungan-
labu-kuning.html diakses tanggal 29 September 2012
13 | SMK Negeri 1 Bojonegoro
BIODATA PENULIS
1. Judul karya Tulis : Pemanfaatan Limbah Biji Labu Kuning
Sebagai Bahan Baku Pembuatan Tempe
Dalam Upaya Pencapaian Pembangunan
Ekonomi Daerah
2. Bidang Kegiatan : Sub Tema : Pengembangan Potensi
Pariwisata sebagai Upaya
Pencapaian Pembangunan
Ekonomi Daerah
3. Ketua Kelompok
a. Nama Lengkap : Fitria Dwi Rahayu
b. NIS : 9231/2039.119
c. Sekolah : SMK NEGERI I BOJONEGORO
d. No. Telp/Hp : 089675834265
e. Alamat e-mail : [email protected]
4. Anggota Kelompok 1
a. Nama Lengkap : Siti alfiyah
b. NIS : 9449/0109.120
c. Sekolah : SMK NEGERI I BOJONEGORO
d. No. Telp/Hp : 087856262431
e. Alamat e-mail :
5. Anggota Kelompok 2
a. Nama Lengkap : Sain Adi putra
b. NIS : 9182 / 0807.118
c. Sekolah : SMK NEGERI I BOJONEGORO
d. No. Telp/Hp : 089677842071
e. Alamat e-mail : [email protected]
6. Guru Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Siti Rohmatul Istiqomah S.Pd,
b. NIP : -
c. No. Telp/Hp : 085257685257