akuntabilitas administrasi negara

Upload: urie

Post on 07-Apr-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/4/2019 AKUNTABILITAS ADMINISTRASI NEGARA

    1/7

    1

    AKUNTABILITAS ADMINISTRASI NEGARA

    DAN KINERJA PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA

    A.

    PendahuluanApabila kita mengkaji sejarah administrasi, aturan-aturan mengenai cara menjalankan

    pemerintahan lewat departemenisasi yang berbeda sudah ada sejak dahulu di zaman Cina

    kuno. The Constitution of Chow (Lepawsky, 1960), misalnya menggariskan delapan macam

    pengaturan mengenai cara mengelola pelaksanaan pemerintahan yang baik. Adapun

    pengaturan mengenai hal itu antara lain; Pertama, berkenaan dengan organisasi atau

    kelembagaan, dengan instrumen itu pemerintahan didirikan. Kedua, berkenaan dengan aneka

    fungsi kelembagaan sehingga penyelenggaraan pemerintahan negara menjadi jelas. Ketiga,

    berkenaan dengan pengaturan hubungan sehingga penyelenggaraan pemerintahan menjadi

    bersifat kooperatif. Keempat, berkenaan dengan prosedur sehingga penyelenggaraan

    pemerintahan menjadi efisien. Kelima, berkenaan dengan formalitas sehingga

    penyelenggaraan pemerintahan terlihat solid dan permanen. Keenam, berkenaan dengan

    pengawasan sehingga penyelenggara negara menjadi bersih. Ketujuh, berkenaan dengan

    hukuman sehingga penyelenggara negara bisa dikoreksi. Kedelapan, berkenaan dengan tata

    buku anggaran sehingga penyelenggaraan pemerintahan bisa diaudit.

    Kemudian di dalam bukunya L.S Hsu (1932) yang berjudul Rules of Public

    Administration menyebutkan ada enam prinsip yang ditekankannya dalam menjalankan roda

    administrasi negara. Pertama, penguasa dan para pimpinan pemerintahan harus memahami

    secara baik keadaan negeri yang dipimpinnya. Kedua, pemimpin pemerintahan harus

    menguasai cara untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan negara berdasarkan fakta-fakta yang aktual. Ketiga, semangat pengabdian kepada masyarakat adalah hal yang pokok

    dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. Keempat, pemerintah harus memajukan

    kesejahteraan ekonomi rakyatnya. Kelima, penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah

    menciptakan kesibukan untuk menyejahterakan rakyatnya. Keenam, penyelenggara

    pemerintah yang baik diisi oleh para pejabat-pejabat yang jujur, bersih dan tidak

    mementingkan dirinya sendiri.

    Dari dua sumber di atas sebenarnya masih banyak lagi sumber-sumber yang lain yang

    membahas prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Di negara-negara

    berkembang, mewujudkan kondisi yang sangat normatif seperti yang dikonsepkan dua ahli

    di atas sangatlah sulit. Hal tersebut karena kendala-kendala budaya dan tingkat kedewasaan

    masyarakatnya. Akan tetapi, ada suatu keyakinan pada negara-negara berkembang akan

    mampu mensejahterakan rakyatnya. Untuk itu, ditempuhlah berbagai kebijakan

    pembangunan yang dapat mendorong pertumbuhan, baik ekonomi, sosial maupun

    kebudayaan. Perjalanan kehidupan pemerintahan negara-negara seperti ini diwarnai oleh

    seribu satu macam persoalan, dari krisis ekonomi, kedaulatan maupun krisis politik.

    Indonesia sendiri, sejak zaman orde baru, telah membuat kebijakan ekonomi melalui

    tahapan Pembangunan Lima Tahun (PELITA). Dari Pelita pertama sampai Pelita kelima

    terlihat adanya kemajuan dan pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini terbukti dengan

    meningkatnya pertumbuhan dan peningkatan taraf hidup masyarakat yang semakin baik.

    Namun keberhasilan pembangunan dari pelita ke pelita tersebut ada hal-hal yang dikorbankan

  • 8/4/2019 AKUNTABILITAS ADMINISTRASI NEGARA

    2/7

    2

    yaitu masalah Hak Asasi Manusia (HAM). Ujung dari program pembangunan yang hanya

    mendorong pertumbuhan tanpa pemberdayaan manusianya berakhir pada krisis ekonomi

    tahun 1998, ketika itulah masyarakat baru menyadari bahwa dominasi birokrasi pemerintah

    terlalu dominan dalam mengelola negara ini. Birokrasi telah menjadi kekuasaan politik yang

    handal bagi suatu negara berkembang, tanpa kontrol yang kuat dari masyarakat. Akibatnyaketika reformasi bergulir, seolah-olah semua kesalahan negeri ini ditimpakan pada

    birokrasinya. Dari sinilah masyarakat mulai menggugat pertanggung jawaban pemerintah atas

    semua krisis yang terjadi di Indonesia.

    B. Akuntabilitas Administrasi Negara dalam RealitaPermasalahan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang tentang pengerti

    administrasi negara adalah rancunya pengertian administrasi yang sudah terlanjur tersosilasi,

    jauh lebih banyak anggota masyarakat yang mengenal administrasi sebagai tata usaha

    daripada makna organisasi dan manajemen. Mungkin sama halnya lebih banyak orang yang

    tahu istilah governmentketimbang administration, apalagipublic administration.

    Dibentuknya lembaga administrasi negara di Indonesia pada tahun 1957 melalui

    keputusan perdana menteri Juanda, tidak lain bertujuan membangun aparatur negara yang

    bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintahan untuk

    mewujudkan cita-cita kemerdekaan, selain hal tersebut diharapkan substansi administrasi

    negara lebih dikenal oleh masyarakat tidak cuma dikenal oleh dunia akademisi. Sejalan

    dengan dinamika sosial dan perkembangan politik di tanah air, tanggung jawab administrasi

    negara pun meningkat, yang tadinya negara hanya mengurusi pelanggaran hukum dan

    undang-undang tetapi mulai bergerak ke arah perubahan social (agent of change) dan

    peningkatan taraf hidup masyarakat (agent of development). Negara-negara yang merdekasetelah perang dunia II rata-rata memerankan dirinya sebagai agent of development, termasuk

    negara kita. Sehingga gaung pembangunan terjadi dimana-mana, hal ini menurut Bay

    Suryawikarta sangatlah logis karena alasan-alasan sebagai berikut (1994):

    1. Karena the rulling elites adalah orang-orang yang lebih berpengetahuan2. Karena keharusan untuk segera merekailitasi kerusakan-kerusakan akibat peperangan3. Karena sistem politik yang dianut oleh banyak negara adalah sistem politik demokrasi4. Karena keyakinan bahwa kemerdekaan adalah hanya sasaran antara tujuan yang utama5. Karena kesedarajatan antar negara dan antar bangsa hanya bisa diwujudkan melalui

    pembangunan

    Dari berbagai alasan-alasan di atas negara-negara dunai ketiga bahu membahu

    melakukan pembangunan dengan orientasi pertumbuhan ekonomi. Karena semangatnya

    membangun sehingga lupa bahwa disisi kemajuan pasti ada yang dikorbankan. Di Indonesia

    semua proses dan aktivitas pembangunan selalu di kuasai oleh pusat (top down) masyarakat

    hanya sebagai penonton, yang berani melawan cepat ditindak. Akibatnya sering program-

    program pembangunan yang tidakmach dengan kondisi masyarakat.

    Pola-pola pembangunan yang dikembangkan melahirkan bentuk akuntabilitas

    Weberianisme (Agus Dwiyanto, 2009). Maksudnya bahwa masalah tanggung jawab aparat

    birokrasi adalah bentuk pertanggung jawaban seorang bawahan kepada atasan bukan kepada

    masyarakat pengguna jasa pelayanan. Dampak dari model akuntabilitas seperti ini akan

    melahirkan sikap asal bapak senang atau ABS, tanggung jawab kepada organisasi dan

  • 8/4/2019 AKUNTABILITAS ADMINISTRASI NEGARA

    3/7

    3

    masyarakat menjadi sangat rendah. Model pertanggung jawaban seperti di atas sebenarnya

    adalah model pertanggung jawaban Weberian birokrasi. Pemerintah Indonesia telah gagal

    memanfaatkan nilai dan kekayaan lokal yang berbasis kolektifitas, ramah tamah, peduli,

    kebersamaan dan solidaritas sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

    Akuntabilitas menurut LAN adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seorang/pemimpin suatu unit

    organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berwenang meminta pertanggung jawaban.

    Akuntabilitas birokrasi publik (administrasi negara) adalah bentuk pertanggung jawaban

    pemerintah kepada rakyat melalui lembaga perwakilan (DPR, DPRD) sementara ini yang

    menjadi wakil wakil rakyat juga sering tidak profesional, bahkan banyak kasus korupsi

    berjamaah yang dilakukan anggota dewan.

    Untuk menanggulangi bentuk akuntabilitas yang tidak akuntabel di atas perlu suatu

    model atau bentuk akuntabilitas kolektif atau tanggung renteng. Pengembangan akuntabilitas

    tanggung renteng memiliki implikasi tata laksana yang berbeda dengan model akuntabilitas

    perseorangan (Weberian). Konsep akuntabilitas tanggung renteng dapat dilakukan dengan

    mengadopsi nilai-nilai budaya lokal yang masih hidup di negeri ini, untuk lebih jelasnya

    dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 1. Perbedaan Akuntabilitas Weberian & Tanggung Renteng

    No Weberian (perseorangan) Tanggung Renteng (Kolektif)

    1 Pembagian kerja bersifat perseorangan Bersifat kelompok

    2 Pola hubungan bersifat vertikal Bersifat horizontal

    3 Pemberian insentif bersifat individual Bersifat kolektif

    4 Pengawasan bersifat vertikal Bersifat vertikal dan horizontal

    5 Hukuman bersifat individual Bersifat menyeluruh

    Dari konsep akuntabilitas tanggung renteng di atas apakah bisa efektif mengurangi

    perilaku korupsi? untuk menjawab pertanyaan di atas berikut disampaikan beberapa alasan

    yang akurat. Pertama, akuntabilitas tanggung renteng dapat menciptakan hubungan kolegial

    dan saling peduli antar anggota organisasi. Sehingga jika seseorang akan melakukan tindakan

    koruptif orang atau teman dekatnya akan mengingatkan; Kedua, karena pengawasannya tidak

    hanya dilakukan oleh atasan saja maka kesempatan untuk melakukan perilaku koruptif sangat

    kecil. Jumlah orang yang ada di dalam birokrasi sangat kecil. Semua orang yang ada di dalam

    birokrasi bisa saling mengawasi; Ketiga, kesalahan organisasi tidak ditimpahkan hanya padasatu oang tetapi semua ikut bersalah.

    Akuntabilitas semacam ini akan semakin efektif manakala mekanisme pengawasan

    birokrasi menjadi bersifat menyeluruh, transparan dan partisipatif. Mekanisme pengawasan

    seperti ini akan membuat semua orang dalam birokrasi memiliki akses dan peluang untuk

    saling mengawasi karenanya dapat menurunkan supply of and demand for corruption dalam

    birokrasi. Pendapat Warwick (1985) yang melihat anggota birokrasi hanya sekedar skrup

    dari suatu sistem politik raksasa dapat diantisipasi dan diminimalisir. Karena begitu luasnya

    lingkup administrasi negara hampir sulit untuk memilah bagian mana dari kehidupan

    masyarakat yang luput dari sentuhan administrasi negara. Kelahiran, kematian, perkawinan,

  • 8/4/2019 AKUNTABILITAS ADMINISTRASI NEGARA

    4/7

    4

    pendidikan, pekerjaan, kesehatan masyarakat, distribusi obat-obatan dan lain-lain menjadi

    bagian dari akuntabilitas administrasi negara.

    Namun demikian ketidak puasan masyarakat terhadap pelayanan umum kian hari kian

    meningkat, seminar, work shop dan lokakarya kerap dilakukan, namun semua usaha tersebut

    nampak sia-sia bila kita terjun langsung melihat para birokrat melayani masyarakat, kecewa,tidak puas, tidak profesional itulah nyanyian masyarakat kita terhadap birokrasi kita.

    C. Profil dan Ukuran Kinerja Pelayanan PublikWajah birokrasi di negeri ini makin lama makin kusam dan kusut, rakyat seakan

    mencibir sambil mengurut dada dalam menyaksikan kejahatan kolektif, hasil kolusi dari

    birokrasi dan pelaku bisnis, lihatlah kasus Susno Duadji, kasus Gayus Tambunan, ketidak

    efektifan lembaga kepolisian dan kejahatan dalam mengungkap berbagai kasus dan perkara,

    belum korupsinya para Gubernur dan Bupati hampir di seluruh Indonesia. Perilaku tercela

    yang terungkap pada saat ini memang bervariasi, mulai dari kebocoran anggaran, mafia

    pajak, makelar kasus (Markus) dan korupsi berjamaah.

    Di sisi lain, masyarakat semakin kritis dan mulai jenuh dengan perilaku birokrasi

    yang unresponsive, terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Contoh pelayanan yang kecil,

    semisal jalan rusak, got mampat, listrik byar pet tiap sore, telepon, angkutan umum yang

    sering tabrakan dan lain-lain. Masyarakat lama kelaman merasa di anak tirikan dalam proses

    pelayanan publik. Sementara itu pelayanan publik yang diberikan secara umum, seperti

    pembuatan KTP, STNK, BPKB, SIM, Sertifikat tanah dan lain-lain, tidaklah berjalan dengan

    mulus selama yang berkepentingan tidak mampu menyiapkan dana tambahan sebagai

    pelicin urusan tersebut.

    Pelayanan yang diberikan birokrasi akan berkorelasi positif dengan kemampuanimbalan terhadap birokrasi tersebut. Korupsi seakan sudah menjalar dan menjadi budaya dari

    oknum eselon tinggi sampai kepada eselon terencah. Kasus Bank Centuri, mafia pajak yang

    tak kunjung usai penyelesaiannya, hal ini menggambarkan bahwa rumit dan rapinya

    kejahatan kolektif yang mereka buat. Seolah-olah saat ini tidak ada lagi departemen yang

    bersih dari korupsi.

    Nampaknya belum banyak masyarakat yang menyadari bahwa masalah pelayanan

    publik, penyiapan sarana dan prasarana sebenarnya merupakan bagian dari permasalahan

    politik. Sementara sebagian masyarakat menganggap masalah pelayanan publik dan

    penyediaan fasilitas hanya dianggap persoalan teknis administrasi.

    Mencermati profil kinerja birokrasi kita di atas, kiranya perlu dijelaskan apa itu

    kinerja, adakah aturannya, adakah ukuran atau indikator kinerja birokrasi kita. Kinerja adalah

    hasil kerja dari suatu individu atau organisasi dibandingkan dengan apa yang seharusnya

    dicapai oleh yang bersangkutan (Wibawa, 2010). Di sisi lain Rivai (2008) berpendapat bahwa

    kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu lembaga untuk mempertanggungjawabkan

    keberhasilan dan kegagalan pelakanaan misi lembaganya dalam mencapai sasaran dan tujuan

    yang telah diterapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik. Sementara Helfert

    (1996) berpendapat bahwa kinerja adalah tampilan keadaan secara utuh atas organisasi

    selama periode tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan

    operasional organisasi dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki.

  • 8/4/2019 AKUNTABILITAS ADMINISTRASI NEGARA

    5/7

    5

    Masih berkaitan dengan masalah kinerja di atas, pemerintah melalui Permen PAN

    mengatur tentang pedoman umum penetapan indikator kinerja utama di lingkungan instansi

    pemerintah (No. 5/2007) dalam Pasal 1 dinyatakan :

    Kinerja Instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran

    ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran visi, misi dan strategi sebagaipenjabaran visi, misi dan stratgei instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat

    keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program

    dan kebijakan yang ditetapkan.

    Selain hal di atas ada aturan tentang evaluasi kinerja Penyelenggaraan Pemerintah

    Daerah (EKPPD, butir 14), aspek-aspek yang dinilai pada tingkat pelaksanaan adalah sebagai

    berikut (Pasal 19):

    1. Kebijakan teknis penyelenggaraan urusan pemerintah2. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan3. Tingkat capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)4. Penataan kelembagaan daerah5. Pengelolaan kepegawaian daerah6. Perencanaan pembangunan daerah7. Pengelolaan keuangan daerah8. Pengelolaan barang milik daerah9. Pemberian fasilitas terhadap partisipasi masyarakat

    Ternyata mengukur kinerja suatu instansi adalah proses yang rumit dan lama. Tidak

    sembarangan dan perlu kehati-hatian. Menurut hemat penulis masukan dan proses

    disederhanakan sebagai out put (keluaran, hasil, manfaat, dampak) dari seluruh input dan

    proses.Dari berbagai definisi di atas, menurut Samodra Wibawa (2010) untuk mengukur

    kinerja pelayanan publik dapat diterapkan indikator-indikator sebagai berikut:

    1. Produktivitas : Jumlah dan kualitas produk, out putdan out come2. Efektivitas : Perbandingan antara produktivitas dengan target atau rencana3. Efisiensi : Penghematan di semua sektor pelayanan publik4. Kualitas program, kegiatan atau pelayanan

    a. Kepuasan masyarakat (jelas, murah, cepat, ramah, bersih, indah dan lain-lain)b. Responsitas : relevan dengan program, kegiatan, pelayanan dengan kebutuhan

    atau harapan masyarakat

    c. Responsibiltas : ketaatan pada peraturan perundangand. Transparansi : keterbukaan pada masyarakate. Akuntabilitas : bertanggung jawab kepada masyarakatf. Keadilan : proporsionalitas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

    Dengan mengetahui nilai kinerja dari suatu dinas kita dapat memberikan usulan

    perbaikan kelemahan-kelemahan, yang terjadi pada dinas tersebut. Karena itu penilaian

    kinerja tak akan memberikan manfaat apapun tanpa diikuti oleh perbaikan dan peningkatan,

    termasuk nilai-nilai material.

    Kiranya sudah banyak kajian, telaahan dari saran-saran yang tujuannya untuk

    memperbaki kinerja pelayanan dari birokrasi, yang terpenting kinerja mari menyatukan kata

    dengan perbuatan nyata sadar akan tanggung jawabnya sebagai pelayan masyarakat. Hal ini

  • 8/4/2019 AKUNTABILITAS ADMINISTRASI NEGARA

    6/7

    6

    bisa kita wujudkan apabila kita semua mempunyai komitmen yang sama terhadap masalah-

    masalah di atas.

    Tanggung jawab administrasi negara tidak hanya terletak di pundak birokrasi saja,

    tetapi menjadi tanggung jawab dan kewajiban seluruh masyarakat. Apakah yang kita

    sarankan sudah benar-benar kita jalankan sendiri? Jawabannya ada di dalam hati nurani kitamasing-masing. Kemudian apa yang harus kita lakukan untuk meningkatkan kinerja pelayan

    publik? Menurut Dede Mariana dkk (2010) yang harus ditempuh adalah:

    a. Pembenahan kelembagaan- Pengembangan unit-unit penjamin mutu- Pengembangan unit-unit manajemen integritas

    b. Pembenahan ketata laksanaan- Penerapan siklus jaminan mutu dengan standar internasional- Penerapan sistem bench marking- Pengembangan mekanisme audit publik- Pengembangan partisipasi publik untuk ikut mengontrol jalannya pelayanan publik

    c. Pembenahan sumber daya manusia- Perekrutan aparatur yang kompeten dan selektif- Penempatan jabatan sesuai dengan keahlian- Pemberian sangsi yang tegas terhadap pelanggaran aturan, termasuk korupsi

    D. PenutupAdalah tidak mudah untuk mewujudkan birokrasi yang ideal, yang berpihak pada

    rakyat yang jelas kita tidak jemu-jemunya memberikan saran dan masukan yang konstruktif

    demi kemajuan administrasi negara dalam melayani masyarakat. Akhirnya penulis kutipkan

    kata-kata Ario Wicaksono, Repositioning Public Administration in Indonesia..? of

    Course, what you have to do is just looking your self....

  • 8/4/2019 AKUNTABILITAS ADMINISTRASI NEGARA

    7/7

    7

    DAFTAR PUSTAKA

    Dwiyanto Agus. 2010.Reformasi Birokrasi Pemerintahan. Jogjakarta: Gava Media.

    Kumorotomo Wahyudi, Agus Pramusinto. 2009. Governance Reform di Indonesia.Yogyakarta: Gava Media.

    Permen PAN tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan

    Instansi Pemerintah (No 5/2007)

    PP tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (No. 3/2007)

    PP tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (No. 6/2008)

    Rivai, Veithzal. 2008.Evaluasi Kinerja Melahirkan Pemerintahan yang Akuntabel. Bandung:

    LAN.

    Suryawikarta Bay. 1994. Tanggung Jawab Administrasi Negara. Bandung: LAN.

    Tjokoamidjoyo. 2000. Good Governance, Paradigma Baru Manajemen Pembangunan.

    Jakarta: UI.

    UU tentang Pemerintah Daerah (No. 32/2004).

    Wibawa Samudra. 2010. Mengukur Kinerja Dinas Kabupaten: Pemikrian Awal. Surabaya:

    Graha Ilmu.

    Wicaksono Ari. 2010. Pendidikan Sebagai Langkah Pertama Upaya Reposisi Amdinistrasi

    Negara di Indonesia. Surabaya: Graha Ilmu.

    Wikipedia, http://id,wikipedia.org/wiki/kinerja, April, 2009 Peraturan Perundang-Undangan.

    Zulkarnaen, Happy Bione. 1994. Politik Birokras dan Pelayanan Publik. Bandung: LAN.

    http://id%2Cwikipedia.org/wiki/kinerjahttp://id%2Cwikipedia.org/wiki/kinerja