akuntabilitas pelayanan pusat kesehatan …

82
i AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DISTRIK SAUSAPOR KABUPATEN TAMBRAUW TERHADAP IBU DAN BAYI TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Konsentrasi: Pemerintahan Daerah Oleh: MOUSCHE WJ. WORIA 17610070 PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA 2019

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

i

AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN

MASYARAKAT DISTRIK SAUSAPOR KABUPATEN

TAMBRAUW TERHADAP IBU DAN BAYI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Konsentrasi: Pemerintahan Daerah

Oleh:

MOUSCHE WJ. WORIA

17610070

PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2019

Page 2: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …
Page 3: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …
Page 4: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

iv

Halaman Persembahan

Tesis ini kupersembahkan untuk:

1. Isteri tercinta: Lilis Setiawati

2. Anak-anak tersayang:

Robert Williams Woria dan Marisa Adriana Woria

Page 5: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

v

Motto

Berniat, Berusaha dan Berdoa.

Apapun hasilnya tetaplah ikhlas

karena itu yang terbaik yang diberikan oleh Tuhan.

Page 6: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

vi

KATA PENGANTAR

Di akhir penulisan Tesis ini, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa atas berkat, dan kasih sayangNya, yang penulis rasakan melalui

keluarga dan teman teman yang mencintai sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis dengan judul ”Akuntabilitas Pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat Distrik

Sausapor Kabupaten Tambrauw Terhadap Ibu dan Bayi”. Tesis ini dibuat sebagai

persyaratan untuk mencapai derajat magister pada Program Studi Ilmu

Pemerintahan.

Selama penulisan tesis ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak, sehingga penulisan Tesis dapat selesai pada

waktunya dengan baik. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr Supardal M.Si, selaku Direktur Program Magister Sekolah

Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Tri Nugroho, E.W, selaku pembimbing I, yang telah

memberikan arahan, saran, koreksi dan masukan yang berarti untuk

menyempurnakan Tesis ini.

3. Bapak Habib Muhsin, S.Sos, M.Si, selaku pembimbing II, yang telah

membimbing, menyempurnakan Tesis ini.

4. Bapak Bupati Tambrauw, Gabriel Assem, SE, M.Si, yang telah

memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk

menempuh studi lanjut di Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan,

STPMD “APMD”, Yogyakarta.

5. Bapak Wakil Bupati, Bapak Meshak Metusalak Yekwam, SH.

6. Bapak Kepala BPKAD, Bapak Steven Roland Hutabarat, S.Sos, MM

7. Bapak Kepala BKDSDM, Bapak Matheus M. Woisiri, S.Sos, MAP

8. Teman-Teman Program Magister, Angkatan 20-B, STPMD “APMD”

Page 7: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

vii

9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf/Karyawan Sekolah Tinggi

Pembangunan Masyarakat Desa “AMPD” Yogyakarta yang telah

memberikan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di

Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan.

Penulis berharap Tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya,

pemerintah Kabupaten Tambrauw dan Provinsi Papua Barat.

Yogyakarta, 14 Oktober 2019

MOUSCHE WJ. WORIA

NIM: 17610070

Page 8: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………….......... i

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………............ ii

PERNYATAAN …………………………………………….............. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………................ iv

MOTTO................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .……………………………………............... vi

DAFTAR ISI ..………………………………………………….......... viii

DAFTAR TABEL …..…………………………………………......... xi

INTISARI …………………………………………………............... xii

ABSTRACT……………………………………………………........... xiii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……………….......... 1

B. Fokus Penelitian ……………………............... 7

C. Rumusan Masalah .………………………....... 7

D. Tujuan Penelitian …………………………..... 7

E. Manfaat.............................................................. 8

F. Kerangka Konseptual ………………….......... 8

1. Pelayanan Publik ………………………. 8

2. Akuntabilitas Pelayanan Publik…………. 15

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Akuntabilitas Pelayanan Publik………….

21

4. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi

menurut Permenkes RI…………………..

25

G. Metode Penelitian…………………………….. 30

1. Jenis Penelitian ……………….…............. 30

2. Obyek Penelitian ……………………........ 31

3. Lokasi Penelitian ……………………........ 31

4. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian…….. 31

5. Teknik Pengumpulan Data..…………........ 33

6. Teknis Analisis Data…………………...... 34

BAB II PROFIL DISTRIK DAN PUSKESMAS

SAUSAPOR………………………………………..

37

A. Profil Distrik Sausapor………………………. 37

1. Posisi Geografis Distrik Sausapor………. 37

2. Penduduk Distrik Sausapor………………. 38

3. Kondisi Rumah Tinggal di Distrik

Page 9: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

ix

Sausapor………………………………….. 41

4. Sarana Pendidikan Dasar di Distrik

Sausapor…………………………………..

43

5. Sarana Kesehatan di Distrik Sausapor…… 44

6. Sarana Keagamaan di Distrik Sausapor…. 45

7. Mata Pencaharian Penduduk di Distrik

Sausapor………………………………….

46

B Profil Puskesmas Sausapor…………………… 48

1. Letak Puskesmas…………………………. 48

2. Visi, Misi, Tujuan, Kebijakan Puskesmas

Sausapor………………………………….

48

3. Struktur Organisasi Puskesmas Sausapor

dan Tugas Masing-masing………………..

51

4. Tupoksi Puskesmas Sausapor dan Tugas

Masing-masing Unit………………………

52

5. Tenaga Puskesmas Sausapor…………….. 56

6. Sarana Kesehatan Dasar dan Sarana Fisik

Puskesmas Sausapor……………………...

58

7. Capaian Pelayanan Kesehatan Ibu dan

Anak Puskesmas Sausapor……………….

59

BAB III ANALISIS AKUNTABILITAS PELAYANAN

PUSKESMAS DISTRIK SAUSAPOR

TERHADAP IBU DAN BAYI…………………….

66

A. Akuntabilitas pelayanan Puskesmas Distrik

Sausapor Kabupaten Tambrauw terhadap ibu

dan bayi……………………………………….

66

1. Transparansi Pelayanan Puskesmas……….. 66

2. Pertanggungjawaban Pelayanan Puskesmas. 71

3. Pengendalian Pelayanan Puskesmas………. 74

4. Tanggung jawab Pelayanan Puskesmas…… 77

5. Responsivitas Pelayanan Puskesmas………. 80

B. Kendala-kendala yang dihadapi dalam

mewujudkan akuntabilitas pelayanan

Puskesmas…………………………………….

84

1. Kendala dalam Transparansi Pelayanan

Puskesmas………………………………….

84

2. Kendala dalam Pertanggungjawaban

Pelayanan Puskesmas………………………

85

3. Kendala dalam Pengendalian Pelayanan

Puskesmas………………………………….

87

Page 10: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

x

4. Kendala dalam Tanggung jawab Pelayanan

Puskesmas………………………………….

89

5. Kendala dalam Responsivitas Pelayanan

Puskesmas…………………………………. 92

BAB IV PENUTUP 97

A. Kesimpulan ……………………………........... 97

B. Saran .………………………………................ 100

Daftar Pustaka ..................................................................................... 101

Lampiran

Page 11: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

xi

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Hal

Tabel I. 1 Identitas informan 32

Tabel II.1 Jumlah Penduduk Distrik Sausapor 2016-2018 39

Tabel II.2 Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia di Distrik

Sausapor, 2016-2018

40

Tabel II.3 Penduduk Berdasar Agama di Distrik Sausapor, 2016-

2018

41

Tabel II.4 Kondisi Rumah Tinggal Penduduk di Distrik

Sausapor, 2016-2018

42

Tabel II.5 Sarana Pendidikan Dasar di Distrik Sausapor, 2016-

2018

43

Tabel II.6 Sarana Kesehatan di Distrik Sausapor, 2016-2018 44

Tabel II.7 Sarana Keagamaan di Distrik Sausapor, 2016-2018 46

Tabel II.8 Pekerjaan Penduduk di Distrik Sausapor, 2016-2018 47

Tabel II.9 Tenaga Puskesmas Sausapor 57

Tabel II.10 Sarana Kesehatan Dasar dan Sarana Fisik Puskesmas

Sausapor

58

Tabel II.11 Kelas Ibu Hamil 59

Tabel II.12 Pelayanan Kunjungan Kehamilan Sampai Kelahiran 60

Tabel II.13 Pelayanan Setelah Kelahiran 61

Tabel II.14 Pelayanan Penimbangan Bayi dan Balita Tahun 2018

Di Wilayah Penimbangan

63

Tabel II.15 Pelayanan Kesehatan Sekolah 64

Tabel II.16 Jumlah Posyandu dan Kader Puskesmas Sausapor 65

Page 12: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

xii

INTISARI

Tingkat kematian ibu dan bayi di Kabupaten Tambrauw masih tergolong

tinggi. Hal ini karena pelayanan kesehatan ibu dan bayi menghadapi masalah

keterbatasan SDM, Sarana Prasarana, Anggaran, informasi dan lemahnya

tanggung jawab, serta lambatnya tindakan. Oleh karena itu, guna membantu

mengatasi masalah tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul:

Akuntabilitas pelayanan Puskesmas Distrik Sausapor Kabupaten Tambrauw

terhadap ibu dan bayi. Tujuannya: mendeskripsikan Akuntabilitas pelayanan

Puskesmas itu dan mengetahui kendala-kendala dalam mewujudkan akuntabilitas

pelayanan Puskesmas.

Metode penelitian yang digunakan: metode deskriptif-kualitatif, dengan

obyek penelitian: Akuntabilitas pelayanan Puskesmas Distrik Sausapor Kabupaten

Tambrauw terhadap ibu dan bayi. Teknik pemilihan informan yang digunakan

adalah teknik purposive, dengan 15 informan. Teknik pengumpulan data:

Observasi, Wawancara, Dokumentasi. Teknik analisis data: reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Pelayanan Puskesmas Distrik Sausapor Kabupaten Tambrauw terhadap

ibu dan bayi sudah cukup akuntabel, dalam arti: a. Sudah cukup transparan dalam

memberikan informasi pelayanan dan pelayanan berdasarkan SOP yang jelas,

namun informasi belum diketahui dan dipahami secara merata; b.

Pertanggungjawaban pelayanan Puskesmas cukup baik dalam menyediakan

SDM, sarana prasarana, namun semua itu ada secara terbatas. Ada reward dan

punishment bagi petugas pelayanan; c. Pengendalian Pelayanan Puskesmas telah

dilakukan melalui aturan, namun lemah penegakkannya; d. Tanggung jawab

Pelayanan Puskesmas telah cukup baik dan dirasakan oleh pengguna layanan,

namun masih berdasarkan aturan dan kepemimpinan yang kuat; e. Responsivitas

pelayanan Puskesmas sudah cukup baik; namun diakui bahwa responsivitas

pelayanan berlangsung up and down, karena dipengaruhi oleh keterbatasan

sarana-prasarana, jumlah dan kompetensi SDM, serta partisipasi masyarakat yang

minim.

2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam mewujudkan akuntabilitas

pelayanan Puskesmas dapat dilihat dari lima dimensi pelayanan yaitu: a. Kendala

dalam transparansi adalah penyebaran informasi belum merata dan belum dapat

dipahami oleh semua pengguna layanan; b. Kendala dalam pertanggungjawaban

pelayanan adalah terbatasnya aturan dan lemahnya penegakkan aturan; c. Kendala

dalam pengendalian pelayanan adalah lemahnya kepemimpinan dan ketidak-

taatan sebagian petugas pada aturan; d. Kendala dalam tanggung jawab pelayanan

adalah beberapa kepercayaan tradisional yang membuat masyarakat enggan

datang ke Puskesmas; e. Kendala dalam responsivitas pelayanan adalah

keterbatasan kompetensi SDM, sarana-prasarana, keterlambatan pasokan vaksin,

Kartu KIA dan penggantian alat rusak.

Kata-kata Kunci: akuntabilitas, pelayanan kesehatan, ibu dan bayi

Page 13: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

xiii

ABSTRACT

The level of mother and baby’s death in Tambrauw Regency is still high,

because face some problems, namely: limited human resource, limited

infrastructure, budget, and in weakly service responsibility and in service

responsiveness. Therefore, to overcome these problems, researcher conducts

research under the title: Accountability for the services of the Sausapor District

Health Center in Tambrauw Regency for mother and baby. The aim is to describe

the accountability of the Health Center service and to identify the obstacles in

realizing the accountability of the Health service.

The research method used: descriptive-qualitative method, with research

objects: Accountability for the services of the Sausapor District Health Center in

Tambrauw Regency for mothers and baby. The informant selection technique

chosen was the purposive technique, with 15 informants. Data Collection

Technique Observation, Interview, Documentation. Data analysis techniques: data

reduction, data presentation and conclusion drawing. The results of this study are

as follows:

1. Sausapor District Health Center Service Tambrauw Regency for mother

and baby is quite accountable, in the sense of: a. The transparency is sufficient to

provide information on service and Standard Operating Procedure, but the

information is not yet known and understood evenly; b. Accountability of Health

Center service is quite good in providing human resources, infrastructure, but all

of them are limited. There is reward and punishment for service officers; c. the

control of Health Center service has been carried out through regulations, but

enforcement is weak; d. Responsibility of Health Center service has been quite

good and is felt by service users, but still based on rules and strong leadership; e.

The responsiveness of Health Center service is good enough; however, it is

recognized that the responsiveness of service does not run well, because it is

influenced by limited infrastructure, the number and competence of human

resources, as well as minimal community participation.

2. Obstacles faced in realizing accountability of Health Center services can

be seen from five service dimensions, namely: a. Obstacle in transparency is that

information dissemination has not been evenly distributed and cannot be

understood by all service users; b. Obstacle in service accountability is limited

regulations and weak enforcement of rules; c. Obstacle in service control is weak

leadership and the disobedience of some officers to the rules; d. Obstacle in

service responsibility is that there are some traditional beliefs that make people

reluctant to come to the Health Center; e. Obstacle in service responsiveness is the

limited human resource competency, infrastructure, delayed supply of vaccines,

Baby Identity Card and replacement of damaged equipment.

Kata-kata Kunci: accountability, health service, mother and baby

Page 14: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia mendambakan kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini sesuai

dengan tujuan Negara. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea

keempat dinyatakan bahwa Negara “...melindungi segenap bangsa dan seluruh

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”. Negara berkewajiban

memajukan kesejahteraan bagi rakyatnya, dengan memberikan pelayanan dasar

bagi kebutuhan masyarakatnya, antara lain: pelayanan kesehatan.

Para pemimpin dunia secara resmi telah menempatkan kesehatan yang baik

sebagai salah satu tujuan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable

Development Goals atau SDGs) 2016 – 2030. SDGs, yang dimulai tahun 2016 ini

menggantikan Tujuan Pembangunan Millennium (Millenium Development Goals

atau MDGs) 2000–2015. SDGs, berisi seperangkat tujuan transformatif yang

disepakati dan berlaku bagi seluruh bangsa tanpa terkecuali. SDGs berisi 17

tujuan/goals. Tujuan nomor 3 dirumuskan sebagai berikut: Kesehatan yang baik

dengan menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua

orang di segala usia. Target SDGs ialah mengurangi angka kematian ibu hingga di

bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2015:6).

Di Indonesia, Melalui SK Menkes Nomor 1202 tahun 2003 tentang

Indonesia Sehat Tahun 2010, pemerintah mengharuskan upaya menurunkan

Page 15: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

2

Angka Kematian Ibu (AKI) sampai tahun 2010 sebesar 150 per 100.000 kelahiran

hidup. Berdasarkan Laporan Pembangunan Manusia tahun 2000, AKI di Malaysia

jauh di bawah Indonesia yaitu 41 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Singapura 6

per 100.000 kelahiran hidup, AKI Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, AKI

Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Vietnam 160 per 100.00 kelahiran

hidup, sedangkan AKI di Indonesia tahun 2000 masih berkisar di angka 307 per

100.000 kelahiran hidup. Hal tersebut mencerminkan bahwa di Indonesia,

perempuan belum cukup terlindungi dari kemungkinan mengalami gangguan

kesehatan reproduksi dalam persalinan (Tiyas Nur Haryani, 2011, dalam

https://mafiadoc.com/, diunduh tanggal 26 April 2018)

Kemudian, Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan telah

merumuskan pelayanan kesehatan ibu dan bayi ke dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014, khususnya Bab II yang

berjudul: Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan,

dan Masa Sesudah Melahirkan

Upaya Menteri Kesehatan tersebut masuk akal, karena angka kematian ibu

dan bayi di Indonesia masih tinggi, yaitu 228 per 100.000 orang dan angka

kematian bayi 305 per 100.000 bayi lahir. Hal ini masih jauh dari harapan untuk

mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) yang harus menunjukan angka

70 kematian per 100.000 ibu melahirkan dan bayi dilahirkan (Sofia Purnamasari,

dkk. 2017:2)

Di Propinsi Papua Barat angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan masih

tinggi. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan selama

Page 16: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

3

Tahun 2017 di Papua Barat terdapat ibu hamil sejumlah 23.447 sementara yang

dapat dilayani di fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan baru 30,84 persen saja.

Di Kabupaten Tambrauw selama Tahun 2017 terdapat 50 orang ibu

melahirkan meninggal dan 95 orang bayi meninggal. Hal ini disebabkan beberapa

faktor yaitu, terlalu muda melahirkan atau terlalu tua melahirkan, kurangnya gizi

ibu atau bayi saat hamil. Jika dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain

yang ada di Provinsi Papua Barat, Kabupaten Tambrauw merupakan Kabupaten

yang jauh tertinggal untuk layanan kesehatan. Sementara cakupan layanan

kesehatan bayi ditahun 2017 untuk Kabupaten Tambrauw baru 3% (tiga persen).

Distrik Sausapor merupakan bagian dari Kabupaten Tambrauw yang juga

merupakan distrik tertinggi angka kematian ibu dan bayi dilahirkan. Selama

Tahun 2017 terdapat 12 kasus ibu melahirkan meninggal dan 11 kasus bayi

meninggal saat dilahirkan. Hal ini selain karena faktor utama yang telah disebut

diatas, juga karena berbagai masalah dalam pelayanan.

Dalam observasi awal, peneliti menemukan beberapa masalah dalam

pelayanan kesehatan ibu dan bayi, yaitu: informasi pelayanan kesehatan ibu dan

bayi belum tersebar secara merata, lemahnya pengawasan dan penegakkan aturan,

ketergantungan petugas palayanan pada pimpinan, keterbatasan pengetahuan dan

keterampilan petugas, keterbatasan jumlah dan kualitas SDM, sarana-prasarana,

anggaran.

Kenyataan kematian ibu dan bayi di Distrik Sausapor yang masih tinggi

yang antara lain disebabkan oleh pelayanan yang kurang optimal ini,

menggerakkan hati peneliti, yang merupakan seorang Aparatur Sipil Negara di

Page 17: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

4

Kabupaten Tambrauw, untuk memberikan buah pemikiran dalam bentuk

penelitian dan penulisan Tesis dengan judul: Akuntabilitas Pelayanan Pusat

Kesehatan Masyarakat Distrik Sausapor, Kabupaten Tambrauw terhadap Ibu dan

Bayi.

Penelitian tentang akuntabilitas pelayanan Puskesmas terhadap ibu dan bayi

ini bukanlah satu-satunya penelitian yang ada saat ini. Ada beberapa peneliti yang

telah melakukan penelitian di bidang pelayanan kesehatan ibu dan anak, yang

lebih populer disebut: Gerakan Sayang Ibu (GSI). Peneliti-peneliti yang telah

melakukan penelitian sebidang, yaitu:

Pertama, Mohammad Farkhani, pada Tahun 2016, dengan judul “Inovasi

Gerakan Sayang Ibu di Kabupaten Klaten”, dari Program Studi Ilmu Administrasi

Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses, tipologi dan faktor yang

mempegaruhi dalam inovasi gerakan sayang ibu di Kabupaten Klaten.

Metode penelitian yang digunakan adalah adalah penelitian kualitatif

dengan pendekatan studi kasus. Sumber data diperoleh melalui wawancara

langsung, observasi dan studi dokumen, Pemilihan informan dilakukan dengan

teknik purposive. Untuk memenuhi validitas dan reliabilitas data, digunakan

trianggulasi data. Teknik analisis data yang telah dilakukan selama penelitian di

lapangan menggunakan model Analisis Interaktif (Miles-Huberman).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses inovasi gerakan sayang ibu

di kabupaten Klaten telah dilaksanakan melalui tahapan pengembangan,

implementasi dan pengecekan. Namun dalam proses inovasi belum dilakukan

Page 18: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

5

penyesuaian guna menyebar luasakan inovasi dan merencanakan pengembangan

inovasi selanjutnya. Sedangkan, tipologi inovasi gerakan sayang ibu di Kabupaten

Klaten merupakan inovasi administratif untuk inovasi Antar Bumil Minta Ampo,

yang dibuktikan dengan adanya pengenalan proses pengawasan minum obat

(PMO) yang menghasilkan kartu monitor PMO guna meningkatkan produktivitas

ibu hamil dalam meminum tablet tambah darah (TTD), dan inovasi implementasi

kebijakan dan program untuk inovasi Pergiwa Cantik dan Terampil yang

memberikan pelayanan dalam bentuk perawatan gigi dan mulut pada calon

pengantin. Disamping itu, dalam pelaksanaan inovasi, terdapat faktor yang

mempegaruhi inovasi yang dilihat dari tingkat lingkungan, tingkat organisasi,

karakter inovasi, dan tingkat individu dimana faktor–faktor tersebut dapat

mendukung maupun manghambat pelaksanaan gerakan sayang ibu di Kabupaten

Klaten (https://www.researchgate.net/, diunduh tanggal 26 April 2018)

Kedua, Tiyas Nur Haryani, pada Tahun 2011, dengan judul “Evaluasi

Gerakan Sayang Ibu (Kajian Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gender dalam

Gerakan Sayang Ibu di Kecamatan Banjarsari Surakarta)”, dari Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan penelitian

yaitu melihat sebab kematian ibu dilihat dari elemen dasar keselamatan ibu dan

analisis kebutuhan gender praktis dan strategis dalam GSI di Kecamatan

Banjarsari Surakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan dukungan data

kualitatif dan kuantitatif. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive area, Kota

Surakarta diambil karena pada tahun 2009 terjadi peningkatan Angka Kematian

Page 19: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

6

Ibu (AKI) menjadi 153,82 per 100.000 kelahiran hidup dari sebelumnya 49,1 per

100.000 kelahiran hidup, sedangkan Kecamatan Banjarsari diambil karena

dipandang memiliki AKI yang tinggi dibanding empat kecamatan yang lain.

Teknik pengumpulan data diperoleh melalui focus group discussion, wawancara

mendalam, dokumentasi dan observasi. Penentuan informan dilakukan dengan

teknik purposive sampling dan untuk penelitian survei dalam penelitian ini

menggunakan 30 responden, untuk memetakan kecenderungan pemenuhan

kebutuhan gender. Validitas data menggunakan triangulasi data dimana peneliti

menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama.

Teknik analisis gender dalam penelitian ini menggunakan model Moser.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab kematian ibu maternal lebih

disebabkan dari faktor primer yaitu berasal dari individu bersangkutan dan

keluarga. Secara umum faktor sekunder, masyarakat dan pengelolaan program

GSI dalam level kecamatan telah cukup membantu dalam upaya penurunan AKI,

meskipun hasil lapangan membuktikan empati petugas yang juga terkait masalah

kepekaan gender dalam kesehatan reproduksi ternyata jauh dari harapan.

Pelaksanaan GSI baik di lingkup keluarga dan pengelolaan program memberikan

pemenuhan kebutuhan praktis dan strategis gender dengan dominasi pada

kebutuhan praktis gender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan

strategis gender untuk ibu hamil, ibu bersalin dan nifas masih jauh dari yang

diharapkan (https://mafiadoc.com/, diunduh tanggal 26 April 2018)

Dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini lebih

memfokuskan diri pada, pertama, akuntabilitas pelayanan Puskesmas Distrik

Page 20: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

7

Sausapor, Kabupaten Tambrauw terhadap ibu dan bayi.; kedua, menemukan

kendala yang dihadapi dalam akuntabilitas pelayanan Puskesmas tersebut.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti memfokuskan diri pada:

1. Akuntabilitas pelayanan Puskesmas Distrik Sausapor Kabupaten Tambrauw

terhadap ibu dan bayi, yang meliputi: transparansi, pertanggungjawaban,

pengendalian, tanggung jawab, dan responsivitas.

2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam mewujudkan akuntabilitas pelayanan

Puskesmas Distrik Sausapor Kabupaten Tambrauw terhadap ibu dan bayi.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan fokus penelitian tersebut, peneliti menetapkan rumusan

masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana akuntabilitas pelayanan Puskesmas Distrik Sausapor Kabupaten

Tambrauw terhadap ibu dan bayi?

2. Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam mewujudkan akuntabilitas

pelayanan Puskesmas Distrik Sausapor Kabupaten Tambrauw terhadap ibu

dan bayi?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan;

1. Mendeskripsikan akuntabilitas pelayanan Puskesmas Distrik Sausapor

Kabupaten Tambrauw terhadap ibu dan bayi.

Page 21: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

8

2. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mewujudkan

akuntabilitas pelayanan Puskesmas Distrik Sausapor Kabupaten Tambrauw

terhadap ibu dan bayi.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis: Penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi di Distrik Sausapor, Kabupaten

Tambrauw

2. Manfaat Teoritis: Penelitian ini dapat mengembangkan dan memperkaya

Ilmu Pemerintahan, khususnya kebijakan publik tentang akuntabilitas

pelayanan kesehatan ibu dan bayi di Distrik Sausapor, Kabupaten

Tambrauw

F. Kerangka Konseptual

1. Pelayanan Publik

Pelayanan publik dimengerti sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan

dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,

dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan

publik (Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik pasal 1

ayat 1).

Sedangkan menurut Pasolong (2013:128), pelayanan publik adalah sebagai

setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang

memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau

Page 22: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

9

kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu

produk secara fisik.

Pelayanan publik di negara-negara maju sudah mengacu pada paradigma

pelayanan publik “New Publik Management” (NPM), sebagai paradigma

pelayanan publik yang ideal. Dalam paradigma NPM, administrasi publik lebih

menekankan peran serta masyarakat dan sektor publik menuju manajemen

pelayanan publik yang lebih pro-pasar, sehingga terjadi pergeseran dari kebijakan

dan administrasi menuju manajemen dengan mengadopsi manajemen sektor

privat. Dalam perspektif ini praktek pelayanan publik berdasarkan pertimbangan

ekonomi yang rasional. Kebutuhan dan kepentingan publik dirumuskan sebagai

agregasi dari kepentingan-kepentingan publik. Publik diposisikan sebagai

pelanggan (customers) sedangkan pemerintah berperan mengarahkan (steering)

pasar. Dalam perkembangannya konsep ini berarti bahwa untuk mewujudkan

pelayanan publik yang berkualitas maka diperlukan standar pelayanan untuk

menjamin kualitas pelayanan publik (Agus Widiyarta, 2012:4); Dalam konsep ini

birokrasi publik dituntut untuk merubah dirinya dari government menjadi

governance sehingga administrasi publik akan tampil lebih powerfull dalam

menjelaskan masalah-masalah kontemporer yang terjadi di dalam bahasan publik.

Dalam konsep ini birokrasi publik tidak hanya menyangkut unsur pemerintah saja

tetapi semua permasalahan yang berhubungan dengan publik affairs dan publik

interest (Adaim, 2016, dalam https://nuryantoadaim.wordpress.com/, diunduh

tanggal 20 april 2018)

Page 23: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

10

Paradigma NPM dipandang sebagai pendekatan dalam administrasi publik

dengan menerapkan pengetahun dan pengalaman yang diperoleh dari dunia bisnis

dan disiplin lain untuk memperbaiki efektivitas, efisiensi, dan kinerja pelayanan

publik pada birokrasi modern (Kariono, 2013:4 dalam https://www.scribd.com/

document/335489092/Paradigma-Baru-Pelayanan-Publik, diunduh pada tanggal

21 April 2018).

Pelajaran penting yang dapat diambil dari NPM ini adalah bahwa

pembangunan birokrasi harus memperhatikan mekanisme pasar, mendorong

kompetisi dan kontrak untuk mencapai hasil, harus lebih responsif terhadap

kebutuhan pelanggan, harus lebih bersifat mengarahkan (steering) dari pada

menjalankan sendiri (rowing), harus melakukan deregulasi, memberdayakan para

pelaksana agar lebih kreatif, dan memekankan budaya organisasi yang lebih

fleksibel, inovatif, berjiwa wirausaha dan pencapaian hasil ketimbang budaya taat

sas, orientasi pada proses dan input (Rosenbloom & Kravchuck, dalam Widiyarta,

2012: 4). Oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik akan

menjadi sangat penting.

a. Asas Pelayanan Publik

Asas Pelayanan Publik dalam Kepmenpan Nomor 63 Tahun 2003 dijelaskan

sebagai berikut:

1) Transparansi, artinya bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh

semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta

mudah dimengerti.

Page 24: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

11

2) Akuntabilitas, artinya dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Kondisional, artinya sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi

dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi

dan efektivitas.

4) Partisipatif, artinya mendorong peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,

kebutuhan dan harapan masyarakat.

5) Kesamaan hak, artinya tidak diskriminatif, tidak membedakan suku,

ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

6) Keseimbangan, artinya hak dan kewajiban pemberi dan penerima

pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing

pihak.

b. Prinsip Pelayanan Publik

Prinsip Pelayanan publik dijelaskan dalam Kepmenpan Nomor 15 Tahun

2014 sebagai berikut:

1) Sederhana. Standar Pelayanan yang mudah dimengerti, mudah diikuti,

mudah dilaksanakan, mudah diukur, dengan prosedur yang jelas dan

biaya terjangkau bagi masyarakat maupun penyelenggara.

2) Partisipatif. Penyusunan Standar Pelayanan dengan melibatkan

masyarakat dan pihak terkait untuk membahas bersama dan

mendapatkan keselarasan atas dasar komitmen atau hasil kesepakatan.

Page 25: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

12

3) Akuntabel. Hal-hal yang diatur dalam Standar Pelayanan harus dapat

dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan kepada pihak yang

berkepentingan.

4) Berkelanjutan. Standar Pelayanan harus terus-menerus dilakukan

perbaikan sebagai upaya peningkatan kualitas dan inovasi pelayanan.

5) Transparansi. Standar Pelayanan harus dapat dengan mudah diakses

oleh masyarakat.

6) Keadilan. Standar Pelayanan harus menjamin bahwa pelayanan yang

diberikan dapat menjangkau semua masyarakat yang berbeda status

ekonomi, jarak lokasi geografis, dan perbedaan kapabilitas fisik dan

mental.

c. Standar Pelayanan

Standar Pelayanan publik, yang disebut dalam Kepmenpan Nomor 63

Tahun 2003, sekurang-kurangnya meliputi:

1) Prosedur pelayanan yang dilakukan bagi pemberi dan penerima

pelayanan termasuk pengaduan.

2) Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan

permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk

pengaduan.

3) Biaya pelayanan, biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang

ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

4) Produk pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan.

Page 26: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

13

5) Sarana dan prasarana, penyediaan sarana dan prasarana pelayanan

yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.

6) Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat

berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku

yang dibutuhkan.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan

Dwiyanto et al (dalam Tangkilisan, 2005:223) mengidentifikasi faktor-

faktor internal dan eksternal sebagai berikut:

1) Faktor Internal ialah kewenangan diskresi, sikap yang berorientasi,

sistem intensif, maupun semangat kerja sama.

2) Faktor eksternalnya ialah budaya politik, dinamika dan perkembangan

politik, pengelolaan konflik lokal, kondisi sosial-ekonomi, dan kontrol

yang dilakukan oleh masyarakat, organisasi masyarakat dan Lembaga

Swadaya Masyarakat.

e. Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Menurut Thoha (dalam Ismail, 2010:20) menyatakan bahwa untuk

meningkatakan kualitas pelayanan publik, organisasi publik (birokrasi

publik) harus mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam

memberikan pelayanan publik, dari yang suka mengatur berubah menjadi

suka melayani, dari yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan

berubah menjadi suka menolong dan dialogis.

Adapun menurut Syafi’e (dalam Sanjaya, et al, 2016:585), indikator

pelayanan Publik yang baik adalah:

Page 27: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

14

1) Keterbukaan, artinya informasi pelayanan yang meliputi petunjuk,

sosialisasi, saran dan kritik dapat dilihat dan diakses oleh Publik

2) Kesederhanaan, artinya adanya prosedur dan persyaratan pelayanan

yang jelas dan sederhana

3) Kepastian, artinya adanya kepastian mengenai waktu, biaya dan

petugas pelayanan

4) Keadilan, artinya adanya persamaan perlakuan pelayanan

5) Keamanan dan Kenyamanan, artinya adanya hasil produk pelayanan

yang memenuhi kualitas teknis (aman) dan penataan ruang lingkup

kantor terasa fungsional, rapi, bersih, dan nyaman

6) Perilaku petugas pelayanan, artinya seorang petugas harus tanggap,

perduli, serta memiliki disiplin dan kemampuan pelayanan.

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan

Pelayanan umum kepada masyarakat akan dapat berjalan sebagaimana

yang diharapkan, apabila faktor-faktor pendukungnya cukup memadai

serta dapat difungsikan secara berhasil guna dan berdaya guna. Menurut

Moenir (dalam Sanjaya, et al, 2016:588), terdapat beberapa faktor yang

mendukung berjalannya suatu pelayanan dengan baik, yaitu:

1) Faktor kesadaran para pejabat dan petugas yang berkecimpung dalam

pelayanan umum

2) Faktor aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan

3) Faktor organisasi yang merupakan alat serta sistem yang

memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan

Page 28: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

15

4) Faktor keterampilan petugas

5) Faktor sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan

Kelima faktor tersebut mempunyai peranan yang berbeda tetapi saling

mempengaruhi dan secara bersama-sama akan mewujudkan pelaksanaan

pelayanan secara optimal baik berupa pelayanan verbal, pelayanan tulisan

atau pelayanan dalam bentuk gerakan atau tindakan dengan atau tanpa

tulisan.

2. Akuntabilitas Pelayanan Publik

Akuntabilitas (accountability) dimengerti sebagai ukuran yang menunjukan

apakah aktivitas birokrasi publik atau pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah

sudah sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang dianut oleh rakyat dan apakah

pelayanan publik tersebut mampu mengakomodasi kebutuhan rakyat yang

sesungguhnya dan akuntabilitas adalah suatu derajat yang menunjukkan besarnya

tanggung jawab aparat atas kebijakan maupun proses pelayanan publik yang

dilaksanakan oleh birokrasi pemerintahan (Kumorotomo, dalam Hendry, 2013

http://w4nm4p.blogspot.co.id/, diunduh tanggal 23 April 2018)

Osborne (2010:42) dan Christensen, et.al. (2007:108) menjelaskan bahwa

sejalan dengan penekanan akuntabilitas pada reinventing government, ternyata

konsep akuntabilitas juga masuk sebagai fokus utama dalam Manajemen Publik

Baru atau New Publik Management (NPM). Oleh karenanya, akuntabilitas dapat

dikatakan sebagai faktor pembeda utama antara kajian Administrasi Publik Klasik

(Old Publik Administration) dengan New Publik Management. Hal ini bermakna

bahwa akuntabilitas harus dilaksanakan oleh organisasi sektor publik modern

Page 29: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

16

sebagai cerminan upaya meningkatnya keberpihakan terhadap kepentingan

publik. Peters juga menjelaskan bahwa akuntabilitas merupakan konsep yang

berbeda dari tanggung jawab (responsibilitas). Akuntabilitas lebih merujuk pada

relasi organisasi sebagai sebuah entitas dengan pihak di luar organisasi. Artinya,

level analisis akuntabilitas adalah pada tingkat makroorganisasi yang menekankan

pada aspek sosiologi organisasi dengan fokus interaksi antara organisasi dengan

pihak-pihak yang berelasi pada organisasi tersebut. Sedangkan tanggung jawab

lebih menekankan pada level individual sebagai keharusan anggota di dalam suatu

organisasi publik untuk menunjukkan perilaku yang sejalan dengan standar etika

yang telah ditetapkan sebagai aturan dan melaksanakan pekerjaan dengan benar

sesuai dengan arahan dan pelatihan yang telah diterimanya (Wicaksono, 2015:5

dalam https://journal.ugm.ac.id/jkap/article/view/7523, diunduh pada tanggal 22

April 2018).

Sementara itu, Starling menjelaskan bahwa persamaan kata yang tepat untuk

akuntabilitas adalah kemenjawaban (answerability). Konsep ini menegaskan

bahwa organisasi pada sektor publik dituntut untuk memberikan jawaban terhadap

pihak-pihak yang berkepentingan dengan organisasi tersebut (Wicaksono, 2015:

6-7, dalam https://journal.ugm. ac.id/jkap/article/view/7523, diunduh pada tanggal

22 April 2018).

Koppel menjelaskan bahwa akuntabilitas memiliki sejumlah dimensi, di

antaranya: transparansi, pertanggungjawaban, pengendalian, tanggung jawab, dan

responsivitas.

Page 30: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

17

a. Transparansi yang merujuk pada kemudahan akses untuk mendapat

informasi terkait dengan fungsi dan kinerja dari organisasi.

b. Pertanggungjawaban yang merujuk pada praktik untuk memastikan

individu dan atau organisasi bertanggung jawab atas tindakan dan

aktivitasnya, memberikan hukuman pada tindakan yang salah dan

memberikan penghargaan atas kinerja yang baik.

c. Pengendalian, yang merujuk pada situasi bahwa organisasi melakukan

secara tepat apa yang menjadi perintah utamanya.

d. Tanggung jawab, yang merujuk pada organisasi hendaknya dibatasi oleh

aturan hukum yang berlaku.

e. Responsivitas yang merujuk pada organisasi menaruh minat dan

berupaya untuk memenuhi harapan substantif para pemangku

kepentingan yang bentuknya berupa artikulasi permintaan dan

kebutuhan. Kelima dimensi inilah yang membantu mengukur sejauh

mana sebuah organisasi pada sektor publik mampu menjalankan

akuntabilitasnya (Maani, 2009:47-48, dalam http://ejournal.unp.ac.id/

index.php/ jd/article/view/1190/1025, diunduh pada tanggal 21 April

2018)

Menurut Etzioni salah satu pendekatan terhadap akuntabilitas yaitu:

a. Pendekatan moral yang melihat akuntabilitas sebagai seruan dan

pendidikan bagi orang-orang agar memiliki kesadaran akan tanggung

jawab moralnya

Page 31: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

18

b. Pendekatan hukum yang lebih menfokuskan perhatiannya pada

mekanisme checks and balances dan persyaratan-persyaratan pelaporan

formal baik di dalam maupun ke luar organisasi.

Selain itu, terdapat dua bentuk akuntabilitas, yaitu akuntabilitas ekspilisit

dan akuntabilitas implisit.

a. Akuntabilitas eksplisit adalah pertanggungjawaban seorang pejabat atau

pegawai pemerintah manakala ia diharuskan untuk menjawab atau

menanggung konsekuensi dari cara-cara yang mereka gunakan dalam

melaksanakan tugas-tugas kedinasan.

b. Akuntabilitas implisit berarti bahwa setiap pejabat atau pegawai

pemerintah secara implisit bertang-gungjawab atas setiap kebijakan,

tindakan atau proses pelayanan publik yang dilaksanakan (Maani,

2009:47-48, dalam http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/view/

1190/1025, diunduh pada tanggal 21 April 2018)

Sebagai suatu kebijakan strategis, akuntabilitas harus dapat

diimplementasikan untuk menjamin terciptanya kepatuhan pelaksanaan tugas dan

kinerja pegawai sesuai dengan standar yang telah diterimanya dan sebagai sarana

untuk menekan seminimal mungkin penyalah-gunaan kekuasaan dan wewenang.

Untuk itu setiap aparat pemerintah harus memahami dan mampu mengembangkan

5 macam akuntabilitas (Jabbra dalam Karjuni, 2009:50) diantaranya adalah:

a. Akuntabilitas administratif (organisasional). Dalam akuntabilitas ini,

diperlukan adanya hubungan hirarkhis yang tegas diantara pusat-pusat

pertanggungjawaban dengan unit-unit di bawahnya. Hubungan-hubungan

Page 32: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

19

hirarkhis ini biasanya telah ditetapkan dengan jelas baik dalam aturan-

aturan organisasi yang disampaikan secara formal ataupun dalam bentuk

hubungan jaringan informal. Prioritas pertanggung-jawaban lebih

diutamakan pada jenjang pimpinan atas dan diikuti terus ke bawah, dan

pengawasan dilakukan secara intensif agar aparat tetap menuruti perintah

yang diberikan. Pelanggaran terhadap perintah akan diberikan peringatan

mulai dari yang paling ringan sampai pemecatan;

b. Akuntabilitas legal. Ini adalah bentuk pertanggung-jawaban setiap

tindakan administratif dari aparat pemerintah di badan legislatif dan/atau

di depan mahkamah. Dalam hal pelanggaran kewajiban-kewajiban

hukum ataupun ketidak-mampuannya memenuhi keinginan legislatif,

maka pertanggungjawaban aparat atas tindakan-tindakannya dapat

dilakukan di depan pengadilan ataupun lewat proses revisi peraturan

yang dianggap bertentangan dengan undang-undang (judicial review);

c. Akuntabilitas politik. Para administrator yang terkait dengan kewajiban

menjalankan tugas-tugas-nya mengikuti adanya kewenangan pemegang

kekuasaan politik untuk mengatur, menetapkan prioritas dan

pendistribusian sumber-sumber dan menjamin adanya kepatuhan pelak-

sanaan perintah-perintahnya. Para pejabat politik itu juga harus menerima

tanggung jawab adminis-tratif dan legal karena mereka punya kewajiban

untuk menjalankan tugas-tugasnya dengan baik;

d. Akuntabilitas profesional. Sehubungan dengan semakin meluasnya

profesionalisme di organisasi publik, para aparat profesional (seperti

Page 33: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

20

dokter, insinyur, pengacara, ekonom, akuntan, pekerja sosial dan

sebagainya) mengharap dapat memperoleh kebebasan yang lebih besar

dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan dalam menetap-kan

kepentingan publik. Dan kalau pun mereka tidak dapat menjalankan

tugasnya mereka mengharapkan mememperoleh masukan untuk

perbaikan. Mereka harus dapat menyeimbangkan antara kode etik

profesinya dengan kepentingan publik, dan dalam hal kesulitan

mempertemukan keduanya maka mereka harus lebih mengutamakan

akuntabilitasnya kepada kepentingan publik;

e. Akuntabilitas moral. Telah banyak diterima bahwa pemerintah memang

selayaknya bertanggungjawab secara moral atas tindakan-tindakannya.

Landasan bagi setiap tindakan pegawai pemerintah seharusnya diletakan

pada prinsip-prinsip moral dan etika sebagaimana diakui konstitusi dan

peraturan-peraturan lainnya serta diterima oleh publik sebagai norma dan

perilaku sosial yang telah mapan. Oleh karena itu, wajar saja kalau publik

menuntut dan mengharapkan perilaku para politisi dan pegawai

pemerintah itu berlandaskan nilai-nilai moral yang telah diterima tadi.

Untuk menghindari perilaku koruptif, masyarakat menun-tut para

aparatur pemerintah itu mempunyai dan mengembangkan akuntabilitas

moral pada diri mereka. Namun sayangnya tanggung jawab moral dan

tanggung jawab profesional menjadi satu titik lemah yang krusial dalam

birokrasi pelayanan di Indonesia.

Page 34: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

21

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akuntabilitas Pelayanan Publik

Akuntabilitas merupakan produk dari interaksi sosial manusia dalam

kehidupan organisasi dan masyarakat sehingga keberadaannya sangat dipengaruhi

oleh faktor-faktor pembentuk interaksi tersebut sebagai bagian dari kinerja

organisasi. Faktor-faktor tersebut seperti kewenangan diskresi, orientasi terhadap

perubahan, budaya paternalisme, etika pelayanan, system insentif, semangat kerja

sama, sistem kultur atau budaya yang sudah tertanam selama puluhan tahun.

Akar permasalahan akuntabilitas sendiri mungkin dapat ditemukan sejak

sistem pemerintahan kolonial Belanda yaitu sistem insentif, sistem

pertanggungjawaban dan struktur kekuasaannya, informasi yang relevan dan

reliabel, monitoring dan insentif.

Beberapa faktor yang mempengaruhi akuntabilitas pelayanan publik adalah:

a. Budaya Organisasi

Model budaya organisasi yang ideal untuk suatu organisasi adalah yang

memiliki paling sedikit dua sifat yaitu:

1) Kuat (strong), artinya budaya organisasi yang dikembangkan

organisasi harus mampu mengikat dan mempengaruhi perilaku

(behavior) para individu pelaku organisasi (pemilik, manajemen dan

anggota organisasi) untuk menyelaraskan (goals congruence) antara

tujuan individu dan tujuan kelompok mereka dengan tujuan

organisasi. Selain itu, budaya organisasi yang dibangun tersebut harus

mampu mendorong para pelaku organisasi dan organisasi itu sendiri

untuk memiliki tujuan (goals), sasaran (objectives), persepsi,

Page 35: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

22

perasaan, nilai dan kepercayaan, interaksi sosial, dan norma-norma

bersama yang mempunyai arah yang jelas sehingga mereka mampu

bekerja dan mengekspresikan potensi mereka dalam arah dan tujuan

yang sama, serta dalam semangat yang sama pula.

2) Dinamis dan adaptif (dynamic and adaptive) artinya budaya organisasi

yang akan dibangun harus fleksibel dan responsif terhadap

perkembangan lingkungan internal dan eksternal organisasi (mega

environments) seperti tuntutan dari stakeholders eksternal dan

perubahan dalam lingkungan hukum, ekonomi, politik, sosial,

teknologi informasi, pemanufakturan dan lainnya (Nurhayani,

2015:347)

Dalam konteks di atas maka budaya organisasi merupakan kerangka kerja

yang menjadi pedoman tingkah laku dan pembuatan keputusan anggota organisasi

serta mengarahkan tindakan mereka untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan

demikian jelas bahwa pengkajian budaya organisasi ini memiliki arti penting baik

dilihat dari segi kepentingan keilmuan maupun dari segi pragmatisnya.

Deal & Kennedy (dalam Riadi, 2014, http://www.kajianpustaka.com/) telah

membagi lima unsur yang membentuk budaya yaitu: 1) Lingkungan, 2) Nilai-

nilai, 3) Panutan, 4) Tradisi, 5) Jaringan Komunikasi

b. Mekanisme Pengawasan oleh Masyarakat

Pengawasan oleh masyarakat pada lembaga-lembaga pelayanan publik itu

penting dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelayanan publik. Dikatakan

Maria Ahdiati (dalam Rustan A., 2006:5) bahwa mengaktifkan peran serta

Page 36: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

23

masyarakat dapat diartikan sebagai upaya ekspansi dari asset dan kapasitas

masyarakat untuk dapat lebih berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi,

mengontrol kebijakan dan membangun akuntabilitas institusi-institusi publik yang

mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dilihat dari sisi dimensinya, pemberdayaan

publik ini dapat dibagi menjadi tiga dimensi yaitu, pertama upaya memperluas

kekuatan sosial, termasuk didalamnya upaya memberikan akses kepada basis-

basis produksi yang berpengaruh pada kesejahteraan publik, kedua upaya

memperkuat kekuatan politik, termasuk di dalamnya upaya menciptakan akses

publik untuk mempengaruhi proses penyusunan kebijakan, dan ketiga upaya

memperluas kekuatan psikologis publik, termasuk di dalamnya upaya untuk

meningkatkan rasa percaya diri dan potensi yang ada dalam kelompok-kelompok

masyarakat untuk berkembang.

Pengembangan sistem kontrol masyarakat yang kuat penting karena

masyarakatlah yang selama ini menanggung kerugian akibat kinerja aparatur

yang tidak memadai. Ketidakmampuan aparatur dalam menyelenggarakan

pemerintahan, baik itu langsung atau tidak pada gilirannya akan ditanggung

oleh masyarakat. Oleh karena itu, keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat

dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, khususnya pengawasan jalannya

pemerintahan dalam berbagai aspek perlu memperoleh media yang memadai.

Persoalan yang timbul adalah, bagaimana mekanisme pengawasan, yang

dimulai dari pelaporan, pemrosesan, hingga penyampaian hasil pelaporan dari

masyarakat dapat diketahui oleh masyarakat secara transparan. Hal ini menjadi

pertanyaan mengingat nampaknya masyarakat belum dapat menjalankan fungsi

Page 37: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

24

pengawasannya secara efektif yang karena belum kondusifnya pelaksanaan

demokrasi yang demokratis (Rusli, 2006 dalam http://pustaka.unpad.ac.id/,

diunduh tanggal 19 April 2018)

Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian

apakah pelaksanaan pekerjaan/kegiatan telah dilakukan dengan rencana

semula. Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan kondisi yang

ada dengan yang seharusnya terjadi. Bila ternyata ditemukan adanya

penyimpangan/hambatan segera diambil tindakan koreksi. Agar dapat efektif

mencapai tujuannya, pengawasan tidak dilakukan hanya pada saat akhir proses

manajemen saja, akan tetapi berada pada saat tingkatan proses manajemen.

Dengan demikian, pengawasan akan memberikan nilai tambah bagi peningkatan

kinerja organisasi.

Secara umum pengawasan membantu manajemen dalam tiga hal, yaitu

1) meningkatkan kinerja organisasi, 2) memberikan opini atas kinerja

organisasi, dan 3) mengarahkan manajemen untuk melakukan koreksi atas

masalah-masalah pencapaian kinerja yang ada. Ketiga hal tersebut dilakukan

dengan cara memberikan informasi yang dibutuhkan manajemen secara tepat dan

memberikan tingkat keyakinan akan pencapaian rencana yang telah ditetapkan

(Rusli, 2006).

Payung hukum yang melandasi peran serta masyarakat dalam pengawasan

adalah PP Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pasal 18 menyatakan bahwa:

Page 38: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

25

1) Masyarakat secara perorangan maupun kelompok dan atau organisasi

masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah.

2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara

langsung atau tidak langsung baik lisan maupun tertulis berupa

permintaan keterangan, pemberian informasi, saran dan pendapat kepada

Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan

lembaga lainnya sesuai dengan tata cara yang ditetapkan dalam peraturan

perundang–undangan.

Selain itu pernyataan senada dikemukakan dalam Pasal 9 Keppres Nomor

74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah sebagai berikut:

1) Masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota.

2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara

perorangan, kelompok maupun organisasi masyarakat.

Adapun dalam prakteknya, pengawasan masyarakat dapat dilakukan melalui

3 jalur sebagai berikut: 1) pengawasan langsung oleh masyarakat; 2) pemberitaan

media massa; 3) pengawasan legal yang ditetapkan oleh Undang-undang yaitu

yang dilakukan oleh DPR. Pengawasan masyarakat dilakukan secara informal

oleh publik atau masyarakat secara lebih luas misalnya kelompok penekan seperti

media masa, organisasi asosiasi, LSM, dan kelompok lain yang berkepentingan.

4. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi menurut Permenkes RI

Pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang dilakukan oleh pemerintah tertuang

dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014,

Bab II yang berjudul: Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,

Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan.

Page 39: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

26

Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan

perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat

serta memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan sebelum hamil ini dilakukan pada:

a. remaja; b. calon pengantin; dan/atau c. pasangan usia subur, yang meliputi: a.

pemeriksaan fisik; b. pemeriksaan penunjang; c. pemberian imunisasi; d.

suplementasi gizi; e. konsultasi kesehatan; dan f. pelayanan kesehatan lainnya

(Bdk. Pasal 5)

Pelayanan kesehatan masa hamil bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu

hamil memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga mampu

menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi

yang sehat dan berkualitas. Pelayanan tersebut dilakukan sejak terjadinya masa

konsepsi hingga sebelum mulainya proses persalinan dan wajib dilakukan melalui

pelayanan antenatal terpadu, yaitu pelayanan kesehatan komprehensif dan

berkualitas yang dilakukan melalui: a. pemberian pelayanan dan konseling

kesehatan termasuk stimulasi dan gizi agar kehamilan berlangsung sehat dan

janinnya lahir sehat dan cerdas; b. deteksi dini masalah, penyakit dan

penyulit/komplikasi kehamilan; c. penyiapan persalinan yang bersih dan aman; d.

perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi

penyulit/komplikasi; e. penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu

bila diperlukan; dan f. melibatkan ibu hamil, suami, dan keluarganya dalam

menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila

terjadi penyulit/komplikasi (Bdk Pasal 12).

Page 40: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

27

Pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan meliputi: a. pelayanan

kesehatan bagi ibu; dan b. pelayanan kesehatan bayi baru lahir.

Pelayanan kesehatan bagi ibu paling sedikit 3 (tiga) kali selama masa nifas,

dengan ketentuan waktu pemeriksaan sebagai berikut: a. 1 (Satu) kali pada

periode 6 (enam) jam sampai dengan 3 (tiga) hari pascapersalinan; b. 1 (Satu) kali

pada periode 4 (empat) hari sampai dengan 28 (dua puluh delapan) hari

pascapersalinan; dan c. 1 (Satu) kali pada periode 29 (dua puluh sembilan) hari

sampai dengan 42 (empat puluh dua) hari pascapersalinan. Kegiatan Pelayanan

kesehatan ibu meliputi: a. pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; b.

pemeriksaan tinggi fundus uteri; c. pemeriksaan lokhia dan perdarahan; d.

pemeriksaan jalan lahir; e. pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI

Eksklusif; f. pemberian kapsul vitamin A; g. pelayanan kontrasepsi

pascapersalinan; h. konseling; dan i. penanganan risiko tinggi dan komplikasi

pada nifas.

Pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan perundangan-undangan (Bdk. Pasal 15).

Pelayanan kesehatan ibu dan bayi tersebut mendapat dukungan managemen,

yang berupa pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan ibu yang terdiri dari:

a. pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan kesehatan ibu; dan b. pencatatan dan

pelaporan kesakitan ibu c. Pencatatan dan pelaporan kematian ibu (surveilans

kematian ibu). Pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan ibu ini dilakukan

secara berjenjang (Bdk. Pasal 30).

Page 41: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

28

Surveilans (Pelaporan) Kesehatan Ibu dan Anak merupakan kegiatan

pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi

tentang kejadian atau masalah kesehatan ibu dan anak dan kondisi yang

mempengaruhi terjadinya peningkatan cakupan atau mutu pelayanan kesehatan

ibu dan anak untuk memperoleh dan memberikan informasi guna

menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan anak secara efektif dan efisien.

(Bdk. Pasal 31).

Dalam rangka pembinaan, penjagaan mutu, dan perencanaan terhadap

pelayanan kesehatan ibu, dilakukan supervisi dalam bentuk penyeliaan fasilitatif,

yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan instrumen berupa

daftar tilik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Daftar tilik itu berisi

standar kemampuan tenaga kesehatan dan standar manajemen fasilitas pelayanan

kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan (Bdk. Pasal 36)

Selain dukungan managemen, pelayanan ini juga disertai Perencanaan

Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu, yang dilakukan secara terpadu.

Perencanaan tersebut dilaksanakan berbasis bukti, yang berupa: hasil survelans

kesehatan ibu dan anak serta data, informasi kesehatan dan kajian ilmiah lain yang

valid dan terkini (Bdk. Pasal 37)

Pelayanan kesehatan ibu dan bayi didukung pula dengan Pelayanan

Kesehatan Reproduksi Terpadu, yaitu kegiatan pelayanan kesehatan yang

mengintegrasikan semua pelayanan kesehatan dalam lingkup kesehatan

reproduksi yang meliputi kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, kesehatan

reproduksi remaja, pencegahan dan penanggulangan infeksi menular seksual

Page 42: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

29

termasuk penanggulangan HIV dan AIDS, dan pelayanan kesehatan reproduksi

lainnya (Bdk. Pasal 38)

Pelayanan kesehatan ibu dan bayi ini didukung dengan sumber daya

kesehatan yang meliputi: a. Fasilitas pelayanan kesehatan dan b. sumber daya

manusia

Setiap fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan Pelayanan

Kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah

melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, dan pelayanan kesehatan

seksual sesuai dengan standar (Bdk. Pasal 40)

Sumber daya manusia dalam pelayanan Kesehatan masa sebelum hamil,

masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan, dan penyelenggaraan

pelayanan kontrasepsi, meliputi tenaga kesehatan dan tenaga non-kesehatan (Bdk.

Pasal 42)

Dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan ibu

yang optimal diperlukan peran serta masyarakat baik secara perseorangan

maupun terorganisasi. Peran serta masyarakat dapat berupa : a. program

perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi; b. penyelenggaraan kelas

ibu hamil; c. kemitraan bidan dan dukun; dan d. rumah tunggu kelahiran. Peran

serta masyarakat dapat dikembangkan dalam bentuk lain sesuai dengan kondisi

dan kebutuhan masyarakat setempat (Bdk. Pasal 46).

Pemerintah daerah berkewajiban mengalokasikan pendanaan pelayanan

kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah

Page 43: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

30

melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, dan pelayanan kesehatan

seksual melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (Bdk. Pasal 52)

Pemerintah daerah provinsi melakukan pembinaan dan pengawasan

terhadap penyelenggaraan pelayanan Kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil,

persalinan, dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan

kontrasepsi, dan pelayanan kesehatan seksual di kabupaten/kota melalui

koordinasi, advokasi, monitoring dan evaluasi. Pembinaan dan pengawasan

dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali setahun (Bdk. Pasal 54). Untuk itu

Pemerintah daerah kabupaten/kota perlu melakukan pelatihan tenaga kesehatan

dan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan (Bdk. Pasal 55).

G. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan diuraian dalam bagian berikut ini meliputi: jenis

penelitian, obyek penelitian, lokasi penelitian, teknik pemilihan subyek penelitian,

teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Adapun yang

dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu metode penelitian yang pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu (Sugiyono, 2010:2).

Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif

adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek,

Page 44: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

31

suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang. (Moh. Nazir, 2005:54).

Dengan kata lain penelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan

perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian

dilaksanakan. Dikatakan deskriptif karena bertujuan memperoleh gambaran yang

objektif khususnya mengenai akuntabilitas pelayanan Puskesmas Distrik

Sausapor, Kabupaten Tambrauw terhadap ibu dan bayi.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian

yang ingin diketahui, apa yang terjadi di dalamnya. Pada obyek penelitian

ini, peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang

(actors) yang ada pada tempat (place) tertentu (Sugiyono, 2007:215). Obyek dari

penelitian ini adalah akuntabilitas pelayanan Puskesmas Distrik Sausapor,

Kabupaten Tambrauw terhadap ibu dan bayi

3. Lokasi Penelitian

Menurut Nasution (2003:43) lokasi penelitian menunjukkan pada

pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya unsur

yaitu pelaku, tempat, dan kegiatan yang dapat diobservasi. Lokasi penelitian

ini di Distrik Sausapor, meskipun wilayah pelayanan Puskesmas ini sampai ke

Kampung Werur besar dan Kampung Bikar Distrik Bikar, Kabupaten Tambrauw.

4. Teknik Pemilihan Informan

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Informan

Page 45: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

32

penelitian merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang

akan diteliti. (Moleong, 2000:97). Adapun teknik yang digunakan dalam

pemilihan informan adalah teknik purposive.

Teknik purposive adalah teknik penentuan informan dengan pertimbangan

tujuan yang dicapai dalam penelitian (Sugiono, 2010:85). Dalam melakukan

penelitan tentang akuntabilitas pelayanan Puskesmas Distrik Sausapor, Kabupaten

Tambrauw terhadap ibu dan bayi, peneliti mewawancarai 15 informan, dengan

identitas sebagai berikut:

Tabel I. 1

Identitas Informan

No Nama Usia L/P Pendi

dikan

Jabatan

1 Jhon Ekwin

Smas, S.Kep,

MM

42 L S2 Kepala Dinas Kesehatan

2 Ferdinand Mofu,

S.Km

57 L S1 Kepala Distrik Sausapor

3 Barieta Pupella,

S.Sos

56 P S1 Kepala Distrik Bikar

4 Korina Mirino 58 P SPK Kepala Puskesmas Sausapor

5 Dorce Maninem 49 P D3 Bidan Kampung

6 Welmince Sosir 45 P D3 Bidan Kampung

7 Risma 28 P D3 Bidan Kampung

8 Rotua Sitorus 30 P S1 Perawat Puskesmas

9 Yusak Rumabar 46 L SMA Kepala Kampung Sauran

10 Vali talakua 30 p smu IRT, Penerima layanan

11 Yuliana

Langgodai

29 P SMU IRT, Penerima layanan

12 Cherry Waney 25 P SMU IRT, Penerima layanan

13 Suriana Yeblo 28 P SMP IRT, Penerima layanan

14 Wadarmai 32 P SMU IRT, Penerima layanan

15 Grata Yeblo 29 P SMP IRT, Penerima layanan

Sumber: Data Primer

Page 46: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

33

Informan-informan tersebut dipilih karena mereka dipandang memiliki

kompetensi dan informasi yang dibutuhkan untuk menjawab masalah yang telah

dirumuskan dan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan peneliti.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data.

Oleh karena itu teknik penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Sugiyono (2010:203) mengemukakan bahwa “observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses

biologis dan psikhologis”.

Sedangkan Nasution (2003:56) mengatakan bahwa “Observasi adalah

dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai kenyataan yang diperoleh

melalui observasi”.

Berdasarkan definisi di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh orang

dengan sengaja dan sistematis untuk memperoleh data yang

selanjutnya akan diproses untuk kebutuhan penelitian.

b. Wawancara

Moleong (2010:186) mengungkapkan bahwa wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu; percakapan itu dilakukan dengan

Page 47: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

34

kedua-belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data yang diperoleh lokasi

penelitian. Menurut Mahmud (2011:183) dokumentasi adalah teknik

pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek

penelitian, tetapi melalui dokumen.

6. Teknik Analisis Data

Pada penelitian kualitatif analisis data dilakukan melalui pengaturan data

secara logis dan sistematis. Bogdan dan Biklen (Ahmadi, 2014:230),

mengatakan bahwa analisis data merupakan suatu proses penyelidikan dan

pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan

material-material lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman

tentang data dan memungkinkan untuk mempresentasikan apa yang telah

ditemukan pada orang-orang lain. Analisis meliputi: mengerjakan data,

mengorganisasinya, membaginya menjadi satuan-satuan yang dikelolanya,

mensintesiskannya, mencari polanya, menemukan apa yang penting dan apa

yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dilaporkan. Teknik analisa data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model interaktif

(interactive model of analysis) yang terdiri dari tiga komponen analisis

(Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2010:341), yaitu:

Page 48: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

35

a. Reduksi

Reduksi data diartikan sebagai proses proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyerderhanaan, pengasbtrakan, dan transformasi data

“kasar” yang munculnya dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi

penelitian berlangsung.

Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan

suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara

sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik

dan diverifikasikan.

Dalam pengumpulan data, dibuat ringkasan, kode, menelusur tema,

membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan membuat memo. Dalam

pengumpulan data peneliti membuat ringkasan dan menggolongkan data

yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

b. Penyajian Data

Penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Diyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu

cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid yang meliputi;

berbagai jenis Matriks, Grafis, Jaringan dan Bagan. Semuanya dirancang

guna menggambungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk

yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang penganalisis

Page 49: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

36

dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik

kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis

yang menurut saran yang dikisahkan oleh penyajian sebagai sesuatu yang

mungkin berguna.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari

konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama

penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran

kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia

menulis. Suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau

mungkin menjadi begitu seksama dan makan tenaga dengan peninjauan

kembali suatu tukar pikiran diantara teman sejawat untuk

mengembangkan kesimpulan. Artinya kesimpulan dapat dilakukan

selama penelitian dengan cara: 1) Memikir ulang selama penulisan; (2)

Tinjauan ulang catatan lapangan; 3) Tinjauan ulang serta mencari

informasi dari pihak lain.

Page 50: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

37

BAB II

PROFIL DISTRIK DAN PUSKESMAS SAUSAPOR

A. Profil Distrik Sausapor

1. Posisi Geografis Distrik Sausapor

Secara Geografis Distrik Sausapor terletak di Pantai Utara Kabupaten

Sorong dan Kabupaten Manokwari. Luas wilayah Distrik Sausapor 457,469 km2

(3,97% dari luas wilayah Kabupaten Tambrauw 11.529,179 km2, berdasarkan

Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw Tahun 2011-2031 dan Permendagri No.56

Tahun 2015). Batas-batas wilayah Distrik Sausapor sebagai berikut:

- Timur berbatasan dengan Distrik Bikar Kabupaten Tambrauw

- Barat berbatasan dengan Distrik Moraid Kabupaten Tambrauw.

- Selatan berbatasan dengan Distrik Bamus Bama Kabupaten

Tambrauw.

- Utara berhadapan dengan Laut Pasifik.

Distrik Sausapor terdiri dari 10 (Sepuluh) kampung administratif, masing-

masing: 1. Kampung Sausapor, 2. Kampung Emaus, 3. Kampung Iguem, 4.

Kampung Jogte, 5. Kampung Sauoryan, 6. Kampung Bondek, 7. Kampung

Bandoguan, 8. Kampung Sungguan, 9. Kampung Syurauw, 10. Kampung

Nanggou. Ini berarti 4,63% dari jumlah seluruh Kampung yang ada di Kabupaten

Tambrauw, 216 Kampung (Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw Tahun 2011-

2031 dan Permendagri No.56 Tahun 2015).

Page 51: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

38

Dari sisi letak, dapat dikatakan bahwa letak Distrik Sausapor sangat

strategis, karena Distrik Sausapor berada di pelabuhan yang merupakan pintu

masuk dan Ibu Kota (de fakto sampai sekarang) Kabupaten Tambrauw.

Posisi Distrik Sausapor yang strategis ini, menjadikan Puskesmas juga

strategis. Ia berada di pusat pemerintahan Kabupaten Tambrauw. Kehadirannya

menjadi obyek pandangan banyak masyarakat, sehingga berpotensi menjadi

Puskesmas percontohan bagi Distrik lain di Kabupaten Tambrauw. Oleh karena

itu, pelayanan Puskesmas menjadi bagian penting bagi performance Puskesmas

ini. Pelayanan perlu terus dikembangkan dan dioptimalkan, termasuk pelayanan

kesehatan ibu dan bayi.

2. Penduduk Distrik Sausapor

Puskesmas ini berada di tengah penduduk Distrik Sausapor. Masyarakat ini

setiap saat memandang Puskesmas dan setiap kali perlu dilayani. Oleh karena itu,

pada bagian berikut akan digambarkan penduduk Distrik Sausapor yang dilayani

Puskesmas ini.

a. Jumlah Penduduk Berdasarkan KK, Jenis Kelamin, Balita dan Bayi

Seluruh penduduk Distrik Sausapor berjumlah 3.963 jiwa, dengan rincian:

Kepala keluarga berjumlah 1.632 jiwa, penduduk laki-laki dewasa: 1.172 jiwa dan

laki-laki kecil berjumlah 658 jiwa. Penduduk perempuan dewasa berjumlah 1.253

jiwa dan penduduk perempuan kecil berjumlah 529 jiwa. Secara lengkap, akan

terlihat dalam data berikut:

Page 52: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

39

Tabel II.1.

Jumlah Penduduk Distrik Sausapor 2016-2018

No Kampung KK Laki-

laki

Dewasa

Laki-

laki

kecil

Perem

puan

dewasa

Perem

puan

kecil

Balita Bayi

1 Sausapor 147 274 45 261 39 36 5

2 Emaus 149 147 206 175 103 81 9

3 Iguem 150 70 25 45 30 20 15

4 Jogte 253 61 51 62 32 6 11

5 Sauoryan 114 237 40 227 65 30 5

6 Bondek 192 163 69 233 79 36 8

7 Bandoguan 460 70 47 91 37 - -

8 Sungguan 17 40 21 46 23 10 6

9 Syurauw 55 27 19 23 12 11 4

10 Nanggou 95 83 135 90 109 50 8

JUMLAH 1.632 1.172 658 1.253 529 280 71

TOTAL Penduduk 3.963

Sumber: Distrik Sausapor, Tahun 2018

Ini semua adalah penduduk yang harus dilayani dan dilindungi oleh Distrik

Sausapor. Oleh karena itu keberadaan Puskesmas perlu dirawat dan dijaga

kelangsungannya oleh Distrik Sausapor, karena pelayanan Puskesmas vital bagi

kehidupan penduduk Sausapor, terlebih di sini terdapat balita 280 jiwa dan bayi

71 jiwa, serta lebih dari 1.253 ibu.

b. Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia di Distrik Sausapor

Komposisi penduduk Distrik Sausapor yang berjumlah 3.963 jiwa,

berdasarkan kelompok usia, sebagai berikut: kelompok usia 45-55 tahun lebih

berjumlah 824 jiwa, kelompok usia 30-44 tahun berjumlah 924 jiwa, kelompok

usia 17-29 tahun berjumlah 850 jiwa, kelompok usia sekolah 6-16 berjumlah 964

(kelompok terbesar), kelompok usia balita berjumlah 288 jiwa dan kelompok usia

Page 53: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

40

bayi berjumlah 113 jiwa (kelompok terkecil). Semua data tersebut akan terlihat

dalam tabel berikut:

Tabel II. 2

Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia di Distrik Sausapor, 2016-2018

No Kampung Kel.

45-55>

Kelompok

30-44>

PUS

17-29>

Sekolah

6-16

Balita

2-5

Bayi

0-1

1 Sausapor 155 50 150 165 20 15

2 Emaus 224 180 117 187 81 9

3 Iguem 35 40 32 43 20 15

4 Jogte 62 50 40 33 31 17

5 Sauoryan 23 135 169 259 30 10

6 Bondek 127 214 130 148 36 8

7 Bandoguan 62 126 40 35 33 22

8 Sungguan 4 12 15 24 10 6

9 Syurauw 42 12 5 25 10 3

10 Nanggou 90 105 152 45 17 8

JUMLAH 824 924 850 964 288 113

TOTAL Penduduk 3.963

Sumber: Distrik Sausapor, Tahun 2018

Data tersebut memperlihatkan betapa besar tanggungjawab Puskesmas

dalam menjamin kesehatan penduduk, termasuk kesehatan ibu dan bayi.

Pelayanan Puskesmas perlu dikelola dengan baik, pelayanan perlu dioptimalkan,

banyak pihak perlu dilibatkan agar kesehatan disadari oleh semua pihak sebagai

kebutuhan bersama.

c. Jumlah penduduk berdasar agama di Distrik Sausapor.

Berdasarkan agama, penduduk distrik Sausapor yang berjumlah 3.963

jiwa, terdiri dari: pemeluk agama Protestan dan Advent berjumlah 2.765 jiwa,

yang merupakan jumlah mayoritas dari jumlah penduduk di Distrik Sausapor.

Page 54: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

41

Pemeluk agama Katolik berjumlah 631 jiwa dan sisanya merupakam pemeluk

agama Islam, yaitu berjumlah 567 jiwa. Semua data terlihat dalam tabel berikut:

Tabel II. 3.

Penduduk Berdasar Agama di Distrik Sausapor, 2016-2018

No Kampung Protestan

dan Advent

Katolik Islam

1 Sausapor 708 - 113

2 Emaus - 508 163

3 Iguem 78 12 38

4 Jogte 119 - 8

5 Sauoryan 685 17 107

6 Bondek 338 22 88

7 Bandoguan 521 54 50

8 Sungguan 63 1 -

9 Syurauw 38 5 -

10 Nanggou 215 12 -

JUMLAH 2.765 631 567

TOTAL Penduduk 3.963

Sumber: Distrik Sausapor, Tahun 2018

Tak diungkiri bahwa agama mempunyai peran penting dalam kehidupan

penduduk Distrik Sausapor. Agama secara positif dapat memberikan pencerahan

kepada penduduk untuk memperbaiki keyakinan, kepercayaannya pada beberapa

sikap dan perilaku yang menjauhkan penduduk dari layanan medis, dan

mengandalkan dukun dan cara-cara tradisional, yang sebagian praktek tersebut

sering membahayakan nyawa manusia, termasuk nyawa ibu dan bayi dalam

proses kelahiran. Puskesmas perlu menggandeng para tokoh agama dalam

meluruskan pandangan yang menjauhkan penduduk untuk berobat secara medis.

3. Kondisi Rumah Tinggal di Distrik Sausapor

kondisi rumah tinggal penduduk di Distrik Sausapor dapat digambarkan

sebagai berikut: Jumlah seluruh rumah yang ada 1.437 buah, sedangkan jumlah

Page 55: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

42

KK: 1.632 jiwa. Ini berarti tidak semua kepala keluarga memiliki rumah sendiri,

tepatnya, masih ada 195 KK yang belum memiliki rumah. Mereka masih tinggal

bersama kepala keluarga yang lain. Tabel berikut menunjukkan data itu:

Tabel II. 4

Kondisi Rumah Tinggal Penduduk di Distrik Sausapor, 2016-2018

No Kampung Rumah

Permanen

Semi Permanen Sangat

Sederhana

1 Sausapor 300 225 10

2 Emaus 38 - 21

3 Iguem 35 12 -

4 Jogte 25 17 3

5 Sauoryan 345 120 10

6 Bondek 67 28 27

7 Bandoguan 20 24 10

8 Sungguan 12 - -

9 Syurauw 4 11 2

10 Nanggou 50 17 4

JUMLAH 896 454 87

TOTAL Rumah 1.437

Sumber: Pemerintah Distrik, Tahun 2018

Mengenai kondisi rumah penduduk dapat digambarkan bahwa ada 896

rumah permanen, 454 rumah semi permanen dan 87 rumah sangat sederhana.

Mayoritas rumah permanen terletak di kampung Sausapor (300 rumah) dan paling

sedikit terletak di Kampung Syurauw (4 rumah). Sedangkan rumah semi

permanen sebagian besar ada di kampung Sausapor (225 rumah), dan paling

sedikit terletak di Kampung Syurauw (11 rumah). Sementara itu rumah sangat

sederhana terbanyak ada di Kampung Bo, ndek (27 rumah) dan paling sedikit

terletak di Kampung Syurauw (2 rumah).

Page 56: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

43

Kondisi rumah tinggal penduduk ini mencerminkan tingkat kesehatan

penduduk, karena kesehatan berkaitan dengan kondisi rumah tinggal. Masih

terdapat 454 rumah semi permanen dan 87 rumah sangat sederhana yang perlu

dipantau karena dari kondisi rumah tinggal seperti ini, masalah kesehatan

seringkali muncul, terlebih jika di rumah tinggal tersebut terdapat ibu dan bayi.

4. Sarana Pendidikan Dasar di Distrik Sausapor

Jumlah sarana pendidikan dasar yang ada di Distrik Sausapor berjumlah 19

buah, yang terdiri dari sarana pendidikan PAUD berjumlah 6 buah, TK berjumlah

3 buah, SD berjumlah 5 buah, SMP berjumlah 3 buah dan SMU berjumlah 2

buah. Selengkapnya, sarana pendidikan dasar di Distrik Sausapor dapat terlihat di

tabel berikut:

Tabel II. 5

Sarana Pendidikan Dasar di Distrik Sausapor, 2016-2018

No Kampung PAUD/TK SD SMP SMU

1 Sausapor - - - -

2 Emaus 1/1 1 1 -

3 Iguem 1 - - -

4 Jogte 1 1 - -

5 Sauoryan 1 1 - -

6 Bondek - 1 1 1

7 Bandoguan 2/2 1 1 1

8 Sungguan - - - -

9 Syurauw - - - -

10 Nanggou - - - -

JUMLAH 6/3 5 3 2

TOTAL Sarana Pendidikan Dasar 19

Sumber: Distrik Sausapor, Tahun 2018

Page 57: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

44

Data tersebut menunjukkan bahwa Sarana pendidikan dasar paling lengkap

berada di kampung Bandoguan, sementara itu ada 4 kampung yang sama sekali

tidak mempunyai sarana pendidikan dasar, yaitu Kampung Sausapor, Sungguan,

Syurauw, dan Nanggou. Faktanya, anak-anak yang tinggal di 4 kampung tersebut

bersekolah di kampung-kampung yang memiliki sarana pendidikan dasar.

Keberadaan sekolah perlu diperhitungkan dalam pelayanan Puskesmas,

khususnya untuk kesehatan anak-anak, yang juga menjadi medan pelayanan

Puskesmas. Komunikasi dan relasi dengan sekolah akan memperlancar pelayanan

dan dapat meningkatkan akuntabilitas pelayanan Puskesmas.

5. Sarana Kesehatan di Distrik Sausapor

Tabel II. 6

Sarana Kesehatan di Distrik Sausapor, 2016-2018

No Kampung Puskesmas Puskes.

Pembantu

RS

Perawatan

Akreditasi

Dasar

Polindes Posyan-

du

1 Sausapor - 1 - - 1

2 Emaus 1 - 1 - 1

3 Iguem - - - - 1

4 Jogte - - - 1 1

5 Sauoryan - - - - 1

6 Bondek - - - - 1

7 Bandoguan - - - - 1

8 Sungguan - 1 - 1 1

9 Syurauw - - - - 1

10 Nanggou - - - - 1

JUMLAH 1 2 1 2 10

TOTAL Sarana Kesehatan 16

Sumber: Distrik Sausapor, Tahun 2018

Page 58: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

45

Tabel menunjukkan bahwa sarana kesehatan di Distrik Sausapor berjumlah

16 buah, terdiri dari: puskesmas berjumlah 1 buah di Kampung Emaus,

Puskesmas Pembantu berjumlah 2 buah di Kampung Sausapor dan Sungguan, RS

Perawatan Akreditasi Dasar berjumlah 1 buah di Kampung Emaus, Polindes

berjumlah 2 buah di Kampung Jogte dan Sungguan dan Posyandu 10 buah (di tiap

kampung ada).

Sarana kesehatan di Distrik Sausapor dapat dikatakan cukup lengkap,

apalagi jika dibandingkan dengan sarana kesehatan di distrik lain di Kabupaten

Tambrauw. Tidak mengherankan jika banyak penduduk datang ke sarana

kesehatan di Distrik Sausapor, termasuk Puskesmas Sausapor. Tak mengherankan

juga jika Puskesmas Sausapor menjadi contoh bagi sarana kesehatan Distrik lain.

Oleh karena itu pelayanan Puskesmas perlu terus dikembangkan dan dijaga

keberlangsungannya, termasuk pelayanan Puskesmas terhadap ibu dfan bayi.

6. Sarana Keagamaan di Distrik Sausapor

Di Distrik Sausapor terdapat sarana keagamaan sebanyak 8 buah, dengan

rincian: 7 gereja protestan (dan termasuk gereja advent), yang terletak di kampung

Emaus dan Jogte (2 buah), Sausapor, Sauoryan, Sungguan (masing-masing 1

buah) dan 1 gereja katolik yang terletak di kampung Iguem; sedangkan masjid

tidak ada.

Keberadaan sarana keagamaan ini sentral dalam kehidupan penduduk

Distrik Sausapor, mengingat penduduk Distrik ini religious. Oleh karena itu,

Puskesmas perlu menjalin komunikasi dan relasi yang baik dengan pengelola

Page 59: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

46

sarana keagamaan ini agar pelayanan Puskesmas dapat memanfaatkan sarana

keagamaan itu untuk menjangkau penduduk Distrik Sausapor dalam pelayanan

kesehatan, termasuk kesehatan ibu dan bayi. Seluruh data tentang sarana

keagamaan terlihat dalam tabel berikut:

Tabel II. 7

Sarana Keagamaan di Distrik Sausapor, 2016-2018

No Kampung Gereja Protestan Gereja Katolik

1 Sausapor 1 -

2 Emaus 2 -

3 Iguem - 1

4 Jogte 2 -

5 Sauoryan 1 -

6 Bondek - -

7 Bandoguan - -

8 Sungguan 1 -

9 Syurauw - -

10 Nanggou - -

JUMLAH 7 1

TOTAL Sarana Keagamaan 8

Sumber: Distrik Sausapor, Tahun 2018

7. Mata Pencaharian Penduduk di Distrik Sausapor

Bekerja tidak hanya bertujuan untuk mencari nafkah, tetapi juga aktualisasi

diri sehingga seseorang menjadi kuat, percaya diri, dan bahagia. Sembilan mata

pencaharian penduduk Distrik Sausapor adalah PNS (371 orang), TNI (35 orang),

Polisi (7 orang), Pensiunan (35 orang), pengusaha kios/toko (115 orang), nelayan

tetap (43 orang) dan tradisional (46 orang) serta petani tetap (110 Orang) dan

tradisional (442 orang). Dari jumlah itu, mata pencaharian penduduk terbanyak

Page 60: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

47

adalah PNS, kedua adalah petani tradisional dan ketiga adalah pengusaha

Kios/toko. Semua data tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel II. 8

Pekerjaan Penduduk di Distrik Sausapor, 2016-2018

No Kampung Pekerjaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Sausapor 45 20 2 2 15 35 5 15 20

2 Emaus 38 2 - 2 44 - 8 60 -

3 Iguem 50 - - 20 - - - 5 -

4 Jogte 8 - - 1 5 2 4 - 46

5 Sauoryan 27 2 - 1 21 2 10 30 115

6 Bondek 105 - 5 5 11 - 7 - 34

7 Bandoguan 80 11 - - 18 4 8 - -

8 Sungguan 1 - - 1 - - 1 - 17

9 Syurauw 12 - - - - - 3 - 10

10 Nanggou 5 - - 1 1 - - - 200

JUMLAH 371 35 7 35 115 43 46 110 442

TOTAL Penduduk Bekerja 1.204

Sumber: Distrik Sausapor, Tahun 2018

Keterangan: 1. PNS; 2. TNI; 3. Polisi; 4. Pensiun; 5. Pengusaha Kios/Toko; 6.

Nelayan Tetap; 7. Nelayan Tradisional; 8. Petani Tetap; 9. Petani

tradisional.

Dari data pekerjaan tersebut terlihat bahwa mayoritas penduduk Distrik

Sausapor memiliki pekerjaan yang tergolong cukup baik. Ini menjamin bahwa

tingkat kesadaran mereka pada pentingnya hidup sehat juga cukup baik. Ini tidak

berarti bahwa Puskesmas dapat berpangkutangan. Sebaliknya, kesadaran akan

pentingnya kesehatan yang lebih baik justru akan semakin banyak kebutuhan dan

tuntutan kesehatan penduduk kepada Puskesmas, termasuk para ibu dan bayi.

Oleh karena itu, pelayanan Puskesmas perlu terus ditingkatkan dan diaktualkan

agar sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan penduduk.

Page 61: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

48

B. Profil Puskesmas Sausapor

1. Letak Puskesmas

Puskesmas Sausapor berada di atas sebidang tanah seluas 903 M2, milik

Pemerintah Kabupaten Tanbrauw di Jl. Wembru No. 01 Distrik Sausapor, yang

dibatasi oleh:

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Samudra Pasifik

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Distrik Fef

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Distrik Kwoor

- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Distrik Moraid

- Wilayah pelayanan Puskesmas Sausapor meliputi seluruh kampung di

Distrik Sausapor dan kampung Werur Besar dan Bikar di Distrik Bikar,

Kabupaten Tambrauw.

2. Visi, Misi, Tujuan, Kebijakan Puskesmas Sausapor

a. Visi Puskesmas Sausapor adalah Terwujudnya pelayanan kesehatan dasar

yang prima agar tercapai distrik yang sehat.

b. Sedangkan Misi Puskesmas Sausapor adalah:

1) Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan yang dapat terjangkau dan

memuaskan masyarakat

2) Memelihara dan Meningkatkan Kesehatan Perorangan, Keluarga dan

Masyarakat serta Lingkungan

3) Mendorong dan meningkatkan kemandirian hidup sehat bagi keluarga.

c. Tujuan

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit serta mencegah

Page 62: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

49

meluasnya kejadian luar biasa (KLB)

2) Mengendalikan penyebaran penyakit menular melalui peningkatan

kegiatan surveilans.

3) Mengendalikan penyakit tidak menular dan masalah kesehatan lain

di masyarakat melalui peningkatan kegiatan promotif dan

memberdayakan pelayanan klinik konsultasi.

4) Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan.

5) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih

dan sehat serta kemandirian individu, keluarga dan masyarakat di

bidang kesehatan.

6) Meningkatkan kelembagaan peran serta masyarakat dalam

pembangunan kesehatan.

7) Meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan.

8) Meningkatkan sarana dan prasarana Puskesmas dan jaringannya.

9) Meningkatkan kualitas tenaga yang ada di puskemas baik tenaga

kesehatan maupun tenaga lainnya.

10) Meningkatkan kesehatan anak sekolah dan remaja.

11) Meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

12) Melaksanakan upaya kesehatan gigi dan jiwa kepada masyarakat

13) Meningkatkan status gizi pada bayi dan balita dengan meningkatkan

cakupan kunjungan posyandu.

14) Meningkatkan sistem manajemen pengelolaan obat dalam rangka

pemenuhan ketersediaan, mutu, jenis, jumlah obat dan perbekalan

Page 63: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

50

kesehatan.

15) Melaksanakan pengobatan rasional di sarana kesehatan

16) Meningkatkan cakupan imunisasi pada bayi dan anak sekolah agar

dapat terbentuk kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi (PD31)

17) Mengembangkan sistem informasi kesehatan yang cepat, tepat dan

akurat sehingga tersedia data kesehatan di wiiayah kerja Puskesmas

(Renstra Puskesmas Sausapor Tahun 2018-2023)

d. Kebijakan

1) Peningkatan kegiatan Promosi Kesehatan melalui peningkatan

kesadaran masyarakat dalam rangka berperilaku hidup bersih dan

sehat

2) Peningkatan kualitas sanitasi dasar

3) Peningkatan pembinaan sanitasi di TUPM, TTU dan institusi.

4) Peningkatan dan penguatan peran serta masyarakat melalui

pendampingan dalam pengembangan UKBM

5) Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan

6) Melakukan penjaringan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala

pada siswa sekolah.

7) Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan masyarakat

8) Pemenuhan alat kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan pada

Puskesmas dan jaringannya sesuai dengan kebutuhan.

9) Perbaikan / rehabilitasi Puskesmas dan jaringannya.

Page 64: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

51

10) Penerapan penggunaan obat rasional di sarana kesehatan.

11) Menurunkan angka kematian ibu, bayi melalui peningkatan

pelayanan kesehatan ibu dan anak.

12) Melakukan rujukan pada ibu hamil resiko tinggi

13) Pendampingan persalinan oleh dua tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan.

14) Peningkatan gizi keluarga dan masyarakat melalui pemberian PMT,

vitamin pada balita, ibu hamil dan ibu nifas.

15) Melakukan penyuluhan dan pemberdayaan keluarga dalam

membiasakan konsumsi aneka ragam makanan, pemantauan

pertumbuhan balita, pemberian ASI eksklusif, penggunaan garam

yodium dan suplemen zat gizi.

16) Pencapaian UCI

17) Peningkatan kegiatan surveilans sebagai upaya pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular dan KLB.

18) Peningkatan koordinasi lintas sektor melalui pertemuan di tingkat

Kecamatan.

19) Peningkatan manajemen Puskesmas (Perencenaan, Pelaksanaan,

Penilaian/ Evaluasi) dan kualitas informasi kesehatan.

3. Struktur Organisasi Puskesmas Sausapor dan Tugas Masing-masing

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014,

Puskesmas Sausapor termasuk dalam Puskesmas Perkotaan yang terdiri

dari:

Page 65: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

52

a. Kepala Puskesmas

b. Sub Bagian Tata Usaha

c. Pelaksana Unit Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

d. Pelaksana Unit Kesehatan Keluarga

e. Pelaksana Unit Rawat Inap

f. Pelaksana Unit Kesehatan Lingkungan dan Peran Serta Masyarakat

g. Puskesmas Pembantu

4. Tupoksi Puskesmas Sausapor dan Tugas Masing-masing Unit

a. Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota yang bertugas

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, yang meliputi:

1) Pelayanan upaya kesehatan meliputi kesejahteraan ibu dan anak, KB,

perbaikan Gizi, perawatan kesehatan masyarakat, pencegahan,

pemberantasan penyakit, imunisasi, pembinaan kesehatan lingkungan,

PKM, Usaha Kesehatan Sekolah, olah raga, pengobatan termasuk

pelayanan darurat karena kecelakaan, kesehatan gigi dan mulut,

laboratorium sederhana, upaya kesehatan kerja serta usia lanjut, upaya

kesehatan jiwa, mata, khusus lainnya dan pencatatan serta laporannya.

2) Pembinaan upaya kesehatan , peran serta masyarakat, koordinasi

semua upaya kesehatan, sarana pelayanan kesehatan, pelaksanaan

rujukan medik, pembentukan sarana dan pembinaan teknis kepada

puskesmas pembantu, poliklinik kesehatan desa, unit pelayanan

kesehatan swasta serta kader pembangunan kesehatan.

Page 66: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

53

3) Pengembangan upaya kesehatan dalam hal pengembangan kader

pembangunan bidang kesehatan di wilayah, pengembangan kegiatan

swadaya masyarakat.

4) Pengelolaan ketatausahaan

Sedangkan fungsi Puskesmas adalah:

1) Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

2) Pusat Pemberdayaan Masyarakat

3) Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

a) Pelayanan Kesehatan Perorangan

b) Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Keputusan Menteri Kesehatan

Republik lndonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang

Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat)

b. Tugas Pokok Masing-Masing Unit

1) Kepala Puskesmas:

a) Memberikan pelayanan, pembinaan dan pengembangan upaya

kesehatan secara paripurna kepada masyarakat di wilayah kerjanya

b) Melaksanakan pelayanan upaya kesehatan meliputi kesejahteraan

ibu dan anak, KB, perbaikan gizi, perawatan kesehatan masyarakat,

pencegahan dan pemberantasan penyakit, imunisasi, pembinaan

kesehatan lingkungan, PKM, Usaha Kesehatan sekolah, Olah raga,

pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan,

kesehatan gigi dan mulut, laboratorium sederhana, upaya kesehatan

Page 67: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

54

kerja, upaya kesehatan lanjut usia, upaya kesehatan jiwa, kesehatan

mata dan pencatatan serta pelaporannya

c) Pembinaan upaya kesehatan, peran serta masyarakat, koordinasi

semua upaya kesehatan, sarana pelayanan kesehatan, pelaksanaan

rujukan medik, pembentukan sarana dan pembinaan teknis kepada

puskesmas pembantu, poliklinik kesehatan desa, unit pelayanan

kesehatan swasta serta kader pembangunan kesehatan.

d) Pengembangan upaya kesehatan dalam hal pengembangan kader

pembangunan bidang kesehatan di wilayahnya, pengembangan

kegiatan swadaya masyarakat

e) Melakukan upaya pengelolaan ketatausahaan

2) Sub Bagian Tata Usaha :

a) Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian.

b) Melaksanakan penatausahaan keuangan dan akuntansi puskesmas.

c) Melaksanakan pengelolaan surat - surat dan hubungan masyarakat

d) Melaksanakan pengelolaan perlengkapan, urusan umum dan

membuat perencanaan serta pelaporan.

e) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan

untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

3) Pelaksana Unit Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

a) Melaksanakan kegiatan dan usaha untuk menyelenggarakan tugas

dan kebijakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Page 68: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

55

b) Melaksanakan kegiatan pembinaan teknis yang meliputi segala

penyehatan lingkungan.

c) Melaksanakan kegiatan pembinaan yang meliputi segala usaha

pelayanan dan usaha pencegahan pemberantasan penyakit termasuk

imunisasi.

d) Melaksanakan kegiatan pengawasan, perkembangan dan

pemakaian alat alat kesehatan dan obat - obatan.

e) Melaksanakan pengawasan yang meliputi segala usaha dan

kegiatan untuk pengamanan dan pelaksanaan tugas.

f) Melaksanakan tugas kedinasan Iain sesuai dengan perintah atasan

untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

4) Pelaksana Unit Rawat Inap :

Melaksanakan perawatan pasien umum maupun pasien persalinan

5) Pelaksana Unit Pemulihan Kesehatan:

a) Melaksanakan kegiatan dan usaha untuk menyelenggarakan tugas

dan kebijakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

b) Melaksanakan kegiatan pengobatan termasuk pelayanan darurat

karena kecelakaan, kesehatan gigi dan mulut

c) Melaksanakan koordinasi kegiatan atas semua kebutuhan

pelayanan medis.

d) Melaksanakan pengawasan yang meliputi segala usaha kegiatan

untuk pengamanan dan pelaksanaan tugas.

Page 69: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

56

e) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan

untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

6) Pelaksana Unit Kesehatan Lingkungan dan Peran Serta Masyarakat

a) Melaksanakan kegiatan dan usaha untuk menyelenggarakan tugas

dan kebijakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

b) Melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan, usaha kesehatan

sekolah dan olah raga, penyuluhan kesehatan masyarakat, serta

perawatan kesehatan masyarakat yang meliputi segala usaha dan

kegiatan pemberian informasi kesehatan.

c) Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan bimbingan teknis tenaga

kesehatan non medis/tradisional

d) Melaksanakan pembinaan dan pengarahan peran serta masyarakat

dalam bidang kesehatan lingkungan.

e) Melaksanakan pengawasan yang meliputi segala usaha kegiatan

untuk pengamanan dan pelaksanaan tugas.

f) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan

untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

7) Puskesmas Pembantu:

Membantu melakukan kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam

ruang lingkup wilayah yang lebih kecil

5. Tenaga Puskesmas Sausapor

Tenaga Puskesmas Sausapor berjumlah 46 orang dengan rincian sebagai

berikut:

Page 70: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

57

Tabel II. 9

Tenaga Puskesmas Sausapor

No Tenaga Jumlah

1. Dokter Umum PNS 1 Orang

2. Dokter Umum PTT 1 Orang

3. Perawat PNS 17 Orang (3 Orang Tugas Belajar)

4. Perawat PTT 4 Orang

5. Perawat Honor 3 Orang

6. Bidan PNS 4 Orang

7. Bidan PTT 2 Orang

8. Petugas GIZI PNS 1 Orang

9. Petugas Gizi PTT 1 Orang

10. Kesling PNS 2 Orang

11. Promkes PTT 1 Orang

12. Petugas Laboratorium 2 Orang

13. Tenaga Apoteker 1 Orang

14. Tenaga Administrasi 2 Orang

15. Tenaga Rekam Medis -

16. Perawat GIGI 1 Orang

17. Tenaga Pekarya 1 Orang

18. Sopir Ambulance 1 Orang

19. Cleaning Servis 1 Orang

TOTAL 46 Orang

Sumber: Puskesmas Sausapor, Tahun 2018

Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah tenaga Puskesmas Sausapor 46

orang, dengan rincian: Tenaga dokter berjumlah 2 orang; perawat 24 orang (PNS

dan PTT dan honor); bidan 6 orang; petugas gizi 2 orang; dan tenaga pendukung

sebanyak: 12 orang

Ada 3 perawat yang sedang tugas belajar dan sampai sekarang Puskesmas

belum memiliki tenaga rekam medis.

Sebenarnya tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas mencukupi jumlahnya,

namun tidak mencukupi kualitasnya. Oleh karena itu Puskesmas dan instansi

Page 71: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

58

terkait perlu segera melakukan pelatihan, dan penyegaran pengetahuan untuk para

tenaga kesehatan tersebut agar akuntabilitas pelayanan Puskesmas terhadap ibu

dan bayi meningkat.

6. Sarana Kesehatan Dasar dan Sarana Fisik Puskesmas Sausapor

Tabel II. 10

Sarana Kesehatan Dasar dan Sarana Fisik Puskesmas Sausapor

Sarana Kesehatan Dasar Jumlah

PUSTU 2 buah

Posyandu 9 buah

Polindes 4 buah

Kader Posyandu 42 org

Sarana Fisik : Jumlah

Kendaraan Roda Dua 2 buah

Mobil Ambulance 1 buah

Mobil Pusling 1 buah

Rumah Dinas Paramedis 11 unit

Rumah Dokter 1 unit

Sumber: Puskesmas Sausapor Tahun 2018

Tabel menunjukkan sarana kesehatan dasar dan sarana fisik. Sarana

kesehatan dasar yang dimiliki Puskesmas meliputi: Pustu berjumlah 2 buah;

posyandu 9 buah; polindes 4 buah, dan kader Posyandu berjumlah 42 buah.

Sarana kesehatan dasar ii didukung oleh sarana fisik berupa: kendaraan roda dua

berjumlah 2 buah; mobil ambulance 1 buah; mobil pusling 1 buah; rumah dinas

paramedic 11 buah dan rumah dokter berjumlah 1 buah.

Semua sarana pendukung pelayanan Puskesmas ini dari sisi jumlah dan

kualitas SDM memang belum mencukupi, mengingat jumlah penduduk yang

Page 72: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

59

harus dilayani begitu banyak dan jangkauan wilayahnya begitu luas. Lagi pula

kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan semakin

meningkat. Oleh karena itu, ke depan, SDM dan sarana pendukung pelayanan

Puskesmas harus ditambah agar akuntabilitas pelayanan Puskesmas semakin

optimal.

7. Capaian Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Sausapor

a. Kelas Ibu Hamil

Puskesmas Sausapor berupaya memberikan pelayanan kepada ibu-ibu hamil

melalui kelas. Pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil tampak dalam tabel berikut:

Tabel II. 11

Kelas Ibu Hamil

Kampung Maret Mei Agustus November

Sausapor 7 5 8 8

Emaus 14 14 6 6

Igwem 5 5 5 5

Jokte 3 3 2 2

Jumlah 29 27 21 21

Sumber: Pukesmas Sausapor Tahun 2018

Kelas ibu hamil berlangsung di 4 kampung, yaitu kampung Sausapor,

Emaus, Igwem dan Jokte. Ini berarti kelas ini belum berlangsung di semua

kampung di wilayah Distrik Sausapor. Tabel menunjukkan bahwa kegiatan kelas

terjadi pada bulan Maret, Mei, Agustus, dan November. Ini berarti kelas tidak

berjalan di setiap bulan. Jumlah peserta ada kalanya naik, seperti terjadi di

Sausapor, dan ada kalanya menurun, seperti terjadi di kampung Emaus dan jokte;

Page 73: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

60

namun ada kalanya tetap, seperti terjadi di Kampung Igwem. Ini berarti

akuntabilitas pelayanan kelas ibu hamil ini perlu ditingkatkan agar hasilnya lebih

optimal, mengingat pendekatan kelas lebih efektif daripada individual.

b. Pelayanan Kunjungan Kehamilan Sampai Kelahiran

Tabel II. 12

Pelayanan Kunjungan Kehamilan Sampai Kelahiran

BULAN K.1 K.4 NIFAS BULIN NEO

Jan 10 5 6 6 6

Feb 7 3 5 5 5

Mar 12 12 7 7 7

Apr 15 7 6 6 6

Mei 15 6 6 6 6

Jun 8 6 7 7 7

Jul 8 4 13 13 13

Agt 8 5 7 7 7

Sep 8 5 0 0 0

Okt 7 5 9 9 9

Nov 6 4 8 8 8

Des 0 6 9 9 9

Jumlah 102 68 83 83 83

Sumber: Puskesmas Sausapor Tahun 2018

Keterangan: K.1 (Kunjungan Awal Kehamilan); K.4 (Kunjungan Awal ANC

sampai terakhir minimal 4 kali); NIFAS (Kunjungan Nifas); Bulin

(Ibu Bersalin); Neo (Bayi Usia 0- 28 hari)

Pelayanan lain yang diberikan oleh Puskesmas Sausapor adalah pelayanan

kunjungan kehamilan sampai kelahiran, yang meliputi: Kunjungan Awal

Kehamilan (K.1); Kunjungan Awal ANC sampai terakhir minimal 4 kali (K.4);

Kunjungan Nifas (NIFAS); Ibu Bersalin (Bulin); dan kunjungan Bayi Usia 0- 28

hari (Neo).

Page 74: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

61

Selama tahun 2018, yaitu dari bulan Januari sampai Desember telah

dilakukan: Kunjungan Awal Kehamilan (K.1) kepada 102 ibu; Kunjungan Awal

ANC sampai terakhir minimal 4 kali (K.4) kepada 68 ibu; Kunjungan Nifas

(NIFAS) kepada 83 ibu; Ibu Bersalin (Bulin) kepada 83 ibu; dan kunjungan Bayi

Usia 0- 28 hari (Neo) kepada 83 bayi.

Volume kunjungan tersebut menunjukkan betapa pentingnya pelayanan

Puskesmas terhadap ibu dan bayi karena kunjungan tersebut semakin membuat

pelayanan kepada ibu dan bayi semakin personal, dekat dan berefek baik terhadap

keluarga.

c. Pelayanan Setelah Kelahiran

Tabel II. 13

Pelayanan Setelah Kelahiran

BULAN VIT.A N.RESTI B.RESTI SF.1 SF.3

Jan 6 0 0 10 5

Feb 5 1 0 6 1

Mar 7 0 0 12 7

Apr 6 1 1 13 12

Mei 6 1 1 15 11

Jun 7 1 3 8 6

Jul 13 1 2 8 4

Agts 7 1 1 6 5

Sep 0 0 0 8 5

Okt 9 2 1 7 5

Nov 8 1 1 6 4

Des 9 1 2 0 6

Jumlah 83 10 12 95 75

Sumber: Puskesmas Sausapor Tahun 2018

Keterangan: VIT.A (Ibu Nifas Yang Mendapatkan VIT.A); NEO RESTI

(Neonatus Berisiko Tinggi); Bayi Resti (Bayi berisiko tinggi); SF.1

Page 75: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

62

(Pembinaan SF.1=Tablet Tambahan darah); SF.3 (Pemberian

SF.3=Tablet Tambahan darah)

Tabel II. 13 menunjukkan pelayanan setelah kelahiran yang meliputi:

pelayanan kepada Ibu Nifas Yang Mendapatkan VIT.A (VIT.A); pelayanan

kepada bayi beresiko tinggi (NEO RESTI = Neonatus Berisiko Tinggi); kepada

Bayi berisiko tinggi (Bayi Resti ); Pemberian SF.1=Tablet Tambahan darah

(SF.1); Pemberian SF.3=Tablet Tambahan darah (SF.3).

Tabel II. 13 menunjukkan bahwa pelayanan ini ada setiap bulan, dari bulan

januari sampai Desember. Selama tahun 2018, jumlah pelayanan kepada Ibu

Nifas Yang Mendapatkan VIT.A (VIT.A) sebanyak 83 ibu; pelayanan kepada

bayi beresiko tinggi (NEO RESTI = Neonatus Berisiko Tinggi) sebanyak 10 bayi;

kepada Bayi berisiko tinggi (Bayi Resti) sebanyak 12 bayi; Pemberian

SF.1=Tablet Tambahan darah (SF.1) kepada 95 bayi; Pemberian SF.3=Tablet

Tambahan darah (SF.3) kepada 75 bayi. Selama tahun 2018 tercatat tidak ada ibu

melahirkan itu meninggal, namun masih ada 3 bayi meninggal dalam persalinan.

Dengan adanya pelayanan setelah kelahiran sebanyak itu, membuktikan bahwa

pelayanan kesehatan ibu dan bayi sudah diminati oleh masyarakat, dan hal ini

perlu dipertahankan dan bahkan ditingkatkan.

d. Pelayanan Penimbangan Bayi dan Balita Tahun 2018

Di Wilayah Penimbangan

Pelayanan Puskesmas terhadap bayi berlanjut ke pelayanan penimbangan

bayi dan balita. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan bayi dan balita terpantau

baik. Pelayanan selama Tahun 2018 terlihat dalam tabel berikut:

Page 76: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

63

Tabel II. 14

Pelayanan Penimbangan Bayi dan Balita Tahun 2018

Di Wilayah Penimbangan

No Bulan Balita di Wilayah Penimbangan

0-5 bln 6-11 bln 12-23 bln 24-59 bln Jumlah

1 Jan 6 17 27 101 151

2 Feb 8 20 28 98 154

3 Mar 14 21 31 98 164

4 Apr 15 18 33 96 162

5 Mei 13 18 34 94 159

6 Jun 16 22 30 100 168

7 Jul 11 29 29 102 171

8 Ags 18 28 29 106 181

9 Sep 19 24 34 105 182

10 Okt 19 20 30 100 169

11 Nov 16 32 37 105 190

12 Des 21 22 37 108 188

Total 176 271 379 1.213 2.039

Sumber: Puskesmas Sausapor Tahun 2018

Tabel menunjukkan bahwa pelayanan ini berlangsung setiap bulan, dari

bulan Januari sampai Desember. Selama Tahun 2018, tercatat ada 176 bayi, usia

antara 0-5 bulan yang ditimbang; usia 6-11 bulan sebanyak 271 bayi; usia 12-23

bulan sebanyak 379 balita, usia 24-59 bulan sebanyak 1.213 balita.

Data tersebut memperlihatkan minat ibu untuk mengurus kesehatan

bayi/balitanya semakin meningkat. Ini berarti pelayanan Puskesmas terhadap ibu

dan bayi/balita semakin dibutuhkan. Oleh karena itu, akuntabilitas pelayanan

Page 77: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

64

Puskesmas terhadap ibu dan bayi/balita perlu ditingkatkan agar semakin banyak

ibu dan bayi/balita terlayani dengan baik.

e. Pelayanan Kesehatan Sekolah

Tabel II. 15

Pelayanan Kesehatan Sekolah

PAUD SD

Laki-laki Perempuan Jumlah

Paud YPK

Maranatha

13 12 25 SD Negeri Bikar

Paud Permata

Tambrauw

7 7 14 SD YPK Efata Werbes

Paud Baiqtul

Magdis

12 15 27 SD YPK Imanuel Werur

Paud Yoshua 10 17 27 SD YPK Maranatha

Jokte

TOTAL 42 51 93 SD Advent Sausapor SD Inpres 09 Sausapor

Sumber: Puskesmas Sausapor, Tahun 2018

Data menunjukkan bahwa pelayanan Puskesmas di sekolah terjadi di 4 sekolah

PAUD dan 6 Sekolah Dasar. Di PAUD telah dapat dilayani sebanyak 93 anak,

yang terdiri dari anak laki-laki sebanyak 42 anak dan anak perempuan sebanyak

51 anak, sedangkan di sekolah SD belum ada data tercatat tentang jumlah murid

yang dapat dilayani.

f. Pembentukan Posyandu dan Kader Puskesmas Sausapor

Hal lain yang telah dicapai oleh Puskesmas Sausapor (terlihat dalam tabel di

atas) adalah pembentukan posyandu dan kader yang berada di 5 kampung. Di

Page 78: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

65

masing-masing kampung tersebut terdapat 1 buah Posyandu dengan 5 orang kader

Posyandu.

Tabel II. 16

Jumlah Posyandu dan Kader Puskesmas Sausapor

No Kampung Jumlah Posyandu Jumlah Kader Posyandu

1 Emaus 1 5

2 Sausapor 1 5

3 Uguem 1 5

4 Jokte 1 5

5 Nanggouw 1 5

Jumlah 5 25

Sumber: Puskesmas Sausapor Tahun 2018

Di satu sisi, data ini berarti bahwa Puskesmas telah berhasil mendekatkan

pelayanan kesehatan ibu dan bayi ke tengah-tengah masyarakat Kampung. Di sisi

lain, perlu upaya yang lebih keras dari Puskesmas agar POsyandu dapat

diselenggarakan di kampung-kampung lainnya, sehingga visi Puskesmas untuk

memberikan pelayanan kesehatan secara lebih merata dan lebih luas dapat

tercapai.

Page 79: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

101

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Ruslan. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif, Arrus Media,

Yogyakarta

Budi Winarno 2002. Kebijakan Publik, Teori dan Proses, Media Presindo,

Yogyakarta

Ismail, HM, 2010. Menuju Pelayanan Prima, Konsep dan Strategi Peningkatan

Kualitas Pelayanan Publik, Averroes Press, Yogyakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan Indonesia,

Jakarta

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung

Mohammad Nazir. 2005. Metode Penelitia, Ghalia Indonesia, Jakarta

Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitati, Remaja Rosda Karya,

Bandung

Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung

Parsolong, Harbani. 2013. Teori Administrasi Publik, Alfabeta, Bandung

Probokusumo Yuyun at all, 2006. Reformasi Terpadu (Integrated Civil Service

Reform Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Pemerintah

Daerah Provinsi Yogyakarta, Yogyakarta

Puspitosari Hesti at all, 2007. Wajah Buram Pelayanan Publi, YAPPIKA, Jakarta

Rahayu Sugi,2011, Ide-Ide untuk Pemantapan Jati Diri Ilmu Administrasi Negar,

Capiya Publishing, Surabaya

Sitepu, 2012. Teori-Teori Politik, Graha Ilmu, Yoyakarta

Sofia Purnamasari, Yovita Arie Mangesti, Widodo Tresno Novianto. 2017.

Implementasi Kebijakan Penurunan Angka Kematian Ibu di Kabupaten

Banyumas, Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum UNS,

Surakarta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Page 80: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

102

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Tangkilisan, Hessel Nogi. S. 2005. Manajemen Publik, Gramedia, Jakarta

Widiyarta, Agus. 2012. Pelayanan Kesehatan dari Perspektif Participatory

Governance (Studi Kasus Tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan

Dasar Kesehatan di Kota Surabaya), Disertasi Program Doktor Ilmu

Administrasi Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang.

Wirartha, I Made. 2006. Metode Penelitian Sosial Ekonomi, Andi Offset,

Yogyakarta

Web-Site

Adaim, Nuryanto. 2016. Penyelenggaraan Pelayanan Publik di Indonesia,

Sudahkah Berlandaskan Konsep Welfare State? (Suatu Kajian Yuridis-

Filosofis terhadap Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik), https://nuryantoadaim.wordpress.com/2016/01/12/

penyelenggaraan-pelayanan-publik-di-indonesia-sudahkah-berlandaskan-

konsep-welfare-state/#_ftn12, diunduh pada tanggal 20 April 2018

Chairul Furqon. 2012. Budaya Organisasi http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/

PRODI._MANAJEMEN_FPEB/197207152003121-CHAIRUL_FURQON/

Artikel-Organizational_Culture. pdf, diunduh pada tanggal 23 April 2018

Hendry. 2013. dalam http://w4nm4p.blogspot.co.id/2013/11/akuntabilitas-

pelayanan-publik.html, diunduh tanggal 23 April 2018

Karjuni Dt. Maani. 2009. Transparansi dan Akuntabilitas dalam Pelayananan

Publik, DEMOKRASI Vol. VIII No. 1 dalam http://ejournal.unp.ac.id/

index.php/ jd/article/view/1190/1025), diunduh pada tanggal 21 April 2018

Kariono, BPPT Provinsi Sumatera Utara, Paradigma Baru Pelayanan Publik,

https://www.scribd.com/document/335489092/Paradigma-Baru-Pelayanan-

Publik, diunduh pada tanggal 21 April 2018

Kristian Widya Wicaksono, Akuntabilitas Organisasi Sektor Publik, Jurnal

Kebijakan dan Administrasi Publik JKAP Vol 19 No 1 - Mei 2015, dalam

https://journal.ugm. ac.id/jkap/article/view/7523, diunduh pada tanggal 22

April 2018

Mohammad Farkhani. 2016. Inovasi Gerakan Sayang Ibu di Kabupaten Klaten,

Program

Page 81: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

103

Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas

Sebelas Maret, Surakarta, dalam: https://www.researchgate.net/publication/

317378259_Inovasi_Gerakan_Sayang_Ibu_di_Kabupaten_Klaten, diunduh

tanggal 26 April 2018

Pasolong, Harbani. 2012. Perilaku Birokrasi Dalam Pelayanan Publik,

http://harbani-pasolong.blogspot.co.id/2012/02/perilaku-birokrasi-dalam-

pelayanan.html, diunduh tanggal 23 April 2018

Riadi. 2014. http://www.kajianpustaka.com/2014/01/budaya-organisasi.html,

diunduh tanggal 23 April 2018

Rusli. 2006. http://pustaka.unpad.ac.id/wwpontent/uploads/2013/10/pustaka_

unpad_Mekanisme_Kontrol_Masyarakat.pdf, diunduh tanggal 19 April

2018

Rustan A, Partisipasi masyarakat dalam melakukan Kontrol terhadap

penyelenggaraan pemerintah Daerah, 2006 https://www.slideshare.

net/cutex_cerdas/kontrol-masyarakat-terhadap-pemerintahan-daerah,

diunduh pada tanggal 24April 2018

Teguh Sanjaya, Imam Hardjanto, Stefanus Pani Rengu, Peningkatan Pelayanan

Publik di Kantor Sistem Administrasi Manunggal di Bawah Satu atap

Kabupaten Banyuwangi, Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4,

2016 dalam https:// media.neliti.com/media/publications/78842-ID-

peningkatan-pelayanan-publik-di-kantor-s.pdf, diunduh pada tanggal 22

April 2018

Tiyas Nurhayani, 2011. Evaluasi Gerakan Sayang Ibu, Kajian Terhadap

Pemenuhan Kebutuhan Gender dalam Gerakan Sayang Ibu di Kecamatan

Banjarsari Surakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas

Sebelas Maret Surakarta, dalam: https://mafiadoc.com/evaluasi-gerakan-

sayang-ibu_59c17 e581723ddd1fb9d335e.html, diunduh tanggal 26 April

2018.

Wan Hendry. 2013. Akuntabilitas Pelayanan Publik, dalam http://w4nm4p.

blogspot.co.id/2013/11/akuntabilitas-pelayanan-publik.html, diunduh

tanggal 20 April 2018

Perundang-undangan dan Dokumen

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

PP Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Page 82: AKUNTABILITAS PELAYANAN PUSAT KESEHATAN …

104

Keppres Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang

Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan

Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta

Pelayanan Kesehatan Seksual

Kepmenpan Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Pelayanan. Publik

Kepmenpan Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan

Dinas Kesehatan Kabupaten Tambrauw, Rencana Strategis Dinas Kesehatan

Kabupaten Tambrauw Tahun 2017-2022.

Puskesmas Distrik Sausapor, Rencana Kerja Puskesmas Sausapor Tahun 2018.

Puskesmas Distrik Sausapor, Profil Puskesmas Sausapor Tahun 2018.