aktivitas dakwah kh. najib al-ayyubi di jamaah tabligh
TRANSCRIPT
AKTIVITAS DAKWAH KH. NAJIB AL-AYYUBI DI JAMAAHTABLIGH
SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
FIKRI RIVAINIM. 106051001814
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAMFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1431 H/ 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat
atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 20 September 2010
Penulis
Fikri Rivai
AKTIVITAS DAKWAH DRS. KH. NAJIB AL-AYYUBI DIJAMAAH TABLIGH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh:
FIKRI RIVAINIM. 106051001814
Pembimbing:
Dr. H. A. ILYAS ISMAIL, MANIP : 19630405 199403 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H/2010 M
i
Abstrak
Aktivitas Dakwah Drs. KH. Najib Al-Ayyubi Di Jamaah Tabligh
Jamaah Tabligh adalah sebuah gerakan atau kelompok Islam yangtidak ingin disebut sebagai lembaga atau organisasi, tapi sebuah gerakaniman. Aktivitas Jamaah Tabligh adalah selalu menyeru dan mengajakkepada kebaikan, amalan-amalan sunah dan mengenal Allah lebih dekatsupaya dalam kehidupan sehari-harinya selalu mengamalkan agama. Awalmunculnya Jamaah Tabligh bermula di daerah Mewat, India yangpendirinya adalah Syeikh Muhammad Ilyas Kandahlawi (1303-1364 H)yaitu sekitar tahun 1920-an, yang di latar belakangi dengan adanyapencampuran antara yang baik dan yang buruk, antara iman dan syirik,antara sunnah dan bid'ah. Lebih dari itu, juga telah terjadi gelombangpemusyrikan dan pemurtadan yang didalangi oleh para misionaris Kristen dimana Inggris saat itu sedang bercokol menjajah India.
sedangkan di Indonesia sendiri Jamaah Tabligh muncul pada tahun1970-an yang pertama kali di datangi adalah Kota Medan di masjid Indiasebagai tempat markas awalnya kemudian pada tahun 1974 berpindah dimasjid Kebon Jeruk Jakarta sebagai tempat Markaz Jamaah Tabligh diIndonesia. Adaun dakwah yang di bawa oleh Drs. KH. Najib Al-Ayyubimelalui Jamaah Tabligh berusaha merubah umat dengan metode dakwahseperti apa yang dilakukan Rasulullah SAW dan para Sahabatnya, yakniKhuruj fi Sabilillah.
Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan berikut ini. Pertama,Bagaimana bentuk-bentuk aktivitas dakwah Drs. KH. Najib Al-Ayyubi diJamaah Tabligh? Kedua, Media apa yang digunakan dalam menyampaikanpesan dakwanya?
Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukanadalah metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif, yaitudengan cara melalui pengamatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi diJamaah Tabligh.
Aktivitas dakwah dalam membentuk masyarakat yang islami yangdilakukan oleh Drs. KH. Najib Al-Ayyubi melalui Jamaah Tablighmembentuk karakter umat Islam yang jarang mengamalkan Islam menjadimengamalkan Islam. banyak dari mereka yang ikut dan ambil bagian dariaktivitas dakwah ini yang berubah, baik sikap, ucapan dan pakaian. Denganbentuk-bentuk aktivitas dakwah yang ada pada Jamaah Tabligh sepertiBayan, Ta’lim wa ta’alum, Jaulah, Bersilaturahim, Khidmat, Musyawarahdan mengamalkan enam sifat sahabat (sebagai ajaran atau materi yangsering disampaian). Media yang digunakan dalam berdakwah hanyalahberupa komunikasi langsung, silaturahmi dan masjid sebagai tempat sentraldakwahnya.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat, karunia, dan pertolongannya
selama ini, berkat Allah SWT jualah penulis mampu merampungkan tugas akhir
skripsi dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini merupakan proses yang relatif panjang bagi penulis,
menyita segenap tenaga dan fikiran. Tetapi yang pasti dengan segenap motivasi,
kesabaran, kerja keras, dan do’a, akhirnya penulis sanggup menjalani tahap demi
tahap dalam kehidupan akademik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi, baik itu
berupa sifat malas, lalai dan sombong yang masih melekat kuat di dalam diri
penulis. Sungguh sebuah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semua ini dapat terwujud karena
banyaknya dukungan serta motivasi kepada penulis.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Dr. Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, Drs. H.
iii
Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II, dan Drs. Study Rizal LK, M.A
selaku Pudek III
2. Drs. Jumroni, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Umi Musyarafah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Idris Abd Shomad, MM, selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah bersedia meluangkan waktu dalam setiap bimbingan dan
mendorong penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5. Kepada bapak/ibu pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas yang telah membantu peneliti dengan penyediaan bahan-
bahan dalam mengerjakan skripsi ini.
6. Seluruh Ibu/ Bapak Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan dedikasinya sebagai pengajar dan
memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan
kepada penulis selama dalam masa perkuliahan.
7. Keluarga tercinta penulis, Ayahanda tercinta Abdul Hamid, S.Ag dan
Ibunda tercinta Nasiah, adek-adek penulis Syahrul Furqan, Fajar Nur
Syamsu dan Rasyid Syidiq yang senantiasa tanpa hentinya mendoakan
kebahagiaan dan kesuksesan penulis, dan juga dukungan berharga
iv
sekali baik moril maupun materil dalam proses selama studi di kampus
tercinta ini.
8. Pengurus Yayasan Pendidikan Islam Sunanul Husna, khususnya kepada
‘Amir Jamaah Tabligh Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, beserta para karkun
(Jamaah-jamaanya). Serta semua pihak yang telah membantu
memberikan data-data demi terselesainya skripsi ini.
9. Keluarga Besar KPI B angkatan 2006, Badru Tamam, Deni Sofiansyah,
Hari Haryanto, Davik Nurul Fitron, Asep Faiz Muis, Didi Rustandi,
Dedi Kurniansyah, Hamiludin Ismail, Fachmi Ali, Desti, Dian Putra,
Nurhasanah, Nisfi Ramadiati, Dini Utami, Devi Rahayu, Dian
Komalasari, Hendro Sumaryadi, Ida Nurul Huda, Gita Andini, Fitri
Susilawati, Fitriani, Fathonah, Fifit Fitriansyah. Untuk semuanya
Penulis ucapkan terimakasih karena telah memberi keceriaan dengan
indahnya persahabatan yang telah kalian berikan, yang telah menjadi
keluarga serta inspirasi bagi penulis.
10. Keluarga Besar KKS Puraseda-Leuwiliang-Bogor “Dapur Intelek”
tahun 2009.
11. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu berbagai hal dalam proses penyelesaian
studi penulis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan-
kekurangan, namun penulis berharap penelitian ini menambah pengetahuan bagi
v
pihak yang membutuhkan. Penulis sangat berharap kritikan dan masukan dalam
rangka perbaikan penulisan skripsi ini.
Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi semua usaha yang kita lakukan. Amin...
Jakarta, 20 September 2010Penulis,
Fikri Rivai
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat penelitian................................................... 8
D. Metodologi Penelitian................................................................ 9
E. Kajian Pustaka…....................................................................... 11
F. Sistematika penulisan................................................................ 12
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Dakwah…………………………………………… 13
B. Unsur-unsur Dakwah…………………………………………. 15
1. Subjek Dakwah……………………………………….. 15
2. Objek Dakwah…………………..……..………………18
3. Materi Dakwah.............................................................. 19
4. Metode Dakwah…………………..…………..……… 23
5. Tujuan Dakwah………………….…............................ 27
vii
6. Media Dakwah…………..………. ………………... 28
C. Pengertian Aktivitas Dakwah………………………………. 29
D. Organisasi Dakwah……………………………………….… 35
1. Pengertian Organisasi………………………….…… 35
2. Pengertian Organisasi Dakwah…………….….…… 36
BAB III PROFIL KH. NAJIB AL-AYYUBI DAN GAMBARAN UMUM
TENTANG JAMAAH TABLIGH
A. Profil Drs. KH. Najib Al-Ayyubi
1. Latar Belakang Keluarga............................................. 38
2. Latar Belakang Pendidikan……………...................... 38
3. Pengalaman Dakwah……………............................... 40
B. Gambaran Umum Tentang Jamaah Tabligh
1. Latar Belakang/Landasan Pemikiran Jamaah
Tabligh……………………………………………… 41
2. Sejarah Berdirinya Jamaah Tabligh………………… 42
3. Ajaran Pokok Jamaah Tabligh……………………… 44
4. Program Kegiatan Jamaah Tabligh…………………. 45
5. Visi dan Misi Jamaah Tabligh……………………… 46
6. Media Dakwah……………………………………… 46
7. Struktur Organisiasi……………………………….... 46
viii
BAB IV BENTUK-BENTUK KEGIATAN DAN MEDIA DAKWAH KH.
NAJIB AL-AYYUBI DI JAMAAH TABLIGH
A. Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah Drs. KH. Najib Al-Ayyubi di
Jamaah Tabligh.................................................................... 48
1. Dakwah Bi al-Lisan……………………….……... 52
2. Dakwah Bi al-Haal……………………….……… 53
B. Media Dakwah Drs. KH. Najib Al-Ayyubi di Jamaah
Tabligh…………………………………………….…….... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... 63
B. Saran-saran......................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah Islam adalah suatu cara bagaimana menyampaikan ajaran-
ajaran agama Islam kepada seluruh umat manusia dan mengajak mereka
untuk berkomitmen kepada Islam pada setiap kondisi dan dimana mereka
berada yang benar-benar profesional di bdang dakwah dan mengetahui tata
cara pun berada, dengan sarana tertentu dan tujuan tertentu.
Dakwah adalah suatu kewajiban bagi setiap umat Islam yang
beriman kepada Allah SWT, baik bagi sekelompok orang atau individu
yang mengerti, memahami bahkan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
Dengan kata lain menyampaikan dakwah dengan baik. Istrilah ini lebih
dikenal dengan sebutan da’i atau mubaligh.1
Allah menciptakan manusia disertai dengan akal pikiran suatu
tanda kelebihan dan keutamaan dari makhluk Allah yang lain. Allah
memberikan akal kepada manusia agar dengan akal tersebut ia dapat
membeakan mana hal-hal dan mana hal-hal yang buruk. Dengan akalnya
pula manusia diharapkan mengerjakan apa yang seharusnya diperintahkan
dan meningalkan apa yang seharusnya dilarang.
1 Asumi Syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah (Surabaya, Al-Ikhlas, 1983)
2
Tetapi setiap akal yang Allah berikan kepada manusia memiliki
sifat kelemahan dan keterbatasan, lebih-lebih untuk memahami hal-hal
yang ghaib dan yang ada di luar jangkauan itu sendiri.
Dakwah merupakan suatu kewajiban syar’i berdasarkan firman
Allah SWT:
Artinya: Dan hendaklah ada diantra kamu segolongan umat yangmenyeru kepada kebajikan, menuruh kepada yang ma’ruf dan mencegahdari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung (Ali-Imran:104).
Seiring dengan perkembangan jaman, dakwah terus berkembang
diikuti dengan perkembangan metode serta medianya. Pada dasarnya
banyak cara dan upaya maupun strategi yang dapat dipakai dalam
pelaksanaan dakwah Islam salah satunya adalah dengan lisan, dalam Al-
Qur’an Allah berfirman:
Artinya: Serulah manusia kepada jalan tuhan-Mu dengan hikmah danpelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik,sesungguhnya tuhan-Mu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yangtersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orangyang mendapat petunjuk (An-Nahl: 125).
3
Pada dasarnya dakwah merupakan ajaran agama yang ditujukan
sebagai rakhmat untuk semua, yang membawa nilai-nilai positif, seperi al-
amn (rasa aman, tentram, sejuk). Ada dua segi dakwah yang tak dapat
dipisahkan tetapi dapat dibedakan, yaitu menyangkut isi dan bentuk,
subtansi dan forma, pesan dan penyampaian, esensi dan metode. Dakwah
menyangkut kedua-duanya sekaligus dan tidak terpisahkan. Hanya saja,
perlu disadari bahwa isi, subtansi, pesan dan esensi senantiasa mempunyai
dimensi universal, yang tidak terkait oleh ruang dan waktu. Dalam hal ini
subtansi dakah adalah pesan keagamaan itu sendiri, itulah sisi pertama.
Sisi kedua, meskipun tidak kurang pentingnya dalam dakwah,
yakni sisi bentuk, forma, cara penyampaian dan metode, disebutkan dalam
Al-qur’an sebagai Syir’ah atau Minhaj yang dapat berbeda-beda menurut
tuntunan ruang dan waktu.
Dalam penyajian materi dakwah, Al-qur’an terlebih dahulu
meletakan prinsipnya bahwa manusia yang dihadapi (mad’u) adalah
makhluk yang terdiri dari unsur jasmani, akal dan jiwa sehingga dia harus
dilihat dan diperlakukan dengan keseluruhan unsur-unsurnya secara
serempak serta simultan, baik dari segi materi dan waktu penyajiannya.
Dakwah merupakan amalan yang dapat memotivasi kita dalam
beribadah. Dakwah juga merupakan tugas rosul yang harus dicontoh dan
merupakan kehidupan yang berkah dalam ridha Allah, memperoleh rakmat
4
Allah, serta akan menerima balasan yang terus menerus dan berlipat
ganda.
Perjalanan dakwah tidak selalu dihiasi dengan bunga-bunga dan
buah-buahn yang menyenangkan tetapi dakwah merupakan suatu jalan
yang penuh dengan cobaan dan rintangan dan memiliki perjalanan yang
panjang. Pertarungan antara yang hak dan yang bathil merupakan suatu
fenomena nyata yang digambarkan semenjak dakwahnya para nabi hingga
saat ini. Dakwah yang selalu mengajak kepada kebaikan, kepada yang hak
akan selalu bertentangan dengan kebathilan yang diserukan oleh godan
syaitan. Oleh karena itu dakwah diperlukan kesabaran dan ketabahan yang
kuat dalam memikul tanggung jawab ini. Bukan hanya kesabaran dan
ketabahan, berdakwah juga harus sering-sering berkorban tanpa
mengahrapkan hasil yang diinginkan. Dakwah memerlukan usaha yang
maksimal dan istiqamah dan hasilnya kita serahkan kepada Allah. Namun
demikian, Allah memberikan balasan yang setimpal kepada mereka yang
berdakwah. Firman Allah SWT:
Artinya: Sebenarnya kami melontarkan yang hak kepada yang bathil laluyang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang bathil itulenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati (Allahdengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya) (Al-Anbiya: 18).
Dalam ayat ini jelas digambarkan bahwa al-haq pasti menang dan
kebathilan pasti lenyap. Dakwah yang dilaksanakan terus-menerus akan
5
memperolah kemenangan atas kebathilan. Adanya kesulitan dan cobaan
memang sering terjadi bagi seorang yang sedang berdakwah, hal ini terjadi
dari adanya gangguan dari golongan syaitan dan musuh-musuh Allah.
Tetapi fenomena ini sesuatu hal yang telah terulang kali terjadi sejak
jaman silam dan akan terus terulang di jaman ini. Dan Allah akan
memberikan balasan kepada mereka yang berdakwah dan konsisten
menjalankan dakwahnya.
Dakwah sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim dalam
rangka menyambungkan agama. Dakwah harus dilakukan sesuai dengan
perkembangan zaman sekarang yang sudah maju dalam hal teknologi
maupun ilmu pengetahuan. Sebab aktivitas dakwah yang maju akan
membawa pengaruh terhadap kemajuan agama dan sebaliknya aktivitas
dakwah yang lesu akan berakibat pada kemunduran agama karena ada
hubungan timbal balik seperti itu, maka dapat dimengarti jika Islam
meletakan kewajiban dakwah diatas setiap pemeluknya.
Aktivitas dakwah bagi umat Islam bagaikan urat nadi, karena
dakwah merupakan aktualisasi nilai dan konsep teologis yang
dimanifestasikan dalam suatu aktivitas manusia beriman dalam
berkehidupan bermasyarakat. Dakwah dilakukan secara sadar, terencana
untuk mempengaruhi dan bertingkah laku baik dalam tatanan realitas
inividu sosio cultural untuk dapat merealisasikan ajaran Islam ke dalam
semua aspek kehidupan dengan cara-cara tertentu.
6
Aktivitas dakwah juga sangat berperan penting, mengingat
aktivitas dakwah merupakan bagian yang integral dari seseorang, dimana
bila seseorang meyakini dan menjalankan agamanya dengan sungguh-
sunguh akan tercipta ketentraman dan kebahagiaan. Hal ini dapat
dimengarti karena di dalam agama memberikan ketenangan hati, mengatur
dan mengendalikan tingkah laku, sikap dan merasa takut melanggar
aturan-aturan agama.2
Seperti seorang ulama KH. Najib Al-Ayyubi, beliau adalah seorang
ulama muda asal Parung sekaligus seorang da’i. Beliau adalah seorang
ulama yang memiliki tekad, mental serta kesabaran yang kuat dalam
berdakwah dengan ilmu yang beliau miliki.
Cara beliau dalam menyampiakan pesan dakwah sangatlah
sederhana tetapi memiliki makna yang mendalam bagi para jamaahnya.
Biasanya beliau berceramah membicarakan tentang Tauhid, Syariat dan
kisah-kisah tauladan yang diajarkan oleh Rasul dan para Sahabat-
sahabatnya. Dan biasanya beliau sebelum memulai berceramah diawali
dengan menybutkan kebesaran Allah beserta nikmat-nikmat-Nya yang
telah Dia berikan.
Atas latar belakang tersebut, peneliti sengaja mencoba mengkaji
tokoh yang masih hidup kerena dapat mempermudah dalam mencari data
dan lebih akurat. Maka dari pemaparan di atas perlu sekali untuk mengkaji
2 Zakiah Darajat, Peranan Agama Dalam Kesehatan (Jakarta: Haji Maragung, 1990) CetKe. 22 h.72
7
seputar aktivits dakwah K.H. Najib Al-Ayyubi Oleh karena itu, penulis
membuat karya ilmiah yang berjudul “AKTIVITAS DAKWAH K.H.
NAJIB AL-AYYUBI DI JAMAAH TABLIGH”
A. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Banyak hal yang bias dibahas pada diri KH. Najib Al-Ayyubi
dalam dakwahnya di Jamaah Tabligh, seperti dakwah jamaah tabligh
secara nasional atau internasional, agar skripsi ini lebih terarah, penulis
merasa perlu membuat batasan masalah yakni dengan menekankan
aktivitas dakwah Jamaaah Tabligh hanya di wilayah Pondok Ranji dan
sekitarnya. Selain itu juga menekankan pada peranan KH. Najib Al-
Ayyubi dalam dakwah Islamiyahnya.
2. Rumusan Masalah
Untuk selanjutnya peneliti merumuskan permasalahan berikut
beberapa pertanyaan, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk-bentuk aktivitas dakwah K.H. Najib Al-Ayyubi
di Jamaah Tabligh?
2. Media apa yang digunakan dalam menyebarkan pesan dakwahnya?
8
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dibahas, maka terdapat beberapa
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
a. Menggambarkan secara detail tentang bentuk-bentu aktivitas
dakwah.
b. Media seperti apa yang digunakan dalam menyebarkan pesan
dakwahnya.
2. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat,
yaitu:
a. Manfaat Akademis
Kajian tentang dakwah melalui pemikiran dan aktivitas ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan
dakwah dewasa ini, khususnya bagi mahasiswa untuk terus
mengemangkan dan melakukan penelitian lanjutan sehingga hal ini dapat
ditempuh, maka ia akan memberi sumbangan yang cukup berarti bagi
perkembangan dakwah yang aktual.
9
b. Manfaat Praktis
Semoga dalam penelitian ini dapat menambah ilmu dan
memperluas wawasan dalam berdakwah tentang bagaimana umat
menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
C. Metode Penelitian
Dalam penulisan hasil penelitian ini, penulis menggunakan metode
penelitian observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Pengumpulan Data
1. Observasi
Yaitu melakukan pengamatan langsung dengan mengkuti aktivitas
dan ceramah beliau untuk memperoleh data yang diperlukan. Selain itu
penulis mengamati dengan cara tidak langsung dengan cara mengamati
perkembangan serata perjalanan dakwah KH. Najib Al-Ayyubi
2. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan suatu alat pengumpulan data
informasi langsung tentang beberapa jenis data. Penulis mengadakan
dialog secara langsung dengan KH. Najib Al-Ayyubi dan mewawancarai
orang-orang terdekatnya seperti mewawancarai anak dari KH. Najib Al-
Ayyubi dan sebagian lagi dari para murid dan orang terdekatnya.
10
3. Dokumentasi
Data yang diperoleh dari buku-buku tertentu atau dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan apa yang diteliti penulis dan internet
dengan membuka situs-situs yang sangat berkaitan dengan penelitian
tersebut.
b. Teknik Analisis Data
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini dapat menunjukan pada
penelitian tentang kehidupan masyarakat, tingkah laku, juga tentang
aktivitas dalam sebuah kelompok atau jamaah.
Metode yang digunakan adalah dengan metode deskriptif analitik.
Metode ini adalah dengan mencoba memaparkan atau menggambarkan
tentang aktivitas dakwah Drs. KH. Najib Al-Ayyubi. Penelitian ini
mengambil sumber data penelitian dari hasil penelitian observasi dan
wawancara.
c. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Pendidikan Islam Sunanul
Husna yang terletak di Kec. Ciputat Timur Tangerang, sebagai tempat
11
Markaz Jamaah Tabligh se-Kelurahan Pondok Ranji penelitian ini
dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai dengan penelitian ini dilakukan.
D. Kajian Pustaka
Penelitian tentang aktivitas dakwah telah dilakukan oleh beberapa
penelitiantara lain, dengan judul Aktivitas Dakwah KH. Amiruddin Said,
SQ. M.A di Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri, Oleh Lutfi Anwar
(104051001833), Aktivitas Dakwah Habib Hasan bin Ja’far Asseqaf di
Majlis Taklim Nurul Mustofa Ciganjur Jakarta Selatan, Oleh Muthmainah
(204051002839), Aktivitas Dakwah Habib Munzir Al-Musawa di Majlis
Rasulullah SAW, Oleh Nulin Nuha (104051001849), yang diajukan
sebagai skripsi di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dari sekian judul skripsi yang mengangkat tentang aktivitas
dakwah, sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti dan mengkaji
tentang dakwah Jamaaah Tabligh.
Sebagai bahan pertimbangan dan pembandingan untuk mengkaji
aktivitas dakwah Jamaah Tabligh penulis mencoba mengumpulkan,
membaca dan mengumpulkan buku-buku yang sekiranya dapat dijadikan
rujukan.
12
E. Sistematika Penulisan
Untuk penulisan penelitian ini, pokok permasalahannya akan
dibagi menjadi lima bab. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai
berikut :
BAB I, Pendahuluan : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian,
Sistematika Penulisan.
BAB II, Landasan Teoritis :, Pengertian Dakwah, Unsur-unsur Dakwah
dan Pengertian Aktivitas Dakwah
BAB III, Profil Drs. KH. Najib Al-Ayyubi dan Gambaran Umum
Tentang Jamaah Tabligh : Sejarah Kelahiran K.H. Najib Al-Ayyubi,
Latar Belakang Pendidikan K.H. Najib Al-Ayyubi, Pengalaman Dakwah
KH. Najib Al-Ayyubi dan Gambaran Umum Tentang Jamaah Tabligh
BAB IV, Bentuk-bentuk Aktitas dan Media Dakwah Drs. KH. Najib
Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh : Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah KH.
Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh, Media Dakwah. KH. Najib Al-
Ayyubi di Jamaah Tabligh.
BAB V, Penutup : Kesimpulan dan Saran-saran
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Dakwah
Dalam buku ensiklopedi Islam, kata dakwah adalah kata dasar atau
masdar. Kata kerjanya adalah da’a, yang mempunyai arti memanggil,
menyeru, atau mengajak. Setiap gerakan yang bersifat menyeru, atau
mengajak, dan memanggil orang untuk beriman dan taat pada perintah
Allah SWT. Sesuai garis kaidah, syariat, dan akhlak islamiyah.1
Dakwah ditnjau dari segi etimologi atau asal kata, dakwah
memiliki makna yang bermacam-macam yang diantaranya:
1. An-Nida artinya memanggil
2. Menyeru atau mendorong kepada sesuatu
3. Menegaskan atau Membelanya
4. Suatu usaha atau perkataan untuk menarik manusia kesuatu aliran
atau agama
5. Memohon dsn meminta yang sering disebut do’a.
Ditinjau dari segi epistemologi dakwah berarti dakwatan
panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa
1 Ensiklopedi Islam (Jakarta:Ichtiar Can Hoeve, 1999),h.280
13
14
arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja atau fi’ilnya adalah
da’a – yad’u yang berarti memanggil, menyeru atau mengajak.2
Ditinjau dari segi termenologi, dakwah memiliki definisi-definisi
seperti:
Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab, mendefinisikan dakwah
sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi
kepada situasi yang lebih baik (dari yang awalnya berprilaku buruk sampai
kepada arah yang lebih baik) dan sempurna. Baik kepada pribadi maupun
kepada masyarakat, dan dakwah seharusnya berperan dalam pelaksanaan
ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.3
Menurut Muhammad Natsir, dalam tulisannya yang berjudul
“fungsi dakwah dalam rangka perjuangan mendefinisikan pengertian
dakwah sebagai berikut:
Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan
manusia dan seluruh umat tentang konsep Islam, pandangan dan tujuan
hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amal ma’ruf nahi munkar,
dengan berbagai media dan cara yang diperbolehkan dan membimbing
pengalaman dalam peri kehidupan perseorangan, peri kehidupan berumah
tangga (usrah), peri kemasyarakatan dan peri kehidupan bernegara.4
2 Abd. Rasyid Shaleh, Manajemen dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986) Cet. Ke-2 h. 7
3 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam KehidupanMasyarakat, (Bandung: Mizan 1998) cet ke-17 h. 194
4 Abd. Rasyid Shaleh, op.cit. h. 8
15
Sayyid Quthub sebagaimana dikutip A. Ilyas Ismail,
mendefinisikan dakwah sebagai usaha orang beriman untuk mewujudkan
sistem ajaran Islam dalam realitas kehidupan atau usaha orang beriman
untuk mengokohkan sistem Allah dalam kehidupan manusia, baik pada
tataran individu, keluarga, masyarakat, dan umat demi kebahagiaan dunia
dan akhirat.5
Didin Hafiduddin, kini Ketua Badan Amil Zakat Nasional,
mengatakan dakwah dalam pengertian integralistik merupakan proses yang
berkesinambungan yang ditangani para pengemban dakwah untuk
mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk jalan Allah Swt dan secara
bertahap menuju kehidupan Islami.6
Sementara itu, menurut Fawwaz bin Hulayil dakwah adalah
mengajak manusia kepada Allah swt. Hal ini dapat bermakna menghimbau
manusia untuk melaksanakan apa yang Allah pertintahkan dan
meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Hal ini mencakup pula:
memerintahkan mereka kepada semua kebaikan, dan melarang mereka dari
semua kejahatan.7
B. Unsur-unsur Dakwah
a. Subjek Dakwah
5 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, h. 147.6 Didin Hafiduddin, Dawah Aktual, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), h. 77.7 Fawwaz bin Hulayil bin Rabah As Suhaimi, Manhaj Dakwah Salafiyah, (Yogjakarta:
Pustaka Al Haura, 2003), h. 52.
16
Subjek dakwah adalah orang-orang yang melakukan dakwah, yaitu
orang-orang yang berusaha mengubah stuasi sesuai dengan ketentuan-
ketentuan Allah SWT, baik secara inividu maupun kelompok (organsasi)
sekaligus sebgai pemberi informasi dan pembawa misi atau lebih jelas
disebut da’i. 8
Nasarudin Lathief mandefiniskan bahwa da’i adalah muslim dan
muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok. Ahli
dakwah adalah wa’ad, muballigh mustama’in (guru penerang) yang
menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran agama Islam.9
Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang
Allah swt, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan
dakwah untuk memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi
manusia, juga metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar
pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.10
Da’i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah.
Sebagai pelaku sebagai pengerak kegiatan dakwah, da’i juga menjadi salah
satu faktor penetu keberhasilan atau kegagalan dakwah. Pada dasarnya
da’i adalah penyeru ke jalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan
8 M. Hanif Asrof, Pemahaman dan Pengalaman dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas,1993) CetKe-1 h. 179
9 Nasarudin Lathief, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, (Jakarta: PT. Firma Dara, tt),h. 11.
10 Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardawi: Harmoni Antara Kelembutandan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), h. 18
17
pejuang (mujahid) yang mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam
realita kehidupan umat manusia. 11
Sebagai penyeru ke jalan Allah, da’i harus mempunyai pemahaman
yang luas mengenai Islam sehingga da’i dapat menjelskan ajaran Islam
kepada masyarakat dengan baik dan benar. Da’i juga harus mempunyai
semangat dan ghirah keislaman yang tinggi yang menyebabkan da’i setiap
saat dapat menyeru manusia kepada kebaikan dan mencegah dari
kejahatan, meskipun untuk hal itu seorang da’i harus menghadapi
tantangan dan cobaan yang benar. 12
Karena pentingnya fungsi da’i ini, maka banyak ayat Al-Qur’an
dan Hadits yang memberikan sifat-sifat dan etika yang harus dimiliki da’i.
Quraish Shihab menambahkan bahwa dari masing-masing wahyau
pertama Al-Qur’an telah terlihat dengan jelas prinsip-prinsip yang
digariskan Al-Qur’an bagi manusia pelaku dakwah, yaitu:
a. Da’i harus selalu membaca yang tertulis dan tertulis segala hal yang
berhubungan dengan masyarakatnya agar dakwahnya selalu segar
dan menyentuh, sesuai dengan ayat yang pertama kali turun.
b. Da’i harus sap mental menghadapi situasi yang akan dialaminya
11 Ismail, Paradigma Dakwah Syyid Quthub (Jakarta : Pena Madani, 2006) cet ke- 1 h.311
12 Ismail, Paradigma Dakwah Syyid Quthub, 311
18
c. Da’i harus memiliki sikap mental yang terpuji, sadar akan imbalan
yang akan di dambakan dari upaya dakwah sesuai dengan surah Al-
Mudatsir.13
b. Objek Dakwah
Oleh karena sasarana dakwah ini bermacam-macam, baik dari segi
usia psikologi serta yang lebih penting dari segi tingkat pengetahuan sang
mad’u yang sangat mempengaruhi dalam menagkap isi pesan dakwah
yang disampaikan oleh da’i tersebut. Maka hendaklah seorang da’i harus
mampu mengusasi siapa yang akan menjadi sasaran dakwahnya dari segi
aspek kehidupan secara utuh dari keseluruhan, baik sebagai makhluk
pribadi, makhluk sosial, maupun sebagai makhluk yang memiliki
hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesame makhluk lainnya.
Sesungguhnya seorang da’i membutuhkan pemahaman yang benar
terhadap dakwah, metode yang baik dalam menyampaikan dan sungguh-
sungguh dalam mentarbiyahkan para pengikutnya. Kegagalan salah satu
dari ketiga hal tersebut akan mendatangkan bahaya besar bagi amal islami
secara keseluruhan.14 Oleh karena itu seorang da’i harus mendekati mad’u
benar-benar dari titik taraf pemahaman mad’u, bukan dari titik
pemahaman sang da’i.
13 Quraish Shihab, Dakwah Dalam Al-Qur’an As-Sunnah (Jakarta: 1992) h. 314 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah (Solo: Inter Media, 1998) Cet ke-2 h. 196
19
Dalam buku yang di tulis dalam Basrah Lubih juga di jelaskan,
yang di maksud dengan mad’u adalah orang-orang yang menerima pesan
dari da’i dan ini biasanya kita kenal dengan sebutan ojek dakwah (dalam
Bahasa Arab disebut mad’u). Dikatakan pula objek dakwah
diklasifikasikan menurut:
1. Bentuk Masyarakat, bantuk ini dapat kita bagi menjadi berdasarkan
letak geografis seperti masyarakat kota, desa dan primitif.
2. Aqidah, dalam kaca mata aqidah manusia tebagi muslim dan non
muslim
3. Status Sosial, pada dasarnya statifikasi sosial ini terbagi pada
pejabat, rakyat jelata, kaya dan miskin.15
Da’i yang tidak memiliki kemampuan yang cukup tentang
masyarakat yang akan menjadi mitra dakahnya adalah calon-calon da’i
yang mengalami kegagalan dakwahnya jika hal diatas telah dikuasai, maka
da’i hanya menunggu hasil dari semuanya.
c. Materi Dakwah
Sedangkan menurut M. Munir dan Wahyu Illahi dalam bukunya
Manajemen Dakwah membagi materi dakwah menjadi empat bagian,
yaitu: akidah, syariah, mu’amalah, dan akhlak.16
15 Basraih Lubih, Ilmu Dakwah (Jakarta: CV. Tursina, 1993) Cet ke-1 h. 46
20
1) Masalah Akidah (Keimanan)
Aspek akidah ini yang membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh
karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah
masalah akidah atau keimanan. Akidah yang menjadi materi utama
dakwah yang mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan
kepercayaan agama lain, yaitu:
a) Keterbukaan melalui persaksian (syahadat). Seorang muslim harus
selalu jelas identitasnya.
b) Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa
Allah adalah tuhan seluruh alam, bukan tuhan kelompok atau bangsa
tertentu.
c) Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal
perbuatan. Dalam ibadah pokok yang merupakan manifestasi dari
iman yang dipadukan dengan segi-segi pengembangan diri dan
kepribadian seseorang dengan kemaslahatan masyarakat yang
menuju pada kesejahteraan. Karena akidah memiliki keterlibatan
soal-soal kemasyarakatan.
2) Masalah Syariah
Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat
seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari
16 M. Munir dan Wahyu Illahi Manajemen Dakwah, (Jakarta, Prenada Media, 2004), h.24-31
21
kehidupan umat Islam di berbagai penjuru dunia, dan sekaligus merupakan
hal yang patut dibanggakan. Kelebihan dari materi syariah umat Islam
antara lain adalah ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Syariah ini
bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat Muslim dan non-
Muslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan adanya materi syariah
ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur.
Syariah dan hukum bersufat komprehensif yang meliputi segenap
kehidupan manusia. Kelengkapan ini lahir konsepsi Islam tentang
kehidupan manusia yang diciptakan untuk memenuhi ketentuan yang
membentuk kehendak Illahi. Materi dakwah yang menyajikan unsur
syariah harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi yang
jelas di bidang hukum dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib,
mubah (dibolehkan), dianjurkan (mandup), makruh (dianjurkan untuk
tidak dilakukan), dan haram (dilarang).
3) Masalah Muamalah
Islam merupakan agama yang menekankan urusan muamalah lebih
besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak memerhatikan
aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah
agama yang menjadikan seluruh bumi masjid, tempat pengabdian kepada
Allah.
22
4) Masalah Akhlak
Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari
“khuluqun” yang berati budi pekerti, peringai, dan tingkah laku atau tabiat.
Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlak berkaitan dengan
masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang mempengaruhi perilaku
manusia. Akhlak bagi Al-Farabi adalah jalan keutamaan-keutamaan yang
dapat menyampaikan manusia kepada tujuan hidupnya yang tertinggi,
yaitu kebahagiaan. Mempelajari akhlak berarti mengetahui berbagai
kejahatan atau kekurangan yang dapat merintangi usaha mencapai tujuan
tersebut.17
Menurut Barnawi Umari dalam bukunya Azas-azas Dakwah bahwa
apabila kita melihat materi dakwah secara rinci akan mendapat susunan
materi dakwah sebagai berikut:
1. Aqidah 4. Kebudayaan
2. Hukum 5. Nahi Munkar18
3. Pendidikan 6. Akhlak
4. Sosial 7. Ukhuwah
5. Amar ma’ruf
Menurut sumber dakwah dapat di gunakan dua bagian, yaitu:
1. Al-Qur’an dan Hadits
17 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru VanHoove, 2002), h. 190.
18 Barnawi Umari, Azas-azas Dakwah (Jakarta: Pendidkan Ramadhani, 1996) Cet ke- 3 h.56
23
Agama Islam adalah agama yang menganut ajaran kitab Allah
SWT yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits, yang keduanya adalah sumber
utama ajaran Islam. Oleh karena itu kajian materi dakwah tidak boleh
terlepas dari dua segmen penting diatas.
2. Ro’yu Ulama
Pendapat ijtihad para ulama yang bias dijadikan pedoman, seperti
halnya jumhur ulama, menetapkan hala atau haramnya sesuatu, kita harus
mematuh akan hal tersebut.
d. Metode Dakwah
Metode berasal dari Bahasa Jerman, metodica artinya ajaran
tentang metode. Dalam Bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos
artinya jalan yang dalam Bahasa Arab disebut Thariq.19
Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki
pengertian, suatu cara biasa ditempuh atau cara yang ditentukan secara
jelasa atau untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana,
sistem, tata piker manusai. Sehingga metode dakwah adalah jalan atau cara
yang dipakai juru dakwah untuk menyapaikan ajaran materi dakwah,
dalam penyampaiannya suatu ajaran dakwah metode sangat penting
19 Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996) Cet ke- 1 h. 35
24
perannya, suatu pesan walaupun baik tapi disampaikan lewat metode yang
tidak benar, pesan itu bias jadi ditolak oleh sipenerima.
Dalam membahas pengertian metode dakwah ini marilah kita
cermati beberapa pendapat ahli, yaitu;
1. Drs. Abdul Karim Zaidan
Metode dakwah adalah suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan cara penyampaian (tabligh) dan berusaha melenyapkan gangguan-
gangguan yang akan merintangi.20
2. Drs. Kha. Syamsuri Siddiq
Metode barasal dari bahasa latin, methodos artinya “cara” atau
bekerja. Di Indonesia sering dibaca metode. Logis jugaberasal dari bahasa
latin artinya “ilmu” lalu menjadi kata majemuk methodologi artinya ilu
cara bekerja, jadi methodologi dakwah dapat diartikan sebagai ilmu cara
berdakwah.21
3. Drs. Salahuddin Sanusi
Metode berasal dari methodus yang artinya jalan ke metode yang
telah mendapat pengertian yang diterima oleh umum yaitu cara-cara
20 Dr. Abdul Karim Zaidan, Ushulud Dakwah (Bagdad: darul Amar Al-Khathah, 1975) h.6
21 Drs. H. Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah (bandung: Al-Maarif, 1981)h. 13
25
prosedur atau rentetan derakan usaha tertentu untuk mencapai suatu
tujuan. Metode dakwah ialah cara-cara penyampaian ajaran Islam kepada
individu, kelompok ataupun masyarakat supaya ajaran itu dengan cepat
dimiliki, diyakini serta dijalankan.22
Pedoman utama yang tidak akan pernah berubah sampai akhir
zaman yang bersifat dinamis, universal ialah Al-Qur’an dalam surah An-
Nahl ayat 125:
Artinya; Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah danpelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yangtersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orangyang mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl: 125).
Dalam ayat ini metode dakwah ada tiga yaitu, (a) Bi al-Hikmah, (b)
Mauizatul Hasanah, (c) Mujadalah Bi al-Latihya Ahsan. Dari ayat tersebut
secara garis besar ada tiga pokok metode (thariqah) dakwah, yaitu:
1. Hikmah, yaitu berdasarkan dengan memperhatikan situasi dan
kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan
mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran agama Islam
selanjutnya mereka tidak lagi merasa terpaksa dan keberatan.
22 Drs. Salahuddin Sanusi, Metode Diakui Dalam Dakwah (Semarang: CV. Ramdani)
26
2. Mau’izah Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasehat-
nasehat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih
saying, sehingga nasihat ajaran Islam yang disampaikan itu dapat
menyentuh hati mereka.
3. Mujadalah, yaitu berdasarkan dengan cara bertukar pikiran dan
membantah dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak memberikan
tekanan-tekanan dan tidak la dengan menajlankan yang menjadi
sasaran dakwah.23
Menurut Ahmad Mustofa Al-Maraghi menjelaskan tenang
pembagian metode dakwah yang terdapat dalam surah An-Nahl ayat 125
sebagai berikut:
1. Hikmah, ucapan yang jelas, diiringi dengan dalil yang memperjelas
kebenaran serta menghilangkan bagi keraguan.
2. Al-Mau’zah Al-Hasanah, melalui dalil-dalil yang zhani
(meyakinkan) yang melegakan bagi orang awam.
3. Jadilhum billati hiya Ahsan, percakapan dan bertukar piker untuk
memuaskan bagi orang-orang yang menantang.24
23 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1990) Cet ke-1 h. 14724 Imam Ahmad Mustofa, Al-Maraghi (Beirut: darul Ihya Turas Al-araby) h. 158-159
27
e. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah adalah merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dengan tujuan itulah dapat dirumuskan suatu landasan tindakan
dalam pelaksanaan dakwah. 25
Sedangkan tujuan dari tinjauan dakwah adalah untuk memanggil
kepada syariat dan memecahkan persoalan hidup perseorangan atau
berumah tangga, berjamaah, bermasyarakat, berbangsa, bersuku bahasa,
bernegara dan berantar negara. Dakwah juga bertujuan memanggil kepada
fungsi hidup sebagai hamba Allah, diatas dunia terbentang luas ini yang
berisikan manusia sebagai jenis dan bermacam kepercayaan yakni fungsi
sebagai syuhada ‘ala an-nas, menjadi pelopor dan pengawas bagi umat
manusia. Dakwah juga dapat memanggil kepada tujuan hidup yang hakiki,
yakni menyembah Allah.26
Syakh Ali Mahfudz merumuskan bahwa tujuan dakwah ada lima
perkara:
1. Menyiarkan tuntunan Islam, membetulkan aqidah dan meluruskan
amal perbuatan manusia, terutama budi pekerti
2. Memindahkan hati dari kesadaran jelak kepada kesadaran yang baik
3. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persatuan diantara
kaum muslimin
25 H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia)(Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996) h. 33
26 M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya (Jakarta: Gema Insani press, 1999) Cet ke-1 h.70
28
4. Menolak faham ateisme, dengan mengimbangi dengan cara-cara
mereka bekerja
5. Menolak syubhat-syubhat, bid’ah dan khufarat atau kepercayaan
yang tidak bersumber dengan mendalami Ilmu Ushuluddin.27
f. Media Dakwah
Bila dilihat dari asal kata, media berasal dari bahasa latin yaitu
median yang berarti alat atau perantara, sedangkan menurut istilah media
adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk
mencapai tujuan tertentu.28
Dalam Kamus Istilah Komunikasi “media” berarti sarana yang
digunakan oleh komunkator sebagai saluran untuk menyampaikan pesan
kepada komunikasn, apabila komunikasi jauh tempatnya, banyak
jumlahnya atau keduanya. Jadi segala sesuatu yang dapat digunakan
sebagai alat bantu dalam berkomunikasi diseut media komunkasi adapun
bentuk dan jenisnya beraneka ragam.29
Berdasarkan pengertian di atas maka media dakwah segala sesuatu
yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwahyang
27 H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia)(Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996) h. 34
28 Asmuni Syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983)29 BC. TT,Kamus Istilah Komunikasi (Bandung: Djambatan, 1992) h. 227
29
telah ditentukan. Media dakwah yang dimaksud dapat berupa barang
(matrial), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.30
Menurut Asmuni Syukri dalam bukunya Dasar-dasar Strategi
Dakwah Islam, ada beberapa media yang dapat dijadikan sebagai media
dakwah di antaranya :
1. Lembaga pendidikan formal
2. Lingkungan keluarga
3. Organisasi-organisasi Islam
4. Hari-hari Besat Islam
5. Media massa (radio, televisi, film, buku, surat kabar, majalah,
internet dan lain-lain)
6. Seni budaya (music, drama, wayangdan lain-lain).31
C. Pengertian Aktivitas Dakwah
Dari penjelasan maksud diatas mengenai pengertian aktivitas dan
dakwah, dapat disimpulkan bahwa aktivitas dakwah disini berarti segala
aktivitas yang berhubungan dengan keagamaan atau berdakwah dalam
rangka untuk menjelaskan tentang Tuhan dan segala ajarannya. Aktivitas
dakwah juga dapat diartikan segala sesuatu yang berbentuk kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja yang mengarah terhadap
perubahan terhadap sesuatu (perbuatan seseorang yang belum baik agar
30 Asmuni Syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) h.176
31 Ibid h. 176
30
menjadi baik, serta kepada sesuatu yang sudah baik agar menjadi lebih
baikdan mulia disisi Allah SWT.
Dari definisi diatas ada beberapa prinsip yang menjadi subtansi
aktivitas dakwah sebagai berikut :
1. Dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu aktivitas yang
dilakukan dengan sadar dan sengaja
2. Usaha yang diselenggarakan itu adalah mengajak seseorang untuk
beramal ma’ruf dan nahi munkar untuk memeluk agama Islam
3. Proses penyelenggaraan tersebut dilakuakan untuk mencapai tujuan
tertentu yaitu untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup di dunia dan di akherat yang di ridhoi Allah SWT
Aktivitas dakwah ini cenderung kepada penyampaian materi dengan
berceramah untuk member nasehat dalam masalah kebenaran dan
ketakwaan untuk amar am’ruf dan nahi munkar. Aktivitas dakwah ini bisa
dilakuakan ditempat-tempat seperti, masjid-masjid, pesantren, madrasah,
rumah-rumah penduduk secara bergilir atau ditempet lapangan terbuka.
Aktivitas dakwah merupakan salah satu kewajiban umat Islam yang
secara tegas dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Ali-‘Imran ayat 104 yang
berbunyi :
31
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yangmenyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegahdari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali-‘Imran:104)
Aktivitas dakwah merupakas suatu kegiatan juru dakwah dalam
mengembangkan misi dakwahnya untuk mengubah mad’unya ke jalan
Allah SWT secara bertahap menuju kehidupan yang islami.
Secara subtansial, dakwah Islam merupakan aktivitas imani yang
dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam
bidang kemasyarakatan. Sebuah konsep dan formulasi epistimologis
tentang agama termediasi dalam dakwah kemudian dilaksanakan secara
teratur untuk mempengarui cara merasa, bersikap dan bertindak manusia
pada dataran kenyataan individual dan sosio cultural dalam rangka
mengupayakan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan
mempengaruhi cara-cara tertentu.32
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali aktivitas, kegiatan,
atau kesibukan yang dilakukan manusia. Namun, berarti atau tidaknya
kegiatan tersebut bergantung kepada individunya. Karena menurut Samuel
Soeitoe sebenarnya, aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan. Beliau
32 Amrullah Ahmad,Dakwah Islamiyah dan Pembaharuan Sosial (Yogyakarta: PLZPM,1983) cet ke-2 h.2
32
mengatakan bahwa aktivitas, dipandang sebagai usaha untuk mencapai
atau memenuhi kebutuhan.33
Merujuk pada pengertian aktivitas pada satu sisi dan dawah di sisi
lain, maka aktivitas dakwah dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan,
kesibukan, kerja, salah satu kegiatan kerja yang dilakukan di tiap bagian
atau suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para
pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk
ke jalan Allah Swt dan secara bertahap menuju perikehidupan islami.
Aktivitas dakwah merupakan bagian dari kehidupan keberagamaan
yang sangat urgen dalam Islam. Di dalamnya mengandung seruan atau
ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang buruk kepada
situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun
masyarakat. Dalam ajaran Islam aktivitas dakwah merupakan suatu
kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya.
Terwujudnya dakwah bukan sekedar usaha peningkatan
pemahaman keagamaan dalam tingkah lakudan pandangan hidup saja,
tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang
ini, dakwah harus lebih berperan menuju pelaksanaan ajaran Islam secara
menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.
33 Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan II, (Jakarta: FEUI, 1982), h. 52.
33
a. Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah
1. Dakwah bi al-lisan
Dalam Al-Qur’an menyebutkan bahwa dengan ahsana qaulan
(ucapan) dan perbuatan yang baik. Dalam surah Al-Fushlihat :33 :
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyerukepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "SesungguhnyaAku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Dakwah yang diungkapkan dalam ayat tersebut tidak hanya
dakwah terdimensi dengan ucapan atau tulisan tetapi juga dakwah dengan
perbuatan yang baik (uswah) seperti yang sudah di contohkna Rasulullah
SAW.
Yang dimaksud dakwah bi al-lisan adalah memanggil, menyeru ke
jalan Tuhan untuk kebahagiaan dunia akherat dengan menggunakan
bahasa manusia yang di dakwahi (mad’u).
Bahasa ke adaan dalam konteks dakwah bi al-lisan adalah segala
hal yang berhubungan dengan ke adaan mad’u baik psikologis maupun
fisiologis.
2. Aktivitas bi al-haal
Dakwah bi al-haal merupakan sebuah metode dakwah yakni
metode dakwah dengan menggunakan kerja nyata.
34
Melihat proses kejiwaan manusia, maka sebagai kumpulan
individu sudah pasti akan terkena pengaruh dari keteladanan dan taklid
baik pengaruh positif maupun pengaruh negative. Karena itu, Islam sangat
menaruh perhatian terhadap pemeliharaan masyarakatnya yaitu perintah
untuk selalu meneladani Rasulullah SAW atau orang yang berbuat
kebajikan.
Islam memerintah kita agar mengambil contoh (teladan) dan para
ahlul khair (orang-orang yang berfikir). Ahli kebenaran dan mereka yang
berakidah lurus.34 Secara tegas Islam menyuruh umatnya mengambil
teladan dari Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana Firman Allah:
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baikbagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S : Al-Ahzab: 21).
3. Aktivitas bi al-qalam
Dakwah bi al-qalam, yaitu dakwah dengan menggunakan
keterampilan tulis menulis berupa artikel atau naskah yang kemudian
dimuat di media majalah atau surat kabar, brosur, buletn, buku dan
sebagainya.
34 Mustofa Mansur, Teladan di Medan Dakwah. (Solo: era Intermedia, 2000), h.42
35
Dakwah seperti ini mempunyai kelebihan yaitu dapat dimanfaatkan
dalam waktu yang lebih lama serta luas jangkauannya, disamping itu
masyarakat atau satu kelompok dapat mempelajarinya sendiri.
D. Organisasi Dakwah
a. Pengertian Organisasi
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, organisasi adalah
kesatuan yang terdiri atas bagian didalam perkumpulan utuk tujuan
tertentu, selain itu organisasi juga dapat didefinisikan sebagai kelompok
kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.35 Sedangkan organisasi
menurut Schein adalah suatu koordinasi rasional sejumlah orang untuk
mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi
dari hirarki otokritas dan tanggung jawab.
Dapat dilihat pula definisi organisasi yang dikemukakan oleh
James. L. Gibson bahwa organisasi adalah entitas yang memungkinkan
masyarakat mencapai hasil-hasil tertentu, yang tidak mungkin dilakukan
individu-individu yang bertindak sendiri. Organisasi diciptakan oleh
prilaku yang diarahkan kepada pencapaian sebuah tujuan, individu-
individu yang berada didalamnya mengupayakan pencapaian-pencapaian
tujuan dan sasaran-sasaran yang dapat dilakukan secara lebih efektif dan
35. Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Departeman Pendidikan dan Kebudayaan: BalaiPustaka), h. 630
36
efisien. Hal tersebut melalui tindakan-tindakan individu-individu serta
kelompok-kelompok secara terpadu.36
b. Pengertian Organisai Dakwah
Pengorganisasian dakwah dapat dirumuskan sebagai “rangkaian
aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap
kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokan
pekerjaan yang harus dilakukan serta menetapkan dan menyusun jalinan
hubungan kerja diantara satuan-satuan organisasi atau petugasnya. 37
Pengorganisasian tersebut mempunyai arti penting bagi proses
dakwah. Sebab dengan pengorganisasian maka rencana dakwah menjadi
lebih mudah pelaksanaannya. Hal ini disebabkan oleh karena dengan
dibagi-bagikannya tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan dakwah
dalam tugas-tugasnya yang lebih terperinci serta diserahkan pelaksanaanya
kepada bebepara orang akan mencegah timbulnya kumulasi pekerjaan
hanya pada diri seorang pelaksana saja dimana kalau hali ini sampai
terjadi, tentulah akan sangat memberatkan dan menyulitkan.
36. J. Winandi, Teori Organisasi dan Pengorganisasian (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2006), h. 13
37. The Liang Gie (ed) Kamus Administrasi Gunung Agung: Jakarta, 1972, h. 292-293
37
Langkah-langkah pengorganisasian dakwah :
Berdasarkan pengertian tentang pengorganisasian dakwah
sebagaimana telah dirumuskan di muka. Maka pengorganisaian dakwah
terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membagi-bagi dan menggolong-golongkan tindakan-tindakan
dakwah dalam kesatuan-kesatuan tertentu.
2. Menentukan dan merumuskan tugas dari masing-masing
kesatuan, serta menempatkan pelaksanaan atau dari untuk
mekukan tugas tersebut
3. Memberikan wewenang kepada masing-masning pelaksana
4. Menetapkan jalinan hubungan.38
38. Abd. Rasyid Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta, Bulan Bintang : 1977) h. 78-79
BAB III
PROFIL DRS. KH. NAJIB AL-AYYUBY DAN GAMBARAN UMUM
TENTANG JAMAAH TABLIGH
A. Profil Drs. KH. Najib Al-Ayyubi
1. Latar Belakang Keluarga
Najib Al-Ayyubi, lahir di Bogor Jawa Barat, pada tanggal 22
Februari 1959. Beliau merupakan anak dari buah pernikahan pasangan
KH. M. Ayyub dengan Hj. Rukoyah1.
Semangat Najib Al-Ayyubi kecil untuk meraih masa depan yang
gemilang tidak ciut. Atas keinginan sendiri dan dorongan dari orang
tuanya, ia mengambil jalur yang berbeda di banding saudara kandung
lainnya, yaitu bersekolah setinggi-tingginya. Ia percaya dengan pendidikan
yang cukup masa depannya akan lebih baik dari orang tuanya.
2. Latar Belakang Pendidikan
Perjalanan pendidikan pertama beliau lakukan di SDN (Sekolah
Dasar Negri) Pagi Bogor, Jawa Barat selama 6 Tahun. Beliau tidak hanya
terbiasa di pagi hari saja mengenyam bangku sekolah, pada jam 2 siang
harus sekolah di Madrasah Diniyah dan itu berlangsung selama 6 Tahun
juga. Selain itu juga beliau dididik langsung pengetahuan Agama oleh
ayahnya.
1 Wawancara Pribadi dengan KH Najib Al-Ayyubi, Tangerang, 23 Juli 2010
38
39
Setelah lulus dari SDN Pagi Bogor, Beliau melanjutkan
pendidikannya ke pesantren Al-Masturiyah, Sukabumi, Jawa Barat. Mulai
dari MTs (Madrasah Tsanawiyah)sampai ke janjang MA (Madrasah
Aliyah). Setalah lulus dari Aliyah beliau melanjutkan ke IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 1976 di Fakultas Syariah dan selesai pada
tahun 1982.
Pada semester 3 tepatnya tahun 1979 selain kuliah beliau juga
mengikuti pendidikan di Pesantren Daar At-Tafsir, Parung, Bogor. Oleh
KH. Husain sebagai pengurus Pesantren Beliau diperintahkan untuk
mengajar santri-santrinya, sampai lulus kuliah.
Setelah lulus dari kuliah tahun 1982 dan mendapatkan gelar sarjana
Drs, (Sarjana Lengkap) beliau mendapatkan amanah tanah wakaf untuk
membangun pondok pesantren dari H. Sinen, H. Sulaiman dan H. Hasan
yang bertempat di Jl. Manjangan, Ciputat.
Beliau menyambut dengan baik, dan akhirnya beliau mendirikan
sebuah yayasan pendidikan Islam Da’wa wa Tabligh Sunanul Husna,
berdirinya yayasan ini tahun 19822. Selain sebagai tempat Yayasan
Pendidikan Islam juga sebagai tempat Musyawarah Jamaah Tabligh se-
Kelurahan Pondok Ranji.
Inilah menurut beliau adalah sebuah keberkahan dakwah, bermula
hanya ikut-ikutan dengan KH. Husain dan menjadi seorang pengajar
dipesantrennya dengan niatan berdakwah bukan mencari materi dan
2 Wawancara Pribadi dengan KH Najib Al-Ayyubi, Tangerang, 23 Juli 2010
40
kemewahan dunia, akhirnya Allah beri jalan dengan diberikannya tanah
wakaf sebagai tempat dakwahnya. Tujuannya supaya masyarakat sekitar
bisa merasakan dakwah yang disampaikan oleh KH. Najib Al-Ayyubi
3. Pengalaman Dakwah
Mulai menekuni dunia dakwah tahun 1979, saat itu masih kuliah di
semester 3, pada saat itu beliau diajak oleh KH Husain pengurus Pondok
Pesantren Daar At-Tafsir, Parung, Bogor untuk berdakwah. Dakwah yang
beliau sampaikan yang diajarkan oleh KH. Husain adalah ilmu-ilmu
kepesantrenan, menghidupkan sunah-sunah Rasulullah SAW.dan ajaran-
ajaran Pokok Jamaah Tabligh.
Dakwah yang beliau sampaikan berbeda pada umumnya, yang
biasanya dilakukan dengan berceramah di majlis-majlis taklim, masjid,
musolah, tapi beliau berdakwah dengan cara bagaimana kehidupan sehari-
hari dilakukan secara agama, mulai dari bangun tidur hingga tidur
kembali. Jadi dalam kehidupan kesehariannya selalu menghidupkan
Agama.
Pada Tahun 1980 dalam Jamaah Tabligh “juur” (pertemuan) yang
pertama di Medan di Masjid India, Jl. Gazza Medan, dilanjutkan ke
Lampung, Palembang, Padang dan kembali lagi ke Medan selama 40 Hari
kemudian kembali lagi ke Jakarta.
41
B. Gambaran Umum Tentang Jamaah Tabligh
1. Latar Belakang/Landasan Pemikiran Jamaah Tabligh
Jamaah Tabligh ini sebenarnya bukanlah nama, karena yang
menamakan Tabligh ini adalah orang luar. Disebut Jamaah Tabligh kerena
selalu menyampaikan pesan-pesan agama dan sunah-sunah Rasul, bukan
hanya menyampaikan tapi juga mempraktekannya dalam kehidupan
sehari-hari. Banyak nama dari kelompok ini selain nama Jamaah Tabligh,
seperti Jamaah Kompor, Jamaah Khuruj, Jamaah Ta’lim, Jamaah Jaulah,
jamaah Jenggot dsb.
Yang diinginkan dari Jamaah Tabligh dan kyai itu sendiri adalah
bagaimana Umat Islam selalu mengamalkan dan menghidupkan amalan-
amalan agama dan sunah Rasul dalam kehidupan sehari-harinya3.
Jamaah ini didirikan oleh Syeikh Muhammad Ilyas Kandahlawi
(1303-1364 H). Ia dilahirkan di Kandahlah, sebuah desa di Saharnapur,
India. Ummat Islam India saat itu sedang mengalami kerusakan akidah,
dan degradasi moral yang dahsyat. Ummat Islam telah tidak akrab lagi
dengan syiar-syiar Islam.
Di samping itu, juga terjadi pencampuran antara yang baik dan
yang buruk, antara iman dan syirik, antara sunnah dan bid'ah. Lebih dari
itu, juga telah terjadi gelombang pemusyrikan dan pemurtadan yang
didalangi oleh para misionaris Kristen di mana Inggris saat itu sedang
bercokol menjajah India.
3 Wawancara Pribadi dengan KH Najib Al-Ayyubi, Tangerang, 23 Juli 2010
42
Gerakan misionaris yang didukung Inggris dengan dana yang
sangat besar itu telah berusaha membolak-balikkan kebenaran Islam,
dengan menghujat ajaran-ajarannya dan mendiskreditkan Rasulullah saw.
Bagaimana membendung kristenisasi dan mengembalikan kaum Muslimin
yang "lepas" ke dalam pangkuan Islam? Itulah yang menjadi kegelisahan
Muhammad Ilyas.
2. Sejarah Berdirinya Jamaah Tabligh
Jama’ah Tabligh didirikan pada akhir dekade 1920-an oleh
Maulana Muhammad Ilyas Kandhalawi di Mewat, sebuah provinsi di
India. Nama Jama'ah Tabligh hanyalah merupakan sebutan bagi mereka
yang sering menyampaikan, sebenarnya usaha ini tidak mempunyai nama
tetapi cukup Islam saja tidak ada yang lain. Bahkan Muhammad Ilyas
mengatakan seandainya aku harus memberikan nama pada usaha ini maka
akan aku beri nama "gerakan iman".
Gerakan dakwah tabligh Syaikh Maulana Ilyas dimulai pada tahun
1337 H. Saat itu Syaikh Maulana Ilyas sedang melakukan perjalanan
dalam rangka kunjungan ke Mewat. Saat itu ia melihat penyimpangan
ajaran Islam yang dilakukan oleh masyarakat Mewat, dari ajaran Islam
yang sebenarnya. Mereka mencampuradukkan antara ajaran Islam dan
Hindu, seperti memohon kepada Dewa Brahmana untuk menentukan
tanggal perkawinan mereka, mencampur adukkan hari besar Islam dengan
hari besar Hindu, juga merayakan upacara-upacara kesucian Hindu, seperti
43
Janam, Dessehra dan Diwali.4 Menurut Major Powlet, bahwa orang-orang
Meo tabiatnya seperti orang-orang Hindu. Jarang terlihat masjid kampung
mereka. Dari lima puluh kampung Tensil Tijarah, hanya ada delapan
masjid . yang banyak justru kuil-kuil yang menyerupai kuil-kuil Hindu.5
Al-Syaikh Syaifurrahman bin Ahmad Al-Dihlawi mengatakan :
“Ketika Muhammad Ilyas melihat mayoritas orang Mewat jauh dariajaran Islam, berbaur dengan orang-orang Majusi, para penyembah berhalaHindu, bahkan bernama dengan nama-nama mereka, serta tidak ada lagikeislaman yang tersisa, kecuali hanya nama dan keturunan, kemudiankebodohan yang kian merata, tergeraklah hati Muhammad Ilyas. Pergilahia dengan Syaikhnya dan Syaikh tarekatnya, seperti Rasyid Ahmad Al-Kanhuli dan Asyraf Ali At-Tabhawi untuk membicarakan permasalahanini. Dan ia pun akhirnya mendirikan gerakan tabligh di India, atas perintahdan arahan dari para Syaikhnya tersebut.”6
Dalam waktu kurang dari dua dekade, Jamaah Tabligh berhasil
berjalan di Asia Selatan. Dengan dipimpin oleh Maulana Yusuf, putra
Maulana Ilyas sebagai amir/pimpinan yang kedua, gerakan ini mulai
mengembangkan aktivitasnya pada tahun 1946, dan dalam waktu 20
tahun, penyebarannya telah mencapai Asia Barat Daya dan Asia Tenggara,
Afrika, Eropa, dan Amerika Utara. Sekali terbentuk dalam suatu negara,
Jamaah Tablih mulai membaur dengan masyarakat lokal. Meskipun negara
barat pertama yang berhasil dijangkau Tabligh adalah Amerika Serikat,
tapi fokus utama mereka adalah di Britania Raya, mengacu kepada
populasi padat orang Asia Selatan disana yang tiba pada tahun 1960-an
dan 1970-an.
4 Nasrullah, “Tradisionalisme Dalam Dakwah: Studi Kritik Aktivitas Jamaah TablighKebon Jeruk” (Tesisi S2 Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negri Syarif HidayatullahJakarta, 2005) h. 90
5 Muhammad Mansur Monawi, Riwayat Hidup Syaikh Muhammad Ilyas Rah. A. H.296 Muhammad Mansur Nomani, Riwayat Hidup Syaikh Maulana Ilyas Rah. A. H. 32
44
3.Ajaran Pokok Jamaah Tabligh
Ajaran dakwah Rasulullah SAW, pada dasarnya mencangkup
empat unsur, yaitu: da’wah ilallah, ta’lim wa ta’allum, dzikir wa al-
ibadah dan khidmah.7 Lewat empat unsur ini, Rasulullah SAW berhasil
menyampaikan dakwah serta mendidik umat menjalankan perintah Allah
SWT. Serta menjauhi larang-larangan-Nya. Atas dasar itu, dalam
dakwahnya, Syaikh Maulana Ilyas berusaha merealisasikan unsur-unsur
dakwah Rasulullah SAW. ke dalam metode dakwahnya, dengan
bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Melalui dua sumber tersebut,
Syaikh maulana Ilyas ingin menanamkan kembali sifat-sifat mulia yang
pernah diajarkan dan diperintahkan oleh Rasulullah SAW.dan para
sahabnya, untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula yang
dilakukan oleh Drs. KH. Najib Al-Ayyubi dalam dakwahnya di Jamaah
Tabligh. Sifat-sifat itulah yang kemudian dijadikan ajaran pokok dakwah
Jamaah Tabligh. Ajaran pokok tersebut kemudian dikenal dengan istilah
“enam sifat sahabat”. Adapun enam, sifat sahabat itu adalah :
1. Yakin pada Kalimat Thayibah : Laa ilaha illa Alah Muhammadu
Rasulullah.
2. Shalat Khusyu’ wa al-khudhu’
3. ‘Ilm ma’a dzikr (Ilmu disertai Dzikir).
4. Ikram al-muslimin (memuliakan orang Islam)
7 An-Nadhr M. Ishaq Shabah, Khuruj fi Sabilillah, h. 20
45
5. Tashih al-niyat (memperbaiki niat)
6. Da’wah wa at-tabligh
4. Program Kegiatan Dakwah Jamaah Tabligh
a. Khuruj, kegiatan diisi dengan ta'lim (membaca hadits atau kisah
sahabat, biasanya dari kitab Fadhail Amal karya Maulana Zakaria),
b. Jaulah (mengunjungi rumah-rumah di sekitar masjid tempat khuruj
dengan tujuan mengajak kembali pada Islam yang kaffah),
c. Bayan, mudzakarah sama halnya seperti cerama, pidato atau khutbah.
d. Mengamalkan 6 sifat sahabat,
e. Musyawarah.
Ada pun kegiatan-kegiatan yang lain, sepeti :
1. Ta’lim wa Al-Ta’alum yang terdiri dari : Halaqoh Tajwid Al-Qur’an,
Ta’lim Kitab (Fadhail dan Masail) dan Muzdakarah enam sifat sahabat
R.A
2. Dzikir wa Al-‘Ibadah yang terdiri dari : Shalat Fardhu dan Nawafi,
Tilawat Al-Qur’an, Dzikir pagi dan petang dan Doa-doa Masnunah.
3. Kidmat, yaitu pelayanan social pada manusia dan makhluk lainnya,
dengan akhlak yang dicontohkan Rasululah SAW.
46
5. Visi dan Misi Jamaah Tabligh
Visi :
Menghidupkan kembali Sunah-sunah Rasulullah SAW dan
menghidupkan kembali dakwah serta ajaran Rasulullah SAW.
Misi :
Yang paling utama adalah agar umat Islam mau mengamalkan
agama sesuai yang telah diajarkan Rasul SAW dan diperintahkan dalam
kehidupan sehari-hari. 8
6. Media Dakwah yang Digunakan
Jamaah Tabligh dalam melakukan dakwahnya hanya menggunakan
media komunikasi saja dan masjid sebagai tempat sentarnya. Dalam
melakukan dakwahnya menurut Drs. KH. Najib Al-Ayyubi komunikasi
yang baik dengan kata-kata yang santun justru bisa lebih mengajak dan
menarik jamaah lebih tertarik untuk mengikuti dakwah Islam.
Selain dari komunikasi yang aktif kepada jamaah, dakwahnya
harus dipraktekan atau diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, sesuai
dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW yang dijadikan sebagai
sunahnya.
7. Stuktur Organisasi
Jamaah Tabligh tidak ingin disebut sebagai organisasi, walaupun
pada kenyataannya mereka terorganisir, mereka memiliki apa yang disebut
8 Wawancara Pribadi dengan KH Najib Al-Ayyubi, Tangerang, 23 Juli 2010
47
dengan masyaikh (pimpinann yang mewakili setiap Negara), Syuro
(pimpinan setiap kota), dan Amir (pimpinan dalam halaqoh atau dalam
jumlah kecil). Keorganisasian Jamaah Tabligh tidak seperti pada
organisasi Islam pada umumnya, organisasi ini akan nampak apabila kita
terjun langsung mengikut aktivitas dakwah Jamaah Tabligh.
Manajemennya terbuka. Ada pembagian tugas atau komando yang jelas,
setiap akan melakukan pekerjaan dilakukan musyawarah.
Bagan hirarki Jamaah Tabligh
Markaz Internasional (India)
Zumaidar (Penaggung jawabmarkaz nasional)
Zumaidar (Penaggung jawabmarkaz propinsi)
Zumaidar (Penaggung jawabmarkaz Kabupaten)
Majlis Syura (MajlisMusyawarah) markaz nasional
Majlis Syura (Majlis
M
Majlis Syura (MajlisMusyawarah) markaz Kab.
Mahalla (Masjid-masjid)
Karkun (Jamaah Tabligh)
BAB IV
BENTUK-BENTUK KEGIATAN DAN MEDIA DAKWAH DRS. KH.
NAJIB AL-AYYUBI DI JAMAAH TABLIGH
A. Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah KH. Najib Al-Ayyubi di Jamaah
Tabligh
Drs. KH. Najib Al-Ayyubi dalam melakukan dakwahnya memang
bisa dikatakan sudah melalang buana keberbagai daerah bahkan ke
pelosok daerah terpencil di seluruh Indonesia, bermula dari pulau sumatra
sampai ke pulau Irian pun beliau sudah lakoni. Meneurut beliau dakwah
adalah sudah menjadi kewajiban seorang muslim yang beriman dan
panggilan dari Allah SWT untuk mengajak dan memperkenalkan Islam
dan Sunah-sunah Rasul-Nya dan beliau pun mengatakan banyak jaman
sekarang yang mengaku dirinya Islam namun mereka lupa dengan Islam.
Karena dakwah menurut beliau adalah Dakwah ini memang suatu
kewajiban, karena dulu berkembangnya agama di dunia ini karena adanya
dakwah dan para Nabi dan Rasul oleh Allah SWT itu mereka ditugaskan
untuk dakwah menyampaikan agama.
Salah satu dakwah yang dilakukan oleh Drs. KH. Najib Al-Ayyubi
bertujuan meningkatkan pemahaman agama Islam, yaitu dengan cara
mengajak jamaah untuk Khuruj fi Sabilillah selama tiga hari untuk para
pemula, empat puluh hari bahkan empat bulan.
48
49
Aktivitas ini dilakukan dan diikuti oleh jamaah muda maupun tua,
berbagai macam profesi. Dari kegiatan dan aktivitas ini banyak dari
mereka yang non-muslim menjadi muslim asbab kegiatan Jamaah Tabligh,
mantan preman, bahkan artis pun banyak yang ikut dalam kegiatan ini.1
Gerakan yang belakangan cukup berpengaruh dan menyebar ke
seluruh benua ini, mengedepankan pemahaman keislaman yang tidak
berbelit, jauh dari nuansa radikalisme-politis, tidak memerlukan budaya
kritis apalagi sampai pada penalaran filosofis.
Dakwah beliau dan Jamaah Tabligh lakukan dengan cara persuasif,
berpindah dari tempat satu ke tempat lain, dengan tampilan fisik yang
sederhana sebagaimana pakaian para sahabat salafi. Meskipun tidak
fenomenal dan mendapat perhatian media internasional metode
gerakannya mendapat simpati mulai dari kalangan miskin-desa sampai
pada kalangan elit-urban.2
Aktivitas dakwah KH. Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh
merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan keagamaan yang
berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan Sunah Rasulullah SAW, yang nantinya
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada awalnya aktivitas dakwah KH. Najib Al-Ayyubi hanya
dilakukan di Pondok Pesantren Daar At-Tafsir, Parung, Bogor diajak Oleh
KH. Husain sebagai pengajar, tetapi karena semangatnya dalam
1 Wawancara Pribadi dengan Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, Tangerang 23 Juli 20102
Ahmad Baso dkk. Islam Pribumi: Mendialogkan Agama Membaca Realitas. (Jakarta:Erlangga. 2003)
50
menyampaikan ilmu-ilmu agama, beliau diajak untuk aktif di Jamaah
Tabligh maka dari ajakan itu beliau menekuni usaha dakwah sampai
sekarang. Sehingga saat ini beliau memiliki Yayasan Pendidikan sendiri
berkat pemberian tanah wakaf. Yayasan Pendidikan Islam tersebut
dinamai Sunanul Husna Da’wah wa Tabligh yang juga dijadikan Markaz
Jamaah Tabligh tingkat Kelurahan.
Dalam melakukan kegiatan atau bentuk-bentuk aktivitas
dakwahnya di Jamaah Tabligh yang beliau lakukan tidak jauh beda dengan
Aktivitas-aktivitas dakwah Jamaah Tabligh lainnya, separti melukan
Musyawarah sebagai bentuk pengganti dari organisasi yang bertujuan
untuk membagi tugas-tugas dalam kegiatan dakwah.
Kegiatan Musyawarah ini dilakukan ada yang harian yaitu
dilaksanakan setiap kali melaksanakan Khuruj fi Sabilillah tujuannya
untuk menentukan petugas yang akan melakukan Ta’lim, Jaulah dan
Khidmat kemudian ada yang seminggu sekali ada pula yang sebulan
sekali, yang dilakukan seminggu sekali bertempat di Yayasan Pendidikan
Islam Sunanul Husna yang mana pengasuhnya adalah beliau sendiri, setiap
malam Rabu ba’da Shalat Isya. Dalam hal ini yang mengikuti
perkumpulan adalah para Jamaah Tabligh se-Kelurahan. Yang dibicarakan
adalah siapa-siap saja dan kemana saja yang telah melaksanakan Khuruj fi
Sabilillah selama satu satu minggu.
Adapun yang sebulan sekali diadakan setiap malam Jumat ba’da
Isya yang bertempat di Markaz Pusat Masjid Kebon Jeruk, Jakarta. yang
51
mengikuti dalam Musyawarah ini adalah dari seluruh Nusantara bahkan
terkadang Jamaah Tabligh dari luar negri pun datang, seperti India,
Pakistan dan negara-negara Eropa.
KH. Najib Al-Ayyubi dalam melakukan aktivitas dakwahnya di
Jamaah Tabligh sudah puluhan tahun dan sudah khuruj fi sabilillah ke
berbagai daerah diseluruh Indonesia, dari pertama beliau berdakwah di
Pesantren Daar At-Tafsir, Parung sampai ke pulau Sumatra tepatnya di
Medan dan masih banyak daerah-daerah yang telah beliau datangi untuk
berdakwah. Selain di Indonesia beliau juga pernah berdakwah ke Luar
Negeri tepatnya di Pakistan dan India dimana tempat Jamaah Tabligh itu
lahir.3
Dalam dakwahnya beliau hanya meneruskan apa-apa yang telah
diajarkan dan ditetapkan oleh Rasulullah SAW yang terkandung dalam
ajaran-ajaran pokok Jamaah Tabligh.
Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh KH. Najib Al-Ayyubi dalam
khuruj fi sabilillah itu beliau lakukan rutin sebulan sekali sebanyak tiga
hari, dalam setahun 40 hari dan selama seumur hidup 4 empat bulan.
Walaupun beliau sudah melakukan Khuruj selama empat bulan bukan
berarti beliau berhenti begitu saja, sampai saat ini beliau masih rutin dan
aktif melakukan aktivitas Khuruj. Dan nanti kata beliau pada tanggal 01
3 Wawancara Pribadi dengan Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, Tangerang 23 Juli 2010
52
Agustus 2010 beliau akan menghadiri pertemuan Jamaah Tabligh se-dunia
dan kunjungan dakwah ke India selama empat puluh hari.4
Dalam pelaksanaan Khuruj fi Sabilillah terdapat benyak bentuk-
bentuk aktivitas dakwah yang ditemukan, seperti Bayan, Ta’lim wa
ta’alum, Jaulah, Bersilaturahim, Khidmat, Musyawarah dan
mengamalkan enam sifat sahabat (sebagai ajaran atau materi yang sering
disampaian).
Berikut ini adalah merupakan bagian dan bentuk-bentuk kegiatan
dakwah yang disampaikan beliau di Jamaah Tabligh. Dan bagi seorang
da’i KH. Najib Al-Ayyubi mempunyai berbagai cara dan bentuk dakwah
yang tepat agar dakwah tidak menjadi sia-sia :
1. Dakwah bi al-Lisan
Bayan, menyampaikan pesan dakwah/ceramah mengenai ke-Esaan
Allah dilakukan setelah shalat fardhu asar, magrib dan isya. Aktivitas ini
dilakukan dalam pelaksanaan Khuruj fi Sabilillah, tidak terkecuali berapa
lama beliau mekukan Khuruj fi Sabilillah baik tiga hari, empat puluh hari
bahkan empat bulan sekalipun harus diadakan Bayan.
Ta’lim wa ta’alum, kegiatan diisi dengan ta'lim (membaca hadits
atau kisah sahabat, biasanya dari kitab Fadhail Amal karya Maulana
Zakaria) dakwah ini dilakukan dengan menggunakan kitab kumpulan
hadits tentang amalan-amalan fadilah dalam kehidupan sehari-hari, yang
dibacakan oleh petugas ke jamaah lainnya. Dakwah semacam ini
4 Wawancara Pribadi dengan Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, Tangerang 23 Juli 2010
53
disampaikan setelah shalat fardhu lima waktu, waktu dhuha. Dalam hal ini
bukan beliau langsung yang menyampaikan dakwahnya, tetapi jamaah lain
yang sudah ditugaskan dan ditunjuk dalam musyawarah.
2. Dakwah bi al-Haal
Dakwah bi al-haal merupakan sebuah metode dakwah yakni
metode dakwah dengan mengacu pada dakwah dalam bentuk tindakan
nyata, keteladanan, akhlak dan ibadah.
Dengan demikian dakwah bi al-Haal berarti metode yang menaruh
perhatian yang lebih besar kepada kemasyarakatan seperti kebodohan,
keterbelakangan, dengan bentuk amal nyata terhadap masyarakat umum.
Dakwah yang dilakukan oleh beliau melalui berbagai kegiatan
yang langsung menyentuh kepada masyarakat umum bahkan non-muslim
pun mendapatkan Hidayah dari Allah SWT.asbab kegiatan dakwah
Jamaah Tabligh.
Dakwa bi al-Haal ini seperti :
1. Khuruj, fi Sabilillah, Pada tataran aplikasinya Khuruj fi sabillah
terbagi kedalam beberapa fase, yaitu tiga hari, empat puluh hari dan
empat bulan. Tiga hari dilakukan dalam setiap bulan, empat puluh hari
dilakukan dalam setiap tahun, dan empat bulan dilakukan dalam
seumur hidup. Menurut Drs. KH. Najib Al-Ayyubi kegiatan tersebut
adalah berupa Training/latihan hidup, sebagaimana orang ingin
bekerja.
54
2. Bersilaturahim, kepada tokoh masyarakat, DKM tempat dimana
diadakan khuruj fi sabilillah. Biasanya ini dilakukan pada saat Khuruj
hari kedua, KH. Najib Al-Ayyubi dan jamaahnya selalu mendatangi
rumah kediaman tokoh masyarakat, ulama, sesepuh kampung, maupun
pejabat untuk bersilaturahmi secara khususi dan meminta izin dan doa
dalam mengerjakan usaha dakwah di tempat dimana Khuruj dilakukan.
5
3. Jaulah6 (mengunjungi rumah-rumah di sekitar masjid tempat khuruj
dengan tujuan mengajak kembali pada Islam yang kaffah). Jaulah
adalah sebuah istilah yang dipakai oleh Jamaah Tabligh untuk
berdakwah menyampaikan ajaran Islam dengan cara berkeliling dari
rumah ke rumah, dari kampung ke kampung dan dari satu daerah ke
daerah lainnya. Dan Jaulah adalah metode dakwah yang pernah
dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para Sahabat r.a.7 Adapun
maksud dan tujuan dari Jaulah adalah untuk membentuk sifat sabar,
tawadhu, ikhlas, ihsan dan sifat terpuji lainnya.8 Jaulah ini
dilaksanakan menjelang Magrib atau sesudah Magrib yaitu keliling
dari pintu ke pintu untuk menyampaikan kalimat Thayibah “Laa ilaha
illa Alah Muhammadu Rasulullah”sebenarnya keliling itu bukan
sekedar mengundang ke masjid tapi kita tadzkirah tadzakir dan
5 Wawancara pribadi dengan Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, Tangerang 23 Juli 20106 Kata Jaulah berasal dari bahasa Arab, Jaulah merupakan bentuk kalimat isim yang
berarti keliling atau berputar, semakna dengan kata Thawaf. Lihat Atabik Ali, KamusKontemporer al-‘Ashr. (Yogyakarta: Multi Grafika Yayasan Ponpes Ali Maksum Krapyak, 1996),cet.IV h. 711
7 An-Nadhr M. Ishaq Sahab, Khuruj fi Sabililah, h. 1768 Ibid. h. 177
55
membrikan peringatan kepada mereka menyampakan agama Allah,
karena manusiakan sering lupa maka kita memperingatkan. Kalau tadi
ada silaturahmi ke rumah-rumah tokoh masyarakat disebut silaturahmi
khususi, sedangkan Jaulah ini silaturahmi umum, yang tujuannya
adalah mengajak. 9
4. Khidmat, yaitu pelayanan sosial pada manusia dan makhluk lainnya,
dengan akhlak yang dicontohkan Rasululah SAW. Ini dilakukan bagi
para Karkun (Anggota Jamaah Tabligh) yang sudah ditentukan dalam
musyawarah. Tugas dari Karkun sendiri salah satunya adalah
menyiapkan makanan untuk makan bersama. Atau istilahnya pikiet
yang menyiapkan makan dan keperluan aktivitas dakwah belangsung.
5. Mengamalkan enam sifat sahabat,
a. Yakin pada Kalimat Thayibah : Laa ilaha illa Alah Muhammadu
Rasulullah.
Makna dari kalimat Thayibah ini adalah sebagai bentuk kesaksian
atau pengakuan iman, pengakuan berupa ikrar keimanan dirinya, bahwa
tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Muhammad adalah
utusan Allah. Dalam persektif Jamaah Tabligh, kalimat Thaiybah ini
merupakan pengakuan suci antara manusia danAllah SWT, diucapkan
dengan sesungguhnya hati melalui lidah, didengarkan ditelinga dan diikuti
9 Wawancara pribadi dengan Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, Tangerang 23 Juli 2010
56
dalam hati agar dia benar-benar sebagai hamba Allah SWT dan sebagai
pengikut Rasulullah SAW.10
Yakni pada kalimat Thaiybah ini bertujuan untuk mengagungkan
Allah SWT dan sekaligus untuk mengeluarkan segala keyakinan terhadap
kekuatan makhluk dan kebendaan dari dalam hati. Tujuan lainnya adalah
untuk mengenal Allah SWT secara lebih mendalam, bahwa Allah SWT
adalah al-Khaliq, al-Malik dan al-Razaq.11
Kemudian iman terhadap Rasulullah SAW adalah mengakui secara
mutlak bahwa Rasulullah SAW adalah seorang utusan Allah SWT, juga
meyakini bahwa satu-satunya jalan untuk mendapatkan kejayaan dunia
dan akherat hanyalah dengan mengikuti cara hidup Rasulullah SAW.12
b. Shalat Khusyu’ wa al-khudhu’
Shalat merupakan do’a. Do’a yang terdiri dari ucapan-ucapan dan
perbuatan-perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbirat al-ihram dan
diakhiri dengan salam, dan dengan syarat-syarat tertentu.13 Shalat
memiliki kedudukan yang penting dalam Islam. Shalat merupakan pondasi
yang kokoh bagi tegaknya agama Islam.
Shalat Khusyu’ dalam persektif Jamaah Tabligh adalah hubungan
langsung antara seorang hamba dengan Sang Khalik, dilakukan dengan
10 Furqan Ahmad Ansori, Pedoman Bertabligh (Malaysia: Dewan Pakistan.tt) h. 1711 An Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah. h 9812 Maulana Muhammad Yusuf al-Kandhalawi, Mudzakarah Enam Sifat Para Sahabat &
Amalan Khuruj, Terj. Muzakkir Aris dan Musthafa Sayani, (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2008)cet. 11 h. 6
13 Zainuddin bin Abd al-Aziz al-Malibari, Fath al-Mu’in (Surabaya: al-Hidayah. tt) h. 3
57
penuh konsentrasi pikiran, hati dan perasaan serta seluruh anggota badan ,
Tawajjuh, kepada-Nya. Sedangkan shalat Khudhu’ adalah shalat yang
dilakukan dengan kerendahan hati dan diri dari bentuk kepatuhan serta
tunduk terhadap kebesaran Allah SWT, dilakukan dengan tenang, tidak
melakukan gerakan lain selain yang diperintahkan dalam rukun dan tertib
shalat, dan dilakukan pada awal waktu dan berjamaah.14
Adapun tujuan dari shalat keduanya adalah agar sifat-sifat ketaan
kepada Allah SWT ketika shalat, diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-
hari, mejadikan sebagai sebuah kebutuhan bukan pembebanan.15
c. ‘Ilm ma’a dzikr (Ilmu disertai Dzikir)
Ilmu yang dimaksud oleh Jamaah Tabligh di sini adalah segala
petunjuk disampaikan kepada umatnya. Sedangkan dzikir adalah
mengingat keagungan Allah SWT.16 Jadi yang dimaksud dengan ilmu
disertai dzikir adalah seluruh wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan pada umatnya agar
dilaksanakan sebaik-baiknya dengan menghadirkan keagungan Allah
SWT.
Begitu pula yang dilakukan oleh KH. Najib Al-Ayyubi, beliau
menyampaikan pesan-pesan dakwahnya selalu serat dengan
14 An Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah. h 10315 An Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah. h 10416 Maulana Muhammad Yusuf al-Kandhalawi, Mudzakarah Enam Sifat Para Sahabat &
Amalan Khuruj, Terj. Muzakkir Aris dan Musthafa Sayani, (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2008)cet. 11 h. 12
58
mengagungkan Allah SWT, dengan menyebut Asmaul Husna supaya
anggota dan jamaah yang lainnya semakin bertambah ketaatan-Nya.
Menurut beliau ilmu yang disampaikan adalah sebagai ajaran Nabi dan
Rasul dan juga perintah Allah SWT sedangkan dzikir berarti upaya pikiran
untuk mengingat Allah dalam setiap situasi dan kondisi. 17
Karena ilmu dan dzikir adalah satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Bagaikan dua sisi mata uang.
Ilmu diibaratkan sebuah jalan, sedangkan dzikir untuk melaksanakan
perintah-Nya.18 Adapun tujuan dari ilmu dan dzikir adalah menjalankan
perintah Allah SWT dalam setiap situasi dan kondisi dengan
menghadirkan keagungan Allah SWT dalam hati serta dilakukan dengan
cara Rasulullah SAW.19
d. Ikram al-muslimin (memuliakan orang Islam)
Memuliakan orang Islam atau Ikram al-Muslimin merupakan
ajaran bagaimana menghormati dan menghargai sesama muslim. Dalam
pandangan Jamaah Tabligh, Ikram al-Muslimin adalah menuanaikan hak-
hak sesama mulim, tanpa disertai dengan tuntutan ditunaikannya hak-hak
dirinya dari mulim tersebut.20 Hak-hak di sini seperti memberikan rasa
aman, persamaan hak dan kedudukan, saling tolong menolong, menjaga
harga diri dan martabat, membela yang tertindas, menjauhkan gangguan
17 Wawancara Pribadi dengan Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, Tangerang 23 Juli 201018 An Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah. h 11319 Maulana Muhammad Yusuf al-Kandhalawi, Mudzakarah Enam Sifat Para Sahabat &
Amalan Khuruj, Terj. Muzakkir Aris dan Musthafa Sayani, (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2008)cet. 11 h. 12
20 An Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah. h 113
59
dari orang lain dan tidak menyakiti badab dan perasaannya. Adapun alasan
yang mendasari ajaran Ikram al-Muslimin adalah bahwa semua mulim
pada hakikatnya memiliki kalimat Thayibah di dalam hati mereka.21
Dalam persektif Jamaah Tabligh,Ikram al-Muslimin memiliki
tingkatan-tingkatan. Tingkatan yang terendah adalah bersikap sabar dan
tidak merepaotkan orang lain. Sedangkan tingkat yang tertinggi adalah
mengajak orang lain untuk taat kepada Allah SWT agar selamat dari azab-
Nya, baik di dunia maupun di akherat kelak.22 Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan seorang muslim agar mendapat hakikat Ikram al-
Muslimin.23
1. Selalu mendakwahkan pentingnya Ikram al-Muslimin2. Latihan memuliakan sesama mulim dengan cara :
a. Memuliakan alim ulama, menghormati yang lebih tua,menghargai yang sebaya dan menyayangi yang lebih muda
b. Selalu memberi salam, baik kepada orang yang kita kenalmaupun kepada orang yang tidak dikenal.
3. Berdo’a kepada Allah SWT agar dikaruniai sifat Ikram al-Muslimin.
e. Tashih al-niyat (memperbaiki niat)
Yang dimaksud dengan Tashih al-niyat adalah meluruskan,
memperbaiki dan membersihkan niat, baik pada permulaan amal, di
tengah maupun di akhir amal.
21 Maulana Qasim at-Timiozi Fz , Keutamaan Khuruj fi Sabilillah: Keluar Pada JalanAllahI (Bandung: Pustaka Ramadhan 2004) cet. III, h. 73
22 An Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah. h 123-12423 Maulana Muhammad Yusuf al-Kandhalawi, Mudzakarah Enam Sifat Para Sahabat &
Amalan Khuruj, Terj. Muzakkir Aris dan Musthafa Sayani, (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2008)cet. 11 h. 22-23
60
f. Da’wah wa at-tabligh
Dakwah bererti mengajak, yaitu mengajak orang lain untuk
mengerjakan perbuatan baik dan mengajak untuk meninggalkan perbuatan
yang buruk. Sementara tabligh artinya menyampaikan. Dengan demikian,
da’wah wa at-tabligh berarti mengajak kepada manusia agar beriman
kepada Allah SWT, beramal serta menaati Allah SWT dan Rasul-Nya,
baik berupa perintah maupun larangan, sebagai yang termaktub dalam al-
Qur’an dan as-sunnah, agar manusia tersebut menjadi sempurna dan
mendapatkan kebahagiaan baik di sunia maupun di akherat, di samping
usaha menegakkan Kalimatullah.24
Dari kegiatan-kegiatan tersebut banyak dari para anggotanya yang
berubah, artinya yang tadinya mereka jarang melaksanakan ibadah shalat
berkat asbab kegiatan Jamaah Tabligh mereka selalu melaksanakan shalat
tepat waktu dan berjamaah. Bukan hanya itu orang-orang non muslim pun
setelah mendengar dan mengikuti aktivitas dakwah ini mereka dengan
hidayah Allah SWT akhirnya memeluk Islam.
Perubahan itu bukan hanya terlihat dari perilaku, tapi juga dari cara
berbicara dan pakaian mereka pun berubah, yakni selalu memakai baju ala
Pakistan (setengah gamis), ada pula yang memakai gamis. Selain itu
mereka tak lupa dengan ikat kepala (iqal) dan setiap hendak shalat mereka
selalu membawa siwak.
24 An Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah. h 133
61
Jadi, intinya beliau ingin memberikan pemahaman bagi umat Islam
yang belum paham dan jarang mengamalkan agama dalam kehidupan
sehari-harinya. Dan dakwah-dakwah yang disampaikan tersebut adalah
dakwah dari ilmu-ilmu atau aktivitas kepesantrenan, supaya masyarakat
yang tidak bisa merasakan atau tahu apa itu Islam dan tak sempat belajar,
dengan metode Jamaah Tabligh ini berusaha untuk membangkitkan
kembali semangat umat Islam agar selalu mengidupkan agama beserta
sunah-sunah Rasulullah SAW.
B. Media Dakwah Drs. KH Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh
Lebih banyak adalah dengan komunikasi langsung beliau tidak
banyak menggunakan media elektronik, media masa itu hanya sekedar
saja, karena setiap beliau mengadakan pertemuan-pertemuan tidak pernah
menggunakan semacam radio, televisi kenapa? Ya, karena yang
diharapkan dalam dakwah ini adalah pengorbanan diri, yang
menyampaikan dan yang mendengarnya, ya intinya lebih banyak dengan
komunikasi langsung dan silaturahmi25.
Karena pada dasarnya Jamaah Tabligh ini adalah usaha dakwah
yang salafi modern, disebut salafi karena sistem dan metodenya masih
tradisional dan modern karena Jamaah Tabligh lahir di zaman yang sudah
modern.
25 Wawancara pribadi dengan Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, Tangerang 23 Juli 2010
62
Selain menggunakan komunikasi langsung sebagai media
dakwahnya, beliau juga menerapkan silaturahim sebagai media
dakwahnya, meneurut beliau dengan sistem ini akan terjalin hubungan
yang erat dan bila sudah ada hubungan yang erat maka untuk mencapai
atau mengajak untuk berdakwah menjadi lebih mudah dan gampang.26
Dan untuk menarik jamaah beliau menjadikan masjid sebagai
tempat atau sentral dakwahnya, setelah seruan melalui metode-metode
dalam Khuruj fi Sabilillah dilaksanakan.
26 Wawancara pribadi dengan Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, Tangerang 23 Juli 2010
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas serta sesuai dengan perumusan masalah
yang telah peliti tetapkan di awal pembahasan skripsi ini, dapat peneliti
tarik kesimpulan sebagai hasil dari penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. KH. Najib Al-Ayyubi adalah seorang da’i dan juga salah satu tokoh
Jamaah Tabligh yang memiliki tekad yang kuat dalam mengemban
visi dakwah, beliau memiliki tekad yang besar dalam dakwahnya
supaya masyarakat (mad’u) selalu mengamalkan agama dalam
kehidupan sehari-harinya. Bentuk-bentuk aktivitas dakwah yang
dilakukan oleh KH. Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh berupa
dakwah bi al-lisan meliputi: Bayan (ceramah) yang dilakukan ba’da
shalat Magrib, Isya dan Subuh, dakwah bi al-qalam: Ta’lim wa
Ta’alum Fadhail Amal karya Maulana Zakaria , dan dakwah bi al-
haal berupa :Khuruj fi Sabilillah, Bersilaturahmi, Jaulah, Khidmat
dan Mengamalkan enam sifat sahabat.
2. Media yang digunakan dalam dakwahnya hanyalah menggunakan
komunikasi langsung dan bersilaturahmi, dan sebagai pusat sentral
dakwahnya adalah masjid. Karena dengan bersilaturahmi akan
melahirkan hubungan emosional yang besar, dan selalu terjalin
ikatan yang erat.
63
64
B. Saran
1. Kepada seluruh anggota Jamaah Tabligh dalam melaksanakan
dakwah jangan pernah ada rasa bosan atau jenuh karena ini
merupakan bagian dari membangkitkan masyarakat supaya selalu
mengamalkan agama. Dan jangan terpaku pada urusan akhirat saja
tapi urusan dunia pun jangan ditinggalkan karena kita tak lepas dan
masih berada di dunia.
2. Kepada KH. Najib Al-Ayyubi dalam menyampaikan dakwahnya apa
salahnya menggunakan media dakwah elektonik, atau media lainnya
yang lebih modern supaya pesan yang disampaikan itu lebih meluas
ke masyarakat. Dan Jamaah Tabligh ini.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Abu Muhammad Ahmad. Kupas tuntas Jamaah Tabligh 1. Bandung:
Khairu Ummat, 2008.
………….., Kupas Tuntas Jamaah Tabligh 2. Bandung: Khairu Ummat, 2008
……………, Kupas Tuntas Jamaah Tabligh 3. Bandung: Khairu Ummat,
2008
al-Kandalawi, Maulana Muhammad Yusuf. Mudzakarah Enam Sifat Para
Sahabat & Amalan Nurani. Terj. Muzakir Aris dan Musthafa
Sayani. Bandung : Pustaka Ramadhan, 2008.
Amrullah, Ahmad,Dakwah Islamiyah dan Pembaharuan Sosial Yogyakarta:
PLZPM, 1983
An-Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah :Sarana tarbiyah Umat
Untuk Membentuk Siat Imaniyah. Bandung: Pustaka Ramadhan,
2007
Arifin,Muhammad. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1990
at-Timori, Muhammad Qasim. Keutamaan Khuruj fi Sabilillah : keluar Pada
Jalan Allah. Bandung : Pustaka Ramadhan, 2004
Baso, Ahmad dkk. Islam Pribumi: Mendialogkan Agama Membaca Realitas.
Jakarta: Erlangga. 2003
Dahlan Abdul Aziz, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT Ichtiar
Baru Van Hoove, 2002
Darmawan, Andi. Metodologo Ilmu Dakwah. Yogyakarta : LESFI, 2002
Hasanuddin, Hukum Dakwah (tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia)
Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996
Majid, Nurcholis. Kaki langit Peradaban Islam. Paramadina: Jakarta1997
Manna’ Khalil al-Qattani, Studi Ilmu Al-Qur’an. Pustaka CitrAntar Nusa:
Bogor 2004
Mansur, Mustofa. Teladan di Medan Dakwah. Solo: era Intermedia, 2000
Muhyyidin, Asep dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah,
Pustaka Setia: Bandung 2002
66
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kalitatif, Rake Sarasin: Yogyakarta
1996
Muni, Muhammad dan Wahyu Illahi Manajemen Dakwah, Jakarta, Prenada
Media, 2004
Natsir, Muhammad. Dakwah dan Pemikirannya Jakarta: Gema Insani press,
1999
Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito: Bandung
2003
Nomani, Muhammad Manshur. Riwayat Hidup Syaikh Maulana Ilyas Rah. A..
Menggagas dan Mengembangkan Usaha Dakwah Rasulullah SAW.
Terj. Abu Sayyid Akmal. Bandung : Zaadul Ma’ad, ttt.
Shaleh, Abd. Rasyid, Manajemen dakwah Islam, Bulan Bintang: Jakarta1986
Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, Mizan: Bandung 1998
Siddiq, Syamsuri. Dakwah dan Teknik Berkhutbah Bandung: Al-Maarif, 1981
Syukri, Asumi Dasar-dasar Strategi Dakwah, Al-Ikhlas: Surabaya 1983
Umari, Barnawi. Azas-azas Dakwah Jakarta: Pendidkan Ramadhani, 1996
Winandi, J. Teori Organisasi dan Pengorganisasian Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006
Zaidan, Abdul Karim. Ushulud Dakwah Bagdad: darul Amar Al-Khathah,
1975
67
Skripsi
Ali Murtado, “Amar Ma’ru Nahi Munkar Dalam Persepkti Jamaah Tabligh
dan Sayyid Quthub”. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2009
Deni Mulyana, “Agama dan Masyarakat (studi Kasus Integrasi Sosial Antara
Jamaah Tabligh di Pasar Rebo Dengan Masyarakat Sekitar)”,
Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006
Nasrullah, “Tradisionalisme Dalam Dakwah: Studi Kritik Aktivitas Jamaah
Tabligh Kebon Jeruk” Tesisi S2 Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005
Hasil Wawancara
Nama : Drs. KH. Najib Al-Ayyubi
Jabatan : ‘Amir Jamaah Tabilgh
1. Pertama saya ingin tanyakan tentang riwayat hidup kyai mulai dari
sejarah kelahiran kyai, latar belakang pendidikan kemudian
dilanjutkan ke Pengalaman dakwah?
Jawaban : saya laihr 22 Februai 1947, di Jakarta kemudian saya pindah
ke Parung Bogor sekitar tahun 1950-an, dan mulai pendidikan di SDN
Pagi Bogor selama enam tahun disamping itu juga siangnya saya belajar
di Madarsah Diniyah sampai sore selama enam tahun. Setelah lulus saya
lanjutkan ke MTs dan MA di Pondok Pesantren Al-Masturiyah Sukabumi.
Setelah lulus dari Pesantren saya melanjutkan kuliah ke IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 1976 masuk di Fakutas Syariah dan selesai
sampai tahun1982. Pertama kali saya terjun dalam dunia dakwah itu pada
semester 3 saat itu saya masih kuliahsekitar tahun 1979 pada waktu itu
saya di ajak oleh KH. Husain pengasuh Pesantren Daar At-Tafsir Parung,
Bogor saya diperintahkan oleh beliau untuk mengajar sambil berdakwah
di pesantrennya. Sekitar tahun 1980-an saat itu masih kuliah itu ada
“juur” (pertemuan) Jamaah Tabligh yang pertama di Medan di Masjid
India, Jl. Gajah Medandan saya melkukan “Khuruj” selama empat puluh
hari mulai dari Lampung, Palembang dan Padang kemudian kembali ke
Medan di lanjutkan ke Jakarta. Selesai kuliah 1982 mendapatkan amanah
tanah wakaf dari H. Sinen, H. Sulaiman dan H. Hasan kemudian
membangun Pendidikan Yayasan Islam Sunanul Husna di Ciputat
2. Sejak kapan kyai terjun ke dunia dakwah?
Jawaban : yaitu tadi mulai semester 3 waktu kuliah di IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 1979 saya mulai kenal dengan dakwah karena
ada tamu dari Pakistan, Mesir, Arabkarena KH. Husain pada saat itu
ambil bagian, maka saya diajak oleh beliau.
3. Apa pendapat kyai tentang dakwah?
Jawaban : Dakwah ini memang suatu kewajiban, karena dulu
berkembangnya agama di dunia ini karena adanya dakwah dan para Nabi
dan Rasul oleh Allah SWT itu mereka ditugaskan untuk dakwah
menyampaikan agama.
4. Apa pendapat kyai tentang aktivitas dakwah?
Jawaban: Gerakan atau upaya untuk mengajak kaum muslimin untuk
mengenal Allah SWT meningkatkan iman dan ketaatan kita, berupa
Khuruj fi sabilillah ke luar ke jalan Allah untuk berdakwah
5. Tolong jelaskan latar belakang lahirnya jamaah tabligh?
Jawaban: karena hasil dari pemikira, maksudnya banyak ceramah-
ceramah sekarang ini namun tak ada yang berubah suasana umat Islam
semakin terpuruk, akhlak pun semakin rusak coba kita lihat saja sekarang,
padahal pesantren banyak, orang-orang alim pun banyak yang ceramah
tapi umat Islam ini semakin tersisihkan dan jarang orang-orang yang
mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari oleh karena itu
Maulana Muahmmad Ilyas mendapatkan Ilham dari Allah untuk merubah
metode dakwah menjadi dakwah wa tabligh wa ‘amal (dakwah
menyampaikan dan mengamalkan) selain itu pula dalam sejarah India
dulu karena banyaknya misionaris atau adanya keristenisasi dan
berbaurnya ajaran Islam India dengan ajaran agama Hindu dan Majusi.
6. Siapakah Pendiri Jamaah Tabligh?
Jawaban : Maulana Muhammad Ilyas
7. Apakah Jamaah Tabligh ini sebuah organisasi?
Jawaban : Tidak, ini bukan organisasi tapi terorganisir. Yang disebut
Nizhom dalam hadits mungkin ini (gerakan iman). Kalau organisasikan
ada ketua, wakil,sekertaris juga bendahara, ini sebenarnya organisasi
seperti ini cara-cara Yahudi dalam Islam ini yang ada Khalifah yaitu
orang yang dituakan oleh jamaah kemudian yang lain itu pembantu-
pembantunya, jadi Jamaah Tabligh ini bukan organisasi karena tidak ada
ketua tidak ada wakil, bendahara ya.. paling ada orang yang dituakan dan
kalau orang tersebut sudah dianggap yang dituakan ya.. jamaah harus
dukung bersama-sama, selama dia ada jalur taat pada Allah dan Rasul-
Nya. Intinya dari hati ke hati.
8. Kapan Jamaah Tabligh datang ke Indonesia?
Jawaban : Ada yang mengatakan tahun 1966 sudah masuk tapi belum
ada sambutan, kemudian pada tahun 1970-an mulai ada sambutan baik
kemudian tahun 1971 dari India dan Pakistan kemudian taun 1974
mulailah adanya tempat khusus di Indonesia yaitu di Masjid Kebon Jeruk
kalau tidak salah sekitar tahun 1974-an dah.
9. Menurut kyai visi dan misi Jamaah Tabligh itu sendiri apa? ?
Jawaban : ya.. pada dasarnya visinya Jamaah Tabligh itu menghidupkan
kembali sunah Rasul SAW dan menghidupkan kembali dakwah sesuai
dengan sunah Rasulullah SAW, dan misinya adalah bagaimana tujuan
terutama umat Islam ini mau mengamalkan agama sesuai dengan sunah
Rasulullah SAW
10. Bagaimana perkembangan Jamaah Tabligh sekarang ini?
Jawaban :ya, sangat pesat sekali, sehingga sekarang ini anggaplah dari
tahun 1970 sampai sekarang sudah 40 tahun sekarang sudah merabah ke
seluruh Indonesia, jadi perkembangan sudah amat pesat bahkan disetiap
desa pasti ada Jamaah Tabligh
11. Apa saja Bentuk-bentuk kegiatan dakwah kyai di Jamaah Tabligh?
Jawaban : Secara umum Jamaah Tabligh ini sama kegiatannya,pada saat
kita melakukan Khuruj fi Sabilillah dan beri’tiqaf di masjid diadakan
Bayan setiap ba’da shalat Subuh, Magrib dan Isya selepas itu diadakan
Musyawarah program harian, karena ini adalah termasuk sunah
Rasululla SAW, kemudian menentukan program dan petugas-petugas
terutama untuk pembacaan Ta’lim dari kitab Fadhilah ‘Amal yang
dibacakan setelah shalat fardu dan dhuha sampai waktu dzuhur semua ini
ditentukan dalam musyawarah, dan khusus bagi mereka yang I’tiqaf itu
ada mudzakarah yang dibicarakan adalah enam sifat sahabat dan sunah-
sunah rasul pastinya, seperti bagaimana cara hidup nabi mulai dari
bangun tidur sampai nabi tidur dan setelah. Menjelang magrib ada
namanya program keliling atau Jaulah dari pintu ke pintu untuk
menyampaikan kalimat Thayibah “Laa ilaha illa Alah Muhammadu
Rasulullah”sebenarnya keliling itu bukan sekedar mengundang ke masjid
tapi kita tadzkirah tadzakir disitu dan membrikan peringatan kepada
mereka menyampakan agama Allah, karena manusiakan sering lupa ya,
kita memperingatkan. Kemudian ba’da Magrib ada Bayan, istilah bayan
ceramah Bayan itu sendiri diambil dari al-Qur’an di Surah ar-Rahman
ayat ke empat “’allamahul Bayan” sampai menjelang Isya, kemudian
ba;da Isya dilanjutkan lagi Bayannya dan mudzakarah bagi anggota
jamaah tabligh ada pembinaan kedalam. Setrelah itu istirahat.
Diharapkan bagi anggota Jamaah Tabligh bangun untuk shalat Tahajud
dan setelah Subuh nanti ada Bayan lagi. Itu program-progmnya.
Disamping program-program itu ada namanya program kunjungan atau
Silaturahim secara khusus ke rumah para sepuh, ulama, pejabat, atau
siapa saja itu istilahnya silaturahmi khususi kalau yang tadi sebelum
Magrib “Jaulah” itu silaturahim umum.
12. Apa materi yang disampaikan?
Jawaban : Inti dari pada materi sebagaimana Nabi dan Rasul, Akidah
dan Keimanan, sebab itulah yang menjadi pokok dalam Islam, beragama
itu harus ada keimanan dan keyakinan, bagaimana umat ini agar iman
yang tidak cacat, itu yang diharapkan, kalau masalah amal-amal itu
silahkan dengan guru masing-masing tapi yang sering kita sampaikan
banyak itu iman dan bagaimana pentingnya shalat, pentingnya ilmu,
pentingnya ingat kepada Allah SWT, pentingnya bagaimana menjalin
kerukunan, keharmonisan dalam arti saling memuliakan terhadap umat
Islam kemudian kita sampaikan kepada mereka bagaimana kebersihan
hati hanya untuk taat kepada Allah dan disamping itu terakhir kita
sampaikan bahwa pikir umat supaya bagaimana kita melapangkan masa
untuk dakwah menginagat Allah. Itu diantaranya materi yang kita
sampaikan kepada mereka.
13. Media apa yang digunakan kyai dalam berdakwah?
Jawaban : lebih banyak adalah dengan komunikasi langsung kita tidak
banyak menggunakan media elektronik, media masa itu hanya sekedar
saja, karena setiap kita mengadakan pertemuan-pertemuan tidak pernah
menggunakan semacam radio, televise kenapa? Ya, karena yang
diharapkan dalam dakwah ini adalah pengorbanan diri, yang
menyampaikan dan yang mendengarnya, ya intinya lebih banyak dengan
komunikasi langsung dan silaturahmi.
14. Apa istilah dari Khuruj fi Sabilillah dengan jumlah tiga hari, empat puluh
hari dan empat bulan?
Jawaban : Maksud dari yang demikian Training, ya semua orang yang
mau bekerja pasti ada trainingnya, nah tiga hari ini untuk pemula awal
atau yang baru bergabung di Jamaah Tabligh. Dan kenapa juga harus
keluar-keluar Negeri segala, sekarang orang dalam berbisnis kalau dia
ingin bisnisnya ingin sekedar cukup ini saja ya sudah ga usah kemana-
mana tapi kalau kita keluar ke daerah-daerah lain maka akan terus
berkembang. Tujuannya itu kita hanya belajar dan mengajar maksudnya
apa yang kita dapat di luar sana kita terapkan di dalam negri. Khususnya
belajar untuk dakwah.
Dari tiga hari itu kita bisa membaginya dalam hidup kita dalam sebulan
10 % kita dakwahkan, empat puluh hari 10% dari setahun hidup kita,
sedangkan empat bulan 10% dari seumur hidup kita.
Nah, kenapa juga harus keluar ke India, Pakistan sana, Allah sudah
takdirkan diakhir jaman itu Allah bangkitkan kembali dan menghidupkan
kembali dakwah ulama-ulama dari India, Pakistan sebagaimana dulu
Islam dating ke Indonesia kan dari Gujarat untuk berdagang tapi tujuan
mereka adalah berdakwah dan ulama-ulama yang digunakan di Pesantren
itu kitab-kitabnya banyak yang dari India seperti kitab Fathul Mu’in
pengarangnya adalah orang India, termasuk Tuan Syaikh Abdul Qadir
Jailani, Imam Ghazali itu orang India.
Tangerang Selatan, 23 Juli 2010
Drs. KH. Najib Al-Ayyubi